PENGARUH DOSIS PAKAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN HIAS MANDARIN FISH (Synchiropus splendidus ) Oleh: Atiek Pietoyo, Hariyano, Heru Salamet dan Basir Tuatoy Abstrak Penggunaan dosis pakan dan frekuensi pemberian pakan yang ideal pada pembenihan dan pembesaran benih ikan hias mandarinfish belum ditemukan. Larva dan benih kadang diberikan dosis yang berlebihan sehingga dalam media pemeliharaan terlihat lebih banyak pakan hidupnya daripada larva atau benih ikan hias mandarin fish yang dipelihara. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan dengan menggunakan dosis pakan yang berbeda untuk memperoleh dosis pakan yang tepat. Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan April sampai September 2013 bertempat di Outdoor Hatchery Ikan Hias Balai Budidaya Laut Ambon. Bak yang digunakan ada 3 buah, dimana pada bak pertama digunakan dosis 5%, bak kedua 7%, bak ketiga 10%. Berdasarkan hasil yang diperoleh, laju pertumbuhan pertambahan panjang ikan yang diberi pakan dengan dosis 10% yaitu (0,0152) lebih cepat bila dibandingkan ikan yang diberikan pakan dengan dosis 7% (0,0148) dan dosis 5% (0,0144). Dan Kelangsungan hidup ikan yang diberi pakan dengan dosis 10% lebih baik dari dosis 7% dan 5%. SR untuk ketiga dosis, 10%, 7% dan 5% berturut-turut adalah 92%, 89% dan 81%. Memperhatikan hasil yang diperoleh dalam kegiatan ini, maka dapat disarankan untuk mengoptimalkan pertumbuhan ikan dalam suatu kegiatan budidaya perlu diberi pakan yang berkualitas dan cukup. Kata Kunci : dosis pakan, pertumbuhan, benih ikan hias mandarinfish
DOSE EFFECT OF DIFFERENT FEED ON THE GROWTH OF SEEDS MANDARIN FISH ( Synchiropus splendidus ) by : Atiek Pietoyo, Hariyano, Heru Salamet and Basir Tuatoy Abstract The use of doses of feed and feeding frequency on the ideal hatchery and rearing ornamental fish seed mandarinfish undiscovered . Larvae and seeds sometimes given excessive doses resulting in maintenance medium looks a lot more life than larvae feed or seed ornamental fish mandarin fish are maintained . Activities to be done by using different doses of feed to obtain the proper dosage feed . The event was held from April to September 2013 held at the Outdoor Ornamental Fish Hatchery Mariculture Center. Bak 3 pieces are used , where the first tub used a dose of 5 % , 7 % second tub, tub third 10 % . Based on the results obtained , the rate of growth of the length of the fish fed with a dose of 10 % ie (0.0152) faster than fish given feed with a dose of 7 % (0.0148) and a dose of 5 % (0.0144) . And survival of fish fed at a dose 10 % better than a dose of 7 % and 5 % . SR for the third dose ,
10 % , 7 % and 5 % respectively 92 % , 89 % and 81 % . Taking into account the results obtained in this activity , it may be advisable to optimize the growth of fish in an aquaculture activities should be qualified and enough feed . Keywords : feed dose , growth , ornamental fish seed mandarinfish
I. 1.1.
PENDAHULUAN Latar Belakang Mandarinfish merupakan ikan yang unik, cantik bahkan dengan keunikan dan kecantikan warnanya ikan ini masuk dalam daftar 10 besar ikan tercantik di dunia. Akibat kecantikan warna, bentuk yang indah dan harga yang tinggi menyebabkan ikan hias ini banyak diburu dan diminati serta dieksplotasi dari alam. Besarnya permintaan pasar yang mengandalkan tangkapan alam apabila tidak diimbangi oleh hasil budidaya, dapat menyebabkan terjadi eksploitasi yang tidak terkendali dan menyebabkan mandarinfish dikategorikan sebagai biota yang dilindungi. Salah satu cara dalam menjaga populasinya, kegiatan budidaya mandarinfish sangatlah penting untuk dilakukan karena secara teknis Mandarinfish merupakan salah satu ikan hias laut yang sedikit mudah untuk dipijahkan. Sampai saat ini metode atau manajemen pakan pada pemeliharaan benih ikan hias mandarin fish masih berpatokan pada pemeliharaan benih ikan kerapu dan referensi yang didapat, dimana untuk jenis pakan yang digunakan masih menggunakan pakan hidup seperti yang digunakan di ikan kerapu yaitu rotifer dan artemia. Secara keseluruhan penggunaan pakan hidup ini belum memberikan hasil yang maksimal pada pemeliharaan benih ikan hias mandarin fish ini, disamping itu penggunaan artemia memerlukan biaya yang besar apabila teknologi ini diterapkan dimasyarakat. Untuk itu perlu variasi pakan hidup yang lain seperti jentik nyamuk dan pakan buatan lain yang lebih murah seperti kuning telur ayam dan bebek. Penggunaan dosis pakan dan frekuensi pemberian pakan yang ideal juga belum ditemukan. Larva dan benih kadang diberikan dosis yang berlebihan sehingga dalam media pemeliharaan terlihat lebih banyak pakan hidupnya daripada larva atau benih ikan hias mandarin fish yang dipelihara. Sedangkan frekuensi pemberian pakan yang digunakan umumnya dua kali yaitu pagi dan sore hari. untuk itu perlu dilakukan kegiatan dengan menggunakan dosis dan freekuensi pemberian pakan yang berbeda untuk memperoleh dosis dan frekuensi pemberian pakan yang tepat. 1.2. Tujuan dan Sasaran 1.2.1. Tujuan Untuk menghasilkan teknologi rekayasa teknologi peningkatan produksi benih ikan hias mandarin fish yang adaptif dan efisien. Menemukan dosis pakan yang ideal untuk dapat digunakan dalam pemeliharaan benih ikan hias mandarin fish 1.2.2. Sasaran Dihasilkan teknologi manajemen pakan yang baik II. 2.1.
BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan Alat dan Bahan
Kegunaan
Alat Wadah Pemelihaaan kapasitas 80 liter Ember Timbangan digital Kamera Kertas milimeterblok ketelitian cm Serokan/tango Peralatan aerasi Instalasi air laut Bahan Benih Ikan hias mandarin fish Pakan artemia Pakan rotifer Aquadesh
Tempat memelihara benih ikan hias mandarin fish Untuk mengambil benih Untuk menimbang ikan Untuk dokumentasi Untuk mengukur panjang sampel Untuk menyerok benih Untuk menyuplai oksigen Untuk mengisi wadah pameliharaan Sebagai objek kegiatan Untuk diberikan pada benih ikan hias mandarin fish Pakan benih mandarin fish Untuk kalibrasi peralatan yang digunakan
2.2.
Waktu dan Tempat Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan April sampai September 2013 bertempat di Outdoor Hatchery Ikan Hias Balai Budidaya Laut Ambon. 2.3.
Metode kerja a. Wadah Pemeliharaan Pembersihan/pencucian bak dilakukan dengan menggunakan kaporit dosis 100 -150 ppm, kemudian dibilas dengan dan diisi dengan air yang sebelunya disaring dengan menggunakan filter kondom. Air kemudian disterilkan dengan menggunakan kaporit dosis 10 ppm dan kemudian dinetralkan dengan thiosulfat atau diaerasi kuat selama 24 jam. b. Pemberian Pakan Bak yang digunakan ada 3 buah, dimana pada bak pertama digunakan dosis 5%, bak kedua 7%, bak ketiga 10%. Jenis pakan yang digunakan tergantung dari ketersedian pakan yang ada, bisa rotifer, artemia atau kombinasi artemia dan rotifer yang disesuaikan dengan dosis yang digunakan. c. Pengamatan Data yang diamati pada keempat bak meliputi; pertumbuhan dan corak warna serta tingkah lakunya serta data kualitas air 2.4.
Analisa Data a. Pertumbuhan Pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan dimensi suatu organisme yang dapat berupa berat atau panjang dalam waktu tertentu. Pengukuran pertumbuhan ikan uji dengan menghitung pertambahan berat biomassa dalam satu wadah (Matondang, 1994 dalam Martuti, 1989), yaitu : W = Wt-Wo Keterangan: W = Pertumbuhan biomassa mutlak ikan uji (g) Wt = Biomassa ikan uji pada akhir penelitian (g) W0 = Biomassa ikan uji pada awal penelitian (g)
Logaritma dari persamaan tersebut di atas merupakan regresi linier dimana "g" merupakan koefisien arahnya. Jadi laju pertumbuhan "instantaneous growth (g)" didapat dari regresi linier persamaan berikut: Ln Wt = Ln Wo + gt Keterangan: Wt = Biomassa ikan uji pada akhir penelitian (g) Wo = Biomassa ikan uji pada awal penelitian (g) g = Koefisien laju pertumbuhan t = Lama penelitian (minggu). b. Kelangsungan Hidup (SR) Selama proses penelitian dilakukan pengamatan jumlah larva mandarin fish yang mati dan jumlah larva mandarin fish yang masih hidup, sehingga dapat dihitung prosentase kematian dan kelangsungan hidup larva mandarin fish (menurut Chapman, 1968 dalam Martuti, 1989) menggunakan rumus: S = (1 – Z) x 100 Keterangan: S = Kelangsungan hidup (%) Z = Koefisien laju kematian, dihitung dengan rumus Z = ln No – ln Nt/t No = Jumlah larva mandarin fish yang hidup pada awal pengamatan Nt = Jumlah larva mandarin fish selama periode pengamatan t = Waktu (minggu) c. Analisa One Way ANOVA Untuk menganalisa data yang ada lebih lanjut maka dilakukan analisa One Way ANOVA. III. 3.1.
HASIL Pola Pertumbuhan Pola pertumbuhan ikan mandarin fish berdasarkan ukuran panjang disajikan pada Gambar 1. Dari gambar tersebut, terlihat bahwa pola pertumbuhan ikan mandarin fish untuk ketiga perlakuan menunjukan pola pertumbuhan yang sama, disamping itu terlihat bahwa ikan yang diberi pakan dengan dosis 10% lebih baik pertumbuhannya dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan dengan dosis 7% dan 5%.
1.80 1.60 1.40
Panjang (cm)
1.20 1.00
Dosis 5%
0.80
Dosis 7%
0.60
Dosis 10%
0.40 0.20 0.00 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Minggu KeGambar 1. Pola Pertumbuhan Ikan Mandarin Fish Berdasarkan Pertambahan Panjang Total 3.2.
Laju Pertumbuhan Hasil analisa laju pertumbuhan ikan mandarin fish menunjukkan bahwa laju pertumbuhan pertambahan panjang ikan yang diberi pakan dengan dosis 10% yaitu (0,0152) lebih cepat bila dibandingkan ikan yang diberikan pakan dengan dosis 7% (0,0148) dan dosis 5% (0,0144). 3.3.
Kelangsungan Hidup (SR) Berdasarkan hasil pengamatan, kelangsungan hidup ikan yang diberi pakan dengan dosis 10% lebih baik dari dosis 7% dan 5%. SR untuk ketiga dosis, 10%, 7% dan 5% berturut-turut adalah 92%, 89% dan 81%. 3.4.
Analisa One Way (ANOVA) Dari hasil analisa sidik ragam one way ANOVA terlihat bahwa perbedaan dosis pakan tidak memberikan perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap pertambahan panjangt dari ikan mandarin fish (Fhitung = 0,0526 < Ftabel = 3,3158) pada taraf = 0,05). IV.
PEMBAHASAN Pertumbuhan merupakan rangkaian perubahan ukuran suatu organisme yang dapat berupa berat atau panjang dalam satuan waktu tertentu. Pada Gambar 1 tentang pola pertumbuhan terhadap pertambahan panjang terlihat bahwa pada pengukuran sampling ikan mandarin fish pertama sampai kedua pertumbuhan menunjukan hasil yang agak lambat dan kemudian pertumbuhannya terus naik pada pengukuran minggu ketiga dan seterusnya. Dari hasil analisa data yang ada, dosis pakan 10% memberikan pertumbuhan panjang yang lebih baik dari dosis pakan 7% dan 5%. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh kemampuan ikan dalam mengkonsumsi pakan, makin banyak pakan yang diberikan maka peluang ikan untuk mendapat makan semakin besar dan banyak sehingga berpengaruh pada pertumbuhannnya. Hendarto (2007) dalam penelitiannya memperoleh hasil bahwa ikan yang diberi dosis pakan lebih besar akan mempunyai pertumbuhan yang lebih baik bila dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan sedikit. Selanjutnya Lestari dan Kadari (2009) menyatakan bahwa frekuensi atau dosis pemberian pakan yang lebih banyak memberikan pertumbuhan yang lebih baik.
Laju pertumbuhan ikan mandarin fish yang diperoleh menunjukkan bahwa pertambahan panjang ikan mandarin fish yang diberi pakan pakan dengan dosis 10% yaitu (0,0152 (1,52%)) lebih cepat bila dibandingkan ikan yang diberikan pakan dengan dosis 7% (0,0148 (1,48%)) dan dosis 5% (0,0144 (1,44%)). Hasil ini bila dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya terhadap jenis ikan yang lain ternyata lebih baik. Hariyano, dkk., (2008) memperoleh hasil laju pertumbuhan ikan bubara hanya berkisar antrara 1,11 - 1,13%. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh Minjoyo, dkk., (2007) yang dalam penelitiannya memperoleh laju pertumbuhan ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii) berkisar antara 0,78 % – 1,40 %. Hal ini diduga disebabkan oleh padat penebaran yang berbeda antara yang perlakuan yang dilakukan oleh Hariyano, dkk., (2008) dan Minjoyo, dkk., (2007), dimana Hariyano, dkk., (2008) dalam perlakuannya menebar dengan kepadatan 100 ekor/m3 jaring dan Minjoyo, dkk., (2007) kepadataannya 70 ekor/m3 jaring, sedangkan pada penelitian ini kepadatannya 100 ekor/wadah, namun ukuran benih yang digunakan lebih kecil (0,40 cm) dari yang digunakan Hariyano, dkk., (2008) dan Minjoyo, dkk., (2007). Berkaitan dengan tingkat kepadatan (Kune, 2006) menyatakan bahwa tingkat kepadatan penebaran ikan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ikan. Makin padat tebar yang dilakukan makin lambat pertumbuhannya karena terjadinya persaingan ruang dan pemanfaatan pakan. Demikian halnya yang dikemukakan Supriyatna, dkk., (2008) bahwa ikan yang dipelihara dengan kepadatan yang rendah mempunyai pertumbuhan yang lebih baik dari pada kepadatan yang tinggi. Lebih lanjut Alit (2009) menyatakan bahwa padat penebaran berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan. Kondisi tentang padat penebaran ini bila dikaji lebih lanjut diduga disebabkan oleh adanya kompetisi antar individu untuk mendapatkan makanan dan ruang gerak. Makin padat penebaran yang dilakukan maka kompetisi akan semakin ketat dan kondisi sebaliknya terjadi bila padat penebaran makin kecil maka kemungkinan untuk mendapatkan makanan dan ruang gerak makin besar. Kelangsungan hidup (SR) yaitu persentase jumlah benih ikan yang masih hidup setelah perlakuan (Zonneveld dkk., 1991). Kelangsungan hidup berfungsi untuk menghitung persentase ikan yang hidup pada akhir kegiatan. Pada kegiatan ini kelangsungan hidup ikan mandarin fish untuk semua perlakuan dosis 10% adalah 92%, dosis 7% adalah 89% dan dosis 5% adalah 81%. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh kemampuan ikan ikan untuk makan lebih banyak apabila diberi pakan ynag banyak. Menurut Fajar (1988) dalam Sukoso (2002) tingkat kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh manejemen budidaya yang baik antara lain padat tebar, kualitas pakan, kualitas air, parasit atau penyakit. Selain itu menurut Mudjiman (2000) pakan yang mempunyai nutrisi yang baik sangat berperan dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan mempercepat pertumbuhan ikan. Dari hasil analisa ANOVA terlihat bahwa perbedaan dosis pakan tidak memberikan perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap pertambahan panjang ikan mandarin fish. Tidak adanya pengaruh pertumbuhan (panjang total) kemungkinan disebabkan oleh jenis pakan yang digunakan sama sehingga kandungan gizinya pun sama. Menurut Buwono (2000) dalam Sukoso (2002) efisiensi penggunaan makanan oleh ikan menunjukan nilai persentase makanan yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh ikan. Jumlah dan kualitas makanan yang diberikan kepada ikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Dimana jumlah dan kualitas pakan merupakan faktor penting. Bila pakannya terlalu sedikit, ikan akan sukar tumbuh. V. 5.1.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka didapatkan beberapa rekomendasi sebagai berikut: 1. Laju pertumbuhan pertambahan panjang ikan yang diberi pakan dengan dosis 10% yaitu (0,0152) lebih cepat bila dibandingkan ikan yang diberikan pakan dengan dosis 7% (0,0148) dan dosis 5% (0,0144).
2. Kelangsungan hidup ikan yang diberi pakan dengan dosis 10% lebih baik dari dosis 7% dan 5%. SR untuk ketiga dosis, 10%, 7% dan 5% berturut-turut adalah 92%, 89% dan 81%.
5.2.
Saran Memperhatikan hasil yang diperoleh dalam kegiatan ini, maka dapat disarankan untuk mengoptimalkan pertumbuhan ikan dalam suatu kegiatan budidaya perlu diberi pakan yang berkualitas dan cukup. DAFTAR PUSTAKA Alit, I. G. K., 2009. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Pertambahan Berat dan Panjang Badan Belut Sawah (Monopterus albus). Jurnal Biologi XIII (1), 25-28. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana-Bali. Hariyano. E.A. Basir, dan W. Nuraini. 2008. Makalah : Potensi Pengembangan Pembesaran Ikan Famili Carangidae Di Keramba Jaring Apung Teluk Ambon Bagian Dalam. Departemen Kelautan Dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Balai Budidaya Laut Ambon. Hendarto, N., 2007. Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Rucah Terhadap Pertumbuhan Benih Kerapu Macan Ephinephelus fuscoguttatus Di Keramba Jaring Apung. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Darussalam-Ambon. Kune, S. 2006. Pengaruh Tingkat Kepadatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Beronang Siganus Javus Dalam Keramba Jaring Apung. J.Sains dan Teknologi Vol.6 No. I. 27-34. Universitas Muhammadiyah Makassar. Lestari A. S dan Kadari M., 2009. Penggelondongan Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Dengan Frekuensi Pemberian Pakan yang Berbeda di Keramba Jaring Apung. Jurnal Perekayasaan Budidaya Laut Vol 3. Balai Budidaya Laut Batam. Martuti, Nana KT. 1989. Penggunaan Berbagai Materi “Attractant” Dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Udang Windu (Paneus monodon Fabricius). Skripsi. Semarang: Fakultas Peternakan UNDIP. http://www.google.co.id/search?hl=id&noj=1&q=Penggunaan + berbagai + materi + Atractant + oleh + Martuti + 1989 & oq. Minjoyo, H., Prihaningrum A dan istikomah, 2007. Pembesaran Bawal Bintang Trachinotus blochii, Lacepede dengan Padat Tebar Berbeda di Keramba Jaring Apung. BBPBL lampung. Mudjiman, A. 2000. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. Sukoso. 2002. Pemanfaatan Mikroalga dalam Industri Pakan Ikan. Agritek YPN. Jakarta. Supriyatna, A., Romdlianto M dan Gede S. A., 2008. Pengamatan Pertumbuhan dan Sintasan Benih Kerapu Lumpur Ephinephelus coioides yang Dipelihara Dengan Kepadatan Berbeda. BBRPLGondol. Zaeni.A, dan Fatchudin.F. 2009. Produksi Benih Bawal Bintang (Trachinotus blochii) Dengan Padat Penebaran Yang Berbeda. Makalah. Departemen Kelautan Dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Balai Budidaya Laut Batam. Zonneveld. 1991. Efektivitas Kadar Tepung Biji Karet Dalam Pakan Ikan Lele (Clarias sp). http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&biw=1359&bih=520&q=Rumus+pakan+dalam+lambung+ikan& btnG=Penelusuran+Google&aq=f&aqi=&aql=&oq=Rumus+pakan+dalam+lambung+ikan&gs_rfai=&fp=428 8df0e2cb2cdab. Database On-line. Akses: Minggu. 3-12-2010.