PENGELOLAAN DAN POTENSI EKO WISATA DI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG MANAGEMENT AND ECOTOURISM POTENTION IN BANTIMURUNG BULUSARAUNG NATIONAL PARKS Lusiani Ferelia Halim1 1)Mahasiswa Program Pasca Sarjana Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Universitas Brawijaya Malang Email:
[email protected]
ABSTRAK Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung (Babul) Park didirikan pada tahun 2004. Sebagai taman nasional baru, kegiatan pengelolaan yang melibatkan masyarakat sekitar masih terbatas. Memperbaiki garis perbatasan antara taman nasional dan daerah sekitarnya masih dalam perdebatan utama dari taman nasional. Satu-satunya institusi yang bekerja sama dengan Taman Nasional Babul Balai Taman Nasional (Balai Taman Nasional Babul) adalah Pariwisata dan Badan Kebudayaan (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan) dan Balai Taman Nasional Babul (Balai Taman Nasional Babul). Upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam melestarikan hutan baik jenis maupun manfaatnya melalui pengembangan wisata alam sebagai penyangga kawasan konservasi, kawasan budidaya dan industry tanaman hutan yang bernilai ekonomis tinggi guna mewujudkan ketahanan pangan. Konservasi kekayaan sumberdaya alam yang merupakan asset bagi Taman Nasional Bantimurung Bulusaurang harus terus diupayakan guna mempertahan ekosistem dan habitat bagi flora dan fauna yang hidup di dalam kawasan ini sehingga kawasan ini dapat mampu menjadi salah satu potensi wisata alam yang menarik Kata kunci : Potensi Wisata, Ekosistem Dan Habitat, TN Bantimurung Bulusaraung
ABSTRACT Bantimurung-Bulusaraung (Babul) National Parks were founded in 2004. As a new national park, management activities which involved the local community was still limited. Fixing the border line between the national park and the surrounding area was still in the main debate of the national park. The only institution that colaborate with the National Park (National Park Authority Babul) was Tourism and Culture Agency (Tourism and Culture) and the National Park Babul (the National Park Babul). Efforts to increase community participation in preserving the forest type and its function through the development of nature as a buffer conservation areas, cultivated areas and industrial forest plants of high economic value in order to achieve food security. Conservation wealth of natural resource was an asset for the Bantimurung Bulusaurang National Parks that should continued to be pursued in order to defend the ecosystem and habitat for flora and fauna that lived in this region so that the region could afford to be one of the interesting potential of nature tourism Keywords : Potential, Ecosystems and Habitat, Bantimurung Bulusaraung National Parks
PENDAHULUAN
and control) dari lembaga pengelola tidak
Latar Belakang
cukup untuk menghadapi tekanan yang
Sejarah pengelolaan hutan di kawa-
berasal dari aspek sosial, ekonomi dan
san Bantimurung ini adalah dilatarbela-
politik (Komite PPA-MFP dan WWF
kangi oleh rusaknya kawasan hutan
Indonesia, 2006).
Indonesia yang menjadi sorotan dari
Pengelolaan
kolaborasi
muncul
berbagai kalangan, baik di tingkat nasional
sebagai
maupun
demi
mengintegrasikan kepentingan pelestarian
bencana yang terjadi itu akibat terjadinya
dan pembangunan ekonomi (Komite PPA-
ketidakseimbangan ekologi yang seharus-
MFP dan WWF Indonesia, 2006; Fisher,
nya diperankan oleh kawasan hutan.
2005; Solomon, et al., 2011) khususnya
Rusaknya kawasan hutan mengakibatkan
bagi
fungsi hidrologi tidak lagi berjalan opti-
konservasi
mal. Padahal, tutupan hutan di wilayah
Kolaborasi harus didasari atas kepentingan
pegunungan atau perbukitan merupakan
”pemilik” dan kepentingan ”pengguna”.
bendung alam sekaligus bank air tawar
Dalam konteks sumberdaya hutan, yang
bagi kehidupan di sekitarnya. Dengan
merasa
adanya tutupan hutan, air hujan yang turun
negara/pemerintah sementara pengguna
akan
sumberdaya hutan adalah rakyat dan
internasional.
tertahan
Bencana
oleh
humus
dan
perakarannya hingga meresap ke dalam
sebuah
pendekatan
masyarakat
sekitar
termasuk
menjadi
untuk
kawasan
taman
nasional.
pemilik
adalah
pengusaha (Awang et al., 2005).
tanah, persentasenya mencapai 75 persen
Pengelolaan
kolaboratif
dengan
sampai 95 persen. Selebihnya, air mengalir
melibatkan
ke dataran rendah atau hilir.
kawasan taman nasional dimaksudkan
Pelestarian sumberdaya hutan tidak
masyarakat
sekitar
dalam
untuk mengurangi dampak kerusakan
dapat dipisahkan dari pembangunan eko-
ekosistem
nomi
kepentingan dari para pihak di satu sisi,
dimana
terutama
pada
penduduk
wilayah-wilayah
setempat
memiliki
kawasan
akibat
berbagai
dan pentingnya keterlibatan masyarakat
keterkaitan dan ketergantungan terhadap
lokal
sumberdaya hutan dalam mempertahankan
teraannya di sisi lain. Dengan pengelolaan
kelangsungan hidupnya (Fisher, 2005).
kolaboratif
Kebijakan
nasional
alokasi
kawasan
sebagai
dalam
meningkatkan
maka
sebagai
kesejah-
pemanfaatan kawasan
taman
konservasi
kawasan lindung termasuk taman nasional,
sekaligus sumber daya ekonomi yang ada
diikuti dengan penyediaan regulasi yang
didalamnya
bersifat “perintah dan kendali” (command
bersamaan, tetapi dengan pertimbangan
dapat
berjalan
secara
bahwa upaya pemanfaatan ekonomi itu
upaya konservasi terhadap taman Nasional
tidak lepas dari tujuan konservasi. Dengan
Bantimurung Bulusaraung dengan cara
pengelolaan kolaboratif, yang disuguhkan
menggali potensi wisata yang ada dan
kepada masyarakat lokal tidak lagi hanya
hubungan TN.Babul dengan masyarakat
hal-hal yang baik tentang manfaat taman
setempat
terhadap
nasional apabila terpelihara dengan baik,
mereka,
serta
ataupun
memunculkan
diperoleh oleh kedua komunitas sebagai
pertanyaan : lebih penting mana hewan
pelestarian habitat dan ekosistem dalam
yang
hal tujuan konservasi alam.
tidak
ada
lagi
dalam
kawasan
hutan
kegiatan
manfaat
ekonomi
yang
dapat
dibandingkan dengan masyarakat sendiri, sementara
kehidupan
mereka
masih
berkekurangan. Mengajak masyarakat memelihara kelestarian taman nasional akan
HASIL DAN PEMBAHASAN Sekilas Tentang Taman Nasional Banti murung Bulusaraung
terwujud apabila mereka merasa tidak
Taman Nasional Bantimurung Bulu
kehilangan hak-hak sosial dan ekonomi
saraung atau sering disebut sebaga TN
yang
yang
Babul dikenal sebagai obyek wisata yang
taman
memiliki daya tarik pada peman-faatan
diperoleh
kemudian
dari
ditetapkan
kawasan sebagai
nasional.
sumber daya alam dan ekosis-temnya.
Salah satu kolaborasi yang dapat
Taman Nasional ini memiliki luas ±43.750
dilakukan adalah dengan cara pengem-
Ha melalui SK Kementerian Kehutanan
bangan kegiatan ekowisata yang dapat
nomor 398 / Menhut-II / 2004 tanggal 18
meningkatkan aksi konservasi bagi pen-
Oktober 2004 tentang Perubahan Fungsi
duduk sekitar yaitu dengan menunjukkan
Kawasan Hutan pada Kelompok Hutan
daerah-daerah alami yang penting se-
Bantimurung – Balu-saraung seluas ±
kaligus mendapatkan pemasukan dari
43.750 hektar terdiri dari Cagar Alam
wisatawan. Dengan demikian ekowisata
seluas ± 10.282,65 hektar, Taman Wisata
merupakan sumber peluang kerja dan
Alam seluas ± 1.624,25 hektar, Hutan
pendapatan yang cukup mewakili bagi
Lindung seluas ± 21.343,10 hektar, Hutan
masyarakat sekitar yang berfungsi sebagai
Produksi Terbatas seluas ± 145 hektar, dan
insentif untuk mencegah praktik-praktik
Hutan Produksi Tetap seluas ± 10.355
yang merusak.
hektar. untuk
Taman Nasional Bantimurung Bu-
menggambarkan situasi nyata yang dapat
lusaraung terletak di wilayah Kabupaten
dilakukan mengenai kolaborasi
Maros dan Kabupaten Pangkajene
Makalah
ini
bertujuan
dalam
Ke-
pulauan (Pangkep), Provinsi Sulawesi
disuguhkan sekedar manfaat dan kegunaan
Selatan. Secara geografis areal ini terletak
jasa lingkungan dari sebuah TN Babul di
antara 119° 34’ 17” – 119° 55’ 13” Bujur
balik kondisi ekonomi masyarakat yang
Timur dan antara 4° 42’ 49” – 5° 06’ 42”
memprihatinkan.
Lintang Selatan. Secara kewilayahan,
masyarakat pun menjadi bagian dari
batas-batas TN. Babul adalah sebagai
pengelolaan
berikut :
menikmati potensi yang ada didalamnya.
1. Sebelah
Utara
berbatasan
dengan
Kabupaten Pangkep, Barru dan Bone; 2. Sebelah
Timur
berbatasan
dengan
Dalam
kawasan
hal
yang
ini,
dapat
Dengan demikian, himbauan untuk ikut melestarikan keberadaan TN Babul akan menjadi lebih mudah.
Kabupaten Maros dan Kabupaten Bone; 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros; 4. Sebelah
Barat
Kabupaten
dan
Kawasan
Kars
dengan
Berdasarkan tipe ekosistem hutan
Kabupaten
yang ada (mengikuti Sastrapradja dkk dan
berbatasan
Maros
Potensi Ekowisata Maros Pangkep
Whitten et al), kawasan Taman Nasional
Pangkep. Pengelola TN Babul adalah Kantor
Bantimurung Bulusaraung dibagi ke dalam
Balai Taman Nasional Babul, sama halnya
tiga tipe ekosistem utama, yaitu ekosistem
dengan taman nasional-taman nasional
hutan di atas batuan karst (forest over
lainnya yang ditunjuk pemerintah. Kantor
limestone/ hutan di atas batu gamping)
ini berlokasi tidak jauh dari kawasan TN
atau lebih dikenal dengan nama ekosistem
Babul, berada di jalan lintas Maros-Bone,
karst,
sekitar 1 kilometer dari TWA Banti-
dipterocarpaceae pamah, serta ekosistem
murung. Jarak TN Babul dengan Kota Ma-
hutan pegunungan bawah. Batas ketiga
kassar hanya 42 kilometer. Desa-desa
tipe ekosistem ini sangat jelas karena
sekitar kawasan TN Babul berjumlah 40
hamparan batuan karst yang berdinding
desa dengan kondisi ekonomi masyarakat
terjal dengan puncak menaranya yang
yang masih memprihatinkan. Itu berarti,
relatif datar, sangat berbeda dengan
aksesibilitas penduduk terhadap TN Babul
topografi hutan hujan non dipterocar-
dan harapan untuk dapat mengambil
paceae pamahyang mempunyai topografi
manfaat ekonomi yang ada dalam kawasan
datar sampai berbukit, serta kondisi eko-
TN Babul begitu tinggi. Untuk itu,
sistem hutan pegunungan yang ditandai
membangun
oleh bentuk relief yang terjal atau ter-
pengelolaan
kolaboratif
menjadi penting agar masyarakat
tidak
ekosistem
hutan
kadang bergelombang.
hujan
non
Kawasan karst Maros-Pangkep merupakan kawasan karst menara yang
taman wisata alam dengan nama TWA Gua Pattunuang, seluas 1.506,25 ha.
memiliki keunikan geomorfologi dan
Selanjutnya, sebagian kawasan karst
landsekap. Selain itu, dalam beberapa
Bantimurung ditunjuk menjadi kawasan
karst terdapat goa-goa prasejarah yang
konservasi cagar alam (CA) Bantimurung
jumlahnya mencapai 66 goa. Pemerintahan
tahun 1980. Alasannya, kawasan karst
kolonial Belanda pada awal abad 20
tersebut mempunyai keanekaragaman flora
menetapkan seluruh bagian kawasan karst
dan fauna, kondisi alam (baik biota
Maros-Pangkep serta areal berhutan lain di
maupun fisiknya) belum diganggu oleh
sekitarnya sebagai kawasan hutan, yang
manusia,
merupakan
bagian
pengad-
memerlukan upaya konservasi. Luas CA
ministrasian,
penertiban
status
kepe-
Bantimurung ini mencapai 1.000 ha.
penetapan
serta
Kawasan Karst Maros-Pangkep seluas ±
milikan
lahan
penataan
dan
dari
kawasan-kawasan
hutan
di
seluruh Indonesia.
sehingga
keberadaannya
40.000 Ha merupakan kawasan karst terluas dan terindah kedua di dunia setelah
Khusus air terjun Bantimurung,
Cina, dan seluas ± 20.000 ha menjadi
kawasan itu sudah dijadikan sebagai
bagian
kawasan konservasi sejak tahun 1919,
konservasi Taman Nasional Bantimurung
berdasarkan Guvernements Besluits tang-
Bulusaraung. Kawasan ini merupakan
gal 21-2-1919 No. 6 Staatblad No. 90,
surga bagi para petualang. Karst Maros-
luasnya adalah 18 ha. Kemudian, era
Pangkep
Indonesia merdeka, terutama periode tahun
mandangan dan bentang alam dengan gua-
1970-1980, di kawasan karst Maros-
guanya yang spektakuler, tetapi juga ten-
Pangkep ditunjuk 5 unit kawasan kon-
tang tempat hidup berbagai jenis fauna,
servasi dengan luas mencapai 11.906,9 ha.
khususnya fauna gua.
Dengan alasan potensi wisata, baik air,
dari
±
tidak
Peran
serta
43.750
hanya
ha
kawasan
tentang
masyarakat
pe-
dalam
panorama alam maupun goa, sebagian
pengembangan wisata di kawasan karst
kawasan Bantimurung ditunjuk kembali
maros Pangkep diharapkan turut serta
menjadi Taman Wisata Alam Bantimurung
memberikan informasi tentang kekayaan
seluas 118 ha. Adapun kawasan hutan di
sumber daya alam yang ada di dalamnya
sekitar
juga
sekaligus memberikan informasi tentang
Babul
pentingnya menjaga kelestarian habita dan
Pantunuang
merupakan
cikal
Asue bakal
yang TN
ditetapkan menjadi kawasan konservasi
ekosistem yang ada di dalam kawasan ini.
Potensi Ekowisata “The Kingdom Of Butterfly”
(Papilionoidea) yang ditemukan berjumlah 247 jenis kupu-kupu (Papilionoidea) di
Taman Nasional Bantimurung Bulu-
antaranya 240 jenis teridentifikasi sampai
saraung, kaya akan jenis kupu-kupu “The
tingkat species, 4 jenis teridentifikasi sam-
Kingdom of Butterfly”. Bantimurung
pai tingkat subfamily dan 3 jenis ter-
selain
wisata
identifikasi sampai tingkat family. Jumlah
andalan Sulawesi Selatan, juga identik
tersebut hampir melebihi temuan Wallace
dengan kekayaan jenis kupu-kupunya
yang melaporkan adanya 139 jenis kupu-
“The Kingdom of Butterfly”. Selama
kupu (Papilionoidea) di Maros.
dikenal
sebagai
objek
empat bulan lamanya di Maros (Agustus-
Keanekaragaman jenis kupu-kupu
November 1857), Alfred Russel Wallace,
yang ada di kawasan Taman Nasional
seorang naturalis dan ahli biologi dari
Bantimurung Bulusaraung menjadi daya
Inggris mengeksplorasi daerah Amasanga
tarik utama bagi wisatawan yang datang
dan Kawasan Wisata Bantimurung. Di dua
dari seluruh Indonesia. Untuk itu, sudah
lokasi yang berada di kawasan karst
selayaknya pihak pengelola TN.Babul dan
tersebut, dia mengkoleksi 232 jenis kupu-
masyarakat setempat turut berperan aktif
kupu (Lepidoptera), terdiri dari 139 jenis
menjaga kelestarian habitat kupu-kupu.
Papilionoidea, 70 jenis Moths dan 23 jenis
Keterlibatan masyarakat dalam upaya
Skippers.
pelestarian habitat kupu-kupu menjadi
Kupu-kupu ini pula yang menjadi
sangat penting dan perburuan kupu-kupu
salah satu titik tolak penyelenggaraan
yang diawetkan untuk dijual dapat ditekan.
konservasi kawasan. Tahun 2010, berfokus
Strategi konservasi kupu-kupu di
di Kawasan Wisata Bantimurung, dite-
Taman Nasional Bantimurung adalah
mukan 133 spesies kupu-kupu. Penga-
dengan
matan ini dilakukan sepanjang tahun, guna
pelestarian kupu-kupu yang efektif. Kupu-
menggali lebih dalam tentang perbedaan
kupu merupakan salah satu satwa liar
kemunculan jenis kupu-kupu setiap bulan-
bangsa serangga yang memiliki keindahan
nya.
warna dan bentuk sayap. Kekhasan dan
memberikan
informasi
cara
Tahun 2011-2015, kegiatan yang
keunikan kawasan TN. Bantimurung ada-
sama juga dilaksanakan namun mencakup
lah beranekaragamnya spesies kupu-kupu
wilayah pengamatan yang lebih luas, yaitu
yang memanfaatkan kawasan ini sebagai
beberapa wilayah di Kabupaten Maros dan
habitatnya. Kekhasan kupu-kupu menjadi
Kabupaten Pangkep. Berdasarkan hasil
incaran
identifikasi
pemenuhan kebutuhan ekonomi, koleksi
tersebut,
jenis kupu-kupu
banyak
orang,
baik
untuk
maupun kebutuhan ilmu pengetahuan.
yang sejuk. Kondisi masyarakat yang
Kupu-kupu endemik sulawesi selatan
ramah lingkungan, hidup rukun berte-
menyebabkan perburuan, penangkapan
tangga yang masih
dan penjualan yang tidak terkendali. Hal
jiwa sosial yang tinggi, dan mampu
tersebut menjadi salah satu ancaman
memelihara situs-situs peninggalan purba-
kepunahan kupu-kupu.
kala yang masih bisa kita lihat sampai
dibarengi
jiwa
Restorasi habitat termasuk strate-
sekarang. Leang-Leang merupakan kam-
gi konservasi di dalam kawasan (in situ)
pung yang memiliki peninggalan sejarah
dengan penekanan utama pada ekosistem
manusia purba yang dapat dilihat pada
dan habitat alami kupu-kupu. Strategi kon-
beberapa gua pada gugusan pengunungan
servasi kupu-kupu yang efektif yaitu resto-
karst. Leang-Leang memungkinkan dija-
rasi habitat (penanaman pakan kem-bali)
dikan sebuah alternatif tempat wisata
merupakan pelestarian dan perlin-dungan
karena kaya akan keindahan, dikelilingi
yang dilakukan di dalam habitat aslinya,
gunung dan banyak terdapat gua yang
sehingga tidak diperlukan proses adaptasi
dapat sebagai tempat wisata.
TN.
Taman prasejarah Leang-Leang
Bantimurung restorasi habitat (penanaman
adalah objek wisata purbakala yang berada
pakan kembali) dilakukan dengan cara me-
tidak jauh dari Taman Wisata Alam
nanam tumbuhan atau pakan yang terdapat
Bantimurung.
pada masa-masa kejayaan kupu-kupu.
Makassar berarti gua, dengan pengulangan
bagi
kehidupan
kupu-kupu.
Di
Leang
dalam
bahasa
kata berarti gua-gua atau kawasan gua, Potensi Wisata Kawasan Leang-Leang Kawasan Leang-Leang merupakan salah satu kelurahan yang berbatasan
karena di daerah ini terdapat banyak gua peninggalan arkeologis yang sangat unik dan menarik.
langsung dengan Taman Nasional Banti-
Pada tahun 1950, Van Heekeren dan
murung Bulusaraung. Kelurahan Leang
Miss Heeren Palm menemukan gambar
Leang adalah salah satu kelurahan yang
gua prasejarah (rock painting) yang ber
dikelilingi gugusan pengunungan batu
warna
gamping yang diantaranya terdapat gu-
dan Petta Kere. Van Heekeren menemukan
nung yang menjulang tinggi, terkenal
gambar babi rusa yang sedang meloncat
sebagai kawasan karst dan hutan lindung
yang
yang masih asli. Kelurahan Leang-Leang
mata anak panah, sedangkan Miss Heeren
adalah sebuah kelurahan yang indah,asri
Palm menemukan gambar telapak tangan
dan nyaman dengan hawa pengunungan
wanita dengan cat warna merah. Menurut
merah
di
di
bagian
Gua
dadanya
Pettae
dan
tertancap
para ahli arkeologi, gambar atau lukisan
berduka atas kematian orang terdekatnya
prasejarah tersebut sudah berumur sekitar
(Anonim, 2012).
5.000 tahun silam. Dari hasil penemuan
Selain itu, pengunjung juga dapat
itu, mereka menduga bahwa gua tersebut
menyaksikan berbagai peralatan yang ter
telah dihuni sekitar tahun 8.000-3.000
buat dari batu, sisa-sisa makanan berupa tu
sebelum Masehi (Prihantoro, 2012).
lang binatang dan benda-benda laut berupa
Untuk melestarikan dan memper
kulit kerang yang berjumlah banyak. Di sa
kenalkan gua-gua yang merupakan sumber
lah satu batu pada mulut gua terlihat jelas
informasi prasejarah tersebut, maka sejak
kulit kerang menempel bersatu dengan
tahun 1980-an pemerintah setempat me
batu gua. Para ahli memperkirakan bahwa
ngembangkannya menjadi tempat wisata
berabad-abad lalu Kabupaten Maros me
sejarah dengan nama Taman Wisata Pra
rupakan lautan yang bersatu dengan Laut
sejarah LeangLeang.
Jawa. Di
Saat ini, pemerintah setempat telah
sekitar
Taman
Prasejarah
merencanakan pembangunan beberapa sa
Leang-Leang juga terdapat banyak gua-
rana dan prasarana di sekitar tempat wisata
gua lainnya yang memiliki karak teristik
tersebut, seperti cottage, baruga (gedung)
berbeda dan menyimpan peninggalan
pertemuan dan saluran air bersih. Taman
prasejarah
Prasejarah Leang-Leang yang terletak pada
keunikannya, seperti Leang Bulu Ballang
deretan bukit kapur yang curam ini
yang
merupakan objek wisata yang memiliki
porselin dan gerabah, serta dinding-
nilai-nilai sejarah yang sangat menarik. Di
dindingnya dapat dimanfaatkan sebagai
tempat ini para pengunjung dapat me
areal panjat tebing. Terdapat juga Leang
nyaksikan berbagai macam peninggalan
Cabu yang sudah sering dijadikan sebagai
nenek moyang, seperti lukisan prasejarah
tempat latihan para pemanjat tebing, dan
berupa gambar babi rusa dan puluhan
di hadapan mulut leang ini, tampak
gambar telapak tangan yang melekat pada
aktivitas pertambangan batu kapur serta
dindingdinding gua. Gambar-gambar yang
hamparan
berwarna merah maron tersebut bahan
Sampeang yang memiliki keunikan ter
pewarnanya terbuat dari bahan alami yang
sendiri yang tidak dimiliki oleh leang
sulit terhapus. Menurut para ahli tangan,
lainnya, yaitu terdapat gambar manusia ber
gambar telapak tangan tersebut adalah
warna hitam. Semua leang tersebut me
milik salah satu anggota suku yang telah
miliki jarak yang relatif dekat antara satu
mengikuti ritual potong jari sebagai tanda
dengan lainnya, sehingga mudah untuk di
dengan
menyimpan
sawah
masing-
sejumlah
yang
masing
mollusca,
luas.
Leang
kunjungi. Adapun daya tarik wisata adalah
na lokasi alam yang mendukung hal itu,
gugusan batu gamping dan keindahan
seperti keberadaan sebuah lembah yang
alam, serta hawa sejuk pegunungan yang
bisa dimanfaatkan sebagai arena lintas
masih asli, dan adanya situssitus pening
alam, melewati jalur mulai Bara Tedong-
galan manusia purba yang dapat dijumpai
Samaleri-Barajarang dan berakhir dise
pada beberapa gua yang ada di gugusan
buah bendungan (DAM).
gunung tersebut. Daya tarik budaya, yaitu
Perekonomian di Leang-Leang ma
adanya tradisi masyarakat Leang-Leang
sih bertumpu pada penghasilan masyarakat
yaitu mengadakan pesta panen padi
sebagai petani penggarap sawah. Dalam
(Mappadendang) yang dirayakan setiap ta
hal kepariwisataan sebagian masyarakat su
hunnya setelah panen selesai. Alat musik
dah menikmati penghasilan dengan adanya
yang dapat dijumpai di sini adalah sebuah
tempat wisata, karena masyarakat sudah
alat
disebut
mampu membuat kerajinan tangan berupa
gambusu yang seringkali digunakan pada
aksesoris dari fiber dan marmer yang dapat
acara pesta pernikahan untuk menghibur
diperjualbelikan kepada wisatawan lokal
para undangan.
maupun mancanegara.
musik
tradisional
Keterkaitan
yang
Kelurahan
Adapun permasalahan tentang pari
Leang-Leang dengan desa wisata lainnya
wisata di Leang-Leang adalah belum
sangat erat karena semuanya masih berada
adanya investor yang melirik industri pari
dalam satu kawasan. Beberapa tempat
wisata di daerah ini. Selain itu, belum ada
yang
eksotik
lembaga masyarakat yang secara khusus
keindahan alam terletak pada perbatasan
melakukan pendekatan ke pihak-pihak
dengan desa terdekat. Kelurahan Leang-
yang dapat membantu tercapainya atau ter
Leang sangat potensial untuk dijadikan
bentuknya desa wisata.
mengandung
antara
nilai
sebagai lokasi pengembangan industri pariwisata. Hal ini dapat dilihat dengan semakin berkembangnya Taman Prase
KESIMPULAN Taman
nasional
Bantimurung-
jarah Leang-Leang. Untuk menjadikan
Bulusaraung adalah salah satu taman
Kelurahan Leang-Leang sebagai desa
nasional yang dimiliki oleh Indonesia yang
wisata sangatlah mungkin, ini dapat dilihat
berbeda dengan taman-taman nasional
dari sarana dan prasarana yang sudah ada
lainnya. Ciri khas yang membedakannya
sebelumnya
Prasejarah
adalah terdapatnya bukit-bukit karst yang
Leang-Leang. Hal tersebut masih dapat di
didalamnya ditemukan pula goa-goa pra-
kembangkan ke wisata alam lainnya, kare
sejarah. Kawasan hutan yang ditunjuk
yaitu
Taman
tahun
2004
sebagai
taman
nasional
masyarakat desa setempat (host country).
menghadapi berbagai permasalahan, ter
Untuk itu perlu perencanaan yang cermat
kait dengan status lahan dan tanaman
dan tepat, agar tidak menimbulkan dampak
budidaya yang ada di dalam TN Babul.
yang merugikan bagi desa tersebut sebagai
Permasalahan tersebut memunculkan kon
pengembangan kawasan terpadu. Kebera
flik vertikal antara masyarakat lokal de
daan Desa Wisata Samangki dan Kawasan
ngan pengelola TN Babul yang sampai
Leang-Leang di TN Bantimurung Bulu
penelitian ini dilakukan belum mengha
saraung dapat menjadi contoh pengem
silkan solusi.
bangan
kawasan
lainnya
di
Taman
Pemerintah dalam upaya meng
Nasional Bantimurung Bulusaraung untuk
ikutsertakan berbagai pihak termasuk ma
tujuan pengamanan kawasan dan pe
syarakat lokal untuk bersama-sama me
ningkatan partisipasi masyarakat.
ngelola taman nasional mengakomodirnya lewat pengelolaan kolaboratif. Namun
DAFTAR PUSTAKA
demikian, tidak semua masyarakat dapat
Achmad, Amran, 2006, Sebaran Komu nitas Tumbuhan pada Empat Fasies Batuan Karbonat di Kawasan Kars Maros-Pangkep, Sulsel. Disertasi Program Pasca sarjana Universitas Hasanuddin, Makassar
menerima kehadiran taman nasional, ken dati pengelolaan kolaboratif dapat meng akomodasi kepentingan masyarakat lokal tersebut. Masyarakat yang menganggap tanahnya
telah
”dikuasai”
ataupun
selama ini menjadi taman nasional, tentu
Anonim. 2012. Gua Leang-Leang. Http://Galeriwisata. Wordpress. Com/Wisata-Sulawesi/Wisata-Sula wesiSelatan/Gua-Leang-Leang/. Di akses Tanggal 9 September 2013
akan menolak kehadirannya.
Balai
”dirampas” oleh negara dengan mema sukkan tanah-tanah yang mereka kelola
Pengembangan desa wisata meru pakan suatu alternatif untuk mengatasi konflik yang terjadi di masyarakat dan untuk memenuhi keinginan wisatawan yang mempunyai karakteristik baru ter sebut. Keberhasilan desa wisata dalam menarik pengunjung akan dapat mem berikan dampak positif yang sangat luas dari aspek pelestarian lingkungan, sosial, budaya dan pemerataan pendapatan bagi
TN Babul, 2008, Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Periode 2008-2027 Kabupaten Maros dan Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan. Maros: Kantor Balai Taman Na sional Bantimurung Bulusaraung
Bapeda lda, 2005, Laporan Pelaksanaan Sosialisasi Penunjukan Taman Nasional Bantimurung Balasara ung dan Identifikasi Masalah Ma syarakat yang Berdiam di Sekitar Taman Nasional. Makassar : kerja
sama antara Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Prov. Sulawesi Selatan dengan Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Uni versitas Hasanuddin. Iwan Nugroho, Purnawan D Negara, 2015. Pengembangan Desa Melalui Eko wisata, Januari 2015. Kompas, 2007, Kupu-kupu Bantimurung Menanti Kepunahan, dalam Harian Kompas, Jumat, 28 September 2007 dikutip oleh http://www.bugismakassar.com/berita. php?id=11 (Diunduh tgl. 4 Juni 2009). Kompas, 6 Februari 2009 Prihantoro. 2012. Petualangan Eksplorasi Purba di Leang-Leang PreHistoric Park. http://pena.gunadarma.ac.id/petuala nganeksplorasi-purba-di-leangleang-pre-historic-park/. Diakses Tanggal 22 Oktober 2013