PEMBINAAN PERILAKU MAHASISWA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA DALAM PROGRAM KAMPUS ISLAMI
Disertasi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Doktor dalam Bidang Hukum Islam pada Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar
Oleh: Hj. Mihrah Syukur NIM: 80100314021
PROGRAM PASCASARJANA (S3) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2017
PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI Mahasiswi yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Hj. Mihrah Syukur
NIM
: 80100314021
Tempat/Tgl. Lahir
: Bone/ 03 April 1956
Konsentrasi
: Hukum Islam
Alamat
: Jl. Prof. Abdurrahman Basalamah Komp. Perumahan UMI Blok E No. 11
Judul
:: Pembinaan Perilaku Mahasiswa Universitas Muslim Indonesia Dalam Program Kampus Islami Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa Disertasi ini
benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebgaian atau seluruhnya, maka disertasi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum. Makassar, 31 Agustus 2017 Penyusun,
Hj. Mihrah Syukur NIM : 80 100 314 021
ii
KATA PENGANTAR
ﺒﺴﻢ ﺍﻠﻠﻪ ﺍﻠﺭﺣﻤﻦ ﺍﻠﺭﺣﻳﻡ ين اَل ه ف ْاْلَ ْن ِبيَا ِء َوا ْل ُمرْ َسلِي َْن َعلَي َسيِّ ِدنَا ُم َح همد َو َعلَي َ اَ ْل َح ْم ُد ِ هّلِلِ َربِّ ا ْل َعالَ ِم ِ صالَةُ َوال هسالَ ُم َعلَي اَ ْش َر اَلِ ِه َوأَصْ َحا ِب ِه اَجْ َم ِعيْن Puji syukur tidak terhingga penulis persembahkan kehadirat Allah swt., shalawat dan taslim semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad saw., sebagai ungkapan rasa bahagia atas selesainya penulisan disertasi ini sebagai salah satu syarat penyelesaian studi pada tingkat Strata Tiga (S3) pada program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar. Atas berkat rahmat Allah swt. dan inayah-Nya jualah, penulisan disertasi yang berjudul Pembinaan Perilaku Mahasiswa dalam Program Kampus Islami dapat penulis selesaikan. Penyelesaian karya ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik berupa bantuan materil maupun dorongan moril. Karenanya, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih dari lubuk hati yang paling dalam. Tanpa mengurangi arti penting dari partisipasi semua pihak yang turut memberikan bantuan dan dorongan, karena keterbatasan ruang untuk menyebut nama-namanya disini, penulis memanfaatkan kesempatan ini untuk menyampaikan ucapan terima kasih secara khusus kepada: 1.
Kepada kedua orang tua penulis K.H. Abd. Syukur Ayyub Tuan Apala’ (almarhum) dan Sitti Hj. Maabidah Abd. Azis Tuan Muda (almarhumah) yang iv
telah berjasa membesarkan, mendidik dengan penuh kasih sayang dan penuh pengorbanan. 2.
Prof. Dr. H. Lomba Sultan, M.A., atas keikhlasannya bersedia menjadi Promotor I dan selalu bersedia memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam bidang materi sesuai dengan topik yang penulis bahas.
3.
Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag., atas keikhlasannya bersedia menjadi Kopromotor penulis, selalu bersedia memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis, khususnya yang berkaitan dengan topik yang penulis bahas.
4.
Prof. Dr. Sabri Samin, M. Ag., atas keikhlasannya bersedia menjadi Kopromotor penulis, selalu bersedia memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis, khususnya yang berkaitan dengan topik yang penulis bahas dan metodologinya.
5.
Rektor UIN Alauddin Makassar Prof. Dr. H. Musafir Pababari, M.Si, dan Direktur Pascasarjana UIN Alauddin Makassar Prof. Dr. Sabri Samin, M.Ag., yang menaruh perhatian yang amat besar dalam pengembangan dan kemajuan prestasi para mahasiswa. Demikian juga kepada para Asisten Direktur yang dengan tekun selalu membantu dalam pelaksanaan tugas-tugas Direktur.
6.
Para Guru Besar dan Dosen yang telah membimbing, memberikan kontribusi ilmiah kepada penulis selama mengikuti program studi Pascasarjana pada UIN Alauddin Makassar, baik pada program S2 maupun program S3.
v
7.
Ketua Pembina pertama Yayasan Wakaf UMI Makassar Prof. Dr. H. Abdurrahman A. Basalamah, S.E., M.Si (almarhum), yang telah banyak memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis.
8.
Ketua Pembina Yayasan Wakaf UMI Makassar Prof. Dr. H. Mansyur Ramli, S.E., M.Si. Ketua Pengurus Yayayan Wakaf UMI Makassar H. Moekhtar Noer Jaya, S.E, M.Si., Rektor UMI Makassar Prof. Dr. Hj. Masrurah Mukhtar, MA., Para Wakil Rektor yang telah memberikan dorongan dan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada program S3 UIN Alauddin Makassar, sekaligus memberikan bantuan biaya pendidikan.
9.
Suami tercinta Drs. H. Muh Hatta Dg. Pasewang Assagaf, dengan penuh pengertian telah banyak membantu dan memberi motivasi kepada penulis, demikian juga kepada saudara-saudara penulis, H. Musyaddad Syukur, SE., Hj. Sitti Misrah Syukur, SH., Sitti Mukarramah Syukur, SE., Ahmad Syukur, SE., Drs. H. Baharuddin Rahim, penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya yang tak terhingga sehingga penulis bisa melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.
10. Kepada keluarga Fakultas Agama Islam UMI Makassar yang telah membantu, memotivasi, memberikan semangat dalam penyusunan disertasi ini sehingga disertasi ini dapat terselesaikan. 11. Kepada keluarga besar Fakultas Farmasi UMI, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang telah membantu, memotivasi, memberikan semangat dalam penyusunan disertasi ini, sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. vi
12. Dr. Nur Setiawati, M.Ag., Dr. Nasiruddin Pilo. M.Ag., Hj. Subaedah, S.Pdi, M.Pd., dan semua teman-teman seperjuangan yang tidak dapat disebut satu persatu yang tidak henti-hentinya memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan disertasi ini. 13. Dr. Andi Emelda, S.Si., M.Si., Apt., Selaku Ketua Prodi Fakultas Farmasi UMI yang telah memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dengan penuh keikhlasan. 14. Ananda Asbi Amin, SE, MM., Muh Aswad S.Ag., Abd. Rahim, S.Ag., Muh. Amrullah, S.Farm., Muh Danial, S.Farm., Dayamin, S.Farm., Muh. Arfah, S.Farm., Fatimah, S.Kom., Vidya, S.Farm., Maryam, S.Farm. yang turut membantu, memotivasi, memberikan semangat dalam penyusunan disertasi ini, sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. 15. Dekan Fakultas dalam lingkup UMI, yang telah memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian di Fakultas dalam lingkup UMI 16. Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar, dan stafnya dengan senang hati memberikan pelayanan prima sehingga penulisan disertasi ini dapat diselesaikan. 17. Tim Kerja Pengelola Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan petunjuk serta kemudahan pengurusan administrasi untuk menyelesaikan studi S3 ini. 18. Seluruh rekan-rekan mahasiswa program studi Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, dan rekan-rekan dosen pada UMI Makassar. vii
Keberhasilan yang dicapai oleh penulis dalam menyelesaikan disertasi ini tidak terlepas dari kontribusi semua pihak yang terkait, baik yang sempat disebutkan namanya maupun yang tidak sempat disebutkan namanya karena keterbatasan ruang ini. Hanya kepada Allah swt. jualah tertuju rasa syukur dan harapan baik untuk memetik hasi pengabdian. Semoga semua pihak yang terkait dengan penyelesaian disertasi ini mendapatkan pahala yang berlipat ganda disisi Allah swt. Amin ya Rabbal Alamin. Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamith Tharieq Wassalumu ‘Alaikum Wr. Wb Makassar, 31 Agustus 2017 Penulis,
Hj. Mihrah Syukur NIM : 80 100 314 021
viii
DAFTAR ISI JUDUL DISERTASI ............................................................................................ PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI ........................................................ PENGESAHAN ................................................................................................... KATA PENGANTAR ......................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................ DAFTAR TABEL ................................................................................................
i ii iii iv ix xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN ............... ABSTRAK ...........................................................................................................
xii xviii
BAB I
PENDAHULUAN ..............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. C. D. E.
Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ......................................... Rumusan Masalah ......................................................................... Kajian Pustaka / Penelitian Terdahulu .......................................... Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................
13 14 15 22
TINJAUAN TEORETIS .....................................................................
24
A. B. C. D.
Memahami Sikap dan Perilaku Islami .......................................... Pembinaan Perilaku....................................................................... Nilai-nilai Islam ............................................................................ Program Kampus Islami ................................................................
24 37 40 70
E. Kerangka Konseptual ....................................................................
98
METODOLOGI PENELITIAN..........................................................
100
A. Jenis dan Lokasi Penelitian ........................................................... B. Pendekatan Penelitian ...................................................................
100 105
C. Sumber Data .................................................................................
106
D. Metode Pengumpulan Data .......................................................... E. Instrumen Penelitian......................................................................
107 110
BAB II
BAB III
ix
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ......................................... G. Pengujian Keabsahan Data ........................................................... BAB IV
REALITAS PEMBINAAN PERILAKU MAHASISWA UMI DALAM PROGRAM KAMPUS ISLAMI ......................................... A. Gambaran Umum UMI Makassar ................................................. B. Konsep Pembinaan Kampus Islami terhadap Perilaku Mahasiswa di UMI Makassar........................................................ C. Penerapan Pembinaan Program Kampus Islami di UMI Makassar ....................................................................................... D. Realitas Perilaku Mahasiswa dalam Program Kampus Islami di UMI Makassar................................................................ 1. Doa di dalam Kelas ................................................................. 2. Zikir Bulanan ..........................................................................
111 113 115 115 155 172 221 224 229
3. Gerakan Shalat Berjamaah ...................................................... E. Makna Penelitian...........................................................................
234 237
BAB V PENUTUP ................................................................................................
241
A. Kesimpulan ...................................................................................
241
B. Implikasi Hasil Penelitian .............................................................
243
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
246
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN A. Transliterasi Arab-Latin Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut: 1. Konsonan Huruf Arab
ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ؼ ؽ ؾ ؿ ـ ف و هػ ء ى
Nama
alif ba ta s\a jim h}a kha dal z\al ra zai sin syin s}ad d}ad t}a z}a ‘ain gain fa qaf kaf lam mim nun wau ha hamzah ya
Huruf Latin
tidak dilambangkan b t s\ j h} kh d z\ r z s sy s} d} t} z} ‘ g f q k l m n w h ’ y
xii
Nama
tidak dilambangkan be te es (dengan titik di atas) je ha (dengan titik di bawah) ka dan ha de zet (dengan titik di atas) er zet es es dan ye es (dengan titik di bawah) de (dengan titik di bawah) te (dengan titik di bawah) zet (dengan titik di bawah) apostrof terbalik ge ef qi ka el em en we ha apostrof ye
Hamzah ( )ءyang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’). 2. Vokal Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut: Tanda
َا َا َا
Nama
Huruf Latin a i u
fath}ah kasrah d}ammah
Nama a i u
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu: Tanda
Nama
Huruf Latin
Nama
َػَ ْى
fath}ah dan ya>’
ai
a dan i
َػَْو
fath}ah dan wau
au
a dan u
Contoh: ََ َك ْػي: kaifa ػف ََ َه ْػو: haula َؿ
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu: Harakat dan Huruf
Nama
Huruf dan Tanda
Nama
ََى...َ|ََا َ َ... َ
fath}ah dan alif atau ya>’
a>
a dan garis di atas
kasrah dan ya>’
i>
i dan garis di atas
d}ammah dan wau
u>
u dan garis di atas
ػِػػى ػُػو
xiii
Contoh: ََ َ مَػ: ma>ta ات
َرَمػى ََ قِ ْػي ػل َُ يَػمػُْو ت
: rama> : qi>la : yamu>tu
4. Ta>’ marbu>t}ah Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta>’ marbu>t}ah yang hidup atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta>’ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h]. Kalau pada kata yang berakhir dengan ta>’ marbu>t}ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta>’ marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh: َِ ضػةَََُالَطَْف اؿ : raud}ah al-at}fa>l َ َرْو ِ اَلْػم ِػديػنَ ُػةََاَلْػفػ: al-madi>nah al-fa>d}ilah ُ اض ػلَة ْ َ َ ِ اَلػ ُ ػمػػة ك ػ ح : al-h}ikmah ْ َ ْ 5. Syaddah (Tasydi>d)
Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydi>d ( ) ـّـ, dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah. Contoh: َ َربػَّػنا: rabbana>
ػجػَْيػػنَا ّ َ ن: najjaina> ُ ػق َّ ػح َ ْ اَلػ: al-h}aqq ِ نػُ ّعػ ََػم: nu‚ima َ َع ُػدو: ‘aduwwun
Jika huruf ىber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah (ـى ّ ِ )ــــ, maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi i>. Contoh: َ َعػلِػى: ‘Ali> (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly) َ َعَػربػِػى: ‘Arabi> (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)
َ
xiv
6. Kata Sandang Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan hurufَ( اؿalif
lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah. Kata
sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-). Contoh:
َػس ُ اَلشَػ ْم ُ اَلزلػَْػزلػَػة ُ سػ َفة ََ اَل ػَْفػ ْل اَل ػْبػ ػِالَ َُد
: al-syamsu (bukan asy-syamsu) : al-zalzalah (az-zalzalah) : al-falsafah : al-bila>du
ُ َع و َ ُ ْ اَلػػنػ ََش ْػيء َُ َأَُِم ْػر ت
: al-nau‘ : syai’un : umirtu
7. Hamzah Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif. Contoh: تػََأْ ُمػرْو َف: ta’muru>na
8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur’an (dari al-Qur’a>n), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila katakata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:
Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n Al-Sunnah qabl al-tadwi>n xv
9. Lafz} al-Jala>lah ()اهلل Kata ‚Allah‛ yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mud}af> ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah. Contoh:
ِ ِديػنdi>nulla>h هلل ََاهلل َِ بِاbilla>h ُْ
Adapun ta>’ marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz} al-jala>lah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:
ِ َهػم َِِفَرح ػػم ِة ََاهلل َْ َ ْ ْ ُ
hum fi> rah}matilla>h
10. Huruf Kapital Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:
Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l Inna awwala baitin wud}i‘a linna>si lallaz\i> bi Bakkata muba>rakan Syahru Ramad}an> al-laz\i> unzila fi>h al-Qur’a>n Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si> Abu>> Nas}r al-Fara>bi> Al-Gaza>li> Al-Munqiz\ min al-D}ala>l Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu> (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:
xvi
Abu> al-Wali>d Muh}ammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad (bukan: Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad Ibnu) Nas}r H{a>mid Abu> Zai>d, ditulis menjadi: Abu> Zai>d, Nas}r H{a>mid (bukan: Zai>d, Nas}r H{ami>d Abu>)
B. Daftar Singkatan swt. saw. a.s.
Beberapa singkatan yang dibakukan adalah: = subh}an> ahu> wa ta‘a>la> = s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam = ‘alaihi al-sala>m
H M SM l. w. QS …/…: 4
= = = = = =
Hijrah Masehi Sebelum Masehi Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja) Wafat tahun QS al-Baqarah/2: 4 atau QS A
n/3: 4
HR
= Hadis Riwayat
xvii
ABSTRAK Nama
: Hj. Mihrah Syukur
NIM
: 80 100 314 021
Judul Disertasi
: Pembinaan Perilaku Mahasiswa Universitas Muslim Indonesia Dalam Program Kampus Islami
Penelitian ini membahas tentang Pembinaan Perilaku Mahasiswa Universitas Muslim Indonesia dalam Program Kampus Islami, penelitian ini terdiri atas tiga pokok masalah yang pertama, bagaimana konsep pembinaan kampus Islami terhadap perilaku mahasiswa UMI Makassar kedua, bagaimana penerapan program kampus Islami UMI Makassar ketiga, bagaimana realitas perilaku mahasiswa dalam program kampus Islami. Adapun tujuan penelitian ini, untuk mengetahui konsep pembinaan perilaku mahasiswa dalam program kampus Islami UMI Makassar untuk mengetahui prinsip-prinsip penerapan program pembinaan perilaku mahasiswa UMI Makassar, untuk mengetahui realitas perilaku mahasiswa dalam program kampus Islami. Jenis penelitian ini kualitatif dengan menggunakan pendekatan evaluasi responsif, metode pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dokumentasi. Penelitian ini UMI Makassar dilakukan di 4 (empat) Fakultas, yaitu Fakultas Farmasi, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Komputer. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa delapan program penerapan pembinaan yang dominan berefek pada perilaku mahasiswa UMI Makassar, yaitu ; Pesantren Kilat (PK), Pencerahan Kalbu (PCK), Kajian-kajian Keislaman (KKI), Gerakan Shalat Berjamaah (GSB), Kultum di masjid setelah shalat dhuhur (KMD), Zikir Bulanan (ZKB), Doa di dalam kelas (DDK), Baca Tulis Al-Qur’an/menghafal surah-surah pendek dan Juz 30 (BTS). Sangat dominan berefek pada perilaku mahasiswa, yaitu; doa di dalam kelas, zikir bulanan, gerakan shalat berjamaah. Doa di dalam kelas berefek pada perilaku mahasiswa karena rutin dilakukan minimal empat kali diterapkan di dalam kelas pagi sampai sore, kegiatan ini langsung bersentuhan dengan proses pembelajaran di kelas. Zikir bulanan, realitasnya; terciptanya nilai-nilai ketenangan disebabkan oleh hubungan sosial, toleransi diantara civitas akademika, sopan santun terhadap pimpinan, dosen, dan karyawan. Gerakan shalat berjamaah, realitasnya yakni ; terdapat ketenangan jiwa yang disebabkan oleh hubungan sosial seperti sopan santun terhadap dosen, pimpinan, saling bersalaman, saling menghargai, tolong menolong, dan toleransi diantara civitas akademika. Penelitian ini berimplikasi pada pembinaan perilaku mahasiswa UMI Makassar, aktifitasnya senantiasa mengaktualisasikan serta menerapkan nilai-nilai Islam; doa di dalam kelas, zikir bulanan dan gerakan shalat berjamaah dengan berpedoman pada prinsip-prinsip ajaran Islam; aqidah, syariah dan akhlak. Kata Kunci : Pembinaan, Perilaku, Mahasiswa, Kampus Islami xviii
ABSTRACT Name Student's Reg. No. Title
: Hj. Mihrah Syukur : 80100314021 : Developing the Indonesian Muslim University Students' Behaviour in the Islamic Campus Program
The study was entitled "Developing the Indonesian Muslim University Students' Behaviour in the Islamic Campus Program." The main issue of the study was "how the reality of students' behavior in the Islamic campus program at UMI Makassar was". There were 3 (three) problems examined: How is the development concept of Islamic campus on students' behavior in UMI Makassar?; How is the application of Islamic campus program on the students' behavior in UMI Makassar?; What is the reality of the students' behavior in the Islamic campus program? The study was aimed at proposing the development concept of students' behavior in the Islamic campus program in UMI Makassar and the applicative principles of the students' behavior building program in UMI Makassar. The study was qualitative research using evaluation and responsive approaches. Observation, interview, documentation were employed in collecting the data which was conducted in 4 (four) faculties in UMI Makassar, namely Pharmacy Faculty, Faculty of Economics, Faculty of Law, and Computer Science Faculty. The study results indicated that there were 8 (eight) dominant developed applicative programs related to the students' behavior in UMI Makassar, namely: Pre Boarding School (PPS), Enlightenment Mind (PCK), Islamic Studies (KKI), Congregated Prayer Movement (GBS), Short Lecture after Midday Prayer (KMD), Monthly Zikr (ZKB), Prayer in the classroom (DDK), Reading and Writing Qur'an/Memorizing short surah and juz 30 (BTS). The most dominant effects on students' behavior were: (1) Prayer in the classroom, (2) Monthly Zikr, (3) Congregated Prayer Movement. Prayer in the classroom was very influential in the learning process. Monthly zikr could create comfort, peace, and security of the campus environment. The congregated prayer movement brought peace of mind caused by social relations and friendship such as being polite to the leaders and lecturers, shaking hands, kissing hands, mutual respect, mutual help, promoting tolerance among the academic community, forming the helping character, creating a humble character, fonning a sense of self-control inasmuch as belief in Allah swt. The study had implications for the development of UMI Makassar students' behaviour. They constantly actualized their activities as well as applied the values of Islam such as prayer in the classroom, monthly zikr, and congregated prayer movement. UMI Makassar was based on the teachings of Islam, aqidah, syariah and morals in all its activities. Keywords: Guidance, Behavior, Student, Islamic Campus
xix
تجريد البحث اسم الباحثة
:احلاجة ماىرة شكور
رقم التسجيل
11811380108 :
عنوان األطروحة
:تهذيب سلوك طالب جامعة المسلمين اإلندونيسية في البرنامج اإلسالمي للجامعة
=====================================================================================
أطلق على ىذا البحث عنوان "هتذيب سلوك طالب جامعة املسلمني اإلندونيسية يف الربنامج اإلسالمي للجامعة"، واملسألة األساسية املطروحة فيو ىي كيف واقعية سلوك الطالب يف الربنامج اإلسالمي للجامعة لدى جامعة املسلمني اإلندونيسية مباكاسر؟ فقد فصلت املسألة املذكورة إىل ثالثة أسئلة حبثية ،أوهلا :كيف تصور هتذيب اجلامعة اإلسالمية حنو سلوك الطالب يف جامعة املسلمني اإلندونيسية مباكاسر ،وثانيتها :كيف تطبيق الربنامج اإلسالمي للجامعة أمام طالب اجلامعة، وثالثتها :كيف واقعية سلوك الطالب يف ىذا الربنامج .وىدف البحث إىل وصف تصور هتذيب سلوك الطالب من خالل الربنامج اإلسالمي ل لجامعة لدى جامعة املسلمني اإلندونيسية مبكاسر ومبادئ تطبيق برنامج هتذيب سلوك طالب جامعة املسلمني اإلندونيسية. وىذا البحث يتمثل يف الدراسة النوعية ويتبع املدخل التقييمي واملدخل الوضعي ،وتتم عملية مجع البيانات عن طريق املالحظة واملقابلة والتوثيق حيث أجري يف جامعة املسلمني اإلندونيسية وتتوزع على أربع كليات ،وىي :كلية الصيدلة ،وكلية االقتصاد ،وكلية القانون ،وكلية العلوم احلاسوبية. وأظهرت نتائج البحث أن ىناك مثانية برامج لتطبيق التهذيب البارز بشأن سلوك طالب جامعة املسلمني اإلندونيسية مباكاسر ،وىي :التمهيد للمعهد ،وتنوير القلوب ،والدراسات اإلسالمية ،واحلركة املكثفة لصالة اجلماعة ،واملذاكرة الشهرية، والدعاء يف غرف الفصول ،وقراءة القرآن وتالوتو أي حتفيظ السور القصرية من اجلزء الثالثني من القرآن الكرمي ،ومن ىذه الربامج ما ىو أبرز تأثريا يف سلوك الطالب ،وىو )8( :الدعاء يف غرف الفصول )0( ،واملذاكرة الشهرية )3( ،واحلركة املكثفة لصالة اجلماعة؛ فالدعاء يف الفصول يؤثر تأثريا بالغا يف عملية التعليم ،واملذاكرة الشهرية قادرة على إجياد الراحة والسالم واألمان يف حرم اجلامعة .أما احلركة املكثفة لصالة اجلماعة فمن خالهلا كانت راحة للنفس بسبب العالقات االجتماعية وصلة الرحم كالتصرف املهذب مع احملاضرين ورئيس اجلامعة إذ يسافح بعضهم بعضا ،ويقبلون أيدي حماضريهم ،ويقدر بعضهم بعضا، ويتعاونون ،والتسامح بني أفراد اجملتمع األكادميي ،وظهور التواضع ،وظهور التحكم بأنفسهم بسبب إمياهنم باهلل تعاىل. وانعكس ىذا البحث حنو هتذيب سلوك طالب جامعة املسلمني اإلندونيسية مباكاسر ،فإن أنشتطهم دوما متثل القيم اإلسالمية وىم يطبقوهنا كالدعاء يف الفصل ،واملذاكرة الشهرية ،واحلركة املكثفة لصالة اجلماعة ،فأن جامعة املسلمني اإلندونيسية مبكاسر مع االعتماد على تعاليم اإلسالم ،والعقيدة ،والشريعة واألخالق قد طبقت القيم اإلسالمية يف أنشتطة طالهبا اليومية.
xx
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga yang sangat potensial memberikan bekal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), keahlian serta pembentukan sikap mental dan perilaku mahasiswa. Dengan demikian, perguruan tinggi memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam pengembangan IPTEK dan sumber daya manusia. Oleh karena itu, Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar sebagai lembaga pendidikan tinggi swasta di kawasan Indonesia Timur dituntut untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas harus mencerminkan sikap dan perilaku Islami dalam mengembangkan kecerdasan potensi intelektual, potensi emosional dan potensi spiritual menghadapi era globalisasi yang sangat kompetitif. Dalam paradigma pengembangan IPTEK saat ini, perguruan tinggi khususnya UMI Makassar perlu melakukan reorientasi pelaksanaan pendidikan yang berkualitas dan efektifitas. Pendidikan di perguruan tinggi perlu di arahkan kepada perangsangan daya inovasi dan kreatifitas mahasiswa yang lebih dinamis dan progresif. Untuk itulah UMI Makassar perlu mengembangkan dan meningkatkan pelayanan akademik dan kemahasiswaan serta administrasi yang bernilai Islami sebagai wujud program kampus Islam ditunjang dengan sarana dan prasarana di lingkungan kampus dan kondisi di masyarakat1. UMI Makassar, merupakan lembaga pendidikan dan dakwah konsep pembinaan dasarnya diarahkan kepada pengembangan Ilmu Pengetahuan dan 1
Lembaga Penelitian UMI Makassar. Strategi Pengembangan UMI Makassar Kedepan, Tahun 2002, h.20.
1
2
Teknologi (IPTEK) yang menitikberatkan pengembagan nilai-nilai Islam untuk mewujudkan sikap dan perilaku yang Islami kepada seluruh civitas akademika khususnya mahasiswa. Untuk pencapaian konsep dasar berdirinya UMI Makassar tersebut, maka UMI Makassar mengembangkan suatu konsep program kampus Islam. Program ini bertujuan untuk memberi rangsangan atau motivasi kepada seluruh mahasiswa, agar senantiasa mengejawantahkan nilai-nilai yang Islami dalam setiap aktivitasnya. Dalam hal ini, sikap dan perilaku selalu tercermin perilaku Islami yaitu satu kata dan perbuatan. Dengan demikian akan melahirkan sumber daya yang handal yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah dan berahlak karimah serta bertaqwa kepada Allah swt. Untuk mewujudkan harapan umat Islam tersebut UMI, harus terus melakukan pembenahan dan pengembangan menuju peningkatan kualitas, mulai tahun 2000/2001 sampai sekarang UMI Makassar menerapkan program pembinaan kampus Islami yaitu program pencerahan Kalbu, ini diwajibkan kepada seluruh mahasiswa, dosen, karyawan dan pimpinan untuk mengikuti program pembinaan ini, sebagai perwujudan kampus Islami, penerapannya yaitu pesantren kilat bagi mahasiswa baru 3 (tiga) hari sebelum kegiatan proses akademik perkuliahan di kampus, studi general. Seluruh fakultas yang ada di UMI Makassar pencerahan kalbu 1 (satu) bulan setelah mahasiswa menjalani proses perkuliahan semester III (tiga) atau masuk tahun kedua pengajaran mata kuliah Agama Islam semester VI (enam) di semua fakultas yang ada di UMI Makassar2.
2
Lembaga Penelitian UMI Makassar. Strategi Pengembangan UMI Makassar Kedepan, Tahun 2002, h. 3
3
Sementara itu, Darmayanti menekankan pada empat hal dalam rangka penanaman nilai yang bermuara pada terbentuknya akhlak mulia atau perilaku yang baik, yaitu inklusi nilai, keteladanan nilai, fasilitas dan pengembangan keterampilan akademik dan sosial3. Untuk terwujudnya program pendidikan yang bernilai Islami atau pembentukan perilaku mahasiswa perlu adanya evaluasi. Evaluasi harus dilakukan secara akurat dengan pengamatan yang relatif dan secara terus menerus harus dilakukan oleh para civitas akademik UMI Makassar. UMI Makassar menerapkan berbagai metode yang strategis terhadap pembinaan perilaku mahasiswa melalui program kampus Islami, yakni; pencerahan kalbu, pesantren kilat, Pendidikan Agama Islam, aqidah, syariah dan akhlak setiap fakultas. Fungsi lembaga pendidikan dan dakwah yang ada di UMI Makassar harus selalu bersinergi meningkatkan perilaku mahasiswa akan terwujud di kalangan para mahasiswa UMI Makassar yang dibina oleh Wakil Dekan IV masing-masing fakultas. Ada beberapa faktor berefek dalam pembentukan perilaku mahasiswa di UMI Makassar, baik yang mendukung maupun yang tidak mendukung. Faktor pendukung untuk terciptanya perilaku Islami di kalangan mahasiswa UMI Makassar adanya niat para pendiri UMI Makassar, ikhlas dan bertekad untuk menjadikan UMI Makassar sebagai lembaga pendidikan dan dakwah di kawasan Indonesia Timur yang berstatus wakaf. Program kampus Islami, menjadi program unggulan yaitu pencerahan kalbu di Padang Lampe bagi setiap mahasiswa, untuk membentuk insan kamil yang cerdas intelektualnya, emosionalnya dan spiritualnya, visi misinya yaitu berilmu amaliah, beramal imiah dan berakhlakul karimah dan bertaqwa kepada Allah swt.
3
Zuchdi, Darmayanti, Humanisasi Pendidikan, Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi. (Jakarta : PT. Bumi Aksara. 2008), h. 1-3.
4
Adapun faktor penghambat yang masih menjadi problem dalam pembentukan perilaku mahasiswa melalui program pembinaan kampus Islami ini adalah : 1. Kemampuan dosen mahasiswa yang masuk di UMI Makassar beragam dari latar belakang pendidikan, keluarga, lingkungan, teman sepergaulan, kemampuan dasar ini cukup memberikan kendala dalam proses pembinaan perilaku mahasiswa sekaligus dalam pembentukan perilaku islami. Problem ini harus diantisipasi dengan memberikan motivasi yang lebih terhadap mahasiswa UMI Makassar atau memaksimalkan melalui WD IV proses pembelajaran di kelas oleh para dosen bahkan civitas akademika UMI Makassar. 2. Masih ada segelintir mahasiswa yang kurang memahami masalah perilaku Islami. Mahasiswa lebih termotivasi untuk memenuhi kriteria dalam rangka pencapaian nilai baik daripada pembentukan perilaku Islami. Contoh ketika meninggalkan kampus mereka tidak lagi memakai jilbab, bahkan diantara mahasiswa, belum melakukan pengalaman keagamaan yang memadai, seperti masih ada yang belum aktif melakukan shalat wajib lima waktu atau kewajiban Islam yang lain. Kebiasaan di lingkungan keluarga dan masyarakat ikut berpengaruh dalam membentuk kebiasaan berperilaku islami, karena itulah melalui program pembinaan kampus Islami para pemimpin, dosen dan seluruh civitas akademika memiliki tugas cukup berat dalam mewujudkan pembentukan perilaku Islami di lingkungan mahasiswa. 3. Seluruh tenaga pengajar dalam mengembangkan program pembinaan kampus Islami sebagai program unggulan UMI Makassar (pencerahan kalbu) diharapkan juga dalam proses pembelajaran di kelas lebih banyak
5
menekankan aspek afektif pembentukan perilaku Islami atau dalam pendidikan Islam harus bersinergi di dalam dirinya antara kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Shiddiq, mengemukakan survei yang dilakukan pada sejumlah mahasiswa semester V (lima) UMI yang pernah mengikuti program pembinaan pendidikan perilaku dan karakter, pencerahan kalbu. Ini menunjukkan bahwa sebanyak 138 dari 145 mahasiswa atau 95,17% responden menyatakan bahwa pembinaan program pendidikan dan pencerahan kalbu sangat bermanfaat bagi mahasiswa dan mereka menyatakan pembinaan pendidikan perilaku (karakter) sangat penting dalam menemukan keagamaan. Jadi ada dampak positif pada pihak universitas terhadap pembinaan karakter yaitu berkurangnya angka tindakan kekerasan yang dilakukan oleh mahasiswa. Ini bukan berarti bahwa tindakan yang dilakukan mahasiswa benarbenar hilang. Aksi tawuran mahasiswa masih dapat muncul jika ada pemicu. Berdasarkan survei awal yang dilakukan secara random kepada mahasiswa semester V (lima), dari VI (enam) fakultas di UMI (2013) ini menunjukkan bahwa dari 138 subjek penelitian, yang dijaring 71 mahasiswa yang pernah mengikuti aksi mahasiswa dan 67 (48,55%) mahasiswa yang tidak pernah mengikuti aksi mahasiswa, 35 (25,36%) diantaranya pernah mengikuti aksi tanpa kekerasan dan sebanyak 36 (26,08%) diantaranya seperti membakar ban, menutup jalan, merusak fasilitas umum dan lain-lain4. Fenomena di lingkungan kampus UMI Makassar sering terjadi tawuran antar mahasiswa, membakar ban di jalan raya menyebabkan terhambatnya arus lalu lintas yang menyebabkan kemacetan di jalan. Fenomena ini terjadi di UMI Makassar
4
Fitrah Umi, Telaga Hati (Edisi Pertama, 2013), h.3
6
berdasarkan data dari Biro kemahasiswaan, mulai tahun 1990, bentrok atau tawuran dalam kampus antar mahasiswa yang sangat meresahkan seluruh civitas akademika dan masyarakat di sekitarnya. Dari hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa yang terlibat tawuran, pemicu tawuran sebagian besar karena perbedaan pendapat, kesalahpahaman, perasaan yang sensitif, merasa lebih berani dan rewa (rewa dalam bahasa Makassar Terjemahnya berani), sehingga terjadi adu kekuatan fisik. Penyebab lain karena, dendam yang berkepanjangan, dengki, sombong dan arogan. Pada prinsipnya semua pemicu konflik berasal dari penyakit kalbu yang tidak terkendali, yang
cenderung
merusak,
membuat
keonaran,
bahkan
tidak
segan-segan
menggunakan senjata tajam, yang ujungnya menyebabkan kematian. Dari tragedi tersebut, berbagai pengamat memberikan analisis bahwa praktek pendidikan di sekolah mengalami ketidakseimbangan orientasi tujuan pendidikan, padahal seyogyanya setiap materi perkuliahan harus selalu diarahkan pada pembentukan perilaku mahasiswa melalui materi yang dikaji atau yang diajarkan. Hal yang terpenting bukan melihat materinya apa tetapi bagaimana mensinergikan materi yang diajarkan untuk pembinaan perilaku mahasiswa. Zuchdi, dkk mengemukakan dalam penelitiannya, bahwa lembaga pendidikan membentuk karakter atau perilaku, terkait dengan proses pendidikan dan pembelajaran yang cenderung formalistik yang hanya mementingkan capaian akademik, tidak berorientasi pada pembentukan kepribadian, sikap dan praktek perilaku yang mulia5. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran di kelas cenderung bermuatan isi informasi atau penyebaran isi buku teks.
5
Zuchdi, Darmayanti. Kun Prasetyo, Zuhdan dkk, Model Pendidikan Karakter. (Yogyakarta: CV. Multi Presindo. 2013), h. 1-2.
7
Bagaimana UMI Makassar kedepan sebagai salah satu lembaga pendidikan dan dakwah di kawasan Indonesia Timur yang berstatus wakaf dengan simbol Islam yaitu perguruan tinggi milik umat. UMI Makassar harus selalu mengantisipasi perkembangan zaman dengan melakukan pembenahan yang berkaitan dengan pembinaan program kampus Islami sebagai wadah pembentukan perilaku mahasiswa UMI Makassar. Khusus bagi mahasiswa perlu dilakukan suatu kajian mendalam terhadap potensi yang dimilikinya, misalnya potensi intelektualnya, emosionalnya dan spiritualnya, karena hal ini dapat dijadikan sebagai landasan dalam pengembangan UMI Makassar pola dan atau strategi pembinaan terhadap program pembinaan kampus Islami di UMI Makassar. Keragaman potensi yang dimilki dan latar belakang diri mahasiswa, dapat mempengaruhi efektifitas pelaksanaan proses pendidikan dan dakwah pada akhirnya akan berpengaruh pada output yang akan dihasilkan. Untuk mewujudkan harapan umat Islam tersebut UMI Makassar terus melakukan pembenahan dan pengembangan menuju peningkatan kualitas mulai tahun 2000/2001 sampai sekarang UMI Makassar telah menerapkan program kegiatan pencerahan kalbu diwajibkan bagi setiap mahasiswa UMI Makassar sebagai bagian dari kampus Islami yang penerapannya sebagai berikut : pesantren kilat 3 hari sebelum kegiatan akademik dimulai, study general sebelum memasuki proses perkuliahan, pencerahan kalbu 1 bulan penuh setelah mahasiswa menjalani proses perkuliahan tiga semester atau memasuki tahun ke dua, pengajaran mata kuliah agama Islam setiap semester pada semua fakultas yang ada di UMI Makassar. Fenomena menunjukkan pada tahun terakhir ini, semenjak tahun 2000 sampai sekarang semakin menurun aktivitas demonstrasi mahasiswa, karena diwajibkannya
8
kegiatan pencerahan kalbu setiap mahasiswa sebelum akademik di fakultas diadakan di setiap fakultas yang ada di UMI Makassar, sebagai bagian kampus Islami. Sejak itu telah ada perubahan perilaku mahasiswa dengan menurunnya aktivitas demonstrasi yang sering terlihat di jalan raya, perkelahian antar fakultas tidak terjadi lagi, dan semakin tingginya kesadaran berbusana Muslimah, dan tidak terlihatnya lagi bagi mahasiswa laki-laki memakai celana yang sengaja dirobek bagian lutut, serta tingginya kesadaran bagi mahasiswa laki-laki tidak berambut panjang atau gondrong. Fenomena menunjukkan pada tahun terakhir ini, setelah diterapkannya program pencerahan kalbu, tradisi sopan santun bagi mahasiswa pencerahan kalbu sangat nampak, saling menghargai, dan saling menghormati, dari banyak kasus yang menunjukkan bahwa setelah pelaksanaan pencerahan kalbu di Padang Lampe, para orang tua menyatakan anaknya sudah mulai menghargai orang tuanya dengan cium tangan dan minta izin sebelum keluar rumah dan setiap kembali ke rumah. Ini semua merupakan anugerah dan kepercayaan yang harus dipelihara dan ditingkatkan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, strategi pembinaan program kampus Islami perlu dikembangkan pendidikan yang bernuansa Islami di UMI Makassar sebagai pendidikan yang berkualitas. Sebuah lembaga perguruan tinggi bukan hanya dituntut untuk mengembangkan aspek kognitif mahasiswa, tetapi harus mencapai tahap sikap dan nilai (afektif) dan behavioral (perilaku) atau dalam sistem pendidikan Islam, harus output yang bersinergi di dalam dirinya antara kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Ramli, berpendapat bahwa secara prinsip pengembangan perilaku tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan atau mata kuliah yang sudah ada, pengembangan
9
diri dan budaya Universitas (satuan pendidikan)6. Oleh karena itu pendidik perlu mengintegrasikan nilai-nilai Islam yang berkembang dalam pendidikan perilaku ke dalam kurikulum, silabus yang ada. Melalui semua mata kuliah, pengembangan diri, dan budaya Universitas membudayakan bahwa proses pengembangan perilaku dilakukan melalui setiap mata kuliah. Dalam hal ini, UMI Makassar sebuah lembaga perguruan tinggi Islam di kawasan Indonesia Timur, membina 15 fakultas melakukan suatu kajian terhadap pelaksanaan pembinaan UMI Makassar melalui program kampus Islami yaitu pencerahan kalbu, setiap mahasiswa wajib mengikuti pesantren kilat, sebelum proses perkuliahan di kampus. Ini adalah strategi pembinaan perilaku mahasiswa dan pengembangan UMI Makassar menghadapi perkembangan pendidikan di era globalisasi. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan nasional di Indonesia pasal 3 UU Sisdiknas tersebut menyebutkan pendidikan nasional berfungsi dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk perkembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Allah swt. Yang Maha Esa,
6
Mansyur Ramli, Pembangunan Karakter Bangsa Belum Optimal, Tabloid, Cerdas, Inspiratif. Edisi 3 Vol. I, Oktober 2012.
10
berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab 7. Amanah UU Sikdiknas bangsa dan tahun 2003 bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk bangsa Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berperilaku, sehingga akan melahirkan generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan perilaku yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa dan agama. UMI Makassar sebagai lembaga pendidikan dan dakwah berorientasi kepada penyelenggaraan pendidikan sikap perilaku menuju Word Class University untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang handal dan berkualitas, dalam hal ini sebuah lembaga perguruan tinggi bukan hanya dituntut untuk mengembangkan aspek kognitif mahasiswa, tetapi harus mencapai tahap afektif dan behavioral (perilaku) atau dalam sistem pendidikan Islam, harus melahirkan output yang bersinergi di dalam dirinya antara kecerdasan inelektual, emosional dan spiritual. Menurut al-Gazali sikap sombong ilmu itu muncul dalam pikiran manusia, bilamana seseorang meyakini bahwa ia memilki keutamaan melebihi keutamaan orang lain. Keyakinan seperti itu menimbulkan pada dirinya, perasaan gembira, keyakinan apayang diyakini, perasaan akan kebesarannya dan penghinaan kepada orang lain. Kegembiraan dan keyakinan inilah disebut penghargaan diri (Izzah), dan juga disebut perasaan yang luar biasa (ta’azun). Dan akhirnya muncul berbagai bentuk kesombongan yang berakhir pada takabbur atau perilaku yang negatif 8.
7
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Kepdiknas). 8
Al-Gazali, Ihya Ulum al-Din- Juz II (Semarang : Maktabah Usaha Keluarga Semarang, t.thn), h. 334-335.
11
Menurut Al-Gazali, ada tiga macam sikap sombong, yaitu kesombongan terhadap Allah swt., kesombongan terhadap Nabi-nabi dan kesombongan terhadap orang lain. Kesombongan terhadap orang lain dianggap sebagai perbuatan hina dan mempunyai akibat buruk. Ini menunjukkan bahwa pernyataan al-Gazali tersebut, berisi pendidikan akhlak berupa larangan bersikap dan berperilaku seperti angkuh atau sombong, takabur baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain di muka bumi ini. Sifat angkuh, sombong, takabur yang dimiliki oleh seseorang dapat melahirkan sikap dan perilaku anti sosial9. Untuk menunjukkan hal tersebut, UMI Makassar sebuah lembaga pendidikan dakwah, perlu melakukan reorientasi peran ganda, khususnya pengembangan Tridarma Perguruan Tinggi menuju Word Class University yaitu pembinaan kurikulum mahasiswa harus berdasarkan kampus Islami yaitu aspek kehidupan yang ditampilkan oleh civitas akademika. UMI Makassar harus berdasarkan nilai-nilai Islam, aspek ibadah, aspek keterampilan dan moral yang diorientasi
untuk
meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah swt 10. Tantangan yang dihadapi oleh sebuah perguruan tinggi dalam pembinaan terhadap mahasiswa pada saat ini, karena mahasiswa adalah aset, suatu bangsa dan negara yang sangat berharga untuk masa kini dan masa depan bangsa dan negara. Ia adalah generasi penerus bangsa dalam suatu negara yang diharapkan untuk menjadi bangsa yang unggul yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan aspek kognitif dan dituntut juga harus mencapai taraf afektif dan behavioral (perilaku) yang bersinergi dalam dirinya antara kecerdasan intelektual emosional dan spiritual. 9
Al-Ghazali, Ihya Ulumud-Din-Juz III, h. 334-335.
10
Buku Saku Universitas Muslim Indonesia, Peraturan Kemahasiswaan, Panduan Sistem Informasi Akademik Terpadu. h.1
Akademik,
Peraturan
12
Menurut Rosmiati, penelitian yang dilakukan terhadap 183 negara di dunia. Indonesai menduduki peringkat ke 100 dengan skor 3,0 poin bersama 11 negara lainnya, ini menunjukkan tingkat persepsi korupsi skor publik. CPI mengukur persepsi korupsi yang dilakukan politisi dan pejabat publik dihasilkan dari penggabungan 17 survei lembaga-lembaga Internasional yang melihat faktor-faktor seperti penegakan hukum anti korupsi, akses terhadap konfirmasi dan konflik kepentingan. Menurut transformasi Internasional, korupsi terus mewabah dan virus di banyak negara di seluruh dunia. Ini menunjukkan beberapa pemerintah gagal melindungi warga negaranya dari korupsi 11. UMI Makassar sebagai lembaga pendidikan dan dakwah khusus civitas akademika harus mampu mengantisipasi persoalan-persoalan atau krisis nilai-nilai, sikap dan perilaku yang negatif di kalangan masyarakat. Ini disebabkan bergesernya nilai-nilai perilaku Islami. Oleh sebab itu, UMI Makassar sebagai lembaga pendidikan dan dakwah yang memiliki program unggulan yaitu program kampus Islami, harus senantiasa mengembangkan kemampuan aspek kognitif mahasiswa, untuk mencapai taraf afektif dan behavioral (perilaku) harus melahirkan output yang bersinergi antara kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Dari pemikiran ini, secara integral guna mewujudkan perguruan tinggi yang profesional, kurikulum yang disusun harus mendukung ke arah terbentuknya sarjana (output) yang mempunyai jati diri baik hubungannya dengan Allah swt. dan lingkungannya yaitu mampu berkomunikasi dan bekerjasama dengan keterampilan yang unggul serta berperilaku Islami. Ini semua kembali kepada jati diri, yaitu menuntut kesiapan dosen serta perangkat sistem administrasi yang kondusif.
11
Kabar terkini populer : 1 Desember 2013.
13
Untuk mewujudkan sikap dan perilaku Islami, perlu adanya dukungan dari seluruh civitas akademika saling memberikan contoh kepada seluruh mahasiswa atau seluruh civitas akademika UMI Makassar, pimpinan, dosen dan karyawan harus saling menghargai dan menghormati, atau dalam bahasa bugis sipakatau, sipakalebbi dan sipakainge’, tidak menilai apakah teman dekat atau jauh, ini yang harus diwujudkan seluruh civitas akademika UMI Makassar. UMI Makassar sebagai lembaga pendidikan dan dakwah, melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pendidikan dan pembinaan perilaku yang Islami melalui kampus islami dikoordinir oleh Wakil Dekan IV (WD IV), dan diimplentasikan oleh Lembaga Pengembangan Dakwah dan Kampus Islam (Lpdki). Dari survei tersebut, menunjukkan betapa pentingnya kemampuan sumber daya manusia untuk mewujudkan program pembinaan perilaku mahasiswa menuju kemandirian bangsa tidak boleh hanya bertumpu di sektor pendidikan formal saja, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan informal yang diadaptasi dari lingkungan sosial (keluarga, sekolah dan komunitas). Dalam hal ini, masalah keteladanan dan akhlak para orang tua, guru, dosen, pimpinan dan elit-elit yang menjadi panutan perwujudan watak yang mandiri. B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus Judul penelitian ini fokus pada perilaku mahasiswa dalam program kampus Islami UMI Makassar, masalah tersebut sangat luas, maka fokus penelitian ini pada aspek kegiatan pembinaan yang berkaitan dengan program kampus Islami. yakni antara pembinaan perilaku mahasiswa UMI Makassar.
14
1. Konsep dasar program pembinaan kampus Islami dalam pembinaan mahasiwa adalah pencerahan kalbu yang berfokus kepada konsep aqidah, syariah, dan akhlak. 2. Prinsip penerapannya dengan melalui kegiatan-kegiatan yakni (a) pesantren kilat, (b) pencerahan kalbu, (e) gerakan shalat berjamaah, (f) kultum di masjid setelah dzhuhur, (g) zikir bulanan, (h) berdoa di dalam kelas, (i) baca tulis alQur’an/menghafal surat-surat pendek dan juz 30. 3. Realitas program pembinaan adalah pencerahan kalbu dilaksanakan di pesantren Darul Mukhlisin Padanglampe dan bentuk kegiatan yakni, (a) proses materi pembelajaran berbentuk khalakah, (b) shalat berjamaah, (c) wirid dan zikir bersama, (d) tadarrus al-Qur’an, menghapal surah-surah pendek (juz 30), (e) doa di kelas, (f) shalat sunat, seperti shalat tahiyatul masjid, shalat duha, shalat lail, shalat taubah, shalat khusyu’. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian ini, maka pokok masalah adalah bagaimana perilaku mahasiswa dalam pembinaan program penerapan kampus Islami UMI Makassar. Dari pokok masalah tersebut, dirumuskan tiga sub masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep pembinaan kampus Islami terhadap perilaku mahasiswa UMI Makassar? 2. Bagaimana penerapan program kampus Islami di UMI Makassar ? 3. Bagaimana realitas perilaku mahasiswa dalam program kampus Islami?
15
D. Kajian Pustaka Penelitian tentang program kampus Islami di UMI Makassar telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain: Dari hasil penelitian M. Ishaq Shamad (2013): (1) Pola dan bentuk program pencerahan qalbu di Pesantren Darul Mukhlisin Padanglampe Pangkep Sebagai Program Unggulan UMI Makassar yang mengintegrasikan kuliah pencerahan intelektual dan kuliah pencerdasan spritual. Pembinaan pencerahan qalbu meningkatkan pengetahuan dasar Islam dan pembentukan pola pikir Islami. Pembinaan yang dilakukan meliputi 3 paradigma pendidikan, yaitu kecerdasan, moral, dan spiritual diintegrasikan dalam pola pembinaan secara menyeluruh dan bersinergi. Kecerdasan otak yang diberikan pada pendidikan formal sedangkan kecerdasan moral dan spiritual pembinaannya di Pesantren Padanglampe dengan praktikum ibadah sebagai cerminan spiritual dan pembentukan akhlakul karimah. Mahasiswa di pondokan di padanglampe selama 1 bulan dan setiap peserta pencerahan qalbu mengikuti beberapa kegiatan yang mengarah kepada pembentukan karakter mahasiswa UMI Makassar, kegiatan dipusatkan di Masjid dan di kelas. Segala aktifitas yang dilakukan sebagai wujud pengabdian kepada Allah swt. Senantiasa diawali dan diakhiri dengan membaca Doa seperti dalam proses pembelajaran, sarapan pagi, makan siang, dan tidur serta berbagai aktivitas lainnya. (2). Implementasi Program Pencerahan qalbu dalam membentuk karakter dan akhlakul karimah UMI Makassar melalui berbagai kegiatan yang dikembangkan oleh Lembaga Pengembangan Dakwah dan Kampus Islam (LPDKI) UMI Makassar
16
berkoordinasi dengan pengelola Pesantren Darul Mukhlisin Padanglampe dan Wakil Dekan IV di masing-masing fakultas12. Penelitian dilakukan oleh Rosmiati dalam desertasinya merupakan penelitian pengembangan (Research And Development) yang menggunakan alur pengembangan plomp, dengan menempuh 5 fase, yaitu: (1) Investigasi, (2) Perancangan, (3) Realisasi, (4) Validasi Pengujian dan Revisi, dan (5) Implementasi. Data kevalidan protipe model DDP-BK diperoleh melalui lembar validasi. Data keterlaksanaan model DDP-BK diperoleh dengan menggunakan instrument penilaian keterlaksanaan dengan 4 aspek penilaian, yaitu : (1) Keterlaksanaan Sintaks model DDP-BK, (2) Keterlaksanaan sistem sosial, (3) Keterlaksanaan prinsip reaksi prinsip pengelolaan, dan (4) Keterlaksanaan sistem pendukung. Kafektifan model diukur dari 3 aspek penilaian, yaitu : (1) Perilaku berkarakter mahasiswa, (2) Hasil belajar dasar-dasar pendidikan, dan (3) Respon mahasiswa dan dosen terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran. Kemenarikan DDP-BK diukur dari ketertarikan mahasiswa terhadap pembelajaran dan perangkat pendukungnya. Uji coba dilakukan kelas B1 prodi pendidikan agama islam dan implementasi terbatas dilakukan di 1 kelas yaitu kelas C1 prodi pendidikan bahasa arab di Universitas Muslim Indonesia. Hasil penelitian ini adalah : Pertama, model DDP-BK memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan, kafektifan, dan kemenarikan. Kevalidan model dinyatakan valid dengan nilai validitas 3,64 untuk validitas isi 3,51 untuk validitas konstruk dan 3,53 validitas perangkat pembelajaran. Aspek kepraktisan model DDP-BK dinilai sangat praktis dengan nilai presentasi 86,77% pada uji coba. Model DDP-BK afektif
12
Ishaq, Implementasi Program Unggulan Pencerahan Kalbu dalam Pembentukan Akhlaqul Karimah Mahasiswa (i) UMI, h. 95
17
pemberian nilai, posisi perilaku mahasiswa minimal berada pada mulai berkembang dan kebanyakan sudah berkembang. Hasil belajar mahasiswa mencapai ketuntasan klaksikal kelas B1 86,66% dengan nilai rata-rata 81,43 dan respon positif mahasiswa dan dosen 85% yang menyatakan sangat setuju terhadap komponen kegiatan pembelajaran.
Aspek
kemenarikan
model
DDP-BK.
Komponan
kegiatan
pembelajaran dengan DDP-BK serta buku mahasiswa dan lembar kegiatan mahasiswa dinyatakan menarik oleh mahasiswa nilai rata 93,27% yang menyatakan sangat senang. Kedua, proses pembentukan nilai perilaku berkarakter berlangsung secara bertahap dan hirarkis mengikuti sintaks model DDP-BK. Sintaks model DDPBK terdiri atas 6 fase, yaitu : (i) Pengondisian konsep dan nilai; (ii) pengorganisasian kelompok; (iii) explorasi dan penumbuhan nilai; (iv) explanasi dan pendalan nilai; (v) aplikasi dan komitmen nilai; (iv) evaluasi dan tindak lanjut (pembiasaan)13. Sebagaimana penelitian dilakukan oleh Panita Halim diperoleh kesimpulan yaitu (1). Pelaksanaan kurikulum silabi disetiap program studi di lingkungan UMI Makassar belum sepenuhnya mencerminkan kampus Islami karena berbagai masalah intern yang harus dibenahi; (2). Masih ada indikasi bahwa dosen dalam melaksanakan tugas pokoknya yakni mengajar dan membimbing mahasiswa belum optimal mencerminkan nuansa keislaman sehingga akibatnya akan menularkan sikap dan perilaku mahasiswa yang kurang mendukung kampus Islami. Sebagaimana penelitian dilakukan oleh Nurmiah Muin diperoleh kesimpulan: 1). Model Pelatihan Pencerahan Kalbu dinyatakan valid karena hasil validasi tim ahli terhadap model ditinjauan dari dasar pendukungnya, komponen model dan perangkat
13
Rosmiati, Pengembangan Model Pembelajaran Dasar-Dasar Pendidikan Berbasis Karakter di Universitas Muslim Indonesia, h. 225-227
18
semuanya valid; 2). Model pelatihan pencerahan kalbu dinyatakan praktis karena hasil pengamatan terhadap keterlakasanaan model, pengelolaan pembelajaran, pendekatan / strategi pelatihan, pemanfaatan sumber belajar, media pembelajaran, keterlibatan peserta dalam proses pelatihan, dan penilaian proses dan hasil pelatihan, semua terlaksana dengan baik; 3). Model pelatihan pencerahahan kalbu dinyatakan efektif: a) kemampuan dosen dalam mengelola pelatihan dapat meningkatkan karakter mutmainnah peserta pelatihan, b)terjadi peningkatan secara berkala pada rana afektif, hasil belajar dan aktivitas, praktikum ibadah dan respon positif dari dosen dan peserta pelatihan14. Hasil penelitian Selfida disimpulkan: a) Rekrutmen santri pada pondok pesantren darul mukhlisin, santri tidak dilakukan sebagaimana halnya pada pondok pesantren lain. Santri pada pondok pesantren ini, mahasiswa baru yang dikenai giliran wajib mengikuti program pesantren di darul mukhlisin yang lazim disebut pencerahan kalbu, yaitu pada paradigma pembinaan yaitu : kecerdasan otak, kecerdasan moral, dan kecerdasan spiritual. Di pondokkan selama 1 bulan dengan harapan dapat ditingkatkan
pengetahuannya,
tumbuh
kesadaran
berakhlakul
karimah
dan
membentuk pola pikir Islam, sebelum mereka menekuni perkuliahan di kampus; b) masa belajar, para santri hanya belajar 1 bulan dan selama 1 bulan penuh para santri dikenakan selama 2 hari, baik izin karena keperluan keluarga, maupun dalam keadaan sakit, mahasiswa yang absen diatas 1 hari yang bersangkutan diwajibkan untuk mengulang selama waktu tidak hadir sehingga kehadirannya mencukupi waktu 30 hari; c) dalam jenjang tingkatan pendidikan, tidak ada penjenjangan pendidikan
14
Nurmiah Muin, Pengembangan Model Pelatihan Pencerahan Qalbu Untuk Mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Disertasi, Program Pasca Sarjana UNM, Makassar 2015.
19
tingkatan para santri. Seperti SMP, SMA dan SLTA sebagaimana pada pesantren yang lain, tetapi ada kelas-kelas belajar santri dengan materi yang telah ditetapkan sesuai dengan kurikulum pesantren yang berlaku, kelas pada pesantren tidak sama dengan kelas pada pesantren yang lain. Ini untuk memudahkan, mengontrol santri. Semua santri harus diikuti; d) sistem pembelajaran, ceramah, semua materi seperti muhasabah tentang hakekat pencerahan qalbu dan materi yang dianggap perlu. Pembelajarannya bentuk klasik yaitu kelas kecil dengan jumlah antara 20 sampai 30 orang dalam kelas dan ini dilaksanakan pagi dan malam hari, dipagi hari dilaksanakan pukul 08:00-12:00 kemudian dimalam hari dilaksanakan sesudah shalat isya sampai makan malam; e). sistem khalaqah yang dilaksanakan di masjid dengan sistem melingkar dilakukan setelah santri selesai shalat dhuhur dan isya berjamaah. Pada waktu ini santri diwajibkan mengikuti tadarrus al-quran yang dipandu oleh dosen pembimbing. Ini juga dilakukan setelah shalat tahajjud dan menunggu masuknya shalat subuh; f). materi pelajaran, tidak terlepas dari pesantren sebagai wadah pencerahan qalbu bagi mahasiswa UMI Makassar Makassar untuk memberdayakan secara maksimal potensi sumber daya yang dimiliki (ruh-ruh, akal, qalbu, dan nafsu) dan saling bersinergi manusia mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai khalifah dimuka bumi ini. Dari evaluasi hasil penelitian Mihrah Syukur bahwa terdapat program pembinaan perilaku Islami mahasiswa yang dilaksanakan di kampus UMI Makassar adalah: a). Pesantren Kilat; b). Pencerahan kalbu 30 hari; c). kajian-kajian keislaman; d). gerakan shalat berjamaah; e). kultum di masjid setelah shalat dhuhur; f). zikir bulanan; g). Doa di dalam kelas; h). baca tulis al-quran/menghapal surah-surah pendek (juz 30); i). spiritual day; j). lailatul muhasabah; k). One Day One Juz; l).
20
Tahsinul Qira’ah bagi pimpinan, dosen, karyawan dan mahasiswa UMI Makassar; m). kajian al-qur’an dan hadist; n). pelatiahan khatib bagi pimpinan, dosen, dan karyawan; o). pelatihan pendidikan karakter bagi pengurus BEM, BLM, UKM, Karyawan, dan dosen UMI Makassar; p). pelatihan kader da’i; q). pelatihan pelayanan prima bagi dosen dan karyawan. r). pelatihan mengkafani mayat; s).pelaksanaan umrah setiap tahun bagi pimpinan, dosen, karyawan dan mahasiswa; t). peringatan hari besar islam; u). dakwah bedah kampung; v). memberikan penghargaan kepada dosen dan karyawan 25 tahun pengabdian; w). memberikan penghargaan kepada pimpinan fakultas yang bersih lingkungannya. 3 diantara hasil evaluasi penelitian ini yakni shalat dan zikir berjamaah setiap awal bulan, dan doa di dalam kelas memberikan respon yang sangat dominan terhadap afek perilaku Islami mahasiswa UMI Makassar. Hasil evaluasi penelitian ini, beberapa kegiatan yang dilakukan di UMI Makassar yang bernuansa Islami seperti gerakan shalat berjamaah, zikir bulanan, dan doa didalam kelas dapat merubah (berefek positif) pada perilaku mahasiswa karena dengan kegiatan ini rutinitas dilakukan minimal empat kali sehari mulai pagi sampai sore. Penelitian Schoggen dan Borker yang dikutip oleh Sarlito Wirawan Sarwono menemukan bahwa sistem pendidikan yang berlaku di suatu daerah mempengaruhi aktivitas remaja di daerah itu. Remaja di Kota Midwest (Amerika Serikat) mempunyai aktivitas dua kali lebih tinggi dari remaja di kota Yorkdale (Inggris). Hal ini berkaitan dengan sistem pendidikan di Midwest yang beranggapan bahwa pendidikan yang terbaik adalah melibatkan remaja pada berbagai kegiatan lingkungan, sedangkan di Yoshdak berdasarkan anggapan pakar pendidikan yang
21
terbaik adalah menciptakan lingkungan bagi anak-anak yang terpisah dari lingkungan orang dewasa15. Pengaruh lingkungan yang cukup menonjol dilingkungan remaja adalah pergaulan dengan teman. Pada usia 15 tahun hubungan persahabatan merupakan hubungan yang akrab yang diikat oleh cinta yang sama dan saling membagi perasaan, saling tolong menolong untuk memecahkan masalah bersama, namun mereka juga saling memberikan kesempatan untuk mengembangkan kepribadian masing-masing16. Keakraban hubungan remaja dengan teman terlibat pula dalam penelitian Arswendo dkk yang dikemukakan oleh Sarlito wirawan. Ia menemukan bahwa 81,4% dari 201 responden pada 5 SLTA di Jakarta dan 3 SLTA di Bogor pernah berkelahi dalam satu tahun terkahir, 47,4% menyatakan alasan berkelahi karena faktor teman, sahabat dan pacar17. Perbedaan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ishaq adalah pola dan pembentuk pencerahan kalbu di Pesantren Darul Mukhlisin di Padanglampe sebagai program unggulan UMI Makassar, yaitu pembentukan Islami yang meliputi 3 paradigma pendidikan yakni kecerdasan otak, kecerdasan moral, dan spiritual. Ketiga paradigma mandiri ini secara menyeluruh dan saling bersinergi yakni kecerdasan otak, kecerdasan moral, dan kecerdasan spiritual diberikan di Padanglampe. Penelitian yang dilakukan oleh Rosmiati yaitu model pembentukan buku ajar yang berbasis karakter di UMI Makassar yang bertujuan untuk memperoleh model
15
Sarlito Wirawan Sarwono. Psikologi Remaja (Jakarta : Rajawali, 1989), h.130-131.
16
Selman, “Children’s Ideas about Frienship : a New Theory”’ Psykologi to Dy, oktober 1979 h.71-72. 17
Sarlito Wirawan Sarwono, h.129-130.
22
pembelajaran DDP-BK yang valid, praktis, efektif, dan menarik melalui suatu proses pengembangan. Penelitian yang dilakukan oleh Pahita Halim yaitu Islamisasi kurikulum dan silabi yang mencerminkan kampus Islami. Penelitian yang dilakukan oleh Nurmiah Muin,
yaitu
model
pembelajaran
yang
berbasis
mutmainnah
dengan
pendekatan/strategi pelatihan, pemanfaatan sumber belajar, media pembelajaran, keterlibatan peserta didik. Penelitian yang dilakukan Sulfida, yaitu model rekrutment santri pada pondok Pesantren Darul Mukhlisin Padanglampe. Penelitian yang dilakukan oleh Mihrah Syukur, yaitu penerapan pembinaan perilaku Islami, pra pesantren, pencerahan kalbu, dan pasca pesantren di Padanglampe. E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: a.
Untuk mengetahui konsep pembinaan perilaku mahasiswa dalam program kampus Islami UMI Makassar
b.
Untuk mengetahui prinsip-prinsip penerapan program pembinaan perilaku mahasiswa di UMI Makassar.
c.
Untuk mengetahui realitas perilaku mahasiswa dalam program kampus Islami. 2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Praktis Mengevaluasi program yakni pembinaan perilaku mahasiswa melalui program kampus Islami untuk dapat dijadikan konsep dasar untuk meningkatkan dan mengefektifkan kegiatan-kegiatan program kampus Islami dan menjadikan segala
23
aktivitas bernilai Islami dengan dasar aqidah, syariah dan akhlak untuk mendukung dan meningkatkan potensi-potensi kebiasaan yang bernilai Islami kepada seluruh civitas akademika UMI Makassar. b. Kegunaan Teoretis 1) Ditemukan sebuah konsep dasar pembinaan perilaku mahasiswa UMI Makassar dengan didasarkan pada prinsip-prinsip aqidah, syariah, akhlak dengan tetap menekankan dan mendorong mahasiswa untuk menjernihkan dan mencerdaskan akal dan kalbunya untuk selalu bersinergi kecerdasan intelektual, emosional, dan spritual. 2) Memberikan tahap-tahap yakni, (a) mengetahui dan mengerti nilai-nilai Islam, (b) menerima nilai-nilai Islam, (c) menjadikan nilai-nilai Islam sebagai sikap dan perilakunya, (d) dan keyakinannya menerapkan nilai-nilai Islam.
24
BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Memahami Sikap dan Perilaku Islami Pengertian sikap dapat dikemukakan sebagai berikut : “An attitude is a relatively enduring organization of beliefs around an object or situation predisposing one to respond in some prefential manner1. Rumusan di atas memperlihatkan bahwa sikap adalah seperangkat belief (keyakinan) yang terarahkan pada suatu obyek atau situasi yang memungkinkan timbulnya respon (tanggapan). Dengan adanya “belief” orang dapat mengatakan apakah sesuatu (obyek atau situasi) benar atau salah: dapat menilai apakah sesuatu baik atau tidak baik, layak atau tidak layak 2. Dari pengertian itu dapat dipahami bahwa belief boleh dikatakan sebagai hal yang menjadi keyakinan dalam diri dan dapat menjadi indikator untuk menilai sesuatu obyek atau situasi. Selain dari pada itu, sikap secara umum dapat pula dikemukakan definisi sikap dari berbagai ahli. Thurstone memberikan definisi sikap sebagai “an attitude is the degree of positive or negative affect associated with some psychological object”3. Disini Thurstone memandang sikap sebagai tingkatan afek (perasaan hati) baik positif maupun negatif dalam kaitannya dengan obyek-obyek psikologik. Afek (perasaan hati) yang positif yaitu perasaan senang, dengan demikian timbul sikap setuju atau
1
David L. Sills (ed.). International Encyclopedia of Social Sciences Vol.1, p.450.
2
David L. Sills (ed.).
3
Allen Edwards. Techniques of Attitude Scale Construction, (New York : Appleton Century Crofts, Inc.,1957), h. 2.
24
25
menerima. Afek (perasaan hati) yang negatif yaitu perasaan tidak senang sehingga menimbulkan sikap tidak setuju atau menolak. Gerungan mengemukakan pengertian attitude sebagai berikut : “Pengertian attitude itu dapat kita terjemahkan dengan kata sikap terhadap obyek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap obyek tadi itu. Jadi attitude itu lebih tepat diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal. Attitude itu senantiasa terarahkan terhadap suatu hal, suatu obyek, tidak ada attitude tanpa obyeknya 4. Newcomb dalam merumuskan pengertian sikap, dia menghubungkan antara sikap dan motif sebagaimana diungkapkannya dalam kalimat berikut : “an attitude represents a state of readiness for motive arousal 5. Dalam pengertian ini sikap merupakan sesuatu keadaan yang memungkinkan timbulnya sesuatu perbuatan atau perilaku. Berdasarkan pengertian-pengertian itu dapat ditarik garis lurus bahwa sikap merupakan keadaan dalam diri manusia terhadap suatu obyek atau situasi yang mendorongnya untuk memberikan respon berupa perilaku atau tindakan. Sikap mempunyai tiga komponen yaitu : 1. Komponen kognitif (cognitive component) : komponen ini menyangkut pengetahuan yang sudah ada dalam diri seseorang. Pengetahuan tersebut berkaitan dengan ketentuan tentang sesuatu apakah sesuatu itu benar atau salah, baik atau buruk, pantas atau tak pantas. 2. Komponen afektif (afective component) : komponen ini berkaitan dengan perasaan (emosi) positif atau negatif, senang atau tidak senang.
4
W.A. Gerungan. Psikologi Sosial, (Bandung : Eresco, 1980), h. 151.
5
Newcomb, Social Psycology Third Impression, (Tavistock Publication, 1950), h. 69.
26
3. Komponen perilaku (behavioral component) : komponen ini menyangkut kemauan untuk memberikan respon dalam bentuk perilaku6. Apabila pengertian sikap dan komponen-komponen yang terdapat pada sikap tersebut dikaitkan dengan pembinaan, maka pembinaan pemahaman nilai-nilai Islam dalam studi ini juga mempunyai komponen-komponen dimaksud dan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Komponen kognitif : komponen ini menyangkut pengetahuan. Pengetahuan disini tidak terbatas pada pengetahun tentang sesuatu yang benar atau salah, baik atau tidak baik, pantas atau tidak pantas saja, tetapi mencakup pada pengetahuan tentang ide-ide dan konsep-konsep dalam agama. Manusia telah diberi Allah swt. pengetahuan baik tentang ide-ide dan konsep-konsep, maupun pengetahuan tentang baik dan buruk serta cara-cara mendapatkannya melalui Rasul, sebagaimana firman Allah swt. dalam QS. al-Baqarah/ 2: 151
Terjemahnya : Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu) kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.7
6
David L.Sills (ed.), Internasional Encyclopedia Of Social Sciences Vol. 1, (London : Macmillan Company and Free Press,tt.), h. 450 7
Kementerian Agama R.I al-Qur’an dan Terjemahannya (Cet. X; Jakarta: CV. Darussunnah, 2001), h. 151.
27
Allah swt. mengutus Rasul untuk mengajarkan kitab, hikmah dan apa-apa yang beliau ketahui manusia, Allah swt. menjelaskan bahwa ia mengangkat derajat orang-orang yang beriman yang mempunyai pengetahuan (ilmu) sejajar dengan orang-orang yang beriman sebagaimana firman Allah swt. dalam QS. al-Mujaadilah, 58: 11
Terjemahnya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah swt. akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah swt. akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah swt. Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan8. Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Allah swt. telah memberikan potensi pengetahuan kepada manusia. Dengan demikian manusia telah memiliki potensi pengetahuan tentang kitab dan pengetahuan yang ada dalam kitab itu maksudnya ilmu agama, dan dalam penelitian ini disebut dengan ilmu. 2.
Komponen afektif yang berhubungan dengan perasaan.
8
Kementerian Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 543.
28
Komponen perasaan dalam pembinaan pemahaman nilai-nilai keagamaan ini tidak terbatas kepada perasaan senang atau tidak senang, tetapi juga meliputi perasaan sayang atau cinta, gembira, harap cemas, takut, sedih menyesal atau sebagainya. Di dalam al-Qur‟an banyak ditemukan ayat yang berkaitan dengan perasaan antara lain : a. Perasaan sayang/cinta dan perasaan benci dalam QS. Al-Hujuraat/49:7 yang menyatakan bahwa Allah swt. menjadikan umat Muhammad cinta pada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu (umat Muhammad) b. Menjadikan hatimu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. c. Perasaan gembira seperti terdapat dalam QS. al-Ra‟d/13:36 mengungkapkan orang-orang yang telah diberi Kitab oleh Allah swt. bergembira dengan Kitab yang diturunkan. d. Perasaan cemas atau takut dan sedih sebagimana disebutlan antara lain QS. alBaqarah/2:38 menyatakan bahwa orang yang mengikuti petunjuk Allah swt. tidak akan merasa takut/cemas dan sedih. e. Perasaan harap seperti terdapat antara lain dalam QS. al-Kahfi/18:110 mengungkapkan bahwa barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Allah swt.nya, hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Allah swt.nya. f. Perasaan menyesal misalnya ditunjukkan antara lain dalam QS. al-Hujarat/ 49:6 dimana Allah swt. mengingatkan kepada orang-orang mukmin, “hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu”.
29
Dari ayat-ayat tesebut di atas menunjukkan bahwa kalbu dan perasaan berubah-ubah. Di dalam tubuh manusia terdapat suatu organ yang diberi nama berdasarkan faalnya mengubah-ubah zat makanan yang telah diproses usus dan dibuat sesuai untuk pemakaian di dalam jaringan tubuh. Organ tubuh tersebut dalam bahasa Arab disebut “Al-Qalb” (kalbu). Istilah ini sering ditemukan di dalam al-Qur‟an atau hadis dan pengertiannya tidak hanya dipakai sebagai fungsi fisik saja, tetapi juga mengacu kepada keadaan psikologis seseorang. Pengertian kedua inilah yang banyak digunakan dalam kajian keagamaan dan kalbu tersebut dipandang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagaimana dijelaskan dalam suatu Hadis sebagai berikut :
َّ ْج َزسُ٘ َه ُ َقُ٘ ُه َس َِعٝ سٞ ُ َّب ُء َع ِْ َعب ٍِ ٍس قَب َه َس َِعْٝ ٌٍ َح َّدثََْب َش َم ِسَٞح َّدثََْب أَبُ٘ ُّ َع َ ََ ْج اىُّْ ْع َِّللا ٍ بُ ب َِْ بَ ِش َّ َّٚصي ٌ َََُّْٖٖ ََب ٍُ َشبْٞ َ ٌِِّ َٗبَٞ ٌِِّ َٗ ْاى َح َسا ًُ بََٞقُ٘ ُه ْاى َح ََل ُه بٝ ٌَ َّ ِٔ َٗ َسيْٞ ََّللاُ َعي ِْ ََ َض ف َ ِ ٌس ٍِ ِْ اىَّْبَِٞ ْعيَ ََُٖب َمثٝ بث ََل ُ ُ٘ش ُْ َل أ ِ ٝ ََٚ َح ْ٘ َه ْاى ِحَٚسْ َعٝ اع ِ اى ُّشبَُٖبِٜض ِٔ َٗ ٍَ ِْ َٗقَ َع ف ِ ِْْ ِٔ َٗ ِعسٝث ا ْسخَ ْب َسأَ ىِ ِد ِ ْاى َُ َشبََّٖبَٚاحَّق ٍ ث َم َس ْاى َج َس ِد ٍُضْ َغتً ِإ َذاِٜبز ٍُُٔ أَ ََل َٗ ِإ َُّ ف ٍ ُِ َ٘اقِ َعُٔ أَ ََل َٗ ِإ َُّ ىِ ُن ِّو ٍَيٝ ِ ْ أَزَِّٜللا ف ِ َّ ََٚ أَ ََل ِإ َُّ ِحًَٚ ل ِح ِ ض ِٔ ٍَ َح ْ صيَ َح ْاى َج َس ُد ُمئُُّ َٗ ِإ َذا فَ َس َد ْ صيَ َح ُ ْاىقَ ْيبٜ َ ج َ َ ِٕ َٗ ث فَ َس َد ْاى َج َس ُد ُمئُُّ أَ ََل 9
)ٛ(زٗآ اىبخب ز
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim Telah menceritakan kepada kami Zakaria dari 'Amir berkata; aku mendengar An Nu'man bin Basyir berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Yang halal sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas. Namun diantara keduanya ada perkara syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Maka barangsiapa yang menjauhi diri dari yang syubhat berarti telah memelihara agamanya dan 9
Ibnu Hajar al-„Asqalani, Fath al-Bari’, Syarh Sahih al-Bukhariy, juz I (Cet. I; Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiah, 1410 H/1989 M), h. 168.
30
kehormatannya. Dan barangsiapa yang sampai jatuh (mengerjakan) pada perkara-perkara syubhat, sungguh dia seperti seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di pinggir jurang yang dikhawatirkan akan jatuh ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki batasan, dan ketahuilah bahwa batasan larangan Allah di bumi-Nya adalah apa-apa yang diharamkanNya. Dan ketahuilah pada setiap tubuh ada segumpal darah yang apabila baik maka baiklah tubuh tersebut dan apabila rusak maka rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah hati". Ini menunjukkan bahwa kalbu dikaitkan dengan kata halal, haram, menahan diri dari yang syubhat atau melibatkan diri ke dalam yang syubhat itu. Hal ini menunjukkan bahwa pengertian kalbu disini mengacu kepada keadaan psikologis yang dapat diidentikkan dengan perasaan dan penghayatan. Kalbu merupakan komponen pokok dalam jiwa dan ia mempunyai sifat dinamis, cepat gerak dan terbuka terhadap perubahan. Betapa kalbu itu dapat berubah dan menjadi goncang sebagaimana dijelaskan Allah swt. antara lain dalam QS. alNur, 24:37,
Terjemahnya : Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah swt., dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang10. Ayat ini menunjukkan Allah swt. mengungkapkan bahwa ada orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan (rutinitas kehidupan sehari-hari), dia tetap
10
Kementerian Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 550
31
mengingat Allah swt., mendirikan shalat dan membayarkan zakat. Karena dia takut pada suatu hari (hari kiamat) dimana pada hari itu hati dan penglihatan menjadi goncang. Yang dimaksudkan dengan kegoncangan hati disini adalah hati yang terombang-ambing, berubah-ubah antara heran, takut, resah dan gelisah11. Kalbu seseorang dapat mengalami ketenangan dan tidak sering berubah pada suasana yang negatif seperti cemas, takut, merasa berdosa dan sejenisnya apabila ia beriman dan selalu mengingat Allah swt. sebagaimana diungkapkan Allah swt. antara lain dalam QS. al-Ra‟d/13:28;
Terjemahnya : Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah swt. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah swt.-lah hati menjadi tenteram12. Orang-orang yang beriman dan merasa tenteram kalbunya dengan mengingat Allah swt. itu selalu mengerjakan amal saleh dengan melaksanakan perintah-perintah Allah swt. dan menjauhi larangan-laranganNya. 3. Komponen perilaku dalam hal ini dapat dibagi dua yaitu : a. Kemauan atau keinginan untuk berperilaku dalam penelitian ini disebut “himmah” istilah ini diambil dari hadis Qudsi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas :
11
Ahmad Mustafa, al-Maragi. Tafsir al-Maragi, jld.6 (Beirut : Dar al-Fikri, t.t.), h. 111.
12
Kementerian Agama RI, Al-Quraan dan Termahannya, h. 373
32
َّ َّٚصي ِٔ ِّ ِٔ َع ِْ َزبْٝ ِٗ َْسٝ ََـبْٞ ِ ِٔ َٗ َسيَّ ٌَ فْٞ ََّللاُ َعي َ ِ َع ِْ َزس ُْ٘ ِه َّللا، َّللاُ َع ُْْٖ ََـبٜ ِ ض َز َ ض ٍ َع ِِ ا ْب ِِ َعبَّب َ ْع ََ ْيَٖبٝ ٌْ َ فَ ََ ِْ َٕ ٌَّ ِب َح َسَْ ٍت فَي، ل َ ِ ََِّ َذىَٞ ثُ ٌَّ ب، ث َ حَبَب َز ِ ِّـئَبٞث َٗاى َّس ِ َب ا ْىـ َح َسَْب َ « ِإ َُّ َّللاَ َمخ: قَب َه، َٚك َٗحَ َعبى َٚث ِإى ٍ َٗ ِإ ُْ َٕ ٌَّ ِبـَٖب فَ َع َِيََٖب َمخَبَُٔ اىيّـُٔ َع َّص َٗ َج َّو ِع ْْ َدُٓ َع ْش َس َح َسَْب، ً َمخَبََٖب َّللاُ ِعْْ َدُٓ َح َسَْتً َمب ٍِيَت، ، ًَ ْع ََ ْيَٖب ؛ َمخَبََٖب َّللاُ ِع ْْ َدُٓ َح َسَْتً َمب ٍِيَتٝ ٌْ َِّـئَ ٍت فَيٞ َٗ ِإ ُْ َٕ ٌَّ ِب َس، َس ٍةْٞ ِبف َمث ٍ أَضْ َعَْٚف ِإى ٍ ضع ِ َس ْب ِع َِبئَ ِت ِٓ ِٖ ََـب ِبَٖ ِرْٞ َحْٞ ص ِح ُّ َبز َ ٜـ ْ َٗ ٍُ ْس ِي ٌٌ ِفٛ ِ َز َٗآُ ا ْىـبُخ.» ًِّئَتً َٗا ِح َدةٞ َمخَبََٖب َّللاُ َس، َٗ ِإ ُْ َٕ ٌَّ بَِٖـب فَ َع َِيََٖب ف ِ ُْٗ ْاىـ ُحس
13
Artinya : Sesungguhnya Allah swt. telah menjelaskan segala yang baik dan segala yang jahat. Kemudian Ia menjelaskan, barangsiapa berhimmah (berkeinginan) dengn kebaikan, tapi belum mengerjakannya maka dituliskan Allah swt. baginya di sisiNya sebagai kebaikan dengan sempurna. Jika dia berhimmah dengan kebaikan itu lalu dikerjakannya, maka dituliskan Allah swt. di sisiNya sepuluh sampai tujuh ratus kali kebaikan, bahkan sampai kelipatan yang lebih banyak lagi. Dan barangsiapa berhimmah (berkeinginan) dengan kejahatan, tapi belum dikerjakannya, dituliskan Allah swt. di sisiNya sebagai kebaikan dengan sempurna. Jika ia berhimmah dengan kejahatan lalu dikerjakannya maka dituliskan Allah swt. menjadi bebannya satu kejahatan. Hadis di atas Allah swt. membedakan antara himmah dengan amal (perbuatan). Himmah berupa keinginan atau kemauan untuk berbuat, tetapi belum terwujud dalam perbuatan nyata. Himmah masih merupakan keadaan dalam dan belum terjelma dalam perilaku nyata itu ditunjukkan pula dalam QS. Al-Maidah/ 5:11;
13
Sayyid Ahmad al-Hasyimi Bek. Mukhtar al-Ahadis al-Nabawiyyah, (surabaya : Syarikat Bungkul India, t.t.), h. 43-44.
33
Terjemahnya : Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah swt. (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), Maka Allah swt. menahan tangan mereka dari kamu. dan bertakwalah kepada Allah swt., dan hanya kepada Allah swt. sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal14. b. Hal yang jelas terwujud menjadi perilaku nyata dan disebut dengan “amal”, berdasarkan hadis yang telah dikemukakan di atas. Di dalam al-Qur‟an sering ditemukan kata amal saleh digandengkan Allah swt. dengan iman dengan ungkapan misalnya Allazina amanu wa amilu al-salihati, seringnya kata amanu dikaitkan dengan amal saleh memberikan indikasi bahwa amal saleh mempunyai arti penting dalam keimanan. Setiap orang beriman dituntut untuk mengerjakan amal saleh, karena amal menjadi tolak ukur untuk memulai derajat keimanan seseorang dan menentukan nasibnya di hari akhirat nanti. Allah swt. berfirman dalam QS. Al-Taubah/9 : 105;
14
Kementerian Agama R.I, al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 159
34
Terjemahnya : Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah swt. dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah swt.) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.15 Betapa berarti amal seseorang dihadapan Allah swt. Sehingga pencatatannya tidak ada yang terlewatkan sekalipun amal yang amat kecil. Bagaimanapun bentuknya dan sekecil apapun amal itu akan diperlihatkan Allah swt. dihari pembalasan nanti sebagaimana digambarkan Allah swt. antara lain dalam QS. AlZalzalah/7-8 :
Terjemahnya: Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)Nya. dan Barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)Nya pula16. Di samping komponen-komponen yang telah disebutkan itu ada suatu hal yang tidak dapat diabaikan dalam pembinaan perilaku mahasiswa terhadap nilai-nilai Islam ini yaitu “motif”. Motif tersebut menjadi penggerak bagi seseorang untuk bertingkah laku. Penulis berpendapat bahwa motif itu dapat disamakan dengan niat. Perilaku seseorang dinilai berdasarkan niatnya sebagaimana dijelaskan Rasul dalam Hadis berikut :
15
Kementerian Agama R.I al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 298
16
Kementerian Agama R.I al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 1087
35
َّ َح َّدثََْب َع ْب ُد ٌ َِّللاِ ب ُِْ ٍَ ْسيَ ََتَ قَب َه أَ ْخبَ َسَّب ٍَبى ِِ ٌَ َع ِْ َع ْيقَ ََتَ ْبِٕٞ ٍد َع ِْ ٍُ َح ََّ ِد ب ِِْ ِإ ْب َساٞ ْب ِِ َس ِعَٚٞ َْحٝ ِْ ل َع َّ َّٚصي ِْ ََ َ فَٙ٘ َّ ا ٍَب َ َّللا ِ َّ ص َع ِْ ُع ََ َسأَ َُّ َزسُ٘ َه ٍ َّ ِت َٗىِ ُن ِّو ا ٍْ ِسِّْٞ ِٔ َٗ َسيَّ ٌَ قَب َه ْاْلَ ْع ََب ُه ِببىْٞ ََّللاُ َعي ٍ َٗقَّب َّ ََّٚللا َٗ َزسُ٘ىِ ِٔ فَ ِٖجْ َسحُُٔ ِإى ْ َّّللاِ َٗ َزسُ٘ ِى ِٔ َٗ ٍَ ِْ َمب ْ َّمب بَُٖب أَ ْٗ ا ٍْ َسأَ ٍةُٞص ِ ٝ َبّْٞ َج ِٕجْ َسحُُٔ ى ُد ِ َّ ََٚج ِٕجْ َسحُُٔ ِإى 17
ِٔ ْٞ َ ٍَب َٕب َج َس ِإىََٚخَ َص َّٗ ُجَٖب فَ ِٖجْ َسحُُٔ ِإىٝ
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Yahya bin Sa'id dari Muhammad bin Ibrahim dari Alqamah bin Waqash dari Umar, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan RasulNya. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan." Hadis ini menunjukkan bahwa tolak ukur penilaian amal seseorang di sisi Allah swt. adalah niatnya. Bagi seseorang yang beramal dengan niat karena Allah swt., maka ia akan menerima pahala dari Allah swt. di akhirat nanti. Sebaliknya seseorang yang beramal bukan dengan niat karena Allah swt., dia tidak mendapatkan pahala dari Allah swt., tapi memperoleh sekedar apa yang diniatkannya itu. Di sini Rasul mencontohkan suatu amal yang pada lahirnya bukanlah amal yang diwajibkan (shalat, puasa dan zakat) yakni amal hijrah dari Mekkah ke Madinah. Dalam hal ini ada dua kategori orang yang hijrah bersama Rasul. Pertama, mereka hijrah karena mengikuti anjuran Rasul, dimana Rasul diperintahkan oleh Allah swt. untuk pindah dari Mekkah ke Madinah. Kedua, mereka hijrah bukan dengan niat mengikuti anjuran Rasul, tapi semata-mata karena dunia misalnya untuk mendapatkan wanita yang akan 17
Ibnu Hajar al-„Asqalani, Fath al-Bari’, Syarh Sahih al-Bukhariy, juz I (Cet. I; Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiah, 1410 H/1989 M), h. 168.
36
dikawininya dan lain-lain. Bagi mereka yang termasuk kategori terakhir ini mereka hanya mendapatkan sesuai dengan niatnya itu dan tidak mendapatkan pahala dari Allah swt. di akhirat nanti. Berdasarkan pengertian pembinaan nilai-nilai islam yang dihubungkan dengan sikap dan perilaku sebagaimana telah dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembinaan nilai-nilai Islam dalam kajian ini meliputi komponen-komponen sebagai berikut : 1) Komponen ilmu yaitu pengetahuan tentang obyek, ide-ide dan konsep-konsep dalam agama, hal-hal yang baik dan tidak baik, suruhan atau anjuran, larangan atau peringatan, tata cara dan ketentuan-ketentuan untuk mengerjakan suruhan-suruhan dan hal-hal yang ideal harus diketahui oleh seseorang yang beragama Islam. 2) Komponen kalbu yang berkaitan dengan perasaan hati atau penghayatan terhadap nilai-nilai keagamaan. 3) Komponen himmah yakni kemauan atau ketersediaan untuk berbuat sesuai dengan nilai-nilai keagamaan, baik kesediaan untuk mengerjakan suruhan atau anjuran agama, maupun kesediaan untuk menahan diri dari hal-hal yang dilarang atau dipandang baik oleh Allah swt. menjauhinya dan menahan diri dari hal-hal yang syubhat. 4) Komponen amal yakni tindakan yang terwujud dalam perilaku nyata. 5) Komponen niat yaitu hal yang mendorong seseorang untuk beramal atau berperilaku.
37
B. Pembinaan Perilaku Pembinaan dalam bahasa Indonesia, berasal dari kata ‟bina‟ yang mendapat awalan ke- dan akhiran an, yang berarti bangun/bangunan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pembinaan berarti membina, memperbaharui, atau proses, perbuatan, cara membina, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik18. Kata pembinaan dalam bahasa Arab yaitu “tammia” Terjemahnya membangun, pembentukan dengan hati nurani19. Pembinaan perilaku mahasiswa yang terkait pada perilaku keagamaan yang umumnya merupakan cerminan dari pemahaman seseorang terhadap agamanya. Jika seseorang memahami ajaran agamanya secara formal atau hanya menekankan aspek lahiriahnya, seperti yang nampak dalam aspek ritual keagamaan belaka, maka penerapannya akan melahirkan perilaku keagamaan yang lebih mengutamakan bentuk formalitas atau dengan kata lain lahiriahnya saja. Dalam pemahaman keagamaan dituntut untuk menerapkan substansi ajaran agama yakni lahiriah dan batiniah. Dalam pembinaan perilaku, mempunyai pengertian lebih kongkrit daripada jiwa, karena perilaku lebih mudah dipelajari daripada jiwa dan perilaku kita akan dapat mengenal seseorang. Perilaku atau tingkah laku adalah segala kegiatan atau tindakan manusia yang nampak atau tidak nampak, disadari dan tidak disadari 20.
18
Perwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1993), h.117.
19
Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Arab Indonesia, (Yogyakarta : Pondok Pesantren, Al-Munawwir, 1984). 20
Abdullah Nasih‟ Ulwan, Aktivitas Islam Menghadapi Tantangan Global (Solo: Pustaka AlAlaq, 2003), h.15.
38
Dalam kaitannya dalam pembinaan perilaku Islami, maka dalam diri manusia (fitrah) telah diatur sistem kerja untuk menyelaraskan perilaku manusia agar tercapai ketentraman dalam batinnya 21. Dalam program kampus Islami di UMI Makassar, didasarkan pada konsep tata aturan yang dilakukan secara bertahap. Perilaku Islami selalu menjadi norma-norma pengamalan keagamaan sebagai tolak ukurnya dalam beraktivitas. Ini menunjukkan bahwa keyakinan terhadap pengamalan ajaran agama seseorang akan mendorong sesorang berperilaku Islami. Jadi perilaku Islami adalah suatu tindakan yang diorientasikan oleh Allah swt, baik hubungannya kepada Allah swt., hubungannya sesama manusia, dan hubungannya dengan lingkungannya. UMI Makassar sebagai lembaga pendidikan dan dakwah dengan program kampus Islami bertujuan membina calon-calon intelektual (mahasiswa) yang berperilaku Islami, sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah swt. guna membangun dirinya sesuai konsep yang diterapkan, oleh sebab itu UMI Makassar sebagai lembaga pendidikan dan dakwah dengan tujuan membina mahasiswa profesional, terampil, dan bertakwa kepada Allah swt. Oleh karena itu manusia yang dibina, manusia yang memiliki unsur-unsur material (jasmani) dan inmaterial (akal dan jiwa). Pembinaan akalnya menghasilkan ilmu, pembinaan jiwanya menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan pembinaan jasmaninya menghasilkan keterampilan. Dengan penggabungan unsur-unsur tersebut terciptalah makhluk dwidimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan akhirat, ilmu dan iman22.
21
Djamaluddin Ancoh, Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam Solusi atas Problem Psikologi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), h.76. 22
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Cet. XI; Bandung: Mizan, 1996), h. 173.
39
Melalui pendidikan agama, nilai-nilai Islam dapat ditegakkan dan dikukuhkan, karena itu membina perilaku dengan pendidikan agama tidak terbatas pada kuliah agama yang hanya melibatkan satu, dua orang dosen yang secara langsung mengajar materi agama, tetapi ia merupakan tugas warga kampus secara keseluruhan. Oleh karena itu fungsi dan peran semua elemen yang berkaitan dengan sistem pembinaan kehidupan / pembentukan perilaku di kampus, bermula dari dosen, mahasiswa, kurikulum/mata kuliah, cara dan metode pengajaran, waktu, prasarana, sampai dengan organisasi dan suasana lingkungan, biaya serta evaluasi. Menurut Imam Ghazali, pembinaan dengan pendekatan pembiasaan diri memiliki status sosial yang tinggi. Misalnya, menganjurkan agar selalu mengelus-elus kepala anak yatim. Kebiasaan yang melahirkan keterampilan yang diulang dan yang dilaksanakan dengan sadar di wilayah sadar (celebral cortex) akan beralih ke otak bawah sadar (basal ganglia). Sehingga membentuk watak, yakni kegiatan yang dilakukan secara otomatis akibat dorongan jiwa yang sangat tajam ketika itulah terbukti kebenaran ungkapan : “Ala bisa karena biasa”23. Oleh karena UMI Makassar sebagai lembaga pendidikan dan dakwah yang memikul tanggungjawab moral yang besar bukan saja untuk tampil memberi teladan, tapi juga harus berperan sebagai filter yang menyaring dan menyeleksi nilai-nilai dan perilaku yang tidak sejalan dengan nilai-nilai dan ukuran yang disepakati oleh masyarakat. Pada masa Nabi Muhammad saw. salah seorang yang berhasrat mengubah dirinya kemudian ia meminta nasehat kepada Nabi, beliau hanya berpesan dengan satu pesan, yaitu “jangan berbohong” yakni jujurlah terhadap dirimu, orang
23
Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat, (Cet. I; Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 356-357
40
lain dan terhadap tuhan. Yang bersangkutan menghayati pesan itu dan ketika terbetik hatinya untuk melangkah kepada keburukan, ia lalu teringat pada pesan itu. Dengan demikian, walaupun hanya satu kata saja, kalau kata itu dikeluarkan oleh orang yang bersih hatinya dan selalu berkomitmen dengan sikap dan perilakunya, maka kata itu akan bermakna positif24. Pembinaan program perilaku ini telah diatur dalam konsep pembinaan perilaku Islami di UMI Makassar dengan visi misi, “untuk mewujudkan UMI sebagai lembaga pendidikan dan dakwah dengan maksud melahirkan manusia berilmu amaliah, beramal ilmliah dan berakhlakul karimah”. Dari visi misi tersebut untuk mendidik dan membina mahasiswa UMI dalam rangka mewujudkan perilaku Islami menuju terwujudnya insan kamil yang berperilaku Islami. C. Nilai-Nilai Islam Mengkaji nilai-nilai Islam secara menyeluruh merupakan pekerjaan yang amat besar, karena nilai-nilai Islam tersebut menyangkut berbagai aspek dan membutuhkan telaah yang luas. Kajian nilai-nilai Islam di sini tidak mengupas secara terperinci aspek-aspek tersebut, tapi dibatasi pada nilai-nilai pokok ajaran Islam yang sewajarnya ada dan dimiliki oleh seseorang Muslim. Untuk itu dicoba melihat dari dialog antara Jibril dengan Rasul Allah swt. yang terungkap dalam Hadis sebagai berikut :
َّ َّٚصي َّ بُ َزسُ٘ ُه َبٝ بض فَأَحَبُٓ َز ُج ٌو فَقَب َه َ َسةَ قَب َه َمْٝ ُٕ َسَِٜع ِْ أَب َ َِّللا ِ َّْبز ًشا ىِي ِ ََ ْ٘ ًٍب بٝ ٌَ َّ ِٔ َٗ َسيْٞ ََّللاُ َعي ُ ََ ٝاْل ِخ ِس قَب َهِٟ ْا ِ بَّلل َٗ ٍَ ََلئِ َنخِ ِٔ َٗ ِمخَببِ ِٔ َٗىِقَبئِ ِٔ َٗ ُز ُسيِ ِٔ َٗحُ ْؤ ٍِ َِ بِب ْىبَ ْع ِ َّ ِبُ قَب َه أَ ُْ حُ ْؤ ٍِ َِ ب ِ َّ َزسُ٘ َه ِ ْ َّللا ٍَب
24
Quraish Shihab, h. 114
41
َّ اْلس ََْل ًُ أَ ُْ حَ ْعبُ َد ٛ َ َّللاَ َٗ ََل حُ ْش ِس َ ِِّ ٌَ اىص َََّلةَ ا ْى ََ ْنخُ٘بَتَ َٗحُ َؤِٞئًب َٗحُقْٞ ك ِب ِٔ َش ِ َّ َب َزسُ٘ َهٝ ِ ْ اْلس ََْل ًُ قَب َه ِ ْ َّللا ٍَب َّ بُ قَب َه أَ ُْ حَ ْعبُ َد ُ اْلحْ َس ل َ َِّّل حَ َسآُ فَئ َ َََّّّللاَ َمأ َ ض ِ َّ َب َزسُ٘ َهٝ بُ قَب َه َ ٍَ ضتَ َٗحَصُ٘ ًَ َز َ ُٗاى َّص َمبةَ ا ْى ََ ْفس ِ ْ َّللا ٍَب 25
.ك َ َ َساٝ َُِِّّٔإ ُْ ََل حَ َسآُ فَئ
Artinya: Dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah saw. pada suatu hari berada di hadapan manusia, lalu seorang laki-laki mendatanginya seraya berkata, 'Wahai Rasulullah saw., apakah iman itu? ' Beliau menjawab, 'Kamu beriman kepada Allah swt., malaikat-Nya, kitab-Nya, beriman kepada kejadian pertemuan dengan-Nya, beriman kepada para Rasul-Nya, dan kamu beriman kepada hari kebangkitan yang akhir'. Dia bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah Islam itu? ' Beliau menjawab, 'Islam adalah kamu menyembah Allah swt. dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, mendirikan shalat yang wajib, membayar zakat yang difardlukan, dan berpuasa Ramadlan.' Dia bertanya lagi, 'Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? ' Beliau menjawab, 'Kamu menyembah Allah swt. seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.' Dari Hadis ini dapat dilihat bahwa ajaran agama Islam secara keseluruhan tercakup dalam tiga hal pokok yaitu : 1.
Islam yang meliputi lima rukun yaitu :
a.
Mengucapkan dua kalimat syahadat
b.
Mendirikan shalat
c.
Membayarkan zakat
d.
Mengerjakan puasa pada bulan Ramadhan
e.
Mengerjakan haji ke Baitullah bagi orang yang mampu melaksanakannya. 2.
a.
Iman yang meliputi enam rukun yaitu :
Iman kepada Allah swt.
25
Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Hasan al-Qusyairiy al-Naisaburiy, Al-Musnad al-Sahih alMuk\tasar bi Naqli al-‘Adli ‘an al-‘Adl ila saw, Juz I (Beirut : Dar Ihya al-Turas\ al-„Arabiy, t.th), h. 39.
42
b.
Iman kepada malaikat-malaikat
c.
Iman kepada kitab-kitab
d.
Iman kepada rasul-rasul
e.
Iman kepada hari akhir
f.
Iman kepada qadar baik dan qadar buruk. 3.
Ihsan yaitu beribadah kepada Allah swt. seolah-seolah kita melihat Allah swt. dan jika kita tidak dapat melihatNya, kita meyakini bahwa Allah swt. melihat kita. Adapun pengertian Islam dapat dirujuk kepada asal katanya yaitu “salima”
yang berarti selamat atau terbebas. Islam dengan imbuhan hamzah di awal kata secara harfiah berarti menyelamatkan atau membebaskan26. Syekh Hafiz ibn Ahmad alHakami memberikan pengertian Islam sebagai pemasrahan diri pada Allah swt. dengan mentauhidkanNya serta tunduk padaNya dengan jalan taat pada-Nya dan membebaskan diri dari kesyirikan27. Ketaatan pada Allah swt. terwujud dalam kepatuhan. mengerjakan segala perintah dan menjauhi semua larangan Allah swt. tersebut akan dapat terwujud apabila keimanan pada Allah swt. sudah tertanam dalam diri. Oleh karenanya Islam mengajarkan rukunnya yang pertama dan dasar dari rukun-rukun yang lainnya adalah membaca dua kalimat syahadat. Dengan membaca dua kalimat syahadat tersebut berarti seseorang telah menyatakan kesediaan untuk bersaksi bahwa tiada Tuhan. selain Allah swt. dan Muhammad utusan Allah swt.
26
Luwis Ma‟luf Al Yasui, Al-Munjid fi al-Lugah wa al-A’lam, (Beirut : Dar al-Masyriq, 1973). h. 347. 27
Syekh Hafiz~ ibn Ahmad al-Hakami. I’lam al-Sunnah al-Mansyurah. (Saudi Arabia : Matbua’ah al-Riasah al-Ammah li Idarah al-Buhus al-Ilmiyah wa al-Iftai wa al-Da’wah wa al-Irsyad, 1399 H/1979 M), h.11.
43
Bersaksi bahwa tiada Allah swt. selain Allah swt. adalah meyakinkan dalam hati dan menerima dengan keikhlasan bahwa tidak ada yang berhak disembah selain dari Allah swt.. Allah swt. tidak mempunyai sekutu dalam kebesaran dan tempat memanjatkan doa. Dan yang dimaksudkan dengan bersaksi bahwa Muhammad hamba dan Rasul Allah swt.. Konsekuensinya membenarkan sema ajaran yang dibawanya, bersedia menerima dan mengamalkan ajaran tersebut28. Setelah syahadat, kewajiban yang dibebankan kepada umat Islam adalah mendirikan shalat. shalat menurut bahasa berarti doa (permohonan) dan menurut istilah ilmu Fiqh merupakan seperangkat perkataan dan perbuatan tertentu yang diawali dengan takbir (membaca Allah swt.u Akbar) dan diakhiri dengan salam (assalamu alaikum wr.wb)29 . Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa shalat merupakan permohonan hamba pada Allah swt. yang dirumuskan dalam perkataan dan dibarengi dengan perbuatan. Perkataan yang disertai perbuatan dengan gerakan badan, secara psikologis menimbulkan kesadaran dalam diri hamba akan kebesaran Allah swt. yang disembah dan muncul perasaan butuh kepadaNya. Dengan kesadaran tersebut terjalin hubungan jiwa dengan Allah swt. dan hubungan itu dijalin terus menerus berkesinambungan lima kali sehari dan semalam. Hubungan yang demikian akan berpengaruh pada perilaku manusia dalam kehidupan sebagaimana Firman Allah swt. dalam QS. alAnkabut/29:45,
28
Syekh Hafiz~ Ibn Ahmad al-Hakim, h.11
29
Sayid Sabiq. Fiqhu al-Sunnah, Jilid. 1, (Beirut : Dar al-Fikri: 1401 H/1981 M), h.78.
44
Terjemahnya : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Qur‟an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah swt. (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah swt. mengetahui apa yang kamu kerjakan30. Hubungan dengan Allah swt. yang terjalin secara berkesinambungan lima kali sehari semalam tersebut tidak hanya berfungsi mencegah dari perbuatan keji dan mungkar saja, tetapi juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan fisik dan mental manusia. Dari segi fisik, gerakan shalat berfungsi menggerakkan seluruh anggota badan dan otot-otot yang dapat membawa kepada kesehatan jasmani. Dari segi mental, shalat yang dilakukan dengn benar bermanfaat mengobati dan mencegah terjadinya gangguan mental. Hal ini dapat dikemukakan dari pengertian shalat sebagai doa dimana bacaan shalat berisikan doa kepada Allah swt. dan doa tersebut dapat menguatkan batin serta memupuk semangat dalam bekerja dan dalam kehidupan secara umum. Disamping itu, dengan mengadakan hubungan terhadap Allah swt. pada waktu shalat kita menyampaikan masalah-masalah yang menjadi beban mental kita. Setelah selesai melakukan shalat kita berdoa pula pada Allah swt., minta tolong, mengadu, mengeluh dan mengungkapkan perasaan pada Allah swt. Dengan menumpahkan
30
Kementerian Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 635
45
segala hal yang mengganjal dalam pikiran maka beban mental akan berkurang dan terwujudlah ketentraman batin. Selain dari fungsi yang disebutkan di atas, shalat juga berguna sebagai sarana latihan pembinaan disiplin pribadi, karena ketaatan mengerjakan shalat pada waktu yang telah ditentukan dapat menumbuhkan kebiasaan mendistribusikan waktu secara teratur dan mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat. Karena banyaknya manfaat dan tingginya sasaran yang akan dicapai dengan mendirikan shalat itu, maka shalat dipandang sebagai tiang agama dan shalat itu pula yang diwasiatkan Rasul sewaktu akan berpulang menghadap Allah swt. agar umatnya selalu menjaga shalat dan tidak meninggalkan atau melalaikannya, Rukun Islam selanjutnya adalah zakat. Kewajiban membayarkan zakat disejajarkan Allah swt. dengan kewajiban mendirikan shalat dimana al-Qur‟an menyebutkan kewajiban membayarkan zakat setelah kewajiban mendirikan shalat pada beberapa tempat. Zakat juga mempunyai fungsi sosial yang sangat tinggi di kalangan masyarakat, karena dengan zakat timbul rasa saling membutuhkan dan perasaan tersebut dapat menumbuhkan dan memupuk rasa cinta sesama anggota masyarakat. Proses munculnya rasa saling membutuhkan itu dapat dijelaskan dengan memandang zakat sebagai hak Allah swt. Oleh karena zakat merupakan hak Allah swt. yang wajib dibayarkan oleh orang yang mampu (hartanya mencapai nisab zakat), maka ia membutuhkan orang yang akan menerima zakat tersebut. Dalam al-Qur‟an surat at-Taubah, 9:60 Allah swt. menyebutkan : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang fakir miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk
46
jalan Allah swt. dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah swt. Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Di pihak lain penerima zakat menerimanya bukan hanya karena ia membutuhkannya, tapi lebih jauh ia merasa pemberian dari hak Allah swt. Dengan demikian terciptalah hubungan timbal balik yang sehat, yang saling membutuhkan, bukan hubungan yang berdasarkan belas kasihan dan bukan pula hubungan yang berlandaskan keuntungan. Saling ketergantungan antara pemberi dan penerima zakat dapat menumbuhkan dan memupuk rasa cinta. Perasaan demikian akan menghilangkan jarak antara pemberi dan penerima zakat atau antara yang kaya dan yang miskin. Dengan demikian tidak ada lagi kecemburuan sosial, orang miskin tidak iri melihat harta orang kaya karena ia menerima zakatnya dan sebaliknya orang kaya tidak perlu cemas akan keselamatan hartanya, bahkan secara psikologis ia akan mendapat kepuasan karena merasa dihargai dan dibutuhkan orang lain. Dari sini dapat dilihat bahwa hikmah kewajiban mengeluarkan zakat tidak hanya dirasakan oleh pemberi dan penerima zakat, tetapi dapat dinikmati oleh masyarakat secara keseluruhan yaitu terciptanya masyarakat yang damai, aman dan tentram. Selain dari apa yang telah dikemukakan di atas zakat juga berfungsi sebagai ungkapan rasa syukur terhadap nikmat Allah swt. Allah swt. telah menganugerahkan nikmat tubuh dengan anggota badan dan nikmat harta untuk kelengkapan hidup manusia. Rasa syukur atas nikmat jasad diungkapkan dengan mendirikan shalat dan rasa syukur atas nikmat harta disampaikan dengan membayarkan zakat. Rukun Islam selanjutnya adalah puasa pada bulan Ramadhan. Perintah melaksanakan puasa itu diperintahkan Allah swt. dalam QS. al-Baqarah/2:183;
47
Terjemahnya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa31. Ketentuan waktu berpuasa dijelaskan pula oleh Allah swt. dalam QS. alBaqarah/2:185, dimana Allah swt. menyatakan bahwa Ia menurunkan al-Qur‟an pada bulan Ramadhan, barangsiapa yang hadir pada bulan tersebut hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka ia wajib menggantinya pada hari yang lain. Kata saum/siyam (puasa) dalam bahasa Arab berarti menahan dan dalam pengertian syara” dimaksukan menahan dari segala hal yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari disertai dengan niat. Perintah mengerjakan puasa dalam ayat di atas ditutup Allah swt. dengan kata-kata “la ‘allakum tattaqun” (mudah-mudahan kamu bertakwa)32. Takwa mempunyai arti memelihara diri, mengendalikan diri. Dengan susunan demikian memberikan petunjuk bahwa tujuan akhir dari pelaksanaan ibadah puasa adalah takwa, dimana takwa berarti pemeliharaan diri atau pengendalian diri. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan proses latihan yang berkesinambungan dan dalam hal ini Allah swt. mewajibkan puasa sebulan penuh dalam setahun. Ahmad Mustafa al-Maragi
31
Kementerian Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 108
32
A hmad Mustafa al-Maragi. h.79
48
mengemukakan beberapa hal yang dapat dilihat dalam menjalani proses menuju takwa tersebut yakni : a.
Puasa diawali dengan niat untuk mematuhi perintah Allah swt. Dengan niat tersebut seseorang yang berpuasa merasa diawasi perilakunya oleh Allah swt. Yang Maha Melihat. Apabila perasaan itu sudah tertanam dalam diri orang yang berpuasa maka di luar bulan puasa ia akan terbiasa menahan diri atau mengendalikan diri terhadap hal-hal yang dilarang dalam ajaran agama termasuk perilaku negatif.
b.
Selama dalam puasa pemenuhan kebutuhan jasmani (makan, minum hubungan kelamin antara suami isteri) diatur waktunya yaitu tidak boleh dilakukan dalam waktu antara terbit fajar sampai dengan terbenam matahari. Dalam hal pemenuhan kebutuhan jasmani yang dihalalkan saja manusia dilatih untuk menahan diri dengan cara mengatur waktunya, apalagi terhadap hal-hal yang haram, tentu tidak sulit untuk menahan diri dari memperbuatnya.
c.
Dengan menahan diri dalam pemenuhan kebutuhan ragawi berupa makan dan minum, maka orang yang berpuasa ikut mengalami apa yang dirasakan oleh orang-orang miskin. Pengalaman itu dapat memunculkan perilaku yang santun terhadap orang-orang miskin.
d.
Kewajiban berpuasa untuk semua umat yang beriman tanpa membedakan tingkat sosial dan ekonomi menimbulkan rasa persamaan dan kebersamaan antara umat tersebut.
e.
Membiasakan mengatur waktu, karena kemampuan mengatur waktu amat diperlukan dalam hidup.
49
f.
Dengan berpuasa dapat membakar kelebihan lemak yang ada di tubuh. Ini amat berguna terutama bagi orang yang kurang bergerak. Dengan demikian puasa juga berfungsi memelihara kesehatan33. Dari apa yang telah dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa puasa
mempersiapkan orang menjadi takwa. Sedangkan takwa yang menjadi tujuan itu adalah terpelihara kesehatan fisik dan mental, mampu mengatur waktu, mampu menahan diri baik terhadap hal-hal yang dihalalkan Allah swt. maupun terhadap halhal yang haram, mempunyai perilaku yang santun terhadap orang miskin, mempunyai rasa persamaan dan kebersamaan dengan orang lain. Dan yang tertinggi merasa diri diawasi oleh Allah swt. sehingga segala perilaku dikendalikan dan disesuaikan dengan norma-norma yang telah digariskan Allah swt. Dengan kemampuan mengendalikan diri tersebut orang yang berpuasa akan terhindar dari kesusahan, keresahan atau penyesalan yang timbul lantaran memperturutkan keinginan dan kebutuhan fisik dan materi yang selalu meningkat. Oleh karenanya ia akan merasakan ketentraman batin dan kebahagiaan dalam hidup. Rukun Islam yang terakhir adalah mengerjakan ibadah haji ke Baitullah dan kewajiban mengerjakan haji dicantumkan Allah swt. dalam penggalan QS. Ali Imran/3:97;
33
Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maragi, jld.6 (Beirut : Dar al-Fikri, t.t.). h.80.
50
Terjemahnya : Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah swt., Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah swt. Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam34. Ayat ini mengandung pengertian bahwa kewajiban haji dibebankan Allah swt. kepada orang yang mampu melakukan perjalanan. Oleh karena ibadah haji menyangkut pribadi manusia secara keseluruhan dengan kelengkapannya yakni fisik, mental dan materi (harta), maka kemampuan disini bukan dimaksudkan kemampuan menyediakan biaya perjalanan saja, tetapi juga kemauan dan kemampuan fisik untuk melakukan perjalanan ke Baitullah. Kata “bait” (Baitullah) dalam ayat di atas menunjukkan betapa besar Terjemahnya di kalangan umat manusia karena secara historis tempat tersebut merupakan tempat yang disucikan dan tempat yang dituju dalam melakukan haji semenjak masa Nabi Ibrahim sampai kepada masa Nabi Muhammad saw 35. Dengan demikian Baitullah menjadi lambang pemersatu umat. Hal ini dapat dilihat dengan berkumpulnya manusia khususnya umat Islam pada waktu yang sama, dengan arah dan tujuan yang sama, melakukan pekerjaan yang sama dan dengan pakaian yang sama. Pada saat itu tidak ada lagi tabir pemisah antara manusia, seperti perbedaan bangsa, negara, warna kulit, tingkat sosial dan ekonomi dan lain-lain. Kesamaaan dan kebersamaan seperti digambarkan di atas akan menimbulkan dan memupuk rasa kesatuan di kalangan umat Islam. Selain fungsi yang telah dikemukan,
34 35
Kementerian Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 92
Syekh Hafiz~ ibn Ahmad al-Hakami. I’lam al-Sunnah al-Mansyurah. (Saudi Arabia : Matbua’ah al-Riasah al-Ammah li Idarah al-Buhus al-Ilmiyah wa al-Iftai wa al-Da’wah wa al-Irsyad, 1399 H/1979 M), h.19.
51
penyelenggaraan ibadah haji membutuhkan kerjasama antar bangsa dan negara teruatama negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Mengenai rukun iman dapat dijelaskan garis besarnya sebagai berikut : 1.
Iman kepada Allah swt. yaitu meyakini bahwa Allah swt. betul-betul ada sekalipun zatNya tidak dapat dibuktikan dengan panca indera. Allah swt. itu satu, selalu hidup dan tidak pernah lengah dalam memperhatikan hambaNya, Ia memiliki segala yang di langit dan di bumi sebagaimana tertera dalam QS. al-Baqarah/2 : 255, “Allah swt., tidak ada Allah swt. (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah swt. tanpa izin-Nya? Allah swt. mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah swt. melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kekuasaan Allah swt. meliputi langit dan bumi. dan Allah swt. tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah swt. Maha Tinggi lagi Maha besar”. Mempercayai akan Allah swt. Yang Satu (tauhid) mempunyai dua pengertian
yaitu : a. Tauhid Ilahiah yaitu pengakuan bahwa ibadah hanya ditujukan kepada Allah swt., baik secara lahiriah maupun batiniah. Segala jenis ibadah (perhambaan diri) misalnya membesarkan, mengagungkan, memohon bantuan dan lain-lain yang sejenisnya hanya ditujukan pada Allah swt., bukan pada orang atau benda yang selain dari Allah swt..
52
b. Tauhid Rububiah yaitu pengakuan bahwa Allah swt. pencipta, Pemilik, Pengatur alam beserta isinya seorang diri, tidak bersekutu dengan apapun dan siapapun36. Zat Allah swt. yang satu, yang menciptakan alam dan yang layak disembah itu mempunyai nama-nama yang terkait erat dengan sifat-sifat kesempurnaanNya. Diantara nama-nama itu al-Rahman (Yang Maha Penyayang), al-Quddus (Yang Maha Suci), al-Khaliq (Yang Menciptakan), al-Qahhar (Yang Maha Perkasa), alQadir (Yang Maha Kuasa), al-Hasib (Yang Maha Memperhitungkan amal untuk dibalas), al-Gafur (Yang Maha Pengampun) dan lain-lain. Di dalam al-Qur‟an ditemukan 99 nama-nama Allah swt. dan nama-nama itu disebut “al-Asma al-Husna” (nama-nama yang terbaik). Sebutan demikian terdapat pada firman Allah swt. dalam QS. al-Isra/17 : 110;
Terjemahnya : Katakanlah: "Serulah Allah swt. atau serulah Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik)37. Keyakinan akan adanya Allah swt. dengan segala sifat kesempurnaanNya sangat besar bagi kesehatan mental. Orang yang mempunyai keyakinan demikian akan merasa dekat dengan Allah swt. dan ia dapat mengadu, minta tolong, minta perlindungan, minta keadilan dan lain-lain kepadaNya kapan saja dimana saja
36
Syekh Hafiz ibn Ahmad al-Hakami, I’lam al-Sunnah al-Mansyurah. (Saudi Arabia : Matbua’ah al-Riasah al-Ammah li Idarah al-Buhus al-Ilmiyah wa al-Iftai wa al-Da’wah wa al-Irsyad, 1399 H/1979 M). h.20 37
Kementerian Agama R.I, al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 440
53
diperlukannya. Dengan demikian ia dapat merasakan ketentraman batin dan terhindar dari perasaan takut, khawatir, resah dan gelisah yang akan menghimpit mentalnya. 2. Iman kepada malaikat yaitu meyakini adanya malaikat-malaikat, makhluk gaib yang patuh dan bekerja tanpa mengharapkan pamrih. Hal ini diungkapkan oleh Allah swt. dalam QS. al-Anbiya/21:20,26,27, QS. al-Tahrim/66:6. Malaikatmalaikat itu banyak namun tidak diketahui berapa jumlahnya. Mereka mempunyai tugas-tugas yang dibagikan Allah swt. kepada mereka dan tugas-tugas tersebut mereka melaksanakan iradah Allah swt. terhadap makhluk38. Diantara tugas-tugas itu adalah : a.
Menyampaikan wahyu kepada rasul-rasul sebagaimana disebutkan antara lain dalam QS. al-Syu‟ara/26:192,193,194.
b.
Memberikan kekuatan kepada para nabi dan menetapkan serta memberikan semangat bagi orang yang beriman sebagaimana tercantumkan dalam QS. alAnfal/8:12 dan QS. al-Fushilat/41:30-31. Dengan bantuan moral dari malaikat ini orang beriman berani menegakkan yang benar dan melawan yang salah serta berusaha melakukan perbaikan sekalipun mendapat celaan dan ancaman dari masyarakat.
c.
Mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia di dunia untuk diperlihatkan kepada mereka nanti di akhirat yang tercantum antara lain dalam QS. alInfitar/82:10-14, QS. Qaf/50:16-18. Kepercayaan akan adanya malaikat yang bertugas mengawasi dan mencatat perbuatan dan perkataan tersebut mendorong manusia untuk berhati-hati dalam berperilaku. Secara psikologis kepercayaan
38
Syekh Hafiz Ibn Ahmad al-Hakimi, I’lam al-Sunnah al-Mansyurah. (Saudi Arabia : Matbua’ah al-Riasah al-Ammah li Idarah al-Buhus al-Ilmiyah wa al-Iftai wa al-Da’wah wa al-Irsyad, 1399 H/1979 M). h.21
54
demikian sangat membantu dalam menciptakan ketenangan jiwa. Karena dengan keyakinan itu orang tidak mudah kecewa sekalipun perbuatan baiknya tidak dihargai atau tidak diterima orang. Begitupun apabila ia menerima perlakuan yang tidak baik dari orang lain. Ia yakin bahwa ada malaikat yang mencatat dan pada saatnya di hari pembalasan nanti ia akan diperlakukan secara adil. d.
Mendoakan dan memintakan ampun bagi orang-orang mukmin, antara lain dalam QS. al-Mukmin/40:7-9.
e.
Mencabut nyawa sebagaimana tercantum dalam QS. al-Sajadah/32:11, QS. alNahl/16:28,32, QS. al-Nisa/ 4:9739. Selain dari malaikat disebutkan Allah swt. pula makhluk gaib yang bernama
iblis yang digambarkan Allah swt. sebagai makhluk yang tidak patuh pada perintah Allah swt. dan bersifat angkuh seperti dilukiskan Allah swt. dalam QS. alBaqarah/2:36, QS. Ali Imran/3:155. Dengan nama apapun makhluk ini (iblis atau syetan) al-Qur‟an menyebutkan bahwa makhluk gaib itu mengadakan kegiatan yang jahat dalam diri manusia dengan mempengaruhi hati manusia melalui godaan, ajakan, bisikan, sugesti dan sejenisnya. Misalnya dalam QS. al-A‟raf/7:20, QS. Taha/ 20:120 menyebutkan bahwa syetan membisikkan ke dalam hati keduanya (Adam dan Hawa agar memakan buah khuldi) dan QS. al-Mukminun/23:97 dimana al-Qur‟an menganjurkan agar manusia meminta perlindungan pada Allah swt. dari bisikanbisikan syetan. Berdasarkan pengertian ayat-ayat ini dan ayat-ayat lain yang senada, beberapa ulama berpendapat bahwa sesungguhnya syetan itu berada di dalam diri manusia atau identik dengan jati dirinya yang negatif.
39
Syekh Hafiz Ibn Ahmad al-Hakimi, I’lam al-Sunnah al-Mansyurah. (Saudi Arabia : Matbua’ah al-Riasah al-Ammah li Idarah al-Buhus al-Ilmiyah wa al-Iftai wa al-Da’wah wa al-Irsyad, 1399 H/1979 M). h.33
55
3. Iman kepada kitab-kitab. Kitab-kitab adalah kitab-kitab yang diturunkan Allah swt. kepada rasul-rasul. Kitab-kitab yang disebutkan namanya dengan jelas dalam al-Qur‟an adalah Taurat, Zabur, Injil dan al-Qur‟an sebagaimana disebutkan Allah swt. antara lain dalam QS. Ali Imran/ 3:3, QS. al-Isra/17:55, QS. Yusuf/12:2. Keimanan kepada kitab-kitab tersebut yaitu meyakini bahwa kitab-kitab itu berisikan ketentuan-ketentuan yang digariskan Allah swt. tentang akidah, pokok-pokok tuntunan ibadah dan pokok-pokok tuntunan tentang halal dan haram serta baik dan buruk. Oleh karenanya kepercayaan kepada kitabkitab tersebut menjadi salah satu rukun iman. Ajaran tentang akidah yang dibawa oleh kitab-kitab itu akidah tauhid dan ajaran pokok tersebut tidak mengalami perubahan pada semua kitab. Kitab yang datang kemudian membenarkan ajaran pokok yang dibawa oleh kitab yang datang sebelumnya 40. Demikianlah kitab-kitab secara berkesinambungan membawa ajaran tauhid sampai kepada kitab yang terakhir yaitu al-Qur‟an yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Sehubungan dengan ini Allah swt. mencantumkan dalam QS. Yunus/10:37,
40
Syekh Hafiz Ibn Ahmad al-Hakimi, I’lam al-Sunnah al-Mansyurah. (Saudi Arabia : Matbua’ah al-Riasah al-Ammah li Idarah al-Buhus al-Ilmiyah wa al-Iftai wa al-Da’wah wa al-Irsyad, 1399 H/1979 M). h.33
56
Terjemahnya : Tidaklah mungkin Al Qur‟an ini dibuat oleh selain Allah swt.; akan tetapi (Al Qur‟an itu) membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Allah swt. semesta alam41. Al-Qur‟an disamping ajaran tauhid dan aturan-aturan hubungan dengan Allah swt., juga menjelaskan nilai-nilai moral dan sopan santun dalam berhubungan antara sesama manusia. Misalnya, dalam QS. al-Hujarat/49:11-12
Allah swt. melarang
suatu kaum memperolokkan kaum lainnya dan mengingatkan agar orang yang beriman menjauhi prasangka, dalam QS. Luqman/31:14-15 Allah swt. memberikan tuntunan dalam memperlakukan atau bergaul dengan kedua orang tua. Begitupun dalam pergaulan keluarga, tetangga, masyarakat dan negara al-Qur‟an memberikan panduan dan acuan yang perlu dipedomani untuk kedamaian dan ketenteraman dalam kehidupan. Selain dari hal-hal yang disebutkan di atas al-Qur‟an juga berisikan ayat-ayat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan antara lain tercantum dalam QS. alBaqarah/2:164, “Sesungguhnya dalam menciptakan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah swt. turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi setelah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah swt.) bagi kaum yang memikirkan”.
41
Kementerian Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 312
57
4. Iman kepada rasul-rasul yaitu meyakini bahwa Allah swt. mengutus rasul bagi setiap umat yang dipilih diantara mereka untuk menyeru kepada mentauhidkan Allah swt. sebagaimana dinyatakan Allah swt. antara lain dalam QS. Yunus/10:47, QS. al-Nahl/16: 36, 84, 89, QS. al-Mukminun/ 23:44, surat alMukmin, 40:5. Rasul-rasul tersebut diutus Allah swt. untuk dipatuhi dan dijadikan panutan seperti diungkapkan Allah swt. dalam QS. al-Nisa/4:59,64 karena rasul itu datang membawa kebenaran dari Allah swt., dalam QS. alNisa/4:170. Pada dasarnya semua rasul menyampaikan ajaran yang sama yaitu tauhid, hanya ada satu Tuhan yang patut disembah, dicintai dan ditakuti. Ajaran yang disampaikan oleh rasul-rasul bersumber dari Allah swt. dan sangat penting bagi keselamatan dan keberhasilan manusia. Manusia sebagai makhluk yang dijadikan Allah swt. dalam bentuk yang terbaik diantara semua makhluk, dalam jiwanya tersimpan potensi yang mengandung dua kekuatan yang berlawanan yaitu kekuatan untuk berbuat baik dan kekuatan untuk berbuat jahat sebagaimana dalam QS. alSyams/91:7-10;
Terjemahnya : Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaanya), Maka Allah swt. mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
58
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya 42.
jiwa
itu,
Dan
Dari ayat-ayat di atas dijelaskan untuk menjadi manusia yang baik, dibimbing dan mengarahkan manusia untuk mengembangkan potensi yang dimiliki untuk berbuat baik, maka Allah swt. mengutus Rasul buat menyampaikan wahyu yang berisikan ajaran dan pedoman serta ketentuan tentang hal-hal yang baik dan tidak baik. Rasul menyampaikan kabar gembira berupa kenikmatan yang akan diterima oleh orang yang berbuat baik dan mengingatkan ancaman dan siksaan yang akan ditemui oleh orang yang berbuat tidak baik. Dalam menyebutkan persoalan hari akhir al-Qur‟an selalu menghubungkan dengan amal manusia di dunia. Amal perbuatan itu amat penting karena amal itulah yang akan menjadi bukti dan sekaligus menjad saksi yang akan membela atau mencelakakan diri manusia. Fazlur Rahman dalam telaahnya terhadap al-Qur‟an melihat tiga alasan pokok mengapa hari akhir itu perlu ada : a. Penilaian terhadap amal perbuatan manusia memerlukan konstitusi yang berkualitas yaitu berdasarkan moral dan keadilan, namun keadilan itu tidak dapat dijamin berdasarkan kenyataan yang terjadi di dunia. b. Allah swt. dengan perantaraan rasul-rasulNya telah menjelaskan tujuan kehidupan yang sesungguhnya, namun tidak semua manusia memahami dan menerima tujuan yang digariskanNya. Oleh karena tujuan hidup tersebut harus dijelaskan seterangterangnya (dengan membuka tabir penutup mata manusia yang mengakibatjan mata menjadi tajam dan mampu melihat realitas moral secara obyektif) sehingga manusia dapat melihat apa-apa yang telah dikerjakanya lalu membandingkan dengan tujuan kehidupan yang sesungguhnya. 42
Kementerian Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 1064
59
c. Perbedaan pendapat, perbantahan dan konflik diantara orientasi-orientasi manusia harus berakhir dengan penyelesaian43. Memperhatikan alasan-alasan yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa pada hakikatnya tanpa mengaitkan dengan rukun iman, jiwa dan batin manusia membutuhkan keberadaan hari akhir. Al-Qur‟an datang mengukuhkan bahwa hari akhir itu pasti akan datang, pada saat mana manusia dihadapkan pada pengadilan yang seadil-adilnya. Dengan mempercayai bahwa hari akhir itu pasti ada orang yang beriman akan merasa tenang batinnya. Sekalipun ia rugikan atau diperlakukan tidak adil misalnya ia tidak kecewa dan berkeluh kesah karena ia yakin akan ada hari pembalsan yang sangat adil. Adapun bentuk-bentuk pembalasan yang akan diterima umat manusia atas amal perbuatannya di dunia berupa kenikmatan atau kesengsaraan, surga atau neraka. Allah swt. memberikan balasan surga bagi orang laki-laki atau perempuan yang beramal saleh, QS. al-Nisa/4:124, QS. al-Baqarah/2:82 dan balsan neraka bagi orang yang beramal jahat disebutkan Allah swt. antara lain dalam QS. al-Baqarah/2:81. Al-Qur‟an menyinggung balasan surga atau neraka sebagai balasan fisik dan mental. Misalnya dalam QS. al-Baqarah/2:15 disebutkan bahwa Allah swt. menjanjikan kebaikan berupa surga yang mengalir sungai dibawahnya dan ada isteriisteri yang disucikan serta keridaan Allah swt. Dalam QS. al-Humazah/ 104:4-7 Allah swt. menggambarkan neraka sebagai api yang bernyala-nyala, yang memakan hancur hati manusia. Surga atau neraka yang berbentuk kenikmatan atau hukuman fisik itu dipahami dari ayat-ayat al-Qur‟an secara lahiriah. Namun yang lebih penting dari itu
43
Fazlur Rahman, Major Themes of the Quran, (Chicago: Bibliotheca Islamica, 1980), h.116.
60
adalah aspek mental dari kenikmatan atau hukuman itu. Aspek mental yang sangat berarti dalam kenikmatan adalah ketengangan dan ketentraman batin. Sedangkan aspek mental dari hukuman berupa penyesalan yang berakibat keresahan atau kegelisahan batin dan kekacauan batin seperti dilukiskan Allah swt. antara lain dalam QS. Yunu/10:54, “Dan kalau setiap diri yang zalim itu mempunyai segala apa yang ada di bumi ini, tentu dia menebus dirinya dengan itu, dan mereka menyembunyikan penyesalan ketika mereka telah meyaksikan azab itu. Dan telah diberi keputusan diantara mereka dengan adil, sedangkan mereka tidak dianiaya”. 5. Iman kepada qada dan qadar yakni yang berkaita dengan perubahan manusia serta perilakunya dalam kehidupan. Apakah manusia itu terpaksa atau mempunyai kebebasan dalam perbuatan dan perilakunya itu. Al-Qur‟an mengungkapkan bahwa hal itu terjadi pada manusia. Berkenaan dengan kejadian
manusia,
rupanya,
warna
kulitnya,
tinggi
atau
rendahnya,
kecerdasannya, sempurna atau cacat tubuhnya, orang tua yang melahirkannya, di tempat mana ia lahir, lingkungan yang membesarkannya, lamanya ia hidup, dan di bumi mana ia akan mati, semuanya terjadi menurut Kehendak Yang Maha Kuasa sesuai ilmu Allah swt.. Manusia harus menerimanya seperti diungkapna dalam QS. Ali Imran/3:5-6, QS. al-Qasas/ 28:68-70, QS. alTaubah, 9:51. Dalam hal ini tidak ada kebebasan manusia karena sepenuhnya ditentukan oleh Allah swt. Adapun yang menyangkut perbuatan dan perilaku manusia maka manusia telah dibekali Allah swt. dari dua aspek yaitu aspek dari dalam diri dan aspek dari luar diri manusia tersebut. Dari dalam dirinya manusia dikaruniai kesadaran pikiran, panca indera, dorongan keinginan dan kalbu. Dari luar diri manusia, Allah swt. telah
61
menyediakan sarana bimbingan dengan mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi untuk menyampaikan ajaran Allah swt. dan ajaran itupun dinukilkan Allah swt. di dalam kitab dimana dibentangkan dua jalam sebagaimana diungkapkan dalam QS. alBalad/90:10, “Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (jalan kebaikan dan jalan kejahatan)” dan QS. al-Insan/76:3, “Sesungguhnya Kami telah menujukinya jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir”. Dalam hal ini Allah swt. menjelaskan pula bahwa orang yang berbuat baik akan mendapat balasan baik dan yang berbuat jahat akan mendapat hukuman dan hal ini sering disebutkan Allah swt. dalam al-Qur‟an. Dengan demikian manusia mempunyai kemampuan untuk memilih (ikhtiar) perbuatan dan perilakunya. Berdasarkan itu manusia diberi kebebasan kodrat dalam perbuatan dan perilaku tersebut sebagaimana dinyatakan dalam QS. Yunus/10:108, “Katakanlah : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran dari Allah swt.mu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya petunjuk itu untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu untuk kecelakaan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu “. Dalam QS. al-Kahfi/18:29 Allah swt. mengingatkan pula, “Dan katakanlah :”Kebenaran itu datangnya dari Allah swt.mu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah menyediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih, yang menghapuskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”.
62
Keimanan terhadap qada dan qadar di mana di samping ada yang berkaitan dengan usaha manusia ada yang sepenuhnya ditentukan oleh Allah swt., akan menimbulkan kesiapan dalam diri manusia untuk menerima takdir tersebut. Dengn demikian orang yang beriman tidak goncang menghadapi sesuatu yang ditakdirkan Allah swt. dan tidak sesuai dengan keinginannya. Bahkan ia dapat memetik hikmah dari takdir Allah swt. yang diluar jangkauan usahanya tersebut. Sehubungan dengan usaha manusia Allah swt. mengajarkan agar manusia tidak lupa berdoa pada Allah swt. supaya selalu berada dan tidak lepas dari bimbinganNya sebagaimana firman Allah swt. dalam QS. al-Mukmin/ 40:60;
Terjemahnya : Dan Allah swt.mu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina"44. Keyakinan bahwa Allah swt. mengabulkan doa orang yang berdoa akan memberikan semangat dan kegigihan dalam berusaha. Selanjutnya aspek yang diajarkan oleh Jibril kepada rasul Muhammad saw adalah “ihsan”. Dalam Hadis yang berisikan dialog antara Jibril dengan Rasul disebutkan bahwa pengertian ihsan yaitu beribadah kepada Allah swt. seolah-olah Allah swt. melihat kita. Sekalipun kita tidak melihat Allah swt. tetapi kita meyakini 44
Kementerian Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 767
63
bahwa Allah swt. melihat kita. Al-Qur‟an menyebutkan bahwa beribadah itu menjadi tujuan pokok dari penciptaan manusia sebagaimana tercantum dalam QS. alZariyat/51-56;
Terjemahnya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku45. Disini ibadah tidak digunakan dalam pengertian khusus yang lazim dipakai di kalangan ahli Fiqh, tetapi dipakai dalam pengertian yang luas. Dengan pengertian yang luas tersebut ibadah mencakup semua aspek yang timbul dari diri manusia seperti perbuatan, kemauan dan pemikiran manusia dengan syarat dikaitkan pada Allah swt.. Segala aktivitas manusia yang dilakukan dengan niat karena Allah swt. dapat dikatakan ibadah. Ibadah dalam pengertian yang luas tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Ibadah yang lazim dipakai di kalangan ahli Fiqh yaitu shalat, zakat dan sedekah, puasa dan haji. b. Bekerja, menuntut ilmu dan berusaha mencari rezki. Dalam hal ini Allah swt. memberikan tuntunan antara lain dalam QS. al-Baqarah/2:168;
45
Kementerian Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 862
64
Terjemahnya : Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu 46. c. Semua kegiatan yang dilakukan seorang muslim dengan niat mencari keridaan Allah swt., mematuhi perintah dan laranganNya, termasuk ibadah. Di sini tercakup lingkup kemasyarakatan dalam pengertian yang luas. Segala sesuatu yang dituntunkan Allah swt. dalam kehidupan manusia dan hubungannya dengan orang lain yang dimaksudkan untuk kebaikan diri sendiri dan umat secara keseluruhan. Ini meliputi berbuat baik kepada orang tua, menafkahkan harta di jalan Allah swt., berbuat baik kepada karib kerabat, memberi nafkah dengan tidak menyengsarakan diri, jujur dalam menimbang, tidak ikut campur dalam urusan yang belum jelas, rendah hati, tidak sombong, angkuh, berlaku adil, berbuat baik dan menjauhi perbuatan keji dan mungkar, berhati-hati terhadap kezaliman dan kebohongan, menepati janji dan memakai perhiasan yang halal. d. Selain dari hubungan vertikal dengan Allah swt. dan hubungan horizontal dengan sesama manusia di atas, hubungan dengan yang kebih rendah, termasuk ibadah. Ini meliputi berbuat baik kepada makhluk yang lemah dan menyayangi hewan, memperhatikan lingkungan alam dan kebersihan kampus. Muhammad Abdullah Darraz memakai istilah akhlak untuk mengungkapkan nilai-nilai Islam secara umum. Ia memilahkan nilai-nilai akhlak itu menjadi lima bagian, yaitu : a. Nilai-nilai akhlak individu yang berkaitan dengan ajaran-ajaran akhlak perorangan yang dianjurkan dan yang dilarang. Akhlak yang dianjurkan antara lain menjaga
46
Kementerian Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 41
65
kesucian jiwa, menjaga diri, menguasai nafsu dan menjaga kebutuhan jasmani, menahan rasa marah, berperilaku benar, bersikap lemah lembut dan rendah hati, berhati-hati membuat keputusan, menjauhi buruk sangka, sabar, sederhana, menjadi teladan yang baik, beramal saleh dan berlomba-lomba dalam kebaikan, mau dengar pendapat orang, dan berhati ikhlas, yang terlarang mengerjakannya antara lain bunuh diri, berbohong, bermuka dua, bertentangan perkataan dengan perbuatan, bakhir, mubazir, taklid, sombong dan lain-lain. b. Nilai-nilai akhlak dalam keluarga yang meliputi : 1) Kewajiban kepada ibu bapak dan anak-anak yang mencakup berbuat baik dan menghormati ibu bapak, memelihara kehidupan anak-anak, memberi pendidikan kepada anak-anak dan keluarga pada umumnya. 2) Kewajiban suami–isteri, antara lain peraturan mengenai perkawinan seperti kewajiban dan hak suami, kewajiban dan hak isteri, tara cara pergaulan yang dihalalkan dan yang dilarang, hal-hal yang sunat dilakukan, persoalan poligami dan sebagainya. 3) Kewajiban kepada kaum kerabat yang meliputi pemberian kepada kerabat dan wasiat. 4) Warisan yang mencakup hak-hak ahli waris, prinsip-prinsip pembagian warisan, dan memandang warisan sebagai pemberian Allah swt. bukan sebagai hak. c. Nilai-nilai akhlak sosial yang terdiri dari : 1)
Hal-hal yang terlarang melakukannya antara lain membunuh manusia, mencuri, menipu, memberi pinjaman dengan bunga yang berlipat ganda, memiliki suatu secara tidak halal, memakan harta anak yatim, menghianati
66
amanah, menyakiti orang lain tanpa sebab, berlaku aniaya, kerjasama untuk menyembunyikan kebenaran, berkata keji, memperlakukan anak yatim atau fakir miskin dengan buruk, mengejek, menganggap rendah orang lain, mematai-matai orang, memberikan kesaksian palsu, mencaci membenarkan maksud jahat, ikut campur dengan pekerjaan yang membahayakan orang, dan tidak mempedulikan keadaan umum. 2)
Hal-hal yang diharuskan meliputi melaksanakan amanah, mengadakan perjanjian untuk menyelesaikan masalah yang belum jelas, menepati janji, memberikan kesaksian yang benar, mendamaikan diantara dua orang mukmin yang berselisih, memberi maaf, memberi kasih sayang pada sesama umat manusia, berbuat baik terutama kepada orang miskin, mengembangkan harta anak yatim, tidak mengabaikan kejahatan orang yang berbuat jahat, menyebarkan ilmu pengetahuan, mengemban rasa persaudaraan dan bersifat pemurah.
3)
Tata cara kesopanan antara lain minta izin sebelum memasuki rumah orang, merendahkan suara dan tidak memanggil orang yang lebih tua dari luar, memberi
salam
sewaktu
masuk,
membalas
salam
dengan
baik,
memperbincangkan masalah yang baik, menggunakan kata-kata yang enak didengar, pamit waktu hendak berangkat dan lain-lain. d. Nilai-nilai akhlak dalam negara yang terdiri dari : 1)
Hubungan antara Kepala Negara dengan rakyat meliputi kewajiban kepala negara kepada rakyat dan kewajiban rakyat terhadap negara. Kewajiban kepala negara antara lain bermusyawarah dengan rakyat, memberikan keputusan, melaksanakan prinsip-prinsip keadilan, menjaga ketentraman,
67
menjaga harta benda masyarakat umum, tidak membatasi penggunaan harta hanya pada orang kaya saja, dan memberikan hak-hak kepada golongan minoritas. Sedangkan kewajiban rakyat antara lain berdisiplin, kepaAllah swt. bersyarat, bersatu untuk mencapai cita-cita tertinggi, bermusyawarah dalam masalah-masalah umum, menjauhi kerusakan, menyiapkan diri untuk membela negara, menjaga moral dan kemaslahatan umum, menjauhkan diri dari membantu musuh dan lain-lain. 2)
Hubungan luar negeri dalam keadaan normal dan keadaan bahaya. Dalam keadaan normal, negara mempunyai kewajiban untuk mengajak ke arah perdamaian, tidak memaksa dan tidak menimbulkan kebencian, tidak bersifat diktator dan merusak, tidak mengganggu keselamatan orang netral, mengadakan hubungan baik dengan negara tetangga. Dalam keadaan genting seharusnya negara tidak memulai berbuat jahat, tidak berperang di tanah haram (Mekkah) dan di bulan haram. Adapun peperangan yang dihalalkan antara lain untuk membela diri, menolong orang-orang yang lemah, memerangi orang yang memaklumkan perang, memerangi orang yang berbuat agresi, dan betindak tegas terhadap penghianat.
e. Nilai-nilai akhlak agama yang menyangkut kewajiban hamba terhadap Allah swt. antara lain : beriman kepada Allah swt., ketaatan yang mutlak kepadaNya, memikirkan ayat-ayatNya, memikirkan makhlukNya, rela terhadap qada dan qadarNya, mensyukuri nikmatNya, tidak putus asa terhadap rahmatNya, menyerahkan keadaan masa depan kepada kehendakNya, tidak membalas cercaan orang-orang musyrik, menjauhi majelis orang-orang yang membantah kebenaran Allah swt., tidak banyak bersumpah dengan nama Allah swt., menghormati
68
sumpah jika bersumpah, selalu mengingat Allah swt., selalu menyucikan dan membesarkanNya, melakukan shalat yang diwajibkanNya, melakukan puasa yang difardukanNya, membayarkan zakat, melakukan haji, berdoa kepadaNya dengan rasa takut dan harap, bertobat dan memohon ampun kepadaNya, dan mencinatai Allah swt.47. Zakiah Daradjat yang mengamati peranan agama dalam menjaga kesehatan mental melihat bahwa keimanan dengan meyakini keenam rukun iman dapat memelihara orang dari kegoncangan atau gangguan jiwa. Keimanan tersebut dapat mengurangi tekanan batin atau kekecawaan yang tiimbul karena interaksi dalam keluarga dan masyarakat. Dengan demikian keimanan mengakibatkan timbulnya keserasian dan keharmonisan antara pikran, perasaan dan perbuatan yang membawa kepada ketentraman. Berikut ini diungkapkan rukun-rukun iman tersebut: a. Iman kepada Allah swt. dengan segala sifat-sifat kesempurnaanNya, misalnya Pengasih lagi Penyayang, Maha Pengampun, Maha Penerima Tobat, Maha Melindungi, Maha Adil dan lain-lain. Dengan menyakini bahwa Allah swt. Maha Penerima Tobat dan Maha Pengampun misalnya seseorang yang mengalami tekanan batin disebabkan dosa atau pelanggaran yang dilakukan seseorang itu dapat meringankan tekanan tersebut. Begitupun keyakinan akan sifat Maha Penyayang Allah swt. menjadi terapi bagi orang yang merasa tersisih dan tidak mendapat kasih sayang. b. Iman kepada hari akhir yang merupakan hari perhitungan dan pembalasan, dimana setiap manusia akan menerima pembalasan yang seadil-adilnya dari perbuatan
47
Muhammad Abdullah Darraz. Dustur al-Akhlaq fi al-Quran, (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1973), h. 203-240.
69
mereka di dunia. Keyakinan terhadap adanya hari tersebut amat membantu bagi orang yang merasa dirugikan dan dirampas haknya yang dapat mengakibatkan terjadinya tekanan batin atau gangguan mental. c. Iman kepada malaikat-malaikat yang mempunyai tugas-tugas yang berbeda-beda antara lain memintakan ampun dan mendoakan orang mukmin agar masuk surga dan terhindar dari neraka, memberikan dorongan dan semangat bagi orang mukmin agar tidak takut mengatakan yang benar dan lain-lain. Meyakini keberadaan malaikat-malaikat dengan berbagai tugas tersebut memberikan sugesti bagi seseorang dalam menempuh kehidupan. d. Iman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah swt. e. Iman kepada rasul-rasul. f. Iman kepada takdir48. Dari penjelasan terhadap nilai-nilai keagamaan secara umum dapat dirangkum bahwa nilai-nilai Islam membicarakan tentang hubungan manusia dengan Allah swt., hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam. Oleh karena luas dan banyaknya segi nilai-nilai Islam maka studi ini membatasi pada hubungan vertikal dengan Allah swt. dan hubungan horizontal dengan sesama manusia. Hubungan vertikal dengan Allah swt. tersebut dibatasi pula pada rukun Islam dan rukun Iman. Sedangkan hubungan horizontal sesama manusia dikemukakan hubungan dalam lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat secara umum. Juga dikaji hal-hal yang halal dan haram, hal-hal yang baik dan tidak baik. Untuk hal yang disebutkan terakhir ini ditambah dengan hubungan horizontal sesama manusia dalam penelitian ini digunakan istilah “ihsan”. Pemakaian istilah tersebut mengingat konsep
48
Zakiah Daradjat. Islam dan Kesehatan Mental, (Jakarta:Gunung Agung, 1983), h.11-14.
70
ihsan berkaitan erat dengan ibadah dalam pengertian umum dimana hubungan antar manusia, perilakunya dalam meghandapi yang halal dan yang haram, yang baik dan tidak baik termasuk di dalamnya. D. Program Kampus Islami Program kampus Islami bukanlah suatu program tanpa proses dan tahapantahapan pelaksanaannya melalui empat tahap-tahap. Tahap pertama tahap aktualisasi, tahap kedua instroduksi, tahap ketiga aktualiasasi dan internalisasi 49. Tahap I : Tahap Idialisasi adalah dimana warga UMI Makassar telah mnetapkan komitmennya bahwa konsepsi kampus Islami, sesuatu yang sudah semestinya (take for granted) diwujudkan karena selain konsekuensinya dari keberagaman para civitas UMI Makassar, juga merupakan kesepakatan para pendiri dan warga UMI Makassar. Tahap ini dimaksudkan harus dilakukan dengan pendekatan sudut pendidikan dan pengajaran Islam, sehingga tujuan program ini, untuk menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan sasaran dan langkah-langkah yang ingin dicapai sebagai lembaga pendidikan dan dakwah dalam mengembangkan tugas dakwah sebagai salah satu bidang kajiannya yang ingin dicapai untuk membangun dan mencetak calon-calon intelektual Islam. Tahap II : Tahap Introduksi. Pada tahap ini, program kampus Islami sudah diinformasikan dan disosialisasikan kepada seluruh civitas akademika UMI Makassar dan telah mendapat tanggapan yang positif dari seluruh civitas akademika UMI Makassar maupun masyarakat luas. Bahkan dengan tahapan-tahapan ini, UMI Makassar telah mendapat respon dari masyarakat dan telah muncul sebagai salah satu 49
Universitas Muslim Indonesia Makassar, Menerobos Krisis Mengukur Prestasi (PUSDIKTI : Makassar, 1994), h. 203.
71
lembaga pendidikan dengan cirinya yang khas yang bernuansa Islami. Pada saat itu nampak antusias para civitas akademika UMI Makassar, mengangkat topik diskusi Ilmiah, seperti pencangkokan organ tubuh, bayi tabung, seminar-seminar, dialogdialog, dan mengundang para ulama yang ada di Sulawesi Selatan, untuk mengisi kegiatan stadium general, yang diadakan setiap semester serta para mahasiswa menulis dan mengkaji program kampus Islami ini, sehingga ini membuktikan kuatnya antusias para civitas akademika UMI Makassar terhadap program ini. Tahap III : Aktualialisasi. Tahap ini, sementara berlangsung, para pemimpin UMI Makassar berusaha menyusun langkah-langkah dari kebijaksanaan yang sudah ada maupun dengan menyusun program yang baru, memanfaatkan perangkatperangkat pendukung serta menciptakan iklim yang kondusif bagi terwujudnya program tersebut50. Komitmen Prof. Masrurah membangun karakter mahasiswa tidak setengah-setengah dan berhenti pada program pencerahan kalbu di pesantren kilat Darul Mukhlisin Padang Lampe Pangkep. Dia telah mencanangkan gagasan agar UMI Makassar sebagai lembaga pendidikan dan dakwah dengan label Kampus Islami. Sebab itu, program pencerahan kalbu di Darul Mukhlisin berkelanjutan di kampus dalam berbagai kegiatan yang bernuansa religi. Komitmen Prof. Masrurah ini, adalah pelanjut para pemimpin UMI Makassar, yaitu salah satu penggagasnya ide kampus Islami ini oleh Almarhum Prof. A. Basalamah yaitu menciptakan mahasiswa yang cinta al-Qur‟an, sehingga dapat mengantisipasi perubahan sosial yang ada, memadukan pola zikir dan pikir dan membentuk jati diri yang Islami sehingga setiap langkah bernilai ibadah. Tahap IV : Internalisasi. Tahap ini, dengan terciptanya kondisi seperti pada
50
Menerobos Krisis Mengukir Prestasi 40 tahun UMI Makassar, h. 36
72
tahap ketiga, dan pada tahap ke empat ini, muncul pandangan yang lebih formal dibanding tahap sebelumnya tentang aturan-aturan UMI Makassar sebagai lembaga pendidikan dakwah yang berlabelkan kampus Islami. Para pembina UMI Makassar sangat mengharapkan proses penghayatan dan pengamalan keagamaan serta perwujudan nilai-nilai Islam betul-betul sudah terinternalisasi sebagai bagian dari kepribadian dan watak seluruh civitas akademika UMI Makassar dengan menerapkan sesuai dengan konsep-konsep dan aturan-aturan kampus Islami UMI Makassar, membentuk perilaku Islam, berakhlakul karimah, bukan hanya dalam rangka mendapatkan reward atau penghargaan semata, melainkan UMI Makassar mulai melihat ditegakkan dan diterapkannya aturan-aturan nilai-nilai Islam di kampus dalam berbagai kegiatan yang bernuansa religi 51. Komitmen Prof. Masrurah membangun karakter mahasiswa tidak setengahsetengah dan tidak berhenti pada program pencerahan kalbu di pesantren Darul Mukhlisin Padang Lampe saja, melainkan juga demi memperkuat pembangunan program itu, beliau melakukan terobosan-terobosan yang lebih kreatif, inovatif agar hasilnya afektif. Beliau mengambil terobosan dan langkah strategis dengan membentuk Wakil Dekan IV di tingkat fakultas dan akademi dengan fungsi mengadakan kajian pengembangan pandangan keagamaan dalam disiplin. Wakil Dekan IV (empat) di tingkat fakultas di lingkungan UMI Makassar, diberdayakanlah dosen-dosen agama yang ada di fakutas agama UMI Makassar, dengan mensetarakan pengenalan dan penguasaan prinsip-prinsip dasar keagamaan baik mahasiswa maupun civitas akademika UMI Makassar. Hal tersebut, terciptanya jati diri yang Islam dalam mengantisipasi perubahan sosial yang ada, sehingga dapat memadukan
51
Menerobos Krisis Mengukir Prestasi, 40 tahun UMI Makassar, h. 36
73
zikir dan pikir dalam seluruh aktivitas keduniaannya sehingga setiap langkahnya bernilai ibadah dan tercermin perilaku yang Islam 52. Konsep pelaksanaan pembinaan program kampus Islami pada tingkatan program tersebut tentunya mempunyai usaha yang jelas untuk mengantisipasi perubahan sosial yang ada, untuk terciptanya nilai-nilai Islam dalam jati diri seluruh civitas akademika UMI Makassar, menyatu menjadi karakter dalam setiap langkahnya sehingga dapat bernilai ibadah. Program tersebut meliputi pemberantasan buta aksara al-Qur‟an dan peningkatan kajian ayat suci al-Qur‟an dan hadis, membantu pimpinan fakultas dan akademika dalam mengatur sumber daya (dosen) dan materi pendidikan agama Islam serta meningkatkan pengamalan agama dalam praktik. Pada tingkat pelaksanaan program pembinaan ini, ada usaha yang jelas untuk mengaktualisasikan nilai-nilai Islam ini adalah di fakultas, lembaga-lembaga, unitunit kerja di lingkungan UMI Makassar, seluruh civitas akademika UMI Makassar, antara lain busana muslimah bagi dosen, karyawan dan mahasiswa. Untuk mengaktualisasikan program kampus Islami ini, secara bertahap dibuatlah semacam rambu-rambu yang konkrit yang dapat dijadikan petunjuk dalam pelaksanaan tugastugas sehari-hari dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan seluruh civitas akademika, juga dalam kehidupan pribadi, khusus dalam lingkungan kampus untuk menciptakan suasana kampus yang religi yang dihiasi dengan perilaku Islami mahasiswa, seluruh civitas akademika UMI Makassar. Seperti menyebarkan salam sekaligus membudayakan nilai-nilai Islam, seperti bersalam-salaman ketika saling
52
Masrurah Mokhtar, Sepotong Cambuk, Biografi Pembangunan Karakter dan Motivasi, (Makassar Universitas Muslim Indonesia, Makassar,2016), h.285
74
bertemu. Tentu saja pengamalan-pengamalan keorganisasian tersebut, bukanlah sepenuhnya mewakili apa yang sesungguhnya yang diinginkan dengan program pembinaan kampus Islami, melainkan paling tidak ikatan-ikatan itu dapat menjadi bagian dari indikator yang memang harus diwujudkan untuk menuju tahapan-tahapan yang lebih sempurna. Dalam mewujudkan tahap pelaksanaan konsep dan aturan program pembinaan kampus Islami yang dimaksud adalah yang pertama adalah Islamisasi kondisi kerja dan lingkungan kampus, meliputi peningkatan pemahaman, pengalaman keagamaan, penghayatan dan pengamalan syariat Islam bagi seluruh civitas akademika UMI Makassar, pengamalan jumat bersih di lingkungan kampus UMI Makassar, peningkatan pelayanan prima diselenggarakan oleh pihak universitas secara bertahap dengan tema pelatihan prima bagi seluruh dosen, karyawan/karyawati UMI Makassar, pelatihan konseling mendatangkan pemateri dari UNM, ini diadakan secara bertahap. Pesertanya dari kalangan pimpinan dan dosen, untuk menciptakan suasana kampus Islami, yang bersinergi dan diwarnai syiar dan rukun Islam, yaitu aqidah syariah dan akhlak seluruh aktivitasnya tercermin nilai-nilai Islam. Pada konsep aturan yang kedua adalah Islamisasi bidang akademik, meliputi seluruh kegiatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran, meliputi berdoa sebelum materi perkuliahan dimulai dan setelah perkuliahan atau sesudah belajar. Konsep ini sudah diaktualisasikan dan diamalkan oleh seluruh civitas akademika UMI Makassar. Islamisasi kurikulum yang bercirikan ke UMI-an Makassar yaitu mata kuliah muatan Lokal (Mkck) mulai dari semester pertama aqidah, semester dua syariah, semester tiga akhlak, semester 4 (empat) pendidikan agama Islam, semester lima Ilmu Dakwah dan semester enam Islam Disiplin Ilmu (Idi) di setiap fakultas di
75
lingkungan UMI Makassar. Semester tujuh program KKN, diwajibkan menghafal juz 30 surat An-Naba‟, kemudian seminar proposal diwajibkan menghafal QS. al-Kafirun sampai dengan QS. al-dhuha 15 surah, seminar dua QS. al-Waqiyah 10-40. Ujian sidang (skripsi) diwajibkan menghafal QS. al-baqarah ayat 30-31, QS. al-Nahl:14. Indikatornya menghayati dan mengamalkan ayat al-Qur‟an yang berkaitan dengan disiplin ilmu masing-masing dan menjadikan al-Qur‟an sebagai penuntun hidup di dunia dan di akhirat, menjadikan al-Qur‟an sebagai al-kitab yang selalu ditulis dalam hati (kalbu), dijadikan lembaran-lembaran yang selalu dibuka untuk menentramkan hati (kalbu)53. Pada konsep aturan yang ketiga adalah Islamisasi bidang kemahasiswaan yaitu mengarahkan seluruh jenis kegiatan mahasiswa UMI Makassar pada kegiatankegiatan yang bersifat ilmiah, alamiah, produktif dan Islami. Pada pengembangan potensi akademik dan penalaran mahasiswa agar mereka memiliki sikap dan perilaku yang baik dan benar yang Islami yang selalu bersinergi dalam kepribadiannya. Pada potensi akademik, mahasiswa diarahkan agar mereka mampu berpikir kritis dan mempunyai sikap perilaku yang ilmiah yang realisitis. Pada tingkat pembinaan ini akan membuktikan dan mengembangkan ide-ide kreatif yang Islami berguna bagi negara, bangsa dan masyarakat dan lingkungannya. Jenis kegiatan ini meliputi : 1. Pengembangan Potensi Akademik Mahasiswa Secara umum, pengembangan potensi akademik dan penalaran mahasiswa merupakan upaya menguatkan intelektual dan mempertajam daya kritis mahasiswa agar mereka memiliki sikap cendekia sekaligus menjadi bagian kepribadiannya. Potensi mahasiswa dalam berpikir dan bernalar dapat dimaknai sebagai aktivasi
53
Program Kerja LPDKI UMI, Pengembangan Dakwah & Kampus Islami UMI, h. 12
76
proses berpikir dan bernalar yang memang khusus diarahkan pada kegiatan melatih olah pikir mahasiswa. Mahasiswa diarahkan dan dikondisikan agar mereka mampu berpikir kritis analitis dan mempunyai sikap ilmiah yang realistis. Pembinaan penalaran juga merupakan wahana penempatan proses belajar yang nantinya akan menumbuhkembangkan sintesis dari ide-ide kreatif yang berguna bagi masyarakat dan lingkungannya 54. Pengembangan potensi akademik mahasiswa direncanakan melingkupi aspek pembinaan, pendampingan, pemantauan dan penilaian kemampuan intelektual mahasiswa yang terukur melalui informasi atau kinerja yang ditunjukkan. Jenis kegiatan yang direncanakan meliputi empat kegiatan puncak utama, yaitu : a. Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa (LKTM) merupakan kegiatan kompetisi dalam ranah penyusunan karya tulis ilmiah khusus mahasiswa program S1 semua jurusan atau program studi di lingkungan UMI Makassar. Kegiatan ini akan diawali dengan menyeleksi mahasiswa yang memenuhi kriteria tertentu untuk dilatih dan dibina sesuai dengan bidang keilmuan yang dipilih. Kegiatan tersebut dilaksanakan di tingkat jurusan, fakultas, dan universitas yang dilanjutkan dengan penangkaran. Dalam kegiatan peningkatan tersebut nantinya mahasiswa akan dibina oleh dosen sekaligus sebagai partner dalam menulis proposal, melakukan penelitian kolaboratif, hingga penulisan laporan hasil penelitian. Hasil penelitian mereka akan dipresentasikan sebagai karya tulis ilmiah atau
54
Makassar
Tim Penyusun Program Kerja, Program Kerja Universitas Muslim Indonesia Hal 7,
77
karya ilmiah inovatif produktif di tingkat universitas, propinsi, dan tingkat nasional. Kegiatan tersebut diharapkan mampu memotivasi mahasiswa mencintai ilmu pengetahuan dan melatih ketekunan mereka dalam melakukan kegiatan riset atau penelitian. Jenis Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) Tingkat Universitas yang akan diadakan meliputi LKTM bidang IPA/Sains, IPS, Agama, Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan Hidup, Bahasa dan Seni. Proposal karya tulis ilmiah yang terpilih di tingkat universitas selanjutnya akan diajukan ke Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) bersaing dalam seleksi tingkat nasional. Indikator keberhasilan ditunjukkan dengan kemampuan mahasiswa bersaing ditingkat Nasional (PIMNAS)55. b. Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) merupakan wadah yang dibentuk oleh Dikti Kemdikbud RI untuk memfasilitasi potensi yang dimiliki mahasiswa Indonesia dalam mengkaji, mengembangkan, dan menerapkan ilmu dan teknologi yang telah dipelajarinya di perkuliahan kepada masyarakat luas. Program ini merupakan penerus dari Program Karya Alternatif Mahasiswa (Pkam) yang dibentuk pada tahun 1997 lalu dan berganti menjadi Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2001 untuk memperluas cakupan dan mengurangi batasan bagi mahasiswa dalam berkerasi. Pada awalnya, PKM memiliki lima sub program, yaitu PKM-Penelitian (PKMp), PKM-Penerapan Teknologi (PKM-T), PKM-Kewirausahaan (PKM-K), PKM-Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M) dan PKM-Penulisan Artikel Ilmiah (PKM-I). Finalis dari masing-masing PKM akan dilombakan dalam Pekan Ilmiah
55
h. 33-35
Tim Penyusun Program Kerja, Program Kerja Universitas Muslim Indonesia (Makassar),
78
Nasional. Penyusunan proposal PKM cenderung menjadi aktivitas mahasiswa di awal tahun ajaran karena tenggat waktu pengumuman proposal Dikti biasanya ditetapkan pada semester ganjil. Penilaian atas mutu proposal, proses pelaksanaan dan presentasi di Pimnas, seluruhnya dilakukan berdasar atas : (1) kepada Allah swt. terhadap ketentuan yang tercantum dalam pedoman, (2) level kreativitas mahasiswa, dan (3) orisinalitas. Orisinalitas dalam hal ini tidak hanya diartikan sebagai suatu temuan baru, akan tetapi ide yang akan direalisasikan murni berasal dari kelompok mahasiswa. Dengan demikian, Pembimbing PKM hanya berperan sebagai pendamping mahasiswa yang mengawasi pelaksanaan PKM agar sesuai dengan misi masing-masing program dan tidak menjadikan mahasiswa sebagai bahan riset ataupun kegiatan akademik dosen lainnya. Jenis PKM yang akan diadakan di tingkat universitas adalah PKM bidang penulisan ilmiah, penelitian, teknologi, pengabdian masyarakat dan kewirausahaan. Proposal yang terpilih di tingkat universitas selanjutnya akan diajukan ke Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) bersaing dalam seleksi tingkat nasional. Indikator keberhasilan ditunjukkan dengan kemampuan mahasiswa menembus Presentasi Tingkat Nasional (Pimnas). c. Olimpiade MIPA; Secara umum Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) merupakan bidang yang kurang diminati oleh masyarakat. Disamping itu, dari berbagai pengukuran, prestasi MIPA mahasiswa di Indonesia relatif masih rendah. Oleh karena itu, Dikti menyelenggarakan Olimpiade Nasioanal Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Perguruan Tinggi (ON MIPA-PT) sebagai bagian dari upaya
79
mendorong dan meningkatkan prestasi mahasiswa di bidang MIPA di tingkat nasional dan internasional. Olimpiade MIPA meliputi bidang Matematika, Kimia, Fisika dan Biologi. Kegiatan lomba akan dilakukan dalam tiga tahap yaitu di tingkat universitas dengan sasaran 7 mahasiswa terbaik pada setiap bidang, di tingkat regional untuk menentukan 50 mahasiswa terbaik, dan di tingkat nasional yang menghasilkan 25 mahasiswa terbaik. Tujuan dari Olimpiade Nasional MIPA-PT ini untuk: (1) mendorong peningkatan kemampuan akademik dan memperluas wawasan mahasiswa; (2) mendorong mahasiswa untuk lebih mencintai bidang Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi; (3) mendorong peningkatan kualitas dan memperluas wawasan staf pengajar; (4) memberikan masukan untuk perbaikan pembelajaran di perguruan tinggi, khususnya dalam bidang Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi; dan (5) menjadi sarana promosi dan meningkatkan daya tarik Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi di tengah-tengah masyarakat. Peserta yang disasar adalah mahasiswa-mahasiswa program S1 maksimal semester 8 dan terdaftar di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDPT). Mahasiswa yang bersangkutan belum lulus sampai dengan tanggal 31 Agustus pada tahun pelaksanaan seleksi dan berasal dari bidang ilmu MIPA atau yang relevan. Mahasiswa tersebut belum pernah mendapatkan medali emas atau Juara I dalam ON MIPA-PT atau Osn-Pertamina. Mahasiswa diharapkan mampu mengikuti Lomba Tingkat Kopertis IX dan menjadi Finalis/Juara Lomba Tingkat Nasional. d. Lomba Kreativitas Bidang Keilmuan. Dalam buku Pedoman Umum Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa (KPKM) yang Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
80
Pendidikan Tinggi Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan tahun 2013 dijelaskan bahwa setiap bangsa memiliki tujuan dan cita-cita bagaimana dapat menjalani hidup dengan cerdas dan sejahtera. Namun dalam proses mencapai tujuan dan cita-citanya tersebut setiap bangsa selalu berhadapan dengan berbagai tantangan dan permasalahan yang memerlukan keterlibatan semua komponen bangsa untuk menyelesaikannya. Salah satu komponen bangsa yang diharapkan dapat berpartisipasi memberikan saran pemikiran konstruktif penyelesaian permasalahan bangsa adalah mahasiswa. Mahasiswa sebagai insan dewasa dan kaum intelektual diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kritis sebagai masukan dari perspektif yang berbeda. Terkait dengan hal ini Ditjen Dikti meluncurkan kembali program Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa (KPKM) yang merupakan media pertukaran ide, pengetahuan dan informasi untuk mengkritisi kebijakan pemerintah dan atau rancangan kebijakan pemerintah serta saran kebijakan dan atau pembangunan. Hal ini terkait pula dengan upaya untuk mendorong dan menyiapkan mahasiswa yang memiliki kompetensi menggali dan menuangkan ide secara lisan dan tulisan yang didukung oleh data dan informasi yang akurat, menganalisis dan memberikan rekomendasi yang membangun agar Indonesia menjadi lebih baik di masa mendatang. Bidang kemahasiswaan memprogramkan Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa dengan pertimbangan mahasiswa yang memiliki kemampuan dalam bentuk debat ilmiah. Seleksi akan dilakukan antar fakultas hingga ke tingkat universitas. Pemenang I pada tingkat universitas selanjutnya diikutkan pada lomba tingkat regional. Indikator keberhasilan ditunjukkan oleh kemampuan mahasiswa
81
menembus peringkat tertinggi di tingkat nasional. e. Lomba Kreativitas Bidang Keilmuan yang terkait dengan Pembelajaran Lomba kreativitas mahasiswa bidang kelimuan pada dasarnya berkait dengan aplikasi pembelajaran mahasiswa di bidang kajian kelimuannya masing-masing. Lomba kreativitas tidak hanya menyasar bidang keilmuan MIPA, tetapi juga bidang sosial, ekonomi, budaya dan rekayasa. Di bidang sosial ekonomi akan diprogramkan lomba kreativitas akuntansi, manajemen, hukum, politik, kependidikan, serta rekayasa keteknikan atau engineering seperti kompetisi jembatan yang diikuti oleh mahasiswa teknik sipil. Pembinaan untuk mempersiapkan lomba kreativitas ini dipusatkan di setiap jurusan atau program studi sesuai dengan bidang kajiannya masing-masing. 2. Pengembangan Karakter, Spritual dan Nasionalisme Arah peningkatan mutu manusia Indonesia telah dituangkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Tujuan Pendidikan Nasional, yang berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam
rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggungjawab”. Sejalan dengan hal tersebut, sebagian mahasiswa masih belum mampu mencerminkan sikap sebagai insan akademis, yaitu memahami etika, tata cara berkomunikasi, penggunaan nalar dalam bertindak, pemahaman terhadap hak, tanggungjawab dan kewajiban sebagaimana yang diharapkan, baik sebagai bagian dari masyarakat kampus, maupun sebagai warga negara Indonesia.
82
Dalam menanggapi berbagai peristiwa sosial baik di tingkat lokal maupun nasional mahasiswa selayaknya berperan sebagai warga masyarakat akademik, sehingga citranya mantap sebagai komponen civitas akademika. Mahasiswa diharapkan tampil elegan sebagai kekuatan moral (moral force) yang menyuarakan nurani masyarakat (social conscience). Citra ini yang perlu dikukuhkan oleh perilaku mahasiswa umumnya, bukan sekedar citra sebagai demonstran yang menyuarakan sikap tidak setuju atau menentang tanpa menawarkan alternatif pemecahannya. Dalam mengungkapkan ketidaksetujuan atau penolakan, mahasiswa sebaiknya menyarankan pula hasil pemikirannya dalam bentuk alternatif jalan keluar pemecahan masalah. Oleh karena itu, mahasiswa perlu dibekali dengan soft skills berupa nilainilai keagamaan, etika dan karakter, serta jiwa nasionalis dalam berbagai bentuk kegiatan seperti : a. Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) Mahasiswa Al-Qur‟an adalah wahyu Allah swt. atau kalam Ilahi yang diturunkan sebagai mukjizat kepada Nabi Muhammad saw., al-Qur‟an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi umat manusia yang ingin mencapai kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat. al-Qur‟an mengandung nilai-nilai yang berhubungan dengan keimanan, syariah, akhlak serta peraturan-peraturan yang mengatur perilaku dan tata cara hidup manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. AlQur‟an juga mengandung falsafah, kisah-kisah dan sumber ilmu pengetahuan, sebagai pelajaran, nasihat dan pencerdasan bagi umat manusia. Al-Qur‟an dengan susunan kata yang indah, kalimat yang baik dan terang serta gaya bahasa yang mengagumkan, memberikan inspirasi yang tidak pernah kering. Semakin didalami, mahasiswa akan semakin yakin akan kebenaran firman Allah swt.
83
Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu terus dilakukan upaya mendekatkan mahasiswa dengan al-Qur‟an sehingga mereka dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam. Salah satu upaya untuk mendalami arti, makna kandungan dan keindahan al-Qur‟an, sekaligus meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt. adalah penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur‟an. Kegiatan ini telah menjadi tradisi dan agenda yang diselenggarakan mulai dari tingkat Kecamatan hingga Nasional dan internasional serta antar Perguruan Tinggi. Pada tahun 2011 dan 2013, UMI Makassar berhasil meraih juara umum III MTQ Mahasiswa Nasional XII dan XIII. Target selanjutnya tahun 2015, pada MTQ Mahasiswa Nasional XIV, UMI Makassar diharapkan mampu merebut juara umum I. Dalam rancangan ini, mahasiswa akan diseleksi untuk mewakili fakultas masing-masing berkompetisi di tingkat universitas. Pemenang pada tingkat universitas akan mewakili UMI Makassar mengikuti MTQ baik di tingkat regional maupun di tingkat nasional. Indikator keberhasilan ditunjukkan oleh kemampuan mahasiswa menembus juara umum di tingkat nasional. b. Diklat Wawasan KeIslaman dan Wawasan Kebangsaan Mahasiswa. Diklat Wawasan KeIslaman dan Wawasan Kebangsaan Mahasiswa akan dilaksanakan dalam bentuk Outbound mahasiswa. Kegiatan ini bertujuan memupuk rasa kebersamaan antar sesama tokoh dan aktivis mahasiswa, pengurus Bem, Blm, dan Ukm se UMI Makassar terutama teamwork dan kepemimpinan leadership. Tema kegiatan yang akan diusungkan adalah “Kerjasama Tim dan Patriotisme dalam Semangat KeIslaman”. Kegiatan ini akan dipandu langsung oleh tim event organizer yang telah berpengalaman di bidangnya. Kegiatan akan dilaksanakan di wilayah yang akan ditetapkan kemudian dan dirangkaikan dengan kegiatan bakti sosial.
84
c. Pesantren Kilat Maba Kegiatan
Pesantren
Kilat
Maba
merupakan
agenda
tahunan
yang
diselenggarakan untuk mahasiswa baru agar mereka dapat memahami eksistensi dan jati diri UMI Makassar. Pemahaman tersebut akan memudahkan Maba mengenal UMI Makassar lebih dekat sebagai almamater pilihannya. Kegiatan ini secara rutin dilaksanakan di Pesantren Darul Mukhlisin Padanglampe Pangkep dan dibina langsung oleh para dosen yang diamanahkan khusus di pesantren tersebut. Kegiatan tersebut diharapkan mampu melahirkan mahasiswa UMI Makassar sebagai pelopor Makassar Damai dan Maba UMI Makassar diharapkan mampu membuktikan kepeloporan tersebut dengan menjaga suasana kampus yang kondusif. Kegiatan ini akan berlangsung selama dua hari di awal tahun akademik. 3. Pengembangan Minat/Bakat (Kreativitas) Bakat dan minat dipahami sebagai kebutuhan psikis mahasiswa yang perlu dipenuhi dan disalurkan. Untuk menyalurkan kebutuhan. tersebut, diperlukan pola pembinaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang positif dan menunjang prestasi akademik mahasiswa. Pengembangan bakat dan minat secara spesifik akan difokuskan pada tiga jenis kegiatan, yaitu : a. Kontes Robot Cerdas Indonesia (Kcri) dan Kontes Robot Indonesia (Kri) b. Pemilihan Mahasiswa Berprestasi c. Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) Mahasiswa 4. Pengembangan Kepemimpinan dan Kewirausahaan Kepemimpinan merupakan proses meng arahkan perilaku orang lain ke arah pencapaian suatu tujuan tertentu. Pengarahan dalam hal ini berarti menyebabkan orang lain bertindak dengan cara tertentu atau mengikuti arah tertentu. Wirausahawan
85
yang berhasil merupakan pemimpin yang berhasil memimpin para karyawannya dengan baik. Seorang pemimpin dikatakan berhasil jika percaya pada pertumbuhan yang berkesinambungan, efisiensi yang meningkat dan keberhasilan yang berkesinambungan dari perusahaan. Mahasiswa sebagai calon pemimpin dan wirausahawan masa depan diharapkan mampu menciptakan lapangan usaha dan tampil sebagai mengelola yang dapat diandalkan. Untuk itu, kegiatan juga perlu diarahkan dalam bentuk pelatihan keterampilan manajemen dan kewirausahawan. Selain itu, untuk meningkatkan rasa persaudaraan, inisiasi membentuk jaringan kerja, serta upaya promosi, mahasiswa juga akan diberi kesempatan menunjukkan prestasi yang telah dicapai dalam berkegiatan dan pengelolaan organisasi kampus melalui kegiatan open house Bem dan Ukm56. 5.
Pengembangan Lembaga Mahasiswa dan Pembinaan Mahasiswa Berprestasi. Pengembangan lembaga mahasiswa terutama pada pengembangan sarana dan
prasarana baik dalam bentuk sarana sekretariat, sarana olahraga dan pusat kegiatan mahasiswa lainnya dipandang menjadi salah satu hal yang mendesak untuk dilakukan, disamping pengembangan sarana dan fasilitas tersebut juga dibutuhkan pengembangan lembaga mahasiswa dalam hal restrukturisasi lembaga khususnya pada lembaga/unit kegiatan Mahasiswa. Hal ini dipandang penting dalam rangka melahirkan lulusan yang memiliki karakter pemimpin. Mahasiswa dengan berbagai latar belakang berpeluang menghadapi masalah dengan aktivitas kehidupan kampus yang mungkin saja bertolak belakang dengan kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan. Pergaulan sosial yang ikut memberi
56
37-38
Tim Penyusun Program Kerja, Program Kerja Universitas Muslim Indonesia (Makassar), h.
86
warna di lingkungan sosial juga sedikit banyaknya akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial mahasiswa. Tekanan akademik dengan berbagai bentuk pendisiplinan tidak jarang dimaknai dan diinterpretasi oleh mahasiswa dengan persepsi yang negatif. Hal ini berpotensi melahirkan masalah bagi mahasiswa, baik perorangan maupun kelompok. Dalam rana tersebut, mahasiswa tidak dapat sepenuhnya disalahkan karena berbagai faktor yang sengaja atau tidak sengaja menjadi penyebab dari
permasalahan
yang dihadapi
mahasiswa,
cara
mahasiswa
menyikapi
permasalahan yang membelit mereka tentu saja akan berbeda. Oleh karena itu, pihak perguruan tinggi perlu menghubungkan segala bentuk masalah yang sulit mahasiswa hingga mereka mampu melepaskan diri dari masalah dan mampu mengelola potensi dirinya untuk meraih prestasi dengan berbagai aktivitas yang dapat diuraikan sebagai berikut : a. Penataan dan Pembinaan Lembaga Mahasiswa Masa kepengurusan lembaga mahasiswa : Badan Legislatif Mahasiswa (BLM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Himpunan Mahasiswa Jurusan (Hmj) dan Studi Club (SC) yang berbeda antar fakultas dan Ukm adalah salah satu indikator lemahnya tatakelola lembaga mahasiswa. Keberadaan beberapa Ukm yang jenis kegiatannya memiliki kesamaan juga perlu dilakukan restukturisasi. Disamping hal tersebut, kurang tersedianya sarana dan prasana kegiatan mahasiswa termasuk Pusat Kegiatan Mahasiswa yang dilengkapi sarana olahraga serta fasilitas pendukung lainnya menjadi salah satu kendala dalam pengembangan dan pembinaan lembaga mahasiswa. b. Pembentukan dan Pembinaan Kader Anti-Narkoba
87
Kurangnya kepedulian mahasiswa dalam penanggulangan penyalahgnaan Narkoba
dirasakan
oleh
kampus.
Sejumlah
pendekatan
diperlukan
dalam
mengedukasi mahasiswa untuk menghindari penyalahgunaan Narkoba, Pemahaman, nasihat, pengarahan dan pendekatan secara personal dapat menyadarkan mahasiswa tentang
peran
penting
mereka
secara
bersama-sama
dengan
lembaga
penganggungjawab dalam penanggulangan Narkoba. Selain itu, untuk mencegah mahasiswa terlibat penyalahgunaan Narkoba, mahasiswa perlu mengenali beratnya sanksi akademik Dropout (DO) atau pemecatan bagi para pengguna yang berstatus mahasiswa. Dari pihak BNP memberikan penjelasan mengenai peran mahasiswa dalam pemberantasan Narkoba. Sistem P4GN yang telah dibentuk lebih dari satu dekade akan dimanfaatkan oleh UMI Makassar dalam program edukasi mahasiswa tentang pencegahan Narkoba sesuai dengan Undang-Undang No. 53/13/10/2002. Dalam proses pencegahan tersebut, seluruh mahasiswa dan civitas akademika UMI Makassar harus melalui tes urine untuk memastikan ada tidaknya civitas yang terlibat dalam praktek penyalahgunaan Narkoba. c. Pembentukan dan Pembinaan Kader Mahasiswa Pencipta Mesjid. Dari berbagai wawancara informal ditemukan fakta bahwa mahasiswa masih banyak yang enggan menunaikan shalat 5 waktu dengan alasan mereka belum banyak menghafal ayat-ayat al-Qur‟an. Sebagai pilar agama Islam, mahasiswa wajib menunaikan shalat dalam kondisi apapun. Meskipun demikian, apabila mahasiswa tidak dididik dan dibiasakan menunaikan shalat, maka tanggungjawab kampus sebagai lembaga edukasi keIslaman dipandang gagal dalam menjalankan misi meningkatkan keimanan dan ketaqwaan mahasiswa. Oleh karena itu, dipandang perlu membentuk dan membina mahasiswa sebagai kader pencinta masjid yang selanjutnya
88
dijadikan contoh dalam implementasi aktivitas keIslaman mahasiswa. Penjabarannya dapat dilakukan dalam bentuk kelompok-kelompok hafizul Qur‟an, pemahaman tafsir dan hadis, serta bidang-bidang lainnya yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi tatanan keimanan dan ketaqwaan mahasiswa. d. Pembentukan Lembaga Bimbingan dan Konseling Pembentukan lembaga khusus bimbingan dan konseling bagi mahasiswa ditargetkan terutama dalam menangani dan menyelesaikan kasus-kasus yang berkenaan dengan masalah ekonomis (Keterlambatan pembayaran biaya kuliah), kepribadian (kurang percaya diri), kesenjangan sosial, dan kedisiplinan yang dihadapi oleh mahasiswa. Potensi masalah yang dipandang berpengaruh terhadap kelanjutan dan penyelesaian studi mahasiswa diidentifikasi dan dikategorisasi untuk selanjutnya dikaji dan dikelola secara sistematis oleh lembaga tersebut. Target akhir yang diharapkan adalah berkembangnya kemampuan mahasiswa menentukan sendiri strategi yang dipilih dan bertanggungjawab dalam menyelesaikan masalahnya. Dengan kata lain, mahasiswa dalam lembaga ini didorong dan diarahkan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan cara-cara yang terstruktur. Termasuk di dalamnya mengarahkan mahasiswa menemukan bakat untuk selanjutnya diakomodasi pada lembaga yang mengurusi pengembangan bakat mahasiswa. e. Pengelolaan Sistem Pembelajaran Tutorial untuk Low Achievers Mahasiswa yang memiliki masalah terkait dengan potensi akademiknya yang rendah (bukan IQ rendah), umumnya ditunjukkan dengan perolehan IPK yang tidak mencapai target minimal. Kriteria utama Low Achievers ketika terjadi kesenjangan antara prestasi dengan potensi intelektualnya (IQ). Prestasi belajar yang diperoleh secara nyata berada di bawah standar minimal dari yang seharusnya dicapai dengan
89
tingkat IQ tertentu. Selain itu Low Achievers menunjukkan masalah konsentrasi dalam belajar, menghindari tugas-tugas perkuliahan, disiplin rendah, dan kurang berminat dengan kegiatan akademik. Untuk itu, diperlukan model pengelolaan sistem pembelajaran tutorial yang khusus menangani mahasiswa-mahasiswa yang prestasi akademiknya rendah dan berpotensi masalah sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Model pengelolaan sistem pembelajaran tutorial sudah banyak digunakan di kampus, utamanya di negara maju. Dalam tahap ini adalah tahap aturan, Islamisasi bidang pengabdian dan dakwah, yaitu pengabdian yang dapat mengembangkan potensi masyarakat yang Islam yang mampu mensinergikan kurikulum yang berbasis kelimuan dan keimanan, untuk memaparkan kurikulum ini UMI Makassar, selalu berupaya mensinergikan, potensi intelektual, emosional dan potensi spiritual, untuk mewujudkan sikap perilaku yang baik dan benar yang Islami. Namun
kurikulum
berbasis
keimanan
dalam
pembentukan
karakter
mahasiswa, UMI Makassar belum maksimal yang dapat menggiring mahasiswa memiliki iman yang kuat dan kalbu yang cerah. Ini sesuai dengan pernyataan Rektor UMI Makassar Prof. Dr. Hj. Masrurah Mukhtar, MA. Yang menyatakan pentingnya mengembangkan UMI Makassar sebagai lembaga pendidikan dan dakwah secara seimbang. Dikatakannya, selama ini telah berkembang bidang pendidikan dengan pesat, namun bidang dakwah belum setara, karena itu perlu dilakukan pembinaan di bidang dakwah lebih ditingkatkan lagi, karena telah dibentuk wakil Rektor IV, LPDKI dan wakil Dekan IV pada setiap Fakultas di lingkungan UMI Makassar, ini terus di evaluasi untuk mewujudkan dan mengembangkan kampus Islami, sebagai kampus yang outputnya selalu bersinergi di dalam dirinya kecerdasan intelektual,
90
emosional dan spiritual. Dalam tahap ini, melibatkan prinsip-prinsip perilaku yakni seluruh aktivitas didasarkan pada nilai-nilai iman, ibadah, ilmu, keterampilan dan moral, sehingga semua aspek kehidupan yang ditunjukkan civitas akademika UMI Makassar diorientasikan untuk meningkatkan kualitas ibadah dan ketaatan dan ketakwaan kepada Allah swt. Kampus Islami selalu diupayakan melalui pemikiran, baik formal maupun informal untuk membentuk sikap dan perilaku mahasiswa UMI Makassar, kampus Islami ini, yang selalu diupayakan oleh seluruh civitas akademika UMI Makassar, agar kampus Islami ini, tumbuh dan berkembang seperti akhir zaman, itulah cita-cita UMI Makassar. Untuk itu telah dilaksanakan beberapa program, antara lain : pesantren kilat, pencerahan kalbu, pengajaran mata kuliah agama. Semester I (pertama) aqidah, semester 2 (dua) syariah, semester 3 (tiga) akhlak, semester 4 (empat) pendidikan agama, semester 5 (lima) ilmu dakwah, semester 6 (enam) Islam Disiplin Ilmu (IDI), disetiap fakultas dan sebagainya. Selain itu, dicanangkan program haji dan umrah bagi dosen, karyawan dan mahasiswa yang berprestasi, dicanangkan pula program one day one juz, dan khusus kepada dosen dan karyawan UMI Makassar wajib mengahafal al-Qur‟an juz amma (juz ke 30). Rektor UMI Makassar juga menekankan pentingnya membaca al-Qur‟an, karena setiap 1 ayat sama dengan hasanah (kebaikan). Untuk operasional program hafalan al-Qur‟an one day one juz, jika ada dosen dan karyawan, mahasiswa diberikan reward/penghargaan oleh Rektor UMI Makassar. Semua program tersebut, tampaknya masih dalam bentuk pencerdasan akal dan belum maksimal membentuk mahasiswa berkarakter dan berakhlakul karimah. Dengan upaya ini mahasiswa masih membutuhkan pembinaan keimanan dan
91
pengembangan perilaku untuk memahami ajaran Islam dengan baik. Dari program pembinaan kampus Islami tersebut, untuk membentuk mahasiswa berperilaku dan berakhlakul karimah, mandiri, beramal ilmiah dan berilmu amaliyah, berbudi pekerti luhur dan bertaqwa kepada Allah swt. UMI Makassar berupaya terus, untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pemahaman (tasawwur
Islam)
dalam
membentuk
manusia
yang
cerdas
spiritualnya,
intelektualnya, emosionalnya dalam kerangka al-Qur‟an dan hadis. UMI Makassar juga berupaya membina karakter dan akhlakul kharimah mahasiswa, karyawan dan dosen secara khusus dan masyarakat secara umum. Rektor UMI Makassar juga membuat Surat Keputusan tentang petunjuk Tekhnis Pelaksanaan hafalan Qur‟an juz 30, shalat jamaah, zikir bulanan di kampus setiap awal bulan Muhasabah Nomor 3319 Tahun 2016 tanggal 04 April 201657. 6. Program Dakwah dan Kesejahteraan Sosial UMI Makassar telah mencanangkan diri sebagai lembaga pendidikan dan dakwah. Untuk memperkuat upaya pengembangan dakwah, maka pimpinan UMI Makassar telah menempuh berbagai langkah strategis, antara lain dengan membentuk Bidang Dakwah dan Kampus Islami, terdiri dari Wakil Rektor IV, Wakil Dekan IV di fakultas masing-masing dan Lembaga Pengembangan Dakwah dan Kampus Islami. Bidang Dakwah dan Kampus Islami ini berkoordinasi dan bersinergi untuk melakukan pembinaan di kalangan mahasiswa, dosen dan karyawan UMI Makassar terhadap alumnus Pesantren Mahasiswa UMI Makassar “Darul Mukhlisin” Padang lampe. Hal ini dimaksudkan agar hasil Pencerahan Kalbu selama berada di pesantren
57
44-45
Tim Penyusun Program Kerja, Program Kerja Universitas Muslim Indonesia (Makassar) h.
92
tetap utuh dan tidak larut dalam pergaulan di kampus yang penuh dinamika dan perubahan yang cepat. Bahkan diharapkan, dalam jangka panjang alumnus Pesantren Darul Mukhlisin inilah yang akan mempengaruhi dan mewarnai kehidupan mahasiswa, dosen dan karyawan di kampus UMI Makassar, sehingga pada akhirnya terwujudlah cita-cita Kampus Islami dalam arti yang sebenar-benarnya dalam kehidupan segenap civitas akademika UMI Makassar. Untuk maksud tersebut, Bidang Dakwah dan Kampus Islami dituntut mampu mengembangkan berbagai program dakwah dan merumuskan strategi yang dapat memberikan arah dalam mengatasi berbagai tantangan menuju peningkatan kapasitas lembaga dakwah UMI Makassar yang sehat, efisien dan afektif. Berikut dikemukakan nama kegiatan dan outline dasar pemikiran setiap program, sebagai berikut : a. Pendistribusian Mubalig/Mubalighat UMI Makassar UMI Makassar memiliki sumber daya manusia yang potensial dalam berdakwah di tengah umat, terbukti dengan sejumlah dosen dan karyawan UMI Makassar yang terdistribusi menjadi khatib Jum‟at di berbagai masjid dan menjadi nara sumber dakwah di radio dan televisi. Namun sumber daya mubalig/mubalighat UMI Makassar tersebut didistribusikan oleh Lembaga Dakwah di luar UMI Makassar, seperti IMMIM, NU, dll. Untuk itu, maka saatnya Bidang Dakwah dan Kampus Islami UMI Makassar perlu mengiventarisir sejumlah pimpinan, dosen dan karyawan UMI Makassar yang potensial untuk berdakwah dan didistribusikan secara optimal di berbagai tempat, baik di masjid, maupun di radio dan televisi. b. Peringatan Hari Besar Islam Setiap tahun Keluarga Besar UMI Makassar rutin memperingati Hari Besar Islam dengan aneka kegiatan, baik berupa seremoni, diskusi, kajian, seminar maupun
93
dalam bentuk dakwah bilhal dengan melibatkan stakeholder UMI Makassar. Menyemarakkan peringatan hari besar Islam merupakan dakwah dan syiar Islam yang perlu dilestarikan dan bisa dijadian sebagai ajang untuk promosi UMI Makassar sekaligus meneguhkan UMI Makassar sebagai lembaga pendidikan dan dakwah. c. Pemberdayaan Tim Zikir dan Baca Berzanji UMI Makassar memiliki Program Unggulan Pencerahan Kalbu yang didalamnya digalakkan wirid dan zikir dengan bacaan dan lagu yang khas. Sejumlah dosen dan karyawan UMI Makassar yang menguasai wirid dan zikir tersebut sering diundang untuk melayani masyarakat memimpin zikir dan membaca Kitab Berzanji. Untuk itu tim zikir dan tim baca berzanji tersebut perlu diorganizir dan didistribusikan ke lokasi tertentu berdasarkan permintaan masyarakat. d. Penerbitan Buku dan Buletin Dakwah bukan hanya billisan dalam bentuk ceramah, tetapi dakwah bilQalam dalam bentuk tulisan juga memiliki peranan penting dala sejarah perkembangan dakwah di kalangan umat. Salah satu bentuk dakwah bilqalam adalah penerbitan buku dan buletin. Untuk itu perlu diterbitkan buku Fadhilah Amal yang sangat berguna bagi civitas akademika UMI Makassar. Demikian pula penerbitan buku al-Qur‟an dan Hadis tematik berdasarkan disiplin ilmu masing-masing fakultas. e. Pembudayaan Busana Muslimah di kalangan Civitas Akademika UMI Makassar Busana Muslimah sebagai ciri khas kaum wanita muslimah telah diwajibkan bagi seluruh civitas akademika UMI Makassar. Namun dalam pelaksanaannya, masih ditemukan busana muslimah mahasiswi, dosen dan karyawan UMI Makassar yang busananya sangat ketat dan memperlihatkan lekuk-lekuk tubuhnya (jilbobs). Hal ini terjadi karena belum ada standar model busana muslimah yang baku sebagai aturan
94
yang di SK kan oleh Rektor UMI Makassar. Pentingnya model busana muslimah yang baku untuk disosialisasikan dan dibudayakan di kalangan civitas akademika UMI Makassar. f. Pengadaaan Kendaraan Operasional Bidang Dakwah dan Kampus Islami Kendaraan Operasional sangat dibutuhkan oleh Bidang Dakwah dan Kampus Islami untuk operasional kegiatan dakwah dan kampus Islami, khususnya digunakan dalam rangka mengantar dan menjemput mahasiswa UMI Makassar sebagai peserta yang ikut pencerahan kalbu di Padang lampe serta berbagai kegiatan dakwah lainnya di luar kampus UMI Makassar. g.
Diseminasi Program Unggulan UMI Makassar Program unggulan UMI Makassar dalam bentuk Pencerahan Kalbu telah
banyak memberi manfaat di kalangan masyarakat luas, termasuk siswa-siswi SLTA yang akan melaksanakan ujian akhir nasional sering mengundang tim zikir UMI Makassar untuk hadir di sekolah mereka bersama-sama mendekatkan diri kepada Allah swt. melalui shalat, zikir dan doa. Selain membudayakan zikir dan wirid, kegiatan ini juga memberi pengaruh positif dalam mempromosikan eksistensi UMI Makassar di tengah masyarakat, khususya dapat menarik siswa-siswi SLTA mendaftarkan diri menjadi mahasiswa UMI Makassar. h.
Dakwah “Bedah Kampung” Eksistensi UMI Makassar sebagai lembaga pendidkan dan dakwah harus pula
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar kampus, khususnya masyarakat di sekitar Pampang. Bidang Dakwah dan Kampus Islami UMI Makassar dapat bersinerji dengan pimpinan Fakultas dan Lembaga Pengabdian Masyarakat dan Dakwah (LPMD) untuk membedah perkampungan kumuh menjadi lokasi yang lebih sehat
95
dengan memberikan pendampingan dan pembinaan kepada umat di sekitar kampus 2 UMI Makassar58. 7.
Program Kampus Islami Tujuan dibentuknya Bidang Dakwah dan Kampus Islami, antara lain untuk
melanjutkan program Pencerahan Kalbu Padang lampe dalam upaya membentuk mahasiswa UMI Makassar yang berkarakter, berakhlakul qarimah, mandiri, beramal ilmiah dan berilmu amaliyah, berbudi luhur dan bertaqwa kepada Allah swt. Selain itu, untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pemahaman (tasawwur Islam) dalam membentuk manusia yang cerdas spiritualnya dalam kerangka Al-Qur‟an dan Hadis. Untuk itu Bidang Dakwah dan Kampus Islami sebagai Centre Of Excellent dalam pembinaan karakter dan akhlakul karimah di dalam lingkup Universitas Muslim Indonesia diharapkan dapat mengemban misi antara lain; Melanjutkan Program Pencerahan Kalbu di dalam kampus UMI Makassar; Menjadikan mahasiswa UMI Makassar cinta kepada masjid dan ajaran-ajaran agama Islam; Membina mahasiswa UMI Makassar sebagai generasi pendukung yang teguh dalam dakwah dan penegakan cita-cita kampus Islami, kampus perjuangan dan kampus pengabdian; Membina karakter dan akhlakul karimah mahasiswa, karyawan dan dosen UMI Makassar menuju civitas akademika yang memiliki spiritual quentient (kecerdasan spiritual) dan Qur’anic quotient (kecerdasan Qur‟ani). Untuk mewujudkan hal tersebut, maka disusun program kegiatan kampus Islami, sebagai berikut : a.
Program Memakmurkan Masjid Masjid sebagai pusat ibadah spiritual dan amal shaleh memegang peranan
penting sebagai sarana untuk membina iman dan karakter civitas akademika UMI 58
57
Tim Penyusun Program Kerja, Program Kerja Universitas Muslim Indonesia (Makassar), h.
96
Makassar. Masjid adalah tempat beribadah kepada Allah swt. dan sebagai pusat kebudayaan Islam. Dengan demikian, masjid harus bebas dari aktivitas syirik. Memakmurkan masjid dapat dilakukan dengan berbagai aktifitas ibadah dan amal shaleh. Disamping itu, kegiatan-kegiatan sosial dan syiar Islam yang dijiwai dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam dapat diselenggarakan di dalamnya. Berbagai kegiatan untuk memakmurkan masjid kampus UMI Makassar, antara lain : 1) Spiritual Day Kegiatan ini dilaksanakan sebagai ajang silaturrahim antara pimpinan, dosen, karyawan dan mahasiswa UMI Makassar yang dilaksanakan sekali dalam sebulan, khususnya pada hari Jum‟at kedua bulan berjalan, mulai pukul 6.30 sampai dengan 8.30 WITA. Kegiatan spiritual day diawali dengan shalat tahiyyatul masjid, shalat dhuha berjamaah, tadarrus al-Qur‟an Surah-surah pendek, sekaligus memperbaiki bacaan al-Qur‟an (tahsiynul Qiraah) dan menyetor hafalan surah-surah pendek. Kemudian diakhiri dengan ceramah oleh Ketua Yayasan dan Rektor UMI Makassar. Semua civitas akademika UMI Makassar diwajibkan hadir dengan pakaian Islam berwarna putih. 2) Lailatul Muhasabah Lailatul Muhasabah Terjemahnya malam renungan. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka merenungkan dosa dan kesalahan yang pernah diperbuat, dilaksanakan antara waktu shalat magrib dan isya dengan melibatkan mahasiswa, karyawan, dosen dan pimpinan UMI Makassar. Kegiatan ini dilakukan menjelang ujian akhir semester secara bergiliran tiap fakultas. 3) Zikir Akbar Bulanan
97
Zikir Akbar Bulanan dilaksanakan setiap awal bulan berjalan untuk menyatakan rasa syukur atas berbagai nikmat yang diberikan Allah swt. kepada keluarga besar UMI Makassar, sekaligus sebagai ajang menanamkan keimanan dan ketaqwaan civitas akademika UMI Makassar. 4) Gerakan shalat Jamaah Shalat jamaah merupakan salah satu kunci untuk membangun kekuatan jamaah. Dalam sejarah Islam dapat berkembang dan eksis sampai sekarang karena umatnya senantiasa membangun jamaah melalui kekuatan shalat jamaah di masjid. Civitas akademika UMI Makassar perlu digerakkan secara simultan dan kontinyu untuk bisa hadir dan aktif selalu shalat berjamaah di masjid, khususnya waktu shalat dzuhur dan azhar. 5) Program Penghayatan Al-Qur‟an dan Hadis Al-Qur‟an dan Hadis menjadi sumber ajaran pokok umat Islam. Untuk membangun umat yang kuat iman dan bagus akhlaknya, maka pengetahuan dan pemahaman al-Qur‟an dan Hadis mutlak diperlukan. Untuk itu, bidang dakwah dan kampus Islami mencanangkan berbagai program dalam menghayati isi kandungan al-Qur‟an dan Hadis Rasulullah melalui program; one day one juz bagi pimpinan, dosen dan karyawan UMI Makassar, Tahsinul Qira‟ah bagi pimpinan, dosen, karyawan dan mahasiswa UMI Makassar; Gerakan hafal al-Qur‟an juz 30 bagi mahasiswa UMI Makassar; Kajian alQur‟an dan Hadis Intensif; dan membudayakan doa sebelum dan sesudah perkuliahan 6) Program Pelatihan dan Lokakarya Mewujudkan program dakwah dan kampus Islami memerlukan
98
kegiatan yang simultan dan berkesinambungan, baik melalui kegiatan pendidikan formal maupun non formal, seperti pelatihan dan lokakarya. Berikut dicanangkan beragam pelatihan dalam rangka mendukung suksesnya program dakwah dan kampus Islami UMI Makassar, antara lain; Pelatihan Khatib bagi pimpinan, dosen dan karyawan UMI Makassar; Pelatihan Pendidikan karakter bagi : Pengurus Badan Ekesekutif Mahasiswa, Badan Legislator Mahasiswa, Unit Kegiatan Mahasiswa, Karyawan dan Dosen UMI Makassar; Pelatihan Pendidikan Karakter bagi Siswa-Siswi SLTA Se Sulsel; Pelatihan Kader Dai Muda Profesional; Pelatihan Fasih Berbahasa Asing; Pelatihan Pencerahan Kalbu Tingkat Intermediate; dan Lokakarya Desain Pembelajaran MKCK (Mata Kuliah Ciri Khusus) 59. D. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual yang akan di gunakan dalam menginterpretasi, analisis dalam penelitian yang terkandung dalam perilaku dan kampus Islami, dalam pendekatan evaluasi pada program kampus Islami UMI Makassar, yang selama ini belum pernah di teliti secara ilmiah. Hal ini penting penulis mendeskripsikan dalam skema sebagai berikut:
59
60
Tim Penyusun Program Kerja, Program Kerja Universitas Muslim Indonesia (Makassar), h.
99
UMI Makassar
Pembinaan Perilaku Mahasiswa Periode 2001 -2015
Program :
Lembaga:
1. Pesantren Kilat 2. Pencerahan Qalbu 3. Pasca Pencerahan Qalbu
1. LDPKI 2. WD4 3. Padanglampe
Kampus Islami
Aqidah Syariah Akhlak
Sikap Islami Mahasiswa UMI Makassar
100
BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian dibutuhkan metode, agar menjadi efektif untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan secara valid, sehingga hasil penelitian menjadi bermutu dan objektif. Metode penelitian ini, terdiri dari Jenis dan lokasi penelitian, metode pendekatan, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. A. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif untuk meneliti UMI Makassar, dalam pembinaan perilaku Mahasiswa sebagai perguruan tinggi Islam, yang memiliki program kampus Islami. Sumber data penelitian adalah para pembina, dosen, karyawan, Mahasiswa maupun yang terlibat di dalamnya. Dalam penelitian kualitatif istilah metodologi penelitian kualitatif bagaimana seseorang melakukan penelitian untuk memahami fenomena sosial yang kompleks. Seorang peneliti kualitatif tidak memandang fakta sebagai sesuatu yang berhubungan erat antara satu dengan lainnya. Peneliti bukan sekedar mengumpulkan fakta akan tetapi harus melakukan penetrasi untuk menemukan makna-makna kejadian dan membangun hubungan-hubungan diantara fakta-fakta. Kondisi seperti itu hanya dapat dilakukan apabila peneliti mampu melihat manusia sebagai makhluk yang unik, yang memiliki dimensi kehidupan yang utuh sebagai makhluk sosial baik di bidang ekonomi, hukum, politik dan lain sebagainya.
100
101
Tujuan penelitian kualitatif adalah : (1) untuk memahami pembinaan perilaku mahasiswa, baik secara individu, kelompok maupun lingkungan kampus UMI Makassar, (2) berusaha mengungkap perilaku Islami, persepsi dan pengalaman manusia. Dasar penelitian ini terletak pada pendekatan interpertatif terhadap realitas sosial, (3) dan hasil penelitian kualitatif bertujuan lebih menekankan makna daripada generalisasi1. Kata Kualitatif menekankan pada aspek kualitas, dengan demikian, metode kualitatif sangat relevan dalam studi humaniora, penelitian pustaka dalam hubungannya dengan humaniora, dapat dibedakan : (1) penelitian pustaka yang memerlukan olahan uji kebermaknaan empiris di lapangan, dan (2) penelitian pustaka yang lebih menekankan kebermaknaan secara filosofis dan teoritis. Penelitian keagamaan yang bersifat empiris sangat erat terkait dengan nilai-nilai keagamaan yang merupakan hasil dari budaya yang ada pada kelompok masyarakat di lingkungannya, setiap individu, kelompok masyarakat memiliki pandangan hidup dan bagi kelompok masyarakat religius, agama merupakan pandangan hidup bagi masyarakat di lingkungan kampus UMI Makassar2. Untuk menemukan hasil penelitian kualitatif, yang dapat dijadikan kerangka acuan dalam penelitian ini, sebenarnya merupakan pekerjaan yang tidak mudah bagi peneliti, karena penelitian pada umumnya diadakan di luar dan di kampus UMI Makassar. Ada dua hal yang menjadi kesulitan dalam menggunakan teori tersebut sebagai kerangka acuan, pertama penggunaan metode pendekatan yang mengakibatkan pendekatan pola pikir, sikap dan 1
Abd Kadir Ahmad, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi pertama, (Makassar : ev Indobus Media Centre, 2003), h.3. 2
Sugiyono,Cara Mudah Menyusun : Skripsi, Tesis dan Disertasi, h. 249.
102
perilaku mahasiswa yang di wawancarai serta pengisian instrumen yang diisi oleh dosen dan mahasiswa, bagaimana memahami nilai-nilai Islam yang diterapkan di UMI Makassar. Kedua, penelitian-penelitian keagamaan yang berkaitan dengan perilaku Islami Mahasiswa di UMI Makassar, pada umumnya diterapkan terhadap subyek yang berperilaku Islami. Baik yang berperilaku Islami maupun yang belum, sekalipun berasal dari rumpun yang sama yaitu UMI Makassar, masih terdapat perbedaan baik dari sikap dan perilaku, walaupun sudah ada aturan yang Islami, baik di bidang akademik, kemahasiswaan bidang umum/keuangan dan kebersihan lingkungan kampus seperti sholat berjamaah, zikir, doa didalam kelas, kedisiplinan waktu, dan berbusana muslimah. Konsep Islami yang dijadikan acuan bersumber dari ajaran Islam yaitu aqidah, syariah, akhlak yang dijadikan sebagai pola pembentukan perilaku (akhlak mulia). Oleh karena diperlukan telaah yang kritis dalam penggunaannya menjadi landasan teoritis dalam penelitian ini. Teori ini sangat relevan untuk mendeskripsikan penerapan perilaku melalui program kampus Islami yang dicanangkan UMI Makassar sampai sekarang dan ini akan dievaluasi secara bertahap, yakni menekankan pada penerapan sikap dan perilaku serta mendiskripsikan makna-makna atau nilai-nilai tersebut dengan melalui tiga hal yaitu proses penerapan, konteks dan hasil dan selanjutnya. Hasil penelitian ini dilakukan pertimbangan dan membandingkan dengan kondisi yang diharapkan UMI Makassar, untuk membentuk mahasiswa berperilaku Islami yaitu bahwa sebuah lembaga perguruan tinggi bukan hanya dituntut mengembangkan aspek kognitif mahasiswa, (1) harus berusaha
103
mencapai taraf afektif dan behavioral (perilaku), (2) harus berusaha bersinergi di dalam dirinya antara kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Dari tahap ini, pembinaan program kampus Islami yang dicanangkan UMI Makassar, yaitu berdasar proses konteks dan hasil yang ingin dicapai oleh UMI Makassar yaitu Kampus Islami dengan visi dan misi serta tujuan. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UMI Makassar, dengan mengambil sampel fakultas ekonomi, hukum, ilmu komputer, farmasi, dengan pertimbangan awal dibukanya fakultas ekonomi tahun 1964 kemudian disusul fakultas hukum dan ilmu komputer, walaupun lebih awal dibuka fakultas ekonomi dengan dasar pertimbangan ketiga fakultas ini mayoritas peminatnya hambir berimbang mahasiswa laki-laki dan wanita, bahkan fakultas hukum lebih dominan laki-laki. Fakultas Farmasi mayoritas peminatnya wanita, tenaga pengajarnya ketiga fakultas hukum, ilmu komputer, ekonomi hampir juga berimbang, dosen laki-laki dan perempuan sedangkan fakultas farmasi lebih banyak dosen wanita daripada dosen laki-laki. Pada fakultas agama, (1) Konsep penerapannya jelas, seperti berbusana muslimah, (2) Materi pembelajaran di fakultas agama dominan materi agama. UMI Makassar tetap melaksanakan berbagai bentuk pembinaan program kampus Islami dengan berbagai bentuk kegiatan pendekatan pembinaan perilaku Islami kepada seluruh mahasiswa dan civitas akademika UMI Makassar, dipusatkan di Pesantren Darul Mukhlisin Padanglampe selama 1 bulan (pencerahan kalbu). Ini dilakukan setelah pesantren kilat selama 3 (tiga) hari bagi mahasiswa baru dan pra KKN selama 1 minggu. Untuk dicerahkan kalbunya,
104
untuk mempersiapkan generasi selalu bersinergi dalam dirinya kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Materi kegiatannya terdiri dari : 1. Strategi UMI dalam mempersiapkan SDM berkarakter menuju World Class University. 2. Sosialisasi peraturan akademik dan Sistem Informasi Manajemen Program Terpadu (SIMPADU). 3. Sistem dan mekanisme pengelolaan keuangan dan SDM. 4. Peran mahasiswa dalam memahami wawasan kebangsaan berbasis karakter dan integritas. 5. Pengembangan dan kerjasama potensi mahasiswa berbasis karakter dan integritas. 6. Pembinaan dan pengembangan mahasiswa berbasis karakter dan integritas. 7. Strategi pembinaan dakwah dan tata krama pergaulan dalam kehidupan kampus berbasis karakter dan integritas. 8. Strategi pembinaan Iman dan Taqwa. 9. Strategi pembinaan dan pengembangan tingkat fakultas3. Materi ini diharapkan memberi gambaran kepada mahasiswa tentang upaya upaya UMI untuk menghasilkan sumber daya manusia yang siap pakai sehingga mampu bersaing di era globalisasi. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang profesional, terampil, bermoral dan berperilaku Islami sehingga
3
Panduan Pesantren Kilat Mahasiswa Baru Universitas Muslim Indonesia, (Makassar : UMITOHA, 2013), h. 6.
105
mampu menghadapi berbagai tantangan dan godaan dalam kehidupan didunia, sekaligus mempersiapkan bekal untuk kehidupan diakhirat. Materi ini juga diharapkan memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang keberadaan UMI sebagai lembaga pendidikan dan dakwah agar mahasiswa dapat menjadi keluarga UMI yang mengetahui keberadaan, bukan saja dituntut untuk menuntut ilmu tetapi juga dapat melaksanakan dan mengaktualisasikan syiar islam di tengah-tengah masyarakat. B. Pendekatan Penelitian 1. Pendekatan Evaluasi Mengadaptasi model evaluasi yang dikembangkan oleh stake didasarkan atas pertimbangan bahwa model ini dianggap cocok untuk mengevaluasi program, yakni proses pembinaan perilaku. Proses pembinaan perilaku mahasiswa melalui program kampus Islami. Model stake ini menekankan dua langkah pekerjaan evaluasi yaitu deskripsi (mendeskripsikan tiga hal pokok yaitu konteks, proses dan hasil), kemudian berdasarkan hasil deskripsi evaluator melakukan pertimbangan, membandingkannya dengan kondisi yang diharapkan. Selanjutnya dengan tahap konseptualisasi program pembinaan perilaku berdasarkan ketiga yang dideskripsikan4 2. Pendekatan responsif Pendekatan responsif yang dikembangkan oleh Stake, yaitu penelitian responsif (the responsive approach). Dalam penelitian ini, bagaiman menciptakan kenyamanan, kedamaian dan keamanan lingkungan, disamping dapat diterapkan 4
Wirawan, Evaluasi : Teori Model, Standar, Aplikasi dan Profesi (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 90
106
dilingkungan perguruan tinggi yang syarat dengan idialisme dan kemampuan kognitif yang memadai, akan tetapi tidak syarat dalam mensinergikan kognitif psikomotorik dan afektif untuk merespon kegiatan pembinaan program kampus Islami, yang perlu ditumbuhkan dan dikembangkan. Oleh karena itu, pendekatan responsif yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, disamping itu juga mengevaluasi dengan mencari pengertian dari berbagai sudut pandang dari semua orang yang terlibat atau yang terkait dan yang berkepentingan. Pendekatan responsif dapat juga diterapkan dalam situasi dimana terdapat banyak perbedaan sikap dan perilaku dari kelompok yang berbeda-beda karena mereka dapat mengatur dengan cara yang tepat5. Deskripsi penelitian ini, menyangkut dua hal yang menunjukkan posisi seseuatu dengan sasaran yang ingin dicapai oleh UMI Makassar, yaitu visi dan misi yang ingi dicapai pembinaan program kampus Islami, atau apa yang sesungguhnya realitas pembinaan program kampus Islami itu. Kemudian selanjutnya kajian penelitian ini mengacu pada standar agama (aqidah, syariah, akhlak) atau kondisi yang diharapkan dari pembinaan program kampus Islami yang sesuai dengan tujuan UMI Makassar (sebagaimana yang dijelaskan dalam kerangka pikir dan sasaran penelitian ini). C. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subyek (orang) secara
5
Wirawan, Evaluasi : Teori model, standar, aplikasi dan profesi , h. 91.
107
individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik) kejadian atau kegiatan. Dalam penelitian ini data primer akan diperoleh dari kegiatan observasi dan wawancara. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumnetasi) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Dalam penelitian ini, data sekunder akan diperoleh dari dokumentasi secara tertulis, rekaman atau gambar/foto, yang berhubungan dengan peristiwa atau aktivitas pembinaan perilaku dalam program kampus Islami yang dilaksanakan dan dijalankan berbagai pihak di UMI Makassar dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber data dalam penelitian. D. Metode Pengumpulan Data Data penelitian ini menggunakan data pustaka data lapangan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. 1. Observasi; Teknik observasi digunakan dalam penelitian kualitatif menurut Kadir Ahmad yaitu kata kunci dari realitas adalah pengalaman. Pengalaman itu sendiri terkait dengan indera manusia. Dalam konteks penelitian sosial, observasi pada umumnya diartikan sebagai pengumpulan informasi dengan menggunakan indera terhadap realitas atau pengalaman manusia 6. Selanjutnya ada tiga tipe pengamatan peran serta penuh, peneliti menjadi bagian tak terpisahkan dari kelompok yang ditelitinya guna mendapatkan informasi
6
Abd. Kadir Ahmad, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 115.
108
tersembunyi7. Posisi nonpartisipan. Ketiga tipe gabungan antara partisipan penuh dan pengamatan penuh8. Observasi adalah suatu aktifitas dalam mengenal tingkah laku individu dan biasanya diakhiri dengan mencatat hal-hal yang penting dan merupakan studi yang dilakukan dengan sengaja dan secara sistimatis melalui proses pengamatan atau gejala-gejala spontan yang terjadi pada saat9. Sehingga penelitian ini secara langsung dapat melihat penerapan proses pembinaan perilaku dalam program kampus Islami, sekaligus menerapkan konsep pembinaan program kampus Islami oleh para civitas akademika UMI Makassar, yang telah dicanangkan oleh para pembina, demi terwujudnya nilainilai kampus Islami, yang mewarnai dan memperindah sikap perilaku Islami (akhlak mulia) pada tahap ini dapat ditemukan pemahaman yang mendalam tentang makna kampus Islami. 2.
Wawancara; Metode wawancara mencakup cara yang digunakan bila seseorang, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari responden, dengan bercakap-cakap langsung dengan orang yang di wawancarai. Kebanyakan dalam penelitian kualitatif bersifat openended dan mendalam, dilakukan secara tidak formal guna menggali pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penelitian lebih jauh10. 7
Poerwandari K. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi (Depok : LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007) h.3. 8
Abd Kadir Ahmad, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif, h.108.
9
Imam Supriyono, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Cet. II, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 164. 10
Abd Kadir Ahmad, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif, h.54
109
Dalam kajian penelitian ini, wawancara akan dilakukan teruatama kepada orang yang mengetahui tentang program pembinaan kampus Islami, bukan sekedar memberikan tanggapan apa yang diminta oleh peneliti, akan tetapi ia lebih bisa searah dalam menyajikan informasi yang ia miliki. Nara sumber terdiri dari Ketua Pembina Yayasan Wakaf , Rektor, Wakil Rektor IV (empat), Dekan, Wakil Dekan IV (empat), Dosen, karyawan, mahasiswa, pengamat kampus Islami (orang tua mahasiswa), dan nara sumber yang hanya sekedar penerima informasi secara tidak langsung. 3.
Dokumentasi; Dokumen dimkasudkan salah satu teknik pengumpulan data seperti bahan tertulis, rekaman atau gambar/foto yang berhubungan dengan peristiwa atau aktivitas pembinaan program kampus Islami yang dilaksanakan dan dijalankan berbagai pihak di UMI Makassar, dokumen yang tertulis seperti arsip, surat-surat dapat secara baik dimanfaatkan sebagai sumber data dalam penelitian ini. Dokumentasi diperoleh dari berbagai sumber baik secara perorangan maupun rekaman atau dokumen tertulis seperti buku panduan pesantren mahasiswa, dokumentasi 40 (empat puluh) tahun UMI Makassar dan lembaga yang terkait dalam penelitian ini. Dokumentasi sebagai data penunjang yang dikumpulkan dari berbagai catatan dan dokumen yang diperoleh dari berbagai sumber, di analisis lebih lanjut untuk memahami kajian penelitian yang terdapat pada dokumen pembinaan program kampus Islami.
110
E. Instrumen Penelitian 1. Narasumber dalam penelitian ini diposisikan sangat penting sebagai individu yang memiliki informasi. Narasumber dalam kajian penelitian ini bukan sekedar memberikan tanggapan apa yang diminta peneliti, akan tetapi ia lebih bisa memilih arah dan selerah informasi yang ia miliki, seperti sumber dokumen, berita surat kabar setempat, publikasi yang lain yang berkaitan dengan penelitian ini dan sebagainya. 2. Sumber-sumber pribadi sebagai seorang pertama, sumber pribadi sebagai seorang profesional di bidang yang diteliti yang memiliki wawasan tentang masalah itu. Sumber ini disebut informan ahli. Kedua orang yang secara langsung terlibat dalam program pembinaan kampus Islami yang merupakan sumber informasi untuk diwawancarai. 3. Sumber pustaka menyajikan pengetahuan, baik praktis maupun teoritis11. Dalam penelitian kualitatif, posisi nara sumber bukan sekedar memberikan tanggapan, melainkan juga sebagai pemilik informasi. Karena itu, disebut informan (orang yang memberikan informasi, sumber informasi, sumber data) atau disebut juga subyek yang diteliti, oleh karena itu bukan saja sebagai sumber data, akan tetapi juga disebut aktor atau pelaku yang ikut menentukan berhasil tidaknya sebuah penelitian berdasarkan informasi yang diberikan12. Narasumber yang dimaksud adalah (a) mahasiswa UMI Makassar dari masing-masing fakultas, ekonomi, hukum, ilmu komputer, ilmu farmasi; (b) Dosen, pembina dan staff UMI Makassar dari masing-masing fakultas; (c) pimpinan yayasan,
11
Abd Kadir Ahmad, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif. h.54
12
Imam Supriyogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, h.163.
111
universitas, fakultas, lembaga dan unit-unit kegiatan dalam lingkungan UMI Makassar; (d) kerabat/teman, dan orang tua mahasiswa UMI Makassar. F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Analisis data yang akan digunakan dalam kajian penelitian ini adalah analisis makna-makna kegiatan-kegiatan pembinaan perilaku mahasiswa. Analisis ini dapat digunakan dalam semua bentuk komunikasi baik tulisan maupun lisan. Dalam kajian penelitian kualitatif, dokumen dan arsip merupakan sumber data yang sangat penting. Terutama bila sasaran penelitian terarah pada latar belakang atau berbagai peristiwa yang terjadi di masa lampau yang sangat berkaitan dengan kondisi peristiwa masa kini yang sedang berlangsung dan sedang dipelajari dan dikembangkan. Semua bentuk sumber tertulis itu seperti buku, majalah, surat kabar, lagu, logo, surat, hukum dan undang-undang13. Analisis
yang
akan
diterapkan
dalam
kajian
penelitian
ini
akan
dikombinasikan dengan pendekatan evaluasi yang berkaitan dengan kegiatankegiatan pembinaan perilaku dalam program kampus Islami. Analisis ini akan menggambarkan secara keseluruhan makna-makna atau isi dan struktur program pembinaan kampus Islami, yang menjadi obyek penelitian yaitu perilaku dan kampus Islami di UMI Makassar. Dalam kajian penelitian kualitatif (berkelanjutan), analisis data tidak harus menunggu selesainya pengumpulan data. Analisis data kajian penelitian kualitatif bersifat iteratif (berkelanjutan) dan dikembangkan sepanjang program. Analisis data
13
Abd Kadir Ahmad, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif, h.122
112
dilaksanakan mulai penetapan masalah, pengumpulan data dan setelah data terkumpul14. Deddy Mulyana mengemukakan, analisis data yang telah dikelompokkan menurut kategori data yang diteliti, data tersebut selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan dilakukan secara operasioanl, analisis dilakukan dengan cara : 1.
Kategorisasi data, yakni proses kategorisasi data menurut jenis dan bentuk data yang ada, data kemudian dipilah-pilah dalam segmen-segmen yang sesuai untuk mendapatkan data yang dianggap sejalan dengan penelitian atau searah dengan penelitian. Dari data tersebut, dapat diperoleh gambaran atau deskripsi yang jelas akan hasil pengamatan dan wawancara.
2.
Display data, yakni upaya pembuatan dan penyajian melalui model, matriks dan grafik, sehingga keseluruhan data serta bagian-bagian detailnya dapat dipilah-pilah dengan jelas. Display data dilakukan dengan pertimbangan bahwa data yang diperoleh merupakan kumpulan informasi yang sangat banyak sehingga dapat menimbulkan kesulitan untuk mendeskripsikan secara detail dan menyeluruh.
3.
Kesimpulan dan verifikasi, yakni penyusunan secara sistematis data yang telah terkumpul melalui penentuan tema pokok berdasarkan masalah yang dikaji. Selanjutnya, disimpulkan sehingga dapat diperoleh makna data yang sesungguhnya.
4.
Teknik penulisan dilakukan dengan deskripsi dan eksposisi, sementara teknik laporan bersifat narasi afektif, yakni deskripsi yang mampu menumbuhkan afeksi pembaca pada permasalahan, hasil dan temuan15.
14
Imam Supriyogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, h.192.
113
G. Pengujian Keabsahan Data Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keabsahan data penelitian kualitatif, yaitu nilai subyektifitas, metode pengumpulan dan sumber data penelitian. Namun banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subyektifitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi boleh jadi mengandung kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang kredible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara untuk meningkatkan keabsahan data penelitian. Keabsahan data dalam penelitian ini, dilakukan melalui tahap pengecekan kredibilitas data dengan teknik: 1. Perssistent observasion, untuk memahami gejala/peristiwa yang mendalam, dilakukan pengamatan secara berulang-ulang. Dengan demikian strategi pembinaan program kampus Islami yang dilakukan oleh para pembina perilaku Islami diamati secara terus menerus selama penelitian. 2. Triangulasi (Triangulation), mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dengan triangulasi sumber dan teknik. Disini akan dicek ulang data yang ditemukan tentang prinsip pembinaan. Pengecekan tersebut melalui observasi, wawancara, dan kajian pustaka untuk kemudian direlevansikan kebenarannya benarkah bahwa terjadi peningkatan kesadaran berperilaku Islami bagi mahasiswa UMI Makassar.
15
Deddy Mulyana, Metodologi Kualitatif; Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya.(Cet. II; Bandung : PT Rosda Karya, 2002), h.15.
114
3. Member Check, diskusi teman sejawat secara langsung pada saat wawancara dan secara tidak langsung dalam bentuk penyampaian rangkuman hasil wawancara yang sudah ditulis oleh peneliti. Teman diskusi penulis disini adalah para dosen, pimpinan, karyawan, dan mahasiswa. 4. Referential adequacy check, pengecekan kecukupan referensi dengan mengarsip data yang terkumpul selama penelitian di lapangan. Dalam hal ini, berbagai literatur tentang strategi pembinaan perilaku dalam program kampus Islami dan implementasinya dikumpulkan sebanyak mungkin sehingga dapat menjadi rujukan yang akurat dalam penelitian.
115
BAB IV REALITAS PEMBINAAN PERILAKU MAHASISWA UMI DALAM PROGRAM KAMPUS ISLAMI A. Gambaran Umum UMI Makassar Pada bab sebelumnya telah dikemukakan bahwa penelitian ini adalah Universitas Muslim Indonesia Makassar yang lebih dikenal dengan nama UMI Makassar. Pemilihan penelitian di UMI Makassar didasarkan pada program yang dilaksanakan sejak tahun 2000 sampai sekarang dalam rangka pembinaan perilaku mahasiswa. UMI Makassar adalah lembaga pendidikan tinggi swasta yang tergolong cukup tua dan terbesar di wilayah Timur Indonesia, UMI Makassar memiliki sejarah yang dapat memberikan gambaran pengelolaan pendidikan tinggi Islam yang tetap diminati masyarakat untuk pendidikan dan pembinaan anak-anak didik (mahasiswa), dan tetap konsisten dengan cita-cita pendiri, yakni mewujudkan tiga pilar utama, yaitu: Lembaga Pendidikan dan Dakwah serta Pengabdian pada Masyarakat (LPMD) usaha dan dakwah, serta kesehatan dan dakwah. Sebagai gambaran umum lokasi penelitian, berturut-turut dikemukakan megenai: sejarah dan perkembangan UMI Makassar, visi, misi, tujuan dan tugas UMI Makassar, serta penyelenggaraan pendidikan dalam pengembangan amanah melaksanakan pendidikan tinggi di bawah Yayasan Wakaf (YW) UMI Makassar. 1.
Badan Penyelenggara UMI Makassar Gambaran mengenai sejarah perkembangan UMI Makassar, diambil dari
dokumen UMI Makassar, yang menjelaskan secara kronologis mengenai sejarah
115
116
berdirinya sejak tanggal 8 Februari 1953 dan perkembangan UMI Makassar sampai sekarang ini semakin berkembang1. Perjalanan dan perkembangan UMI Makassar dibina oleh badan penyelenggara Universitas Muslim Indonesia yang diberi nama “Yayasan Wakaf Pembangunan Universitas Muslim Indonesia”. Yayasan ini didirikan oleh tokoh masyarakat, alim ulama, dan para raja (pemerintah) di Sulawesi Selatan dengan tujuan untuk syiar Islam yang membawa nilai-nilai kemasalahatan bagi manusia dan lingkungannya. Nama badan penyelenggara UMI Makassar sejak berdirinya, telah mengalami beberapa kali perubahan. Pada awalnya bernama Yayasan Wakaf Pembangunan Universitas Muslim Indonesia, kemudian Yayasan Wakaf Universitas Muslim Indonesia, selanjutnya berubah menjadi Yayasan Badan Wakaf Universitas Muslim Indonesia, dan sekarang menjadi Yayasan Wakaf UMI Makassar berdasarkan akta notaries Abdul Muis, SH., MH., Nomor 43 tanggal 6 Juni 2005. Dari beberapa kali perubahan nama, kata “Wakaf” tetap melekat dengan maksud memberi pemahaman kepada masyarakat, bahwa yayasan yang menaungi Universitas Muslim Indonesia bukan milik perorangan atau golongan, atau kelompok, tetapi milik Masyarakat, dan masyarakat berkewajiban memelihara dan mengembangkan yayasan ini sebagaimana cita-cita pendirinya 2. Sejak Yayasan Wakaf UMI Makassar berdiri tahun 1953, terdapat beberapa nama pemegang amanah menjadi ketua yayasan sebagai berikut:
1
Sumber Data Sekretaris Yayasan Wakaf UMI Makassar, Juni 2016
2
Sumber Data Sekretaris Yayasan Wakaf UMI Makassar, Juni 2016
117
TABEL : 1 PENERIMA AMANAH KETUA YAYASAN WAKAF UMI NO.
PEMEGANG AMANAH
TAHUN
1.
Sutan Muhammad Yusuf Samah
1953-1958
2.
A. Pangerang Pettarani
1959-1972
3.
Letkol Muh. Patompo
1972-1980
4.
H. Fadeli Lurah
1980-1992
5.
Drs. H.M. Yusuf Kalla
1992-1994
6.
Prof. Dr. H.Andurrahman A.Basalamah, SE., M.Si.
1994-2004
7.
Prof. Dr. H. Mansyur Ramly, SE., M.Si.
2004-2005
8.
H.M. Mokhtar Noer Jaya, SE., M.Si.
2005-Sekarang
Sumber data: Sekretaris Yayasan Wakaf UMI Pengurus Yayasan Wakaf UMI Makassar memegang amanah mewujudkan cita-cita berdirinya tiga pilar utama, yaitu: (1) pendidikan dan dakwah, (2) usaha dan dakwah, dan (3) kesehatan dan dakwah. Sebagai gambaran berdirinya ketiga pilar tersebut, dapat dijelaskan berturut turut seperti berikut ini: a.
Pendidikan dan Dakwah Pilar utama yang dibangun dan dikembangkan yayasan wakaf UMI Makassar
adalah Lembaga pendidikan formal. Sampai sekarang ini, Yayasan Wakaf UMI Makassar telah membina lembaga pendidikan yang terdiri dari: 1) Lembaga Pendidikan Persiapan (LPP) meliputi: a) Sekolah Menengah Pertama (SMP) LPP UMI Makassar b) Sekolah Menengah Atas (SMA) LPP UMI Makassar
118
c) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) LPP UMI Makassar 2) Lembaga Pendidikan Tinggi, meliputi: a) Universitas Muslim Indonesia (UMI Makassar) b) Program Pascasarjana (PPS) UMI Makassar c) Akademi Bahasa Asing (ABA) UMI Makassar d) Pendidikan Profesi Apoteker e) Pendidikan Profesi Insinyur 3) Lembaga Pendidikan Pesantren, yaitu: a) Pesantren Wihdatul Ulum, Borisallo Kabupaten Gowa. b) Pesantren Midzatul Ulum, Sanrobone Kabupaten Takalar. c) Pesantren Mahasiswa Darul Mukhlisin, Padang lampe Kabupaten Pangkep. b.
Usaha dan Dakwah Pilar kedua ini mulai dirintis oleh Yayasan Wakaf UMI Makassar sejak tahun
1994, dengan membuka unit-unit usaha yang diharapkan dapat membantu yayasan dalam pembiayaan di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian pada masyarakat dan pembinaan umat. Unit-unit usaha yang dimiliki adalah: 1) Baitul Mal Wattamwil “ukhuwah” yang bergerak sebagai lembaga keuangan non formal. 2) PT. Ukhuwah UMI Makassar Teknik, yang bergerak di bidang usaha real estate dan kontraktor. 3) PT Ukhuwah UMI Makassar Bisnis, yang bergerak di bidang usaha perdagangan umum. 4) PT Ukhuwah UMI Makassar Industri, bergerak di bidang usaha air minum kemasan dengan merek “ukhuwah”.
119
5) PT Umitoha Ukhuwah Grafika, bergerak di bidang usaha percetakan dan penerbitan. c.
Kesehatan dan Dakwah Pilar ketiga dibangun dengan usaha kesehatan dan dakwah. Pilar ini mulai
dibangun dengan mendirikan rumah sakit, dan beroperasi dengan diberi nama rumah sakit “Ibnu Sina” sejak tanggal 16 Juni 2003, dan peresmian penggunaannya pada tanggal 17 Mei 2004, dan Rumah Sakit “pendidikan” yang sementara berjalan pembangunannya. Keempat pilar yang telah dibangun dan dibina Yayasan Wakaf UMI Makassar, yayasan telah memiliki pilar sumberdaya manusia, pilar pendidikan, pilar usaha dan pilar kesehatan. UMI Makassar lahir dengan ciri khas keIslaman, dengan mengedepankan aspek keilmuan dan profesionalisme yang diwarnai dengan perpaduan kecerdasan otak, kecerdasan perilaku Islam dan spiritual. Oleh karena itu, UMI Makassar dilabelkan sebagai perguruan tinggi Islam dengan nama yang bernuansa Islam, yakni UMI Makassar. Lembaga Pendirian UMI Makassar berawal dari keprihatinan dan keinginan untuk membangun UMI Makassar sebagai lembaga perguruan tinggi Islam terkemuka yang dibangun oleh para tokoh masyarakat, dan alim ulama di Makassar, karena belum adanya perguruan tinggi Islam ketika itu di Makassar, sedang penduduk Makassar mayoritas beragama Islam. Di samping itu, telah berkembang beberapa pondok pesantren hampir di seluruh daerah kabupaten dalam wilayah propinsi Sulawesi Selatan, seperti Pondok Pesantren As’adiyah di kabupaten Wajo, Pesantren Darul Dakwah Wal-Irsyad (DDI) di kotamadya Pare-Pare dan Kabupaten Barru,
120
Pesantren Ma’hadul Hadis Watan Pone di kabupaten Bone, Pesantren Yatsrib di Kabupaten Soppeng, Pesantren Datuk Sulaiman di kabupaten Luwu. Pesantren tersebut juga mendirikan sekolah/madrasah di beberapa daerah, mulai dari tingkat SD/MI sampai dengan SMA/MA, dan jika tidak didirikan perguruan tinggi Islam para alumni pesantren akan mengalami kesulitan melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi, karena terpaksa harus merantau ke Pulau Jawa, atau bahkan pergi ke Timur Tengah untuk mengeyam pendidikan tinggi Islam, dan bahkan menganggur karena ketidak mampuan pembiayaan pendidikan di luar daerah. Kondisi inilah yang disadari oleh tokoh masyarakat dan ulama di Makassar di kala itu, karena jika tidak diantisipasi secepatnya, maka anak bangsa yang ada di Sulawesi Selatan akan ketinggalan jauh di bidang pendidikan tinggi. Sebagai tindak lanjut rencana membuka perguruan tinggi Islam di Makassar, beberapa tokoh masyarakat menghubungi para raja di daerah ini, seperti H. Andi Mappayukki (Raja Bone), H. A. Jemma (Raja Luwu), Andi Ijo Karaeng Lololang (Raja Gowa), Gubernur Sulawesi Selatan dan Wali Kota Makassar, untuk menyampaikan rencana pendirian perguruan tinggi Islam di Makassar, dan gagasan tersebut disambut baik oleh para raja dan pemerintah, bahkan mereka menyampaikan kesiapannya membantu mewujudkan cita-cita luhur itu3. Apa yang dicita-citakan segenap tokoh masyarakat, ulama, masyarakat pada waktu itu akhirnya terwujud. Pada bulan Pebruari 1953 dibentuk sebuah badan penyelenggara perguruan tinggi yang bernama “Wakaf Pembangunan Universitas Muslim Indonesia, dan selanjutnya pada tanggal 23 Juni 1954 bertepatan dengan 22 Syawal 1373 H. di Gubernuran Sulawesi Selatan dilaksanakan penandatanganan
3
Sumber Data Sekretaris Yayasan Wakaf UMI Makassar, Juni 2016
121
Piagam Pendirian UMI Makassar oleh KH. Muhammad Ramly (Dewan Mahaguru), La Ode Munarfa (Dewan Kurator), Sutan Muhammad Yusuf Samah (Badan Wakaf), dan Chalid Husain (Sekretaris), dengan disaksikan dan membubuhi tanda tangan masing-masing S.N. Taranga (Wakil Menteri P dan K), H. Muhammad Akib (mewakili Kementerian Agama), Andi Burhanuddin (Mewakili Gubernur Sulawesi), serta Ahmad Dara Syahruddin (Wali Kota Makassar), sebagai tanda diresmikan berdirinya UMI Makassar4. Pada awal berdirinya, UMI Makassar memiliki dua fakultas, yaitu fakultas pengetahuan dan ilmu masyarakat, dan fakultas hukum sosial politik. Perkembangan UMI Makassar terus mengalami perubahan yang cukup signifikan seiring dengan penyempurnaan organisasi dan manajemen oleh Badan Wakaf Pembengunan UMI Makassar. Pada tanggal 17 Maret 1957, Badan Wakaf Pembangunan UMI Makassar, memulai membangun kampus UMI Makassar di jalan Kakatua N0. 27 Makassar, di atas tanah kurang lebih 1 ha. Tanah diwakafkan oleh Ince Moh. Ali Dg. Manyauru, dan bangunan gedung utama wakaf dari H. Andi Patiwiri. Perkembangan UMI Makassar semakin menggembirakan pasca tahun 1970, ditandai dengan pembukaan beberapa fakultas, seperti fakultas ekonomi, Teknik, Hukum, dan Ushuluddin, dan meningkatnya animo masyarakat untuk melanjutkan pendidikan tinggi di UMI Makassar. Untuk mendukung perkembangan UMI Makassar yang cukup pesat, pada tahun 1982, UMI Makassar membeli lahan sekitar 10 ha di Kilometer 5 Makassar untuk pembangunan kampus II UMI Makassar. Kampus II UMI Makassar mulai dibangun tahun 1983 dengan membangun empat gedung dan satu aula untuk melengkapi sarana perkuliahan. Pengembangan fasilitas
4
Sumber Data Sekretaris Yayasan Wakaf UMI Makassar, Juni 2016
122
kampus terus dilakukan, pada tahun 1990 UMI Makassar memperluas kampus II mencapai 24 ha5. Pengembangan UMI Makassar terus berjalan secara bertahap, baik perkembangan fisik dan non fisik. Perkembangan ini dapat dilihat mulai dari sarana penunjang dan unit-unit pendukung, sumber daya dosen dan karyawan, asrama mahasiswa, sampai perumahan dosen dan karyawan UMI Makassar, serta dinamika perkembangan “kehidupan kampus”. Sebagai gambaran umum UMI Makassar Makassar, berikut ini akan dijelaskan secara singkat terkait dengan: (1) sarana dan unit-unit pendukung, (2) keadaan dosen dan karyawan UMI Makassar, (3) Visi, misi, tujuan/sasaran, dan tugas UMI Makassar, (4)
program
pendidikan yang
diselenggarakan UMI Makassar, (5) keadaan mahasiswa dan alumni UMI Makassar, serta (6) Dinamika perkembangan “kehidupan kampus”: a.
Sarana dan unit-unit pendukung Untuk memberikan pelayanan yang memadai pada civitas akademika UMI
Makassar, UMI Makassar telah menyiapkan sarana dan prasarana kampus yang representatif dengan status milik sendiri dalam bentuk wakaf. Lokasi kampus sangat strategis dan tersebar pada beberapa lokasi yang berbeda. Khusus yang berada di kota Makassar, letaknya berada di tengah-tengah kota dan mudah dijangkau dengan kendaraan angkutan umum. Diantara lokasi kampus UMI Makassar adalah: 1) Kampus I UMI Makassar, terletak di Jalan Kakatua No. 27 Makassar. Kampus ini digunakan sebagai kantor yayasan wakaf UMI Makassar, kantor rektorat UMI Makassar, kantor unit-unit usaha yayasan, mesjid Abubakar
5
Rekapitulasi Aset UMI Makassar, Lahan dan Gedung/Bangunan yang ada di Universitas Muslim Indonesia, 2013
123
Ash-Shiddiq, serta sekolah-sekolah lembaga persiapan dan pengabdian (LPP) UMI Makassar, seperti sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), dan sekolah menengah kejuruan (SMK). 2) Kampus II UMI Makassar, terletak di Jalan Uripsumoharjo Km. 5 Makassar dengan luas 24 ha, kampus II ini merupakan kampus terpadu dan menjadi pusat perkuliahan untuk semua fakultas dalam lingkungan UMI Makassar, pusat laboratorium dengan jumlah laboratorium 46 unit, gedung serbaguna auditorium Al-Jibra, Mesjid Utsman bin Affan yang dapat menampung 2000 jamaah, dan sarana olah raga, menara UMI, rumah sakit Ibnu Sina, dan rumah sakit pendidikan, dan asrama mahasiswa (rusunawa). 3) Kampus III UMI Makassar, terletak di Jalan Urip sumoharjo No. 225 Makassar. Kampus ini khusus diperuntukkan sebagai tempat pengelolaan dan perkuliahan pascasarjana UMI Makassar Makassar. 4) Kampus IV, terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 20 Lanraki Daya Makassar, yang khusus diperunrukkan sebagai tempat pembinaan dan asrama mahasiswa tahfidzul Qur’an (mahasiswa UMI Makassar penghafal al-Qur’an). 5) Kampus V, terletak di luar kata Makassar, yaitu di Desa Padang lampe Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan. Kampus ini diberi nama Pesantren Darul Mukhlisin dan khusus digunakan sebagai tempat pesantren mahasiswa UMI Makassar dan masyarakat umum untuk kegiatan pencerahan kalbu, Sarana dan unit-unit pendukung lainnya yang juga telah disiapkan oleh UMI Makassar sebagai milik sendiri adalah:
124
a)
Menara UMI Makassar (Gedung Direktorat dan Yayasan UMI Makassar Makassar)
b) Simpadu (Sistem Informasi Terpadu) c)
Asrama mahasiswa (Rusunawa) yang berlantai lima dan terdiri dari 120 kamar, dan dapat menampung sebanyak 400 mahasiswa.
d) Rumah sakit Ibnu Sina yang berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan bagi professional kesehatan dari berbagai jenjang pendidikan bidang kesehatan, dan juga melayani masyarakat umum, karena memiliki fasilitas dan kemampuan menyelenggarakan berbagai jenis pelayanan spesialis dan sub spesialis. e)
Sarana olah raga (bulu tangkis, basket ball, lapangan sepak bola, tennis lapangan, dan lainnya).
f)
Kantor bersama unit-unit kegiatan mahasiswa UMI Makassar 6.
b.
Keadaan dosen dan karyawan UMI Makassar Sebagai gambaran keadaan dosen UMI Makassar Makassar sampai tahun
akademik 2016/2017, UMI Makassar telah memiliki dosen tetap sebanyak 663 orang, yang terdiri dari dosen DPK 104 orang dan dosen yayasan sebanyak 559 orang. Keadaan dosen UMI Makassar dapat dijelaskan pada tabel berikut ini:
6
Rekapitulasi Aset UMI Makassar, Lahan dan Gedung/Bangunan yang ada di Universitas Muslim Indonesia, 2013
125
TABEL : 2 KEADAAN DOSEN UMI MAKASSAR BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN NO
FAKULTAS
JUMLAH D.IV
S.1
S.1+
S.2
S.3
1.
Agama Islam
0
0
0
54
20
74
2.
Ekonomi
0
0
0
51
50
101
3.
Hukum
0
0
0
33
31
64
4.
Teknik
0
1
0
63
14
77
5.
Sastra
0
0
0
30
12
42
0
0
0
8
13
21
Perikanan
dan
Ilmu
6. Kelautan 7.
Pertanian
0
0
0
12
14
26
8.
Teknologi Industri
0
1
0
40
25
48
9.
Kedokteran
0
0
47
37
4
89
10.
Ilmu Komputer
0
3
0
29
0
32
11.
Kesehatan Masyarakat
9
6
0
36
7
58
12.
Farmasi
0
0
6
46
1
53
13.
Kedokteran Gigi
0
0
18
4
1
23
9
11
71
442
19
708
Jumlah 7 Sumber data: Biro Administrasi Umum dan Keuangan Di samping keadaan dosen UMI Makassar yang dapat dijelaskan seperti gambaran di atas, UMI Makassar juga mengangkat pegawai yayasan (pegawai tetap)
126
untuk mendukung pengelolaan administrasi pada setiap unit kerja dalam lingkungan UMI Makassar. Sesuai dengan data yang diperoleh dari biro administrasi umum dan keuangan UMI Makassar, dapat dijelaskan bahwa tenaga administrasi tetap UMI Makassar sampai tahun akademik 2016/2017 sebanyak 663 orang. Gambaran umum keadaan karyawan UMI Makassar berdasarkan unit masing-masing staf dapat ditunjukkan seperti pada table berikut: TABEL : 3 KEADAAN KARYAWAN TETAP UMI MAKASSAR BERDASARKAN UNIT KERJA NO
UNIT KERA
JUMLAH STAF
1.
Fakultas Agama Islam
8
2.
Fakultas Eknomi
13
3.
Fakultas Teknik
24
4.
Fakultas Pertanian
6
5.
Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan
7
6.
Fakultas Sastra dan ABA
11
7.
Fakultas Hukum
13
8.
Fakultas Ilmu Komputer
10
9.
Fakultas Teknologi Industri
17
10.
Fakultas Kedokteran
30
11.
Fakultas Farmasi
19
12.
Fakultas Kesehatan Masyarakat
21
13.
Fakultas Kedokteran Gigi
17
14.
Pascasarjana
20
127
15.
BAAK
26
16.
BAKA
11
17.
LPDKI
11
18.
Masjid Umar Bin Khattab (Kampus II)
23
19.
Masjid Abu Bakar Ashiddiq (Kampus I)
5
20.
Perpustakaan
19
21.
LPM
3
22.
Rusuma
5
23.
LPMD
5
24.
LP2S
7
25.
LPP
12
26.
BAUPK (Personalia)
13
27.
BAUPK (Perlengkapan)
24
28.
BAUPK (Keuangan)
8
29.
PAU
6
30.
PAK
3
31.
PPA
4
32.
HUMAS
9
Pusat Administrasi Umum & Keuangan Usaha YW33.
2 UMI Pusat Perencanaan, Pengendalian & Pengawasan
34.
1 Sarana Dan Prasarana YW-UMI Pesantren Darul Mukhlisin Padang Lampe YW-
35.
13 UMI
128
36.
DPPK Ukhuwah UMI Makassar
1
37.
LAZ YW-UMI Makassar
1
38.
LKNI
2
39.
BMTU
15
Lembaga Kajian Advokasi & Bantuan Hk. YW40.
1 UMI
41.
Unit Usaha
31
42.
UMI MakassarTOHA
10
43.
Inkubasi
1
44.
Guru LPP
32
45.
Guru Pesantren Sanro Bone Takalar
4
46.
Guru Pesantren Wihdatul Ulum Desa Bonto
6
47.
Guru Madrasah Ibtidiyah Cendana Hitam
1
48.
Rumah Sakit Ibnu Sina
3
Jumlah
509
Sumber data: Biro Administrasi Umum dan Keuangan c.
Visi, Misi, Tujuan dan Tugas UMI Makassar Untuk memberikan arah pengembangan ke depan, UMI Makassar telah
menetapkan Visi, misi, tujuan, dan tugas sebagaimana dikemukakan dalam buku panduan UMI Makassar tahun 2013/2014. Visi UMI Makassar adalah menjadikan universitas sebagai lembaga pendidikan dan dakwah yang terkemuka menuju world class university, melahirkan manusia berilmu amaliah, beramal ilmiah dan berakhlakul karimah, terutama yang terkait dengan pengembangan ilmu pengetahuan,
129
teknologi, kesenian dan budaya dalam rangka syiar Islam serta memperjuangkan kepentingan umat secara global sebagai wujud pengabdian kepada Allah swt. Terkait dengan visi yang telah ditetapkan, juga ditetapkan misi UMI Makassar ke depan sebagai berikut: 1) Membentuk manusia yang berilmu amaliah, beramal ilmiah dan berakhlakul karimah yang adaptif, transformative dan inovatif. 2) Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian dan budaya dalam rangka membuktikan dan mengejawantahkan kebenaran Allah swt., dan pengembangan syariat Islam7. Untuk mewujudkan visi dan misi UMI Makassar tersebut di atas, maka aktrivitas pendidikan dan dakwah dalam lingkungan UMI Makassar diarahkan untuk mewujudkan sasaran sebagai berikut: a) Meningkatkan
peranan
UMI
Makassar
dalam
mengembangkan
ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. b) Membentuk mahasiswa UMI Makassar menjadi tenaga yang ahli, terampil dan berbudi luhur, dan bertaqwa kepada Allah swt. untuk mengabdi kepada agama, bangsa dan negara. c) Melahirkan lulusan/keluaran yang berwawasan keilmuan dan keimanan, beramal ilmiah, dan berilmu amaliah, serta memiliki budi pekerti luhur yang senantiasa memancarkan akhlal yang mulia dan semangat yang ikhlas. d) Menjadikan UMI Makassar sebagai perguruan tinggi terkemuka dan dapat menjadi panutan dalam penegakan cita-cita luhur syiar Islam.
7
Buku Saku Universitas Muslim Indonesia, Peraturan Akademik, Peraturan Kemahasiswaan, Panduan Sistem Informasi Akademik Terpadu, 2014, h.1
130
e) Berperan aktif dalam usaha perwujudan kesejahteraan dan ukhuwah Islamyah, khususnya di lingkungan UMI Makassar. Untuk mengimplementasikan perwujudan tujuan/sasaran UMI Makassar tersebut di atas, maka UMI Makassar mengembangkan tugas sebagai berikut: a) Menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pengajaran guna dan membentuk dan menghasilkan lulusan/luaran yang sesuai dengan tujuan/sasaran UMI Makassar. b) Menyelenggarakan
kegiatan
penelitian
untuk
mengembangkan
ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. c) Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagai wahana untuk menerapkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan serta menyemarakkan syiar Islam8. d.
Program Pendidikan yang diselenggarakan UMI Makassar sebagai perguruan tinggi swasta, dalam penerapan system
pendidikan tidak berbeda dengan perguruan tinggi negeri, dengan menawarkan dua jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan akademik (S.1, S.2, dan S.3) dan jalur pendidikan profesi. Saat ini UMI Makassar membina 15 fakultas dengan menawarkan jenjang pendidikan sarjana (S.1), program magister (S.2), program doctor (S.3), profesi apoteker dan program diploma (D.3).
8
Buku Saku Universitas Muslim Indonesia, Peraturan Akademik, Peraturan Kemahasiswaan, Panduan Sistem Informasi Akademik Terpadu, 2014, h. 2
131
Program studi yang dibina sekitar 90% terakreditasi dari Badan Akredatasi Nasional (BAN), dan sisanya dalam proses terakreditasi karena merupakan program studi yang baru dibuka. Sebagai gambaran fakultas, program studi, jenjang pendidikan yang diselenggarakan UMI Makassar dapat dilihat pada table berikut ini:
132
TABEL : 4 FAKULTAS, JURUSAN, PEROGRAM STUDI, DAN JENJANG PENDIDIKAN YANG DISELENGGARAKAN UMI MAKASSAR NO FAKULTAS 1
JURUSAN
PRODI
2
3
4
Agama Islam
Ushuluddin
JENJANG STATUS 5
6
S.1
Terakred
S.1
itasi
-Tafsir Hadis - Aqidah Filsafat terdaftar Syariah
S.1
Terakred
S.1
itasi
- Ahwal Syakhsiah - Muamalah Terakred - Ekonomi Islam itasi Tarbiyah
S.1
Terakred
S.1
itasi
S.1
Terakred
- Pendidikan Agama Islam 1. - Pendidikan itasi Bahasa Arab Izin - PGMI Operasi Dakwah
- Komunikasi dan
S.1
Penyaiaran Islam - Pengembangan
atasi S.1
Masyarakat Islam - Manajemen Dakwah Islam
Terakred
Terdaftar S.1 Terdaftar
133
Ekonomi
Ilmu
- Ekonomi
S.1
Terakred
Ekonomi
Pertanian
S.1
itasi
dan
- Ekonomi
Terakred
Pembangun
Perencanaan
itasi
an
Pembangunan dan
Studi
S.1
Keuangan Daerah - Ekonomi
S.1
Terakred
Perbankan dan
S.1
itasi
Lembaga Keuangan Syariah
Terakred
- Ekonomi
itasi
Moneter
Terakred
- Ekonomi
itasi
2. Industri Manajemen
- Manajemen
S.1
Terakred
Perusahaan
Pemasaran
S.1
itasi
- Manajemen
S.1
Terakred
Keuangan
S.1
itasi
- Manajemen
S.1
Terakred
Akuntansi
S.1
itasi
- Manajemen
Terakred
SDM
itasi
- Manajemen
Terakred
Operasional
itasi
134
- Manajemen
Terakred
Agribisnis
itasi
Akuntansi
S.1
Terakred
S.1
itasi
S.1
Terakred
S.1
itasi
S.1
Terakred
- Akuntansi Manajemen - Akuntansi Keuangan - Akuntansi itasi Perpajakan Terakred - Akuntansi itasi Pemerintahan Terakred - Akuntansi itasi Teknik
Teknik Sipil
S.1
Terakred
- Teknik Sipil itasi Teknik
S.1
Terakred
- Teknik Mesin Mesin
itasi
Teknik
S.1
Terakred
S.1
itasi
3. Elektro
- Arus Kuat - Arus Lemah
Terakred itasi
Hukum
Teknik
- Teknik
S.1
Terkared
Arsitektur
Arsitektur
Ilmu
- Hukum Perdata
S.1
Terakred
Hukum
- Hukum Pidana
S.1
itasi
itasi
4.
135
- Hukum Tata
S.1
Terakred
Negara
S.1
itasi
- Hukum Adm.
S.1
Terakred
Negara
S.1
itasi
- Hukum Acara
S.1
Terakred
- Hukum
S.1
itasi
Internasional
Terakred
- Hukum Dasar
itasi
- Hukum dan
Terakred
Masyarakat
itasi Terakred itasi Terakred itasi
Sastra
Bahasa
- Bahasa dan
Inggeris
Sastra Inggeris
Bahasa
- Bahasa dan
Indonesia
Sastra Indonesia
Bahasa
- Bahasa dan
Arab
Sastra Arab
Budidaya
- Teknologi dan
S.1
Terakred itasi
S.1
Terakred
5.
Perikanan dan
Ilmu Perikanan
manajemen
6. Kelautan
Perikanan Budidaya
itasi S.1
Terakred itasi
S.1
Terakred itasi
136
Pemanfaata
- Teknologi dan
n
Manajemen
Sumber
Daya
Perikanan
Perikanan
Tangkap
Ilmu
-Eksplorasi
Kelautan
Sumber Daya
S.1
Terakred itasi
S.1
Terakred itasi
Kelautan Pertanian
7.
Budidaya
- Budidaya
Tanaman
Tanaman
Sos.Ekono
S.1
Terakred itasi
S.1
Terakred
- Sosial Ekonomi mi
itasi Pertanian
Pertanian Teknologi
Teknik dan
S.1
Terakred
S.1
itasi
- Teknik Industri Industri
Manajemen - Teknik dan Industri
Terakred Manajemen
8.
S.1
itasi
Industri - Teknologi Terakred Ekonomi itasi Kedokteran
Kedokteran
- Kedokteran
S.1
Terakred
9. Umum Ilmu
Teknik
- Teknik
Komputer
Informatika
Informatika
Kesehatan
Kesehatan
- Ilmu Kesehatan
itasi S.1
Terakred
10. 11.
itasi S.1
Terakred
137
Masyarakat
Masyarakat
Masyarakat
Keperawata
- Ilmu
n
Keperawatan
Kebidanan
itasi S.1
Prose Akredit.
D.3
Izin
- Kebidanan Operasi. Farmasi
Farmasi
Apoteker
S.1
Terakred
S.1
itasi
S.1
Terakred
- Ilmu Farmasi
S.1
itasi
- Farmakologi
S.1
Terakred
- Fito Kimia
Profesi
itasi
12. - Farmaseutika
Terakred
- Biofarma
itasi
- Profesi Apoteker
Terakred itasi Terakred itasi
Kedokteran
S1
13. Gigi Akademi
Bahasa
13.
D.3
Terakred
- Bahasa Inggeris Bahasa Asing Asing
itasi - Magister
S.2
Terakred
Program 14.
Magister
Manajemen
itasi
Pascasarjana - Magister Ilmu
S.2
Terakred
138
Hukum - Magister
itasi S.2
Pengkajian Islam - Magister
itasi S.2
Akuntansi
- Ilmu Hukum
Terakred
Terakred itasi
S.3
Izin
S.3
Operasi.
- Ilmu Manajemen S.3
Izin
- Ilmu Pendidikan
Operasi.
Agama
Izin
Doktor
Operasi. Sumber data: Biro Administrasi Akademik UMI Makassar e.
Keadaan mahasiswa Keadaan mahasiswa UMI Makassar yang telah melakukan pendaftaran ulang
Mahasiswa Baru Tahun 2016/2017 sebanyak 5210 (lima ribu dua ratus sepuluh). Jumlah mahasiswa tersebut meliputi 13 fakultas dari mahasiswa program S.1 dan diploma. Rincian keadaan mahasiswa dari masing-masing fakultas dapat jelaskan pada taberl berikut ini:
139
TABEL : 5 DATA JUMLAH PENDAFTARAN ULANG MAHASISWA BARU NO
TAHUN 2016/2017 UMI MAKASSAR FAKULTAS JUMLAH
1.
Agama Islam
541
2.
Ekonomi
2.969
3.
Hukum
2.731
4.
Teknik
2.019
5.
Teknologi Industri
1.591
6.
Farmasi
1.129
7.
Kesehatan Masyarakat
1.502
8.
Kedokteran
948
9.
Pertanian
745
10.
Perikanan dan Ilmu Kelautan
329
11.
Ilmu Komputer
902
12.
Sastra
969
13.
Kedokteran Gigi
199
14.
ABA
320
15.
Program Pascasarjana
2.035
Jumlah
18.929
Sumber data: Biro administrasi akademik dan kemahasiswaan Menyangkut keadaan Mahasiswa Baru UMI Makassar tahun 2016/2017, berdasarkan data yang diperoleh dari biro administrasi akademik dan kemahasiswaan. Sedangkan alumni UMI Makassar telah banyak
selesai dan telah mengabdikan
ilmunya di berbagai sektor, baik pada instansi pemerintah, swasta, politisi dan berbagai usaha mandiri, seperti pengusaha, kontraktor, pengacara, anggota MPR,
140
DPR dan DPRD, pimpinan instansi pemerintah dan swasta, Walikota dan Bupati, pimpinan perguruan tinggi, bahkan Menteri dan Pejabat Negara lainnya. f.
Dinamika perkembangan “kehidupan kampus” UMI Makassar. Untuk memberikan ruang gerak tumbuh dan berkembangnya kehidupan
kampus,
UMI
Makassar
memberikan
peluang
berkembangnya
organisasi
kemahasiswaan dan unit-unit kegiatan mahasiswa sesuai dengan visi, misi, tujuan/sasaran serta tugas UMI Makassar sebagai lembaga pendidikan tinggi. Organisasi kemahasiswaan diselenggarakan oleh mahasiswa. Ini dimaksudkan sebagai suatu wahana dan sarana pengembangan dari mahasiswa kearah perluasan wawasan dan peningkatan kecendekiawan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi, yang dibarengi dengan akhlak mulia berdasarkan nilai-nilai Islam. Organisasi kemahasiswaan yang ada di UMI Makassar Makassar yaitu: 1) Majelis musyawarah perguruan tinggi (MMPT) 2) Badan legislatif mahasiswa (BLM). 3) Badan eksekutif mahasiswa (BEM) 4) Himpunan mahasiswa jurusan (HMJ) 5) Kelompok studi mahasiswa (STUDY CLUB) 6) Unit kegiatan mahasiswa (UKM) Sedangkan unit kegiatan mahasiswa merupakan organisasi kemahasiswaan di tingkat universitas yang fungsinya menampung berbagai minat dan bakat dari para mahasiswa UMI Makassar. Unit ini merupakan unit pelaksana kegiatan ekstra kurikuler di tingkat universitas. Unit-unit tersebut antara lain: 1)
Liga dakwah mahasiswa (Ldk-Ldm)
141
2)
Mahasiswa pencinta alam (Mapala)
3)
Resimen mahasiswa (Menwa)
4)
Seni dan Budaya (Upksbs)
5)
Ashabbul Kahfi
6)
Unit penerbitan dan penulisan mahasiswa (Uppm)
7)
Radio maestro gate
8)
Korps sukarela bulan sabit merah (Ksr-Bsm)
9)
Ikatan pelajar mahasiswa binaan (Ipmb)
10) Sepak bola dan sepak takraw 11) Taekwondo 12) Bola basket Melalui lembaga mahasiswa UMI Makassar dan unit kegiatan mahasiswa (Ukm), berbagai kegiatan dilaksanakan dan difasilitasi oleh UMI Makassar melalui bidang kemahasiswaan untuk mendorong dinamika perkembangan kehidupan kampus, khususnya kegiatan kemahasiswaan. Kegiatan yang dilaksanakan sepanjang tahun 2016/2017 dapat dilihat pada tebel berikut ini:
142
TABEL : 6 JENIS KEGIATAN LEMBAGA MAHASISWA DAN UNIT KEGIATAN MAHASISWA UMI MAKASSAR TAHUN 2016/2017 SEMESTER AWAL SKALA NO
PELAKSANA
JENIS KEGIATAN
BEM/HMJ KEGIATAN
- Indonesia
Development BEM/FAI
Nasional
BEM/FAI
Nasional
BEM/FAI
Nasinal
HMJ/FAI
Interen
BEM/FAI
Interen
BEM/FAI
Internasional
Youth Forum - Temu Ilmiah Nasional Ke XV Studi Ekonomi Islam - Lomba Fakultas
Debat
bahasa
Agama Indonesia
1. Islam
- Futsal Cup VII Forgame SC - Pelantikan BEM dan BLM - Asia
Pasific
Regional
Meeting 2016 - Pelantikan Pengurus Baru Interen study Club SOS - Sekolah 2.
Swadaya
dan
Fakultas Ekonomi
SC
Interen
SC
Interen
Bakti Sosial - Pelatihan
Karya
Tulis
Ilmiah Kreasi SC - Pekan Dinamika Akuntansi HMJ/Akun
Interen
143
- Kompetisi
Futsal
SC SC
Interen
SC
Interen
SC
Interen
SC
Interen
BEM/HMJ
Eksternal
BEM/HMJ
Eksternal
BEM/HMJ
Internal
BEM/HMJ
Nasional
SC
Internal
SC
Internal
Kreasi CUP V - Dialog
Dan
Pameran
Kewirausahaan - Studi Lapang Nurul Kalam - Bakti Sosial dan Buka Puasa Bersama Anak Panti - Konferensi wil.III ISMAHI SUL-SEL - Kejuaraan Futsal Amkop CUP Se Kota Makassar - Penyuluhan Hukum dan Roadshow - Debat
Hukum
Tingkat
Nasional 3.
Fakultas Hukum
- Milad Ke XIX Hipermak SC - Bincang Isu Kejahatan - Musyawarah
Besar
Nasional Ke II Lembaga BEM/HMJ
Nasional
Debat Konstitusi - Pelantikan BEM
BEM/HMJ
Internal
- Seminar Kebangsaan
SC
Internal
- Mubes SC Kapak
SC
Internal
144
- Dialog Publik Soil SC
SC
Internal
- Musyawarah Luar Biasa
BEM/HMJ
Internal
- Renovasi
Sekretariat
Himpunan
Mahasiswa HMJ
Interen
Arsitek - Indonesia
Beat
(Founder)
Box Teknik BEM
Internasional
Arsitektur - Inagurasi
Mahasiswa HMJ
Interen
HMJ
Interen
HMJ
Interen
HMJ
Interen
HMJ
Eksternal
Arsitek 4.
Fakultas Teknik - Rancang Bangun Gokar Teknik Mesin - Pengenalan
Jurusan
Arsitek - Festival
dan
Edukasi
Arsitektur - Lomba Inovasi Teknologi Tepat Guna - Musyawarah Himpunan
Besar Bahasa
dan HMJ
Interen
Sastra Indonesia 5.
Fakultas Sastra - The 44 th Intensive English BEM
Interen
Himpunan HMJ
Interen
Kampung Bahasa Inggris - Try
Out
145
Mahasiswa Bahasa Inggris - Up
Greading
dan
Pelantikan dan Rapat Kerja ABA
Interen
ABA - Pengembangan Kreatifitas HMJ
Interen
ABA
Interen
HMJ
Interen
Ielts ABA
Interen
Komunikasi 2016 - Camp Himaba - Pelantikan dan Rapat Kerja Himpunan Komunikasi - LPDP
Seminar
Training ABA - Bakti Sosial Pendidikan BEM
Interen
HMJ
Interen
BEM
Interen
HMJ
Interen
HMJ
Interen
BEM
Interen
BEM
Interen
Bahasa Inggris - Panggung
Sastra
Mahasiswa Sastra Inggris - Inagurasi Karnaval BEM - MUBES Himpunan Sastra Inggris - MUBES Ke 4 Pendidikan Bahasa Inggris - Pemilihan
Ketua
Senat
BEM - Pelatihan 6.
Dasar
Fakultas Pertanian Manajemen Organisasi
146
- MUKERNAS HMJ
Eksternal
BEM
Nasional
Pernas FKK Himagri ke HMJ
Eksternal
POPMASEPI - Diskusi Nasional Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian - Seminar
Nasional
dan
XIV - Seminar
Nasional
TOPMAWIL
dan
Training HMJ
Eksternal
Organisasi - Training
Profesi HMJ
Interen
BEM
Interen
BEM
Eksternal
HMJ
Eksternal
Agroteknologi - Seminar
Nasional
dan
Diklat BEM - Seminar
Nasional
dan
Muswil BEM - Seminar nasional teknik kimia - Dialog
Awal
Fakultas
Chemical
Teknologi Industri
HMJ Kimia
Tahun
Engineering HMJ
Interen
7. - Evaluasi Kinerja BEM
BEM
Interen
HMJ
Eksternal
- Kunjungan Industri HMJ Teknik Industri
147
- Seleksi CHAMPE
Kompetisi CAR
HMJ HMJ
Interen
Kimia - Grow Up Together HMJ HMJ
Interen
BEM
Interen
BEM
Interen
BEM
Interen
HMJ
Interen
BEM
Interen
HMJ
Interen
HMJ
Interen
HMJ HMJ
Interen
Kimia - Seminar Internasional HMJ Pertambangan - Lomba LKTI Teknologi Industri - Kompetisi
CHAMPE
CARInternasional - Workshop Kewirausahaan HMJ Kimia - Festival Kartini - Sosialisasi Anti Narkoba HMJ Kimia - Kreatif Industrial Festival 2016 HMJ Teknik Industri - Latihan Kepemimpinan
Dasar
Kimia - Evaluasi Kinerja BEM
BEM
Interen
HMJ
Interen
- Buka Puasa Bersama HMJ Kimia
148
- Pesrta
IDC
Equilibrium BEM
Eksternal
BE,M
Eksternal
BEM
Nasional
BE,M
Interen
BEM
Internasional
BE,M
Nasional
BEM
Interen
BE,M
Interen
BEM
Interen
BE,M
Interen
BEM
Interen
- Muswil 4 ISMAFARSI
BEM
Eksternal
Fakultas
- Indonesia Development
BEM
Interen
Kesehatan
- Latihan Kader Senat BEM
BEM
Interen
Science Faris - Kejuaraan
Futsal
Mahasiswa Se SulSel - Olimpiade ke Farmasian Tingkat Nasional - Pemeriksaan
Gula
dan
Darah - Join
Internasional
Conference on - Mipa
Untuk
Negri
Konferensi Ilmuan Muda 8.
Fakultas Farmasi - Pemilihan Ketua BEM dan BLM - Milad ke 12 Laboratorium Mikrobiologi - Musyawarah Kerja BEM - Latihan
Kepemimpinan
Tingkat I - Farmasi Cup VIII Antar Mahasiswa dan Club
9.
149
Masyarakat
- Seminar
dan
Workshop BEM
Interen
BEM
Eksternal
TBM
Eksternal
BEM
Eksternal
TBM
Eksternal
TBM
Eksternal
Kesehatan - Solo Medical - Simulasi
Kemantapan
Anggota Baru Tim Medis - Bakti
Sosial
Angkatan
Fakultas 10.
2011 Kedokteran - Kunjungan Desa Binaan Tim Bantuan Medis - Seminar
Nasional
dan
Bakti Sosial - Orientasi
Pengembangan
Teknologi Informasi dan BEM
Internal
Keorganisasian Fakultas
Ilmu - Disain Competition
BEM
Internal
- Inagurasi Inheritance 2015
BEM
Eksternal
- Donor Darah
BEM
Internal
- Seminar Kewirausahaan
BEM
Internal
- Kampoeng IT 3
BEM
Internal
11. Komputer
- Musyawarah Nasinal Ke 11 Ilmu dan Teknologi BEM
Eksternal
Fakultas Perikanan Kelautan
12. Dan Ilmu Kelautan
- Kongres
Nasional HMJ
Himapikani Ke 13
Eksternal
150
- Bakti
Sosial
Malam BEM
Internal
BEM
Internal
BEM
Eksternal
BEM
Eksternal
BEM
Internal
Silaturahmi Maba - Latihan Gawat Darurat dan Kedisiplinan Fakultas
- Pra Musyawarah Nasional
13. Kedokteran Gigi
Ke 14 PSMKGI 2016 - UMI
Makassar
Amal
Senyuman - Mukhtamar
3
Keluarga
Besar FKG Sumber: Kemahasiswaan UMI Makassar. Kegiatan yang diselenggarakan oleh lembaga mahasiswa dan unit kegiatan mahasiswa ditujukan untuk memberikan pengajaran kemampuan akademik kepada mahasiswa melalui lembaga mahasiswa masing-masing fakultas dan UKM sesuai bidang keahlian, dan non akademik yang tidak masuk dalam struktur kurikulum. Pengayaan ini berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kegiatan lembaga mahasiswa dikordinasikan dengan pimpinan fakultas melalui wakil dekan III, sedang kegiatan UKM di kordinasikan dengan pembina UKM dengan pimpinan universitas melalui wakil rektor III. Kegiatan mahasiswa yang lebih spesifik, terutama berhubungan dengan bidang keahlian masing-masing jurusan ditangani langsung masing-masing kelompok studi atau kelompok kajian di bawah kordinasi dengan jurusan dan bekerjasama dengan kepala pusat kajian Islam dan pembinaan moral masing-masing fakultas. Kelompok studi ini mengangkat tema-tema aktual yang berhubungan dengan bidang
151
keahlian masing-masing jurusan, dan dipadukan dengan pandangan-pandangan Islam tentang tema aktual tersebut. Kajian ini diselenggarakan oleh masing-masing kelompok studi pada masing-masing fakultas dengan jadwal yang bervariasi. Ada yang menyelenggarakan setiap sabtu akhir bulan, setiap sabtu akhir triwulan, dan setiap akhir semester. Dinamika lain yang juga ditunjukkan mahasiswa di lapangan, adalah munculnya perilaku amoral/tidak Islami beberapa mahasiswa. Mahasiswa semakin sering meninggalkan kegiatan perkuliahan, mengganggu ketertiban lalu lintas dengan demonstrasi, dan tidak jarang berakhir dengan bentrokan, perkelahian antar mahasiswa di dalam kampus, perkelahian antar perguruan tinggi, mengkonsumsi minuman/makanan terlarang, pergaulan bebas, dan sebagainya. Berbagai perilaku mahasiswa tersebut sering dikeluhkan dan disampaikan masyarakat kepada pengelola perguruan tinggi, agar dapat ditindaklanjuti oleh pihak perguruan tinggi untuk mengurangi perilaku tidak terpuji itu. Perkembangan inilah mendorong pihak universitas melaksanakan program pendidikan moral secara terpadu antara kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler dalam lingkungan UMI Makassar melalui pola pembinaan perilaku Islami. Perilaku mahasiswa (akhlak mulia) semakin menunjukkan dekadensi moral dan menyimpan dari visi, misi, dan tujuan UMI Makassar sebagai lembaga pendidikan dan dakwah. Pergeseran dari nilai-nilai moral ini mulai dirasakan oleh berbagai pihak sejak menjelang periode reformasi tahun 1998 sampai dengan pasca reformasi. Beberapa mahasiswa mulai kehilangan jati diri sebagai kaum intlektual dan berperilaku, mereka seakan hanyut dengan eforia kebebasan dan bertindak ke luar dari prinsip-prinsip perilaku Islami dan nilai-nilai agama yang mencirikan UMI Makassar sebagai
152
kampus Islami. Berbagai keadaan pergeseran nilai perilaku Islami yang dimaksudkan dapat dijelaskan seperti pada tabel berikut: TABEL : 7 PERILAKU AMORAL MAHASISWA TAHUN 1997-2004 PERILAKU
FRE-
NO.
TAHUN MAHASISWA
1
KETERANGAN KUENSI
2
3
4
5 Mengganggu
Demonstrasi
di
luar
1.
ketertiban 1997-2004
lalulintas,
17 kali
kampus
dan ada yang bersifat anarkis Merusak
fasilitas
kampus, pembakaran Perkelahian
antar kampus,
2.
mahasiswa di dalam 1997/2004
luka
berat
5 kali dan ringan, dan satu
kampus diantaranya meninggal dunia. Mengakibatkan fasilitas Bentrokan
rusak, 3.
mahasiswa
kampus
antara dengan 1997-2004
dan
tiga
1 kali mahasiswa
UMI
pihak TNI Makassar dunia
meninggal
153
Mengakibatkan Bentrokan 4.
antara
mahasiswa
beberapa
dengan 1998-2004
4 kali
aparat polisi
fasilitas
kampus
rusak,
mahasiswa
luka
ringan dan berat. Mengakibatkan Perkelahian
antar beberapa
5.
kampus atau dengan 1998-2004
mahasiswa
1 kali dari kedua belah pihak
perguruan tinggi lain luka-luka Mengkonsumsi
Dilakukan di dalam
6.
1997-2004
3 kali
minuman keras
kampus Menimbulkan
Penyanderaan
dosen
7.
ketegangan 1997-2004
dan
1 kali
dan staf
kepanikan di kalangan civitas akademik.
Pemalakan
sesama
mahasiswa
oleh
8.
Dilakukan di dalam 1997-2004
seniornya
di
dalam
2 kali kampus.
kampus Sumber data: Biro administrasi kemahasiswaan dan Satpam UMI Makassar Gambaran perilaku tersebut mengundang keprihatinan berbagai pihak dan tidak jarang membuat pengguna jalan menjadi emosi, karena merasa terganggu melakukan aktifitas dan merugikan secara material. Gambaran perilaku ini juga
154
berdampak pada kepercayaan masyarakat pada waktu itu untuk menempuh pendidikan tinggi di UMI Makassar. Hasil wawancara kami dengan pimpinan UMI Makassar tanggal 14 Juli 2016, Bapak HAS menjelaskan bahwa ”ada kecenderungan penerimaan mahasiswa di UMI Makassar mulai tahun 2000 s/d 2004 berkurang, dan diduga faktor penyebabnya adalah seringnya mahasiswa melakukan demonstrasi anarkis dan tawuran, dan akibat krisis ekonomi pada saat itu”. Ungkapan ini juga diperkuat dengan hasil studi kami pada Biro Administrasi Kemahasiswaan UMI Makassar yang menunjukkan bahwa penerimaan mahasiswa baru pada tahun tersebut, UMI Makassar hanya menerima mahasiswa rata-rata 2000 bahkan kurang dari 2000 mahasiswa. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum dan sesudahnya, UMI Makassar dapat menerima lebih dari 5000 mahasiswa berdasarkan hasil ujian saringan mahasiwa. UMI Makassar pasca tahun 2004 mulai kembali bergairah dengan pulihnya kepercayaan masyarakat dengan memasukkan anak-anak mereka di UMI Makassar mengikuti pendidikan tinggi 9. Bersamaan dengan itu pula, perilaku-perilaku amoral semakin berkurang ditunjukkan oleh mahasiswa UMI Makassar, sejak tahun 2005 s/d sekarang tidak ditemukan lagi tawuran dan demonstrasi antar mahasiswa di dalam kampus maupun di media massa yang mengganggu ketertiban lalu lintas sepanjang kurung waktu tersebut, dan perilaku amoral. Apa yang dikemukakan tersebut, juga dibenarkan oleh orang tua mahasiswa NHN tanggal 2 Agustus 2016 dan sopir angkot (pete-pete) BRH tanggal 20 Juli 2016 di Makassar bahwa ”mahasiswa UMI Makassar sekarang ini
9
Hasil Wawancara HS, Tanggal 14 Juli 2016
155
cenderung lebih tertib dan ramah, tidak pernah lagi kita lihat dan dengar melakukan demo dengan anarkis, tawuran, dan mudah-mudahan ini terus terjaga”10. Apa yang dikemukakan oleh masyarakat tersebut menunjukkan bahwa apresiasi masyarakat terhadap UMI Makassar, dan mulai menunjukkan pencitraan yang baik, dan hal inilah yang diharapkan oleh semua pihak, baik oleh pemerintah, masyarakat, dan pengelola UMI Makassar. Bahkan oleh pihak pengelola UMI Makassar, bahwa kesejukan, ketertiban yang dirasakan oleh civitas akademika UMI Makassar, dan masyarakat sekarang ini didukung oleh komitmen UMI Makassar melakukan pola pembinaan perilaku Islami secara intensif dan terpadu sejak tahun 2000 sampai sekarang. B. Konsep Pembinaan Program Kampus Islami terhadap Perilaku Mahasiswa di UMI Makassar Konsep pembinaan perilaku mahasiswa UMI Makassar sebagai berikut11: 1. Prinsip-prinsip pembinaan perilaku Islami yang diterapkan dalam upaya pengembangan perilaku Islami mahasiswa UMI Makassar di dasarkan pada al-Qur’an dan Hadis Rasulullah, dan dengan tetap menekankan dan mendorong mahasiswa untuk mencurahkan dan mencerahkan dimensi akal dan kalbunya, dan keseluruhan dari tindakan perilaku Islam merupakan bentuk ibadah atau pengabdian kepada Allah swt12.
10
Hasil Wawancara NHN dan BRH Tanggal 2 Agustus 2016 / 20 Juli 2016
11
Menerobos Krisis Mengukir Prestasi, 40 Tahun UMI Makassar, (Makassar : PUSDIKI, 1994). h. 3 12
h. 36
Program Kerja LPDKI UMI, Pengembangan Dakwah & Kampus Islami UMI, (UMI, 2016).
156
2.
Proses pembinaan perilaku Islami melalui beberapa fase, yaitu (a) mengetahui dan mengerti nilai-nilai Islam, (b) memahami nilai-nilai Islam, (c) menerima nilai-nilai Islam, (d) menjadikan nilai-nilai Islam sebagai sikap perilaku Islami dan keyakinan dan (e) menerapkan nilai-nilai Islam. Proses ini dilakukan dengan pendekatan, pembersihan jiwa, penyucian akal dan penyucian kalbu.
3.
Tugas pimpinan, dosen, karyawan dan pembina sebagai penanggungjawab dan pengembang amanah, pembinaan perilaku Islami diberikan tugas dan tanggungjawab sebagai berikut: (a) menanamkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai Islam sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah saw, (b) berperan sebagai tauladan (panutan) yang baik dan Islam untuk diteladani sesuai dengan nilai-nilai Islam, (c) aktif memberikan konseling atau bimbingan dan latihan keterampilan akademik yang Islam dan sosial, (d) menyampaikan dan menerapkan seruan atau tazkirah dengan prinsip hikmah dan pelajaran yang baik untuk menyeru kepada amar makruf dan nahi mungkar, (e) pembiasaan dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik dari segala sesuatu yang dilaksanakan atau yang diucapkan, seperti tutur kata yang baik, sopan dan santun. (f) menciptakan iklim sosial yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, menghentikan aktivitas ketika adzan dikumandangkan dan mengikat seluruh civitas akademika UMI Makassar.
4.
Membina mahasiswa UMI sebagai generasi pendukung yang teguh dalam dakwah dan peningkatan cita-cita Islami, kampus perjuangan dan kampus pengabdian. Membina perilaku mahasiswa, karyawan, dan dosen menuju kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Dan mamfasilitasi, mancari
157
jalan keluar permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa melalui dakwah dan konseling.13. Berdasarkan deskripsi proses program pembinaan perilaku Islami di UMI Makassar, maka dapat diberikan pertimbangan sebagai berikut: a. Prinsip-prinsip perilaku Islami yang diterapkan dalam upaya pengembangan dan penerapan sikap, perilaku Islami mahasiswa UMI Makassar. Pembahasan tentang prinsip-prinsip perilaku Islami yang diterapkan dalam upaya pengembangan dan penerapan sikap dan perilaku Islami mahasiswa UMI Makassar sudah sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Prinsip-prinsip ajaran Islam didasarkan pada Aqidah, Syari’ah dan Akhlak. Sebagaimana hasil wawancara kami dengan AMD 29 Juli 2017 menyatakan bahwa “Konsep pembinaan program kampus Islami yang dicanangkan di UMI sudah sesuai dengan konsep Islam, namun pemantapan sistem memerlukan dukungan dari setiap fakultas yang ada di UMI”. Apa yang dikemukakan itu menunjukkan bahwa dengan konsep yang dicanangkan UMI sangat penting karena konsepnya adalah; (1) untuk mengetahui prinsip-prinsip pembinaan perilaku Islami yang diterapkan dalam pengembangan dan realitas perilaku mahasiswa, (2) mengetahui gambaran program kampus Islami yakni pembinaan perilaku mahasiswa yang diterapkan di UMI, (3) untuk memberikan pemahaman awal kepada mahasiswa berperilaku yang baik, aqidah, syariah, dan akhlak14. Aqidah adalah pondasi (pilar) dalam kehidupan umat Islam, sedangkan ibadah adalah manifestasi dari iman. Kuat dan lemahnya ibadah seseorang ditentukan 13
Program Kerja LPDKI UMI, Pengembangan Dakwah & Kampus Islami UMI, (UMI, 2016).
14
Hasil Wawancara Dosen Kopertis Wilayah IX, Tanggal 29 Juli 2017
h. 38
158
oleh kualitas imannya. Demikian pula sikap seseorang dalam menerima dan melaksanakan perintah-perintah Allah swt. serta sikap menjauhi larangan-laranganNya menunjukkan sikap mentalnya yang paling dalam terhadap Allah swt. Sebaliknya, kualitas iman seseorang dibuktikan dengan pelaksanaan ibadah secara sempurna dalam kehidupannya. b.
Program Pembinaan perilaku mahasiswa dalam kaitannya dengan pengembangan dan penerapan perilaku Islami, afek perilaku Islami, dan perilaku Islami di UMI Makassar. UMI Makassar melaksanakan pembinaan perilaku mahasiswa dengan dua
sasaran yang berbeda, yakni pembinaan yang ditujukan pada dimensi akal dan pembinaan yang ditujukan pada dimensi kalbu. Pembinaan perilaku Islami yang ditujukan pada dimensi akal dilaksanakan dengan serangkaian mata kuliah seperti penerapan nilai Islam, pendidikan kewarganegaraan, dan pendidikan akhlak yang dilaksanakan dengan perkuliahan selama satu semester dengan beban SKS tertentu. Pembinaan yang ditujukan pada dimensi kalbu dilaksanakan dengan serangkaian kegiatan inti yakni shalat berjamaah, wirid, zikir akbar, tadarrus, membaca surahsurah pendek, yasinan, doa makan, doa belajar, shalat lail, shalat taubat, shalat khusyu, shalat Dhuha dan shalat tahiyatul masjid. Kegiatan ini disebut dengan pencerahan kalbu, dan dilaksanakan selama satu bulan penuh di pesantren, dan tidak memiliki beban SKS. Kedua kegiatan tersebut, pada prinsipnya dilakukan dengan proses dan pendekatan yang sama, yakni proses mengetahui nilai-nilai Islam, memahami nilai-nilai Islam, menerima nilai-nilai Islam, menjadikan nilai Islam sebagai sikap, perilaku dan keyakinan, serta menerapkan nilai-nilai Islam. Proses ini juga dilakukan dengan pendekatan komprehensif (penerapan, pembiasaan nilai-nilai
159
Islam, keteladanan, tazkirah, melatih mengatasi masalah, pengembangan dan merealisasikan keterampilan akademik dan sosial). Sebagaiman hasil wawancara kami dengan AMR tanggal 15 Agustus 2017 bahwa “konsep pembinaan yang dicangkan UMI sesuai dengan prinsip-prinsip Islam namun perlu dukungan dari phak fakultas dalam penerapannya”. Apa yang dikemukakan AMR, menunjukkan bahwa konsep yang dicanangkan UMI tersebut dengan pertimbangkan bahwa proses pembinaan yang dilaksanakan di UMI belum memadai dan belum sesuai dengan standar yang diharapkan dengan pertimbangan sebagai berikut yakni; (1) proses pembinaan perilaku Islami lebih berorientasi pada mengetahui nilai-nilai Islam, belum menyentuh kepada bagaimana menerapkannya secara komperhensif dengan pendekatan komperhensif pula, (2) dosen pembinaan perilaku Islami lebih dominan menggunakan pendekatan metode ceramah dan cenderung indoktrinatif untuk memahami dan menerima nilai-nilai ketimbang pendekatan inkulkasi, (3) masih kurang memadai pendekatan emosional secara komperhensif masih ada deskriminasi, baik dibidang akademik, kemahasiswaan dan keuangan, (4) pimpinan, dosen, karyawan sebaiknya menjadi contoh yang baik, (5) memberlakukan sistem secara Islam, (6) menjadikan nilai-nilai Islam sebagai budaya yang unggul di UMI Makassar, (7) para dosen pengampuh mata kuliah perlu mensinergikan materi ajarnya dengan pendekatan afektif (memberi contoh yang bernuansa Islami)15. Proses pembinaan perilaku mahasiswa, kurang menyentuh dimensi akal untuk mendorong mahasiswa
dapat melakukan penalaran perilaku
Islami
mengembangkan keterampilan berpikir secara Islami, keterampilan mengatasi
15
Hasil Wawancara Dosen Kopertis Wilayah VIII, Tanggal 15 Agustus 2017
160
masalah. Proses pemahaman nilai-nilai Islam seperti inilah memberikan kesan penerimaan nilai-nilai Islam dan menjadikan nilai-nilai Islam sebagai sikap, perilaku dan keyakinan kurang maksimal, dan gambaran ini dapat dilihat dari perilaku mahasiswa dalam mengamalkan, menerapkan nilai-nilai Islam di kampus. Konsep penerapan kurikulum pencerahan kalbu di Padanglampe bersinergi dan berintegritas dengan penerimaan nilai-nilai Islam dan menjadikan nilai-nilai Islam sebagai keyakinannya karena teori dan prakteknya selama 1 bulan di Padanglampe sehingga penerimaan nilai-nilai Islam dan menjadikan nilai-nilai Islam sebagai sikap, perilaku, dan keyakinannya dan ini diterapkan dan direalisasikan selama di Padanglampe mulai dari makan, tidur, belajar, dan seluruh aktivitasnya semua diatur dengan model kurikulum pesantren. Hasil wawancara kami dengan Ketua LPDKI UMI, tanggal 7 Juni 2017 menyatakan bahwa sebagai berikut;
pasca Padanglampe konsep dan penerapan
kampus Islami dilingkungan kampus belum maksimal bersinergi karena model kurikulum akademik dikampus belum berintegritas disebabkan karena beragam kegiatan disetiap fakultas dan lama dalam proses dikampus kurang lebih 4 tahun sehingga penerimaan nilai-nilai Islam, menjadikan nilai-nilai Islami sebagai keyakinannya belum maksimal16. Senada dengan hasil wawancara dengan Wakil Rektor IV sebagai berikut, bahwa untuk proses yang menyentuh dimensi kalbu, kegiatan ini sudah berjalan dengan baik. Mahasiswa, pembina, orang tua mahasiswa dan masyarakat sama-sama merasakan manfaat yang diperoleh atas kegiatan tersebut. Pendekatan yang dilakukan dengan pendekatan sufistik yang diilhami dari pandangan Imam Gazali untuk dapat
16
Hasil Wawancara Ketua LPDKI UMI, Tanggal 7 Juni 2017
161
mensucikan atau mencerahkan kalbu mahasiswa, dan civitas akademika UMI Makassar lainnya. Metode yang paling utama dalam penyucian atau pencerahan kalbu ini adalah dengan "zikrullah" (menyebut dan mengingat-ingat Allah swt) 17. Ini menunjukkan bahwa dengan konsep pembinaan program kampus Islami yang dicanangkan di UMI sangat penting dan sesuai dengan visi misi dan tujuan UMI. Untuk dapat melakukan "zikrullah" dengan baik dalam kegiatan ini perlu usaha pengembangan psikologis (tasfiyat al-nafs), yaitu dengan penjernihan jiwa dengan cara menghilangkan berbagai sifat yang tercela (mujahadat al nafs). Upaya penjenihan dan penyempurnaan jiwa itu sendiri, harus benar-benar dapat dilakukan melalui proses tatahhur (penyucian jiwa dari segala penyakit psikologis, tahaqquq (merealisir Berbagai macam seperti zuhud, ikhlas ke dalam jiwa), takhalluq menjadikan nama dan sifat Allah swt. sebagai cermin tingkah laku psikologisnya) 18. Sebagaimana hasil wawancara mahasiswa RRN tanggal 5 september 2015 menyatakan bahwa; kegiatan-kegiatan yang dilakukan di UMI Makassar yang bernuansa Islami seperti shalat berjama’ah, zikir akbar, mengahafal surah-surah pendek, doa di kelas dll dapat merubah (berefek positif) pada perilaku kami karena dengan kegiatan itu kami selalu mengingat dan dekat kepada Allah swt., merupakan sejenak rutinitas dunia dan kembali menjadi hamba yang lemah di hadapan Allah swt. Berdoa di dalam kelas sebelum pelajaran dimulai perasaan lebih tenang, lebih fokus belajar dan lebih cepat dipahami, serta tahan lama diotak19.
17
Hasil Wawancara Wakil Rektor IV UMI, Tanggal 7 Mei 2016
18
Hasil Wawancara Wakil Rektor IV UMI, Tanggal 7 Mei 2016
19
Hasil Wawancara Haldi Nugraha, Tanggal 5 September 2015
162
Ini menunjukkan bahwa upaya penyempurnaan dan penjernihan jiwa itu sendiri dibagi lagi ke dalam empat bagian usaha yaitu: (1) melakukan berbagai amal perbuatan dan memperhatikan/mengawasinya dengan cermat dalam segi ketaatan, dalam kemaksiatan, dan dalam hal yang mubah (muraqabah), (2) meninjau ulang, mengintrospeksi diri dari segala gerak dan diamnya bahwa apakah bertambah atau berkurang (muhasabah), (3) menghukum diri atas segala kekurangan (muaqabah). Bentuk hukuman yang dimaksud adalah dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang terpuji, bertaubat, dan mendekatkan diri kepada Allah swt., misalnya seseorang bila melakukan kesalahan terhadap orang lain, dia harus minta maaf, pernah memakan makanan yang tidak halal lalu dia menghukum dirinya dengan bersedakah, istighfar, dan sebagainya. dan (4) bersungguh-sungguh melakukan sanksi atas dirinya karena Allah swt. (mujahadah)20. Proses pembinaan perilaku Islami yang dilaksanakan di kampus UMI Makassar sesuai dengan aqidah, syari’ah/Ibadah dan Akhlak, yakni dengan mengedepankan pengembangan kognitif dan afektif untuk memberikan dorongan melakukan tindakan perilaku Islami, namun dalam berbagai fase proses dan pendekatan yang dilakukan pada tingkat implementasi belum berjalan dengan baik. pembinaan perilaku Islami belum maksimal dalam proses pembinaan di kelas contoh masih ada mahasiswa yang ikut-ikutan berdoa dan kebanyakan yang serius. Tugas pimpinan, dosen, karyawan dan pembina sebagai penanggungjawab dan pengembang amanah pembinaan perilaku mahasiswa di kampus UMI Makassar.
20
4
Al-Gazzali, Ihya’ Ulum al-din (Surabaya: al-Maktabah al-Kubra al-Nabhaniyyah), tth. h. 3-
163
Ajaran Islam suatu tanggungjawab, ajaran Islam memberikan tuntunan yang cukup jelas tentang tanggung jawab setiap orang dalam pembinaan perilaku Islami. Dalam ajaran Islam pembinaan perilaku Islami adalah perintah Allah swt. dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang tanggungjawab pembinaan perilaku Islami antara lain berbunyi: "Serulah menusia kepada jalan Tuhan.mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik (Q.S. alNahl:125) dan "hendaklah diantara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar (Q.S. ali-Imran: 104)". Dalam hadis Rasulullah juga dijelaskan tuntunan itu yang berbunyi “Mudahkanlah, jangan dibuat sulit dan gembirakanlah, jangan dibuat orang menjauh”21. Tanggungjawab yang diajarkan agama tersebut, melekat pada setiap orang, pimpinan, guru/dosen, karyawan, dan pembina pada setiap institusi pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Tanggungjawab itu dapat ditunjukkan dengan beberapa tugas sebagai berikut: (l) menanamkan nilai-nilai Islam sesuai dengan yang "dicontohkan" Rasulullah saw, (2) berperan menjadi tauladan yang baik untuk diteladani sesuai dengan nilai-nilai Islam, (3) menjadikan nilai-nilai Islam budaya yang unggul di UMI Makassar, (4) memberikan bimbingan dan latihan keterampilan akademik dan sosial, (5) menyampaikan seruan atau tazkirah dengan prinsip hikmah dan pelajaran yang baik untuk menyeru kepada amar makruf dan nahi mungkar, (6) pembiasaan dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik dari segala sesuatu yang dilaksanakan atau yang diucapkan, (7) menciptakan iklim sosial
21
Abu Abdillah Muhammad Bin Ismail al-Bukhari, Matan al-Bukhari, Juz 1 (Al-Kahirah: Dar Ihya’ al-Kutub al-aradiyah Li Ashabiha Isa al-Babi al-Halabi wa Syurakauh, t.t) h. 24
164
yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dan mengikat seluruh civitas akademika, (8) menjadikan
kampus
Islami
mencari
yang
dinamis
untuk
mengantisipasi
perkembangan zaman. Berdasarkan tuntunan tersebut, dapat diberikan pertimbangan tentang tanggungjawab pimpinan, dosen, karyawan, dan pembina dalam pelaksanaan pembinaan perilaku Islami di UMI Makassar belum berjalan dengan baik, terutama tertuju pada pimpinan, dosen, karyawan, dan pembina di kampus UMI Makassar. Kerja dosen dalam pembelajaran masih kurang memadai menanamkan dan membiasakan nilai-nilai Islam dengan menggunakan pendekatan inkulkasi. sementara dalam hal keteladanan, juga belum sepenuhnya berperan sebagai tauladan yang baik dengan standar nilai Islam untuk diteladani, dan memberi tazkirah, bimbingan dan penyuluhan. Kondisi seperti itu, juga ditunjukkan oleh pembina, terutama dalam memberikan layanan bimbingan dan penyuluhan kepada mahasiswa, bahkan dalam fakultas tertentu, (1) layanan bimbingan itu tidak berjalan dengan baik. (2) sebenarnya tanggungjawab pembina pada masing-masing fakultas, tidak hanya menjalankan tindak lanjut dari kegiatan pencerahan kalbu tapi juga diharapkan dapat memberikan layanan bimbingan dan penyuluhan kepada mahasiswa di fakultas untuk membetuk perilaku Islam mahasiswa UMI Makassar, (3) untuk memaksimalkan tugas pembina di fakultas tersebut, lintas mengajarnya dibatasi, (4) pembina harus aktif memberikan Tazkirah kepada Mahasiswa baik dikelas maupun diluar kelas (formal atau Non-formal). Karyawan sebagai pelayan administrasi yang sudah mengikuti pelatihan pelayanan prima di kampus, belum sepenuhnya berperan secara maksimal dalam
165
memberikan pelayanan administrasi kepada mahasiswa. Kinerja sebagian karyawan dianggap masih kurang memadai sesuai yang diharapkan. Kondisi ini masih dapat dilihat dari sebagian kehadiran karyawan pada setiap jam kerja, komunikasi tauladan yang ditunjukkan oleh beberapa karyawan masih ada yang belum sesuai dengan standar nilai-nilai Islam yang ditetapkan untuk diteladani. Lain halnya dengan peran karyawan pembina di pondok pesantren Darul Mukhlishin padanglampe dapat dianggap lebih baik dalam rangka pencerahan kalbu mahasiswa. Peran mereka dalam membina dimensi kalbu mahasiswa, dan peran sebagai tauladan yang baik untuk diteladani sehingga dilaksanakan dengan baik oleh karyawan dan pembina. Kondisi kedekatan pembina, karyawan, dengan mahasiswa terbangun dengan baik dalam setiap kegiatan selama mahasiswa berada di pesantren sebaiknya pembina laki-laki untuk mahasiswa laki-laki dan pembina perempuan untuk mahasiswa perempuan. Mahasiswa merasa beta tinggal di pondokan selama sebulan, dan orang tua mahasiswa juga menyampaikan keyakinan itu saat mereka mengunjungi anak-anak mereka22. c.
Pembinaan perilaku Islami bagi mahasiswa UMI Makassar. Tujuan pembinaan perilaku mahasiswa di perguruan tinggi tidak terbatas
pada problem-problem etis atau perilaku mahasiswa sekarang ini, oleh karena itu yang dapat dilakukan dalam mengajar pembinaan perilaku mahasiswa adalah: (a) memperkenalkan kepada mahasiswa dengan cara memulai pada diri sendiri, (b) memberlakukan sistem atau aturan kepada seluruh civitas akademika UMI Makassar tanpa deskriminasi.
22
Hasil Wawancara ISM, Tanggal 6 Mei 2017
166
Disamping kegiatan tersebut, yang dapat dilakukan dalam pembinaan ini adalah pola pikir yang berkembang dimasyarakat dan menjadi tanggungjawab pimpinan dan dosen sebagai pendidik dan pembina untuk; (1) melihat implikasi nilai etik (perilaku Islami) dalam setiap proses perubahan yang terjadi di kampus, (2) membantu perkembangan nilai-nilai Islam dalam diri mahasiswa, dan (3) membantu agar mahasiswa dapat mengambil sikap dan keputusan, dalam merencanakan kehidupan secara Islami, (4) menjadikan pembinaan perilaku Islami menjadi budaya kampus yang Islami sekaligus penerapannya dilihat dan dirasakan dalam setiap proses perubahan yang terjadi, (5) membantu menerapkan nilai-nilai Islam pada mahasiswa dengan pendekatan aqidah, syari’ah dan akhlak, (6) membantu mahasiswa dalam merealisasikan sikap perilaku Islami dalam mengambil keputusan, dalam merencanakan masa depannya. Beberapa perilaku yang dapat dikembangkan dalam pembinaan perilaku mahasiswa di perguruan tinggi UMI Makassar, maka dapat diberikan pertimbangan bahwa program pembinaan perilaku mahasiswa yang dilaksanakan di UMI Makassar sesuai dengan pengembangan dan penerapan program pembinaan tersebut, meskipun dalam implementasi program yang dilaksanakan masih terkendala dari kompetensi beberapa pimpinan, dosen dan pembina mengembangkan dan menerapkan sejumlah kegiatan yang bernuansa Islami dan memberikan gambaran umum pembinaan perilaku Islami yang dapat membantu umat manusia agar tidak tersesat dalam demoralisasi23. Beberapa tuntunan yang telah dicontohkan Rasulullah Muhammad saw. adalah: (1) Akhlak terhadap Allah swt., (2) akhlak terhadap kitab suci Al-
23
Abdul Hamid, Model Penelitian Evaluasi Pendidikan Moral Di Universitas Muslim Indonesia Makassar, Disertasi Program Pascasarjana Yogyakarta, 2008
167
Qur’an., (3) akhlak terhadap Nabi Muhammad saw., (4) akhlak terhadap diri sendiri, (5) akhlak terhadap keluarga, (6) akhlak terhadap kerabat, tamu, tetangga, dan masyarakat baik dalam lingkungan kerja sekolah, dan lingkungan masyarakat secara umum (7) akhlak terhadap alam sekitar/lingkungan hidup 24. 1) Akhlak terhadap Allah swt. berhubungan dengan perilaku mentauhidkan, bertaqwa, zikir, tawakkal, dan berdoa kepada Allah swt. 2) Menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan penuntun manusia untuk masa depan, bangsa dan negara. 3) Akhlak terhadap Nabi Muhammad saw. berhubungan dengan perilaku beriman kepadanya, mentaatinya, mencintainya, dan bershalawat kepadanya. 4) Akhlak terhadap diri sendiri berhubungan dengan perilaku memelihara agama, memelihara akal, memelihara jiwa, memelihara keturunan dan memelihara harta. 5) Akhlak terhadap keluarga berhubungan dengan perilaku hubungan suami terhadap istri, akhlak istri terhadap suami, akhlak orang tuaterhadap anaknya, akhlak anak-anak terhadap orang tuanya, akhlak anak dengan saudarasaudaranya. 6) Akhlak terhadap kerabat, tamu, tetangga, dan masyarakat. Akhlak yang yang berhubungan dengan ini adalah akhlak yang menuntun bagaimana berteman dan memperlakukan teman, akhlak bertamu dan menerima tamu dan memperlakukan tamu, akhlak bertetangga, dan akhlak bermasyarakat baik dalam lingkungan kerja, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat umum.
24
Abubuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), h. 147
168
7) Akhlak terhadap alam sekitar/lingkungan alam. Akhlak terhadap alam sekitar berhubungan dengan perilaku dan tanggungjawab terhadap alam sekitar, memelihara dan melestarikan alam sekitar lingkungan hidup. Konsepsi Islam menuntun umat manusia dengan memberikan pemahaman bagaimana melestarikan, memelihara, dan mengambil berkah dari alam sekitar untuk semata-mata kesejahteraan umat manusia dan keselamatan lingkungan 25. Tuntunan ajaran Islam tersebut, menjadi muatan program pembinaan dan pembelajaran di UMI Makassar, dan proses penyampaiannya dalam pembinaan perilaku mahasiswa dikembangkan yang dekat dengan kehidupan mahasiswa UMI Makassar. Pengembangan dan penerapan tersebut, terkait dengan perilaku Islami terhadap diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, lingkungan masyarakat secara agama, bangsa dan negara. Dikembangkan dan diterapkan dalam proses dan mengajar di kelas khususnya dosen dan pembina; (a) memperkenalkan dan menanamkan kebiasaan kepada mahasiswa dengan teori-teori etika, perilaku Islami berdasarkan ajaran Islam dan pandangan lainnya, berusaha menjelaskan kekuatan dan kelemahan dari berbagai pandangan tersebut, (b) mendorong mahasiswa untuk menganalisis suatu permasalahan etis, (c) menyusun argumentasi perilaku yang baik dan Islami, bersama argumentasi semacam itu, dan (d) juga membahas fakta-fakta historis yang relevan untuk menyoroti aspek-aspek perilaku Islami dari sebuah masalah etika atau perilaku. Deskripsi program pembinaan perilaku mahasiswa UMI Makassar, tidak terlepas dari program pembinaan perilaku Islami yakni: (1) penalaran perilaku Islami, (2) afek perilaku Islami, (3) perilaku Islami dan (4) pencerahan kalbu.
25
Abubuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), h. 147
169
1) Penalaran perilaku Islami Program pembinaan perilaku mahasiswa dikembangan dengan beberapa komponen, yaitu: (1) mengetahui dan memahami apa yang baik dan benar dari berbagai pandangan sekuler dan agama, dan berusaha menjelaskan kekuatan dan kelemahan dari pandangan tersebut, (2) membentuk prinsip perilaku yang baik dan Islami, (3) mengetahui dan memahami prinsip yang diperlukan dalam membuat keputusan perilaku Islami yang diperlukan, (4) memahami dan merealisasikan pentingnya keluarga, kerabat dan peran mereka dalam keluarga kerabat tersebut, (5) mempertimbangkan berbagai perspektif apabila membuat keputusan perilaku Islami, (6) bersikap terbuka dan menghargai pendapat orang lain, (7) mengamalkan pemikiran perilaku Islami apabila membuat keputusan, (8) memahami perlunya perpaduan sosial dan pentingnya keharmonisan bagi setiap umat manusia tanpa melihat adat istiadat, suku, bangsa, dan agama, (9) mengetahui nilai-nilai Islam yang penting bagi kesejahteraan masyarakat, termasuk adat istiadat masyarakat dan keluarga, dan (10) mengetahui peran mereka dalam masyarakat, bangsa dan negara. 2) Afek perilaku Islami Dalam program pembinaan perilaku mahasiswa UMI Makassar dengan beberapa komponen, yaitu (1) membangun dan merealisasikan keyakinan yang kuat dan komitmen untuk memelihara dan menerapkan nilai-nilai Islam. (2) perlunya menjelaskan nilai-nilai Islam dan tindakan mereka dengan memahami perasaan mereka, agar dapat mengambil pendirian yang Islam secara sadar, (3) mempertimbangkan perasaan orang lain. 3) Perilaku Islami
170
Dalam program pembinaan perilaku mahasiswa UMI Makassar dengan beberapa komponen, yaitu: (1) membuat keputusan dan bertindak berdasarkan pengetahuan dan perasaan sikap perilaku Islami, (2) mengamalkan nilai-nilai Islam sesuai ajaran Islam (aqidah, syari’ah dan akhlak), tradisi, dan adat istiadat masyarakat, (3) menerapkan dan merealisasikan perilaku Islami secara konsisten, (4) menerapkan dan merealisasikan kemampuan sosial dan komunikasi yang baik dan Islami, (5) bertanggungjawab terhadap tindakan mereka, dan (6) menggalakkan dan mengaktualisasikan keharmonisan dan hubungan sosial antara sesama, suku, bangsa, dan agama. 4) Pencerahan kalbu Kegiatan ini dilaksanakan di UMI Makassar secara khusus terpisah dengan
kegiatan
akademik
dikampus
dengan
tujuan
mensucikan atau
mencerahkan kalbu mahasiswa. Kegiatan yang paling utama dalam penyucian atau pencerahan kalbu adalah "zikrullah" menyebut dan mengingat-ingat Allah swt. Hal ini menjadi penting, karena dalam ajaran Islam, kalbu yang kotor akan melahirkan perilaku yang tidak terpuji, merasakan hal-hal yang menyakitkan, seperti rasa benci, iri, dengki, khianat, dan tidak dapat memahami dan merasakan kebenaran26. Sementara kalbu yang suci akan penuh dengan ketenangan dan keimanan (QS. Fushshilat/41: 30, QS. al-Taghabun/64:11, QS. al-Anfal/8: 29, QS. az-Zumar/39: 45). Dalam sebuah hadis Rasulullah Muhammad saw., disebutkan bahwa kalbu memiliki fungsi strategis, dinamis dan fungsional dalam diri manusia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kalbu memiliki peranan
26
Abdul Hamid, Model Penelitian Evaluasi Pendidikan Moral Di Universitas Muslim Indonesia Makassar, Disertasi Program Pascasarjana Yogyakarta, 2008. h. 79
171
yang sangat penting dalam memberikan sifat kemanusiaan bagi kejiwaan seseorang, kalbu menjadi penentu dalam kapasitas kebaikan dan keburukan seseorang. Pembinaan perilaku mahasiswa tersebut, dapat diberi pertimbangan bahwa UMI Makassar telah mempersiapkan program pembinaan perilaku mahasiswa dengan baik, baik untuk program yang dilaksanakan di kampus, maupun yang dilaksanakan di pesantren Darul Mukhlisin Padanglampe. Pengembangan dan penerapan pembinaan tersebut di lapangan hanya terkendala di kompetensi masing-masing dosen dan pembina. Kendala itu sendiri disebabkan yaitu : (1) adanya sebagian dosen yang memiliki kompetensi keagamaan tetapi tidak menerapkan dan merealisasikan kompetensi yang dimilikinya, (2) sebagian dosen kurang memiliki kompetensi pemahaman
keagamaan
tetapi
mereka
berusaha
menerapkan
dan
merealisasikannya, (3) ada beberapa dosen sangat mengerti dan paham dengan kompetensi itu tetapi mereka bersikap biasa saja, (4) ada beberapa dosen dan pimpinan memiliki kompetensi keagamaan tetapi mereka menganggap bahwa program pembinaan kampus Islami dianggap sebagai penghambat akademik, (5) sebagian dosen, pimpinan dan karyawan betul mau melihat UMI Makassar maju dan berkembang dengan berusaha untuk selalu mengembangkan program pembinaan kampus Islami untuk menjadikan mahasiswa sebagai calon intelektual muslim untuk masa depan agama, bangsa dan negara dengan mengedepankan Akhlakul Kharimah sebagai kekuatan untuk memperkokoh jati diri ke-UMI-an dan berusaha membekali nilai-nilai Islam kepada seluruh civitas akademika UMI
172
Makassar sesuai dengan Visi Misi, Tujuan UMI Makassar sebagai lembaga perguruan tinggi Islam di Indonesia Timur. C. Penerapan Pembinaan Program Kampus Islami di UMI Makassar 1. Prinsip penerapan pembinaan perilaku Islami yang diterapkan dalam upaya pengembangan perilaku mahasiswa UMI Makassar. Prinsip penerapan pembinaan UMI Makassar sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam berusaha konsisten dengan nama yang diembannya, visi misi, dan tujuan yang hendak dicapai oleh UMI Makassar. Sebagaimana hasil wawancara kami dengan salah seorang karyawan tanggal 3 agustus 2017 UMI bahwa; pada tahun 1985/1986 digagas program kampus Islami, pengagasnya Abdurahman A Basalamah, mulai dirintis pemisahahn kelas laki-laki dan wanita, Islamisasi kurikulum dan selanjutnya tahun 1990 dicanangkan program busana muslimah, awalnya diperuntukkan oleh seluruh dosen dan karyawan (wanita) diharuskan mengenakan jilab (busana muslimah)27. Pada era itu kerudung panjang yang dikenakan itu baru menutup sebatas rambut, diterapkan secara bertahap dan pada tahun 2000/2001 diwajibkan kepada seluruh mahasiswa UMI menggunakan jilbab (busana muslimah) jilbabnya menutup dada dengan kostum perpaduan rok bulus atau baju busana muslimah diatas lutut dipadukan dengan celana panjang kemudian tahap perkembangan selanjutnya, karena mahasiswa UMI sudah menyatu dengan pakaian busana muslimah maka pihak pimpinan mengeluarkan surat edaran wajib seluruh mahasiswa, dosen, dan karyawan mengenakan busana muslimah.
27
Hasil Wawancara Karyawan UMI, Tanggal 3 Agustus 2017
173
UMI Makassar membuat terobosan baru yang disebut program kampus Islami, dan program ini mulai digagas pada tahun 1985. Program ini terus berkembang sampai sekarang dengan berbagai program-program pembinaan yang kreatif untuk mewujudkan secara nyata program kampus Islami. Program pembinaan ini secara bertahap berpengaruh terhadap misi tridarma UMI Makassar sebagai lembaga pendidikan tinggi sampai sekarang. Itulah sebabnya UMI Makassar terus mengembangkan citra dan kiprahnya sebagaimana yang telah dicita-citakan oleh pendirinya, dengan berdirinya tiga pilar utama yakni : (1) lembaga pendidikan dan dakwah, (2) usaha dan dakwah, dan (3) kesehatan dan dakwah. Pada tahun 1990, UMI Makassar mulai melakukan pengembangan sistem pendidikan yang mengarah pada ciri khas UMI Makassar sebagai lembaga pendidikan dan dakwah dengan gagasan program kampus Islami. Gagasan ini sejak mulai diimplementasikan, secara bertahap melahirkan kebijakan dan terus berpengaruh pada berbagai lini dalam pengelolaan kehidupan kampus. Berbagai kebijakan itu, mulai dari cara berpakaian (dosen, karyawan, dan mahasiswa), sistem administrasi dan penggajian, kegiatan perkuliahan, dan sampai pada kurikulum dan kegiatan ekstra kurikuler. Beberapa kebijakan mendasar yang dapat dilihat dan dirasakan oleh seluruh civitas akademika, dapat diidentifikasi sebagai berikut ini: a.
Setiap dosen dan karyawan wanita diwajibkan berpakaian muslimah. Bagi yang memakai celana panjang dipadukan dengan baju dibawah lutut dan kerudung menutup dada.
174
b.
Mahasiswa tidak diperkenankan menggunakan celana jeans yang sengaja dirobek, kaos oblong, rambut gondrong, memakai sendal, anting-anting, gelang aksesoris selama mengikuti perkuliahan dan memasuki kantor pelayanan administrasi dan akademik.
c.
Mahasiswi dianjurkan menutup aurat (pakaian yang tidak ketat), berpakaian rapi dan menggunakan jilbab yang menutupi dada.
d.
Tidak ada jadwal perkuliahan yang bertepatan dengan waktu shalat.
e.
Kegiatan OSPEK dirubah dengan istilah taaruf (lebih bermakna silaturahim), kemudian ditiadakan dan menyatu dengan pasca pesantren (pesantren kilat).
f.
Penggajian terhadap setiap dosen dan karyawan diberikan sebelum berakhir bulan berjalan, bahkan penggajian pernah mengikuti bulan qamariah.
g.
Pembayaran honor mengajar diberikan sebelum berakhir semester berjalan.
h.
Setiap honor, sekecil apapun jumlahnya dikeluarkan sebagai (infaq, sedekah, dan zakat).
i.
Tradisi Islam di UMI Makassar, setiap dosen yang mengajar dianjurkan membaca doa sebelum dan sesudah perkuliahan.
j.
Para pimpinan, dosen, dan mahasiswa ditunjuk secara bergiliran menyampaikan ceramah/kultum setiap selesai shalat dzuhur di mesjid (kegiatan ini berlaku di kampus I, II, dan kampus Pascasarjana UMI Makassar).
k.
Setiap tiba waktu shalat, semua kegiatan dan pelayanan administratif dan akademik dihentikan sementara. Mahasiswa, pimpinan, dosen dan karyawan dihimbau untuk mengikuti shalat berjamaah di mesjid kecuali yang berhalangan dan petugas keamanan disetiap unit kerja.
175
l.
Melaksanakan program zikir setiap bulan, dan dijadikan sebagai ajang silaturahim dan peningkatan kesadaran untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt.
m. Pimpinan, dosen dan karyawan diwajibkan mengikuti pencerahan kalbu selama satu minggu di Pesantren Darul Mukhlisin padang lampe (peserta di asramakan selama satu minggu), sesuai jadwal yang dipersiapkan oleh Universitas. Keikutsertaan pimpinan, dosen dan karyawan dalam pencerahan kalbu menjadi persyaratan kenaikan pangkat (DP3), golongan dan jabatan. n.
Setiap
penerimaan
mahasiswa
baru,
mahasiswa
diwajibkan
mengikuti
pencerahan kalbu selama satu bulan penuh (mahasiswa di asramakan selama satu bulan) di Pesantren Darul Mukhlisin padang lampe. Kelas wanita dijadwalkan berbeda dengan kelas laki-laki kegiatan ini dilaksanakan pada tahun pertama terdaftar sebagai mahasiswa. o.
Mahasiswa diwajibkan mengikuti prapesantren (pencerahan kalbu) selama 2 hari di Pesantren Darul Mukhlisin padang lampe (diasramakan selama 2 hari), menjelang keberangkatan kuliah kerja nyata (KKN). Kegiatan ini menjadi persyaratan mengikuti KKN.
p.
Bagi mahasiswa melakukan pelanggaran tertentu diberikan sanksi secara bertahap, di skorsing selama satu semester, dua semester dan apabila pelanggaran berat (melakukan tindakan ”amoral”) dikirim ke pesantren Darul Mukhlisin padang lampe untuk dilakukan pembinaan lebih lanjut sesuai waktu yang telah ditentukan oleh pimpinan Universitas dan terakhir dikembalikan kepada kedua orang tuanya.
176
Dalam konteks kurikulum, UMI Makassar telah mengembangkan beberapa mata kuliah wajib yang diikuti dan wajib lulus oleh setiap jurusan/prodi dari masingmasing fakultas dalam lingkungan UMI Makassar. Beberapa mata kuliah yang dimaksud dapat dijelaskan pada tabel berikut ini : TABEL : 8 MATA KULIAH DAN KEGIATAN AKADEMIK PEMBINAAN PERILAKU ISLAMI MAHASISWA DI UMI MAKASSAR MATA KULIAH DAN
JUMLAH
KEGIATAN AKADEMIK
SKS
NO
KETERANGAN
1
Aqidah
2
Wajib
2
Syariah
2
Wajib
3
Akhlak
2
Wajib Wajib, muatan kurikulum disesuaikan
4
Islam disiplin Ilmu (IDI)
2 dengan fakultas dilingkingan UMI Makassar
5
Pendidikan Agama Islam
2
Wajib
6
Pendidikan kewarghanegaraan
2
Wajib
7
Bahasa Arab
2
Pilihan, wajib lulus 8
Ilmu Dakwah/Metode dakwah
2
Sumber : Biro Administrasi Akademik UMI Makassar
Wajib
177
Dalam rangka pembinaan perilaku mahasiswa melalui kegiatan akademik di kampus, mata kuliah aqidah diutamakan struktur kurikulum karena memang kedudukannya yang sangat penting (yang diibaratkan sebagai dasar) dalam ajaran Islam. Aqidah dianggap sebagai bagian dari teori atau lazim disebut sebagai rukun iman sedangkan praktik yang mencakup segala yang harus dikerjakan oleh orang Islam atau amalan-amalan yang harus dijadikan pedoman hidup. Praktik ini disebut sebagai hukum atau syariah. Aqidah Islam meliputi keyakinan dalam hati dan diucapkan dengan lidah dan dibuktikan dalam perbuatan. Aqidah harus berpengaruh kedalam segala aktivitas yang dilakukan manusia, sehingga berbagai aktivitas tersebut bernilai ibadah. Materi pembahasan mengenai aqidah ialah mengenai rukun iman dalam Islam fungsi dan peranan aqidah dalam kehidupan umat manusia, tingkatan aqidah, pendekatan dalam beraqidah, garis besar ajaran aqidah Islam dan manifestasi aqidah tauhid. Mata kuliah syariah lebih ditujukan untuk memberikan panduan bagi mahasiswa UMI Makassar dalam menjalankan kehidupan di dunia untuk menuju kehidupan akhirat. Hidup yang dibimbing dengan syariah (aturan Allah swt.) akan melahirkan kesadaran perilaku mahasiswa untuk berperilaku yang sejalan dengan ketentuan dan tuntunan Allah swt. dan Rasulnya yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadis. Mata kuliah yang diprogram menwarkan pembahasan tentang pengertian syariah, syariah sebagai sistem hukum Islam, garis besar, garis besar syariah Islam dan fungsi syariah dalam kehidupan manusia. Mata kuliah akhlak adalah sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai alat untuk mengawal dan memandu perjalanan hidup mahasiswa agar selamat di dunia dan menjadi generasi rahmatanlilalamin. Program pendidikan akhlak ini
178
penting
untuk
membantu
mahasiswa
menghadapi
berbagai
perilaku
dan
perkembangan/Iptek, mengambil keputusan perilaku Islami, dan menerapkan perilaku berdasarkan nilai-nilai Islam. Penerapan terhadap pentingnya akhlak ini, didasarkan pada keinginan untuk mengawal generasi muda (mahasiswa) menghadapi masalah perilaku yang dihadapi bangsa indonesia, selain itu muncuulnya perkembangan Iptek, disamping menawarkan berbagai kemudahan dan kenyamanan hidup juga membuka peluang untuk melakukan berbagai tindakan amoral yang lebih canggih. Persaingan hidup yang sangat kopetetif dan dapat membawa manusia muda galau, stres, dan frustasi, dan pada saat yang sama dapat mengambil jalan pintas melakukan tindakantindakan yang tidak terpuji atau melanggar norma-norma hukum. Mata kuliah akhlak ini menyajikan berbagai pembahasan, seperti pengertian akhlak, nilai, dan norma baik dan buruk dalam pandangan perilaku Islami dan sekurel, pembagian akhlak dan penerapannya, kegunaan mempelajaari akhlak, serta ada pergaulan dan realitasnya dalam kehidupan masyarakat. Mata kuliah Islam Disiplin Ilmu (IDI) menyajikan kajian-kajian, dalil-dalil alQur’an dan hadis yang berhubungan dengan disiplin illmu masing-masing jurusan. Mata kuliah ini diharapkan menjadi titik awal pengembangan Islam ilmu pengetahuan dalam berbagai disipilin ilmu. Mata kuliah ini memberikan pengetahuan pada mahasiswa UMI Makassar tentang nilai-nilai Islam yang melingkupi disiplin ilmu itu
sendiri, baik menyangkut pengembangan disiplin ilmu, maupun etika penerapan keilmuan itu sendiri. Mata kuliah pendidikan kewarganegaraan ditujukan untuk mengajarkan nilainilai yang menjadi dasar hukum dan politik Aspek-aspek utama pendidikan kewarganegaraan meliputi pengetahuan menjadi warga negara yang baik, apresiasi
179
terhadap sistem demokrasi dan nilai kewarganegaraan, keterampilan berpikir kritis, keterampilan berkomunikasi, keterampilan bekerjasama, dan keterampilan mengatasi konflik. Mata kuliah pendidikan agama Islam dilakukan untuk mempersiapkan mahasiswa meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam, serta diikuti tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Pendidikan ini dilakukan melalui kegiatan bimbingan dan pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bahasa Arab ditawarkan kepada mahasiswa untuk menjadi pilihan bagi mahasiswa yang tertarik dengan bahasa Arab. Pendidikan bahasa Arab ini bertujuan untuk memberikan kemampuan dasar berbahasa Arab bagi mahasiswa yang telah memiliki kemampuan awal membaca dan menulis huruf Arab. Kemampuan berbahasa Arab yang diberikan kepada mahasiswa, terutama terkait dengan bidang atau disiplin ilmu mereka. Pendidikan ilmu dakwah/metode dakwah ditawarkan kepada mahasiswa semua jurusan, dan sekaligus menjadi mata kuliah ciri khas untuk mendukung misi UMI Makassar sebagai lembaga pendidikan dan dakwah. Mata kuliah ini diberikan kepada mahasiswa dengan tujuan mahasiswa dapat memahami strategi dakwah, dan mangamalkan misi dakwah tersebut sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Berdakwah untuk mengajak umat manusia untuk menjalankan kebaikan dan menjauhi kemungkaran, dan ini dapat dilakukan dengan dakwah bilhal, dan atau dakwah billisan.
180
Mata kuliah dan kegiatan ekstra kurikuler tersebut dijadikan sebagai bagian yang terintegrasi dengan kegiatan akademik, dan kepada mahasiswa masing-masing jurusan wajib mengikuti mata kuliah tersebut, dengan harapan menjadi modal pengetahuan mahasiswa untuk memahami prinsip-prinsip perilaku Islami dalam rangka mengembangkan penalaran perilaku mahasiswa. Mata kuliah tersebut sekaligus menjadi ciri khas UMI Makassar sebagai kampus Islami dalam mengembang misi tri darma perguruan tinggi dalam konteks lembaga pendidikan dan dakwah. Kegiatan lain yang juga menerapkan prinsip-prinsip perilaku Islami dalam upaya pengembangan penalaran perilaku Islami, afek perilaku Islami dengan kesadaran hati nurani mahasiswa UMI Makassar adalah kegiatan diluar kegiatan yang dilakukan oleh unit kegiatan mahasiswa (Ukm). Kegiatan ini berupa: (1) pesantren kilat, (2) pencerahan kalbu, (3) kajian-kajian Islam, (4) kultum dengan tema Ilmiah (sesuai dengan bidang keahlian penceramah) dan ditinjau dari sudut pandang Islam, (5) zikir, dan (6) bimbingan baca tulis al-Qur’an. a. Pesantren Kilat Pesantren kilat dilaksanakan oleh UMI Makassar selama 3 hari, tiga hari untuk mahasiswa laki-laki, dan tiga hari untuk mahasiswa wanita. Sesuai dengan hasil wawancara kami dengan Wakil Rektor III UMI Makassar, bahwa kegiatan ini di samping menjadi tradisi akdemik UMI Makassar setiap tahun, sekaligus menjadi ajang sosialisasi awal tentang sistim pengelolaan UMI Makassar. Kegiatan ini dikelola oleh panitia tingkat universitas dengan maksud lebih mudah mengontrol dan memperlancar proses jalannya kegiatan lebih terarah, dengan tetap melibatkan fakultas, dan lembaga kemahasiswaan dan UKM. Kegiatan ini juga dijadikan sebaga
181
pengganti kegiatan Ospek/Taaruf dalam rangka menghindari upaya Ospek yang dilakukan oleh mahasiswa senior28. Sejalan dengan ungkapan Wakil Rektor III, hasil wawancara kami dengan Wakil Rektor IV (dalam jabatan strukturalnya mengemban amanah membidangi program kampus Islam), menjelaskan bahwa: "Kegiatan pesantren kilat merupakan langkah kongkrit yang diterapkan UMI Makassar dalam menyiapkan insan yang siap berkompetisi di era globalisasi, yang berbasis kecerdasan intlektual, kecerdasan emosional, dan spiritual. Kegiatan ini mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 1989/1990, yang dikhususkan bagi mahasiswa baru UMI Makassar. Kegiatan ini dilakukan dengan asumsi bahwa mahasiswa yang masuk di UMI Makassar terdiri dari latar belakang yang berbeda-beda, sehingga dari awal perlu dibekali pemahaman keimanan seperti aqidah, syariah, dan akhlak, kemudian dilanjutkan dengan praktikum agama Islam (baca tulis al-Qur’an dan shalat)29. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan menyajikan beberapa
tema
dan
melaksanakan beberapa kegiatan sebagai berikut: 1) Peranan UMI Makassar dalam mempersiapkan SDM menghadapi persaingan global 2) Strategi UMI Makassar dalam mengembangkan Visi dan Misinya. 3) Program kampus Islami sebagai program unggulan dan ciri khas UMI Makassar. 4) Strategi UMI Makassar dalam pembinaan dan pengembangan kemahasiswaan 5) Tatakrama pergaulan dan tata busana dalam kehidupan sehari-hari.
28 29
Hasil Wawancara Wakil Rektor III UMI Makassar, tanggal 10 September 2016 Hasil Wawancara Wakil Rektor IV UMI Makassar, tanggal 10 September 2016
182
6) Syahadatain dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari 7) Visi dan misi masing-masing fakultas 8) Sistim administrasi akademik dan keuangan fakultas 9) Pola pembinaan kemahasiswaan dan pengenalan visi dan misi Blm, Bem, dan Ukm. 10) Pola pembinaan iman dan akhlak 11) shalat fardhu lima waktu, shalat lail, dan shalat dhuha. 12) Wirid, zikir dan tadarrus setelah shalat fardhu lima waktu, dan shalat lail, shalat taubat, shalat khusu dan shalat sunnah lainnya 30. Kegiatan pesantren kilat sebagai pengganti penyambutan maba yang dulu distilahkan taaruf banyak dikritisi mahasiswa, terutama pengurus lembaga mahasiswa, meskipun di kalangan mahasiswa baru disambut dengan baik Hasil wawancara dengan Wakil Rektor III, menjelaskan bahwa untuk kegiatan penyambutan mahasiswa ditiadakan kecuali pesantren kilat, hal ini dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan atau tidak sejalan dengan output pesantren kilat UMI Makassar, rapat senat memutuskan tidak adanya mobilisasi atau proses rekruitmen mahasiswa baru pasca kegiatan pra pesantren di pesantren darul mukhlisin padang lampe seperti ospek, kegiatan outbond, atau malam inagurasi serta kegiatan semacamnya yang brelabel penyambutan mahasiswa baru, karena selama ini ada kecenderungan pihak mahasiswa yang lebih senior menfokuskan diri pada hal-hal yang sebenarnya tidak bermanfaat, dan tidak mencerminkan kultur keIslaman yang
30
Panduan Pesantren Kilat Mahasiswa Baru Universitas Muslim Indonesia, (Makassar : UMITOHA, 2010), h. 6
183
selama ini dianut UMI Makassar. Oleh karena itu, saat ini pihak universitas lebih cenderung menanamkan prinsip-prinsip keIslaman yang seakan mulai bergeser31. Kegiatan pesantren kilat ini sendiri disambut baik oleh mahasiswa baru dan orang tua mahasiswa. seperti yang diungkapkan oleh Adi: menyambut baik kegiatan pesantren kilat ini karena dengan kegiatan keIslaman, dan tidak ada aksi-aksi perpeloncoan dan kekerasan yang dilakukan oleh mahasiswa senior terhadap mabanya32. Berbeda dengan pihak pengurus lembaga mahasiswa UMI Makassar mereka cenderung menganggap kebijakan universitas terlalu dangkal menanggapi kegiatan perkenalan kampus hanya pada sisi kekerasan, dan pencitraan kurang baik dengan perilaku tidak terpuji, Padahal kegiatan penyambutan mahasiswa baru dapat berfungsi sebagai wadah silaturrahim, dan juga sebagai tempat pendidikan moralitas akan kepekaan melihat realitas sosial, dan pembinaan perilaku Islam. Hasil wawancara kami dengan AHD mengemukakan bahwa; "orientasi pengenalan kampus bukanlah suatu yang perlu diwaspadai, karena kegiatan ini hanya berfungsi keakraban, tempat pendidikan moral akan kepekaan melihat realitas sosial, penanamaan mental yang mapan, dan mahasiswa baru sejak dini harus mengetahui fungsi dan aktifitasnya sebagai mahasiswa"33. Hasil wawancara kami dengan pimpinan fakultas HHN tanggal 11 September 2016 di Makassar, menjelaskan bahwa; " kegiatan penyambutan maba dengan model 'pesantren kilat", hal ini dianggap menceramah agama, dan tidak mengarah pada penggalian potensi mahasiswa. Padahal
31
Hasil Wawancara Wakil Rektor III UMI Makassar, Tanggal 10 September 2016
32
Hasil Wawancara Adi, Tanggal 1 Februari 2017
33
Hasil Wawancara AHD, Tanggal 17 Oktober 2016,
184
penyambutan
maba
semestinya
lebih
mengedepankan
aspek
penalaran,
pengembangan minat dan bakat"34. Pimpinan dari fakultas lain yang juga memberikan komentar tentang penyambutan mahasiswa adalah DEA, KRH, dan BHR, tanggal 5 Oktober 2016 di Makassar. Mereka menjelaskan seperti berikut "untuk menghindari perilaku-perilaku kekerasan mahasiswa senior terhadap maba sebaiknya acara penyambutan mahasiswa senior ditiadakan, apa yang dilakukan UMI Makassar (pesantren kilat) menyambut mahasiswa baru adalah bentuk kegiatan yang tepat, dan sebaiknya pengurus lembaga lebih didorong pada kegiatan-kegiatan pengembangan akademik dan kegiatan sosial (diskusi ilmiah, seminar-seminar, latihan dasar kepemimpinan, dan latihan-latihan berbasis kecerdasan sosial, emosional, dan spiritual)"35. Apa yang diperdebatkan dengan pola penyambutan maba di UMI Makassar, sesungguhnya dapat diurai dengan beberapa titik temu sebagai berikut: (1) Pada dasarnya semua pihak sepakat adanya pesantren kilta dan ditiadakan acara penyambutan maba, hanya saja diharapkan tidak monoton sebagai kegiatan ceramah agama dalam penyambutan maba, (2) Lembaga kemahasiswaan diberikan hak untuk melaksanakan aktivitas oleh pihak universitas, oleh karena itu pihak universitas sebaiknya memberikan porsi "dukungan" yang maksimal pada kegiatan lembaga kemahasiswaan
dalam
bentuk
kegiatan
lain,
seperti
pengenalan
kampus,
pengembangan kemampuan akademik, dan sosial dalam bentuk kegiatan ekstra kurikuler, dan ini dapat dilaksanakan pada semester semester berikutnya dengan kontrol penuh dari pimpinan fakultas, (3) Memaksimalkan kegiatan lembaga-lembaga
34
Hasil Wawancara HHN Pimpinan Fakultas, tanggal 11 September 2016,
35
Hasil Wawancara DEA, KRH, dan BHR, tanggal 05 oktober 2016
185
kemahasiswaan dalam skala internal, universitas, skala wilayah (kota Makassar), dan skala nasional minimal dalam wilayah kopertis wilayah IX dan kopertis wilayah VII). b. Pencerahan kalbu Pencerahan kalbu dilaksanakan selama satu bulan penuh di Pesantren mahasiswa Darul Mukhlisin Padang lampe Kabupaten Pangkep. Kegiatan ini diperuntukkan bagi mahasiswa baru UMI Makassar. Semua mahasiswa baru yang diterima pada setiap tahun akademik dikelompokkan dalam 10 kelompok, yang terdiri dari kelompok laki-laki dan perempuan, kemudian dipondokkan secara bergilir selama sebulan. Pondok pesantren ini dapat menampung kurang lebih 600 mahasiswa dan 30 pembina dan staf Memiliki fasilitas: 12 ruang belajar, 1 ruang auditorium, 4 ruang makan, 2 dapur umum untuk pengelola, 8 rumah pembina dan staf, 6 gedung asrama lengkap dengan tempat tidur, 2 mesjid, 2 toko dan kantin, dan dilengkapi dengan satpam keamanan 24 jam36. Pencerahan kalbu dilaksanakan sejak tahun ajaran 2000 s.d sekarang, merupakan ciri khas UMI Makassar sebagai lembaga pendidikan dan dakwah, dankahadirannya tak lepas dari cita-cita para pendiri UMI Makassar, untuk membina dan mempertinggi derajat masyarakat lewat pendidikan dan pembinaan kesadaran beragama. Pelaksanaan pencerahan kalbu baru, dimulai sejak tahun 2001 sampai sekarang pimpinan yayasan wakaf UMI Makassar, KLS menjelaskan bahwa kegiatan pencerahan kalbu semakin mendesak untuk dilaksanakan terutama untuk pembinaan perilaku Islami mahasiswa dengan lebih fokus dan terpadu, karena kondisi mahasiswa pada waktu itu atau sebelum reformasi sampai pasca reformasi cenderung semakin
36
Sumber Data Kemahasiswaan UMI, 2016
186
tidak terkendali, mahasiswa banyak tidak masuk kuliah, hanya disibukkan dengan demonstrasi yang cenderung bersifat anarkis, sehingga disepakati baik yayasan, pimpinan universitas, dan fakultas, dilaksanakan model pembinaan perilaku Islami dalam bentuk pencerahan kalbu, karena pendidikan yang dilaksanakan di kampus dianggap belum memadai untuk menumbuhkan kesadaran mahasiswa terhadap nilainilai agama"37. Dalam perkembangannya, kegiatan pencerahan kalbu ini ternyata menjadi model yang menarik berbagai instansi lain, karena dianggap cukup efektif dalam membentuk kecerdasan spiritual dan emosional oleh karena sejak dibuka pesantren tersebut tidak hanya mahasiswa baru yang dipondokkan, tetapi juga dosen, karyawan, dan pengurus lembaga kemahasiswaan dalam lingkungan Yayasan Wakaf UMI Makassar. Pola pembinaan yang dilakukan di pesantren ini, ternyata mendapat respon positif dari mahasiswa, orang tua mahasiswa, bahkan masyarakat dan beberapa instansi pemerintah dan swasta. Berikut beberapa petikan tanggapan dari hasil wawancara kami dengan Wakil Rektor IV tanggal 15 juli 2016, di Padang lampe sebagai berikut38: 1) Beberapa mahasiswa memang pada awalnya (sekitar minggu pertama) merasa kurang betah, kurang sehat karena belum terbiasa dengan makanan yang terbatas, lingkungan yang baru, tidur yang kurang. tetapi setelah minggu pertama mereka lewati, mahasiswa sudah mulai menunjukkan kedekatan
dengan
teman-teman
dan
37
Hasil Wawancara KLS, tanggal 17 Oktober 2016
38
Hasil Wawancara Wakil Rektor, tanggal 15 Juli 2016
pembinanya,
mereka
mulai
187
menunjukkan perasaan betah dan nyaman, dan merasa terbiasa (pembina dan dokter bertugas di pesantren). 2)
Kami merasa senang melihat anak-anak kami, karena mereka bisa betah dan merasa senang tinggal di pesantren ini, walaupun dengan makanan yang secukupnya, tidur yang kurang, mereka harus bangun shalat lail sampai shalat subuh, dan mereka tidak menyampaikan keluh kesah kepada kami, mudah-mudah seterusnya dapat lebih menunjukkkan perilaku yang baik (orang tua mahasiswa di pesantren).
3)
Kami betah dan merasa tenang tinggal di di pesantren ini, kami dapat menjalankan ibadah lebih khusyu dan mendekatkan diri kepada Allah swt., apa yang dilakukan di pesantren ini betul-betul menumbuhkan kesadaran akan tanggungjawab kami sebagai khalifah dan hamba Allah swt., dan situasi ini memberikan ketenangan bathin kepada kami (mahasiswa pencerahan kalbu).
4)
Kami dari orang tua mahasiswa merasa senang melihat anak-anak kami, banyak perubahan setelah anak-anak kami mengikuti pencerahan kalbu di Padanglampe, tadinya kalau keluar rumah tidak meminta izin dan tidak mencium tangan, setelah mengikuti pencerahan kalbu kami senang sekali melihat karena dia menghargai dan sayang kepada kami dan ketika mau keluar rumah dia memberi salam39.
5)
Setelah kami melaksanakan shalat berjamaah, zikir dan berdoa perasaan lebih tenang segala sesuatu terasa nikmat ketika saat melakukannya secara berjamaah, kebersamaan lebih terasa.
39
Hasil Wawancara Orangtua Mahasiswa, tanggal 17 Juli 2016
188
6)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di UMI Makassar bernuansa bernilai Islami seperti zikir, menghafal surah-surah pendek, menghafal Juz 30, dapat merubah perilaku kami karena dengan begitu selalu ingat dengan Allah swt., melupakan sejenak rutinitas dunia dan kembali menjadi hamba yang lemah dihadapan Allah swt. Selanjutnya kegiatan-kegiatan Islami yang lain seperti berbusana muslim, membaca doa sebelum belajar dan setelah belajar kami lebih fokus, pelajarannya lebih cepat dipahami dan tahan lama di otak.
7)
Nilai-nilai Islam yang saya pahami dan saya rasakan selama di UMI Makassar bahwa menyakiti orang dalam agama dilarang karena kita diajarkan saling menghargai, menghormati, saling menyayangi sesama umat manusia semua bersaudara walaupun beda agama sehingga kita dilarang untuk saling menyakiti. Program pembinaan perilaku
Islami di pesantren Darul Mukhlisin
Padanglampe, nampaknya mendapat respon dari berbagai kalangan masyarakat, dan menunjukkan model tersendiri dalam pembinaan karakter/perilaku Islam mahasiswa. Program ini tidak hanya terbatas kepada mahasiswa baru, mahasiswa lama yang memerlukan pembinaan, dosen dan karyawan, pengurus lembaga UMI Makassar. Bahkan mendapat respon dari kalangan masyarakat, beberapa instansi pemerintah dan swasta, karena tercatat beberapa kelompok pengajian dari Makassar, pemda Kabupaten pangkep. Polda Sulawesi Selatan, Kopertis Wilayah IX, dan Universitas Gorontalo telah mengikuti pencerahan Kalbu di pesantren tersebut. c.
Kajian-kajian Keislaman Kajian-kajian keislaman mulai diterapkan sejak program kampus Islami mulai
disosialisasikan pada civitas akademika UMI Makassar, dengan tujuan untuk
189
pembinaan iman, ihsan, ilmu, keterampilan, dan perilaku Islami agar civitas akademika UMI Makassar memiliki semangat, idealisme, patriotisme serta loyalitas yang tinggi terhadap agama, bangsa dan negara, dan khususnya terhadap almamater. Kajian-kajian keislaman ini diadakan sekali sepekan, dengan tujuan untuk pembinaan iman, ihsan, ilmu dan keterampilan untuk seluruh civitas akademika UMI. Sebagaimana hasil wawancara kami dengan mahasiswa AHM tanggal 3 Juni 2017 sebagai berikut; “Sebenarnya kegiatan ini baik dan berefek kepada kami tapi karena kegiatan ini bersentuhan dengan akademik dan waktunya sangat singkat” 40. Apa yang dikemukakan dengan mahasiswa tersebut bahwa; (1) proses pembinaan perilaku Islami berorientasi pada mengetahui nilai-nilai Islam, belum menyentuh pada bagaimana menerapkan secara komperhensif dengan komperhensif pula, (2) pembinaan ini lebih dominan menggunakan pendekatan ceramah, (3) masih kurang memadai pendekatan emosional secara komperhensif. Kajian ini mulai terkoordinasi setelah pembentukan, yang pada awalnya pusat kajian dan dakwah (Kapus) kemudian berganti nama pembinaan Iman dan akhlak, dan terakhir ini berganti nama menjadi Wakil Dekan IV (WD IV) di setiap fakultas, dengan tugas mengadakan konseling pada mahasiswa yang bermasalah kajian pengembangan dan pengenalan keagamaan dan disiplin ilmu di kalangan civitas akademika UMI Makassar dan mengembangkan penguasaan prinsip-prinsip dasar keagamaan di kalangan civitas akademika UMI Makassar, yang meliputi pemberantasan buta aksara Al-Qur’an, menghafal surah-surah pendek dan juz 30 dan peningkatan kemampuan kajian ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis.
40
Hasil Wawancara AHM, Tanggal 3 Juni 2017
190
Disamping itu, pusat kajian ini juga membantu pimpinan fakultas dalam pemantapan imaniyah dan motivasi sumber daya dosen dan karyawan, serta materi pendidikan agama Islam sekaligus peningkatan pengamalan nilai-nilai Islam di kalangan civitas akademika dalam kerangka penegakan program kampus Islami. d.
Gerakan shalat berjamaah Gerakan shalat berjamaah ini merupakan bagian dari program pembinaan
kampus Islami untuk pembinaan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. shalat berjamaah ini adalah program pembinaan kampus Islami sebagai ajang untuk membangun kekuatan silaturahim oleh civitas akademika UMI Makassar, dan peningkatan kesadaran intelektual, emosional, dan spiritual, agar senantiasa lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. Gerakan shalat berjamaah ini diikuti oleh seluruh civitas akademika UMI Makassar, sebagai salah satu kunci kekuatan untuk pembinaan perilaku Islami, seperti membuatkan daftar hadir Dosen, Karyawan dan mahasiswa untuk dapat hadir dan aktif shalat berjamaah di mesjid, khususnya waktu shalat dhuhur dan ashar, shalat berjamaah ini sangat berpengaruh pada kekuatan spiritual, karena shalat merupakan permohonan Allah swt. yang dirumuskan dalam perkataan dan bersinergi dengan perbuatan. Perkataan yang disertai perbuatan dengan gerakan badan, secara psikologis menimbulkan kesadaran dalam diri, nikmat tersendiri dari shalat berjamaah ini disamping membangun kekuatan hubungan dengan Allah swt. juga membangun hubungan dengan sesama manusia. Inilah kebesaran Allah swt. yang disembah dan muncul perasaan selalu butuh kepada-Nya. Dengan hubungan tersebut terjalin hubungan jiwa dengan Allah swt. dan hubungan itu dijalin terus menerus berkesinambungan lima kali sehari dan semalam.
191
Gerakan shalat berjamaah berefek pada mahasiswa karena kegiatan ini adalah program pembinaan kampus Islami, pendekatan yang diterapkan adalah pendekatan pembiasaan-pembiasaan untuk membangun kekuatan hubungan dengan Allah swt, hubungan dengan manusia dan hubungan dengan lingkungan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan damai. Hubungan yang demikian akan berpengaruh pada perilaku manusia dalam kehidupannya dengan demikian program pembinaan perilaku Islami yang diprogramkan oleh UMI Makassar karena itu berefek terhadap mahasiswa dalam pembinaan aqidah, syari’ah, dan akhlak. Allah swt. mengingatkan setiap pribadi yang beriman agar menjaga diri dan keluarga (seluruh civitas akademika UMI Makassar) dari neraka, sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Tahrim, 66: 6. Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharahlah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, yang tidak mendurhakai Allah swt. terhadap apa yang diperintahkannya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.” Ayat tersebut menjelaskan hubungannya dengan kampus Islami bahwa peranan pimpinan, dosen, karyawan, pembina terhadap binaan perilaku Islam mahasiswa UMI Makassar dalam memahami dan menerapkan nilai-nilai Islam, ditemukan bahwa seringnya pimpinan, dosen, karyawan, pembina memberikan nasehat-nasehat yang berkaitan dengan perilaku Islam baik dikelas maupun diluar kelas. Para pembina yang ditempatkan dimasing-masing fakultas senantiasa selalu memberikan taskirah atau nasehat dengan cara menuntun mahasiswa belajar baca tulis Al-Qur’an, menghafal surah-surah pendek (juz 30), sebelum mahasiswa menjadi sarjana di UMI Makassar.
192
Sebagaimana hasil wawancara kami dengan MNR tanggal 9 Agustus 2017 sebagai berikut; “Konsep program dicanangkan UMI dan lain-lain mulai dari Islamisasi kurikulum, sosialisasi busana muslimah awalnya diterapkan secara bertahap dan selanjutnya menjadi budaya dan kewajiban bagi seluruh civitas akademika UMI, selanjutnya dianjurkan gerakan shalat berjamaah dengan edaran dari pimpinan UMI secara bertahap dengan pendekatan pembiasaan-pembiasaan yang tiada henti-hentinya dikumandangkan oleh pimpinan, dosen pembina, dan karyawan disetiap fakultas dan kultum di masjid setelah shalat dhuhur yang diikuti oleh seluruh civitas akademika UMI” 41. Apa yang dikemukakan MNR tersebut menunjukkan bahwa dengan konsep penerapan program pembinaan kampus Islami sebagai pembinaan perilaku mahasiswa UMI tersebut dengan realitas; yakni (1) berpengaruh pada perilaku mahasiswa seperti seluruh civitas akademika (wanita), (2) berefek pada mahasiswa laki-laki, tidak ditemukan lagi mahasiswa yang berambut gondrong dan memakai anting-anting dan celana jeans yang sengaja dirobek dilutut, (4) sopan santun terhadap dosen, (5) tidak membawa senjata tajam, (6) toleransi sesama teman, sesama manusia dan bergantian shalat berjamaah, (7) menurunnya tingkat demonstrasi 5 tahun terakhir baik di luar kampus maupun di dalam kampus, minuman keras, tawuran, (9) meningkatnya kemampuan baca al-Qur’an, menghapal surah-surah pendek dan juz 30 yakni sebagai berikut; (a) semester I Q.S Al qariah s.d Q.S An nas, (b) semester II Q.S Al-lail s.d Q.S Al-A’diyah, (c) semester III Q.S Al-ghasiyah s.d Q.S As-syams, (d) semester IV Q.S Al-insyiqaq s.d Q.S Al-a’la, (e) semester V Q.S Al-taqwir s.d Al-muthaffifin, (f) semester VI Q.S Al-naziyat sd Q.S Abasa, (g)
41
Hasil Wawancara MNR, Tanggal 9 Agustus 2017
193
semester VII Q.S Al-naba42, dan tilawah, (10) membaca doa di dalam kelas, (11) bersemangat mengikuti zikir bulanan secara bergiliran. e.
Kultum di masjid setelah shalat dhuhur Kultum di masjid dimaksudkan sebagai bagian dari dakwah Islamiah untuk
pembinaan syiar dan ruhul Islam, yaitu pendayagunaan kampus, memakmurkan masjid. Berbagai disiplin ilmu sumber daya dosen menjadi bagian dalam syiar Islam untuk mengisi acara kultum, meskipun acara kultum tersebut hanya sekitar 7 menit. Kultum 7 menit di mesjid, setiap selesai shalat dhuhur secara bergiliran, waktunya berdasarkan jadwal akademik ketika mahasiswa ada di kampus. Program pembinaan ini rutin dilaksanakan akan tetapi kurang menyentuh kalbu ungkapan sebagian mahasiswa. Sebagaimana hasil wawancara kami dengan mahasiswa tanggal 5 agustus 2017, bahwa waktunya sangat singkat dan dalam kondisi tertentu bersentuhan dengan kegiatan akademik dan laboratorium sehingga kurang berefek pada mahasiswa43. Tema tema yang disampaikan disesuaikan dengan bidang keilmuan penceramah. Kegiatan ini menunjuk penceramah mulai dari pimpinan universitas sampai dengan pimpinan fakultas, dari kalangan dosen dari setiap fakultas secara bergilir. Kegiatan ini dikoordinasikan dengan pengelola masjid kampus UMI Makassar (mesjid Abu Bakar Ashiddieq kampus UMI Makassar, dan mesjid Umar bin Khattab kampus II UMI), dan kegiatan ini direspon oleh jemaah masjid kampus dengan baik.
42
Program Kerja LPDKI UMI, Pengembangan Dakwah & Kampus Islami UMI, (UMI, 2016).
43
Hasil wawancara mahasiswa, Tanggal 5 agustus 2017
h. 46
194
f.
Zikir Bulanan Zikir ini juga merupakan bagian dari program pembinaan kampus Islami
untuk pembinaan spiritual Islam. Zikir ini dijadikan program pembinaan oleh pimpinan universitas setiap bulan, dengan maksud dijadikan ajang silaturrahim dan peningkatan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. atas nikmat dan rezeki yang telah diberikan Allah swt. Zikir bulanan berefek pada mahasiswa karena kegiatan ini rutin dilakukan di masjid dan dihadiri oleh seluruh civitas akademika UMI walaupun sekali sebulan akan tetapi, karena menyentuh kalbu dan sekaligus membangun silaturahmi. Kegiatan zikir ini dilaksanakan setiap bulan berdasarkan undangan Ketua Yayasan dan Rektor UMI Makassar. Undangan majelis zikir bulanan ini meliputi segenap dosen dalam lingkungan UMI Makassar, para karyawan YW UMI Makassar, majelis taklim ukhuwah" perumahan UMI Makassar, serta mahasiswa UMI Makassar, dan diselenggarakan di mesjid Umar bin Khattab Kampus II UMI Makassar. g.
Doa didalam kelas Doa didalam kelas juga merupakan bagian dari program pembinaan kampus
Islami. Untuk pembinaan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Doa dapat menguatkan batin serta memupuk semangat dalam berfikir, belajar dalam bekerja, dalam kehidupan secara umum. Disamping itu pula doa di dalam kelas menghangatkan suasana dalam proses belajar dan mengajar setelah selesai melaksanakan aktivitas belajar, dosen dan mahasiswa sama-sama berdoa kepada Allah swt. minta tolong, mengadu, dan mengungkapkan perasaan untuk kecerdasan
195
intelektualnya, emosional, dan kecerdasan spiritual kepada Allah swt. Dengan menumpahkan segala hal yang mengganjal dalam fikiran mereka maka beban mental akan berkurang dan terwujudlah ketentraman batin. Doa di dalam kelas rutin dilakukan minimal 4 kali dalam diterapkan dalam sehari mulai pagi sampai sore, berefek pada mahasiswa karena kegiatan ini bersentuhan dengan proses pembelajaran di kelas sehingga mempengaruhi proses belajar. Selain dari fungsi tersebut, doa juga berguna sebagai sarana latihan pembinaan perilaku seperti disiplin pribadi, karena ketaatan mengerjakan tugas-tugas dunia seperti, tugas akademik dan juga tugas-tugas atau kewajiban akhirat. Seperti shalat, karena ketaatan mengerjakan kewajiban akhirat seperti shalat pada waktunya yang telah ditentukan dapat membentuk dan menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan (akhlak mulia) mendistribusikan waktu secara teratur dan mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat karena banyaknya manfaat dan tingginya sasaran yang akan dicapai dengan berdoa sebagaimana dijelaskan oleh Allah swt., dalam QS. Al-Isra’/17:110, terjemahnya: “seruhlah Allah swt. atau seruhlah Al-Rahman dengan nama yang mana kamu seru, dia mempunyai Al-Asma Al-Husna’ (nama-nama yang terbaik).” Keyakinan adanya Allah swt. dan sifat-sifat kesempurnaannya sangat besar Terjemahnya. Yang dijadikan sebagai ajang (berdoa) untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Orang yang mempunyai keyakinan demikian akan selalu merasa diperhatikan dan dicintai oleh Allah swt. dan selalu merasa dekat dengan Allah swt. Ia dapat mengadu, minta pertolongan, minta perlindungan, minta keadilan, minta agar supaya selalu dimudahkan segala aktivitasnya kapan saja dan dimana saja
196
diperlukannya. Dengan demikian ia dapat merasakan ketentraman batin dan terhindar dari perasaan takut, khawatir, resah dan gelisah yang akan menghimpit kehidupannya. h.
Baca tulis Al-Qur’an/Menghafal surah-surah pendek (Juz 30) Al-Qur’an diturunkan Allah swt. untuk menjadi tuntunan dan memberikan
arah sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Jaziah/40:20. Terjemahannya Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahma bagi kaum yang meyakini. Kegiatan baca tulis al-Qur’an / menghapal surah-surah pendek (juz 30), hasil wawancara kami dengan mahasiswa IHS, tanggal 5 agustus 2017 bahwa program pembinaan ini bagus apalagi kita sebagai laki-laki dan calon imam untuk jangka panjang akan tetapi banyak kegiatan yang saling bersentuhan sehingga terkadang pikiran tidak terlalu fokus karena banyak kegiatan kegiatan akademik nanti setelah selesai baru dirasakan efeknya44. Hal ini menunjukkan bahwa baca tulis Al-Qur’an diprogram oleh UMI Makassar, dalam rangka memberantas buta aksara Al-Qur’an. Program ini memiliki target bahwa tidak ada civitas akademika UMI Makassar yang buta aksara Al-Qur’an Untuk kelancaran program ini, UMI Makassar menyerahkan tanggungjawab tersebut pada masing-masing Wakil Dekan IV untuk pembinaan perilaku Islami mahasiswa di masing-masing fakultas. Wakil dekan IV melakukan pembinaan baca tulis Al-Qur’an dan menghafal surah-surah pendek (juz 30) secara gratis kepada mahasiswa yang belum mampu baca tulis Al-Qur’an. Mahasiswa yang memprogramkan KKN, wajib lulus baca tulis Al-Qur’an, dengan ditandai bukti lulus yang dikeluarkan oleh Wakil Dekan IV pada masingmasing fakultas. Oleh karena itu, sejak dini (semester semester awal) mahasiswa
44
Hasil Wawancara IHS, Tanggal 5 Agustus 2017
197
dihimbau untuk menyisihkan waktu untuk belajar baca tulis Al-Qur’an, mendaftar untuk belajar baca tulis Al-Qur’an bila belum tahu sama sekali atau belum lancar membaca Al-Qur’an kepada Wakil Dekan IV yang bekerja sama dengan LPDKI. Hasil wawancara kami dengan Wakil Dekan IV JMA, tanggal 15 juli 2016 di Makassar, menjelaskan bahwa "terdapat beberapa mahasiswa di fakultas yang saya bina tidak dapat baca tulis Al-Qur’an (belum maksimal), tidak mengetahui baca tulis Al-Qur’an, padahal mereka semua beragama Islam"45. Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wakil Dekan IV di fakultas lain dalam lingkungan, UMI Makassar. Kemampuan baca tulis Al-Qur’an, menghafal surah-surah pendek (Juz 30) di kalangan mahasiswa UMI Makassar, memang sangat membutuhkan pembinaan secara intensif, mengingat masih ada mahasiswa yang belum mampu membaca AlQur’an. Keprihatinan inilah yang mendorong pimpinan UMI Makassar mengambil pembinaan pemberantasan buta aksara baca tulis al-Qur’an, menghafal surah-surah pendek (juz 30) untuk menjadi sarjana di UMI Makassar. Prinsip dasar yang dipahami oleh UMI Makassar dalam menjalankan kebijakan ini, adalah bagaimana mahasiswa bisa shalat dengan baik, shalat pada waktunya yang telah ditentukan dapat menumbuhkan kebiasaan disiplin waktu secara teratur dan mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat, karena UMI Makassar mencitrakan diri sebagai kampus Islami dengan misi pendidikan dan dakwah, mereka tidak bisa melakukan seperti hal tersebut. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah swt. dalam QS. al-Isra’/17:110. Terjemahannya “serulah Allah swt. atau serulah Ar-
45
Hasil Wawancara Wakil Dekan IV JMA, tanggal 15 juli 2016
198
Rahman dengan nama yang mana kamu seru dia mempunyai Al-Asma, Al-husna (nama-nama yang terbaik). Dari sini dapat dipahami bahwa prinsip-prinsip perilaku mahasiswa dalam program pembinaan perilaku di UMI Makassar sesuai dengan konsep-konsep Islami dalam artian adalah aturan-aturan atau tindakan-tindakan yang menentukan tingkah laku, konstruk sekaligus konteks essensial bagi pembinaan perilaku Islami. Pembinaan perilaku Islami tidak sekedar mengajarkan prinsip-prinsip pembinaan perilaku Islami universal, proses penalaran perilaku Islami, atau sekedar mengembangkan kemampuan mengekspresikan pendirian perilaku Islami dan sentimen-sentimen individual semata. Akan tetapi, pembinaan perilaku Islami harus lebih diarahkan kepada upaya sosiali, individu secara Islami agar dapat bertindak dengan cara-cara tertentu sesuai dengan norma dan cita-cita masyarakat Islam. 2. Program pembinaan perilaku dalam kaitannya dengan pengembangan penalaran, afek dan perilaku Islami di UMI Makassar Pembinaan perilaku Islami di UMI Makassar, tidak terlepas dengan program pembinaan perilaku Islami yang telah dilaksanakan sejak tahun 2000 sampai sekarang. Program pembinaan ini melibatkan tiga dimensi perilaku Islami , yakni (1) penalaran perilaku Islami , (2) afek perilaku Islami , dan (3) perilaku Islami. Ketiga dimensi perilaku Islam ini secara garis besar dikembangkan dan diterapkan melalui lima proses utama dalam program pembinaan perilaku Islami di UMI Makassar, yakni: (1) pengetahuan tentang nilai-nilai Islam, teori-teori etika, fakta-fakta historis masalah etika dan metode menganalisis permasalahan etis. (2) memahami nilai-nilai Islam (3) menerima nilai-nilai Islam, (4) menjadikan nilai-nilai Islam sebagai sikap dan keyakinan (5) menerapkan nilai-
199
nilai Islam. Proses pertama dan kedua merupakan bagian dimensi penalaran perilaku Islami, proses ketiga dan keempat merupakan dimensi afek perilaku Islami, sedangkan proses kelima merupakan dimensi perilaku Islami. a. Penalaran perilaku Islami Perilaku Islami dikembangkan dalam beberapa indikator yaitu: (1) memahami materi nilai-nilai Islam, (2) menerapkan konsep prinsip-prinsip perilaku Islami (3) memahami
prinsip-prinsip perilaku Islam
dalam
membuat
keputusan. (4)
merealisasikan dalam kehidupan keluarga dan kerabat (5) mempertimbangkan berbagai perspektif apabila membuat keputusan perilaku Islami (6) mengedepankan nilai-nilai Islam apabila membuat keputusan (7) menerapkan pemikiran Islami apabila membuat keputusan, (8) merealisasikan pentingnya hubungan sosial dan pentingnya keharmonisan bagi setiap umat manusia tanpa melihat adat istiadat, suku, bangsa, dan agama, (9) merealisasikan nilai-nilai Islam
yang penting bagi
kesejahteraan masyarakat, termasuk adat istiadat masyarakat dan keluarga, dan (10) mengetahui peran mereka dalam bermasyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal ini pembinaan perilaku Islami, dalam proses pembinaan perilaku mahasiswa diberikan pengetahuan awal secara komprehensif tentang nilai-nilai (norma, etika, dan akhlak). Kemudian dijelaskan sumber ajaran-ajaran Islam dan ruang lingkupnya dan pengaruhnya terhadap tingkah laku. Penjelasan berikutnya adalah terkait dengan sistem perilaku Islami dan etika yang membahas masalah perilaku Islami keagamaan dan perilaku sekuler serta keuntungan perilaku Islami dan kelemahan perilaku non Islam (sekuler). Pembahasan tentang penalaran perilaku Islami, mahasiswa diberikan pengetahuan tentang baik dan bunuk dalam pandangan kaum sekuler (seperti. aliran
200
emperisme,
aliran
intuitionisme,
rasionalisme,
tradisionalisme,
hedonisme,
evolusionisme, vitalisme, dan idealisme) dan pandangan Islam (seperti pandangan Mu’tazilah, ahlus Sunnah. Al Gazali, dan Abdul Al Maududi, dan terakhir mengetahui penerapan perilaku Islami dan adab pergaulan. Pengetahuan ini dimaksudkan agar mahasiswa memiliki pengetahuan tentang baik dan buruk, membentuk prinsip perilaku Islami dan merealisasikannya, mengetahui prinsip yang diperlukan dalam membuat keputusan perilaku Islami yang diperlukan, mengamalkan argumentasi pemikiran yang Islami, dan dapat menjadi pertimbangan dalam berbagai perspektif pengambilan keputusan secara Islami . Bentuk penalaran perilaku Islami yang ditanamkan pada mahasiswa di UMI Makassar adalah kemampuan mereka bersikap terbuka dan menghargai pendapat orang lain. Memahami dan menerapkan adab, adat istiadat, dan tata tertib yang melingkungi setiap masyarakat secara umum, serta mengetahui peran setiap orang dalam masyarakat, bangsa dan negara, pentingnya hubungan sosial dan pentingnya keharmonisan bagi setiap umat manusia tanpa melihat adat istiadat, suku, bangsa, dan agama. Pengembangan dimensi penalaran perilaku Islami nampaknya tidak berjalan dengan baik pada setiap mahasiswa, karena beberapa dosen penanggungjawab pembina perilaku, lebih dominan menerapkan strategi pembelajaran dengan monoton pada ceramah, sehingga tidak memberi peluang mahasiswa untuk memahami dan menerima pendapat orang lain bersifat kritis dalam memilih dan membuat keputusan perilaku Islami. Kondisi ini juga dibenarkan oleh mahasiswa. Berdasarkan hasil wawancara kami WRD tanggal 5 Desember 2016 di Makassar menjelaskan bahwa "materi yang diberikan sebenarnya menarik, tapi dosen lebih cenderung menerapkan
201
metode ceramah, dan permasalahan yang dibahas kurang memberi kesempatan kepada kami untuk bertanya, apalagi berdiskusi 46. Apa yang dikemukakan mahasiswa tersebut, di fakultas lain juga senada seperti demikian, namun dapat disimpulkan bahwa pembinaan dan pembelajaran seperti itu hanya terjadi pada dosen-dosen tertentu, dan pada dosen lain tetap menggunakan pendekatan multi method dan tetap diberi apresiasi yang baik oleh mahasiswa yang diajar. Hal ini juga diakui oleh mahasiswa lain dari dosen yang berbeda pembina mata kuliah rumpun pendidikan akhlak mulia. b.
Afek perilaku Islami Afek perilaku Islami dapat dikembangkan dalam beberapa indikator, yaitu: (1)
membangun keyakinan yang kuat dan komitmen untuk memelihara dan menerapkan nilai-nilai Islam, (2) menyadari perlunya menjelaskan nilai dan tindakan mereka dengan memahami perasaan mereka, agar dapat mengambil pendirian perilaku Islami secara sadar, (3) mempertimbangkan perasaan orang lain apabila berhadapan dengan perilaku Islami, dan (4) membentuk kemampuan intrapersonal, seperti introspeksi diri. Dalam proses pembinaan perilaku mahasiswa di UMI Makassar, dimensi afek perilaku Islami menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pembinaan perilaku mahasiswa. Hasil dari pembinaan afek perilaku Islami tertuju pada cara bersikap. Sikap perilaku itu tertuju pada: (1) perilaku dari seseorang, seperti cara berdiri, cara berbicara, cara diam, cara memberi isyarat tubuh, dan lain-lain. (2) saling menerima, dan ini dilakukan dengan menunjukkan sikap menghormati dan menghargai pihak lain serta memperlakukannya secara setara, (3) kesopanan yang dilakukan dengan
46
Hasil WawancaraWRD, Tanggal 5 Desember 2016
202
penuh ketulusan dan keikhlasan, (4) bersikap jantan dengan penuh kesopanan, (5) suka menolong dengan mengulurkan tangan untuk membantu orang lain dengan segala jenis masalah yang tergolong baik, (6) berterima kasih, (7) memaafkan, (8) bersikap bijak (berimbang) dimana seseorang itu tahu bagaimana berperilaku dengan semua individu sehingga ia tidak dalam posisi mengambil keuntungan atau diambil keuntungan, (9) berbudaya dengan suatu asumsi bahwa orang yang memiliki berbudaya bakal bisa mengomposisikan ucapan dan tindakannya dalam standar tertentu yang bisa menyenangkan orang lain. Untuk membangun keteladan dan pembiasaan serta membangun keyakinan yang kuat dan komitmen untuk memelihara dan menerapkan nilai-nilai Islam, karena dalam ajaran Islam, komitmen untuk memelihara dan menerapkan nilai-nilai Islam ditanamkan sebagai amal shaleh, dan akan dipertanggungjawabkan kepada Allah swt. c.
Perilaku Islami Perilaku Islami dikembangkan dalam beberapa indikator: (1) perilaku Islami
dan perasaan perilaku Islami. (2) menerapkan nilai-nilai Islam, (3) memupuk akhlak mulia dengan sering melaksanakan tindakan perilaku secara konsisten, (4) memupuk kemampuan sosial dan komunikasi yang baik. (5) bertanggungjawab terhadap tindakan mereka dan (6) memperkokoh toleransi dan menggalakkan hubungan sosial antara sesama suku, bangsa, dan agama Proses pembinaan perilaku mahasiswa di UMI Makassar, mendorong mahasiswa menunjukkan perilaku Islami sesuai dengan nilai-nilai Islam berdasarkan pengetahuan dan perasaan perilaku Islami. Perilaku ini dipupuk dengan mengajak mahasiswa menggunakan pikiran dan perasaan, dan nilai-nilai Islam dalam bertindak. Perilaku Islami itu diwujudkan dalam beberapa penerapan antara lain: (1) akhlak
203
terhadap Allah swt. (2) akhlak terhadap kitab suci Al-Qur’an (3) akhlak terhadap Nabi Muhammad saw. (4) akhlak terhadap diri sendiri. (5) akhlak terhadap keluarga, (6) akhlak terhadap kerabatmu, tetangga, dan masyarakat. (7) akhlak terhadap alam sekitar lingkungan hidup. 1) Akhlak terhadap Allah swt., berhubungan dengan perilaku mentauhidkan. bertaqwa, zikir, tawakkal, dan berdoa kepada Allah swt. 2) Akhlak kepada Kitab Suci Al-Qur’an menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan penuntun. 3) Akhlak terhadap Nabi Muhammad saw berhubungan dengan perilaku beriman kepadanya, mentaatinya, mencintainya, dan bershalawat kepadanya 4) Akhlak terhadap diri sendiri berhubungan dengan perilaku memelihara agama, memelihara akal, memelihara jiwa, memelihara keturunan, dan memelihara harta. 5) Akhlak terhadap keluarga berhubungan dengan perilaku hubungan suami terhadap istri, akhlak isteri terhadap suami, akhlak orang tua terhadap anaknya, akhlak anak-anak terhadap orang tuanya, akhlak anak dengan saudara-saudaranya. 6) Akhlak terhadap kerabat, tamu, tetangga, dan masyarakat. Akhlak yang berhubungan
dengan
memperlakukan
teman,
ini
adalah
akhlak
akhlak bertamu
bagaimana dan
berteman
menerima
tamu
dan dan
memperlakukan tamu, akhlak bertetangga, dan akhlak bermasyarakat 7) Akhlak terhadap alam sekitar/lingkungan hidup berhubungan dengan perilaku dan tanggungjawab terhadap alam sekitar, memelihara dan melestarikan alam
204
sekitar/lingkungan hidup. Konsep Islam memberikan pemahaman tentang bagaimana memelihara, melestarikan dan menjadi rahmatan lilalamin. Pencerminan perilaku Islami tersebut, tidak hanya dijalankan di kampus, untuk urusan akademik dan urusan adminstrasi, tapi juga melingkungi adab pergaulan mahasiswa di kampus. Perilaku Islami ini juga dikembangkan dan diterapkan dengan dilatih, diteladankan, dan dibiasakan di kampus dan pesantren Darul Mukhlisin UMI Makassar Padang lampe. Perilaku-perilaku itu didorong menjadi kepribadian nonfisik yang muncul dari sisi internal dalam bentuk tingkah laku dalam bentuk perilaku mahasiswa. Salah satu upaya kongkrit yang dilakukan oleh pimpinan UMI Makassar dan fakultas dalam lingkungan UMI Makassar untuk membina perilaku Islami, ialah dengan membudayakan salam, menyebarkan tazkirah kepada seluruh civitas akademika (pimpinan, karyawan, dosen, dan mahasiswa) yang intinya seperti berikut: 1) Menyemarakkan shalat berjamaah di Masjid, dan menjelang waktu shalat semua kegiatan dan pelayanan dihentikan. 2) Berpakaian yang sopan, rapi bersih, dan tidak berambut gondrong bagi lakilaki Perempuan memakai pakaian yang menutup aurat/berjilbab, dan konsisten pada ciri yang telah disepakati bersama 3) Aktif mengikuti program zikir setiap bulan dan menjadikannnya sebagai ajang silaturrahim dan peningkatan kesadaran untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. 4) Diharapkan kepada dosen kiranya membaca doa secara bersama-sama sebelum dan setelah proses belajar mengajar, serta memberi nasihat kepada mahasiswa.
205
5) Senantiasa membina dan memelihara hubungan silaturrahim antar unsur civitas akademika UMI Makassar. 6) Diharapkan para pimpinan, dosen, karyawan, pengurus lembaga dan UKM menjadi teladan dalam lingkungan kampus UMI Makassar. Sementara pembinaan perilaku mahasiswa di Pesantren Padang lampe, nampak lebih fokus pada pelatihan dan pembiasaan yang dilakukan dengan kondisi lingkungan dan situasi yang dapat dikontrol di samping perilaku mahasiswa seperti yang disampaikan dalam tazkirah diatas, mahasiswa dibiasakan belajar teratur dan tertib, mengelolah lingkungan dengan baik, tidur yang teratur, makan yang teratur, istirahat yang teratur, shalat dan zikir yang teratur. Semua kegiatan ini dilakukan untuk menumbuhkan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritualnya. Terdapat berbagai pendapat yang menjelaskan bahwa otoritas dosen dan pembina harus disertai dengan sikap adanya kepercayaan dan kemampuan, yaitu ada kepercayaan dari dosen dan kehendak untuk mewujudkannya. Dosen/pembina haruslah "totalitas" dalam berusaha untuk menyebarkan nilai-nilai Islam dan meyakinkan kepada anak didik, menjadi teladan dan Islam dan sekaligus menjadi juru dakwah sementara karyawan harus menjadi bagian yang menyebarkan dan menjalankan nilai-nilai Islam sebagai wujud keteladanan kolektif. Pimpinan, karyawan, dosen dan pembina dalam menumbuh kembangkan kesadaran perilaku Islami, dapat dikelompokkan dalam beberapa peran sebagai berikut (1) penyucian jiwa, (2) pencerdasan kalbu dan keteladanan yang Islam, (3) pencerahan kalbu dan penyucian jiwa dilakukan dalam bentuk mendidik daya nufakkara (berpikir), mengendalikan daya syahwat dan mengekang daya hamiyah (gelora marah). Sementara pembiasaan diwujudkan dalam bentuk memotivasi,
206
menasehati, mengingatkan, dan memerintahkan anak didik untuk selalu terbiasa melakukan yang positif, dan keteladanan diwujudkan dengan melakukan suatu perbuatan dengan tulus dan menjadi contoh yang dapat diteladani dilingkungan sekitar. Sedangkan pencerahan kalbu dilakukan dengan zikrullah atau menyebut dan mengingat-ingat Allah swt., dalam rangka menenamkan batin dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Dari tugas dan tanggungjawab pimpinan, dosen, karyawan, dan pembina terhadap pembinaan perilaku mahasiswa di UMI Makassar adalah diharapkan memberikan contoh atau teladan yang Islami, seperti berpakaian yang sopan bertutur kata yang santun, menjalankan tugas mengajar, membimbing mahasiswa dan adminitrasi dengan disiplin, memberikan bimbingan dan nasehat kepada mahasiswa, memberikan pelayanan prima dengan kinerja dengan Islam. Menelaah lebih jauh tentang peran pimpinan, dosen, karyawan dan pembina dalam pembinaan perilaku, beberapa mahasiswa mengkritisi peran dosen yang masih tidak konsisten dengan jam mengajar mereka, keteladanan mengajar, karyawan tidak tepat waktu masuk dan pulang dari kantor, karyawan tidak mengindahkan waktu shalat berjamaah, kadang-kadang karayawan dan dosen lebih banyak berdiskusi sesama rekannya, sehingga kadang-kadang mahasiswa tidak dapat mengurus masalah akademik dan administrasi, karyawan dan pimpinan banyak meninggalkan tempat duduk mereka saat jam kantor, atau bahkan mereka tidak masuk atau meninggalkan kantor tanpa pemberitahuan pada karyawan ada. Sebaiknya sebagai kampus pembina perilaku Islami memberikan contoh atau teladan yang Islami seperti ketika meninggalkan tempat memberitahukan atasan atau salah seorang yang ada disekitar itu.
207
Dosen pembina (WD IV) yang ditempatkan khusus pada masing-masing fakultas dalam rangka pembinaan perilaku Islami mahasiswa, seharusnya lehih banyak melayani konseling dan baca tulis al-Qur’an, menghafal surah-surah pendek (juz 30) untuk membantu mengaktualisasikan pentingnya nilai-nilai Islam dalam kehidupan mahasiswa di kampus. Demikian halnya dengan pembina yang ditunjuk oleh Rektor dalam rangka membina UKM, penasehat akademik yang ditunjuk oleh pimpinan fakultas untuk menalankan fungsinya pada setiap unit kegiatan mahasiswa, dan pelayanan konsultasi penasehat akademik di UMI Makassar, ini juga tidak berfungsi dengan baik. Beberapa hal yang dapat diidentifikasi sehingga fungsi pembinaan ini tidak berjalan dengan baik, yaitu (1) pembina di tingkat universitas perlu meninjau kembali intensif para dosen Penasehat Akademik (PA) sebaiknya dibekali pengetahuan teknik dan konseling, terutama yang berkaitan dengan akademik dan hubungan sosial. (2) membatasi jam mengajar pembina di tingkat fakultas, sehingga memiliki waktu yang memadai mengontrol, mendampingi, dan membina mahasiswa dalam pendidikan perilaku, (3) pembina pada unit kegiatan mahasiswa diberikan insentif setara dengan jumlah SKS tertentu setiap semester dalam menjalankan fungsi pembinaan tersebut. (4) penasehat akademik diberi tanggungjawab yang menjangkau pembinaan perilaku dan dengan jumlah mahasiswa yang terbatas (tidak terlalu banyak). Tujuan pembinaan perilaku mahasiswa di UMI Makassar tidak terbatas pada problem-problem etis sekarang ini saja, tetapi diperlukan memberikan suatu pelatihan perilaku yang bermutu, sekaligus membekalkan kepekaan perilaku Islami dan metode berargumentasi perilaku Islami kepada mahasiswa untuk masa depan masyarakat sekarang ini berubah begitu cepat, sehingga tidak mungkin sekarang menangkap
208
problem-problem etis dari hari esok. Tetapi kita bisa mempersiapkan mahasiswa untuk mengetaahui problem-problem etis yang baru pada waktunya dan menanggapi secara etis mengemukakan bahwa adanya pola pikir yang berkembang di masyarakat menjadi tanggungjawab dosen/guru sebagai pendidik untuk (1) melihat implikasi nilai etik (moral) dalam setiap proses perubahan yang terjadi. (2) membantu perkembangan nilai dalam diri seseorang (mahasiswa), (3) membantu agar peserta didik (mahasiswa) dapat mengambil sikap dan keputusan, dalam merencanakan kehidupan secara berarti. Ungkapan tersebut mengisyaratkan bahwa program pembinaan mahasiswa di UMI Makassar sepatutnya dimuat pembinaan perilaku yang dekat dengan kehidupan mahasiswa dengan memberikan penekanan yang berimbang kepada perkembangan rasional, emosional, sikap dan perilaku Islami. Hal ini penting, dalam rangka membentuk dan mengembangkan kepribadian mahasiswa seutuhnya. Di samping itu, faktor agama juga perlu mendapat perhatian yang baik dalam menyusun programprogram pembinaan perilaku mahasiswa dalam penerapannya, karena agama dapat menjadikan nilai-nilai perilaku memiliki akar yang kuat dalam diri mahasiswa. Untuk melihat program pembinaan perilaku mahasiswa di UMI Makassar, beberapa indikator sebagai berikut: a. Program pembinaan perilaku di UMI Makassar menyangkut perilaku Islami, contoh
perilaku
yang
terkait
dengan
perilaku
demonstrasi,
kekerasan,
penyalahgunaan obat-obat terlarang, konsumsi minuman keras, seks dan pergaulan bebas, korupsi, judi, masalah yang berhubungan dengan perkembangan teknologi dan informasi.
209
b. Program pembinaan perilaku mahasiswa di UMI Makassar memberi peluang pembahasan untuk klarifikasi nilai-nilai Islam yang dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam proses pembinaan perilaku Islam. c. Program kampus Islami sebagai program pembinaan perilaku mahasiswa di UMI Makassar, menerapkan pembinaan
nilai-nilai Islam bersumber dari agama
(akidah, syariah, dan akhlak) sebagai dasar
yang kuat dalam merealisasikan
perilaku Islami. Terdapat berbagai argumentasi tentang pendekatan pembinaan perilaku mahasiswa untuk merespon gejala kemerosotan perilaku negatif yang terjadi pada mahasiswa di institusi pendidikan, mengadakan pelatihan-pelatihan dai, kaligrafi, Penulisan Karya Ilmiah (PKM), mengkafani mayat. Melibatkan semua unsur yang terkait dalam proses pembelajaran seperti dosen, pimpinan, orang tua, dan tokoh masyarakat. Sedangkan lebih cenderung melalui pendekatan komprehensip dalam pendidikan moral. Pendekatan komprehensif sebagai berikut: (1) penanaman nilainilai moral (2) keteladanan nilai, (3) melatih anak didik mengatasi masalah-masalah, dan (4) pengembangan keterampilan akademik dan sosial. Strategi pembinaan perilaku mahasiswa di UMI Makassar, dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Aktualisasi nilai-nilai perilaku Islami Aktualisasi nilai-nilai perilaku Islami di UMI Makassar di lakukan dalam proses pembinaan yang melibatkan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Mengaktualisasikan nilai-nilai Islam yang diterapkan dengan pendekatan kognitif, pendekatan afektif dan pendekatan perilaku dengan mensinergikan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual untuk membantu mahasiswa agar senantiasa
210
memahami, menghayati, dan menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupannya dan sekaligus merealisasikan sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai Islami dan selalu konsisten dalam menerapkan nilai-nilai Islami. Strategi pendekatan kognitif dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Islam yang diterapkan dalam program pembinaan dalam kampus Islami, beberapa pendapat yang sama disampaikan oleh mahasiswa, seperti dikemukakan dalam wawancara kami dengan WRD tanggal 25 Agustus 2016, di Makassar sebagai berikut "kami merasakan manfaat yang sangat berarti dan bangga menjadi mahasiswa UMI Makassar karena dengan bentuk pendekatan program pembinaan perilaku Islami di UMI Makassar, kami dapat memahami berbagai nilai-nilai Islam, menyadari nilainilai Islam yang terbaik dengan pendekatan pengembangan rasional dan pendekatan pencerahan kalbu, dan semua ini dapat menuntun kami mengambil sikap dan merealisasikan perilaku secara konsisten atas dasar kesadaran sendiri47. Dalam menerapkan nilai-nilai Islami dengan cara mensosialisasikan atas dasar nilai-nilai Islami yang ideal disertai alasan yang mendasari, memberikan peluang kepada seluruh civitas akademika khususnya semua mahasiswa di UMI Makassar, untuk memberikan tanggapan dengan sifat keragu-raguannya setuju atau tidak setuju dengan program kampus Islami, semua pihak menghargai pandangan mahasiswa. Mahasiswa mengemukakan pengalaman sosial, emosional dan spiritual mengenai nilai-nilai Islam yang dikehendaki tidak secara ekstrim, sehingga semua mahasiswa memiliki hak berbeda pendapat, dan memiliki kebebasan memiliki perilaku yang berbeda, akan tetapi membuka komunikasi dengan pihak yang tidak
47
Hasil wawancara, WRD, tanggal 25 Agustus 2016
211
setuju, dan apabila sampai pada tingkat yang tidak dapat diterima, dosen mengarahkan untuk memberikan kemungkinan berubah. Penghayatan nilai-nilai Islam yang diterapkan secara global dalam kampus UMI Makassar terutama dalam aktualisasi nilai-nilai Islami dan nilai-nilai budaya yang Islami. Dalam pelaksanaan program-program pembinaan keagamaan bagi mahasiswa di UMI Makassar, pembinaan seperti ini merupakan merupakan pembinaan yang bersumber dari ajaran Islam yang memuat nilai-nilai Islam yang bersifat universal dan bersifat mutlak. Oleh karena itu, ajaran-ajaran yang Islami yang bersifat universal berbagai aspek meliputi berbagai aspek kehidupan di ajarkan dan direalisasikan, dan proses pembinaannya harus bertitik tolak dari ajaran atau nilainilai Islam tersebut, dan dipahami dalam banyak hal batas-batas kebenaran dalam ajaran agama sudah jelas, pasti, dan harus direalisasikan (akidah, syariah dan akhlak). b. Tazkirah, pembiasaan dan keteladanan nilai-nilai Islam Tazkirah dimaknai dengan nasehat, peringatan atau penyampaian suatu pesan yang dibuat secara tertulis oleh pihak universitas dan fakultas dan dipublikasikan di papan pengumuman atau tempat dimana mudah dilihat dan dibaca semua civitas akademika UMI Makassar. Terdapat beragam pesan atau nasihat yang dipublikasikan di dalam kampus, dan umumnya tazkirah tersebut memuat pesan nilai-nilai Islam. Pesan tazkirah ada yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis, dan adapula yang bersumber dari keputusan rapat senat universitas atau rapat senat dan pimpinan fakultas. Beberapa tazkirah yang dipublikasikan disetiap ruangan kelas dan halaman lingkungan UMI Makassar, seperti (1) memberi tanda setiap ruangan nama As-maul Al-Husna, (2) menyemarakkan shalat berjamaah di masjid kampus UMI Makassar,
212
(3) berpakaian yang rapi, sopan bagi laki-laki, dan berhijab bagi wanita, (4) menerapkan makna zikir dan merealisasikan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. (5) civitas akademik senantiasa menjadi panutan mahasiswa, (6) mengaktualisasikan dan memelihara silaturrahim antar sesama civitas akademika UMI Makassar, (7) menerapkan dan merealisasikan kedisiplinan dan kerja keras, (8) Menjaga ketertiban, kebersihan dan keindahan kampus UMI Makassar, (9) wisata spiritual berbentuk ajakan (kaligrafi) dipasang di setiap ruangan fakultas, kelas, kantor dan ruangan Laboratorium; peringatan dalam bentuk tulisan/tulisan Arab dari al-Qur’an dan hadis Rasulullah saw. Pembiasaan ini dimaknai dengan bentuk pembinaan perilaku Islami. Pembiasaan ini ditunjukkan dengan penyediaan absensi untuk shalat jamaah (zikir bulanan) setiap pimpinan, dosen, karyawan dan mahasiswa saat jam masuk dan jam pulang kantor, demikian pula dengan absensi kehadiran mahasiswa yang dilakukan oleh dosen pada saat pertama memasuki jam perkuliahan. Semua ini dimaksudkkan untuk membina dan membiasakan kedisiplinan civitas akademika UMI Makassar. Walaupun hasil pantauan kami belum semuanya berjalan dengan baik (secara Islami) dengan masih adanya pimpinan, dosen, karyawan dan mahasiswa yang mengabaikan anjuran tersebut. Pembiasaan ini ditunjukkan dengan dakwah bil lisan dan dakwah bil hal dengan pendekatan akhlakul karimah oleh pimpinan, dosen, karyawan kepada mahasiswa untuk mengikuti shalat berjamaah di masjid, menghentikan pelayanan akademik dan administrasi berjamaah di masjid, agar senantiasa menghentikan semua aktivitas, akademik dan administrasi ketika tiba waktu shalat, sehingga semua pihak (kecuali yang berhalangan dan petugas keamanan) berkesempatan mengikuti shalat
213
berjamaah. Civitas akademika juga dibiasakan mengikuti zikir dan berdoa sejenak setelah shalat berjamaah. Pembiasaan ini juga mewarnai kehidupan kampus itu adalah kebiasaan memberi salam dan bersalaman dan berwajah ceria ketika berjumpa di kampus. Semua pembiasaan yang dikemukakan di atas, sepanjang pengamatan peneliti masih kurang menampakkan nilai-nilai Islami, dan masih terkendala kesadaran oknum-oknum tertentu dalam menerapkan dan merealisasikannya. Keteladanan yang dimaksudkan adalah panutan atau pemberi teladan yang dilakukan oleh pimpinan, dosen, karyawan, dan pengurus lembaga mahasiswa, dan unit kegiatan mahasiswa dan pembentukan anggota komisi kode etik di masingmasing fakultas. Pihak-pihak seperti yang disebutkan di atas dituntut memiliki perilaku Islami, dan memiliki sifat kehati-hatian dalam segala tindakannya di kampus agar dapat berperan sebagai panutan yang baik bagi setiap orang dalam lingkungan kampus. Panutan ini sendiri, masih kurang terealisasi dengan baik, kesadaran dari berbagai pihak tertentu belum menunjukkan peran sebagai panutan yang baik dan Islami dalam menunjukkan perilaku Islami (akhlak mulia). Beberapa mahasiswa menyampaikan kesan seperti hasil wawancara kami dengan KUR tanggal 3 Oktober 2016 di Makassar, mengemukakan bahwa masih ada dosen dan staf hanya lantang menyampaikan teguran kepada mahasiswa, tapi belum menunjukkan pelayanan prima dan mampu menjadi teladan buat kami, dicontohkan larangan merokok tapi dia merokok, menuntut mahasiswa disiplin mengikuti perkuliahan, tapi kadang mereka sendiri tidak hadir tanpa ada pemberitahuan yang jelas 48.
48
Hasil Wawancara KUR, Tanggal 3 Oktober 2013
214
c. Pengembangan keterampilan akademik dan sosial bernuansa Islami Pengembangan akademik yang dimaksud mengarah kepada kemampuan mahasiswa berpikir secara Islami, yang memungkinkan dapat menganalisis informasi secara cermat dan membuat keputusan yang tepat dalam menghadapi perilaku Islami, dan yang bersangkutan dapat menghindari tindakan-tindakan tidak terpuji, sedangkan kemampuan sosial merujuk pada kemampuan berkomunikasi dengan orang lain dalam suatu konteks sosial, dan pada saat yang sama secara sosial dapat diterima dan dihargai, dan saling menguntungkan khususnya bagi orang lain. Berkenaan dengan pendekatan pengembangan keterampilan akademik dan sosial dalam program pembinaan Islami di UMI Makassar, beberapa program yang dilaksanakan dapat dideskripsikan sebagai berikut: (1) pendekatan keterampilan akademik bernuansa Islami, dan (2) kemampuan sosial bernuansa Islami (akhlak mulia). Pendekatan keterampilan akademik bernuansa Islami dengan kemampuan mahasiswa berpikir logis dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai Islam. Terhadap kemampuan menganalisis masalah, mahasiswa dibantu untuk menggunakan kemampuan berpikir logis dalam menganalisis perilaku tertentu, dan membantu mahasiswa berpikir rasional dan analitik dalam menghubunghubungkan dengan berbagai konsep tentang nilai-nilai Islam yang dipahami yang berkaitan dengan demonstrasi yang anarkis. Metode pembelajaran diterapkan secara individual dan ada yang menerapkan secara kelompok, penelusuran referensi, dan diskusi kelas terhadap berbagai perilaku yang ada di lingkungan mahasiswa. Pendekatan kemampuan sosial berkenaan dengan kemampuan mahasiswa berkomunikasi dengan orang lain, dan pada saat yang bersamaan, orang lain tersebut dapat memberi respon positif. Kemampuan berkomunikasi ini diajarkan kepada
215
mahasiswa dengan beberapa langkah sebagai berikut: (1) dosen menjelaskan apa kecakapan sosial itu, dan mahasiswa memahami pentingnya kecakapan sosial itu, (2) dosen memberikan model atau demonstrasi tentang kecakapan itu, (3) mahasiswa mempraktikkan atau melatih membiasakan kecakapan itu, (4) dosen memberikan umpan balik tentang bagaimana yang mahasiswa lakukan, dan (5) mempraktikkan dalam situasi kehidupan nyata. d. Pendekatan Perilaku Islami Pendekatan ini memberi penekanan kepada usaha memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan sikap perilaku Islami, baik secara perorangan maupun secara bersama-sama dalam satu kelompok. yaitu, (1) membaca surah-surah pendek dikelas sebelum materi pembelajaran, (2) membaca doa belajar dikelas sebelum materi belajar dimulai bersama dengan dosen pengajar, (3) menghafal juz 30 sebelum
KKN
sebagai
persiapan
membangun
karakter
spiritualnya
dan
menerapkannya untuk menjadi imam dalam keluarga dan masyarakat (4) tahsin bersama setiap hari jum’at, untuk lebih dekat kepada Al-Qur’an, (5) zikir bersama setiap awal bulan, untuk menjernihkan kalbu, (6) pendekatan mahasiswa kepada dosen untuk lebih bersinergi dengan dosen dengan panggilan Ayah-Bunda. Pendekatan ini lebih dominan dilakukan oleh pembina (WD IV) yang ditempatkan pada masing-masing fakultas untuk pembinaan perilaku Islami di setiap fakultas, pembina lembaga kemahasiswaan dan UKM, dan Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM). Tujuan utama dari pembinaan perilaku Islami, yaitu: (1) membaca surahsurah pendek di kelas sebelum materi pembelajaran, (2) menghafal juz 30 untuk persyaratan KKN, sebagai persiapan membangun karakter spiritualnya untuk menjadi imam dalam keluarga dan masyarakat, (3) tahzin bersama setiap hari jumat, untuk
216
lebih mempelajari dan memahami Al-Qur’an, (4) zikir bersama setiap awal bulan, untuk menjernihkan kalbu. Program-program ini dilaksanakan mahasiswa dalam berbagai bentuk, seperti pengabdian masyarakat, penyuluhan obat tradisional, pelatihan dasar kepemimpinan, pelatihan Dai dan Daiah, pelatihan kaligrafi, mengafani mayat, latihan keterampilan manajemen, pelatihan jurnalistik, pemberantasan buta aksara al-Qur’an di desa-desa, pengabdian mengajar di desa-desa binaan UMI Makassar, bantuan medis, dan tenaga sukarela dalam berbagai musibah yang dialami masyarakat. e.
Program Unggulan (Pencerahan kalbu) Salah satu bentuk program kampus Islami yaitu pembinaan perilaku Islami
(akhlak muliah) yang paling khas di lakukan UMI Makassar adalah apa yang diistilahkan dengan "pencerahan kalbu". Kegiatan pencerahan kalbu merupakan program pembinaan yang bertujuan untuk mensucikan dan mencerahakan kalbu mahasiswa UMI Makassar, agar kalbunya (hati nurani) setiap mahasiswa selalu suci dan bersih dan dapat meningkat tahap demi tahap dan tingkatan yang lebih tinggi. Kegiatan ini wajib diikuti semua mahasiswa baru UMI Makassar selama tiga puluh hari sejak tahun 2000 sampai sekarang, dan kemudian dijibkan semua pimpinan, dosen, dan karyawan dalam lingkungan UMI Makassar untuk mengikuti program pembinaan tersebut selama satu (1) minggu. Bahkan mahasiswa yang melakukan tindakan yang tidak Islami, salah satu bentuk pembinaan yang dapat diberikan adalah mengikutkan yang bersangkutan ke Padang lampe untuk diberikan pembinaan khusus pencerahan kalbu. Kalbu dalam program pembinaan ini bermakna batiniah (rohaniah), yakni potensi dasar dari Allah swt. yang ditiupkan oleh Allah swt. kedalam ruh manusia dan
217
berpengaruh kedalam hakekat hati nurani manusia yang paling dalam yang bersifat gaib. Ia merupakan tempat menerima perasaan kasih sayang, kedamaian, ketenangan, keindahan, kebahagiaan, pengajaran, pengetahuan, berita, ketakutan, keimanan, keIslaman, keikhlasan, ketauhidan dan ketakwaan. Itulah sebabnya kalbu dalam diri setiap manusia memiliki tingkatan yang berbeda dan sangat tergantung dari usaha kecerdasan intelektual, emosional, spiritual masing-masing individu dari usaha pencerahan kalbu itu sendiri. Dalam diri seseorang ada tingkatan kalbu (hati) yang telah kokoh dan mantap, dan hati yang labil atau belum mantap. Kalbu (Hati) yang telah kokoh dan mantap dalam agama disebut fuad (Q.S. al-Najm/53: 11). Kalbu (Hati nurani) yang mantap ini adalah hati yang telah mencapai derajat atau tingkatan jiwa rabbani 49. Apa yang ditampakkan dalam hatinya, atau dirasakan, dan diilhamkan dalam hatinya tidak ada sikap tidak terpuji, sebab hati itu dalam bimbingan cahaya keAllah swt.an yang masuk dalam hatinya. Hati yang telah sadar dalam agama disebut shadr (QS. al-An'am/6: 125, QS. al-Zumar/39: 22). Hati yang sadar adalah hati yang telah dapat menerima kebenaran Allah swt., sehingga hati itu terlepas dari himpitan kebingungan, dan keragu-raguan tentang kebenaran Allah swt. Kalbu (hati yang ridha dan ikhlas untuk mempercayai dan meyakini kebenaran Islam sebagai ajaran dan agama yang diridhai oleh Allah swt. Ketulusan dan keredhaannya terlahir dalam segala sikap, perbuatan dan tindakan dengan penuh kesadaran. Kalbu (hati) yang labil atau belum mantap dalam agama disebut Qalb (QS. alA’raf:/7:101; QS. al-Hijr/15:12; QS. al-Baqarah/2:74). Kondisi kalbu (hati) dalam
49
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawwuf (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1976), h.75
218
tingkatan ini diliputi perasaan ragu-ragu, was-was, dan berburuk sangka. Kalbu (hati) ini dekat dengan bisikan iblis untuk menggoda dan memperdayainya. Kalbu (hati) yang seperti ini tidak memiliki pendirian yang kuat, prinsip hidup yang jelas, di dalam hatinya selalu ada dua bisikan, yakni ajakan baik dan buruk, benar dan salah. Pencerahan kalbu (hati) bagi setiap orang dapat meningkatkan fungsi kalbu untuk mengatur seluruh kerja dan aktivitas diri manusia, baik berkaitan dengan pencipta-Nya maupun antara diri dan lingkungannya. Kalbu (hati) yang suci, sehat, dan cerah akan menjadi: 1) Tempat bersemayan Allah swt. disebut dalam istilah nurani atau kata hati yang paling dalam. Nurani itulah yang menjadi pelita, pedoman, pembimbing dalam diri seseorang untuk beraktivitas, dan membedakan antara yang baik dan buruk, yang benar dan yang salah (QS. alTaubah/184:11). 2) Kalbu merupakan komponen pokok dalam jiwa yang mempunyai gerak dinamis dan terbuka terhadap perubahan yang baik dan buruk. 3) Wadah kecerdasan, perasaan atau emosi. Salah satu instrumen utama yang dimiliki manusia adalah kecerdasan, perasaan atau emosi, dan perasaan ini ada di kalbu (hati nurani). Kecerdasan perasaan manusia memiliki kecerdasan perasaan ke Allah swt.an apabilah dia berpikir positif dan kecerdasan perasaan kemanusiaan. Kecerdasan perasaan ke Allah swt.an adalah kecerdasan perasaan yang berhubungan dengan pencipta (Allah swt.), sedangkan kecerdasan perasaan kemanusiaan adalah kecerdasan perasaan yang berhubungan dengan sesama makhluk ciptaan Allah swt. Kecerdasan perasaan atau emosi keAllah swt.an yang berkembang di dalam diri
219
seseorang akan memberikan sifat kemanusiaan dapat menangkap dimensi spiritual yang secara Islami. ia mempunyai kecerdasan kesadaran yang tinggi. Kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual itu, antara lain adalah : a.
Perasaan cinta dan kerinduan kepada Allah swt.
b.
Perasaan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt.
c.
Mengendalikan rasa kebahagiaan terhadap kehidupan dunia.
d.
Mengendalikan
rasa
kebencian
terhadap
makhluk ciptaan
Allah
swt.
Mengendalikan rasa sedih dan duka cita yang belebihan e.
Mengendalikan perasaan takut terhadap kemiskinan dan kematian
f.
Mengendalikan sikap pemarah50. Upaya penyempurnaan dan penjernihan jiwa itu sendiri dibagi lagi ke dalam
empat bagian usaha yaitu: (l) mengerjakan berbagai amal saleh dan memperhatikan mengawasinya dengan cermat dalam segi ketaatan kepada Allah swt. menjauhi kemaksiatan, dan dalam hal yang mubah (muragabah), (2) meninjau ulang, senantiasa mengintrospeksi diri dari segala gerak dan diamnya bahwa bertambah atau berkurang (muhasabah), (3) menghukum apakah diri atas segala kekurangan (muraqabah). Bentuk hukuman yang dimaksud adalah dengan melakukan perbuatanperbuatan yang terpuji, bertaubat, dan mendekatkan diri kepada Allah swt., misalnya seseorang bila melakukan kesalahan terhadap orang lain, dia harus minta maaf, pernah memakan makanan yang tidak halal lalu dia menghukum dirinya dengan
50
361
Al-Gazzali, Ihya’ Ulum al-din (Surabaya: al-Maktabah al-Kubra al-Nabhaniyyah), tth. h.
220
bertaubat, istighfar, dan sebagainya dan (4) bersungguh-sungguh melakukan sanksi atas dirinya karena Allah swt. (mujahadah)51. Dari pendekatan tersebut dapat disimpulkan bahwa keadaan tingkah laku psikologis seseorang, secara antropocentric, tidak lagi ditentukan oleh kondisi eksteren, melainkan lebih dipengaruhi oleh potensi batin yang bersangkutan. Tingkah laku psikologis sebagai wujud ekspresi kejiwaan seseorang, tidak akan menjadi baik, jika keadaan jiwanya (hatinya) sedang terganggu. Sementara mengenai kegiatan pencerahan kalbu yang dilaksanakan selama tiga puluh hari, UZN menjelaskan dalam wawancara kami, tanggal 7 Agustus 2016 di Makassar bahwa "kegiatan ini diprogramkan selama tiga puluh hari, berdasarkan ayat yang menjelaskan tentang proses penciptaan manusia selama 40 hari sperma, meningkat menjadi darah 40 hari, kemudian meningkat menjadi segumpal daging selama 40 hari kemudian meningkat menjadi 120 hari lalu ditiupkan Ruh kedalam janin kandungan ibunya. Didasarkan juga pada pembinaan dan pembekalan yang diberikan oleh Allah swt. kepada Nabi Musa selama 30 hari dalam rangka mempersiapkan untuk memimpin kaumnya, memperbaiki diri dan kaummnya, serta hal-ihwal mereka, agar Musa dan kaumnya tidak mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan52. Penjelasan ini dapat dilihat dalam QS. al-A’raf: 146 dan QS. Al-Mu’minun: 14. Itulah sebabnya program pencerahan kalbu ini dilaksanakan selama tiga puluh hari, dengan asumsi bahwa untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi calon pemimpin, mampu mengsinerjikan kecerdasan intelektual, emosional, spritiual dalam
51
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawwuf, h.83
52
Hasil Wawancara UZN, Tanggal 7 Agustus 2016
221
melaksanakan tugas kekhalifaannya, mampu membangun bangsa dan negaranya dengan berpijak pada akidah, syariah, dan akhlak. Pelaksanaan program pembinaan pencerahan kalbu di pesantren Darul Mukhlisin UMI Makassar dilakukan dengan pemondokan mahasiswa selama 30 hari, dan mahasiswa wajib mengikuti sepenuhnya kegiatan tersebut. Mahasiswa yang tidak mengikuti program pembinaan selama 30 hari tersebut sepenuhnya. dinyatakan tidak lulus dan harus mengulang. Sedangkan mahasiswa dengan alasan sakit, atau dengan keperluan yang tidak dapat dihindari dapat diberi toleransi, tetapi tetap mengulangi ketertinggalannya, mereka dibina agar senantiasa untuk mempertanggungjwabkan perilakunya oleh karena kehadirannya tidak maksimal (30 hari) tinggal di pesantren. Mahasiswa diberi kesempatan untuk menerima tamu dengan menunjukkan identitasnya, lama kunjungannya selama kurang lebih 3 jam dari keluarga, pada ruang tamu yang telah dipersiapkan pihak pesantren53. Pesantren menyediakan akomodasi dan konsumsi selama sebulan penuh, fasilitas olahraga, tenaga medis, dan keamanan, kecuali televisi, selama kegiatan pencerahan kalbu. Lokasi pesantren ini jauh dari keramaian kota, sepi dari lalu lalang masyarakat, sehingga pesantren tersebut hanya terdiri dari pihak pengelola dan mahasiswa. Semua ini dipersiapkan pihak pesantren untuk menjaga ketenangan dan kekhusyuan mahasiswa mengikuti kegiatan tersebut. D. Realitas Perilaku Mahasiswa dalam Program Kampus Islami di UMI Makassar Realitas program pembinaan perilaku Islami yang dimulai sejak tahun 2000 sampai sekarang dan lebih dikhususkan kepada mahasiswa, ini telah berlangsung
53
Hasil Wawancara UZN, Tanggal 7 Agustus 2016
222
cukup lama. Program pembinaan perilaku mahasiswa ini berdasarkan prinsip-prinsip islam (aqidah, syariah dan akhlak) membuat program ini menjadi menarik untuk dievaluasi untuk perkembangan selanjutnya. Penelitian ini bermaksud untuk melihat bagaimana proses penerapan tersebut telah berjalan dengan baik sesuai visi misi dan tujuan UMI Makassar ke depan seperti yang diharapkan para pembina, pimpinan dan tokoh agama dan masyarakat di lingkungan UMI Makassar, dan pihak-pihak yang terlibat dalam program tersebut berefek pada perilaku mahasiswa UMI Makassar. Hasil wawancara kami dengan pimpinan UMI Makassar tanggal 14 Juli 2016, Bapak HAS menjelaskan bahwa ”ada kecenderungan penerimaan mahasiswa di UMI Makassar mulai tahun 2000 s/d 2004 berkurang, dan diduga faktor penyebabnya adalah seringnya mahasiswa melakukan demonstrasi anarkis dan tawuran, dan akibat krisis ekonomi pada saat itu”. Ungkapan ini juga diperkuat dengan hasil studi kami pada Biro Administrasi Kemahasiswaan UMI Makassar yang menunjukkan bahwa penerimaan mahasiswa baru pada tahun tersebut, UMI Makassar hanya menerima mahasiswa rata-rata 2000 bahkan kurang dari 2000 mahasiswa. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum dan sesudahnya, UMI Makassar dapat menerima lebih dari 5000 mahasiswa berdasarkan hasil ujian saringan mahasiwa54. UMI Makassar pasca tahun 2004 mulai kembali bergairah dengan pulihnya kepercayaan masyarakat dengan memasukkan anak-anak mereka di UMI Makassar mengikuti pendidikan tinggi. Bersamaan dengan itu pula, perilaku-perilaku amoral semakin berkurang ditunjukkan oleh mahasiswa UMI Makassar, sejak tahun 2005 sampai sekarang tidak pernah terjadi tawuran antar mahasiswa dalam kampus, tidak ditemukan berita dimedia massa demonstrasi anarkis dan mengganggu ketertiban lalu
54
Hasil Wawancara HS, Tanggal 14 Juli 2016
223
lintas sepanjang kurung waktu tersebut, dan perilaku amoral lainya tidak pernah lagi ditemukan di dalam kampus. Apa yang dikemukakan tersebut, juga dibenarkan oleh orang tua mahasiswa NHN tanggal 2 Agustus 2016 dan sopir angkot (pete-pete) BRH tanggal 20 Juli 2016 di Makassar bahwa ”mahasiswa UMI Makassar sekarang ini cenderung lebih tertib dan ramah, tidak terlihat lagi mahasiswa melakukan demo dengan anarkis, tawuran, dan mudah-mudahan ini terus terjaga”55. Apa yang dikemukakan oleh masyarakat tersebut menunjukkan bahwa apresiasi masyarakat terhadap UMI Makassar, dan mulai menunjukkan pencitraan yang baik, dan hal inilah yang diharapkan oleh semua pihak, baik oleh pemerintah, masyarakat, dan pengelola UMI Makassar. Bahkan oleh pihak pengelola UMI Makassar, bahwa kesejukan, ketertiban yang dirasakan oleh civitas akademika UMI Makassar, dan masyarakat sekarang ini didukung oleh komitmen UMI Makassar melakukan pola pembinaan perilaku Islami secara intensif dan terpadu sejak tahun 2000 sampai sekarang. Wawancara kami dengan WRD tanggal 25 Agustus 2016, di Makassar sebagai berikut "kami merasakan manfaat yang sangat berarti dan bangga menjadi mahasiswa UMI Makassar karena dengan bentuk pendekatan program pembinaan perilaku Islami di UMI Makassar, kami dapat memahami berbagai nilai-nilai Islam, menyadari nilai-nilai Islam yang terbaik dengan pendekatan pengembangan rasional dan pendekatan pencerahan kalbu, dan semua ini dapat menuntun kami mengambil sikap dan merealisasikan perilaku secara konsisten atas dasar kesadaran sendiri56.
55
Hasil Wawancara NHN, dan BRH, Tanggal 2 Agustus 2016 / 20 Juli 2016
56
Hasil wawancara WRD, tanggal 25 Agustus 2016
224
Dari hasil wawancara tersebut, kami mengevaluasi bahwa dari sekian banyak program pembinaan perilaku Islami yang dilakukan UMI Makassar sebagai program pembinaan kampus Islami yang sangat dominan berefek kepada mahasiswa adalah: (1) doa didalam kelas,
(2) zikir bulanan, (3) gerakan shalat berjamaah. Ketiga
kegiatan tersebut sangat berefek kepada perilaku mahasiswa, karena dengan shalat berjamaah perasaan mereka lebih damai, tenang, segala sesuatu terasa nikmat saat melakukan shalat berjamaah dan kebersamaan lebih terasa, toleransi keagamaan lebih bertambah, dan interaksi sosial terasa nikmat, karena efek dari shalat berjamaah. 1. Doa di dalam kelas Doa pada masa dahulu dipandang sebagai suatu yang kurang penting bahkan ada yang memandangnya sebagai kekolotan dan ketinggalan zaman, kini diera globalisasi ini, baru disadari ternyata peran doa dalam kehidupan sangat penting karena berdoa adalah antara hamba dan Allah swt. berada sedekat mungkin. Allah swt. berfirman dalam Qs. Al-Baqarah/2: 186;
ُ ْ ْ َُُّبن ۖ فَ ْلٍَ ْست َِجٍجُوا لًِ َو ْلٍ ُْؤ ِمىُوا ِثً لَ ََل َ ََو ِإ َرا َسأَل ِ اع ِإ َرا َد َع ِ ك ِعجَب ِدي َعىًِّ فَئِوًِّ قَ ِشٌتٌ ۖ أ ِجٍتُ َد ْع َوحَ ال َّذ ٌَشْ ُش ُذون Terjemahnya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran57. Ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt. itu dekat dengan manusia dan mengabulkan seruan orang yang ingin dekat kepadanya. 57
Kementerian Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 45
225
Qs. Al-Baqarah/2: 115;
َّ َّللاِ ِإ َّن َّ ُق َوا ْل َم ْغ ِشةُ فَأ َ ٌْىَ َمب تُ َولُّوا فَثَ َّ ْ َوجْ ه ُ ّلِل ا ْل َم ْش ِش ُُ ْ ُ ٍَِّللاَ َوا ِس ُع َعل ِ َّ ِ َو Terjemahnya : Dan kepunyaan Allahlah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap maka disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha luas (rahmatNya) lagi Maha mengetahui58. Ayat ini menjelaskan betapa dekatnya manusia dan Allah swt., sehingga kemana saja ia berpaling disitu dia berjumpa dengan Allah swt. Qs. Al-Qaf:16;
بن َووَ َْلَ ُ ْ َمب تُ َوس ِْوسُ ثِ ِه وَ ْف ُسهُ ۖ َووَحْ ُه أَ ْق َشةُ إِلَ ٍْ ِه ِم ْه َحج ِْل ْال َو ِسٌ ِذ َ اْل ْو َس ِ ْ َولَقَ ْذ َخلَ ْقىَب Terjemahnya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya59. Ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt. itu ada dalam diri manusia. Doa dapat menguatkan batin serta memupuk semangat dalam berpikir, belajar, dan bekerja dalam kehidupan secara umum, disamping itu pula doa di dalam kelas menghangatkan suasana dalam proses belajar dan mengajar. Setelah selesai melakukan aktivitas belajar, dosen dan mahasiswa sama-sama berdoa kepada Allah swt., meminta tolong, mengadu, dan mengungkapkan perasaan kepada
58
Kementerian Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 31
59
Kementerian Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 852
226
Allah swt. Dengan menumpahkan segala hal yang menganjal dalam pikiran manusia maka beban mental akan berkurang dan terwujudlah ketentraman batin. Selain dari fungsi tersebut, doa juga berguna sebagai sarana latihan pembinaan perilaku seperti disiplin pribadi, karena ketaatan mengerjakan tugastugas dunia seperti tugas akademik dan juga tugas-tugas akhirat, seperti shalat, puasa, zakat, haji, karena ketaatan mengerjakan tugas akhirat seperti shalat pada waktu yang telah ditentukan dapat menumbuhkan kebiasaan mendistribusikan waktu secara teratur dan mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat, karena banyaknya manfaat dan tingginya sasaran yang akan dicapai dengan berdoa. Allah swt. berfirman dalam Qs. Al-Isra/17:110;
َّ قُ ِل ا ْد ُعوا ك َو ََل َ ِص َلت َ َّللاَ أَ ِو ا ْد ُعوا الشَّحْ َٰ َم َه ۖ أًٌَّّب َمب تَ ْذ ُعوا فَلَهُ ْاْلَ ْس َمب ُء ْال ُح ْسى ََٰى ۚ َو ََل تَجْ َُشْ ِث ًّ ك َس ِج ْ ِتُخَبف ٍل َ ِت ِثَُب َوا ْثت َِغ ثٍَ َْه َٰ َرل Terjemahnya: Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu60. Ayat tersebut menjelaskan tentang keyakinan adanya Allah swt. dan sifatsifat kesempurnaan-Nya sangat besar artinya. Yang dijadikan dalam ajang (berdoa) untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Orang yang mempunyai keyakinan demikian akan selalu merasa diperhatikan dan dicintai oleh Allah swt. dan selalu merasa dekat dengan Allah swt. Ia dapat mengadu, meminta tolong, meminta perlindungan, meminta keadilan, meminta agar supaya senantiasa selalu
60
Kementrian Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h.424
227
dimudahkan segala aktivitasnya kapan saja dan dimana saja diperlukannya. Dengan demikian dia dapat merasakan ketentraman batin dan terhindar dari perasaan takut, khawatir, resah, dan gelisah yang akan menghimpit kehidupannya. Menurut Zakiah Daradjat, mengungkapkan bahwa bekerja dan berjuang secara wajar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, juga memerlukan doa sebagai motivasi dirinya agar dapat melanjutkan usaha, pekerjaan dan kegiatan untuk mencapai cita-cita. Doa juga merupakan pendorong untuk mencapai harapan dan keinginan untuk hidup lebih bai, teratur, dan terhindar dari segala hambatan serta tantangan, ancaman atau gangguan 61. Sebagaimana hasil wawancara kami dengan mahasiswa IHN tanggal 2 mei 2017, di Makassar sebagai berikut “kami sangat merasakan kenyamanan ketika kami berdoa sebelum dosen memulai pelajaran, ada kehangatan dan dorongan serta motivasi belajar dan efeknya lama tinggal diotak, apalagi diawali dengan membaca shalawat yang menghantarkan kepada kesejukan jiwa ketika berdoa62. Apa yang dikemukakan mahasiswa tersebut menunjukkan bahwa dengan berdoa di kelas sangat penting karena doa adalah (1) sarana komunikasi antara hamba dengan Allah swt. untuk memohon kepada-Nya, (2) hasil dari berdoa mampu menyimpan pelajaran dan mampu menjawab pertanyaan dengan lancar, (3) mendatangkan kebahagiaan dan menunjang semangat hidup, (4) memberikan jaminan yang menyenangkan. Apa yang dikemukakan mahasiswa tersebut menunjukkan bahwa dengan berdoa didalam kelas dapat dideskripsikan dengan: (1) mengetahui nilai-nilai islam , (2) mengerti nilai-nilai islam, (3) memahami
61
Zakiah Daradjat, Doa Menunjang Semangat Hidup (Jakarta), h.11
62
Hasil Wawancara IHN, Tanggal 2 Mei 2017 Makassar
228
nilai-nilai islam, (4) menyakini nilai-nilai islam, (5) menjadikan nilai-nilai islam sebagai keyakinan, (6) menerapkan nilai-nilai islam dalam kehidupan, maka tumbulah pada diri seseorang semangat dan motivasi karena pengaruh doa yang secara rutinitas diterapkan didalam kelas sebagai konsep pembinaan perilaku mahasiswa, untuk membentuk kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Dengan demikian realitas yang ditemukan dalam berdoa adalah, (1) ketenangan jiwa, (2) motivasi belajar, (3) efek energi intelektual, emosional, dan spiritual, (4) mampu menjawab pertanyaan dengan lancar, (5) menunjang semangat hidup, (6) memberikan jaminan yang menyenangkan. Doa memberikan jaminan yang menyenangkan karena doa adalah ungkapan hamba kepada Allah swt. untuk memohon diberikan ketenangan dan kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat, doa juga adalah merupakan penyangga setelah kita shalat lalu berzikir kepada Allah swt. karena shalat adalah tiangnya, zikir diibaratkan payungnya untuk selalu menyebut dan mengingat Allah swt. Itulah sebabnya mengapa doa itu penting, karena doa adalah untuk memperkuat kesehatan jasmani dan rohani dalam menghadapi aktivitas keseharian termasuk dalam proses belajar, juga baik untuk penyembuhan, pencegahan, maupun untuk pembinaan perilaku mahasiswa dan sekuruh civitas akademik UMI Makassar. Jika kita selalu menerapkan konsep doa dalam kehidupan, insya Allah kesehatan jasmani dan rohani yang selalu berdoa akan selalu dipertahankan kuat dan awet muda dan selanjutnya ketentraman dan kebahagiaan akan terwujud.
229
2. Zikir Bulanan Zikir artinya ingat atau sebut, kalau pengertian dari ibadah zikir adalah suatu amal yang disebut berzikir. Jadi berzikir dengan menyebut nama Allah atau zikrullah, mengingat Allah atau menyebut, ingat dan memikirkan ciptaan Allah swt63. Didalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang menyuruh kita mengingat dan menganjurkan orang berzikir, dan menyatakan keutamaan berzikir kepada Allah swt. Allah berfirman dalam Qs. Al-Baqarah/2 :152;
ْ َف بر ُكشُووًِ أَ ْر ُكشْ ُك ْ ْ َوا ْش ُكشُوا لًِ َو ََل تَ ْكفُشُو ِن Terjemahnya : Maka ingatlah kepada Ku, niscaya Aku akan ingat kepadamu, Bersyukurlah kepada-Ku, Dan janganlah kamu ingkar kepada Ku64. Ayat ini menjelaskan berzikirlah dan ingatlah kepada-Ku dengan lidah, pikiran dan anggota badan, lidah mensucikan dan memuji-Ku, pikiran dan hati dengan memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Ku, dan anggota badan dengan berjalan melaksanakan perintah-perintah-Ku65. Jika itu kamu lakukan niscaya aku ingat kepadamu, sehingga aku akan selalu bersama kamu saat suka dan duka dan bersyukurlah kepada-Ku dengan hati, lidah, dan perbuatan kamu pula niscaya akan kutambah nikmat-Ku dan janganlah kamu mengingkari keesaan dan nikmatKu. Allah swt. berfirman dalam Qs. Al-Ahzab/33:41;
63 64 65
M. Zain Abdullah, Tasawwuf dan zikir (Solo: CV. Ramadhani), 1991, h.55 Kementerian Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 38
M. Quraish Syihab, Wawasan Al-qur’an Tentang Zikir & Doa, (Jakarta : Lentera Hati, 2006), h.21
230
ٌه آ َمىُوا ا ْر ُكشُوا الَّهَ ِر ْكشًّا َكثٍِشًّا َ ٌَب أٌََُُّب الَّ ِز Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya66. Ayat tersebut menjelaskan bahwa berzikir dengan sebanyak-banyaknya lakilaki dan wanita agar hati menjadi tenang dengan mengingat dan menyebut nama Allah swt. setiap waktu dan setiap saat. Karena dengan mengingat nama Allah swt. tidak terbatas pada ketika kita berdiri dan duduk (apakah ketika didalam sholat atau dalam kita baring) dimana saja berada dalam keadaan bagaimana pun, baik sewaktu belajar, bekerja, senang, susah hendaklah kita banyak mengingat Allah supaya kita mendapat kebahagiaan. Zikir merupakan ajang komunikasi antara hamba dengan Allah swt. baik dalam keadaan sendiri maupun dalam keadaan berjamaah apakah itu disiirkan atau dijaharkan. Adapun zikir yang disiirkan atau zikir dalam hati. Allah berfirman dalam Qs. Al-A’raf/7:205;
َض ُّشعًّب َو ِخٍفَخ َ ك فًِ وَ ْف ِس َ ََّو ْار ُكشْ َسث َ َك ت Terjemahnya: Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut67. Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang berzikir dengan ikhlas dan benar akan mendapatkan kedudukan yang tinggi disisi Allah swt. Dimana
66
Kementerian Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 674
67
Kementerian Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 256
231
Allah swt. menerangkan bahwa kalau manusia mengingat dia dalam hati, maka Allah swt. akan memberi pahala secara tersembunyi pula sehingga tidak kelihatan oleh seorangpun juga. Allah swt. berfirman dalam Qs. Al-Ra’d/13:28; ْ ََّللا ت ْ َالَّ ِزٌهَ آ َمىُوا َوت ُط َمئِ ُّه ا ْلقُلُوة ِ َّ َّللا ۗ أَ ََل ثِ ِز ْك ِش ِ َّ ط َمئِ ُّه قُلُوثُُُ ْ ْ ثِ ِز ْك ِش Terjemahnya : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram68. Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang yang beriman merasa tentram kalbunya dengan mengingat Allah swt. selalu mengerjakan amal shaleh dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya. Tetapi manusia mengingat Allah swt. bersama-sama (zikir bersama-sama) maka Allah swt. akan memberikan pula pahala didepan umum. Menurut Quraish Syihab, mengemukakan dengan berzikir adalah mengingat dan merenungkan akan kenikmatan Allah swt., sudah dapat mengantarkan manusia ke jalan yang diridhoi-Nya69. Senada dengan apa yang dikemukakan oleh Stake bahwa dengan pendekatan responsif (The Responsive Approach) bagaimana menciptakan kenyamanan, kedamaian dan keamanan lingkungan kampus yang sarat dengan idealisme dan kemampuan kognitif yang memadai, akan tetapi tidak
68
Kementerian Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 373
69
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir & Doa, h. 11
232
sarat dalam mensinergikan kognitif psikomotorik, dan afektif untuk merespon kegiatan pembinaan70. Hasil wawancara kami dengan mahasiswa AGS tanggal 2 januari 2017 di Makassar sebagai berikut “ketika kami mengikuti zikir setiap bulan di masjid perasaan kami tenang, damai, nyaman, nikmat karena program pembinaan dilakukan di UMI Makassar kami dapat mengerti dan memahami nilai-nilai islam, menyakini dan menerapkan nilai-nilai islam dalam kehidupan sehari-hari”71. Apa yang diungkapkan mahasiswa tersebut, menunjukkan bahwa dengan zikir bulanan dapat dideskripsikan yakni, (1) dapat memahami nilai-nilai islam, (2) mengerti nilai-nilai islam, (3) menyakini nilai-nilai islam, (4) menjadikan nilai-nilai islam sebagai keyakinan, (5) menerapkan nilai-nilai islam dalam kehidupan. Maka tumbuhlah pada diri seseorang nilai-nilai ketenangan, kenyamanan, dan kedamaian maka lahirlah perilaku Islami. Dengan demikian realitas yang ditemukan dalam kegiatan zikir bulanan yang diterapkan dalam pembinaan perilaku mahasiswa di UMI Makassar yakni, (1) nilai-nilai ketenangan disebabkan oleh hubungan sosial, (2) terciptanya nilainilai toleransi diantara civitas akademika, (3) terciptanya sopan santun terhadapo dosen, (4) terciptanya nilai pengendalian diri disebabkan keyakinan kepada Allah swt. dan pengamalan ajaran-Nya. Zikir bulanan yang menjadi program pembinaan mahasiswa di UMI Makassar, untuk membiasakan mahasiswa berzikir dan berpikir akan sadar bahwa manusia itu mempunyai naluri ber-tuhan. Tetapi naluri ber-tuhan yang terdapat 70
Wirawan, Evaluasi : Teori Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.90 71
Hasil Wawancara AGS, Tanggal 2 Januari 2017
233
dalam diri setiap orang, mungkin akan hilang lenyap apabila tidak selalu dipupuk dan dipelihara, apalagi kalau memang sengaja untuk dihilangkan atau dimatikan dengan jalan melepaskan diri dari pengaruh kerohanian dan rasa ketuhanan, dari tertariknya diri kepada pengaruh-pengaruh sikap hidup sekuler atau anti agama. Terlebih-lebih pada masa yang akhir ini dimana dunia pada umumnya telah dilanda dekadensi moral terutama pada “generasi muda”72. Dengan demikian pengaruh sikap dan perilaku hidup yang menguasai diri, baik jasmani maupun rohani. Maka apabila terjadi demikian, maka manusia baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama dalam bentuk ideologi atau golongan, dengan pasti akan “menggunakan/menghalalkan segala macam cara” dalam pemenuhan kebutuhan dengan dorongan hawa nafsu untuk mencapai maksud. Untuk mengantisipasi hal tersebut program zikir bulanan sebagai program pembinaan perilaku di UMI Makassar diterapkan setiap bulan kepada seluruh civitas akademika UMI Makassar. Maka energi alam menarik energi Allah swt. melalui zikir yang dilepaskan dengan jahar setiap bulan. Setiap lafaz zikir yang dilafazkan mempengaruhi lingkungan, dan membuat lingkungan kampus itu tenang dan damai. Itulah efek zikir bulanan yang diterapkan oleh UMI sebagai bentuk pembinaan perilaku mahasiswa. Realitas yang ditemukan dalam zikir bulanan oleh civitas akademika UMI Makassar dapat mempengaruhi kampus dengan realitas dalam 3 tahun terakhir semakin menurun tingkat demonstrasi, yang pada tahun sebelumnya UMI selalu diwarnai dengan aksi demonstrasi diberbagai media. Disini kami memprediksi
72
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawwuf , h.20
234
bahwa efek zikir bulanan yang menjadi pengamalan di Pesantren Darul Mukhlisin Pangkep dilanjutkan di kampus dijadikan sebagai rutinitas program kampus Islami, sebagai proses pembinaan perilaku mahasiswa. 3. Gerakan shalat berjamaah Gerakan shalat berjamaah ini sangat berpengaruh pada kekuatan spiritual, karena shalat merupakan permohonan hamba kepada Allah swt. yang dirumuskan dalam perkataan dan dibarengi dengan perbuatan73. Perkataan yang disertai dengan perbuatan dengan gerakan badan secara psikologis menimbulkan kesadaran dalam diri manusia dan mempunyai nikmat tersendiri. Dari shalat berjamaah ini disamping membangun kekuataan hubungan dengan Allah swt. juga membangun dengan hubungan sesama manusia, inilah kebesaran Allah swt. yang disembah dan muncul perasaan selalu butuh kepadanya. Dengan hubungan tersebut terjalin hubungan jiwa dengan Allah swt. dan hubungan itu dijalin terus menerus berkesinambungan 5 kali sehari dan semalam. Hubungan yang demikian akan berpengaruh pada perilaku manusia dalam kehidupan, sebagaimana firman Allah swt. dalam surah Al-Ankabut/29:45;
َّ بء َو ْال ُم ْى َك ِش ۗ َولَ ِز ْك ُش َ ٍْ ًَ ِإل َِّللا ِ ة َوأَقِ ِ ْ الص ََّلحَ ۖ ِإ َّن الص ََّلحَ تَ ْىَُ َٰى َع ِه ْالفَحْ َش ِ ك ِم َه ْال ِكتَب َ ا ْت ُل َمب أُو ِح َّ أَ ْكجَ ُش ۗ َو ُون َ َََّللاُ ٌَ َْلَ ُ ْ َمب تَصْ ى Terjemahnya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih
73
Sayid Sabiq, Fikih Sunnah (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1974), h.157
235
besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan74. Ayat tersebut menunjukkan bahwa hubungan dengan Allah swt. terjalin secara berkesinambungan 5 kali sehari semalam dilaksanakan secara berjamaah tidak hanya berfungsi mencegah perbuatan keji dan mungkar saja, akan tetapi senantiasa sebagai ajang kekuatan silaturrahim, shalat juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan fisik dan mental manusia. Dari segi fisik gerakan shalat berfungsi mengerakkan segala anggota badan dan otot yang berpengaruh pada kesehatan jasmani. Dari segi mental shalat berjamaah juga bermanfaat mengobati seperti sifat bermusuhan, iri, dengki, sombong, angkuh, dan sebagainya. Shalat berjamaah membangun toleransi di kalangan civitas akademika di UMI Makassar. Menurut Al-Ghazali, mengemukakan bahwa tidaklah pantas manusia itu berbuat kejahatan dengan anggota-anggota tubuhnya itu adalah karunia dan nikmat dari Allah swt. serta amanah yang diberikan kepadanya maka shalat adalah salah satu puncak kenikmatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat75. Senada dengan apa yang dikemukakan Zakiah Daradjat, kebahagiaan tidak dapat dicapai tanpa iman dan iman tidak berarti apa-apa bila tidak ada yang diimani, yaitu agama. Kebahagiaan tidak mungkin dicapai bila tidak didahului dengan iman dan amal yang dikendalikan dengan agama76. Hasil wawancara kami dengan mahasiswa tanggal 5 januari 2017 di Makassar sebagai berikut “kami merasakan manfaat yang sangat berarti karena program pembinaan yang dilakukan di UMI Makassar, kami dapat merasakan
74
Kementerian Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 635
75
Al-Ghazali, Menyingkap Hati Menghampiri Ilahi, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2006), h.132
76
Zakiah Daradjat, Doa Menunjang Semangat Hidup (Jakarta), h.12
236
manfaat nilai-nilai islam seperti gerakan shalat berjamaah yang diterapkan di Pesantren Darul Mukhlisin Padanglampe, kemudian diintegrasikan di kampus dan dijadikan sebagai pembiasaan kepada mahasiswa UMI, untuk selalu tersentuh hatinya melaksanakan shalat berjamaah, dengan gerakan shalat berjamaah dijadikan sebagai pembiasaan kepada mahasiswa dan kami merasa tenang, damai, dan lebih nikmat setelah selesai melaksanakan shalat berjamaah di masjid” 77. Apa yang dikemukakan oleh mahasiswa tersebut, menunjukkan bahwa dengan gerakan shalat berjamaah dapat dideskripsikan yakni, (1) memahami nilai-nilai islam, (2) mengerti nilai-nilai islam, (3) menyakini nilai-nilai islam, (4) menjadikan nilai-nilai islam sebagai keyakinan, (5) menerapkan nilai-nilai islam dalam kehidupan maka tumbuhlah pada diri seseorang nilai-nilai kebahagiaan. Dari nilai-nilai kebahagiaan itu pula, lahirlah nilai-nilai keikhlasan, nilai-nilai ketaqwaan, nilai-nilai kesyukuran dalam diri setiap individu yang menjadikan nilai-nilai islam sebagai sumber kehidupan untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian realitas yang ditemukan dari gerakan shalat berjamaah adalah (1) terdapat ketenangan jiwa yang disebabkan oleh hubungan sosial dan silaturahmi seperti sopan santun terhadap dosen dan pimpinan, saling bersalaman ketika bertemu dengan teman, cium tangan, saling menghargai, saling tolong menolong, (2) terciptanya toleransi diantara civitas akademika, (3) terciptanya rasa pengendalian diri disebabkan keyakinan kepada Allah swt. dan pengamalan ajarannya.
77
Hasil Wawancara NRD, Tanggal 5 Januari 2017
237
Shalat berjamaah yang diterapkan di Padanglampe, secara bertahap pula diterapkan di kampus untuk membiasakan mahasiswa UMI dekat dengan masjid sebagai pusat ibadah spiritual dan amal shaleh, memegang peran penting sebagai sarana untuk membina iman dan perilaku civitas akademika UMI Makassar. Masjid adalah tempat beribadah kepada Allah swt. dan sebagai pusat kebudayaan islam dengan demikian memakmurkan masjid dapat dilakukan dengan berbagai aktivitas
kegiatan
sosial
dan
syiar
islam
diberbagai
kegiatan,
untuk
memakmurkan masjid kampus UMI antara lain: (1) spiritual day, kegiatan ini sebagai ajang silaturahim antara pimpinan, dosen, karyawan, dan mahasiswa UMI Makassar yang dilaksanakan sekali dalam sebulan khususnya pada hari jumat kedua, mulai pukul 06:30 – 08:30. Ini diawali dengan shalat tahiyyatul masjid, shalat berjamaah, tadarrus Al-qur’an, membaca surah-surah pendek, sekaligus memperbaiki bacaan Al-qur’an (Tahsiynul Qirrah) dan menyetor hafalan surahsurah pendek dan juz 30 yang dihadiri oleh Ketua Yayasan dan Rektor UMI. Semua civitas akademika diwajibkan hadir dengan pakaian Islami berwarna putih78. E. Makna Penelitian Setelah menganalisis hasil penelitian dan menarik kesimpulan dari Bab IV, pada hakekatnya penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif evaluasi responsif. Akan tetapi dalam penelitian ini membahas tentang pembinaan perilaku mahasiswa UMI Makassar, penulis perlu memberikan dan memaknai terhadap hasil penelitian ini yang pertama mengkaji ulang dan menafsirkan hasil penelitian ini, kedua
78
Tim Pekerja Rapat Kerja LPDKI-UMI, Pengembangan Dakwah dan Kampus Islami, h.17
238
mengkaitkan hasil penelitian tersebut dengan sumber ajaran agama yakni Al-qur’an dan hadist Rasulullah saw. Sehubungan dengan penafsiran hasil penelitian ini, penulis melihat yang perlu dikemukakan yaitu dan sangat dominan gerakan shalat berjamaah, zikir bulanan, dan doa didalam kelas terhadap pembinaan perilaku mahasiswa di UMI Makassar. Hasil penelitian menemukan bahwa adanya hubungan yang dominan yaitu gerakan shalat berjamah, zikir bulanan, dan doa didalam kelas yaitu sangat dominan terhadap pembinaan perilaku mahasiswa UMI Makassar, dimana mahasiswa langsung memahami begitu pentingnya nilai-nilai islam diterapkan dalam kehidupan. Fakta ini dilatarbelakangi oleh berbagai faktor yaitu faktor yang dominan menurut penulis adalah mahasiswa UMI Makassar yang awal masuknya sebagai maba, mereka diseleksi dari latar belakang agama, kemudian setelah diseleksi mereka dipesantren kilatkan selama 3 hari secara bergiliran laki-laki dan wanita. Selanjutnya masuk semester 3 atau semester 4 dipesantrenkan (pencerahan kalbu) selama 1 bulan laki-laki dan wanita secara berpisah. Ditemukan pula bahwa dengan diterapkan program kampus Islami di UMI Makassar, yang tadinya dari latar belakang pemahaman yang berbeda menjadi yakin, dan merasakan kedamaian dan kenyamanan, ketenangan ketika mereka mengikuti shalat berjamaah, zikir, dan doa didalam kelas. Faktor lainnya yang ditemukan adalah karena UMI mencanangkan program kampus Islami dengan tujuan pembinaan perilaku seluruh civitas akademika khususnya mahasiswa dan berbagai program pembinaan yang dilakukan secara bertahap. Dari tahap idealisasi, introduksi, aktualisasi, dan internalisasi, dilanjutkan
239
dengan pencerahan kalbu di Padanglampe Darul Mukhlisin selama 1 bulan bagi mahasiswa. Mengingat bahwa mahasiswa UMI Makassar mulai dari maba sampai mereka dalam tahap penyelesaian menempuh ujian (ujian skripsi) selalu bersentuhan dengan pembinaan nilai-nilai islam sebagai program pembinaan kampus Islami UMI karena nilai-nilai islam yang diperoleh oleh mahasiswa tidak diperoleh dalam pendidikan formal saja akan tetapi juga nonformal. Penulis memaknai program pembinaan kampus Islami yang dicanangkan oleh UMI Makassar adalah cita-cita luhur para pendirinya yaitu pengembangan nilai-nilai islam dengan tujuan kemaslahatan umat (masyarakat), agama, bangsa, dan negara untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Penulis memaknai UMI huruf “U” nya, adalah bentuk khalakah untuk merangkul dan membina anak didik yang diamanahkan kepada UMI dengan visi misi UMI yaitu berilmu amaliah, beramal ilmiah, dan berakhlakul karimah dengan tujuan menciptakan tenaga profesional, terampil, dan bertaqwa kepada Allah swt. Huruf “M” nya, seluruh civitas akademika UMI harus selalu mengutamakan prinsip musyawarah untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kepentingan umat (masyarakat). Huruf “I” nya, seluruh civitas akademika UMI harus merujuk kepada prinsip nilai-nilai islam yaitu aqidah, syariah dan akhlak untuk menyelamatkan umat karena UMI adalah milik umat (masyarakat). Sebagaimana firman Allah swt. dalam surah At-Tahrim/66:6;
ٌه آ َمىُوا قُوا أَ ْوفُ َس ُك ْ ْ َوأَ ْهلٍِ ُك ْ ْ وَبسًّا َوقُو ُدهَب الىَّبسُ َو ْال ِح َجب َسحُ َعلَ ٍَُْب َم َلئِ َكخٌ ِغ َلظٌ ِش َذا ٌد ََل َ ٌَب أٌََُُّب الَّ ِز َّ ُون ُون َ ون َمب ٌ ُْؤ َمش َ َُّللاَ َمب أَ َم َشهُ ْ ْ َوٌَ ْف ََل َ ٌَ َْص
240
Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan79. Ayat tersebut menjelaskan peliharalah keluargamu dari api neraka, UMI sebagai lembaga pendidikan dan dakwah bertujuan untuk membina kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Peranan pimpinan, dosen pembina terhadap pembinaan perilaku mahasiswa UMI dalam memahami dan menerapkan nilai-nilai islam ditemukan bahwa seringnya pimpinan, dosen, pembina, dan karyawan memberikan nasehat-nasehat dan menjelaskan nasehat-nasehat yang berkaitan dengan nilai islam dan para pembina yang ditempatkan di masing-masing fakultas senantiasa membina dengan cara menuntun mahasiswa menghapal surah-surah pendek (juz 30) sebelum mahasiswa menjadi sarjana di UMI Makassar.
79
Kementerian Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 951
241
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut: 1. UMI Makassar, sebagai lembaga pendidikan dakwah memiliki ciri khas tersendiri, karena konsep pembinaannya selalu berupaya menerapkan ajaran Rasulullah saw. dengan prinsip-prinsip aqidah, syariah, dan akhlak serta visi misi dan tujuan UMI. Ini menunjukkan bahwa dengan konsep yang dicanangkan UMI sangat penting karena konsepnya adalah; (1) untuk mengetahui prinsip-prinsip pembinaan perilaku Islami yang diterapkan dalam pengembangan dan realitas dan perilaku mahasiswa; (2) untuk mengetahui gambaran program kampus Islami yakni pembinaan perilaku mahasiswa yang diterapkan di UMI; (3) untuk memberikan pemahaman awal kepada mahasiswa berperilaku yang baik (aqidah, syariah dan akhlak). 2. Penerapan program kampus Islami secara bertahap dilakukan dengan tahapantahapan pelaksanaannya melalui 4 tahap. Tahap pertama adalah tahap idealisasi, tahap kedua introduksi, tahap ketiga aktualisasi, dan tahap keempat internalisasi. Dari tahap-tahap tersebut, berbagai program telah dicanangkan dalam mendukung upaya peningkatan iman mahasiswa UMI Makassar antara lain program kampus Islami yakni seluruh aktivitasnya didasarkan pada nilainilai islam, aqidah, syariah, dan akhlak untuk pembinaan mahasiswa UMI, sehingga semua aspek kehidupannya yang dinampakkan atau ditampilkan
241
242
civitas akademika UMI berorientasi untuk meningkatkan kualitas ibadah dan ketaatan kepada Allah swt. Beberapa program yang telah dilaksanakan antara lain pesantren kilat, pencerahan kalbu, pengajaran mata kuliah agama disetiap fakultas, pemisahan kelas laki-laki dan wanita, Islamisasi kurikulum, program busana muslimah untuk seluruh mahasiswa, dosen, dan karyawan (wanita) diharuskan mengenakan jilbab, dan penerapan sanksi bagi mahasiswa yang melanggar program kampus Islami yang telah dicanangkan UMI. Demikian pula telah dibentuk Wakil Dekan IV disetiap fakultas dalam lingkup UMI Makassar. Namun semua program tersebut, masih dalam bentuk pencerdasan akal dan belum maksimal membentuk mahasiswa berperilaku Islami, masih membutuhkan pembentukan keimanan dan pengembangan perilaku Islami untuk memahami ajaran agama islam dengan baik. 3. Realitas perilaku mahasiswa UMI dalam program kampus Islami yang telah dilaksanakan sejak tahun 2000 sampai sekarang yang lebih dikhususkan kepada mahasiswa cukup lama berdasarkan prinsip-prinsip islam (aqidah, syariah, dan akhlak). Dapat dideskripsikan: (1) dapat memahami nilai-nilai islam; (2) mengerti nilai-nilai islam; (3) menyakini nilai-nilai islam; (4) menjadikan nilainilai islam sebagai keyakinan; (5) menerapkan nilai-nilai islam dalam kehidupan. Dengan demikian realitas yang ditemukan antara lain, yakni: (1) tingkah laku mahasiswa yang sopan terhadap dosen dan pimpinan; (2) toleransi mahasiswa dengan teman-temannya sangat meningkat seperti tolong-menolong; (3) mahasiswa rajin melaksanakan shalat berjamaah di masjid; (4) mahasiswa tidak terlibat dalam tindakan kriminal, tawuran, premanisme, minuman keras dan narkoba; (5) tidak ditemukan lagi mahasiswa yang membawa senjata tajam;
243
(6) mahasiswa mampu membaca Al-qur’an, menghapal surah-surah pendek (juz 30) dan tilawah; (7) doa di dalam kelas, realitasnya ketenangan jiwa, motivasi belajar, efek energi intelektual, emosional, dan spiritual, mampu menjawab pertanyaan dengan lancar, menunjang semangat hidup, memberikan jaminan yang menyenangkan; (8) zikir bulanan, realitas yang ditemukan dalam 5 tahun terakhir semakin menurun tingkat demonstrasi, zikir bulanan dijadikan pengamalan di pesantren Darul Mukhlisin Pangkep dan dilanjutkan di kampus menjadi rutinitas program kampus Islami sebagai proses pembinaan perilaku mahasiswa UMI Makassar; (9) shalat berjamaah, realitas yang ditemukan dari gerakan shalat berjamaah adalah disiplin waktu (memperhatikan waktu shalat ketika adzan dikumandangkan) dan terciptanya ketenangan jiwa yang disebabkan hubungan sosial dan silaturahim seperti sopan santun terhadap dosen, karyawan, dan pimpinan, saling bersalaman ketika berjumpa, cium tangan, saling menghargai, tolong menolong, terciptanya toleransi antar civitas akademika, terciptanya rasa pengendalian diri disebabkan keyakinan Allah swt.; (10) mahasiswa mampu mengemukakan dan menjelaskan kajian-kajian ayat dan hadist sesuai disiplin ilmunya; (11) sebagian mahasiswa sudah mampu ceramah dan khotbah jumat; (9) mahasiswa sudah berpakaian Islami (busana muslim dan muslimah); (10) sebagian mahasiswa sudah mampu berkomunikasi dengan bahasa inggris. B. Implikasi Hasil Penelitian Hasil penelitian ini berimplikasi pada program pembinaan perilaku Islami yang sedang dilaksanakan UMI Makassar. Implikasi itu terutama dalam :
244
1. UMI Makassar sebagai lembaga pendidikan dakwah, UMI harus senantiasa mengaktualisasikan serta memasyarakat nilai-nilai islam dalam seluruh aktivitasnya seperti doa di dalam kelas wajib diterapkan di dalam kelas, karena doa didalam kelas sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Zikir bulanan dapat menciptakan kenyamanan, kedamainan, dan keamanan lingkungan kampus yang sarat dengan idealisme dan kemampuan kognitif yang memadai, akan tetapi tidak sarat dengan mensinergikan kognitif, psikomotorik, dan afektif untuk merespon kegiatan pembinaan. Gerakan shalat berjamaah terdapat ketenangan jiwa yang disebabkan oleh hubungan sosial dan silaturahmi seperti sopan terhadap dosen dan pimpinan, saling menghargai, saling tolong menolong dan terciptanya toleransi diantara civitas akademika, terciptanya sifat tawaddu’, rasa pengendalian diri disebabkan karena keyakinan Allah swt. dan pengamalan ajarannya. 2. Sebagai lembaga pendidikan dan dakwah, aktifitasnya senantiasa berpedoman pada prinsip-prinsip ajaran islam; aqidah, syariah dan akhlak, menjadi uswatun hasanah baik internal maupun eksternal. 3. Dengan prinsip-prinsip nilai islam penulis memaknai UMI, dengan huruf “U” nya adalah bentuk khalaqah untuk merangkul dan membina anak didik yang diamanahkan kepada UMI dengan visi misi yaitu berilmu amaliah, beramal ilmiah, dan berakhlakul karimah dengan tujuan menciptakan tenaga profesional, terampil, dan bertaqwa kepada Allah swt. Huruf “M” nya, seluruh civitas akademika UMI harus mengutamakan prinsip-prinsip musyawarah untuk menyelesaikan masalah demi kepentingan umat dalam masyarakat. Huruf “I” nya, seluruh civitas akademika UMI harus merujuk ke prinsip-prinsip islam
245
UMI yaitu aqidah, syariah, dan akhlak untuk menyelamatkan umat (masyarakat) karena UMI adalah milik umat (masyarakat).
246
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim Abdul Baqi, Muhammad Fuad, Al-Mu’jam al-Mufahras Ii Alfaz al- qur’an al-Karim, Bairut : Dar al-Fikr 1981. Abdullah Amin, Sejarah Kenabian Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat Darwazah, Yogyakarta: Mizan, 2016 Abdullah, M. Amin, Studi Agama, Normativitas atau Historisitas, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999. -----------------, Antara Al-Gazali dan Kant : Filsafat etika islam, Bandung : Mizan, 2002. -----------------, Dinamika Islam Kultural, Bandung : Mizan, 2000. Ahmad, Misbahuddin, Sepotong Cambuk (Biografi Karakter dan Motivasi), Makassar; UMI Makassar Press. 2016 Al-Hakami, Syekh Hafiz ibn Ahmad. I`lam al-sunnah al-Masyurah. Saudi Arabia :Matbuah al-Riasah Al-Ammah Li idaral al-Buhus al-Da`wa Wa Al-Irsyad al irsyad, 1399 H / 1479 M. Al-Hasyimi Bek, Sayyid Ahmad Mukhtar Al-Ahadis Al-Nabawiyyah, Surabaya : Syarikat Bungkul indah, t.t Al-Munjid fi al-lugah wa al-A`lam Bairat : Dar Masyriq, 1973 Al Maragi, Ahmad Mustafa, Tafsir Al Maragi, Jilid 6 Bairat : Dar Al-fikri, t.t Al-Sayuti, Jalaluddin. Syarah Sunan al-Nasai, Juz 7. Bairut : Dari Al- Kitab AlArabi,t.t Amir Syarifuddin, Pengertian dan Sumber hukum Islam, (dalam falsafah hukum Islam), Cet.II;Jakarta:BUniversitas Muslim Indonesia Aksara, 1992 Ancoh, Djamaluddin, Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam Solusi atas Problem Psikologi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005 Arifin M, Psikologi dan beberapa aspek kehidupan Rohania Manusia, Jakarta : Bulan Bintang, 1977. Arikunto,Suharsimi,Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, Cet. VIII; Jakarta: Rineka Cipta, 1999 246
247
Athaillah Ibnu, Terjemah Al-Hikmah, Tangga Suci Kaum Sufi, Surabaya: Bintang Terang, 2004. Azwar, Syaifuddin, sikap manusia teori dan pengukurannya, edisi ke-2 Cet. III, Yogyakarta : Pustaka pelajar, 1998 Daradjat, Zakiah. Problema Remaja di Indonesia, Jaharti. Bulan Bintang, 1978 _______. Kebahagiaan, Jakarta: Yayasan Pendidikan Ruhama, 1989. _______. Islam dan kesehatan Mental. Jakarta : Gunung Agung, 1983 _______. Ilmu jiwa agama, Jakarta : Bulan Bintang, 1984 _______. Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental. Jakarta : Gunung Aganung, 1985 _______.Kebahagiaan. Jakarta : Yayasan Pendidikan Islam Ruhama : 1988 248
_______. Shalat Menjadikan Hidup Bermakna. Jakarta : yayasan pendidikan Islam Ruhama : 1989 _______. Doa Menunjang Semangat Hidup. Jakarta David L.Sills (ed.). Internasional Encyclopedia Of Social Sciences Vol. 1, (London : Macmillan Company and Free Press,tt.),P.450 Deliar Noer. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta : LP3ES, 1973 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya Madinah al-Munawwarah; Mujamma‟ khadim al-Haramain al-Syarifain al-Malik Fahd, 1971. Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: CV. Toha Putra, 1989. De Vos, H, Pengantar Etika, Terjemahan Soeyono Sumargono, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1987. Edwards, Allen. Techniques of Attitude Scale Construction, (New York : Appleton Century Crofts, Inc.,1957 Faried, Ahmad, Mensucikan Jiwa : Konsep Ulama Salaf , Cet. I; Surabaya: Risalah Gusti. 1993 ________. Major Themes of the Qur‟an. Terj, Anas Mahyuddin. Tema Pokok AlQur‟an. Bandung : Pustaka, 1980 ________. “Trend Baru Kajian Islam” Pesantren. No.4 / Vol. III / 1986. Fatchurahman, Keadilan Persfektif Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002. Fazlur Rahman. Thems of the Qur‟an.Chicago: Bibliotheca Islamca, 1980
248
Fitrah Umi, Telaga Hati, Edisi Pertama, 2013 Frondisi, Risieri, Filsafat Nilai, terjemahan Cut Ananta Wijaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Al-Gazali, ihya Ulum ad-din, Juz III, Semarang: Maktabah Usaha Keluarga Semarang, t.th. Genungan, Psikologi Sosial, Bandung: Eresco, 1998. Al-Hajjaj, Abi AlHuzain Muslim, Shahih Muslim, Jilid 4, Cairo: Dar al-Hadist, 1997. Hafiz Ibn Ahmad, Syekh,al-Haham al-Riasalah al-Ammah hi Idarah al-buhus alIlmiyyal wa al-Iffa wa al-Da’wa wa al-Irsyad, 1349 H/1979 M Hafiz~ ibn Ahmad al-Hakami, Syekh, I’la>m al-Sunnah al-Mansyu>rah, Saudi Arabia : Matbu>a’ah al-Ria>sah al-A>mmah li Ida>rah al-Buhu>s al-Ilmiyah wa al-Ifta>i wa al-Da’wah wa al-Irsya>d, 1399 H/1979 M Haji, Ibadah yang unik. Jakarta : yayasan pendidikan Islam Ruhama : 1989 _______Puasa meningkatkan Kesehatan Mental. Jakarta : yayasan pendidikan Islam Ruhama : 1989 _______Doa menunjang Semangat Hidup. Jakarta : yayasan pendidikan Islam Ruhama : 1990 Hamid , Abdul, Model Penelitian Evaluasi Pendidikan Moral Di Universitas Muslim Indonesia Makassar, Disertasi Program Pascasarjana Yogyakarta, 2008 Harsono, dkk,Z.Lubusdan Chan, 2010. Model pendidikan karakter di Unimed Medan. Haryatmo, Etika politik dan Kekuasaan, JakartaL Penerbit Buku Kompas, 2003. Hefni, Harjani, Komunikasi Islam, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015 Ibnu Hajar al-„Asqala>ni>, Fath al-Ba>ri>’, Syarh S{ah}ih} al-Bukha>ri>y, juz I, Cet. I; Bairut: Da>r al-Kutub al-„Ilmi>ah, 1410 H/1989 M Ishaq, Implementasi Program Unggulan Pencerahan Kalbu dalam Pembentukan Akhlaqul Karimah Mahasiswa (i) UMI. Jalaludin,PsikologiAgama,PT.Raja GrafindoPersada,Jakarta, 2010. Kadir, Abdul, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif
249
Lembaga Penelitian UMI Makassar. Strategi Pengembangan UMI Makassar Kedepan, 2002. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Kepdiknas. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus besar Bahasa Indonesia, Cet. III Jakarta :BalaiPustaka 1990. Mahmud, Ali Abdul Halim, Al-Tarbiyatul Khuluqiyah, Mesir: Dar al-Taishi‟ wanNasyr al-Islamyah, 2001. Menerobos Krisis Mengukir Prestasi, 40 tahun UMI Makassar Mokhtar, Masrurah, Sepotong Cambuk, Biografi Pembangunan Karakter dan Motivasi, (Makassar Universitas Muslim Indonesia, Makassar,2016), Muin, Nurmiah, Pengembangan Model Pelatihan Pencerahan Qalbu Untuk Mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Disertasi Program Pasca Sarjana UNM, 2015. Musa, Muhammad Yusuf, Falsafatu Al-Ahlaq fi Al-Islam, Kairo: Muassasah AlKhanji, 1963. Mustafa, Syaikh, Fikih Akhlak, Jakarta: Qisthi Press, 2009. Mustafa, Ahmad, al-Mara>gi. Tafsir al-Mara>gi, jld.6 (Beirut : Da>r al-Fikri, t.t.) Nasih’ Ulwan, Abdullah, Aktivitas Islam Menghadapi Tantangan Global, Solo: Pustaka Al-Alaq, 2003 Nasution, Harun, Teologi Islam, Aliran-Aliran Sejarah, Analisa Perbandingan, Jakarta : Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, 1478. Newcomb, Social Psycology Third Impression, Tavistock Publication, 1950 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Rake sarasin, 1984 Prasetyatako, Wahyu indriyo. Mahasiswa dan demokrasi di Indonesia. (Bandung: Alumni, 2001),h.56. Program Kerja LPDKI UMI, Pengembangan Dakwah & Kampus Islami UMI Perwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1993
250
Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, Depok : LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007 Al-Qardhawi, Muhammad Yusuf, Malamih Al-Mujtama’ Al-Muslim Alladzi Nansyuduhu, Kairo: Maktabah Wahbah, 2001. Rafiq, Muhammad, Kepercayaan Islam. Bandung : Al-Ma`rif 198 Rahmat, Jalaluddin, Islam Alternatif, Bandung: Mizan, 2004. Rahman, Fazlur, Islam, Chicago: University Of Chicago, 1966. , Hukum dan Etika dalam Islam, dalam Al-Hikmah, Jurnal Studi Islam No. VII, Yayasan, Mutahhari, 1993. Ramli, Mansyur, Pembangunan Karakter Bangsa Belum Optimal, Tabloid, Cerdas, Inspiratif. Edisi 3 Vol. I, Oktober 2012 Rekapitulasi Asset UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIAAsset Lahan dan Gedung/bangunan yang ada di Universitas, th. 1997. Rida, Muhammad Rasyid, Tafsir Al.Qur‟an Al-Hakam Jilid 2 Bairut:Dar al-Fikri, t.t Rosmiati, Pengembangan Model Pembelajaran Dasar-Dasar Pendidikan Berbasis Karakter di Universitas Muslim Indonesia Salim, Abdul Muin, Fiqh Siyasah Kekuasaan Politik Dalam Al-Quran, Jakarta: PT Rajagrapindo Persada, 1995 Sabiq,Sayyid, Fiqhu Al-Sunnah, Jilid I. Bairut : Dar Al-Fikri, 1401 H / 1981 M Saidman, M. Jerome (ed). The Adolescent : A Book of Readings. New York : Holt Rinehort and Winston, Inc. 1960. Sarlito wirawan sarwono. Psikologi Remaja, Jakarta Rajawali, 1989. Sastroasmaoro, Sudigdo, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, CV. Sagung Seto, 2007. ______. Masalah-masalah Kemasyarakatan di Indonesia, Jakarta : Sinar Harapan, 1987. Selman, “Children’s Ideas about Frienship : a New Theory”‟ Psykologi to Dy, Oktober 1979 Skinner, B.F, Ilmu Pengetahuan dan Perilaku Manusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
251
Soekanto, Soejono, Teori sosiologi pribadi Islam dalam masyarakat Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984. Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta, 1993. Sugiyono.(2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta. Sujana Djuju, Peranan Keluar Diluar Lingkungan Masyarakat, dalam Djalaluddin Rahmat (et.al) keluarga Muslim Dalam Masyarakat modern, Bandung : Rosdakarya, 1993. Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi, Edisi II, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomin UI, 2000. Supriadi, Eko, Sosialisme Islam Pemikiran Al Syari’ati, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003. Supriyono, Imam, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Cet. II, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2003 Surachmad, Winarno,. Psikologi Pemuda, Bandung : Jenmars, 1980. Suriasumantri, jujun.S., Hakekat Dasar Keilmuan, Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 1990. Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, Yogyakarta: Andi, 2004. Suseno, Franz Magnis, Etika Sosial, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993. -----------, Etika Dasar, masalah-masalah pokok filsafat moral, Yogyakarta: Kanisius, 1987. Sutomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Syaltut, Mahmud Al-Islam Aqidah wa Al-Syari ah. Kairo Dar Al-Qalam, 1966 Tim Penyusun Kamus Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2005 Tim Penyusun Program Kerja, Program Kerja Universitas Muslim Indonesia, Makassar: UMI Makassar, 2014. Umar, Nasaruddin, Argumen Keteraan Gender Prespektif Al-Qur’an, Jakarta: Paramadina, 1980. Universitas Muslim Indonesia Makassar, Menerobos Krisis Mengukur Prestasi, PUSDIKTI : Makassar, 1994. Warson, Ahmad, Kamus Arab Indonesia, Yogyakarta : Pondok Pesantren, AlMunawwir, 1984 Walgito, Bimo, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), Yogyakarta, Andi, 1978. Wirawan, Evaluasi : Teori model, Standar, Aplikasi dan Profesi W.A. Gerungan. Psikologi Sosial. Bandung : Eresco, 1980
252
W.J.S
Poerwardarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka,1976 Zahri, Mustafa, Kunci Memahami Ilmu Tasawwuf, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1976 Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori Aplikasi, Cet. II; Jakarta: PT B Universitas Muslim Indonesia Aksara, 2007 Zuchdi, Darmayanti, Humanisasi Pendidikan, Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2008
INSTRUMEN PENELITIAN KUISIONER DOSEN 1. Menurut pendapat Bapak/Ibu, apakah nilai-nilai yang bernuansa islami yang diterapkan di UMI sudah terealisasi dengan baik?
2. Menurut pendapat Bapak/Ibu, apakah anda setuju dengan jadwal mata kuliah di UMI yang harus disesuaikan dengan waktu shalat?
3. Menurut pendapat Bapak/Ibu, apakah jadwal mata kuliah di UMI sudah disesuaikan dengan waktu shalat dan sudah diterapkan?
4. Menurut pendapat Bapak/Ibu, apakah pengampu mata kuliah memberikan nasehat yang bernuansa islami sebelum materi dimulai?
5. Menurut pendapat Bapak/Ibu, sebelum proses pembelajaran dikelas, diadakan pengenalan kampus islami di padang lampe, apakah ini awal pembentukan perilaku islami?
6. Apakah Bapak/Ibu mempunyai pendapat lain tentang pembinaan program kampus islami di UMI?
TERIMA KASIH
INSTRUMEN PENELITIAN KUISIONER MAHASISWA Kami mohon Anda dapat menyisihkan waktu beberapa saat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penting mengenai program pembinaan kampus Islami di UMI Makassar yang telah diikuti. Tujuan penelitian ini : 1. Untuk mengkaji pola dan bentuk pelaksanaan program kampus Islami di UMI Makassar, 2. Untuk mengkaji program unggulan pencerahan qalbu dalam membentuk perilaku islami dan akhlakul karimah mahasiswa UMI Makassar dan pasca padang lampe Berikan pendapat Anda sebenarnya terhadap pertanyaan-pertanyaan dibawah, mohon tidak terpengaruh oleh pendapat peserta lainnya. Nama : Fakultas : Handphone :
Stambuk : Tanggal :
/
/
JAWABLAH PERTANYAAN DIBAWAH INI YANG DIANGGAP PALING PENTING DENGAN PENDAPAT ANDA 1. Bagaimana anda menilai kesesuaian isi pencerahan qalbu ini dengan perilaku islami/kepribadian anda? Ya
Tidak
2. Jika Ya, jelaskan! 3. Bagaimana anda menilai kesesuian pencerahan qalbu ini dengan kemampuan anda menerapkannya didalam membentuk perilaku islami dan akhlakul karimah anda di kampus UMI Makassar? Ya
Tidak
4. Jika Ya, jelaskan! 5. Menurut pendapat anda apa yang mendorong anda berbuat baik, mendapat pahala atau manfaat disenangi oleh teman-teman? Ya
Tidak
6. Jika Ya, jelaskan! 7. Menurut pendapat anda, menyakiti orang lain dilarang dalam agama? Ya
Tidak
8. Jika Ya, jelaskan! 9. Apakah anda rutin melaksanakan Shalat lima waktu? Ya
Tidak
10. Jika Ya, jelaskan! 11. Menurut pendapat anda, perubahan-perubahan apa yang dirasakan ketika melaksanakan shalat? 12. Apakah anda mengetahui masalah keagamaan seperti Tuhan, Malaikat, hari akhir, surga, neraka, dll? 13. Apakah ada dosen atau karyawan yang menjadi panutan anda? 14. Menurut pendapat anda, apa yang paling disukai dan tidak bisa dilupakan dari kegiatan pencerahan qalbu ini?
15. Menurut pendapat anda, perubahan-perubahan apa yang dapat anda lakukan setelah mengikuti pencerahan qalbu?
16. Setelah anda mengikuti pencerahan qalbu, apakah ada pengaruh terhadap sikap perilaku anda setelah kembali ke kampus? Ya
Tidak
17. Jika Ya, jelaskan! 18. Menurut pendapat anda, apakah kegiatan-kegiatan yang dilakukan di UMI yang bernuansa Islami seperti dzikir, menghapal surah-surah pendek, dll, dapat merubah perilaku anda?
Ya
Tidak
19. Jika Ya, jelaskan! 20. Menurut pendapat anda, apa yang anda rasakan setelah membaca doa sebelum belajar dan setelah belajar?
21. Menurut pendapat anda, setelah selesai melaksanakan shalat berjamaah di masjid, apa yang anda rasakan?
TERIMA KASIH
RIWAYAT HIDUP
Hj. Mihrah Syukur lahir di Bone, 3 April 1956. Alumni Fakultas Syariah UIN Alauddin Makassar tahun 1982, Alumni Program Magister, konsentrasi Aqidah Filsafat pada PPS IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 1994. Pada tahun 1986 menjadi dosen di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar dengan mata kuliah Hukum Islam dan Akhlak, tahun 2014 melanjutkan kuliah Program Doktor pada PPS UIN Alauddin Makassar hingga sekarang. Pengalaman akademik, tahun 1989 menjadi staf akademik pada Fakultas Syariah Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, tahun 1997 menjadi Ketua Jurusan Peradilan Agama Islam di Fakultas Syariah Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, tahun 1998 menjadi Ketua Jurusan Akhwal Syakhsiyyah pada Fakultas Syariah Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, tahun 2001 menjadi Kepala Pusat Kajian dan Dakwah pada Fakultas Agama Islam Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, tahun 2002-2011 menjadi Koordinator Iman dan Akhlak pada Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, tahun 2012 hingga ini menjadi Wakil Dekan IV Bidang Dakwah dan Pengembangan Kampus Islami pada Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar. Judul Tesis “Hukum Islam dalam Mengantisipasi Perubahan Sosial”.
Makassar, 31 Agustus 2017 Penyusun,
Hj. Mihrah Syukur NIM : 80 100 314 021