Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Juni 2015 Vol. 4 No.1 Hal : 71-77 ISSN 2302-6308
Available online at: http://umbidharma.org/jipp E-ISSN 2407-4632
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP PEMATANGAN GONAD DAN PEMIJAHAN IKAN BELIDA (Chitala lopis) DI KOLAM RAWA (Effect of Shelter on Gonad Maturation and Spawning of knife fish-Chitala lopis in Swampy Ponds) Mas Tri Djoko Sunarno1*, Mas Bayu Syamsunarno2 1Balai
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar Jl. Sempur No.1, Bogor 16154 Tlp (0251) 8313200. Faks (0251) 8327890 *Korespondensi:
[email protected] 2Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Raya Jakarta Km. 4 Untirta, Serang, Banten Diterima: 15 Maret 2015 / Disetujui: 11 Mei 2015 ABSTRACT An experiment was executed to evaluate effect of shelter on gonad maturation and spawning of knife fish (Chitala lopis) from June to December in ponds. Four ponds of 200 m2 in dimension size and 70 cm in water depth were divided in two parts as an experimental pond. One unit experiment in each pond was covered by water hyacinth at 50% of total area. After acclimatized, five pairs of the brooder fish was stocked in each experimental unit and fed on live fish of trash fish and tilapia fingerlings at equal proportion every morning for six months of experimental period. Five wood stakes as fertilized eggs sticky were set in every experimental unit and observed at least twice a month. Artificial spawning using ovaprim hormone at 5 cc in doze per kg was conducted. Water quality of experimental unit was observed monthly. The results showed that all males gonad was mature since month – 1, but percentage of gonad maturation of female increased from July to December. Fertilized eggs stick in stake was found monthly, except November. Artificial spawning succeeded, but up to eggs fertilization. Shelter effectively affected in eggs maturation during dry season, namely July to September. Keywords: shelter, gonad maturation, spawning, knife fish, Chitala lopis ABSTRAK Suatu percobaan telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh naungan terhadap pematangan gonad dan pemijahan ikan belida (Chitala lopis) mulai juni hingga Desember di kolam. Empat buah kolam dengan luas 200 m 2 kedalamam 70 cm per kolam disekat menjadi dua sebagai unit percobaan. Unit percobaan di setiap kolam diberi naungan eceng gondok seluas 50% dan yang lainnya terbuka. Setelah diadaptasikan, 5 pasang induk belida ditebar disetiap sekat dan diberi pakan hidup berupa ikan rucah dan benih nila hidup sebanyak 3% dari bobot tubuh pada pagi hari selama enam bulan masa pemeliharaan. Sebanyak 5 tonggak kayu sebagai tempat penempelan telur dipasang di setiap unit percobaan. Pengamatan tonggak kayu dilakuan minimal setiap dua kali dalam sebulan. Pemijahan buatan dilakukan dengan menggunakan 5 cc hormon ovaprim per kg induk. Kualitas air diamati setiap bulan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa semua induk jantan matang gonad,
72
SUNARNO DAN SYAMSUNARNO
JIPP
namun persentase induk betina matang gonad semakin meningkat dari bulan Juli hingga Desember. Setiap bulan ditemui telur belida yang menempel pada tonggak di setiap petak percobaan, kecuali bulan November. Pemijahan buatan hanya berhasil hingga tingkat pembuahan. Pemberian naungan diduga efektif berpengaruh terhadap pematangan telur selama musim kemarau, yaitu Juli hingga September. Kata kunci: naungan, pematangan gonad, pemijahan, belida, Chitala lopis. PENDAHULUAN Ikan belida (Chitala lopis) termasuk jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi sebagai ikan konsumsi, bahan baku utama makanan khas daerah dan ikan hias (Ondara dan Dharyati, 1993). Hal demikian menyebabkan peningkatan eksploitasinya seiring dengan peningkatan kebutuhan pasar. Habitat ikan belida mendapat tekanan tinggi dari penangkapan dan juga penurunan habitat ikan tersebut (Sunarno et al., 2009). Perubahan habitat berjalan secara sinergis peningkatan ancaman kepunahan ikan belida. Fekunditas ikan belida yang rendah (6.000 - 10.000 telur per ekor (Adjie et al. 1999) menyebabkan relatif kecilnya peluang hidup anakannya (rekruitment). Penebaran ikan nila seperti di Waduk Riam Kanan, Kalimantan Selatan diduga menurunkan produksi ikan belida melalui proses pemakanan telur ikan belida yang menempel di substrat (Sunarno et al. 2006; Sunarno et al. 2009). Dugaan penurunan populasi ikan belida didukung oleh semakin mengecilnya ukuran ikan tersebut di alam (Wibowo et al. 2008). Langkah strategis perlu diupayakan untuk menghilangkan status punah dan atau terancam punah (FAO/UNEP. 1981) antara lain melalui pembatasan ukuran penangkapan ikan tersebut (Wibowo et al. 2006), program domestikasi dan pengembangan budidayanya (Sunarno, 2002). Salah satu upaya untuk penerapan program domestikasi ikan belida adalah memijahkannya di sekitar habitat ikan tersebut. Pemijahan ikan belida di luar habitatnya telah dilaporkan oleh Wahyutomo dan Saripin (2004) dan Kristanto dan Subagja (2011)
masing-masing secara alami dan rangsangan hormonal. Pendekatan informasi habitat ikan belida di alam dapat dijadikan acuan untuk pematangan gonad dan pemijahan ikan belida. Habitat ikan belida berupa anak sungai dan atau sungai kecil yang terdapat batang kayu, dan atau tanaman yang berakar di dasar perairan yang merupakan tempat hidup berbagai jenis ikan kecil. Tambahan, batang kayu tersebut digunakan oleh ikan belida sebagai tempat menempelkan telurnya dan tempat berlindung anakannya. Jenis ikan yang dimangsa oleh induk ikan belida adalah ikan yang mempunyai gerakan lambat dan udang kecil (Sunarno, 2012). Oleh karena itu, suatu percobaan telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh naungan terhadap pematangan gonad dan pemijahan ikan belida di kolam rawa. METODE PENELITIAN Percobaan dilakukan mulai bulan Juni hingga Desember di kolam rawa. Kolam tersebut telah digunakan untuk pemeliharaan ikan. Perlakuan percobaan adalah pemberian naungan dan tidak diberi naungan. Naungan terbuat dari tanaman air mengapung eceng gondok (Eichornia crassipes) yang dipasang di kolam pemeliharaan induk seluas 50% dari total luas kolam. Seutas tali dibentangkan sebagai pemberi batas atau pengendalian pertumbuhan eceng gondok. Sebanyak 4 buah kolam yang masing-masing berukuran 10 x 25 m2 dan kedalaman air 0,7 m disekat menjadi dua bagian menggunakan bilah bambu. Sebelum digunakan, kolam diolah melalui pengeringan, pemberian
Vol. 4, 2015
Pengaruh Naungan Terhadap Pematangan Gonad
pupuk dasar dengan kotoran ayam kering sebanyak 500 kg per ha dan kapur tohor sebanyak 2.000 kg per ha serta pengaliran air dari sungai menggunakan pompa setinggi 10 – 15 cm. Seminggu kemudian, air kolam ditambahkan hingga setinggi 80 cm. Setiap petak dipasang 5 buah tegakan kayu sebagai tempat penempelan telur ikan belida. Sebanyak 200 ekor induk belida dengan kisaran bobot 400 – 1.100g per ekor diperoleh dari hasil tangkapan di Sungai Batanghari, Jambi. Ikan uji tersebut diasumasikan telah memasuki usia dewasa. Sebanyak 4 buah waring ukuran 10 m 2 per buah digunakan sebagai wadah penampungan ikan uji untuk proses adaptasi ikan tersebut dalam kondisi percobaan selama 15 hari. Ikan jantan diketahui dengan pengurutan bagian perut yang mana spermanya dapat dikeluarkan. Ikan betina diperiksa telurnya dengan menggunakan kateter. Induk ikan tersebut tidak mengandung telur. Setelah beradaptasi, ikan uji ditimbang per ekor dan ditebar secara acak ke dalam petak percobaan hingga mencapai 5 pasang. Rasio jantan dan betina adalah 1:1 atau masing-masing jenis kelamin 5 ekor. Pakan yang diberikan berupa ikan hidup, yaitu ikan rucah hasil tangkapan dan benih ikan nila yang komposisinya 1:1. Pemberian pakan harian adalah sekitar 3% dari bobot total ikan yang diberikan pada pagi hari selama 6 bulan percobaan mulai Juli hingga Desember. Bulan Juli merupakan puncak musim kemarau dan Desember adalah puncak musim hujan. Pengukuran beberapa parameter kualitas air, kondisi gonad induk ikan dan tonggakan kayu yang ditempeli telur ikan belida di petak kolam
73
percobaan dilakukan setiap bulan. Ikan uji ditangkap dengan menggunakan alat tangkap hand net. Bilamana telah matang gonad, induk belida dipijahkan secara buatan dengan menggunakan rangsangan ovaprim sebanyak 0,5 cc per kg ikan. Proses pemijahan ikan secara buatan dilakukan di Laboratorium Basah. Parameter yang diuji adalah persentasi induk matang gonad, jumlah telur pada setiap tegakan, diameter telur, jumlah benih belida, persentase ovalusi, jumlah telur yang diovulasi, persentasi pembuahan, dan persentase penetasan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan beberapa parameter kualitas air pada setiap petak kolam selama percobaan tercantum pada Tabel 1. Percobaan dilakukan selama musim kemarau (Juni) hingga musim hujan (Desember) yang yang ditunjukkan oleh temperatur udara sekitar 34 oC. Evaporasi air kolam terjadi dan digantikan dengan pengisian kembali air kolam agar ketinggian kolam dipertahankan sekitar 0,8 m. Suhu udara yang tinggi tersebut adalah normal untuk wilayah lahan rawa pasang surut pada siang hari. Suhu air adalah lebih rendah dari suhu udara (sekitar 32oC). Siang hari ini menghasilkan kandungan oksigen terlarut (DO) selama percobaan (8 mg/L) dan kandungan karbondioksida bebas (2,46 – 3,56 mg/L) yang lebih rendah dari DO. Kondisi kulaitas air seperti ini normal untuk mendukung kehidupan dan pertumbuhan ikan seperti yang dikemukan oleh Boyd dan Lichkoppler (1979).
74
SUNARNO DAN SYAMSUNARNO
JIPP
Tabel 1 Pengamatan beberapa parameter kualitas air pada unit percobaan selama pemeliharaan induk belida (C. lopis) Parameter
Kolam Percobaan A1
A2
B1
B2
C1
C2
D1
D2
34
34
34
34
34
34
34
34
32
32
32
32
32
32
32
32
Oksigen terlarut (mg/L)
8,08
8,0
8,0
8,0
8,0
8,0
8,0
8,0
CO2 bebas (mg/L)
3,52
3,52
2,64
2,64
3,00
3,00
3,00
3,60
Alkalinitas (mg/L)
28
28
26
26
28
28
28
28
o
Suhu udara ( C) o
Suhu air ( C)
pH
6,5
6,5
6,0
6,0
6,0
6,0
6,0
6,0
Keterangan: A-D: kolam percobaan; 1-Naungan; 2 – Tanpa naungan
Setelah satu bulan masa pemeliharaan, semua induk ikan belida jantan (100%) sudah matang gonad yang dicirikan oleh pengeluaran sperma pada saat dilakukan peng-urutan bagian perutnya (Tabel 2). Hal demikian ditemukan sampai dengan akhir percobaan. Di alam, ikan belida memijah selama musim penghujan (Adie dan Utomo, 1994; Adjie et al., 1999; Sunarno, 2012). Hasil perco-baan ini menunjukkan bahwa dalam kondisi makanan tersedia, gonad induk belida jantan dapat berkembang hingga ke tingkat yang masak, tidak terkait dengan keberadaan naungan pada setiap petak percobaan. Berbeda dengan ikan betina, perkembangan telur ikan belida bergantung kepada kecukupan dan keseimbangan nutrien pakan yang diterima serta kondisi klimatologis. Pakan hidup yang tersedia di kolam, tidak saja berasal dari pakan dibe-rikan, juga pakan lainnya antara lain berupa udang kecil dan plankton lainnya. Keberadaan naungan mem-beri peluang bagi hewan air untuk hidup dan berkembang biak. Di samping itu, naungan dijadikan sebagai tempat perlindungan induk belida, terutama selama musim kemarau. Namun, bagi ikan belida, proses pematangan telur tidak terkait dengan keberadaan naungan. Jumlah induk betina yang matang telur adalah relatif sama di
kolam yang mempunyai naungan dan yang tidak diberi naungan. Pada umumnya, berbagai jasad akuatik berkembang biak selama musim penghujan. Tanaman eceng gondok yang mengapung merupakan habitat bagi jasad akuatik tersebut. Hal ini diduga menyebabkan persentase induk betina matang gonad relatif lebih tinggi dibandingkan musim kemarau. Setelah bulan September, induk belida betina di setiap petak percobaan telah matang gonad. Pada akhir percobaan, semua ikan baik jantan dan betina dapat matang gonad secara masal (100%). Kondisi ekologi kolam percobaan ternyata juga dapat merangsang pemijahan ikan belida secara alami. Hal demikian teramati pada Kolam B yang mana masa pemeliharaan baru berjalan satu bulan (Tabel 3). Substrat yang dipasang pada kolam telah ditempeli telur. Jumlah telur yang ditemukan pada substrat paling sedikit adalah 72 ekor. Telur tersebut rata-rata sudah menetas. Sifat reproduksi ikan belida yang melakukan beberapa kali pemijahan terlihat pada hasil penelitian ini, terbukti dari substrat pada setiap petak percobaan yang selalu ditempeli telur setiap bulannya. Musim juga cenderung tidak mem-pengaruhi proses reproduksi ikan belida secara alami. Pada saat puncak musim kemarau (Juli), ikan belida dapat memijah. Upaya pemindahan substrat yang ditempeli telur dari kolam ke wadah terkontrol
Vol. 4, 2015
Pengaruh Naungan Terhadap Pematangan Gonad
(akuarium) tidak memberikan hasil yang baik. Telur tidak dapat menetas. Keterbatasan air bersih di lahan pasang surut diduga menjadi salah satu faktor penyebabnya. Pemijahan ikan belida secara terkontrol dengan rangsangan hormon ovaprim tidak memberikan hasil (Tabel 4). Selama penelitian, ovulasi cenderung terjadi. Jumlah telur yang
75
dikeluarkan secara pemeliritan paling banyak adalah 275 butir. Diamater telur sekitar 2-3 mm. Pembuahan dapat terjadi, namun telur tersebut hanya mampu berkembang selama 6 - 8 jam. Kesulitan pembedahan ikan jantan untuk mendapatkan spermanya menjadi salah satu penyebab kegagalan perkembangan telur hingga menetas.
Tabel 2 Jumlah induk belida (C. lopis) yang dipelihara dengan dan tanpa perlidungan di kolam rawa Bulan ke - /
Perlindungan
Kelamin
Tanpa Perlindungan
Jumlah (ekor)
%
Jumlah (ekor)
%
Jantan
20
100
20
100
Betina
1
5
1
5
Jantan
20
100
20
100
Betina
1
5
2
10
Jantan
20
100
20
100
Betina
3
15
5
25
Jantan
20
100
20
100
Betina
7
35
8
40
Jantan
20
100
20
100
Betina
14
70
16
80
Jantan
20
100
20
100
Betina
20
100
20
100
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Tabel 3 Jumlah substrat yang ditempeli telur ikan belida (C. lopis) di setiap petak kolam selama percobaan Bulan
Petak Kolam Percobaan
A1
A2
B1
B2
C1
C2
D1
D3
Juli
1
1
0
0
0
0
0
0
Agustus
0
1
0
0
0
0
0
0
September
0
0
0
1
0
0
0
0
Oktober
1
1
0
0
1
0
0
0
November
0
0
0
0
0
0
0
0
Desember
1
1
1
1
1
1
1
1
Keterangan: A-D: kolam percobaan; 1-Naungan; 2 – Tanpa naungan
76
SUNARNO DAN SYAMSUNARNO
JIPP
Tabel 4 Pemijahan Ikan Belida Dengan Rangsangan Hormon Selama Percobaan No 1
Bulan September
Jam
Ovaprim
20.30
2
Bobot Betina (g) 1000
Ovulasi (butir)
Pembuahan (%)
Tetas (%)
0.5 cc
Bobot Jantan (g) 900
gagal
0
0
0.6 cc
400
1100
gagal
0
0
3
11.00
0.6 cc
400
1100
gagal
0
0
4
11.00
0.6 cc
500
420
78
100
0
15.00
0.5 cc
800
1000
85
0
0
6
15.00
0.8 cc
800
1600
275
100
0
7
15.00
0.6 cc
1200
500
0
0
0
23.00
0.8 cc
1100
1200
75
0
0
9
23.00
0.8 cc
2000
1100
0
0
0
10
16.30
0.8 cc
1100
500
221
100
0
5
8
November
Desember
Keterangan: Telur hanya berkembang selama 6 - 8 jam
KESIMPULAN Pemberian naungan tidak berpengaruh terhadap proses pema-tangan gonad ikan belida. Ikan jantan mudah berkembang gonad-nya sepanjang masa. Induk betina cenderung berkembang gonadnya selama musim penghujan. Ikan belida dapat dipijahkan secara bua-tan dengan rangsangan hormon ovaprim. Jumlah telur yang berhasil diovulasi pada penelitian ini adalah 275 butir. Telur dapat dibuahi, namun hanya bertahan selama 6 - 8 jam. DAFTAR PUSTAKA Adjie, S dan A.D. Utomo. 1994. Aspek Biologi Ikan Belida (Notopterus chitala) di Sungai Lempuing Sumatera Selatan, p: 174-177. Prosiding Seminar PPEHP Perikanan Perairan Umum. Palembang. Adjie, S., Husnah dan AGK. Gaffar. 1999. Studi biologi ikan belida (Notopterus chitala) daerah aliran sungai Batanghari Prov. Jambi. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 5(1): 38–43.
Boyd, C.E. and Lichkoppler F. 1979. Water Quality management in Pond Fish Culture. International Center for Aquacult. Experiment Station. Auburn Univ. Alabama. p. 5-30. FAO/UNEP. 1981. Conservation of genetic resources of fish, problem and recommendations, FAO Fish. Tech. Pap. (217). Kristanto, AH. dan J. Subagja. 2011. Respon induk ikan belida terhadap hormon pemijahan. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya, Jakarta. Hal: 113-116 Ondara dan E. Dharyati. 1993. Kerabat ikan belida (suku Notopteridae) di Indonesia, terutama kasusu di Sumatera Selatan. Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I. Buku II. Badan Litbang Pertanian, Puslitbang Perikanan beker-jasama dengan JICA. Hal 339-348. Sunarno, MTD. 2002. Selamatkan plasma nutfah belida. Warta Penelitian Perikanan Indonesia, 8(4): 1-6.
Vol. 4, 2015
Pengaruh Naungan Terhadap Pematangan Gonad
Sunarno, MTD., A. Wibowo, S. Makmur dan Subagja. 2006. Rawa sebagai habitat ikan belida (Chitala lopis). Noor, M., I. Noor, A. Supriyo, Mukhlis dan R.S. Simatupang (Eds.). Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Lahan Terpadu, Banjarbaru 28-29 Juli 2006, Balai Besar Penelitian dan Pengbangan Sumber Daya Lahan Pertanian, Balai Penelitian Pertanian Rawa, Banjar Baru, Kalimantan Selatan. Hal:121-132 Sunarno, MTD., MM. Kamal & AA. Utama. 2009. Beberapa Upaya Pengelolaan Ikan Belida (Chitala lopis), p: KR-15. Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumberdaya Ikan II, Pusat Riset Perikanan Tangkap-Badan Riset Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan LIPI, IPB dan MII, Jakarta. Sunarno, MTD. 2012. Respon ikan belida (Chitala lopis) terhadap berbagai jenis pakan hidup dalam wadah terkontrol. Bulletin Litbang Budidaya Air Tawar. 1(2): 113-120.
77
Wahyutomo dan Sarifin. 2004. Aplikasi Pematangan Gonad Ikan Belida (Chitala lopis) Di Kolam. Laporan Perekayasaan Loka Budidaya Air Tawar Mandiangin Kalimantan Selatan. 27 hlm. Wibowo, A., MTD. Sunarno, S. Makmur, Subagja dan N. Muflikah. 2006. Ikan belida (Chitala lopis) potensi sebagai ikan hias unggulan dan berbagai hambatan pengembangannya, p: 143-151. Azwar, Z.I., D. Satyani dan I. Ichsan (Eds.). Ikan hias Nusantara. Pusat Riset Perikanan Budidaya, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Wibowo, A., MTD. Sunarno, dan S. Makmur. 2008. Produksi Ikan Belida (Chitala lopis) dan Hubungannya dengan Kondisi Lingkungan dan Komunitas Zooplankton di Waduk Riam Kanan, Kalimantan Selatan. Prosiding Seminar Nasional Ikan V. Hal. 253-258. Masyarakat Iktiologi Indonesia, Bogor