PERUBAHAN FUNGSI KELUARGA TENAGA KERJA WANITA DI KECAMATAN WATULIMO, KABUPATEN TRENGGALEK Winda Yunitasari Prodi Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang E-mail:
[email protected]
Abstrak: tujuan dari penelitian ini antara lain mendiskripsikan awal munculnya TKW di Kecamatan Watulimo, pengaruh tenaga kerja wanita terhadap perubahan fungsi keluarga serta dampak perubahan fungsi keluarga TKW terhadap keharmonisan keluarga TKW. Ketika istri menjadi TKW, keluarga yang ditinggalkan melakukan proses dialektik alamiah untuk menjawab tantangan budaya tersebut. Ketidakseimbangan dalam ekosistem keluarga itu menghasilkan perubahan fungsi atau peran sebagai tanggapan menuju keseimbangan baru. Ruang kosong yang ditinggalkan istri, menjadi tanggung jawab bersama antara suami, orangtua, atau kerabat yang lain. Sehingga secara otomatis semua tugas istri di dalam keluarga diambil alih oleh suami, termasuk dalam mengasuh anak yang seharusnya menjadi tanggung jawab bersama.
Kata Kunci: perubahan fungsi, keluarga TKW, Kecamatan Watulimo Terbatasnya lapangan pekerjaan di dalam negeri dan banyaknya tenaga kerja yang tidak tertampung pada dunia usaha di dalam negeri, serta tuntutan ekonomi keluarga yang semakin tinggi mendorong sebagian masyarakat Indonesia, khususnya di Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek untuk mencari pekerjaan di luar negeri. Wanita yang bekerja di luar negeri biasa dikenal dengan Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan pekerjaan yang dianggap paling menjanjikan, hal itu dikarenakan penghasilan yang bakal diperoleh relatif besar dan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan diri serta keluarga. Banyak para TKW yang telah berhasil meningkatkan taraf hidupnya dan keluarga di daerah asal, sehingga membuat mereka dan calon Tenaga Kerja Wanita (TKW) tertarik untuk mencoba mengikuti jejak mereka. Warga di Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek sebagian besar yang bekerja adalah kaum wanita, hal itu dikarenakan
untuk
tenaga
kerja
Indonesia
wanita
dalam
mengurus
administrasinya lebih mudah, serta biaya yang lebih murah jika dibandingkan dengan tenaga kerja Indonesia laki-laki, selain itu sebagian besar masyarakat di Kecamatan Watulimo bekerja sebagai petani, hasil dari bertani saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta tidak dapat dipastikan hasilnya, maka pilihan untuk bekerja di sektor non pertanian menjadi pilihan yang utama
para wanita di Kecamatan Watulimo yaitu dengan menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW). Bagi para wanita yang menjadi TKW, hal ini telah menimbulkan perubahan yang luas dan mendasar khususnya bagi wanita yang telah berkeluarga. Keluarga yang dahulu utuh (suami, istri dan anak-anaknya), telah berubah menjadi keluarga yang tidak utuh lagi. Banyak keluarga yang tidak memiliki sosok istri bagi suami dan peran ibu bagi anak-anaknya. Menurut Ritonga (1996: 2-3), suatu keluarga memiliki fungsi seperti fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, kontrol sosial, fungsi pendidikan, fungsi sosialisasi dan lain-lain. Selama istri/ibu menjadi TKW fungsi-fungsi yang sebelumnya dilakukan oleh seorang ibu kini telah bergeser digantikan oleh suami maupun keluarga besar TKW, seperti kakek/nenek, paman/bibi maupun kerabat yang lain. Adanya peran ganda yang dilakukan oleh suami TKW di Kecamatan Watulimo tidak jarang menimbulkan konflik. Selain itu keterpisahan TKW dengan keluarga yang relatif lama juga memicu terjadinya konflik baik bagi keluarga TKW maupun keluarga besar TKW, seperti suami tidak bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pengasuhan anak, sehingga banyak anak TKW yang putus sekolah hal tersebut dikarenakan kurangnya dukungan serta motivasi baik dari ayah maupun ibu menjadi pemicu anak menjadi malas sekolah selain itu adanya perbedaan cara asuh ayah dengan ibu dimana ibu dirasakan lebih sabar serta pengertian sementara ayah dirasakan kurang memberikan perhatian terhadap anak. Terpisahnya keluarga antara suami dan istri, karena salah satu anggota keluarga tersebut menjadi TKW menimbulkan masalah dalam kehidupan keluarga TKW. Selain terpisah dalam waktu yang lama kondisi tersebut diperparah lagi dengan adanya perubahan fungsi ekonomi, yaitu adanya kemandirian ekonomi perempuan menjadikan sebagian besar dari suami TKW di Kecamatan Watulimo ini kecenderungan menjadi malas bekerja setelah istrinya menjadi TKW, hal itu dikarenakan karena suami lebih mengandalkan istrinya yang menjadi TKW. Kondisi tersebut dapat menimbulkan konflik antara menantu dan mertua, serta krisis kepercayaan antara pasangan suami istri dapat memicu terjadinya konflik keluarga yang berujung pada perceraian. Tingginya angka perceraian di Pengadilan Agama Kabupaten Trenggalek, sejak tahun 2004 hingga sekarang Kecamatan Watulimo menduduki peringkat teratas dalam kasus perceraian yang mayoritas didominasi para TKW sebagai penggugatnya. Sehingga peneliti berusaha mengungkap tentang pengaruh perubahan fungsi keluarga TKW serta dampak yang ditimbulkan selama ibu menjadi TKW terhadap keharmonisan keluarga TKW di Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek. METODE
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pentingnya penelitian kualitatif adalah untuk menjelaskan data-data yang berbentuk lisan dan tulisan, peneliti dapat memahami lebih mendalam tentang perubahan-perubahan atau peristiwa-peristiwa setting sosial yang berhubungan dengan fokus masalah yang diteliti. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berpegang kepada paradigma naturalistik. Penelitian kualitatif dilakukan dalam keadaan alami terhadap suatu kejadian. Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori-teori dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara, serta hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak yaitu peneliti dan subyek penelitian (Moleong, 1988: 23). Lokasi penelitian yang dianggap menarik oleh peneliti yang kemudian dijadikan objek penelitian ini berada di Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek. Penelitian dilakukan di Kecamatan Watulimo, karena sesuai data yang dikeluarkan oleh Kantor Pengadilan Agama, bahwa di Kecamatan Watulimo, dalam kasus kawin cerai menduduki peringkat pertama, selain itu mayoritas wanitanya bekerja sebagai tenaga kerja wanita di luar negeri. Maka peneliti ingin meneliti adakah pengaruh antara perubahan fungsi keluarga TKW dengan kasus perceraian di kantor Pengadilan Agama Trenggalek. Pada analisis ini, peneliti menggunakan analisis model Miles dan Huberman (dalam Iskandar, 2009: 222) dengan analisis data model interaktif mengalir yaitu dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, display/penyajian data dan verifikasi. Temuan penelitian ini adalah awal munculnya tenaga kerja wanita di Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek berkaitan dengan mata pencaharian masyarakat setempat, dimana mayoritas masyarakatnya bekerja pada sektor pertanian. Selain itu hasil dari bertani tidak dapat dipastikan hasilnya serta memiliki resiko yang tinggi, dimana pada saat harga pupuk mahal serta adanya hama perusak tanaman yang mengakibatkan kerugian yang besar. Maka pilihan untuk bekerja di sektor non pertanian menjadi pilihan alternatif bagi para wanita di Kecamatan Watulimo, yaitu dengan menjadi TKW. Banyaknya wanita di Kecamatan Watulimo yang menjadi TKW, memberi pengaruh terhadap perubahan fungsi keluarga TKW. Tingginya peran ibu atau mertua TKW dalam perubahan fungsi keluarga TKW di Kecamatan Watulimo juga terlihat dari pola asuh anak. Secara umum, pola asuh melibatkan dua pihak, yakni suami dan orangtua TKW. Pada sebagian keluarga TKW, anak tinggal bersama bapak dan
dibantu nenek, baik dengan tinggal bersama keluarga TKW atau mengunjungi secara rutin. Sebagian anak yang lain tinggal bersama neneknya. Hal ini disebabkan kedekatan anak dengan neneknya atau terjadi perselisihan di dalam keluarga TKW, termasuk perceraian. Sebab, hal ini memang tidak memberi pilihan bagi nenek untuk mengambil alih pola pengasuhan hingga mengurusi pendidikan formal anak. Kepergian seorang ibu menjadi TKW juga memberikan dampak terhadap keharmonisan keluarga TKW yang berujung pada kasus perceraian. Dari data yang tertera di Kantor Pengadilan Agama Kabupaten Trenggalek, sejak tahun 2004, Kecamatan Watulimo menduduki peringkat teratas dalam kasus perceraian yang mayoritas didominasi oleh TKW, data tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Data Statistik Penerimaan Perkara Pengadilan Agama Trenggalek tahun 2004-2010 No.
Kecamatan
Penerimaan Perkara
1.
Kecamatan Watulimo
990 perkara
2.
Kecamatan Pule
576 perkara
3.
Kecamatan Durenan
554 perkara
4.
Kecamatan Dongko
578 perkara
5.
Kecamatan Kampak
231 perkara
6.
Kecamatan Trenggalek
219 perkara
7.
Kecamatan Panggul
234 perkara
8.
Kecamatan Pogalan
257 perkara
9.
Kecamatan Gandusari
491 perkara
10.
Kecamatan Tugu
352 perkara
11.
Kecamatan Karangan
220 perkara
12.
Kecamatan Munjungan
190 perkara
13.
Kecamatan Bendungan
32 perkara
14.
Kecamatan Suruh
36 perkara
15.
Kecamatan Bandung Kab. Tulungagung
14 perkara 4.976 perkara
Jumlah
Pada tabel 1 diketahui bahwa Kecamatan Watulimo dalam kasus perceraian menduduki peringkat tertinggi dibandingkan dengan kecamatankecamatan
lainnya,
yaitu
mencapai
990
perkara.
Dilihat
dari
segi
permasalahannya kasus perceraian di Kecamatan Watulimo mayoritas terkait
kasus ceri talak, cerai gugat, tidak ada keharmonisan, gangguan pihak ketiga, faktor ekonomi, dan tidak ada tanggung jawab. Dari beberapa kasus tersebut, gangguan pihak ketiga serta faktor ekonomi menjadi permasalahan terbesar terkait kasus perceraian di Kecamatan Watulimo. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) awal munculnya TKW di Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek berkaitan dengan mata pencaharian masyarakat setempat, dimana mayoritas masyarakatnya bekerja pada sektor pertanian. Selain itu hasil dari bertani tidak dapat dipastikan hasilnya serta memiliki resiko yang tinggi, dimana pada saat harga pupuk mahal serta adanya hama perusak tanaman yang mengakibatkan kerugian yang besar. Maka pilihan untuk bekerja di sektor non pertanian menjadi pilihan alternatif bagi para wanita di Kecamatan Watulimo, yaitu dengan menjadi TKW ; (2) banyaknya wanita di Kecamatan Watulimo yang menjadi TKW, memberi pengaruh terhadap perubahan fungsi keluarga TKW serta; (3) memberikan dampak terhadap keharmonisan keluarga TKW yang berujung pada kasus perceraian. Maraknya kasus perceraian yang terjadi di kalangan TKW di Kecamatan Watulimo, dapat diminimalisir dengan cara di dalam memutuskan menjadi TKW di luar negeri hendaknya mendapat persetujuan baik oleh suami maupun anak yang tertua, sehingga dapat menghindari ketidakharmonisan keluarga karena terdapat kesadaran akan cita-cita bersama yang menjadi harapan keluarga. DAFTAR RUJUKAN Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press Moleong, L.J. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Ritonga, A.H. 1996. Fungsi Keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Daerah Sumatra Utara. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia