ANALISIS PENGAKUAN DAN PERHITUNGAN BIAYA DAN PENDAPATAN SERTA PERHITUNGAN LABA RUGI YANG DIGUNAKAN SEBAGAI DASAR PENENTUAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN SYARIAH PADA ANGGOTA KJKPEMKSS Mufid Suryani Imam Subaweh Jurusan Akuntansi - Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma Email:
[email protected] [email protected] ABSTRACT With the rapid economic development in Indonesia so that economic actors is crucial in life. Income are factors that make profit, therefore, the income must be measured precisely in accordance with the principles of revenue recognition. Revenue and cost of the comparable component in the income statement presented in the financial statements should truly reflect income and expenses actually received by the company within a certain period. The purpose of this study was to determine how the recognition and calculation of costs and revenues and the income statement as the basis for determining the outcome of Islamic finance at KJK PEMK SS. Sampling Methods using samples taken accidental whose data through interviews, which incidentally was in rembug. The data obtained and analyzed descriptively. The results showed that the SMEs doing recognition and calculation of costs and revenues based on costs incurred on that day and the revenue they get, so it can be seen earnings per day. SMEs often ignore the cost that should be recognized and taken into account the cost of labor, cost of rent / electricity, inventory and repair costs are often mixed cash income and income that is receivable. SMEs do for the results to KJK PEMK SS by the statement of income in the calculation of earnings, but does not count very well and very often SMEs share the results with the KJK PEMK SS taken based solely on the safety deposit money from the sale of the day. Keywords: Recognition of Cost, Revenue, Profit and Loss Statement. PENDAHULUAN Dengan pesatnya perkembangan ekonomi di Indonesia para pelaku ekonomi cukup krusial dalam kehidupan ini. Negara Negara didunia dapat mempertahankan dan mengembangkan perekonomian nasionalnya dengan adanya kegiatan sector rill. Berbagai kegiatan usaha berjalan sesuai dengan kondisi dan potensi masing-masing perubahan dan bisa dikatagorikan menjadi tiga kelompok: perusahaan atau bisnis skala besar atau raksasa, skala menengah, dan skala kecil.
Perkembangan yang ideal ialah apabila unsure-unsur dalam kelompok-kelompok tersebut saling menghidupi yang secara makro ekonomi dapat mendorong peningkatan pendapatan nasional (Gross National Produck=GNP) serta terjaminnya lapangan kerja. Kenyataan menunjukan bahwa diantara unsur-unsur kelompok tersebut terdapat kelompok yang mempunyai kendala-kendala yang paling serius, yaitu kelompok usaha kecil dan menengah. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus untuk membantu kelompok usaha tersebut. Koperasi Syariah mulai berkembang ketika banyak orang menyikapi maraknya pertumbuhan Baitul Maal Wattamwil di Indonesia. Baitul Maal Wattamwil yang dikenal pertama kali di Indonesia adalah BMT Bina Insani amil tahun 1992 di Jakarta. Dan ternyata BMT ini mampum member warna bagi perekonomian masyarakat terutama bagi kalangan akar rumput (grassroot). Namun demikian koperasi syariah mempunyai produk pembiayaan syariah untuk masyarakat yang ingin membuat usaha ataupun mengembangkan usaha. Produk tersebut yang sering digunakan melainkan adalah Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan Murabahah. Pembiayaan yang diberikan oleh koperasi kepada para UKM masih banyak yang belum mengerti bagaimana penggunaan dan penerapan pembiayaan tersebut. Dilihat dari pelaporan keuangan yang masih banyak belum mengetahui bagaimana cara mengakui pendapatan dan biaya dari kegiatan UKM. Pelaporan keuangan merupakan hal yang sangat penting untuk penentuan bagi hasil yang akan diberikan kepada koperasi. Oleh karena adanya ketidak pahaman para pelaku UKM terhadap pembuatan laporan keuangan dan yang diutamakan laporan laba/rugi yang dijadikan dasar penentuan bagi hasil untuk pembiayaan koperasi syariah. TINJAUAN PUSTAKA Definisi bebas dari syariah adalah aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT untuk Dipatuhi oleh manusia dalam menjalani segala aktifitas hidupnya didunia. Jadi, akuntansi syariah dapat diartikan sebagai proses akuntansi atas transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan Allah SWT. Menurut Toshikabu Hayashi dalam tesisnya yang berjudul “On Islamic Accounting”, Akuntansi Barat (Konvensional) memiliki sifat yang dibuat sendiri oleh kaum kapital dengan berpedoman pada filsafat kapitalisme, sedangkan dalam Akuntansi Islam ada konsep Akuntansi yang harus dipatuhi, yaitu hukum Syariah yang berasal dari Tuhan yang bukan ciptaan manusia dan Akuntansi Islam sesuai dengan kecenderungan manusia yaitu hanief yang menuntut agar perusahaan juga memiliki etika dan tanggung jawab sosial, bahkan ada pertanggungjawaban di akhirat, dimana setiap orang akan mempertanggungjawabkan tindakannya di hadapan Allah SWT. Tuhan yang memiliki Akuntan sendiri (Rakib dan Atid) yang mencatat semua tindakan manusia bukan saja pada bidang ekonomi, tetapi juga masalah sosial dan pelaksanaan hukum Syariah lainnya. Dalam hal ini, Al Quran menyatakan dalam berbagai ayat, antara lain dalam surah Asy-Syu’ara ayat 181-184 yang berbunyi: ”Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu
merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu.” Beban merupakan konsep arus yang menggambarkan perubahan yang tidak menguntungkan sumber daya perusahaan. Beban timbul akibat adanya aktivitas perusahaan yang biasanya terbentuk pada arus kas atau berkurangnya asset seperti kas dan setara kas, persediaan serta aset tetap. Definisi beban berkaitan dengan kerugian, karena beban merupakan arus keluar harta atau timbulnya hutang atau keduanya selama satu periode sebagai akibat dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, aktivitas yang mendatangkan keuntungan lainnya yang merupakan operasi utama satu entitas. Karakteristik utama beban terjadi di dalam proses pembentukan pendapatan. Menurut IAI (1994 : 70) Mendefinisikan biaya (beban) sebagai berikut : Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan ppenurunan ekuitas yang tidak menyangkut pppembagian kepada penanaman modal. Menurut Charles T Horngren (2006:54) menyatakan beban akan menghabiskan atau menimbulkan kewajiban dalam jalur operasi bisnis serta memiliki pengaruh yang terbalik dari pendapatan. Terdapat lima cara penggolongan biaya, menurut Mulyadi (1990 : 10), yaitu penggolongan biaya menurut: a) Obyek pengeluaran. Dalam penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”. b) Fungsi pokok dalam perusahaan. Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. c) Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tak langsung (indirect cost). d) Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi; biaya variable, biaya semivariabel, biaya semitetap dan biaya tetap. e) Jangka waktu pemanfaatannya. Setiap perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya mempunyai suatu tujuan untuk menghasilkan laba sesuai yang diinginkan, maka untuk menghasilkan suatu laba yang maksimal tidak terlepas dari masalah pengakuan pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan dalam melakukan usahanya. Pendapatan sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan untuk membiayai segala pengeluara dan aktivitas perusahaan. Tidak semua kenaikan dari asset dapat disebut sebagai pendapatan, dimana kegiatan utama yang berlanjut merupakan kharakteristik yang membatasi kenaikan aset sebagai pendapatan. Menurut karakteristik operasi utama berlanjut, pendapatan merupakan produk
perusahaan yang dihasilkan sebagai upaya produktif. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan bisa diklasifikasikan sebagai pendapatan operasi dan non operasi. Beberapa sumber yang menjelaskan mengenai definisi dari pendapatan, para ahli akuntansi mempunyai penafsiran yang berbeda dari pendapat yang sering dikaitkan dengan prosedur akuntansi tertentu, definisinya sebagai berikut : Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 (2007:23.2) Pendapatan adalah “Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas – aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”. Menurut Jay M Smith (1991:123) mendefinisikan pendapatan adalah “Arus masuk atau menambah atas aktiva suatu entitas atau penyelesaian kewajiban – kewajibannya (atau kombinasi keduanya), yang berasal dari 14 penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa atau aktiviats –aktivitas lain merupakan operasi utama atau operasi inti yang berkelanjutan dari suatu entitas”. Penggolongan pendapatan menurut Eldon S. Henirkson (Marianus Sinaga, 1982 : 66), dalam kaitannya dengan kegiatan operasional perusahaan adalah sebagai berikut : a) Pendapatan Operasi Pendapatan operasi adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam rangka kegiatan utama atau yang menjadi tujuan utama perusahaan. b) Pendapatan Non Operasi Pendapatan Non Operasi adalah pendapatan selain yang diperoleh dari kegiatan utama perusahaan yang sifatnya tidak secara langsung berkaitan dengan kegiatan-kegiatan utama perusahaan. c) Pendapatan Luar Biasa Pendapatan luar biasa adalah pendapatan non operasi yang sifatnya luar biasa, baik kejadian maupun jumlahnya, biasanya dipisahkan dan disebut dengan pos luar biasa. Menurut Charles T Horngren (2006 : 20) mendefinisikan Laporan laba rugi adalah “Labaran laba rugi merupakan ikhtisar atau yang menyajikan rangkuman pendapatan, beban, penghasilan bersih atau kerugian suatu entitas periode tertentu disebut juga laporan pendapatan atau operasi”. Donal E Kiesso (2002:150) mendefinisikan Laporan Laba Rugi adalah ”Merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Informasi tentang kinerja perusahaan, terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan di masa yang akan datang. Informasi tersebut juga seringkali digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang disamakan dengan kas di masa yang akan datang”. Dalam laporan laba rugi diperlukan penggolongan, pengungkapan dan perlakuan atas unsur tertentu sehingga semua perusahaan menyusun dan menyajikan laporan laba rugi berdasar pada basis tertentu. Hal ini akan meningkatkan daya banding laporan keuangan antar periode perusahaan. Standar tentang penggolongan dan pengungkapan pos – pos luar biasa, pengungkapan
tentang unsur – unsur tertentu sehubungan dengan laba rugi aktivitas normal, perubahan estimasi akuntansi, kebijakan akuntansi dan perlakuan akuntansi atas kesalahan yang mendasar. (SAK, 2007) Laporan laba rugi membantu memprediksi arus kas masa depan dengan berbagai cara agar investor dan kreditor dapat diinformasikan tersebut untuk: 1. Mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan. 2. Memberikan dasar untuk memprediksi kinerja masa depan. 3. Membantu menilai resiko atau ketidakpastian pencapaian arus kas masa depan. METODE PENELITIAN Objek Penelitian Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Anggota Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Srengseng Sawah yang mendapatkan pembiayaan syariah untuk melakukan kegiatan usaha terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Jakarta periode Juni 2011 – Juni 2012. Alamat kantor KJK PEMK SS di Jl. Raya Srengseng Sawah No. 8 Rt. 008/ Rw.03 Jagakarsa, Jakarta Selatan, periode 20112012. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan pada bulan 1 Juni 2012 hingga 30 Juni 2012 dengan mendatangi langsung KJK PEMK Srengseng Sawah untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh datadata yang lengkap, objektif dan relevan adalah sebagai berikut : 1. Observasi Pengumpulan data dengan observasi yaitu dengan melakukan peninjauan langsung pada anggota Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan Srengseng Sawah (KJK PEMK SS), di setiap Rw ( REMBUG ) yang berada di Kelurahan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. 2. Wawancara Pengumpulan data dengan wawancara yaitu dilakukan dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada pihak-pihak terkait yang dapat memberikan informasi yang berhubungan dengan data-data yang dibutuhkan pada anggota Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan Srengseng Sawah (KJK PEMK SS), di setiap Rw ( REMBUG ) yang berada di Kelurahan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. Metode Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan Sampel aksidental yang merupakan metode yang penentuan sampelnya didasarkan secara kebetulan, tanpa ada pertimbangan apa pun. Unsur kebetulan adalah siapa saja yang secara langsung dapat ditemui di lokasi penelitian oleh pewawancara/peneliti. Aspek kebetulan di sini adalah bersangkutan memenuhi persyaratan atau sesuai sebagai sumber data yang diperlukan dalam penelitian. Responden yang ada 9 UKM guna keperluan penelitian. Sampel tersebut diperoleh pada bulan Juni 2Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskripsi dengan menggunakan data kualitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis pengakuan dan perhitungan biaya dan pendapatan serta laporan laba rugi untuk penentuan bagi hasil pembiayaan syariah. Untuk mengetahui hubungan antar aspek yang diteliti didasarkan pada keterangan tertulis atau lisan baik yang diperoleh dari KJK PEMK SS maupun responden. Kemudian dilakukan identifikasi masalah dan alternatif solusi terhadap masalah tersebut. HASIL PEMBAHASAN Analisis Pengakuan dan Perhitungan Biaya dan Pendapatan Serta Laporan Laba Rugi Pengakuan dan Perhitungan biaya dan pendapatan serta laporan laba rugi yang dilakukan oleh para UKM, dapat disimpulkan pola tersebut sebagai berikut : 1. Para pelaku UKM hanya mengakui dan memperhitungkan biaya berdasarkan yang sering dikeluarkan untuk keperluan usaha yaitu biaya bahan baku, biaya transportasi dan biaya cicilan untuk mengurangi hutang atas pembiayaan yang diberikan koperasi. 2. Para pelaku UKM hanya mengakui dan memperhitungkan pendapatan yang didapat pada saat melakukan usaha dan langsung menjumlah semuanya dari pendapatan yang diterima pada hari itu tanpa memisahkan pendapatan hasil piutang yang lalu. 3. Para Pelaku UKM memperhitungkan laba rugi dari kegiatan tersebut berdasarkan pengurangan antara total pendapatan dan total biaya yang dilihat dari catatan harian usaha yang diberikan koperasi. Dari laba tersebut maka UKM membagi hasil kepada koperasi atas kesepakatan yang telah dibuat. Dari pola tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak kelemahan-kelemahan dari pola tersebut. Dari pola tersebut UKM lambat laun akan mengalami kebangkrutan atau tidak bisa lagi melakukan kegiatan usaha. kelamahankelemahan yang ada dipola tersebut sebagai berikut: a. Dari pola pengakuan dan perhitungan biaya 1. Tidak ada kejelasan mengenai biaya yang keluar sehingga dapat saja UKM kelebihan dalam memperhitungkan biaya untuk menjadikannya sebagai laporan yang akan dihasilkan dan dilaporkan kekoperasi. 2. Tidak bisa dijadikan sebagai informasi biaya yang akurat. 3. Para pelaku UKM akan sering mengalami kerugian dikarenakan informasi biaya tidak jelas. Karena biaya merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui laba atau ruginya kegiatan usaha tersebut. 4. Tidak memanfaatkan bon/bukti pembelian untuk dijadikan dasar perhitungan biaya. b. Dari pola pengakuan dan perhitungan pendapatan 1. Tidak adanya kejelasan informasi akan pendapatan yang diterima dikarenakan langsung ditotal keseluruhan oleh UKM. 2. Tidak adanya catatan yang lebih terpisah antara piutang dengan tunai sehingga UKM tidak tahu berapa penerimaan atau hasil usaha yang didapat.
3. Tidak dibuatnya bukti transaksi atau bon untuk mempermudah pelaporan pada saat perhitungan laporan laba rugi. c. Dari pola pembuatan laporan laba-rugi 1. Tidak dibuatnya perhitungan tersendiri mengenai laporan laba rugi untuk mempermudah mendapatkan informasi laba atau rugi. 2. Total Biaya dan Total Pendapatan yang didapat masih kurang dikarenakan tidak memperhitungkan biaya dan pendapatan yang lan yang termasuk dalam kegiatan usaha tersebut. 3. Dalam perhitungan laba rugi sering kali UKM tidak memperhitungkan dengan benar melainkan hanya mengambil dari tempat uang dan bukan dari hasil perhitungan. Alternatif Dari pola dan kelemahan tersebut maka dapat disimpulkan dan dibuat alternatif untuk para anggota koperasi agar dapat melaksanakan perhitungan dan pencatatan dengan baik dan benar. Alternatif yang diberikan agar para UKM dapat melaksanakan perhitungan dan pencatatan dengan baik dan benar adalah sebagai berikut: 1. Dari pola pengakuan dan perhitungan biaya 1. Menghitung kembali besaran biaya yang dikeluarkan. 2. Memasukan semua unsur biaya yang merupakan biaya dari kegiatan usaha tersebut, seperti; biaya tenaga kerja, biaya transportasi, biaya listrik, biaya konsumsi perjalanan dll. 3. Mencatat waktu dan tanggal saat berbelanja. 4. Memisahkan Uang Usaha dengan Uang Keluarga. 5. Membuat catatan pengeluaran atau biaya dari hasil belanja 6. Menyimpan bon atau bukti pengembalian untuk dijadikan sebagai dasar perhitungan biaya. 7. Menyertakan waktu dan tanggal pembelanjaan. 8. Memastikan pengeluaran atau biaya tersebut sudah valid. Dari alternatif tersebut agar mempermudah para anggota memahami konsep diatas maka dapat digambarkan contoh metode perhitungan dan pencatatan biaya sebagai berikut: Nama UKM :UKM Obat Obatan Hari/Tanggal : Perhitungan Biaya (dalam ribuan) Pembelian Bersih: Pembelian Biaya Angkut Pembelian
Rp 3.000 Rp 500
Potongan Pembelian Retur Pembelian
0 0
Rp 3. 500
( 0) Total Pembelian Bersih (HPP) Rp 3.500 Biaya-biaya : Gambar 4.20 : Form Perhitungan Biaya Biaya Gaji atau upah Berdasarkan gambar diatasRpmaka dapat dijelaskan mengenai Biaya Listrik 100 Biaya Pulsa/Telepon tersebut sebagai berikut: 0 Biaya sewa Rp 150 Rp (250)
Total Biaya produksi
Rp 3.250
gambar
1. Pembelian merupakan biaya atas memperolehnya barang untuk kemudian dijual kembali dalam suatu kegiatan usaha. misalnya, UKM membeli barang diagen dan untuk kemudian dijual kembali maka itu merupakan biaya pembelian. 2. Biaya angkut pembelian merupakan biaya atas transportasi membawa barang dari agen ke rumah. 3. Potongan pembelian merupakan biaya yang memotong harga beli barang dari agen. 4. Retur pembelian merupakan pengembalian barang dikarenakan rusak atau cacat. 5. Biaya gaji/upah merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja seseorang. Contoh perhitungan biaya gaji/upah; UKM membayar gaji/upah kepada karyawan sebesar Rp. 300.000/bulan, maka perhitungannya sebagai berikut; Rp.300.000/30 hari = Rp. 10.000/hari. Maka biaya gaji/upah yang dicatat didalam form catatan harian yang diberikan koperasi sebesar Rp.10.000/hari. 6. Biaya listrik merupakan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan penerangan atau menyalakan mesin yang menggunakan listrik. 7. Biaya pulsa/telepon merupakan biaya yang dikeluarkan untuk hubungan/komunikasi jarak jauh untuk memperlancar kegiatan usaha. 8. Biaya sewa merupakan biaya yang dikeluarkan di mana UKM menyewa tempat untuk melakukan usahanya. Perhitungannya sama dengan biaya gaji/upah. b. Dari pola pengakuan dan perhitungan pendapatan 1. Tidak adanya kejelasan mengenai informasi pendapatan dikarekan UKM tidak mencatatat pendapatan. 2. Dapat terjadinya kesalahan dalam perhitungan pendapatan dikarenakan tidak dicatat. 3. Dapat menimbulkan salah pengakuan pendapatan dan bisa menyebabkan kelebihan atau kekurangan hasil pendapatan. 4. Tidak adanya kejelasan waktu dan tanggal kegiatan usaha tersebut. 5. Tidak adanya kwitansi atau bukti penjualan. Dari pola dan kelemahan tersebut maka dapat disimpulkan dan dibuat alternatif untuk para anggota koperasi agar dapat melaksanakan perhitungan dan pencatatan dengan baik dan benar. Dari data di atas maka timbul alternatif agar para UKM dapat melaksanakan perhitungan dan pencatatan dengan baik dan benar. Maka alternatif tersebut sebagai berikut: 1. Mencatat pendapatan atau penerimaan yang masuk dari hasil usaha. 2. Menyediakan kwitansi atau bukti penjualan. 3. Menyertakan waktu dan tanggal penjualan. 4. Memperhitungkan kembali pendapatan pada hari itu. 5. Memisahkan antara uang keluarga dengan uang usaha.
Dari alternatif tersebut maka untuk mempermudah para anggota memahami konsep diatas maka dapat digambarkan contoh metode perhitungan dan pencatatan pendapatan sebagai berikut: Nama UKM : UKM Obat Obatan Hari/Tanggal : Perhitungan Pendapatan (dalam ribuan)
Penjualan bersih : Penjualan Potongan Penjualan Retur pembelian Total Pot. Dan Retur Penjualan bersih Pendapatan lain-lain Total Pendapatan
Rp 6.000 0 0 (0) Rp 6.000 Rp
500 Rp 6.500
Gambar 4.3 Form Perhitungan Pendapatan Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan mengenai gambar tersebut sebagai berikut: 1. Penjualan bersih merupakan hasil dari penjualan dikurangi potongan dan retur pembelian apabila UKM menemukan potongan dan retur. 2. Pendapatan lain-lain merupakan segala sesuatu yang kita dapat dari kegiatan usaha (UKM) dalam bentuk material. 3. Total pendapatan merupakan hasil dari penjumlahan penjualan bersih dan pendapatan lain-lain. c. Dari pola pembuatan laporan laba-rugi Berdasarkan form yang diusulkan di atas untuk mempermudah UKM mengerti dan dapat menerapkan perhitungan laba rugi yang baik dan benar. Namun demikian koperasi sudah mengusulkan form catatan harian usaha yang dipakai sebagai panduan mendapatkan hasil laba atau rugi dan berapa bagi hasil yang diberikan kepada koperasi. Form tersebut sebagai berikut: Nama Usaha No 1 2 3 4 5 6 7
CATATAN HARIAN USAHA ANGGOTA :………./Rembug…….. :…………… Hari Tanggal Belanja Ongkos/biaya Pendapatan Keuntungan Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Gambar 4.4 : Form Catatan Harian Usaha Sabtu Minggu
Basil
Dari hasil analisis tersebut di atas dapat direkomendasikan form catatan harian usaha untuk anggota koperasi agar lebih terperinci dan
lebih dapat dipahami maksud dan tujuan dibuatkannya form tersebut. Form tersebut sebagai berikut : CATATAN HARIAN USAHA ANGGOTA Nama Usaha
:………./Rembug…….. :……………
No
Hari & Tanggal
Biaya Belanj a
Ongko s
(1)
(2)
Tenag a Kerja (3)
Pendapatan (Penjualan) Baran Jas g a Dagan g (5) (4)
Keuntungan (4+5) – (1+2+3)= (6)
Basil
ket
(6)
1 Senin, ../../…. 2 Selasa, ../../…. 3 Rabu, ../../…. Gambar 4.5 : Form Catatan Harian Usaha Rekomendasi 4 Kamis, ../../…. 5 Jum’at, ../../…. 6 Sabtu,Apabila ../../…. masih menyulitkan UKM dalam melakukan pencatatan dan 7 perhitungan Minggu, ../../…. dalam form catatan harian usaha yang direkomendasikan, maka dapat
dibuat alternatif lain agar UKM lebih mudah dan mengerti maksud yang disampaikan. Form Alternatif tersebut sebagai berikut:
No
Hari & Tanggal Belanja
CATATAN HARIAN USAHA ANGGOTA Nama :………./Rembug…….. Usaha :…………… Biaya Total Pendapatan (Penjualan) Biaya 1 +2 +3 Ongkos Tenaga Barang Dagang Jasa = Kerja
(1) (2) 1 2 3 4 5 6 7
(3)
(4)
(5)
Total Pendapatan 5+6 =
Keuntunga n 7-4
(7)
(6)
(8)
Senin, ../../…. Selasa, ../../…. Rabu, ../../…. Kamis, ../../…. Jum’at, ../../…. Sabtu, ../../…. Minggu, ../../….
Gambar 4.6 : Form Catatan Harian Usaha Rekomendasi Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan mengenai gambar tersebut sebagai berikut: 1) Belanja merupakan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan usaha seperti; barangdagang, perlengkapan usaha dan peralatan usaha. 2) Ongkos merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membantu belanja seperti; angkot, becak, ojek, bensin dll.
Basil
3) Tenaga Kerja merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memberi upah kerja untuk proses usaha tersebut. 4) Total Biaya merupakan penjumlahan dari Belanja, ongkos dan tenaga kerja. 5) Barang dagang merupakan pendapatan yang diterima atas penjualan barang dagang dari suatu usaha. 6) Jasa merupakan pendapatan yang diterima atas penjualan jasa dari suatu usaha. 7) Total Pendapatan merupakan penjumlahan dari Pendapatan Barang dagang dan Jasa dari suatu usaha. 8) Keuntungan merupakan Total Pendapatan dikurangi Total Biaya sehingga menghasilkan keuntungan atau kerugian. 9) Basil merupakan bagi hasil yang sudah ditetapkan oleh koperasi dari hasil keuntungan yang didapat UKM. Berikut perhitungan Basil (bagi hasil) yaitu: (Sisa Pinjaman x Keuntungan ) x 30 % = Basil Modal awal Misalnya: (Rp. 3.500.000 x Rp. 500.000 ) x 30% = Rp. 105.000 Rp. 5.000.000 Dari perhitungan tersebut maka pihak koperasi mendapatkan bagi hasil sebesar Rp. 105.000 dari UKM yang melakukan kegiatan usaha. DAFTAR PUSTAKA Effendi Sofian dan Tukiran. 2012. Metode Penelitian Survei. Edisi Revisi Jakarta : LP3ES. Ghozal Imam i. 2007. Teori Akuntansi. Edisi Ketiga, semarang : Universitas Diponogoro. Harahap Sofyan Syafri. 1993. Teori Akuntansi. Edisi Revisi Jakarta : Raja Grafindo Persada. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Kusmaeni Emi. 2008. “Metode atas Pengakuan Pendapatan kotrak jangka panjang pada PT. X Di Surabaya”. Skripsi, Universitas Erlangga Surabaya. (http://
[email protected],) Marisa Lia. 2005. “Evaluasi Penerapan Pengakuan Pendapatan Dengan Menggunakan Metode Point Of Sale Pada Perusahaan Dagang Studi
Kasus Pada Penjualan Software”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 3, No. 1 (http://library. Usu.ac.id.,) Maharani Yasinta Resti. 2010. “ Penerapan Metode Pengakuan Pendapatan dan Biaya Terhadap Kewajaran Laporan Keuangan Pada PT. Sari Rajut Indah Surabaya”. Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya. Nurhayati Sri dan Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah di Indonesia. Edisi kedua, Jakarta : Salemba Empat Warsi Hermawan t. 1993. Pengantar Metodologi Penelitian. Gramedia Pustaka Utama.