PERFORMA PEMATANGAN GONAD DAN PEMIJAHAN INDUK BANDENG (Chanos-chanos) GENERASI 1 (G1) PADA PEMELIHARAAN SECARA TERKONTROL Tony Setia Dharma, Gigih Setia Wibawa, Irwan Setiadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Email:
[email protected] Pos 140 Singaraja 81101
Abstrak: Penelitian ini dilakukan di BBPPBL dengan hewan uji induk bandeng hasil seleksi. Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui profil pematangan gonad dan pemijahan induk ikan bandeng hasil seleksi dengan implan hormon.Penelitian dilakukan dengan menggunakan bak beton sebanyak 2 buah volume 150 m³, masing-masing bak diisi 60 ekor induk bandeng dengan panjang total awal ratarata 72,90 ± 2.80 cm dan bobot 3,90 ± 0,35 kg. Perlakuan dalam penelitian ini adalah (A) hormone, (B) Tanpa hormon. Hormon yang digunakan untuk pematangan gonad adalah LHRH-a. Dosis yang diberikan 50 µg/kg berat badan. Pemeliharaan induk dilakukan sesuai dengan standar (SOP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian hormone LHRA-a melalui implantasi menghasilkan perkembangan gonad dan performansi pemijahan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan tanpa hormon. Jumlah induk yang matang gonad sebanyak 14 ekor pada sampel pengamatan sebanyak 25 ekor dengan ukuran panjang dan bobot mencapai 76,13 ± 3,25 cm dan bobot 5,40 ± 0,32 kg. Hasil pengamatan diameter oosit mencapai 150-450 µm, sedangkan pada induk jantan memiliki sperm dengan stadia positif tingkat 1, 2 dan 3. Pada pemberian hormone induk memijah sebanyak 10 kali dan jumlah telur yang dihasilkan sebanyak 1.590.000 butir, sedangkan tanpa hormone 4 kali dihasilkan telur sebanyak 630.000 butir. Kualitas telur yang dihasilkan lebih baik, memiliki derajat pembuahan (FR) sekitar 30-95% dan ketahanan larva (SAI) mencapai masa pemeliharaan 2-5 hari. Kata kunci: induk bandeng, seleksi, pertumbuhan, dan tingkat pematangan gonad. Abstract: This research was conducted in Gondol Research Institute of Mariculture Bali, using milk fish on the concrete tanks 150 m³.. The objective of this reseacrh was to know the performace of gonad maturations development activities of brood stock from individual selection. Research carried out by using two concrete tankswith each tank hasvolume 150 m³. Each tank contains 60 breeding milk fishes with the initial average total length 72.90±2.80c mand weight 3.90±0.35 kg. In this recearch, two treatments are applied; with hormone (A) and without hormone (B).The LHRH-a implant hormone doze were 50 µg/kg. Maintenance of the broodstock uses the standar operational procedure (SOP) in order to have spawn and gonad maturations. The result of the experiment showed that the fishes in the treatment gave better results in gonad developed in stage of
1
reproduction on treatment of with hormone. Number of breeder mature were 14 pc on 25 pc sample breeder observed with the length and weight reached 76.13 ± 3.25 cm and a weight of 5.40 ± 0.32 kg.The gonad maturations (TKG) and development on male and female breeder diameter of oocyte and sperm were 150-450 µm and positive 1, 2 and 3 respectively. The brooder was spawn on intemidiate culture. The number of eggs and frequenty of spwan were 10 times and 4 times number of eggs 1,590,000 and 630,000 pc. The quality of eggs were 30-95% for fertilities and 2-5 days for SAI. Keywords: growth, gonad development, milkfish broodstock and selection
PENDAHULUAN Ikan bandeng, Chanos chanos merupakan salah satu ikan ekonomis penting di pangsa pasar Asia. Ikan bandebg juga mempunyai daerah penyebaran yang luas yaitu di laut tropik Indo Pasifik. Kawasan dominan di daerah Asia, meliputi perairan di Burma, Thailand, Vietnam, Philipina, kemudian Malaysia dan di Indonesia. Di Indonesia daerah penyebaran bandeng yang telah diketahui meliputi perairan pantai di Timur Sumatra, Utara Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian dan Nusa Tenggara termasuk Bali. Teknologi pembenihan ikan bandeng berhasil sejak tahun 1990. Mulai pertengahan tahun 1994 teknologi ini telah diadopsi oleh masyarakat dalam rangka memproduksi benih. Dalam perkembangan teknik produksinya, masyarakat dan pemerintah melakukan terobosan-terobosan untuk meningkatkan produksi mulai dengan pemberian pakan yang sederhana hingga pakan jenis yang bermutu. Serangkaian produksi benih ini tidak lepas dari peran hatchery lengkap (HL) yang mampu untuk menyediakan telur-telur bandeng dalam jumlah yang cukup dan juga kontinyu. Meningkatnya permintaan benih bandeng untuk pasar domestik sangat tinggi serta export ke beberapa negara meningkat. Oleh karenanya kualitas benih bandeng produksi hatchery skala rumah tangga harus diperhatikan terutama managemen
2
pakan dan lingkungan yang terkontrol. Tujuannya adalah agar kualitas benih yang dihasilkan dapt memenuhi standar ekspor. Benih bandeng hasil dari hatchery sekitar pantai utara Bali sepuluh tahun terakhir ini mendominasi pasar lokal maupun eksport terutama ke Phillipina. Maka kualitas benih yang diminati pasar sangat diutamakan. Hal ini nampaknya sangat erat kaitannya dengan mutu induk bandeng sebagai kunci utama dalam proses pembenihan selain teknik produksi benih bandeng yang sudah berkembang. Penyebaran ikan bandeng yang sudah lama terjadi diduga dapat mempengaruhi pertumbuhannya, seperti yang terjsdi pada ikan Nila. Penyebaran yang pesat menyebabkan kualitas ikan bsndeng tidak terkontrol dan cenderung menurun. Hal ini diduga karena banyak terjadi silang dalam (Inbreeding) di dalam proses usaha budidaya yang meliputi pembenihan dan pembesaran. Secara umum indikasi dari penurunan kualitas genetik ikan bandeng ini bisa ditandai dengan sifat-sifat seperti pertumbuhan lambat, tingkat kematian yang tinggi dan matang kelamin dini. Menurut Marther et al. 2001 bahwa peningkatan produksi dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas benih ikan dengan penerapan rekayasa genetic dan kawin silang dari beberapa induk unggul. Dengsn demikian bisa diharapkan mampu
Neptunus Jurnal Kelautan, Vol. 20, No. 1, Agustus 2015
untuk meningkatkan laju pertumbuhan fenotip benih hasil perkawinan silang. Secara genetik ikan bandeng yang berasal dari alam mempunyai keragaman genetik yang tinggi. Namun bandeng hasil dari anakan pertama biasanya mengalami penurunan alel sekitar 50%. Penurunan alel ini kemungkinan akan terjadi terus menerus apabila bandeng yang digunakan untuk memproduksi telur berasal dari turunan-turunan yang tidak diketahui. Selain dari itu dalam upaya produksinya banyak yang menggunakan pakan berupa pellet dengan kualitas rendah protein dan terkesan seadanya sehingga produksi dari telur yang dihasilkan akan menurun dan rendah kualitasnya. Penelitian produksi calon induk bandeng yang berkualitas hasil seleksi (G1) telah dilakukan sejak tahun 2011 dari lokasi asal benih yang terbaik dan bertahap mulai dari pemilihan benih, glondongan, bandeng muda hingga calon induk melalui seleksi individu di tambak. Saat ini sudah dihasilkan induk bandeng hasil seleksi yang dewasa dan siap untuk dilakukan pematangan gonad dan proses pemijahan di bak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pematangan gonad dan pemijahan calon induk ikan bandeng (G1) yang mampu memproduksi telur dengan kualitas yang unggul.
METODE PENELITIAN Proses penelitian dilakukan didalam wadah bak dari beton sebanyak 2 buah dengan volume 150 mᶟ. Ikan uji yang digunakan yalah induk-induk bandeng hasil seleksi individu (G1) dengan panjang total rata-rata 72,90 ± 2.80 cm dan bobot 3,90 ± 0,35 kg. Kepadatan induk sebanyak 60 ekor/bak. Perlakuan dalam penelitian
ini adalah A (implantasi hormon) dan B (tanpa hormon). Induk bandeng setiap bulan diimplan dengan hormon LHRH-a dosis 50 g/kg berat badan sebanyak 3 kali. Induk bandeng perlu dipelihara pada kondisi lingkungan yang baik dan diberi pakan standar berupa pelet komersial dengan kadar protein sekitar 35 %. Untuk meningkatkan kualitas dari pakan ini di tambahkan vitamin E dengan dosis 3 g/kg pakan, minyak ikan 10 ml/kg pakan, kuning telur 20 g/kg pakan dan madu 10 ml/kg pakan. Jumlah pakan dan diberikan sebanyak 3 % biomass setiap hari dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali/hari. Pengamatan secara fenotip yang meliputi pertumbuhan dan pengamatan untuk perkembangan gonad tiap 2 bulan sekali. Parameter yang diamati adalah berupa pertumbuhan panjang dan berat, tingkat kematangan gonad (TKG) serta kualitas air (suhu, oksigen, salinitas, PH).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dengan ada pemberian hormonal maka laju tingkat perkembangan gonad dan pemijahan induk bandeng (G1) lebih cepat bila dibandingkan tanpa hormon. Pertumbuhan panjang dan bobot akhir dari induk bandeng hasil seleksi yang dipelihara di dalam bak A (hormon) bisa mencapai 76.13 ± 3.25 cm dan bobot 5,40 ± 0,32 kg. Bak B (tanpa hormon) panjang total 75.04 ± 2,80 cm dan bobot 5,25 ± 0,35 kg. Hasil pengamatan untuk tingkat perkembangan gonad dan pemijahan serta pertumbuhan induk bandeng G1 yang dipelihara di dalam bak beton pada tabel 1, 2 dan 3 serta gambar 1,2, dan 3
Tony SD, Gigih SW, Irwan S: Performa Pematangan Gonad
3
Tabel 1. Profil perkembangan gonad dan sperm induk bandeng, Chanos-chanos Forskall (G1) selama penelitian berlangsung.
Perlakuan Bulan
Pengamatan TKG induk betina Neg PV SV MV LV
A. Induk hasil seleksi + Hormon / Breeder + hormone Pebruari -
TKG induk jantan Neg +1 +2 +3
-
-
ketrang an Sampel induk 25 ekor. Terdapat 8 ekor betina dan 6 ekor jantan -
Maret
-
-
1
1
-
-
1
-
-
April
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Mei
-
2
1
-
-
-
1
1
-
Juni
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Juli
-
2
3
2
-
-
1
2
1
Agustus
-
-
-
-
-
-
-
-
-
September
-
2
3
3
-
-
2
2
2
Oktober
-
-
-
-
-
-
-
-
-
November
-
1
3
3
1
-
1
3
2
B. Induk hasil seleksi tanpa Hormon Pebruari -
-
-
-
-
Sampel induk 25 ekor. Terdapat 6 ekor betina dan 4 ekor jantan -
Maret
-
1
-
-
-
-
-
-
-
April
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Mei
-
1
1
-
-
-
1
-
-
Juni
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Juli
-
1
3
-
-
-
1
2
-
Agustus
-
-
-
-
-
-
-
-
-
September
-
2
3
1
-
-
1
3
-
Oktober
-
-
-
-
-
-
-
-
-
November
-
2
2
2
-
-
1
3
1
Keterangan Stadia TKG: Negative = Negative PV = Pre vitelogenesis (egg diameter < 100 µ) SV = Small vitelogenesis (egg diameter100-250 µ) MV = Medium vitelogenesis (egg diameter 250-450 µ) LV = Large vitelogenesis (egg diameter > 450 µ) Positive 1, 2 and 3 = quantity of sperm
4
Neptunus Jurnal Kelautan, Vol. 20, No. 1, Agustus 2015
Tabel 2. Performa pemijahan induk bandeng, Chanos-chanos Forskall G1 selama penelitian Parameter Induk negative (-) - Jumlah pcs
Hormone
Tanpa Hormon
22
34
- Bobot
5,40 ± 0,32
5,25 ± 0,35
76.13 ± 3.25
75.04 ± 2,80
20 5,40 ± 0,32 76.13 ± 3.25
14 5,25± 0,35 75.04 ± 2,80
18 5,40 ± 0,32 76.13 ± 3.25
12 5,25± 0,35 75.04 ± 2.30
Pemijahan (Spawning) - Jumlah telur Butir
1.590.000
630.000
- Jumlah telur mengapung Butir
1.038.000
324.000
- Diameter telur
1090±15
1080±20
326±0,5
324±0,4
55-95
30-80
3-5
3-4
kg
- Panjang total cm Induk betina - Jumlah pcs - Bobot kg - Panjang total cm Induk jantan - Jumlah pcs - Bobot kg Panjang total cm
µm
- Diameter butir minyak - Daya tetas
µm
%
- Ketahanan larva (S AI)/ hari
Gambar 1. Histology oosit dan spermatosit induk ikan bandeng, Chanos-chanos Forskall G1. A=Telur stadium 1 dengan nucleoli (nl) dan stadium 2 dengan nucleus dan vesicular (v); B = sperm induk jantan stadium III.
Tony SD, Gigih SW, Irwan S: Performa Pematangan Gonad
5
Panjang total (Cm )
Bobot (Kg)
76.4
6
76.2 5
76 75.8
4
75.6
Hormon
Hormon
75.4
3 Tanpa
Tanpa
75.2
2
75 74.8
1
74.6 0
74.4 1
2
3
4
1
5
2
3
4
5
Gambar 3. Pola pertumbuhan panjang dan bobot calon induk ikan bandeng, Chanos-chanos Forskall selama penelitian berlangsung Tabel 3. Hasil analisa proksimat pakan komersial (A) dan (B) induk ikan bandeng, Chanos-chanos Forskall selama penelitian berlangsung. % berat kering / % Dry of weigth Protein Lemak Abu Kadar air
Pakan komersial / commercial fed (A) 35 3,0 9,41 10
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa, penggunaan hormon pada induk bandeng hasil seleksi dapat menghasilkan tingkat perkembangan gonad yang lebih cepat apabila dibandingkan dengan tanpa hormon. Jumlah induk bandeng yang matang gonad sebanyak 14 ekor pada sampel pengamatan sebanyak 25 ekor dengan ukuran panjang dan bobot mencapai 76.13 ± 3.25 cm dan bobot 5,40 ± 0,32 kg. Tingkat kematangan gonad (TKG) yang dihasilkan adalah diameter oosit bisa mencapai 150-450 u sedangkan pada induk jantan memiliki sperm dengan stadia positif tingkat 1, 2 dan 3 pada bulan Juli, September sampai Nopember
6
Pakan komersial + Vit E, Madu, kuning telur,minyak ikan / Mixe Commercial fed (B) 32,97 10,31 8,36 6,88 (Tabel 1). Pemberian implant hormon luiteniizing hormone releasing hormone analoge (LHRH-a) lebih cepat matang gonad yang diduga telah terjadi proses pemacuan pematangan gonad pada induk ikan. Untuk selanjutnya berperan pada peningkatan hormon organ hypothalamus induk dan diharapkan terjadi pemijahan secara alami. Menurut Lee et al (1986), Prijono et al (1993) dan Watanabe (1995), dalam proses pematangan gonad dan pemijahannya tidak dipengaruhi oleh musim seperti halnya pada ikan kerapu yang bersifat ikan demersal. Beberapa jenis ikan, seperti ikan bandeng pada ukuran bobot 3,70-5,50 kg dan ikan
Neptunus Jurnal Kelautan, Vol. 20, No. 1, Agustus 2015
Nassau grouper, Epinephelus striatus dapat memijah dengan baik setelah disuntik dengan homone LHRH-a dan 17alpha methyltestosteron. Ikan bandeng setiap bulan dapat memijah secara alami, pemijahan tidak mengikuti musim yaitu pada saat gelap dan terang bulan. Secara alami peningkatan pertambahan bobot induk ikan bandeng seiring dengan hal petumbuhannya juga terjadi peningkatan dari jumlah sperma dan juga tingkat perkembangan gonad. Menurut Effendi (1979) dan Mayunar, et al, (1991) dalam proses reproduksi sebagian besar hasil metabolisme digunakan untuk perkembangan gonad. Hasil penelitian Crim et al, (1985) dalam Tamaru et al, (1987) bahwa organ yang berperan untuk proses pematangan gonad pada ikan dipengaruhi adanya hormonal dan perubahan musim, disamping itu adanya peran pemberian vitamin mix dan lain yang dicampurkan pada pakan pellet komersial. Pemberian hormon dan pakan yang ditambahkan bahan vitamin, kuning telur dan minyak ikan dapat memacu tingkat kematangan gonad. Hal ini dapat terlihat bahwa gonad yang dihasilkan ada peningkatan mulai bulan Juli, September dan Nopember. (Tabel 1). Pada pemeliharaan selanjutnya terjadi pemijahan (Tabel 2). Selanjutnya berdasarkan analisa histologis didapatkan hasil bahwa induk ukuran panjang total 76.13 ± 3.25 cm dan bobot 5,40 ± 0,32 kg sudah dapat matang gonad (Gambar 1). Hasil analisa proksimat pakan yang diberikan pada induk bandeng, kadar lemak sekitar 10,31 % (Tabel 2). Menurut Suwirya., (1994) bahwa kadar lemak dalam pakan berperan penting dalam membantu perkembangan oosit gonad dan spermatosit pada induk betina dan jantan. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitan Priyono, et al. (2004) dan Tridjoko, et al., (2002), bahwa gonad
induk bandeng bisa berkembang dengan baik kemudian akan terjadi pemijahan. Disamping kualitas pakan, maka ukuran dan umur induk ikan bandeng juga akan berpengaruh penting di dalam proses pemijahan. Menurut Prijono et al., (2011) dan Chen and Martinich., (1975) bahwa ikan bandeng yang akan dipijahkan minimal berumur 4 tahun. Hal ini terkait dengan perkembangan diameter oosit gonad yang terjadi peningkatan mencapai sekitar 150-450 µm, adanya peningkatan tingkat kematangan gonad serta adanya singkronisasi dalam proses pemijahan yaitu spermiasi dan ovulasi telur oleh induk jantan dan betina. Sehingga hal ini akan menyebabkan terjadi rangsangan untuk ovulasi dan kemudian akan terjadi pemijahan. Hasil pengamatan kualitas air selama penelitian menunjukkan bahwa selama masa pemeliharaan induk ikan bandeng, kualitas air masih berada dalam kisaran yang aman. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan Prijono, et al (1993) dan Setiadharma, et al (2002) yaitu kisaran kualitas air dari masing-masing perlakuan relatif sama dan masih dalam batas yang normal untuk kehidupan induk karena jumlah pergantian air selama pemeliharaan dalam 24 jam lebih dari 200 %. Kadar oksigen yang terlarut dalam air dalam menunjang kehidupan organisma di dalam air yaitu minimal 2 ppm. Jika oksigen terlarut dalam air menurun akan mengakibatkan gerakan ikan lambat dan tidak lincah selanjutnya hampir semua organisma akan bergerak menuju ke atas permukaan air. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen untuk ikan-ikan tersebut biasanya bisa diusahakan dengan jalan melakukan pergantian air yang seimbang sehingga kondisi kualitas air stabil. Bila laju metabolisme cepat, maka organisme menunjukkan konsumsi dari oksigen yang lebih banyak (Djawad, 1997). Oksigen
Tony SD, Gigih SW, Irwan S: Performa Pematangan Gonad
7
juga dapat merupakan salah satu faktor pembatas. Dikatakan oleh Effendi (2003) bahwa nilai DO pada perairan laut yang ideal adalah sekitar ± 7 mg/L. Nilai kisaran tersebut masih bisa terjaga dengan baik karena selalu dilakukan control dengan pergantian air dan penyiponan dasar bak. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadi akumulasi sisa pakan yang dapat menghambat pertumbuhan.
SIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian hormone LHRA-a lewat proses implantasi dapat menghasilkan perkembangan gonad dan performansi pemijahan yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa hormon. Jumlah induk hasil seleksi (G1) yang matang gonad sebanyak 14 ekor terdiri dari 8 ekor induk betina dan 6 ekor jantan sampel pengamatan sebanyak 25 ekor dengan ukuran panjang dan bobot mencapai 76.13 ± 3.25 cm dan bobot 5,40 ± 0,32 kg. Hasil pengamatan diameter oosit mencapai 150-450 um, sedangkan pada induk jantan memiliki sperma dengan stadia positif tingkat 1, 2 dan 3. Pada pemberian hormone induk memijah sebanyak 10 kali dan jumlah telur yang dihasilkan sebanyak 1.590.000 butir, sedangkan tanpa hormone 4 kali dihasilkan telur sebanyak 630.000 butir. Kualitas telur yang dihasilkan lebih baik, memiliki derajat pembuahan (FR) sekitar 30-95% dan ketahanan larva (SAI) mencapai masa pemeliharaan 2-5 hari.
DAFTAR RUJUKAN Chen,L.C. and R.L. Martinich. 1975. Pheromonal stimulations and metabolite inhibitions of ovulations in zebrafish , Brachydanto rerio in Fish Physiology Edited by W.S. Hoar
8
and D.J. Randall. Academic Press, New York. IX(B): 1-63. Crim, L. W. 1985. Methods for acute and cronic hormone administration in fish, p : 1-9 In Proceeding for a workshop held at Tungkang Marine Laboratory Taiwan, April 22-24, 1985. Djarijah. A.S. 1995. Pakan ikan alami. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 87 hal. Djawad,I.M.1997. Studies on the metabolism of rearing fish larvae. Doctor of Philosophy. Disertations. Hirosima University. Effendi. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 halaman. Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan. Penerbit Kanisius Jogyakarta.258 p. Huet. M. 1971. Texbook of Fish Culture and Cultivation of Fish. Fishing New Book Ltd. England. 436 p. Lee, C.S., C.S. Tamaru, and C.D. Kelly. 1986. Technique making chronic release LHRH-a and 17-alpha methyl testosteron pellet for intramusculer implantation in fishes. Aquaculture. 59:161-168. Mayunar, P. T. Imanto, S. Diani dan T. Yokonawa. 1991. Pemijahan ikan kerapu macan, Epinephelus fuscoguttatus. Bull.Pen. Perikanan (Terbitan khusus) No2. 15-22. Marther,P.B; Lal, S.N and J, Wilson.2001. Experimental Evaluation of Masselections to Im-prove Red Body Colour in Fijian Hybrid Tilapia (Oreochromis niloticus x Oreochromis mossambicus). Aquaculture Research, 32 : 329 – 336.
Neptunus Jurnal Kelautan, Vol. 20, No. 1, Agustus 2015
Pescod, M. B. 1973. Investigation of rational effluent and stream standart of tropical countries. ATT Bangkok. 59 p. Priyono. A, T. Ahmad, T. Setiadharma. 1993. Pengaruh penambahan nutrisi pakan terhadap perkembangan gonad ikan bandeng. J. Pen. Budidaya Pantai. 9 (1): 51-57. Priyono, A.,Setiadharma,T., Imanto, PT., Swastika, M., dan Z.I. Azwar. 2004. Pengaruh dosis pelet hormone terhadap perkembangan sel telur dan gonad induk betina kakap merah, Lutjanus argentimaculatus. Prosiding Lokakarya Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia, VII:575582. Priyono.A, T. Aslianti,T. Setiadharma, I.N.Adiasmara Giri. 2011. Petunjuk Teknis Perbenihan Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut. 44 hal. Suwirya, K. 1994. Kecernaan beberapa sumber lemak pakan pada udang windu, Penaeus monodon. Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai. Maros. J. Penelitian Budidaya Pantai. 10 (1) : 43 – 48. Setiadharma . T, Agus Priyono, Nyoman Adiasmara Giri dan Wardoyo. 2002. Aplikasi Penambahan Vitamin E dan C untuk Pematangan Gonad dan Menigkatkan Pemijahan serta kualitas telur Induk Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus). 8 Hal. Inpress Tamaru, C.S, C.S. Lee., C.D. Kelly, and J.E Banno., P.Y. Ha, K. Aida and I. Hanyu. 1987. Characterizing the stage of maturity most receptive to an acute LHRH-a therapy for
inducing milkfish (Chanos-chanos) to spawn. Aquaculture.74:147-163. Tridjoko., Ismi, S., Prijono, A., Johnny, F. 2002. Pengamatan profil steroid hormone dalam darah hubungannya dengan pematangan dan pemijahan induk ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis. Laporan penyelesaian DIP 2002, halaman. 40-54. Watanabe,W.O., Simon, C.E., Eileen, P.E., William, O.H., Christopher, D.K., Aaron, M., Cheng. S.L., and Paul, K.B. 1995. Progress in controlled breeding of Nassau grouper, Epinephelus striatus broodstock by hormon induction. Aquaculture 138:205-219
Tony SD, Gigih SW, Irwan S: Performa Pematangan Gonad
9