Jurnal Penelitian: Medan Agama
241
Perilaku Pacaran Mahasiswa Muslim Oleh Rustam1 Abstrak Pacaran menjadi fenomena umum melibatkan individu dari semua strata dan status sosial. Pacaran juga mewarnai relasi sosial remaja dan orang dewasa di komunitas pendidikan, melibatkan siswa dan mahasiswa. Perbedaan karakteristik komunitas dari aspek status sosial, ekonomi, etnisitas, agama dan pendidikan diyakini menampilkan tradisi pacaran yang berbeda. Tampilan beda ini bisa terlihat pada motif, tujuan, perilaku, managemen, dan dinamika relasi yang dikembangkan. Untuk mengungkapkan proses dan pemaknaan tentang tradisi pacaran yang dilakoni mahasiswa Muslim ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam terhadap informan dan partisipan penelitian yang memiliki pengalaman langsung terkait tahapan pacaran tertentu yang menjadi fokus kajian. Observasi tersamar juga digunakan untuk mendapatkan deskripsi faktal tentang tradisi pacaran dimaksud. Penelitian ini mengungkapkan tradisi pacaran pada umumnya dimulai dari proses pendekatan, pengenalan pribadi, hingga akhirnya menjalani hubungan afeksi yang ekslusif. Ini mencakup tiga kategori tahapan pacaran yaitu tahap pendekatan hingga jadian, tahap perkembangan hingga puncak manisnya hubungan, dan tahap penurunan hingga putusnya hubungan. Aktifitas yang mewarnai pada masing-masing tahapan tersebut dengan berbagai dinamikanuya turut diungkapkan dalam temuan penelitian ini. Term Kunci : Pacaran, Mahasiswa, Muslim
1
Dosen pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
242
Pendahuluan Pacaran merupakan fenomena yang sangat umum tapi dimaknai secara berbeda. Kata pacaran memiliki makna tersendiri serta dalam lingkup yang sangat luas. Konsep defenitif pacaran bahkan kadang merefleksikan rentang fenomena dan aktifitas yang sangat beragam. Nilai normatif keagamaan, nilai sosiokultural, serta tradisi yang telah berkembang lama dalam satu komunitas akan membawa pemaknaan yang berbeda tentang konsep pacaran. Asal kata pacaran dalam bahasa Indonesia adalah pacar, yang memiliki arti, kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Yang kemudian mendapat imbuhan –an atau ber-an yang arti harfiahnya bercintaan; (atau) berkasih-kasihan (dengan sang pacar). Pacaran menjadi fenomena umum melibatkan individu dari semua strata dan status sosial. Fenomena ini terlihat di masyarakat pedesaan, pinggiran kota, pusat kota. Juga terlihat di komunitas dengan latar etnis dan agama beragam. Pacaran juga mewarnai relasi sosial remaja dan orang dewasa di komunitas pendidikan, melibatkan siswa dan mahasiswa. Pacaran pada umumnya dimulai dari proses pendekatan, pengenalan pribadi, hingga akhirnya menjalani hubungan afeksi yang eksklusif. Proses ini dijalani tanpa kehadiran orang lain sebagai pendamping atau wali. Keberduaan malah menjadi orientasi dan kesempatan yang diharap-harapkan pasangan yang sedang berpacaran. Keberduaan ini yang kemudian memungkinkan pasangan tersebut mengekspresikan kedekatan dan keintimannya melalui sentuhan fisik seperti hugging, kissing, petting, hingga hubungan seksual. Relasi pacaran ini bisa berujung pada pernikahan, tapi pada banyak kasus hubungan pacaran berakhir tanpa pernikahan. Perbedaan karakteristik komunitas dari aspek status sosial, ekonomi, etnisitas, agama dan pendidikan diyakini menampilkan tradisi pacaran yang berbeda. Tampilan beda ini bisa terlihat pada motif, tujuan, perilaku, managemen, dan dinamika relasi yang dikembangkan. Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
243
Komunitas di Bhutan dikenal tradisi bomena, yaitu malam berburu dimana seorang laki-laki yang akan menyelinap ke kamar seorang perempuan dan bermalam di sana. Jika tertangkap dia harus menikahi gadis itu atau bekerja pada keluarga perempuan. Orang-orang dari desa Tenganan Bali telah menjadi pejuang cinta dengan membuat takik untuk ritual Usaba Sambah Festival. Acara ini diadakan setiap Mei, acara ini dikhususkan untuk semua laki-laki di desa yang belum menikah untuk mendapat kesempatan agar menarik perhatian para wanita. Para laki-laki bertarung dalam sebuah arena, yang di senjatai dengan daun berduri dari tanaman pandan, dan dengan perisai bambu untuk melindungi mereka. Perempuan dari kelompok etnis Miao di Barat Daya Cina memiliki cara yang sangat unik untuk berkomunikasi dengan pasangan mereka. Dalam festival Meal Sisters yang diadakan setiap April, perempuan di daerah tersebut menggunakan pakaian dengan hiasan ketan dalam empat warna yang berbeda, warnawarna ini yang mewakili empat musim di Cina. Mereka kemudian memberikan beras yang digulung dalam saputangan untuk seorang laki-laki yang tertarik kepada mereka. Dalam suku Afrika Wodaabe, seorang laki-laki wajib berpakaian dan memakai make up untuk menarik perhatian perempuan. Dalam suku ini ada festival tahunan untuk mencari pacar yang disebut dengan Gerewol. Festival ini diadakan selama seminggu, para laki-laki bedandan dan dimasukkan ke dalam kompetisi menari yang disebut Yaake. Dalam tarian ini, para pesaing membentuk satu baris sambil menari, dan disaksikan oleh penonton yang sebagian besar perempuan. Jurinya yang menilai biasanya terdiri dari tiga wanita mereka memilih pemengang bedasarkan keterampilan menari. Tradisi pacaran unik lainnya dipraktekkan suku Kickapoo Meksiko. Komunitas ini telah menggunakan tradisi bersiul selama beberapa dekade untuk berbisik dan berkomunikasi dengan pasangan mereka. Bersiul biasanya dilakukan oleh warga desa, selama senja. Cara ini dilakukan untuk merencanakan pertemuan di malam hari. Untuk mencegah kekeliruan, pasangan memiliki Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
244
nada unik yang dibuat oleh setiap pasangan agar mereka dapat dengan mudah mengenali nada tersebut. (http://citizen6.liputan6.com/ read/2028688/5-ritual-pacarananeh-di-dunia) Menurut sejarah, masyarakat Melayu memiliki budaya memakaikan pacar air (inai) pada dua orang muda mudi yang ‘ketahuan’ saling tertarik oleh keluarganya. Biasanya sang pemuda mengirimkan ‘sinyal’ tertariknya dengan mengirim ‘tim’ pembaca pantun untuk sang gadis pujaannya, tim tadi akan berpantun tepat di depan halaman rumah sang gadis. Andai si gadis menyambut pantun sang pemuda dan keduanya ingin meneruskan hubungan mereka maka orangtua keduanya memberikan pacar air di tangan keduanya. Inai tersebut sebagai tanda bahwa keduanya telah memiliki hubungan.. Inai yang ada di tangan akan hilang selama tiga bulan dan selama waktu itulah sang pemuda mempersiapkan segala kebutuhan untuk melamar sang gadis. Jika sampai inai di tangan mereka hilang dan belum juga ada lamaran atau konfirmasi lebih lanjut maka si gadis berhak untuk memutuskan hubungan tersebut dan menerima pinangan lelaki lain. (https:// www.islampos.com). Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengungkapkan tiga tahapan pacaran dan aktifitas yang mencirikan masing-masing tahapan tersebut: (a) proses awal jadian yang meliputi konteks perkenalan, interaksi dan komunikasi sebelum jadian; (b) perkembangan hubungan, yang mencakup perkembangan dan perubahan perilaku, interaksi, dan komunikasi setelah jadian; komitmen, perhatian dan kontrol; dan (c) proses akhir hubungan Manfaat Penelitian Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberi pengayaan terhadap kajian relasi sosial dan kedekatan orang dewasa. Pengayaan ini bisa berbentuk penambahan pemahaman tentang dimensi dan dinamika hubungan tersebut, dan penemuan premis-premis dalam bentuk fakta, ungkapan atau statemen yang nantinya bisa dijadikan dasar-dasar pertimbangan teoritis tentang fenomena pacaran di komunitas mahasiswa Muslim. Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
245
Di samping itu, temuan penelitian ini tentang fenomena pacaran yang melibatkan mahasiswa Muslim yang meliputi tahapan awal, perkembangan, hingga putusnya hubungan, beserta dinamika aktifitas yang terjadi dalam rentang berjalannya hubungan tersebut akan bermanfaat secara praktis bagi beberapa pihak: a. Bagi mahasiswa Muslim; temuan penelitian ini bisa dijadikan alat refleksi tentang perilaku mereka dalam menjalin hubungan kedekatan dengan lawan jenis. Gambaran alur perjalanan hubungan kedekatan dan keintiman yang disajikan dalam penelitian ini dapat menjadi pembelajaran (lessons learnt) dalam menentukan sikap dan perilaku mereka dalam memnbangun hubungan tersebut. Khusus bagi mahasiswi Muslimah, pengalaman partisipan yang dinarasikan dalam laporan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan ketika menentukan bagaimana menyikapi tawaran cowok pada tahap pendekatan dan tahap kedekatan selanjutnya. b. Bagi praktisi, seperti konselor dan penda’i, temuan penelitian ini dapat memperkaya aspek pertimbangan ketika merumuskan strategi dan aktifitas intervensi baik pada tahap prevensi maupun penanganan isu terkait hubungan pacaran mahasiswa Muslim. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian tentang tradisi pacaran mahasiswa Muslim ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif fenomenologis. Peneliti merasa pendekatan fenomenologis cocok dengan sifat masalah dan tujuan penelitian ini. Permasalahan hubungan kedekatan dan keintiman bersifat kompleks dan multi dimensi serta tujuan penelitian yang lebih bersifat mengungkapkan proses dan makna menuntut penggunaan pendekatan penelitian yang lebih holistik, komprehensif, dan mampu menangkap makna dari setiap fenomena, aktifitas, dan ungkapan-ungkapan yang diperoleh selama penelitian berlangsung. Subjek dan Informan Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
246
Partisipan dan informan penelitian ini adalah mahasiswa Muslim yang saat penelitian dilakukan masih aktif kuliah di perguruan tinggi Islam di kota Medan. Informan dipilih secara purposif berdasarkan beberapa kriteria dan klasifikasi. • Partisipan adalah mahasiswa Muslim yang masih aktif kuliah di salah satu perguruan tinggi Islam di Medan • Partisipan memiliki pengalaman langsung terkait pacaran • Partisipan dipilih dan dikelompokkan ke dalam salah satu dari tiga tahapan pacaran: tahap pendekatan hingga jadian, tahap perkembangan hingga puncak, dan tahap penurunan hingga putusnya hubungan. Prosedur Pengumpulan Data Penelitian ini bertujuan mengungkap proses, pengalaman dan pemaknaan terkait fenomena pacaran di kalangan mahasiswa Muslim. Penggalian data tentang proses yang sedang berjalan paling baik dilakukan dengan tehnik observasi, sementara pengungkapan pengalaman dan pemaknaan paling cocok dilakukan melalui interviu. Dua tehnik pengumpulan data inilah yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam konteks penelitian ini, penggunaan model pengamatan tersamar sengaja dipilih dengan beberapa pertimbangan. Pertama, sebagian perilaku pacaran bersifat sensitif, pribadi, atau dianggap bertentangan dengan norma adat, budaya dan agama. Aktifitas seperti ini biasanya dilakukan di tempat yang lebi tertutup atau tersembunyi. Pengamatan terangterangan menjadi tidak feasible. Kedua, peneliti ingin menjaga kealamiahan perilaku mahasiswa yang sedang berpacaran. Ketika dilakukan secara terang-terangan, dikhawatirkan penelitian ini hanya akan menangkap perilaku kepura-puraan. Peneliti tidak ingin membuat subjek dan informan penelitian ini merasa terganggu dengan kehadiran peneliti ketika melakukan pengamatan tentang proses tersebut Wawancara menjadi bagian paling penting dari proses pengumpulan data dalam penelitian ini. Subjek dan informan potensial untuk diwawancarai secara mendalam dipilih berdasarkan pada beberapa hal berikut. Pertama, pemahaman dan Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
247
pengalaman mereka berkaitan dengan tahapan pacaran; Kedua, sifat komunikatif yang mereka miliki agar informasi yang lebih komprehensif bisa terungkap; Ketiga, kesediaan mereka untuk diwawancarai secara lebih mendalam. Tehnik wawancara yang diligunakan dalam penelitian ini adalah semi terstruktur (semistructured interviews) untuk mengumpulkan data berikut: • Pengalaman subjek dan informan terkait aktifitas pacaran • Pengetahuan subjek dan informan • Pemaknaan dan interpretasi yang dilekatkan subjek dan informan terhadap simbol dan aktifitas tertentu terkait aktifitas pacaran yang ia lakoni Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan hasil proses wawancara, pengamatan, dan dokumentasi. Data mentah yang didapat berbentuk data verbatim rekaman wawancara, field notes, foto digital, serta data statistik dan referensi berbentuk soft dan hard copy. Proses analisis data dalam penelitian ini sebenarnya sudah dilakukan begitu data pertama sekali dikumpulkan. Analisis yang sejalan dengan pengumpulan data ini bersifat preliminer dan lebih menjadi petunjuk yang menggiring peneliti pada penggalian data selanjutnya. Namun, proses analisis data yang lebih komprehensif dilakukan setelah data terkumpul. Untuk menjamin tingkat keterpercayaan data yang diperoleh dalam penelitian ini, tim peneliti menggunakan empat prinsip penjaminan keabsahan data yang dikenal dalam penelitian kualitatif yaitu kredibilitas (credibility), transferabilitas (transferability), dependabilitas (dependability) dan konfirmabilitas (confirmability). Teori Kedekatan (Attachment) Kedekatan adalah ikatan emosional yang mendalam dan berlangsung lama yang menghubungkan satu orang ke orang lain lintas ruang dan waktu. Kedekatan tidak harus timbal balik. Satu orang mungkin memiliki kedekatan untuk individu yang tidak dibagi. Kedekatan ditandai dengan perilaku tertentu pada anak-
Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
248
anak, seperti mencari kedekatan dengan orang tertentu ketika marah atau terancam.2 Teori kedekatan dalam psikologi berasal dari karya John Bowlby. 3 Pada tahun 1930-an John Bowlby bekerja sebagai psikiater di London, di mana ia menangani banyak anak yang memiliki gangguan emosional. Pengalaman ini membuat Bowlby yakin akan pentingnya hubungan anak dengan ibu mereka dalam perkembangan sosial, emosional dan kognitif mereka. Pengalamannya tersebut juga membentuk keyakinannya tentang hubungan antara pemisahan bayi dengan ibunya dengan perilaku menyimpang yang muncul ketika anak tersebut tumbuh. Peneliti lain, Harry Harlow, menungkapkan sisi agak berbeda tentang kedekatan. Eksperimen Harlow pada monyet tahun 1950's and 1960's membuktikan bahwa ternyata “kenyamanan sentuhan” lebih penting dan lebih dibutuhkan untuk ciptakan kedekatan emosional dan kasih sayang, dari pada sekedar pemenuhan kebutuhan biologis. Dalam eksperimennya, anak-anak monyet dipisahkan dari ibunya lalu diletakkan di dua tempat berdekatan, satu di rangka besi dengan botol susu diatasnya, dan satu lagi di rangka besi dilapisi kain tebal tanpa botol susu. Anak-anak monyet tersebut ternyata memilih berada di rangka besi dengan kain tebal meski tak mendapat kan botol susu.
2
Bowlby J. (1969). Attachment. Attachment and loss: Vol. 1. Loss. New York: Basic Books. Disebutkan di McLeod, S. A. (2009). “Attachment Theory.” Retrieved from www.simplypsychology.org/attachment.html 3 Bowlby, J. (1958). “The Nature of The Childs Tie to His Mother.” International Journal of Psychoanalysis, 39, 350-371
Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
249
http://www.slideshare.net/preeth ibalan9/bowlbys-theory-ofattachment
Temuan Penelitian Bagian ini mengungkapkan tradisi pacaran mahasiswa muslim, mencakup: Proses yang dijalani, pada tiga tahapan: Proses awalnya, proses perkembangannya dan proses akhir. Pada setiap proses mengungkapkan berbagai hal yang biasa dilakukan mahasiswa muslim ketika berpacaran, misalnya poin-poin yang berhubungan dengan tempat, media dan pola komunikasi, bahasa verbal dan non verbal yang digunakan saat pacaran itu dilakukan. 1. Proses Awal Jadian Konteks Perkenalan Pada awal proses perkenalan, diketahui bahwa pacaran mahasiswa Muslim dapat diawali dari suatu tempat keramaian seperti acara organisasi mahasiswa, panggung acara dzikir akbar, tempat rekreasi seperti pemandian air terjun atau di pantai, Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
250
organisasi siswa dan komunitas remaja. Ada juga yang sudah diawali dari sekolah melalui pertemanan, baik ketika masih di bangku SD maupun SMA, tetapi ada juga yang langsung dating ke rumah ditemani orang yang sudah kenal dengan si cewek yang diidam-idamkan. Ada pula cowok yang langsung datang ke rumah cewek, melakukan pendekatan dengan keluarga si cewek dan mengajak jalan si cewek saat datang ke rumah. Hubungan pacaran dapat terjadi dimulai dari terjadinya perkenalan cewek dan cowok di sebuah majelis seperti acara dzikir akbar diikuti dengan si cowok meminta nomor kontak si cewek, atau kejadian-kejadian kecil yang memberi kesan, seperti seorang cewek yang tidak dikenal mengambilkan makanan dan minuman di suatu acara pesta, menanyakan sudah sholat atau belum dan kemudian si cowok menawarkan diri mengantarkan cewek pulang ke rumah. Ada juga yang hanya setelah 3 minggu berkenalan hanya dari handphone, si cowok langsung mengajak ketemuan, si cowok mengajak si cewek mengunjungi salah satu keluarga, bertemu, silaturahmi, atau sekedar mengajak makan bersama. Pada kasus lain, mereka sudah mempunyai hubungan pertemanan yang dekat sejak waktu masih di bangku SD, terus semakin erat karena hubungan komunikasi terjalin kembali setelah dewasa melalui media social, berlanjut lewat telepon. Pada saat kenalan, ada yang bersalaman, berjabat tangan ada yang tidak melakukannya. Pada tahap selanjutnya umumnya ditindaklajuti dengan membangun komunikasi lanjutan, ada yang melalui HP, SMS, BBM, media social. Bahkan ada cewek dan cowok yang bertetangga, selama 6 bulan intens ber SMS, bahkan nembak cewek pun hanya melalui SMS tanpa pernah bertemu sebelumnya. Jadi secara umum, mekanisme pacaran melalui tahap berkenalan langsung, dikenalkan oleh olah lain atau berkenalan melalui media komunikasi baik telepon maupun media sosial. Nomor HP atau Pin BB cewek atau cowok calon gebetan itu ada yang bias didapat langsung, ada pula yang harus dicari sendiri, atau diberikan oleh temannya atau orang lain. Tahap Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
251
pembangunan komunikasi, juga bervariasi, mulai dari seminggu, dua Minggu, sebulan, beberapa bulan, 6 bulan; juga dengan intensitas yang berbeda-beda pula. Intensitas pertemuan langsung ada yang hampir setiap hari bertemu, ada yang dalam dua tahun hanya lima sampai enam kali bertemu, ada pula yang sudah setengah tahun menjalin komunikasi dari handphone atau lainnya belum pernah bertemu sama sekali. Interaksi dan Komunikasi Sebelum Jadian Umumnya, si cowok kalau lagi mendekati si cewek, terkesan baik banget, dengan kata–kata manis, lembut sekali omongannya. Perhatian dari si cowok yang membuat timbul rasa pada si cewek. Perhatian si cowok ada yang sangat besar, si cewek seolah-olah menganggapnya lebih besar dari perhatian ayahnya sendiri. Misalnya, ketika si cewek pulang dari kampus agar lama si cowok bertanya, seperti yang biasa titanyakan oleh ayah si cewek, “Nang, kok lama kali pulang dari kampusnya, ini udah jam berapa?” Terkadang si cowok menelepon bila tidak sempat datang. “Udah di mana posisinya sekarang?’ Seolah-olah perhatiannya sudah demikian besar oleh si cewek. Si cowok sudah mengetahui, bahwa si cewek terkenal dengan gelar ‘cewek sombong’ di kampungnya, sulit didekati cowok. Ada yang sebelumnya cewek sudah pernah jumpa dan kenal sebelumnya dengan si cowok, hanya jarang komunikasi. Tetapi, ketika si cewek mulai aktif di dunia maya, si cowok ngeinvite pin BB. Sejak itu lama-lama, curhat-curhat, lalu si cowok seperti mengutarakan perasaannya. Awalnya si cewek merasa lucu, cara pacarannya, gara-gara dari media social, tapi si cewek lama-lama merasa nyaman, walau pun tidak pernah bertemu langsung. Ada yang langsung jadian karena sepakat mempunyai prinsip yang sama, yaitu tidak boleh saling menyakiti dan ingin kenal satu sama lain. Proses saling ingin mengenal lebih jauh itu hanya berlangsung hanya dalam satu Minggu. Baik si cowok mau pun si cewek, sama-sama merasa heran begitu cepatnya proses hubungan mereka. Dalam seminggu itu, keduanya intens
Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
252
berkomunikasi melalui BBM, si cewek mencari pin BB si cowok karena sudah merasa yakin dengan cowok yang dikaguminya itu. Dalam hal pengungkapan rasa, cowok yang lebih dahulu memulai mengungkapkan perasaannya, meskipun ada juga cewek yang duluan mengungkapkan. Pada saar cowok menyatakan perasaan sukanya, istilahnya nembak, ada cewek yang langsung menerima pada tembakan pertama. Tak jarang terjadi, si cowok nembak si cewek sampai berkali kali, bias tiga kali, lima kali bahkan lebih tetapi si cewek terkesan menunda atau lebih memiliih pending dulu jawabannya, tidak langsung setuju, menjawab iya atau mau. Kendati demikian, ada pula cewek yang menunggu-menunggu si cowok tidak nembak-nembak dia, padahal 6 bulan keduanya sudah melakukan pedekate. Jawaban cewek yang memberikan jawaban bersifat pending, misalnya “Kita jalani saja dulu, mana tahu ada kecocokan.” Si cowok kadang ingin memastikan kembali hubungan status itu beberapa waktu kemudian, “Kita ini udah pacaran nggak sih?”Pada tahap pendekatan (PDKT), si cowok selalu berusaha membuat si cewek merasa nyaman atau sebaliknya. Dalam pedekate, perhatian dari cowok memiliki peran tersendiri untuk dapat sampai pada tingkat, si cewek telah percaya pada kesungguhannya. Si cowok telah mendapatkan percayaan dari si cewek. Perhatian dapat ditunjukkan melalui telepon atau SMS sekedar menanyakan, “Udah makan Dek?” atau hal lainnya, dapat pula melalui bertatapan, mengantar jemput, dan membantu si cewek dalam hal apa pun –seperti terkait perkuliahan- yang ia butuhkan atau ia inginkan. Ada cewek yang ‘jual mahal’ dalam merespon setiap perhatian yang diberikan. Ada pula cewek yang lebih cepat terbuka dalam memberikan respon terhadap semua bentuk perhatian, meskipun lebih halus dan tidak kentara. Ada juga yang meresponsnya dengan sikap malu-malu atau diam. Misalnya ketika si cewek diajak makan, ketika makanan sudah dihidangkan, si cowok menyuruhnya, “Ayuklah, makan,” malah ada cewek yang meresponnya dengan mengatakan “Tidak” atau “Belum lapar” padahal dia sebenarnya sudah sangat lapar. Ada Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
253
ketika Namun, pada dasarnya, semua perhatian yang diberikan dalam bentuk apapun tetap diingat dan menjadi bahan pertimbangan bagi si cewek dalam menerima atau menolak si cowok saat si cowok kemudian mengungkapkan perasaannya, atau mengungkapkan lagi perasaannya kepada si cewek. Bahasa verbal yang digunakan di awal terjadinya hubungan pacaran terjadi ketika si cowok mengungkapkan perasaannya kepada si cewek lalu si cewek tidak langsung menanggapi tetapi memberi tenggat waktu untuk menguji kesungguhan si cowok, atau si cowok mengantar jemput si cewek secara rutin. Pengungkapan itu dapat melalui SMS, telepon atau pun bertemu langsung. Ungkapan yang digunakan antara lain: ”Sebenarnya aku memang suka sama mu. Aku sayang sama mu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?” atau ungkapan melalui SMS: “Mau nggak jadi pendamping hidup saya?” atau “Nggak mudah untuk dapatin wanita kayak adek,” sambil menyerahkan sesuatu misalnya sebentuk cincin. Bahasa non verbal misalnya, si cowok melihat-lihat ke arah si cewek terus menerus dan si cewek merasa gerogi atau malu-malu, si cowok datang kepada si cewek dengan memberikan suatu benda sebagai bentuk ungkapan perasaannya. Biasanya yang terjadi, ungkapan-ungkapan non verbal dalam mengungkapkan perasaan lebih dahulu ditampilkan dari pada bahasa verbal. Keberanian mengungkapkan bahasa verbal terjadi setelah rentang waktu tertentu yang berbeda-beda, ada yang hanya dalam hitungan seminggu, ada yang hitungan sebulan, ada yang dalam hitungan beberapa bulan, bahkan ada yang hitungan tahun. Perkembangan hubungan Datang Tempat ngedate pertama dalam tradisi mahasiswa muslim beragam ada yang tempat ngedate pertama di acara hubiran ‘kibotan.’ Tempat ngedate ini yang dipilih oleh mahasiswa Muslim dalam menjalankan tradisi pacaran juga berbeda-beda. Ada yang di rumah si cewek saja, di rumah kosong di rumah tetangga yang tidak berpenghuni berduaan, ada juga yang punya ‘pangkalan’ Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
254
(tempat ngumpul-ngumpul) atau lapak sendiri bersama temanteman. Ada yang tidak menentukan tempat tertentu melainkan berpindah-pindah misalnya dari satu warung atau restoran ke warung yang lain. Ada pula yang hanya sekedar jalan-jalan berkeliling dan ngobrol di tempat-tempat yang disepakati secara incidental, kemudian pulang. Ada yang membangun hubungan pacarannya dengan LDR selama 3 tahun, sehingga hampir membuat si cowok tidak lagi mengenal ceweknya, demikian juga si cowok juga hamper tidak mengenal wajah si cowok, karena perubahan fisik keduanya, seperti perubahan wajah. Misalnya, sejak kelas 3 SMP sampai kelas 3 SMA menjalani LDR, lalu si cowok mengajak bertemu ceweknya di depan mesjid dan saling mencari-cari satu sama lain. Lalu si cowok melihat ada dua orang cewek, yaitu pacarnya dan adik sepupu pacarnya. Awalnya si cowok ragu hendak memastikan yang mana pacarnya di antara dua cewek itu. Rupanya si cowok salah orang, yang dikiranya pacarnya ternyata adik sepupu pacarnya. Lalu si cowok memberanikan diri bertanya. “Oh ternyata ini adik, abang pikir yang hitam manis ini. Memang sih pertamanya abang harap adik orangnya, eh ternyata benar.“ Setelah dapat memastikan cewek yang sedang berada di depannya adalah pacarnya, baru kemudian si cowok mulai menyapa. “Apa kabar, Dik?” Lalu kedua si cewek bersama adik sepupu diajak makan dan berlanjut ngobrol. Tak lama kemudian orang tua si cewek datang dan si cowok kemudian pindah posisi. Demkian salah satu fenomena dating salah seorang pacaran di kalangan mahasiswa Muslim yang hubungannya masih langgeng hingga saat ini, hingga si cewek duduk di bangku perkuliahan. Dilihat dari sisi frekwensi, fenomena yang terjadi pada mahasiswa Muslim dalam hal pacaran beragam. Ada yang sampai seharian dari pagi sampai sore, menghabiskan waktu berdua suatu tempat, seperti Merdeka Walk, mulai dari makan berdua, duduk berdua, melihati orang-orang lewat, orang-orang sport sore, ceritacerita dari pagi sampe sore. Ada cowok yang mengajak bertemu dari mulai habis Maghrib sampai jam sepuluh malam, ada juga yang sampai jam 11 malam, ada yang tidak menentukan hari Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
255
tertentu, ada juga yang menentukan cukup sekali seminggu saja. Pada saat dating itu, ada cowok yang mengajak si cewek jalanjalan ‘mengukur jalan’ atau makan dan ngobrol menanyakan banyak hal atau menceritakan tentang banyak hal atau hal tertentu saja. Ada pula cowok yang hanya datang ke rumah ceweknya dan ngobrol di rumah saja. Apa pula yang melapak atau mojok di rumah tetangga yang tidak berpenghuni. Pada kasus lain, ada yang berkomunikasi dengan si cowok paling banyak dua kali seminggu, itu pun hanya melalui telepon, misalnya cewek yang mondok di pesantren yang dilarang menggunakan HP. Kendati demikian, hubungan tersebut tetap langgeng 3 tahun, sampai cewek itu menyelesaikan pendidikannya di pesantren. Barulah kemudian, mereka dapat bertemu lebih sering. Frekwensi yang jarang bertemu atau hampir tidak pernah bertemu memberi kesan tersendiri bagi si cewek, sehingga ada cewek yang merasa deg-degan saat bertemu dengan si cowok setelah sekian lama tidak bertemu. Ada juga cowok yang merasa bosan karena setiap hari menelepon ceweknya, sehingga pada perkembangan hubungan selanjutnya hanya menelepon si cewek hanya 3-5 kali seminggu. “Nelponnya sekarang dibatasi. Apalagi yang diomongin kalau setiap malam, itu itu saja,” katanya. Meski demikian, si cowok tetap mewajibkan bagi dirinya untuk mengapeli si cewek dua kali seminggu, yakni malam Kamis dan malam Minggu. Apalagi yang mau diomonginn kalau tiap malam itu aja…makannya sekarang ini nellponnya dibatesi, kadang seminggu 3,4, atau 5 kali, tapi malam minggu malam kamis wajib. Dari sisi kualitas pacaran, yang terjadi di kalangan mahasiswa Muslim adalah, ada yang melihat kualitas pacaran itu di lihat dari semakin banyak orang tahu, maka semakin menguatkan status hubungannya, dan hal ini dikatakan sebagai hal yang fenomenal banget. Di sosmed diberitahu, di kelas, kepada teman-teman lama dari SD, SMP dan SMA, dari kawan dekat sampai yang hanya kenalan biasa menjadi tahu walau pun tidak pernah diperkenalkan langsung, tukaran nama, si cowok dipanggil dengan nama si cewek dan sebaliknya, nama si cewek dipanggil Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
256
dengan nama si cewek, ada yang sampai menyebutkan nama profilnya di media social dengan bersama nama seperti misalnya “Si Anu milik si Anu” atau “si Fulan punya si Fulan.” Contoh lain yang menampilkan perkembangan hubungan pacaran kepada publik di kalangan mahasiswa Muslim yang menjalani hubungan yang harmonis melalui media sosial. Misalnya, si cowok menaruh gambar kartun di foto profil media sosialnya, si cewek pun mengikutinya dengan memasang gambar kartun pada foto profil di akunnya. Peningkatan rasa sayang dan munculnya rasa rindu dari si cewek terjadi disebabkan lebih pada kesungguhan dan keseriusan dari si cowok, sehingga si cewek merasa termotivasi dan bersemangat, merasa terbantu atau merasa nyaman bahkan merasa adanya kedekatan dengan cowok. Sentuhan Pada proses perkembangannya, sentuhan bisa berawal dari pegangan tangan. Sebagian besar menganggapnya sebagai hal yang biasa saja, meskipun tidak menunjukkan di depan umum karena alas an, “tidak enak dilihat orang banyak,” kadang mengelus kepala sebagai tanda sayang walau lagi di jalan, mencium pipi kanan dan pipi kiri si cewek saat mau pulang dari berkencan merupakan hal yang wajar dan dianggap masih nyaman, tetapi ada juga yang merasa canggung menjalani hubungan berpacaran dan menyadari banyak hal yang tidak biasa dilakukan orang berpacaran pada umumnya, karena berusaha sama-sama menjaga agar tidak kehilangan nilai Islaminya tetapi kemudian berusaha memahami, mendefinisikan sendiri bahkan memberikan istilah bagi fenomena perilaku yang dilakukan itu sebagai hal yang lucu, misalnya si cewek dan cowok tetap berboncengan, tetapi menyebutnya dengan “berboncengannya seperti tukang ojek,” saat menyeberang jalan, karena tidak mau memegang tangan si cewek, si cowok memegang ujung lengan baju si cewek, yang diistilahkannya sendiri seperti “menyeberangkan nenek-nenek.”
Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
257
Ada juga yang memang tidak pernah sentuh menyentuh. Si cowok tidak pernah menyentuh si cewek. Si cowok tidak berani memegang tangan si cewek, kecuali bersalam tangan saat kami menyeberang di jalan, si cewek hampir ditabrak becak. Bahkan ketika si cewek ulang tahun, si cowok hanya mengucapkan selamat ulang tahun, ikut meniup lilin bersama si cewek dan hidupkan musik, tanpa menyentuh si cewek. Dalam hal sentuhan, ada juga yang si cowok mengaku paling hanya sekedar memeluk si cewek saat jalan berdua bersama ceweknya, misalnya jalan ke mall, atau memegang tangan si cewek, terkadang sewaktu si cewek sedang kelihatan sedih, si cowok mengelus-elus kepalanya. Ada cowok yang mencoba memberanikan diri mencium bibir si cewek, tetapi setelah itu si cewek langung menampar si cowok dan langsung ditinggal pulang si cewek. Setelah sekian waktu berlalu, pada suatu kesempatan, giliran si cewek pula yang terlebih dahulu mencium bibir si cowok, tetapi si cowok tidak menamparnya. Bahkan ada cowok yang mengaku sudah pernah memegang daerah sensitive si cewek selain memegang tangan, meskipun menolak menyebutkan daerah sensitive tersebut lebih spesifik karena alas an privasi. Dalam hal sentuhan, ada cewek yang sangat ketat dalam memegang norma. Ada yang agak longgar dengan batasanbatasan tertentu, misalnya sekedar pegangan tangan dan boncengan dengan si cowok tanpa memegang pinggang si cowok atau memeluknya saat boncengan. Cewek yang lebih longgar dalam hal sentuhan menilai, memegang tangannya sudah hal yang biasa dan wajar. Si cewek pun juga mengaku merasa nyaman, tidak canggung, apalagi takut meskipun awalnya takut. Bagi cewek agak sedikit longgar dalam hal sentuhan, menilai pegangan tangan sudah merupakan hal yang sangat ekstrem. Cewek yang sangat ketat dalam memegang prinsip agama menilai, laki-laki itu jarang yang baik dan bertanggung jawab, sehingga cewek jangan mengasih cowoknya meyentuh dirinya sebelum menikah. Cewek yang ketat dalam memegang norma ini meyakini, kunci hubungan pacaran itu ada pada cewek. Bila Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
258
cewek memberi peluang kepada cowok untuk menyentuhnya sebelum hubungan yang halal, maka si cowok akan melakukannya berulang-ulang karena ketagihan. Bila si cewek mudah mengiyakan, maka suatu saat si cowok akan mengatur hidupnya tanpa harus mengikatnya dengan hubungan yang halal. Ini juga ditegaskan cewek lain dalam hal menilai sentuhan, “Laki-laki yang sangat menghormati perempuan adalah laki-laki yang tidak menyentuh pacarnya sebelum menikahinya.” Ditambahkan oleh salah seorang cewek yang memiliki tipe ketat memegang prinsip ini, “Jika laki-laki melanggar sesuatu pasti tidak terlihat atau tidak ada tanda, tetapi kalau perempuan pasti terlihat tandanya. Terkadang seorang perempuan tidak memikirkan bahwa banyak yang harus dia hindari.” Perkembangan hubungan pacaran ada yang dapat diketahui dari panggilan khusus, kadang sifatnya berubah-ubah ada juga yang tetap, misalnya memanggil pacarnya dengan Beb atau Yank atau Ayank, hanya panggilan mama papa saja yang tidak ditemukan, katena dianggap agak lebay. Kemudian, di media social, melalui postingan-postingan sebagian menunjukkan kehebohan pasangan si cewek dan cowok. Ada juga si cewek sudah dipanggil ‘calon binik’. Ada yang sudah menjalin hubungan selama hampir 2 tahun, si cowok dalam berkomunikasi kepada si cewek hanya memanggil si dia dengan adik, paling ekstrem itu dipanggung saying atau yang, tidak ada panggilan khusus. Ada pula, dari segi panggilan terhadap pasangan mengalami perubahan. Misalnya awalnya si cewek dipanggil “Adik,” setelah jadian dia panggil “Adikku,” karena si cewek tidak memperbolehkan dirinya dipanggil “Sayang.” Komitmen, Perhatian dan Kontrol Dalam perkembangan pacaran yang terjadi adakalanya si cowok terus menerus mengungkapkan perasaannya sambil bercanda sementara si cewek terus menerus menanyakan keseriusan si cowok, akhirnya karena tidak ada yang tampak serius keduanya sepakat: “Kita jalani saja” atau “Kita lihat nanti,” Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
259
dan perasaan itu muncul lebih pada karena sama-sama menyadari semakin besarnya perhatian satu sama lain, atau komunikasi yang semakin intens dan selalu nyambung. Ada pula yang tidak pernah sama sekali membicarakan hal komitmen, tetapi seiringnya waktu berjalan sama-sama merasa nyaman untuk melanjutkan hubungan. Dalam hal tidak ada komitmen ini, juga mempunyai alasan lain, misalnya si cewek menerima si cowok karena rasa kasihan atau karena capek pedekate terus menerus dalam waktu yang relative lama. Terjadi pula, si cowok dan si cewek bertengkar habishabisan karena tidak pernah ketemu. Sehingga, setelah itu barulah muncul komitmen, pokoknya dalam sebulan, keduanya harus ada bertemu setidaknya dua kali. Walaupun waktunya tidak ditentukan. Ada cewek yang menekankan pentingnya ada komitmen. “Kalau nggak punya komitmen, untuk apa pacaran? Buang-bung waktu saja.” Kata Cewek itu. Kepada si cowok si cewek pun sudah menyampaikan sejak awal, bahwa pacaran ini bukan untuk main-main, melainkan untuk serius ke masa depan. “Kalau nggak serius untuk apa pacaran? Pacaran tidak saja untuk menyenangkan hati, tapi untuk buat motivasi buat kita, untuk bisa saling memahami, saling menyemangati,” tegas si cewek. Pada awalnya, pacaran terkadang dianggap sebagai hiburan saja bagi si cewek, lumayan, ada yang bisa menelpon dan teman ber-SMS, atau teman mengisi hari-hari, apalagi si cowok menjalin LDR (long distance relationship) selama 3 tahun dengan cowoknya. Namun pada perkembangannya, si cewek kemudian menjadi penasaran, lalu menerima ‘tembakan’ si cowok karena merasa bosan dengan terus menerus SMS dan teleponan sekian lama, kemudian memberikan kepercayaan si cowok, kemudian mulai merasa dekat hingga mulai menyayangi dengan tulus. Ada cewek yang tidak suka dikekang atau terlalu diatur-atur sehingga pada perkembangannya hubungan berjalan tidak dengan harmonis ketika si cowok telah menerapkan berbagai larangan atau sejumlah aturan yang ditetapkan si cowok sebelah pihak. Ada pula cewek yang pada awalnya sangat mempercayai cowok dan Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
260
berusaha untuk setia sejak jadian, tetapi pada perkembangannya menjadi tidak suka kepada si cowok karena si cewek merasa telah dikhianati, bahkan ada yang membalasnya dengan cara menduakan si cowok dengan cowok lain. Perhatian dari seorang cowok mempunyai arti tersendiri bagi seorang cewek, bahkan hingga hal-hal yang kecil dan sepele sekalipun. Misalnya, pagi-pagi si cowok sudah menelepon, menanyakan kabar, memberikan nasehat atau mengingatkan contohnya, “Jangan lupa minum air putih ya,” mengajak komunikasi yang bersifat menghibur, “Jangan dimatiin telponnya, besok mau nelpon.” Cewek yang menyukai surprise juga senang diperhatikan. Peningkatan perhatian dari waktu ke waktu cukup memberikan alasan bagi si cewek untuk semakin menyayangi si cowok. Misalnya, member surprise di hari ulang tahun, saat wisuda, menghadiahi boneka atau benda lain yang disenanginya dan sebagainya. Perhatian dan kontrol dalam pacaran bisa overlapping. Dalam hubungan pacaran, ada yang perjanjiannya banyak selali, tidak boleh begini, tidak boleh begitu. Misalnya tidak boleh jalan sama cowok lain atau dengan siapa saja boleh yang bisa jalan, atau hanya boleh jalan bila ada hubungannya dengan perkuliahan, misalnya misalnya kaitannya dengan observasi, penelitian, harus minya izin. Misalnya, “Bang, saya mau pergi ke sini ya, atau jalan ke tempat wisata ini.” Bahkan , ada pula cowok yang tidak memperbolehkan ceweknya berkomunikasi dengan cowok lain. Sebagian pasangan saling tukar kata kunci (password) akun, si cewek memberikan kata kunci akun sosialnya kepada si cowok, demikian pula sebaliknya agak bisa mengontrol komunikasi pasangannya dengan orang lain, ada pula hanya asas kepercayaan saja. Terkadang si cewek yang sudah muak karena terlalu diatur-atur dalam segala hal merasa, “Keknya aku ni sapa kau? Kok semua ko atur, aku mau buat statuspun harus kau atur, harus ngadu dulu sama kau.”
Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
261
Proses Akhir Hubungan Perubahan sikap dan perilaku mewarnai perjalanan berpacaran. Awalnya si cowok dikenal lembut, baik, pengertian, perhatian sehingga marah pun hanya sekedar mengingatnya dengan sangat sopan misalnya, dengan mengatakan, “Jangan gitulah, Dek masa sih kamu kayak gini kali sih.” Tetapi, pada proses selanjutnya, setelah jadian, si cewek mulai menemukan ‘hal-hal baru yang berbeda’ yang tidak ia rasakan sebelumnya, misalnya, dengan mengatakan dalam hati. “Oh, begini abang ini kalau lagi marah,” atau misalnya ketika si cewek mulai merasa dikekang, atau terlalu diatur-atur. Si cewek juga ada yang mengetahui kekasaran atau sikap dan sifat lain yang tidak ia sukai pada diri pasangannya. Ada kalanya, si cewek hanya memendam dalam waktu yang lama, ada pula menunjukkan penentangan atau memprotes, ada pula yang lebih memilih mempertahankan hubungan. Ada kalanya, sebelum dekat, si cewek tidak begitu ambil pusing terhadap masalah yang terjadi, misalnya bila terjadi pertengkaran atau miskomunikasi. Tetapi setelah si cowok dianggap dekat, si cewek memikirkan hal itu, bahkan terkadang membuatnya menjadi sangat terganggu. Tabel Perbandingan Manis-Pahit Hubungan Pacaran Berdasarkan Pengalaman Responden Masa Manisnya Hubungan Masa Pahitnya Hubungan (Dulu) (Sekarang) Nembaknya face to face
Memutuskan phone
hubungan
Gentlemen ‘kali
Nggak fair ‘kali
Perhatian
Cuek
by
Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
Apapun yang diminta cewek, dipenuhi
262
si “Gak urus”
Si cewek merasa akulah sang Si cewek merasa diperlakukan puteri seperti orang asing Akulah perempuan yang Dialah laki-laki paling jahat, paling bahagia punya pacar paling tega seperti dia Ngomongnya pakai Abang Ngomongnya pakai aku kau Adek So sweet banget
Kasar banget
Ketika si cewek sakit, sibuk
Si cewek sakit, cuma bilang, “Oh, moga sembuh ya”
Cewek: “Bang, awak lapar”
Cewek: “Bang, awak lapar, makan di luar Yuk”
Cowok: “Makan di luar kita, Yuk” Cowok: “Urusannya apa sama aku, tinggal makan aja” Cewek: “Bang awak mau Cewek: “Bang awak pulang kampung” pulang kampung”
mau
Cowok: “Hati-hati ya di jalan. Cowok: “Ya udah. Pulang aja sana.” Itu uang Ongkos udah abang kirim” Cewek: “Bang, HP hilang”
awak Cewek: hilang”
Cowok: “Gak usah dipikirin, Cowok:
“Bang,
duit
“Makanya
awak jangan
Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
abang beliin,
263
teledor jadi perempuan”
Ntar malam abang antar” Cewek majang foto mesra di Cewek lihat foto sang mantan FB di FB sambil nangis Cewek nulis status, Cowok kasih jempol (like)
Cewek nulis status galau. Cowok: “Ko hapus statusmu itu, mesti kali kau tunjukkan ke publik kau itu galau!” Ditelepon si cowok sambil marah-marah
Konteks Goodbye Putusnya hubungan pacaran bisa dipicu keadaan berbedabeda. Ada yang putus hubungan pacaran yang sudah dijalin selama dua tahun, gara-gara si cewek sudah tidak tahan lagi, setelah mengetahui sifat cowoknya, watak asli si cowok yang suka marah-marah kalau sedang berantem (bertengkar), sedikit saja salah, susah sangat sensitive dan ngomongnya berubah menjadi panggilan “kau-aku-kau-aku.” Bahkan kalau over marah, bisa sampai ala bele dan mencaci maki dengan kata-kata yang tidak enak didengar hanya karena sebab-sebab sepele. Ada pula yang putus hubungan pacaran yang sudah dijalani setahun setengah gara-gara si cowok sifatnya terlalu cemburuan. Misalnya, si cewek punya nomor seorang laki-laki, si cowok langsung menghapus. Si cewek punya SMS-SMS dari kawannya, langusng dimarahi. Bahakan si cowok pernah melabrak teman si cewek, juga kawan dia sendiri sampai sekarang tidak teguran gara-gara cemburu buta.
Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
264
Perasaan Sama Mantan Cewek cenderung teringat berbagai hal-hal yang kecil yang sering dilakukan si cowok padanya, misalnya, pagi-pagi sering si cewek biasanya dibangunkan sama si cowok, si cowok selalu mengingatkan si cewek untuk minum air putih setiap pagi, teringat perhatian si cowok terhadap si cewek, misalnya setiap posisi jilbabnya kayak manalah, si cowok memperhatikannya, kadang dibaguskan posisinya atau dibuat si cowok semakin terlihat lucu. Ada juga cewek yang merasa, si cowok telah meninggalkannya, sehingga jangankan buat ketemu, mendapatkan SMS dari si cowok saja rasanya sudah seperti mimpi tidak akan pernah. Ada yang merasa sakit hati dengan mantan, ada pula si cewek menanya hati kecilnya, rindu atau kangen masih ada, berharap dihubungi lagi, ada yang ingin kembali seperti dulu tetapi maunya tidak terulang lagi, ada yang lebih memilih jomblo dan merasa lebih nyaman dan tidak perlu terus menyimpan sakit hati dengan sang mantan. • Move On atau Stuck Untuk bangkit kembali, melupakan si cowok sulit sekali dilakukan bagi seorang cewek yang sudah terlanjur menyayangi seorang cowok, setiap melihat tempat bertemu atau melihat HP sendiri, selalu teringat kembali si cowok dan hal-hal yang indah saat bersamanya, sudah mencoba 18 tips move on, bahkan sampai membaca al-Qur’an tidak mempan, tetap kangen banget, ada juga ingat hal-hal yang menyakitkannya saja, ada pula mengingat saat-saat sering jumpa, saat bertekeponan, saat si cowok memberi motivasi. Setiap cewek berbeda waktu untuk bisa bangkit dari ngestuck, larut dalam perasaannya. Ada yang sudah bisa move on setelah 8 bulan bulan, ada yang masih terus berharap dan belum bisa move on lebih dari setahun. Seorang cewek yang sudah pernah mengalami kegagalan kemudian mampu move on, akan jauh lebih dewasa dalam memilih, menerima dan menyeleksi cowok untuk dijadikan pacar pengganti. Beberapa cewek
Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
265
menyatakan hal yang senada, tidak ingin gagal kedua kali, dan sangat berharap pacar kedua kelak menjadi suaminya. Salah seorang cewek yang dengan susah payah akhirnya mampu move on dari keterpurukan akibat kegagalan dalam membangun hubungan dengan cowoknya yang pertama, sikap dan cara berpikirkan akan lebih dewasa. “Mencari cowok itu tidak usah muluk-muluk, nggak yang ganteng-ganteng kali, yang penting yang mengerti dan yang sayang sama keluarga saja. Kalau dapat cowok yang kaya, ganteng, mobil banyak, sudah haji, berpendidikan, dia dosen, itu bonus dari Tuhan. Yang penting cowok itu mau bekerja. Jikalau kita baik, ya dapatnya yang baik, tenang saja. Jalani saja hubungan tanpa rencana, ikuti saja yang tua. Kalau yang tua ini sudah jalan duluan, barulah kita menyusul.” Penutup Fenomena pacaran merupakan fenomena yang sudah ada sejak zaman dahulu, sehingga fenomena tersebut kemudian dilanjutkan menjadi sebuah tradisi dari generasi ke generasi. Di kalangan mahasiswa Muslim, melakukan aktifitas berpacaran sudah menjadi hal yang lumrah dan dianggap sangat familiar, bahkan menjadi salah satu bagian dari upaya untuk mencari atau mendapatkan jodoh atau pasangan hidup masingmasing. Dalam pola pelaksanaan aktifitas pacaran yang dianggap sudah mentradisi itu, mahasiswa Muslim dapat dibedakan menjadi tiga: • Ketat dalam norma baik agama maupun sosial, yaitu mahasiswa Muslim yang tidak mengharamkan pacaran bagi dirinya, tetapi tetap menjaga batas-batas norma agama atau sosial seperti tidak bersentuhan, tidak bersunyi-sunyi (khalwat) dan tidak melakukan komunikasi yang berlebihan. • Agak longgar memegang norma agama maupun sosial, yaitu mahasiswa Muslim yang tidak mengharamkan pacaran bagi dirinya dan melakukan aktifitas pacaran yang dianggap tidak sesuai dengan konsep pergaulan Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
266
Islami, seperti berdua-duaan, bersentuhan melakukan komunikasi yang lebih intens melalui berbagai media yang didukung oleh kemajuan teknologi informasi; tetapi masih membatasi diri dengan batas-batas tertentu, misalnya sebatas pegangan tangan, sebatas berboncengan dan jalan-jalan pada saat malam Minggu dan sebagainya. • Longgar memegang norma agama maupun sosial, yaitu mahasiswa Muslim yang tidak mengharamkan pacaran bagi dirinya, dan melakukan aktifitas pacaran seperti mahasiswa pada umumnya, dating, kissing, dan petting. Status sebagai mahasiswa di perguruan tinggi Islam tidak begitu membedakan perilaku berpacaran mereka. Tradisi pacaran mengalami akselarasi. Kecanggihan teknologi informasi, terutama media komunikasi seperti SMS, MMS, telepon, atau berbagai media sosial seperti facebook dan BBM mendukung percepatan tiap tahapan, proses dan dinamika berpacaran. Pada tahap awal, dari mulai perkenalan, pedakate hingga mengungkapkan perasaan, media komunikasi dan media sosial sangat memegang peran penting dalam menunjukkan perhatian, mengatur janji ketemu dan sebagainya. Pada tahap perkembangan hubungan, media komunikasi dan media sosial sangat berpengaruh dalam mengontrol hubungan, menjaga komunikasi, menyelesaikan masalah bahkan memicu munculnya masalah terhadap mahasisa Muslim yang sedang dalam berpacaran, seperti status yang ditulis pacar, mengupload dan mempublish foto ‘mesra’ dengan pacar, dan menunujukkan status hubungan dengan public (in relasionship) secara terbuka melalui status sosial, saling tukar password akun dan sebagainya. Bahkan, sampai pada tahap hubungan mulai memburuk, hingga putus hubungan media komunikasi dan media sosial memiliki peranperan popular yang memiliki makna umum yang sudah berlaku dalam menggambarkan situasi ketika putus hubungan dengan pacar. Misalnya mereject panggilan HP, tidak membalas SMS atau messagger, memblokir akun pacar, mengganti status hubungan Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
267
dengan public (in relasionship) dari berpacaran dengan menjadi hubungan rumit atau membujang mengganti password akun yang sudah diketahui pacar, menghapus foto pacar dari album di akun dan sebagainya. Jelasnya, tradisi berpacaran di kalangan mahasiswa Muslim merupakan tantangan yang luar biasa berat dalam mempertahankan nilai Iman, nilai sosial bahkan nilai kesucian hati dan diri untuk menempuh proses pencarian pasangan hidup hingga ke jenjang pernikahan atau hubungan yang dihalalkan agama. Di satu sisi mahasiswa dihadapkan pada kenyataan menerima naluri ketertarikan pada lawan jenis baik melalui eventevent yang mempertemukan mereka atau melalui berbagai media komunikasi dan media sosial yang sangat menawarkan keterbukaan yang tidak mengenal batas. Di sisi lainnya, mahasiswa Muslim ditantang untuk kemampuan mempertahankan nilai Islam yang telah mengatur hubungan antar lawan jenis di tengah-tengah suasana keterbukaan di masa kini, yang kesempatan tidak saja dapat dimanfaatkan bahkan dapat direncanakan dan diciptakan dalam waktu yang sangat cepat.
Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
268
Daftar Pustaka Al-Buchori, Jefri. 2006. Sekuntum Mawar Untuk remaja: Pesan Islam untuk Pergaulan Remaja, Jakarta: Al-Mawardi Abbas, Ahmad Sudirman. 2006. Problematika Pernikahan dan Solusinya, (Wakaf Dana Alumni, PT. Prima Heza Lestari. Hal. 42-52 dalam Romaeti, Op.cit.Hal.23. Agus Fakhriddin, Pacaran, (http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/19760 8172005011-AGUS_ FAKHRUDDIN/Pacaran.pdf, diakses pada 18 November 2015) Agus,
Tahapan Pacaran (http://aluviku.blogspot.com/2012/12/tahapanpacaran.html, diakses 19 Desember 2014) dalam Taqiyyah, Op.Cit.
Al Mukaffi, Abdurrahman. 1999 . Pacaran Dalam Kaca Mata Islam, Jakarta: Media Da‟wah Alif, Proses Pacaran (Link: https://alifm.wordpress.com/prosespacaran/ diakses pada 18 November 2015). Anonim, Cara Pacaran yang Sehat, (link: http://www.top10indo.com/2013/06/10-cara-pacaranyang-sehat.html, diakses 18 Desember 2014) dalam Taqiyyah, Op.cit. Artmanda W, Frista. 2009. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jombang: PT. Lintas Media Jombang Bretherton, Inge. 1992. “The Origins of Attachment Theory: John Bowlby and Mary Ainsworth,” dalam Developmental Psychology (1992), 28, hal 759-775 Colllin, Nancy L and Feeney, Broke C. 2004. “An Attachment Theory Perspective on Closeness and Intimacy,” in D.
Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
269
Mashek and A. Aron. Eds. 2004. Handbook of Closeness and Intimacy. Maliwah, NJ: Erlbaum Fachri, 2012. Pengaruh Pacaran Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XII SMA Nasional I, Online di http://bhegrezfack.blogspot.co.id/2012/03/pengaruhpacaran-terhadap-motivasi.html, diposting pada Kamis, 29 Maret 2012, terakhir diakses pada 18 November 2015 Furman, W. t.t. “The Development of Romantic Relationships in Adolescence,” Online di www.catdir.loc.gov/catdir/samples/cam032/98032339.pdf Ghazali, Abdul Rohman. 2006. Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana Hafizh, Pacaran Sehat ala Kemendikbud, (link: http://www.suaraislam.com/read/index/12382/-Pacaran-Sehat-AlaKemdikbud-, diakses 18 Desember 2014). Karen, Robert. 1990, “Becoming Attached.” Dalam The Atlantic Monthly (Februari 1990). Online di www.psychology.sunysb.edu/attachment/online/karen.pdf Mashek, Debra J and Aron, Arthur. 2004. Handbook of Closeness and Intimacy, London: Lawrence Erlbaun Associates Publishers. www.gbv.de/dms/mpib-toc/374525234.pdf. Diakses online tgl 10 Juni 2015 McAnulty, Richard D. and Brineman, Jocelyn M. t.t. “Infidelity in Dating Relationships,” Online di www. psycdweeb.weebly.com/uploads/.../infidelity_in_dating_relationship s.pdf. Diakses 9 Juni 2015 Mujahid, Pacaran dalam Pandangan Islam (link: http://rahayaan.blogspot.co.id/2009/06/pacaran-dalampandangan-islam.html, diakses pada 18 November 2015) Mujib, Abdul. 2004. Risalah Cinta, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
270
Peplau, Letitia Anne. 1997. “Sexual Intimacy in Dating Relationships,” dalam Journal of Social Issues, volume 33 No 2, 1997. Online di www.peplaulab.ucla.edu/Peplau_Lab/.../Peplau_Rubin_Hill_77 .pdf Pietromonaco, Paula R. and Beck, Lindsey A.. “Attachment Processes in Adult Romantic Relationships.” dalam J. A. Simpson & J. Dovidio (Eds.) Handbook of interpersonal relations and group processes.Washington, DC: American Psychological Association. Online di www.socialpsychology.org/.../pietromonacoandbeckchapterinpress.pdf Reiss dalam Duvall dan Miller. 1985. Dalam Rezha, Muhammad. Perilaku Seksual Pada Remaja Putri Yang Berpacaran, Romaeti, Siti. 2011. Dampak Pacaran Terhadap Moralitas Remaja Menurut Ustadz Jefri al-Bukhari (Skripsi), Jurusan PAI, FTIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Salym, Nur. Penelitian Terhadap Pacaran di Sebuah Kampus (link: http://dakwah13.blogspot.co.id/2013/09/ penelitianterhadap-pacaran-di-sebuah.html, diposting pada Jumat, 27 September 2013, terakhir diakses pada 18 November 2015). Slamet, Pacaran Sehat, Apa itu Pacaran Sehat (Link: http://forum.detik.com/pacaran-sehat-apa-itu-pacaransehat-t369946.html, diakses 18 Desember 2014) dalam Taqiyyah, Op.Cit. Suarsa, Adi Irsan, Pacaran dan Pernikahan dalam Hukum Islam (Makalah), Fisip, Unsyiah Kuala Darussalam, Banda Aceh (2010/2011). Tambunan, Nestro Rico. 1995. Remaja Mandiri, Jilid 2, Jakarta: Arcan.
Edisi 16, Juli 2016
Jurnal Penelitian: Medan Agama
271
Taqiyyah, Atikah Ayu. “Dampak Trend Pacaran Pada Kalangan Remaja Masa Kini, (Makalah Pengantar Sosiologi)”, Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Airlangga Surabaya (link: Widiastuti, Putri. Penelitian Pacaran, STIKOM Banyuwangi (link: https://sangwidy.wordpress.com/webdesign/penelitian/penelitian-pacaran/ terakhir diakses 18 November 2015) Zuliliyan, Ciri-ciri Pacaran Tidak Sehat. (link: http://zulliyan.blogspot.com/2010/09/ciri-ciri-pacarantidak-sehat.html, diakses 18 Desember 2014)
Edisi 16, Juli 2016