PROGONALINE 2010, Sungai mempertemukan kita semua
9 perahu berwarna-warni perlahan melintas di bawah jembatan Klangon, yang menjadi batas antara Kabupaten Magelang dengan Kabupaten Kulon Progo. Sementara para pengarung (rafter) yang duduk di atasnya tampak sumringah dengan menampilkan mimik wajah yang lelah namun menggambarkan kepuasan. Setiap orang basah di siang yang cukup terik ini, di sungai Progo tempat berlangsungnya event arung jeram dengan tajuk “Progonaline 2010” yang diadakan oleh Equator Sinergi Indonesia Adventure Guide Jogjakarta pada tanggal 2 Januari 2010 kemarin. Mengawali perjalanan panjang mengarung tahun 2010 dengan kayuhan dayung melintasi jeram-jeram penuh kesulitan. Mengajak orang-orang untuk berpikir melintasinya dengan jernih, dan tentu saja dengan raga yang sehat.
Para rafter akan beristirahat di separuh pengarungan ini, tak seberapa jauh dari jembatan Klangon. Ada beberapa ember benih ikan yang akan dilarung di titik ini, sebagai wujud solidaritas manusia terhadap alam. Agar anak cucu dapat melihat alam yang hijau jernih seperti yang kita lihat saat ini. “Mas, ntar ikannya mati nggak yah diceburin di sini?” tutur salah seorang rafter dengan tampang polosnya kepada salah seorang panitia. “Ada harapan yang besar bahwa bibit ini akan tumbuh dengan baik di sini.” balas salah seorang panitia dengan bijak. Begitulah, ada harapan agar sinergi positif selalu tercipta ketika manusia beraktifitas dan solidaritas terhadap alam.
Menebar benih ikan Sungai Progo mengalir dari hulu di Kabupaten Temanggung hingga menuju hilir di Samudra Hindia, selatan pulau Jawa. Melintasi beberapa kota kecil seperti Temanggung, Magelang, Kulon Progo dan Bantul. Menjadi salah satu sumber irigasi bagi masyarakat petani di JawaTengah dan Jogjakarta. Di bidang wisata minat khusus, sungai Progo menjadi salah satu tujuan bagi orang-orang yang menyukai olahraga arung jeram. Tren seperti ini dimulai pada akhir tahun 90-an, ketika beberapa operator penyedia jasa arung jeram lahir di sekitar kota Jogjakarta dan Magelang. Mereka membuka akses bagi masyarakat awam untuk tertarik olahraga arung jeram, lalu mengantar mereka untuk mengarungi sungai-sungai di Jawa Tengah. Sungai-sungai seperti Progo, Elo dan Serayu kini menjadi ikon olahraga arung jeram di sini.
Tentu saja keberadaan sungai Progo menjadi lebih menarik karena posisinya yang strategis. Sungai Progo melintas di dekat warisan terbesar kebudayaan masa lalu Indonesia, yaitu Candi Borobudur. Masih ada pula beberapa peninggalan budaya di sekitar sungai Progo, yaitu Candi Mendut dan Candi Pawon. Tempat start dalam event Progonaline ini pun tepat berada di kawasan Candi Mendut, tak seberapa jauh letaknya dari Candi Borobudur.
Candi Mendut Sungai Progo memiliki karakteristik yang unik dibandingkan dengan sungai-sungai lain di Jawa. Karakter jeram-jeram dengan tingkat kesulitan tinggi untuk dilalui menjadi daya tarik bagi mereka yang mendambakan sesuatu yang lebih dalam petualangannya. Ada sebuah energi yang positif ketika adrenaline seseorang tiba-tiba memuncak dalam pengarungan ini. Ada sebuah jeram di sungai Progo yang menjadi maskot dalam pengarungan, yaitu jeram Budil. Dengan grade mencapai 5+, jeram Budil menjadi jeram dengan tingkat kesulitan tertinggi untuk dilewati dibanding dengan jeram-jeram di sungai yang lain di Jawa. Dinamakan Budil sebagai penghormatan terhadap meninggalnya salah seorang rafter bernama Budil di jeram ini. Di suatu masa ketika olahraga arung jeram masih asing dalam wacana petualangan masyarakat Indonesia.
Perahu yang menerjang jeram Budil Ada 4 step dalam pengarungan sungai Progo, yang menjadi menu beberapa operator arung jeram dalam menawarkan jasanya. Dari trip hulu Progo (Kandangan, Temanggung-Sawah Jurang, Magelang), trip Progo Atas (Sawah Jurang, Magelang-Tempuran, Magelang), trip Progo Bawah (Candirejo, Magelang-Ancol, Kulon Progo) dan trip hilir Progo (Ancol, Kulon Progo-Dekso, Kulon Progo). Trip yang umum dilalui oleh para rafter adalah trip Progo Atas dan Progo Bawah, karena memang mempunyai daya tarik tantangan yang lebih tinggi. Dalam event Progonaline ini, step yang dilalui selama pengarungan adalah Progo Bawah. Start pengarungan sendiri akan dilakukan sebelum tempuran sungai Elo dan Progo. Tepatnya di kawasan Candi Mendut yang masih merupakan lintasan pengarungan sungai Elo. Sedangkan perahu-perahu akan mencapai finish di bendungan Ancol, Kulon Progo. 62 rafter turut berpartisipasi dalam event ini, dengan total 9 perahu yang akan menerjang jeramjeram sulit sungai Progo. 1 perahu akan menjadi perahu rescue, yang akan dijalankan oleh tim rescue air dari Palapsi UGM. Setiap perahu sendiri akan dipandu oleh 2 orang guide yang memberikan rasa aman kepada para rafter. Seorang guide akan berposisi di perahu bagian depan, dan seorang lagi akan berposisi di perahu bagian belakang sebagai skiper (pengatur arah dan keseimbangan perahu). Di setiap jeram berbahaya, beberapa orang rescue darat akan berjaga dengan berbekal seuntai throwing bag (tali yang mengapung di air untuk menyelamatkan rafter yang terjatuh di jeram). Ada yang unik dalam event ini, bahwa ada seorang anak kecil berusia 10 tahun yang turut ambil bagian dalam pengarungan sungai Progo. Meskipun pada akhirnya si kecil tak diijinkan untuk melintasi jeram Welcome dan jeram Budil oleh sang guide. Karena memang resiko yang akan dilalui si kecil lebih tinggi daripada para rafter yang berusia dewasa.
Bersiap sebelum start pengarungan Tak semua rafter pernah mengikuti olahraga ini, sementara sungai yang akan mereka arungi ini termasuk di dalam sungai-sungai beresiko tinggi untuk diarungi. Ini sebuah tantangan tersendiri bagi para guide untuk memberikan rasa aman pada perahu yang dijalankan. Ada beberapa instruksi dari kepala guide kepada para rafter tentang dasar-dasar arung jeram sebelum mereka mengarung. Tentang posisi yang benar di atas perahu, tentang cara memegang dayung yang benar, tentang pemakaian pelampung maupun helm dan juga beberapa tips jika seorang rafter terjatuh di air. Tak lupa peregangan otot dilakukan bagi para rafter agar badan tidak kaget saat pertama kali mendayung. Step pertama pengarungan adalah menyusuri bagian sungai yang didominasi oleh karakter permukaan yang flat. Penampang yang lebar dengan bantaran sungai yang luas membuat view pengarungan semakin bersahabat bagi mata. Kadang bertemu juga dengan beberapa penduduk desa yang sedang beraktifitas di sepanjang sungai Progo, juga kadang bertemu dengan tingkah polah bocah-bocah kecil yang sedang bermain. Tak jarang juga seorang rafter akan tersenyum malu saat berjumpa dengan beberapa penduduk desa yang sedang mandi di sendang pinggiran kali. Jeram-jeram yang dilalui pada 2 jam pertama sebelum tiba di rest area (tempat pelarungan benih ikan) adalah tipikal jeram yang tak terlalu sulit untuk dilewati, namun cukup untuk membuat seluruh bagian tubuh para rafter basah meskipun tidak jatuh ke air. Karakteristik sungai Progo akan terlihat pada step kedua pengarungan, yaitu dari jembatan Klangon hingga bendungan Ancol, Kulon Progo. Ada dua jeram sulit dengan gradien tinggi yang harus dilalui perahu, yaitu jeram Welcome dan jeram Budil.
Di saat para rafter sedang melarungkan benih-benih ikan di pinggir sungai, para guide tampak melakukan scouting di jeram Welcome yang berada tak jauh dari titik rest area. Scouting adalah melakukan pengamatan dari pinggir sungai terhadap jeram-jeram yang akan dilalui oleh perahu. Di sini, seorang guide akan menentukan ke arah mana perahu akan melintas dengan aman. Bahkan andai saja arus yang akan dilewati terlalu deras dan beresiko tinggi untuk dilewati, seorang guide boleh saja memutuskan bahwa perahu tidak akan mengarung melewati jeram. Perahu akan diangkat melewati pinggiran sungai menuju posisi aman setelah jeram, istilah ini dinamakan portaging. Salah seorang guide berbicara kepada panitia di rest area, “Mas, anak ini masih terlalu kecil untuk melintasi jeram ini.” tuturnya sambil menoleh kepada si kecil Bernard, peserta termuda dalam Progonaline ini. Penuturan ini setidaknya merupakan penggambaran tentang begitu berbahayanya melewati jeramjeram di sungai Progo bawah. Percayalah pada guide yang menjalankan laju perahu ini, dan itu akan memberikan rasa aman kepada seorang rafter. Dan begitulah, si kecil Bernard terpaksa harus berjalan kaki di pinggir jeram Welcome. Lalu hanya duduk memandang takjub perahu berwarna-warni dari pinggir sungai, yang melintas bak seekor kuda liar dalam sebuah pertunjukan rodeo.
Seperti rodeo di jeram Welcome Pertunjukan para perahu melewati jeram Welcome menjadi pembuka atraksi-atraksi menakjubkan di sungai Progo ini. Riak-riak air yang bergemuruh seakan ingin menyambut perahu para rafter, lalu menyelimutinya dengan deras hingga terombang-ambing bahkan flip (terbalik). Ada beberapa hole
(pusaran air) yang menanti untuk menelan tubuh seorang rafter ke dalam pusaran. Kelihaian seorang skiper dalam mengemudikan perahu mutlak diperlukan agar perahu tidak terjebak ke dalam under cut selepas melewati jeram. Under cut adalah cekungan sempit yang menjorok ke dalam di tebing pinggir sungai, perahu yang terjebak di dalamnya akan mengalami kesulitan untuk mencapai posisi aman di tengah sungai. Beberapa orang rafter terjatuh di antara jeram, seringai panik tampak di mimik wajah mereka. Untunglah, kesabaran para guide dalam mengendalikan suasana dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi mereka. DI pinggir sungai, tepuk tangan riuh rendah bergelora tatkala masing-masing perahu berhasil mencapai posisi aman setelah jeram.
Terjatuh di sungai Berjarak lebih satu jam dari jeram Welcome adalah jeram Budil, maskot keeleganan sungai Progo. Jeram ini tersusun dari aliran arus yang sangat panjang, tercipta dari batuan-batuan besar yang memenuhi bagian tengah sungai dengan panjang hampir 50 meter. Saat penghujan mencapai puncaknya, jeram ini mungkin saja tak dapat dilewati. Dan perahu akan melewati jeram dengan cara portaging maupun lining (menghanyutkan perahu tanpa dinaiki, diamankan dengan seuntai tali dari pinggir sungai hingga mencapai titik aman) Perahu tim rescue dari Palapsi UGM sudah berada di titik aman setelah melewati jeram Budil. Mereka bersiap menanti 8 perahu berikutnya yang akan melewati jeram Budil. Tim rescue darat juga telah bersiap dengan throwing bag di pinggir sungai. Dayung terangkat ke atas di titik aman dari salah seorang rescue darat, pertanda jalur clean dan siap untuk dilewati perahu pertama. Dan pertunjukan terbesar dalam Progonaline 2010 ini akan dimulai. 8 perahu peserta akan melewati jeram Budil, jeram dengan tingkat kesulitan tertinggi di Jawa.
Keadaan arus di sungai Progo memang sedikit melebihi normal, itulah kenapa setiap perahu harus di tangani lajunya oleh 2 orang guide. Pun begitu rasa tegang tetap ada bagi mereka yang mengamati laju perahu dari pinggir sungai. Tak semua perahu melewati jalur yang sama di jeram Budil ini. Segala keputusan berada di tangan skiper, setiap rafter harus mematuhi apa yang dikatakan skiper. Namun tak jarang sempat terekam juga beberapa kejadian yang lucu ketika para rafter tidak mendayung ketika melewati jeram Budil. Hanya duduk mendekat ke tengah sambil berpegangan pada tali perahu lalu berteriak selantang mungkin. Dan hasilnya, seringkali pula perahu menabrak batu stopper, lalu bergerak mundur ke arah titik aman.
Skiper harus bekerja keras di jeram Budil ini 9 perahu telah mencapai titik aman di ujung jeram Budil. Sebuah pertunjukan dari parade perahu yang menerjang jeram Budil telah dilewati, sejenak para rafter beristirahat di pinggir sungai sembari tersenyum puas mengalahkan ketegangan. Step selanjutnya asalah pengarungan menuju titik finish di bendungan Ancol Kulon Progo. Bendungan Ancol adalah sebuah open space yang sering digunakan orang untuk bertamasya ketika libur tiba. Merupakan ujung selokan Mataram yang melintas sepanjang Kulon Progo hingga Prambanan melewati Bantul, Jogjakarta dan Sleman. Menjadi salah satu sistem irigasi peninggalan jaman Hindia Belanda yang masih lestari hingga sekarang. Pengarungan dari jeram Budil hingga bendungan Ancol berjarak sekitar 1 jam, dengan dominasi permukaan sungai yang flat. Bendungan Ancol Sabtu sore itu dipenuhi orang-orang yang sedang bertamasya akhir pekan. Perlahan perahu-perahu berdatangan melintas di bawah jembatan, menjadi pusat perhatian bagi banyak orang yang beberapa di antaranya menghadirkan tepuk tangan bagi para rafter di atasnya. Di
sinilah titik finish pengarungan sungai Progo bawah bertajuk “Progonaline 2010” ini. Tak ada yang tak basah dalam pengarungan ini, bersatu dalam sebuah bingkai foto dengan background aliran sungai Progo. Setiap urutan acara berlangsung sesuai jalurnya dengan rasa aman yang terjamin bagi para rafter.
Bersama di bendungan Ancol Ucap terima kasih teruntuk seluruh peserta Progonaline 2010 ini, untuk para guide arung jeram di Jogja dan Magelang, untuk tim rescue air dari Palapsi UGM, untuk keluarga Mas Rosyid yang menjadi basecamp selama Progonaline ini dan untuk semua pihak yang menjalin sinergi dengan profesionalitas yang tinggi. Tetap mengabdi bersama alam yang tetap terpandang indah oleh anak cucu kita. Sungai mempertemukan kita semua. Senyum dari Jogjakarta,
Equator Sinergi Indonesia Adventure Guide JogJakarta http://equatorindonesia.multiply.com/
Naskah
:
Jarody Hestu
Dokumentasi
:
Equator Sinergi Indonesia Adventure Guide Jogjakarta