PERSEPSI MAHASISWA KEHUTANAN INDONESIA UNTUK BERKIPRAH DI BIDANG KEHUTANAN
PEBI YUSNITA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi Mahasiswa Kehutanan Indonesia untuk Berkiprah di Bidang Kehutanan adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014
Pebi Yusnita NIM E14100031
ABSTRAK PEBI YUSNITA. Persepsi Mahasiswa Kehutanan Indonesia untuk Berkiprah di Bidang Kehutanan. Dibimbing oleh BAHRUNI. Sarjana kehutanan merupakan sumber daya manusia terdidik berbasis keilmuan kehutanan memiliki peran dan tanggung jawab dalam mengatasi persoalan pengelolaan hutan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan mahasiswa kehutanan di seluruh Indonesia untuk berkiprah di bidang kehutanan dengan bekerja di instansi pemerintah, perusahaan swasta, atau berwirausaha. Pengambilan data menggunakan kuesioner dengan responden mahasiswa fakultas kehutanan atau jurusan kehutanan di berbagai universitas yang ada di Indonesia. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 82% responden ingin bekerja di bidang kehutanan terutama di instansi pemerintah. Mahasiswa yang ingin mengembangkan wirausaha kehutanan hanya sebesar 10.71%. Besarnya pendapatan merupakan faktor internal yang paling mempengaruhi responden dalam memilih pekerjaan. Faktor eksternal yang paling mempengaruhi responden dalam memilih pekerjaan yaitu dukungan dari keluarga. Mahasiswa kehutanan Indonesia memiliki kecenderungan yang tinggi untuk berkolaborasi dengan sarjana pertanian lainnya maupun dengan masyarakat sebagai pelaku usaha. Kata kunci: bekerja, kolaborasi, sumber daya manusia
ABSTRACT PEBI YUSNITA. Indonesian Forestry Student Perceptions to take part in the Forestry Sector. Supervised by BAHRUNI. Forestry bachelor is a science-based forestry educated human resources that has roles and responsibilities in addressing of forest management issues in Indonesia. This study aims to identify trends in forestry students throughout Indonesia to take part in the forestry sector by working in government agencies, private companies, or entrepreneurship. Data is collected by using questionnaires with students that majoring in forestry or forestry faculty in various universities in Indonesia as respondents. Results of the study showed as much as 82% of respondents has willingness to work in forestry field, especially in government agencies. Students who want to develop entrepreneurial forestry is only 10.71%. Amount of personal income becomes the most internal factor which influences respondent in choosing a job. External factor that most influence the respondents in choosing a job is the support of family. Indonesian forestry students have a high tendency to collaborate both with other bachelor in agriculture or with community as entrepreneurs. Key word: career preference, collaboration, human resources
PERSEPSI MAHASISWA KEHUTANAN INDONESIA UNTUK BERKIPRAH DI BIDANG KEHUTANAN
PEBI YUSNITA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Persepsi Mahasiswa Kehutanan Indonesia untuk Berkiprah di Bidang Kehutanan Nama : Pebi Yusnita NIM : E14100031
Disetujui oleh
Dr Ir Bahruni, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc F Trop Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul penelitian ini adalah Persepsi Mahasiswa Kehutanan Indonesia untuk Berkiprah di Bidang Kehutanan. Latar belakang penelitian ini yaitu sarjana kehutanan memiliki peran dalam mengatasi masalah pengelolaan kehutanan di Indonesia. Penelitian ini memberikan informasi mengenai kecenderungan pilihan karir mahasiswa kehutanan Indonesia di bidang kehutanan. Serta kecenderungan untuk berkolaborasi dengan sesama lulusan kehutanan, lulusan pertanian lainnya, dan masyarakat dalam upaya pengembangan ekonomi masyarakat melalui pengembangan wirausaha kehutanan. Hasil penelitian ini menunjukan sebanyak 82% mahasiswa kehutanan Indonesia ingin bekerja di bidang kehutanan. Sebagai pelaku usaha, mahasiswa kehutanan Indonesia memiliki kecenderungan yang tinggi untuk berkolaborasi dengan sesama sarjana kehutanan sarjana pertanian lainnya serta masyarakat. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Bahruni, MS selaku pembimbing. Penghargaan penulis sampaikan kepada teman-teman pengurus cabang Sylva Indonesia Julius Simarmata (USU) Fredi Herianto (UNMUL) Husni Tamrin (UNRAM) Agus (UNIKU) Haviz Kurniawan (UGM) Kartika Megawati (UNTAD) Dadang (UNHAS) Abdullah (ULM) Rizki (UNIPA) Teddy (UNB) dan Harry Anggra (UNILA) yang telah membantu dalam proses pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, dan teman-teman Fahutan IPB terutama para sahabat dan teman seperjuangan di Manajemen Hutan 47 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu atas segala bantuan dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2014 Pebi Yusnita
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Kerangka pikir
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
METODE
3
Alat dan Bahan Penelitian
3
Pemilihan Daerah Contoh dan Jumlah Responden
3
Jenis Data yang Dikumpulkan
4
Pengolahan dan Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Karakteristik Responden
6
Pengetahuan Umum Mengenai Karir di Bidang Kehutanan
7
Kecenderungan Pemilihan Karir setelah Lulus
9
Kebutuhan kolaborasi saat bekerja di perusahaan kehutanan
14
Kecenderungan mahasiswa dalam pengembangan wirausaha
15
SIMPULAN DAN SARAN
24
Simpulan
24
Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
25
LAMPIRAN
27
RIWAYAT HIDUP
30
DAFTAR TABEL 1 Tingkat reliabilitas metode cronbach’s alpha 4 2 Skor pertanyaan tingkat pengetahuan mengenai pengelolaan hutan dan karir bidang kehutanan 5 3 Kategori tingkat pengetahuan umum mengenai karir di bidang kehutanan 5 4 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin 6 5 Distribusi responden berdasarkan daerah asal 7 6 Tingkat pengetahuan umum di bidang kehutanan rata-rata menurut jenis kelamin 8 7 Tingkat pengetahuan umum di bidang kehutanan rata-rata menurut angkatan 8 8 Pilihan karir mahasiswa kehutanan 9 9 Hasil uji korelasi chi square jenis kelamin, angkatan, dan daerah asal terhadap pemilihan bidang karir 9 10 Hasil uji korelasi chi square jenis kelamin, angkatan, dan daerah asal terhadap kemampuan wirausaha 16 11 Tingkat kesanggupan rata-rata mahasiswa dalam berwirausaha kehutanan menurut angkatan 16 12 Kebutuhan kolaborasi dengan masyarakat dalam wirausaha di bidang kehutanan 21
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kerangka pemikiran penelitian Pengetahuan umum responden mengenai karir bidang kehutanan Instansi atau badan usaha yang menjadi pilihan mahasiswa Faktor internal yang mempengaruhi pilihan pekerjaan Penghasilan awal rata-rata yang diharapkan mahasiswa saat bekerja Faktor eksternal yang mempengaruhi pilihan pekerjaan Kebutuhan kolaborasi anatar sarjana kehutanan Kebutuhan kolaborasi sarjana kehutanan dengan sarjana non kehutanan Kemampuan wirausaha mahasiswa kehutanan Indonesia Minat mengembangkan wirausaha primer dan sekunder mahasiswa kehutanan Indonesia Jenis usaha yang ingin dikembangkan oleh calon sarjana kehutanan Lokasi pengembangan bisnis pilihan responden Pendapatan wirausaha perbulan rata-rata yang dianggap menarik oleh responden Kebutuhan kolaborasi dengan sesama lulusan kehutanan dan non kehutanan dalam pengembangan wirausaha kehutanan Kendala dalam pengembangan usaha primer Kendala dalam pengembangan usaha sekunder
2 7 10 12 12 13 14 14 15 17 17 18 19 20 22 22
DAFTAR LAMPIRAN 1 Uji validitas pengetahuan umum tentang karir di bidang kehutanan 2 Uji reliabilitas pengetahuan umum tentang karir di bidang kehutanan 3 Uji chi square
27 28 28
1 28
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang memberikan manfaat secara langsung maupun tidak langsung bagi manusia. Hasil hutan diharapkan mampu menunjang pembangunan perekonomian nasional. Purwita (2007) menyatakan bahwa di masa pembangunan hutan sudah selayaknya dimanfaatkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat dituntut memiliki kemampuan untuk memanfaatkan kekayaan alam secara rasional berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Indonesia memiliki kawasan hutan mencapai 137 juta ha atau sekitar 60% dari luas wilayah daratan Indonesia (Departemen Kehutanan 2007). Menurut Astana (2012), kontribusi subsektor kehutanan (kayu bulat) terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) relatif kecil hanya sbesar 1.0% dan menjadi 2.0% jika digabung dengan nilai tambah industri pengolahan kayu. Masalah kehutanan yang menjadi isu nasional maupun internasional yaitu adanya degradasi dan deforestasi hutan. Berdasarkan hasil penafsiran citra landsat pada periode 2003–2006 laju deforestasi di Indonesia sebesar 1.2 juta ha/tahun (Departemen Kehutanan 2009). Sarjana kehutanan merupakan sumber daya manusia (SDM) terdidik berbasis keilmuan kehutanan memiliki peran dan tanggung jawab dalam pengembangan bidang kehutanan di Indonesia. Aspek penting dalam pengembangan subsektor kehutanan yaitu adanya manajemen dan kolaborasi antara sumber daya alam (SDA), SDM dan teknologi. Upaya pembangunan subsektor kehutanan dengan melibatkan SDM terdidik dibidang kehutanan terus dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia P.30/ Menhut-II/2013 tentang Bakti Sarjana Kehutanan dalam Pembangunan Kehutanan (BASARHUT). Program tersebut memberikan kesempatan bagi lulusan kehutanan dari diploma empat atau strata satu untuk memiliki pengalaman kerja di bidang kehutanan dalam jangka waktu lima tahun. Dalam jangka waktu lima tahun lulusan kehutanan akan memiliki pengalaman kerja pada bidang keilmuannya. Namun, program tersebut tidak akan berhasil untuk memperbaiki pengelolaan hutan maupun meningkatkan perekonomian masyarakat berbasis ekosistem hutan jika mahasiswa atau sarjana kehutanan di Indonesia tidak memiliki minat untuk bekerja di bidang kehutanan. Pada tahun 1966 jumlah sarjana kehutanan di Indonesia secara keseluruhan sebanyak 6 500 orang dan diperkirakan menjadi 15 000 orang pada tahun 2010 (Sahide 2012). DPKHA IPB (2013) menyatakan bahwa presentase Sarjana Kehutanan IPB yang lulus pada tahun 2009-2011 sebanyak 64.11% bekerja sesuai dengan bidang keilmuan kehutanan. Sedangkan yang bekerja di sektor kewirausahaan hanya sekitar 2.8% dari jumlah lulusan. Oleh sebab itu, penting dilakukan penelitian untuk mengkaji kecenderungan pilihan karir calon sarjana kehutanan, hal-hal yang yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan karir, kebutuhan kolaborasi dengan sarjana pertanian lainnya atau kebutuhan kolaborasi dengan masyarakat dalam meningkatkan perekonomian.
1
2 Kerangka Pikir Perguruan tinggi negeri maupun swasta menghasilkan lulusan sarjana kehutanan setiap tahun. Sehingga, jumlah sarjana kehutanan atau SDM terdidik bidang kehutanan di Indonesia semakin banyak. Namun, saat ini pengelolaan hutan jauh dari yang diharapkan. Kesejahteraan masyarakat sekitar hutan juga tidak mengalami perubahan. Oleh sebab itu, penting untuk melakukan kajian terhadap kecenderungan pemilihan karir mahasiswa kehutanan Indonesia agar memperoleh informasi mengenai kecenderungan pilihan karir dan mengkaji halhal yang mempengaruhi calon sarjana kehutanan dalam memilih bidang pekerjaan. Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan wirausaha calon sarjana kehutanan dan kebutuhan kolaborasi dengan sarjana pertanian lainnya atau masyarakat dalam upaya perbaikan pengelolaan hutan dan pengembangan perekonomian masyarakat. Gambar 1 menunjukkan kerangka pemikiran penelitian persepsi mahasiswa kehutanan Indonesia untuk berkiprah di bidang kehutanan. Pendidikan SDM kehutanan
Kajian kecenderungan mahasiswa kehutanan untuk berkiprah di kehutanan
Kecenderungan kolaborasi mahasiswa kehutanan
Pertanian lainnya Preferensi orientasi kerja Kebutuhan IPTEK untuk orientasi kerja Kebutuhan kolaborasi antar SDM terdidik
Masyarakat desa sekitar hutan Kebutuhan pengembangan kapasitas Peran SDM terdidik dalam pengembangan kapasitas
Pendayagunaan SDM terdidik, kolaborasi para pihak, dan kapasitas SDM
Pengelolaan hutan dan pengembangan ekonomi masyarakat Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
3 Tujuan Penelitian 1. Mengkaji kecenderungan SDM terdidik di bidang kehutanan untuk berkiprah di bidang kehutanan. 2. Mengkaji kecenderungan kolaborasi SDM terdidik di bidang pertanian lainnya dengan kehutanan terutama dalam bisnis atau usaha kehutanan. 3. Mengkaji kecenderungan kolaborasi tenaga terdidik baik di bidang kehutanan maupun pertanian lainnya dengan masyarakat dalam rangka pengembangan ekonomi masyarakat pedesaan. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kecenderungan mahasiswa kehutanan untuk berkiprah di bidang kehutanan serta kecenderungan kolaborasi dengan sarjana pertanian lainnya dan masyarakat dalam upaya pengembangan ekonomi masyarakat pedesaan.
METODE Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, alat tulis, laptop serta program komputer pengolah angka dan perangkat lunak pengolah data statistik sosial. Pemilihan Daerah Contoh dan Jumlah Responden Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2014 di Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara, Jurusan Kehutanan Universitas Lampung, Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa, Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Jurusan Kehutanan Universitas Matarram, Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako Palu, Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin Makassar, Jurusan Kehutanan Universitas Papua. Pemilihan universitas dan responden dilakukan secara purposive sampling dengan memperhatikan jumlah mahasiswa di tiap universitas dan proporsi jenis kelamin. Jumlah responden dihitung berdasarkan metode Solvin dengan rumus: N n= 1 + Ne2
Keterangan: n : Jumlah sampel N: Jumlah populasi e : Batas toleransi kesalahan (10%)
Berdasarkan metode Solvin jumlah sampel (n) yang di dapat sebanyak 96.49 dibulatkan menjadi 100 responden. Jumlah sampel pada tiap universitas ditentukan secara proporsional berdasarkan perbandingan antara jumlah populasi
4 dengan jumlah sampel (1:0.03). Jumlah sampel tiap universitas ditentukan berdasarkan perbandingan tersebut. Universitas yang memiliki mahasiswa yang lebih banyak akan diambil sampel lebih banyak. Jenis Data yang Dikumpulkan Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer menggunakan metode kuesioner. Data yang dikumpulkan berupa data identitas responden, kecenderungan mahasiswa kehutanan untuk berkiprah di bidang kehutanan, kecenderungan kolaborasi dalam bisnis atau usaha kehutanan, serta kecenderungan kolaborasi mahasiswa kehutanan dengan masyarakat dalam rangka pengembangan ekonomi masyarakat pedesaan. Data sekunder merupakan data yang berasal dari proses studi literatur dan sumber lain yang terkait. Pengolahan dan Analisis Data Data primer yang telah dikumpulkan diolah melalui proses pengecekan (editing), pengkodean (coding), pemindahan (entering), pembersihan (cleaning), dan penganalisisan (analyzing). Analisis data dilakukan dengan cara analisis deskriptif dan analisis inferensia. 1. Uji validitas dan reliabilitas Instrumen yang digunakan harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Validitas terkait dengan keabsahan untuk menguji instrumen atau pertanyaan yang digunakan dapat mengukur secara tepat mengenai gejala atau fenomena yang akan diukur. Pertanyaan dinyatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel, nilai r tabel untuk 100 responden pada selang kepercayaan 95% sebesar 0.2 (Sufren dan Natanael 2013). Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi alat ukur. Pertanyaan dikatakan konsisten jika dilakukan pengukuran dua kali pada suatu gejala yang sama pada waktu yang berbeda akan menghasilkan hasil yang sama (Siregar 2013). Uji reliabilitas menggunakan metode koefisien alpha cronbach menggunakan program pengolah data statistik sosial. Pertanyaan dinyatakan reliabel jika koefisien cronbach’s alpha minimal pada selang 0.6-0.8. Tabel 1 Tingkat reliabilitas metode cronbach’s alpha Alpha Tingkat Reliabilitas 0.00 – 0.20 Kurang reliabel >0.20 – 0.40 Agak reliabel >0.40 – 0.60 Cukup reliabel >0.60 – 0.80 Reliabel >0.80 – 1.00 Sangat reliabel 2. Tingkat pengetahuan umum mengenai karir di bidang kehutanan Pengumpulan data untuk mengetahui tingkat pengetahuan umum calon sarjana kehutanan mengenai karir di bidang kehutanan terdiri atas lima pertanyaan menggunakan skala Likert. Tingkat pengetahuan umum mengenai karir dibidang
5 kehutanan digolongkan menjadi lima kategori. Interval dari setiap kategori ditentukan berdasarkan rumus: Nilai tertinggi (NT) – Nilai terendah (NR) Interval kelas (i) = Jumlah kelas Tabel 2 Skor pertanyaan tingkat pengetahuan mengenai pengelolaan hutan dan karir bidang kehutanan No Kategori Skor 1 Sangat Tinggi 5 2 Tinggi 4 3 Sedang 3 4 Rendah 2 5 Sangat rendah 1 Tabel 3 Kategori tingkat pengetahuan umum mengenai karir di bidang kehutanan No Kategori Skor 1 Sangat baik 21 ≤ X < 25 2 Baik 17 ≤ X < 21 3 Cukup baik 13 ≤ X < 17 4 Kurang baik 9 ≤ X < 13 5 Sangat tidak baik 5≤X<9 3. Kecenderungan pemilihan karir setelah lulus Data mengenai pilihan bidang pekerjaan setelah lulus, tingkat prioritas pekerjaan, motivasi atau pertimbangan yang mempengaruhi pemilihan pekerjaan, tingkat pengaruh faktor pekerjaan, dan besarnya penghasilan saat bekerja diolah dan dianalisis secara deskriptif dengan tabulasi. Penyajian data dalam bentuk tabel dan grafik. 4. Kebutuhan kolaborasi dalam bekerja di perusahaan kehutanan Data mengenai kebutuhan kolaborasi dengan sesama sarjana kehutanan, sarjana pertanian lainnya, serta masyarakat diukur menggunakan skala Guttman. Skala Guttman terdiri atas dua alternatif jawaban (butuh-tidak butuh). Data diolah dengan tabulasi dan disajikan dengan grafik. 5. Minat kesanggupan dan kolaborasi dalam wirausaha kehutanan Pertanyaan mengenai tingkat kesanggupan, ketertarikan untuk mengembangkan bisnis di usaha primer dan sekunder, dan kebutuhan kolaborasi dalam pengembangan usaha diukur menggunakan skala Likert. Prioritas bidang usaha yang ingin dikembangkan dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabulasi. Sementara data pilihan lokasi untuk pengembangan usaha yang potensial diukur menggunakan skala Guttman. Masing-masing data disajikan dalam bentuk grafik. 6. Analisis korelasi antar variabel Analisis korelasi dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas
6 terhadap variabel terikat. Teknik statistik yang digunakan yaitu koefisien korelasi dengan uji korelasi chi square. Uji korelasi chi square menggunakan program statistik pengolah angka. Pada selang kepercayaan 95% dua variabel dinyatakan memiliki hubungan jika nilai asymp sig kurang dari 0.05.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Jenis Kelamin Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa strata satu fakultas kehutanan atau departemen kehutanan dari berbagai universitas di Indonesia. Jumlah responden secara keseluruhan sebanyak 100 orang terdiri atas 40 responden perempuan dan 60 responden laki-laki. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin tertera pada Tabel 4. Responden merupakan mahasiswa angkatan 2009 (semester 10) sebanyak 10%, angkatan 2010 (semester 8) sebanyak 42%, angkatan 2011 (semester 6) sebanyak 32%, angkatan 2012 (semester 4) sebanyak 11%, dan angkatan 2013 (semester 2) sebanyak 5% sehingga data yang diperoleh menggambarkan kecenderungan pengetahuan dan pilihan karir dari berbagai angkatan. Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin Responden Universitas Laki-laki Perempuan Orang (%) Orang (%) Universitas Lampung 6 10.0 3 7.5 Universitas Papua 8 13.3 1 2.5 Universitas Kuningan 6 10.0 1 2.5 Universitas Mulawarman Samarinda 5 8.3 2 5.0 Universitas Tadulaqo Palu 4 6.6 3 7.5 Universitas Gadjah Mada 4 6.6 7 17.5 Universitas Matarram 6 10.0 3 7.5 Universitas Nusa Bangsa 5 8.3 2 5.0 Universitas Lambung Mangkurat 4 6.6 3 7.5 Universitas Sumatera Utara 5 8.3 3 7.5 Universitas Hasanuddin Makassar 7 11.6 12 30.0 Total 60 100.0 40 100.0 Daerah asal Responden yang menjadi objek penelitian berasal dari berbagai daerah yang mewakili pulau besar yang ada di Indonesia. Responden berasal dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali-NTT, dan Papua. Distribusi responden berdasarkan daerah asal tertera pada Tabel 5.
7
Daerah Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali-NTT Papua Total
Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan daerah asal Responden Laki-laki Perempuan Orang (%) Orang (%) 13 21.7 7 17.5 14 23.3 9 22.5 7 11.7 5 12.5 11 18.3 15 37.5 7 11.7 3 7.5 8 13.3 1 25.0 60 100.0 40 100.0
Pengetahuan Umum Mengenai Karir di Bidang Kehutanan Tingkat pengetahuan mempengaruhi pengambilan keputusan. Pengetahuan dapat memberikan informasi yang menjadi dasar untuk mengambil tindakan yang lebih efektif dari pada tindakan sebelumnya (Tobing 2007 dalam Lasma 2009). Pengetahuan umum mengenai kondisi pengelolaan hutan di Indonesia saat ini, peran sarjana kehutanan dalam pengelolaan hutan, jenis-jenis pekerjaan dan peluang bekerja di bidang kehutanan, serta peluang bisnis di bidang kehutanan mempengaruhi calon sarjana kehutanan untuk bekerja di sektor kehutanan atau non kehutanan. Pengukuran pengetahuan umum mengenai karir bidang kehutanan menggunakan lima pertanyaan dalam bentuk skala Likert. Hasil olah data menunjukan bahwa nilai corrected item-total correlation lebih dari 0.2 sehingga alat ukur dinyatakan valid. Nilai cronbach’s alpha sebesar 0.745 ada pada selang 0.6-0.8 sehingga pertanyaan dinyatakan reliabel.
Jumlah responden (%)
60 50 40 30 20 10 0 Sangat tidak Tidak baik Cukup baik baik
Baik
Sangat baik
Gambar 2 Pengetahuan umum responden mengenai karir bidang kehutanan Responden yang menyatakan tingkat pengetahuan mereka mengenai kondisi umum pengelolaan hutan dan karir di bidang kehutanan pada kategori baik sebanyak 48%. Tingkat pengetahuan umum mengenai karir pada kategori sangat
8 baik hanya sebesar 13% dan cukup baik sebesar 35% (Gambar 2). Secara keseluruhan mahasiswa kehutanan Indonesia memiliki pengetahuan yang baik mengenai pengelolaan hutan dan peluang kerja di bidang kehutanan. Informasi mengenai kondisi pengelolaan hutan diperoleh dari perkuliahan sementara informasi mengenai peluang karir diperoleh secara mandiri oleh mahasiswa melalui berbagai kegiatan. Menurut responden upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai karir bidang kehutanan yaitu adanya penyampaian informasi dari dosen maupun alumni mengenai peluang kerja maupun wirausaha bidang kehutanan. Pengetahuan tentang karir di bidang kehutanan berdasarkan jenis kelamin Tabel 6 menunjukkan bahwa skor rata-rata pengetahuan mengenai karir pada mahasiswa laki-laki berbeda dengan perempuan. Laki-laki memiliki skor rata-rata yang lebih tinggi dari pada perempuan namun masih dalam kategori yang sama yaitu kategori baik. Hal ini menunjukan bahwa antara laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan pengetahuan mengenai pengelolaan hutan maupun karir di bidang keilmuan mereka. Tabel 6 Tingkat pengetahuan umum di bidang kehutanan rata-rata menurut jenis kelamin No Responden Skor rata-rata Tingkat pengetahuan 1 Laki-laki 17.61 Baik 2 Perempuan 17.00 Baik 3 Total 17.37 Baik Pengetahuan tentang karir di bidang kehutanan berdasarkan angkatan Individu yang memperoleh proses belajar lebih lama cenderung memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih baik (Dariyo 2004 dalam Aprilyan 2011) Pengetahuan berupa data dan informasi didapatkan dari proses pembelajaran selama perkuliahan. Responden angkatan 2009, 2010, 2011, dan 2012 memiliki pengetahuan umum karir kehutanan pada kategori baik. Mahasiswa angkatan 2013 memiliki tingkat pengetahuan karir cukup baik karena baru menjalani perkuliahan sebanyak 2 semester. Angkatan 2009 memiliki skor rata-rata tertinggi dibandingkan dengan 4 angkatan dibawahnya. Tabel 7 menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki masa studi lebih lama akan memiliki pengetahuan yang lebih baik. Perbedaan angkatan menyebabkan perbedaan pengetahuan karena dipengaruhi oleh jumlah mata kuliah yang telah didapat. Tabel 7 Tingkat pengetahuan umum di bidang kehutanan rata-rata menurut angkatan No 1 2 3 4 5 6
Responden Angkatan 2013 Angkatan 2012 Angkatan 2011 Angkatan 2010 Angkatan 2009 Total
Skor rata-rata 15.80 18.09 17.44 17.14 18.10 17.37
Tingkat pengetahuan Cukup baik Baik Baik Baik Baik Baik
9 Kecenderungan Pemilihan Karir Setelah Lulus Pemilihan karir di bidang kehutanan dan non kehutanan Terdapat dua alternatif pilihan bagi mahasiswa kehutanan setelah menyelesaikan studi strata satu yaitu melanjutkan studi ke jenjang selanjutnya atau berkarir pada bidang tertentu. Karir merupakan urutan aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan pekerjaan dan perilaku-perilaku, nilai-nilai, dan aspirasi seseorang selama rentang hidup orang tersebut (Simamora 2001 dalam Widiatami 2013). Pilihan karir merupakan suatu keputusan yang didasarkan oleh berbagai pertimbangan dan motivasi yang dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan mengenai karir itu sendiri. Mahasiswa kehutanan Indonesia yang memilih berkiprah di bidang kehutanan sebanyak 82%. Responden laki-laki yang memilih bekerja pada subsektor kehutanan sebanyak 81.7% sementara responden perempuan sebanyak 82.5%. Tabel 8 menunjukkan mahasiswa kehutanan memiliki kecenderungan yang tinggi untuk berkarir di bidang kehutanan.
Bidang Kehutanan Non-kehutanan Total
Tabel 8 Pilihan karir mahasiswa kehutanan Laki-laki Perempuan Orang (%) Orang (%) 49 81.7 33 82.5 11 18.3 7 17.5 60 100.0 40 100.0
Karakteristik responden dianalisis hubungannya terhadap pilihan karir menggunakan uji korelasi chi square. Variabel bebas yang digunakan yaitu karakteristik responden misalnya: jenis kelamin, angkatan dan daerah asal sementara pilihan karir merupakan variabel terikat. Berdasarkan nilai koefisien korelasi ketiga karakteristik yang di uji memiliki koefisien korelasi lebih dari 0.05 (Tabel 9). Sehingga jenis kelamin, angkatan, dan daerah asal tidak berpengaruh terhadap pilihan karir mahasiswa kehutanan. Tabel 9 Hasil uji korelasi chi square jenis kelamin, angkatan, dan daerah asal terhadap pemilihan bidang karir Karakteristik
Koefisien korelasi
Jenis kelamin Angkatan Daerah asal
0.915 0.133 0.178
Signifikansi korelasi pada taraf nyata 0.05
Pertimbangan yang menjadi dasar mahasiswa kehutanan ingin bekerja sesuai dengan bidang keilmuan kehutanan yaitu ingin mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat dari perkuliahan sehingga ilmu tersebut bermanfaat. Ilmu pengetahuan kehutanan yang diperoleh dari perkuliahan membuat mahasiswa merasa memiliki kemampuan atau kompetensi untuk bekerja di sektor kehutanan baik sektor pemerintah maupun swasta. Selain itu, mahasiswa kehutanan memiliki kesadaran akan peran mereka sebagai SDM terdidik yang seharusnya mampu mengatasi persoalan kehutanan saat ini sehingga keinginan
10 untuk bekerja di bidang kehutanan tinggi. Responden yang tidak memilih sektor kehutanan menganggap bahwa saat ini luas hutan di Indonesia semakin berkurang maka peluang untuk bekerja di subsektor kehutanan semakin kecil. Selain itu, subsektor kehutanan biasanya terletak di daerah yang jauh atau remote area yang aksesibilitasnya rendah dan fasilitas kenyamaan hidup rendah dan risiko kerja yang tinggi. Spesifikasi dalam pemilihan karir di bidang kehutanan dan non kehutanan Teori perkembangan karir dan perkembangan hidup super menyatakan bahwa pilihan karir merupakan tahap perkembangan dan proses dalan menjalankan perkembangan pekerjaan (Beny 2012). Perkembangan pekerjaan terdiri dari preferensi pekerjaan (umur 14-18 tahun), spesifikasi preferensi (umur 18-21 tahun), implementasi preferensi (umur 21-25 tahun), stabilisasi dalam suatu pekerjaan (umur 25-35 tahun), dan konsolidasi status dan kemajuan (masa akhir usia 30-an dan pertengahan usia 40-an). Berdasarkan tingkat umur, mahasiswa ada pada dua tahap perkembangan karir yaitu preferensi dan implementasi preferensi. Lain-lain Jurnalistik Perkebunan Perbankan Pertambangan IUPHHK-HA Lembaga Penelitian Lembaga Pendidikan Industri Hasi Hutan Konsultan Kehutanan BUMN (Perhutani) IUPHHK-HT Bisnis kehutanan KLH Kemenhut 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Distribusi tingkat pemilihan instansi atau badan usaha (%) Gambar 3 Instansi atau badan usaha yang menjadi pilihan mahasiswa Spesifikasi instansi pada penelitian ini merupakan jenis instansi atau badan usaha di bidang kehutanan maupun di luar kehutanan. Gambar 3 menunjukkan bahwa instansi yang menjadi prioritas utama pilihan responden yaitu kementrian kehutanan. Responden yang ingin bekerja pada instansi tersebut sebanyak 27.60%. Instansi yang menjadi prioritas kedua yaitu kementrian lingkungan hidup dengan persentase sebanyak 13.12%. Responden yang ingin bekerja pada badan usaha milik negara (BUMN) sektor kehutanan misalnya Perhutani hanya sebesar 5.43%. Pegawai pada perusahaan swasta misalnya IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT tidak menjadi prioritas utama pilihan responden. Responden yang
11 ingin bekerja pada IUPHHK-HA atau IUPHHK-HT hanya berkisar 5%. Responden yang memilih ingin mengembangkan bisnis kehutanan sebanyak 9.5%. Jika instansi atau badan usaha tersebut dikelompokkan berdasarkan sektor usaha, maka terdapat tiga sektor usaha yang terdiri atas instansi pemerintah, instansi non pemerintah (swasta), dan wirausaha. Responden yang ingin bekerja pada sektor pemerintah sebanyak 59.18%, sektor non pemerintah sebanyak 30.10%, dan sektor wirausaha sebanyak 10.71%. Mahasiswa kehutanan cenderung untuk bekerja dibidang kehutanan pada sektor pemerintah atau menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Berdasarkan Undang-Undang Pokok Kepegawaian No. 8 tahun 1974 terdapat beberapa kemudahan yang akan diperolah jika menjadi PNS yaitu: mendapatkan uang pensiun yang dibayar setiap bulan, apabila meninggal dunia sebelum masa purna bakti maka keluarga mendapat uang pensiun yang dibayarkan stiap bulan, asuransi kesehatan (Askes), pada sebagian PNS mendapatkan rumah dan kendaraan dinas. Selain itu, kemungkinan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) sangat kecil berbeda dengan pegawai swasta yang ancaman PHK besar karena tergantung pada keuntungan perusahaan. Hal di atas menjadi pertimbangan dalam pemilihan karir. Setiap tahun PTN di seluruh Indonesia meluluskan sarjana kehutanan yang turut menambah jumlah angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2013 mencapai 118.2 juta orang, bertambah sebanyak 150 000 orang dibanding Agustus 2012. Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus 2013 mencapai 110.8 juta orang. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2013 mencapai 7.4 juta orang atau 6.25% (BPS 2013). Berdasarkan data Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pada januari 2013 jumlah total PNS sebanyak 4 462 982 orang. Pada tahun 2013 jumlah PNS yang di rekrut sebanyak 65 000 orang terdiri atas 25 000 pegawai untuk instansi pusat (kementrian dan lembaga) 40 000 pegawai untuk instansi daerah (provinsi, kota dan kabupaten). Berdasarkan data di atas angkatan kerja yang terserap menjadi PNS sebanyak 43% sisanya terserap pada BUMN, swasta atau wirausaha. Minat mahasiswa kehutanan untuk bekerja di instansi pemerintah tinggi. Oleh karena itu, mahasiswa yang memilih untuk bekerja di pemerintahan (PNS) harus mampu bersaing dengan sarjana bidang keilmuan lain atau mulai mempersiapkan diri untuk memilih alternatif lain misalnya wirausaha atau pegawai swasta. Sebanyak 18% responden yang memilih bekerja pada sektor non kehutanan 81.82% diantaranya ingin bekerja di sektor kehutanan jika tidak mendapatkan pekerjaan yang diinginkan dengan jangka waktu tunggu selama tiga tahun. Pertimbangan responden ingin bekerja di bidang kehutanan yaitu agar tidak menganggur dan dapat memenuhi kebutuhan hidup. Responden yang tidak ingin bekerja dikehutanan walaupun tidak mendapatkan pekerjaan sebanyak 18.2% dengan beberapa pertimbangan yaitu: ingin tinggal di kota atau gaji kecil sementara risiko kerja tinggi. Pengaruh faktor internal dalam pertimbangan pemilihan bidang pekerjaan Pengetahuan mahasiswa mengenai karir di bidang kehutanan akan menjadi pertimbangan terhadap jenis pekerjaan yang akan dipilih setelah lulus. Hal-hal yang menjadi pertimbangan yaitu faktor internal dan eksternal pekerjaan itu
12 sendiri. Faktor internal dan eksternal pekerjaan menjadi motivasi dalam pemilihan karir. Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang diinginkan. Sikap dan nilai mendorong individu agar bertingkah laku dalam upaya mencapai tujuan (Rivai 2006 dalam Aprilyan 2011). Faktor internal pekerjaan yaitu faktor-faktor yang berhubungan langsung dengan pekerjaan. Pertimbangan yang digolongkan kedalam faktor internal pekerjaan yaitu penghasilan (penghargaan finansial), lokasi tempat kerja, fasilitas kenyamanan lingkungan kerja, jabatan (jenjang karir), dan fasilitas dari perusahaan. Fasilitas Perusahaan 11% Penghasilan 31%
Jenjang Karir 19%
Fasilitas Lingkungan Kerja 19%
Lokasi 20%
Gambar 4 Faktor internal yang mempengaruhi pilihan pekerjaan Penghasilan atau gaji merupakan daya tarik utama dalam memberikan kepuasan pada karyawan. Gaji yang diperoleh adalah penghargaan atas kemampuan dan prestasi kerja pegawai (Yendrawati 2007). Sesuai dengan pernyataan di atas pendapatan merupakan prioritas utama yang menentukan pilihan karir. Responden yang mempertimbangkan gaji dalam pemilihan karir sebanyak 31.16% (Gambar 4). Menurut Yendrawati (2007) mahasiswa akan memperhitungkan gaji yang diperoleh saat awal bekerja, jaminan dana pensiun, dan periode kenaikan gaji. Pendapatan (Rp x1 000 000/bulan)
6 5 4 3
3.91 2.90
3.44
3.64
Angkatan 2011
Angkatan 2010
3.95
2 1 0 Angkatan 2013
Angkatan 2012
Angkatan 2009
Gambar 5 Penghasilan awal rata-rata yang diharapkan mahasiswa saat bekerja
13
Gambar 5 menunjukkan penghasilan awal rata-rata yang diinginkan responden saat bekerja. Gaji minimum yang diinginkan sebesar Rp 1 juta/bulan sementara gaji tertinggi yang diinginkan sebesar Rp 10 juta/bulan. Mahasiswa angkatan 2009 menginginkan gaji dengan rata-rata tertinggi yaitu sebesar Rp 3.95 juta/bulan. Semakin tinggi angkatan menunjukkan jumlah penghasilan awal yang diinginkan saat bekerja semakin besar. Sebaran gaji pada tiap angkatan ditunjukkan dengan standar deviasi. Standar deviasi menunjukan dispersi data, semakin kecil standar deviasi maka data semakin homogen. Standar deviasi gaji rata-rata mahasiswa angkatan 2009 sebesar 0.9 paling rendah dibandingkan angkatan dibawahnya. Hal tersebut menunjukan gaji yang diinginkan oleh mahasiswa angkatan 2009 lebih homogen. Mahasiswa angkatan 2009 memiliki kecukupan kompetensi sangat baik dan pengetahuan umum mengenai karir kehutanan pada ketegori baik sehingga sudah mengetahui gaji standar yang umum diterima oleh sarjana muda. Rata-rata gaji awal yang diinginkan responden diatas UMR Jakarta. Upah minimum rata-rata (UMR) daerah Jakarta sebesar Rp 2.4 juta/bulan. Menurut responden gaji harus sesuai dengan kompetensi sebagai sarjana sehingga adanya penghargaan atas ilmu pengetahuan yang dimiliki. Selain itu, gaji harus sebanding dengan pengorbanan waktu dan ekonomi yang dikeluarkan mahasiswa selama menempuh perkuliahan. Faktor internal lainnya seperti lokasi kerja, fasilitas lingkungan kerja, dan fasilitas perusahaan mempengaruhi kepuasan bekerja para pegawai. Kondisi kerja mempengaruhi motivasi kerja yang berpengaruh terhadap prestasi kerja. Sebanyak 20.10% mahasiswa mempertimbangankan lokasi pekerjaan dalam pemilihan karir. Minat mahasiswa bekerja di IUPHHK-HA sangat rendah karena lokasinya jauh dari perkotaan dan fasilitas kenyamanan hidup rendah. Berdasarkan Gambar 7 fasilitas kenyamanan bekerja sama prioritasnya dengan jenjang karir yaitu sebesar 19%. Pengaruh faktor eksternal dalam pertimbangan pemilihan bidang pekerjaan Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang tidak berhubungan langsung dengan pekerjaan. Faktor eksternal yang menjadi pertimbangan pemilihan pekerjaan yaitu keluarga, ikatan dinas, pihak universitas, dan teman. Responden menyatakan keluarga mempengaruhi pemilihan karir sebanyak 55.78%. Ikatan dinas misalnya perusahaan donatur beasiswa mempengaruhi sebanyak 22.45% (Gambar 6). Faktor internal dan eksternal memiliki pengaruh yang sama dalam pemilihan pekerjaan. Responden menyatakan kedua faktor tersebut sama pengaruhnya sebanyak 56%. Teman 10% Pihak universitas 12% Keluarga 56% Ikatan dinas 22% Gambar 6 Faktor eksternal yang mempengaruhi pilihan pekerjaan
14 Kebutuhan Kolaborasi Saat Bekerja di Perusahaan atau Instansi Kehutanan
Jumlah responden (%)
Mahasiswa yang memilih bekerja pada bidang kehutanan memiliki beberapa pilihan pekerjaan misalnya menjadi pegawai pada instansi pemerintah, pegawai pada perusahaan swasta, industri pengohan hasil hutan, dan wirausaha dibidang kehutanan. Kusmaryani (2011) menyatakan bahwa setiap profesi memiliki keunikan yang khas yang menjadi identitas profesi, mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Tantangan masa depan yaitu kemampuan seseorang untuk mengelola SDM yang memiliki latar belakang demografis berbeda termasuk latar belakang profesi. Setiap orang pelu menyadari pengelolaan keberagaman profesi dapat menjadi landasan dalam pencapaian tujuan yang lebih baik. Perusahaan kehutanan terbagi menjadi perusahaan bidang usaha primer dan usaha sekunder. Usaha primer merupakan usaha yang mengelola hasil-hasil alam misalnya perusahaan yang mengelola hutan alam. Bidang usaha sekunder meliputi industri pengolahan hasil hutan baik kayu maupun non kayu. Usaha primer
100
Usaha sekunder
80 60 40 20 0 Butuh
Tidak butuh
Jumlah responden (%)
Gambar 7 Kebutuhan kolaborasi antar sarjana kehutanan
100
Usaha primer
80
Usaha sekunder
60 40 20 0 Butuh
Tidak butuh
Gambar 8 Kebutuhan kolaborasi sarjana kehutanan dengan sarjana non kehutanan Responden menyatakan membutuhkan kolaborasi antar sesama sarjana kehutanan sebanyak 99% pada perusahaan yang bergerak dalam usaha primer (Gambar 7). Kebutuhan kolaborasi dengan sarjana non kehutanan sebesar 92%. Kebutuhan kolaborasi dengan sesama sarjana kehutanan pada usaha primer lebih
15 tinggi dibandingkan usaha sekunder. Sarjana kehutanan menyadari bahwa perusahaan yang bergerak pada usaha industri hasil hutan membutuhkan kolaborasi sesama sarjana kehutanan dan non kehutanan. Kebutuhan kolaborasi sesama sarjana kehutanan sebesar 90% sementara dengan non kehutanan sebesar 91% (Gambar 8).
Kecenderungan Mahasiswa dalam Pengembangan Wirausaha Kehutanan
Jumlah Responden (%)
Kemampuan wirausaha mahasiswa kehutanan Indonesia Perguruan tinggi memiliki peran penting dalam membangun jiwa wirausaha pada mahasiswa, sehingga lulusan sarjana tidak hanya berorientasi menjadi pekerja tapi mau dan mampu menciptakan usaha mandiri. Hal ini dilakukan untuk membangun sinergi antara pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga penerapannya mampu menciptakan iklim bisnis untuk mendorong kemadirian bangsa Indonesia (Widodo 2005). Wirausaha merupakan usaha yang dijalankan dengan sifat-sifat kewiraan yaitu berani, percaya diri, siap menanggung risiko, dan berorientasi ke masa depan dengan memanfaatkan dan mengelola peluang usaha yang ada. Wirausaha tidak harus menciptakan jenis produk baru dipasaran namun dapat berupa inovasi sistem, metode, dan strategi usaha. 60 50 40 30 20
10 0 Sangat tidak mampu
Tidak mampu
Cukup mampu
Mampu
Sangat mampu
Gambar 9 Kemampuan wirausaha mahasiswa kehutanan Indonesia Kemampuan wirausaha merupakan kesanggupan memindahkan sumber daya ekonomi ke wilayah usaha yang lebih produktif. Gambar 9 menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki kemampuan yang cukup untuk mengembangkan wirausaha. Responden menyatakan mereka mampu sebanyak 26% dan 54% menyatakan kemampuan mereka untuk menjalankan wirausaha ada pada kategori cukup mampu. Mahasiswa telah memiliki pengetahuan wirausaha karena telah dibekali materi wirausaha dalam perkuliahan. Wirausaha merupakan ilmu aplikatif yang harus dipraktekkan sehingga mahasiswa menyatakan kemampuan untuk mengembangkan wirausaha ada pada kategori cukup mampu.
16 Tabel 10 Hasil uji korelasi chi square jenis kelamin, angkatan, dan daerah asal terhadap kemampuan wirausaha Karakteristik
Koefisien korelasi
Jenis kelamin Angkatan Daerah asal
0.878 0.032 0.568
Signifikansi korelasi pada taraf nyata 0.05
Tabel 11 Tingkat kesanggupan rata-rata mahasiswa dalam berwirausaha kehutanan menurut angkatan Tingkat No Responden Skor rata-rata kesanggupan 1 Angkatan 2013 3.40 Mampu 2 Angkatan 2012 2.73 Cukup mampu 3 Angkatan 2011 3.09 Cukup mampu 4 Angkatan 2010 3.07 Cukup mampu 5 Angkatan 2009 4.00 Mampu 6 Total 3.15 Cukup mampu Uji korelasi dilakukan untuk melihat hubungan antara karakteristik responden terhadap kemampuan wirausaha. Karakteristik yang diuji hubunganya yaitu jenis kelamin, angkatan, dan daerah asal. Berdasarkan hasil uji korelasi chi square jenis kelamin dan daerah asal tidak mempengaruhi kemampuan wirausaha mahasiswa (Tabel 10). Koefesien korelasi angkatan terhadap kemampuan wirausaha memiliki nilai kurang dari 0.05 sehingga angkatan mempengaruhi kemampuan wirausaha. Tabel 11 menyatakkan bahwa semakin tinggi angkatan maka kemampuan wirausaha akan semakin baik. Angkatan 2009 memiliki ratarata kemampuan wirausaha pada kategori mampu sementara angkatan dibawahnya ada pada kategori cukup mampu. Mahasiswa angkatan lebih tinggi memiliki kemampuan wirausaha yang lebih baik dibandingkan angkatan dibawahnya. Minat pengembangan usaha kehutanan Minat merupakan suatu kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Kajian mengenai minat mahasiswa kehutanan yang menyatakan mampu untuk mengembangkan wirausaha penting dilakukan karena responden yang menyatakan mampu belum tentu memiliki keinginan atau minat untuk mengembangkan wirausaha. Minat mahasiswa untuk mengembangkan wirausaha di usaha primer hampir sama dengan minat usaha sekunder. Responden menyatakan berminat pada usaha primer dan sekunder sebanyak 32% sementara ketegori sangat berminat pada usaha primer dan sekunder sekunder sebanyak 26% dan 22%. Gambar 10 menunjukkan bahwa secara keseluruhan mahasiswa memiliki minat untuk mengembangkan wirausaha. Berdasarkan uji korelasi chi square jenis kelamin daerah asal dan angkatan tidak mempengaruhi minat wirausaha pada usaha sekunder maupun pada usaha primer. Akan tetapi, berdasarkan ukuran persentase antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan minat. Laki-laki memiliki minat mengembangkan usaha primer
17
Jumlah responden (%)
sebanyak 31.7% sementara perempuan sebesar 17.5%. Minat laki-laki untuk mengembangkan usaha sekunder sebesar 25% sementara perempuan sebesar 17.5%. Mahasiswa laki-laki memiliki minat mengembangkan wirausaha lebih tinggi dibandingkan perempuan baik pada usaha primer maupun usaha sekunder. Hal ini disebabkan laki-laki lebih berani mengambil risiko dari pada perempuan. 35 30 25 20 15 10 5 0
Usaha primer Usaha sekunder
Sangat tidak berminat
Tidak berminat
Cukup Berminat Sangat berminat berminat
Gambar 10 Minat mengembangkan wirausaha primer dan sekunder mahasiswa kehutanan Indonesia Hutan lain-lain monokultur 1% 7% HKm 10% Penangkaran satwa 11%
Jasa ekowisata 17%
Agroforestry 16%
Pengolahan HHK 12% Pengolahan HHBK 13%
Pembibitan 13%
Gambar 11 Jenis usaha yang ingin dikembangkan oleh calon sarjana kehutanan Kecukupan kompetensi, kesanggupan, dan minat wirausaha mempengaruhi jenis usaha yang ingin dikembangkan mahasiswa setelah lulus. Gambar 11 menunjukkan bahwa usaha yang paling diminati yaitu usaha di bidang jasa ekowisata. Responden ingin mengembangkan usaha di bidang jasa ekowisata
18 sebanyak 17.42%. Menurut responden yang berasal dari daerah yang mewakili pulau besar di Indonesia masih banyak tempat-tempat yang potensial di daerah mereka untuk dikelola menjadi tempat wisata berbasis lingkungan. Sehingga dapat memperoleh manfaat hutan tanpa melakukan penebangan. Saat ini pemanfaatan hasil hutan non kayu (HHBK) atau jasa lingkungan mulai diminati untuk dikembangkan. Usaha yang menjadi prioritas kedua untuk dikembangkan yaitu agroforestry. Sebanyak 15.73% responden memilih ingin mengembangkan usaha agroforestry sementara minat mengembangkan hutan tanaman monokultur hanya sebesar 7.3%. Responden lebih berminat mengembangkan agroforestry dibandingkan hutan tanaman monokultur. Berdasarkan hasil penelitian Ariani (2013) pada lahan yang memiliki luas yang sama ditanam dengan jenis yang sama akan menghasilkan pendapatan yang berbeda. Usaha agroforestry antara Pohon Sengon dengan Salak lebih menguntungkan dari pada hutan tanaman Sengon monokultur. Pada sistem agroforestry, saat kanopi pohon belum menutupi lantai hutan bagian yang kosong ditanam dengan tanaman pertanian yang masa panennya lebih cepat. Hal ini akan menambah pendapatan pengusaha selama menunggu panen pohon. Jenis usaha lain yang ingin dikembangkan yaitu pengolahan hasil hutan kayu dan non kayu. Minat untuk mengembangkan usaha pada bidang pengolahan hasil hutan kayu dan non kayu hampir sama yaitu sebesar 12%.
Jumlah responden (%)
100 80 60 40 20 0 Pulau Jawa
Luar Pulau Jawa
Gambar 12 Lokasi pengembangan bisnis pilihan responden Pilihan mengenai jenis dan lokasi usaha yang ingin dikembangkan merupakan hal yang penting untuk dianalisis untuk melihat persepsi atau arah mahasiswa dalam pengembangan karir dibidang wirausaha kehutanan setelah lulus. Gambar 12 menunjukkan bahwa sebanyak 86% responden ingin mengembangkan usaha di luar Pulau Jawa sementara responden yang ingin mengembangkan usaha di Pulau Jawa hanya sebanyak 14%. Menurut responden, luar Pulau Jawa merupakan tempat potensial dalam pengembangan usaha misalnya usaha hutan tanaman monokultur yang membutuhkan lahan yang luas. Pertimbangan lain yaitu harga tanah yang lebih murah dibandingkan di Pulau Jawa, terdapat daerah yang potensial untuk dikembangkan menjadi daerah ekowisata. Selain itu, responden ingin mengembangkan daerah asal mereka sehingga turut berperan aktif dalam peningkatan perekonomian pada daerah masing-masing. Responden yang ingin mengembangkan usaha agroforestry,
19 pembibitan, dan industri pengolahan hasil hutan kayu dan non kayu memilih Pulau Jawa sebagai lokasi pengembangan usaha dengan berbagai pertimbangan yaitu: Pulau Jawa merupakan pusat perekonomian sehingga mempermudah sistem pemasaran dan aksesibilitasnya baik.
Pendapatan wirausaha (Rp x1 000 000/bulan)
20 15
10
8.52
8.56
9.45
7.55
Angkatan 2012
Angkatan 2011
Angkatan 2010
Angkatan 2009
4.70 5 0 -5
Angkatan 2013
Gambar 13 Pendapatan wirausaha perbulan rata-rata yang dianggap menarik oleh responden Analisis mengenai besaran pendapatan yang wajar dan menarik agar mau berwirausaha menjadi penting karena calon sarjana kehutanan cenderung ingin menjadi pekerja pada sektor pemerintah. Pendapatan rata-rata wirausaha tertinggi yang diinginkan sebesar Rp 9.45 juta/bulan pendapatan rata-rata terendah sebesar Rp 4.7 juta/bulan. Rata-rata pendapatan yang diinginkan olah mahasiswa angkatan 2009 sebesar Rp 9.45 juta/bulan. Berdasarkan Gambar 13 mahasiswa angkatan 2009 memiliki selang pendapatan yang paling besar yang ditunjukan olah nilai standar deviasinya paling besar dibandingkan angkatan lainnya. Mahasiswa tingkat akhir memiliki pengetahuan mengenai peluang karir lebih baik, sehingga preferensi pendapatan dari wirausaha menjadi sangat bervariasi karena semakin banyak pertimbangan jenis usaha yang ingin dikembangkan. Secara keseluruhan jumlah pendapatan yang dianggap menarik jika memilih mengembangkan usaha lebih besar dari pada pendapatan jika bekerja pada instansi tertentu. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa pertimbangan jika ingin mengembangkan wirausaha dibandingkan dengan menjadi pekerja pada institusi tertentu misalnya: modal awal untuk membuat usaha besar, risiko usaha lebih besar, dan jangka waktu pengembalian investasi lama. Kolaborasi antar lulusan dalam berkiprah di wirausaha atau bisnis kehutanan Wirausaha bidang kehutanan terdiri atas wirausaha primer dan sekunder. Kolaborasi dengan sesama sarjana kehutanan dan sarjana pertanian lainnya dibutuhkan dalam pengembangan usaha. Adanya kolaborasi mampu meningkatkan kemampuan wirausaha responden. Jika berkolaborasi, sebanyak 45% responden menyatakan kemampuan mengembangkan wirausaha pada ketegori mampu. Jika tanpa kolaborasi, responden yang memiliki kemampuan wirausaha kategori mampu sebanyak 26%. Bidang pekerjaan dalam
20 pengembangan usaha primer dan sekunder terdiri atas perencanaan, pembangunan, pemanenan, pengolahan hasil hutan, pemasaran, administrasi dan keuangan, perlindungan hutan, dan pengelolaan jasa hutan.
Jumlah responden (%)
50 Usaha primer
40
Usaha sekunder
30 20 10 0
Sangat tidak butuh
Tidak butuh
Cukup butuh
Butuh
Sangat butuh
Gambar 14 Kebutuhan kolaborasi dengan sesama lulusan kehutanan dan non kehutanan dalam pengembangan wirausaha kehutanan Gambar 14 menunjukan kebutuhan kolaborasi sesama sarjana kehutanan dan kolaborasi dengan sarjana pertanian lainnya dalam mengembangkan usaha kehutanan. Kolaborasi dengan sesama sarjana kehutanan dan sarjana non kehutanan pada usaha primer sebanyak 46%. Kolaborasi dengan sesama sarjana kehutanan dan sarjana non kehutanan pada usaha sekunder sebanyak 31%. Kegiatan usaha primer misalnya bidang perencanaan, pembangunan, pemanenan, dan pelindungan hutan membutuhkan kolaborasi sesama sarjana kehutanan dari jurusan manajemen hutan (MNH), konservasi sumber daya alam hayati (KSH), dan silvikultur (SVK). Kolaborasi dengan sarjana non kehutanan juga diperlukan pada usaha primer guna meningkatkan profesional kerja. Pada kegiatan perencanaan dan pembangunan hutan membutuhkan kolaborasi dengan sarjana non kehutanan misalnya: sosial, manajemen, ekonomi, agronomi dan hortikultura (AGH), teknik sipil, dan teknik lingkungan. Pada bagian pemanenan hutan membutuhkan kolaborasi dengan sarjana teknik mesin dan teknologi pertanian. Bagian pemasaran membutuhkan kolaborasi dengan sarjana ekonomi, manajemen, dan AGB. Pada bagian pengelolaan jasa lingkungan membutuhkan kolaborasi dengan sarjana pariwisata. Salah satu masalah yang sering menjadi kendala dalam pengelolaan hutan adalah masalah pada bidang lain misalnya sosial. Harapannya adanya kolaborasi dengan profesi lain mampu menyelesaikan permasalahan pengelolaan hutan saat ini karena kolaborasi akan menghasilkan keputusan yang mempertimbangkan banyak aspek. Sarjana kehutanan menyadari bahwa perusahaan yang bergerak pada usaha industri hasil hutan membutuhkan kolaborasi sesama sarjana kehutanan dan non kehutanan. Kolaborasi dengan sarjana non kehutanan misalnya dengan sarjana teknologi pertanian, teknologi industri, ekonomi, dan teknologi pangan. Pada
21 bagian pemasaran dan administrasi membutuhkan kolaborasi dengan sarjana nonkehutanan sama pada usaha primer yaitu sarjana bidang ekonomi, manajemen, dan AGB. Kolaborasi bersama masyarakat dalam mengembangkan wirausaha kehutanan Wirausaha merupakan solusi dalam pengentasan kemiskinan. Sejak tahun 1960-an pemerintah telah melaksanakan berbagai program pengentasan kemiskinan. Kebijakan pengentasan kemiskinan dilakukan melalui jalur mekanisme ekonomi dan fasilitas bantuan sosial. Mekanisme ekonomi dengan membuat kebijakan ekonomi yang mendukung penciptaan lapangan kerja bagi rakyat miskin (Eriyatno dan Nadjikh 2012). Jumlah masyarakat miskin saat ini terus meningkat. Berdasarkan data BPS (2013) pada september 2013 masyarakat miskin di Indonesia mencapai 28.55 juta orang atau 11.47% bertambah sebanyak 0.48 juta orang jika dibandingkan pada maret 2013. Kolaborasi merupakan suatu strategi dalam pengembangan usaha sehingga penting untuk mengkaji kecenderungan kolaborasi antara SDM terdidik bidang kehutanan dan masyarakat dalam mengembangkan wirausaha. Tabel 12 kebutuhan kolaborasi dengan masyarakat dalam wirausaha di bidang kehutanan Kepemilikan usaha Kategori kolaborasi Lulusan kehutanan Masyarakat Ya (%) 99 93 Tidak (%) 1 7 Tabel 12 menunjukkan bahwa keinginan kolaborasi bersama masyarakat sebagai pemilik usaha maupun sebagai pekerja pada usaha milik masyarakat sangat tinggi. Sebagai pemilik usaha 99% responden menginginkan adanya kolaborasi dengan masyarakat. Alasan responden membutuhkan kolaborasi bersama masyarakat yaitu: dalam usaha tidak akan terlepas dari masyarakat baik sebagai pelaku usaha maupun pasar, bagian dari strategi usaha, dan meningkatkan kepercayaan bisnis. Selain itu, SDM terdidik harus mampu membantu pemerintah dalam penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Jenis kolaborasi yang bisa dilakukan bersama masyarakat misalnya pola bagi hasil, masyarakat bekerja pada usaha yang dikembangkan dan dipekerjakan secara profesional, atau kolaborasi kepemilikan lahan. Jika masyarakat sebagai pemilik usaha sebanyak 93% lulusan kehutanan ingin berkolaborasi dalam pengembangan usaha milik masyarakat. Alasan calon sarjana kehutanan ingin berkolaborasi dalam pengembangan usaha milik masyarakat yaitu: ingin mengaplikasikan ilmu kehutanan, sebagai sarana untuk belajar, membantu masyarakat dalam meningkatkan produktivitas hutan, dan ingin mendapatkkan penghasilan. Peran sarjana kehutanan dalam pengembangan usaha milik masyarakat yaitu: sebagai tenaga kerja ahli dalam pengelolaan hutan, membantu administrasi kehutanan, pemasaran hasil, dan inovasi produk hasil hutan.
22 Tantangan dan strategi dalam pengembangan wirausaha kehutanan Berdasarkan karaketristik usaha kehutanan dan kondisi pengelolaan hutan Indonesia saat ini, pengembangan usaha di bidang kehutanan menemui banyak kendala maupun tantangan. Tantangan tersebut akan menjadi pertimbangan calon sarjana kehutanan dalam pemilihan karir di bidang usaha kehutanan baik usaha primer maupun usaha sekunder. Gambar 15 menunjukkan bahwa sebanyak 16% responden menyatakan ketersediaan modal menjadi kendala dalam pengembangan usaha primer. Menurut responden modal merupakan masalah utama dibandingkan dengan masalah ketersediaan lahan, potensi hutan, dan kondisi alam. Selain itu, sebanyak 15% responden menyatakan bahwa tantangan di bidang pemasaran dan sosial masyarakat juga menjadi masalah dalam pengembangan usaha. Salah satu karaketeristik usaha dibidang kehutanan yaitu masa panen kayu yang lama. Sebanyak 8% responden menyatakan bahwa waktu pengusahaan yang lama menjadi tantangan tersendiri dan menjadi pertimbangan pilihan usaha.
Tenaga ahli 13%
Waktu pengusahaan 8%
Birokrasi 11%
Sosial masyarakat 15%
Modal 16% Ketersediaan lahan 8% Potensi hutan 8% Kondisi alam 6% Pemasaran 15%
Gambar 15 Kendala dalam pengembangan usaha primer Birokrasi 3% Modal Pemasaran 31% 17%
Tenaga ahli 20% Bahan baku 12%
Ketersediaan alat 17%
Gambar 16 Kendala dalam pengembangan usaha sekunder
23 Menurut responden kendala utama dalam mengembangkan usaha sekunder yaitu modal (Gambar 16). Ketersediaan tenaga ahli menjadi tantangan sebanyak 20% lebih tinggi dibandingkan dengan ketersediaan alat dan pemasaran sebanyak 17%. Usaha sekunder bergerak dibidang pengolahan hasil hutan, sehingga tergantung pada eksistensi usaha primer. Sebagai contoh industri pengolahan kayu menjadi pulp tentunya bergantung pada kontinuitas supply bahan baku. Sebanyak 12% responden menyatakan kontinuitas bahan baku menjadi tantangan dalam pengembangan industri. Berdasarkan Gambar 15 dan 16 tantangan utama dalam pengembangan usaha di bidang kehutanan yaitu ketersediaan modal. Tingginya risiko dan ketidakpastian usaha kehutanan misalnya: masa panen yang lama, kualitas tegakan yang tidak sesuai diharapkan, atau harga pasar yang tidak sesuai menyebabkan pihak perbankan kurang berminat dalam memberikan pinjaman modal kepada pengusaha hutan. Wirausahawan harus mampu mengatasi kendala malalui strategi dan inovasi. Strategi untuk mengatasi kendala pada usaha primer dan sekunder kehutanan yaitu meningkatkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait terutama dengan pihak penyedia keuangan. Mahasiswa juga perlu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam bidang wirausaha sehingga ketika lulus mampu menjadi wirausahawan yang handal.
24 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sumber daya manusia (SDM) terdidik di bidang kehutanan memiliki kecenderungan yang tinggi untuk bekerja di bidang kehutanan. Sebanyak 82% dari keseluruhan responden ingin mengaplikasikan ilmu kehutanan yang didapat dari perkuliahan dengan bekerja pada subsektor kehutanan. Karir dibidang kehutanan terdiri atas bidang pemerintah, non pemerintah dan wirausaha. Responden memilih sektor pemerintah sebanyak 59.18%, yang memilih bekerja pada sektor non pemerintah sebanyak 30.10%, dan yang ingin mengembangkan wirausaha bidang kehutanan sebanyak 10.71%. Kolaborasi dibutuhkan pada usaha primer maupun usaha sekunder. Pada usaha primer kebutuhan kolaborasi antar sarjana kehutanan sebanyak 99% dan kolaborasi dengan sarjana non kehutanan sebanyak 92%. Pada usaha sekunder kebutuhan kolaborasi antar sarjana kehutanan sebanyak 90% dan kolaborasi dengan sarjana non kehutanan sebanyak 91%. Kebutuhan kolaborasi sesama sarjana kehutanan lebih besar pada bidang usaha primer dibandingkan usaha sekunder. Adanya kolaborasi mampu meningkatkan kemampuan wirausaha responden. Jika berkolaborasi, sebanyak 45% responden menyatakan kemampuan mengembangkan wirausaha pada ketegori mampu lebih tinggi dibandingkan dengan dilakukan tanpa kolaborasi. Selain itu, sarjana kehutanan membutuhkan kolaborasi bersama masyarakat dalam pengembangan usaha. Sebagai pemilik usaha 99% responden menginginkan kolaborasi dengan masyarakat. Jika masyarakat sebagai pemilik usaha sebanyak 93% responden ingin ikut mengembangkan usaha milik masyarakat dengan menjadi tenaga ahli atau membantu administrasi pengelolaan hutan.
Saran Sosialisasi atau pemberian informasi mengenai dunia kerja kehutanan dari alumni perlu dilakukan agar mahasiswa mempunyai pengetahuan mengenai karir kehutanan. Pengetahuan karir yang diberikan misalnya jenis-jenis pekerjaan lulusan kehutanan serta peluang kerja dan usaha mahasiswa kehutanan untuk bekerja pada sektor kehutanan maupun sektor lain. Pembentukan organisasi himpunan alumni akan mempermudah kerjasama antara fakultas kehutanan dan lulusan terdahulu. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pilihan karir SDM terdidik kehutanan setelah lulus, sehingga bisa dibandingkan kecenderungan saat masih mahasiswa dan pilihan karir yang nyata di lapangan. Dari data tersebut dilakukan analisis mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi pilihan karir.
25
DAFTAR PUSTAKA Aprilyan LA. 2011. Faktor-faktor yang memengaruhi mahasiswa akuntansi dalam pemilihan karir menjadi akuntan publik [Skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Ariani RD. 2013. Analisis finansial budidaya Sengon dan Salak pada sistem pengelolaan agroforestry di Desa Kalimendong Kecamatan Leksono Kabupaten Wonosobo [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Astana S. 2012. Dampak kebijakan makroekonomi dan faktor eksternal terhadap deforestasi dan degradasi hutan alam [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Beny S. 2012. Orientasi karir siswa kelas II jurusan teknik pemesinan di SMK Piri Sleman [Skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Keadaan ketenagakerjaan agustus 2013. Berita Resmi Statistik [internet]. [diunduh 2014 Mei 20]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/brs_file/naker_06nov13.pdf [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Profil kemiskinan di Indonesia september 2013. Berita resmi statistik [internet]. [diunduh 2014 Mei 20]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan_02jan14.pdf [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Pengangguran terbuka menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan 2004 – 2013 [internet]. [diunduh 2014 Mei 20]. Tersedia pada: http :// www.bps.go.id/ tab_sub/view.php? kat=1&tabel= 1&dafta r=1&id_subyek=06¬ab=4 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Jumlah angkatan kerja, penduduk bekerja, pengangguran, TPAK dan TPT, 1986–2013. Berita resmi statistik [internet]. [diunduh 2014 Mei 20]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/ tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=06¬ab=5 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, September 2013 [diunduh 2014 Mei 20]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/ tab_sub/view.php? kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=23¬ab=1 [DPKHA, IPB] Direktorat Pengembangan Karir dan Himpunan Alumni, Institut Pertanian Bogor. 2012. Tracer Study Himpunan Alumni 2012 [Internet]. [diunduh 2014 Mei 15]. Tersedia pada:http://issuu.com/cdaipb2/docs/tracerstudy-alumni ipb2012?e=8606985/3790456 Eriyanto, Nadjikh M. 2012. Solusi Bisnis untuk Kemiskinan. Jakarta (ID): Gramedia Kusmaryani RE. 2011. Membangun sinergi antar profesi dalam upaya menghargai keberagaman [Makalah]. [diunduh 2014 Mei 19]. Tersedia pada: http: //staff.uny.ac.id/sites/default/files/ Microsoft%20 Word% 20-%20(B) %202 011%20Mei%20MEMBANGUN%20%20SINERGI%20%20ANTAR%20 %20PROFESI-mskupload.pdf Lasma. 2009. Analisis kesenjangan pengetahuan (knowledge gap) karyawan PT Pelni Persero Direktorat SDM dan Umum [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
26 [PANRB] Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. 2013. Daftar instansi (Kementerian/Lembaga/Pemda) yang membuka seleksi CPNS tahun 2013 [Internet]. [diunduh 2014 Mei 19]. Tersedia pada: http://www.menpan.go.id/ informasi/ instansi-rekrut cpns/formasi Purwita T . 2007. Tatkala Hutan Tak Lagi Hijau. Banten: Wana Aksara. Sahide MAK. 2012. Kehutanan masyarakat. Makassar: Universitas Hasannudin. Siregar S. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sufren, Natanael Y. 2013. Mahir Menggunakan SPSS secara Otodidak. Jakarta: Elex Media Komputindo. Widiatami AK. 2013. Determinan pilihan karir pada mahasiswa akuntansi [Skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Widodo WD. 2005. Jendela cakrawala Kewirausahaan. Bogor (ID): IPB press. Yendrawati R. 2007. Persepsi mahasiswa dan mahasiswi akuntansi mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan karir sebagai akuntan. Fenomena 5(2): 176-192 [Internet]. [diunduh 2014 Mei 15]. Tersedia pada : http://journal.uii.ac.id/index.php/Fenomena/article/view/1107
27 28 Lampiran 1 Uji validitas pengetahuan umum tentang karir bidang kehutanan Uji validitas pengetahuan umumtentang karir dengan bivariate pearson Pengetahuan karir kehutanan Pengetahuan karir kehutanan Pengetahuan peran sarjana kehutanan Pengetahuan kondisi pengelolaan hutan indonesia Pengetahuan peluang karir
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
100 0.277**
Sig. (2-tailed) N
0.005 100 **
Pearson Correlation
0.332
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
0.001 100 0.490** 0 100 **
Pengetahuan peluang bisnis kehutanan
Pearson Correlation
0.308
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
0.002 100 0.653**
Total skor
Sig. (2-tailed) N
0 100
Pengetahuan peran sarjana kehutanan
Pengetahuan kondisi pengelolaan hutan indonesia
Pengetahuan peluang karir
Pengetahuan peluang bisnis kehutanan
Total skor
0.277**
0.332**
0.490**
0.308**
0.653**
0.005 100
0.001 100
0 100
0.002 100
0 100
1
0.454**
0.453**
0.369**
0.731**
100
0 100
0 100
0 100
0 100
0.454**
1
0.270**
0.365**
0.676**
0.007 100 1
0 100 0.746** 0 100
0 100 0.453** 0 100
100 0.270** 0.007 100
100
0 100 0.399** 0 100
**
**
0.399**
1
0.716**
0 100 0.731**
0 100 0.676**
0 100 0.746**
100 0.716**
0 100 1
0 100
0 100
0 100
0 100
100
0.369
0.365
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
27
27
28 28 Uji validitas pengetahuan umum tentang karir dengan corrected item-correlation Scale Mean Scale Corrected Cronbach's if Item Variance if Item-Total Alpha if Deleted Item Correlation Item Deleted Deleted pengetahuan karir 13.8400 5.348 0.479 0.713 kehutanan pengetahuan kondisi pengelolaan hutan 13.9200 5.105 0.485 0.710 indonesia pengetahuan peran 13.9500 4.735 0.542 0.688 sarjana kehutanan pengetahuan peluang 13.8200 4.634 0.559 0.681 karir pengetahuan peluang 13.9500 4.634 0.495 0.709 bisnis kehutanan Lampiran 2 Uji reliabilitas pengetahuan umum tentang karir bidang kehutanan Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items 0.745 0.747 5 Lampiran 3 Uji Chi square Pilihan karir Ha : Mahasiswa memiliki kecenderungan yang berbeda tentang karir di bidang kehutanan Ho : Mahasiswa memiliki kecenderungan yang sama tentang karir di bidang kehutanan Karakteristik Jenis kelamin Angkatan Daerah asal
df 1 4 5
2
X hitung 0.011 7.053 7.624
Hasil pengujian X tabel Assymp.sign 3.841 0.915 9.488 0.133 11.815 0.178 2
Kesimpulan Ho diterima Ho diterima Ho diterima
Minat usaha primer Ha : Mahasiswa memiliki minat yang berbeda terhadap usaha primer kehutanan Ho : Mahasiswa memiliki minat yang sama terhadap usaha primer kehutanan Karakteristik
Hasil pengujian df X hitung X tabel Assymp.sign 4 7.839 9.488 0.098 16 11.227 15.507 0.795 20 28.772 21.026 0.092 2
Jenis kelamin Angkatan Daerah asal
2
Kesimpulan Ho diterima Ho diterima Ho diterima
28
29 Minat usaha sekunder Ha : Mahasiswa memiliki minat yang berbeda terhadap usaha sekunder kehutanan Ho : Mahasiswa memiliki minat yang sama terhadap usaha sekunder kehutanan Karakteristik
Hasil pengujian df X hitung X tabel Assymp.sign 4 1.344 9.488 0.854 16 19.476 26.296 0.245 20 9.117 31.410 0.982 2
Jenis kelamin Angkatan Daerah asal
2
Kesimpulan Ho diterima Ho diterima Ho diterima
Kesanggupan wirausaha kehutanan Ha : Mahasiswa memiliki kesanggupan yang berbeda terhadap usaha kehutanan Ho : Mahasiswa memiliki kesanggupan yang sama terhadap usaha kehutanan Karakteristik 2
Jenis kelamin Angkatan Daerah asal
df X hitung 4 1.202 16 27.902 20 18.297
Hasil pengujian X tabel Assymp.sign 9.488 0.878 26.296 0.032 31.410 0.568 2
Kesimpulan Ho diterima Ha diterima Ho diterima
30
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kerta Jaya (Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan) pada tanggal 06 Maret 1992 dari ayah Ruswin dan ibu Nurmala. Penulis adalah putri ketiga dari empat bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMAN 2 Unggul Sekayu dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis telah melakanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di jalur Baturraden-Cilacap dan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan sekitarnya. Selain itu, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang di IUPHHK-HA PT Timberdana, Kalimantan Timur. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai anggota Kelompok Studi Perencanaan Hutan FMSC (Forest Management Students Club) dan menjabat sebagai sekretaris dan bendahara Kelompok studi keprofesian FMSC. Selain itu, penulis aktif sebagai anggota organisasi Pengurus Cabang Sylva IPB divisi kajian strategi dan advokasi. Penulis aktif di berbagai kegiatan dan kepanitiaan Bina Corps Rimbawan (BCR) dan Temu Menejer selama menjadi mahasiswa Fahutan IPB.