JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (2) : 177 - 182
PERAN MASYARAKAT DESA SENAKIN DALAM PENGELOLAAN WISATA RIAM SOLAKNG SEBAGAI KAWASAN WISATA ALAM DI KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK (The Role Of Senakin Community In The Management Of Solakng Rapids As A Natural Tourist Attraction In Sengah Temila Subdistrict of Landak Regency)
Dimas, Fahrizal and Iskandar Faculty of Forestry, Tanjungpura University, Jalan Imam Bonjol 78124 Email:
[email protected]
ABSTRACT Ecotourism is a trip that is responsible to the preservation of natural areas and can provide benefits for the economy and maintain cultural integrity. This research aims to find out the role of the Senakin Village community in the management of Solakng Rapids, the obstacles in its management and the strategies of managing the Solakng Rapids. The methods used were survey, in-depth interview, questionnaire, observation and documentation, so purposive sampling was used and analyzed with descriptive qualitative approach. The results of the study showed that the community is more competent in managing the tourist attraction of Solakng Rapids through conserving natural resources and protecting cultural values. The constraints of the community in the management of the tourist attraction of Solakng Rapids are there is still doubt among the local community due to the lack of cooperation with the institutions concerned. Meanwhile, the management strategies of Solakng Rapids are unknown as the status of ownership is unknown, while the Senakin village development planning is set in the Village Medium Term Development Plan. Keywords: Ecotourism, Management, Role of the Community, Solakng Rapids
PENDAHULUAN Ekowisata merupakan konsep pariwisata yang menitik beratkan pada pesona alam yang indah dan menarik siapapun yang mengunjunginya, dimana ada kekayaan alam harmoni lingkungan dan tentu saja keberlangsungan didalamnya (Rosid 2012). Namun pada hakekatnya pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Atas
dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia Eco-traveler ini pada hakekatnya konservasionis. Sedangkan ekoturisme juga diterjemahkan menjadi ekologi yang bertanggung jawab atas perjalanan wisata ke areal alami yang mampu memelihara lingkungan serta bertanggung jawab untuk memelihara keberadaan manusia dan mahluk hidup sekitarnya untuk tetap hidup aman dan yaman dalam lingkungan (Sugima 2002). Pengelolaan ekowisata
183
JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (2) : 177 - 182
akan dapat berjalan dengan baik di setiap kecamatan, apabila bertujuan untuk mendukung pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan dengan berasaskan kepada prinsip ekowisata yaitu menyelaraskan antara pengelolaan lingkungan, ekosistem dan pembangunan ekowisata (Firmansyah 2012). Ada lima faktor yang mendasar dalam penentuan prinsip utama ekowisata/ekoturisme, (Aryanto 2003) yaitu: 1. Lingkungan: ekowisata bertumpuk pada lingkungan alam, budaya yang belum tercemar 2. Masyarakat: ekowisata/ekturisme adalah bermanfaat ekologi, sosial dan ekonomi pada masyarakat 3. Pendidikan dan pengalaman: ekowisata/ekoturisme harus dapat meningkatkan pemahaman akan lingkungan alam dan budaya dengan adanya pengalaman yang dimiliki 4. Berkelanjutan: ekowisata/ekoturisme dapat memberikan sumbangan positif bagi berkelanjutan ekologi lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang 5. Manajemen: ekowisata/ekoturisme harus dikelola secara baik dan menjamin sustainability lingkungan alam, budaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahtraan sekarang maupun generasi yang akan datang. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah memberikan definisi ekowisata yaitu kegiatan wisata alam di daerah yang bertanggungjawab dengan memperhatikan
unsur-unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam serta peningkatan pendapatan masyarakat lokal. Apabila hal ini dibiarkan, pengembangan wisata alam cenderung kurang memperhatikan aspek ekologi bahkan dapat mengakibatkan eksploitatif terhadap sumberdaya alam (Purnamasari 2005). Menurut Depertemen Kehutanan Republik Indonesia (1989), Wisata alam merupakan obyek dan kegiatan yang berkaitan dengan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan ekosistemnya, baik dalam bentuk asli (alami) maupun perpaduan dengan buatan manusia. Potensi tersebut perlu dikembangkan dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, sehingga tercapai keseimbangan antara perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari (Lindsay, et al. 2008; Alaeddinoglu and Can, 2010). Wisata alam juga suatu kegiatan sukarela untuk menikmati kondisi lingkungan alam (asli), melihat dan menikmati keunikan serta keindahan alam, dan keinginan untuk mengetahui kerahasiaan alam (Sartono 2000). Akibatnya tempat-tempat rekreasi di alam terbuka yang sifatnya masih alami serta dapat memberikan kenyamanan dan semakin banyak dikunjungi orang/wisatawan (Handayawati 2010). Beberapa syarat terpenting untuk wisata alam, sebagai berikut: (a) memperhatikan daya dukung alam dan budaya lokal yang didatangi, (b) membantu pelestarian alam
184
JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (2) : 177 - 182
dan ekonomi masyarakat lokal, (c) dilaksanakan dalam skala terbatas sesuai dengan berbagai tuntunan mutu dan prilaku terhadap penyelenggaraan atau pengunjung, dan (d) meningkatkan pemahaman pengunjung terhadap ekologi, budaya lokal dan masalah pembangunan. Wisata alam tidak hanya untuk dinikmati kesenangan saja, tetapi juga ditunjuk untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan khususnya wisata alam Riam Solakng. Wisata Riam Solakng merupakan wisata alam yang terletak di Desa Senakin Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak dengan luas wilayah ± 16.192.98 (161 km2), yang memiliki potensi sumberdaya alam yang masih asri dan memiliki pemandangan alam yang menarik untuk dikunjungi. Wisata Riam Solakng dapat dikembangkan sebagai tempat rekreasi terbuka dengan lokasi yang strategis dan memberikan kemudahaan maupun kenyamanan bagi pengunjung saat melakukan rekreasi di kawasan tersebut. Wisata Riam Solakng sering kali dikunjungi oleh masyarakat sekitar daerah maupun masyarakat luar daerah, namun sangat disayangkan potensi wisata Riam Solakng yang sudah ada belum juga diperhatikan oleh pemerintah daerah Kabupaten Landak. Hal tersebut perlunya kerjasama masyarakat sekitar dengan istansi terkait dalam pengembangan pembangunan obyek wisata. Peran masyarakat merupakan keterlibatan masyarakat itu sendiri dalam pembangunan, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan sampai pada tahap menikmati hasil
pembangunan. Menurut Undang–Undang Nomor 41 tahun 1999, masyarakat berkewajiban ikut serta dalam menjaga hutan dari ganguan perusakan, berperan aktif dalam rehabilitas, berperan serta dalam pembangunan kehutanan dan pemerintah wajib mendorong peran serta masyarakat yang terkait langsung dari berbagai upaya dalam rangka menyelamatakan maupun pemanfaatan hutan dan lahan tetap lestari. Setelah adanya peran serta masyarakat sekitar juga mempunyai motivasi yang kuat untuk bersama-sama mengatasi masalah dan mengusahakan berhasilnya kegiatan pengelolaan sumberdaya alam khususnya kawasan wisata Riam Solakng agar masyarakat sekitar juga terlibata dalam pengelolaan wisata alam. Terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peran masyarakat Desa Senakin dalam pengelolaan wisata Riam Solakng sebagai kawasan wisata alam? apa kendala masyarakat Desa Senakin dalam pengelolaan wisata Riam Solakng? bagaimana strategi masyarakat dalam pengelolaan?. Adapun tujuan penelitian ini, (1) untuk mengetahui bagaimana peran masyarakat Desa Senakin dalam pengelolaan wisata Riam Solakng sebagai kawasan wisata alam, (2) untuk mengetahui apa kendala masyarakat dalam pengelolaan wisata Riam Solakng, (3) untuk mengetahui bagaimana strategi masyarakat dalam pengelolaan wisata Riam Solakng. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada wisata Riam Solakng Desa Senakin Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak, luas
185
JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (2) : 177 - 182
wilayah ± 16.192.98 Ha (161Km2). Waktu penelitian dilaksanakan selama ± 3 (tiga) minggu di lapangan, dimulai dari tanggal 2 sampai tanggal 25 Mei 2016. Alat-alat yang digunakan dalam pengambilan data dan pengolahanya antaralain: alat tulis, kamera, kuisioner, perekam suara dan alat lainnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik melakukan wawancara mendalam dengan responden yang telah dipilih berdasarkan populasi. Untuk mencapai tujuan penelitian di atas, data yang dikumpulkan terbagi menjadi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung di lapangan oleh peneliti sebagai obyek penulisan yang sesuai dengan ruang lingkup penelitian yaitu kebijakan pemerintah, peran swasta, sarana dan prasarana, aksebilitas, pendanaan, aktivitas masyarakat dan perencanaan pengelolaan. Untuk memperkaya hasil di lapangan, dikumpulkan juga data sekunder yang berasal dari berbagai literatur yang berhubungan dengan keadan lokasi penelitian yang diperoleh dari pejabat istansi (pemerintah daerah) yang telah ditentukan sebelumnya dengan jumlah 18 orang seperti Dishudbun/disporaparekraf, camat, kepala desa, kepala dusun, tokoh masyarakat, tokoh adat, masyarakat setempat dan pengunjung. Analisis data yang digunakan adalah metode deskriftif kualitatif yaitu mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan. Data yang berasal dari dokumen dan sebagainya, kemudian dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan
atau realitas tentang peran masyarakat Desa Senakin dalam pengelolaan wisata Riam Solakng. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil data yang diperoleh melalui survei di lapangan yang bedasarkan dengan ruang lingkup penelitian yang sudah dilakukan ataupun berbagi pihak yang telah ditentukan pada metode penelitian ini terkait dalam pengelolaan wisata Riam Solakng di Desa Senakin Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak. 1. Peran dalam Pengelolaan Wisata Riam Solakng Peran masyarakat Peran atau partisipasi masyarakat merupakan proses dimana masyarakat turut serta mengambil bagian dalam keputusan (Hadi 2005). Pada hakikatnya keterlibatan masyarakat merupakan bagian dari perencanaan yang dimaksud untuk mengakomodasi kebutuhan, aspirasi dan “concern” dari mereka. Selain masyarakat mempunyai hak dalam menikmati kualitas lingkungan hidup yang dihasilkan hutan, juga berhak mengetahui rencana peruntukan hutan, pemanfaatan hasil hutan, dan informasi kehutanan. Bedasarkan hasil wawancara yang diperoleh dengan Kepala Desa Senakin mengatakan yang lebih berkompeten selama ini dalam mengelola wisata Riam Solakng adalah kelompok masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung guna tercapainya tujuan yang diinginkan, adapun kegiatan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat menjaga kebersihan lingkungan, menjaga ekosistem serta
186
JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (2) : 177 - 182
melindungi tempat-tempat yang bernilai sosial budaya. Bedasarkan Undang-Undang No.41 tahun 1999 tentang kehutanan, disebutkan bahwa masyarakat berkewajiban ikut serta dalam menjaga hutan dari gangguan perusakan, berperan aktif dalam rehabilitasi, turut serta dalam pembangunan kehutanan dan pemerintah wajib mendorong peran serta masyarakat yang terkait langsung dari berbagai upaya dalam menyelamatkan dan memanfaatkan hutan, sehingga tetap lestari serta berkesinambungan. Untuk mewujudkan peranan masyarakat dalam pengelolaan wisata Riam Solakng perlu dukungan dari berbagai pihak baik dalam kegiatan pengelolaan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi sampai pada tahap menikmati hasil pembangunan. Pemerintah daerah wajib mendorong kegiatan partisipasi masyarakat melalui berbagai kegiatan di bidang kehutanan yang berdaya guna dan berhasil guna agar masyarakat dapat bersikap kepatuhan dan ketaatan untuk tidak merusak kawasan wisata Riam Solakng. Peran Swasta Bedasarkan hasil wawancara yang diperoleh, semenjak diterapkannya wisata Riam Solakng sebagai wisata alam oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Landak, untuk mengenai anggaran dana pengelolaan wisata Riam Solakng itu sendiri bersumber dari APBD Kabupaten Landak. Namun diharapkan dalam perencanaan pengelolaan wisata Riam Solakng perlu ada kerja sama dengan pihak manapun termasuk kerja sama dengan peran swasta maupun LSM. Maka pengembangan suatu kawasan dapat
menarik banyak orang termasuk peneliti yang dapat membantu sebagai media promosi untuk menarik minat pihak terkai ataupun pengunjung yang datang di kawasan wisata Riam Solakng. Kebijakan Pemerintah Kebijakan umum dalam pengembangan hutan untuk saat ini mengacu pada kebijakan pariwisata alam yang dilakukan dalam rangka mewujudkan kelestarian sumberdaya alam hayati dan keseimbangan ekosistemnya. Bedasarkan UU No.5 Tahun 1990 dan PP No.18 dan No. 13 tahun 1994, yang mendukung upaya peningkatan kesejahtraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia (Fendeli 2000). Bedasarkan dari hasil wawancara dengan Kepala bidang pariwisata dan ekonomi kreatif Kabupaten Landak mengatakan untuk Rencana Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Landak bedasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Landak Nomor.2 Tahun 2010. Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada pemberdayaan masyarakat, pengembangan industri kecil di pedesaan, pengembangan wisata yang berbasis pada seni dan budaya. Pengembangan fasilitas dan utilitas pariwisata menggunakan pola sistem setempat agar dapat menunjang pertumbuhan industri kecil dalam pengembangan program pariwisata disetiap daerah khususnya di Kabupaten Landak. Sasaran pembangunan suatu pariwisata dapat terkelola diseluruh daerah apabila potensi pariwisata yang secara lebih menjanjikan. Pengembangan suatu pariwisata dapat melibatkan peran aktif masyarakat dan pengusaha agar dapat sejalan dengan kepentingan penataan
187
JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (2) : 177 - 182
ruang, pendapatan asli daerah, pengembangan seni budaya serta pelestarian lingkungan. Menjadikan daerah tujuan pariwisata dapat memperluas kesempatan berusaha dalam lapangan pekerjaan, mendorong mengunakan produksi lokal, menjadikan kegiatan pariwisata menjadi kegiatan masyarakat maupun pemerintah, dan menjaga kelestarian memupuk rasa cinta alam dan budaya serta memperhatikan nilai-nilai agama. Namun untuk saat ini kebijakan pemerintah terhadap kawasan wisata Riam Solakng masih dipertimbangkan karena belum termasuk wisata yang unggul dari 27 obyek wisata yang ada di Kabupaten Landak, meskipun sudah ditetetapkan sebagai wisata alam oleh Pemda. Pengelolaan tersebut nantinya akan ada pembinaan secara bertahap yang dilakukan oleh Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disporaparekraf) Kabupaten Landak. Adapun hasil wawancara dengan kepala Desa Senakin mengatakan adapun upaya perencanaan pembangunan bedasarkan peraturan mentri dalam negri No.114 tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD), yang diamanatkan bahwa setiap desa wajib untuk menyusun rencana pembangunan dalam jangka enam tahun. 2. Kendala dalam Pengelolaan Wisata Riam Solakng Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan poin yang cukup penting sebagai alat pendukung dan penunjang demi terlaksananya aktivitas wisata yang dapat menghasilkan kepuasaan
pada pengunjung yang datang (Indayana A.dkk 2012). Sarana merupakan suatu media untuk menunjang fasilitas sedangkan prasarana merupakan suatu hal yang menunjang dari suatu sarana di tempat tertentu. Bedasarkan hasil wawancara dengan masyarakat setempat dan pengunjung mereka mengatakan bahwa sarana dan prasarana yang ada di kawasan wisata Riam Solakng untuk saat ini belum mencukupi untuk dinikmati oleh wisatawan. Sarana dan prasarana yang sudah ada merupakan bantuan dari Pemda Kabupaten Landak seperti jalan aspal, plang penunjuk arah, plang sapta pesona dan toilet umum. Sarana dan prasarana yang ada merupakan penunjang bagi masyarakat setempat maupun pengunjung/wisatawan yang datang agar mendapatakan kemudahaan dan kenyamanan untuk memasuki kawasan wisata Riam Solakng. Sarana dan prasarana yang belum didukung secara intensif. Hal ini dapat dilihat pada salah satu prasarana seperi aliran listrik (PLN) yang tidak tersedia, disebabkan karena faktor eksternal, faktor yang berasal dari individu diri sendiri yang berpengaruh pada lingkungan sekitar dan perubahan zaman. Namun tidak dapat dipungkiri karena pola pikir dan pendidikan masyarakat sekitar masih tergolong rendah terutama di sekitar kawasan wisata Riam Solakng. Harapan dari masyarakat dan pengunjung adanya kerjasama dengan pihak istansi dalam pembangunan daerah khusunya di kawasan wisata Riam Solakng agar sarana dan prasarana lebih diperbanyak lagi.
188
JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (2) : 177 - 182
Aksesibilitas Aksesibilitas merupakan syarat penting untuk obyek wisata, seperti aksesibilitas menuju suatu kawasan sangat mudah untuk di tempuh, baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat (Soekadijo 2000). Yang paling utama menuju suatu obyek wisata adalah aksesibilitas yang dapat
dijangkau dan dapat ditempuh seperti jalan menuju kawasan wisata Riam Solakng yang ada di Desa Senakin Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak. Adapun jarak tempuh aksesibilitas menuju kawasan wisata Riam Solakng dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Aksesibilitas menuju wisata Riam Solakng Trayek Transport Pontianak – Desa Senakin Desa Senakin – Tempat wisata Ngabang – Desa Senakin
Tabel 1 menunjukan aksesibilitas menuju wisata Riam Solakng, terutama dari kota Pontianak menuju Desa Senakin ± 131 km atau 3-4 jam pada saat perjalanan dengan mengendaraai sepeda motor/mobil. Kondisi jalan dari kecamatan menuju lokasi wisata Riam Solakng jalan aspal, dengan lebar ± 3 meter dan berliku-liku sepanjang menuju lokasi wisata. Perjalan ini relatif mudah di tempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan waktu perjalanan hanya ± 15 menit dengan jarak 3 km, jarak tempuh yang relatif dekat kebanyakan wisatawan yang berkunjung untuk memilih berjalan kaki sambil menikmati panorama alam sekitar. Aksesibilitas penghubung antar kecamatan berupa jalan permanen dengan pengerasan aspal, namun pada jalan antar dusun masih berupa jalan setapak dan jalan tanah. Transportasi masyarakat Desa Senakin berupa angkutan umum, sepeda motor dan sepeda, komunikasi yang ada di Desa Senakin telah menggunakan handphone, televisi dan radio. Penerangan
Motor/mobil Motor Motor/mobil
Jarak/waktu 131 km/3-4 jam 3 km/15 menit 65km/11/2 jam
yang digunakan masyarakat Desa Senakin menggunakan jaringan listrik Negara (PLN), sedangkan pelayanan kesehatan memanfaatkan fasilitas standar pelayanan kesehatan oleh Pemerintah, seperti Puskesmas (postu) dan pelayanan bidan desa, dan sarana pendidikan di Desa Senakin sudah terpenuhi secara maksimal mulai tingkat TK, SD, SMP dan SMA baik sekolah negri maupun swasta. Pendanaan Bardasarkan hasil wawancara yang penulis peroleh dengan Disporaparekraf dan Dishutbun Kabupaten Landak mengatakan anggaran dana pembangunan kawasan wisata Riam Solakng ada di Pemerintah Daerah Kabupaten Landak. Namun pada umumnya anggaran tersebut belum dilimpahkan untuk pengelolaan wisata Riam Solakng karena kawasan tersebut belum termasuk wisata yang unggulan. Meskipun pemerintah daerah sudah menetapkan wisata Riam Solakng sebagai tempat pariwisata yang layak untuk dikunjungi oleh para wisatawan.
189
JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (2) : 177 - 182
Adapun anggaran dana akan diprioritaskan pada obyek wisata yang memiliki potensi wisata yang lebih unggul. Maka dari 27 obyek wisata yang ada di Kabupaten Landak ada 5 obyek wisata
yang sudah mendapatkan penyuluhan/pembinaan dari Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Landak, seperti yang terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Obyek Wisata yang Unggul di Kabupaten Landak No Wisata Lokasi 1 2 3 4 5
Rumah Panjang/Betang (wisata budaya) Kerataon Ismahayan (wisata sejarah) Makam Juang Mandor (wisata sejarah) Panorama Gunung Seha (wisata alam) Air Terjun Manggar (wisata alam)
Tabel 2 menunjukan obyek wisata yang unggul di Kabupaten landak, penetapan wisata unggul tersebut bedasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Landak Nomor 2 tahun 2010 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Landak. Penetapan tersebut nantinya akan mendapatkan pembinaan secara bertahap oleh Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Landak (Disporaparekaraf) Aktivitas Masyarakat Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Tokoh masyarakat dan Tokoh adat, mereka mengatakan didalam kawasan wisata Riam Solakng masih terdapat aktivitas masyarakat. Hal tersebut berupa perkebunan sawit, perkebunan karet, pertambangan batu, bertani, dan permukiman warga. Selain itu juga masyarakat masih melakukan aktivitas berburu terhadap satwa yang ada di dalam kawasan, masyarakat mengganggap bahwa penunjukan kawasan belum pernah disosialisasikan dengan masyarakat yang berada di sekitar wisata Riam Solakng. Sehingga masyarakat sekitar belum mengetahui aturan atau sangsi terkait pelanggaran dan larangan yang telah
Desa Saham/Kec. Sengah Temila Desa Raja/Kec. Ngabang Desa Mandor/Kec. Mandor Desa Paloan/Kec. Sengah Temila Desa Perbuak/Kec. Air Besar
ditetapkan oleh tokoh adat maupun pemerintah daerah. Harapan masyarakat yang berada di sekitar kawasan perlu diadakan sosialisasi dengn masyarakat setempat terkait kawasan wisata Riam Solakng, agar masyarakat mengetahui dan sadar terhadap perlindungan ekosistem serta mempertahankan nilai sosial budaya yang berada di sekitar kawasan. Aktivitas masyarakat yang sering dilakukan seperti gotong royong dalam pembukaan perladangan, pembangun rumah, dan membantu pada saat pesta perkawinan. Adapun aktivitas yang juga dilakukan mengadakan pesta syukur hasil panan (Naik Dango) merupakan kearipan lokal masyarakat Desa Senakin yang turuntemurun dilakukan supaya guna menciptakan keamanan, ketertiban dan keadilan dimasyarakat setempat. Kearifan lokal masyarakat Desa Senakin itu sendiri yang selalu dipertahankan yaitu hukum adat. Hukum adat adalah suatu kompleks norma-norma yang bersumber pada perasaan keadilan rakyat yang selalu berkembang serta meliputi peraturan-peraturan tingkah laku
190
JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (2) : 177 - 182
manusia dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, sebagian besar tidak tertulis, senantiasa ditaati dan dihormati oleh rakyat karena mempunyai akibat hukum (Soerojo 2008). Hukum adat digunakan apabila terjadi penyimpangan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar antaralain melakukan aktivitas di dalam kawasan hutan yang berdampak negatif bagi seluruh penduduk seperti membakar hutan, penebangan kayu, merusak sumber air, merusak tempat ibadah dan mencemari tempat yang dianggap keramat. Hukum adat yang diberikan kepada pelaku penyimpangan tergantung jenis pelanggaran yang dilakukan misalnya apabila seseorang dengan sengaja mencemari sungai menggunakan bahan kimia atau bahan peledak. Hal tersebut bisa menyebabkan mahluk hidup musnah dan sungai akan tercemar serta mengganggu kesehatan masyarakat. Hukuman adatnya: ayat 1 ( 6 tahil 10 amas 1 ekor babi 4 real hukuman timanggong/pasirah, denda atau kerugian lingkungan, kelengkapan sakral paraga adat), ayat 2,3 dan 4 (1 ekor ayam, kelengkapan sakral paraga adat), ayat 5 (12 tahil 10 emas 1 ekor babi 6 real, hukuman timanggong atau pasirah, denda atau kerugian lingkungan dan kelengkapan sakral paraga adat). Diharapkan dengan adanya bentuk kearifan lokal hukuman adat ini, khususnya mengenai aktivitas masyarakata yang dapat berpengaruh terhadap kelestarian hutan. Pada hakikatnya hukum adat memacu perkembangan yang lebih baik dan terarah, sehingga kelestarian hutan di setiap daerah tetap terjaga dan bermanfaat bagi masyarakat yang tinggal
disekitar kawasan khususnya di kawasan wisata Riam Solakng. 3. Kendala dalam Pengelolaan Wisata Riam Solakng Perencanaan Pengelolaan Kepala Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Landak mengatakan bahwa yang harus diprioritaskan dalam strategi pengelolaan wisata Riam Solakng yaitu perlu dilihat dari penggunaan kawasan, potensi kawasan dan status kawasan. Strategi merupakan suatu rencana dasar yang luas dari suatu tindakan organisasi untuk mencapai suatu tujuan (Budhita 2004). Bedasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Landak Nomor.2 Tahun 2010 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Landak, yang bertujuan tersusunnya suatu konsep pengembangan kepariwisataan Kabupaten Landak yang dilandasi pendekatan perencanaan dan isu-isu strategis yang terkait dengan pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Landak, teridentifikasinya kawasan wisata unggulan di Kabupaten Landak; dan tersusunnya arah kebijakan dan strategi. Pengembangan kepariwisataan daerah serta indikasi program pengembangan kepariwisataan di setiap kawasan wisata unggulan daerah. sebagai pedoman bagi pembangunan dan penyelenggaraan pariwisata di daerah, baik yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten maupun masyarakat; dan sebagai pedoman bagi pengawasan, pembinaan, dan pengendalian pengembangan pariwisata, objek dan daya tarik wisata.
191
JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (2) : 177 - 182
Adapun perencanaan pembangunan Desa Senakin yang tersusun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD) merupakan perencanaan untuk mencapai tujuan dan cita-cita dari desa itu sendiri. Pembangunan desa yang nantinya menjadi dokumen perencanaan yang disesuaikan dengan perencanaan tingkat kabupaten terutama perencanaan pengelolaan wisata Riam Solakng. Dengan adanya penyususn RPJMD ini merupakan supaya pelaksanaan amanat dari peraturan undang-undang berjalan dengan semestinya. PENUTUP Kesimpulan 1. Semenjak ditetapkanya kawasan wisata Riam Solakng sebagai wisata alam yang lebih berkompeten dalam mengelola wisata Riam Solakng kelompok masyarakat adapun kegiatan yang dilakukan menjaga kebersihan lingkungan, menjaga ekosistem serta melindungi tempat-tempat yang bernilai sosial budaya. 2. Selama kawasan wisata Riam Solakng ditetapkan sebagai obyek wisata belum ada kerja sama dari pihak manapun termasuk pihak swasta dan LSM. 3. Kebijakan pengelolaan wisata Riam Solakng ada di Peraturan Daerah Kabupaten Landak Nomor.2 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Landak. 4. Sarana dan prasarana yang ada di kawasan wisata Riam Solakng untuk saat ini jalan aspal, plang penunjuk arah, plang sapta pesona dan toilet umum, sarana dan prasarana yang
belum didukung secara intensif seperi aliran listrik (PLN) yang tidak ada. 5. Aksesibilitas menuju wisata Riam Solakng relatif mudah di tempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan waktu perjalanan ± 15 menit dengan jarak 3 km. 6. Pengelolaan kawasan wisata Riam Solakng secara umum dibiayai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Landak dan nantinya akan mendapatkan pembinaan secara bertahap. 7. Dalam kawasan wisata Riam Solakng masih banyak terdapat aktivitas masyarakat, berupa perkebunan sawit, perkebunan karet, pertambangan batu, bertani, permukiman warga berburu. 8. Perencanaan pengelolaan wisata Riam Solakng berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Landak Nomor.2 Tahun 2010 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Landak, Saran 1. Diharapkan peran masyarakat dengan pemerintah daerah untuk dapat saling bekerjasama dalam pengelolaan wisata Riam Solakng agar berperan aktif dalam memberikan masukan serta dukungan terhadap pengelolaan wisata Riam Solakng sehingga didalam pengelolaannya yang selektif dan terintegrasi. 2. Diperlukan peningkatan aksesibilitas sarana dan prasarana penunjang sehingga pengembangan wisata Riam Solakng akan lebih baik, terutama pasilitas-pasilitas yang tidak ada di dalam kawasan wisata Riam Solakng perlu ditambah.
192
JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (2) : 177 - 182
3. Mempromosikan potensi wisata Riam Solakng melalui media cetak maupun elektronik, sebagai agenda tujuan wisata di Kabupaten Landak, serta perlunya penelitian lanjut yang bersifat membangun dalam pengelolaan wisata Riam Solakng. DAFTAR PUSTAKA Aryanto. 2003. Eviromental marketing pada ekowisata pesisir menggerakkan rakyat daerah otonom. Jakarta Budhita, I G N Gde. 2004. Strategi Pengelolaan Museum Le Mayeur Sanur (Tesis). Denpasar: Program Magister (S2) Kajian Pariwisata Universitas Udayana. Fendeli Chafid dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Yogyakarta. Firmansyah dan Yoswaty. 2012. Pembangunan Ekowisata Di Kecamatan Tanjung Balai Asahan, Sumatra Utara: Faktor Ekologis Hutan Mangrove. IV (2): 346-359. Hadi. 2005. Bahan Kuliah Methodologi Penelitian Sosial, Kuantitatif, Kualitatif dan Kaji Tindak. Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, UNDIP.
Tangkuban Parahu. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Lindsay, Karen, Craig, John and Low, Matthew. 2008. ‘Tourism and Conservation: The Effects of Track Proximity on Avian Reproductive Success and Nest Selection in An Open Sanctuary’. Tourism Management. 29: 730-739. Permendagri No. 33 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah. Purnamasari, Qurie, Indrawan, Andry dan Muntasib, EKS Harini. 2005. ‘Kajian Pengembangan Produk Wisata Alam Berbasis Ekologi di Wilayah Wana Wisata Curug Cilember (WWCC), Kabupaten Bogor’. Jurnal Manajemen Hutan TropikaXI (1): 14-30. Rosid. 2012. Menggali Potensi Ekowisata Sungai Ciliwung Bersama Bird Group. Ciliwung Sartono, D. 2000. Suatu Tinjauan Aturan Dasar Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Alam. Dalam Makalah Loka Karya Pengembangan EcoTourism di Taman Nasional Cisarua. Jawa Barat.
Handayawati, Budiono dan Soemarno. 2010. Potensi Wisata Alam Pantai Bahari. PM PSLP PPSUB. Tulungagung.
Sugima. 2002. Konservasi Alam Melalui Elaborasi Ekoturisme. htt:/www. Pikiran - rakyat. com/cetak 0203/150801. Htm di unduh 20 Desember 2012.
Indayana. A. Mukti, W. G. dan Siagian, M. 2012. Pengelolaan Ekowisatadi Taman Wisata Alam Gunung
Undang – Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Penerbit PT. Mitra Info, Jakarta.
193