APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus) Oleh Adi Hardiyanto, Marwa dan Narulitta Ely
ABSTRAK Induk ikan mandarin memanfaatkan pakan untuk reproduksi. Salah satu aspek penting dalam reproduksi yaitu produksi telur fertile agar dapat menghasilkan larva dengan pertumbuhan dan sintasan yang tinggi. Pada ikan teleostei, beberapa faktor seperti rasio pakan, tingkatan nutrisi, dan komposisi, telah diketahui berpengaruh terhadap berbagai macam parameter reproduksi seperti perkembangan gonad, kualitas dan kuantitas telur, keberhasilan pemijahan, daya tetas telur dan kualitas larva. Dengan demikian, Jenis dan kandungan nutrisi pakan yang diberikan kepada induk dapat berpengaruh terhadap telur yang dihasilkan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan buatan terhadap Pemijahan induk ikan mandarin. Induk ikan mandarin dipelihara selama tiga bulan dengan dua perlakuan pakan, yaitu: A1) pakan buatan, dan A2) pakan artemia dewasa. Selama masa pemeliharaan perlakuan A1 terjadi tiga kali pemijahan, sedangkan A2 enam kali pemijahan, Jumlah total telur perlakuan A2 sebanyak 938 butir, sedangkan A1 sebanyak 228 butir, telur pada A2 mempunyai diameter telur 0,7-0,8 mm sedangkan A2 0,8-1,0 mm. Hal ini membuktikan bahwa induk ikan mandarin dapat memijah dengan pemberian pakan buatan, walaupun jumlah telur yang dihasilkan lebih sedikit dari pada pemberian pakan artemia. Kata kunci : Pakan buatan, Induk Ikan Mandarin
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Ikan memerlukan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu pakan yang diberikan harus mengandung kadar nutrisi yang memadai baik dalam jumlah dan kandungan nutrisinya. Pakan tidak hanya berfungsi sebagai sumber energi bagi pertumbuhan (Afrianto dan Liviawaty, 2005), karena banyak fungsi lain dari pakan bagi ikan, diantaranya adalah pengobatan, pembentukan warna tubuh, peningkatan cita rasa, reproduksi dan perbaikan metabolisme lemak. Pakan yang dibutuhkan oleh ikan sangat bervariasi tergantung dari spesies, umur, ukuran, jenis kelamin, kondisi tubuh ikan dan kondisi lingkungan. Induk ikan mandarin memanfaatkan pakan untuk reproduksi. Salah satu aspek penting dalam reproduksi yaitu produksi telur fertile agar dapat menghasilkan larva dengan pertumbuhan dan sintasan yang tinggi. Pada ikan teleostei, beberapa faktor seperti rasio pakan, tingkatan nutrisi, dan komposisi, telah diketahui berpengaruh terhadap berbagai macam parameter reproduksi seperti perkembangan gonad, kualitas dan kuantitas telur, keberhasilan pemijahan, daya tetas telur dan kualitas larva. Dengan demikian, Jenis dan kandungan nutrisi pakan yang diberikan kepada induk dapat berpengaruh terhadap telur yang dihasilkan Secara umum, pakan yang diberikan kepada ikan budidaya adalah pakan buatan (pellet) dan pakan Hidup. Induk ikan mandarin terbiasa mengkonsumsi pakan hidup artemia dewasa, tetapi ketersediaannya sangat terbatas karena harus dibudidayakan terlebih dahulu serta memiliki resiko kematian, sehingga ketersediaannya (jumlah dan kesinambungan) tidak memenuhi kebutuhan pemeliharaan induk secara maksimal. Oleh karena itu, diupayakan untuk menggunakan pakan alternatif lain yang dapat menggantikan penggunaan pakan hidup sehingga kerugian dan ketergantungan terhadap penggunaan pakan hidup untuk pemeliharaan induk ikan mandarin dapat diminimalkan. Pakan buatan adalah campuran dari berbagai bahan pangan baik nabati maupun hewani yang diolah sedemikian rupa sehingga mudah dimakan dan sekaligus merupakan sumber nutrisi bagi ikan sehingga pakan buatan diberikan untuk dapat meningkatkan produksi ikan. Pakan buatan khusus untuk induk ikan mandarin sampai saat ini belum tersedia, oleh karena itu dilakukan uji coba pemeliharaan induk ikan mandarin dengan menggunakan pakan buatan komersial yang lebih mudah dalam penyediaannya, tersedia secara berkesinambungan, untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pemijahan induk ikan mandarin. II. 2.1.
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Kegiatan ini dilakukan pada bulan Februari – Juni 2013 di Hatchery Ikan Hias BBL Ambon
2.2.
Alat dan Bahan Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan kerekayasaan ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Alat dan bahan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Alat / Bahan Induk mandarinfish 4 pasang/perlakuan (24 pasang) Akuarium vol. 100 liter Pakan Buatan Otohyme S1 Artemia Dewasa Fitoplankton Kolektor telur Batu aerasi, selang aerasi, Shelter dari pipa paralon Selang siphon Cawan & pipet Lup ATK
Cara kerja:
Kegunaan Hewan uji Wadah pemeliharaan Bahan uji Bahan uji Bahan Pengkayaan Mengumpulkan telur Suplai udara Tempat berlindung siphon air Menghitung telur Alat bantu menghitung telur Pencatatan & pembuatan laporan
a).
Persiapan. Akuarium dengan sistem air resirkulasi disiapkan, kemudian masing – masing akuarium diberi shelter dan kolektor telur. Induk ikan mandarin sebagai bahan uji dimasukkan sebanyak 4 pasang per akuarium. Tahapan adaptasi dilaksanakan selama 2 (dua) hari untuk membiasakan hewan uji terhadap wadah pemeliharaan baru. b).
Pemeliharaan Induk Induk dipelihara pada akuarium dengan perlakuan : - A1. Pakan Buatan - A2. Pakan Artemia dewasa - masing-masing perlakuan dilakukan 3 kali ulangan. Induk diberi pakan sebanyak 2 kali sehari secara adlibitum. Pada pagi dan sore hari Penyiponan terhadap sisa pakan dan kotoran pada dasar akuarium dilakukan setiap hari.
c).
Sampling telur Telur hasil pemijahan dipanen dengan cara mengangkat kolektor berupa toples plastic yang bagian dindingnya dilubangi dan ditutup dg kain ukuran 100 mikron Telur yang berada dalam kolektor diambil dengan pipet dan dimasukikan dalam cawan petri.
d).
Pengambilan Data Setiap terjadi pemijahan, dihitung intensitas waktu pemijahan tersebut pada setiap siklus selama pemeliharaan. Seluruh telur yang dihasilkan dan tertampung dalam kolektor dikumpulkan pada cawan petri dan dihitung dengan bantuan lup. Diameter telur diukur dengan menggunakan mikroskop.
e).
Analisa Data Jumlah telur keseluruhan Dihitung setiap terjadi pemijahan pada masing –masing perlakuan dan pengulangan Frekuensi pemijahan Intensitas pemijahan induk pada masing – masing perlakuan tiap bulan Diameter telur
III. A.
HASIL DAN PEMBAHASAN Frekuensi Pemijahan Pemeliharaan induk ikan mandarin selama 3 bulan dengan menggunakan pakan buatan dan artemia dewasa memberikan hasil seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Produksi Telur Induk Ikan Mandarin Selama Pemeliharaan. Jumlah Telur (Butir) Tanggal Pakan buatan 1 2 3 1 28 Pebruari 2013 59 4 Maret 2013 7 Maret 2013 18 Maret 2013
3
143
186
115 48
89
28 Maret 2013
90 125
5 April 2013
130
25 April 2013
Total
Pakan Artemia 2
148
80 80
0
293
268
101 377
Produksi telur induk ikan mandarin yang diberi pakan buatan terjadi setiap bulan selama pemeliharaan, sedangkan yang diberi pakan artemia hanya memijah pada bulan kedua dan ketiga masa pemeliharaan. Hal ini membuktikan bahwa induk ikan mandarin dapat memijah dengan pemberian pakan buatan. Sedikitnya
frekuensi pemijahan pada induk yang diberi pakan buatan terkait dengan jumlah telurnya yang lebih sedikit dari pada induk yang diberi pakan artemia. Frekuensi pemijahan tertinggi induk ikan mandarin terjadi pada bulan Maret oleh induk yang diberi pakan artemia, hal ini terjadi karena pakan artemia sebelum diberikan sebagai pakan induk, diberi pengkayaan fitoplankton terlabih dahulu, sedangkan pakan buatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pakan buatan untuk benih ikan laut sehingga komposisi nutrisi yang terkandung didalamnya adalah untuk pertumbuhan, bukan reproduksi sehingga memberikan pengaruh yang kecil terhadap frekuensi pemijahan induk ikan mandarin.
800 700
jumlah telur (butir)
600 500 400
pelet
300
artemia
200 100 0 peb
maret
april
Waktu (bulan)
Gambar 1. Grafik Jumlah Telur yang Dihasilkan Per Bulan B.
Diameter Telur Diameter telur ikan mandarin yang diperoleh pada kegiatan ini, disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Diameter Telur Ikan Mandarin. Diameter Telur (mm)
Tanggal
Pakan Buatan 28 Pebruari 2013
Pakan Artemia
0,8
4 Maret 2013
0,8
7 Maret 2013
0,8
18 Maret 2013
0,7
0,8
28 Maret 2013
1,0
5 April 2013
0,8 0,8
25 April 2013
0.8
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa diameter telur induk ikan mandarin yang diberi pakan buatan berkisar antara 0,7 – 0,8 mm, sedangkan yang diberi pakan artemia berkisar antara 0,8 – 1,0 mm. Ukuran diameter telur mempengaruhi jumlah telur ikan. Semakin kecil ukuran diameter telur maka semakin banyak jumlah telur yang dihasilkan tetapi pada kegiatan ini, induk ikan mandarin yang diberi pakan buatan mempunyai diameter telur lebih kecil daripada yang diberi pakan artemia, hal ini dapat terjadi karena menurut Anonim (2013), besar kecilnya fekunditas ikan dipengaruhi oleh makanan, ukuran ikan dan kondisi lingkungan. Makanan sangat berpengaruh terhadap telur yang dihasilkan oleh induk ikan baik secara kuantitas maupun kualitas.
Sofi (2010) menjelaskan bahwa pakan yang dimakan ikan dapat dimanfaatkan untuk melakukan metabolisme, respirasi, proses pencernaan, pemijahan, kerja saraf, dan aktifitas hidup lainnya. Induk ikan mandarin yang diberi pakan artemia mempunyai jumlah telur yang lebih banyak dibandingkan dengan yang diberi pakan buatan. Hal ini diduga terkait dengan kandungan protein dan enzim yang ada pada artemia. Sebelum diberikan sebagai pakan, artemia diberi pengkayaan fitoplankton terlebih dahulu, dan protein yang diperoleh induk ikan mandarin dari artemia sebagai pakan merupakan protein hewani yang lebih mudah dicerna. Protein dengan komposisi asam amino yang lengkap dan berimbang mempunyai kualitas yang lebih dibanding yang tidak lengkap dan kurang berimbang (Muchlisin,1997). Pakan buatan telah diatur komposisinya sehingga mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap dan berimbang tetapi pakan buatan yang digunakan pada kegiatan ini adalah pakan untuk benih ikan laut yang kandungan nutrisinya diperuntukkan bagi pertumbuhan ikan bukan untuk reproduksi, sehingga memberikan pengaruh yang kecil terhadap pemijahan ikan mandarin. Selain kandungan nutrisi, kebiasaan makan juga menentukan jumlah konsumsi pakan sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan repropduksi. Dari segi kebiasaan makan ikan mandarin cenderung menyukai pakan yang bergerak karena menimbulkan rangsangan untuk memangsanya, sehingga induk ikan mandarin yang diberi pakan artemia lebih banyak mengkonsumsi pakan dibandingkan dengan induk yang diberi pakan buatan. Pakan buatan yang tidak langsung dimakan oleh induk ikan mandarin pada saat pemberian akan megendap di dasar wadah pemeliharaan dan akan hancur dalam waktu 30 menit sehingga tidak dapat dikonsumsi lagi, sedangkan pakan artemia masih dapat dikonsumsi oleh induk ikan mandarin setelah beberapa waktu karena artemia masih dapat bertahan hidup dalam wadah pemeliharaan jika tidak langsung dimangsa ketika pemberian. C.
Kualitas Air Kualitas air berpengaruh terhadap kehidupan biota air. Jika kualitas air dalam suatu perairan seperti suhu, salinitas, pH, DO, Nitrit dan amoniak berada di luar kisaran optimum, maka pertumbuhan akan terhambat, bahkan dapat berdampak pada kelangsungan hidup organisme yang hidup didalamnya. Adapun kualitas air media pemeliharaan selama kegiatan ini berlangsung dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4, Kualitas Air Media Pemeliharaan Induk Ikan Mandarin. Parameter
Satuan
Kisaran
Suhu
°C
28 - 30
Salinitas
‰
31,5 – 33
pH
7,655 – 7,89
Oksigen terlarut
mg/l
4,97 – 5,165
NO₂
mg/l
0,001 – 0,015
NH₃
mg/l
0,001 – 0,015
Data kualitas air selama masa pemeliharaan menunjukkan bahwa kisaran kualitas air pada media pemeliharaan masih dalam kondisi yang sesuai untuk induk ikan mandarin, yang mana menurut Lieske, E. and Myers R., (1994), ikan mandarin hidup pada lingkungan, seperti: temperatur 28.5 - 29.5 °C, Nitrate 0.059 0.34 umol/L, Salinitas: 32.8 - 34.3 PPS, Oksigen terlaru 4,3 – 4,6 ml/l, Phosphate 0.085 - 0.332 umol/l, Silicate 1.328 - 2.712 umol/l, kedalaman 0.61 – 17 m, sehingga induk ikan mandarin dapat memijah karena berada pada kisaran normal.
IV. 4.1.
Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan Induk ikan mandarin dapat memijah dengan pemberian pakan buatan.
4.2.
Saran
Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan maka disarankan,: Induk ikan mandarin dapat memijah bila dipelihara dengan pakan buatan, tetapi untuk meningkatkan kualitas pemijahan perlu diperkaya dengan vitamin E karena pakan komersial yang cocok untuk ukuran diameter mulut induk ikan mandarin umumnya merupakan pakan untuk benih sehingga kandungan nutrisinya untuk pertumbuhan, bukan untuk reproduksi. DAFTAR PUSTAKA Afrianto, E. dan Liviawaty, E.. 2005. Pakan IKan. Kanisius. Yogyakarta. Lieske, E. and R. Myers 1994 Collins Pocket Guide. Coral reef fishes. Indo-Pacific & Caribbean including the Red Sea. Haper Collins Publishers, 400 p. Muchlisin,Z.A. 1997. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan jambal siam (Pangasius sutchi) yang diberi pakan alami artemia dan pakan buatan mengandung enzim aditif. Skripsi. Fakultas perikanan dan Ilmu Kelauatan. Univesitas Riau,Pekanbaru.