POTENSI DAN PENGEMBANGAN JENIS-JENIS TANAMAN ANGGREK DAN OBAT-OBATAN DI JALUR WISATA LOOP-TRAIL CIKANIKI-CITALAHAB TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK ADITYA HANI*1, TRI SULISTYATI WIDYANINGSIH1, & RATNA ULI DAMAYANTI2 1
Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Ciamis Jl. Raya Ciamis-Banjar Km 4, Ciamis 46201 2 Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Jl. Pakuan, Ciheleut, PO Box 105, Bogor 16144 *Email:
[email protected]
ABSTRACT Halimun-Salak Mountain National Park (HSMNP) is one of the largest tropical rain forests in West Java which has a greatest biodiversity. The biodiversity types include ornamental and medicinal plants. Both of types are the Non-Timber Forest Products (NTFPs) with the potentiality to be economically developed. This research aimed to identify orchide species and medicinal plants in the HSMNP. This study was an initial step on ex situ conservation of forest plant species. Studies were conducted in the forest area between Cikaniki and Citalahab area in TNGHS, which the altitudes were between 1000 and 1900 m above sea level. Data collections were performed by exploration and identification of plants. Exploration results indicated the presence of 68 of orchid species and 14 species of medicinal plants. These species have mostly been used by the community around the forests for traditional medicinal purposes. Potency of ornamental and medicinal plants should be preserved and developed through ex situ conservation. These activities can be used as learning resources for the community with regard to cultivation techniques of orchids and medicinal plants. Keywords: orchid, medicinal, Halimun-Salak National Park, ex situ, biodiversity.
INTISARI Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) merupakan salah satu kawasan hutan hujan tropis terluas di Jawa Barat yang memiliki keanekaragamaan hayati tinggi. Jenis keanekaragaman hayati tersebut di antaranya berupa tanaman hias dan tumbuhan obat-obatan. Kedua jenis tersebut merupakan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang berpotensi untuk dikembangkan secara ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis anggrek dan tumbuhan obat-obatan di kawasan TNGHS. Penelitian ini merupakan langkah awal upaya konservasi eksitu jenis-jenis tanaman hutan. Kajian dilakukan pada kawasan hutan TNGHS antara daerah Cikaniki dan Citalahab yang memiliki ketinggian 1.000-1.900 m dpl. Pengumpulan data dilakukan dengan cara eksplorasi dan identifikasi tanaman. Hasil eksplorasi menunjukkan adanya 68 jenis anggrek, sedangkan tumbuhan obat yang ditemukan sebanyak 14 jenis tumbuhan serta telah dimanfaatkan oleh masyarakat hutan untuk keperluan pengobatan secara tradisional. Potensi tanaman hias dan obat-obatan yang terdapat di TNGHS perlu dilestarikan dan dikembangkan melalui konservasi eksitu. Kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai media pembelajaran bagi masyarakat mengenai teknik budidaya tanaman anggrek dan obat. Kata kunci: anggrek, obat-obatan, Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, eksitu, keanekaragaman hayati.
42
Jurnal Ilmu Kehutanan Volume 8 No. 1 - Januari-Maret 2014
PENDAHULUAN Taman
Nasional
Gunung
Halimun
tradisional yang bersumber dari tanaman semakin ditinggalkan. Utami dan Asmaliyah (2010) menyata-
Salak
kan bahwa pemanfaatan obat-obatan tradisional
(TNGHS) merupakan kawasan hutan hujan tropis
sejak
terluas yang masih tersisa di Jawa Barat dan memiliki
tahun
1970-an
mulai
digantikan
oleh
obat-obatan kimia yang diproduksi secara modern
keanekaragaman hayati yang tinggi. Kawasan
hasil pabrikasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa
TNGHS terletak di dalam 3 (tiga) kabupaten yaitu
perhatian pemerintah maupun masyarakat terhadap
Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat serta Lebak,
kedua jenis HHBK tersebut masih dirasa kurang.
Banten (Harada et al., 2003; BTNGHS, 2011).
Selain itu akibat deforestrasi yang terus terjadi
Variasi ketinggian dari hutan hujan di TNGHS
dikhawatirkan akan semakin mempercepat kepunah-
berkisar dari 500 m dpl sampai dengan 1.929 m dpl,
an berbagai jenis tanaman anggrek dan obat.
yang berperan terhadap keanekaragaman flora, fauna, fungi, dan jasad renik (mikro-organisme) yang
Kegiatan konservasi tanaman anggrek dan
secara keseluruhan membentuk komponen keaneka-
tumbuhan obat perlu segera dilakukan termasuk yang
ragaman hayati. Potensi tersebut perlu dikembang-
ada di TNGHS. Graudal et al. (1997) menyebutkan
kan dengan tetap berprinsip pada pemanfaatan yang
lima langkah dalam konservasi eksitu: (1) penetapan
lestari di antaranya melalui konservasi eksitu dengan
jenis tanaman prioritas, (2) pemetaan sebaran
cara koleksi dan budidaya. Permenhut No. 35 tahun
populasi, (3) pengumpulan materi genetik, (4)
2007 menyatakan bahwa salah satu keanekaragaman
penyiapan lokasi penanaman, dan (5) pengembangan
hayati yang potensial untuk dikembangkan adalah
kebun persilangan. Selanjutnya, materi genetik yang
tanaman hias berupa anggrek dan tumbuhan
dikoleksi dari areal asalnya tersebut dapat dimanfaat-
obat-obatan yang merupakan hasil hutan bukan kayu
kan untuk keperluan program pemuliaan (Cohen et
(HHBK). Indonesia memiliki 30.000 tanaman
al., 1991). Penelitian ini bertujuan untuk mengidenti-
berbunga yang merupakan salah satu negara
fikasi jenis-jenis tanaman anggrek dan tumbuhan
terbanyak jenisnya (Zuhud et al., 1994), sedangkan
obat di TNGHS sebagai langkah awal konservasi
kekayaan anggrek di Indonesia diperkirakan sekitar
eksitu, sehingga diharapkan data yang diperoleh
5.000 jenis (Rukmana, 2000). Untuk tanaman obat,
dapat berguna bagi pemerintah, peneliti dan
Radji (2005) menyatakan bahwa Indonesia memiliki
masyarakat dalam upaya untuk meningkatkan upaya
sekitar 1.000 jenis tumbuhan yang dapat dimanfaat-
perlindungan plasma nutfah jenis anggrek dan
kan sebagai bahan baku obat. Berbagai jenis
tumbuhan obat.
keanekaragaman hayati tersebut mempunyai potensi BAHAN DAN METODE
untuk dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk dikembangkan secara komersial. Departemen Kehutanan (2012) menyebutkan
Waktu, Lokasi Kajian, dan Metode Pengumpulan Data
bahwa penerimaan devisa dari ekspor tanaman hias
Kajian ini dilakukan di TNGHS Seksi Konservasi
(anggrek) hasil budidaya dari tahun ke tahun semakin
Wilayah (SKW) III Sukabumi, Provinsi Jawa Barat
menurun. Hal ini ditunjukkan dari penerimaan devisa
pada bulan Januari-Februari 2006. Pengumpulan
antara tahun 2007 sampai tahun 2010 menurun
data dilakukan melalui eksplorasi tanaman anggrek
sebesar 66 %. Sementara itu, pemanfaatan obat-obat
dan tumbuhan obat di lokasi kawasan hutan antara
43
Jurnal Ilmu Kehutanan Volume 8 No. 1 - Januari-Maret 2014
Cikaniki dan Citalahab pada jalur loop trail yang
musim penghujan dengan curah hujan berkisar antara
merupakan jalur wisata sepanjang 3,8 km. Jalur loop
400-600 mm/bulan, sedangkan musim kemarau
trail merupakan jalur khusus yang disediakan bagi
berlangsung bulan Mei-Agustus dengan curah hujan
pengunjung yang ingin menikmati perjalanan di
sekitar 200 mm/bulan. Suhu rata-rata bulanan
hutan TNGHS. Jalur ini dipilih karena sebagai jalur
terendah yaitu 21°C dan tertinggi 33°C, dengan
wisata, maka keberadaan tanaman anggrek dan
kelembaban udara rata-rata 80%.
tumbuhan obat dapat dijadikan daya tarik bagi wisatawan.
Eksplorasi
mengumpulkan
spesimen
dilakukan di
dengan
sepanjang
HASIL DAN PEMBAHASAN
jalur
Potensi Tanaman Anggrek di Taman Nasional Gunung Halimun Salak
eksplorasi yang kemudian diidentifikasi dan dikemas untuk dibawa ke lokasi demplot sebagai koleksi. Peralatan
yang
digunakan
untuk
Hasil eksplorasi di jalur Cikaniki-Citalahab
melakukan
menghasilkan 68 jenis tanaman anggrek yang
eksplorasi yaitu gunting stek, golok, kantung plastik,
tergolong dalam 29 marga serta terdiri dari 12 jenis
karung, dus karton, lakban, karet gelang, tali rafia,
angrek tanah dan 56 jenis anggrek epifit sebagaimana
kertas label, dan pelepah pisang. Pendokumentasian
tertera pada Tabel 1. Jumlah jenis tumbuhan anggrek
dilakukan dengan cara pemotretan terhadap jenis
yang ditemukan di sepanjang jalur loop trail masih
tanaman anggrek dan obat menggunakan kamera.
lebih sedikit dibandingkan jumlah jenis tumbuhan
Penentuan jenis tanaman anggrek dan obat dilakukan
anggrek secara keseluruhan di Taman Nasional
dengan cara mencocokkan antara tanaman sampel
Halimun Salak maupun di Jawa Barat. Berdasarkan
dengan buku panduan tanaman anggrek dan obat
data yang dimiliki TNGHS menyatakan bahwa
terbitan JICA dan TNGHS tahun 2003 serta Buku
jumlah anggrek yang ada sebanyak 258 jenis dari 74
Acuan Tumbuhan Obat Indonesia tahun 2003.
marga, sedangkan tanaman anggrek di Jawa Barat melaporkan jumlah jenisnya mencapai 731 jenis
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kawasan Cikaniki memiliki luas 4.225 ha yang
dengan 231 jenis merupakan jenis endemik (Comber,
secara administratif terletak di Desa Malasari,
1990 dalam Puspitaningtyas, 2004). Hal ini mungkin
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa
disebabkan karena jalur loop merupakan jalur wisata
Barat. Kawasan Cikaniki-Citalahab mempunyai
sehingga mempunyai potensi gangguan yang sangat
topografi
tinggi dari adanya kegiatan wisatawan.
bergelombang,
berbukit-bukit
dan
bergunung dengan ketinggian tempat berkisar +
Jenis anggrek yang ditemui di sepanjang jalur
1.000-1.900 m dpl (6°44,525’ LS dan 106°31,951’
eksplorasi merupakan kekayaan flora TNGHS yang
BT). Jenis tanah di kawasan ini terdiri dari asosiasi
berpotensi tinggi untuk dikembangkan dan berfungsi
latosol coklat, kekuning-kuningan, latosol coklat
sebagai plasma nutfah. Hasil identifikasi menunjuk-
kemerahan dan latosol merah. Daerah ini beriklim B
kan bahwa anggrek yang diperoleh termasuk jenis
(1,5-3 bulan kering) menurut Schmidt dan Ferguson
anggrek yang tidak dilindungi setelah dicocokkan
dengan perbandingan jumlah rata-rata bulan kering
dengan lampiran Peraturan Pemerintah No. 7 tahun
dan bulan basah (Q) adalah 24,7% di mana curah
1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan
hujan rata-rata berkisar antara 4.000 mm sampai
Satwa. Jenis tumbuhan yang dilindungi apabila: a)
6.000 mm/tahun. Bulan Oktober-April merupakan
mempunyai
44
populasi
yang
kecil,
b)
adanya
Jurnal Ilmu Kehutanan Volume 8 No. 1 - Januari-Maret 2014
penurunan yang tajam pada jumlah individu di alam,
Anggrek
merupakan
tanaman
hias
yang
dan c) daerah penyebaran yang terbatas (endemik).
mempunyai nilai estetika tinggi. Bentuk dan warna
Jenis-jenis
untuk
bunga serta karakteristik lainnya yang unik
dikembangkan adalah jenis-jenis anggrek yang
menjadikan daya tarik tersendiri sehingga banyak
memiliki bunga dengan warna yang sangat indah
diminati oleh konsumen (Sabran et al., 2003).
sebagai induk persilangan (hibrida). Jenis-jenis
Popularitas tanaman anggrek terus berlangsung
anggrek yang ditemukan yang memiliki bunga cukup
bukan jenis yang hanya disukai dalam waktu yang
indah termasuk dalam genus Dendrobium sp,
singkat. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan
Calanthe sp, Phalus sp, Coelogyne sp, Bulbophyllum
pasar,
sp, Epigeneium sp, Liparis sp, dan Eria sp.
dilakukan. Anggrek-anggrek alam ini memegang
anggrek
yang
berpotensi
maka
upaya
budidaya
anggrek
perlu
Tabel 1. Daftar jenis anggrek yang dijumpai di loop trail Cikaniki-Citalahab, TNGHS No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Jenis
Marga
Acriopsis sp. Agrostophyllum elongatum Agrostophyllum sp. Agrostophyllum sp. Appendicula longa Appendicula reflexa Appendicula cornuta Appendicula ramosa Bulbophyllum alliifolium Bulbophyllum angustifolium Bulbophyllum binnendijkii Bulbophyllum flavescens Bulbophyllum gibbosum Bulbophyllum lobbii Bulbophyllum macranthum Bulbophyllum triflorum Bulbophyllum violaceum Calanthe sp. Ceratostylis capitata Ceratostylis graminea Ceratostylis subulata Cleisostoma javanicum Coelogyne miniata Coelogyne speciosa Cryptostylus javanica Cymbidium ensifolium Cystorchis javanica Dendrobium acuminatissimum Dendrobium aloifolium Dendrobium concinnum Dendrobium cornutum Dendrobium hymenophyllum Dendrochilum edentulum Dendrochilum gracile Epigeneium geminatum Epigeneium triflorum Eria discolor Eria iridifolia
Acriopsis Reinw Agrostophyllum Blume Agrostophyllum Blume Agrostophyllum Blume Appendicula Blume Appendicula Blume Appendicula Blume Appendicula Blume Bulbophyllum Thou Bulbophyllum Thou Bulbophyllum Thou Bulbophyllum Thou Bulbophyllum Thou Bulbophyllum Thou Bulbophyllum Thou Bulbophyllum Thou Bulbophyllum Thou Calanthe R.Br Ceratostylis Blume Ceratostylis Blume Ceratostylis Blume Cleisostoma Blume Coelogyne Lindl Coelogyne Lindl Cryptostylis Cymbidium SW Cystorchis Dendrobium Sw. Dendrobium Sw. Dendrobium Sw. Dendrobium Sw. Dendrobium Sw. Dendrochilum Dendrochilum Epigeneium Gagnep Epigeneium Gagnep Eria Lindl Eria Lindl
45
Jenis anggrek Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Tanah Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Tanah Tanah Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit
Jurnal Ilmu Kehutanan Volume 8 No. 1 - Januari-Maret 2014
Lanjutan Tabel 1 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68
peranan
Eria junghuhnii Eria multiflora Eria pachystachya Eria sp. Flickingeria angustifolia Flickingeria aureiloba Flickingeria fimbriata Flickingeria xantholeuca Hetaerieta sp Liparis compressa Liparis parviflora Micropera callosa Malaxis koordersii Malaxis sp. Nephelaphyllum pulchrum Oberonia sp. Phaius tankervilleae Phaius sp. Pholidota carnea Pholidota convallariae Pholidota ventricosa Pholidota sp. Pholidota sp. Phreatia laxiflora Plocoglottis acuminata Plocoglottis javanica Plocoglottis sp. Podochilus serpyllifolius Schoenorchis juncifolia Trichotosia annulata
penting
sebagai
induk
Eria Lindl Eria Lindl Eria Lindl Eria Lindl Flickingeria A.D.Hawkes Flickingeria A.D.Hawkes Flickingeria A.D.Hawkes Flickingeria A.D.Hawkes Hetaeria Blume Liparis L.C.Rich Liparis L.C.Rich Micropera Lindl Malaxis Soland.ex Sw. Malaxis Soland.ex Sw. Nephelaphyllum Blume Oberonia Lindl Phaius lour Phaius lour Pholidota Lindl Pholidota Lindl Pholidota Lindl Pholidota Lindl Pholidota Lindl Phreatia Lindl Plocoglottis Blume Plocoglottis Blume Plocoglottis Blume Podochilus Blume Schoenorchis Blume Trichotosia Blume
Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Tanah Epifit Epifit Epifit Tanah Tanah Tanah Epifit Tanah Tanah Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Tanah Tanah Tanah Epifit Epifit Epifit
persilangan
tumbuhan obat di daerah Trunyan, Bali mencapai 90
(Sarwono, 2002). Perbanyakan anggrek secara
jenis tumbuhan dengan kategori 21 jenis obat sakit
vegetatif pada tanaman yang akan dijadikan tanaman
perut, 19 jenis obat batuk, 13 jenis obat kulit, 10 jenis
induk sangat penting dilakukan untuk mengatasi
obat sakit pegal linu dan 7 jenis obat sesak napas
punahnya anggrek-anggrek spesies di Indonesia
(Sudirga, 2012). Jenis tumbuhan obat yang termasuk
sebagai induk silangan (Henuhili, 2004).
ke dalam tumbuhan untuk pengobatan pasca melahirkan adalah jenis anis mata dan jawer kotok.
Potensi Tumbuhan Obat di Taman Nasional Gunung Halimun Salak
Penggunaan tumbuhan untuk pengobatan pasca melahirkan banyak ditemukan di berbagai daerah di
Hasil eksplorasi tanaman obat menemukan 14
Indonesia. Rahayu et al. (2006) menyebutkan bahwa
jenis tanaman obat yang sering digunakan oleh
penduduk
masyarakat sekitar hutan sebagai obat pemakaian
di
Pulau
Wamonii
memanfaatkan
tumbuhan untuk pengobatan pasca persalinan dari
luar dan obat penyakit dalam sebagaimana tertera
jenis akar loiyale (Cymbopogon citratus), buah lasi
pada Tabel 2. Jumlah tumbuhan obat yang ditemukan
daru (Amomum compactum), daun kapupu (Crinum
di sepanjang jalur loop trail termasuk sedikit. Hal ini
asiaticum), dan hoinu (Abelmoschus esculentus).
disebabkan pengamatan hanya mencakup areal yang luasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan
keseluruhan TNGHS. Dibandingkan dengan jumlah
obat yang digunakan oleh masyarakat mempunyai
sangat
sempit
dibandingkan
dengan
46
Jurnal Ilmu Kehutanan Volume 8 No. 1 - Januari-Maret 2014
banyak
ragam
jenis
Pemanfaatan
disebabkan karena kemungkinan adanya gangguan
tumbuhan untuk obat-obatan paling tinggi umumnya
dan perubahan yang terjadi secara alami di dalam
dilakukan oleh masyarakat yang terisolir serta jauh
hutan, sehingga keberadaan tanaman obat dapat
dari jangkauan tenaga kesehatan (Rahayu et al.,
berubah. Krisnawati dan Sabran (2004) menyatakan
2006). Sementara itu, pada masyarakat perkotaan
bahwa upaya konservasi dapat dilakukan secara
penggunaan tumbuhan obat secara langsung semakin
eksitu dalam bentuk kebun koleksi, visitor plot dan
menurun namun sebagian menggunakan dalam
pot-pot pemeliharaan. Konservasi secara eksitu dapat
bentuk hasil olahan di pabrik. Hal ini menunjukkan
dilakukan dengan cara membuat rumah kaca yang
bahwa keberadaan tanaman obat di alam sebaiknya
berfungsi sebagai rumah koleksi, adaptasi dan
dapat
memenuhi
pengembangbiakan. Anggrek epifit umumnya lebih
kebutuhan bahan makanan fungsional. Widjayanti
mudah beradaptasi dan tumbuh secara eksitu
(2004) menyatakan bahwa makanan fungsional
dibandingkan anggrek tanah. Oleh sebab itu, teknik
adalah bahan makanan alami atau mengalami proses
pemindahan anggrek tanah dan pemeliharaannya
pengolahan mengandung satu atau lebih komponen
perlu lebih dikembangkan agar tumbuh lebih baik,
pembentuk,
pengoleksian anggrek tanah dapat dilakukan dengan
dibudidayakan
yang
penyakit.
untuk
dapat
mempunyai
fungsi-fungsi
fisiologis tertentu dan bermanfaat bagi kesehatan.
teknik
Winarti dan Nurjanah (2005) menyatakan bahwa
kerusakan akar (Puspitaningtyas, 2002).
pangan fungsional mempunyai kemampuan untuk
Radji
putaran
(2005)
sehingga
mengurangi
menyatakan
bahwa
tingkat
peranan
mencegah dan mengobati berbagai penyakit utama
bioteknologi seperti penggunaan teknik kultur
penyebab kematian, nantinya dapat disajikan dalam
jaringan, in-vitro propagasi, rekayasa genetika
bentuk minuman kesehatan, jamu, minuman instan
sangat berperan penting dalam kegiatan budidaya,
jus, sirup dan lain-lain.
multiplikasi serta rekayasa genetika khususnya
Pengembangan Tanaman Anggrek dan Obat
dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan jenis tanaman obat dan anggrek. Penggunaan bioteknologi
Upaya untuk mempertahankan sumber daya
diharapkan akan meningkatkan keberhasilan dalam
genetik tanaman obat perlu dilakukan. Hal ini
Tabel 2. Daftar jenis tanaman obat yang dijumpai di loop trail Cikaniki-Citalahab, TNGHS No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nama daerah Amis mata Caiang Ela kecil Jawer kotok Ki Cantung Ki Urat Keras Tulang Mentiris Pacar Tere Pacing Panggang cucu Reundeu Tabat Barito Tangkur Gunung
Jenis
Kegunaan
Ficus montana Schimatoglotiris tupestris Apinia scabra Coleus sp Goniothalamus macrophyllus Plantago major Chilorantus officinalis Nama latin belum teridentifikasi Impatiens javensis Costus speciosus Nama latin belum teridentifikasi Staurogyne elongat Ficus deltoidea Lophaterum gracile
Obat sehabis melahirkan Obat penurun panas Buahnya untuk obat batuk Obat sehabis melahirkan Obat sakit pinggang dan obat kuat Obat panas dalam, luka, sariawan Obat sakit pinggang dan obat kuat Obat panas dalam Obat kutu air dan gatal pada khaki Obat tipus Obat batuk Obat kencing batu Obat sakit pinggang dan obat kuat Obat sakit pinggang dan obat kuat
47
Jurnal Ilmu Kehutanan Volume 8 No. 1 - Januari-Maret 2014
Harada K, Widada AJ, Arief, Kobayashi H, Okayama T, Sakaguchi N, & Ozawa S. 2003. Taman Nasional Gunung Halimun “Menyingkap Kabut Gunung Halimun”. JICA-P2B LIPI-TNGH Dirjen PHKA, Sukabumi. Henuhili V. 2004. Pemuliaan tanaman sebagai suatu usaha peningkatan potensi tanaman anggrek di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Penelitian MIPA. F-MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Krisnawati A & Sabran M. 2004. Pengelolaan sumber daya genetik tanaman obat spesifik Kalimantan Tengah. Buletin Plasma Nutfah 12 (1), 16-23. Puspitaningtyas. 2004. Studi keragaman anggrek di Cagar Alam Gunung Simpang, Jawa Barat. Biodiversitas 6(2), 103-107. Puspitaningtyas, DM. 2002. Eksplorasi dan inventarisasi anggrek di Kawasan Kebun Raya Bukit Sari, Jambi. BioSMART 4(2), 55-59. Radji M. 2005. Peranan bioteknologi dan mikroba edofit dalam pengembangan obat herbal. Review artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian 2(3), 113-126. Rahayu M, Sunarti S, Sulistiarini D, & Prawiroatmodjo S. 2006. Pemanfaatan tumbuhan obat secara tradisional oleh masyarakat lokal di Pulau Wamonii, Sulawesi Tenggara. Biodiversitas 7(3), 245-250. Rukmana R. 2000. Budidaya Anggrek Bulan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Sabran M, Krisnawati A, Galingging YR, & Firmansyah MA. Eksplorasi tanaman anggrek di Kalimantan Tengah. Buletin Plasma Nutfah 9(1), 1-6. Sarwono B. 2002. Mengenal dan Membuat Anggrek Hibrida. Agromedia Pustaka, Jakarta. Sudirga SK. 2012. Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional di Desa Trunyan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. E-Jurnal Bumi Lestari 12, 7-18. Utami S & Asmaliyah. 2010. Potensi pemanfaatan tumbuhan obat di Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Tekno Hutan Tanaman 3(2), 1-29. Widjayanti E. 2004. Potensi dan prospek pangan fungsional indegenous Indonesia. Seminar Nasional Pangan Fungsional Indigenous Indonesia; Potensi, Regulasi Kemanan, Efikasi dan Peluang Pasar. 6-7 Oktober 2004, Bandung.
upaya perbanyakan serta meningkatkan adaptasi dengan kondisi lingkungan yang baru. Selain itu perlu diteliti kandungan-kandungan yang bermanfaat dari tanaman anggrek dan obat, karena hingga saat ini sumber alam nabati masih tetap merupakan sumber bahan kimia baru yang tidak terbatas, baik senyawa isolat murni yang dipakai langsung maupun melalui derivatisasi menjadi senyawa bioaktif turunan yang lebih baik, lebih potensial dan/atau lebih aman (Sinambela, 2002 dalam Krisnawati dan Sabran, 2004). KESIMPULAN Jalur wisata loop trail Cikaniki-Citalahab di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak ditumbuhi sekitar 68 jenis anggrek yang terdiri dari 57 jenis anggrek epifit dan 11 jenis anggrek tanah. Jumlah tumbuhan obat yang ditemukan sejumlah 14 jenis yang biasa digunakan oleh masyarakat hutan untuk pengobatan secara tradisional. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1999. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Jakarta. BCP-JICA, TNGH, & YEH. 2003. Panduan Ekowisata Taman Nasional Gunung Halimun : Kampung Ciptarasa. BTNGH, Sukabumi. BTNGHS. 2011. Overview Taman Nasional Gunung Halimun Salak. http://www.tnhalimun.go.id/ static/overview.html. Diakses 4 November 2014. Cohen JI, Williams JT, Pluncknett DL & Shands H. 1991. Ex-situ conservation of plant genetic resources : Global development and enviromental concern. Science 253, 866-872. Departemen Kehutanan. 2012. Statistik Kehutanan Tahun 2011. Jakarta. Graudal L, Kjaer E, Thomsen A, & Larsen AB. 1997. Planning National Programmes for Conservation of Forest Genetic Resourses. Technical Note No. 48. December 1997. Danida Forest Seed Centre, Denmark.
48
Jurnal Ilmu Kehutanan Volume 8 No. 1 - Januari-Maret 2014
Winarti C & Nurdjanah N. 2005. Peluang tanaman rempah dan obat sebagai sumber pangan fungsional. Jurnal Litbang Pertanian 24(2), 47-55. Zuhud EAM, Siswoyo, Hikmat A, Sandra E, & Adhiyanto E. 2003. Buku Acuan Tumbuhan Obat Indonesia. Fakultas Kehutanan IPB dan Yayasan Sarana Wanajaya, Jakarta.
49