PENGARUH PENAMBAHAN RAGI BIR DALAM PAKAN PADA DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN DAN DAYA TAHAN IKAN LELE Clarias sp. TERHADAP INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila
ANDI TIARA EKA DIANA PUTERI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : PENGARUH PENAMBAHAN RAGI BIR DALAM PAKAN PADA DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN DAN DAYA TAHAN IKAN LELE Clarias sp. TERHADAP INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila adalah benar merupakan hasil karya saya di bawah bimbingan dosen pembimbing yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Bogor, Maret 2013
Andi Tiara Eka Diana Puteri C14080026
ABSTRAK ANDI TIARA EKA DIANA PUTERI. Pengaruh penambahan ragi bir dalam pakan pada dosis yang berbeda terhadap kinerja pertumbuhan dan daya tahan ikan lele Clarias sp. terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Dibimbing oleh DEDI JUSADI dan SUKENDA Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ragi bir Saccharomyces cerevisiae dalam pakan terhadap kinerja pertumbuhan, biaya produksi dari pakan dan kelangsungan hidup ikan lele Clarias sp. setelah diuji tantang dengan penyuntikan bakteri Aeromonas hydrophila. Ikan lele dengan bobot 110,75 ± 1,73 g ditebar dalam 15 akuarium masing-masing berdimensi 50 × 40 × 35 cm dengan kepadatan 15 ekor/akuarium. Ikan dipelihara selama 40 hari, serta diberi pakan yang mengandung ragi bir sebanyak 0%, 3%, 6%, atau 3% bioyeast. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ragi bir dan bioyeast dalam pakan tidak memberikan nilai yang berbeda nyata pada parameter jumlah konsumsi pakan, tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan dan konversi pakan. Namun, untuk menghasilkan 1 kg ikan, biaya pakan paling rendah diperoleh ketika menggunakan perlakuan ragi bir sebesar 3%. Hasil uji tantang dengan bakteri Aeromonas hydrophila memberikan nilai tingkat kelangsungan hidup yang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan. Dengan demikian, ragi bir paling efisien digunakan di dalam pakan ikan lele sebanyak 3%. Kata kunci: ragi bir, ikan lele, kinerja pertumbuhan, Aeromonas hydrophila
ABSTRACT ANDI TIARA EKA DIANA PUTERI. The effect of different levels of brewer's yeast supplementation in the diet on the growth performance and resistance of walking catfish Clarias sp. againts Aeromonas hydrophila infection. DEDI JUSADI and SUKENDA The objective of this research was to know the effect of brewer’s yeast Saccharomyces cerevisiae in the diet on growth performance and resistance of walking catfish Clarias sp. against Aeromonas hydrophila infection. A triplicate experiment was conducted using fish with an initial body weight of 110.75 ± 1.73 g. Fish were stocked in 50 x 40 x 35 cm recirculating aquaria at a density of 10 fish/aquaria. During rearing period, fish were fed on the diet contained brewer’s yeast of 0%, 3%, 6 %, or 3 % bioyeast, respectively. After 40 days feeding, it was found that the growth performances of fish were not significantly affected by the inclusion of neither brewer's yeast nor bioyeast. On the other hand, the diet contained 3% brewer's yeast had the lowest cost to produce 1 kg fish. In addition, the challenge test results showed that the survival rate of fish was not significantly difference among the treatments. Therefore, it can be concluded that the inclusion of 3% brewer’s yeast in the diet is suitable for Clarias. Keywords: Brewer’s yeast, catfish, growth performance, Aeromonas hydrophila
PENGARUH PENAMBAHAN RAGI BIR DALAM PAKAN PADA DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN DAN DAYA TAHAN IKAN LELE Clarias sp. TERHADAP INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila
ANDI TIARA EKA DIANA PUTERI
SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul
: Pengaruh penambahan ragi bir dalam pakan pada dosis yang berbeda terhadap kinerja pertumbuhan dan daya tahan ikan lele Clarias sp. terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila
Nama Mahasiswa : Andi Tiara Eka Diana Puteri Nomor Pokok
: C14080026
Prog Studi
: Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya
Departemen
: Budidaya Perairan
Disetujui, Dosen Pembimbing I
Dr. Dedi Jusadi NIP. 19621026 198803 1 001
Dosen Pembimbing II
Dr. Sukenda NIP 19671013 199302 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Budidaya Perairan
Dr. Sukenda NIP 19671013 199302 1 001
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segenap rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian dengan judul “Pengaruh Penambahan Ragi Bir dalam Pakan pada Dosis yang Berbeda terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Daya Tahan Ikan Lele Clarias sp. terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila” ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih terutama kepada Bapak Dr. Dedi Jusadi serta Bapak Dr. Sukenda sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahannya kepada penulis dalam penyelesaian Skripsi. Selain itu, terima kasih kepada Dosen Penguji Ibu Yani Hadiroseyani, M.M. serta Bapak Dadang Sharfuddin, M.S. atas perbaikan dan masukannya terhadap penyempurnaan Skripsi ini. Kemudian, terima kasih atas bantuan yang diberikan oleh Pihak PT. Multi Bintang Indonesia Tbk., serta berbagai bantuan berupa semangat, dukungan dan doa terutama dari orang tua serta adik penulis. Teman-teman dan orang-orang terdekat, rekan-rekan sekelas dan seangkatan (BDP PATMO serta Nutrisionist 45) atas kebersamaan dan semangatnya. Akhir kalam, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan informasi yang dibutuhkan pembaca.
Bogor, Maret 2013
Andi Tiara Eka D. P.
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Makassar, Sulawesi Selatan pada 18 Januari 1991. Penulis merupakan anak pertama dan memiliki satu orang adik perempuan, dari orangtua Suardi Saide dan Andi Rosbiyana. Penulis lulus dari SD 69 Teppo’e Kab. Soppeng (2002), kemudian menempuh pendidikan lanjutan di SMP 1 Liliriaja (2002-2005), kemudian pendidikan selanjutnya di SMA 1 Liliriaja Kab. Soppeng (2005-2008). Penulis menjadi mahasiswa Strata-1 (S1) pada Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor yang terpilih melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama perkuliahan, penulis aktif pada organisasi Kepramukaan di UKM Pramuka IPB (2008-2011) serta menjadi Asisten Praktikum pada beberapa mata kuliah mayor antara lain Nutrisi Ikan (semester genap 2011-2012), Teknologi Produksi Plankton, Benthos dan Alga (semester genap 2011-2012), Teknologi Pembuatan dan Pemberian Pakan Ikan (semester ganjil 2011-2012). Selain itu, pengalaman magang Praktik Lapang Akuakultur pernah diikuti di Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Cijengkol, Subang dengan komoditas ikan Patin (Juni-Agustus 2011). Tugas akhir diselesaikan dengan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Ragi Bir dalam Pakan pada Dosis yang Berbeda terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Daya Tahan Ikan Lele (Clarias Sp.) Terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila”.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................................. i DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ iii I. PENDAHULUAN ..............................................................................................1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2 Tujuan .......................................................................................................... 3 II. METODE PENELITIAN .................................................................................4 2.1 Limbah Ragi Bir ........................................................................................... 4 2.2 Pembuatan Pakan Uji ................................................................................... 4 2.3 Uji Pertumbuhan .......................................................................................... 5 2.3.1 Pemeliharaan Ikan Uji ................................................................................ 5 2.3.2 Parameter Uji ............................................................................................. 6 2.3.3 Analisa Kimia............................................................................................. 6 2.4 Uji Daya Tahan Terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila .............. 7 2.4.1 Uji LD 50 ................................................................................................... 7 2.4.2 Uji Tantang................................................................................................. 7 2.4.3 Parameter Uji ............................................................................................. 8 III. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................9 3.1 Hasil .............................................................................................................. 9 3.2 Pembahasan ................................................................................................. 13 IV.
KESIMPULAN ..........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................19 LAMPIRAN ..........................................................................................................22
DAFTAR TABEL Halaman 1. Komposisi bahan baku pakan perlakuan (%) .......................................................4 2. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (% berat kering) .................................5 3. Hasil pengukuran kualitas air selama 40 hari pemeliharaan ................................6 4. Perlakuan uji tantang selama 10 hari pemeliharaan .............................................7 5. Hasil pengukuran parameter terhadap ikan Lele (Clarias sp.) selama 40 hari pemeliharaan pertumbuhan .....................................................................9 6. Estimasi biaya produksi pakan yang diperlukan untuk menghasilkan 1 kg ikan di setiap perlakuan .............................................................................10 7. Hasil proksimat tubuh ikan lele .........................................................................10 8. Hasil pengamatan gejala klinis pada hari ke-2 setelah injeksi ...........................11 9. Hasil pengamatan tingkat kelangsungan hidup (SR) dari uji tantang selama 10 hari ....................................................................................................12
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Gejala klinis yang teramati pada saat uji tantang hari ke-1: (a) Perlakuan kontrol positif; (b) perlakuan 3% RB, (c) perlakuan 6% RB dan (d) perlakuan 3% BY ..................................................................................11 2. Gejala klinis yang teramati pada hari ke-10 pengamatan uji tantang: (a) Perlakuan kontrol positif; (b) perlakuan 3% RB, (c) perlakuan 6% RB dan (d) perlakuan 3% BY ..................................................................................12
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Hasil analisis proksimat ragi bir ........................................................................ 23 2. Perhitungan parameter penelitian ...................................................................... 23 3. Prosedur analisis proksimat pakan perlakuan ................................................... 25 4. Hasil uji LD50 (penentuan kepadatan bakteri) ................................................... 27 6. Data biomassa awal dan akhir selama 40 hari pemeliharaan ............................ 29 7. Data laju pertumbuhan harian selama 40 hari pemeliharaan ............................ 30 8. Data jumlah konsumsi pakan selama 40 hari pemeliharaan ............................. 30 9. Data efisiensi pakan selama 40 hari pemeliharaan ........................................... 31 10. Data tingkat kelangsungan hidup selama 40 hari pemeliharaan ..................... 31 11. Hasil uji tantang - 1 Desember 2012 ............................................................... 32 12. Data tingkat kelangsungan hidup dari uji tantang ........................................... 33
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Upaya pemanfaatan bahan baku lokal untuk menyusun formulasi pakan ikan telah banyak dilakukan, diantaranya pemanfaatan daun lamtoro (Fitriliyani, 2010), fermentasi jagung dengan Bacillus megatrium (Agustina, 2012), fermentasi bungkil kelapa sawit dengan Saccharomyces cerevisiae
(Edriani, 2011;
El-Qusairi, 2011), dan inkubasi dengan cocktail enzyme pada kulit buah kakao (Cahaya, 2012). Bahan baku tersebut pada umumnya mengandung serat kasar yang tinggi, rendah protein, serta mengandung zat antinutrisi, misalnya asam fitat. Asam fitat merupakan bentuk utama dari fosfor yang terkandung dalam tanaman (Li dan Gatlin, 2008). Upaya penurunan kadar serat kasar dan kandungan asam fitat dari bahan-bahan baku tersebut telah dilakukan agar kandungan nutrisinya meningkat. Menurut hasil penelitian Edriani (2011), fermentasi biji kapuk, kulit singkong, kopra, biji karet dan PKM (Palm Kernel Meal) dengan menggunakan Saccharomyces cerevisiae
dapat menurunkan kadar serat kasar serta
meningkatkan kadar protein bahan baku. Selain itu, kecernaan bahan baku setelah difermentasi juga turut meningkat yang diujikan pada juvenil ikan mas Cyprinus carpio. Sehingga melalui teknologi fermentasi, bahan-bahan tersebut berpotensi menjadi bahan baku pakan ikan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh El-Qusairi (2011) yang diujikan pada juvenil ikan nila Oreochromis sp. Kemudian menurut Cahaya (2012), inkubasi kulit buah kakao, tongkol jagung dan bungkil biji karet dengan konsentrasi cocktail enzyme sebanyak 2 g/kg dapat menurunkan serat kasar pada kulit buah kakao dan tongkol jagung serta meningkatkan kadar protein pada semua bahan baku. Selain itu, juga meningkatkan kecernaan bahan pada ikan gurame Osphronemus goramy. Saat ini bahan baku lokal lain yakni ragi bir Saccharomyces cerevisiae telah banyak digunakan dalam bidang akuakultur karena prospektif menjadi penyusun bahan baku pakan ikan. Hal ini disebabkan oleh potensinya sebagai immunostimulan serta dapat menjadi sumber potein pakan ikan. Ragi bir memiliki kelebihan dibanding bahan-bahan baku lokal lainnya, yaitu kadar protein yang
tinggi (56,4% dalam bobot kering), serat kasar rendah (0,44% dalam bobot kering), dan mengandung berbagai senyawa immunostimulan seperti asam nukleat, β-1,3 glukan serta mannan oligosakarida (White et al., 2002 dalam Ferreira, 2010) yang dapat meningkatkan respon imun pada ikan. Produksi bir di Indonesia mencapai 60 – 100 juta liter per tahunnya (Rosita, 2011). Produk akhir dari fermentasi bir berupa limbah berkisar antara 1,7 – 2,3 kg/m3 dalam bobot basah (Hellborg & Piskur, 2009; Huige, 2006 dalam Ferreira et al., 2010). Salah satu perusahaan bir yaitu PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. menghasilkan limbah berupa ragi bir sekitar 12 ton basah setiap hari. Menurut hasil analisis proksimat, dalam 94,51% bobot kering, limbah ragi bir mengandung kadar abu sebesar 5,89%, protein 56,37%, lemak 1,29%, serat kasar 0,44% dan BETN 36,23%. Ragi bir dapat digunakan hingga 30% dalam pakan untuk juvenil ikan sea bass Dicentrarchus labrax berukuran 12 g. Peningkatan kadar ragi bir di atas 30% menurunkan kinerja pertumbuhan (Oliva-Teles & Goncalves, 2001). Sedangkan ragi bir sebanyak 2% di dalam pakan dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan, serta daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit pada juvenil ikan hybrid stripped bass Morone chrysops dengan M. saxatilis (Li & Gatlin, 2003). Menurut Ozório et al. (2012), pemberian ragi bir hingga kadar 15% pada pakan ikan nila Oreochromis niloticus masih mendukung pertumbuhan dan efisiensi pemanfaatan pakan, tanpa mempengaruhi komposisi kimia tubuh ikan tersebut. Ragi bir juga mengandung asam nukleat dan polisakarida non-pati termasuk β-1,3 glukan yang berguna untuk meningkatkan fungsi imunitas dari spesies ikan budidaya. Yoshida et al. (1995), menyatakan bahwa penambahan glukan dan oligosakarida
masing-masing
sebanyak
1
g/kg
pakan
terbukti
efektif
meningkatkan aktivitas fagositik untuk mengeliminasi bakteri pada African catfish (Clarias gariepinus). Reaksi oligosakarida lebih cepat dibandingkan glukan, namun keduanya memperlihatkan pengaruh yang sama pada penurunan imunitas ketika diberikan dalam jangka waktu yang lama (> 45 hari). Selain limbah produksi bir, Saccharomyces cerevisiae juga telah dijual secara komersial dengan nama Bioyeast. Penggunaan bioyeast telah banyak
2
diaplikasikan pada ikan, ternak maupun manusia. Oleh karena itu, perlu dievaluasi efektivitas ragi bir sebagai pakan ikan dibanding dengan bioyeast. Motile Aeromonad Septicemia (MAS) yang disebabkan oleh Aeromonas hydrophila merupakan permasalahan yang dihadapi oleh pembudidaya. Penyakit yang berasal dari bakteri A. hydrophila ini menyerang berbagai jenis ikan air tawar pada tingkatan umur yang bervariasi. Ikan lele mudah terserang penyakit akibat infeksi bakteri A. hydrophila (Astrini, 2012). Selain sebagai sumber protein pakan, ragi bir juga berperan sebagai imunostimulan. Oleh karena itu, pemanfaatan ragi bir sebagai pakan ikan lele diharapkan juga bisa menjadi alternatif untuk mencegah terjangkitnya ikan ini dari serangan A. hydrophila.
1.2 Tujuan Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh penambahan ragi bir Saccharomyces cerevisiae dalam pakan pada dosis yang berbeda terhadap kinerja pertumbuhan dan biaya produksi pakan, serta daya tahan ikan lele (Clarias sp.) dalam menghadapi serangan penyakit yang disebabkan oleh Aeromonas hydrophila.
3
II.
METODE PENELITIAN
2.1 Limbah Ragi Bir Limbah ragi bir cair dikeringkan dengan cara penjemuran di bawah sinar matahari selama 12-14 hari hingga terbentuk padatan berwarna kecoklatan pada media penjemuran. Padatan tersebut dioven selama 72 jam pada suhu 60°C untuk menghilangkan kandungan air yang tersisa. Setelah itu dilakukan penggilingan agar dapat dicampurkan dengan bahan lainnya. Selanjutnya dilakukan proses pencetakan (pelleting). Hasil analisis proksimat limbah ragi bir dicantumkan pada Lampiran 1.
2.2 Pembuatan Pakan Uji Dalam penelitian ini, pakan yang digunakan mengandung kadar protein berkisar 28-31%. Perlakuan yang diujikan yaitu pakan yang mengandung ragi bir sebesar 0, 3, dan 6%, 3% Bioyeast. Pakan yang diberikan dibuat dalam bentuk kering dengan mencampurkan bahan sesuai formulasi yang telah ditentukan presentase komposisi bahan bakunya. Tabel 1 menyajikan komposisi bahan baku untuk pakan perlakuan yang diujikan. Tabel 1. Komposisi bahan baku pakan perlakuan (%) Bahan Baku Dedak Tepung terigu Tapioka Tepung Kedelai Animal pro Minyak ikan Minyak hewani Lysine Methionine Mineral Mix Vitamin Ragi Bir Bioyeast
Jumlah (%)
0% (Kontrol) 10,00 18,04 10,00 36,40 20,08 1,52 0,50 0,08 0,14 3,22 0,02
100
Perlakuan 3% RB 6% RB 10,00 10,00 18,04 18,04 10,00 10,00 33,48 30,50 20,08 20,08 1,50 1,50 0,50 0,50 0,02 0,14 0,14 3,22 3,22 0,02 0,02 3,00 6,00 100
100
3% BY 10,00 18,04 10,00 33,48 20,08 1,50 0,50 0,02 0,14 3,22 0,02 3,00 100
Ket : RB = Ragi Bir ; BY = Bioyeast
Berdasarkan Tabel 1, terdapat perbedaan prosentase komposisi pada tepung kedelai untuk masing-masing perlakuan. Seiring dengan bertambahnya
dosis penambahan ragi bir dalam pakan, maka prosentase komposisi tepung kedelai sebagai sumber protein nabati semakin berkurang. Demikian halnya pada lysine, prosentase komposisinya juga mengalami pengurangan. Hal tersebut untuk mengimbangi adanya penambahan ragi bir pada dosis 3% dan 6% serta Bioyeast pada dosis 3%. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (%) Proksimat
0% (Kontrol) Kadar Air 6,84 Kadar Abu 10,70 Protein 28,58 Lemak 6,81 Serat Kasar 1,59 BETN1 49,48 Keterangan: 1Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Pakan Perlakuan 3% RB 6% RB 7,81 8,04 9,46 10,30 31,27 30,75 8,04 7,81 1,69 1,48 41,73 41,62
3% BY 8,82 10,35 29,97 6,46 1,81 42,59
2.3 Uji Pertumbuhan 2.3.1 Pemeliharaan Ikan Uji Ikan lele diperoleh dari pembenihan kolam milik Bapak Ir. Dadang Shafruddin, M.S. bertempat di Komplek IPB Sindang Barang II, Bogor. Ikan yang digunakan memiliki panjang tubuh antara 9-10 cm per ekor, diadaptasikan dengan kepadatan 20 ekor selama seminggu pada masing-masing akuarium berdimensi 50 × 40 × 35 cm di Laboratorium Basah Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Selama masa adaptasi, ikan lele diberi pakan komersial yang tidak mengandung ragi bir. Setelah masa adaptasi selesai, sebanyak 15 ekor ikan dengan bobot awal individu sebesar 7,38 ± 0,12 g ditebar ke dalam setiap akuarium berdimensi 50 × 40 × 35 cm yang diisi air bervolume 60 liter. Akuarium disusun dalam sistem resirkulasi dan dilengkapi dengan aerasi. Di dalam tandon dipasang water heater berdaya 350 watt sebanyak 2 buah untuk menjaga kestabilan suhu pada kisaran 29 – 30°C selama masa pemeliharaan. Pengukuran kualitas air dilakukan pada awal dan akhir pemeliharaan pada 5 sampel akuarium berserta 1 sampel dari tandon. Parameter kualitas air yang diukur ditampilkan pada Tabel 3.
5
Tabel 3. Hasil pengukuran kualitas air selama 40 hari pemeliharaan Parameter Kualitas Air Suhu pH DO TAN Alkalinitas
Rentang Nilai 29,8 – 33,5 5,77 – 5,95 4,7 – 7,3 0,791 – 0,860 16 – 20
Satuan °C (mg/l) (mg/l)
Keterangan: hasil kualitas air diambil berdasarkan sampel acak dari 5 akuarium dan 1 sampel air tandon
Selama masa pemeliharaan 40 hari, ikan lele diberikan pakan uji sesuai perlakuan secara at satiation. Pakan uji yang menjadi perlakuan berdasar pada Tabel 1. Selanjutnya pada hari ke-40 seluruh ikan ditimbang untuk mengetahui bobot akhir ikan. Sebanyak 3 ekor ikan diambil dari setiap perlakuan untuk dijadikan sampel analisis proksimat tubuh. Sisa ikan yang ada kemudian digunakan untuk uji tantang selama 10 hari. 2.3.2 Parameter Uji Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Data dari beberapa parameter yang diukur, dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan dengan taraf kepercayaan 95% untuk melihat perbedaan antar perlakuan. Parameter yang diukur dalam uji pertumbuhan meliputi biomassa awal dan akhir (W), jumlah konsumsi pakan (JKP), laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP), tingkat kelangsungan hidup (SR) dan biaya produksi pakan (Cf). Perhitungan masing-masing parameter disajikan pada Lampiran 2. 2.3.3 Analisa Kimia Analisis kimia mencakup analisis proksimat pakan dan tubuh ikan yang meliputi kadar air, kadar abu, protein, lemak, serat kasar dan BETN. Untuk analisis kimia ikan, sebanyak 3 sampel ikan diambil untuk setiap perlakuan di awal (hari ke-1) dan akhir pemeliharaan pertumbuhan (hari ke-40). Sedangkan untuk analisis kimia pakan dilakukan setelah pakan perlakuan selesai dibuat. Prosedur analisis proksimat pakan perlakuan disajikan pada Lampiran 3.
6
2.4 Uji Daya Tahan Terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila 2.4.1 Uji LD 50 Sebelum uji tantang, terlebih dahulu dilakukan penetapan kepadatan injeksi bakteri melalui uji LD50 terhadap 10 ekor ikan lele berukuran 11,68 ± 0,72 g, masing-masing pada 4 kepadatan bakteri yang dipelihara selama 7 hari. Kepadatan bakteri Aeromonas hydrophila yang diujicobakan yaitu 105, 106, 107 dan 108 cfu/ml untuk menentukan kepadatan yang virulen. Biakan bakteri A. hydrophila diperoleh dari Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Bakteri diremajakan lalu diinkubasi pada media TSA (tryptic soy agar), kemudian dicairkan dalam TSB (tryptic soy broth) sambil digoyang dalam shaker selama 18 - 20 jam. Selanjutnya kepadatan bakteri untuk uji tantang dihitung sesuai dengan penentuan LD50 (Lampiran 4). 2.4.2 Uji Tantang Uji tantang dilakukan untuk mengetahui daya tahan tubuh serta peningkatan imunitas setelah diberikan pakan perlakuan selama 40 hari pemeliharaan. Selama 10 hari pengamatan uji tantang, aliran resirkulasi dihentikan namun ikan tetap diberi pakan seperti biasa. Penyuntikan dilakukan pada semua ikan perlakukan dengan bobot individu 26,74 ± 2,42 g, masing-masing sebanyak 8 ekor per akuarium. Bakteri Aeromonas hydrophila yang disuntikkan yaitu sebanyak 0,1 ml/ikan dengan kepadatan 107 CFU/ml melalui intramuskular (Wahjuningrum et al., 2007). Perlakuan kontrol negatif (perlakuan A1) disuntikkan PBS (Phospat Buffer Saline) dengan dosis 0,1 ml/ikan. Pada 10 hari pasca uji tantang, tingkat kelangsungan hidup ikan yang diujikan dihitung. Perlakuan untuk uji tantang ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Perlakuan uji tantang selama 10 hari pemeliharaan Perlakuan
Deskripsi
1
Kontrol Negatif
diinjeksi dengan PBS
11
A
Kontrol Positif
diinjeksi Aeromonas
B
3% Ragi Bir
diinjeksi Aeromonas
C
6% Ragi Bir
diinjeksi Aeromonas
D
3% Bioyeast
diinjeksi Aeromonas
A
7
2.4.3 Parameter Uji Penelitian uji tantang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan. Data dari parameter yang diukur, kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan dengan taraf kepercayaan 95% untuk melihat perbedaan antar perlakuan. Parameter uji tantang yaitu tingkat kelangsungan hidup yang diamati selama 10 hari pemeliharaan dan prosentase kejadian gejala klinis untuk mengetahui daya tahan tubuh ikan uji setelah diinjeksi dengan Aeromonas hydrophila. Perhitungan masing-masing parameter disajikan pada Lampiran 5.
8
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian ini dilakukan dengan memberikan pakan perlakuan berupa penambahan limbah ragi bir dengan dosis 0, 3 dan 6%, serta 3% Bioyeast selama 40 hari terhadap ikan lele. Pengaruh penambahan ragi bir dalam pakan memperlihatkan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 5 di bawah ini, kemudian analisis ragam masing-masing perlakuan disajikan pada Lampiran 6 – 10. Tabel 5. Hasil pengukuran parameter terhadap ikan Lele (Clarias sp.) selama 40 hari pemeliharaan pertumbuhan
W0 (g)
A OK (Kontrol) 108,98 ± 9,63 a
Perlakuan B C 3% RB 6% RB 109,55 ± 7,83 a 112,05 ± 2,50 a
D 3% BY 112,40 ± 0,61 a
W40 (g)
303,08 ± 67,78 a
262,51 ± 48,59 a
253,66 ± 26,45 a
242,97 ± 67,96 a
JKP (g)
279,80 ± 11,89 a
259,98 ± 10,70 a
270,13 ± 33,37 a
273,22 ± 16,86 a
SR (%)
87,78 ± 10,18 a
75,56 ± 7,70 a
77,78 ± 7,70 a
75,56 ± 16,78 a
2,96 ± 0,33 a
2,91 ± 0,29 a
2,71 ± 0,12 a
2,58 ± 0,21 a
102,45 ± 9,66 a
115,19 ± 2,94 a
105,77 ± 20,36 a
90,27 ± 11,97 a
Parameter
LPH (%) EP (%)
Keterangan : Huruf superscript di belakang nilai standar deviasi yang tidak berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh perlakuan yang tidak berbeda nyata (P>0,05) JKP = jumlah konsumsi pakan; SR = tingkat kelangsungan hidup; LPH = laju pertumbuhan harian; EP = efisiensi pakan
Menurut hasil analisis statistik yang merujuk pada Tabel 5, parameter jumlah konsumsi pakan, kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan tidak memiliki nilai yang berbeda nyata. Dengan demikian, penambahan ragi bir dan bioyeast memberikan efek yang sama pada semua perlakuan terhadap kinerja pertumbuhan dibandingkan dengan pakan kontrol (0% ragi bir). Pada Tabel 6 menunjukkan estimasi biaya produksi pakan yang dihitung berdasarkan nilai efisiensi pakan pada masing-masing perlakuan. Jika harga pakan yang dibeli petani pada umumnya diasumsikan sebesar Rp. 7.667/kg, maka untuk menghasilkan 1 kg ikan dengan biaya pakan terendah diperoleh ketika petani menggunakan pakan yang mengandung 3% ragi bir yakni Rp. 6.670 Sedangkan biaya pakan tertinggi diperoleh ketika menggunakan pakan yang mengandung 3% Bioyeast yakni Rp. 8.510 .
9
Tabel 6. Estimasi biaya produksi pakan yang diperlukan untuk menghasilkan 1 kg ikan di setiap perlakuan Perlakuan pakan Parameter
A Kontrol
B 3% RB
C 6% RB
D 3% BY
102,45
115,19
105,77
90,27
Kebutuhan pakan (kg)
0,98
0,87
0,95
1,11
Harga pakan* (Rp/kg)
7.667
7.667
7.667
7.667
Biaya pakan (Rp/kg ikan)
7.514
6.670
7.284
8.510
Efisiensi pakan (%)
Keterangan: *estimasi harga pakan adalah pakan Comfeed Rp 230.000 @30 kg.
Hasil analisis proksimat tubuh ikan lele pada Tabel 7 memperlihatkan kadar protein tubuh berkisar antara 13,78 – 14,18%. Sedangkan kadar lemak tubuh berkisar dari 0,70 – 1,37%, dimana kadar lemak tertinggi yaitu perlakuan 3% RB. Tabel 7. Hasil proksimat tubuh ikan lele (%) Proksimat Kadar Air Kadar Abu Protein Lemak BETN
Kontrol 74,54 4,12 14,07 0,90 7,38
Perlakuan 3% RB 6% RB 75,14 76,50 3,38 4,21 14,16 13,78 1,37 0,89 5,45 4,71
3% BY 75,74 4,73 14,18 0,70 4,45
Stok 77,99 3,53 14,05 1,14 3,29
Keterangan: Hasil analisis PAU-IPB 5 Desember 2012
Uji tantang dilakukan setelah 40 hari pemeliharaan pertumbuhan. Bakteri A. hydrophila diinjeksi secara intramuskular pada tubuh ikan lele kemudian ikan dipelihara selama 10 hari. Kepadatan bakteri A. hydrophila yang diinjeksi yaitu 107 cfu/ml. Pengamatan terhadap gejala klinis yang tampak pada ikan uji dilakukan pada hari ke-2 setelah injeksi dan pada akhir uji tantang hari ke-10. Gejala klinis yang teramati selama pemeliharaan ikan lele setelah diinjeksi dengan bakteri A. hydrophila disajikan pada Gambar 1.
10
Tabel 8. Hasil pengamatan gejala klinis ikan uji pada hari ke-2 setelah injeksi Gejala Klinis (%)
Perlakuan A1 A11 B C D
Kontrol Negatif Kontrol Positif 3% Ragi Bir 6% Ragi Bir 3% Bioyeast
Bengkak 0,00 8,33 0,00 0,00 0,00
Tukak dan Hemoragik 0,00 12,50 8,33 12,50 12,50
Keterangan : jumlah ikan per perlakuan (n) = 24 ekor
Berdasarkan Tabel 8, gejala klinis yang teramati pada hari ke-2 setelah injeksi menunjukkan bahwa sebesar 8,33% ikan uji pada perlakuan kontrol positif mengalami pembengkakan serta 12,50% mengalami tukak dan hemoragik pada bagian tubuh yang diinjeksi. Perlakuan 3% ragi bir menunjukkan 8,33% ikan uji mengalami tukak dan hemoragik setelah injeksi. Sedangkan perlakuan 6% ragi bir dan 3% bioyeast menunjukkan sebesar 12,50% gejala tukak dan hemoragik. Gejala klinis ditampilkan pada gambar di bawah ini.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 1. Gejala klinis yang teramati pada saat uji tantang hari ke-2: (a) Perlakuan kontrol positif; (b) perlakuan 3% RB, (c) perlakuan 6% RB dan (d) perlakuan 3% BY Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa semua ikan perlakuan kecuali kontrol negatif, setelah diinjeksi dengan Aeromonas hydrophila mengalami gejala klinis
11
seperti pembengkakan maupun infeksi akibat luka yang terjadi pada bagian tubuh yang diinjeksi kemudian berkembang menjadi tukak dan hemoragik. Pada akhir pengamatan hari ke-10, gejala klinis diamati pada semua perlakuan kecuali kontrol negatif. Secara umum, gejala klinis yang tampak yaitu ikan uji mengalami penyembuhan berupa penutupan bekas luka akibat tukak dan hemoragik. Berikut merupakan tampilan gejala klinis pada hari ke-10 uji tantang.
(b)
(a)
(c)
(d)
Gambar 2. Gejala klinis yang teramati pada hari ke-10 pengamatan uji tantang: (a) Perlakuan kontrol positif; (b) perlakuan 3% RB, (c) perlakuan 6% RB dan (d) perlakuan 3% BY Nilai tingkat kelangsungan hidup perlakuan dari uji tantang terlampir pada Lampiran 11. Data pada Tabel 9 menunjukkan bahwa hasil uji tantang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan, analisis ragam disajikan pada Lampiran 12. Tabel 9. Hasil pengamatan tingkat kelangsungan hidup (SR) dari uji tantang selama 10 hari Parameter (%) SR
A1 OK87,50 ± 21,65 a
Perlakuan uji tantang A11 B OK+ 3% RB 79,17 ± 26,02 a
91,67 ± 7,22 a
C 6% RB
D 3% BY
87,50 ± 0 a
87,50 ± 0 a
Keterangan : Huruf superscript di belakang nilai standar deviasi yang tidak berbeda pada baris menunjukkan pengaruh perlakuan yang tidak berbeda nyata (P>0,05)
12
3.2 Pembahasan Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa ragi bir Saccharomyces cerevisiae dapat meningkatkan pertumbuhan, seperti penelitian Li dan Gatlin (2003) yang menyatakan bahwa Brewer’s yeast berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan pada juvenil ikan hybrid stripped bass Morone chrysops dengan M. saxatilis yang diuji tantang dengan Streptococcus iniae. Selain itu, penggunaan dalam jangka panjang tidak menyebabkan efek immunosupresi. Kemudian penelitian Rumsey (1991), sebanyak 25% Brewer’s dried yeast yang diberikan pada rainbow trout Oncorhyncus mykiss memberikan hasil pertumbuhan lebih baik. Penggantian 25% kedelai dan 25% tepung ikan dapat dilakukan dengan penambahan Brewer’s yeast. Peningkatan pertumbuhan dan efisiensi pakan dapat disebabkan oleh peningkatan kecernaan nutrien. Merujuk pada penelitian Tawwab et al. (2008) dalam Osman et al. (2008) mengemukakan bahwa penambahan ragi hidup (live yeast) dapat meningkatkan kecernaan pakan dan protein sehingga berdampak pada pertumbuhan yang baik dan meningkatnya nilai efisiensi pakan. Selain itu, juga mempengaruhi komposisi tubuh ikan secara signifikan. Meningkatnya jumlah pakan yang dikonsumsi akan selalu diiringi dengan meningkatnya performa kinerja tubuh. Zerai et al. (2008), melakukan uji kecernaan Brewer’s waste pada ikan nila. Hasilnya memperlihatkan nilai kecernaan protein dari pakan mencapai 70%. SCP (single cell protein) memiliki tingkat kecernaan yang rendah karena adanya dinding sel dan tingginya asam nukleat (Schneider et al. 2004) dalam Zerai et al. (2008). Kemudian Chang et al. (2003) dalam Zerai et al. (2008) menyebutkan bahwa Brewer’s yeast dalam bentuk kering memiliki nilai kecernaan protein kasar sebesar 42,3% dan nilai ADC (Apparent Digestibility Coefficient) protein sebesar 57,1% yang duijikan pada ikan rainbow trout Oncorhyncus mykiss. Penelitian Oliva-Tales & Goncalves (2001) menyatakan nilai ADC protein Brewer’s yeast sebesar 88,3% yang diujikan pada ikan sea bass Dicentrarchus labrax. Sehingga diketahui bahwa kecernaan Brewer’s yeast tergantung pada spesies ikan yang diujikan.
13
Berbeda dengan hasil penelitian di atas, pada penelitian ini penambahan ragi bir dan Bioyeast memberikan efek yang sama dengan perlakuan kontrol. Penambahan ragi bir hingga dosis 6% di dalam pakan tidak menurunkan kinerja pertumbuhan ikan lele. Dengan demikian ditinjau dari uji biologis, ragi bir dapat digunakan dalam pakan ikan lele sampai dengan dosis 6% tanpa menimbulkan efek samping. selanjutnya, ditinjau dari sisi ekonomi diperoleh perlakuan 3% ragi bir menghasilkan biaya pakan terendah diantara semua perlakuan (Tabel 6). Berdasarkan evaluasi dari sisi ekonomi, penambahan ragi bir dalam pakan sebesar 3% dinilai menguntungkan sehingga penggunaan tepung kedelai dapat tergantikan. Hal ini jika diasumsikan harga bahan baku tepung bungkil kedelai dianggap sama dengan harga ragi bir dalam pakan. Maka pada tingkat harga yang sama, penggunaan pakan yang mengandung ragi bir sebagai sumber protein menggantikan tepung bungkil kedelai dinilai lebih efektif dan lebih murah. Selain itu, penggunaan ragi bir juga menjadi salah satu solusi bagi perusahaan bir dalam mengatasi permasalahan limbah yang dihasilkan. Di sisi lain, limbah proses produksi bir ini juga menjadi salah satu solusi dalam mengatasi tingginya jumlah bahan baku pembuat pakan ikan yang berasal dari impor. Mekanisme immunologi dari Brewer’s yeast dinyatakan oleh Sakai (2001) bahwa nukleotida yang terdapat pada RNA Brewer’s yeast mampu meningkatkan aktivitas oksidatif dan fagositik pada ginjal, aktivitas fagositik sel dan serum lisozim pada ikan mas Cyprinus carpio sehingga tahan terhadap serangan A. hydrophila. Lebih jauh, kontribusi dari RNA Brewer’s yeast yang memberi efek pada respon imun belumlah diketahui secara jelas. Osman (2010) menyatakan bahwa penambahan 3 g/kg Brewer’s yeast dalam pakan yang diberikan pada ikan nila menghasilkan nilai kelangsungan hidup setelah uji tantang diperoleh sebesar 100%. Ikan nila diinjeksi dengan A. hydrophila mengalami kematian mulai hari ke-1 setelah injeksi hingga hari ke-3 kemudian mengalami penurunan hingga hari ke-7. Lashkarbolouki et al. (2011), menyatakan bahwa pada beberapa penelitian membuktikan bahwa peningkatan respon imun non spesifik terkadang tidak turut memberikan efek yang sama terhadap peningkatan nilai kelangsungan hidup. Selain itu, keefektifan ragi bir untuk meningkatkan resistensi terhadap penyakit
14
dan patogen sangat bervariasi tergantung pada beberapa faktor seperti genetik, kualitas nutrisi, stres, suhu air, dan penanganan. Meninjau pada respon imun memperlihatkan bahwa Brewer’s yeast dapat digunakan dalam jangka waktu lama tanpa menyebabkan immunosuppresi (Li & Gatlin, 2003). Pada penelitian ini, hasil uji tantang dengan menginjeksikan bakteri A. hydrophila pada ikan lele memperlihatkan nilai tingkat kelangsungan hidup yang tidak berbeda nyata. Sehingga dapat dikatakan bahwa injeksi bakteri tidak memberikan pengaruh pada kematian ikan lele. Kematian ikan lele setelah uji tantang dimulai pada hari ke-1 setelah injeksi hingga hari ke-10 (Lampiran 11). Pengamatan tingkat kelangsungan hidup dilakukan selama 10 hari. Gejala klinis yang teramati yaitu pada hari ke-2 dan hari ke-10. Respon gejala klinis pada setiap perlakuan berbeda-beda. Perlakuan kontrol positif memperlihatkan gejala pembengkakan disertai radang, tukak dan hemoragik. Perlakuan 3% ragi bir memperlihatkan rendahnya frekuensi kejadian gejala klinis berupa tukak dan hemoragik sebesar 8,33%. Kemudian, perlakuan 6% ragi bir serta 3% bioyeast memperlihatkan gejala tukak dan hemoragik dengan frekuensi kejadian sebesar 12,50%. Berbeda dengan perlakuan kontrol positif yang mengalami kejadian gejala klinis berupa pembengkakan, tukak dan hemoragik. Gejala klinis yang timbul pada hari ke-2 setelah injeksi (Gambar 1) merupakan tanda-tanda ikan uji terserang Aeromonas hydrophila yaitu pada bekas injeksi terjadi pembengkakan diikuti radang serta tukak dan hemoragik. Hal ini sesuai dengan Sartika (2011) yang menyatakan bahwa ikan lele yang terkena infeksi A. hydrophila menunjukkan gejala klinis berupa radang atau lesi putih, warna kulit menjadi gelap serta pembengkakan di daerah sekitar penyuntikan. Perlakuan kontrol negatif tidak menunjukkan gejala klinis namun kematian yang terjadi diakibatkan dari stres sewaktu penyuntikan dan penanganan selama pemeliharaan uji tantang. Hal tersebut ditandai dengan berkurangnya nafsu makan pada ikan setelah diinjeksi yang berlangsung selama 2-3 hari. Selama uji tantang, semua ikan tetap diberi pakan sesuai perlakuan masing-masing. Pada hari ke-10 (Gambar 2), ikan uji mengalami penyembuhan luka. Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan limbah bir yang turut membantu cepatnya proses penyembuhan pada bagian tubuh yang terinfeksi patogen
15
A. hydrophila. Brewer’s yeast merupakan sumber asam nukelat dan polisakarida termasuk di dalamnya yaitu β -1,3 glukan yang diketahui dapat memberi efek peningkatan fungsi imunitas dan mekanisme imunologi pada beberapa spesies ikan budidaya. Webster et al. (2008) menyatakan bahwa Brewer’s yeast merupakan SCP (single cell protein) yang memiliki kandungan protein tinggi, vitamin B, pigmen dan kompleks karbohidrat. Selain itu, Brewer’s yeast mengandung 3 komponen yang berperan dalam peningkatan imunitas yaitu beta glukan, nukleotida dan zat khitin. Merujuk pada Tabel 8, nilai tingkat kelangsungan hidup ikan lele setelah diuji tantang dengan A. hydrophila menunjukkan bahwa perlakuan 3% RB memiliki nilai sebesar 92,59 ± 6,99% yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan Kontrol negatif sebesar 91,67 ± 14,43%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada dosis yang tepat, tubuh ikan lele akan resisten terhadap injeksi bakteri A. hydrophila. Li & Gatlin (2003), menyatakan bahwa 2% ragi bir yang ditambahkan ke dalam pakan, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit pada juvenil hybrid stripped bass. Lebih lanjut, kandungan glukan dalam Brewer’s yeast memperlihatkan peningkatan aktivitas makrofag dan fagositik untuk menstimulasi sitokinin dan produksi leukosit sehingga presentase kematian dapat menurun secara signifikan setelah dilakukan uji tantang (Secombes & Fletcher, 1992 dalam Russo dan Yanong, 2006). Kandungan nukleotida dalam ragi bir memacu peningkatan resistensi terhadap penyakit. Penambahan glukan dan nukleotida dalam pakan yang diberikan pada ikan Red tail black Shark Epalzeorhynchos bicolor kemudian diuji tantang dengan Streptococcus iniae menunjukkan penurunan prosentase kematian berkisar 7 – 44%. Perbedaan efek imunostimulatori dari glukan dapat disebabkan oleh asal sumber, prosedur isolasi, jumlah dan panjang rantai β-1,3 dan β-1,6 serta posisi rantai cabang (Russo dan Yanong, 2006). Namun, pada penelitian Duncan dan Klesius (1996) dalam Russo dan Yanong (2006), peningkatan respon imun non spesifik tidak diikuti dengan peningkatan tingkat kelangsungan hidup pada catfish yang diuji tantang dengan Edwarsiella ictaluri yang diberi pakan glukan serta ikan turbot yang diuji tantang dengan Vibrio anguillarum menurut De Baulny et al. (1996) dalam Russo dan
16
Yanong (2006) sehingga disimpulkan bahwa beta glukan dan nukleotida dapat membantu meningkatkan ketahanan tubuh ikan terhadap penyakit, namun hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor genetik, kualitas nutrisi, stres, suhu perairan dan penanganan. Nayar et al. (1998) dalam Osman
et
al.
(2010),
menyatakan
bahwa
Brewer’s
yeast
yaitu
Saccharomyces cerevisiae dan rantai panjang polisakarida 1,3 beta glukan mengandung rantai glukopironosil yang diekstrak dari dinding sel ragi yang berperan dalam menstimulasi pertahanan non spesifik secara in vivo dan in vitro.
17
IV.
KESIMPULAN
Penambahan ragi bir hingga dosis 6% di dalam pakan tidak mempengaruhi kinerja pertumbuhan ikan lele. Namun, penggunaan ragi bir pada dosis 3% dapat menurunkan biaya produksi pakan. Biaya yang diperoleh yaitu sebesar Rp. 6.670. Di dalam penelitian ini, daya tahan ikan uji setelah diinjeksi Aeromonas hydrophila ditunjukkan oleh nilai tingkat kelangsungan hidup (SR) uji tantang yang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan. Namun, frekuensi kejadian gejala klinis yang terendah terlihat pada perlakuan 3% ragi bir yaitu prosentase tukak dan hemoragik sebesar 8,33%.
DAFTAR PUSTAKA Astrini R. 2012. Pencegahan Infeksi Aeromonas hydrophila pada benih ikan lele Clarias sp. Yang berumur 11 hari menggunakan bawang putih dan meniran. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Agustina Z. 2012. Evaluasi kecernaan jagung yang diolah secara kimia dan fermentasi sebagai bahan pakan ikan nila Oreochromis sp. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Cahaya K. D. 2012. Penambahan cocktail enzyme pada kulit buah kakao, tongkol jagung, dan bungkil biji karet yang digunakan sebagai bahan baku pakan ikan gurame. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Edriani G. 2011. Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk, kulit singkong, palm kernel meal, dan kopra yang difermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae pada pakan juvenil ikan mas Cyprinus carpio. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. El-Qusairi A. 2011. Evaluasi kualitas dan kecernaan kulit singkong, biji karet, kopra, biji kapuk, dan palm kernel meal difermentasi Saccharomyces cerevisiae pada juvenil ikan nila Orochromis niloticus. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ferreira, I.M.P.L.V.O., Pinho O., Vieira E. and Tavarela J.G.. 2010. Brewer’s Saccharomyces Yeast Biomass: Characteristic And Potential Applications. Trends in Food Science & Technology Volume 21: 77-84 Fitriliyani I. 2010. Peningkatan kualitas nutrisi tepung daun lamtoro dengan penambahan ekstrak enzim cairan rumen domba untuk bahan pakan ikan nila (Oreochromis sp.). Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Lashkarbolouki M., Jafaryan H. and Faramarzi M. 2011. Evaluation of resistance in acipenser percisus larvae fed with bioencapsulated daphnia magna via saccharomyces cerevisiae product (Amax) against challenge test. World Journal of Fish and Marine Sciences 3 Volume 4: 340-345
Li P. and Gatlin III D. M. 2003. Evaluation of brewers yeast (Saccharomyces cerevisiae) as a feed supplement for hybrid striped bass (Morone chrysops >< M. saxatilis). Aquaculture 219: 681–692. www.elsevier.com/locate/aqua-online [23 Februari 2012] Li P. and Gatlin III D. M. 2008. Use of diet additives to improve nutritional value of alternative protein solubles. Di dalam: Lim C., Webster C. D. and Lee Cheng-Sheng (Eds). Alternative Protein Sources In Aquaculture Diets. The Haworth Press, Taylor & Francis Group. New York. United States of America (page 501-516) Oliva-Teles A. dan Goncalves P. 2001. Partial replacement of fishmeal by brewers yeast (Saccaromyces cerevisae) in diets for sea bass (Dicentrarchus labrax) juveniles. Aquaculture 202: 269–278. Osman H.A.M., Ibrahim T.B., Soliman W.E. and Monier M. M. 2010. Influence of dietary commercial baker yeast Saccharomyces cerevisiae on growth performance, survival and immunostimulation of Oreochromis niloticus challenged with Aeromonas hydrophila. Natural and Science Volume 8 No.3: 96-103 Ozório, R. O. A., Portz L., Borghesi R. and Cyrino J.E.P. 2012. Effects of dietary yeast (Saccharomyces cerevisiae) supplementation in practical diets of tilapia (Oreochromis niloticus). Animals 2: 16-24 www.mdpi.com/journal/animals [13 Februari 2012] Russo R. and Yanong R.P.E. 2006. Dietary beta-glucans and nucleotides enhance resistance of red-tail black shark (Epalzeorhynchos bicolor, fam Cyprinidae) to Streptococcus iniae infection. Journal Of The World Aquaculture Society Volume 37 No. 3 Rumsey G.L., Kinsella J.E., Shetty K.J. and Hughes S.G. 1991. Effect of high dietary concentrations of brewer’s dried yeast on growth performance and liver uricase in rainbow trout (Oncorhynchus mykiss). Animal Feed Science and Technology Volume 33: 177-183 Rosita M. 2011. Jumat, 30 Desember 2011. Konsumsi minuman beralkohol. http://industri.kontan.co.id/news/tahun-berganti-konsumsi-bir-meningkat-15 [10 Februari 2012] Sakai M., Taniguchi K., Mamoto K., Ogawa H. and Tabata M. 2001. Immunostimulant effects of nucleotide isolated from yeast RNA on carp, Cyprinus carpio L. Journal Fish Disease 24: 433–438
20
Sartika Y. 2011. Efektivitas fitofarmaka dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Wahjuningrum D., Tarono dan Angka S. L. 2007. Efektifitas rebusan campuran sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Ness), daun jambu biji (Psidium guajava L.) dan daun sirih (Piper betle L.) untuk pencegahan penyakit MAS (Motil Aeromonad Septicaemia) pada ikan lele dumbo (Clarias sp.). Jurnal Akuakultur Indonesia Volume 6 (2): 127–133 Watanabe T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. Department Of Aquatic Bioscience. Tokyo University of Fisheries. JICA. Webster C. D., Thompson K. R., Metts L. S. and Muzinic L. A. 2008. Use of distillers grains with solubles and brewery by-products in fish and crustacean diets. Di dalam: Lim C., Webster C. D. and Lee Cheng-Sheng (Eds). Alternative Protein Sources In Aquaculture Diets. The Haworth Press, Taylor & Francis Group. New York. United States of America (page 475-491) Yoshida T., Kruger R., and Inglis V. 1995. Augmentation of non-specific protection in African catfish, Clarias gariepinus (Burchell), by the longterm oral administration of immunostimulants. Journal of fish diseases 18: 195-198. Zerai D. B., Fitzsimmons C. dan Duff. 2008. Evaluation of brewer’s waste as partial replacement of fish meal protein in nile tilapia, Oreochromis niloticus diets. Journal of The World Aquaculture Society Volume 39 No.4: 556-564
21
LAMPIRAN
22
Lampiran 1. Hasil analisis proksimat ragi bir Proksimat
Kandungan (%)
Kadar Abu Protein Serat Kasar BETN
5,89 56,37 0,44 36,23
Keterangan: Analisis Lab. Nutrisi Lantai 3, BDP IPB Analisis dalam 94,51% bobot kering
Lampiran 2. Perhitungan parameter penelitian 1. Jumlah Konsumsi Pakan (JKP) Pengukuran JKP ditentukan dengan menimbang jumlah pakan yang diberikan dikurangi jumlah pakan yang tidak dimakan. JKP = pakan yang diberikan (g) – sisa pakan yang tidak termakan (g) 2. Laju Pertumbuhan Harian (LPH) Pengukuran LPH ikan uji dihitung menggunakan persamaan berikut: Wt LPH = t 1 100% Wo
Keterangan: Wt = Rata-rata bobot individu akhir pemeliharaan (g) Wo = Rata-rata bobot individu awal pemeliharaan (g) t = Lama waktu pemeliharaan (hari) 3. Efisiensi Pakan (EP) Nilai efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: EP = {[(Wt + D) – Wo] / F} x 100% Keterangan : EP = Efisiensi pakan (%) F = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (g) Wt = Rata-rata bobot individu akhir pemeliharaan (g) Wo = Rata-rata bobot awal pemeliharaan (g) D = Bobot ikan mati (g)
23
4. Tingkat Kelangsungan Hidup atau Survival Rate (SR) Kelangsungan hidup ikan dapat diketahui dengan persamaan sebagai berikut: SR = [Nt / No] x 100% Keterangan : SR = Survival Rate (%) Nt = Jumlah ikan akhir pemeliharaan (ekor) No = Jumlah ikan awal pemeliharaan (ekor) 5. Biaya Produksi Pakan (Cost Feed) Nilai biaya pakan dihitung berdasarkan data efisiensi pakan selama 40 hari pemeliharaan pertumbuhan ikan uji dan estimasi harga pakan di pasaran. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Keterangan: Cf = biaya produksi pakan (biaya pakan dalam rupiah/kg) EP = efisiensi pakan (%) Harga pakan diasumsikan Rp 7.667 yang diperoleh dari Rp. 233.000 @ 30 kg (harga pakan Comfeed)
24
Lampiran 3. Prosedur analisis proksimat pakan perlakuan 1. Kadar Air Menurut Watanabe (1988), analisis kadar air diawali dengan cawan dioven pada suhu 100°C selama 1 jam kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit lalu ditimbang (X1). Sebanyak 2-3 g sampel ditimbang sebagai bobot A. Cawan dan sampel dipanaskan kembali dalam oven pada suhu 110°C selama 4 jam lalu didinginkan dalam desikator selama 30 menit. Pada akhirnya bobot cawan dan sampel ditimbang (X2). 2. Kadar Abu Menurut Watanabe (1988), cawan dipanaskan dalam oven bersuhu 100°C selama 1 jam dan didinginkan dalam desikator selama 30 menit. Bobot cawan ditimbang sebagai X1. Setelah itu, bahan dimasukkan ke dalam cawan dan ditimbang 2-3 g sebagai bobot A. Cawan yang berisi bahan kemudian dipanaskan dalam tanur pada suhu 600°C dan didiamkan semalam hingga menjadi abu. Cawan lalu didinginkan dalam desikator selama 30-60 menit, ditimbang sebagai X2 dan dicatat bobot abunya. 3. Kadar Protein Menurut Watanabe (1988), tahap oksidasi diawali dengan sampel ditimbang lalu dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl yang ditambahkan katalis (K2SO4 + CuSO4.5H2O) sebanyak 3 g dan 10 ml H2SO4 pekat. Labu disimpan dalam rak digestion dan dipanaskan selama 3-4 jam hingga larutan berwarna hijau bening. Labu didinginkan kemudian diencerkan hingga volumenya 100 ml, dan didestilasi. Pada tahap destilasi, beberapa tetes H2SO4 dimasukkan ke dalam labu yang telah diisi dengan akuades sampai setengahnya. Erlenmeyer yang berisi 10 ml H2SO4 dan 2 tetes larutan indikator disimpan di bawah pipa pembuangan kondensor dengan cara dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan. Kemudian sebanyak 5 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung destilasi dan melalui corong tersebut dimasukkan NaOH 10 ml lalu ditutup. Campuran alkalin dalam labu destilasi disuling menjadi uap air selama 10 menit setelah terjadi pengembunan pada kondensor. Labu Erlenmeyer diturunkan hingga kondensor berada di leher labu, di atas permukaan larutan. Kondensor dibilas dengan akuades selama 1-2 menit. Pada tahap titrasi, larutan hasil destilasi dititrasi dengan NaOH 0,05 N hingga berubah warna, dan volume titran dicatat.
25
4. Kadar Lemak Dalam Watanabe (1988), terlebih dahulu labu dipanaskan di dalam oven pada suhu 110°C selama 1 jam, dan didinginkan dalam desikator selama 30 menit lalu bobot labu ditimbang (X1). Sampel ditimbang sebanyak 3-5 g dan dimasukkan ke dalam selongsong lalu diekstraksi dalam soxhlet yang ditambahkan N-Hexan. Selama 3-4 jam dipanaskan dengan water bath hingga larutan berwarna bening. Sisa N-Hexan dalam labu diuapkan kemudian labu dimasukkan ke dalam oven selama 15-30 menit, didinginkan dan ditimbang (X2). 5. Serat Kasar Kertas saring dioven, didinginkan, dan ditimbang (X1). Setelah itu, corong Buchner dipasang dan dihubungkan pada vacuum pump. Sampel ditimbang 0,5 g sebagai bobot A lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan diberikan H2SO4 pada sebanyak 50 ml, lalu sampel dipanaskan kembali selama 30 menit. Sampel ditambahkan 25 ml NaOH dan dipanaskan 30 menit. Larutan dan bahan tersebut kemudian disaring pada corong Buchner dan dibilas secara berturut-turut dengan air panas, H2SO4, air panas, dan aseton. Cawan porselen dan kertas saring dipanaskan selama 1 jam kemudian didinginkan dan ditimbang (X2). Cawan dipanaskan di dalam tanur hingga berwarna putih atau menjadi abu (4 jam), dioven kembali selama 15 menit, didinginkan dan ditimbang sebagai X3 (Watanabe, 1988). 6. Penghitungan kandungan BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen) BETN = 100 – (K. Air + K. Abu + K. Protein + K. Lemak + K. Serat Kasar)
26
Lampiran 4. Hasil uji LD50 (penentuan kepadatan bakteri)
108
Jumlah ikan (ekor) 10
Jumlah kematian (ekor) 10
107
10
9
90
106
10
6
60
105
10
7
70
Pengenceran
Log negatif LD50
% Kematian 100
= Log negatif >50% + selang proporsi = log -106 + 0,1 = - 6 + 0,1 = - 5,9
LD50 = 10(-5,9) = 106 CFU/ml Keterangan: nilai LD50 sebesar 106 berarti bahwa bakteri Aeromonas hydrophila pada kepadatan 106 cfu/ml dapat menyebabkan populasi ikan lele mati sebanyak 50% dalam waktu 7 hari.
27
Lampiran 5. Perhitungan parameter uji tantang 1. Tingkat Kelangsungan Hidup atau Survival Rate (SR) Uji Tantang Kelangsungan hidup ikan setelah infeksi bakteri diketahui dari persamaan sebagai berikut: SR = [Nt / No] × 100% Keterangan : SR = Survival Rate (%) Nt = Jumlah ikan pada akhir uji tantang (ekor) No = Jumlah ikan pada awal uji tantang (ekor) 2. Prosentase Kejadian Gejala Klinis pada Uji Tantang Prosentase kejadian gejala klinis yang terjadi selama 10 hari pemeliharaan uji tantang diketahui dari persamaan sebagai berikut: Gejala klinis = [G / Gt] × 100% Keterangan : SR = Prosentase kejadian gejala klinis (%) G = Jumlah ikan yang mengalami gejala klinis pada setiap akuarium (ekor) Gt = Jumlah total ikan per perlakuan (ekor) Jumlah akuarium: 15 buah Jumlah total ikan per perlakuan: 24 ekor Gejala klinis yang diamati: pembengkakan, tukak dan hemoragik.
28
Lampiran 6. Biomassa awal dan akhir selama 40 hari pemeliharaan 1. Biomassa awal ikan uji (g) Ulangan 1 2 3 Rataan Deviasi
Pakan Perlakuan B C 3% RB 6% RB 111,00 113,85 101,10 109,20 116,55 113,10 109,55 112,05 7,83 2,50
A Kontrol 97,95 113,25 115,73 108,98 9,63
D 3% BY 112,05 112,05 113,10 112,40 0,61
ANOVA biomassa awal ikan uji H-0 Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
26.932
3
8.977
.225
.877
Within Groups
319.525
8
39.941
Total
346.457
11
2. Biomassa akhir ikan uji H-40 (g) Ulangan 1 2 3 Rataan Deviasi
A Kontrol 303,13 232,49 367,64 303,08 67,78
Pakan Perlakuan B C 3% RB 6% RB 207,10 283,14 282,60 245,85 297,84 231,99 262,51 253,66 48,59 26,45
D 3% BY 198,09 321,15 209,66 242,97 67,96
ANOVA biomassa akhir ikan uji H-40 Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
26.932
3
8.977
.225
.877
Within Groups
319.525
8
39.941
Total
346.457
11
29
Lampiran 7. Laju pertumbuhan harian selama 40 hari pemeliharaan (%) Ulangan 1 2 3 Rataan Deviasi
A Kontrol 3,19 2,58 3,11 2,96 0,33
Pakan Perlakuan B C 3% RB 6% RB 2,61 2,67 3,18 2,84 2,95 2,60 2,91 2,71 0,29 0,12
D 3% BY 2,74 2,67 2,35 2,58 0,21
ANOVA laju pertumbuhan harian selama 40 hari pemeliharaan Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
.279
3
.093
1.484
.291
Within Groups
.501
8
.063
Total
.780
11
Lampiran 8. Jumlah konsumsi pakan selama 40 hari pemeliharaan (g) Ulangan 1 2 3 Rataan Deviasi
A Kontrol 287,57 266,11 285,72 279,80 11,89
Pakan Perlakuan B C 3% RB 6% RB 252,88 279,70 254,78 297,66 272,29 233,02 259,98 270,13 10,70 33,37
D 3% BY 291,12 270,90 257,64 273,22 16,86
ANOVA jumlah konsumsi pakan selama 40 hari pemeliharaan Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
612.926
3
204.309
.494
.696
Within Groups
3306.988
8
413.374
Total
3919.915
11
30
Lampiran 9. Efisiensi pakan selama 40 hari pemeliharaan (%) Ulangan 1 2 3 Rataan Deviasi
A Kontrol 91,75 105,09 110,51 102,45 9,66
Pakan Perlakuan B C 3% RB 6% RB 116,02 84,32 111,92 108,16 117,62 124,83 115,19 105,77 2,94 20,36
D 3% BY 100,68 77,19 92,93 90,27 11,97
ANOVA efisiensi pakan selama 40 hari pemeliharaan Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
954.247
3
318.082
1.934
.203
Within Groups
1315.616
8
164.452
Total
2269.863
11
Lampiran 10. Tingkat kelangsungan hidup selama 40 hari pemeliharaan (%) Ulangan 1 2 3 Rataan Deviasi
A Kontrol 90,00 76,67 96,67 87,78 10,18
Pakan Perlakuan B C 3% RB 6% RB 66,67 86,67 80,00 73,33 80,00 73,33 75,56 77,78 7,70 7,70
D 3% BY 60,00 93,33 73,33 75,56 16,78
ANOVA tingkat kelangsungan hidup selama 40 hari pemeliharaan Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
306.630
3
102.210
.812
.522
Within Groups
1007.348
8
125.919
Total
1313.978
11
31
Lampiran 11. Hasil uji tantang - 1 Desember 2012 OK-
Hari
OK+
3RB
6RB
3BY
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 2 1 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 1 3 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
Total mati (ekor)
0
0
3
0
4
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
Total hidup (ekor)
8
8
5
8
4
7
7
7
8
7
7
7
7
7
7
100,00
100,00
62,50
100,00
50,00
87,50
87,50
87,50
100,00
87,50
87,50
87,50
87,50
87,50
87,50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SR Uji tantang (%)
SR Perlakuan (%)
Keterangan:
*1 akuarium OK- = OK+ = 3 RB = 6 RB = 3 BY =
87,50
79,17
91,67
87,50
87,50
= 8 ekor ikan kontrol negatif (tanpa penambahan ragi bir + diinjeksi dengan PBS) kontrol positif (tanpa penambahan ragi bir + diinjeksi bakteri Aeromonas hydrophilla) penambahan 3% ragi bir pada pakan, diinjeksi bakteri Aeromonas hydrophilla penambahan 6% ragi bir pada pakan, diinjeksi bakteri Aeromonas hydrophilla penambahan 3% bioyeast pada pakan, diinjeksi bakteri Aeromonas hydrophilla
32
Lampiran 12. Ttingkat kelangsungan hidup dari uji tantang (%) Ulangan 1 2 3 Rataan Deviasi
OK100,00 100,00 62,50 87,50 21,65
Perlakuan Uji Tantang OK+ 3% RB 100,00 87,50 50,00 87,50 87,50 100,00 79,17 91,67 26,02 7,22
6% RB 87,50 87,50 87,50 87,50 0
3% BY 87,50 87,50 87,50 87,50 0
ANOVA tingkat kelangsungan hidup dari uji tantang Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
250.000
4
62.500
.261
.896
Within Groups
2395.833
10
239.583
Total
2645.833
14
33