ISBN: 97937808-7
PROSIDING KONFERENSI PENDIDIKAN DASAR (KOPENDAS) TINGKAT INTERNASIONAL 2009
Penyunting: Prana D. Iswara Diah Gusrayani Maulana UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS SUMEDANG 10- 11 Oktober 2009
DAFTAR ISI
SAM BUTAN REKTOR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
ii
SAMBUTAN BUPATI SUMEDANG
iv
SAMBUTAN DIREKTUR UPI KAMPUS SUMEDANG
vi
DAFTAR ISI
vii
COMMITTE MEMBERS
xiv
Model Pembelajaran Sains UPAYA MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL - Nancy Susianna & Yuliana Triwening Tyas
1
PEMBELAJARAN UNGK'UNGAN HIDUP BERBASIS PROBLEM SOLVING — Asep Kurnia Jayadinata
8
PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA DI SD KELAS V - Yulian Fitriyani
12
Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD BERBASIS PERMAINAN — Dadan Djuanda
17
METODE DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR DENGAN MENGGUNAKAN KARTU KATA ALA "DOMINO" – La Ino 28 PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SURAT PRIBADI PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LUWUNGKENCANA KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN CIREBON — Munaroh 33 Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL - Isah Cahyani
34
PENANAMAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR - Asep Muhyidin
40
PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN "BIPA" UNTUK USIA DINI DAN SEKOLAH DASAR - Kunkun K Harnadi
44
Model Pembelajaran Matematika PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR – Tita Rostiawati
45
PEMBELAJARANMATEMATIKA BERBASIS KONTEKSTUAL – Respaty Mulyanto
51
PENGGUNAAN MEDIA TABEL BERPOLA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM KONSEP PENGUKURAN SATUAN WAS BAKU (Studi deskriptif di kelas V SDN Sidamulya Kota Cirebon) - Puputh Rusma Noermala
55
PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM PENANAMAN KONSEP PERKALIAN DAN PEMBAGIAN BILANGAN BULAT (Studi deskriptif di kelas IV SD Negeri Cipanas Kec. Tanjungkerta Kab. Sumedang) - Ai Nani Nurhayati & Maulana 61 PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DENGAN MENGGUNAKAN KEKUATAN IMPIAN - Dede Hendi Rosali
71
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI FASILITAS BACK SOUND MUSIK — Karlimah
75
INTEGRASI PEMBELAJARAN MA1EMATIKA INDUKTIF DAN ANALOGIS UNTUK SETIAP LEVEL GENERALISASI MAHASISWA CALON GURU SD - Dina Mayadiana S. 79 MEMBUAT PEMBAGIAN PECAHAN LEBIH REAL DAN KONKRET DENGAN DRAMA - Riana Irawati
85
Alternatif Pembelajaran bagi Para Guru NEEDHAM CONSTRUCTIVISM MODEL-MULTIPLE INTELLIGENCES: THE STRATEGY OF BOOSTING THE QUALITY OF TEACHING THE LITERATURE COMPONENT - Naffi Bin Mat
90
AN IMPLEMENTING MODEL OF EDUCATION IN THE CHILDREN REHABILITATION CENTER IN TANGERANG — Arifm
95
THE IMPACT OF THE IMPLEMENTATION OF MONTESSORI METHOD ON RECOGNITION AND UNDERSTANDING NUMBER CONCEPTS OF SLOW LEARNERS (A Case Study on using Sand Paper) - Dylmoon Hidayat & Yovita Laurus 101 Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani PERBANDINGAN PENGARUH GAYA KOMANDO DAN GAYA RESIPROKAL TERHADAP TINGKAT KESEGARAN JASMANI DAN SIKAP DISIPLIN SISWA SEKOLAH DASAR - Bambang Gatot S
106
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI BERBASIS NILAI SPORTIVITAS PADA SISWA SEKOLAH DASAR - Tatang Muhtar
107
THE COMPARISON OF PHYSICAL FITNESS LEVEL OF 6TH GRADE STUDENTS OF PUBLIC ELEMENITARY SCHOOL VI, PILOT PROJECT ELEMENTARY SCHOOL & LABORATORY ELEMENTARY SCHOOL - Rochdi Simon
116
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI BERBASIS PENGEMBANGAN KREATIVITAS - Anin Rukmana
117
Model Pembinaan Guru (Kajian dari Sudut Agama) REORIENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK AL KARIMAH — Jenuri 122 MENINGKATKAN SIKAP RELIGIUSITAS PADA GURU UNTUK MENCEGAH TINDAK KEKERASAN YANG DILAKUKAN GURU TERHADAP MURID — Ade Nursanti
130
PENDIDIKAN NILAI DI SEKOLAH DASAR TANGGUNG JAWAB SELURUH MATA PELAJARAN - Ani Nur Aeni 135 English for Young Lernears TEACHING ENGLISH TO YOUNG LEARNERS: HOW THEY LEARN AND THE PEDAGOGICAL IMPLICATION - Rojab Siti Rodliyah 141 ARE YOU SMARTER THAN THE FIFTH GRADER? (A case study of 5 teachers and 5 fifth-graders in Al-Irhaam Global Islamic School) - Diah Gusrayani 145 ENGLISH FOR ELEMENTARY SCHOOL TEACHERS: AN AVALUATION ON THE LONG-DISTANCED PROGRAM - Yanty Wirza 152 Quality Assurance CONVERGENCY COMMUNICATION UNTUK MENCIPTAKAN MUTUAL UNDERSTANDING DALAM PROSES PEMBELAJARAN SEBAGAI QUALITY ASSURANCE PENDIDIKAN - Aan Komariah & Eka Prihatin
155
MARKETING EDUCATION FACTORS AFFECTING SATISFACTION AND LOYALTY SERVICE, AND UNIVERSITY IMPACT ON GROWTH (Studies on the influence of Leadership Capacity, Product of the University, Satisfaction and Loyalty Students' and Lecturers, and the impact on the growth of the University of Education at the University of Indonesia) - Eka Prihatin Sulaksana 156 INNOVATIONS MANAGEMENT TOWARD A CENTER OF EXCELLENCE IN BASIC EDUCATION - Nurlan Kusmaedi 157 Inovasi Pembelajaran MENINGKATKAN DAYA INGAT SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI TEKNIK MENCATAT MIND MAPPING - Zumrotul Mahmudah 166 REALIA: A GOOD ALTERNATIVE MEDIA FOR TEACHING ENGLISH TO INDONESIAN YOUNG LEARNERS - Sri Setyorini & Iyen Nurlaelawati
170
REALIA: A GOOD ALTERNATIVE MEDIA FOR TEACHING ENGLISH TO INDONESIAN YOUNG LEARNERS - Sri Setyorini & Iyen Nurlaelawati
176
IMPROVING THE TEACHING & LEARNING OF MATHEMATICS THROUGH ACTIVE LEARNING - Asep Sapa'at 171 Inovasi Pembelajaran (Multimedia) THE BASIC EDUCATION DEVELOPMENT DIMENSION: INTERNET ACCESS FOR DEVELOPMENT - Arif Hidayat, Amran Noordin & Irma R Suwarma
176
PERKEMBANGAN E-LEARNING PADA PEMBELAJARAN MEMBACA DI UPI KAMPUS SUMEDANG - Prana D. Iswara
177
PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS KOMPUTER: VIRTUAL LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS - Atep Sujana
182
Inovasi Pembelajaran (Learning Resource) THE IMPORTANCE OF DEVELOPMENT OF AUDITORY PROCESSING INTERVENTION INSTRUMENT - Fadzilah Abd Rahman & Nurul Aini Yahya
187
MANAGING THE STUDENT ACHIEVEMENT RESULT IN VIRTUAL GALLERY BASED ON CONTENT MANAGEMENT SYSTEMS TO ENRICH STUDYING SOURCE - Johan & Tri Pujadi
188
VISUALIZING EXPERIENCE: THE EXPLORATION OF PICTURE BOOK POTENTIAL FOR CHILDREN - Rd. Della N. Kartika Sari A. & Nicke Yunita Moecharam
195
INCLUSIVE SCHOOL: ENHANCING SUPPORTIVE SCHOOL CULTURE (A case study at SD Hilonah Teladan, Cimahi) - Arti Utami Dewi
196
DEVELOPING LITERACY THROUGH PRIMARY SCHOOL ENGLISH TEXTBOOKS Fazri Nur Yusuf
197
LESSON PLANS FOR TEACHING ENGLISH TO YOUNG LEARNERS (A Case Study of Lesson Plans of Two Elementary Schools in Bandung Kulon, West Java) - Ika Lestari Damayanti & Astri Rejeki
202
Inovasi Pembelajaran (Peningkatan Kualitas Guru) PREVIEW MOBILE LEARNING: PEMANFAATAN MOBILE DEVICE DALAM PEMBELAJARAN BAGI MAHASISWA PGSD - Suprih Widodo
207
MATEMATIKOMIK, METAFORA, DAN PENDEKATAN METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA — Maulana
215
TEACHING SCIENCE PROCESS SKILLS IN BLENDED LEARNING ENVIRONMENT: A CASE STUDY AT STARAT-1 ELEMENTARY TEACHER EDUCATION — Hartono & Nuryani Y. Rustaman 221 CLASSROOM ACTION RESEARCH: IMPROVING TEACHING SOCIAL STUDIES QUALITY - Nurdinah Hanifah
228
Media Pembelajaran SUMBER BELAJAR DALAM KONTEKS MEDIA INSTRUKSIONAL EDUKATIF — Ali Sudin
233
MERANCANG KEGIATAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF - Hendra Somantri
237
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KOSA KATA ANAK MELALUI PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG DI SD KELAS TINGGI – Dede Tatang Sunarya
241
Model Pembinaan Guru dalam Bidang Bahasa ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH KECAMATAN WAY JEPARA DAN BANDAR SRIBHAWONO LAMPUNG TIMUR - Mulyanto Widodo
244
PENDIDIKAN BAHASA ASING DI TINGKAT DASAR: SATU TINJAUAN DARI SUDUT PSIKOLINGUISTIK - Azmi Abdullah
251
ENGLISH AND CHILDREN ARE NOT NIGHTMARES - Asep Gunawan
258
Kurikulum IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI (Studi kasus pada SDN Cilengkrang Sumedang) Indra Safari
266
EFFORTS TO UNDERSTAND THE CURRICULUM CHANGES AS PART OF EDUCATION QUALITY AND IMPROVEMENT — Parman
273
THE BASIC EDUCATION INTERNATIONAL STANDARDIZED: INDONESIA PRIMARY SCHOOL STUDENT'S EVALUATION ANALYSIS AT HAND – Wiwin Winiwidiawati, L.G. Arisuweni, Cece Suparya & Arif Hidayat
279
Kesusastraan MENYELAMI DAN MENIKMATI: KEBOLEHBACAAN DAN APRESIASI PROSA MELAYU - Shamsudin Othman
280
PENERAPAN TEKNIK PAGELARAN WAYANG BEBER DALAM PEMBELAJARAN SAS I RA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGARANG SISWA SEKOLAH DASAR - Ida Widia 285 CHILDREN RESPONSES TO SHORT STORIES READ ALOUD – Effy Mulyasari
292
Evaluasi ASSESSMENT TECHNIQUES ADMINISTERED IN ENGLISH LANGUAGE CLASSROOM FOR YOUNG LEARNERS (A Descriptive Research Conducted In Primary Schools In Bandung Kulon) - Siti Masitoh
303
QUALITY ASSURANCE PENDIDIKAN MELALUI SELF EVALUATION DALAM MENCIPTAKAN CUSTOMERS SATISFACTION - Brantas & Eka Prihatin
309
THE INFLUENCE OF QUALITY MANAGEMENT SYSTEM ISO 9001:2000 IMPLEMENTATION TO EDUCATOR PERFORMANCE IN EFFORT TO INCREASE QUALITY OF TEACHING LEARNING PROCESS AT SMKN "X" BANDUNG Hariandy Hasbi & Ivan Gumilar
310
Pengembangan Guru dan Manajemen Sekolah EMPOWERING SCHOOL COMMUNITY TOWARDS MORE QUALIFIED BASIC EDUCATION (Lessont Learnt from the Impelemtation of Desentralized Basic Education (DBE1)- in school level in West Java and Banten Province - Dinn Wahyudin
317
DIMENSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH - Yahya Sudarya & Tatang Suratno
318
Program Pelatihan dan Kemitraan PENGEMBANGAN PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD KABUPATEN SUMEDANG - Ayi Suherman
324
MODEL PENGEMBANGAN PROFESIONAL GURU MELALUI KEMITRAAN DOSENGURU IPA TSANAWIYAH PADA KEGIATAN MGMP DI PALEMBANG DAN DAMPAKNYA TERHADAP PROFESIONALITAS GURU - Iceng Hidayat
327
LESSON STUDY IMPLEMENTATION TO IMPROVE SCHOOL-UNIVERSITY PARTNERSHIP AND EDUCATOR PROFESSIONAL DEVELOPMENT: THE CASE OF UPI SERANG CAMPUS - Tatang Suratno Kajian Pembelajaran (Umum) ANTI-SOCIAL BEHAVIORS IN PRIMARY SCHOOL: KEEPING OUT OF TROUBLE A. Suryahatikah, Arif Hidayat, Ridwan Effendi & Fiena Rifanty A
328
336
PERSFEKTIF PEDAGOGY DAN ANDRAGOGY UNTUK PENINGKATAN MUTU PROSES PEMBELAJARAN PADA SATUAN PENDIDIKAN DASAR - Ade Juwaedah
343
THE OCEANIC CONCEPTS OF INDONESIAN CHILDREN AMONG INLAND COMMUNITY FROM 8 TO 12 YEARS OLD (Case Study) - Esther Sanda Manapa, Nuryani Y. Rustaman & Sri Redjeki
346
Sertifikasi Guru PERANAN SERTIFIKASI GURU MELALUI PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN - Cica Yulia
352
ANALISIS KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PPG SD/MI PRA JABATAN DI INDONESIA - Dindin Abdul Muiz Lidinillah
358
GURU BERSERTIFIKASI VERSUS PROFESIONALISME GURU: TINJAUAN KRITIS TERHADAP PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU – Hasbullah 364 THE IMPORTANCE OF THE SUPERVISION TOWARDS TEACHER'S CERTIFICATIONAL POLICY IN ACHIEVING THE PROGRESS OF EDUCATIONAL QUALITY - Mula Sigiro 369 Kajian Lain MEMPERKUAT PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEKOLAH DASAR DALAM PERSPEKTIF GLOBAL (Pendidikan dalam Rangka untuk Saling Pengertian Antar Bangsa dalam Hubungan Internasional) - Dadang Kurnia
TEACHING THROUGH ARTS – Julia Kartawinata
Ucapan Terimakasih Kepada Sponsor LAMPIRAN
376
COMMITTEE MEMBERS Advisory Board
: Prof. Dr. E. Aminudin Aziz, M.A.
Official in Charge
: Dr. Nurlan Kusmaedi, M.Pd. Drs. H. Ali Sudin, M.Pd. Dr. H. Ayi Suherman, M.Pd. Drs. Dadan
Djuanda, M.Pd Secretariat Staff
: Achdi, S.Pd.; Iin Suartini,
S.Pd.
ORGANIZING COMMITTEE Chief
: Diah Gusrayani, M.Pd.
Secretary
: Prana Dwija Iswara, M.Pd.
Treasurer
: Dadang S, S.H.
ABSTRACT REVIEWER Dr. Nurlan Kusmaedi, M.Pd. Dr. H. Ayi Suherman, M.Pd. Drs. Dadan Djuanda, M.Pd. Maulana, M.Pd.
PROGRAM COORDINATORS Maulana, M.Pd.
FUNDING COORDINATOR Karmah S
Drs. Tatang Muhtar, M.Si.
Hj. Sri Utami
Drs. H. Anin Rukmana, M.Pd.
Hj. Etty
EQUIPMENT COORDINATORS Indra Safari, M.Pd.
PUBLIC RELATION Drs.
Asep Kurnia, M.Pd.
Riana Irawati, M.Si.
Ani Nur Aeni, M.Pd.
Nurdinah Hanifah, M.Pd
SUBSISTENCE COORDINATORS: All lecturers and students
Respaty
Mulyanto
Konferensi Pendidikan Dasar (Kopendas 1) Tingkat Internasional
Model Pembelajaran Sains UPAYA MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL Nancy Susianna Yuliana Triwening Tyas Universitas Pelita Harapan Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa sekolah dasar dengan menggunakan pendekatan Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual pada pembelajaran sains. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan weak experimental design yaitu the one shot case study. Subyek penelitian ini terdiri dari dari 22 siswa sekolah Dasar. Instrumen yang digunakan adalah rubrik, lembar kerja siswa dan angket yang dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran ini dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan pendekatan Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual. Rata-rata presentase untuk setiap indikator keterampilan proses sains yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut; observasi 86 %, interpretasi data 68%, komunikasi 44%, klasifikasi 61% dan keterampilan eksperimen 100%. Siswa menyukai pembelajaran yang dikembangkan karena siswa aktif melakukan berbagai kegiatan. Kata kunci: Keterampilan Proses Sains dan Pendekatan Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual A. Pendahuluan Salah satu bidang studi yang penting untuk dipelajari adalah pelajaran sains. Pelajaran ini berkaitan erat dengan ciptaan Tuhan dan segala hukum yang ditetapkanNya. "Melalui pelajaran sains, siswa dapat lebih mengenal bahwa Allah adalah asal-usul dari segala yang ada di bumi termasuk hukum ciptaanNya" (Van Brummelen 2008, 254). Sains juga penting untuk dipelajari karena dengan belajar sains, siswa dapat memperoleh wahana untuk mempelajarldiri sendiri dan alam sekitar, serta dapat menerapkan teori dalam kehidupan sehari-hari. Pada abad 21 ini, sains semakin penting untuk dipelajari karena perkembangan teknologi komunikasi dan informasi semakin maju pesat (Model Pembelajaran IPA Terpadu SD 2008). Hal ini dipertegas dengan pendapat Conny Semiawan yang menyatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua konsep pada siswa (Keterampilan Proses Sains SD 2008). Pemerintah menanggapi hal ini dengan menyusun kurikulum yang menekankan pada penggunaan keterampilan proses dalam pembelajaran sains (Nuryani 2005, 76). Keterampilan proses merupakan seperangkat kemampuan kompleks yang biasa digunakan oleh para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah (Keterampilan Proses Sains SD 2008). Namun kenyataannya, hanya sebagian kecil dari guru yang mengajar sains dengan mengembangkan keterampilan proses (Nuryani 2005, 77). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, dari tiga SD swasta dan satu SD negeri di dua kota yang berlainan, terdapat 70% guru yang masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa hanya duduk, mendengar, mencatat, dan menghafalkan. Hasil wawancara dengan siswa kelas IV di tiga SD diperoleh data bahwa 85% dari mereka belajar sains dengan cara mendengarkan penjelasan dari guru, mencatat, mengerjakan soal kemudian menghafalkan materi pelajaran untuk persiapan ulangan. Data-data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar guru juga hanya memberikan fasilitas pembelajaran yang bersifat hafalan sehingga siswa tidak dapat mengetahui secara langsung hubungan antara teori yang dihafalkan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Menurut Nuryani (2005, 77), guru berpendapat bahwa dengan menguasai konsep sains maka semuanya akan beres. Ditambah dengan kenyataan bahwa soal-soal Tes Harian Bersama (THB), Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA), atau Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) hampir tidak pernah memunculkan soal yang
Konferensi Pendidikan Dasar (Kopendas 1) Tingkat Internasional
mengukur keterampilan proses. Pendapat guru ini jelas bertentangan dengan anjuran pemerintah pada pembelajaran sains. Alasan lain yang sering dikemukakan guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah siswa per kelas yang terlalu banyak (Model Pembelajaran IPA Terpadu SD 2008). Berdasarkan penjelasan di atas jelas bahwa pembelajaran lebih bersifat teacher centered (terpusat pada guru), yaitu guru yang aktif membelajarkan siswa. Guru hanya menyampaikan materi sains sebagai produk dan siswa menghafal informasi yang didapat dari guru. Siswa hanya mempelajari sains pada domain kognitif terendah. Siswa tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak siswa yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri (Model Pembelajaran IPA Terpadu 2008). Akibatnya, penilaian mutu pendidikan Indonesia dibandingkan negara lain di kancah Asia dan ASEAN sekalipun belum bisa dibanggakan (Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah 2009). Mutu pendidikan Indonesia khususnya di bidang sains, dapat terlihat dari survei TIMSS (The Trends in International for Evaluation of Education Achievement) yang melaporkan bahwa Indonesia berada pada posisi di bawah rata-rata yaitu peringkat ke-36 untuk sains (Elisabeth 2009). Hasil studi yang dilakukan oleh PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2003 menyatakan bahwa dari 41 negara, Indonesia berada pada tingkat ke-38 dalam hal kemampuan sains (Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah 2009). Secara penguasaan konsep dan keterampilan proses sains, sebagian besar siswa Indonesia memang kurang maju karena cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor (Model Pembelajaran IPA Terpadu SD 2008). Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep rumit dan abstrak jika disertai contoh-contoh konkret, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari (Wahyu 2009). Siswa juga akan sungguh-sungguh dalam belajar bila pelajaran itu menyenangkan (Suparno 2004). Pembelajaran yang diterapkan diharapkan dapat memfasilitasi siswa agar aktif dan dapat meningkatkan basil belajar mereka dengan memperoleh keseimbangan domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik merupakan inti dari pengembangan keterampilan proses sains (Keterampilan Proses Sains SD 2008). Hal tersebut berarti bahwa pembelajaran yang diperlukan dalam pelajaran sains adalah pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan proses sains. Salah satu pembelajaran yang diperkenalkan oleh Dave Meier adalah pembelajaran menggunakan pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual). Pembelajaran ini erat dengan Indikator keterampilan proses sains karena pembelajaran melibatkan kegiatan tubuh, kegiatan mendengar dan berbicara, kegiatan mengamati, dan kegiatan berpikir (Meier 2002, 91). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan studi lebih mendalam mengenai pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI khususnya pada pelajaran sains untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Penelitian ini berjudul " Pendekatan Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual dalam Mengembangkan Keterampilan Proses Sains Siswa SD Kelas IV. ,, Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah pendekatan SAVI dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa , dan bagaimana tanggapan siswa terhadap pendekatan SAVI pada pelajaran sains? Tujuan penelitian ini adalah untuk: mendapatkan gambaran pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI yang dapat mengembangkan keterampilan proses sains dan mendapatkan gambaran tanggapan siswa tentang pendekatan SAVI yang diterapkan dalam pelajaran sains. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah, guru, maupun peneliti yang lain: bagi sekolah; sekolah dapat menganjurkan guru untuk menggunakan pendekatan SAVI sehingga dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Bagi guru; guru dapat mengetahui dan menggunakan pendekatan yang dapat mengembangkan keterampilan proses sains dan bagi peneliti yang lain; mendorong peneliti lain untuk mengembangkan keterampilan proses sains dengan menggunakan pendekatan lainnya. B. Metode penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan weak experimental design yaitu the one shot case study. Subyek penelitian ini terdiri dari dari 22 siswa Sekolah Dasar.
Konferensi Pendidikan Dasar (Kopendas 1) Tingkat Internasional Instrumen yang digunakan adalah rubric dan angket yang dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Instrumen penelitian diuji dengan validitas konstrak (Construct Validity), yaitu pengujian validitas dengan menggunakan pendapat beberapa ahli (Sugiyono 2007, 177). Instrumen pada penelitian ini diuji validitasnya oleh 3 orang ahli. Analisis data dilakukan dengan berorientasi pada pertanyaan penelitian. Teknik analisis data yang digunakan yaitu: analisis data dengan statistik deslcriptif digunakan untuk mendeskripsikan basil nilai rubrik dan angket C. Analisis Data, Temuan dan Pembahasan Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi data keterampilan proses sains siswa, dan data tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang diterapkan. Data yang diperoleh mengenai keterampilan proses sains adalah data nilai rubrik siswa. Rubrik ini digunakan untuk menilai keterampilan proses sains dengan indikator observasi, interpretasi data, komunikasi, klasifikasi, dan keterampilan eksperimen.Rata-rata persentase nilai rubrik dibulatkan menjadi angka bulat. Kriteria nilai tertinggi yaitu nilai 3, sedangkan nilai terendah yaitu nilai 1. Keterampilan Proses Sains Rubrik dengan indikator observasi digunakan untuk menilai performance (hash kerja) siswa pada pelajaran I, II, III, dan IV. Rata-rata persentase nilai rubrik observasi pada kelas eksperimen dengan nilai 3 adalah 86%, rata-rata persentase nilai 2 adalah 10%, dan rata-rata nilai 1 adalah 4%. Pada pelajaran pertama dengan topik kelompok benda yang dihasilkan oleh sumber daya alam, nilai 3 berarti siswa mampu mengamati seluruh objek dengan menggunakan indera penglihat, indera peraba, dan fakta yang relevan dan memadai tentang kelompok benda yang dihasilkan oleh sumber daya alam. Nilai 2 berarti siswa mampu mengamati sebagian objek dengan menggunakan indera peraba dan penglihat. Nilai 1 berarti siswa mampu mengamati objek dengan menggunakan indera penglihat saja. Pada pelajaran kedua dengan topik proses pembuatan suatu benda yang menggunakan sumber daya alam, nilai 3 berarti siswa mampu mengamati seluruh proses pembuatan lem dengan menggunakan indera penglihat dan peraba. Nilai 2 berarti siswa mampu mengamati sebagian dari proses pembuatan lem dengan menggunakan indera penglihat dan peraba. Nilai 1 berarti siswa mampu mengamati sebagian dari proses pembuatan lem dengan menggunakan indera penglihat. Pada pelajaran ketiga dengan topik dampak pengambilan bahan alam tanpa usaha pelestarian, nilai 3 berarti siswa mampu mengamati gambar dengan menggunakan indera penglihat dan fakta yang relevan dan memadai tentang dampak pengambilan bahan alam tanpa usaha pelestarian. Nilai 2 berarti siswa mampu mengamati gambar dengan menggunakan fakta yang relevan dan memadai tentang dampak pengambilan bahan alam tanpa usaha pelestarian. Nilai 1 berarti siswa mampu mengamati gambar dengan menggunakan indera penglihat tentang dampak pengambilan bahan alam tanpa usaha pelestarian. Pada pelajaran keempat dengan topik cara memanfaatkan sumber daya alam tanpa merusak alam, nilai 3 berarti siswa mampu mengamati seluruh objek dengan menggunakan indera penglihat, indera peraba, dan indera pencium tentang jenis sampah dari hasil sumber daya alam. Nilai 2 berarti siswa mampu mengamati sebagian objek dengan menggunakan indera penglihat dan indera pencium tentang jenis sampah dari basil sumber daya alam. Nilai 1 berarti siswa mampu mengamati objek dengan menggunakan indera penglihat tentang jenis sampah dari hasil sumber daya alam. Pendekatan SAVI yang digunakan sesuai dengan aspek-aspek yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Salah satu aspek yang diungkapkan Harlen (Nuryani 2005, 83) yaitu memberi kesempatan pada siswa untuk menggunakan alat indera mereka dalam mengamati benda atau fenomena secara langsung. Siswa mendapat kesempatan untuk mengikuti pembelajaran dengan mengamati secara langsung benda-benda yang berhubungan dengan materi pelajaran sains yang sedang dibahas. Pembelajaran perlu menyediakan pengalaman langsung melalui pengalaman inderawi (Yamin dan Ansari 2008, 14). Saat pembelajaran kedua, siswa mendapat kesempatan untuk belajar dengan
melihat secara langsung gambar skema proses pembuatan kertas dan melakukan eksperimen dalam membuat lem dari tepung kanji. Rubrik dengan indikator interpretasi data digunakan untuk menilai performance (basil kerja) siswa pada pelajaran I dan IV. Rata-rata persentase nilai 3 pada adalah 68%, sedangkan rata-rata persentase nilai 2 adalah 32%. Pada pelajaran pertama dan pelajaran keempat, nilai 3 berarti siswa mampu mencatat seluruh basil pengamatan dalam bentuk tabel. Nilai 2 berarti siswa mampu mencatat sebagian basil pengamatan dalam bentuk tabel. Nilai I berarti siswa tidak mampu mencatat basil pengamatan dalam bentuk tabel. Pendekatan SAVI dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa dengan indikator interpretasi data. Siswa mampu mencatat data dari basil pengamatan ke dalam bentuk tabel kemudian menarik kesimpulan berdasarkan tabel yang dibuat. Pembelajaran pertama, siswa melakukan observasi benda-benda yang berasal dari sumber daya alam kemudian mencatat basil observasi sesuai dengan kelompok asal sumber daya alam. Demikian juga pada pembelajaran keempat, siswa melakukan observasi jenis-jenis sampah yang ada di sekitar halaman sekolah kemudian mencatat basil observasi dalam bentuk tabel. Rubrik dengan indikator komunikasi digunakan untuk menilai performance (basil kerja) siswa pada pelajaran I, II, III, dan IV. Rata-rata persentase nilai 3 adalah 44%, rata-rata persentase nilai 2 adalah 32%, dan rata-rata persentase nilai 1 adalah 16%. Pada pelajaran pertama dengan topik kelompok benda yang dihasilkan oleh sumber daya alam, nilai 3 berarti siswa mampu menjelaskan seluruh benda berdasarkan klasifikasinya d an kegunaannya masing-masing. Nilai 2 berarti siswa mampu menjelaskan sebagian benda berdasarkan klasifikasinya dan kegunaannya masing-masing. Nilai 1 berarti siswa tidak mampu menjelaskan seluruh benda berdasarkan hash kegiatan. Pada pelajaran kedua dengan topik proses pembuatan suatu benda yang menggunakan sumber daya alam, nilai 3 berarti siswa mampu menjelaskan dengan benar tentang proses membuat lem kanji dan perbedaan antara basil yang menggunakan air panas dengan air dingin. Nilai 2 berarti siswa mampu menjelaskan dengan benar tentang proses membuat lem kanji. Nilai 1 berarti siswa tidak mampu menjelaskan basil eksperimen dengan benar. Pada pelajaran ketiga dengan topik dampak pengambilan bahan alam tanpa usaha pelestarian, nilai 3 berarti siswa mampu menjelaskan dengan benar mengenai alasan terjadinya bencana dan pendapat mereka tentang cara pencegahannya. Nilai 2 berarti siswa mampu menjelaskan dengan benar mengenai alasan terjadinya bencana. Nilai 1 berarti siswa tidak mampu menjelaskan dengan benar mengenai alasan terjadinya bencana dan pendapat mereka tentang cara pencegahannya. Pada pelajaran keempat dengan topik cara memanfaatkan sumber daya alam tanpa merusak alam, nilai 3 berarti siswa mampu menjelaskan perbedaan sampah organik dan nonorganik serta menyebutkan cara-cara lain memanfaatkan sumber daya alam tanpa merusak alam. Nilai 2 berarti siswa mampu menjelaskan perbedaan sampah organik dan nonorganik. Nilai 1 berarti siswa tidak mampu menjelaskan keduanya. Hal tersebut berarti pendekatan SAVI dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa dengan indikator komunikasi. Siswa memiliki kesempatan untuk mengungkapkan pendapat mereka dalam diskusi kelompok. Menurut Harlen dalam Nuryani (2005, 82), salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan keterampilan proses sains siswa adalah memberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok kecil dan diskusi kelas. Kegiatan berdiskusi yang dilakukan membantu siswa memiliki keterampilan komunikasi. Siswa berani mengungkapkan pendapat baik dalam diskusi kelompok maupun dalam diskusi kelas. Siswa dapat menjawab pertanyaan dan menjelaskan sesuatu dengan kalimat mereka sendiri. Rubrik dengan indikator klasifikasi digunakan untuk menilai performance (basil kerja) siswa pada pelajaran I dan IV. Rata-rata persentase nilai 3 adalah 61%, rata-rata persentase nilai 2 adalah 34%, dan rata-rata persentase nilai 1 adalah 5%. Pada pelajaran pertama dengan topik kelompok benda yang dihasilkan oleh sumber daya alam, nilai 3 berarti siswa mampu mengelompokkan 10-13 benda berdasarkan golongan masingmasing. Nilai 2 berarti siswa mampu mengelompokkan 5-10 benda berdasarkan golongan masingmasing. Nilai 1 berarti siswa mampu mengelompokkan <5 benda berdasarkan golongan masingmasing. Pada pelajaran keempat dengan topik cara memanfaatkan sumber daya alam tanpa merusak alam, nilai 3 berarti siswa mampu mengelompokkan dengan benar 4 atau 5 jenis sampah berdasarkan golongan masing-masing. Nilai 2 berarti siswa mampu mengelompokkan dengan benar 2 atau 3 jenis
Konferensi Pendidikan Dasar (Kopendas 1) Tingkat Internasional
sampall berdasarkan golongan masing-masing. Nilai 1 berarti siswa mampu mengelompokkan dengan benar 1 atau 0 jenis sampah berdasarkan golongan masing-masing. Hal tersebut berarti pendekatan SAVI dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa dengan indikator klasifikasi. Siswa mampu mengelompokkan benda-benda dari hasil pengamatan mereka saat pembelajaran pertama dan keempat. Pembelajaran pertama, siswa melihat benda-benda yang berasal dari sumber daya alam, kemudian mengelompokkan sesuai dengan asalnya masing-masing. Pembelajaran keempat, siswa mengamati macam-macam sampah yang ada di halaman sekolah, kemudian mengelompokkan sampah tersebut sesuai dengan jenis sampahnya (organik atau nonorganik) Rubrik dengan indikator keterampilan eksperimen digunakan untuk menilai performance (basil kerja) siswa pada pelajaran II. Rata-rata persentase nilai 3 adalah 100%. Pada pelajaran kedua dengan topik proses pembuatan suatu benda yang menggunakan sumber daya alam, nilai 3 berarti siswa mampu melakukan percobaan dengan menggunakan alat atau bahan yang telah disediakan dan prosedur yang telah ditetapkan. Nilai 2 berarti siswa mampu melakukan percobaan dengan menggunakan alat atau bahan yang telah disediakan. Nilai 1 berarti siswa tidak mampu melakukan percobaan dengan menggunakan alat atau bahan yang telah disediakan dan prosedur yang telah ditetapkan. Hal tersebut berarti pendekatan SAVI dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa dengan indikator keterampilan eksperimen. Siswa mendapat kesempatan untuk melakukan percobaan. Menurut Yamin dan Ansari (2008, 45), melakukan kerja praktik merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran sains. Pada pembelajaran kedua, siswa melakukan kegiatan membuat tern dengan tepung kanji. Siswa pada kelas eksperimen mampu melakukan percobaan dengan alat dan prosedur yang telah disediakan. Tanggapan Siswa Terhadap Pendekatan SAVI Data yang diperoleh mengenai tanggapan siswa kelas eksperimen terhadap pendekatan SAVI adalah data angket siswa. Data berupa basil angket siswa dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel Hasil An ket Siswa Tidak Setuju Setuju No. Pe rnyataa n Persentase Persentase (%) ( %) 1. Saya senang belajar sains dengan pendekatan SAVI 91 9 Saya senang belajar sains dengan cara mengamati benda-benda 2. 91 9 secara langsung Saya senang belajar sains dengan cara melakukan percobaan di 3. 86 14 dalam maupun di luar kelas. Saya berani mengemukakan pendapat melalui gambar yang 4. 96 4 ditunjukkan saat pembelajaran. Saya dapat mengerti materi pelajaran dengan baik melalui 5. 100 pendekatan SAVI. Saya dapat membuat tabel untuk mengelompokkan benda-benda 6. 100 berdasarkan ciri-cirinya. 7. Saya dapat dengan mudah membaca tabel yang saya buat. 100 Saya dapat dengan mudah mencatat hasil kegiatan dan menjawab 8. 100 soal dari LKS. Saya dapat mengerjakan soal ulangan dengan mudah setelah 9. 100 mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI. Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa persentase jumlah siswa yang senang belajar sains dengan menggunakan pendekatan SAVI sebesar 91%, sedangkan persentase siswa yang tidak senang sebesar 9%. Jumlah siswa yang senang belajar sains dengan cara mengamati benda secara
langsung memiliki persentase sebesar 91%, seKonferensi Pendidikan Dasar (Kopendas 1) Tingkat Internasional
dangkan persentase siswa yang tidak senang sebesar 9%. Jumlah siswa yang senang belajar sains dengan cara melakukan percobaan di dalam maupun luar kelas memiliki persentase sebesar 86%, sedangkan persentase siswa yang tidak senang sebesar 14%. Jumlah siswa yang berani mengemukakan pendapat melalui gambar yang ditunjukkan saat pembelajaran memiliki persentase sebesar 96%, sedangkan jumlah siswa yang tidak berani adalah 4%. Perolehan persentase 100% terdapat pada pernyataan nomor 5 sampai 9. Pernyataan yang menunjukkan ketertarikan siswa terhadap pendekatan SAVI ditanggapi positif oleh siswa. Hal ini terlihat jelas pada persentase pemilih jawaban "setuju" pada pernyataan nomor 1 berjumlah 91% (20 siswa), sedangkan persentase yang menyatakan tidak tertarik berjumlah 9% (2 siswa). Siswa yang menyatakan tidak setuju adalah siswa E19 dan E20. Siswa E19 termasuk siswa yang kurang antusias saat mengikuti pelajaran. Hal ini tampak jelas saat is menunjukkan ketidakaktifannya dalam mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan pelajaran baik itu secara kelompok maupun pribadi. Siswa E19 termasuk dalam kategori kelompok bawah. Jika dilihat dari nilai rapor semester 1, siswa E19 memiliki nilai yang cukup rendah yaitu 51. Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa E 1 9 hampir tidak pernah mengungkapkan pendapat dan mengajukan pertanyaan saat diskusi kelompok maupun di kelas. Ketidakaktifan siswa E19 juga ditunjukkan dengan kebiasaan yang sering menggeletakkan kepalanya di meja dan menyenderkan badan di tembok saat kerja kelompok. Hasil kerjanya yang ditunjukkan dalam LKS sering tidak pernah tuntas. Jika temannya yang lain mampu mengerjakan lebih dari setengah, maka siswa E19 hanya mampu mengerjakan seperempat dari tugas yang harus diselesaikan. Siswa E20 adalah siswa kedua yang menyatakan tidak senang dengan pendekatan SAVI. Menurut pengamatan peneliti, siswa E20 termasuk siswa yang senang mendapat tugas untuk mencatat hasil pengamatan ataupun hasil percobaan kelompok daripada mengajukan pertanyaan atau pendapat. Siswa E20 akan tampak aktif mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan kerja kelompok jika guru sedang mendekati kelompoknya untuk menilai. Sebagai contoh saat pembelajaran kedua, siswa E20 hanya diam saja saat teman satu kelompoknya membuat lem dari tepung kanji. Siswa E20 hanya melihat kemudian mencatat hasil pengamatan. Setiap akhir pembelajaran saat guru dan siswa menyimpulkan materi pelajaran, siswa E20 selalu mencatat. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa E20 lebih senang belajar dengan mencatat daripada melakukan aktivitas dalam kelompok. D. Kesimpulan, keterbatasan dan saran Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa: pendekatan SAVI dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa dengan rata-rata persentase nilai tertinggi untuk indikator observasi 86%, interpretasi data 68%, komunikasi 44%, klasifikasi 61%, dan keterampilan eksperimen 100%.; tanggapan siswa mengenai pendekatan SAVI pada pelajaran sains positif karena sebagian besar siswa (91%) menyatakan senang belajar sains dengan menggunakan pendekatan SAVI. Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu: kurangnya waktu penelitian dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI, kebiasaan siswa yang belajar dengan cara mencatat dan menghafalkan sulit diubah, tidak adanya observer saat peneliti menerapkan pendekatan SAVI dalam pembelajaran sains sehingga peneliti tidak mendapat masukan mengenai penerapan pendekatan SAVI. Beberapa saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pendekatan SAVI dalam topik sumber daya alam maupun pada topik-topik lainnya, perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan tujuan mengembangkan keterampilan proses sains menggunakan pendekatan lainnya.
DAFTAR REFERENSI Bentley, M., Erbert, C., and Erbert, E. S. The Natural Investigator: A Construtivist Approach to Teaching Elementary and Middle School Science. USA: Wadsworth, 2000. DePorter, B. Quantum teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Kaifa, 2007. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Peningkatan Mutu. Dari www.depdiknas.net/; Internet; diakses pada 14 Maret 2009. E l i sa b et h , S . P ot e ns i S i s w a I n d o ne s i a d i Ba w a h R a t a - r at a I n t ern a s i on a l . D ar i www.sinarharapan.co.id; Internet; diakses pada 6 April 2009. Fleer, Marilyn & Hardy, Tim. Science for Children. New South Wales: Pearson Education Australia, 2001. Haryanto. Sains Untuk Sekolah Dasar Kelas IV. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006. Keterampilan proses sains (Science Proccess Skilss). Dari www.uny.ac.id/; Internet; diakses pada 2 Juli 2008. Keterampilan Proses Sains SD. Dari www.elearning-jogia.org/; Internet; diakses pada 27 Mei 2008. Liem, T. L. Asyiknya Meneliti Sains (Invitations to Inquiry). Bandung: Pudak Scientific, 2007. Meier, D. The Accelerated Learning Handbook: Panduan Kreatif Dan Efektif Merancang Program Pendidikan Dan Pelatihan. Bandung: Kaifa, 2002. Mikrodo, G., Saleh, L.M., Legowo, R.B. IPA SD Untuk Sekolah Dasar Kelas IV. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006. Model Pembelajaran IPA Terpadu SD. Dari www.puskur.net/; Internet; diakses pada 27 Mei 2008. Nuryani. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang, 2005. Roebyarto. Pendekatan SAVI. Dari http://robyarto.multiply.com/journal?&page_start=20; Internet; diakses pada 13 April 2009. Santrock, J., W. Psikologi Pendidikan (Educational Psychology), Edisi Kedua. Jakarta: Kencana, 2007. Sharp, John. Peacock, Graham. Johnsey, Rob. Primary Science Teaching Theory & Practice. Southernhay East: Learning Matters, 2002. Van Brummelen, H. Batu loncatan kurikulum: Berdasarkan Alkitab (Steppingstones to curriculum: a Biblical path). Tangerang: UPH Press, 2002. Wahyu, Y. Sains SD. Dari www.elearning-jogja.org/; Internet; diakses pada pada 27 April 2009 Ward, Roden, Hewlett, and Foreman. Teaching Science In The Primary Classroom: A Practical Guide. London: Paul Chapman Publishing, 2005.