PEMIJAHAN ALAMI CALON INDUK IKAN BANDENG ASAL TAMBAK MELALUI PENGGUNAAN PAKAN BUATAN
Muhammad Marzuqi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut, Gondol, Bali Email:
[email protected]
Abstrak: Ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) merupakan jenis ikan laut yang mempunyai nilai ekonomis dan komoditas unggulan perikanan. Untuk menanggulangi kendala kekurangan induk bandeng dalam pembenihan ikan bandeng adalah dengan produksi calon induk dari tambak. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi tentang pemijahan alami calon induk bandeng asal tambak melalui penggunaan pakan buatan. Penelitian ini menggunakan 40 ekor calon induk ikan bandeng dengan berat rata-rata 1,9±0,28 kg dipelihara dalam bak beton kapasitas 100 m3 dengan pemberian pakan buatan. Dosis pemberian pakan sebanyak 3,0% dari total biomas ikan. Masingmasing bak dilengkapi dengan aerasi dan sistim air mengalir dengan pergantian air mencapai 200-300% per hari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa calon induk ikan bandeng asal tambak yang diberi pakan buatan dapat memijah sebanyak 3 kali setelah dipelihara selama 8 bulan (umur 3 tahun 8 bulan), produksi telur 523.000 butir, berat akhir 4,47±0,53 kg dan kelangsungan hidup 100%. Kata kunci: pemijahan alami, calon induk, pakan buatan Abstract: Milkfish (ChanosChanosForsskal) is a type of fish that have economic value and competitive commodities of fisheries. To overcome the shortagesconstraints of milkfish broodstock in the hatchery is the production of broodstock from ponds. The research objective is to obtain information about the natural spawning of milkfish broodstock origin from ponds through the use of artificial feed. This study uses 40 head of brood fish with an average weight of 1.9 ± 0.28 kg maintained in a concrete tank with a capacity of 100 m3 artificial feeding. Dose feeding as much as 3.0% of the total biomass of fish. Each tank is equipped with aeration and water flow system with water turnover reached 200300% per day. The results showed that the origin of brood fish fed artificial ponds can spawn 3 times after maintained for 8 months (aged 3 years 8 months), 523,000 grain egg production, final weight of 4.47 ± 0.53 kg and survival rates 100%. Keywords: natural spawning , broodstock , artificial feed
PENDAHULUAN Ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) adalah merupakan salah satu jenis ikan laut konsumsi yang memiliki
nilai ekonomis penting dan merupakan spesies unggulan dalam pengembangan budidaya air payau. Ikan bandeng sebagai salah satu jennies komoditas budidaya
31
mempunyai beberapa kelebihan jika dibanding dengan komoditas budidaya lainnya karena teknologi perbenihannya telah dikuasai dengan baik. Teknologi pembenihan untuk ikan bandeng ini sudah berhasil memproduksi benih sehingga pasok benih tidak lagi bergantung kepada musim dan benih dari alam serta sudah dapat dikembangkan untuk pembesaran di tambak-tambak. Selanjutnya teknik pembenihan ikan ini difokuskan kepada pengelolaan induk, kematangan gonad, nutrisi, penyakit dan genetik. Salah satu kendala dalam proses pembenihan adalah memperoleh induk bandeng yang sehat dan berkualitas baik. Salah satu alternatif guna menanggulangi kendala tersebut adalah dengan cara dilakukan penelitian pada calon induk ikan bandeng yang berasal dari tambak dengan penggunaan pakan buatan/pelet. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hsiao dan Tseng (1980) diperoleh bahwa induk ikan bandeng dapat mengalami pemijahan di dalam kolam pemeliharaan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk meningkatkan kematangan gonad induk ikan melalui perbaikan pakan dan vitamin pakan serta hormon (Waagboo, et al. 1989; Azwar, 1997; Prijono et al., 1990, Marzuqi, et al., 2012). Perkembangan gonad dan fekunditas pada ikan sangat dipengaruhi oleh nutrisi pakan induk (Palacios et al., 1995). Penggunaan pakan buatan sangat besar peranannya dan diduga mempengaruhi keberhasilan kematangan gonad dan pemijahan. Pakan berfungsi sebagai sumber energi, antara lain digunakan untuk mempertahankan hidup, pertumbuhan dan juga komponen penting dalam proses pematangan gonad. Pakan yang kualitas sangat menentukan
32
keberhasilan proses reproduksi dari calon induk ikan bandeng agar dapat memijah secara optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapat informasi tentang pemijahan alami calon induk bandeng asal tambak melalui penggunaan pakan buatan.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Nopember 2014 di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol, Bali. Hewan uji menggunakan 40 ekor calon induk ikan bandeng asal tambak dengan berat ratarata 1,9±0,28 kg dan berumur ± 3 tahun. Calon induk dipelihara dalam bak beton berkapasitas 100 m3 dengan pemberian pakan buatan/pelet. Frekuensi pemberian pakan sebanyak 3,0% dari total biomas ikan sebanyak 2 kali/hari. Masing-masing bak dilengkapi dengan aerator untuk mensuplai sumber oksigen dan sistim air mengalir dengan pergantian air mencapai 200-300% per hari. Komposisi dari proksimat dianalisa berdasar pada metode AOAC (1990) dan Takeuchi (1988). Kandungan dari protein ditentukan memakai metode Kjeldahl, kadar lemak dengan metode soxlet, kadar abu dengan metode gravimetri setelah pembakaran bahan dalam tanur pada suhu 550ºC, karbohidrat dengan metode fenol sulfat dan alat spektrofotometer. Analisis kadar vitamin C dilakukan dengan menggunakan metode dinitrofenilhidrazin dan vitamin E dengan menggunakan spektrofotometer. Hasil analisa komposisi pakan disajikan pada Tabel 1. Penelitian berlangsung selama 8 bulan (Maret 2014 sampai bulan Nopember 2014).
Neptunus Jurnal Kelautan, Vol. 20, No. 1, Agustus 2015
Tabel 1. Analisa kandungan nutrisi pakan Komposisi
(%)
Protein Lemak Serat Abu Kadar air Vitamin E (mg/100 g) Vitamin C (mg/100 g)
Untuk dapat mengetahui tingkat perkembangan oosit (sel telur) dilakukan dengan pengambilan sel telur pada awal, pertengahan dan akhir penelitian dengan cara kanulasi yaitu memasukkan selang kanulasi (cateter) ukuran 0,1 mm ke dalam lubang kelamin sedalam 10-20 cm, kemudian disedot untuk mendapatkan sel telurnya. Sel telur yang telah diperoleh disimpan di dalam larutan formalin 10% selanjutnya diamati diamater telurnya. Besarnya ukuran sel telur diklasifikasikan dalam beberapa ukuran: previtelogenesis (PV) untuk diameter oosit <150 µm, small vitelogenesis (SV) untuk diameter oosit < 300 µm, medium vitelogenesis (MV) untuk diameter oosit < 500 µm dan large vitelogenesis (LV) diameter oosit >500 µm. Untuk mengetahui perkembangan gonad jantan dilakukan dengan stripping, sperma yang dihasilkan diklasifikasikan dalam beberapa kriteria: positif (+)1 (sperma sedikit), positif (+)2 (sperma sedang) dan positif (+)3 (sperma banyak). Calon induk ikan bandeng yang tidak memperlihatkan perkembangan gonad dikatagorikan negatif (-). Untuk mengetahui kandungan dari hormon gonadotropin selama penelitian dilakukan analisis kandungan hormon testeteron dan hormon estradiol 17-beta pada awal, pertengahan dan saat akhir
37,55 11,06 1,19 11,64 4,38 447,13 38,12
penelitian. Metode yang dilakukan adalah dengan mengambil darah dari pangkal ekor ikan atau vena aorta dengan cara menggunakan spuit 3 cc yang diberi heparin agar darah yang diambil tidak mengalami pembekuan. Selanjutnya bisa dilakukan pengambilan serum. Untuk memisahkan serum dengan butiran darah lainnya maka darah di sentrifuse dengan kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit dengan suhu 4oC. Serum yang diperoleh diambil secara hati-hati dengan spuit 1 cc ke dalam eppendorf dan disimpan dalam freezer -85oC. Analisa kandungan hormon testesteron dan hormon estradiol 17-beta dilakukan dengan menggunakan alat ELISA. Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan, perkembangan dari gonad, pemijahan dan respon dari hormon pada calon induk ikan bandeng. Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif dan tabulasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari pengamatan terhadap pertumbuhan rata-rata bobot, panjang rata-rata dan kelangsungan hidup pada calon induk ikan asal tambak yang diberi pakan buatan atau palet sampai akhir penelitian tertera pada pada Tabel 2.
Muhammad Marzuqi: Pemijahan Alami Calon Induk Bandeng
33
Tabel 2. Berat rata- rata, panjang rata- rata, pertambahan berat, pertambahan panjang, kelangsungan hidup selama penelitian Parameter Bobot rata rata awal (kg) Bobot rata rata akhir (kg) Pertambahan bobot (%) Panjang total rata-rata awal (cm) Panjang total rata-rata akhir (cm) Pertambahan panjang (%) Kelangsungan hidup (%)
Hasil 1,90± 0,28 4,47 ± 0,53 131,05 59,08± 2,00 72,60 ± 3,73 22,88 100
Pertumbuhan berat rata-rata calon induk bandeng dengan pemberian pakan buatan diperoleh 4,47 ± 0,53 kg atau mengalami pertambahan berat 131,05% dan panjang rata-rata 72,60 ± 3,73 cm atau mengalami pertambahan panjang 22,88% sampai akhir penelitian. Calon induk bandeng yang asal tambak dengan pemberian pakan buatan/pelet dapat mencapai bobot rata-rata sebesar 4,47 ± 0,53 kg. Peningkatan bobot rata-rata dan panjang rata-rata calon induk bandeng yang diberi pakan buatan sebesar 2,57 kg dan panjang rata-rata 13,52 cm Dari tabel di atas terlihat adanya pertumbuhan dan panjang tubuh calon induk ikan yang diberi pakan buatan memberikan pengaruh yang positif untuk memacu pertumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa kecukupan input energi, kandungan protein dan lemak di dalam
pakan buatan/pelet dapat meningkatkan pertumbuhan calon induk ikan bandeng. Bahan pakan buatan dapat digunakan oleh tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, dan produksi organ seksual, perawatan bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang tidak terpakai lagi. Tingkat kelangsungan hidup calon induk ikan bandeng asal tambak yang diberi pakan buatan menunjukkan ada kelangsungan hidup sangat baik dari ikan beradaptasi dari tambak sampai akhir penelitian yaitu 100%. Hasil pengamatan terhadap tingkat kematangan gonad, kematangan sperma, pemijahan pada calon induk asal tambak yang telah diberi pakan buatan atau pelet selama 8 bulan pemeliharaan disajikan pada Tabel 3.
Tabal 3. Tingkat kematangan gonad, kematangan sperma, pemijahan pada calon induk ikan bandeng asal tambak yang diberi pakan buatan/pelet Parameter Tingkat kematangan gonad (ekor) Tingkat kematangan sperma (ekor) Frekuensi pemijahan (kali) Produksi telur (butir) Fertilisasi (butir) Diameter telur(µm)
34
Hasil 2 (LV) 6 (+2) dan 4 (+1) 3 523.000 235.000 700-800
Neptunus Jurnal Kelautan, Vol. 20, No. 1, Agustus 2015
Keterangan : PV (previtelogenesis) diameter oosit <150 µm SV (small vitelogenesis) (SV) diameter oosit < 300 µm MV(medium vitelogenesis) diameter oosit < 500 µm LV (large vitelogenesis) diameter oosit >500 µm Positif (+) 1 (sperma sedikit) Positif (+) 2 (sperma sedang) Positif (+) 3 (sperma banyak) Hasil pengamatan terhadap tingkat kematangan gonad untuk calon induk ikan bandeng asal tambak yang diberi pakan buatan/pelet ternyata memberikan respon yang baik pada organ reproduksi calon induk ikan bandeng. Pengamatan selama 8 bulan pemeliharan terhadap perkembangan dari gonad dan stadium sperma melalui kanulasi/stripping dari 40 ekor maka terdapat 2 ekor mengalami perkembangan oosit tingkat LV (large vitelogenesis) dengan diameter >500 µm dan calon induk jantan telah mengalami matang sperma sejumlah 10 ekor masing masing 6 ekor matang sperma positif (+) 2 dengan berat berkisar 4,0 kg - 6,0 kg dan 4 ekor matang sperma +1 dengan berat berkisar 4,0 kg - 5,4 kg. Dalam penelitian Lacanilao dan Marte, 1980 melaporkan bahwa pematangan gonad ikan bandeng terjadi pada ukuran 2,1-4,1 kg dan ukuran ikan yang memijah sekitar 2,1 sampai 4,9 kg. Dari data penelitian terlihat bahwa calon induk bandeng setelah diberi pakan buatan atau palet menunjukkan adanya peningkatan tingkat kematangan gonad, kematangan sperma. Hal ini sangat erat hubungan dengan nutrisi yang diberikan selama penelitian. Nutrisi adalah faktor utama yang berperan dalam pematangan seksual, sehingga dapat mempengaruhi reproduksi hewan di alam ataupun dalam lingkup budidaya. Di dalam mendukung keberhasilan reproduksi induk ikan bandeng, maka
nutrien yang terpenting adalah protein sebagai unsur utama dalam pembentukan embrio. Kebutuhan protein untuk ikan berbeda-beda menurut spesies dan pada umumnya berkisar antara 25 sampai 40%. Protein merupakan komponen esensial yang amat dibutuhkan untuk reproduksi. Kualitas protein umtuk pakan diantarnya ditentukan oleh komposisi asam amino. Kekurangan asam amino esensial akan menjadi kendala dalam perkembangan gonad dan embrio. Lemak juga berperan sangat penting sebagai sumber energi dan menjaga kestabilan permiabilitas membran (Tocher dan Sargent, 1984) Kebutuhan vitamin untuk ikan bervariasi menurut spesies, ukuran dan umur ikan. Priyono (1994) melaporkan bahwa untuk penambahan vitamin E 100-150 ppm di dalam pakan buat induk ikan bandeng menghasilkan pemijahan yang lebih cepat dibandingkan dosis 50 ppm dan tanpa vitamin E. Demikian juga vitamin C dalam pakan diperlukan karena vitamin C dalam ransum pakan dapat ditransfer ke telur dan disiapkan dalam proses perkembangan embrio (Soliman et al., 1986). Dari hasil pengamatan terhadap pemijahan calon induk ikan bandeng yang telah diberi pakan buatan selama penelitian berhasil memijah pertama pada bulan Nopember atau 8 bulan pemeliharaan atau umur 3,8 bulan. Hasil ini lebih cepat dari penelitian Liao and Chen, 1984 bahwa kematangan seksual induk ikan bandeng secara alami maupun
Muhammad Marzuqi: Pemijahan Alami Calon Induk Bandeng
35
buatan diperoleh pada umur 5 tahun dan induk betina matang tingkat awal sekitar umur 4 tahun. Frekuensi dari pemijahan selama 8 bulan pemeliharaan adalah sebanyak 3 kali pemijahan. Jumlah telur yang telah dihasilkan sebanyak 523.000 butir telur dan telur yang dibuahi sebanyak 235.000 butir telur Sedangkan hasil pemijahan hingga 13 bulan pemeliharaan calon induk ikan bandeng yang berasal tambak menghasilkan produksi telur sebanyak 2.520.000 butir dengan telur yang dibuahi sebanyak 841.000 butir. Keberhasilan pembuahan telur yang dihasilkan karena adanya sinkronisasi perkembangan oosit pada induk betina dan sperma dari induk
jantan yang dihasilkan seimbang dan dengan keadaan ini akan menghasilkan secara bersamaan pemijahan yang sempurna. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemijahan adalah lingkungan pemeliharan, kualias pakan, umur ikan dan kondisi kesehatan ikan. Halver 1976 melaporkan bahwa komposisi pakan yang lebih baik dapat mempercepat perkembangan gonad dan fekunditas ikan. Hasil dari pengamatan terhadap kandungan untuk hormon testesteron dan estradiol dalam darah calon induk ikan bandeng asal tambak disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Gambar 1. Kandungan hormon testesteron (pg/ml) dalam darah calon induk Ikan bandeng asal tambak yang diberi pakan buatan Pengukuran pada kadar hormon dilakukan sebanyak 3 kali pengamatan (0, 4, 8 bulan) yang diharapkan mendapatkan respon kandungan dari hormon selama penelitian berakhir. Pada awal penelitian kandungan hormon testeteron di dalam darah pada induk ikan adalah 0,48 pg/ml, setelah proses pengamatan pada 4 bulan pemeliharaan berkisar 2,11 pg/ml. Pada akhir pemeliharaan (8 bulan) kandungan dari hormon testesteron pakan buatan
36
sebesar 6,77 pg/ml. Dari hasil pengukuran kandungan hormon testeron maksimal 6,77 pg/ml ini menunjukkan bahwa calon ikan bandeng yang diamati berkelamin betina. Fermin et al. (1997) melaporkan bahwa pada induk ikan catfish (Clarias macrocephalus), induk jantan saat siklus reproduksi, maka kandungan hormon testesteron antara 159-434 ng/ml. Pada ikan kerapu lumpur lebih rendah dari ikan kakap merah, Lucanus argentimaculatus
Neptunus Jurnal Kelautan, Vol. 20, No. 1, Agustus 2015
yaitu 100-300 ng/ml (Priyono, et al. 2003). Dari pengamatan perkembangan stadium sperma pada akhir penelitian terlihat terjadi perubahan cepat pada
tingkat kandungan sperma tingkat +1 dan +2, namun saat pengambilan darah ikan ikan tersebut tidak terambil sampel darahnya.
Gambar 2. Kandungan hormon estradiol 17-beta (pg/ml) dalam darah calon induk ikan bandeng yang diberi pakan prematurasi Hasil pengukuran pada kandungan hormon estradiol 17 beta dalam darah calon induk ikan bandeng pada awal penelitian berkisar 141,89 pg/ml, setelah pengamatan pada 4 bulan pemeliharaan berkisar 164,94 pg/ml, sedangkan pada pengamatan pada akhir penelitian (8 bulan pemeliharaan) nampaknya adanya kenaikan 213,00 pg/ml. Pada penelitian ini terlihat bahwa dengan bertambahnya ukuran besarnya oosit dalam gonad calon induk ikan bandeng akan mempengaruhi besarnya kandungan hormon estradiol 17-beta dalam serum darah ikan. Dalam penelilitian terhadap ikan kerapu bebek mendapatkan kadar hormon estradiol 17beta diantara 650 pg/ml - 880 pg/ml oositnya telah dapat berkembang dengan diameter antara 200-300 µm. Selanjutnya Sembiring et al., 2011 melaporkan bahwa induk kerapu sunu menunjukkan positif berkelamin betina apabila mempunyai
kandungan kadar dari hormon estradiol antara 500 pg/ml sampai di atas 1000 pg/ml.
SIMPULAN Penggunaan pakan buatan dapat meningkatkan pertumbuhan dan juga pemijahan alami dari calon induk ikan bandeng asal tambak. Calon induk ikan bandeng asal tambak dapat memijah sebanyak 3 kali selama 8 bulan pada pemeliharaan (umur 3 tahun 8 bulan), produksi telur 523.000 butir, berat akhir 4,47±0,53 kg dan kelangsungan hidup 100%.
DAFTAR RUJUKAN AOAC (Association of Official Analytical Chemist). 1990. Official Methods of Analysis, 12th edition. Association
Muhammad Marzuqi: Pemijahan Alami Calon Induk Bandeng
37
of Official Analytical Chemists. Washington, D.C. 1141 pp. Azwar, Z.I. 1997. Effect of ascorbic-2 phosphate magnesium on gonad development and spwaning in tilapia (Orechormos sp.). Disertation , IPB Bogor, 210 pp. Fermin, J.T., M. Takeshi, H.Ueda, S.Adachi and K. Yamauchi. 1997. Testicular histology and serum steroid hormon profile in hachery-bred Catfish Clarias macrocephalus (Gunter) during an annual reproduction cycle. Fisheries Science 63(5); 681686. Halver, J,E. 1976. Fish Nutrition. Academic Press, London and New York. P 713. Hsiao, S.M. and Tseng, L.C. 1980. Induced spawning of pond reared milkfish (Chanos chanos F.) China Fish. Monthly, 330:7-13 (In Chinese with English abstract). Lacanilao, F.L. and Marte, C.I. 1980. Sexual maturation of milkfish in floating cage. Asian Aquaculture, 3: 4-6. Liao, I.C. and Chen, T.I. 1984. Gonadal development and induced breeding of captive milkfish in Taiwan. In: Proc. 2nd Int. Milkfish Aquaculture Conf., Iloilo, Phililppines, 4-8 Oct. 1983, pp.41-51. Marzuqi, M., N.W. W. Astuti, dan R. Andamari. 2012. Status induk ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) untuk produksi telur pada pembenihan. Proseding IndoaquaForum Inovasi Teknologi Akuakultur. PPPPB, BPPKKP, hal 127-131. Palacios, H.F. M.S. Izquerdo, L. Robaina, A. Valencia, M.Salhi, J.M. Verhara. 1995. Effect on n-3 HUFA level on broodstock diets on egg quality of gilthead seabream (Sparus auratus).
38
Journal of Aquaculture, Vol. 132: p.325-337. Prijono, A., Sumiarsa, G, dan Azwar, Z.I. 1990. Implantation of LHRH-a and 17 á MT hormones for gonad maturation in milkfish. J. Pen. Budidaya Pantai, 6(1): 20-23 (In Indonesia). Priyono, A. 1994. Pengaruh penambahan vitamin E dalam pakan untuk pematangan gonad induk Bandung (Chanos chanos). J. Penelitian Budidaya Pantai, Vol 10, (3). Prijono, A., T. Setyadharma, P.T. Imanto, M. Swastika, dan Z.I. Azwar. 2003 Pengamatan steroid hormon pada pematangan gonad induk kakap merah Lutjanus argentimaculatus. Proseding Lokakarya Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia VII. Hal. 575-582. Sembiring, S.B.M, A Prijono, J.H. Hutapea, dan T. Setyadharma. 2011. Studi pendahuluan determinasi jenis kelamin pada ikan kerapu sunu, P. leopardus dengan uji serologi. Laporan Teknis Hasil Penelitian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol-Bali.11 hal. Soliman, A.K., K. Jaucy and R.J. Robert. 1986. The effect of dietary ascorbit acid supplement on hatchability, survival rate and growth performance in Oreachromis mosambicus (Peter). Aquaculture 59:197-208. Takeuchi, T. 1988. Laboratory workchemical evaluation of dietary nutrient, dalam Watanabe, T. (Editor). Fish nutrition and mariculture. Tokyo: JICA Kanagawa International Fisheries Training Centre. 179-233.
Neptunus Jurnal Kelautan, Vol. 20, No. 1, Agustus 2015
Tocher, D. R., Sargent, J. R. 1984. Analyses of Lipid and Fatty Acids in ripe Roes of Some Northwest European Marine Fish. Lipids 19, 492 – 499.
Waagboo, R., Thorson, T., and Sandnes 1989. Role of dietary ascorbic acid in vitellogenesis in rainbrow trout, Aquaculture, 80: 301-314.
Muhammad Marzuqi: Pemijahan Alami Calon Induk Bandeng
39