PENYADAPAN GETAH PINUS MENGGUNAKAN METODE BOR DENGAN BERBAGAI FREKUENSI PELUKAAN
INDRI FEBRIANI
MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penyadapan Getah Pinus Menggunakan Metode Bor dengan Berbagai Frekuensi Pelukaan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir karya tulis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2014 Indri Febriani NIM E14090032
ABSTRAK INDRI FEBRIANI. Penyadapan Getah Pinus Menggunakan Metode Bor Dengan Berbagai Frekuensi Pelukaan. Dibimbing oleh GUNAWAN SANTOSA Metode bor merupakan metode penyadapan getah yang memerlukan bidang sadap relatif kecil. Metode bor memiliki kelemahan yaitu laju kenaikan bidang sadap yang tinggi. Untuk menurunkan laju kenaikan bidang sadap yang tinggi perlu dilakukan penelitian mengenai pembaharuan luka yang dilakukan dengan memperbesar ukuran lubang bor di lubang yang sama. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dimana terdiri atas empat perlakuan yaitu metode quarre, metode bor satu pelukaan, metode bor dua pelukaan, dan metode bor tiga pelukaan. Berdasarkan uji duncan metode quarre memiliki produktivitas yang lebih besar dibandingkan metode bor yaitu 89.08 g/bidang sadap/hari. Metode bor dengan berbagai frekuensi pelukaan memberikan produktivitas yang sama. Dengan mempertimbangkan produktivitas dan laju kenaikan bidang sadap maka metode bor yang optimal adalah metode bor dengan dua frekuensi pelukaan yang menghasilkan produktivitas sebesar 51.39 g/bidang sadap/hari dan laju kenaikan bidang sadap sebesar 18.4 cm/bulan.
Kata kunci: frekuensi pelukaan, metode bor, pembaharuan luka
ABSTRACT INDRI FEBRIANI. Pine Resin Tapping Using Drill Method with Various Frequency of Wounding. Supervised by GUNAWAN SANTOSA The using of drill method in resin tapping requires relatively small tap area. Drill method has disadvantage, that is the high increasing rate of tap area. Therefore, the research that focus in wound renewal by enlarge the size of existing drill hole is needed to decrease the high increasing rate of tap area. This study use a complete random design where the consists of four treatments method; quarre method, one frequency drill method, two frequency drill method and three frequency drill method. Based on Duncan test, the result shows that the productivity of quarre method is 89.08 g/tapping area/day and it is higher than the productivity of drill method. The same productivity showed by the various frequency on drill methods. Drill method with two frequency is an optimum drill method considered by the productivity and the increasing rate of tap area, which the productivity reaches 51.39 g/tapping area/day and the increasing rate of tapping area is 18.4 cm/month. Keywords: drill method, renewal wound ,various frequency
PENYADAPAN GETAH PINUS MENGGUNAKAN METODE BOR DENGAN BERBAGAI FREKUENSI PELUKAAN
INDRI FEBRIANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Departemen Manajemen Hutan
MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Penyadapan Getah Pinus Menggunakan Metode Bor dengan Berbagai Frekuensi Pelukaan Nama : Indri Febriani NIM : E14090032
Disetujui oleh
Dr Ir Gunawan Santosa, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, Msc Ftrop Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taβala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul karya ilmiah ini adalah Penyadapan Getah Pinus Menggunakan Metode Bor dengan Berbagai Frekuensi Pelukaan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Gunawan Santosa, MS selaku pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam penyusunan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah Sumartono, ibu Kuntariyah, Andri Yuniartha, Vindhi Oktaviastuti serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada pihak HPGW, pak Lili, pak Uus dan semua yang telah membantu. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Defri Satiya Z, Sonya Dyah Kusumadewi, Qoiman Bilqisti, Bunga Mentari, Cecilya Budiaman, Geanisa V, Laysa Aswitama, Fajar Trilaksono, Yuka A, Dewi Supriyo P, Artika A, dan Bagus F atas bantuan dan semangatnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada teman sebimbingan Rizky Ramadhan, Widhy Satrio, M Ismail, A Pertisia G, dan teman MNH 46 yang telah memberikan bantuan, dan semangatnya. Serta semua pihak yang membantu penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014 Indri Febriani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Tempat Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Prosedur Penelitian
2
Penelitian Pendahuluan
2
Penelitian Utama
3
Analisis Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Kondisi Lokasi Penelitian
4
Penentuan Pohon Contoh
5
Pembaharuan Luka Pada Metode Bor
6
Produktivitas Getah Pinus
7
Penentuan Frekuensi Pelukaan Optimal SIMPULAN DAN SARAN
10 12
Simpulan
12
Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
12
DAFTAR TABEL 1 2 3 4
Analisys of Variance (ANOVA) Analisis ragam frekuensi pelukaan metode bor Hasil Uji Duncan dari setiap perlakuan terhadap produktivitas getah pinus Penentuan frekuensi pelukaan optimal
4 9 10 11
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Lokasi penelitian penyadapan getah pinus menggunakan metode bor, batas kawasan hutan, camp HPGW A) Metode quarre B) metode bor satu pelukaan C) metode bor dua pelukaan D) metode bor tiga pelukaan Produktivitas rata-rata getah pinus Produktivitas getah pinus. kontrol, metode bor satu pelukaan, metode bor dua pelukaan, metode bor tiga pelukaan
5 6 7 8
PENDAHULUAN Latar Belakang Pada umumnya penyadapan getah yang dilakukan menggunakan metode quarre. Seiring berjalannya waktu muncul permasalahan dari penggunaan metode quarre, yaitu sedikitnya bidang sadap yang tersisa. Hal ini membuat umur produktiv pohon menurun. Solusi dari permasalahan bidang sadap yang kian menipis adalah penyadapan dengan metode bor. Kelebihan dari metode bor antara lain getah yang dihasilkan lebih jernih, bidang sadap yang diperlukan sedikit, meminimalisir kerusakan tegakan, dan penutupan luka yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan metode quarre. Kekurangan dari metode bor yaitu laju kenaikan bidang sadap yang tinggi. Pada pembaharuan luka 3 hari, laju kenaikan bidang sadap pada metode quarre dalam satu bulan sebesar 19 cm. Pada metode bor dengan mata bor standar 5/8 inch, laju kenaikan bidang sadap dalam satu bulan sebesar 34 cm. Pohon yang dilukai menggunakan metode quarre maupun metode bor akan memotong saluran getah sehingga getah keluar. Selanjutnya getah yang keluar semakin lama semakin sedikit. Hal ini dikarenakan sisa dari getah yang dilukai mengeras dan menyumbat saluran getah, sehingga getah yang akan keluar terhambat dan mengumpul disaluran getah. Untuk mengeluarkan getah diperlukan pembaharuan luka. Pada hakekatnya pembaharuan luka ditujukan untuk membuka kembali saluran getah yang tertutup oleh saluran getah yang mengeras. Pada metode quarre pembaharuan luka dilakukan dengan membuat koakan di atas koakan sebelumnya. Hal yang sama pembaharuan luka metode bor dapat dilakukan dengan membuat lubang bor di atas lubang bor sebelumnya atau dengan memperbesar ukuran lubang bor di lubang yang sama. Untuk menurunkan laju kenaikan bidang sadap yang tinggi pada metode bor perlu dilakukan penelitian mengenai pembaharuan luka yang dilakukan dengan cara memperbesar ukuran lubang bor di lubang yang sama.
Perumusan Masalah Pembaharuan luka pada metode bor dilakukan dengan membuat lubang bor di atas lubang sebelumnya. Hal ini akan menyebabkan laju kenaikan bidang sadap yang relatif cepat sehingga luas bidang sadap semakin sedikit. Untuk menghemat bidang sadap maka diupayakan pembaharuan luka dengan memperbesar lubang bor yang telah dilakukan sebelumnya. Hipotesa dari penelitian ini adalah bahwa pembesaran lubang bor dapat memotong atau membuka saluran getah, sehingga getah dapat mengalir dan keluar dari saluran getah.
2 Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan: 1 Mengetahui pengaruh frekuensi pelukaan dalam satu lubang bor pada penyadapan getah pinus dengan metode bor terhadap produktivitas sadapan getah 2 Menentukan frekuensi pelukaan optimal pembuatan lubang bor pada sadapan pinus dengan metode bor
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan solusi terhadap permasalahan bidang sadap pada penyadapan getah pinus dengan metode bor dan bermanfaat bagi pihak yang memerlukan informasi mengenai frekuensi pelukaan optimal mata bor dalam satu lubang bor. Bagi pengelola Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan membantu dalam peningkatan produktivitas getah pinus.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitan ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan September 2013 dan bertempat di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah mata bor berukuran 5/8 inchi, 7/8 inchi, dan 1 inchi, pipa paralon berukuran 5/8 inchi, 7/8 inchi, dan 1 inchi, parang, talang sadap, pita ukur 150 cm, sprayer, plastik ukuran 12 x 25 cm, timbangan digital, thally sheet, kalkulator, alat tulis, papan jalan, paku payung, kadukul, tali rafia, stimulansia ETRAT 1240, plastik mika, spidol permanen, pohon pinus (Pinus merkusii), kamera digital, microsoft word 2007, microsoft excell 2007, IMB SPSS.
Prosedur Penelitian Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan guna memperoleh kemampuan alami pohon dalam mengeluarkan getah. Pohon contoh yang layak digunakan penelitian adalah pohon yang memiliki diameter >30 cm dan keadaan topografi tempat tumbuh pohon pinus seragam atau berada pada satu hamparan. Pohon contoh yang
3 digunakan dalam penelitian pendahuluan berjumlah 60 pohon. Pohon contoh yang terpilih disadap menggunakan metode bor tanpa stimulan dengan frekuensi pelukaan 1 kali dan waktu pengamatan selama 10 hari serta pemanenan getah sebanyak 3 kali. Penelitian Utama Kegiatan pada penelitian utama antara lain: Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dimana respon terdiri atas empat perlakuan yaitu: a Perlakuan A : Kontrol dengan Metode Quarre b Perlakuan B : Metode bor dengan frekuensi satu pelukaan c Perlakuan C : Metode bor dengan frekuensi dua pelukaan pada lubang bor yang sama d Perlakuan D : Metode bor dengan frekuensi tiga pelukaan pada lubang bor yang sama Prinsip dari Perlakuan A menggunakan metode quarre dan pembaharuan luka dilakukan di atas koakan sebelumnya. Perlakuan B menggunakan metode bor dengan frekuensi satu pelukaan yaitu pembaharuan luka dilakukan di atas lubang bor sebelumnya dengan ukuran mata bor 5/8 inch. Perlakuan C menggunakan metode bor dengan frekuensi dua pelukaan yaitu pembuatan lubang bor pertama menggunakan mata bor berukuran 5/8 inch. Kemudian dilakukan pembaharuan luka di lubang yang sama dengan mata bor yang berukuran 7/8 inch. Pembaharuan luka selanjutnya menggunakan mata bor 5/8 inch di atas lubang bor sebelumnya. Perlakuan D menggunakan metode bor dengan frekuensi tiga pelukaan yaitu pembuatan lubang pertama menggunakan mata bor 5/8 inch. Kemudian pembaharuan luka dilakukan menggunakan mata bor 7/8 inch, pembaharuan luka selanjutnya menggunakan mata bor berukuran 1 inch di lubang yang sama. Selanjutnya pembaharuan luka dilakukan di atas lubang bor sebelumnya menggunakan mata bor 5/8 inch. 2. Penentuan Pohon Contoh Berdasarkan penelitian pendahuluan sebanyak 20 pohon yang memiliki ratarata produktivitas getah ekstrim tinggi dan rendah dihilangkan, sehingga didapatkan 40 pohon contoh. Pohon contoh yang berjumlah 40 pohon dibagi kedalam empat perlakuan. Penempatan pohon contoh masing masing perlakuan diurutkan berdasarkan produktivitas. Masing-masing perlakuan memperoleh produktivitas dari produktivitas yang tertinggi sampai yang terendah, agar setiap perlakuan mempunyai pohon contoh dengan produktivitas yang relatif sama. Berdasarkan penelitian pendahuluan diperoleh 40 pohon contoh. Selanjutnya 40 pohon tersebut dikelompokkan dan ditandai berdasarkan perlakuan yang diberikan. Sehingga masing-masing perlakuan memiliki 10 pohon contoh. Arah sadapan pinus mengarah ke jalan. Penelitian ini berlangsung selama 30 hari dengan periode pembaharuan luka 3 hari dan pemanenan getah sebanyak 10 kali. 1.
Analisis Data Pengaruh pembaharuan luka dengan berbagai frekuensi pelukaan terhadap peningkatan produktivitas getah pinus dapat dilakukan dengan analisis ragam atau Analysis of Variance (ANOVA). Analisis data dilakukan dengan menggunakan
4 analisis ragam untuk rancangan acak lengkap satu faktor yaitu faktor perlakuan dengan ulangan yang sama. Tabel 1 Analisys of Variance (ANOVA) Sumber Keragaman Perlakuan Sisa Total
Derajat Bebas (DB) t-1 t(r-1) tr-1
Jumlah Kuadrat (JK) JKR JKS JKT
Kuadrat Tengah (KT) KTR KTS
Fhit KTR/KTS
Perhitungan analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: Faktor Korelasi (FK) = ( βπ.π πππ)2 / rt JKT = βπ‘π=1 βππ=1 πππ2 β FK οΏ½ 2 β FK JKR = β π ππ€ JKS = JKT-JKR Hipotesis : Pengujian terhadap pengaruh periode pembaharuan luka H0 : Ο1 = Ο2 = β¦β¦.Οi = 0 : Sekurangnya ada satu Οi β 0 H1 Terima H0 : Perbedaan taraf perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 95 % (Ξ± = 0.05). Terima H1 : Sekurangnya ada taraf perlakuan yang memberikan pengaruh nyata terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 95 % (Ξ± = 0.05). Hasil uji F-hitung yang diperoleh dari ANOVA dibandingkan dengan F-tabel pada selang kepercayaan 95 % (Ξ± = 0.05) dengan kaidah: 1 Jika F-hitung < F-tabel maka H0 diterima, H1 ditolak sehingga perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap produktivitas getah pinus pada selang kepercayaan 95 % (Ξ± = 0,05). 2 Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak, H1 diterima sehingga perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas getah pinus pada selang kepercayaan 95 % (Ξ± = 0,05). Apabila perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas getah pinus, maka dilakukan pengujian kembali dengan Uji Duncan menggunakan Software SPSS untuk mengetahui uji beda rata-rata.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lokasi Penelitian Secara geografis HPGW terletak antara 6Β°53β35β ΜΆ 6Β°55β10β Lintang Selatan dan 106Β°47β50β ΜΆ 106Β°51β30β Bujur Timur. Hutan Pendidikan Gunung Walat dibagi ke dalam tiga blok yaitu blok Cikatomas (120 ha) terletak dibagian timur, blok Cimenyan (125 ha) terletak dibagian Barat dan blok Tengkalak/Seusepan (114 ha) di bagian tengah dan selatan. Kondisi topografi Hutan Pendidikan Gunung Walat mulai dari agak curam (15-25 %) sampai sangat curam (Λ40 %). Sebagian besar tegakan Hutan Tanaman di Hutan Pendidikan Gunung Walat (100
5 ha) adalah jenis Agathis lorantifolia. Jenis tanaman lainnya adalah Pinus merkusii, Swietania macrophylla, Dalbergia latifolia, Schima wallichii, Altingia excelsa, Paraserianthes falcataria, Shorea sp, dan Acacia mangium. Penelitian penyadapan getah pinus dengan metode bor dilakukan di areal papan selamat datang di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi, Jawa Barat. Keadaan topografi di lokasi penelitian relatif curam dengan ketinggian tempat 652 mdpl. Arah lereng areal penelitian menghadap ke utara. Adapun sebagian besar jenis pohon yang ada di lokasi penelitian adalah Pinus merkusii dan Pinus insularis dengan diamater 28 cm ΜΆ 115 cm. Tumbuhan bawah yang mendominasi lokasi penelitian adalah harendong (Melastoma polyantum), jenis paku-pakuan dan kondisi tumbuhan bawah cukup rapat.
Gambar 1 Lokasi penelitian penyadapan getah pinus menggunakan metode bor , batas kawasan hutan, camp HPGW
Penentuan Pohon Contoh Penelitian pendahuluan dilakukan dengan memilih 60 pohon contoh yang berkategorikan pohon tidak terserang hama dan penyakit, memiliki tajuk yang cukup lebar, diameter β₯30 cm dan keadaan topografi yang seragam atau pada hamparan yang sama. Pohon contoh yang telah dipilih disadap dengan metode bor tanpa stimulan. Hal ini dilakukan guna mendapatkan kemampuan alami pohon dalam memproduksi getah.Waktu pengamatan 10 hari dengan pemanenan getah 3 kali dan frekuensi pelukaan 1 kali. Berdasarkan penelitian pendahuluan sebanyak 20 pohon yang memiliki rata-rata produktivitas getah ekstrim tinggi dan rendah dihilangkan, sehingga didapatkan 40 pohon contoh. Pohon contoh yang berjumlah 40 pohon dibagi kedalam empat perlakuan. Penempatan pohon contoh masing masing perlakuan diurutkan berdasarkan produktivitas, masing-masing perlakuan memperoleh produktivitas dari produktivitas yang tertinggi sampai yang terendah, agar setiap perlakuan mempunyai pohon contoh dengan produktivitas yang relatif sama. Periode pelukaan untuk semua perlakuan adalah setiap 3 hari. Menurut Lestari (2012), periode pelukaan 3 hari dengan pemberian etrat menghasilkan produktivitas rata-rata getah yang tinggi dibanding dengan periode lainnya. Hal ini dikarenakan pelukaan dengan pemberian Etrat yang lebih sering dilakukan.
6 Pada metode quarre untuk mengalirkan getah digunakan talang sadap kemudian diberi plastik panen. Pada metode bor dalam mengalirkan getah, didalam lubang ditancapkan pipa listrik kemudian diberi plastik panen dan diikat.
Pembaharuan Luka Pada Metode Bor Pada umumnya pembaharuan luka dilakukan di atas bidang sadap yang dilukai, hal ini membuat bidang sadap semakin sedikit. Dalam penelitian ini menduga bahwa pembaharuan luka pada metode bor di bidang yang sama dengan pembesaran ukuran mata bor di lubang yang sama dapat memotong saluran getah sehingga getah tetap keluar. Perlakuan yang digunakan selama penelitian yaitu perlakuan A menggunakan metode quarre sebagai kontrol, dengan maksud dapat diperbandingkan produktivitas metode bor dengan metode quarre yang sekarang sedang digunakan. Perlakuan B menggunakan metode bor dengan ukuran mata bor 5/8 inch, pembaharuan luka dilakukan di atas lubang yang telah dibor dengan mata bor yang sama. Perlakuan C menggunakan metode bor dengan ukuran mata bor 5/8 inch, selanjutnya diperbaharui 7/8 inch di lubang yang sama dengan maksud ingin mengetahui apakah pohon masih mengeluarkan getah apabila ukuran mata bor diperbesar. Perlakuan D menggunakan metode bor dengan ukuran mata bor 5/8 inch, selanjutnya diperbaharui ukuran mata bor 7/8 inch, dan 1 inch dengan tujuan ingin mengetahui apakah dengan diperbesar ukuran mata bor getah tetap keluar.
(A)
(C)
(B)
(D)
Gambar 2 A) Metode quarre B) metode bor satu pelukaan C) metode bor dua pelukaan D) metode bor tiga pelukaan
7
Produktivitas Getah Pinus
Produktivitas rata-rata (g/bidang sadap/hri)
Dalam peningkatan produktivitas getah pinus selama penelitian diberikan Etrat atau zat pengatur tumbuh. Menurut Santosa (2011), Etrat mengandung bahan aktif ethylene dan asam sitrat. Ethylene yang terkandung di dalam Etrat masih berupa cairan dan bila cairan ini masuk kedalam jaringan kayu akan mengalami kenaikan PH yang menyebabkan ethylene (exogen) berubah menjadi gas. Ethylene exogen ini akan mempengaruhi ethylene endogen di dalam jaringan kayu dan bersama sama mempengaruhi pohon untuk melakukan metabolisme sekunder membentuk getah. Asam sitrat mempengaruhi tekanan turgor dinding sel sehingga saluran getah dapat membuka dalam waktu yang lebih lama, hal ini menyebabkan keluarnya getah menjadi lebih lancar. Etrat yang digunakan selama penelitian adalah Etrat 12.40 dengan komposisi 100 ppm ethylene dan 150 ppm asam sitrat yang diproduksi oleh CV. Permata Hijau Lestari. Bahan kimia yang terkandung pada Etrat 12.40 tidak berbahaya baik bagi kesehatan para penyadap, kondisi pohon dan lingkungan sekitar ( Putri 2011 ). Setiap perlakuan diberi etrat. Setelah kegiatan panen getah ditimbang dan dicatat. Berikut produktivitas rata-rata getah pinus setiap perlakuan. 100
89.08
80 60
54.18
51.39
48.82
40 20 0 Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C Perlakuan D
Gambar 3 Produktivitas rata-rata getah pinus Berdasarkan Gambar 3 menunjukkan bahwa perlakuan A yaitu perlakuan kontrol dengan metode quarre menggambarkan hasil yang paling tinggi yaitu 89.08 g/bidang sadap/hari. Perlakuan B dengan metode bor satu pelukaan sebesar 54.18 g/bidang sadap/hari. Perlakuan C dengan metode bor dua pelukaan sebesar 51.39 g/bidang sadap/hari dan perlakuan D dengan metode bor tiga pelukaan sebesar 48.82 g/bidang sadap/hari. Perlakuan A (metode quarre) memiliki hasil tertinggi hal ini dikarenakan luas bidang yang disadap dengan metode quarre lebih besar dibandingkan dengan metode bor sehingga getah yang keluar semakin banyak. Dalam menghasilkan getah pohon pinus dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga produktivitas setiap panen pun berbeda-beda seperti terlihat gambar dibawah ini.
8
Produktivitas getah Pinus (g/bidang sadap/hari)
160 140 120 100 80 60 40 20 0 1
2
3
4
Gambar 4 Produktivitas getah pinus. metode bor dua pelukaan,
5 6 Panen ke-
7
8
9
10
kontrol, metode bor satu pelukaan, metode bor tiga pelukaan
Berdasarkan Gambar 4 pada grafik kontrol terlihat stabil, dikarenakan ketrampilan pekerja yang terbiasa dalam menggunakan metode quarre. Selain itu dalam pembaharuan luka pada metode quarre dilakukan pada bidang yang sama dan continue sehingga saluran getah yang dipotong sama. Akibatnya pohon telah beradaptasi dengan perlakuan sehingga proses metabolisme sekunder (pembentukan getah) berjalan dengan stabil dan getah yang dikeluarkan cukup banyak. Pada metode bor pembaharuan luka dilakukan dengan memotong saluran getah di atas saluran getah sebelumnya, seolah-olah membuka saluran getah yang baru. Berdasarkan grafik metode bor satu pelukaan, dua pelukaan dan tiga pelukaan terlihat tidak stabil cenderung naik dan turun. Hal ini dikarenakan selain pemotongan saluran getah yang tidak continue pada saat pembaharan luka dan ketrampilan pekerja yang belum terbiasa menggunakan metode bor. Kendala dari metode bor dua pelukaan adalah pekerja kurang terampil dalam pengoperasian mesin bor dengan ukuran mata bor 7/8 inch. Pada metode bor digunakan pipa untuk mengalirkan getah ke dalam plastik panen, akan tetapi pipa yang berukuran 7/8 inch tidak ada dipasaran. Sehingga menggunakan pipa 3/4 inch kemudian diberi solatip pipa, akan tetapi getah yang mengalir tetap bocor sehingga mengurangi hasil timbangan panen. Faktor suhu juga mempengaruhi hasil getah, dimana penelitian berlangsung saat musim hujan sehingga hasil getah kurang maksimal. Kendala dari metode bor tiga pelukaan yaitu pembaharuan luka dengan mata bor ukuran 1 inch cukup susah untuk penerapan di lapang. Hal ini dikarenakan secara teknis pengoperasian mata bor ukuran 1 inch membutuhkan tenaga lebih dibandingkan dengan metode bor lainnya, serta ketidaksimetrisan antara ujung mata bor dengan lempeng badan mata bor yang menyebabkan goyangan saat membuat lubang bor. Hal ini mengakibatkan ukuran lubang bor lebih besar dari ukuran yang seharusnya dan perbedaan ukuran lubang bor pada masing-masing lubang. Selain hal tersebut, kendala lain adalah ukuran pipa 1 inch yang susah ditemukan dipasaran. Saat penelitian pipa 1 inch diganti dengan selang, akan tetapi karena selang yang digunakan lebih tebal terjadi kebocoran getah yang
9 menyebabkan hasil panen menurun. Kendala lain pada metode bor tiga pelukaan yaitu ketidakpraktisan dalam mengganti ukuran mata bor. Menurut Prijadi (2009), ukuran pipa adalah sebagai berikut C 5/8β, C Β½β, C ΒΎβ, C 1β, C 1 ΒΌβ, C 1 Β½β, C 2β, C 2 Β½β, C 3β, C 4β, C 5β. Lambang C ini mempunyai arti bahwa pipa paling tipis dan tidak bisa untuk tekanan. Berdasarkan grafik 4, rata-rata produksi quarre lebih besar dibandingkan dengan metode bor. Pada metode bor awal produksi cenderung tinggi, akan tetapi lama kelamaan cenderung turun dan mendatar. Pada metode quarre awal produksi turun, akan tetapi setelah pengamatan ke ΜΆ 5 produksi cenderung meningkat. Hal ini mengapa pengambilan contoh minimal 10 kali, karena apabila pengamatan hanya sampai ke ΜΆ 5 belum menampilkan produksi yang sebenarnya. Menurut Wibowo (2006), pengaruh getah pinus berhubungan dengan diameter pohon. Dengan adanya pertumbuhan diameter pohon, maka volume kayu gubal semakin besar. Oleh karena itu semakin besar volume kayu gubal, maka saluran getah yang terkandung pada pohon pinus akan semakin banyak dan produksi getah pinus akan semakin meningkat. Produktivitas getah pinus juga dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh pohon dan perlakuan yang diberikan terhadap pohon seperti cara menyadapnya. Pohon pinus yang banyak menghasilkan getah memiliki ukuran tajuk yang lebat dan lebar. Tajuk yang besar memungkinkan pohon dapat menerima cahaya matahari yang lebih banyak, selain itu pohon yang tumbuh pada lahan dengan bonita yang besar dapat menghasilkan getah dalam jumlah yang lebih banyak jika dibandingkan dengan pohon yang tumbuh pada lahan yang memiliki nilai bonita kecil (Doan 2007). Hubungan produktivitas penyadapan getah terhadap diameter pohon yaitu produksi getah yang dihasilkan semakin bertambah pada pertambahan diameternya, dan mencapai hasil optimum pada selang diameter 53 ΜΆ 59 cm kemudian menurun kembali pada selang berikutnya. Akan tetapi ada pohon dengan diameter kecil yang mengeluarkan getah cukup banyak meskipun dengan jumlah koakan yang sedikit. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor perbedaan energi yang didapat pada setiap pohon untuk berfotosintesis yang bersumber dari sinar matahari untuk menghasilkan sejumlah produk sisa hasil dari fotosintesis tersebut yang berupa getah (Rahmawati 2004). Untuk mengetahui Pengaruh frekuensi pelukaan pada metode bor terhadap peningkatan produktivitas getah pinus dapat dilakukan dengan analisis ragam atau Analysis of Variance (ANOVA). Analisis data dilakukan menggunakan analisis ragam untuk rancangan acak lengkap satu faktor yaitu faktor perlakuan dengan ulangan yang sama. Tabel 2 Analisis ragam frekuensi pelukaan metode bor Sumber Keragaman Perlakuan Sisa Total
Derajat Bebas 3 36 39
Jumlah Kuadrat 10 756.331 29 186.077 39 942.408
Kuadrat Tengah 3 585.44 810.724
F hitung 4.423
F 0,05 2.86627
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95 % (Ξ± = 0.05) menunjukkan bahwa setiap perlakuan frekuensi pelukaan mempunyai
10 pengaruh yang nyata terhadap rata-rata produktivitas getah pinus. Hal ini dikarenakan F hitung sebesar 4.423 lebih besar dari F tabel sebesar 2.866. Sehingga hipotesis diterima yaitu sekurangnya ada taraf perlakuan yang memberikan pengaruh nyata terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 95 % (Ξ± = 0.05). Selanjutnya untuk mengetahui kelompok perlakuan yang berbeda nyata dilakukan analisis menggunakan Uji Duncan. Tabel 3 Hasil Uji Duncan dari setiap perlakuan terhadap produktivitas getah pinus
Perlakuan A B C D
Jumlah Data 10 10 10 10
Produktivitas rata-rata getah pinus (g/hari) 89.08 54.18 51.39 48.82
Uji Duncan (Ξ± = 0.05) A B B B
Berdasarkan hasil Uji Duncan terdapat dua jenis kelompok kelompok a yaitu perlakuan A (metode quarre) memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap produktivitas getah pinus. Perlakuan B (metode bor satu pelukaan), C (metode bor dua pelukaan), dan D (metode bor tiga pelukaan) tergolong satu kelompok yaitu kelompok b. Hal ini berarti meskipun frekuensi pelukaan diganti-ganti maka memberikan pengaruh yang sama terhadap produktivitas getah pinus.
Penentuan Frekuensi Pelukaan Optimal Hasil statistik uji duncan menunjukkan bahwa perlakuan kontrol (quarre) merupakan memiliki produktivitas yang paling tinggi dibanding perlakuan yang lain. Hal ini sesuai dengan metode yang sekarang diterapkan di HPGW yaitu metode quarre. Metode quarre paling tinggi karena bidang sadapnya lebar sehingga saluran getah yang terpotong lebih banyak. Satuan produksitivitas tiap perlakuan adalah produksi/lebar yang disadap. Berdasarkan hasil uji duncan produktivitas metode quarre 89.08 g/6 cm, metode bor satu pelukaan 54.18 g/1.7 cm, metode bor dua pelukaan 51.39 g/2.8 cm dan metode bor tiga pelukaan 48.82 g/3.2 cm. Dilihat dari kenaikan bidang sadap masing-masing perlakuan memiliki kenaikan bidang sadap yang berbeda-beda. Kenaikan bidang sadap metode quare sebesar 19 cm/bulan, metode bor satu pelukaan 34 cm/bulan, metode bor dua pelukaan 18.4 cm/bulan, dan metode bor tiga pelukaan 16.4 cm/bulan. Metode bor satu pelukaan merupakan metode yang paling tinggi tingkat kenaikan bidang sadapnya dibandingkan dengan metode yang lain. Secara teknis di lapang masing-masing perlakuan memiliki kendala yang berbeda-beda. Pada metode quarre perbedaan tenaga dalam melakukan koakan membuat kedalaman pelukaan setiap koakan berbeda-beda. Pada metode bor baik satu pelukaan, dua pelukaan dan tiga pelukaan kendalanya yaitu pada kurang terampilnya pekerja dalam pengoperasian alat bor. Hal ini mengakibatkan saluran
11 getah yang ada di dalam lubang bor tidak rapi, berserabut, dan mempengaruhi produksi getah. Kendala metode bor dua pelukaan yaitu ukuran pipa yang tidak sesuai dengan ukuran mata bor, sehingga harus diberi tambahan pada pipa seperti solatip pipa agar getah tidak bocor namun di lapang getah tetap bocor. Sama halnya kendala pada metode bor tiga pelukaan, disamping permasalahan pipa kendalanya adalah membutuhkan tenaga yang cukup besar dalam membuat lubang bor. Ketidaksimetrisan ukuran mata bor membuat goyang dalam pembuatan ukuran lubang bor yang menyebabkan ukuran lubang bor tidak sama dan saluran getah yang terpotong tidak rapi. Berdasarkan teknis di lapang metode bor tiga pelukaan yang paling susah diterapkan di lapang. Keunggulan lain dari metode bor adalah lebih menghemat bidang sadap dan meminimalisir kerusakan tegakan dibandingkan dengan metode quarre, karena pelukaan pada metode bor lebih kecil dibandingkan dengan metode quarre. Seiring dengan penelitian yang sedang berjalan penutupan luka pada metode bor lebih cepat dibandingkan dengan metode quarre, sehingga dengan metode bor sustainable hutan pinus lebih terjaga. Hasil getah pada metode bor lebih jernih dibandingkan dengan metode quarre, karena luka sadap tidak bersentuhan langsung dengan suhu lingkungan. Menurut Adhi (2008), banyak pohon pinus yang disadap tumbang akibat diameter batang yang menopang dibagian yang dikoak lebih kecil dibandingkan diameter batang diatas koakan. Selain itu kelemahan-kelemahan lain dalam sistem quarre adalah alat sadap yang sederhana dan tenaga yang berbeda-beda menyebabkan luka terlalu dalam, dan dikhawatirkan kelestarian getah dan pohon kurang terjaga. Pertimbangan dalam penentuan metode bor yang optimal tercantum pada Tabel 4. Tabel 4 Penentuan frekuensi pelukaan optimal Uraian
Metode bor satu pelukaan 54.18 g 34 cm/bulan
Metode bor dua pelukaan 51.39 g 18.4 cm/bulan
Metode bor tiga pelukaaan 48.82 g 16.4 cm/bulan
-
Tidak ada ukuran
Pembuatan lubang bor
Ketrampilan pekerja perlu ditingkatkan
Belum terbiasa menggunakan mata bor 7/8 inch, ukuran lubang bor tidak sama
Modifikasi mata bor
-
Perlu
Terdapat ukuran tetapi tidak ada dipasaran Tenaga besar, belum terbiasa dalam pengoperasian mata bor 1 inch, tidak sentris dalam pengeboran, lubang bor tidak sama Perlu
Produksi Laju kenaikan bidang sadap Kendala teknis: Pemilihan ukuran pipa
Metode yang prospektif dilaksanakan adalah metode bor dua pelukaan. Hal ini dikarenakan lebih menghemat bidang sadap dan memungkingkan diterapkan di lapang. Dilihat dari sisi produktivitas, berdasarkan uji duncan meskipun mata bor diganti-ganti mempunyai pengaruh yang sama terhadap produktivitas getah pinus.
12
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Frekuensi pelukaan dalam satu lubang bor pada penyadapan getah pinus dengan metode bor mempunyai pengaruh terhadap produktivitas getah pinus, hal ini dibuktikan dengan memperbesar ukuran mata bor dalam lubang yang sama, maka getah tetap keluar dari lubang tersebut. Frekuensi pelukaan optimal pembuatan lubang bor pada sadapan getah pinus dengan metode bor adalah frekuensi dengan dua pelukaan. Frekuensi dua pelukaan lebih menghemat bidang sadap dan memungkinkan untuk diterapkan di lapang. Perbesaran ukuran mata bor mempunyai pengaruh yang sama terhadap produktivitas getah pinus.
Saran Dalam rangka peningkatan produktivitas getah pinus dengan metode bor perlu dilakukan pelatihan penggunaan mesin bor agar ketrampilan kerja meningkat. Perlu dikaji lebih lanjut mengenai kesesuaian ukuran mata bor dan ukuran pipa.
DAFTAR PUSTAKA Adhi. 2008. Pengaruh Jumlah Sadapan Terhadap Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii) dengan Metode Koakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Doan ANG. 2007. Ciri ciri fisik pinus (Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese) banyak menghasilkan getah dan pengaruh pemberian stimulansia serta kelas umur terhadap produksi getah pinus di RPH Sawangan dan RPH Kemiri KPH Kedu Selatan, Perum Perhutani. Lestari Linda. 2012. Pengaruh Periode Pelukaan Pada Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Prijadi. 2009. Macam-macam Ukuran Pipa PVC dan Kegunaannya. http://dannyprijadi.wordpress.com/2009/06/01/macam-macam-ukuran-pipapvc-dan-kegunaannya/ [ 2 juni 2013 ]. Rahmawati. 2004. Hubungan Diameter Batang Terhadap Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese) di RPH Cipayung, BKPH Bogor, KPH Bogor Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Santosa Gunawan. 2011. Pengaruh Pemberian Etrat terhadap Peningkatan Produktivitas Penyadapan Getah pinus [Laporan Penelitian]. KPH Sukabumi Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Tidak diterbitkan.
13 Wibowo Pramoe. 2006. Produktifitas Penyadapan Getah Pinus merkusii Jungh, et de Vriese dengan Sistem Koakan (Quarre System) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Putri IOA. 2011. Pengaruh Cara Pemberian Etrat 1240 Terhadap Produktivitas Penyadapan Kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
14
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 22 Februari 1991 di Kendal, Jawa tengah sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan bapak Sumartono dan ibu Kuntariyah. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD N 1 Tegorejo, pada tahun 2003. Pendidikan menengah pertama penulis di SMP N 1 Pegandon ditempuh pada tahun 2003 ΜΆ 2006, kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA N 1 Kendal dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) penulis melanjutkan studi S1 di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan (BEM-E) sebagai sekretaris divisi budaya olahraga dan seni (BOS) pada tahun 2011 ΜΆ 2012. Penulis juga aktif organisasi Saman Bungong Puteh pada tahun 2010 ΜΆ 2012. Penulis penah menjadi asisten Inventarisasi Sumberdaya Hutan pada tahun 2011 ΜΆ 2012, dan mata kuliah Analisis Biaya Pengelolaan Hutan tahun ajaran 2013 ΜΆ 2014. Selama kuliah penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan. Praktik yang pernah diikuti penulis yaitu Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) jalur Sancang Barat dan Gunung Kamojang Kabupaten Garut pada tahun 2011, Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi pada tahun 2012, dan Praktik Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HT PT ITCI Hutani Manunggal, Kalimantan Timur pada tahun 2013. Dalam rangka menyelesaikan pendidikan dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul Penyadapan Getah Pinus Menggunakan Metode Bor dengan Berbagai Frekuensi Pelukaan di Kabupaten Sukabumi di bawah bimbingan Dr Ir Gunawan Santosa, MS.