0883: Adri dkk.
PG-50
PENYIMPANAN BENIH SPESIFIK LOKASI UNTUK MENJAMIN KETERSEDIAAN BENIH DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA KEDELAI 2014 Adri∗ , Yardha, dan Hery Nugroho Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi Jl. Samarinda Paal Lima Kotabaru Jambi Tel. (0741) 40413 ∗
e-Mail: yan
[email protected]
Disajikan 29-30 Nop 2012
ABSTRAK Tanjung Jabung Timur merupakan lumbung pangan dan sentra produksi kedelai bagi Provinsi Jambi. Luas pertanaman kedelai mencapai 1.455 ha dengan tingkat produktivitas 1,3 t/ha. Salah satu kendala pengembangan kedelai di Tanjung Jabung Timur adalah tidak tersedianya benih dalam 6 tepat. Penelitian dilaksanakan di Desa Rantau Mamur, Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi dari Februari∼Nopember 2012. Penelitian dilaksanakan dua tahap. Tahap pertama penanaman varietas Anjasmoro, Kaba dan Grobogan sebagai materi pada kegiatan kedua. Kemudian kegiatan kedua melakukan penyimpanan benih satu varietas terpilih pada kegiatan pertama. Rancangan kegiatan tahap kedua mengunakan Rancangan Acak Lengkap 2 Faktor dengan 3 ulangan. Faktor I adalah Kemasan (K1 = Kantong plastik; K2 = Kemasan kaleng; dan K3 = Kemasan drigen). Faktor II adalah Kadar Air benih (R1 = 8%; R2 = 10%; dan R3 = 12%). Parameter pengamatan meliputi komponen hasil dan hasil, intensitas serangan hama/penyakit, kadar air benih dan daya berkecambah benih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Varietas Anjasmoro lebih adaptif dibandingkan Kaba maupun Grobongan pada lahan pasang surut, 2) media penyimpanan yang baik sampai bulan ketiga adalah derigent dengan kadar air dalam penyimpanan sebesar 8∼10%, dan 3). Rata-rata kelembaban udara penyimpanan bulan Agustus, September dan Oktober berturut-turut 72.1%, 73.8%, 81% dan suhu udara rata-rata 30.1 ◦ C, 30.4 ◦ C, dan 28.7 ◦ C. Kata Kunci: Penyimpanan, benih kedelai, lahan pasang surut, dan produktivitas
I.
PENDAHULUAN
Latar belakang Rata-rata produktivitas kedelai di Provinsi Jambi 1,2 t/ha (BPS Provinsi Jambi, 2009). Rata-rata produktivitas nasional kedelai 1,3 ton/ha dengan kisaran 0,6-2,0 ton/ha di tingkat petani, sedangkan di tingkat penelitian telah mencapai 1,7-3,2 ton/ha. Angka-angka ini menunjukkan bahwa produksi kedelai di tingkat petani masih bisa ditingkatkan melalui inovasi teknologi (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2007). Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya tanaman yang peranannya tidak dapat digantikan oleh faktor lain, karena benih sebagai bahan tanaman dan pembawa potensi genetik , mutu suatu benih dapat dilihat dari beberapa aspek seperti kebenaran varietas, kemurnian benih, daya hidup, serta bebas hama dan penyakit (Mugnisjah 1994). Benih kedelai merupakan benih yang cepat mengalami deteriorasi atau penurunan viabilitas dan vigor terutama jika disimpan pada kondisi simpan yang kurang optimum. Menurut Ilyas (2006) penggu-
naan benih bermutu rendah akan menghasilkan viabilitas dan vigor yang rendah, sehingga persentase pemunculan bibit rendah, bibit kurang toleran terhadap cekaman abiotik dan lebih sensitif terhadap serangan penyakit serta pada akhirnya akan menurunkan hasil. Salah satu faktor yang menentukan pengembangan tanaman kedelai adalah tersediaan benih bermutu dengan daya kecambah > 85%. Untuk menghasilkan benih bermutu dan berdaya kecambah tinggi diperlukan penanganan panen dan pascapanen yang tepat, antara lain penyimpanan, kadar air benih, suhu yang optimal dalam penyimpanan dan tempat penyimpanan yang sesuai. Dengan penyimpanan yang tepat diharapkan daya tumbuh benih kedelai dapat dipertahankan dalam waktu yang lama. Penelitian bertujuan untuk: (1) Mendapatkan paket teknologi produksi benih spesifik lokasi, (2) Mendapatkan paket teknologi cara penyimpanan benih kedelai spesifik lokasi di tingkat petani.
Prosiding InSINas 2012
0883: Adri dkk.
II.
METODOLOGI
Penelitian dilaksanakan di Desa Rantau Makmur, Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi dari Pebruari - Nopember 2012. Bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah; benih kedelai Anjasmoro, Kaba dan Grobogan. Pupuk Urea, SP-36, KCl, dolomit, pupuk kandang. Alat-alat berupa meteran, tali, alat tugal, gembor, koret, sabit, pengukur kadar air (moisture tester), pengepres, cawan petri, germinator, dan alat tulis dan computer suplies. Untuk kemasan digunakan kantong plastik, kemasan kaleng dan kemasan drigen isi 20 kg. Penelitian dilaksanakan dua tahap. Tahap pertama dilakukan penanaman tiga varietas kedelai pada lahan seluas 1,5 hektar, melibatkan satu petani kooperator yang tergabung dalam suatu kelompok tani Karya Bakti. Penyiapan lahan minimum tllage, setelah panen padi, jerami dibabat kemudian dihamparkan dan dibiarkan selama 3 hari agar kering. Dua minggu kemudian disemprot dengan herbisida. Saluran drainase (kemalir) dibuat setiap 8 m. Sebelum tanam benih diperlakukan dengan insektisida berbahan aktif fipronil untuk mencegah serangan lalat kacang, cara tanam tugal dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm, 2 biji/lubang. Perbaikan lahan (ameliorasi lahan) dilakukan dengan pupuk kandang dosis 1 t/ha dan dolomit dosis 750 kg/ha, sebelum diaplikasikan, pupuk kandang dicampur rata dengan dolomite, campuran pupuk kandang dengan dolomit tersebut diaplikasikan sesaat setelah tanam dengan cara disebar sepanjang baris tanaman sekaligus difungsikan untuk menutup lubang tanam. Pemupukan dengan dosis 75 kg/ha urea +100 kg SP36/ha +50 kg KCl/ha. Pupuk-pupuk tersebut dicampur rata dan diaplikasikan pada saat tanaman berumur 15 hari dengan cara dilarik/disebar di samping barisan tanaman dengan jarak 5-7 cm dari tanaman, setelah pupuk diaplikasikan, diupayakan pupuk dapat ditutup dengan tanah. Penyiangan dilakukan dua kali, yaitu penyiangan I dilakukan dengan herbisida pada saat tanaman berumur 20 hari. Penyiangan ke II (jika diperlukan) dilakukan dengan tenaga manusia pada saat tanaman berumur 40-45 hari. Pengendalian hama dan penyakit. Pada saat tanaman berumur 7 hari (kira-kira setelah benih tumbuh membentuk sepasang daun pertama) dilakukan penyemprotan dengan insektisida berbahan aktif fipronil (Reagent) untuk mencegah serangan lalat kacang. Pengendalian hama dan penyakit selanjutnya dilakukan sesuai kondisi hama dan penyakit yang menyerang. Dosis pestisida sesuai anjuran formulator pestisida. Setiap penyemrotan dicampur dengan bahan perekat. Panen dilakukan jika polong sudah masak fisiologis, yang ditandai oleh kulit polong berwarna coklat dan daundaun menguning dan rontok. Cara panen sesuai kebiasaan petani (dengan sabit). Setelah itu dijemur se-
PG-51 cukupnya dan kemudian di threser (dibijikan). Biji kemudian dijemur hingga kering (hingga mencapai kadar air biji 12%) dan kemudian dibersihkan. Kegiatan kedua dilaksanakan di tempat penyimpanan benih rumah petani Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 ulangan. Kapasitas kemasan penyimpanan 20 kg benih. Susunan perlakuan adalah sebagai berikut : Faktor Pertama (I) adalah Kemasan benih: - K1 : Kantong plastik - K2 : Kemasan kaleng - K3 : Kemasan drigen Faktor Kedua (II) adalah Kadar Air benih: - R1 : 8 % - R2 : 10 % - R3 : 12 % Pengamatan dilakukan terhadap: a. Peresentase tumbuh (%), jumlah buku subur, tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, jumlah polong per rumpun, persentase polong bernas, berat 100 biji dan Berat biji kering dari ubinan 2 m x 5 m (5 baris x 5 m) b. Kadar air benih c. Daya kecambah benih d. Suhu dan kelembaban gudang
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Kedelai Hasil kegiatan tahap pertama menunjukan bahwa rata-rata persentase tumbuh, jumlah buku subur lebih baik dibandingkan varietas Kaba dan Grobongan. Namun varietas Grobongan dan Kaba lebih awal berbunga dibandingkan varetas Anjasmoro. Varietas Kaba lebih tinggi dibandingkan varietas Anjasmoro dan Grobongan dan Ajasmoro lebih tinggi dibandingkan Grobongan. TABEL 1. Hal penelitian penelitian Yardha dan Muchlis Adie (2009) didapatkan galur-galur introduksi dari INTSOY yang sudah beradaptasi pada panjang hari 14 - 16 jam dan umurnya lebih 120 hari, ternyata setelah dicoba di Indonesia yang panjang hari siang 12 jam, umurnya 79 - 91 hari. Pertumbuhan kedelai di lapangan relatif bagus karena adanya pengaruh pemberian pupuk sesuai dosis. Di mana, pupuk yang diberikan dapat meningkatkan pH tanah dan ketersediaan hara bagi Prosiding InSINas 2012
0883: Adri dkk.
PG-52
TABEL 1: Rata-rata persentase (%), jumlah buku subur, umur berbunga dan tinggi tanaman pada lahan pasang surut , MT 2012
Varietas Anjasmoro Kaba Grobogan
Persentase tumbuh (%) 91.5 72.8 75.3
Jumlah buku subur 10 9 7
tanaman kedelai. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan Taufiq et al. (2007), bahwa pada lahan pasang surut yang merupakan tanah dengan pelapukan lajut dan bereaksi masam, pH lapisan atas berkisar antara 4,8 - 5,5. Susunan kation lapisan tanah didominasi oleh Al dengan kadar kejenuhan 60 - 80%. Tingginya kadar Al merupakan racun bagi kebanyakan tanaman dan pencucian lanjut menyebabkan rendahnya kadar Ca, sehingga dapat menghambat pertumbuhan akar tanaman, sehingga tanaman peka terhadap kekeringan dan penyakit. Pemberian kapur dapat mengurangi keracunan Al atau kemasaman pada lahan pasang surut dan pemupukan P serta pengelolaan bahan organik dapat meningkatkan produktivitas secara berkelanjutan. B.
Hasil dan Komponen Hasil Tanaman Kedelai Hasil Pengamatan rata-rata umur panen, jumlah polong bernas dan persentase polong bernas sangat ditentukan oleh varietas yang ditanam. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa perbedaan varietas sangat berpengaruh terhadap jumlah polong perumpun tanaman kedelai. Rata-rata jumlah polong per rumpun dan jumlah polong bernas diduga akibat perbedaan varietas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah polong per rumpun dan berat biji kering per ha tertinggi terdapat pada varietas Anjasmoro, Grobogan dan Kaba(TABEL 2. Hasil pengamatan terhadap berat 100 butir biji kering menunjukkan perbedaan antara varietas, berat yang tertinggi didapat pada varietas Grobongan diikuti Anjasmoro dan Kaba, di mana polong kedelai berisi 2 - 4 biji dengan bobot rata-rata 5 - 18 gram per 100 biji. Berat biji selain tergantung pada varietasnya juga dipengaruhi oleh lingkungan pada saat pembentukan biji. Jumlah polong per rumpun berkisar 95 - 118 polong sedangkan persentase polong bernas berkisar antara 80,6 - 92,2%. Terjadinya perbedaan antara varietas ini disebabkan oleh perbedaan sifat genetik tanaman. Hasil pengamatan terhadap berat biji kering kedelai per hektar terlihat bahwa perbedaan sangat dipengaruhi oleh varietas yang diusahakan. Berat biji kering kedelai per hektar terlihat ada perbedaan, di mana berat biji kering varietas Anjasmoro 2,5 t/ha, sedangkan varietas Kaba sebesar 1,9 t/ha, sedangkan Grobongan sebesar 2,1 t/ha. Perbedaan varietas suatu tanaman disebabkan oleh perbedaan genotip, habitus tanaman dan keadaan faktor lingkungan. Salah satu
Umur berbunga (HST) 34 32 31
Tinggi tanaman (cm) 90,5 110,5 75,5
yang diperhatikan didalam membudidayakan tanaman kedelai terutama dalam hubungannya untuk peningkatan produksi antara lain adalah melalui pemakaian varietas unggul. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa varietas unggul Anjasmoro lebih memperlihat pertumbuhan dan hasil yang lebih tinggi dibanding varietas Kaba dan Grobogan. Keuntungan penggunaan Varietas Anjasmoro antara lain: beradaptasi baik pada lingkungan lahan pasang surut, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, umur panen sedang, polong tidak mudah pecah, ukuran biji besar, respon terhadap pemupukan dan hasilnya tinggi (> 2,5 t/ha). C.
Kegiatan Tahap Kedua Dari G AMBAR 1 diketahui Kelembaban udara ratarata ruang penyimpanan kegiatan ini bulan Agustus, September dan Oktober sebesar 72.1%, 73.8%, 81%. Semakin tinggi kelembaban akan berpengaruh terhadap menurunnya daya tumbuh benih kedelai dalam waktu 3 bulan . Menurut Soemardi dan Karama (1996) kelembaban dan suhu udara tempat penyimpanan kedelai berpengaruh terhadap kadar air benih yang disimpan. Biji kedelai bersifat higroskopis, sehingga kelembaban tinggi mengakibatkan kadar air benih tinggi sehingga mencapai keseimbangan. Selain kelembaban, penyimpanan benih kedelai juga dipengaruhi oleh suhu. Menurut Soemardi dan Thahir (1995), penyimpanan benih kedelai berhubungan erat dengan perawatan benih. Benih yang telah terpilih, bersih dan sehat perlu dirawat sebaik-baiknya agar daya kecambahnya tidak cepat menurun. Benih kedelai akan turun daya kecambahnya dalam jangka waktu satu bulan jika tidak dilakukan tindakan perawatan terhadap benih. Penyimpanan benih merupakan salah satu penanganan pascapanen kedelai yang penting dari keseluruhan teknologi benih dalam memelihara kualitas atau mutu. Menurut Harnowo et al.(1992) benih kedelai relatif tidak tahan disimpan lama, sehingga penyimpanan berpengaruh terhadap mutu fisiologis dari benih kedelai. Penyediaan benih dari dan untuk petani bagi musim tanam berikutnya sering harus mengalami penyimpanan terlebih dahulu, sehingga upaya merekayasa penyimpanan benih untuk memperoleh benih kedelai bermutu sangat diperlukan. Oleh karena itu, perlu teknologi penyimpanan yang baik agar vigor dan viabilitas benih tetap tinggi pada saat tanam sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil yang baik.
Prosiding InSINas 2012
0883: Adri dkk.
PG-53
TABEL 2: Rata-rata umur panen, jumlah polong per rumpun, persentase polong bernas, berat 100 biji dan berat biji kering pada lahan pasang surut MT 2012
Varietas
Umur panen (hr)
Anjasmoro Kaba Grobogan
83 81 75
Jumlah polong/ rumpun 113 118 95
Polong bernas (%)
Berat 100 biji (gram)
Berat biji kering (t/ha)
92.2 80.6 87.3
16 14 18
2.5 1.9 2.1
Menurut Byrd (1983), kemunduran benih adalah semua perubahan yang terjadi dalam benih yang mengarah ke kematian benih. Sukarman dan Rahardjo (1994) bahwa tujuan penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan mutu fsiologis benih selama periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih (deteriorasi). Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan (Copeland dan Donald, l985).
pada waktu benih dikecambahkan cadangan makanan sudah berkurang, yang mana perombakan cadangan makanan tersebut sudah dilakukan pada saat benih disimpan. Hal tersebutlah yang menyebabkan vigor lebih cepat mengalami kemunduran. Proses penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah di lapangan (field emergence), terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan produksi tanaman (Copeland dan Donald, 1985)
G AMBAR 2: Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Daya Tumbuh G AMBAR 1: Pengaruh Perubahan Kelembaban Terhadap Daya Tumbuh
Dari G AMBAR 1 dapat diketahui Suhu udara ratarata berturut-turut sebesar 30.1 ◦ C, 30.4 ◦ C, dan 28.7 ◦ C(G AMBAR 2). Kisaran kelembaban udara dan suhu penyimpanan ini akan efektif jika kadar air 10 12% sehingga akan tahan lama dalam penyimpanan dan memiliki daya tumbuh yang tetap baik. Menurut Justice dan Bass (2002), bahwa suhu yang lebih tinggi (28 ◦ C) akan menyebabkan enzim aktif, dan ini akan meningkatkan laju respirasi benih, karena respirasi merupakan proses oksidasi maka harus ada suatu substrat. Dalam hal ini benihnya sendiri yang dapat bergabung dengan oksigen, dengan semakin lamanya proses respirasi berlangsung, semakin banyak pula cadangan makanan benih yang digunakan. Sehingga
Suhu ruang penyimpanan > 20 ◦ Cumumnya kurang baik untuk benih kedelai. Dalam ruangan bersuhu 30 ◦ Cbenih yang berdaya kecambah tinggi dalam waktu 6 bulan daya kecambahnya akan turun menjadi 0%. Bila suhu ruangan 20 ◦ Cdaya kecambah 93% dlam waktu 1 tahun. Penyimpanan benih kedelai dalam gudang atau ruangan biasa (suhu 26 ◦ C, RH 80 - 90%) hanya dapat mempertahankan daya kecambah benih kedelai > 84% selama 4 bulan. Ruang pendinginan (suhu 18 - 20 ◦ C, RH 50 - 60%) dapat mempertahankan daya kecambah benih > 85% selama satu tahun. Pada suhu ruangan 15 ◦ Cbenih kedelai dengan kadar air 12% dapat dipertahankan daya kecambahnya > 85% selama 2 tahun. Apabila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 ◦ C, maka daya kecambah dapat dipertahankan di atas 85% selama 3 tahun, sedangkan pada suhu ruangan Prosiding InSINas 2012
PG-54 5 ◦ Cdapat dipertahankan daya kecambahnya > 85% selama 5 tahun. Pada penyimpanan secara terbuka, udara lingkungan dapat berhubungan langsung dengan ruangan penyimpanan, sehingga kontaminasi kotoran, hama penyakit mudah terjadi. Daya simpan kedelai dapat ditingkatkan dengan salah satu cara atau kombinasi dari : (1) kadar air rendah, (2) menggunakan kemasan, (3) benih kedelai bersih, bebas dari hama penyakit, (4) menurunkan kelembaban, (5) memberikan aerasi, dan (5) memberantas hama gudang secara periodik. Angka-angka yang diikuti Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata pada uji DMRT 5%. Dari TABEL 3 dapat diketahui bahwa perlakuan kemasan derigent dan kadar air yang rendah masih mempunyai daya tumbuh yang tinggi sampai bulan ke 3. Hal ini disebabkan proses respirasi pada penyimpanan derigent lebih lambat. Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus (respirasi) selama penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan meristem (Harrington, 1994), sedangkan translokasi dari jaringan lain tidak memungkinkan, sehingga terjadi kelaparan lokal pada embrio (Krisnawati et al., 2003). Hal inilah yang menyebabkan keserempakan tumbuh atau vigor benih kedelai menurun. Keadaan kadar air benih yang rendah (8%) akan mengakibatkan aktivitas enzim terhambat. Semakin rendah kadar air benih, laju respirasi akan semakin rendah pula, sehingga benih dapat disimpan lebih lama (daya tumbuh lebih baik) karena laju deteriorasinya lambat. Sedangkan kadar air yang tinggi akan meningkatkan laju respirasi benih dalam penyimpanan, sehingga menyebabkan enzim aktif dan proses perombakan di dalam jaringan makanan berlangsung, di mana benih itu sendiri yang dijadikan substratnya. Hal tersebut yang menyebabkan vigor pada benih menurun. Kerusakan benih dapat dipacu oleh berbagai hal, antara lain kerusakan mekanis yang dapat terjadi pada waktu benih dipanen terutama jika panen dilakukan secara mekanis, kondisi lingkungan dan kondisi cuaca sebelum benih dipanen dan setelah benih diproses, kemasan yang digunakan untuk membungkus benih, kondisi tempat penyimpanan dan kadar air awal yang digunakan (Kuswanto, 2003). Kadar air benih dalam penyimpanan akan selalu mengalami fluktuasi sesuai dengan kondisi suhu dan kelembaban lokasi penyimpanan. Faktor kemasan akan berpengaruh terhadap cepat lambatnya peningkatan kadar air (dapat dilihat pada TABEL 5). Viabilitas benih selama penyimpanan sangat dipengaruhi oleh kadar air benih, suhu, dan kelembaban nisbi ruangan (Justice dan Bass, 1994). Menurut Kuswanto (2003), kadar air benih merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi daya simpan benih.
0883: Adri dkk. Kadar air benih yang tinggi selama penyimpanan dapat menimbulkan beberapa akibat antara lain: meningkatkan laju respirasi benih dan akan meningkatkan suhu. Peningkatan suhu tersebut menyebabkan enzim antioksidan aktif, sehingga akan merombak cadangan makanan. Menurut Harnowo (2006) pengaruh kadar air benih terhadap daya simpan benih lebih besar dari pada pengaruh suhu penyimpanan. Aktivitas enzim akan terhambat pada keadaan kadar air benih yang rendah. Semakin rendah kadar air benih, laju respirasi akan semakin rendah pula, sehingga benih dapat disimpan lebih lama. Sedangkan kadar air yang tinggi akan meningkatkan laju respirasi benih dalam penyimpanan, sehingga menyebabkan enzim aktif dan proses perombakan di dalam jaringan makanan berlangsung, di mana benih itu sendiri yang dijadikan substratnya. Hal tersebut akan mempengaruhi proses perkecambahan, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk berkecambah dan prosentase kecambah normal akan berkurang sehingga menyebabkan viabilitas pada benih menurun. Menurunnya daya berkecambah benih yang disimpan pada 3 bulan pengamatan berhubungan dengan tingginya kadar air benih (Tatipata et al. 2004). Hal tersebut diduga struktur membran mitokondria tidak teratur sebagai akibat permeabilitas membran meningkat. Peningkatan permeabilitas menyebabkan banyak metabolit antara lain gula, asam amino, dan lemak yang b ◦ Cornya keluar sel. Oleh karena itu substrat untuk respirasi berkurang sehingga energi yang dihasilkan untuk berkecambah berkurang (Tatipata et al. 2004, harwono, 2006 dan krisnawati et al., 2003). Sebaliknya pada suhu tinggi, aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga respirasi lebih cepat, yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara cepat (Krisnawati et al., 2003). Hasil penelitian Wahyuni dan Nugraha dalam Harnowo (2006) menunjukkan bahwa daya tumbuh benih kedelai varietas Lawu pada kadar air awal 11,1% dengan menggunakan kantong plastik yang disimpan pada suhu kamar mempunyai daya tumbuh awal 95%, dan daya tumbuh tersebut mengalami penurunan pada bulan ke-4 yaitu menjadi 93%. Tanaman yang tumbuhnya homogen menandakan kekuatan tumbuh benih itu tinggi, sebaliknya apabila tanaman itu menunjukkan kinerja yang tidak merata staminanya, menandakan keadaan yang kurang vigor (Sadjad, 1994). Untuk benih yang berminyak seperti kedelai kandungan air benih untuk disimpan harus lebih kecil dari 11% (Lita Sutopo, 1998). Dalam batas tertentu makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air yang terlalu tinggi dalam penyimpanan akan menyebabkan terjadinya peningkatan kegiatan enzim-enzim yang akan mempercepat terjadinya proses respirasi, sehingga perombakan bahan cadangan makanan dalam biji menjadi semakin besar. Akhirnya benih akan keProsiding InSINas 2012
0883: Adri dkk.
PG-55 TABEL 3: Pengaruh daya tumbuh terhadap penyimpanan benih kedelai
No
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kantong Plastik/Kadar air 8-10% Kantong Plastik/Kadar air 10-12% Kantong Plastik/Kadar air 12-14% Kemasan Kaleng/Kadar air 8-10% Kemasan Kaleng /Kadar air 10-12% Kemasan Kaleng /Kadar air 12-14% Kemasan Derigent/Kadar air 8-10% Kemasan Derigent /Kadar air 10-12% Kemasan Derigent /Kadar air 12-14%
Agustus 91,67 ab 91,00 ab 90,67 ab 87,33 a 86,67 a 86,67 a 93,67 abc 93,00 abc 92,67 ab
Bulan September 88,67 ab 88,00 ab 87,67 ab 84,43 ab 84,33 ab 84,00 a 92,00 b 90,67 ab 90,33 ab
Oktober 86,67 b 85,33 b 84,67 b 81,67 ab 79,33 a 78,33 a 88,67 c 87,33 bc 86,00 bc
TABEL 4: Pengaruh Kadar air terhadap penyimpanan benih kedelai
No
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kantong Plastik/Kadar air 8-10% Kantong Plastik/Kadar air 10-12% Kantong Plastik/Kadar air 12-14% Kemasan Kaleng/Kadar air 8-10% Kemasan Kaleng /Kadar air 10-12% Kemasan Kaleng /Kadar air 12-14% Kemasan Derigent/Kadar air 8-10% Kemasan Derigent /Kadar air 10-12% Kemasan Derigent /Kadar air 12-14%
habisan energi pada jaringan-jaringannya yang penting. Energi yang terhambur dalam bentuk panas ditambah keadaan yang lembab akan merangsang perkembangan mikroorganisme yang dapat merusak benih. Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan, yang dipengaruhi oleh kadar air benih, suhu dan kelembaban nisbi ruangan. Pada suhu rendah, respirasi berjalan lambat dibanding suhu tinggi. Dalam kondisi tersebut, viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama. Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11%. Menurut Harrington (1972), masalah yang dihadapi dalam penyimpanan benih makin kompleks sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi dapat menimbulkan resiko terserang cendawan. Menurut Didik Harnowo dan Joko Susilo Utomo (1990) bahan kemasan sangat menentukan terhadap ketahanan simpan. Bahan kemasan yang terlalu banyak berlubang dapat menyebabkan pertukaran udara dari luar ke dalam atau sebaliknya sangat besar, akibatnya kadar air benih pada bahan tersebut akan meningkat lebih cepat. Hal tersebut berimplikasi kemungkinan infeksi cendawan dari luar akan semakin tinggi. Sebaliknya bila digunakan bahan kemasan yang tertutup ra-
Agustus 8 10 12 8 10 12 8 10 12
Kadar Air per Bulan (%) September 9,3 11,5 13,2 9,5 11,4 13,5 8,4 10,3 12,1
Oktober 11,5 13,4 15,3 10,6 12,5 14,6 9,3 10,4 13,2
pat atau kedap uadara, dapat menimbulkan kondensasi pada bagian dalam dinding, bahkan bila kadar air benih yang disimpan cukup tinggi akan mengakibatkan serangan cendawan yang tinggi. Menurut Copeland dan Mc. Donald (1985) penggunaan kemasan sangat berperan dalam usaha mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan. Untuk penyimpanan benih efektifitas suatu kemasan ditentukan oleh kemampuannya mempertahankan kadar air benih dan viabilitas benih selama penyimpanan. Menurut Sukarman dan Rahardjo (2000) kemasan dari kantong plastik lebih baik untuk mempertahankan daya simpan benih kedelai dibandingkan dengan kemasan dari kantong lain.
IV.
KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan yang telah dilaksanakan dapat diambil beberapa kesimpulan: 1. Varietas kedelai Anjasmoro adaptif dan prospektif untuk lahan pasang surut. 2. Media penyimpanan yang baik sampai bulan ketiga adalah kemasan 3. Kadar air yang baik dalam penyimpanan sebesar 8%. Prosiding InSINas 2012
PG-56
SARAN 1. Lahan pasang surut merupakan lahan harapan masa kini dan masa depan bagi penyediaan pangan, oleh sebab itu ketersdian benih tanaman pangan khususnya kedelai harus tersedia 6 tepat 2. Untuk keberlanjutan benih bagi pertanaman berikutnya diperlukan inovasi teknologi yang sederhana pada tingkat petani dan perbaiakan system perbenihan, distribusi dan harga.
DAFTAR PUSTAKA [1] Badan Litbang Pertanian. 2007. Pedoman Umum. Kegiatan Produksi Benih Sumber kedelai Mendukung Program Benih Berbantuan Tahun 2007.27 hal. [2] Byrd, H.W. 1983. Pedoman Teknologi Benih. Diterjemahkan oleh Emid Hamidin. PT. Pembimbing Masa. Jakarta. [3] Copeland. L.O. dan M.B. Mc. Donald. 1985. Principles of Seed Science and Technology. Burgess Publishing Company. New York. 369 p. [4] Harnowo, D., Fathan Muhajir, M. Muchlis Adie dan Soleh Solahudin. 1992. Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap Hasil dan Mutu Kedelai. Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan diBalittan Malang. Hal. 61 - 67. [5] Harrington, J.F. 1972. Seed Storage and Longevity, Seed Biology, Vol. III, In Ed Kozlowsky, T.T., Academic Press New York. [6] Ilyas, S. 2010. Sistem dan Teknologi Perbenihan untuk Mendukung Penyediaan Benih Kedelai Hitam di Jawa Barat. Laporan Akhir Penelitian. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agronomi dan Hortikultua, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [7] Justice, O.L. dan L.N. Bass. 1994. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih. Diterjemahkan oleh Rennie Roesli. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. [8] Kartono, 2004. Teknik Penyimpanan Benih Kedelai Varietas Wilis pada Kadar Air dan Suhu Penyimpanan yang Berbeda. www.pustaka-deptango.id/ publication /bt09204k.pdf. Diakses pada tanggal 27 Mei 2007. [9] Krisnawati, A., Purwanti, S., dan R. Rabaniyah, 2003. Pengaruh Suhu Ruang Simpan terhadap Viabilitas Benih Kedelai Hitam dan Kuning : Peningkatan Produksi Kacang-kacangan dan Umbiumbian Mendukung Kemandirian Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan: Bogor. [10] Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan Benih. Kanisius: Yogyakarta.
0883: Adri dkk. [11] Kuswanto, H. 2003. Teknologi, pemrosesan, pengemasan dan penyimpanan benih. Cetakan ke-1. Kanisius. Yogyakarta.127 hal. [12] Lita Sutopo. 1998. Teknologi Benih. P.T. Raja Grafindo Persada. Jakarta. [13] Mugnisjah, W. 1994.Panduan Praktikum Dan Penelitian Bidang Ilmu Dan Teknologi Benih. Jakarta: Raja Grafindo Persada [14] Mugnisjah, W. Q. Setiawan, A., Suwarto, dan C. Santiwa. 1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada: Jakarta. [15] Sadjad, 1994 Metode Uji Langsung Viabilitas Benih. Bogor: IPB. Stimulatif. Grasindo. Jakarta. 184 hal. [16] Singh, K. K. dan Dadlani, M., 2003. Effect of Packaging on Vigour and Viability of Soybean (Glycine max (L.) Merill) Seed During Ambient Storage. Division of Seed Science and Technology: New Delhi. [17] Soemardi dan Karama (1996) Paket teknologi Produksi Benih Kedelai Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor [18] Soemardi dan Thahir (1995), Pasca Panen Kedelai. Hlm 429-440 Dalam Kedelai Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor [19] Sukarman dan M. Rahardjo. 1994. Mutu Fisiologis Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Selama Masa Simpan di Dataran Tinggi. Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan 1 : 21 - 26. Balittan Bogor. [20] Sukarman dan Rahardjo (2000) 2000. Karakter Fisik, Kimia dan Fisiologis Benih Beberapa Varietas Kedelai. Buletin Plasma Nutfah 6 (2) : 31-36. [21] Tatipata, A, P. Yudono, A. Purwantoro, W. Mangoendidjojo. 2004. Kajian Aspek Fisiologi dan Biokimia Deteriorasi Benih Kedelai dalam Penyimpanan. Ilmu Pertanian, 11(2): p.76-87 [22] Taufiq, Andy Wijanarko, Marwoto, T. Adisarwanto, Cipto Prahoro, 2007. Verifikasi Efektifitas Teknologi Produksi Kedelai Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (Ptt) Di Lahan Pasang Surut. Laporan Akhir Penelitian Balitkabi Malang.
Prosiding InSINas 2012