Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
PREFERENSI PETANI KABUPATEN BANGKA SELATAN TERHADAP BEBERAPA VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH Irma Audiah Fachrista1 *, Issukindarsyah1, Dede Rusmawan1, Hanik Anggraeni Dewi2 1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepuluan Bangka Belitung 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur *
[email protected]
ABSTRAK Varietas Ciherang dan Ciliwung merupakan varietas padi yang telah lama dan paling banyak digunakan oleh petani padi sawah di Kabupaten Bangka Selatan. Proporsi penggunaan varietas ini perlu dikurangi dengan varietas lain karena varietas ini sudah rentan terhadap hama dan penyakit. Pada tahun 2010, pemerintah daerah telah menyebarkan Mekongga, Varietas Unggul Baru (VUB), dalam bentuk Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU). Berdasarkan hal ini maka perlu dilakukan pengkajian untuk; 1). mengetahui karakteristik yang dipentingkan oleh petani dalam pemilihan varietas; 2). mengetahui preferensi petani terhadap varietas unggul Ciherang, Ciliwung dan Mekongga. Pengkajian dilaksanakan April-Juli 2011 di Kabupaten Bangka Selatan. Responden adalah 30 orang petani dipilih secara purposive. Data dianalisis menggunakan teknik percieved quality. Hasil pengkajian menunjukkan 1). Atribut yang diutamakan oleh petani dalam pemilihan varietas adalah hasil produksi serta ketahanan terhadap hama dan penyakit; 2). Hasil uji terhadap ketiga varietas menunjukkan bahwa Varietas Ciliwung dan Mekongga lebih disukai dibandingkan Ciherang. Introduksi VUB sangat diperlukan guna memberikan alternatif varietas lain yang dapat digunakan oleh petani. Kata kunci: Kabupaten Bangka Selatan, padi sawah, preferensi petani, varietas. PENDAHULUAN Beras merupakan bahan pangan yang sangat penting bagi penduduk Indonesia dan memegang peranan penting dalam ketahanan pangan. Ketahanan pangan sering dipandang sebagai upaya mewujudkan ketersediaan pangan bagi seluruh rumah tangga dalam jumlah yang cukup mutu dan gizi yang layak, aman dikonsumsi, merata dan terjangkau oleh setiap individu di seluruh wilayah sepanjang waktu. Untuk menjamin ketahanan pangan, produksi beras harus dinaikkan melalui peningkatan hasil persatuan luas dan luas tanam. Varietas unggul merupakan salah satu terobosan untuk meningkatkan produksi padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah melepas berbagai varietas unggul padi. Menurut Fattah (2009). Dalam kurun waktu 11 tahun (1995−2006), Kementerian Pertanian telah melepas 67 varietas unggul padi seperti Mekongga (2004). Menurut Suprihatno et al. (2007), sejak tahun 1940 ada sekitar 190 varietas padi yang sudah dilepas di Indonesia dan sekitar 171 varietas yang ditanam petani tetapi hanya sekitar 10−20 varietas yang dominan ditanam petani. Secara nasional varietas IR64 masih menempati urutan pertama pilihan petani dan disusul oleh Ciherang. Petani padi sawah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, telah lama membudidayakan Ciherang Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
dan Ciliwung. Proporsi penggunaan varietas ini perlu dikurangi dengan varietas lain karena varietas ini sudah rentan terhadap hama dan penyakit. Beberapa varietas unggul perlu dikembangkan dan diintroduksikan guna memberikan alternatif kepada petani. Hasil penelitian Kushartanti et al. (2009) menunjukkan bahwa mayoritas responden di KP Batang, BPTP Jawa Tengah lebih menyukai beras dan nasi varietas Conde dibandingkan dengan varietas Cibogo, Pepe, Mekongga, Ciapus dan Aek Sibundong. Penelitian Ruskandar et al. (2009), menunjukkan bahwa petani di Kecamatan Kedung Tuban, Kabupaten Blora, lebih menyukai nasi varietas Ciherang dibandingkan dengan varietas Cibogo dan Mekongga. Berbagai penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan preferensi konsumen dalam memilih varietas unggul. Preferensi konsumen menunjukkan minat dan keinginan konsumen terhadap kombinasi atau komposisi atribut-atribut suatu produk baik baru maupun lama yang paling disukai konsumen. Tiap konsumen mempunyai minat dan keinginan yang berbeda-beda terhadap produk barang yang paling mereka sukai. Perbedaan itulah yang menimbulkan heterogenitas dalam preferensi konsumen terhadap suatu produk (Soepranto dalam Pambudi, 2010). Kabupaten Bangka Selatan merupakan kabupaten sentra produksi padi di Provinsi Kepuluan Bangka Belitung. Pemerintah Daerah Kab. Bangka Selatan, pada tahun 2010, telah menyebarkan VUB Mekongga. Berdasarkan hal ini maka perlu dilakukan pengkajian untuk; 1). Mengetahui karakteristik yang dipentingkan oleh petani dalam pemilihan varietas; 2). Mengetahui preferensi petani terhadap varietas unggul Ciherang, Ciliwung dan Mekongga. METODE Pengkajian dilaksanakan pada April–Juli 2011 di Kabupaten Bangka Selatan. Penentuan lokasi pengkajian dilakukan secara purposive yaitu sentra produksi padi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pengkajian dilakukan dengan metode survei dan melibatkan 30 orang petani padi sawah sebagai responden. Data dan informasi dikumpulkan melalui kuesioner. Kuesioner disusun secara terstruktur yang memuat pertanyaan terkait faktor yang mempengaruhi petani dalam pemilihan benih dan preferensi petani terhadap karakteristik varietas unggul. Atribut karakteristik varietas unggul yang digunakan meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang malai, bentuk bulir, ketahanan terhadap hama dan penyakit, rasa nasi, warna nasi dan hasil produksi. Preferensi petani terhadap varietas unggul diukur menggunakan teknik perhitungan perceived quality (PQ) (Simamora, 2002). Adapun prosedur perhitungan sebagai berikut: A. Perhitungan karakteristik atribut yang dipentingkan oleh petani dalam menggunakan varietas padi sawah 1. Tingkat kepentingan (bobot) atribut karakteristik (BA) ditentukan melalui skoring menggunakan pertanyaan. Skor yang diberikan jika petani menjawab sangat penting = 5 penting =4, biasa saja = 3, tidak penting = 2, sangat tidak penting = 1. 2. Bobot atribut karaktristik rerata per responden (BAR) diperoleh dari jumlah skor BA semua petani responden dibagi jumlah responden. 2
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
3. Bobot relatif atribut (BRA) merupakan skor BAR per atribut dibagi skor total semua atribut. B. Perhitungan preferensi petani terhadap atribut masing-masing varietas. 1. Tingkat preferensi petani responden terhadap atribut karakteristik varietas (TP). Nilai TP diukur melalui skoring dengan memberikan pertanyaan. Skor yang diberikan jika petani menjawab sangat suka = 5, suka = 4, biasa saja = 3, tidak suka = 2, dan sangat tidak suka = 1. 2. Tingkat preferensi rerata per responden (TPR) diperoleh dari jumlah skor TP semua responden, dibagi dengan jumlah responden. 3. Tingkat preferensi rerata per atribut karakteristik dari semua varietas (TPRA) merupakan jumlah skor TPR per atribut karakteristik semua varietas dibagi dengan jumlah varietas. 4. Tingkat preferensi relatif (TPRel) diperoleh dengan cara membagi skor TPR dengan skor TPRA. 5. Tingkat preferensi relatif dibobot (TPRD) diperoleh dengan cara mengalikan skor BRA dengan TPRel. 6. Tingkat preferensi total (TPT) petani terhadap setiap varietas merupakan jumlah skor TPRD dari semua atribut karakteristik yang dimiliki oleh varietas. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Atribut Varietas yang Mempengaruhi Petani Kabupaten Bangka Selatan dalam Pemilihan Varietas Keputusan petani dalam pemilihan varietas dipengaruhi oleh atribut yang dimiliki oleh varietas padi sawah. Atribut varietas yang dimiliki oleh padi sawah meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang malai, bentuk bulir, ketahanan terhadap hama dan penyakit, rasa nasi, warna nasi dan hasil produksi. Beberapa petani memilih varietas karena hasil produksi, sebaliknya, beberapa petani memilih varietas karena ketahanan terhadap hama dan penyakit atau rasa nasi. Petani Kabupaten Bangka Selatan, dalam pemilihan varietas juga dipengaruhi oleh karakteristik atribut varietas padi sawah. Hasil analisis terhadap karakteristik atribut yang mempengaruhi petani dalam pemilihan varietas dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Bobot Atribut Rerata terhadap Karakteristik Padi Sawah Atribut Karakteristik Tinggi tanaman Jumlah anakan Panjang malai Bentuk bulir Ketahanan terhadap HPT Umur panen Rasa nasi Warna nasi Hasil produksi Sumber : Analisis data primer, 2011
Bobot Atribut Rerata (BAR)
Bobot Relatif Atribut (BRA)
3,60 4,63 4,23 3,83 4,80 3,73 4,47 3,97 4,80
0,09 0,12 0,11 0,10 0,13 0,10 0,12 0,10 0,13
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Hasil analisis data bobot atribut rerata (BAR) terhadap karakteristik padi sawah menunjukkan bahwa karakteristik produksi dan ketahanan terhadap hama penyakit dipilih sebagai karakter yang paling penting bagi petani padi sawah. Nilai BAR untuk karakteristik hasil produksi dan ketahanan terhadap hama dan penyakit adalah nilai tertinggi yaitu 0,13. Hal ini menunjukkan bahwa dalam memilih varietas yang digunakan, yang paling utama menjadi pertimbangan petani padi sawah di Kabupaten Bangka Selatan adalah hasil produksi dan ketahanan terhadap hama penyakit. Bagi petani Kabupaten Bangka Selatan, hasil produksi dianggap penting mengingat hasil produksi berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh petani. Sebagai tinggi hasil produksi, maka pendapatan yang diterima oleh petani akan meningkat. Karakteristik ketahanan hama dan penyakit juga dianggap paling penting oleh petani di Kabupaten Bangka Selatan mengingat beberapa tahun terakhir, budidaya padi sawah terutama varietas Ciherang sangat rentan dan sering terserang hama dan penyakit, hal ini tentu saja bagi petani akan sangat mempengaruhi pendapatan mereka. Lebih lanjut, tingkat kepentingan terhadap atribut karakteristik yang lain, secara berturut-turut adalah rasa nasi (0,12), jumlah anakan (0,12), panjang malai (0,11), umur panen (0,10), bentuk bulir (0,10), warna nasi (0,10) dan tinggi tanaman (0,09). Preferensi Petani Padi Sawah terhadap Karakteristik Ciherang, Ciliwung dan Mekongga Untuk mengetahui tingkat preferensi petani padi sawah terhadap karakteristik Ciherang, Ciliwung dan Mekongga, perlu diketahui nilai Tingkat Preferensi Rerata (TPR), Tingkat Preferensi Rerata Atribut (TPRA), Tingkat Preferensi Rerata Relatif (TPRrel) dan Tingkat Preferensi Rerata Dibobot (TPRD). Nilai TPR dan TPRA menunjukkan nilai tingkat preferensi masing-masing varietas bervariasi dan nilai keseluruhan. Nilai TPR dan TPRA pada Tabel 2 menunjukkan nilai karakteristik beberapa varietas ada yang lebih tinggi atau lebih rendah bila dibandingkan dengan rerata keseluruhan varietas. Berdasarkan tabel ini terlihat bahawa rentang kesukaan tiga varietas unggul berada pada taraf biasa saja (3) sampai pada taraf diatas suka (4) namun tidak sampai pada taraf sangat suka (5). Nilai preferensi rerata varietas (TPR) yang lebih tinggi di atas nilai preferensi rerata atribut semua varietas (TPRA), berpeluang lebih besar untuk lebih disukai oleh petani. Oleh karena itu untuk mengetahui tingkat preferensi petani Kabupaten Bangka Selatan perlu dilanjutkan dengan menghitung tingkat Preferensi Relatif (TPRel) petani terhadap Ciherang, Ciliwung dan Mekongga yang disajikan dalam Tabel 3. Tabel 2. Nilai Tingkat Preferensi Rerata (TPR) dan Tingkat Preferensi Rerata Atribut (TPRA) Karakteristik Padi Sawah Karakteristik
4
TPR
TPRA
Ciherang
Ciliwung
Mekongga
Tinggi tanaman
3,69
4,11
3,53
3,78
Jumlah anakan
4,31
4,16
4,37
4,28
Panjang malai
3,97
4,00
3,63
3,87
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
Bentuk bulir
3,83
3,89
3,63
3,79
Ketahanan terhadap HPT
3,79
3,79
3,83
3,80
Umur panen
3,90
4,05
3,70
3,88
Rasa nasi
3,76
3,74
4,17
3,89
Warna nasi
3,72
3,63
3,80
3,72
4,58
4,43
4,33
Hasil produksi 3,97 Sumber : Analisis data primer, 2011
Tabel 3. Nilai Tingkat Preferensi Relatif (TPRel) Atribut Karakteristik Padi Sawah Karakteristik
TPRel Ciherang
Ciliwung
Mekongga
Tinggi tanaman
0,98
1,09
0,94
Jumlah anakan
1,01
0,97
1,02
Panjang malai
1,03
1,03
0,94
Bentuk bulir
1,01
1,03
0,96
Ketahanan terhadap HPT
1,00
1,00
1,01
Umur panen
1,00
1,04
0,95
Rasa nasi
0,97
0,96
1,07
Warna nasi
1,00
0,98
1,02
1,06
1,02
Hasil produksi 0,92 Sumber : Analisis data primer, 2011
Nilai TPRel yang lebih dari 1 menunjukkan bahwa nilai preferensi petani terhadap suatu atribut karakteristik lebih tinggi dari nilai preferensi rerata semua varietas. Berdasarkan Tabel 3, nilai karakteristik tinggi tanaman varietas Ciliwung 1,09 menunjukkan bahwa preferensi petani padi sawah terhadap tinggi varietas Ciliwung 9% lebih tinggi di atas tingkat preferensi rerata semua varietas. Tingginya preferensi petani dibandingkan dengan varitas lainnya disebabkan tinggi tanaman varietas Ciliwung yang lebih tinggi dibanding kedua varietas. Tinggi tanaman Ciliwung berkisar 114 cm–124 cm, sedangkan Ciherang berkisar 107 cm–115 cm dan Mekongga berkisar 91 cm-106 cm. Sedangkan nilai TPRel Ciherang sebesar 0,98 menunjukkan bahwa prefernsi petani padi sawah di Kabupaten Selatan terhadap tinggi tanaman padi varietas Ciherang lebih rendah 2% di bawah rerata semua varietas. Ditinjau dari ketahanan terhadap HPT, varietas Mekongga lebih disukai 1% dibandingkan dengan rerata semua varietas. Budidaya padi di Kabupaten Bangka Selatan dengan menggunakan carietas Ciherang dan Ciliwung telah dilakukan sejak lama (>5tahun). Oleh karena itu, tingkat serangan hama penyakit terhadap kedua varietas ini sangat tinggi dibandingkan denganvarietas Mekongga. Bila ditinjau dari rasa nasi, varietas Mekongga lebih disukai oleh petani di Kabupaten Bangka Selatan. Nilai preferensi relatif rasa nasi Mekongga yaitu 1,07 menunjukkan bahwa varietas ini lebih disukai 7% dibandingkan dengan rerata semua varietas. Sedangkan nilai preferensi relatif untuk kedua varietas yang lain menunjukkan nilai <1, artinya rasa nasi varietas ini masih lebih rendah dibandingkan dengan rerata Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
semua varietas. Hasil penelitian Fachrista (2009), juga menunjukkan bahwa dari rasa nasi, Mekongga lebih disukai dibandingkan Ciherang, Conde, Cibogo, Pepe, Aek Sibundong. Nilai tingkat preferensi terhadap karakteristik atribut hasil produksi menunjukkan bahwa nilai karakteristik karakteristik atribut hasil produksi Ciliwung 1,06 menunjukkan bahwa preferensi petani padi sawah terhadap hasil produksi varietas Ciliwung 6% lebih tinggi di atas tingkat preferensi rerata semua varietas. Sedangkan varietas Mekongga memiliki nilai preferensi 2% lebih tinggi di atas tingkat preferensi rerata semua varietas. Sedangkan nilai preferensi relatif varietas Ciherang di bawah tingkat preferensi rerata semua varietas. Hal ini diduga disebabkan rendahnya produktivitas Ciherang akibat tingkat serangan hama dan penyakit yang tingi. Nilai Tingkat Preferensi Total (TPT) diperoleh dengan menjumlahkan nilai tingkat preferensi relatif dibobot (TPRD) masing-masing varietas. Sedangkan nilai preferensi relatif dibobot berasal dari nilai tingkat preferensi relatif masing-masing varietas dikalikan nilai bobot relatif atribut (BRA). Nilai bobot relatif atribut menunjukkan persepsi seberapa penting suatu atribut terhadap kesukaan petani, sehingga tingkat preferensi total merupakan kombinasi dari seberapa suka dan seberapa penting suatu karakteristik tanaman. Nilai TPRD dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai Tingkat Preferensi Relatif Dibobot (TPRD) Atribut Karakteristik Padi Sawah Karakteristik
TPRD Ciherang
Ciliwung
Mekongga
Tinggi tanaman
0,09
0,10
0,09
Jumlah anakan
0,12
0,11
0,12
Panjang malai
0,11
0,11
0,10
Bentuk bulir
0,10
0,10
0,10
Ketahanan terhadap HPT
0,13
0,13
0,13
Umur panen
0,10
0,10
0,09
Rasa nasi
0,11
0,11
0,13
Warna nasi
0,10
0,10
0,11
Hasil produksi
0,12
0,13
0,13
1,00
1,00
TP 0,99 Sumber: data primer diolah, 2011
Hasil analisis pada Tabel 3 menunjukkan bahwa TPT nilai varietas Ciherang 0,99, Ciliwung 1,00, dan Mekongga 1,00. Hal ini menunjukkan bahwa varietas Ciliwung dan Mekongga memiliki keseluruhan atribut yang lebih disukai dibandingkan Ciherang. Bila dinjau dari hasil dan ketahanan terhadap hama dan penyakit, varietas Ciliwung dan Mekongga memiliki dilai TPRD yang sama. Bila ditinjau dari rasa nasi, petani sawah di Kabupaten Bangka Selatan lebih menyukai varietas Mekongga. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 1. Karakteristik padi sawah yang dianggap paling penting oleh petani Bangka Selatan 6
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
adalah hasil produksi dan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Hal ini mengimplikasikan bahwa petani dalam memilih varietas dipengaruhi oleh tingkat produksi dan ketahanan varietas tersebut terhadap hama dan penyakit. 2. Ciliwung dan Mekongga lebih disukai dibandingkan Ciherang. Hal ini mengimplikasikan bahwa Varietas Unggul Baru Mekongga meski lebih disukai dibanding Ciherang, tetapi bila dibandingkan dengan Ciliwung relatif sama. Hal ini mengimplikasikan bahwa penyediaan dan introduksi VUN sangat diperlukan untuk memberikan pilihan lain kepada petani dan proporsi penggunaan Ciherang dan Ciliwung dapat berkurang. UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih kepada Prof. Dr. Elna Karmawati atas segenap saran dan bimbingan dalam penulisan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA Fachrista, I.A, M. D Pertiwi dan Issukindarsyah. 2010. Preferensi Konsumen terhadap beberapa varietas unggul padi sawah. Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA). Yogyakarta. Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Gajah Mada. Fattah, A. Penggunaan varietas unggul baru padi meningkatkan penapatan petani di lokasi Prima Tani Kabupaten Pangkep. Prosiding Inovasi Teknologi Padi Mengantisipasi Perubahan Iklim Global Mendukung Ketahanan Pangan: Buku 3. Sukamandi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Kushartanti, E., Herwinarni, Qanytah dan Forita (2009). Preferensi pengguna terhadap beberapa padi varietas unggul baru dan varietas unggul tipe baru di Kabupaten Batang dan sekitarnya. Prosiding Inovasi Teknologi Padi Mengantisipasi Perubahan Iklim Global Mendukung Ketahanan Pangan: Buku 4. Sukamandi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Pambudi, S. H. 2010. Analisis Preferensi Konsumen Dengan Choiche-Based Conjoint. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Diponegoro. (http://eprint.undip.ac.id, diakses 1 Agustus 2011). Rukandar, A., S. Wahyuni, U.S. Nugraha dan Widyantoro. Preferensi petani terhadap beberapa varietas unggul padi. Prosiding Inovasi Teknologi Padi Mengantisipasi Perubahan Iklim Global Mendukung Ketahanan Pangan: Buku 4. Sukamandi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Simamora, B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Satria Utama. Suprihatno, B., AA Drajat, Satoto, Baehaki, IN. Widiarta, A. Setyono, S.D. Indrasari, O.S Lesmana dan . Sembiring. (2007). Deskripsi Varietas Padi. Sukamandi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012