FENOMENA MODEL PACARAN MAHASISWA STAIN PEKALONGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Syari‟ah
Oleh: M. SAIFULLAH 231107026
JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN 2011
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini: Nama
: M. SAIFULLAH
NIM
: 2311 07 026
Jurusan / Prodi : Syari’ah / Ahwalus Syakhshiyyah Angkatan
: 2007
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “FENOMENA MODEL PACARAN MAHASISWA STAIN PEKALONGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM” adalah bener-benar karya penulis sendiri, kecuali pada kutipan yang penulis sebutkan sumbernya. Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini plagiat, maka penulis bersedia mendapat sanksi akademik yaitu dicabut gelarnya.
Pekalongan, 22 Oktober 2011 Penulis
M. SAIFULLAH 2311 07 026
Drs. A. Tubagus Surur, M. Ag. Jl. Yudha Bakti No. 80 Medono, Pekalongan
Dr. Shinta Dewi Rismawati, M. H Sumub Lor Rt. 02 Rw.07 No. 670 Sragi, Pekalongan
NOTA PEMBIMBING Lamp : 3 (tiga) Eksemplar Hal
: Naskah Skripsi An. Sdr. M. SAIFULLAH Kepada Yth. Ketua STAIN Pekalongan c/q Ketua Jurusan Syari‟ah DiPEKALONGAN Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka
bersama ini saya kirimkan naskah skripsi saudara : Nama
: M. SAIFULLAH
NIM
: 2311 07 026
Judul
: FENOMENA MODEL PACARAN MAHASISWA STAIN PEKALONGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Dengan ini saya mohon agar skripsi saudara tersebut dapat segera dimunaqosahkan. Demikian harap menjadi perhatian dan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Pembimbing I
Drs. A. Tubagus Surur, M. Ag. NIP. 19691227 199803 1 004
Pembimbing II
Dr. Shinta Dewi Rismawati, M. H NIP. 19750220 199903 2 001
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN Jln. Kusumabangsa No. 9 Telp (0285) 412575- 412572 Fax. 423418 Email :
[email protected] –
[email protected]
PENGESAHAN Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan mengesahkan Skripsi Saudari :
Nama
: M. SAIFULLAH
NIM
: 231 107 026
Judul Skripsi
: “FENOMENA
MODEL
PACARAN
MAHASISWA
STAIN PEKALONGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM” Yang telah diujikan pada hari Kamis tanggal 29 Oktober
2011 dan
dinyatakan berhasil serta diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Syari‟ah. Dewan Penguji
Drs. M. Muslih Husein, M. Ag Ketua
H, Sam’ani Sya’roni, M.A Anggota
Pekalongan, 29 Oktober 2011 Ketua STAIN Pekalongan
DR. Ade Dedi Rohayana, M.Ag NIP. 19710115 199803 1 005
Persembahan Dengan ucapan syukur Alhamdulillah dan kasih sayang serta kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahankan untuk : Kedua orang tua tercinta Bapak Mustaqim dan Ibu Khoiriyah Yang tiada henti memberikan segala motivasi berupa doa, perhatian, kasih sayang, dukungan dan pengorbanan yang begitu berarti. adikku tercinta semoga kita dapat menjadi anak-anak seperti apa yang di inginkan kedua orang tua kita. calon istriku tersayang yang selalu memberikan support dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terimakasih atas kasih sayangnya. sahabatku Zaqi mubarok dan Fatkhurrohman yang selalu mendukung dan setia menemaniku. Tak lupa teman-teman AS ’07 semuanya dan Almamaterku tercinta
MOTTO
، َأا ْخ َأ ٍة، ِب َّن، ،ل ْخ َأ اُل َّن، َأ ِب َأ ُل َأ، َأ ِب َّنا، ، َأ ُل، َأ ِب ُّل، َأ، ِب ْخا َأ َأ ٍة، َأ ُل ٌل، َأ ْخ ُل َأ َّنا، َأ،َأ َأ “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya.” (HR. Ahmad)
ABSTRAK
Nama : M. Saifullah Nim : 231 107 026 Judul : FENOMENA MODEL PACARAN MAHASISWA STAIN PEKALONGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Pacaran bagi remaja adalah bagian terpenting dalam kehidupannya. Dengan pacaran remaja bisa beraktualisasi diri, dengan pacaran remaja bisa menemukan jati diri, dengan pacaran pula remaja bisa mendapatkan kebahagiaan, namun dengan pacaran juga remaja bisa terjerumus kedalam lembah kehinaan. Islam telah memiliki konsep tersendiri dalam mengatur hubungan antar lawan jenis. Konsep ini dibuat agar hubungan terjalin dengan sehat dan saling menyelamatkan dan menghindari fitnah seksual sebelum naik kepelaminan. Fenomena pacaran mahasiswa STAIN Pekalongan menampilkan bentuk dalam berperilaku dan dalam pergaulan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan sering bersama-sama, sehingga akan sangat mungkin menimbulkan perilaku yang tidak baik. Melihat kenyataan yang terjadi perlu kiranya dicermati untuk diteliti, dengan tujuan apakah perilaku dan model pacaran mahasiswa STAIN Pekalongan yang notabene sebagai intelektual muslim memberi contoh berpacaran sesuai dengan norma Islam dan adat keislaman. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan sumber data primer dan sumber data sekunder. Tehnik pengumpulan data menggunakan wawancara dengan tehnik puposive sampling dan tehnik snowball, kemudian studi dokumentasi yang diambil dari bahan-bahan putaka yang terkait dengan penelitian, dan observasi penelitian. Tehnik pengecekan data dengan menggunakan metode triangulasi. Allah SWT, melarang kepada hambaNya untuk mendekati zina dan pacaran adalah salah satu sarana dalam mendekati zina. Islam mempunyai solusi terbaik bagi orang yang ingin mencari pasangan hidup. Cara ini sangat efektif dalam mengetahui calon pasangan kita. Cara ini Islami dan tidak menimbulkan kerugian bagi yang melakukan, yaitu dengan cara taaruf. Hasil penelitian terhadap mahasiswa STAIN Pekalongan yang ratarata berpacaran, dapat diketahui model pacaran mahasiswa cukup beragam yang kemudian dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu : Masih dalam koridor tidak melanggar norma-norma agama dan norma-norma susila (taaruf) dan Model pacaran mahasiswa STAIN Pekalongan yang sudah melanggar norma-norma agama dan norma-norma susila.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Penulis bersyukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa menemui banyak hambatan. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Khotamul Anbiya‟, Muhammad SAW. Dengan Rahmat dan ridho-Nya pula, penulis telah berhasil menulis skripsi yang berjudul “FENOMENA MODEL PACARAN MAHASISWA STAIN PEKALONGAN DALAM PERSREKTIF HUKUM ISLAM”, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar S1 dalam Ilmu Syari‟ah Ahwalus Syakhshiyyah STAIN Pekalongan. Seluruh rangkaian penelitian ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. Ade Dedi Rohayana, M.Ag selaku ketua STAIN Pekalongan. 2. Bapak Drs. A. Tubagus Surur, M.Ag selaku Ketua Jurusan Syari‟ah yang sekaligus pembimbing I yang telah sabar memberikan bimbingan dan dukungan yang sangat besar kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak H. Sam‟ani, MA selaku Ketua Prodi Ahwalus Syakhshiyyah. 4. Bapak Dr. Makrum Kholil, M.Ag selaku Dosen Wali yang selalu memberikan nasehat dan suport kepada penulis selama penulis belajar di bangku perkuliahan STAIN Pekalongan.
5. Ibu Dr. Shinta Dewi Rismawati, M.H selaku pembimbing II yang dengan sangat sabar telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis sampai skripsi ini selesai. 6. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis sampai akhir perkuliahan. 7. Seluruh teman seperjuangan jurusan syari‟ah prodi Ahwalus Syakhshiyyah 2007 STAIN Pekalongan. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu, penulis hanya bisa mengucapkan JAZAKUMULLAH AHSANAL JAZA.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut diatas. Skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, sehingga penulis dengan senang hati menerima kritik dan masukan yang membangun demi kebaikan skripsi ini. Karena penulis menyadari, skripsi yang penulis tulis ini bukan merupakan sesuatu yang instan, tapi merupakan suatu proses yang relatif panjang, menyita segenap tenaga dan pikiran. Kepada peneliti lain mungkin masih bisa mengembangkan hasil penelitian ini pada ruang lingkup yang lebih luas dan analisis yang lebih tajam. Akhirtnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan dapat menambah wawasan khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita menuju jalan-Nya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pekalongan, 22 Oktober 2011
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………..……………………...…………………i HALAMAN PERNYATAAN……..…..………………………………....……….ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING……………......……..…………………….iii HALAMAN PENGESAHAN……..…………………...………………………....iv HALAMAN PERSEMBAHAN…......……………………..……………………..v HALAMAN MOTTO…………………..…………………………..…………….vi ABSTRAK…………...………………………………….……………………….vii KATA PENGANTAR…………………..………..........………………………..viii DAFTAR ISI………………...………………..…………………………………..ix BAB I : PENDAHULUAN…….…………………………...……………………..1
A. Latar Belakang……………………..…………………..……………...1 B. Rumusan Masalah………….…………………………………...……..5 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………..………………………..5 D. Telaah Pustaka…………......………………………………………….6 E. Kerangka Teori……………..…………………………...……………..9 F. Metode Penelitian……..…………………………......……………….13 G. Sistematika Penulisan……..………………...………………………..17 BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PACARAN………..……….…..….19 A. Remaja...…………….………………………………………………..19 1. Pengertian Remaja…………….................……………………….19 2. Masa Usia Remaja………..……………….,.…………………….21 B. Pacaran…………………………………………….…..……………..23 1. Pengertian Pacaran…………………....……………...…………..23
2. Karakteristik Gaya Pacaran…………………...….………………28 3. Pacaran dalam Perspektif Islam…………………..…………..….31 BAB III : PROFIL MAHASISWA…………………………....…………………34 A. Gambaran Umum STAIN Pekalongan………………….……...…….34 1. Sejarah Berdiri STAIN Pekalongan……………....……………...34 2. Visi, Misi dan Tujuan STAIN Pekalongan…………...………….37 3. Arah Pengembangan STAIN Pekalongan……...………...………38 B. Profil Mahasiswa…………….…………...…………………………..44 1. Keadaan Mahasiswa………............………………………….…..44 2. Lembaga Kemahasiswaan………...…………….………………..47 3. Etika Berbusana Mahasiswa…………...………………..……......49 4. Etika Pergaulan Mahasiswa………………..………...…………..53 C. Khitbah sebagai Sarana Taaruf Menuju Pernikahan dalam Islam.......55 BAB IV : MODEL PACARAN MAHASISWA STAIN PEKALONGAN……..62
A. Makna Pacaran Bagi Mahasiswa dan Model Pacaran Mahasiswa STAIN Pekalongan……......……..……..62 B. Model Pacaran Mahasiswa STAIN Pekalongan Menurut Hukum Islam………………………………......……......….73 BAB V : PENUTUP……..………………...……...……………………………...83 A. Kesimpulan……..……..………….…………..………………………83 B. Saran…………..……...……………………...……………………….84 DAFTAR PUSTAKA
BIOGRAFI PENULIS
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa atau suatu fase yang tak dapat dielakkan oleh setiap manusia. Setiap manusia akan senantiasa mengalami fase ini sebelum ia sampai pada fase yang lebih mantap, perjalanan usianya yang terus memburu idealitas sesuai dengan kehendak dan hasrat egonya yang menghentak-hentak. Segala gerak dan perilaku remaja akan selalu berhubungan dengan orang lain. Interaksi dengan orang lain inilah yang kemudian akan melahirkan berbagai perilaku pacaran pada remaja.1 Dimana
kecenderungan
manusia
terhadap
lawan
jenisnya
merupakan kodrat Allah yang telah di tetapkan pada hamba-Nya. Mereka sudah mulai merasakan adanya getaran hati dan dorongan nafsu ketertarikan pada lawan jenis. Islam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika seseorang memiliki rasa cinta , maka hal itu adalah anugrah yang kuasa. Dalam al Qur‟an surat Al-Hujuraat ayat 13 menerangkan agar manusia untuk saling mengenal atau bertaaruf satu sama lainnya, sebagaimana yang diungkapkan dalam ayat tersebut.
1
Azis Bachtiar, Cinta Remaja (Mengungkap Pola dan Perilaku Cinta Remaja ),
(Yogyakarta: Indie Books, 2004), h.08
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat : 13)
Pacaran bagi remaja adalah bagian terpenting dalam kehidupannya. Dengan pacaran remaja bisa beraktualisasi diri, dengan pacaran remaja bisa menemukan jati diri, dengan pacaran pula remaja bisa mendapatkan kebahagiaan, namun dengan pacaran juga remaja bisa terjerumus kedalam lembah kehinaan. Tetapi itu semua tergantung kepada remaja itu sendiri dalam mengartikan sebuah pacaran, dalam bersikap dan berperilaku, dalam menyeimbangkan antara keinginan dan perasaan, antara kesenangan dan kehancuran, serta antara kemuliaan dan kehinaan. Semuanya itu akan
menjadi pilihan-pilihan yang tentu akan mendatangkan konsekuensikonsekuensi tersendiri. Islam telah memiliki konsep tersendiri dalam mengatur hubungan antar lawan jenis. Konsep ini dibuat agar hubungan terjalin dengan sehat dan saling menyelamatkan dan menghindari fitnah seksual sebelum naik ke pelaminan. Konsep ini bukan pacaran (yang Islami), namun penulis menyebutnya hubungan cara Islam.2 Dalam Islam istilah ta‟aruf atau saling mengenal dalam memilih pasangan hidup tidak identik dengan berpacaran sebagaimana dikenal dan dilakukan muda mudi saat ini. Bila pacaran yang dikembangkan adalah pacaran positif, akan mendatangkan konsekuensi yang positif pula. Pacaran seperti itu akan mendatangkan kebahagiaan dan membuat karakter kepribadian kita sebagai remaja bertambah matang dan bisa menatap masa depan dengan indah. Namun bila pacaran yang dikembangkan adalah pacaran negatif yang hanya mengumbar kesenangan dan kenikmatan nafsu belaka, maka akan terjadi malapetaka dalam kehidupan remaja. Masa depan suram dan tidak ada kesempatan lagi untuk mendapatkan sesuatu yang indah dalam hidup.3 STAIN merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dalam salah satu misinya yaitu mengantarkan mahasiswa menjadi sarjana yang berakhlak baik, karena akhlak sangat berkaitan dengan pola pikir, sikap hidup, dan perilaku seseorang. Jika akhlak seseorang buruk, maka sangat 2 3
Abu Al-Ghifari, Pacaran Yang Islami Adakah?, (Bandung: Mujahid Press, 2004), h.47 Lukman A. irfan , S. Ag. Nikah, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007), h.10
mungkin ia akan melahirkan berbagai perilaku yang dampaknya dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Bagaimana kondisi mahasiswa STAIN Pekalongan terhadap perilaku berpacaran? Budaya pacaran sekarang ini sering dijadikan ajang tren, banyak yang mengatakan kalau tidak mempunyai pacar berarti dia tidak gaul dan ketinggalan zaman. Kasus ini sering terjadi karena mereka kurang memperoleh perhatian serta bimbingan moral dari orang tuanya, sehingga mereka sering meluangkan waktunya untuk berkumpul dengan teman-teman sebayanya dari pada berkumpul dengan orang tua mereka sendiri.4 Fenomena pacaran mahasiswa STAIN Pekalongan menampilkan bentuk dalam berperilaku dan dalam pergaulannya antara mahasiswa lakilaki dan perempuan sering bersama-sama, sehingga akan sangat mungkin menimbulkan perilaku yang tidak baik. Misalnya mahasiswa laki-laki dan perempuan sering berduaan mojok entah itu di taman ataupun di kantin.5 Melihat kenyataan yang terjadi di atas perlu kiranya dicermati untuk diteliti, apakah perilaku pacaran mahasiswa STAIN Pekalongan yang notabene sebagai intelektual muslim memberi contoh berpacaran sesuai dengan norma Islam dan adat keislaman? Melihat dari hal tersebut, maka penulis tergerak untuk menyusun skripsi dengan judul : 4
Drs. Achmad Suyuti, Mengapa Remaja Gemar Pacaran dan Mudah Jatuh Cinta,
(Pekalongan: Cinta Ilmu. 2001), h. 27 5
Pengamatan sementara di STAIN Pekalongan pada tanggal 14 juni 2011
“FENOMENA MODEL PACARAN MAHASISWA STAIN PEKALONGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM “.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana model pacaran mahasiswa STAIN Pekalongan ? 2. Bagaimana model pacaran mahasiswa STAIN Pekalongan dalam perspektif hukum Islam? Selanjutnya agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap istilahistilah yang digunakan dalam tulisan ini, maka perlu kiranya membatasi pengertian dan menguraikan secara singkat “FENOMENA MODEL PACARAN
MAHASISWA
STAIN
PEKALONGAN
DALAM
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM “ Fenomena : suatu fakta, peristiwa atau kejadian yang dapat diamati gejala. Model : makna model disini lebih kepada hal-hal yang dilakukan atau gaya ketika berpacaran. Pacaran : sebuah ikatan yang dibangun di atas komitmen dan kepercayaan karena dipicu oleh rasa cinta dan sayang kepada pasangannya, baik pra-nikah ataupun pascanikah. Mahasiswa : merupakan pelajar diperguruan tinggi. Hukum Islam : merupakan kaidah, asas, prinsip atau aturan yang digunakan untuk mengendalikan masyarakat Islam, baik yang berupa ayat
Al-Qur‟an, hadist Nabi, pendapat sahabat atau Tabi‟in, maupun pendapat yang berkembang di suatu masa dalam kehidupan umat islam.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian a. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui model pacaran mahasiswa STAIN Pekalongan b. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan khususnya di STAIN Pekalongan dalam rangka mengembangkan pendidikan moral dan akhlak yang berkaitan dengan perilaku mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. 2. Dapat dijadikan bahan awal bagi yang hendak mengadakan penelitian selanjutnya. 3. Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana program Strata 1 ( S.1 ) dalam bidang Hukum Islam (Syari'ah).
D. Telaah Pustaka Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menggunakan berbagai referensi, diantaranya adalah :
Di dalam buku yang berjudul Wahai Penghujat Pacaran Islam karangan Muhammad Shodiq dijelaskan mengenai pacaran. Adapun pengertian dari pacaran di dalam buku dijelaskan : a.
Menurut Salihin dan Iwan Januar “pacaran adalah aktivitas menumpahkan rasa suka dan sayang kepada lawan jenis”.
b.
Menurut Robi‟ah Al Adawiyah “pacaran sebenarnya Cuma ekspresi ..... perasaan suka pada lawan jenis, terus ditindak lanjuti dengan perilaku-perilaku yang dianggap romantis dan kemudian publik memberikan pengakuan si A pacaran dengan si B, si A pacarannya si B (hubungan laki-laki perempuan yang bukan muhrim dalam sebuah komitmen selain nikah).”
c.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ketiga, 2002 : 807), pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan atau berkasih-kasihan dengan sang pacar. Kencan adalah berjanji untuk saling bertemu disuatu tempat dengan waktu yang telah ditetapkan bersama.6 Dari uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa : pacaran adalah
bercintaan atau berkasih-kasih (antara lain dengan saling bertemu di suatu tempat pada waktu yang telah ditetapkan bersama) dengan kekasih atau teman lain jenis yang tetap (yang hubungannya berdasarkan cinta-kasih). Singkatnya, pacaran adalah bercintaan dengan kekasih tetap. 6
h. 11-12
Muhammad Shodiq, Wahai Penghujat Pacaran Islam, (Surakarta: Bunda Yurida, 2004),
Dalam buku Mengapa Remaja Gemar Pacaran dan Mudah Jatuh Cinta karangan Achmad Suyuti, menyatakan bahwa diusia pubertasnya remaja mulai digerakkan oleh dorongan fitrahnya yaitu mulai tertarik kepada lain jenis. Mereka sudah mulai merumuskan adanya getaran hati dan dorongan nafsu ketertarikan kepada lawan jenis, yang kadang-kadang belum mereka pahami benar-benar apa dorongan itu sebenarnya. Dan sikap remaja yang sudah dihinggapi perasaan ketertarikan ini jelas akan banyak mempengaruhi tingkah lakunya, seperti berdandan, berpakaian rapi, necis dan suka menarik perhatian. Pada masa remaja dimana hasrat dan nafsunya sedang bergejolak dan menggebu-gebu, ia mudah dimabuk berbagai macam pesona cinta, rentang terkena panah asmara. Sepanjang masa pubernya itu ada periode-periode tertentu yang amat sensitif bagi remaja untuk jatuh cinta dan pacaran.7 Dalam buku karangan Sayyid Muhammmad Husein Fadhlullah yang berjudul Dunia Remaja menyatakan bahwa cinta merupakan perasaan kemanusiaan yang membuat anda tertarik kepada orang lain melalui sifat keindahan, pemikiran, tindakan atau yang lainnya. Karena itu, kita harus membedakan antara perasaan yang membangkitkan rangsangan dan perasaan yang menyebabkan keterbukaan kepada orang lain karena
7
Achmad Suyuti, Mengapa Remaja Gemar Pacaran dan Mudah Jatuh Cinta, (Pekalongan : Cinta Ilmu. 2001), h. 6-7
berhubungan alamiah yang dilakukan atas dasar penghormatan kepada orang lain.8 Dalam buku karangan Aziz Bachtiar yang berjudul Cinta Remaja menyatakan bahwa dunia remaja adalah dunia yang penuh dengan gelora jiwa muda yang menghentak-hentak. Idealisme yang dikembangkan akan memacu mereka untuk mendapatkan segala sesuatu dengan mudah tanpa ada perhitungan dan pertimabangan yang matang. Segala aktivitas yang dilakukan pun hanya berdasarkan pada dorongan kejiwaan yang tampak oleh mata. Akibatnya, remaja hanya terpacu kepada satu tujuan belaka tanpa
harus
memperhitungkan
akibat
yang
akan
terjadi
dan
mempertimbangkan untung dan ruginya bila harus melakukan pekerjaan tersebut.9 Dalam buku karangan Abu Al-Ghifari yang berjudul Pacaran Yang Islami Adakah? menyatakan pacaran sendiri dapat di artikan ajang saling mengenal agar mengetahui karakter masing-masing. Kenyataannya justru bukannya saling mengenal tapi upaya saling melampiaskan nafsu birahi. Seorang laki-laki menemui pacarnya, umumnya bukan untuk menyelidiki latar belakang si wanita itu, melainkan ingin melihat kecantikan wajahnya dan kemolekan tubuhnya. Dari sudut bahasa sudah Nampak bahwa pacaran adalah hubungan cinta kasih antara lawan jenis diluar nikah, tidak
8
Sayyid Muhammad Husein Fadhlullah, Dunia Remaja, Tanya Jawab Seputar Pergaulan
dan Problematika Remaja, (Bandung: Pustaka Hidayah. 2005), h. 125 9
Aziz Bachtiar, Cinta Remaja, (Mengungkap Pola dan Perilaku Cinta Remaja ),
(Yogyakarta: Indie Books, 2004), h. 9-10
bernilai, dan mengandung unsur-unsur yang membahayakan masa depan kedua pasangan tersebut baik dunia maupun akhirat.10 Dalam buku karangan Mohammad Asror Yusuf, MA yang berjudul Bercinta Karena Allah menyatakan pacaran sebagai media untuk saling mengenal agar pernikahannya nanti langgeng. Pacaran tentu diperbolehkan oleh agama sebab, mewujudkan rumah tangga yang sakinah dan langgeng dianjurkan oleh agama. Namun, lebih dari itu pacaran sudah melampui batas yang telah ditetapkan oleh agama, tentu saja tidak diperbolehkan. Pacaran yang mengarah pada pergaulan bebas, perkelahian antar teman, dan kerusakan-kerusakan moral lainnya, tentunya dilarang oleh agama. Dalam buku karangan Anang Haris Himawan yang berjudul Bukan Salah Tuhan Mengazab menyatakan pacaran bukanlah sebagai sunah melainkan perilaku yang dikategorikan hokum mubah bi syarth (boleh bersyarat), yakni pacaran dengan kekasih tetap dan permanen, hanya sebatas komunikasi, dan saling memberikan dorongan-dorongan postif, membangun kesepahaman untuk berumah tangga, serta memiliki komitmen kuat menjauhkan diri dari perbuatan zina.11
E. Kerangka Teori Istilah pacaran tentu tidak asing lagi bagi remaja zaman bebas ini. Sebab, dapat di pastikan bahwa umumnya remaja sekarang pernah
10 11
17
Abu Al-Ghifari, Pacaran Yang Islami Adakah?, (Bandung: Mujahid Press, 2004), h. 20 Anang Haris Himawan, Bukan Salah Tuhan Mengazab, (Solo: Tiga Serangkai, 2007),h.
berpacaran, menjalin cinta kasih dengan lawan jenisnya. Atau setidakya pernah menyukai lawan jenis jenisnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pacar adalah teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Berpacaran atau pacaran berarti bercintaan dan berkasih-kasihan. Dalam kehidupan sehari-hari, berpacaran tidak hanya menjalin persahabatan, tetapi lebih dari pada itu. Berpacaran menjadi suatu aktifitas
dan
sarana
berkomunikasi
untuk
mencurahkan
atau
mengungkapkan segala isi hati dua insane yang berlawanan jenis agar saling menyayangi, kasih mengasihi dan saling mencintai.12 Kecenderungan manusia terhadap
lawan jenisnya merupakan
kodrat Allah SWT. Yang telah ditetapkan pada hamba-Nya, sebagaimana telah diungkapkan dalam al-qur‟an Surat : Ali-Imron:1413
12
Mohammad Asror Yusuf, Bercinta Karena Allah, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2003), h.
57 13
Ahmad Suyuti, Mengapa Remaja Gemar Pacaran danMudah Jatuh Cinta, , (Pekalongan : Cinta Ilmu. 2001), h. 35
Artinya: ” dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatangbinatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”(QS. Ali-Imron : 14)
Agama Islam tidak mengekang atau membelenggu nafsu seseorang, tetapi juga tidak membebaskan. Didalam islam,hubungan atau pergaulan pria dan wanita diatur dengan sebaik-baiknya,sopan dan etis, apalagi kalau pergaulan itu bisa menimbulkan dampak jalinan perasaan, lebih-lebih mendorong getaran syahwat. Islam telah mengatur dan memelihara kesucian pergaulan antara jenis itu dengan cara dan etika akhlak yg terpuji.14 Ada tiga macam kemungkinan pacaran yang dimaksudkan yaitu: a) Hubungan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim, dalam hubungan itu mereka sering berduaan dan melakukan kontak jasmani berupa ciuman atau samacamnya.
14
Tendi Krisna Murti, Kujemput Jodoh Dengan Tahajud, (Yogyakarta: Pustaka Marwa,
2010), h. 25
b) Hubungan laki-laki dan perempuan bukan muhrim, dalam hubungan itu mereka sering berduaan, namun tetap menjaga agar tidak terjadi kontak badan. c) Hubungan laki-laki dan perempuan bukan muhrim, tetapi selalu menjaga agar mereka tidak berduaan apalagi melakukan kontak badan dalam bentuk apapun. Harus di sadari oleh kita semua bahwa memiliki rasa cinta adalah fitrah dari oleh Allah SWT, namun jangan sampai mengumbar rasa cinta seenaknya. Islam menghalalkan pernikahan, bahkan dinytakan sebagai sunnah, tapi islam melarang keras perzinaan. Bukan hanya pezinaan, akan tetapi mendekati perzinaan pun dilarang oleh islam sebagaimana firman Allah SWT dalam Qur‟an Surat Al Isra‟ ayat 32:
Artinya: “dan janganlah kamu mendekati zina Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Isra‟ : 32) Pacaran dalam bentuk 1 dan 2 dilaksanakan sebagai perbuatan yang mendekti perbuatan zina . dalam pandangan islam bentuk ketiga di kenal dengan istilah ta‟aruf. Dalam proses yang benar untuk mencapai pernikahan adalah :
Ta‟aruf→ Khitbah→ NIkah .15 Hal- hal yang termasuk mendekati zina, misalnya, bergandengan tangan, berdua-duaan di tempat sepi, berpelukan, berciuman, rabaan, dapat mengarahkan sseorang untuk berbuat zina. Karena itu dilarang. Dalam Islam ada kaidah : “sesuatu yang bias menjerumuskan seseorang kepada perbuatan hara,hukumnya haram juga”. Kalau mendekati zina saja tidak boleh,tentu saja zina dilarang oleh islam. Pacaran yang diiringi tidur bareng bak sepasang suami istri, tentu saja diharamkan oleh islam karena akan menimbulkan dampak negatif, baik pada diri pelaku maupun masyarakat.16
F. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami. Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa
63
15
Diazcorner, 2000, Pacaran Dalam Pandangan Islam, www. Multiply. com
16
Mohammad Asror Yusuf, Bercinta Karena Allah, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2003), h.
metodologi
kualitatif
merupakan
prosedur
penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Dalam penelitian akan meneliti tentang model pacaran mahasiswa STAIN Pekalongan.17
2. Sumber Data a. Sumber Data Primer Yaitu data yang diperoleh dari seseorang yang terlibat langsung di lapangan melalui pengamatan atau observasi atau interview. Sumber data yang diteliti termasuk di dalamnya adalah mahasiswa STAIN Pekalongan. b. Sumber Data Sekunder Yaitu data yang akan digunakan sebagai landasan pemikiran, kajian dan penyusunan terhadap obyek kajian, yaitu alQur‟an dan terjemahannya, majalah, Koran, maupun internet, juga buku-buku yang ada kaitannya dengan judul skripsi ini. 3. Instrument Penelitian Pada penelitian kualitatif, instrument penelitian adalah peneliti itu sendiri sehingga validasi dilakukan oleh peneliti sendiri dengan alat bantu seperti halnya alat tulis, recorder, dan kamera. 4. Tehnik Pengumpulan Data
17
http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/116-metodepenelitian-kualitatif.html
Untuk mendapatkan data dari penelitian ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : a. Wawancara Adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan
makna
dalam
suatu
topik
tertentu.Dengan
menggunakan alat-alat bantu seperti buku catatan, tape recorder dan kamera. Obyek dari wawancara tersebut yaitu Mahasiswa STAIN Pekalongan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan. Dalam bahasa sederhana purposive sampling itu dapat dikatakan sebagai secara sengaja mengambil sampel tertentu (jika orang maka berarti orang-orang tertentu) sesuai persyaratan (sifat-sifat, karakteristik, ciri, kriteria) sampel. jadi informan telah di tentukan lebih dahulu dengan criteria Mahasiwa STAIN Pekalongan yang berpacaran dan yang tidak berpacaran. Dalam metode wawancara ini penulis juga menggunakan tehnik snowball yang merupakan teknik penentuan sample penelitian dengan mengikuti informasi-informasi dari sample sebelumnya. Misal dari Pak A mengatakan pak B yang tahu atau layak menjadi sample, selanjutnya pak B menunjuk lagi ke Pak C bahwa dia yang lebih layak, demikian seterusnya sampai
ketemu dengan sample yang diinginkan atau yang memenuhi syarat.18 b. Studi Dokumentasi Menurut Dr. Suharsimi Arikunto adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, raport, dan notulen rapat. Dokumentasi yang dikumpulkan dan digunakan adalah bahan-bahan pustaka yang terkait dengan penelitian.19 c. Observasi Penelitian Yaitu pengamatan penulis terhadap subjek yang diteliti yaitu fenomena Mahasiswa STAIN Pekalongan yang berpacaran maupun yang tidak berpacaran. Juga terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan tema penelitian.
5. Tehnik pengecekan data Teknik pengecekan data ini dengan menggunakan metode triangulasi yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang perilaku murid, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh 18
http://tatangmanguny.wordpress.com/2009/06/30/sampel-sampling-dan-populasipenelitian-bagian-ii-teknik-sampling-ii/ 19
h. 102
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Praktek,(jakarta: Rienaka Cipta,1997)
dapat dilakukan ke guru, teman murid yang bersangkutan dan orang tuanya. Atau Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Triangulasi yang dilakukan disini adalah sumber data dan metode.20 6.
Metode Interaktif Haberman Yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus selama pengumpulan data berlangsung samapai laporan akhir lengkap tersusun. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Penyajian data merupakan proses sekumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian
data
juga
merupakan
gambaran
secara
keseluruhan dari sekelompok data yang diperoleh agar mudah dibaca secara menyeluruh. Adanya penyajian data maka penulis dapat memahami
apa
yang
sedang
dan
akan
dilakukan
dalam
mengantisipasinya. Menarik kesimpulan yang pada awalnya masih longgar namun meningkat menjadi lebih rinci dan mendalam dengan
20
http://8tunas8.wordpress.com/2011/07/23/metode-penelitian-triangulasi/
bertambahnya data dan akhirnya kesimpulan merupakan suatu konfigurasi yang utuh.21
G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penjelasan dan pemahaman pokok-pokok masalah yang akan dibahas, maka penulis menyusun sistematika skripsi sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Pacaran ; berisi tentang tinjauan umum tentang pacaran yang meliputi : pengertian remaja, pengertian pacaran, macam-macam pacaran, pacaran dalam pandangan Islam. Bab III : Profil mahasiswa ; berisi tentang situasi umum STAIN Pekalongan meliputi : sejarah, letak geografis STAIN Pekalongan, keaadan mahasiswa STAIN Pekalongan. Bab IV : Model pacaran mahasiswa STAIN Pekalongan meliputi : makna dan model pacaran mahasiswa STAIN Pekalongan, model pacaran mahasiswa STAIN pekalongan menurut hukum Islam. Bab V : Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.
21
http://wwwdangaronpengajaranbahasadansastra.blogspot.com/2009/04/pembelajarankontekstual-dengan-metode.html
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PACARAN
A. Remaja 1. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.22 Dalam menjelaskan bahwa apakah seseorang itu sudah masuk dalam kategori remaja atau belum tidak bisa dipastikan secara pasti, karena hal itu berhubungan dengan rentang waktu yang terbatas. Namun, dalam menentukan batas akhir seseorang itu dianggap sebagai dewasa tidak masih menunjukkan banyak perbedaan. Berikut karakteristik awaldan akhir seseorang yang dianggap remaja atau tidak remaja lagi.23 Awal Remaja
Pubertas
Akhir Remaja
Ketika
perkembangan
seksual sudah lengkap
22
http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/ Aziz Bachtiar, Cinta Remaja, (Mengungkapkan Pola dan Perilaku Cinta Remaja), (Yogyakarta: Indie Books, 2004), h.21 23
Satu
tahun
setelah
pubertas
Waktu
pertama
mengalami
Pada
menstruasi
permulaan
usia
Ketika dorongan kejiwaan
Ketika sudah lulus SMA
Ketika sudah menikah
Ketika ekonomi sudah bisa dicari sendiri
sudah dimulai
Ketika memasuki SMP
Ketika pertumbuhan fisik
belasan tahun
usia
telah berhenti
kali
(bagi wanita)
berakhirnya
belasan tahun
Ketika
Ketika sudah mendapatkan emansipasi dari orang tua
Ketika
kematangan
emosional dan intelektual sudah dicapai
Ketika
sudah
mencapai
umur 21 tahun (definisi menurut hukum)
2. Masa Usia Remaja Menurut Elizabeth Hurlock mengatakan bahwa jika dibagi berdasarkan bentuk-bentuk perkembangan dan pola-pola perilaku yang
tampak khas bagi usia-usia tertentu, maka rentangan kehidupan terdiri atas 11 masa, yaitu :24 a. Prenatal : Saat konsepsi sampai lahir b. Masa neonates : Lahir sampai akhir minggu kedua setelah lahir c. Masa bayi : Akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua d. Masa kanak-kanak awal : 2 tahun sampai 6 tahun e. Masa kanak-kanak akhir : 6 tahun sampai 10/11 tahun f. Pubertas : 10/11 tahun sampai 13/14 tahun g. Masa remaja awal : 13/14 tahun sampai 17 tahun h. Masa remaja akhir : 17 tahun sampai 21 tahun i. Masa dewasa awal : 21 tahun sampai 40 tahun j. Masa setengah baya : 40 tahun sampai 60 tahun k. Masa tua : 60 tahun sampai meninggal Usia remaja adalah pada rentang 13 sampai 21 tahun, namun dari rentang usia tersebut, pengkategorian remaja masih tidak ada yang pasti. Banyak factor yang menyebabkannya, dari lingkungan, orang tua, sampai budaya. Menurut Siti Rahayu Hadinoto, dalam bukunya “Psikologi Perkembangan” dalam mengklasifikasikan antara remaja awal dan remaja akhir adalah dengan pembagian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun remaja petengahan, 18-21 tahun remaja akhir. Masa pra pubertas berlangsung sekitar kurang lebih 2 tahun dari usia 10-12 tahun, dan masa
24
Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 24-25
pubertas pada usia 12-15 tahun dengan anak wanita beberapa saat lebih dulu mulainya dari pada anak laki-laki.25 Remaja Pra remaja
Remaja awal
Pertengahan
Remaja akhir
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
▲
▲
▲
▲
▲
▲
▲
▲
▲
▲
▲
▲
Pra-pubertas
Pubertas Addesensi
Menurut Kwee Soen Liang SH, bahwa remaja awal bisa juga digambarkan sebagai masa pubertas atau “puberteit” sebagai berikut : 1. Pra puberteit : Laki-laki
: 13-14 tahun (fase negatif)
Wanita : 12-13 tahun (masa strum und drang) 2. Puberteit : Laki-laki
: 14-18 tahun (masa merindu)
Wanita : 13-18 tahun (masa memuja) 3. Adolescence : Laki-laki
: 19-23 tahun
Wanita : 18-21 tahun Granville Stanley Hall berpendapat bahwa remaja merupakan masa “strum und drang”, yaitu periode yang berada dalam dua situasi : antara 25
Siti Rahayu Hadianto, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Gajah Mada Gemanity Press, 1998), h. 263-264
kegoncangan, penderitaan, asmara, dan pemberontakan dengan otoritas orang dewasa.26 Sedangkan menurut Dr. Boyke Dian Nugraha berpendapat bahwa : masa remaja adalah masa yang ditandai dengan perubahan fisik secara cepat, ketertarikan pada lawan jenis dan keinginan untuk memberontak.27 Senada dengan hal itu, George Lavinger juga mengatakan bahwa masa remaja adalah masa ketika remaja mulai mengenal minatnya untuk berhubungan dengan lawan jenis. Hal itu ditandai dengan perhatiannya terhadap penampilan fisik seperti berhias dan berpakaian.28
B. Pacaran 1. Pengertian Pacaran Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pada beberapa pasangan suami istri sebelum menikah mereka mengikuti proses berpacaran dulu. Dalam beberapa kasus tidak demikian. Biasanya proses pacaran terjadi di kalangan remaja dan kalangan dewasa. Berdasarkan uraian ini, apakah definisi atau pengertian pacaran? Pacaran adalah suatu kata yang tidak asing lagi kita dengar di kalangan remaja. Sedangkan kata “pacaran” sendiri berasal dari kata “pacar” dan yang mendapatkan imbuhan/akhiran “an”. 26
Aziz Bachtiar, Cinta Remaja (Mengungkapkan Pola dan Perilaku Cinta Remaja), (Yogyakarta: Indie Books, 2004), h.23 27 Boyke Dian Nugraha, Problema Seks dan Cinta Remaja, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.42 28 Aziz Bachtiar, Cinta Remaja (Mengungkapkan Pola dan Perilaku Cinta Remaja), (Yogyakarta: Indie Books, 2004) , h.25
Pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Berpacaran adalah bercintaan atau menjadikan dia sebagai pacar. Sementara kencan sendiri adalah berjanji untuk saling bertemu di suatu tempat dengan waktu yang telah ditetapkan bersama.29 Pacaran menurut Iip Wijayanto yaitu sebuah ikatan yang dibangun di atas komitmen dan kepercayaan karena dipicu oleh rasa cinta dan sayang kepada pasangannya, baik pra-nikah ataupun pascanikah.30 Pacaran menurut Didik Hermawan yaitu suatu proses melakukan penjajagan secara detail tentang calon pasangan hidup melalui cara langsung.31 Pacaran adalah sebuah hubungan romantis atau suatu hubungan hasil kombinasi antara passion, komitmen dan intimasi (perasaan kedekatan secara fisik dan emosional).32 Pacaran sendiri dapat diartikan sebagai ajang saling mengenal agar mengetahui karakter masing-masing. Jadi pacaran merupakan sebuah usaha sadar manusia untuk mencari pasangan yang berlainan jenis yang berdasarkan cinta kasih, dan untuk saling mengenal yang bertujuan untuk mendapatkan pasangan dengan tanpa adanya ikatan formal baik secara agama maupun hukum positif.
29
Dep. Pend. Nas. Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 107 Iip Wijayanto, Pemerkosaan Atas Nama Cinta, (Yogyakarta: Tinta, 2004), h. 26 31 Didik Hermawan, Pinanglah Daku, Duhai Cintaku, (Solo: Smart Media, 2004), h. 72 32 http://Purnama Julia, Pengertian Pacaran blogspot.com,… 30
Menurut Agus S. Gunadi, cinta sejati adalah cinta yang berbagi. Konsepnya bukan take and give, melainkan give and give, tujuanya adalah kebahagiaan pasangan baru kebahagiaanku.33 Orang yang jatuh cinta biasanya tidak puas sekedar menikmati cintanya, tetapi lebih dari itu ia akan rela berkorban demi kebahagiaan orang yang dicintai. Ia sadar bahwa cinta pasti menuntut banyak pengorbanan untuk mendapatkan simpati dari orang yang dicintai. Ia juga sadar, tiada suatu apapun dalam hidup ini yang bisa mencapai kepuasan bercinta sebanding dengan ketika seorang kekasih bisa membahagiakan dan menyenangkan hati orang yang dicintai, karena dalam mahligai cinta, kekasih sejati yang dibutuhkan bukan hanya saling pengertian, tetapi juga perhatian, kesetiaan, dan pengorbanan. Cinta yang tulus ini seringkali dapat mengubah orang yang sebenarnya penakut menjadi pemberani, semula kikir menjadi dermawan, dulunya bodoh menjadi pintar, dulunya gagap menjadi fasih berkata-kata, sebelumnya bertabiat kasar menjadi halus, lembut, dan penyayang. Erich Fromm membedakan ada lima macam cinta, yaitu: cinta sahabat, cinta orang tua, cinta erotik, cinta diri sendiri, dan cinta Tuhan.34 Cinta sahabat atau persaudaraan adalah cinta yang paling dasar dan umum. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain, kehidupan kelompok kebersamaan, interaksi sosial, merupakan kebutuhan
33
Agus S. Gunadi, I Love You as You Are, (Yogyakarta: Sekar Mawar Publishing,
2010), h. 9. 34
http:/www.psikologi.unj.ac.id/forum/6diskusi-akademis/147-teory-cintanya-om-enchfrom-html 30 Desember 2010.
dasar dari individu. Untuk membentuk kehidupan bersama, kehidupan kelompok dan interaksi sosial yang baik perlu didasari oleh rasa senang, rasa sahabat, rasa cinta dari individu terhadap individu lainya. Yang kedua adalah cinta orang tua (cinta ibu dan ayah) kepada anak. Cinta ini merupakan cinta murni, sebab tanpa didasari oleh pamrih, atau imbalan apapun, cinta orang tua benar-benar ditunjukan untuk anaknya. Cinta erotik merupakan cinta antara jenis kelamin yang berbeda antara pria dengan wanita. Cinta ini disebut erotik karena mengandung dorongan erotik/seksual. Cinta yang keempat adalah cinta diri sendiri. Manusia adalah makhluk yang bisa bertindak sebagai subjek dan juga sebagai objek. Berkenaan dengan masalah cinta, Objek cintanya bisa diri sendiri. Cinta Tuhan merupakan manifestasi dari hubungan manusia dengan yang Ghaib, yaitu yang menciptakanya. Cinta Tuhan juga merupakan manifestasi dari kesediaan makhluk untuk berbakti kepada-Nya. Dengan adanya penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan cinta dalam hubungan pacaran adalah termasuk jenis cinta erotik yang mana, rasa cinta ini disebabkan oleh faktor jenis kelamin yang berbeda. Maka tidak heran jika banyak remaja sekarang yang melampiaskan cintanya untuk berpacaran. Dari sekian banyak romantika, memang “cinta” adalah yang paling indah dan tidak ada duanya. Cinta remaja, walaupun dikatakan “cinta monyet” merupakan peristiwa yang paling disukai oleh seluruh manusia.
Kisah cinta remaja akan selalu sangat menarik untuk dikenang kembali. Cinta remaja sebenarnya adalah ungkapan kejujuran, berkata apa adanya, walaupun tidak mustahil nanti akan mudah berpaling ketika mendapat yang lain.35 Dari berbagai definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa “pacaran” adalah proses mengenal lawan jenis lebih dekat melalui rasa suka yang dimiliki terhadap lawan jenis. Dimana rasa suka itu mendapat respon positif dari lawan jenis yang kita suka, sehingga dia mau menerima kita menjadi pacar (menjalin hubungan lebih dekat dan bukan hanya sekedar teman atau sahabat). Dalam pacaran, ada aktivitas yang disebut dengan kencan. Aktivitas ini berupa kegiatan yang telah direncana, maupun tak terencana. Kencan yang tak terencana disebut dengan kencan buta. Kemudian lebih jauh lagi bila hubungan pria dan wanita itu sudah menjurus pada ketertarikan yang bersifat biologis, maka pernikahan adalah solusi terbaik untuk sebuah hubungan antara dua insane berlainan jenis agar terhindar dari perbuatan zina. Pernikahan adalah jalan yang resmi, halal, dan menyehatkan bagi laki-laki dan perempuan yang saling mencintai. Sebab pacaran hanyalah kebahagiaan semu yang menggoda, bahkan justru hanya akan menambah benih-benih dosa bagi para pelakunya. Aktivitas menjauhi semua hal yang dilarang tersebut akan membawa keselamatan dan kebahagiaan bagi manusia itu sendiri.
35
Jefri Al-Bukhori, Senandung Cinta, (Jakarta: Al-Mawardi, 2006), h. 114
2. Karakteristik Gaya Pacaran Sebagaimana kata Didik Hermawan, gaya cinta para remaja itu ada tiga jenis yaitu: a. Gaya Cinta Eros Gaya ini memandang cinta dengan penuh gairah dan romantis. Remaja dengan gaya ini memfokuskan pada kecantikan dan ketertarikan secara fisik dan emosi. Sangat menginginkan hubungan yang mendalam yaitu melakukan keintiman, keterbukaan, bermesraan dengan pasangannya. Mereka mengekspresikan cintanya secara verbal seperti dengan mengatakan, “Saya cinta padamu” dan secara non verbal yaitu dengan memberikan suatu benda (hadiah) kepada pasangannya. b. Gaya Cinta Manis Gaya ini mirip dengan gaya eros. Ia dapat terbuka dengan pasangannya. Mereka sangat mencintai pacarnya sehingga mereka sengat cemas kehilangan pasangannya. Akhirnya mereka menjadi orang yang sangat pencemburu. Bersifat obsesif, ingin memiliki pacarnya secara utuh.
c. Gaya Cinta Ludus Gaya cinta ini memandang cinta sebagai sebuah permainan, bukan hal yang serius. Mereka membatasi hubungan dengan pacarnya,
tidak melihatkan emosi yang mendalam. Mempertahankan hubungan cinta sejauh pacarnya masih menarik baginya. Kesetiaan bukanlah hal yang utama, sehingga ia sering berganti-ganti pasangan.36 Gaya pacaran menurut Buku karangan Iip Wijayanto yaitu: a. Room Oriented Ini jelas gaya pacaran yang sangat tidak sehat. Saya melihat bahwa, didukung dengan fasilitas yang ekstra lengkap, gaya pacaran ini menjadi icon baru yang begitu digemari. Kamar “Kost” dengan fasilitas kamar mandi di dalam, Televisi, CD-Room, Tape, AC atau minimal kipas angin, kulkas mini, dll. Akhirnya kamar pun beralih peran menjadi ganda sekaligus ruang tamu. Tamu spesial atau biasabiasa saja diterima di kamar. Tipe inisiator room oriented ini sendiri (sebagaimana
yang
dijelaskan
sebelumnya)
adalah
rangka
menciptakan mediasi yang kondusif tadi.
b. Love in all the time Setiap saat selalu bersama. Saat ini kita melihat dengan mudah, pasangan-pasangan muda yang belum menikah tapi seakan-akan sudah tidak dapat dipisahkan lagi. Ke mana-mana terlihat begitu intim dan selalu berdua. c. Show 36
73
Didik Hermawan, Pinanglah Daku, Duhai Cintaku, (Solo: Smart Media, 2004), h. 72-
Pacaran untuk pertunjukkan atau sekedar gagah-gagahan. Tidak tau apa itu hakikat dari pacaran, fungsi, dan filosofisnya. Takut dikatakan tidak laku, akhirnya ikut-ikutan pacaran, ini tipe show yang pertama. Yang kedua, tipe pacaran yang minim rasamalu tadi. d. Experiment Kalau ada terminologi
perex (perempuan
eksperimen)
seharusnya juga ada istilah pirex (pria eksperimen). Teman dan partnernya perex ya hanya pirex. Artinya, gaya pacaran coba-coba ini harus dihindari benar. Biasanya inisiator akan mencoba ngajak bereksperimen dengan seks pas foto alias dari dada ke atas. Setelah si pacar tidak menolak, mulai merambat turun dari dada ke puser (udel). Selanjutnya akan merambat turun lagi, hingga ke bawahnya puser. e. Just having fun Gaya pacaran yang paling bedonis ini, yang seakan-akan menjadi kutub baru, yang mewarnai interaksi dan relasi laki-laki dan perempuan pada saat ini. Bahasa yang lebih kasar pada praktiknya sering kita sebut sebagai “kumpul kebo”. Mau menikmati seks tapi tidak mau melewati aturan yang ada sekaligus terbebani dengan tanggung jawab-tanggung jawab yang ada di dalam pernikahan tersebut. Pengikut aliran ini biasanya bisa dilihat pada factor penyebab yang bersangkutan membangun komitmen ikatan cinta.37 3. Pacaran Dalam Perspektif Islam
37
Didik Hermawan, Pinanglah Daku, Duhai Cintaku, (Solo: Smart Media, 2004), h. 78
Mungkin di antara kita ada yang beranggapan bahwa pacaran adalah salah satu kode etik yang harus ditempuh untuk memilih calon suami atau istri. Karena dengan berpacaran, seseorang dapat menjajagi kepribadian calonnya secara lebih akurat. Bagaimana menurut Islam? Apakah Islam mengajarkan para pemeluknya untuk berpacaran? Haruskah penjajagan terhadap calon suami atau istri mesti ditempuh dengan berpacaran?38 Dalam format mencari pasangan hidup, Islam telah memberikan panduan yang jelas tentang apa saja yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda Rasulullah SAW tentang 4 kriteria yang terkenal itu.
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺴﺪﺩ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﳛ ﻲ ﻋﻦ ﻋﺒﻴﺪ اﷲ ﻗﺎﻝ ﺣﺪﺛﻨﻲ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﺑﻲﺳﻌﻴﺪ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻴﻲ اﷲ ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ﺗﻨﻜﺢ اﻟﻤﺮ ﺃﺓ ﻷﺭ ﺑﻊ ﻟﻤﺎﻟﻬﺎ ﻭﻟﺤﺴﺒﻬﺎ ﻭﺟﻤﺎﻟﻬﺎ ﻭﻟﺪﻳﻨﻴﻬﺎ ﻓﺎﻇﻔﺮ ﺑﺬاﺕ
اﻟﺪﻳﻦ ﺗﺮﺑﺖ ﻳﺪاﻙ Artinya; “Telah menceritakan kepada kami Musaddad Telah menceritakan kepada kami Yahya dari Ubaidullah ia berkata; Telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Abu Sa'id dari bapaknya dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Wanita itu di nikahi karena empat hal,
karena
hartanya,
karena
keturunanya,
karena
kecantikannya dank arena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung.”
38
M. Nipan Abdul Halim, Membahagiakan Suami Sejak Malam Pertama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm.29
Selain keempat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika seorang memilih
pasangan hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi
yang tidak mungkin diceritakan langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah ini, peran orang tua atau pihak keluarga menjadi sangat penting. Inilah proses yang dikenal dalam Islam sebagai ta`aruf. Jauh lebih bermanfaat dan objektif ketimbang kencan berduaan.39 Perlu kita pahami bahwa Islam tidak mengingkari adanya kecenderungan seksual atau cinta secara seksual. Hal tersebut merupakan sesuatu yang alami yang ada pada diri manusia. Hanya saja, Islam menggarisbawahi bahwa untuk memenuhi motivasi seksual tersebut, seseorang harus menempuh cara yang disyari‟atkan, yakni menikah. Rasulullah Saw menganjurkan kepada pemuda Islam untuk segera melangsungkan
pernikahan,
menanggungnya.
Namun,
jika jika
mereka mereka
berani merasa
dan
mampu
tidak
mampu
menangguhnya karena berbagai kendala yang bersifat ekonomi sehingga tidak memungkinkan untuk melangsungkan pernikahan, maka Rasulullah SAW menganjurkan mereka untuk berpuasa, karena puasa mampu mengontrol motivasi seksual seseorang.40 Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas‟ud RA. bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda:
39
Ahmad Sarwat, Fiqih Praktis Akhwat, (Jakarta: Tauhid Media Center,2009), h. 22 Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Perspektif Wa’ulum An-Nafs (Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2004), hlm. 98. 40
َ َ َّﺎب َﻣ ِﻦ ا ْﺳﺘ َّ ﻳَﺎ َﻣ ْﻌش ََﺮ اﻟ ع ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ اﻟﺒَﺎ َءﺓ ﻓَ ْﻠﻴَﺘ َﺰَ َّﻭج َﻭ َﻣ ْﻦ ﻟَ ْﻢ َ طﺎ َ شﺒ َ َ َﻳ ْﺴﺘ ﺎﻟل َﻴ ِﺎﻡ ﻓَ ِﻧَّﻪ ﻟَﻪُ ِﻭ َﺟﺎ ٌءء ّ ِ طﻊِ ﻓَ َﻌﻠَ ْﻴ ِﻪ ِﺑ Artinya : “Wahai para pemuda, barang siapa diantara kalian telah mampu untuk menikah, maka menikahlah. Dan barangsiapa yang belum mampu maka hendaklah berpuasa karena puasa merupakan tameng baginya.” (HR. Bukhori muslim) Apabila seorang pemuda merasa belum mampu melangsungkan pernikahan, maka ia seharusnya mengalihkan perhatiannya melalui puasa, karena puasa dapat melemahkan motivasi seksual di satu pihak, dan mengalihkan pikiran seseorang di pihak lain. Selama puasa yang dilakukanya secara sungguh-sungguh sehingga seseorang akan sibuk menjalani ibadah seperti membaca Al-Qur‟an, beristighfar terus menerus, dan bertasbih. Ritual semacam ini dapat memadamkan api kerinduan yang membara pada jiwa seseorang, dan meredam kecenderungan seksualnya.
BAB III PROFIL MAHASISWA A. Gambaran Umum STAIN Pekalongan 1. Sejarah Berdiri STAIN Pekalongan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan merupakan Lembaga Pendidikan Tinggi yang berasal dari pengembangan Fakultas Syariah IAIN Walisongo di Pekalongan. Fakultas Syariah Pekalongan sendiri semula berasal dari Fakultas Syariah di Bumiayu
(1968), yang kemudian dinegerikan pada tahun 1970,41 Fakultas Syariah merupakan salah satu cabang dari IAIN Walisongo Semarang yang menyelenggarakan program pendidikan tinggi sampai dengan program sarjana muda. Pada tahun 1973 ada kebijakan penataan fakultas-fakultas cabang oleh karena itu, Fakultas Syariah di Bumiayu dipindahkan ke Pekalongan yang berdasarkan pertimbangan dari berbagai pihak lebih prospektif untuk mengembangkan perpindahan, Fakultas Syariah dari Bumiayu ke Pekalongan berdasarkan SK. Menteri Agama No. 37 tanggal 22 maret 1973 dan secara resmi kegiatan akademik mulai bulan maret 1973. Pada awalnya semua kegiatan dilaksanakn sore hari dengan meminjam gedung SMA Asy‟ari. Baru pada tahun 1984 Fakultas IAIN Walisongo memiliki kampus sendiri yang terletak di jalan Kusuma Bangsa No. 9 Pekalongan. Dalam pengembangannya fakultas Syariah IAIN Walisongo di Pekalongan mengalami perubahan dari fakultas madya (Fakultas yang berdiri sendiri) berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Agama No. 65 tahun 1982. Dengan perubahan ini mulai tahun akademik 1983/1984 Fakultas
Syariah
IAIN Walisongo di
Pekalongan
yang semula
menyelenggarakan pendidikan yang hanya sampai tingkat sarjana muda menjadi mempunyai kewenangan menyelenggarakan progran sajana (Strata 1). 41
STAIN Pekalongan, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan (Pekalongan: STAIN PRESS, 2007), h. 3
Sejak menyelenggarakan program sarjana Fakultas ini mengalami perkembangan
yang
menggembirakan.
Hal
ini
ditandai
dengan
meningkatnya jumlah mahasiswa dari tahun ketahun dan mulai dilengkapinya sarana dan prasarana. Pendidikan di Kampus JL. Kusuma Bangsa No. 9 Pekalongan. Keberadaan Fakultas Syariah di Pekalongan kemudian dikukuhkan dengan Kep. Presiden No. 9 tahun 1987. Pada awal tahun 1990-an ada ide dari Menteri Agama (d. h. Bapak Munawir Syajali, MA.) untuk mendirikan IAIN baru di Surakarta. Untuk merealisasikan ide tersebut Menteri Agama mengambil dua Fakultas di lingkungan IAIN Walisongo yaitu Fakultas Syariah di Pekalongan dan Fakultas Ushuluddin di Kudus sebagai cikal bakalnya. Oleh karena itu berdasarkan SK. Menteri Agama No. 170/1992 kedua Fakultas tersebut di relokasi ke Surakarta. Namun, proses relokasi ke Surakarta tersebut tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya karena: a. Fakultas Syariah di Pekalongan masih harus mengelola mahasiswa sampai study mereka selesai. b. Masyarakat
dan
Pemda
Kota
Madya
Pekalongan
masih
mempertahankan Lembaga Pendidikan Tinggi di Wilayahnya. c. Meskipun secara de jure masih direlokasi tetapi secara de facto Fakultas Syariah di Pekalongan masih tetap ada. Dengan adanya keputusan Menteri Agama nomor 170 tahun 1992 tentang relokasi Fakultas IAIN Walisongo di Pekalongan. Secara bertahap
di pindahkan ke Surakarta. Dengan kebijakan tersebut masyarakat dan Pemerintah Daerah Kotamadya Pekalongan merasa kehilangan jalan satu assetnya yang berharga dan sangat dibutuhkan masyarakat terutama dalam peningkatan sumber daya manusia. Untuk menampung dan menjembatani aspirasi masyarakat Wilayah eks karisidenan Pekalongan pada umumnya, Pemerintah Daerah Kodya Pekalongan memandang perlu tetap adanya Perguruan Tinggi Negeri di Wilayahnya. Oleh karena itu, pemeintah Kodya Pekalongan bersama Rektor IAIN Walisongo Semarang mengajukan permohonan pergantian Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo di Pekalongan yang secara de facto masih ada di Pekalongan dengan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Surat walikota Madya Pekalongan No. 420/2409/1995 tanggal 19 September 1995. Keinginan ini sejalan dengan langkah Depag yang sedang berusaha menglihkan Fakultas di lingkunga IAIN yang ada di daerah untuk menjadi Perguruan Tinggi Negeri yang berdiri sendiri. Langkah-langkah tersebut kemudian terwujut antara lain dengan terbitnya SK. Presiden RI No. 11 tahun 1977 tanggal 21 Maret 1997 tentang pendirian STAIN yang berjumlah 33 buah diseluruh Indonesia salah satunya adalah Sekolah Tinggi Agam Islam Negeri (STAIN) Pekalongan. Pembukaan STAIN secara resmi telah dilakukan oleh Menteri Agama pada hari senin tanggal 25 safar 1418 H, bertepatan tanggal 30 juni
1997 M di Jakarta. Dengan demikian resmi berdiri STAIN Pekalongan sebagai Pendidikan Tinggi Agama Islam Negeri menggantikan Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo di Pekalongan.42
2. Visi, Misi dan Tujuan STAIN Pekalongan Dalam upaya memberikan arah, motivasi dan kekuatan gerak langkah segenap civitas akademika, STAIN Pekalongan memiliki visi, misi dan tujuan sebagaimana layaknya sebuah lembaga pendidikan. Visi STAIN Pekalongan adalah sebagai lembaga Pendidikan Tinggi Islam terdepan dalam mengembangkan kualitas keilmuan dan kepribadian yang bernafaskan nilai-nilai Islam serta mempunyai kepedulian terhadap tuntutan dan kebutuhan lokal global. Adapun misi STAIN Pekalongan adalah: a. Mengembangkan
Pendidikan
dan
pembelajaran,
Penelitian
dan
Pengabdian kepada masyarakat dengan manajemen berkualitas, yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan siap menghadapi kompetensi global, nasional dan regional dengan landasan nilai-nilai Islam. b. Mengantarkan mahasiswa menjadi Sarjana Muslim yang memiliki keluasan ilmu ke-Islaman, kematangan profesional, kedalaman aqidah dan keluhuran akhlak.
42
STAIN Pekalongan, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan (Pekalongan: STAIN PRESS, 2007), h.10.
c. Mengembangkan ilmu-ilmu
ke-Islaman melalui
pengkajian dan
penelitian yang bermanfaat bagi pengembangan cakrawala pemikiran dan memberi kontribusi terhadap konsep-konsep pemberdayaan dan pengembangan masyarakat.43
3. Arah Pengembangan STAIN Pekalongan Arah pengembangan STAIN Pekalongan secara konseptual telah tertuang dalam Rencana Induk Pengembangan STAIN Pekalongan, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan. Untuk mewujudkan STAIN sebagai PTAI terkemuka, pada tahap awal telah dirumuskan rencana strategis sebagai berikut: a. Peningkatan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM. b.
Pengembangan Jurusan dan Prodi.
c.
Pengembangan Kurikulum dan Mutu Akademik.
d.
Pengembangan Kajian Keilmuan.
e. Pengembangan Perpustakaan. f.
Pengembangan Sistem Informasi.
g.
Pengembangan Penerbitan Ilmiah.
h. Pengembangan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. i.
Pengembangan Organisasi dan Kegiatan Kemahasiswaan.
j.
Peningkatan Sistem Pelayanan Akademik dan Kemahasiswaan.
k.
Penambahan dan Pemberdayaan Sarana dan Prasarana Penunjang
43
STAIN Pekalongan, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan (Pekalongan: STAIN PRESS, 2007), h. 12.
l.
Pengembangan Kerjasama PT dan Kelembagaan.
m. Pengembangan Sistem manajemen yang visioner, profesional, terbuka, akuntabilitas, kolektif dan teamwork. Untuk memberi arah pelaksanaan dan kebijakan tersebut dilakukan dengan pendekatan-pendekatan sebagai berikut: a) Pendekatan Output, yang meliputi: Kualitas Alumni, Kualitas Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Kualitas penerbitan ilmiah, Sumbangan bagi pembangunan SDM dan wilayah. b) Pendekatan Profesional, yang meliputi: Pengembangan Kurikulum dan Mutu
akademik,
Pengembangan
Spesialisasi
bidang
keilmuan,
Pengembangan Kemampuan dan Keahlian Dosen, Mendorong studi lanjut di kalangan dosen, Pengembangan Pusat Kajian Keilmuan dan Penelitian, Pengembangan penerbitan ilmiah Civitas Akademik, pengembangan sistem manajemen pendidikan dan Pengembangan Jaringan Informasi dan Perpustakaan c) Pendekatan Proses, yang meliputi: Penyediaan sarana yang memadai, kualitas
managemen
dan
pelayanan,
otonomi,
deregulasi,
dan
independensi, bottom up, transparansi dan akuntabilitas, solidaritas team work, kompetisi dan koordinasi; dan ukhuwah. Pengembangan STAIN Pekalongan juga dilakukan secara sistematik dan mengikuti langkah strategis yang tertuang dalam visi misi dan tujuan, melalui perubahan-perubahan kebijakan secara transformatif. 1. Peningkatan Sumber Daya Manusia
Dalam rangka
peningkatan
SDM,
khususnya
tenaga
pengajar/dosen, STAIN Pekalongan mengirimkan dosen-dosen untuk mengikuti studi lanjut baik tingkat Magister maupun Doktor. Selanjutnya dalam penerimaan calon dosen diutamakan yang sudah S.2 atau sedang dalam pendidikan S.2. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi perubahanperubahan di masa yang akan datang. Untuk tenaga administrasi juga selalu diupayakan peningkatan kualitasnya melalui berbagai macam pelatihan sistem administrasi, sistem keuangan, pelatihan manajemen kearsipan, pelatihan sistem informasi dan manajemen, dan lain-lain. Di samping itu, mahasiswa juga diberikan berbagai macam beasiswa, seperti beasiswa kerja, beasiswa pinjaman, beasiswa prestasi, beasiswa supersemar dan sumber beasiswa lainnya. Upaya ini dilakukan dalam rangka mengoptimalkan tercapainya tujuan akademik dan pembelajaran di Perguruan Tinggi Agama, untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan pembangunan bangsa. 2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Di samping memiliki gedung yang ada, mulai tahun anggaran 2007, STAIN Pekalongan mendapat alokasi dana pembangunan fisik dalam Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Di antara proyek pengembangan fisik yang menjadi prioritas STAIN Pekalongan adalah gedung Ma‟had Aly. Di samping itu, pembangunan fisik STAIN Pekalongan terus diupayakan secara berkelanjutan melalui penambahan ruang perkuliahan,
ruang perkantoran dan administrasi, ruang laboratorium,ruang mushola kampus, ruang kegiatan kemahasiswaan dan lain-lain. Sampai tahun 2011 IAIN Pekalongan telah memiliki 6 unit laboratorium, yaitu lab. bahasa (2 unit), lab. komputer keuangan syari‟ah, lab. mini bank, lab. mikro teaching, lab. aplikasi komputer dan lab. peradilan semu.
3. Peningkatan Kerjasama Dalam rangka pengembangan wawasan, STAIN Pekalongan menjalin kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan Instansi yang ada di Pekalongan khususnya dan di Jawa Tengah pada umumnya, misalnya : a.
Dengan IAIN Walisongo Semarang dan empat STAIN yang ada di Jawa Tengah yaitu STAIN Purwokerto, STAIN Kudus, STAIN Salatiga dan STAIN Surakarta. Kerjasama ini dalam rangka menyamakan visi dan misi. Bentuk dari kerjasama ini adalah seminar, lokakarya, diskusi maupun forum ilmiah lainnya.
b.
Dengan Universitas Pekalongan (UNIKAL) dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Muhammadiyyah. Bentuknya kegiatan akademik, seperti seminar, diskusi, perkuliahan, informasi administrasi dan lainlain.
c.
Dengan STIMIK Widya Pratama melalui kerjasama pelatihan komputer bagi pegawai, dosen dan mahasiswa.
d.
Dalam rangka kebutuhan tempat praktik mengajar bagi jurusan Tarbiyah, STAIN menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan
Dasar dan Menengah di bawah naungan Departemen Agama dan Dinas Pendidikan Kota Pekalongan. Untuk praktik lapangan mahasiswa jurusan Syari‟ah, STAIN menjalin kerjasama dengan PA Pekalongan, PA Batang, PA Pemalang dan PA Brebes. Sedangkan untuk prektek mahasiswa jurusan Tarbiyah, STAIN menjalin kerjasama dengan MAN 02, MAN 03, SMAN 1, SMAN 2, SMAN3 dan SMAN 4, SMPN 01, SMPN 02, SMPN 03, SMPN 04, SMP 05, SMPN 06,SMPN 08 dan lain-lain. e.
Dalam rangka pengabdian pada masyarakat, STAIN mengadakan kerjasama dengan Pemda Tegal, Kota dan Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang, dan Kabupaten Pemalang serta Provinsi Jawa Tengah.
f.
Kerjasama antar perpustakaan merupakan bentuk kerjasama yang paling efektif dalam penyediaan informasi dari kedua belah pihak tentang adanya bahan pustaka yang dibutuhkan terutama informasi buku-buku baru.
g.
Kerjasama dengan lembaga penelitian, seperti LIPI, Litbang Depag, Litbang Jawa Tengah, Litbang Pemkab di berbagai daerah. Serta kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan organisasi-organisasi
keagamaan
dalam
rangka
riset
dan
pemberdayaan masyarakat. h.
Kerjasama dengan lembaga-lembaga perekonomian syari‟ah di wilayah Pekalongan, seperti BNI Syari‟ah, Bank Muamalat Indonesia,
Bank Syari‟ah Mandiri dan beberapa BMT di wilayah Batang, Pekalongan, Tegal dan Brebes.44 B. Profil Mahasiswa 1. Keadaan mahasiswa Sejak tahun 1998 sampai sekarang, STAIN Pekalongan telah meluluskan 2.945 sarjana, 201 Diploma Tiga dan 1011 Diploma dua.45 Dari data perkembangan jumlah mahasiswa STAIN Pekalongan yang penulis peroleh dari Kasubag. AKMA dapat dikatakan bahwa jumlah mahasiswa STAIN Pekalongan dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang cukup signifikan, ini bisa dilihat dari jumlah mahasiswa pada tahun 1999/2000 yang berjumlah 818, kini pada tahun 2010/2011 jumlah mahasiswa mencapai 3386..
DATA MAHASISWA AKTIF TAHUN AKADEMIK 2010/201146
NO
Jurusan
Al Ahwal Al Syakhshiyyah
1. Syari‟ah
44
Prodi
L
P
202 143
Total 345
Ekonomi Syari‟ah
179 217
396
D3Perbankan Syari‟ah
67
198
131
STAIN Pekalongan, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan (Pekalongan: STAIN PRESS, 2007), h. 15. 45 STAIN Pekalongan, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan (Pekalongan: STAIN PRESS, 2007), h. 34 46 Dokumentasi Mahasiswa STAIN Pekalongan Tahun 2010/2011
Sub total 2.
939 PAI
766
1307 2073
PBA
90
220
Tarbiyah
Sub Total 3 Ushuluddin
310 2383
Tafsir/Hadis
Sub Total Jumlah Total
52
12
64 64 3386
Namun dengan meningkatnya kuantitas mahasiswa tersebut hendaknya diimbangi juga dengan meningkatnya kualitas mahasiswa, seperti kualitas intelektual, emosional dan spiritual. Kualitas intelektual bisa dilihat dari prestasi atau nilai akademis mahasiswa sedangkan kualitas emosional bisa dilihat dari gaya hidup, sikap individu (ahlak) dan sebagainya. Dan dari hasil pengamatan penulis diperoleh kenyataan bahwa mahasiswa STAIN Pekalongan dapat diketahui sebagian besar mahasiswanya berasal dari kalangan menengah ke bawah, sedangkan asal mahasiswa adalah dari wilayah Jawa Tengah khususnya Kabupaten Pekalongan. Juga banyak yang berasal dari wilayah sekitar Pekalongan seperti Batang, Pemalang, Tegal, Brebes, dan lain-lain. Sisanya secara merata berasal dari Jawa Tengah, Sumatera, dan lainlain.
Oleh karena rata-rata mahasiswa berasal dari kalangan menengah ke bawah, maka untuk menunjang perkuliahan STAIN Pekalongan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan beasiswa yaitu: 1) Beasiswa supersemar, diperuntukkan bagi mahasiswa dengan nilai terbaik, 2) Beasiswa prestasi mahasiswa ber-IPK di atas 3,00, dan 3) Beasiswa miskin, yang diperuntukkan bagi mahasiswa kurang mampu. Meskipun demikian mahasiswa STAIN Pekalongan mempunyai gaya hidup yang cukup mewah, ini bisa dilihat dari fasilitas yang mereka gunakan ketika belajar di kampus seperti mayoritas mahasiswa memakai sepeda motor, memiliki handphone model terbaru, serta pakaian yang mereka kenakan juga senantiasa mengikuti trend, selain itu ada sebagian mahasiswa yang sudah memiliki laptop pribadi, hal ini dapat dibuktikan dari gambar yang di peroleh di kampus
47
ketika
melakukan
Pengamatan di STAIN Pekalongan pada tanggal 6 Agustus 2011 M
pengamatan,47
Sebagian Mahasiswa Stain pekalongan bergaya hidup cukup mewah
Sedangkan untuk sikap individu (ahlak), mahasiswa STAIN Pekalongan tergolong baik. Ini bisa dilihat dari ahlak sehari-hari yang penulis amati ketika mahasiswa berinteraksi dengan dosen, staf administrasi, dan sesama mahasiswa sendiri. Misalnya ketika antar mahasiswa bertemu mereka saling bersalaman, kemudian ketika mahasiswa bertemu dosen mereka bersalaman dan sebagian besar dengan mencium tangan dosen tersebut.
2. Lembaga Kemahasiswaan Untuk mendukung apreasiasi bakat dan interest mahasiswa di berbagai bidang, seperti olah raga dan seni, keilmuan, pengetahuan, dan ketrampilan, teknis-profesional, STAIN Pekalongan memiliki beberapa lembaga kegiatan Kemahasiswa. Terhitung sejak januari 2011, unit-unit kegiatan mahasiswa dibina STAIN Pekalongan melaui pembimbing/pembina Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Ketua STAIN No: 012 Tahun 2011, dari beberapa kegiatan tersebut, masing-masing memiliki konsentrasi pengembangan yang berbeda. Di antaranya adalah: Organisasi
Konsentrasi Kegiatan
Pembina
Kemahasiswaan Dewan Eksekutif
Media Pengembangan
Mahasiswa(DEMA) Leadership dan Kelembagaan
Drs. M . Muslih , M.Ag
Dewan Legislatif
Media pengembangan
Mahasiswa (DLM)
Leadership dan
-
Pengembangan HMJ Syari‟ah
Pengembangan wawasan
Drs. A.
keilmuan hukun Islam
Tubagus Surur, M.Ag
HMJ Tarbiyah
Pengembangan wawasan
Drs. Moh.
keilmuan kependidikan
Muslih, M.Pd
Islam HMJ Ushuluddin
SPEAC
Pengembangan wawasan
Amat Zuhri, M.
pemikiran ke Islaman
Ag
Peningkatan ketrampilan
M. Shulthoni,
berbahasa Arab dan
M.S.I, M.A
Inggris Al- Mizan
Peningkatan ketrampilan
Muh.Nasrullah,
jurnalisme kampus dan
S.E
penerbitan ilmiah Lembaga Dakwah
Pengembangan
Ali Burhan,
Kampus
komunikasi masa strategi
M.A
dan pengembangan umat LPTQ
Pengembangan dan
Arif Chasanul
pengkajian seni baca al-
Muna,Lc M.A
Qu‟ran Rebana EL-Fata
SPORT
Pengembangan budaya dan Susminingsih, seni Islami
M.Ag
Mediapengembangan
M.Yasin
bakat dalam bidang Olah
Abidin, M.Pd
Raga GEMALAWA
Pengembangan kesadaran
Mushoffa
konserfasi alam dan
basyir, S.Ag
lingkungan RACANA Pramuka
KOPMA
Kegiatan kepandegaan
Nalim, M Si
ketrampilan teknis dan
Chusna
sosial
Maulida,M.Pd
Media pengembangan
Ahmad
latihan enter preneurship
Ta‟rifin, M.A
dan kemandirian Studi Gender
Pengkajian gender dan
Trianah
Mahasiswa
masalah-masalah sosial
Sofhiani, S.H, M.H
Theater „ZENITH‟
Media pengembangan
Umum Budi
bakat dalam bidang seni
Karyanto, M.Hum
Resimen
Bela Negara
Mahasiswa
Muhtar Ali Ahmadi,S.Ag
3. Etika Berbusana Mahasiswa Mahasiswi memiliki kecenderungan untuk memakai busana muslim yang bermacam-macam sesuai dengan kondisi, keinginan dan kesenangan masing-masing. Walaupun demikian mereka masih tetap mengindahkan aturan-aturan norma yang berlaku, terutama kaidah agama yang dianut. Busana muslimah yang dipakai mahasiswi bervariasi, bisa berupa terusan yang longgar dengan kerudung yang relatif lebar, setelan busana atas baju atau kaos bawah rok.
Etika berbusana Mahasiswa STAIN Pekalongan
Dalam pandangan mereka busana muslimah adalah busana yang sesuai dengan syariat dan mampu menutup aurat dan hati, tidak tipis, tidak terlalu longgar dan tidak terlalu ketat, ukuran sedang nyaman dipakai bersih dan rapi warnannya tidak mencolok tapi matcing serta mengikuti mode dan harmoni antara atasan dan bawahan. Sedangkan tujuan memakai busana muslim adalah untuk menutup aurat, menjaga dari syahwat atau menghindarkan dari sesuatu yang bisa mendatangkan syahwat, menjaga martabat wanita, memperindah penampilan, menunjukan identitas sebagai muslim dan melaksanakan perintah Tuhan.48
Pihak STAIN mengeluarkan aturan-aturan kepada mahasiswi STAIN tentang etika berbusana. Yang aturan tersebut dihasilkan dari pertemuan DEMA, UKM, dan dari pihak-pihak STAIN di Guci pada tanggal 25-26 Oktober 2009 yang menghasilkan aturan-aturan sebagai berikut : 1. Berpakaian sopan, rapi dan menutup aurat 2. Bagi mahasiswi : a. Tidak ketat dengan perincian sebagai berikut : 1. Memakai celana longgaar (tidak memakai celana jin pensil) 2. Busana yang dikenakan tidak memperlihatkan bentuk lekuk tubuh b. Tidak seksi, dengan rincian sebagai berikut : 1. Mahasiswi
mengenakan
baju
atasan
sampai
bawah
pinggang 2. Mahasiswi mengenakan rok dengan belahan kurang dari 30 cm 3. Tidak mengenakan kaos c. Tidak transparan d. Memakai sepatu atau sepatu sandal 3. Bagi mahasiswa : a. Tidak mengenakan kaos b. Tidak memakai celana yang sobek-sobek c. Tidak memakai aksesoris wanita
d. Memakai sepatu Namun, agaknya tidak semua mahasiswi menghiraukan aturanaturan mengenai tata cara dan etika berpakaian di lingkungan kampus. Faktanya, masih sering ditemui mahasiswi yang berpakaian ketat sehingga menimbulkan banyak keresahan dari berbagai pihak.49
Mahasiswa STAIN Pekalongan yang tidak mengindahkan etika berbusana
4.
Etika Pergaulan Mahasiswa Bergaul dan berkumpul mempunyai peranan mendasar dalam hidup. Kesempurnaan berbagai sisi kehidupan bersandar pada pergaulan dan hubungan dengan sesama manusia. Oleh karena itu Allah SWT telah menjadikan manusia sebagai makhluk sosial menurut fitrahnya, sehingga tidak sulit bagi manusia untuk berkumpul dan bergaul. Oleh kerena itu, hendaknya kita memanfaatkan fitrah
49
Bulletin suara mahasiswa edisi 1/tahun 12/nop.09
yang ada pada diri kita ini, dengan mencoba bermasyarakat, dan memperluas ruang lingkup pergaulan kita.50 Islam mengajarkan kebebasan yang bertanggung jawab dan memperhatikan norma-norma yang berlaku. Dengan kata lain setiap orang memiliki kebebasan, ia bebas melakukan apa saja yang dikehendaki selagi ia bisa mempertanggungjawabkannya dan tidak melanggar aturan-aturan yang telah ada.51 Pergaulan antara laki-laki dengan perempuan merupakan istilah asing yang dimasukkan dalam kamus Islam. Islam tidak menetapkan hukum secara umum mengenai masalah ini. Islam justru memperhatikannya dengan melihat tujuan atau kemaslahatan yang hendak
diwujudkannya
atau
bahaya
yang
dikhawatirkannya,
gambarannya, dan syarat-syarat yang harus dipenuhinya, atau lainnya.52 Kebolehan tersebut tidak berarti bahwa batas-batas diantara keduanya menjadi lebur dan ikatan-ikatan syari‟ah yang baku dilupakan. Kita tidak perlu menganggap diri kita sebagai makhluk yang suci yang dikhawatirkan melakukan pelanggaran, dan kita pun tidak perlu memindahkan budaya-budaya barat kepada kita. Yang harus kita lakukan ialah bekerja sama dalam kebaikan serta tolong
50
Khalil Al-Musawi, Bagaimana Membangun Kepribadian Anda .(Jakarta:Lentera Basritama,2000).h 92 51 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an. (Jakarta:Amzah,2007).h 101 52 Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid 2. (Jakarta:Gema Insani Press,2002).h 384
menolong dalam kebajikan dan taqwa, dalam batas-batas hukum yang telah ditetapkan oleh Islam.53 Jika dikaitkan dengan akademik khususnya bagi pelajar atau mahasiswa, maka pergaulan yang dimaksud adalah ukuran baik dan buruk bagi sikap, tingkah laku, dan tindakan keseharian setiap individu sebagai mahasiswa. Untuk melaksanakan tugasnya secara baik, berhasil dan bertanggung jawab, para mahasiswa sangat memerlukan moral akademik. Moral akademik disini dimaksudkan sebagai ukuran baik dan buruk bagi tingkah laku para mahasiswa yang diukur menurut nilainilai dan norma-norma yang diajarkan oeh Islam. Sebagai tuntutan dari penegakkan moral akademik kita, bahwa berpacaran dan berpakaian (berpakaian ketat, memakai jeans dan semacamnya) telah turut menyumbang pelanggaran moral, adab dan sopan santun kaum muda, serta tiadanya kreativitas dan keseriusan berpikir para mahasiswa kita. Sebagai Mahasiswa, kita dituntut untuk menjalankan kode etik mahasiswa STAIN Pekalongan yaitu menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran Agama Islam, menjunjung tinggi nama baik almamater STAIN Pekalongan , menanamkan akhlaqul karimah, baik di dalam maupun di luar kampus STAIN Pekalongan.54 Di lingkungan kampus STAIN Pekalongan bahwa pergaulan yang dimaksud yaitu mengenai perilaku keseharian yang dilakukan 53
Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid 2…h 393 STAIN Pekalongan, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan STAIN Pekalongan, (Pekalongan:STAIN press.2007), h 164 54
oleh seluruh mahasiswa ataupun mahasiswi yang berada dilingkungan dan di luar kampus. Perilaku keseharian yang dilakukan oleh seluruh mahasiswa yang berada di lingkungan dan di luar kampus mencakup berbagai macam tindakan yaitu tentang gaya berpacaran, bergaul dengan sesama mahasiswa, dan cara berpakaian yang dikenakan oleh mahasiswa dan mahasiswi.
C. Khitbah sebagai Sarana Ta’aruf Menuju Pernikahan dalam Islam Al-Khitbah dengan dikasrah 'kho"nya berarti pendahuluan "ikatan pernikahan" yang maknanya permintaan seorang laki-laki pada wanita untuk dinikahi. Dan hal ini pada umumnya ada pada laki-laki. Maka yang memulai disebut "khoothoban” (yang meminang) sedang yang lain disebut "makhthuuban” (yang dipinang). Meminang itu sunnah sebelum akad nikah, karena Nabi Muhammad SAW meminang untuk dirinya dan untuk yang lain. Dan tujuan meminang yaitu : mengetahui pendapat yang dipinang, apakah ada setuju atau tidak. Demikian juga untuk mengetahui pendapat walinya. Meminang itu akan mengungkap keadaan, sikap wanita itu dan keluarganya. Dimana kecocokan dua unsur ini dituntut sebelum akad nikah. Islam telah menganjurkan dan bahkan memerintahkan kaum muslimin untuk melangsungkan pernikahan. Berkaitan dengan anjuran untuk menikah,Allah Swt, berfirman :
Artinya: “dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan
yang
yatim
(bilamana
kamu
mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil,Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”. 55 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat difahami bahwa khithbah merupakan jalan untuk mengungkapkan maksud seorang ikhwan/akhwat kepada lawan jenisnya terkait dengan tujuan membangun sebuah kehidupan berumah tangga, baik dilakukan secara langsung (kepada calon) ataupun melalui perwakilan pihak lain. Selain itu ada beberapa hal yang juga perlu difahami ketika melakukan khitbah, antara lain: a. Kebolehan Melihat Akhwat Yang Dikhithbah bahwa sebagian ulama berpendapat, diperbolehkan bagi pelamar untuk melihat wanita yang 55
http://baitijannati.wordpress.com/2009/05/14/seputar-khitbah-dalam-pandangan-islam/
dilamarnya, tetapi ia tidak boleh melihat auratnya. Dibolehkannya melihat perempuan yang dikhitbah ini sebenarnya membawa banyak hikmah,
diantaranya
adalah
dengan
melihatnya
akan
lebih
memantapkan hati untuk menikahinya. Kebolehan melihat ini adalah kekhususan pada saat mengkhithbah.Sebagian ulama lagi membolehkan untuk melihat bukan hanya wajah dan telapak tangan. b. Tidak Boleh Mengkhithbah Akhwat Yang Masih Dikhithbah Seorang Ikhwan tidak boleh mengkhithbah seorang akhwat yang masih berada dalam khithbah-an ikhwan lainnya, kecuali setelah khithbah tersebut dilepaskan oleh ikhwan yang pertama atau karena alasan syar‟i lainnya seperti meninggal dunia. c. Seorang Akhwat Berhak untuk Menerima ataupun Menolak Khithbah bahwa jika seorang wanita telah dilamar, maka dirinyalah yang berhak untuk menerima ataupun menolak calon suaminya, bukan hak salah seorang walinya ataupun orang-orang yang akan mengawinkannya tanpa seizin wanita yang bersangkutan, dan dia pun tidak boleh dihalang-halangi untuk menikah. d. Tidak Menandai Khithbah Dengan Tukar Cincin. Aktivitas tukar cincin adalah saling memberikan cincin (untuk dipakai) antara calon suami dan calon istri sebagai pertanda adanya ikatan pertunangan di antara mereka. Aktivitas ini biasanya dianggap lumrah oleh sebagian besar masyarakat.
e. Khitbah Bukanlah Setengah Pernikahan Kekeliruan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat tentang khithbah sering menggiring mereka pada anggapan bahwa pasangan laki-laki dan perempuan yang telah melangsungkan peminangan, maka ia boleh melakukan sebagian aktivitas seperti suami-istri asal tidak kelewat batas. Misalnya, jalan berduaan, ngobrol berduaan, dll.56 Khitbah bukanlah pernikahan, sehingga akad khitbah bukanlah akad pernikahan. Khithbah sebenarnya hanya merupakan janji kedua pihak untuk menikah pada waktu yang disepakati. Dengan demikian setelah akad khithbah dilangsungkan, maka status bagi keduanya adalah tetap orang asing (bukan mahram) antara satu dengan lainnya. Kendati demikian, dalam menjalankan proses khitbah diantara keduanya boleh saling melakukan kebaikan seperti saling memberikan hadiah, menanyakan kepribadian masing-masing (karakter, kesukaan), cara pandang, sikap, dsb. Hal ini karena, khithbah memang merupakan sarana untuk dapat saling mengenal lebih jauh satu sama lain dengan cara yang ma‟ruf yaitu dengan cara yang sesuai dengan Islam berupa taaruf bukannya pacaran. Adapun beberapa batasan-batasan dalam bertaaruf yaitu: a) Tidak melakukan perbuatan yang dapat mengarahkan kepada zina b) Tidak menyentuh perempuan yang bukan mahramnya c) Tidak berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya d) Harus menjaga mata atau pandangan 56
Syamsudin Ramdhan, Fikih Rumah Tangga. Pedoman Membangun Keluarga Bahagia..(Bogor: Ide Pustaka, 2004)h. 23-24
e) Menutup aurat57 Ketika
penulis
melakukan
wawancara
terhadap
beberapa
Mahasiswa STAIN Pekalongan yang notabene seorang cendekiawan muslim, ternyata mereka masih banyak yang belum mengetahui apa itu khitbah dan taaruf. Mereka menganggap bahwa taaruf dan pacaran itu sama, hal-hal yang dilakukan ketika berpacaran semuanya bertolak belakang dengan bertaaruf. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dari website yang diambil oleh penulis. Adapula perbedaan taaruf dengan pacaran adalah sebagai berikut: Tujuan: a. taaruf: mengenal calon istri/suami, dengan harapan ketika ada kecocokan antara kedua belah pihak berlanjut dengan pernikahan b. pacaran: mengenal calon pacar, dengan harapan ketika ada kecocokan antara kedua belah pihak berlanjut dengan pacaran, syukur-syukur bisa nikah. Kapan dimulai a. taaruf : saat calon suami dan calon istri sudah merasa bahwa menikah adalah suatu kebutuhan, dan sudah siap secara fisik, mental serta materi. b. pacaran : saat sudah diledek sama teman:"kok masih jomblo?", atau saat butuh temen curhat, atau saat taruhan dengan teman 57
MR Kurnia. Memadukan Dakwah dan Keharmonisan Rumah Tangga. (Bogor: Al-Azhar Press, 2005)h. 6
Waktu. a. taaruf: sesuai dengan adab bertamu. b. pacaran: pagi boleh, siang oke, sore ayo, malam bisa, dini hari kalau tidak ada yang komplain juga tidak apa-apa. Tempat pertemuan a. taaruf: di rumah sang calon, balai pertemuan, musholla, masjid, sekolahan. b. pacaran: di rumah sang calon, kantor, mall, cafe, diskotik, tempat wisata Frekuensi pertemuan a.
taaruf : lebih sedikit lebih baik karena menghindari zina hati.
b.
pacaran: lazimnya seminggu sekali, pas malem minggu.
Lama pertemuan a. taaruf : sesuai dengan adab bertamu b. pacaran : selama belum ada yang komplain, tidak ada
batasan
Materi pertemuan a. taaruf : kondisi pribadi, keluarga, harapan, serta keinginan di masa depan b. pacaran : sekedar ngobrol yang tidak ada manfaatnya Jumlah yang hadir a.
taaruf : minimal calon lelaki, calon perempuan, serta seorang pendamping (bertiga). maksimal tidak terbatas (disesuaikan adab tamu)
b.
pacaran : calon lelaki dan calon perempuan saja (berdua).
Lamanya a.
taaruf: ketika sudah tidak ada lagi keraguan di kedua belah pihak, lebih cepat lebih baik. dan ketika informasi sudah cukup (bisa seminggu, sebulan, 2 bulan)
b. pacaran: bisa 3 bulan, 6 bulan, setahun, 2 tahun, bahkan mungkin 10 tahun.58
BAB IV MODEL PACARAN MAHASISWA STAIN PEKALONGAN
C. Makna Pacaran Bagi Mahasiswa Dan Model Pacaran Mahasiswa STAIN Pekalongan
58
http://www.unikom.ac.id
Pacaran adalah bercintaan atau berkasih-kasih (antara lain dengan saling bertemu di suatu tempat pada waktu yang telah ditetapkan bersama) dengan kekasih atau teman lawan jenis yang tetap (yang berhubungannya berdasarkan cinta-kasih). Singkatnya, pacaran bercintaan dengan kekasih tetap.59 Pacaran adalah salah satu bagian dari kehidupan remaja. Seiring dengan perkembangan organ-organ seksual, para remaja mulai melirik hal lain. Gejolak hormone estrogen dan testoteron memunculkan greget yang berbeda. Perasaan ini semakin menggila ketika mereka bertemulawan jenis yang menarik perhatian. Tiba-tiba muncul perasaan suka dan ingin lebih dekat dengannya. Inilah yang dinamakan cinta. Gejala seperti ini adalah gejala yang paling sering terjadi pada diri remaja. Cinta tumbuh hanya dengan pandangan pertama. Cinta pandangan pertama biasanya hanya cinta pada permukaan saja. Artinya, remaja jatuh cinta karena kemolekan wajah, kesempurnaan tubuh dan keindahan jenisnya. Namun tidak sampai kepada hal-hal yang lebih mendalam, seperti kepribadian, sikap dan perilaku, serta hati nurani lawan jenisnya. Seiring dengan perkembangan organ-organ seksual pada remaja, pacaran menjadi salah satu bagian dari kehidupannya. Ketika mereka bertemu dengan lawan jenis, terkadang muncul perasaan suka dan ingin lebih dekat dengan lawan jenis. Dan inilah yang dinamakan cinta remaja,
59
Muhammad Shodieq, Wahai Penghujat Pacaran Islami, (Surakarta: Bunda Yurida, 2004), h. 39-40
yang terkadang dilampiaskan dengan menjalin hubungan bersama, atau yang sering disebut dengan istilah pacaran Makna pacaran bagi mahasiswa adalah berdasarkan pada karakter mahasiswa itu sendiri. Ada beberapa karakter atau sifat yang biasanya muncul pada diri mahasiswa antara lain : sifat egois, sifat yang hanya mementingkan kesenangan belaka, sifat ingin menonjolkan diri, sifat ingin mendapatkan pengakuan dan materi, sifat dan karakteristik yang baik tidak ingin mencampurkan segala kepentingan dan kesenangan dirinya sendiri. Semua sifat tersebut masing-masing akan menjadi karakteristik pacaran mereka nantinya dan menjadi salah satu unsure bagaimana mereka mengartikan pacaran itu sendiri. Pacaran, sepertinya telah dinobatkan oleh remaja saat ini sebagai satu-satunya ekspresi cinta kepada lawan jenis. Otomatis ikatan baku syahwat ini sedikit banyak mempengaruhi jalinan persahabatan remajaremaji. Makin sulit ditemukan hubungan dekat remaja-remaji yang murni pertemanan. Selalu saja ada benih-benih cinta di hati yang tersemai tanpa mereka sadari. Status pacar yang banyak diburu kaum jomblo sebagai simbol kemenangan dan kebanggaan. Begitu pentingnya status ini hingga dijadikan „mata pelajaran‟ rutin oleh media massa bagi para pemirsanya. Walhasil, para mahasiswa pun menjadikan tempat belajarnya sebagai tempat Mencari Pacar . seperti halnya yang terjadi di STAIN Pekalongan antara mahasiswa yang berpacaran dan yang tidak berpacaran jumlahnya jauh lebih banyak mahasiswa yang berpacaran, dari jumlah 13 responden
hanya 2 yang tidak berpacaran dan mereka memiliki alasan masingmasing. alasan dari mereka yang tidak berpacaran yaitu seperti yang diungkapkan oleh informan dengan nim 2311xxxx alasan mengapa informan ini tidak berpacaran karena pacaran hanya membuat masalah dalam hidup ini, ketika sedang ada pertengkaran dengan pasangan pasti akan membuat down dan akibatnya semua aktifitas akan menjadi malas dilakukan seperti belajar,kuliah dsb. Pokoknya yang namanya pacaran tidak ada manfaatnya sama sekali hanya mendatangkan madharat. Alas an serupa juga diungkapkan oleh Mahasiswa dengan nim 2321xxxx, dia tidak pacaran karena mempunyai alasan bahwa pacaran itu hanya akan menambah-nambahi dosa saja. Karena hal-hal yang dilakukan ketika berpacaran pasti mendekati terhadap zina, bahkan bisa melakukan hubungan zina. Menurut dia pacaran bisa dilakukun setelah menikah dan itu malah terasa asik dari pada pacaran dahulu yang hanya membuangbuang waktu.60 Dan bagi informan yang berpacaran, mereka juga memiliki alasanalasan sendiri. Alasan-alasan tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap sebagian informan yang berpacaran. 1.
Wawancara terhadap 2311xxxxx dia mengatakan bahwa makna pacaran bagi dia yaitu belajar untuk lebih bisa dalam menghargai dan menghormati orang lain juga belajar untuk lebih dewasa dalam menjalani hidup. Kemudian hal-hal yang dilakukan ketika berpacaran
60
Hasil wawancara kepada Mahasiswa 2311xxxx dan 2321xxxx pada tanggal 24 dan 30 September 2011 di kampus STAIN Pekalongan
dia mengaku hanya mengobrol, tidak lebih. Ketika mengobrol pun tidak cuman berdua pasti ada orang ketiga disitu. Saya walaupun berpacaran saya memegang kuat prinsip saya yaitu tidak sampai berbuat kepada hal-hal yang mendekati zina, seperti pegangan, pelukan, ciuman dan lain-lain. Karena perbuatan itu sudah sangat bertentangan dengan syariat islam. Saya sangat menghormati seorang wanita, jadi tidak akan melecehkan dia, ujar 2311xxxxx. Ketika ditanya tempat-tempat yang sering dijadikan tempat pacaran dia cuma tertawa, kemudian dia menjawab kalau dia selama berpacaran kurang lebih satu tahun belum pernah yang namanya jalanjalan, boncengan pun katanya belum pernah, satu-satunya tempat untuk bertemu yaitu kampus, ketika bertemu saya gunakan untuk berdiskusi masalah kuliah, ya kadang-kadang diselingi berguarau tidak monoton diskusi agar tidak bosen.Datang kerumahnya pun baru sekali dan itu tidak sendiri.61 2.
Beda lagi wawancara dengan 2313xxxxx makna pacaran bagi mahasiswa ekonomi ini yaitu untuk bersenang-senang agar dalam menjalani hidup bisa lebih semangat,misalnya kuliah dan juga belajar bertanggung jawab serta berusaha untuk bisa saling toleran dan sabar, katanya. Dan hal-hal yang dilakukan ketika berpacaran sangat berbeda jauh sama mahasiswa dengan nim2311xxxxx. Responden yang ini
61
Hasil wawancara kepada Mahasiswa 2311xxxx pada tanggal 24 September 2011 di perpustakaan STAIN Pekalongan
ketika berpacaran tidak cuman sekedar ngobrol akan tetapi anggota tubuh pun ikut campur seperti halnya pegangan tangan, ciuman, pelukan dan meraba-raba. Perbuatan tersebut katanya hal yang sangat lumrah dilakukan bagi sepasang kekasih yang sedang berpacaran. Perbuatan tersebut rutin dilakukan ketika ritual yang bernama pacaran itu sedang dilakukan, akan tetapi kalau tempatnya mendukung dan hal tersebut tidak ada penolakan dari salah satu pihak dengan dalih suka sama suka. “saya tau perbuatan itu tidak sesuai dengan ajaran islam, tapi entah kenapa ketika sudah berduaan dan tempatnya mendukung semuanya jadi lupa, apa benar ya ketika berduaan pasti ada pihak ketiga…lantas dia tertawa…ujar mahasiswa ekonomi itu” Tempat yang sering digunakan untuk berpacaran yaitu warungwarung sekitar kampus dan rumah, kalau wilayah sekitar kampus dia cuman sekedar ngobrol tapi kalau dirumah si perempuan sering melakukan perbuatan itu karena rumahnya juga sangat mendukung.62 3.
Hasil yang mencengangkan ketika penulis mewawancarai mahasiswa dengan nim 2311xxx, model pacaran mahasiswa yang satu ini lebih parah lagi dari mahasiswa ekonomi yang tadi, mahasiswa ini sudah berani melakukan hubungan seks dengan pacarnya. Kalau untuk makna pacaran menurut dia yaitu untuk berorientasi ke depannya bisa lebih semangat dan juga belajar bertanggung jawab dan mengatur waktu.
62
responden
Hasil wawancara kepada Mahasiswa 2313xxxx pada tanggal 2 Oktober 2011 di rumah
Dia mengaku dulu ketika berpacaran dengan mahasiswa STAIN juga tidak sampai melakukan hubungan sejauh itu, parah-parahnya sekedar ciuman, tetapi ketika putus dengan mahasiswa STAIN kemudian pacaran lagi dengan orang luar bukan mahasiswi dia semakin berani melakukan hal-hal yang sebelumnya belum dia lakukan seperti halnya meraba-raba dan akhirnya kelewat batas. Responden mengatakan berani melakukan hubungan intim tidak semata keinginan dari dirinya akan tetapi pihak si perempuan sering menggoda. Awalnya merasa sangat takut dan ada penyesalan ketika pertama kali melakukan hubungan intim, tetapi lambat laun sudah merupakan hal yang biasa ketika berpacaran. Tempat yang dijadikan pacaran dan sampai melakukn hubungan intim biasanya dihotel-hotel melati wilayah sekitar Pekalongan, kadang-kadang juga dirumah kalau pas keadaan rumah kosong.63 Tabel 1 Alasan Alasan berpacaran
63
Alasan tidak berpacaran
Hasil wawancara kepada Mahasiswa 2311xxxx pada tanggal 5 September 2011 di gedung B STAIN Pekalongan
belajar dewasa dalam menjalani hidup
pasangan bisa down
adanya suport berusaha untuk
jika ada masalah dengan
bisa
saling
tolerasi dan sabar belajar tanggungjawab
buang-buang waktu pacaran
bisa
setelah
menikah
sudah
halal,
dilakukan (karena boleh
dan mengatur waktu
melakukan apa saja). Dan
adanya semangat dan
pacaran merupakan peluang
dorongan
untuk
ke arah zina.
berorientasi ke depan bisa
bikin
semangat,
tambah misalnya
kuliah
Mahasiswa yang berpacaran tidak semuanya menjalin hubungan antar mahasiswa, sebagian dari mereka menjalin hubungan dengan orang luar. Tabel 2 Pacar mahasiswa STAIN Pekalongan NO
Mahasiswa Berpacaran
Mahasiswa Berpacaran
dengan Mahasiswa
dengan Orang Luar
1
2311xxxx (L)
2311xxxx (P)
2
2311xxxx (L)
2311xxxx (L)
3
2321xxxx (P)
2311xxxx (L)
4
2313xxxx (L)
2321xxxx (L)
5
2311xxxx (L)
2321xxxx (P)
6
2313xxxx (P)
-
Dari sebelas responden yang berpacaran,model pacaran mereka berbeda-beda. Dari yang hanya sekedar ngobrol sampai yang melampui batas-batas kewajaran bagi orang yang berpacaran. Ngobrol, semua informan melakukanya. Karena menurut mereka komunikasi sangat penting dalam menjalin sebuah hubungan. Hal yang dilakukan seperti pegangan tangan dan ciuman rata-rata infoman yang berpacaran melakukanya, karena menurut mereka hal tersebut wajar di lakukan ketika sedang pacaran. Mereka mengatakan seperti itu entah karena minimnya pengetahuan tentang norma-norma agama dan normanorma susila atau kerena mereka menjadi korban dari pengaruh pergaulan dunia barat yang sekarang sudah masuk ke Negara kita ini. Untuk yang model meraba-raba bahkan sex hanya sebagian dari beberapa informan yang ada. Mungkin karena kurang kontrolnya infoman ini atau memang tidak mempunyai prinsip dalam berpacaran. Tabel 3 Model pacaran Mahasiswa STAIN Pekalongan
No
Responden
Ngobrol
Pegangan Ciuman
Meraba
Sex
tangan 1
×
×
×
×
×
×
×
×
×
×
×
×
×
×
×
×
×
2311xxxx (L) 2 2311xxxx (L) 3 2321xxxx (P) 4 2311xxxx (P) 5 2311xxxx (L) 6
2311xxxx (L) 7 2313xxxx (L) 8 2311xxxx (L) 9
2313xxxx
×
×
9
(P)
10
2321xxxx
×
(L) 11
2321xxxx
×
×
×
×
(P)
Tempat-tempat yang digunakan pacaran para informan salah satunya kampus, mereka memanfaatkan kampus hanya untuk sebatas mengobrol dengan kekasih mereka. Entah ditaman, kelas, graham, atau warung-warung sekitar kampus. Akan tetapi salah satu informan mengaku pernah melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak pantas dilakukukan dikampus yaitu ciuman, informan ini memanfaatkan kelas kosong yang berada di lantai paling atas untuk melakukan hal-hal yang tidak terpuji itu. Dia juga memanfaatkan graha Mahasiswa yang kadang sunyi sepi. Pantai juga merupakan tempat faforit bagi sebagian informan untuk pacaran, selain lokasinya dekat dengan kampus juga disana mereka bisa melakukan hal-hal yang lebih dari sekedar ngobrol yaitu pegangan tangan dan ciuman. Kost dan rumah pun menjadi tempat berpacaran bagi informan, mereka mengaku rata-rata mereka melakukuan adegan pegangan tangan, ciuman bahkan meraba-raba yaitu dirumah. Mereka memanfaatkan keadaan rumah yang sepi atau kosong untuk berpacaran sehingga mereka bisa dengan leluasa untuk melakukan adegan tersebut. begitupun dikost,
mereka memanfaatkan keadaan kost yang kadang sepi untuk melakukan hal yang serupa. Sedangakan untuk hotel hanya digunakan bagi informan yang model pacarannya sudah kelewat batas yaitu untuk melakukan sex.
Tabel 4 Tempat-tempat yang digunakan untuk pacaran No
Responden
Kampus
Pantai
Kost
Rumah
Hot el
1
2311xxxx
×
×
×
×
×
×
×
×
×
×
×
×
×
(L) 2
2311xxxx (L)
3
2321xxxx (P)
4
2311xxxx (P)
5
2311xxxx (L)
6
2311xxxx
(L) 7
2311xxxx (L)
×
8
2313xxxx
×
×
×
×
(L) 9
2313xxxx
×
(P) 10
2321xxxx
(L) 11
2321xxxx
×
×
×
(P)
Hasil dari wawancara terhadap sebelas responden, penulis mengkategorikan model pacaran mereka menjadi tiga klasifikasi, yaitu: d) Hubungan laki-laki dan perempuan bukan muhrim, tetapi selalu menjaga agar mereka tidak berduaan apalagi melakukan kontak badan dalam bentuk apapun. {yang termasuk dalam kategori ini yaitu mahasiswa dengan nim 2311xxxx (L), 2311xxxx (P), 2321xxxx (P)}. e) Seorang laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim, dalam hubungan itu mereka sering berduaan dan melakukan kontak jasmani berupa pegangan tangan, ciuman, pelukan, meraba-raba. {yang termasuk dalam kategori ini yaitu mahasiswa dengan nim 2311xxxx (L), 2321xxxx (P), 2311xxxx (L), 2311xxxx (L), 2313xxxx (L), 2321xxxx (L), 2313xxxx (P)}.
f) Laki-laki dan perempuan bukan muhrim, dalam hubungan itu mereka sering berduaan, dan melakukan kontak jasmani melebihi kategori “B” yaitu sex. {yang termasuk dalam kategori ini yaitu mahasiswa dengan nim 2311xxxx (L)}. Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa model pacaran mahasiswa STAIN Pekalongan cukup beragam, dari mulai ngobrol, pegangan tangan, ciuman, meraba-raba, bahakan sampai melakukan sex.
D. Model Pacaran Mahasiswa STAIN Pekalongan Menurut Hukum Islam Istilah pacaran tidak bisa lepas dari remaja, karena salah satu ciri remaja yang menonjol adalah rasa senang kepada lawan jenis disertai keinginan untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai "naksir" lawan jenisnya. Lalu ia berupaya melakukan pendekatan untuk mendapatkan kesempatan mengungkapkan isi hatinya. Setelah pendekatannya berhasil dan gayung bersambut, lalu keduanya mulai berpacaran. Pacaran dapat diartikan bermacam-macam, tetapi intinya adalah jalinan cinta antara seorang remaja dengan lawan jenisnya. Praktik pacaran juga bermacam-macam, ada yang sekedar berkirim surat, telepon, menjemput, mengantar atau menemani pergi ke suatu tempat, apel, sampai
ada yang layaknya pasangan suami istri. Di kalangan remaja sekarang ini, pacaran menjadi identitas yang sangat dibanggakan. Biasanya seorang remaja akan bangga dan percaya diri jika sudah memiliki pacar. Sebaliknya remaja yang belum memiliki pacar dianggap kurang gaul. Karena itu, mencari pacar di kalangan remaja tidak saja menjadi kebutuhan biologis tetapi juga menjadi kebutuhan sosiologis. Maka tidak heran, kalau sekarang mayoritas remaja sudah memiliki teman spesial yang disebut "pacar".64 Lalu bagaimana pacaran dalam pandangan Islam??? Tidak ada kamus pacaran dalam Islam,Islam justru memuliakan manusia dan menjaga manusia dengan pelarangan tersebut. Karena Allah mengatur pengungkapan rasa sayang antara lawan jenis itu lebih terhormat dan indah melalui pernikahan. Proses pacaran sebelum menikah jelas bertentangan dengan Islam. Allah memerintahkan kepada kita untuk menundukan pandangan dan memelihara kemaluan kita. Mengapa Allah SWT memerintahkan itu? Karena Allah SWT tahu kelemahan manusia dan tentu Allah SWT tahu cara bagaimana menangkal syahwat itu dibandingkan manusia itu sendiri. Allah SWT berfirman dalam QS. Alisraa ayat 32:
64
http://www.putrifadhil.multiply.com/
Artinya: “dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”. ( Qs Al-israa ayat 32) Mengapa pacaran tidak diperbolehkan dalam Islam? karena pacaran adalah salah satu jalan mendekati zina. Allah SWT, melarang kepada hambaNya untuk mendekati zina dan pacaran adalah salah satu sarana dalam mendekati zina. Berawal dari pacaran, kemudian mereka berpegangan tangan, setelah itu melakukan sesuatu yang lebih jauh, akhirnya melakukan hal yang mengerikan, yaitu berzina secara fisik. 65 Jika begitu, sudah sepantasnya jika pacaran dilarang dalam Islam. Agama yang memuliakan manusia dan menginginkan kebahagiaan hidup untuk manusia di dunia dan akhirat. Pacaran adalah jalan salah yang tidak mendewasakan remaja islam.66 Dalam islam, justru pacaran adanya setelah pernikahan. Hal ini akan lebih indah dari pada pacaran yang sejatinya tidak memiliki ikatan
65
Abduh Al-Barraq, Panduan Lengkap Pernikahan Islami, (Bandung : Pustaka Oasis, 2008), h.36 66 Tendi Krisna Murti, Kujemput Jodoh Dengan Tahajud, (Yogyakarta : Putaka Marwa, 2010), h.67-68
apa-apa. Sementara Islam mengajarkan bahwa indah sekali rasanya pacaran setelah menikah.67 Meskipun demikian, akan selalu ada orang yang menentang peraturan-peraturan yang sudah Allah SWT tetapkan. Rasulullah SAW sudah memprediksi akan terjadi hal seperti ini. Rasulullah SAW bersabda:
ﻟﻴﻜﻮﻧﻦ ﻣﻦ ﺃﻣﺘﻲ اﻗﻮاﻡ ﻳﺴﺘﺤﻠﻮﻥ اﻟﺤﺮﻭاﻟﺤﺮﻳﺮ ﻭاﻟﺨﻤﺮﻭاﻟﻤﻌﺎﺯﻑ Artinya: “Pasti akan ada dari umatku suatu kaum yang (berusaha) menghalalkan zina, sutra, khamar (minuman keras), dan alatalat musik.”(HR. Bukhori) Prediksi ini telah terbukti sekarang, misalnya dengan adanya istilah pacaran islami dan sebagainya. “hari gini, menikah tanpa pacaran?” kalimat itu sering kita dengar, bahkan dengan nada menyindir. Memang, pada zaman sekarang ini akan terasa aneh jika menikah tanpa pacaran. Hal ini sangat wajar, mengingat masyarakat masih begitu dangkal dalam memahami ta‟aruf. Mereka menganggap pacaran jauh lebih baik dari ta‟aruf. Ta‟aruf dan pacaran adalah dua komponen yang berbeda, bahkan bertentangan. Jika kita berusaha jujur pada diri sendiri, ada banyak kelemahan dalam pacaran. Kelemahan-kelemahan tersebut adalah: 1. Laki-laki dan perempuan yang berpacaran akan cenderung ingin selalu berdua-duaan terus. Dari berdua-duaan tanpa ditemani muhrim, mereka akan meningkat pada hal-hal yang mendekati zina. 67
2004)h,72
Salim A. fillah, NIkmatmya Pacaran Setelah Menikah (Yogyakarta: Pro-u Media,
2. Orang yang berpacaran akan melupakan segala-galanya. Ia juga akan lupa dengan kecintaan kepada Allah SWT yang merupakan kecintaan mutlak. 3. Free sex, inilah yang melanda generasi muda sekarang ini. Pacaran memberikan andil yang sangat signifikan terhadap kerusakan moral anak negeri. Pacaran telah menjadi sebuah bumbu awal dari seks bebas. 4. Pacaran bukan jaminan untuk melaju ke jenjang pernikahan. .
Pacaran tidak diperbolehkan dalam Islam karena memiliki banyak
kelemahan-kelemahan tersebut. Islam mempunyai solusi terbaik bagi orang yang ingin mencari pasangan hidup. Cara ini sangat efektif dalam mengetahui calon pasangan kita. Cara ini Islami dan tidak menimbulkan kerugian bagi yang melakukan, yaitu dengan cara taaruf. Taaruf dianjurkan dalam Islam karena dalam bertaaruf terdapat batasan-batasan yang tidak sampai pada hal-hal yang mendekati zina.68 Di antara batasan-batasan dalam taaruf ialah: a.
Tidak melakukan perbuatan yang dapat mengarahkan kepada zina
68
2008),h.40
Abduh Al-Barraq, Panduan Lengkap Pernikahan Islami, (Bandung : Pustaka Oasis,
Artinya: “dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”.(QS. Al-Isra: 32) Maksud
ayat
ini,
janganlah
kamu
melakukan
perbuatan-perbuatan yang bisa menjerumuskan kamu pada perbuatan zina. Di antara perbuatan tersebut seperti berduaduaan dengan lawan jenis ditempat yang sepi, bersentuhan termasuk
bergandengan
tangan,
berciuman,
dan
lain
sebagainya. b.
Tidak menyentuh perempuan yang bukan mahramnya
c.
Tidak berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya dilarang laki dan perempuan yang bukan mahramnya untuk berdua-duan. Nabi SAW bersabda:
، َأا ْخ َأ ٍة، ِب َّن، ،ل ْخ َأ اُل َّن، َأ ِب َأ ُل َأ، َأ ِب َّنا، ، َأ ُل، َأ ِب ُّل، َأ، ِب ْخا َأ َأ ٍة، َأ ُل ٌل، َأ ْخ ُل َأ َّنا، َأ،َأ َأ Artinya: “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya.” (HR. Ahmad)
d. Harus menjaga mata atau pandangan sebab mata kuncinya hati. Dan pandangan itu pemutus fitnah yang sering membawa kepada perbuatan zina. Oleh karena itu Allah berfirman:
Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan
pandanganya,
dan
memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat (30). Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya,
dan
janganlah
mereka
Menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara
laki-laki
mereka,
saudara
mereka,
atau
lelaki
atau
putera-putera
putera-putera
saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budakbudak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung (31).” (QS. An-Nur: 30-31) Yang dimaksudkan menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan, tidak melepaskan pandangan begitu saja apalagi memandangi lawan jenis penuh dengan gelora nafsu. e. Menutup aurat Diwajibkan kepada kaum wanita untuk menjaga aurat dan dilarang memakai pakaian yang mempertontonkan bentuk tubuhnya, kecuali untuk suaminya. Selagi batasan di atas tidak dilanggar, maka pacaran hukumnya boleh. Tetapi persoalannya mungkinkah pacaran tanpa berpandang-pandangan dan berpegangan, bercanda ria, berciuman, dan lain sebagainya. Kalau mungkin silakan berpacaran, tetapi kalau tidak mungkin maka jangan sekali-kali berpacaran karena azab yang pedih siap menanti Anda.69 Dari pemaparan tentang model pacaran Mahasiswa STAIN Pekalongan, sebagaimana yang dinyatakan dalam tabel 1, 2, dan 3 penulis membagi model pacaran mereka menjadi dua bagian, yaitu: 1. Masih dalam koridor tidak melanggar norma-norma agama dan norma-norma susila. Yaitu model pacaran Mahasiswa STAIN Pekalongan yang masih memegang aturan-aturan dalam Islam tentang menjalin hubungan dengan lawan jenis, atau dengan kata
69
http://rizkilesus.wordpress.com/
lain yaitu taaruf. Dan Mahasiswa yang temasuk dalam kategori ini yaitu
Mahasiswa
dengan
nim
2311xxxx(L),
2311xxxx(P),
2321xxxx(P). 2. Model pacaran mahasiswa STAIN Pekalongan yang sudah melanggar norma-norma agama dan norma-norma susila. Yaitu mahasiswa STAIN Pekalongan yang ketika berpacaran tidak memperdulikan lagi aturan-aturan dalam islam, mereka berani melakukan hal-hal yang mendekati zina yaitu mahasiswa dengan nim 2311xxxx(L), 2321xxxx(P), 2311xxxx(L), 2313xxxx(L), 2311xxxx(L), 2313xxxx(P), 2321xxxx(L), bahkan ada yang sampai melakukan zina yaitu mahasiswa dengan nim 2311xxxx(L).
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap data-data yang telah dikumpulkan, dapat disimpulkan bahwa: 1.
Mahasiswa STAIN pekalongan sebagian besar berpacaran, hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat hasil wawancara yang dilakukan terhadap 13 informan, hanya 2 dari informan yang tidak berpacaran dengan alasan-alasan tertentu. Model pacaran Mahasiswa STAIN pekalongan cukup beragam, dari mulai ngbrol, pegangan tangan, ciuman, meraba-raba, dan sex. Dapat dikategorikan menjadi tiga bagian model pacaran Mahasiswa STAIN pekalongan, yaitu : a. Hubungan laki-laki dan perempuan bukan muhrim, tetapi selalu menjaga agar mereka tidak berduaan apalagi melakukan kontak badan dalam bentuk apapun. b. Hubungan laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim, dalam hubungan itu mereka sering berduaan dan melakukan kontak jasmani berupa pegangan tangan, ciuman, meraba-raba.
pelukan,
c. Hubungan Laki-laki dan perempuan bukan muhrim, dalam hubungan itu mereka sering berduaan, dan melakukan kontak jasmani melebihi kategori “B” yaitu sex. 2.
Mahasiswa STAIN Pekalongan yang notabene seorang cendekiawan muslim, rata-rata model pacaran Mahasiswa STAIN Pekalongan menjurus pada perzinaan, tidak sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur‟an surat Al-Isra ayat 32. Hanya sebagian dari Mahasiswa STAIN Pekalongan yang berpacaran sesuai dengan ajaran islam atau dengan kata lain taaruf.
B. Saran-saran Pacaran menurut sebagian remaja adalah bagian terpenting dari kehidupannya. Sehingga tanpa mengurangi rasa hormat saya sedikitpun, penulis memberikan saran yang nantinya mungkin bisa bermanfaat bagi semuanya walaupun sekecil apapun. 1.
Kepada para pendidik khususnya para dosen agar memberikan arahan terhadap pergaulan dan perilaku mahasiswanya, dan melaksanakan tugasnya masing-masing sesuai dengan tingkat masalah dan latar belakang mahasiswanya, sehingga tidak terjadi suatu penyimpangan ahlak terutama dalam hal berpacaran. Dan para dosen bisa membimbing mahasiswanya untuk menuju tugasnya dimasa yang akan dating.
2.
Kepada para mahasiswa untuk menyadari akan kebutuhan belajarnya dan konsekuensi akan cita-cita yang telah ditetapakan. Di samping itu
pula para mahasiswa juga harus menggunakan waktu luangnya dengan kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat agar tidak menyesal dalam menjalani kehidupan yang mendatang. 3.
Kepada para orang tua hendaknya lebih dalam melakukan pengawasan dan mengontrol secara maksimal terhadap pergaulan anaknya yang sudah menginjak remaja, dan orang tua dapat menciptakan situasi dan suasana keluarga yang harmonis.
4.
Kepada para masyarakat yang pro aktif dalam peningkatan mutu pendidikan dilembaga-lembaga pendidikan sekitarnya, diharapkan masyarakat dapat memberikan bantuan baik segi moril maupun material yang sedikit banyak akan membantu kelangsungan proses belajar
mengajar
dan
yang
nantinya
akan
berimbas
pada
meningkatnya kualitas ahlak mahasiswa dalam menghadapi masa depan cemerlang.
DAFTAR PUSTAKA
A.Irfan, Lukman. 2007. Nikah. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani Abdullah,
Yatimin. 2007. Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an.
Jakarta: Amzah Al-Barraq, Abduh. 2008. Panduan Lengkap Pernikahan Islami. Bandung: Pustaka Oasis Al-Bukhori, Jefri. 2006. Senandung Cinta. Jakarta: Al-Mawardi Al-Ghifari, Abu. 2004. Pacaran Yang Islami Adakah?. Bandung: Mujahid Press Al-Musawi, Khalil. 2000. Bagaimana Membangun Kepribadian Anda. Jakarta: Lentera Basritama Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta: Rienaka Cipta Bachtiar, Azis. 2004. Cinta Remaja (Mengungkap Pola dan Perilaku Cinta Remaja). Yogyakarta: Indie Books Bulletin suara mahasiswa edisi 1/tahun 12/nop.09 Dep. Pend. Nas. Kamus Besar Bahasa Indonesia Dokumentasi Mahasiswa STAIN Pekalongan Tahun 2010/2011
Fadhlullah, Sayyid Muhammad Husein. 2005. Dunia Remaja, Tanya Jawab Seputar Pergaulan dan Problematika Remaja. Bandung: Pustaka Hidayah Fillah, Salim A. 2004. NIkmatmya Pacaran Setelah Menikah. Yogyakarta: Pro-u Media Gunadi, Agus S. 2010. I Love You as You Are. Yogyakarta: Sekar Mawar Publishing Hadianto, Siti Rahayu. 1998.
Psikologi Perkembangan. Yogyakarta:
Gajah Mada Gemanity Press Halim,
M. Nipan Abdul. 2002. Membahagiakan Suami Sejak Malam
Pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hermawan, Didik. 2004. Pinanglah Daku, Duhai Cintaku. Solo: Smart Media Himawan, Anang Haris. 2007. Bukan Salah Tuhan Mengazab. Solo: Tiga Serangkai Kurnia, MR. 2005. Memadukan Dakwah dan Keharmonisan Rumah Tangga. Bogor: Al-Azhar Press Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional Murti, Tendi Krisna. 2010. Kujemput Jodoh Dengan Tahajud. Yogyakarta: Pustaka Marwa Najati, Muhammad Utsman. 2004. Psikologi dalam Perspektif Wa’ulum An-Nafs. Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru Nugraha, Boyke Dian. 1995. Problema Seks dan Cinta Remaja. Jakarta: Bumi Aksara
Qardhawi, Yusuf. 2002. Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid 2. Jakarta:Gema Insani Press Ramdhan, Syamsudin. 2004. Fikih Rumah Tangga. Pedoman Membangun Keluarga Bahagia. Bogor: Ide Pustaka Sarwat, Ahmad. 2009. Fiqih Praktis Akhwat. Jakarta: Tauhid
Media
Center Shodieq, Muhammad. 2004. Wahai Penghujat Pacaran Islami. Surakarta: Bunda Yurida STAIN Pekalongan. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan (Pekalongan: STAIN PRESS Suyuti, Achmad. 2001. Mengapa Remaja Gemar Pacaran dan Mudah Jatuh CintA. Pekalongan: Cinta Ilmu Wijayanto, Iip. 2004. Pemerkosaan Atas Nama Cinta. Yogyakarta: Tinta Yusuf, Mohammad Asror. 2003. Bercinta Karena Allah. Jakarta: Kawan Pustaka Diazcorner. 2000. Pacaran Dalam Pandangan Islam. www. Multiply. Com http:/www.psikologi.unj.ac.id/forum/6diskusi-akademis/147-teorycintanya-om-ench-from-html 30 Desember 2010 http://baitijannati.wordpress.com/2009/05/14/seputar-khitbah-dalampandangan-islam/ http://www.unikom.ac.id http://www.putrifadhil.multiply.com/
http://Purnama Julia, Pengertian Pacaran blogspot.com,… http://rizkilesus.wordpress.com/ http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/116metode-penelitian-kualitatif.html http://www.infoskripsi.com/Tip-Trik/Instrumen-dan-TeknikPengumpulan-Data.html http://tatangmanguny.wordpress.com/2009/06/30/sampel-sampling-danpopulasi-penelitian-bagian-ii-teknik-sampling-ii/ http://8tunas8.wordpress.com/2011/07/23/metode-penelitian-triangulasi/ http://wwwdangaronpengajaranbahasadansastra.blogspot.com/2009/04/pe mbelajaran-kontekstual-dengan-metode.html http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/
DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. DATA PRIBADI 1. Nama Lengkap
: M. SAIFULLAH
2. Tempat Tanggal lahir : Pekalongan, 29 Oktober 1985 3. Jenis Kelamin
: Laki-laki
4. NIM
: 2311 07 026
5. Jurusan / Prodi
: S1 Syari‟ah / Ahwalus ayakhshiyyah
6. Alamat
: Kebonrowopucang Karangdadap Pekalongan
B. DATA ORANG TUA 1. Nama Ayah
: Mustaqim
2. Nama Ibu
: Khoiriyah
3. Alamat
: Kebonrowopucang Karangdadap Pekalongan
C. RIWAYAT PENDIDIKAN 1. Sekolah Dasar
: MIWS Kebonrowopucang Lulus Tahun 1998
2. SMP / SLTA
: MTSs Proto Lulus Tahun 2001
3. SMA / SLTA
: MA Al Fadllu Kaliwungu Kendal Lulus Tahun 2006
4. Perguruan Tinggi
: STAIN Pekalongan angkatan 2007
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Pekalongan, 22 Oktober 2011
M. SAIFULLAH
Panduan wawancara dengan mahasiswa
A. Data subyek 1. Siapa nama anda dan berapa umur anda? 2. Berapa nim anda? 3. Apa jurusan dan prodi anda? 4. Dimana alamat anda? 5. Kenapa anda memilih kuliah di STAIN Pekalongan? B. Data obyek 1. Apakah anda berpacaran? a. Jika ya, apa alasan anda? b. Jika tidak, apa alasan anda? 2. Apakah pacar anda juga mahasiswa STAIN Pekalongan? a. Jika ya, apa alasan anda? b. Jika tidak, apa alasan anda? 3. Menurut anda, apa makna pacaran? 4. Apa yang anda ketahui tentang taaruf? 5. Apa yang anda lakukan ketika berpacaran? 6. Dimana tempat yang sering anda gunakan untuk berpacaran? 7. Apa itu hukum Islam?
8. Menurut anda, bagaimana hukum Islam memandang tentang pacaran?