1.
Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu
2.
Efikasi Diri Pencegahan Perilaku Berisiko HIV pada Kalangan Mahasiswa Muslim
3.
Kajian Resiliensi Mahasiswa Fakultas Keperawatan Terhadap Capaian Indeks Prestasi Akademik di Universitas Padjadjaran
4.
Persepsi Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Terhadap Penyakitnya di Wilayah Kerja Puskesmas Talaga Bodas Bandung
5.
Death Anxiety pada Pasien Sindrom Koroner Akut di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
6.
Pengalaman Penderita Diabetes Mellitus Tipe II dengan Hiperkolesterolimia Setelah Mengkonsumsi Virgin Coconut Oil
7.
Gambaran Strategi Koping pada Pasien dengan Sindrom Koroner Akut
8.
Analisis Pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP) di Ruang Zaitun II Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat
9.
Hubungan Stadium Penyakit dengan Konsep Diri Pasien Kanker Payudara di Kota Bogor
10.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Rematik pada Lansia di Puskesmas Cicalengka Kabupaten Bandung
Janu Purwono, Rita Sari
Angga Wilandika, Kusman Ibrahim
Ayu Prawesti, Etika Emaliyawati, Titin Sutini
Salami
Ratu Irbath Khoirun Nisa, Aan Nur’aeni, Efri Widianti
Elina Nurfitria, Reynie P. Raya
Sundari Rakhman, Efri Widianti, Aan Nur’aeni
Dewi Mustikaningsih
Nieniek Ritianingsih, Farial Nurhayati
Ridwan Setiawan, Tjutju Rumijati
Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016
DEWAN REDAKSI
JURNAL KEPERAWATAN ‘AISYIYAH (JKA) Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016 Pelindung: Ketua STIKes ‘Aisyiyah Bandung
Penanggung Jawab: Santy Sanusi, S.Kep.Ners., M.Kep. Ketua: Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO.
Sekretaris/Setting/Layout: Aef Herosandiana, S.T., M.Kom. Bendahara: Riza Garini, A.Md.
Penyunting/Editor : Perla Yualita, S.Pd., M.Pd. Triana Dewi S, S.Kp., M.Kep
Pemasaran dan Sirkulasi : Nandang JN., S.Kp., M.Kep.,Ns., Sp.Kep., Kom.
Mitra Bestari : Dewi Irawati, MA., Ph.D. Suryani, S.Kp., MHSc., Ph.D. DR. Kusnanto, S.Kp., M.Kes. Iyus Yosep, S.Kp., M.Si., MN. Irna Nursanti, M.Kep., Sp. Mat. Erna Rochmawati, SKp., MNSc., M.Med.Ed. PhD. Mohammad Afandi, S.Kep., Ns., MAN.
Alamat Redaksi: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269 E-mail:
[email protected]
DAFTAR ISI
1.
Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu
2.
Efikasi Diri Pencegahan Perilaku Berisiko HIV pada Kalangan Mahasiswa Muslim
3.
Kajian Resiliensi Mahasiswa Fakultas Keperawatan Terhadap Capaian Indeks Prestasi Akademik di Universitas Padjadjaran
4.
Persepsi Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Terhadap Penyakitnya di Wilayah Kerja Puskesmas Talaga Bodas Bandung
5.
Death Anxiety pada Pasien Sindrom Koroner Akut di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
6.
Pengalaman Penderita Diabetes Mellitus Tipe II dengan Hiperkolesterolimia Setelah Mengkonsumsi Virgin Coconut Oil
7.
Gambaran Strategi Koping pada Pasien dengan Sindrom Koroner Akut
8.
Analisis Pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP) di Ruang Zaitun II Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat
9.
Hubungan Stadium Penyakit dengan Konsep Diri Pasien Kanker Payudara di Kota Bogor
Janu Purwono, Rita Sari ...................................................................................................................
1-9
Angga Wilandika, Kusman Ibrahim ............................................................................................
11 - 21
Ayu Prawesti, Etika Emaliyawati, Titin Sutini ........................................................................
23 - 33
Salami ..........................................................................................................................................................
35 - 43
Ratu Irbath Khoirun Nisa, Aan Nur’aeni, Efri Widianti ...............................................
45 - 56
Elina Nurfitria, Reynie P. Raya .....................................................................................................
57 - 65
Sundari Rakhman, Efri Widianti, Aan Nur’aeni .............................................................
67 - 78
Dewi Mustikaningsih ...........................................................................................................................
79 - 86
Nieniek Ritianingsih, Farial Nurhayati .....................................................................................
87 - 96
Ridwan Setiawan, Tjutju Rumijati .............................................................................................
97 -104
10. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Rematik pada Lansia di Puskesmas Cicalengka Kabupaten Bandung
JKA.2016;3(2): 11-21
ARTIKEL PENELITIAN
EFIKASI DIRI PENCEGAHAN PERILAKU BERISIKO HIV PADA KALANGAN MAHASISWA MUSLIM
ABSTRAK
Angga Wilandika1, Kusman Ibrahim2
Trend peningkatan prevalensi HIV pada kalangan mahasiswa merupakan permasalahan yang serius. Upaya pencegahan perilaku berisiko HIV dapat dilakukan dengan pendekatan perilaku terutama menguatkan efikasi diri pencegahan perilaku berisiko HIV. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi efikasi diri pencegahan perilaku berisiko HIV pada mahasiswa muslim. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Jumlah responden 404 orang mahasiswa pada salah satu perguruan tinggi di Jatinangor. Penelitian ini telah lolos uji etik Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Pada penelitian ini, yang termasuk kedalam perilaku berisiko HIV meliputi hubungan seksual sebelum menikah, menggunakan narkoba, menonton video pornografi, menggunakan tatto (jarum), tidak peduli status HIV pasangan dan tidak berani menolak ajakan berhubungan seksual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki efikasi diri yang tinggi dengan skor rata-rata sebesar 80,25 ± 8,67 (1 – 105). Pada dimensi efikasi diri, dimensi generality (76,5%) dan dimensi strength (80,%) tergolong tinggi, namun dimensi magnitude (43,8%) tergolong sedang. Efikasi diri mahasiswa yang kuat akan memberikan konsekuensi positif terhadap perilaku berisiko HIV. Mahasiswa dengan efikasi diri yang kuat akan berkomitmen melakukan pencegahan HIV. Oleh karena itu, disarankan bagi profesional kesehatan terutama perawat untuk menggunakan pendekatan penguatan efikasi diri sebagai salah satu upaya mereduksi infeksi HIV terutama pada generasi muda. Kata kunci: efikasi diri, pencegahan, perilaku berisiko HIV, mahasiswa Abstract
High prevalence of HIV infection among college students is a serious health problems. Comprehensive efforts that intervene in HIV infection should be considered to strengthen self-efficacy in prevention of HIV infections. The purpose of study was to identify self-efficacy in prevention of HIV-risk behaviors among muslim students. The study employed a crosssectional research design. The sample size comprised 404 students from one of the university at Jatinangor. This research was passed ethical clearance from Health Research Ethics Committee, the Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran. In this study, HIV risk behaviors include sex before marriage, drug use, watching pornographic videos, using tatto (needle), indifferent attitude towards HIV status and attitude to say no to sexual intercourse. The results showed that most of students have high self-efficacy with score of 80,25 ± 8,67 (1-105). On the dimension of self-efficacy, the generality dimension (76.5%) and strength dimension (80,0%) score were high, but the magnitude dimension (43.8%) score were moderate. Strong self-efficacy will provide positive consequences of risky HIV behavior. College students with a strong self-efficacy will be committed to HIV prevention. Therefore, it is recommended that health professionals to approach the strengthening of self-efficacy as an effort to reduce HIV infection in the youth generation. Keywords: self-efficacy, prevention, HIV-risk behavior, college student Program Studi D-III Keperawatan STIKes ‘Aisyiyah Bandung Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
1 2
11
12
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
LATAR BELAKANG “The epicenter of the HIV epidemic is college students” (CDC, 2002). Epidemiologi risiko penyebaran infeksi menular seksual (IMS) meningkat terjadi pada kelompok anak muda (CDC, 2010). Laporan terbaru dari CDC (2012) dan UNAIDS (2014), terjadi peningkatan kejadian infeksi HIV dalam satu tahun secara global sebesar 31% pada kelompok anak muda dengan usia di bawah 25 tahun (19 – 24 tahun). Adefuye, Abiona, Balogun, and Lukobo-Durrell (2009) memperkirakan bahwa satu orang dalam 500 mahasiswa terifeksi HIV. Selain itu, trend peningkatan prevalensi HIV terjadi pada mahasiswa (Hightow et al., 2005). Hal ini menunjukkan kalangan mahasiswa merupakan kelompok berisiko tinggi terinfeksi HIV. Tingginya prevalesi kejadian HIV pada mahasiswa berkaitan dengan kesempatan mengenai pengalaman baru, kebebasan personal, perkembangan identitas, dan keberanian mencoba perilaku berisiko (Scott-Sheldon, Carey, & Carey, 2008). Tindakan mengambil risiko merupakan bagian perkembangan, tetapi akan mengarah kepada konsekuensi perubahan hidup yang negatif jika keputusan untuk terlibat dalam perilaku berisiko tidak dipertimbangan secara mendalam. Pada lingkungan kampus, mahasiswa mendapat kesempatan untuk mencoba halhal baru dengan perilaku yang berpengaruh terhadap kesehatan. Budaya kampus sampai pada batas tertentu mendorong mahasiswa untuk bereksperimen dengan perilaku berisiko (Dworkin, 2005). Pengujian batas untuk mengetahui siapa mereka, rendahnya pengawasan orang tua dan interaksi pergaulan yang dekat dengan teman sebaya dapat memicu keterlibatan dalam perilaku berisiko. Rata-rata keterlibatan dalam aktivitas seksual yang tidak aman, penggunaan obat-obatan terlarang cenderung meningkat selama usia ini JKA | Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016
(Johnston, O’Malley, Bachman, & Schulenberg, 2012). Selain itu, terpaparnya mahasiswa dengan pornografi seperti menonton video pornografi dan melihat majalah dewasa semakin meningkatkan kejadian perilaku berisiko HIV (Njue, Voeten, & Remes, 2011).
Mahasiswa memang rentan untuk terinfeksi oleh HIV, namun kelompok generasi ini juga merupakan awal untuk merubah pola pandemik HIV (Bankole, Singh, Woog, & Wulf, 2004). Pencegahan agar mahasiswa tidak melakukan aktivitas yang berisiko terinfeksi HIV merupakan langkah untuk menjamin masa depan terbebas dari HIV. Hal ini juga akan merubah pola pandemik HIV yang terjadi pada generasi muda. Penelitian Henny et al. (2012) menunjukkan bahwa upaya pencegahan yang berbasis perubahan perilaku dapat menurunkan aktivitas berisiko HIV. Dalam upaya mengurangi perilaku berisiko HIV pada lingkungan kampus, mahasiswa harus mau dan mampu untuk melindungi dirinya dari infeksi HIV serta secara sadar ingin melakukan langkahlangkah untuk mencegah perilaku berisiko HIV. Namun beberapa penelitian mencatat, meskipun mahasiswa tahu akan bahaya perilaku berisiko HIV dan mereka memiliki kemampuan untuk mencegahnya, hal ini tidak cukup untuk merubah perilaku (Eaton, Flisher, & Aarø, 2003). Menurut Bandura (2010) perilaku dikontrol niat dan keyakinan atau efikasi diri.
Efikasi diri ditemukan berkaitan dengan perilaku berisiko HIV (DiIorio, Dudley, Lehr, & Soet, 2000; Parsons, Halkitis, Bimbi, & Borkowski, 2000). Efikasi diri yang tinggi dapat menurunkan perilaku seksual berisiko, yaitu dengan mempertimbangkan kepercayaan diri dalam kemampuan untuk melakukan praktik seksual yang aman dan godaan situasi untuk tidak melakukan hubungan seksual yang tidak aman (Parsons et al., 2000). Seseorang melalui proses kognitif akan menimbang efikasi diri pro dan
Efikasi Diri Pencegahan Perilaku Berisiko HIV pada Kalangan Mahasiswa Muslim
kontra dari mempraktikkan aktivitas berisiko dalam hidupnya (Safren et al., 2010). Dengan kata lain, bahwa efikasi diri menjadi menjadi faktor kunci dalam menentukan apakah akan melakukan atau tidak melakukan perilaku berisiko HIV. Di sisi lain, Indonesia yang merupakan negara berkembang dengan penduduk mayoritas Muslim sebesar 87,2% (Badan Pusat Statistik, 2015), tidak dapat memisahkan konteks agama dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Islam mengajarkan seperangkat nilai dan norma untuk memandu perilaku, pilihan hidup, dan gaya hidup pengikutnya (Al-Kaysi, 2015). Dalam ajaran Islam, keyakinan diri dan kemampuan untuk melakukan sesuatu ke arah yang lebih baik juga disebutkan di dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’ad ayat 11;
yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Q.S. ArRa’ad: 11). Dalam hal ini, jika mahasiswa memiliki keyakinan diri untuk melakukan pencegahan dalam perilaku berisiko HIV maka niscaya tingkat prevalensi kejadian HIV pada kalangan mahasiswa akan menurun. Dengan demikian menjadi penting untuk mengetahui deskripsi efikasi diri mahasiswa dalam pencegahan perilaku berisiko HIV terutama pada kalangan mahasiswa muslim. METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional. Penelitian ini telah lolos uji etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Responden penelitian ini adalah mahasiswa jenjang sarjana dan diploma tiga tahun kedua atau sampai tahun terakhir pada salah satu perguruan tinggi di Jatinangor dengan umur antara 18 – 25 tahun. Pemilihan sampel yang digunakan dalam
13
penelitian ini adalah stratified random sampling, dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok yang homogen yaitu berdasarkan fakultas, dan kemudian sampel diambil secara acak dari tiap fakultas tersebut. Besar sampel setiap fakultas diambil secara proporsional berdasarkan jumlah populasi pada setiap fakultas dengan menggunakan rumus alokasi proporsional. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 404 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini mempertimbangkan beberapa kriteria inklusi diantaranya: (1) tercatat sebagai mahasiwa aktif baik tahun kedua atau samapi tahun terakhir, (2) beragama Islam, (3) bukan mahasiswa kelas kerjasama atau ekstensi, dan (4) mahasiswa yang tinggal dengan orang tua atau tinggal di rumah kos.
Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner yaitu Kuesioner Efikasi Diri Pencegahan Perilaku Berisiko HIV. Kuesioner ini terdiri atas 21 pertanyaan dengan respon jawaban menggunakan rentang Skala Likert. Kuesioner ini telah dilakukan uji coba instrumen. Uji reliabilitas kuesioner ini memiliki nilai Cronbach’s Alpha 0,957 dan uji validitas setiap butir pernyataan pada kuesioner ini, nilai korelasi Pearson’s r dalam rentang 0,474 – 0,972, sehingga kuesioner ini andal untuk mengukur tingkat efikasi diri dalam pencegahan perilaku berisiko HIV pada kalangan mahasiswa. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat gambaran karakteristik mahasiswa yang terlibat dalam penelitian ini. Karakteristik mahasiswa yang dilihat dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, lama studi atau semester terakhir yang dijalani oleh mahasiswa, status hubungan pasangan atau pacar, status marital dan pengetahuan tentang HIV. Karakteristik mahasiswa yang terlibat dalam penelitian (Tabel 1) menunjukkan sebagian besar mahasiswa
JKA | Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016
14
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
berada pada tahun ketiga kuliah (50,3%). Jenis kelamin mahasiswa sebagian besar perempuan (58,2%) dan sebagian besar berumur 20 tahun (39,4%). Status marital mahasiswa sebagian besar
belum menikah (98,3%) dan sebagian besar tidak punya pasangan atau pacar (58,2%). Mahasiswa sebagian besar tinggal di rumah kos (78,7%) dan mengatakan tahu tentang HIV (94,6%).
Tabel 1. Karakteristik Mahasiswa dan Skor Efikasi Diri Pencegahan Perilaku Berisiko HIV f
%
Efikasi Diri (mean ± SD)
Lama Studi
404
100
80,25 ± 8,67
≤ 2 tahun
167
41,3
79,87 ± 8,25
Laki-laki
169
41,8
76,30 ± 7,97
Karakteristik Mahasiswa
Umur Rerata = 20,3 tahun
Rentang 18 – 25 tahun > 2 tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Domisili saat ini Rumah kos
Rumah orang tua
Pasangan/ pacar
237 235 318 86
Punya
169
Belum menikah
397
Tidak punya
Status Marital Menikah
Pengetahuan HIV Tahu
Tidak Tahu
235 7
382 22
58,7 58,2 78,7 21,3 41,8 58,2 98,3 1,7
94,6 5,4
80,52 ± 8,94 83,09 ± 8,01 80,03 ± 8,38 81,07 ± 9,61 80,21 ± 8,86 80,03 ± 8,38 80,24 ± 8,67 80,86 ± 8,43 80,28 ± 8,68 79,73 ± 8,47
Keterangan: Kategori Skor Total Efikasi Diri • Skor Efikasi Diri Rendah : skor < µ - 1 δ ��������⟶ skor < 46,3 • Skor Efikasi Diri Sedang : µ - 1δ < skor < µ + 1δ �⟶ 46,3 < skor < 79,7 • Skor Efikasi Diri Tinggi : skor ≥ µ + 1δ ��������⟶ skor ≥ 79,7 Pada tabel 1 juga terlihat bahwa rerata skor efikasi diri pada 235 mahasiswa perempuan sebesar 83,09 ± 8,01 tergolong tinggi. Sedangkan rerata skor efikasi diri pada 169 mahasiswa laki-laki sebesar 79,87 ± 8,25 tergolong sedang. Temuan ini memperlihatkan bahwa efikasi diri pencegahan perilaku berisiko HIV pada JKA | Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016
mahasiswa perempuan lebih besar dibandingkan pada mahasiswa laki-laki.
Skor efikasi diri pada sebagian besar mahasiswa yang belum menikah (98,3%) sebesar 80,24 ± 8,67, sedangkan skor efikasi diri pada sebagian kecil mahasiswa yang sudah menikah
Efikasi Diri Pencegahan Perilaku Berisiko HIV pada Kalangan Mahasiswa Muslim
(1,7%) sebesar 80,86 ± 8,43. Dilihat dari status pasangan atau pacar, mahasiswa yang mengatakan tidak memiliki pacar (58,2%) menunjukkan skor efikasi diri sebesar 80,03 ± 8,38, sedangkan mahasiswa yang mengatakan memiliki pacar (41,8%) menunjukkan skor efikasi diri sebesar 80,21 ± 8,86.
Selain itu, dilihat dari domisili mahasiswa pada saat menjalani perkuliahan menunjukkan bahwa mahasiswa yang tinggal dengan orang tua (21,3%) memiliki skor efikasi diri sebesar 81,07 ± 9,61 dan skor efikasi diri pada mahasiswa yang tinggal di rumah kos (78,7%) sebesar 80,03 ± 8,38. Selanjutnya, berdasarkan keterpaparan informasi HIV, mahasiswa yang mengatakan pernah mendapat informasi tentang HIV (94,6%) menunjukkan skor efikasi diri sebesar 80,28 ± 8,68, sedangkan pada mahasiswa yang mengatakan tidak mendapat informasi tentang HIV (5,4%) sebesar 79,73 ± 8,47.
15
seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 2. Rerata Skor Efikasi Diri Pencegahan Perilaku Berisiko HIV Secara Keseluruhan dan Berdasarkan Dimensi Efikasi diri
Skor efikasi diri dalam pencegahan perilaku berisiko HIV pada kalangan mahasiswa juga dapat dilihat secara keseluruhan dan berdasarkan masing-masing dimensi efikasi diri yang meliputi dimensi magnitude (tingkat kesulitan tugas), strength (kekuatan atau kemantapan keyakinan), dan generality (keluasan bidang perilaku yang diyakini untuk berhasil). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rerata skor efikasi diri seluruh mahasiswa 80,3 (76,5%) yang tergolong tinggi. Sementara itu skor pada dimensi magnitude sebesar 19,7 (43,8%) tergolong sedang, dimensi strength sebesar 40,0 (80,0%) tergolong tinggi, dan dimensi generality sebesar 20,6 (82,4%) tergolong tinggi. Adapun hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Pembahasan
Gambar 1. Jumlah Mahasiswa berdasarkan Tingkatan Efikasi Diri (n = 404)
Hasil perhitungan efikasi diri pencegahan perilaku berisiko HIV pada mahasiswa menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa 217 orang (53,7%) memiliki tingkat efikasi diri tinggi dan sebagian kecil mahasiswa 187 orang (46,3%) memiliki tingkat efikasi diri sedang,
Efikasi diri pencegahan perilaku berisiko HIV pada kalangan mahasiswa muslim mayoritas 53,7% tergolong tinggi (Gambar 1) dengan rerata skor efikasi diri sebesar 80,3 (Gambar 2). Mahasiswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan menunjukkan perilaku menghindari berbagai godaan perilaku berisiko HIV seperti hubungan seksual di luar nikah, menonton video pornografi, menggunakan narkoba, bertatto terutama dengan JKA | Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016
16
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
jenis tatto jarum, sikap tidak mau tahu tahu tentang status HIV pasangannya, mau diajak untuk berhubungan seksual oleh pasangannya ataupun orang lain, dan sikap tidak berani membicarakan hubungan seksual yang aman. Sejalan dengan Schwarzer (2008) bahwa efikasi diri telah terbukti sebagai prediktor dalam sejumlah perubahan perilaku kesehatan. Seseorang dengan efikasi diri yang tinggi akan mampu mencapai tujuan dari perilaku, mencapai derajat kesehataan yang optimal ataupun menghindari berbagai perilaku yang merugikan dirinya.
Tingginya efikasi diri yang dipersepsikan kalangan mahasiswa dalam pencegahan perilaku berisiko HIV memotivasi mahasiswa secara kognitif untuk bertindak lebih tepat dalam mencapai tujuan yang diinginkan yaitu menghindari berbagai perilaku berisiko HIV dalam hidupnya. Sama seperti pendapat Bandura (2010), yang menyebutkan bahwa efikasi diri merupakan proses kognisi yang menentukan apakah perubahan perilaku kesehatan akan dimulai, berapa banyak usaha akan dikeluarkan, dan berapa lama akan dipertahankan dalam menghadapi suatu tugas atau tantangan. Maddux (2009) menganggap efikasi diri sebagai aspek psikologis yang positif karena efikasi diri mampu mengeksplorasi potensi manusia dan mempersempit keterbatasan. Efikasi diri menentukan besar energi yang dibutuhkan pada tugas, seberapa baik memotivasi diri sendiri dan bagaimana mengatur pikiran dan tindakan untuk menghadapi permasalahan (Pajares & Urdan, 2006). Luszczynska, Gutiérrez‐Doña, and Schwarzer (2005) efikasi diri memainkan peranan penting dalam penyesuaian psikologis, masalah psikologis dan kesehatan fisik. Hal ini diyakini bahwa emosi positif dan optimisme lebih mungkin untuk meningkatkan efikasi diri. Individu dengan efikasi diri yang tinggi dapat menahan pengaruh teman sebaya atau JKA | Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016
lingkungan untuk terlibat dalam aktivitas berisiko seperti aktivitas seksual tidak aman, penggunaan obat-obatan terlarang, penggunaan alkohol dan aktivitas berisiko terhadap kesehatan lainnya (Bandura, 2010; Bandura & Locke, 2003). Seseorang dengan efikasi diri tinggi akan mampu menguasai seluruh asapek dalam kehidupannya. Mereka mengetahui bahwa mereka dapat merubah suatu kondisi yang tidak menguntungkan, merubah hasil akhir sesuai keinginan mereka dengan bekerja keras, dan mampu menghadirkan solusi efektif dari permasalahan yang mereka temui (Pajares & Urdan, 2006) Efikasi diri pencegahan perilaku berisiko HIV pada kalangan mahasiswa muslim kemungkinan berkembang dan tumbuh karena adanya sumber informasi yang menguatkan efikasi diri yang dimiliki mahasiswa. Sumber efikasi dapat berasal dari pengalaman individu akan keberhasilan sebelumnya, pengalaman orang lain, persuasi sosial dan kondisi fisiologis dan emosional (Bandura, 2010).
Mahasiswa yang pernah melakukan tindakan pencegahan akan memiliki efikasi diri yang tinggi dalam pecegahan perilaku berisiko HIV. Hal ini dikarenakan pengalaman penguasaan yang pernah dialaminya dijadikan pembelajaran untuk mengatasi hambatan yang ditemui. Seperti yang diungkapkan Pajares (2004), bahwa pengalaman penguasaan mengacu pada bagaimana individu menginterpretasikan hasil kinerja mereka sebelumnya. Hasil yang ditafsirkan sebagai sesuatu hal yang dianggap sukses, meningkatkan perasaan efikasi diri. Terlebih lagi apabila mahasiswa mencontoh orang lain yang berhasil melakukan pencegahan perilaku berisiko HIV, hal ini juga akan menguatkan efikasi diri mahasiswa tersebut. Mahasiswa dengan efikasi diri yang tinggi dalam pencegahan perilaku berisiko HIV akan memperlihatkan kemampuan menyelesaikan
Efikasi Diri Pencegahan Perilaku Berisiko HIV pada Kalangan Mahasiswa Muslim
masalah dan membuat keputusan yang tepat. Tinggi rendahnya keyakinan efikasi diri pada kalangan mahasiswa tersebut dapat dilihat dari tiga dimensi efikasi diri yang meliputi magnitude, generality dan strength (Bandura, 2010). Pada penelitian ini tiga dimensi efikasi diri yang ditunjukkan oleh mahasiswa dalam usahanya untuk mencegah perilaku berisiko HIV rata-rata tergolong tinggi (Gambar 2).
Dimensi magnitude menunjukkan kategori tinggi dengan rerata skor sebesar 19,7 (43,8%) (Gambar 2) yang artinya mahasiswa memiliki keyakinan yang tinggi untuk mampu melakukan berbagai tindakan pencegahan perilaku berisiko HIV dan mempunyai niat yang sungguh-sungguh untuk melakukan pencegahan tersebut. Bandura (2010) mengatakan dimensi magnitude berkaitan dengan tingkatan kesulitan tugas. Apabila tugas yang dibebankan pada seseorang disusun menurut tingkat kesulitannya, maka seseorang hanya akan melakukan tindakan yang dirasakan mampu untuk dilakukannya. Pajares (2004) mengatakan seseorang dengan efikasi diri tinggi mempunyai keyakinan yang kuat tentang kemampuan dalam melakukan suatu tugas, sebaliknya seseorang yang memiliki efikasi diri rendah meyakini kurangnya kemampuan sehingga sulit untuk melakukan tugas bahkan dengan tingkat kesulitan yang paling rendah. Pada dimensi strength, efikasi diri dalam pencegahan perilaku berisiko HIV pada mahasiswa menunjukkan rerata skor 40,0 (80,0%) (Gambar 2) dengan kategori tinggi. Hasil ini dapat diartikan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki kemantapan yang kuat dalam upayanya untuk melakukan berbagai pencegahan perilaku berisiko HIV. Dimensi strength berkaitan dengan tingkat kekuatan atau kemantapan seseorang terhadap keyakinannya (Bandura, 2010). Seseorang yang mempunyai keyakinan kuat dan ketekunan dalam usahanya akan mampu mencapai tujuannya
17
meskipun terdapat kesulitan dan rintangan. Semakin kuat perasaan efikasi diri dan semakin besar ketekunan, semakin tinggi kemungkinan kegiatan yang dipilih dan untuk dilakukan menjadi berhasil (Pajares, 2004).
Selanjutnya pada dimensi generality, menunjukkan bahwa rerata skor dimensi ini sebesar 20,6 (82,4%) dengan kategori tinggi. Melalui dimensi ini mahasiswa mampu menilai keyakinan dirinya dalam melakukan pencegahan perilaku berisiko HIV dan berpikir untuk menghindari kegagalan dalam pencegahan. Menurut Bandura (2010), dimensi generality berhubungan dengan luas bidang tugas atau cakupan luas keyakinan individu dimana seseorang merasa yakin terhadap kemampuannya. Selain itu menurut Pajares (2004) dimensi generality dapat bervariasi dalam beberapa bentuk dimensi yang berbeda, termasuk tingkat kesamaan aktivitas dan modalitas dimana kemampuan diekspresikan yang mencakup tingkah laku, kognitif dan afeksi. Mampu atau tidaknya seseorang mengerjakan tugas tertentu menggambarkan efikasi diri orang tersebut.
Pada penelitian ini, karakteristik jenis kelamin mahasiswa memberikan perbedaan pada tingkatan efikasi diri. Efikasi diri pada mahasiswa perempuan (skor efikasi = 83,90) lebih besar dibandingkan efikasi diri pada mahasiswa laki-laki (skor efikasi = 76,30), dapat dilihat pada tabel 4.3. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan Redmond and Lewis (2015) yang menemukan bahwa efikasi diri dalam perilaku berisiko terutama efikasi diri terhadap seksualitas pada remaja perempuan lebih tinggi daripada remaja laki-laki. Prediktor yang menyebabkan efikasi diri yang kuat pada mahasiswa perempuan tersebut adalah tingginya kemampuan negosiasi tentang hubungan seksual dengan pasangannya. Umur mahasiswa yang terlibat dalam penelitian ini berada pada rentang umur 18 – 25 JKA | Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016
18
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
tahun dengan rata-rata umur 20,6. Walaupun dalam penelitian ini umur tidak dibedakan berdasarkan kategori tertentu, tetapi secara umum skor efikasi diri pencegahan perilaku berisiko HIV pada kelompok mahasiswa ini tergolong dalam kategori tinggi. Temuan ini sejalan dengan penelitian Villegas et al. (2013) yang melaporkan bahwa prediktor efikasi diri dalam pencegahan HIV dipengaruhi oleh faktor umur. Sesorang dengan umur yang lebih muda akan memiliki efikasi diri yang lebih tinggi. Pendapat ini juga didukung oleh Lauby, Semaan, O’Connell, Person, and Vogel (2001) yang menemukan bahwa perempuan dengan usia yang lebih muda memiliki akses yang lebih banyak terhadap program pencegahan HIV dan tidak merasa malu atau takut ketika terlibat dalam aktivitas pencegahan HIV. Faktor lain yang berperan dalam efikasi diri pencegahan HIV adalah pengetahuan tentang HIV. Pada penelitian ini, mahasiswa yang memiliki pengetahuan HIV menunjukkan efikasi diri tinggi (skor 13,18), sedangkan mahasiswa yang mengatakan belum tahu tentang pencegahan HIV menunjukkan efikasi diri yang relatif sedang (skor 12,41), dapat dilihat pada tabel 4.3. Penemuan yang sama dilaporkan oleh Villegas et al. (2013) bahwa pengetahuan mengenai HIV dan pencegahannya dapat meningkatkan efikasi diri. pendapat ini juga diperkuat oleh Takahashi, Magalong, Debell, and Fasudhani (2006) yang melaporkan bahwa pengetahuan tentang HIV memiliki hubungan yang signifikan dengan tingginya tingkat efikasi diri dalam pencegahan HIV. Hasil penelitiannya mengindikasikan bahwa pendidikan tentang HIV merupakan elemen penting dalam strategi untuk mereduksi kejadian infeksi HIV. Efikasi diri yang kuat dalam pencegahan HIV mempengaruhi perubahan personal terhadap perilaku pencegahan HIV (Coleman & Ball, 2009)
JKA | Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016
SIMPULAN DAN SARAN Efikasi diri yang tinggi dalam pencegahan perilaku berisiko HIV akan memberikan konsekuensi positif bagi mahasiswa. Efikasi diri ini cenderung mempengaruhi pilihan mahasiswa dalam menentukan untuk tidak melakukan berbagai perilaku berisiko HIV. Mahasiswa yang memiliki perasaan efikasi diri yang kuat akan memiliki aspirasi yang realistis, berkomitmen terhadap tujuan kesehatan diri sendiri, dan memilih untuk melakukan pencegahan-pencegahan terhindar dari infeksi HIV seperti tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah, tidak menonton video pornografi baik saat sendiri ataupun saat diajak oleh temannya, tidak menggunakan narkoba, menghindari untuk bertatto terutama dengan jenis tatto jarum, memiliki sikap untuk mengetahui tentang status HIV pasangannya atau temannya, menolak berhubungan seksual ketika diajak oleh pasangan ataupun orang lain, dan sikap berani membicarakan hubungan seksual yang aman.
Hasil penelitian ini akan memberikan pengetahuan yang berharga yang dapat digunakan dalam pengembangan strategi dan intervensi yang memfasilitasi kesadaran dan pencegahan HIV terutama pada kalangan mahasiswa. Petugas kesehatan, terutama perawat, harus bertujuan membantu mahasiswa meningkatkan efikasi diri dalam pencegahan perilaku berisiko HIV. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat menjadi dasar bagi perawat untuk mengembangkan intervensi berbasis masyarakat yang menargetkan pencegahan HIV. Keterbatasan penelitian ini meliputi desain cross-sectional nya. Penelitian selanjutnya dapat dipertimbangkan menggunakan longitudinal analysis untuk memberikan gambaran yang
Efikasi Diri Pencegahan Perilaku Berisiko HIV pada Kalangan Mahasiswa Muslim
lebih kaya. Selain itu penelitian ini difokuskan kepada kalangan mahasiswa muslim sehingga untuk generalisir hasil penelitian belum dapat diterapkan terutama pada kalangan mahasiswa di Indonesia dengan ragam latar belakang budaya dan agama. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memperjelas gambaran efikasi diri dalam pencegahan perilaku berisiko HIV tidak sebatas pada kelompok mahasiswa muslim saja, serta perlu mengidentifikasi prediktor efikasi diri untuk pencegahan HIV pada kalangan mahasiswa pada tatanan yang lebih luas. DAFTAR PUSTAKA
Adefuye, Adedeji S, Abiona, Titilayo C, Balogun, Joseph A, & Lukobo-Durrell, Mainza. (2009). HIV sexual risk behaviors and perception of risk among college students: implications for planning interventions. BMC public Health, 9(1), 1. Al-Kaysi, Marwan Ibrahim. (2015). Morals and Manners in Islam: A Guide to Islamic Adab. Leicester, United Kingdom: The Islamic Foundation.
Al-Quran Per Kata, Tajwid Warna: Robbani. (2012). (Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an & Departemen Agama Republik Indonesia Ed.). Jakarta: PT. Surya Prisma Sinergi. Badan Pusat Statistik. (2015). Statistik Politik 2015. Jakarta: Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanann - Badan Pusat Statistik (BPS).
Bandura, Albert. (2010). Self-efficacy. In I. B. Weiner & W. E. Craighead (Eds.), The Corsini Encyclopedia of Psychology (Vol. 4, pp. 1534-1536). Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons. Bandura, Albert, & Locke, Edwin A. (2003). Negative self-efficacy and goal effects
19
revisited. Journal of applied psychology, 88(1), 87.
Bankole, Akinrinola, Singh, Susheela, Woog, Vanessa, & Wulf, Deirdre. (2004). Risk and protection: youth and HIV/AIDS in subSaharan Africa.
CDC. (2002). Cases of HIV Infection and AIDS in the United States, 2002 HIV Surveillance Report (Vol. 14): Centers for Disease Control. CDC. (2010). Diagnoses of HIV infection and AIDS in the United States and dependent areas, 2009 HIV Surveillance Report (Vol. 21): Centers for Disease Control.
CDC. (2012). Diagnoses of HIV infection and AIDS among adolescents and young adults in the United States and 5 US dependent areas, 2006–2009 HIV Surveillance Supplemental Report (Vol. 17): Centers for Disease Control. Coleman, Christopher Lance, & Ball, Katherine. (2009). Predictors of self-efficacy to use condoms among seropositive middle-aged African American men. Western journal of nursing research, 31(7), 889-904. DiIorio, Colleen, Dudley, William N, Lehr, Sally, & Soet, Johanna E. (2000). Correlates of safer sex communication among college students. Journal of advanced nursing, 32(3), 658-665.
Dworkin, Jodi. (2005). Risk taking as developmentally appropriate experimentation for college students. Journal of Adolescent Research, 20(2), 219241. Eaton, Liberty, Flisher, Alan J, & Aarø, Leif E. (2003). Unsafe sexual behaviour in South African youth. Social science & medicine,
JKA | Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016
20
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
56(1), 149-165.
Henny, Kirk D., Crepaz, Nicole, Lyles, Cynthia M., Marshall, Khiya J., Aupont, Latrina W., Jacobs, Elizabeth D., . . . Charania, Mahnaz R. (2012). Efficacy of HIV/STI Behavioral Interventions for Heterosexual African American Men in the United States: A Meta-Analysis. AIDS and Behavior, 16(5), 1092-1114. doi: 10.1007/s10461-0110100-2 Hightow, Lisa B, MacDonald, Pia DM, Pilcher, Christopher D, Kaplan, Andrew H, Foust, Evelyn, Nguyen, Trang Q, & Leone, Peter A. (2005). The unexpected movement of the HIV epidemic in the Southeastern United States: transmission among college students. JAIDS Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes, 38(5), 531-537.
Johnston, Lloyd D, O’Malley, Patrick M, Bachman, Jerald G, & Schulenberg, John E. (2012). Monitoring the Future national results on adolescent drug use: Overview of key findings, 2011. Institute for Social Research. Lauby, Jennifer L., Semaan, Salaam, O’Connell, Ann, Person, Bobbie, & Vogel, Amanda. (2001). Factors Related to Self-Efficacy for Use of Condoms and Birth Control among Women at Risk for HIV Infection. Women and Health, 34(3), 71-91. Luszczynska, Aleksandra, Gutiérrez‐Doña, Benicio, & Schwarzer, Ralf. (2005). General self‐ efficacy in various domains of human functioning: Evidence from five countries. International Journal of Psychology, 40(2), 80-89. Maddux, J.E. (2009). Self-Efficacy: The Power of Believing You Can. In C. R. Snyder & S. J. Lopez (Eds.), Oxford handbook of positive psychology (pp. 335). USA: Oxford JKA | Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016
University Press.
Njue, Carolyne, Voeten, Helene ACM, & Remes, Pieter. (2011). Porn video shows, local brew, and transactional sex: HIV risk among youth in Kisumu, Kenya. BMC public health, 11(1), 635.
Pajares, Frank. (2004). Overview of social cognitive theory and of self-efficacy. Retrieved March 20th, 2016, from http:// www.emory.edu/EDUCATION/mfp/eff. html Pajares, Frank, & Urdan, Timothy C. (2006). Selfefficacy beliefs of adolescents: IAP.
Parsons, Jeffrey T, Halkitis, Perry N, Bimbi, David, & Borkowski, Thomas. (2000). Perceptions of the benefits and costs associated with condom use and unprotected sex among late adolescent college students. Journal of adolescence, 23(4), 377-391.
Redmond, Michelle L, & Lewis, Rhonda K. (2015). Are there gender differences in perceived sexual self-efficacy among AfricanAmerican adolescents? Journal of Health Disparities Research and Practice, 7(5), 1. Safren, Steven A, Traeger, Lara, Skeer, Margie R, O’Cleirigh, Conall, Meade, Christina S, Covahey, Charles, & Mayer, Kenneth H. (2010). Testing a social-cognitive model of HIV transmission risk behaviors in HIV-infected MSM with and without depression. Health Psychology, 29(2), 215.
Schwarzer, Ralf. (2008). Modeling health behavior change: How to predict and modify the adoption and maintenance of health behaviors. Applied Psychology, 57(1), 1-29.
Scott-Sheldon, Lori AJ, Carey, Kate B, & Carey, Michael P. (2008). Health behavior and college students: Does Greek affiliation
Efikasi Diri Pencegahan Perilaku Berisiko HIV pada Kalangan Mahasiswa Muslim
matter? Journal of behavioral medicine, 31(1), 61-70.
Takahashi, L. M., Magalong, M. G., Debell, P., & Fasudhani, A. (2006). HIV and AIDS in suburban Asian and Pacific Islander communities: factors influencing selfefficacy in HIV risk reduction. AIDS Educ Prev, 18(6), 529-545. doi: 10.1521/ aeap.2006.18.6.529
21
UNAIDS. (2014). Global report: UNAIDS report on the global AIDS epidemic 2013. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS Geneva.
Villegas, Natalia, Cianelli, Rosina, Gonzalez-Guarda, Rosa, Kaelber, Lorena, Ferrer, Lilian, & Peragallo, Nilda. (2013). Predictors of self-efficacy for HIV prevention among Hispanic women in South Florida. Journal of the Association of Nurses in AIDS Care, 24(1), 27-37.
JKA | Volume 3 | Nomor 2 | Desember 2016