Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
PERANCANGAN PERALATAN PRODUKSI BAGI PEMBATIK DIFABEL DENGAN PENDEKATAN DESAIN INKLUSI DAN STRATEGI EKO-EFISIENSI Production Equipment For Difable Batik Artisan Using Inclusive Design Approach And Eco-Efficiency Strategy Paulus Bawole1,Eko A. Prawoto2,Puspitasari Darsono3, Winta Guspara4 Staf Pengajar Fakultas Arsitektur dan Desain, Program Studi Desain Produk Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta E-mail:
[email protected];
[email protected];
[email protected];
[email protected]
1,2,3,4)
ABSTRACT Short production time, minimal energy and easy to use tools are three important factors that can lower production cost in hand-made batik. Innovation in batik production tools had been focused on practical usage of liquid wax, energy efficiency using AC current and health problems as a result of low working position. There are no research and design for manual batik production tools that consider difable users. Impaired person is trained to adapt with existing tools that suitable only for normal users. Tools and man-made environment should be designed to meet human needs, not the opposite. Inclusive design approach in this project has resulted a design of an integral wax-heating unit with innovative “canting” to enhance productivity without incurring health problem in the future. This new product will use design principles in nature, fluid movement inside an egg form in order to reach optimal energy using DC current. Productivity rate of difable batik artisans using the new product should be able to compete against normal artisans using traditional tools. This tool can also lower production cost because of its minimal energy usage. Keywords: difable, inclusive, DC current PENDAHULUAN Pembatik difabel memiliki banyak kendala dalam melakukan kegiatan profesionalnya. Kendala terbesar adalah lingkungan kerja yang tidak memiliki akses untuk kebutuhan khusus mereka, misalnya desain kamar mandi yang terlalu sempit dan permukaan tinggi rendah lantai yang terlalu bervariasi. Hambatan bagi penderita paraplegia adalah kebutuhan istirahat setidaknya dua jam sekali agar kesehatannya tidak memburuk akibat duduk terlalu lama. Selain itu posisi duduk pada dingklik atau di lantai menyulitkan penderita paraplegia untuk menyesuaikan diri. Kondisi khusus ini mengharuskan para pembatik difabel untuk bekerja di rumah, bukan di lingkungan tempat produksi batik. Sistem penggajiannya adalah per lembar kain atau per meter kain. Biaya enerji menjadi tanggung jawab para pembatik. Situasi ini tidak menguntungkan bagi pembatik difabel karena tidak ada kenaikan gaji walau harga enerji naik. Selain itu, tingkat produksi mereka juga cenderung lebih rendah dibanding para pembatik normal karena kendala kesehatan dan struktur tubuhnya. Pada saat ini, canting batik tradisional masih digunakan di berbagai perusahaan batik. Walau banyak usaha untuk merancang canting berikut kompor untuk pencair malam, namun alat baru tersebut belum memperoleh kepercayaan untuk digunakan para pembatik professional. Penyebabnya adalah ketakutan akan aliran listrik pada canting baru. Para pemuda dari kelompok “Klampis Ireng” Surabaya, merancang canting listrik untuk kepentingan kelompoknya sendiri (diunduh dari http://www.antaranews.com/print/156642/ cantingbatik-elektrik-made-in-arek-surabaya). Demikian juga dengan canting elektrik karya Tri Anwari dari Sragen (diunduh dari http://www.sragen.go.id/berita/berita.php?id=8312) dan Safira, salah seorang pemenang lomba penelitian ilmiah remaja (diunduh dari http://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/12049/print). Canting elektrik mereka belum mampu memperoleh kepercayaan pengguna dari kalangan pembatik tradisional. Faktor ergonomi pengguna juga menjadi perhatian para peneliti, namun bukan pada alat canting, melainkan pada kondisi low working position yang menjadi penyebab banyaknya keluhan kesehatan (Dominica, MRTD & Sutalaksana,IZ , 2000; Agustina, Fitri & Maulana, Arif, 2012). Selain itu, posisi duduk pembatik wanita yang statis mengharuskan mereka memutar badan untuk mencelup malam, bisa menyebabkan gangguan kesehatan reproduksi (Setyawati, Lince et al., 2001). Dari beberapa penelitian tersebut, belum ada penelitian tentang alat membatik manual yang mempertimbangkan faktor ergonomi dan biomekanika pengguna dengan kecacatan tubuh. B-307
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
Bahan bakar minyak tanah untuk menyalakan kompor malam batik tradisional pada saat ini dijual dengan kisaran harga diatas sepuluh ribu rupiah per liter. Satu kali pemberian malam pada motif batik pada sepuluh lembar kain menghabiskan satu liter bahan bakar. Itulah sebabnya perusahaan batik kini lebih memilih menggunakan kompor gas atau kompor listrik sebagai pemanas malam batik. Hasil uji dua jenis kompor listrik yang beredar di pasar menggunakan arus AC, ternyata menggunakan daya sekitar 265 Watt. Daya yang dibutuhkan dapat diatur berdasarkan variabel temperatur dan waktu pemanasan. Temperatur malam mencapai 100 derajat Celcius, padahal hasil pengukuran panas malam yang dibutuhkan agar malam mampu menembus bagian belakang kain berkisar pada 83 - 87 derajat Celcius, jadi telah terjadi pemborosan enerji. Keduanya memiliki berat antara 3-5 kg dengan ukuran diameter 25 cm. Hasil uji canting elektrik yang dijual di pasar diperoleh daya 125 Watt dengan arus AC, sedangkan pengujian canting serupa dengan arus DC hanya membutuhkan 8 Watt. Teknologi masa depan haruslah berbasis pada pemahaman dan peniruan gerak energi alam dan sistem gerak, dimana pertumbuhan dan perkembangan sesuai prinsip kerja di alam. Schauberger dalam Coats (2001) menjelaskan bahwa dalam sistem alam yang meliputi proses energetik dinamis, ada kecenderungan untuk mengambil bentuk gerak spiral dan pusaran, yang terlihat jelas dalam makrokosmos dan mikrokosmos. Dalam menampung benih masa depan, alam cenderung memilih bentuk telur dan turunannya, karena hasilnya yang optimal. Bentuk-bentuk ini tidak memiliki zonasi stagnan, yaitu sudut-sudut menyiku yang bisa mengganggu gerak. Prinsip Implosi digunakan pada gerak cairan dalam bentuk telur yaitu sebuah proses penghisapan yang menyebabkan materi bergerak mengumpul ke dalam, bukan meledak keluar seperti eksplosi. Gerak ke dalam (sentripetal) ini tidak mengikuti alur lurus (radial) menuju ke pusat, melainkan mengikuti alur spiral pusaran. Ini disebut sebagai vorteks atau pusaran dan merupakan rahasia alam. Air selalu mengambil jalur dengan resistensi terkecil. Hal ini dimungkinkan dengan gerak vorteks. Resistensi semakin berkurang dengan menggunakan jalur yang semakin melengkung ke dalam sehingga mengurangi konfrontasi resistensi gerak lurus. Inilah alasan mendasar dari fenomena plug hole vortex. Ciri utama sebuah vorteks adalah sisi luar vorteks bergerak perlahan dan pada bagian dalam bergerak cepat. Ketika air melakukan implosi dalam sebuah vorteks, partikel kasar, yang lebih padat daripada air terhisap ke dalam arus menuju tengah, resistensi gesekan berkurang dan kecepatan aliran meningkat.
Gambar 1. Gerak Implosi Arus listrik yang banyak digunakan untuk berbagai peralatan elektronik adalah jenis Alternating Current (AC) atau arus bolak balik, dimana tegangan listrik dan arusnya berubah terus menerus secara periodik mengikuti kurva sinus (sinusoida). Keuntungan penggunaan jenis arus bolak balik ini antara lain karena tegangan tidak mudah turun dan dapat diatur naik dan turunnya dengan mudah. Selain itu arus jenis ini dapat disalurkan untuk jarak yang jauh dan lebih mudah didistribusikan. Adapun kerugiannya adalah membutuhkan isolasi yang rumit dan mahal dan terjadi hehilangan energi yang sangat besar. Jenis arus searah atau Direct Current ( DC ) merupakan jenis arus yang akhir-akhir ini banyak dilirik untuk diaplikasikan pada berbagai perangkat elektronik hingga alat transportasi terbaru dalam rangka mencari sumber energi termurah. Dikatakan searah karena arah arusnya atau laju muatan elektronnya yang mengalir dari kutub negatif ke kutub positif. Keuntungan penggunaan arus ini adalah daya guna atau efisiensinya tinggi karena mempunyai faktor daya = 1, sistemnya lebih sederhana sehingga tidak membutuhkan isolasi yang rumit dan mahal, serta sistem transmisinya dapat dipaketkan dalam bentuk kecil, sehingga lebih mudah dibawa dan praktis. Adapun kerugiannya adalah transmisi udara hanya terbatas pada jarak < 400 km dan transmisi bawah tanah < 50 km dan arusnya cenderung terjadi karena proses kimia. Tujuan: - Memperpendek rangkaian kegiatan membatik (HTA) pada pembatik difabel - Mengetahui berbagai teknik pemanasan malam batik dengan menggunakan jaringan listrik DC dengan kisaran daya 50-120 Watt B-308
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
-
Mengoptimalkan penggunaan malam batik dengan meminimalisir penguapan zat malam saat pemanasan
METODE PENELITIAN Untuk menghasilkan karya inovatif yang memenuhi kebutuhan ergonomi pengguna dan optimalisasi energi, maka dilakukan dua jenis penelitian, yaitu penelitian ergonomi dan penelitian daya listrik DC Dalam penelitian terpisah telah dilakukan pengambilan data kualitatif dan kuantitatif tentang sikap dan postur tubuh pengguna dalam berinteraksi dengan canting, perletakan wajan dan posisi serta kondisi tempat duduk. Selain itu juga telah dilakukan analisa Hierarchycal Task Analyses (HTA) yang menghasilkan kesimpulan bahwa ada empat langkah dalam membatik. Setidaknya ditemukan kemungkinan untuk mengurangi satu langkah guna mengoptimalkan kerja membatik. Makalah ini menjelaskan tentang hasil penelitian pemanasan malam dengan menggunakan daya listrik DC. Selain menggunakan pengukuran daya listrik, juga dilakukan eksplorasi terhadap teknik pemanasan malam menggunakan sumber listrik DC untuk memperoleh energi kecil menggunakan prinsip optimalisasi antara daya dibanding kematangan malam. Selanjutnya dilakukan pengujian dengan 2 teknik yaitu pengeblokan dan menggores garis-garis kecil dan rapat menggunakan malam batik pada kain 10 x 10 cm. Hasil penelitian berupa prototip alat produksi membatik yang menggunakan energi 50 - 120 watt atau kurang dengan mempertimbangkan faktor ergonomi dari spektrum pengguna yang lebih beragam, mulai dari pembatik bertubuh normal hingga penyandang cacat tubuh (bersifat inklusi). Instrumen Penelitian Listrik DC: Penentuan Spesifikasi Utilitas: 1. Optimalisasi Lilitan Kawat Pemanas terhadap Temperatur dan Waktu a. Pembuatan sirkuit Temperature Indicator Control (TIC) dan pembuatan dispenser b. Penghitungan jumlah lilitan pemanas (nikelin) dan pemanasan malam hingga mencapai titik leleh optimum (87°C) cairan c. Pengukuran waktu yang dibutuhkan untuk mencairkan malam pada temperatur 87°C serta mengukur upper limit serta lower limit dari temperatur kerja. 2. Optimalisasi Temperatur dan Waktu Kerja terhadap Viskositas Cairan Malam a. Pengukuran kerja membatik menggunakan dispenser DC b. Penghitungan integral gain (waktu dan temperatur) yang optimum untuk pekerjaan membatik HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Percobaan pemasangan rangkaian nikelin: • Pemasangan rangkaian menggunakan nikelin panjang 40 cm dengan amper terukur pada beban kosong sebesar 0,65 A • Setelah dipasang pada gulungan alumunium dengan panjang 7 cm dan diameter 3 cm, maka arus terukur sebesar 7,2 A Tabel 1. Pemasangan Rangkaian Nikelin
Nikelin 55 cm – 0,46 A Nikelin 40 cm – 0,65 A
Rangkaian Nikelin yang dihasilkan
Mulai dilakukan pemanasan; 1. Menit ke 0, arus terukur: 7,2 A 2. Pada menit pertama terjadi pergerakan arus dengan radius 7,1 – 7,2 A 3. Beban ditambah menggunakan lilin yang diletakkan pada lempeng aluminium B-309
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
4. Pada menit ke -3 terjadi perubahan, ada sebagian lilin yang sudah menguap karena panas, arus terukur: 0,71 A 5. Pada menit ke – 5 terjadi perubahan, lilin yang dijadikan beban telah menguap hingga tinggal 20 % dari jumlah semula, arus terukur sebesar 0,71 A 6. Pada menit ke – 7, lilin telah habis menguap, arus terukur: 0,71 A 7. Hipotesa daya yang dibutuhkan sebesar 18 – 20 W 2. Percobaan optimalisasi daya arus DC terhadap canting Peralatan & bahan 1. Patri/ solder 2. Gunting plat 3. Tang
Instruksi Kerja 1. Membuat canting 35 x 45 mm 2. Membuat rangkaian sirkuit TIC 3. Melilit canting dengan kawat nikelin yang sudah diisolasi dengan asbes 4. Pemanasan canting yang sudah diisi dengan malam 5. Pengamatan percobaan dengan variabel waktu dan arus terukur
4. AVO meter 5. Plat tembaga tebal 1 mm 6. Kawat Nikelin 7. Isolasi asbes 8. Komponen elektronik (PCB, Resistor, IC, LED, Kabel, Potensi switch 9. Malam
Target percobaan : 1. Mengukur arus terukur yang dihasilkan untuk melakukan pemanasan malam hingga cair 2. Mengetahui kebutuhan daya untuk canting yang berdimensi 35 x 45 mm 3. Mengamati waktu yang dibutuhkan pada arus terukur yang dihasilkan guna mencairkan malam 4. Menghitung optimalisasi daya Tabel 2. Percobaan optimalisasi daya arus DC terhadap canting
Percobaan 2.1 Pengujian beban menggunakan pemanasan pada sensor temperatur bekerja dengan baik
Percobaan 2.2 Lampu indikator bekerja dengan baik untuk menunjukka n mati / nyala proses pengindikasi an juga pengontrola n temperatur
Percobaan 2.3 1.Tegangan terukur 12 VDC 2.Arus terukur 0,68 A 3.Kalkulasi daya terukur 0,68 A x 12 VDC = 8,16 W 4.Waktu tercatat 02 : 10 WIB
Kesimpulan Percobaan 2: 1. Tegangan terukur 12 VDC 2. Arus terukur 0,68 A 3. Daya terhitung 8,16 W 4. Waktu pencairan 8 menit 5. Aliran malam 2 – 3 detik per tetes B-310
Percobaan 2.4 1. Waktu tercatat 02:18 WIB 2. Secara visual, kekentalan malam dapat mengalir dengan baik melalui cucuk canting
Percobaan 2.5 1. Secara visual aliran malam bekerja dengan baik dengan laju aliran 2 – 3 detik per tetes 2. Tegangan terukur 12 VDC 3. Arus terukur 0,68 A
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
Hipotesa : Pengujian diatas membuktikan bahwa arus DC merupakan energi alternatif yang sangat efisien dibandingkan dengan canting elektrik eksisting yang menggunakan 220 VAC yang akan menghasilkan daya sebesar 150 Watt dengan asumsi arus terukur adalah sama dengan percobaan. 3. Percobaan optimalisasi daya arus DC terhadap dispenser Menggunakan lilitan nikelin di dinding luar wadah dispenser Peralatan Kerja 1. Patri/ Solder 2. Gunting plat 3. Tang 4. AVO meter 5. Plat kuningan tebal 1.2 mm 6. Plat kuningan diameter dalam 5 mm 7. Kawat Nikelin 8. Isolasi Asbes 9. Komponen elektronik (PCB, resistor, IC, LED, kabel, potensi switch ) 10. Malam
Instruksi Kerja 1. Membuat dispenser diameter 8,5 cm dan tinggi 10,5 cm ( dibuat bentuk telur / nigan ) 2. Membuat rangkaian sirkuit TIC 3. Melilit dispenser dengan kawat nikelin yang sudah diisolasi dengan asbes 4. Pemanasan dispenser yang sudah diisi dengan malam 5. Pengamatan percobaan dengan variabel waktu dan arus terukur
Target percobaan : 1. Mengukur arus terukur yang dihasilkan untuk melakukan pemanasan malam hingga cair 2. Mengetahui kebutuhan daya untuk dispenser yang berdimensi diameter 8,5 cm x tinggi 10,5 cm 3. Mengamati waktu yang dibutuhkan pada arus terukur yang dihasilkan guna mencairkan malam 4. Menghitung optimalisasi daya Tabel 3. Percobaan optimalisasi daya arus DC terhadap dispenser
Percobaan 3.1 1.Terbentuk dispenser dengan model telur / nigan dengan dimensi: diameter dalam 8,5 cm x tinggi 10,5 cm 2.Pembuatan base support untuk dispenser 3.Rangkaian sirkuit TIC bekerja baik yang ditunjukkan dengan lampu indikator yang menyala
Percobaan 3.2 Diperoleh model dan kerapatan lilitan kawat nikelin yang diisolasi menggunakan asbes seperti dalam gambar
Percobaan 3.3 Instalasi bekerja dengan baik pada saat beban kosong yang ditunjukkan dengan terukurnya tegangan 12 VDC
B-311
Percobaan 3.4 1.Mulai pemanasan pukul 23:32 WIB 2.Malam mulai meleleh pukul 23:37 WIB sebagai dimulai terjadinya 3.Malam mencair seluruhnya pukul 23:50 WIB 4.Tegangan terukur 12 VDC 5.Arus terukur 1,68 A 6.Kalkulasi daya yang dibutuhkan 1,68 A x 12 VDC
Percobaan 3.5 1. Kekentalan yang dihasilkan baik dengan ditunjukkannya malam yang telah mencair di dalam chamber 2. Aliran malam tidak keluar melalui pipa outlet
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
= 20,16 W
Kesimpulan : 1. Tegangan tercatat 12 VDC 2. Arus terukur 1,68 A 3. Daya terhitung 20,16 W 4. Waktu tercatat yang dibuthkan untuk mencairkan 18 menit 5. Malam dapat mencair dengan baik 6. Malam tidak dapat keluar dari pipa outlet Hipotesa : 1. Malam yang mencair mengalami pembekuan pada pipa outlet dikarenakan tidak diberi lilitan kawat nikelin yang berfungsi sebagai pemanas. 2. Supaya malam dapt mengalir dari pipa outlet, maka harus diberi lilitan kawat nikelin sehingga pemanasan dapt dipertahankan pada bagian pipa outlet 4. Percobaan optimalisasi daya arus DC terhadap dispenser Menggunakan lilitan nikelin di dinding luar wadah dispenser dan pipa outlet Tabel 4. Percobaan optimalisasi daya arus DC terhadap dispenser
Percobaan 4.1 1.Pipa outlet dibengkokkan dengan sudut kemiringan 105° 2.Memindahkan lilitan kawat nikelin pada bagian atas chamber ke pipa outlet 3.Panjang pipa outlet yang diberi lilitan kawat nikelin sepanjang 13 cm
Percobaan 4.2 1. Instalasi seperti pada gambar 2. Variabel tercatat pada prosedur sebelumnya ialah tegangan 12 VDC dan arus terukur 1,68 A dengan daya yang terhitung sebesar 20,16 W
Percobaan 4.3 1. Kekentalan malam terlihat baik yang ditandai dengan mengalirnya cairan malam dari chamber ke pipa outlet 2. Cairan malam dapat mengalir keluar namun pada ujung pipa outlet sudah mengalami pembekuan kembali.
Kesimpulan : 1. Tegangan terukur 12 VDC 2. Arus terukur 1,68 A 3. Daya terhitung 20,16 A 4. Waktu yang dibutuhkan 18 menit 5. Cairan mengalami pembekuan pada ujung pipa outlet yang tidak diberi lilitan pemanas (5 cm dari ujung) Hipotesa : 1. Supaya cairan malam dapat mengalir dengan baik dibutuhkan lilitan pemanas untuk menjaga temperatur cair yang berkisar 83 – 87 °C 2. Jika besaran daya 20,16 W dijadikan acuan sebagai daya tetapan, maka lilitan pemanas tidak dapat menanggung beban lebih dari percobaan terakhir. 3. Besaran daya 20,16 W tidak diterapkan pada sistem instalasi yang lebih panjang 4. Tetapan daya sebesar 20,16 W dapat dipergunakan jika sistem instalasi pipa outletnya dibatasi 5 cm dari chamber dan chamber dikecilkan dimensinya. KONSEP PRODUK BARU Konsep Perancangan Peralatan Canting dan Pemanas yang ergonomis • Menggunakan genggaman dengan cara “External Precision Grip” dan menghasilkan posisi genggaman netral B-312
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
Gambar 2. External Precision Grip oleh penyandang brakidaktili • Tanpa nyamplung untuk mengurangi panjangnya urutan kegiatan • Minimal daya 60 watt dengan arus DC • Hierarchycal Task Analyses (HTA) yang baru adalah:
Gambar 3. Hierarchycal Task Analyses untuk produk baru
HTA yang baru hanya terdiri dari 4 langkah, satu langkah lebih pendek dari HTA semula. Langkah yang dihilangkan adalah Langkah mengambil cairan malam di wajan. Hal ini disebabkan karena rancangan yang baru menyatukan sistem pemanas dan penoreh malam menjadi satu unit peralatan.
Gambar 4. Diagram Kerja Unit Peralatan Membatik yang Baru
B-313
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
Dengan sistem menciduk malam, maka seluruh malam harus mencair. Namun dengan sistem infus, maka hanya bagian bawah malam saja yang perlu dicairkan. Penggunaan prinsip ini dapat mengoptimalkan pemakaian listrik untuk pemanasan. Konsep perancangan ini berdasarkan hipotesa bahwa: 1. Remah-remah malam sisa membatik tidak bisa dipergunakan kembali karena malam cenderung merembes melebihi batas gambar. Diduga telah terjadi kehilangan zat pada malam akibat penguapan. 2. Bentuk kerucut / menyempit pada bentuk telur secara alami menyebabkan kawat nikelin menumpuk di bagian bawah sehingga hanya malam bagian bawah saja yang mencair. 3. Pemanasan langsung dari lilitan nikelin terhadap obyek akan lebih optimal alih-alih harus melalui perantara media lain sampai ke obyek. 4. Membagi 2 (dua) wilayah pada chamber, yaitu pre heating dan heating up sehingga bagaian atas malam hanya mengalami pelunakan sedangkan pada bagian bawah mengalami pencairan. Zona pre heating terdapat pada bagian atas chamber dengan lilitan nikelin yang kerapatannya sedang dan zona heating up dengan lilitan yang kerapatannya tinggi dan bentuk chamber yang menyempit 5. Pada bagian selang outlet, pemanas juga dimasukkan kedalam selang, supaya dapat bersinggungan langsung dengan malam yang telah cair. Hal ini dilakukan supaya optimasi kontrol temperatur dapat berjalan dengan baik 6. Temperatur malam cair terukur yang bisa menembus bagian belakang kain berkisar antara 8387 derajat C. Daya yang diperlukan dalam kisaran 50 - 120 watt DC, bergantung pada volume malam yang dipanaskan. Tabel 5. Percobaan dengan lilitan nikelin di dalam wadah
Lilitan nikelin di dalam wadah
Lilitan nikelin di dalam selang
Arus terukur dan pencairan malam
Hasil Percobaan: 1. Arus terukur menunjukkan 1.62 A, sehingga kalkulasi dayanya ialah 1.62 A x ( pemanas selang + pemanas chamber ) x 12 VDC = 38.88 W atau setara dengan 40 W. 2. Dibutuhkan 15 menit untuk memanaskan malam 3. Temperatur malam yg baik untuk ditorehkan pada kain adalah 83-87 derajat Celcius. Patokan ini akan menjadi patokan indikator otomatis. Hasil pengujian kualitas torehan malam dengan peralatan baru pada kain 10 x 10cm Tabel 6. Hasil torehan malam dengan alat baru Goresan garis-garis kecil dan rapat Pengeblokan
KESIMPULAN UMUM Berdasarkan percobaan awal dengan kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil ujicoba dengan tegangan terukur 12 VDC, arus terukur 1,68 A diperoleh daya terhitung 20,16 A dengan lama pemanasan18 menit. Kondisi cairan mengalami pembekuan pada ujung B-314
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
pipa outlet yang tidak diberi lilitan pemanas (5 cm dari ujung). Supaya cairan malam dapat mengalir dengan baik dibutuhkan lilitan pemanas untuk menjaga temperatur cair yang berkisar 83 – 87 °C 2. Jika besaran daya 20,16 W dijadikan acuan sebagai daya tetapan, maka lilitan pemanas tidak dapat menanggung beban lebih dari percobaan terakhir. Besaran ini tidak dapat diterapkan pada sistem instalasi yang lebih panjang 3. Tetapan daya sebesar 20,16 Watt dapat dipergunakan jika sistem instalasi pipa outletnya dibatasi 5 cm dari chamber dan chamber dikecilkan dimensinya. Oleh karena itu perancangan dispenser pemanas malam menggunakan prinsip infus, dimana hanya bagian bawah malam saja yang perlu dicairkan. Cara lama yaitu cara menciduk malam pada wajan pemanas, memerlukan kondisi dimana seluruh malam harus mencair. Penggunaan prinsip baru ini dapat mengoptimalkan pemakaian listrik untuk pemanasan. Hasil pengujian terakhir pada perancangan peralatan ini diperoleh kesimpulan bahwa telah diperoleh daya setara dengan 40 W, menggunakan lilitan nikelin di dalam wadah dispenser dan di dalam selang outlet. Lama waktu pemanasan 15 menit. Hasil pengujian torehan malam dengan goresan garis-garis kecil dan rapat serta pengeblokan pada kain 10 x 10cm menunjukkan hasil yang setara dengan canting tradisional. UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Pengasih dan terimakasih tak terhingga kami ucapkan atas partisipasi teman-teman berkebutuhan khusus, para mahasiswa Program Studi Desain Produk, UKDW dan kepala bengkel studio yang begitu antusias menciptakan situasi yang kondusif bagi kelancaran penelitian ini. Teman-teman dengan kebutuhan khusus begitu bersemangat ketika diberi kesempatan berpartisipasi ikut memikirkan bagaimana benda-benda yang ada di sekitarnya bisa semakin membaik agar hidupnya bisa semakin mudah. Bantuan administrasi dari para staf LPPM, UKDW mempermudah proses penelitian ini. Pelaksanaan penelitian ini memperoleh dukungan dana Penelitian Hibah Bersaing dari Departemen Pendidikan Tinggi dan perwujudan karya inovatif memperoleh dukungan penuh dari rekan-rekan UKM UD. Pirus, Yogyakarta. DAFTAR PUSTAKA Agustina, Fitri & Maulana, Arief (2012). Analisis Postur Kerja dengan Tinjauan Ergonomi di Industri Batik Madura. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. Vol.1/No.3 Sept 2012, h. 167-171. Clarkson, John; Coleman, Roger; Hosking, Ian & Waller, Sam (2007). Inclusive Design Toolkit. Cambridge: Engineering Design Centre, University of Cambridge. Coats, Callum (2001). Living Energies: An Exposition of Concepts Related to the Theories of Viktor Schauberger. London: Gill & MacMillan Coleman, Roger; Clarkson, John; Dong, Huang & Cassim, Julia (2007). Design for Inclusivity: A Practical Guide to Accessible, Innovative and User-Centred Design. Hampshire, UK: Gower. Dominica, MRTD & Sutalaksana,IZ (2000). Master Theses: Analisis Ergonomis tentang Kerja Pembatik pada Industri Batik Tulis. Bandung: Industrial Engineering and Management, ITB. Helander, M. (1995). A Guide To the Ergonomics of Manufacturing. London: Taylor & Francis. McCormick, E.J. and Sanders, M. (1982). Human Factors in Engineering and Design. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd. McMillan, Ian R and Carin-Lexy, Gail (2013). Tyldesley & Grieve’s Muscle, Nerves and Movement in Human Occupation 4th edition. West Sussex, UK: Wiley-Blackwell. Nurdalia, Ida (2006). Kajian dan Analisis Peluang Penerapan Produksi Bersih pada Usaha Kecil Batik Cap. Tesis Program Magister Ilmu Lingkungan, program Pascasarjana. Semarang: Universitas Diponegoro. ProLH, GTZ, Panduan Penerapan Eko-efisiensi Usaha Kecil dan Menengah Sektor Batik. Jakarta: Kementrian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 2007 Puspita Sari, D., Hartini, S., Rinawati, DI & Wicaksono, TS (2012). Pengukuran Tingkat Eko-efisiensi Menggunakan Life Cycle Assesment untuk Sustainable Production di Industri Kecil Menengah Batik. Jurnal teknik Industri, Vol. 14/ No.2, Desember 2012, 137-144. ISSN 2087-7439. Setyawati, Lince, et.al. (2001). Pengadaan Peralatan Kerja Yang Ergonomis, Perspektif Jender Bagi Pembatik Tulis Dalam Kaitan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja dan Stres Psikososial. Pusat Studi Wanita, UGM. Siswiyanti & Luthfianto, S (2011). Beban Kerja dan keluhan Sistem Musculoskeletal pada pembatik Tulis di kelurahan Kalinyamat wetan Kota Tegal. Prosiding Seminar Nasional Sains dan B-315
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
Teknologi ke-2 tahun 2011. FT. Universitas Wahid Hasyim, Semarang. Story, MF., Mueller, JL., Mace, RL., 1998. The Universal Design File: Designing For People of All Ages and Abilities. North Carolina, US: The Center for Universal Design. Terrel, R. & . Purswell J.(1976). The Influence of Forearm and Wrist Orientation on Static Grip Strength as a Design Criterion for Hand Tools. Proc. Hum Factors Soc., 20:28-32. WBCSD-World Business Council for Sustainable Development. Measuring Eco-efficiency a Guide to Reporting Company Performance, 2000 Wilson, John R. and Corlett, Nigel (2005). Evaluation of Human Work 3rd Edition. Boca Raton, FL: CRC Press.
B-316