VI. STRATEGI PENGEMBANGAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN
6.1. Arah Perkembangan
Berdasarkan kemungkinan jalur
perkembangan yang
telah
diajukan pada Bab IV, dapat disusun jalur-jalur perkembangan KUD yang
*
"ideal", yaitu jalur perkembangan yang diharapkan dilalui, yang sekaligus dapat menjadi acuan bagi kemungkinan rekayasa kelembagaan, mela1ui pembangunan ekonomi dan pengembangan kegiatan usaha, yang dalam penelitian ini menjadi dasar bagi penerapan simulasi dan strategi pengembangan. Jalur perkembangan pertama adalah mendorong proses perkembangan dari kelompok Koperasi Pra-Usaha menjadi Koperasi Transisi.
Hal ini ditujukan untuk melanjutkan pengembangan KUD
sebagai wahana pendidikan usaha masyarakat secara kooperatif. Jalur perkembangan kedua adalah untuk mencoba menyelamatkan beberapa KUD untuk dapat keluar dari kelompok Koperasi Yang Menurun'menjadi Koperasi Transisi.
Hal ini dilakukan dalam rangka menye-larnatkan
potensi usaha koperasi, khususnya para anggota, agar dapat tetap rnenggunakanwahana yang sudah ada bagi kepentingan pengembangan kegiatan produktifnya. Proses seleksi perlu dilakukan untuk menentukan KUD yang memang masih dapat diselamatkan tersebut. KUD-KUD yang memang sudah berada pada kondisi yang sangat menurun dapat dilebut menjadi bagian dari KUD lain.
Kebijakan amalgamasi sebagai bentuk
rasionalisasi jumlah KUD yang sekarang tengah dilakukan oleh pemerintah merupakan salah wujud operasionalisasinya.
Jalur ketiga adalah jalur yang diharapkan dapat berproses secara rnandiri, yaitu dari kelompok Koperasi Transisi menjadi Koperasi Koalisi. Kelompok Koperasi Koalisi merupakan bentuk koperasi ideal yang telah dapat dicapai saat ini. Jalur perkembangan setelah kelornpok tersebut adalah menuju ke KUD sebagai koperasi yang rnarnpu mandiri seutuhnya dan menjadi suatu Koperasi yang Berkelanjutan. Walaupun kelornpok
*
tersebut saat ini belurn teridentifikasi keberadaannya harus rnenajdi arah perkembangan KUD dan koperasi pada umumnya. Jalur keempat adalah meningkatkan kinerja anggota kelornpok ~op&asiProgram menjadi kelompok Koperasi Koalisi. Hal ini terutama untuk mengurangi ketergantungan pada pernerintah. Pada masyarakat
.
yang telah berkembang kondisi ekonominya rnaka peran "perintis" yang rnenjadi dasar keberadaan KUD dalam kelornpok Koperasi Program perlu dirubah dan KUD perlu rnerubah misinya untuk menjadi wahana bagi anggota meningkatkan daya ekonominya, dan menjadikan KUD lebih sebagai badan usaha yang rnandiri. Perlu dicatat bahwa keberadaan Koperasi Program tidak selalu berarti negatif, jika anggota kelompok yang bersangkutan memiliki misi yang jelas dan atas dasar kondisi khusus tertentu.
Keberadaan
rnenggantungkan
kegiatan
Koperasi
Program
usahanya
kepada
(koperasi
yang
program-program
pemerintah) akan diperlukan pada daerah-daerah rintisan baru, seperti daerah transrnigrasi atau daerah yang tertinggal. lernbaga yang mendukung kegiatan usaha
Koperasi menjadi
sekaligus sebagai sarana
untuk memicu turnbuhnya perekonomian masyarakat.
Keberadaan
kelompok koperasi ini tentunya sangat selektif dan diperhitungkan secara matang dengan jangka waktu yang jelas.
Jalur kelima adalah memperbaiki orientasi usaha dari kelompok Koperasi Perusahaan agar lebih bersifat koperatif dan menjadi kelompok Koperasi Koalisi. KUD pada kelompok Koperasi Perusahaan memiliki potensi wirausaha yang tinggi dan sebagai lembaga telah menunjukkan kemampuan bersaing dengan pelaku usaha lain, bahkan pada beberapa kegiatan kemampuannya melebihi KUD pada kelornpok Koperasi Koalisi. ii
Peningkatannya adalah dalam ha1 pemberian manfaat dari hasil kegiatan usaha tersebut bagi anggota. Dalam ha1 ini konsep pengembangannya dapat difokuskan pada penanaman jati-diri koperasi dalam organisasi maupun praktek bisnis yang dilakukan.
6.2. Strategi Pengembangan
6.2.1. Analisa Simulasi
Menggunakan informasi yang diperoleh dari statistik disknptif dan hasil analisa ekonometrika untuk masing-masing kelompok maka dapat disusun strategi yang perlu dilakukan guna mewujudkan kelima jalur perkembangan yang telah diajukan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 23. ldentifikasi sasaran didasarkan pada perbedaan faktor-faktor kinerja (produktivitas) antar kelompok yang telah dikemukakan pada Tabel 11.
Dari tabel tersebut diketahui faktor apa yang harus
ditingkatkan atau diturunkan guna mendorong suatu kelompok agar lebih sesuai dengan karakteristik kelompok lain.
Kemudian dengan
menggunakan hasil analisa regresi yang disajikan pada Tabel 18 hingga Tabel 22 akan dapat diperoleh faktor atau peubah perilaku apa yang harus
menjadi
strategi
pokok
pengembangan
kelompok
yang
-
w
Ic
s 84
s
N*N
lo
s
-g s 2 C
m m EY
m EY m
L
.t.2
E
2 m
m.5 m a m L -p ='C-C L trim o a m n c E m m m Z c c r + m m m a a u, m .-==a "'0O)m C C E O
pe
E o 11 3 s s~ m E n 5 ..s s.= rn -.E 3.-
L
2
-$Y,g;gz , . ~ m a a r n ' E n F
. E S m c m m
I>>>
mn4coon
V) m .e
E
C
z s 9 I m d ma p, .G o, C
Im
.- .-p a rn gpgzgp
a m L a P m
g,z
P Y
00
33
~ a .-~ s p 2
-I Y , ~ :
mnQcoon
V1
v
v
3
C
z
C
s
g g g C
Bm
.-ps en .pCm.-p a rn r Fm Sa g 5 P a n m
I:z Z Z
$S
00
33
ga
. E S m m l v g
G>>m
m m
CD
a.spZ2"
o o m
C
L
-
g o m c
C
~
zm.-g : = cg ;2j
5 E E 2 E 1 2 2
Y
E o
a O) 'C 0 m %,cooam 0 E m . E c ' s ~ m ~
Y
d m 2
e
3 ;c=mE .s .c
sgss
0
2
m
Ez2
s
e
a a c o
a ..sa EVn s
"
L
3
.2 .t L
5 3al m = - u~
zuw 2 .= 2 % m m . 9 ~
U)
- 2 %
gs' m g 11
C - J
)
~
-
m m .= .=
>
I g a m
E
Per
P a m
I1
V
N
gY,
g g a vg vg 3a n u 1 3
m am--.3 9 c c U ) z Z a C m ' C m . - DS,, ,oar a n m a =0cm.E.Z z m m n , c m ~ = w g
P .- z P I c 3
+EEE E=== 0 0 0
Y
--
.2 .t 2
L
s
'''O
z-los ~ Y
2 m m 5 3 S% m pg a g wu, m u , m m m = .- .gpP m
o 's -
'Qsc
. .'5C. 2 E
a
m c Y
n a c o n a m
-
N
g , 2~ g s
Per eer
221 aaco
0ZY m
C
= Y
a ; .Z m r
m m z m m _ m
.2 ,2
W E
2 YmU i
2-
. I N
1
=??
Y
g ga g gggga 3 ~ V 3 V - 0 3
-s s z
2
-
N
5 8 % 5Yg,5Jg I r I P I I p .= m rr
s
-
s 8 4 ' ,s t n
2 ~ " 2~-s s urn-s - so'-' m ~ k m:W C. u 8 ,. mcn
IO c .= mP .t I L
P 21
0
*k s C
m m z
PLV)
a
m x c.,=
0)C
g ga -03
c
so-9
g:$
Fig a m m m .= m c .= .2 .t 2
YY
* a m
s
P
s ,.s
s
=-NS
~ 5 % m s 0-
p
m
N
?
m
z
bersangkutan. Jika dilanjutkan keterkaitannya dengan Tabel 15 hingga label 17 maka akan diperoleh peubah-peubah struktural dan perilaku yang dapat dirubah. Perubahan tersebut rnenjadi dasar bagi penetapan instrumentasi kebijakan. Dalarn ha1 ini asumsi yang digunakan adalah bahwa parameter hasil dugaan tetap dapat dipertahankan walaupun dilakukan beberapa perubahan besaran peubah, bahkan dilakukan It
perubahan status peubah dari peubah endogen rnenjadi peubah eksogen. Asumsi tersebut cukup valid mengingat metode pendugaan persarnaan sirnultan yang digunakan adalah metode 2SLS yang mernang rnemiliki sifat tersebut. Pernilihan angka perubahan sebesar 10 persen dilakukan untuk rnernudahkan sekaligus rnembatasi proses simulasif dari instrurnentasi kebijakan yang dilakukan. Angka perubahan tersebut rnerupakan angka yang
paling
urnum
dan
bersifat
rnoderat
digunakan
untuk
menggarnbarkan sasaran kegiatan suatu perusahaan. Peningkatan atau penurunan 10 persen pada masing-masing peubah kernudian akan dirnasukan dalarn sistern persamaan yang ada untuk rnenghasilkan peubah-peubah produktivitas baru bagi masing-masing KUD. Tabel 23 rnenunjukkan bahwa hasil sirnulasi dengan strategi rnenggabungkan pendekatan struktur dan perilaku usaha rnernberikan hasil yang lebih tinggi dari pada simulasi yang terpisah, kecuali untuk jalur pengernbangan dari KUD Perusahaan ke KUD Koalisi. Hal ini dapat dilihat baik dari perubahan kinerja rnaupun jurnlah KUD yang berpindah sesuai dengan jalur yang diharapkan. Kondisi ini menegaskan bahwa strategi pengernbangan KUD mernbutuhkan penguatan struktur usaha
yang sejalan dengan pemberdayaan perilaku usahanya.
Pendekatan
yang terpisah cenderung untuk menunjukkan hasil yang kurang optimal. Penampilan hasil simulasi kebijakan dilakukan dengan metode analisa pengelompokan yang sama dan dengan menggunakan teknik yang sama pula (minimisasi nilai WESS).
Namun untuk dapat
diperbandingkan dan agar dapat .diketahui pergerakan KUD-KUD dari
*
masing-masing kelompok, nilai rataan faktor pengelompok (faktor produktivitas) dari hasil pengelompokan sebelum simulasi (data awal) dijadikan sebagai "patokan" dengan menjadikannya sebagai nilai dari satu ."KUD bayangan (KUD-X)" yang dikendala sehingga tidak dapat berpindah dari satu kelompok. Sedangkan KUD lain (KUD riil) disetiap
.
kelompok mendapat pertakuan simulatif sebagaimana diajukan pada Tabel 23 diatas.
Setelah menggunakan proses iterasi yang serupa
diperoleh hasil sebagaimana dinyatakan dalam Tabel 24 berikut. Tabel tersebut
menunjukkan pengaruh instrumentasi Kebijakan
yang diajukan pada Tabel 23 terhadap komposisi jumlah berdasarkan sebelumnya.
kelompok-kelompok
yang
telah
KUD
diidentifikasikan
Sensitivitas masing-masing kelompok terhadap masing-
masing perlakukan tergantung pada besarnya koefisien pengaruh yang diperoleh dari analisa persamaan simultan. Kelompok KUD Koalisi yang menjadi sasaran pengembangan KUD meningkat jumlahnya dari 32 unit menjadi 102 unit. KUD Program menurun jumlahnya dari 49 unit menjadi 20 unit, dimana 29 unit yang semula berada di kelompok ini telah dapat dipindahkan ke kelompok KUD Koalisi. Kelompok koperasi lain yang sebenarnya merupakan kelompok
koperasi yang
"tidak
diharapkan"
seperti
Pra-Perusahaan, KUD
Menurun. Masing-masing berkurang
Perusahaan dan KUD Yang
jurnlahnya dari 61 menjadi 37, dari 47 menjadi 34, dan dari 40 menjadi 30 unit. Sedangkan kelornpok koperasi yang menjadi bagian dari proses perkembangan KUD, yaitu kelornpok KUD Transisi sedikit berubah dari 85 menjadi 91.
Dinamika tersebut menunjukkan bahwa strategi X
pengernbangan
KUD
dapat
diarahkan
untuk
mencapai
bentuk
kelernbagaan yang sesuai.
Tabel 24. Hasil Simulasi Kebijakan : Pergerakan KUD antar Kelompok
KUD Program
49
KUD Yg Menurun
40
Jumlah KUD
314
Sesudah Simulasi
29
20
10
37
91
30 34
102
20
30
6.2.2. Strategi Usaha Tingkat KUD
Keragaman kondisi KUD diatas yang telah ditunjukkan dengan serangkaian analisa diatas rnenegaskan perlunya strategi pengernbangan usaha yang sesuai. Terdapat
beberapa
faktor
kunci
yang
perlu
diperhatikan bagi pengernbangan KUD selanjutnya, terutama dalam rangka rneningkatkan daya saing sekaligus kemanfaatan KUD sebagai It
wahana pengernbangan ekonorni rakyat. Pertarna, masalah orientasi usaha. Analisa yang telah dilakukan rnenunjukkan bahwa KUD lebih merniliki kecenderungan struktur dan perilaku sebagai koperasi yang memandang anggota sebagai pasar potensialnya, atau lebih memiliki orientasi internal. Orientasi KUD pada pasar internal memang merupakan hasil dari proses pengernbangan KUD sejak awal berdirinya.
Narnun ha1 ini pada akhirnya akan membatasi
pengembangan KUD itu sendiri dan tidak akan mencapai tujuan keberadaan KUD untuk meningkatkan kernampuan daya saing ekonomi anggota menghadapi persaingan dengan pelaku usaha lain. Jika tujuan peningkatan daya saing tersebut tetap menjadi arahan strategis bagi kegiatan usaha KUD maka perlu dilakukan reorientasi usaha yang mendasar. Berdasarkan pengalaman beberapa KUD yang telah berhasil dan rnerniliki kinerja lebih baik dari KUD lainnya, khususnya KUD yang berada pada kelompok Perusahaan Koperasi, telah menunjukkan bukti bahwa orientasi pada pasar yang lebih luas merupakan langkah strategis yang tepat, jika tetap diserta~oleh penerapan prinsip-prinsip koperasi secara konsisen. Hal yang terakhir ini justru dapat menjadi salah satu sumber keunggulan dibandingkan dengan pelaku usaha lain.
Kedua, masalah pengembangan jenis dan jumlah usaha.
KUD
memang dirancang untuk menjadi koperasi multi-usaha, sehingga strategi dasar pengembangan usahanya cenderung bersifat diversifikatif. Namun demikian keunggulan dan efisiensi akan sulit diperoleh dari pendekatan demikian. Dilain pihak keterkaitan KUD secara langsung dengan anggota baik dalam konteks anggota sebagai produsen maupun anggota beserta I.
keluarganya sebagai konsumen tidak memungkinkan KUD menjadi koperasi yang terspesialisasi penuh. Jumlah dan keragaman usaha telah menunjukkan pengaruh yang positif terhadap berbagai kriteria kinerja yang .diajukan. Untuk itu dibutuhkan pengembangan kegiatan-kegiatan usaha utama diantara berbagai usaha yang dikembangkan untuk rnenguatkan dan menyehatkan portofolio bisnis KUD. Beberapa
aspek
penting
yang
perlu
diperhatikan
dalam
pengembangan kegiatan usaha utama adalah bahwa usaha agribisnis telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap beberapa faktor kinerja, dan menunjukkan sumbangan yang lebih besar dibandingkan dengan kegiatan usaha lain. Kegiatan produksi dan pemasaran (usaha memperoleh nilai tambah) serta kegiatan usaha non-program yang tidak rnendapat dukungan khusus dari
pemerintah justru
memberikan
kesempatan lebih besar bagi KUD untuk mengembangkan usahanya. Oleh sebab itu kegiatan usaha utama KUD perlu diarahkan pada kegiatan usaha berbasis agribisnis pada sub-sistem produksi dan pemasaran serta yang tidak menjadi kegiatan program pemerintah. Aspek penting yang lain adalah bahwa kegiatan usaha utama tersebut harus memiliki keterkaitan dan integrasi dengan usaha lain yang dimiliki KUD. Bentuk integrasi yang dapat dilakukan adalah hubungan hulu-hilir dalam satu
sistem komoditas, pelayanan bersama kepada anggota KUD, dan memperhatikan keterkaitan arus dana antar usaha.
Dengan demikian
strategi pengembangan usaha KUD yang dapat diusulkan adalah untuk melakukan reformasi bisnis KUD sedemikian sehingga KUD dapat berubah bentuk dari koperasi pedesaan menjadi koperasi agribisnis. Pengembangan usaha utama tersebut perlu pula memperhatikan
*
tingkat perkembangan wilayah.
Keterkaitan KUD dengan wilayah
tersebut perlu dilakukan dalam konteks yang lebih berorientasi bisiis daripada
berorientasi
adm~nistratif, yaitu
(a)
memperhatikan
perkerhbangan kondisi perekonomian wilayah sebagai basis produktif KUD, dan tidak semata dilihat sebagai potensi kemampuan ekonomi anggota KUD yang bersangkutan; serta (b) memanfaatkan kedudukan dan ketersediaan sarana wilayah Ketiga, masalah keanggotaan. Keanggotaan KUD bersifat terbuka dan sukarela.
Hal ini memiliki potensi untuk menghimpun gnggota
sebanyak-banyaknya.
Namun dalam konteks pengembangan usaha,
jumlah anggota yang banyak tidak selalu berarti keunggulan usaha. Oleh sebab itu KUD perlu mencari jumlah anggota yang optimal. Dalam ha1 ini pengaturan kelembagaan dalam bentuk kontrak dan bentuk lain perlu dilihat sebagai suatu alternatif strategi pengembangan kelembagaan KUD.
Berkaitan dengan masalah keanggotaan tersebut perlu pula
diperhatikan penataan hak dan kewajiban yang lebih jelas bagi para pengambil keputusan di KUD.
Timbulkan kelompok Koperasi Semu
merupakan indikasi berlakunya hipotesa Cook tentang masalah penataan struktur hak koperasi pada KUD di Jawa Barat.
Beberapa aspek teknis
dalam
pengembangan usaha dan
kelembagaan KUD yang perlu diperhatikan adalah (a) pengembangan Unit Otonom dan penggunaan manajer lebih dari satu tidak memberikan pengaruh yang berarti bagi kinerja KUD; (b) pemanfaat modal luar akan mampu memberikan pengaruh jika dikaitkan dengan pengembangan modal sendiri dan aset; (c) modal sendiri dan aset tidak dapat I8
dikembangkan dari penambahan jumlah anggota tetapi dari penyisihan keuntungan usaha; (d) Sisa Hasil Usaha masih sangat sedikit peranfiya sebagai insentif bagi anggota sehingga perlu ditingkatkan atau dilakukan sistern perhitungan khusus untuk melihat manfaat finansial dan ekonomi yang langsung dirasakan anggota, Berdasarkan pemikiran diatas, strategi pengembangan KUD perlu dilakukan dengan terutama melakukan reformulasi misi KUD rnenjadi lembaga usaha yang mampu meningkatkan dayasaing anggota melalui pelayanan yang berorientasi pasar (diluar pasar anggota) dengan tetap menjaga keseimbangannya pelayanan yang diberikan langsung kepada anggota.
Visi KUD adalah untuk menjadikan KUD sebagai wahana
anggota memasarkan produknya atau membeli kebutuhannya melalui KUD dan anggota tidak hanya menjual atau membeli dari KUD. -
6.2.3. Kebijakan Pembangunan Koperasi Pedesaan
Memperhatikan pemahaman terhadap perkembangan kelembagaan, struktur dan perilaku usaha KUD diatas, maka strategi pembangunan koperasi pedesaan diajukan dalam bentuk tiga pilar utama.
Pertama,
pengembangan jati-diri
koperasi
rnelalui
pembelajaran
masyarakat atas prinsip-prinsip koperasi secara utuh dan dengan rnernperhatikan relevansinya dengan perkembangan kondisi yang dihadapi saat ini. Kedua, pengernbangan organisasi koperasi sebagai bentuk kelernbagaan rnasyarakat secara horizontal dan vertikal. Prinsip bahwa koperasi rnenjadi wahana bagi anggota masyarakat untuk secara I
bersama-sama
menolong
dirinya
sendiri
perlu
menjadi
jiwa
pengembangan organisasi tersebut. Disamping itu organisasi koperasi juga diarahkan agar anggota koperasi dapat rnerniliki posisi tawar yang lebih .baik secara politis, sosial dan ekonomi.
Ketiga, pengembangan
kegiatan usaha koperasi, atau pengembangan koperasi sebagai badan usaha.
Kemampuan usaha koperasi pada akhirnya memang akan
menjadi andalan utama untuk rnensejahterakan anggotanya. Dengan tetap mernperhatikan dan dengan sernangat keterkaitan yang
sinergis
bersarna
kedua
pilar
pengembangan 'lainnya,
pengembangan usaha dapat menjadi titik awal memberdayakan koperasi. Strategi usaha yang telah dikernukakan pada bagian sebelumnya adalah strategi yang perlu dikembangkan oleh KUD sendiri.
Dalam ha1 ini
pemerintah sebagai pernbina perlu mengernbangkan kebijakan yang mendukung dan menciptakan situasi yang kondusif bagi tercapainya berbagai usaha yang akan dilakukan KUD. Secara khusus pernerintah perlu melakukan regulasi dan deregulasi yang mendorong KUD untuk mengembangkan orientasi eksternalnya tanpa meninggalkan peran yang selama ini telah dilakukan.
Secara khusus, pengembangan berbagai
sarana usaha untuk koperasi, seperti telpon, listrik, dan infrastruktur lain perlu mendapat perhatian yang lebih besar. Skim permodalan yang
rnungkin dimanfaatkan oleh KUD perlu pula rnemberikan dorongan bagi berkembangnya orientasi usaha eksternal KUD disamping tetap mengkondisikan KUD agar tetap menjaga prinsip-prinsip koperasinya. Sebagai implikasi dari strategi pengembangan KUD yang telah diajukan tersebut diatas rnaka, pengembangan yang dilakukan perlu dibedakan menurut tingkat perkembangan KUD.
Dalam hpI ini
pendekatan pembinaan KUD menurut kriteria yang lazim digunakan yaitu KUD Mandiri, telah berusaha untuk menerapkan pembinaan yang berjenjang.
Narnun demikian
kemudian KUD Mandiri menjadi suatu
bentuk sasaran yang harus dicapai oleh semua KUD. Dilain pihak dalarn analisa yang telah diajukan telah ditunjukkan bahwa diantara KUD
.
Mandiri tersebut terdapat pula keragaman tingkat perkembangan KUD. Oleh sebab itu perlu disusun suatu pendekatan pembinaan yang mernbedakan KUD
menurut wilayah, jenis
usaha,
dan
tingkat
perkembangan usahanya. Melihat tingkat perkembangan tersebut, pembinaan KUD perlu dibangun dari tiga kerangka dasar.
Pertama, pembinaan KUD
rnerupakan bentuk pendidikan masyarakat : pendidikan dalam ha1 berorganisasi formal yang dapat berkesesuaian dengan lembaga atau organisasi formal lain, pendidikan dalam tatacara dasar usaha, pendidikan dalam teknik dan cara pengelolaan usaha, dan pendidikan dalam bekerja sarna dan berusaha bersama.
Kedua, pembinaan KUD
rnerupakan usaha untuk mengembangkan kegiatan usaha rakyat dengan rnenerapkan prinsip koperasi. Untuk itu usaha pengenalan, pemaharnan, dan pernanfaatan prinsip koperasi rnerupakan proses yang perlu terus dilakukan secara berkesinambungan. Pada saat yang bersarnaan perlu
pula dilakukan usaha terus-menerus untuk menterjemahkan prinsipprinsip koperasi tersebut dalam bentuk praktek usaha keseharian. Ketiga, pembinaan KUD diarahkan untuk meningkatkan daya saing dan pengembangan kekuatan ekonomi rakyat.
Dalam ha1 ini orientasi
pembinaan perlu pula sejalan dengan perubahan orientasi usaha yang lebih mengarah pada pasar eksternal. Pemahaman pembina atas ha1 R
tersebut rnenjadi salah satu prasyarat bagi keberhasilan pembinaah. Berdasarkan pemikiran diatas, secara praktis pembinaan KUD perlu disesuaikan dalam beberapa aspek mendasar.
Konsep KUD
Mandiri, terutama dilihat dari kriteria yang digunakan, perlu memperoleh penyesuaian.
Tantangan perkembangan sosial, ekonomi dan usaha
dilingkungan langsung KUD serta lingkungan tidak langsung telah memberikan tuntutan yang terus berkembang pula dibandingkan dengan kondisi pada saat konsep dan kriteria KUD Mandiri diajukan. Beberapa aspek seperti target pencapaian jumlah anggota dan peysentase pelayanan kepada anggota pada gilirannya justru dapat membatasi pengembangna kegiatan usaha KUD. Mengingat seluruh KUD contoh yang digunakan adalah KUD Mandiri maka hasil analisa diatas menunjukkan bahwa pemberian predikat Mandiri ternyata tidak dapat lagi menangkap keragaman perkembangan, perilaku, dan kinerja KUD. Konsep lanjutan dari KUD Mandiri yaitu KUD Mandiri lnti ternyata juga belum dapat menangkap tingkat keragaman yang terjadi pada KUD. Tabel 25 menunjukkan bahwa ke 14 KUD Mandiri lnti yang termasuk diantara 314 KUD Mandiri yang menjadi contoh tersebar diantara ke enam kelompok yang berhasil diidentifikasi.
Tabel 25.
Sebaran KUD Mandiri dan KUD Mandiri Inti pada Tiap Kelornpok
Konsep pembinaan yang berkonotasi pada peran serta aktif aparat pernerintah pada kegiatan usaha KUD juga rnembutuhkan penelaahan lebih lanjut.
Konsep pendampingan usaha dalam bentuk pernberian
konsultansi, pemihakan
aspek legal, dan pembangunan sarana dan
prasarana; sernakin lebih dibutuhkan pada rnasa yang akan' datang. Dalarn ha1 ini pola pernbinaan yang dilakukan justru perlu memberikan kesempatan kepada KUD dalam kelornpok perkernbangan tertentu untuk dapat rnembangun kegiatan non-program, dan mengurangi kewajiban KUD dalam rnenjalankan tugas sebagai pendukung langsung kebijakan pernbangunan pernerintah.
Strategi Pengernbangan
usaha utama dengan meningkatkan orientasi usaha eksternal; disertai dengan pengembangan aset. pembatasan anggota, mengembangan modal luar dan jumlah usaha, dan pemanfaatan sarana telekomunikasi
KUD Transisi
60 %
80 %
<5
>= 0
Pengembangan usaha agribisnis dan peningkatan usaha pelayanan anggota disertai dengan pengembangan jumlah usaha, penambahan TPK, peningkatan aset, dan penambangan anggota
KUD Program
80 %
70 %
5- 8
>= 0
Pengembangan usaha berorientasi eksternal, mengembangan TPK dan penambahan anggota.
PraPerusahaan
80 %
90 %
<5
>= 0
Pengembangan kegiatan usaha yang berorientasi pelayanan pada anggota
-
--
5- 8
<= 0
Pengembangan usaha berorientasi eksternal, membatasi anggota, dan mengurangi modal luar
KUD Yang Menurun
..
6.3. Rangkuman Pembahasan
Rangkuman pembahasan bab ini sekaligus dapat digunakan untuk memberikan semacam panduan untuk mengidentifikasi suatu KUD termasuk dalam kelornpok apa dan apa strategi pengembangan yang harus dilakukan terhadap KUD tersebut. dinyatakan dalam Tabel 26.
Rangkuman tersebut dapat
Rangkuman yang diajukan tidak b$rsifat
mutlak. ldentifikasi yang tepat hanya dapat dilakukan dengan menelaah dengan cukup rnendalam atas kinerja usaha KUD yang bersangkutan. Secara metodologis rangkuman yang diajukan merupakan hipotesa yang dapat.dikernbangkan pada penelitian selanjutnya.