1.
Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu
2.
Efikasi Diri Pencegahan Perilaku Berisiko HIV pada Kalangan Mahasiswa Muslim
3.
Kajian Resiliensi Mahasiswa Fakultas Keperawatan Terhadap Capaian Indeks Prestasi Akademik di Universitas Padjadjaran
4.
Persepsi Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Terhadap Penyakitnya di Wilayah Kerja Puskesmas Talaga Bodas Bandung
5.
Death Anxiety pada Pasien Sindrom Koroner Akut di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
6.
Pengalaman Penderita Diabetes Mellitus Tipe II dengan Hiperkolesterolimia Setelah Mengkonsumsi Virgin Coconut Oil
7.
Gambaran Strategi Koping pada Pasien dengan Sindrom Koroner Akut
8.
Analisis Pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP) di Ruang Zaitun II Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat
9.
Hubungan Stadium Penyakit dengan Konsep Diri Pasien Kanker Payudara di Kota Bogor
10.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Rematik pada Lansia di Puskesmas Cicalengka Kabupaten Bandung
Janu Purwono, Rita Sari
Angga Wilandika, Kusman Ibrahim
Ayu Prawesti, Etika Emaliyawati, Titin Sutini
Salami
Ratu Irbath Khoirun Nisa, Aan Nur’aeni, Efri Widianti
Elina Nurfitria, Reynie P. Raya
Sundari Rakhman, Efri Widianti, Aan Nur’aeni
Dewi Mustikaningsih
Nieniek Ritianingsih, Farial Nurhayati
Ridwan Setiawan, Tjutju Rumijati
Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016
DEWAN REDAKSI
JURNAL KEPERAWATAN ‘AISYIYAH (JKA) Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016 Pelindung: Ketua STIKes ‘Aisyiyah Bandung
Penanggung Jawab: Santy Sanusi, S.Kep.Ners., M.Kep. Ketua: Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO.
Sekretaris/Setting/Layout: Aef Herosandiana, S.T., M.Kom. Bendahara: Riza Garini, A.Md.
Penyunting/Editor : Perla Yualita, S.Pd., M.Pd. Triana Dewi S, S.Kp., M.Kep
Pemasaran dan Sirkulasi : Nandang JN., S.Kp., M.Kep.,Ns., Sp.Kep., Kom.
Mitra Bestari : Dewi Irawati, MA., Ph.D. Suryani, S.Kp., MHSc., Ph.D. DR. Kusnanto, S.Kp., M.Kes. Iyus Yosep, S.Kp., M.Si., MN. Irna Nursanti, M.Kep., Sp. Mat. Erna Rochmawati, SKp., MNSc., M.Med.Ed. PhD. Mohammad Afandi, S.Kep., Ns., MAN.
Alamat Redaksi: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269 E-mail:
[email protected]
DAFTAR ISI
1.
Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu
2.
Efikasi Diri Pencegahan Perilaku Berisiko HIV pada Kalangan Mahasiswa Muslim
3.
Kajian Resiliensi Mahasiswa Fakultas Keperawatan Terhadap Capaian Indeks Prestasi Akademik di Universitas Padjadjaran
4.
Persepsi Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Terhadap Penyakitnya di Wilayah Kerja Puskesmas Talaga Bodas Bandung
5.
Death Anxiety pada Pasien Sindrom Koroner Akut di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
6.
Pengalaman Penderita Diabetes Mellitus Tipe II dengan Hiperkolesterolimia Setelah Mengkonsumsi Virgin Coconut Oil
7.
Gambaran Strategi Koping pada Pasien dengan Sindrom Koroner Akut
8.
Analisis Pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP) di Ruang Zaitun II Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat
9.
Hubungan Stadium Penyakit dengan Konsep Diri Pasien Kanker Payudara di Kota Bogor
Janu Purwono, Rita Sari ...................................................................................................................
1-9
Angga Wilandika, Kusman Ibrahim ............................................................................................
11 - 21
Ayu Prawesti, Etika Emaliyawati, Titin Sutini ........................................................................
23 - 33
Salami ..........................................................................................................................................................
35 - 43
Ratu Irbath Khoirun Nisa, Aan Nur’aeni, Efri Widianti ...............................................
45 - 56
Elina Nurfitria, Reynie P. Raya .....................................................................................................
57 - 65
Sundari Rakhman, Efri Widianti, Aan Nur’aeni .............................................................
67 - 78
Dewi Mustikaningsih ...........................................................................................................................
79 - 86
Nieniek Ritianingsih, Farial Nurhayati .....................................................................................
87 - 96
Ridwan Setiawan, Tjutju Rumijati .............................................................................................
97 -104
10. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Rematik pada Lansia di Puskesmas Cicalengka Kabupaten Bandung
JKA.2016;3(2): 23-33
ARTIKEL PENELITIAN
KAJIAN RESILIENSI MAHASISWA FAKULTAS KEPERAWATAN TERHADAP CAPAIAN INDEKS PRESTASI AKADEMIK DI UNIVERSITAS PADJADJARAN
ABSTRAK
Ayu Prawesti, Etika Emaliyawati, Titin Sutini
Resiliensi merupakan suatu bentuk kemampuan ketahanan diri untuk mencapai kesuksesan. Resiliensi merupakan salah satu faktor yang membantu untuk mencapai prestasi akademis. Ass-Brailsford (2005) memaparkan bahwa siswa yang mencapai keberhasilan akademik dengan nilai resiliensi yang tinggi. Diperlukan penelitian untuk mengetahui adakah korelasi anatara resiliensi dengan capaian indeks prestasi akademik.Tujuan khusus : (1) mengetahui gambaran resiliensi mahasiswa keperawatan (2) mengetahui perbedaan resiliensi berdasarkan karakteristik jenis kelamin, lama pendidikan dan tingkat pendidikan (3) mengetahui korelasi antara resiliensi dengan nilai prestasi akademik. Penelitian merupakan deskriptif korelasional, dengan rancangan cross sectional. Instrumen penelitian menggunakan“Resilience Scale for Early Adolescents” yang dikembangkan oleh Hülya Şahin Baltaci dan Zeynep Karataş (2014). Populasi penelitian adalah mahasiswa keperawatan jenjang S1, Profesi dan S2 .di Fakultas Keperawatan ,UNPAD. Teknik pengambilan sampel total sampling. Analisa data menggunakan rumus rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan ipk mahasiswa keperawatan dengan median 3,14.Ipk program sarjana me 3,09, Ipk profesi me 3,3 dan Ipk program magister me 3,33. Gambaran resiliensi secara umum seluruh mahasiswa keperawatan menunjukkan kategori sedang dan tinggi dengan me 2,71(max 3) dengan nilai resiliensi tertinggi pada aspek individual dengan mean me 2,72, terendah aspek context dengan me 2,59. Resiliensi tertinggi pada mahasiswa program magister dengan me 2,78 dan terendah pada mahasiswa sarjana angkatan 2015 dengan me 2,57. Hasil uji korelasi terdapat hubungan antara resiliensi mahasiswa dengan capaian indeks prestasi akademik dengan p <0,001. Tingkat resiliensi mempengaruhi capaian indeks prestasi akademik. Oleh sebab itu menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif adalah penting untuk meningkatkan resiliensi mahasiswa. Kata kunci : indeks prestasi akademik , mahasiswa , resiliensi Abstract
Resilience is a fom of self resistance ability to achieve success. Resilience is one of the factors that helps to achieve academic achievement. Ass-Brailford (2005) explained that students who achieve academic achievement have high resilience level. Research is needed to find out whether there is a correlation between resilience and academic achievement indices. Specific objectives: (1) to describe nursing students resilience, (2) to investigate difference of resilience based on sex, education level and duration, (3) to find out the correlation between resilience and academic achievement level. The research is descriptive correlational, with cross sectional design. The research instrument used “Resilience Scale for Early Adolescents” developed by Hülya Şahin Baltaci and Zeynep Karataş (2014). The research population were S1 (Bachelor), Profession and S2 (Master) nursing students at the Nursing Faculty, Pandjadjaran University. The sampling technique was total sampling. Data analysis used the Rank Spearman formula. The results showed that Cumulative Achievement Index (IPK) of nursing students was 3.14. IPK of the Bachelor was 3.09, IPK of the Profession was 3.3, and the IPK of the Master was 3.33. Description of resilience in general for all nusing students showed a medium to high level with me 2.71 (maximum 3), with the highest on individual aspect with mean me 2.72, and the lowest in context aspect with me 2.59. The highest resilience was achieved by Master students with me 2.78 and the lowest by Bachelor student year 2015 with me 2.57. The results of correlation test showed a relationship between student resilience and academic achievement indices with
23
24
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
p<0.001. Resilience level affects academic achievement indices. Therefore, creating a good educational environment is important to improve students resilience. Keywords: academic achievement indices, students, resilience Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
LATAR BELAKANG
Resiliensi adalah kemampuan untuk menangani situasi yang merugikan dengan kegigihan dan harapan; kebijaksanaan, karakter, dan kekuatan yang muncul ketika menjalani suatu proses (Latty goodwin,2004). Konsep resiliensi, berasal dari kata Latin “resiliens”, yang berarti elastisitas suatu substansi dan kemampuan untuk kembali ke bentuk aslinya (Greene, 2002). Resiliensi juga merupakan suatu konsep umum berkaitan dengan bagaimana seorang anak mengatasi stres dan bagaimana ia bertahan terhadap traumanya. Resiliensi juga berkaitan dengan karakteristik perkembangan positif, seperti adaptasi dan kompetensi, melihat ke masa depan dan harapan (Murphy, 1987). Resiliensi umumnya dijelaskan dalam sastra sebagai kemampuan untuk beradaptasi atau mengatasi kesulitan ekstrim atau stres (Garmezy, 1991; Masten, 2001; Best, Good & Garmezy, 1990, dikutip dalam Hand, 2008). Resiliesi mengacu pada kemampuan untuk bangkit kembali dan mengatasi stres atau adaptasi sukses dengan menantang dan mengancam keadaan / lingkungan. Resiliensi membantu untuk berhasil secara akademis meskipun banyak mendapatkan hambatan untuk berhasil (Benard, 1991). Resiliensi membantu siswa untuk berhasil menangani kemunduran akademis, stres, dan tekanan selama proses pembelajaran (Muhammad S., Hafiz, Naemullah ett all, 2010). Resiliensi adalah naluri bertahan hidup yang didapatkan secara alami. Pada beberapa orang, memiliki resiliensi yang tinggi. Namun ada pula yang memiliki resiliensi yang rendah. JKA | Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016
Beberapa penelitian mengidentifikasi karakteristik orang dengan resiliensi yang tinggi dan faktor-faktor dalam kehidupan mereka yang mempengaruhi resiliensi. Informasi ini memiliki implikasi yang signifikan bagi para pendidik keperawatan khususnya. Di saat kita melaksanakan peran perawat sebagai edukator di kelas, kita dapat melihat banyak tingkat resiliensi yang berbeda dilihat dari ekspresi wajah siswa kita ketika kita memberikan hasil nilai ujian yang menunjukan nilai yang rendah. Beberapa siswa telah belajar untuk menghadapi kegagalan, dan mereka tahu bagaimana memulihkan diri dengan sedikit motivasi dari kita. Beberapa siswa yag lain mungkin akan marah dan terkejut namun kemudian mereka akan mengambil inisiatif untuk mencari bantuan dari kita sebagai pendidik. Kebebrapa siswa mungkin ada yang merasa hancur,lumpuh, malu, atau penolakan. Ujian ini mungkin merupakan pengalaman pertama mereka dengan kegagalan akademis, dan mereka tidak tahu bagaimana untuk menghadapinya, atau mungkin menyebabkan suatu stres kehidupan untuk siswa tersebut. Inisiatif kita sebagai edukator siswa yang merupakan calon perawat profesional yang diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan yang paripurna secara holistik kepada klien atau pasiennya adalah dengan membuat perbedaan dalam memberikan penekanan, dan motivasi kepada siswa didiknya. Konsep resiliensi ini dapat membantu dalam meningkatkan kekuatan resiliensi siswa keperawatan. Kimberly dan Gordon (2001), menjelaskan
Kajian Resiliensi Mahasiswa Fakultas Keperawatan Terhadap Capaian Indeks Prestasi Akademik di Universitas Padjadjaran
bahwa siswa yang memiliki resiliensi yang tinggi mendapatkan IPK yang lebih baik daripada rekanrekannya yang memiliki resiliensi yang rendah dengan latar belakang sosal ekonomi yang sama.
Dass-Brailsford (2005) mempelajari sekelompok pemuda kulit hitam di Afrika Selatan yang mengalami kemiskinan, ternyata mencapai keberhasilan akademik dengan dilatarbelakangi dengan berorientasi pada tujuan, dukungan keluarga, memiliki role model, dan guru yang protektif . oleh sebab itu sebagai Pendidik , kita dapat memiliki peran sebagai pembangun, pengembangan dan penguatan resiliensi siswa keperawatan (Morrison dan Allen, 2007).
Muhammad S, et all (2010) menjelaskan bahwa tidak ada korelasi antara resiliensi akademik dengan prestasi akademik pada siswa sekolah menengah. ass-Brailsford (2005) menemukan bahwa sekelompok pemuda kulit hitam di Afrika Selatan, mencapai keberhasilan akademik dengan nilai resiliensi yang tinggi. Hasil penelitian Wagnlid dan Collins (2009), menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara resiliensi dengan prestasi akademik.. Namun, di Pakistan, Uzma (2007) tidak menemukan hubungan antara resiliensi dengan prestasi akademik mahasiswa pascasarjana di University of Sargodha. Siswa laki-laki lebih memiliki resiliensi dibandingkan dengan siswa perempuan (Muhammad S, 2010). Hasil ini bertentangan dengan Uzma (2007) yang menemukan bahwa di Pakistan, siswa perempuan lebih tangguh daripada rekan-rekan pria mereka. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi akademik adalah variabel yang sangat kompleks dan banyak variabel yang dapat mempengaruhinya . Paparan di atas menunjukkan , bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut pada sampel yang lebih besar untuk mengeksplorasi hasil secara lebih rinci sehingga dapat memberikan masukkan dalam perbaikan proses pembelajaran
25
di kampus. Penelitian menunjukkan bahwa dampak prestasi merupakan hasil dari suatu resiliensi. Hal ini dapat membantu para pendidik keperawatan untuk meningkatkan kualitas dan hasil resiliensi. Hasil dari penelitian ini dapat membantu kita memiliki pemahaman yang lebih jelas tentang hubungan antara ketahanan dan kinerja akademik.
Resiliensi adalah fenomena ekologi menurut (Greene, 2002; Jozefowicz-Simbeni & Allen-Meares, 2002; Richman ik Fraser, 2001), Hal ini tidak dapat dikembangkan tanpa kemauan. Resiliensi dapat dikembangkan melalui interaksi dalam lingkungan, termasuk didalamnya adalah keluarga, sekolah, lingkungan dan komunitas yang lebih besar. Jika faktor lingkungan dapat berkontribusi untuk resiliensi seseorang , maka faktor-faktor tersebut dapat dimodifikasi untuk meningkatkan perlindungan atau di kehidupan masyarakat. Budidaya lingkungan positif dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat dapat mencegah risiko yang negatif dalam kehidupan anak-anak (Benard, 1991; Benson, 2002).
Penelitian ini dapat membantu pendidik keperawatan , praktisi, guru, dan orang tua juga, untuk memahami pentingnya konsep resiliensi dan bagaimana cara untuk meningkatkannya. Berdasarkan pembahasan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan kajian resiliensi mahasiswa keperawatan terhadap capaian indeks prestasi akademik. Tujuan 1.
Tujuan Umum
Untuk melakukan kajian resiliensi mahasiswa keperawatan terhadap capaian indeks prestasi akademik di Fakultas Keperawatan , Universitas Padjadjaran.
JKA | Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016
26
2.
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui gambaran resiliensi mahasiswa Keperawatan 2. Untuk mengetahui gamabaran indeks prestasi akademik mahasiswa
3. Untuk Mengetahui korelasi resiliensi dengan prestasi akademik mahasiswa program akademik.
METODOLOGI
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional, dengan menggunakkan rancangan cross sectional
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa keperawatan UNPAD . Sampel pada penelitian menggunakan total sampling , yaitu seluruh mahasiswa keperawatan UNPAD pada setiap angakatan dan jurusan, pada jenjang S1, Profesi dan S2 Instrumen Penelitian
Dua buah instrument yang digunakan dalam pengumpulan data, yaitu : 1. Data demografi lainnya
dan Informasi Umum
Data demografi dan informasi umum digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang jenis kelamin, tingkatan semester dan nilai IPK akademik
2. “Resilience Scale for Early Adolescents”.
Instrumen ini dikembangkan oleh Hülya
JKA | Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016
Şahin Baltaci dan Zeynep Karataş (2014). Instrumen ini mencakup empat faktor yaitu: (1) “self originated resilience” (sembilan item); (2) “family originated resilience” (tujuh item); (3) “friends originated resilience” (empat item); dan (4) “school / teacher originated resilience” (tiga item). Desain skala ini adalah jenis Likert 4 level, yaitu 1 (tidak pernah), 2 (kadang – kadang), 3 (biasanya) and 4 (selalu). Instrumen ini menunjukkan validitas struktural yaitu korelasi item – total antara 0.31 dan 0.56. Hasil uji reliabilitas menunjukkan alpha Cronbach untuk faktor pertama 0.75, 0.78 untuk faktor kedua, 0.72 untuk faktor ketiga, dan 0.73 untuk faktor keempat, serta 0.85 untuk keseluruhan instrumen. Instrumen ini dalam Bahasa Inggris, ketika akan digunakan, akan dilakukan Back Translation
Analisa Data
Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dan analitik. Untuk deskriptif, dihitung besaran median dan rentang. Untuk analitik akan digunakan uji statistik sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui gambaran resiliensi dan indeks prestasi menggunakan nilai frekuensi dan median 2. Untuk menganalisis korelasi antara resiliensi dengan prestasi akademik menggunakan spearman karena sebaran data tidak normal.
27
Kajian Resiliensi Mahasiswa Fakultas Keperawatan Terhadap Capaian Indeks Prestasi Akademik di Universitas Padjadjaran
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Hasil Uji Statistik Deskriptive Indeks Prestasi Akademik dan Resiliensi Mahasiwa Keperawatan Universitas Padjadjaran Tabel 1. Gambaran Indeks prestasi Akademik Pada Seluruh Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 (n=753) IPK
Median
Rerata
Minimum
Maksimum
Seluruh Mahasiswa
3,14
3,14
1,92
3,95
3,08
3,10
2,70
3,59
1. Sarjana (2012-2015) A 2012 A 2013 A 2014
3,09 3,20 2,97
A 2015
3,11
2. Profesi
3,30
3. Magister
3,33
Berdasarkan tabel 1. Mahasiswa yang mempunyai rerata paling besar yaitu program magister dengan nilai rereta 3,37 dan nilai rerata yang paling kecil yaitu program sarjana dengan nilai
3,08
1,92
3,21
3,92
2,11
2,93
3,92
1,92
3,12
3,43
2,30
3,31
3,67
2,89
3,37
3,95
2,85
3,87
3,08. Sedangkan nilai maksimum yang paling besar yaitu mahasiswa program profesi dengan nilai 3,95 dan nilai terendah yaitu 3,43.
Tabel 2. Gambaran Resiliensi Pada Seluruh Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 (n=753) Median
Resiliensi
Seluruh Mahasiswa
Sarjana (20122015)
A 2012
A 2013
A 2014
A 2015
Profesi
Magister
Total
2,71
2,64
2,71
2,64
2,61
2,57
2,75
2,78
2,50
2,58
2,75
2,75
2,50
2,50
3,00
3,00
1. Individual Personal Skill Peer Support Social Skill 2. Caregiver Physical Caregiver Psychological Caregiver 3. Context Spiritual Educational Cultural
2,72 2,60 2,75 2,70 2,50 2,80 2,59 2,67 2,50 2,60
2,69 2,61 2,75 2,62 2,50 2,61 2,52 2,63 2,5 2,6
2,83 3,00 2,78 2,78 3,00 2,80 2,56 2,67 2,5 2,8
2,60 2,50 2,70 2,65 2,5 2,8
2,60 2,67 2,50 2,60
2,62 2,60 2,75 2,65 2,50 2,60 2,57 2,67 2,50 2,60
2,60 2,60 2,75 2,60 2,50 2,60 2,49 2,67 2,50 2,60
2,83 3,00 2,83 2,67
2,85 2,80 3,00
2,80
3,00
2,71
2,74
2,80 2,67 2,80 2,80
2,80 3,00 2,50 2,80
JKA | Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016
28
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
Hubungan Resiliensi Mahasiswa dengan Indeks Prestasi Akademik pada Mahasiswa keperawatan Universitas Padjadjaran Tabel 3. Tabel Korelasi IPK dengan Resiliensi Pada Seluruh Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 (n=753) Variabel
R
P
Total
0,241
<0,001
0,195
<0,001
1. Individual Personal Skill Peer Support Social Skill 2. Caregiver
Physical Caregiver Psychological Caregiver
3. Context
Spiritual Educational Cultural
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan hasil analisa data yang menggunakan spearman, nilai pada hubungan anatara resiliensi dengan indeks prestasi akademik mahasiswa Keperawatan Universitas Padjadjaran secara keseluruhan yaitu <0,001 dengan koefisien korelasi 0,241. Analisa data persub variabel maka yang paling berpengaruh yaitu domain individu dengan nilai p < 0,001 dan koefisien korelasi sebesar 0,211. Adapun suba domain yang paling berpengaruh yaitu personal skill dengan nilai p <0,001 dan kekuatan korelasi 0,195 Hal ini menunjukan bahwa keduanya mempunyai hubungan yang bermakna dengan kekuatan korelasi lemah. Semakin tinggi resiliensi maka semakin tinggi Indeks prestasi akademik. Pembahasan
Analisis gambaran Resiliensi dan indeks prestasi akademik mahasiswa
JKA | Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016
0,211 0,129 0,173 0,174 0,160 0,115 0,183 0,162 0,126 0,117
N
<0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001
753
0,002
<0,001 <0,001 0,001 0,001
Berdasarkan hasil penelitian, capaian indeks prestasi akademik mahasiswa keperawatan UNPAD adalah sangat baik dengan nilai median IPK secara keseluruhan adalah 3,14. Capaian IPK tertinggi diperoleh oleh mahasiswa program magister keperawatan dengan nilai median ipk 3,33 dibandingkan dengan IPK mahasiswa program Profesi dan mahasiswa program sarjana. Mahasiswa program sarjana memiliki capaian IPK terendah dengan nilai median 3, 08.
Indeks prestasi akademik adalah angka yang menunjukkan prestasi atau keberhasilan studimahasiswa dari semester pertama sampai dengan semester terakhir yang telah ditempuh secara kumulatif. Setelah melakukan proses pembelajaran di perguruan tinggi keberhasilan mahasiwa ditandai dengan prestasi akademik yang ditunjukkan dengan indeks prestasi. Pengertian prestasi akademik adalah hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah
Kajian Resiliensi Mahasiswa Fakultas Keperawatan Terhadap Capaian Indeks Prestasi Akademik di Universitas Padjadjaran
atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian (Hadi, 2012). Banyak hal yang mempengaruhi prestasi akademik, yang meliputi faktor internal dan eksternal (Safitri et.al. 2013). Setiap mahasiswa, berusaha untuk mendapatkan IPK setinggi-tingginya, karena itu merupakan salah satu dasar untuk memperoleh pekerjaan dan masa depan yang lebih baik. Berkaitan dengan upaya untuk mencapai IPK yang tinggi, mahasiswa seringkali mengalami stress akademik.
Stress akademik adalah hasil dari kombinasi berbagai hal yang berhubungan dengan tuntutan akademik yang melebihi kapasitas adaptasi individu (Wilk dalam Calagus, 2011). Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa stres akademik disebabkan oleh sistem semester, ruang kuliah yang padat, sumber daya yang tidak adekuat untuk menyelesaikan tugas akademik (Angolla & Ongori dalam Calaguas, 2011), tugas yang terus menerus ketakutan dalam menghadapi ujian, sistem ujian dan ekspetasi diri yang tinggi (Clift & Thomas, Kohlon, Berg & Keinan dalam Kadapatti & Vijayalaxmi,2012). Mahasiswa yang mengalami tekanan akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah, mudah memiliki emosi negatif dan cenderung berfikir pendek sehingga kondisi yang menekan tersebut akan lebih mudah memicu stres. Untuk menghindari kejadian tersebut, mahasiswa harus mampu dalam menghadapi semua masalah yang dihadapinya. Goldstein dan Brooks (2005), menyatakan bahwa setiap individu mampu mengembangkan kerangka berpikir untuk menjadi resilient. Individu yang resilient adalah individu yang memiliki resiliensi yang baik. Analisis Gambaran Keperawatan UNPAD
Resiliensi
Mahasiswa
Kemampuan dalam bentuk ketahanan yang dimiliki seorang mahasiswa keperawatan
29
dapat dilihat sebagai mekanisme resiliensi yang dapat menjadikan mahasiswa berkembang dalam menghadapi kesulitan. Dengan meningkatkannya resiliensi juga merupakan kemampuan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran, dan pertahanan individu. Resiliensi merupakan kemampuan individu untuk bertahan dengan mengatasinya kesulitan, rasa frustasi, ataupun permasalahan yang dialami individu secara sadar untuk mengubah pola pikir, sehingga dapat berkembang, menempatkan diri dengan baik dan juga tidak putus asa terhadap pengalaman yang tidak menyenangkan selama kehidupannya (Janas, et al., 2002 dalam Dewi & Vonny Djonaina, 2005). Martin Ashley mengartikan resiliensi akademik sebagai kemampuan untuk mempertahankan motivasi berprestasi dan kinerja yang tinggi meskipun seseorang tersebut diterpa berbagai peristiwa termasuk kondisi yang bisa menimbulkan stres hingga menempatkan seorang pembelajar pada posisi yang berisiko untuk melakukan hal yang buruk.
Mc.Gillin (2003) menunjukkan bahwa lebih dari 15 tahun penelitian di bidang kesehatan mental fokus pada suatu grup individu yang diberi label “resilien”, dalam pendidikan tinggi, individu yang resilien adalah individu yang sukses dalam hal akademik serta dalam menghadapi stres, walaupun mereka dihadapkan pada faktor resiko. Master, Best, dan Garmezy (1990) menunjukkan tiga definisi dari seorang individu yang dikatakan resilien, yaitu: pertama, individu yang berhasil keluar dari rintangan; kedua, individu yang berhasil mengatur kesehatan walaupun berhadapan dengan tingkat stres yang tinggi; ketiga, individu yang pulih dari spesifik trauma (dalam Mc.Gillin, 2003). Gambaran resiliensi secara umum seluruh mahasiswa keperawatan menunjukkan kategori sedang dan tinggi dengan rata-rata 2,65 (me 2,71) dengan nilai resiliensi tertinggi
JKA | Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016
30
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
pada aspek individual dengan mean 2,67 (me 2,72), terendah aspek context dengan mean 2,58 (me 2,59). Gambaran resiliensi tertinggi pada mahasiswa program magister dengan rata-rata 2,76 (me 2,78) dan terendah pada mahasiswa sarjana angkatan 2015 dengan rata-rata 2,58 (me 2,57). Hasil penelitian menggambarkan bahwa mahasiswa sarjana anakatan 2015 memiliki nilai resiliensi terendah dibandingkan dengan kakak kelas atau kaka tingkatnya. Hal ini memunjukkan bahwa usia, dan lamanya waktu seseorang menjalani suatu proses tahapan pendidikan dan kehidupan berkontribusi pada tinggi rendahnya resiliensi. Berdasarkan teori dari Gotberg (1999), usia merupakan faktor yang menunjang kualitas resiliensi seseorang. Semakin tua usia seseorang maka resiliensi yang dimilikinya semakin tinggi. Pada mahasiswa tingkat awal, akan mengalami banyak tantangan pada saat masuk bangku perkuliahan, sehingga tekanan yang dihadapi pun semakin tinggi, dan mahasiswa baru belajar beradaptasi menghadapi rintanganrintangan, sehingga kecenderungan memiliki resiliensi yang rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Henderson 2003 yang mengatakan bahwa eesiliensi ini merupakan sebuah karakteristik yang memiliki perbedaan perbedaan pada setiap orang dan dapat semakin meningkat ataupun menurun seiring berjalannya waktu (Henderson,2003). Kualitas resiliensi tidak sama pada setiap individu, sebab kualitas resiliensi ditentukan oleh usia, dan lamanya waktu seseorang menjalani kehidupannya sebagai seorang mahasiswa (Grotberg, 1999). Tingkat resiliensi yang dominan tinggi menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan Universitas Padjadjaran telah secara optimal mengatasi, melalui, dan kembali pada kondisi semula setelah mengalami kesulitan dalam hidupnya. Menurut Connor dan Davidson (2003) ada beberapa karakteristik individu JKA | Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016
dengan resiliensi yang tinggi seperti: memiliki harapan positif dengan nilai spiritual yang tinggi, optimisme, rasa syukur, tingkat depresi yang rendah, selera humor yang tinggi, memiliki keinginan untuk melakukan aktifitas fisik, dan mampu memaknai tujuan hidup. Faktor adanya dukungan sosial menjadikan individu memiliki resiliensi yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa keperawatan Universitas Padjadjaran memiliki nilai tinggi pada subvariabel individual dengan nilai median 2,72. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan memiliki sumber kekuatan resiliensi yang berasal dari dalam diri sendiri, diantaranya adalah perasaan dicintai dan perilaku yang menarik, mencintai, empati, dan altruistik, bangga pada diri sendiri, otonomi dan tanggung jawab, juga memiliki harapan, keyakinan, dan kepercayaan (Grotberg 1995).
Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa angkatan 2015 merupakan angkatan dengan jumlah mahasiswa terendah yang memiliki nilai tinggi pada subvariabel individual. Rendahnya nilai resiliensi pada mahasiswa angkatan 2015 tidak bisa sepenuhnya dikatakan bahwa angkatan 2015 tidak memiliki sumber kekuatan resiliensi pada dirinya, melainkan hal ini bisa terjadi karena mahasiswa angkatan 2015 adalah mahasiswa baru yang sedang mengalami banyak perubahan dalam dirinya, seperti yang dikatakan Gunarsa (1995) bahwa mahasiswa memiliki tantangan tersendiri dalam hidup, ketika individu masuk dalam dunia kuliah, individu menghadapi berbagai perubahan, mulai dari perubahan karena perbedaan sifat pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi, perbedaan dalam hubungan sosial, pemilihan bidang studi atau jurusan, dan masalah ekonomi. Selain menghadapi perubahan di atas, mahasiswa baru juga akan menghadapi tekanan akibat proses akulturasi
Kajian Resiliensi Mahasiswa Fakultas Keperawatan Terhadap Capaian Indeks Prestasi Akademik di Universitas Padjadjaran
dengan budaya baru di tempat ia menuntut ilmu. Mahasiswa harus menghadapi perubahan budaya, perubahan gaya hidup, perubahan lingkungan dan mahasiswa dituntut untuk mampu mengatasinya dengan baik agar kelangsungan pendidikan juga berjalan dengan baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa angkatan 2015 berada di nilai terendah pada aspek peer support . Hal ini bisa disebabkan karena mahasiswa angkatan 2015 berada pada kondisi baru menjalin pertemanan dengan mahasiswa lainnya. Oktaviana (2012) mengatakan bahwa dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang memiliki hubungan yang berarti bagi individu seperti keluarga, teman dekat, pasangan hidup, rekan kerja, tetangga dan saudara. Rahmawan (2010) menyebutkan bahwa teman dekat merupakan sumber dukungan sosial yang utama bagi remaja karena dapat memberikan rasa senang dan dukungan selama mengalami suatu permasalahan. Sehingga dapat kita ketahui bahwa mahasiswa angkatan 2015 belum menyatu dan memiliki dukungan yang baik dari kelompok disekitarnya. Maka dapat diartikan bahwa angkatan 2015 berpeluang besar memiliki tingkat resiliensi yang rendah. Karena itu, untuk mahasiswa angkatan 2015 memerlukan perhatian dan dorongan dari luar yang lebih tinggi dibandingkan angkatan lainnya. Namun, rendahnya sumber pada individual tidak selamanya menghasilkan resiliensi yang rendah selama adanya dukungan sumber-sumber resiliensi lainnya.
Pada penelitian ini domain resiliensi terendah terdapat pada domaina resiliensi contekstual dengan nilai mediannya adalah 2,59. Pada domain kontekstual subdomain educational memiliki nilai median terendah yaitu 2,5 dengan item pernyataan nilai terendah yaitu “ merasa seperti dirumah ketika berada disekolah/ institusi pendidikan “ . Hal ini menunujukkan
31
bahwa mahasiswa keperawatan merasa fakultas keperawatan Universitas Padjadjaran belum memberikan kenyamanan bagi mahasiswanya. Hal ini sangat mempengaruhi resiliensi mahasiswa karena hal ini bisa menjadi faktor penghambat proses berkembangnya mahasiswa secara optimal, karena secara tidak langsung lingkungan yang tidak nyaman akan memunculkan tekanan. Namun, pada sisi yang berbeda dapat dilihat bahwa lingkungan yang tidak nyaman ini bisa menjadi suatu proses untuk menghasilkan mahasiswa yang resilien jika mereka mampu, tapi bisa berdampak negatif pada mahasiswa yang tidak mampu untuk bangkit dari tekanan lingkungannya.
Resiliensi akademik lebih berfokus kepada pendidik dan peserta didik, yang berada di institusi pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi. Menurut Rirkin dan Hoopman (dalam Henderson, 2003), berhubungan dengan pengembangan resiliensi dalam lingkup belajar, resiliensi akademik didefinisikan sebagai kapasitas individu untuk bangkit, pulih, dan berhasil beradaptasi dalam kesulitan, dan mengembangkan kompetensi sosial, akademik dan keterampilan terlepas dari tingkat stres yang dihadapinya. Resiliensi ini dapat diterapkan dalam setiap orang, dan ini merupakan sebuah proses dalam hidup (Richardson, 2003). Analisis Hubungan Resiliensi dengan capaian indeks prestasi akademik
Berdasarkan hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan antara resiliensi mahasiswa dengan capaian indeks prestasi akademik mahasiwa dengan p <0,001 hal ini menunjukkan bahwa tingkat resiliensi mempengaruhi capaian indeks prestasi akademik.
Menurut Reivich & Shatte (2002) resiliensi menekankan bahwa perguruan tinggi merupakan lingkungan yang penting dalam mengembangkan kemampuan individu untuk bangkit dari kesulitan, beradaptasi terhadap tekanan dan masalahJKA | Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016
32
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
masalah yang dihadapi, dan juga mengembangkan kompetensi-kompetensi sosial, akademik dan keterampilan, yang sangat diperlukan dalam hidup. Berdasarkan penelitian para ahli telah menunjukkan bahwa perguruan tinggi, keluarga dan juga komunitas dapat mempengaruhi faktorfaktor protektif lingkungan dan kondisi-kondisi yang mengembangkan faktor protektif individual. Beberapa studi menjelaskan terdapat hubungan antara dukungan sosial dan stress akademik pada berbagai lingkungan akademik dan pada populasi mahsiswa perguruan tinggi. Heiman (2006) memaparkan bahwa social akademik sangat berkontribusi terhadap kemampuan siswa dalam menjalankan proses pembelajaran. Dolbier (2008) juga memaparkan bahwa lingkungan akademik dapat menimbukan stres bagi siswa perguruan tinggi pada jenjang sarjana, ataupun pasca sarjana yang dapat berdampak terhadap luaran capaian belajar siswa dan berdampak terhadap kemampuan adaptasi siswa. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan lingkungan pendidikan khususnya di fakultas keperawatan UNPAD dapat menciptakan lingkungan yang dapat memfasilitasi dan mendukung siswa untuk meningkatkan kemampuan beradaptasinya dan meningkatkan kemampuan belajarnya. Interaksi sosial yang kondusif antara dosen, tenaga kependidikan dan siswa serta model pembelajaran yang interaktif berdasarkan proses evaluasi yang dilakukan secara periodik dapat membantu meningkatkan resiliensi dan capaian IPK siswa. Dukungan sosial pada aspek fisik maupun mental pada siswa didik sangat berdampak terhadap tingkat depresi siswa, dan akan mengurangi fase negatif dalam menjalani proses pendidikan. SIMPULAN DAN SARAN
Penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara resiliensi mahasiswa dengan capaian indeks prestasi akademik mahasiwa dengan p <0,001 hal ini menunjukkan bahwa JKA | Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016
tingkat resiliensi mempengaruhi capaian indeks prestasi akademik.
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan civitas akademik dapat meningkatkan resiliensi mahasiswa keperawatan dengan meningkatkan atau mengoptimalkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiliensi mahasiswa terutama pada aspek resiliensi kontekstual dan care giver. DAFTAR PUSTAKA
Ahern, N. R., Kiehl, E. M., Sole, M. L., & Byers, J. (2006). A review of instruments measuring resilience. Issues in Comprehensive Paediatric Nursing, 29(2), 103-125.
Bryan, J. (2005). Fostering educational resilience and academic achievement in urban schools through school-family-community partnerships. Professional School Counselling, 8(3), 219-227.
Benard, B. (1991). Fostering resiliency in kids: Protective factors in the family, school, and community. available online at: http://www.hopeworks.org/formation/ documents/FosteringResiliency.pdf (accessed 19January 2010)
Dass-Brailsford, P. (2005). An exploration in resiliency: Academic achievement among disadvantaged Black youth in South Africa. South African Journal of Psychology, 35(3), 571-594.
Dolbier,C.L & Steinhardt.,M.A (2008). The development and validation of the sense of support scale. Behavioral medicine,25(4), 169-179.
Driscoll A. K. (Undated). Academic Resilience among Low SES High School Students. Davis. University of California. Available on line at: http://paa2006.princeton.edu/ download.aspx?submissionId=61572
Kajian Resiliensi Mahasiswa Fakultas Keperawatan Terhadap Capaian Indeks Prestasi Akademik di Universitas Padjadjaran
(accessed 18 January 2010)
E. Wilks, Scott. 2008. Resilience amid academic stress: the moderating impact of social support among social work students. Friborg, O., Hjemdal, O.,Rosenvinge, J.H., and Martinussen, M.(2003)A New rating Scale for Adult resilience: what are the central protective resources behind healthy adjustment?. International journal of methods in psychiatric research, 12(2), 6576. Goodwin L, Munt Jane (2004), Resilience., Learning Development Center., vol 5 No 3.
Henderson, N., & M, M. (2003). Resiliency in Schools: Making It Happen for Students and Educators. Corwin Press Heiman, T (2006). Social support networks, stress, sense of coherence and academic stress of university students with learning disabilities. Sicial psycology of education, 9, 461-478. Henderson & Milstein. 2002. Resili-ency in School. Making It Happen for Students and Educators. California: Corwin Press, Inc.
Henderson, N., & M, M. 2003. Resiliency in Schools: Making It Happen for Students and Educators. Corwin Press Hidayat, A. A. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta; Salemba Medika.
Sahin H, Karatas (2014)., Validity and Reliability of the Resilience Scale for Early Adolescents. Sciencedirect, Elvesier 458 – 464. Kimberly A and Gordon ROUSE (2001) Resilient students’ goals and motivation. Journal of
33
Adolescence. 24( 4) 461-472
Lundman, B., Strandberg, G. Eisemann, M., Gustafson, Y. and Brulin, C.(2007) Psychometric propertiesof the Swedish version of the Resilience Scale. Scandinavian journal of Caring Sciences. 21(2) , 229–237 M.D, K. M., & Jonathan R.T. Davidson, M. (2003). Development of A New Resilience Scale: The Connor-Davidson Resilience Scale (CDRISC). Wiley-Liss, INC, 76-82.
Muhammad S,Hafiz, naemullah .,ett all (2010), Resilience And Academic Achievement Of Male And Female Secondary Level Students In Pakistan. Journal of college teaching & Learning., Vol 7 number 8. Morrison, G. M., and Allen, M. R.(2007) Promoting Student Resilience in School Contexts. Theory intoPractice, 46(2) 162–169
McLaren, S.and Challis, C. (2009). Resiliency among men farmers: The protective roles of social supportand sense of belonging in the depression-suicidal ideation relation. Death Studies, 33(3), 262-276
Uzma (2007). Relationship between academic resilience and academic achievement of Postgraduate students of University of Sargodha. Unpublished master’s thesis. Sargodha, University of Sargodha
Wagnlid,G.M., Collins, J.A.(2009) Assessing Resilience. Journal of Psychosocial Nursing and MentalHealth Services, 47(12): available on line at: http://www.jpnonline. com/view.asp?r (accessed on 18 January 2010)
JKA | Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016