PENGARUH DOSIS PAKAN BERBEDA TERHADAP KUALITAS INDUK MANDARIN FISH (Synchiropus splendidus) Oleh : Hariyano, Marwa, Narulitta Ely dan Kalasum Tuankotta Abstrak Pakan merupakan unsur penting yang diperlukan oleh makhluk hidup sebagai zat pembangun dalam tubuh. Penggunaan berbagai jenis pakan dengan komposisi kandungan nutrisi yang berbeda pada ikan peliharaan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan nilai pertumbuhan yang diinginkan serta kondisi tubuh yang lebih tahan terhadap serangan penyakit serta perubahan kondisi lingkungan yang yang berujung pada nilai kelulushidupan ikan yang dipelihara. Penggunaan pakan dengan kompisisi yang tepat diharapkan dapat menekan angka kematian dan mempercepat pertumbuhan ikan yang dibudidayakan. Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan Pebruari sampai Juni 2013 bertempat di Laboratorium Ikan Hias Balai Budidaya Laut Ambon di Perairan Teluk Ambon Dalam. Bak yang digunakan ada 3 buah, dimana pada bak pertama digunakan dosis 3%, bak kedua 5%, bak ketiga 7%. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa Perlakuan dosis pakan 7% memberikan jumlah telur yang lebih banyak (429 butir), diameter telur yang besar (0,97 mm) dan daya tetas telur yang lebih besar (88,33%) dari perlakuan pakan 5% dan 3%. Kata Kunci: Dosis pakan, kualitas, induk mandarinfish
DOSE EFFECT OF DIFFERENT FEED TO BROODSTOCK QUALITY OF MANDARINFISH (Synchiropus splendidus) by : Hariyano, Marwa, Narulitta Ely and Kalasum Tuankotta Abstract Feed is an important element needed by living things as builder substances in the body. The use of various types of feed composition on the nutrient content of different pet fish is one way to get the desired growth rate and body condition are more resistant to disease and changes in environmental conditions that led to the survival value of fish dipelijhara. The use of feed with the right composition is expected to reduce the death rate and accelerate the growth of farmed fish. The event was held from February until June 2013 held at the Laboratory of Marine Ornamental Fish Aquaculture Center in Gulf waters Ambon Ambon In . Bak 3 pieces are used, where the first tub used a dose of 3 %, 5 % the second bath, the third tub 7 %. The results showed that the treatment dose activity feed 7 % give more number of eggs (429 grains), eggs are large diameter (0.97 mm) and egg hatchability greater (88.33 %) of the treated feed 5 % and 3 %. Keywords: Dose of feed, quality, parent mandarinfish
I. 1.1.
PENDAHULUAN Latar Belakang Balai Budidaya Laut Ambon sudah melakukan kegiatan pembenihan ikan hias mandarin fish dan mendapatkan hasil yang cukup memuaskan. Dengan jumlah induk yang terbatas dan teknologi yang sederhana sudah dapat memproduksi ribuan benih mandarin fish. Namun dengan keberhasilan yang sudah diperoleh tersebut, kita harus meningkatkan produksi mandarin fish dengan teknologi pembenihan yang sudah ada. Teknologi pembenihan mandarin fish dapat mendukung program pelestarian lingkungan dan meningkatkan hasil ekspor ikan ini. Adapun tahapan teknologi teknologi tersebut adalah domestikasi induk, pemijahan, pemeliharaan larva dan pendederan/pembesaran mandarin fish. Terkait dengan teknologi tersebut di atas maka pada tahun 2013 kegiatan perekayasaan mandarin fish difokuskan pada kegiatan produksi induk, larva dan benih Mandarin Fish. Khusus untuk produksi induk mandarin fish ditekankan pada penggunaan dosis pakan yang berbeda serta frekuensi pemberian pakan. Pakan merupakan unsur penting yang diperlukan oleh makhluk hidup sebagai zat pembangun dalam tubuh. Penggunaan berbagai jenis pakan dengan komposisi kandungan nutrisi yang berbeda pada ikan peliharaan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan nilai pertumbuhan yang diinginkan serta kondisi tubuh yang lebih tahan terhadap serangan penyakit serta perubahan kondisi lingkungan yang yang berujung pada nilai kelulushidupan ikan yang dipelijhara. Penggunaan pakan dengan kompisisi yang tepat diharapkan dapat menekan angka kematian dan mempercepat pertumbuhan ikan yang dibudidayakan. Salah satu aspek penting dalam produksi benih yaitu produksi telur yang fertil supaya dapat menghasilkan larva dengan sintasan dan pertumbuhan yang tinggi. Kandungan nutrisi pada pakan yang diberikan dapat berpengaruh terhadap produksi telur yang dihasilkan. Pada ikan teleostei, banyaknya nutrisi berhubungan dengan banyak faktor seperti rasio pakan, tingkatan nutrisi dan komposisi yang telah diketahui berpengaruh terhadap berbagai macam parameter reproduksi seperti perkembangan gonad, kualitas dan kuantitas telur, keberhasilan pemijahan, daya tetas dan kualitas larva. Umumnya pakan yang diberikan adalah pakan buatan (pellet) dan artemia dewasa. Masingmasing memiliki kandungan nutrisi yang berbeda dan dibutuhkan bagi induk mandarinfish untuk mampu melakukan reproduksi. Penggunaan dosis pakan dan frekuensi pemberian pakan yang ideal juga belum ditemukan. Larva dan benih kadang diberikan dosis yang berlebihan sehingga dalam media pemeliharaan terlihat lebih banyak pakan hidupnya daripada larva atau benih ikan hias mandarinfish yang dipelihara. Sedangkan frekuensi pemberian pakan umumnya dua kali yaitu pagi dan sore hari. untuk itu perlu dilakukan kegiatan dengan menggunakan dosis pakan yang berbeda untuk memperoleh dosis pemberian yang tepat. 1.2. Tujuan dan Sasaran 1.2.1. Tujuan Untuk menghasilkan teknologi rekayasa teknologi peningkatan produksi telur ikan hias mandarin fish yang adaptif dan efisien. Menemukan dosis pakan yang ideal digunakan dalam pemeliharaan induk ikan hias mandarin fish 1.2.2. Sasaran Dihasilkan teknologi manajemen pakan yang baik II. BAHAN DAN METODE 2.1.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan Alat dan Bahan Wadah Penetasan kapasitas 10 liter Ember Mikroskop Kamera Serokan/tango Peralatan aerasi Heater Pipet Gelas Ukur Induk mandarin Mandarin fish Artemia/rotifer/pelet Alkohol/Formalin Aquadesh
Kegunaan Tempat penetasan telur ikan hias mandarin fish Untuk mengambil telur Untuk melihat perkembangan telur Untuk dokumentasi Untuk menyerok telur Untuk menyuplai oksigen Untuk mengatur suhu wadah Untuk mengambil sampel telur Untuk menghirung jumlah telur dan larva secara volumetrik Sebagai objek kegiatan Sebagai pakan Untuk mengawetkan sampel Untuk membersihkan peralatan yang digunakan
2.2.
Waktu dan Tempat Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan Pebruari sampai Juni 2013 bertempat di Hatchery Ikan Hias Balai Budidaya Laut Ambon. 2.3.
Metode kerja a. Wadah Pemeliharaan Pembersihan/pencucian wadah dilakukan dengan menggunakan kaporit dosis 100 -150 ppm, kemudian dibilas dengan dan diisi dengan air yang sebelumnya disaring dengan menggunakan filter kondom. Air kemudian disterilkan dengan menggunakan kaporit dosis 10 ppm dan kemudian dinetralkan dengan thiosulfat atau diaerasi kuat selama 24 jam. b. Pemberian Pakan Bak yang digunakan ada 3 buah, dimana pada bak pertama digunakan dosis 3%, bak kedua 5%, bak ketiga 7%. Jenis pakan yang digunakan tergantung dari ketersedian pakan yang ada, bisa rotifer, artemia atau kombinasi artemia dan rotifer yang disesuaikan dengan dosis yang digunakan. c. Pengamatan Data yang diamati pada ketiga wadah meliputi; jumlah telur, derajat penetasan dan jumlah larva yang hidup. 2.4.
Analisa Data a. Diameter Telur Pengukuran terhadap diameter telur dilakukan sebelum telur-telur dimasukkan kedalam wadah perlakuan. Telur diambil dengan pipet dan dimasukkan kedalam botol sampel yang telah diberi larutan pengawet alkohol ataupun formalin. Kemudian diamati diameter telur tersebut dibawah mikroskop dengan mikrometer. b. Jumlah Telur dan Daya tetas (Hatching Rate) Daya tetas (DT) telur ikan hias mandarin fish dihitung dengan cara menghitung jumlah telur yang menetas dibagi dengan jumlah total telur awal, kemudian dinyatakan dalam persen menurut rumus : Jumlah telur menetas
Daya Tetas DT
= X 100% Jumlah telur fértil
c. Kualitas air Dilakukan dengan menganalisa data kualitas air yang diterima dari hasil pengujian oleh laboratorium kualitas air. III. 3.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Telur Telur merupakan hasil akhir dari proses gametogenesis, setelah oosit mengalami fase pertumbuhan yang panjang dan tergantung pada gonadotropin. Perkembangan diameter telur oosit pada ikan teleostei umumnya disebabkan karena akumulasi kuning telur selama proses vitelogenesis. Hal ini menyebabkan telur yang tadinya kecil menjadi lebih besar. Pada proses vitelogenesis, ruangan pada sitoplasma yang matang diisi oleh bola-bola kecil kuning telur yang bersatu dengan yang lain menjadi masa kuning telur. Berdasarkan data pada Tabel 1, terlihat bahwa jumlah telur pada perlakuan dosis pakan 3 % lebih kecil dari jumlah telur dari dosis 5% dan 7 %. Rata-rata telur per bulan pada perlakuan dosis pakan 7% mencapai 429 butir, kemudian berturut-turut 310 butir dan 255 butir untuk dosis pakan 5% dan 3 %. Tabel 1. Jumlah Telur selama Kegiatan Bulan Ke1 2 3 Jumlah Rata-rata
3 220 254 292 766 255
Dosis (%) 5 267 324 338 929 310
7 398 413 475 1286 429
Tingginya jumlah telur pada dosis pakan 7% diduga oleh jumlah pakan yang diberikan banyak dan dimanfaatkan langsung oleh induk mandarin fish untuk pertumbuhan dan reproduksi. Hijriyati (2012) menyatakan bahwa kualitas telur ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi yaitu umur dan ukuran induk serta genetik. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kualitas telur ikan adalah pakan, suhu, kepadatan dan polusi. Selanjutnya dikatakan bahwa pada beberapa spesies ikan laut kualitas pakan induk sangat mempengaruhi proses pematangan gonad dan kualitas telur yang dihasilkan. Watanabe (1988), melaporkan bahwa kualitas telur red sea bream (Pagrus major) sangat dipengaruhi kandungan protein, fosfor, pigmen dan asam lemak essensial pakannya.
500
Jumlah Telur
400 300
Dosis 3% Dosis 5%
200
Dosis 7% 100 0 1
2
3
Bulan KeGrafik 1. Jumlah Telur Ikan Mandarin Fish 3.2.
Ukuran/Diameter Telur Ukuran telur dapat ditentukan dengan berbagai cara seperti menggunakan diameter tunggal, diameter terpanjang, panjang dan lebar telur serta volume telur. Ukuran telur akan menentukan ukuran larva. Diameter telur pada kegiatan ini dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini. Dimana diameter telur yang dihasilkan berkisar antara 0,8 – 1,0 mm. Dari tabel 2 terlihat bahwa makin besar dosis pakan yang diberikan, maka diameter telur akan semakin besar. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Priyono et al. (2003) yang melaporkan bahwa induk kerapu yang diberi pakan pelet basah dengan kandungan protein 40%, oosit dan spermanya berkembang mengikuti musim pemijahan alami dengan diameter telur yang besar. Selanjutnya Suwirya et al. (1998) mengatakan bahwa diameter telur tergantung dari kualitas telur yang dihasilkan yang secara tidak langsung tergantung dari kualitas induk yang digunakan serta jenis pakan yang dikonsumsi. Kemudian Slamet dan Tridjoko (1997) juga menyatakan bahwa kualitas telur ikan kerapu dipengaruhi oleh nutrisi pakan dan kondisi induk ikan kerapu. Tabel 2. Diameter Telur Ikan Mandarin Fish Bulan Ke1 2 3 Jumlah Rata-rata
3.3.
Derajat Penetasan
3 0,80 mm 0,80 mm 0,90 mm 2,50 mm 0,83 mm
Dosis (%) 5 0,80 mm 0,90 mm 0,90 mm 2,60 mm 0,87 mm
7 1,00 mm 1,00 mm 0,90 mm 2,90 mm 0,97 mm
Derajat penetasan merupakan faktor penting dalam kegiatan pembenihan. Derajat penetasan yang tinggi dapat menghasilkan benih yang banyak sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Derajat penetasan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, oksigen, pH dan intensitas cahaya. Dari tabel 3 terlihat bahwa derajat penetasan telur terbesar ada pada perlakuan pakan dosis 7 %, selanjutnya berturut-turut 5% dan 3%. Tingginya derajat penetasan pada perlakuan dosis yang tinggi ini, kemungkinan disebabkan pakan yang diberikan banyak dan dapat dimanfaatkan langsung oleh induk mandarin fish yang digunakan untuk kegiatan reproduksi sehingga menghasilkan telur dengan kualitas baik. Hijriyati (2012) menyatakan bahwa Faktor utama yang mempengaruhi daya tetas telur adalah kualitas telur dan kualitas media air penetasan. Kualitas telur yang baik dan didukung oleh kualitas air media penetasan yang memadai dapat membantu proses pembelahan sel dan perkembangan telur sampai mencapai tahap akhir terbentuknya embrio. Selanjutnya Priyono et al. (2003) melaporkan bahwa induk kerapu yang diberi pakan pelet basah dengan kandungan protein 40%, oosit dan spermanya berkembang mengikuti musim pemijahan alami dengan daya tetas 98-99,43%. Tabel 3. Rata-rata Derajat Penetasan Telur Bulan Ke1 2 3 Rata-rata
Dosis (%) 3
5
7
80 % 85 % 88 % 84,33%
80 % 90 % 90 % 86,66 %
80 % 90 % 95 % 88,33%
IV. 4.1.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka didapatkan disimpulkan bahwa “Perlakuan dosis pakan 7% memberikan jumlah telur yang lebih tinggi, diameter telur yang besar dan daya tetas telur yang lebih besar dari perlakuan pakan 5% dan 3%.” 4.2.
Saran Untuk memperoleh hasil yang optimal, dalam pemeliharaan induk ikan mandarin sebaiknya menggunakan dosis pakan 7%. DAFTAR PUSTAKA Ghufran.M dan Kordi K. 2007. Meramu Pakan Untuk Ikan Karnivor. Baung, Belut, Betutu, Gabus, Jambal Siam, Kakap, Kerapu, Kuwe, Lele, Patin, Sidat, dan Toman. Penerbit: CV.Aneka Ilmu, Anggota IKAPI No.002/JTE. Semarang. Hendarto, N., 2007. Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Rucah Terhadap Pertumbuhan Benih Kerapu Macan Ephinephelus fuscoguttatus Di Keramba Jaring Apung. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Darussalam-Ambon. Hijriyati, K. H., 2012. Kualitas Telur dan Perkembangan Awal Larva Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis, Valenciennes (1928)) Di Desa Air Saga, Tanjung Pandan Belitung. Thesis Universitas Indonesia-Depok. Priyono, A. Tatam, S dan T. Setiadharma, 2003. Pengaruh Musim Terhadap Perkebangan Oosit Dan Sperma Ikan Kerapu Lumpur (Ephinephelus coioides) yang Dipelihara Dalam Bak Terkontrol. Prodising Seminar Riptek Kelautan Nasional. Bali: 18-22. Mudjiman, A. 2000. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Slamet, B dan tridjoko, 1997. Pengamatan Pemijahan Alami, Perkembangan Embrio dan Larva Ikan Kerapu batik (Ephinephelus microdon) Dalam Bak Terontrol, Jurnal Perikanan Indonesia 3(4): 4150. Supriyatna, A., Romdlianto M dan Gede S. A., 2008. Pengamatan Pertumbuhan dan Sintasan Benih Kerapu Lumpur Ephinephelus coioides yang Dipelihara Dengan Kepadatan Berbeda. BBRPLGondol. Suwirya.K,N.A.Giri & M.Marzuqi, 1998. Penggunaan pakan buatandalam pemeliharaan juvenile ikan kerapu bebek. Prosiding Seminar Teknologi Perikanan Pantai p. 167-170. Watanabe, T. 1988. Fish Nutritio and Mariculture. Departement of Aquatic Biosciences Tokyo. 191-223.