PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT
YUDHA ASMARA ADHI
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT
Oleh : Yudha Asmara Adhi E 24103072
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEHUTANAN Pada Sub Program Studi Pemanenan Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN Yudha Asmara Adhi. E24103072. Pengaruh Jumlah Sadapan terhadap Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii) dengan Metode Koakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat di bawah bimbingan Dr.Ir. Gunawan Santosa, MS. Permintaan terhadap hasil hutan bukan kayu (HHBK) dewasa ini telah mengalami peningkatan. Salah satu HHBK yang mulai mengalami peningkatan permintaan berbagai industri adalah getah pinus. Dengan meningkatnya kebutuhan getah untuk keperluaan industri, maka para penyadap getah pinus akan dibebankan target produksi yang lebih tinggi oleh perusahaan untuk memenuhi permintaan pasar. Sebagian besar penyadap berasumsi dengan semakin banyaknya jumlah sadapan tiap pohonnya akan menambah jumlah produksi, padahal penambahan jumlah sadapan tersebut mempunyai dampak kerusakan terhadap pohon itu sendiri. Metode penyadapan yang umum digunakan adalah metode koakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah sadapan terhadap produktivitas getah pinus dan menentukan jumlah koakan optimal per pohon. Rancangan Percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dimana respon diperoleh dari perlakuan jumlah koakan pada pohon contoh yaitu 1 koakan tiap pohon, 2 koakan tiap pohon, 3 koakan tiap pohon, 4 koakan tiap pohon, 5 koakan tiap pohon dan 6 koakan tiap pohon. Jumlah pohon contoh adalah 60 pohon yang akan diberikan perlakuan sesuai dengan jumlah koakan dan masing-masing perlakuan dilakukan sebanyak 10 kali ulangan. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan produktivitas getah pinus. Produksi getah rata-rata untuk 1 koakan, 2 koakan, 3 koakan, 4 koakan, 5 koakan, dan 6 koakan berturut-turut sebagai berikut 26,80 g/pohon/hari, 33,20 g/pohon/hari, 45,74 g/pohon/hari, 59,72 g/pohon/hari, 70,84 g/pohon/hari, dan 76,78 g/pohon/hari. Peningkatan produksi getah yang terjadi maksimum mencapai 186,5 %. Hasil sidik ragam menunjukkan terdapat pengaruh yang nyata dari perbedaan jumlah koakan terhadap produksi getah pinus. Semakin banyak jumlah koakan per pohon, maka rata-rata produksi per koakan cenderung menurun. Hasil pertambahan produksi tertinggi akibat penambahan jumlah koakan yaitu pada penambahan jumlah koakan dari 3 koakan menjadi 4 koakan dengan penambahan produksi tertinggi sebesar 13,98 g/pohon/hari. Sedangkan pertambahan produksi terendah terjadi pada penambahan jumlah koakan dari 5 koakan menjadi 6 koakan dengan pertambahan produksi sebesar 5,94 g/pohon/hari. Pertambahan produksi cenderung menurun pada penambahan jumlah koakan melebihi 4 koakan. Perbedaan jumlah koakan per pohon berpengaruh nyata terhadap produksi getah pinus. Jumlah koakan yang optimal sebanyak 4 koakan per pohon dengan mempertimbangkan bahwa dengan penambahan jumlah koakan melebihi 4 koakan penambahan produksi getah cenderung menurun; dari hasil uji Tukey bahwa jumlah produksi total untuk 4, 5 dan 6 koakan tidak berbeda nyata; dan dari segi kerusakan pohon, dengan penambahan jumlah koakan melebihi 4 koakan maka kerusakan yang terjadi akan semakin besar, namun produksi yang dihasilkan tidak berbeda nyata dengan jumlah 4 koakan.
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Jumlah Sadapan terhadap Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii) dengan Metode Koakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulisan lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2008
Yudha Asmara Adhi NRP E24103072
LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Pengaruh Jumlah Sadapan terhadap Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii) dengan Metode Koakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat Nama : Yudha Asmara Adhi NIM : E 24103072
Menyetujui : Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS NIP. 131 781 163
Mengetahui : Dekan Fakultas Kehutanan IPB,
Dr.Ir. Hendrayanto, M. Agr NIP. 131 578 788
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan kasih sayang-Nya, sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini berjudul Pengaruh Jumlah Sadapan terhadap Produksi Getah Pinus dengan Metode Koakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian ini bermaksud ingin mengetahui pengaruh dari jumlah sadapan tiap pohonnya terhadap produksi getah dengan menggunakan metode koakan. Sebagian besar penyadap berasumsi dengan semakin banyaknya jumlah sadapan tiap pohonnya akan menambah jumlah produksi, padahal penambahan jumlah sadapan tersebut mempunyai dampak kerusakan terhadap pohon itu sendiri. Masalah ini yang banyak terjadi di Perum Perhutani contoh kasus pada bulan Maret 2007 di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur terdapat 165 ribu pohon pinus roboh, paling banyak terdapat di KPH Banyuwangi Barat sebanyak 106 ribu pohon, akibat angin puting beliung yang melanda daerah tersebut. Robohnya pohon-pohon tersebut disebabkan pohon-pohon pinus yang disadap terlalu dalam dan jumlah sadapan yang terlalu banyak melanggar kaidah-kaidah penyadapan. Harapan penulis semoga karya ilmiah ini dapat bermafaat. Bogor, Januari 2008
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 10 Juni 1985 di Bekasi. Sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan Subari BE dan Hj. Maryam Maloke, SH. Pada tahun 1990 penulis memulai pendidikan formal di TK Putra 8, Bekasi dan lulus pada tahun 1991. Selanjutnya penulis melanjutkan jenjang pendidikan ke SDN Taruma Jaya Bekasi pada tahun yang sama dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 2 Bekasi dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis melanjukan pendidikan ke SMU Negeri 3 Bekasi dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Fakultas Kehutanan, Jurusan Teknologi Hasil Hutan dengan memilih Sub Program Studi Pemanenan Hasil Hutan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten dosen mata kuliah Dasar-dasar Pemanenan Hasil Hutan pada tahun ajaran 2007/2008. Kegiatan praktek yang pernah dilakukan adalah Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di KPH Garut Perum Perhutani Unit III Jawa Barat pada bulan Juli-Agustus 2006 serta Praktek Kerja Lapangan (PKL) di HPHTI PT. INHUTANI II, Pulau Laut – Kalimantan Selatan pada bulan April – Juni 2007. Penulis juga pernah mendapatkan penghargaan sebagai The Most Valueable Player (MVP) basket pada tahun 2007 dan membawa tim basket THH menjadi juara pertama pada Forester Cup tahun 2005 & 2007. Penulis juga ikut andil atas suksesnya tim basket FAHUTAN menjuarai Olimpiade Mahasiswa IPB pada tahun 2005-2006. Dalam rangka menyelesaikan studi di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Pengaruh Jumlah Sadapan terhadap Produksi Getah Pinus dengan Metode Koakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat” di bawah bimbingan Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS.
UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Subari BE, ibunda Maryam Maloke dan kakakku tercinta (mba Niken Rahmawati) serta seluruh keluarga besar atas segala doa, kasih sayang, serta dukungan moral dan material kepada penulis. 2. Bapak Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Tapa Darma, MSc sebagai dosen penguji dari Departemen Silvikultur dan Bapak Ir. Jojo Ontarjo, MM sebagai dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.
4. Pihak pengelola Hutan Pendidikan Gunung Walat Mas Udin, Kang Awes, Mas Ade, Pa Lili, Pa Wahyu, Pa Aang atas segala bantuannya dan khususnya kepada Bapak Dr. Ir. Supriyanto, DEA atas kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan penelitian. 5. Bapak Udin dan Bapak Yahya yang telah memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian. 6. Keluarga Bapak Dedi Suryadi dan Welly Dwi Wahyuni yang telah memberikan perhatian dan kasih sayangnya. 7. Rekan-rekan Fakultas Kehutanan IPB khususnya Departemen Hasil Hutan angkatan 40 atas segala kenyamanan, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis. 8. Teman Seperjuangan Nurkhairani, Eko Yuono, Togu, Wahyudi, Rico, Hotman, Iman dan Bang Al atas kekompakannya, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Januari 2008
Penulis
i
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ................................................................................................... i DAFTAR TABEL ........................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... v BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................ 2 1.3 Manfaat Penelitian ..................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyebaran dan Tempat Tumbuh Pinus...................................... 2.2 Pinus Sebagai Penghasil Getah ................................................... 2.3 Mekanisme Pembentukan Getah pada Pohon Pinus ................... 2.4 Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Getah Pinus ............. 2.5 Cara Penyadapan ......................................................................... 2.6 Penentuan Jumlah Sadapan .........................................................
3 4 4 6 8 9
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................... 3.2 Alat .............................................................................................. 3.3 Metode Penelitian ....................................................................... 3.3.1 Jenis data ............................................................................... 3.3.2 Pengumpulan data ................................................................. 3.3.3 Rancangan percobaan ........................................................... 3.3.4 Metode penyadapan .............................................................. 3.3.5 Analisis data ..........................................................................
10 10 10 10 10 10 12 14
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas ............................................................................ 4.2 Topografi ..................................................................................... 4.3 Tanah ........................................................................................... 4.4 Keadaan Vegetasi ........................................................................ 4.5 Iklim ............................................................................................
16 16 16 17 17
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Areal Penelitian ............................................................. 5.2 Pelaksanaan Penyadapan ............................................................. 5.3 Produksi Getah ............................................................................ 5.4 Pengaruh Banyaknya Jumlah Koakan terhadap Kerusakan Pohon...........................................................................................
19 20 22 27
ii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ................................................................................ 30 6.2 Saran........................................................................................... 30 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 31 LAMPIRAN ..................................................................................................... 33
iii
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1.
Produksi getah tiap tahun pada berbagai jenis pinus .............................. 6
2.
Hubungan antara produksi getah pinus dengan umur daur tegakan Pinus ....................................................................................................... 7
3.
Bagan rancangan percobaan ................................................................... 11
4.
Struktur tabel analisis sidik ragam untuk rancangan acak lengkap satu faktor dengan ulangan yang sama ......................................................... 14
5.
Data curah hujan dan jumlah hari per bulan tahun 2003-2004 di HPGW .................................................................................................... 18
6.
Rancangan waktu penyadapan dan pemungutan getah pinus ................. 21
7.
Produksi rata-rata getah pinus pada berbagai jumlah koakan (g/pohon/hari)......................................................................................... 23
8.
Analisis sidik ragam (ANOVA) pengaruh jumlah koakan terhadap produksi getah pinus .............................................................................. 24
9.
Uji Tukey pengaruh jumlah koakan terhadap produksi getah pinus ...... 24
iv
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1.
Cara penyadapan getah pinus dengan metode koakan ........................... 13
2.
Pola perlakuan penyadapan getah dengan metode koakan ..................... 13
3.
Kondisi tegakan pinus di blok Cikatomas .............................................. 19
4.
Bentuk tajuk salah satu pohon contoh dilokasi penelitian ...................... 20
5 a. Penyadapan metode koakan ................................................................... 20 5 b.
Pemasangan talang sadap ....................................................................... 20
5 c. Pemasangan plastik untuk menampung getah ....................................... 20 6.
Grafik pengamatan produksi getah selama 10 kali pemungutan getah (g/pohon/hari) ......................................................................................... 22
7.
Produksi total getah pinus pada berbagai jumlah koakan....................... 23
8.
Grafik hubungan antara PT, RPPK dan PPPK ....................................... 25
9.
Grafik hubungan antara jumlah koakan dengan produksi getah di HPGW .................................................................................................... 26
10 a. Kerusakan yang terjadi pada pohon akibat penyadapan dengan 6 koakan .................................................................................................... 27 10 b. Contoh kedalaman koakan pada pohon yang disadap............................ 27 11 a. Penampang melintang pada batang pinus dari 4 koakan, 5 koakan, dan 6 koakan .......................................................................................... 28 11 b. Penampang batang pinus yang dikoak ................................................... 28
v
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1.
Data produksi getah dalam 10 kali pemungutan getah (g/pohon/pungut)....................................................................................... 34
2.
Rataan produksi getah pinus pada 7 kali pemungutan getah (g/pohon/hari)............................................................................................ 41
3.
Data diameter pohon contoh ..................................................................... 43
4.
Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 13 .......................... 44
5.
Perhitungan tingkat kehilangan kayu ........................................................ 46
6.
Keadaan cuaca harian selama penelitan di Hutan Pendidikan Gunung Walat ......................................................................................................... 47
7.
Peta lokasi penelitian ................................................................................ 48
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan terhadap hasil hutan bukan kayu (HHBK) dewasa ini mengalami peningkatan. Salah satu HHBK yang mulai mengalami peningkatan permintaan berbagai industri adalah getah pinus, getah pinus dapat diolah menjadi gondorukem dan terpentin. Dengan meningkatnya kebutuhan getah untuk keperluan industri, maka para penyadap getah pinus akan dibebankan target produksi yang lebih tinggi untuk memenuhi permintaan pasar, sebagian besar penyadap berasumsi dengan semakin banyaknya jumlah sadapan tiap pohonnya akan menambah jumlah produksi, padahal penambahan jumlah sadapan tersebut mempunyai dampak kerusakan terhadap pohon itu sendiri. Metode penyadapan pinus yang telah dicoba dan yang umum dilakukan adalah metode koakan (quarre) dengan bentuk U terbalik (Silitonga 1983). Dulsalam et al. (1998) menyatakan bahwa dalam penentuan cara penyadapan getah pinus tentu tidak akan terlepas adanya pertimbangan yang berhubungan dengan faktor teknis, sosial, ekonomi dan ekologi. Secara teknis penyadapan getah pinus yang dipilih adalah yang dapat dilakukan dengan mudah. Dari segi sosial, cara yang dipilih adalah yang mampu memberi lapangan pekerjaan kepada masyarakat setempat. Dari segi ekonomi, pertimbangannya adalah yang efisien dan efektif sehingga dapat memberikan keuntungan yang optimal. Sedangkan ditinjau dari segi ekologi, pertimbangannya adalah yang tidak menimbulkan kerusakan yang berarti pada pohon yang disadap. Apabila dilihat dari segi teknis, sosial dan ekonomi metode penyadapan dengan koakan sudah memenuhi ketiga aspek tersebut. Permasalahannya adalah dilihat dari segi ekologi akibat yang ditimbulkan dengan metode tersebut banyak terjadi kerusakan tegakan dengan tumbangnya pohon-pohon yang disadap karena jumlah koakan yang terlalu banyak dan dalam, mengelilingi pohon serta tidak disesuaikan dengan ukuran diameternya, masalah ini banyak terjadi di Perum Perhutani contoh kasus pada bulan Maret 2007 di Perum Perhutani Unit II Jawa
2
Timur terdapat 165 ribu pohon pinus roboh, paling banyak terdapat di KPH Banyuwangi Barat sebanyak 106 ribu pohon roboh akibat angin puting beliung yang melanda daerah tersebut. Robohnya pohon-pohon tersebut disebabkan pohon-pohon pinus yang disadap terlalu dalam dan jumlah sadapan yang terlalu banyak melanggar kaidah-kaidah penyadapan (Lutfi 2007). Sehubungan dengan masalah tersebut maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh jumlah koakan terhadap produksi getah pinus dengan metode koakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat dalam rangka mengetahui pengaruh jumlah sadapan terhadap produksi getah pinus dan menentukan jumlah koakan yang optimal untuk kelas diameter 40-50 cm. 1.2 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui pengaruh jumlah sadapan (koakan) terhadap produksi getah pinus. 2. Menentukan jumlah koakan optimal per pohon. 1.3 Manfaat Penelitian Mendapatkan informasi mengenai jumlah sadapan yang optimal tiap pohon untuk kelas diameter 40-50 cm, yang nantinya akan dijadikan dasar untuk perencanaan penyadapan getah pinus.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyebaran dan Tempat Tumbuh Pinus Pinus dengan nama latin Pinus merkusii Jungh et de Vriese, memiliki nama lokal tusam yang tergolong kedalam famili pinaceae. Pinus merkusii alami tumbuh didaerah pegunungan dengan ketinggian 800-2000 mdpl yang membentuk kelompok hutan conifer pegunungan tropika yang menyebar dari Aceh, Tapanuli dan Pegunungan Kerinci di Sumatera Barat. Di Indonesia Pinus merkusii dapat tumbuh pada ketinggian 200-2000 mdpl, dengan pertumbuhan optimum dicapai pada ketinggian 400-1500 mdpl dan pertumbuhan maksimum pada ketinggian 900-1500 mdpl (Direktorat Jenderal Kehutanan, 1990). Menurut Alrasjid et al. (1983) pinus tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tempat tumbuh, namun pertumbuhannya dipengaruhi berbagai faktor seperti sifat-sifat tanah, iklim dan altitude. Untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik pinus membutuhkan : 1. Tanah yang cukup kesuburannya, walaupun unsur hara yang dipergunakan pinus relatif lebih rendah dibandingkan dengan jenis pohon daun lebar. 2. Tanah beraerasi baik dan tidak terlalu asam dan basis (pH : 4,5 – 5,5). 3. Tipe iklim A dan B menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson. 4. Temperatur udara berkisar 18° - 30°C. 5. Bulan basah (5 – 6 bulan) yang diselingi dengan bulan kering yang pendek (3 – 4 bulan). Benson (1975) dalam Sugiyono (2001) mengatakan bahwa Pinus merkusii Jungh et de Vriese termasuk dalam: Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Gymnospermae
Ordo
: Coniferales
Famili
: Pinaceae
Genus
: Pinus
Species
: Pinus merkusii Jungh et de Vriese
4
2.2 Pinus Sebagai Penghasil Getah Menurut Kasmudjo (1982) dalam Kasmudjo (1992) pohon pinus termasuk jenis multiguna karena dari pohon ini dapat dihasilkan kayu yang cukup banyak manfaatnya, disamping produk dari getahnya yang dapat menghasilkan gondorukem dan minyak terpentin. Suharlan dan Herbagung (1983) menyatakan getah merupakan hasil dari proses fisiologis pohon, oleh karena itu berbagai faktor yang mempengaruhi proses fisiologis pohon akan mempengaruhi jumlah produksi getah yang dihasilkan. Menurut Kramer dan Kozlowsky (1960) dalam Sugiyono (2001) bahwa getah pinus tersusun atas 66% asam resin, 25% terpentin, 7% bahan netral yang tidak mudah menguap, dan 2% air. Sumantri (1991) mengatakan bahwa penyadapan pohon pinus dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan melukai sampai kayu atau hanya sampai kambium kayu. Getah yang dihasilkan pohon Pinus merkusii digolongkan sebagai oleoresin yang merupakan cairan asam-asam resin dalam terpentin yang menetes ke luar apabila saluran resin pada kayu atau kulit pohon jenis daun jarum tersayat atau pecah. Penamaan oleoresin ini dipakai untuk membedakan dari getah (natural resin) yang muncul pada kulit atau dalam ronga-rongga jaringan kayu dari berbagai
genus
anggota
Dipterocarpaceae
atau
Leguminoceae
dan
Caesalpiniaceae (Hillis 1987). Hillis (1987) menyatakan, bahwa berdasarkan bukti-bukti biokimia, getah dibentuk secara insitu. Walaupun getah terdapat secara alamiah didalam pohon, akan tetapi produksi dan jumlahnya sangat meningkat apabila terjadi pelukaan pada pohon. 2.3 Mekanisme Pembentukan Getah pada Pohon Pinus Menurut Tsoumis (1969) dari segi anatomi, getah pinus terdapat dalam saluran-saluran (saluran resin) atau celah-celah antar sel. Saluran tersebut sering dinamakan sebagai saluran interselluler atau saluran getah traumatis. Saluran resin dibentuk oleh suatu mekanisme baik secara lysigenous yaitu sel-sel pada jaringan kayu atau kulit hancur dan meninggalkan celah atau saluran, atau secara
5
schizogenous yaitu sel-sel memisahkan diri, atau juga secara schizolysigenous yaitu bentuk kombinasi dari kedua cara tersebut diatas. Saluran resin dibentuk serta dikelilingi sel-sel parenkim jari-jari atau sel-sel epitel. Getah pinus sendiri dibentuk didalam sel-sel tersebut sebagai akibat proses metabolisme atau translokasi karbohidrat dari daun. Apabila ada perubahan tekanan (keseimbangan osmotik) antara sel-sel sekitar saluran dengan saluran itu sendiri, maka terjadi penetrasi bahan-bahan cairan atau resin kedalam ronggarongga saluran resin tersebut. Keadaan ini akan lebih dipercepat apabila dilakukan pelukaan atau sayatan terhadap saluran-saluran resin sehingga saluran menjadi terbuka dan memungkinkan aliran getah ke luar dengan cepat (Fahutan 1988). Sel atau jaringan yang berfungsi untuk menghasilkan getah pinus adalah jaringan epitel. Jaringan epitel adalah jaringan yang bersifat parenkimatis yang terdapat mengelilingi, dan sekaligus membatasi ruang-ruang kosong antar sel (saluran interselluler yang disebut saluran damar). Pada pohon pinus saluran damar terdapat pada bagian xylem batang dan berdasarkan orientasi salurannya dibagi atas saluran damar axial dan saluran damar radial. Pada tempat-tempat tertentu kedua macam saluran ini saling berhubungan (interkoneksi). Akan tetapi beberapa penelitian menunjukan bahwa pada kayu tusam (Pinus merkusii) saluran damar radial tidak dijumpai (Fahutan 1988). Pada bagian yang mengalami pelukaan, sebelum disintegrasi sel terjadi peningkatan metabolisme dan dalam beberapa hal terjadi peningkatan kadar ethylene. Pelepasan ethylene akan memicu pembentukan getah oleh jaringan epitel (Hillis 1987). Lebih lanjut disebutkan bahwa tekanan air (moisture stress) juga meningkat. Sumantri (1991) menyatakan jika kayu dilukai melalui satu arah yaitu arah radial pada kambium kayu, getah dari arah axial dapat bermuara ke arah saluran radial sehingga dapat tertampung pada luka sadapan tersebut. Dengan demikian maka pelukaan sampai kambium kayu dapat mengalirkan getah pinus meskipun yang terlukai hanya saluran arah radial. Namun demikian keluarnya getah arah radial ini tidak terlalu banyak dapat menampung getah dari arah axial sehingga yang keluar hanya sedikit.
6
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Getah Pinus Sumadiwangsa et al. (1999) mengatakan produktivitas getah pohon pinus dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor statis (genotipe, umur, kerapatan pohon, elevasi, kesuburan tanah, dan iklim) serta faktor dinamis (cara dan alat penyadapan, kadar stimulan dan keterampilan tenaga penyadap). Panshin et al. (1950) menyebutkan bahwa naval store yang baik yaitu pohon dengan hasil getah yang banyak, dicirikan dengan lingkaran tahun yang lebar, tajuk rata atau penuh dan berbentuk kerucut, dan memiliki tinggi tajuk yang berukuran setengah dari tinggi pohonnya. Kasmudjo (1982) dalam Sugiyono (2001) mengungkapkan bahwa pinus yang menghasilkan getah terdapat beberapa jenis dengan produksi berbeda-beda : Tabel 1 Produksi getah tiap tahun pada berbagai jenis pinus Jenis Pinus kasya Pinus merkusii Pinus polustris Pinus maritima Pinus longifolia Pinus austriaco Pinus excelsa Sumber : Sugiyono 2001
Produksi Getah (Kg/phn/th) 7.0 6.0 4.2 3.2 2.5 2.1 1.2
Panshin et al. (1950) menyatakan bahwa volume kayu gubal dan bentuk tajuk juga berpengaruh terhadap produksi getah. Saluran – saluran getah yang terbanyak terdapat dalam kayu gubal. Wibowo (2006) mengatakan pengaruh diameter pohon terhadap produksi getah pinus berhubungan dengan pertumbuhan diameter pohon. Sehingga dengan adanya pertumbuhan dimeter pohon, menyebabkan volume kayu gubal semakin besar. Oleh karena itu semakin besar volume kayu gubal, maka saluran getah yang terkandung pada pohon pinus akan semakin banyak dan produksi getah pinus akan semakin meningkat. Dari hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa produksi getah pinus pada kelas diameter IV lebih besar dari pada kelas diameter I, II, dan III. Hadipurnomo (1972) dalam Sugiyono (2001) mengatakan bahwa perbedaan umur pohon berpengaruh terhadap jumlah produksi getah. Semakin tua umur
7
pohon maka getah yang dihasilkan akan semakin banyak sampai pada batas umur tertentu. Berpengaruhnya kelas umur terhadap produksi getah juga dikatakan oleh Poerdjorahardjo dan Kamarudin (1993) yang telah melakukan penelitian di Jawa Timur pada bulan November 1990, sebagai berikut : Tabel 2 Hubungan antara produksi getah pinus dengan umur daur tegakan pinus Umur Daur (th) 15 20 25
Rata – rata diameter (cm) 28 34 38
Produksi getah (g/ph/hr) 6 7 7
30
41
8
35
43
8
40
45
9
45
46
10
50
48
10
55
49
11
60
49
12
Sumber : Poerdjorahardjo dan Kamarudin (1993)
Faktor cuaca berpengaruh terhadap aliran getah dari sadapan. Pada suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi, getah yang membeku akan menyumbat saluran getah dan muara akan tertutup akibatnya getah yang mengalir akan terhenti (Sugiyono 2001). Pengaruh suhu dan kelembaban udara sangat menentukan jumlah keluarnya getah sadapan dari tiap-tiap pohon per satuan waktu. Hal ini disebabkan karena suhu yang rendah (dibawah 20° C) dan kelembaban udara yang tinggi (diatas 70%) sangat besar pengaruhnya pada kondisi saluran getah. Saluran getah menyempit bahkan buntu, dan apabila masih ada getah yang bisa keluar dengan segera mengalami pembekuan di mulut saluran getah sehingga menyumbat getah yang seharusnya masih bisa keluar (Kasmudjo 1992). Dengan berpengaruhnya keadaan cuaca terhadap produksi getah, tindakan penjarangan (yang berarti pembukaan tajuk) dapat diarahkan untuk membentuk kondisi yang baik agar getah keluar dengan lancar (Silitonga 1983).
8
2.5 Cara Penyadapan Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor : 792/KPTS/DIR/2005, urutan kerja penyadapan metode koakan adalah sebagai berikut : 1. Sadap Buka a) Kulit batang yang akan disadap dibersihkan/dikerok setebal 3 mm, lebar 15 cm tinggi 60 cm (tiap tahun), mulai setinggi 20 cm diatas tanah tanpa melukai kayunya. b) Dibuat quare permulaan pada bagian pohon dengan ukuran lebar maksimal 6 cm dan tinggi 10 cm, dengan petel sadap dengan kedalaman quare 1,5 cm (tidak termasuk tebal kulit). c) Pemasangan talang dan tempurung. Pemasangan talang tidak pada bagian kayu tetapi pada tepi quare dan dipaku pada kedua sisinya agar supaya tidak menggangu aliran getah kebawah. Ukuran talang 8 x 5 cm dengan bentuk cekung dari seng. Tempurung dipasang 5 cm dibawah talang sebagai penampung getah. 2. Sadap Lanjut a) Sadap lanjut dilakukan setiap 3 hari sekali bila tidak menggunakan CAS dan 5 hari sekali bila menggunakan CAS. Pembaharuan dilakukan diatas luka yang telah ada sepanjang 5 mm. Sehingga luka sadapan dalam 1 bulan terdapat 30/3 x 5 mm = 5 cm (maksimum). b) Pada setiap pembaharuan quare, talang dan tempurung harus dipisahkan terlebih dahulu atau ditutup, hal tersebut agar talang tidak terkena serpihan kayu. Setelah pembaharuan quare mencapai 20 cm, talang dan tempurung harus ikut dinaikkan. c) Petel sadap harus dijaga tetap tajam dan selalu bersih dari kotoran. d) Untuk menghindari kotoran dan air hujan, sebaiknya tempurung penampung getah diberi penutup. e) Pemungutan getah dilakukan bersamaan pada waktu pembaharuan luka dilakukan setiap 3 hari sekali.
9
2.6 Penentuan Jumlah Sadapan Dari hasil pengamatan Biro Perencanaan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah tahun 1979 yang dikutip oleh Riyanto TW (1980) dalam Idris dan Soenarno (1983) jumlah koakan (quarre) maksimal yang dapat diterima adalah sebagai berikut:
q maks =
3
D 5 dq
dimana : q maks = jumlah koakan maksimal per pohon
D
= diameter pohon (cm)
dq
= lebar koakan (10 cm) Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor :
792/KPTS/DIR/2005 jumlah quarre yang diperkenankan : • Keliling 65 – 124 cm sebanyak 1 quare. • Keliling 125 – 175 cm sebanyak 2 quare. • Keliling 176 cm - Up maksimal 4 quare.
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tanggal 26 Juni sampai tanggal 11 Agustus 2007 di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. 3.2 Alat Alat – alat yang digunakan adalah kadukul, talang sadap, pita meteran 150 cm, plastik ukuran 0.5 kg (berat @ 1 g), timbangan digital (ketelitian 1 g), tally sheet, parang, palu, paku, label pohon, cat dan kamera.
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Jenis data 1) Data primer Data hasil penyadapan getah pinus. 2) Data sekunder Meliputi data mengenai letak dan luas areal, topografi, tanah, keadaan vegetasi, iklim dan peta lokasi penyadapan. 3.3.2 Pengumpulan data 1) Data primer Pengumpulan
data
primer
diambil
dengan
melakukan
kegiatan
penyadapan getah dengan menggunakan metode koakan hasilnya yaitu berupa data hasil penyadapan getah pinus. 2) Data sekunder Data sekunder diperoleh dengan melihat arsip atau data yang tersedia dilokasi penelitian dan melakukan wawancara. 3.3.3 Rancangan percobaan Penelitian ini dirancang dengan hanya melibatkan satu faktor dengan beberapa taraf sebagai perlakuan, faktor tersebut adalah jumlah koakan yang berbeda-beda tiap perlakuannya. Rancangan Percobaan yang digunakan dalam
11
penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (Completely Randomize Design) dimana respon diperoleh dari perlakuan jumlah koakan yaitu 1 koakan tiap pohon, 2 koakan tiap pohon, 3 koakan tiap pohon, 4 koakan tiap pohon, 5 koakan tiap pohon dan 6 koakan tiap pohon contoh. Dalam petak penelitian dilakukan pemilihan 60 pohon contoh yang diberikan perlakuan sesuai dengan jumlah koakan dan masing-masing perlakuan dilakukan sebanyak 10 kali ulangan. Pohon contoh yang digunakan dalam penelitian dipilih terlebih dahulu sebelum dilakukan kegiatan penyadapan getah. Pohon contoh yang dipilih tersebut dilakukan secara acak, dengan diameter antara 40 - 50 cm. Bagan rancangan percobaannya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Bagan rancangan percobaan Perlakuan
Ulangan Pohon Contoh
I
II
III
IV
V
VI
1
YI1
Y II 1
Y III 1
Y IV 1
YV1
Y VI 1
2
YI2
Y II 2
Y III 2
Y IV 2
YV2
Y VI 2
3
YI3
Y II 3
Y III 3
Y IV 3
YV3
Y VI 3
4
YI4
Y II 4
Y III 4
Y IV 4
YV4
Y VI 4
5
YI5
Y II 5
Y III 5
Y IV 5
YV5
Y VI 5
6
YI6
Y II 6
Y III 6
Y IV 6
YV6
Y VI 6
7
YI7
Y II 7
Y III 7
Y IV 7
YV7
Y VI 7
8
YI8
Y II 8
Y III 8
Y IV 8
YV8
Y VI 8
9
YI9
Y II 9
Y III 9
Y IV 9
YV9
Y VI 9
10
Y I 10
Y II 10
Y III 10
Y IV 10
Y V 10
Y VI 10
∑ Yij = Yi. j
Y i. Keterangan : I = 1 Koakan Tiap Pohon II = 2 Koakan Tiap Pohon III = 3 Koakan Tiap Pohon
IV = 4 Koakan Tiap Pohon V = 5 Koakan Tiap Pohon VI = 6 Koakan Tiap Pohon
12
Model persamaan rancangan acak lengkap satu faktor yang digunakan adalah sebagai berikut : Y ij = µ + τ i + ε ij Dimana : Yij
= Respon karena pengaruh jumlah koakan taraf ke-i dan ulangan ke-j.
µ
= Nilai rataan umum
τi
= Pengaruh perlakuan ke-i
ε ij
= Pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
i
= 1 koakan tiap pohon = 2 koakan tiap pohon = 3 koakan tiap pohon = 4 koakan tiap pohon = 5 koakan tiap pohon = 6 koakan tiap pohon
j
= 1, 2,…,10.
3.3.4 Metode penyadapan Urutan kerja kegiatan penyadapan dengan menggunakan metode koakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Sebelum pohon disadap bagian kulitnya dibersihkan setebal 3 mm tanpa melukai kayu, kemudian dibuat koakan permulaan dengan alat sadap kadukul. Koakan berukuran 10 cm x 10 cm dan dalamnya ± 2 cm (tidak termasuk kulit). 2) Pemasangan talang ditancapkan pada tepi bawah koakan dan dipaku, ukuran talang 10 cm x 5 cm dengan bentuk melengkung yang terbuat dari seng. 3) Getah yang keluar dialirkan melalui talang sadap dan ditampung dengan plastik / penampung getah. Plastik dipasang pada mulut talang sadap dan dipaku kedua sisinya agar tidak mudah lepas. 4) Apabila jumlah koakan pada satu pohon contoh lebih dari satu, maka keliling pohon dibagi dengan jumlah koakan yang akan dibuat kemudian jarak antar koakan diatur sedemikian rupa agar tidak terlalu rapat, dengan lebar koakan maksimal 10 cm.
13
Cara pelukaan dalam kegiatan penyadapan getah pinus dapat dilihat pada Gambar 1 :
Keterangan : II, III,…., XI 1 2 3 4
= Bagan rencana koakan yang akan disadap = Bagian yang dibersihkan = Koakan Permulaan (10 x 10) cm = Talang Sadap = Plastik (penampung getah)
Gambar 1 Cara penyadapan getah pinus dengan metode koakan. 5) Koakan Ke-1 dibuat dengan selalu mengarah kearah Timur dan apabila jumlah koakan pada pohon contoh lebih dari satu koakan (K-2, K-3, K-4, K-5, dan K-6) maka pembuatan koakan dibuat mengelilingi pohon dengan searah jarum jam seperti terlihat pada Gambar 2. E N
S W
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Perlakuan 3
Perlakuan 4
Perlakuan 5
K-1
K-1
K-1
K-1
K-1 K-5
K-4 K-3
2 Koakan
1 Koakan
Keterangan : K-1 = Koakan K-2 = Koakan K-3 = Koakan K-4 = Koakan K-5 = Koakan K-6 = Koakan
K-4 K-3
3 Koakan
K-1 K-2
K-6
K-2
K-2
K-2
K-2
Perlakuan 6
4 Koakan
K-3
5 Koakan
K-5
K-3 K-4
6 Koakan
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5 Ke-6
Gambar 2 Pola perlakuan penyadapan getah dengan metode koakan.
14
6) Pembaharuan luka sadapan dilakukan setiap 3 hari sekali dengan perpanjangan koakan 3 – 5 mm, sehingga panjang luka sadapan dalam satu bulan adalah ( 30 / 3 ) x 5 mm = 5 cm. 7) Pemungutan atau pengumpulan hasil sadapan dilakukan bersamaan dengan pembaharuan luka. 8) Penimbangan getah hasil sadapan dilakukan setelah dilakukan pemungutan. Hasil penimbangan getah dicatat pada tally sheet yang telah disediakan. 3.3.5 Analisis data Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis sidik ragam untuk rancangan acak lengkap satu faktor dengan ulangan yang sama, perhitungan analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: ⎛ ⎞ ⎜ ∑ Yij ⎟ ⎜ ⎟ i. j ⎠ Faktor Koreksi (FK) = ⎝ rt
JKT =
t
r
∑ ∑Y
2
∑ rY
− FK
ij
i =1 i =1
JKP =
i.
2
2
− FK
JKG = JKT – JKP Hasil perhitungan jumlah kuadrat setiap faktor selanjutnya ditabulasikan dalam bentuk tabel analisis sidik ragam seperti disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Struktur tabel analisis sidik ragam untuk rancangan acak lengkap satu faktor dengan ulangan yang sama Sumber Keragaman
Derajat Bebas (DB)
Jumlah Kuadrat (JK)
Kuadrat Tengah (KT)
F-hitung
Perlakuan
t-1
JKP
KTP
KTP/KTG
Galat
t(r-1)
JKG
KTG
Total
tr-1
JKT
Keterangan : JKP : Jumlah Kuadrat Perlakuan JKG : Jumlah Kuadrat Galat JKT : Jumlah Kuadrat Total
KTP : Kuadrat Tengah Perlakuan KTG : Kuadrat Tengah Galat
15
Analisis sidik ragam dan uji Tukey untuk mengetahui pengaruh jumlah koakan terhadap produksi getah dilakukan dengan menggunakan program SPSS 13.0 For Windows pada selang kepercayaan 95 % (α = 0,05). Hipotesis yang
dapat diuji dari rancangan di atas yaitu pengaruh jumlah koakan terhadap produktivitas getah pinus. Bentuk hipotesisnya dapat ditulis sebagai berikut : H0 : Jumlah koakan tidak berpengaruh terhadap produktivitas getah pinus. H1 : Jumlah koakan berpengaruh terhadap produktivitas getah pinus.
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Areal HPGW secara geografis terletak antara 6°53’35’’– 6°55’10’’ Lintang Selatan dan 106°47’50’’ – 106°51’30” Bujur Timur. Pada tahun 2005, Menteri Kehutanan menerbitkan Surat Keputusan No. 188/Menut-II/2005, tanggal 8 Juli 2005, tentang penunjukan dan penetapan kawasan Hutan Produksi Terbatas Kompleks Hutan Pendidikan Gunung Walat seluas 359 ha sebagai kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (HDTK). Secara administrasi, Hutan Pendidikan Gunung Walat masuk ke wilayah Kecamatan Cibadak dan Kecamatan Cicantayan. Batas wilayah Hutan Pendidikan Gunung Walat, yaitu Bagian Utara (Desa Batununggal dan Sekarwangi), Bagian Timur (Desa Cicantayan dan Desa Cijati), Bagian Selatan (Desa Hegarmanah) dan Bagian Barat (Desa Hegarmanah). Hutan Pendidikan Gunung Walat dibagi ke dalam 3 blok yaitu: Blok Cikatomas (120 ha) terletak di bagian Timur, blok Cimenyan (125 ha) terletak di bagian Barat dan Blok Tengkalak/Seusepan (114 ha) di bagian tengah dan Selatan. 4.2 Topografi Hutan Pendidikan Gunung Walat merupakan bagian dari pegunungan yang berderet dari Timur ke Barat. Bagian Selatan merupakan daerah yang bergelombang mengikuti punggung-punggung bukit yang memanjang dan melandai dari Utara ke Selatan. Di bagian tengah terdapat puncak dengan ketinggian 676 m di atas permukaan laut yang dapat dilihat pada titik KQ 2213. Kondisi topografi mulai dari agak curam (15-25 %) sampai sangat curam (>40 %). Di areal Hutan Pendidikan Gunung Walat ini terdapat beberapa aliran sungai yang umumnya mengalir kearah Selatan dan berair sepanjang tahun, yaitu anak sungai Cipeureu, Citangkalak, Cikabayan, Cikatomas dan Legok Pusar. 4.3 Tanah Berdasarkan peta tanah Gunung Walat skala 1: 10.000 tahun 1981, jenis tanah Gunung Walat adalah keluarga Tropophumult Tipik (lotosol merah
17
kekuningan), Tropodult (Latosol coklat), Dystropept Tipik (Podsolik merah kekuningan) dan Troporpent Lipik (Latosol). Keadaan ini menunjukkan bahwa tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat bersifat heterogen.
Tanah latosol
merah kekuningan adalah jenis tanah yang terbanyak, sedangkan di daerah berbatu hanya terdapat tanah latosol dan di daerah lembah terdapat tanah podsolik. 4.4 Keadaan Vegetasi Selama di bawah pengelolaan IPB, vegetasi Hutan Pendidikan Gunung Walat telah mengalami penanaman yang berarti. Pada tahun 1980 telah ditanami 100% yang pada tahun 1973 hanya tertutup 53%. Tegakan Hutan Tanaman di Hutan Pendidikan Gunung Walat sebagian besar (100 ha) terdiri dari jenis Agathis lorantifolia. Jenis tanaman lainnya adalah Pinus merkusii, Swietenia macrophylla, Dalbergia latifolia, Schima wallichii, Altingia excelsa, Paraserianthes falcataria, Shorea sp, dan Acacia mangium. Hingga tahun 2005 tercatat 44 jenis tumbuhan
yang potensial termasuk 2 jenis rotan dan 13 jenis bambu. Potensi hutan tanaman berdasarkan hasil inventarisasi hutan tahun 1984 adalah sebanyak 10.855 m3 kayu Agathis lorantifolia (damar), 9.471 m3 kayu Pinus merkusii (pinus), 464 m3 Schima wallichii (puspa), 132 m3 Paraserianthes falcataria (sengon) dan 88 m3 kayu Swietenia macrophylla (mahoni).
4.5 Iklim Daerah Gunung Walat mempunyai tipe iklim B (basa) dengan nilai Q = 14.3%-33% dan banyaknya curah hujan tahunan berkisar antara 1600-4400 mm. Suhu minimum yang berada di Hutan Pendidikan Gunung Walat berkisar 22°C untuk malam hari, sedangkan suhu maksimum pada siang hari 30°C. Bedasarkan data curah hujan Laboratorium Pengaruh Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, pada 2003 - 2004 curah hujan di HPGW rata-rata 178,60 ml/bulan dan rata-rata jumlah hari hujan sebanyak 9 hari/bulan (Tabel 5).
18
Tabel 5 Data curah hujan dan jumlah hari per bulan tahun 2003-2004 di HPGW Tahun 2003
Tahun 2004
Rata-rata
Bulan
Curah Hujan (ml/bln)
Hari Hujan
Bulan
Curah Hujan (ml/bln)
Hari Hujan
Curah Hujan (ml/bln)
Hari Hujan
1
273,14
7
1
199
12
236,07
10
2
72,5
12
2
198,2
5
135,35
9
3
244,29
14
3
214,92
13
229,61
14
4
269,85
13
4
261,78
18
265,82
16
5
198,67
3
5
18
2
108,34
3
6
407,5
2
6
120
2
263,75
2
7
-
-
7
194
5
194
5
8
51
3
8
-
-
51
8
9
39
5
9
11,83
6
75,42
6
10
-
-
10
199,5
6
199,5
6
11
-
-
11
215,55
11
215,55
11
12
168,77
16
12
-
-
168,77
12
178,60
9
Rata-rata Curah Hujan Per Bulan Sumber: Laboratorium Pengaruh Hutan, Fahutan (IPB)
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Areal Penelitian Hutan Pendidikan Gunung Walat dibagi ke dalam 3 blok yaitu: Blok Cikatomas (120 ha) terletak di bagian Timur, blok Cimenyan (125 ha) terletak di bagian Barat dan Blok Tengkalak/Seusepan (114 ha) di bagian tengah dan Selatan. Penelitian penyadapan getah pinus ini dilakukan di blok Cikatomas dengan luas ± 0,25 ha, kondisi kelerengan 30% - 40% (sedang – curam). Tegakan pinus pada blok Cikatomas ini ditanam pada tahun 1970 (berumur 37 tahun) termasuk kedalam KU VIII, dengan jarak tanam 3 x 4 m.
Gambar 3 Kondisi tegakan pinus di blok Cikatomas. Lokasi penelitian tersebut belum pernah dilakukan penyadapan dan penjarangan sejak ditanam sampai dengan sekarang. Dilihat dari aspek kesehatan kondisi tegakan relatif sehat meskipun ada beberapa pohon yang mati karena terlalu tua. Oleh kerena itu dilakukan pemilihan pohon contoh dengan memilih pohon dengan kondisi yang sehat, selain itu pemilihan pohon dipilih berdasarkan diameter yang telah ditentukan yaitu antara 40 – 50 cm karena diameter rata-rata pada lokasi penelitian berkisar antara selang tersebut. Jenis tumbuhan bawah yang mendominasi di Hutan Pendidikan Gunung Walat yaitu harendong (Melastoma polyantum), paku rame (Sellaginella fimbriaeta) dan pungpulutan (Urena
20
lobauta) kondisi tumbuhan bawah yang menutupi lokasi penelitian cukup rapat
dengan ketinggian 1 – 2 meter.
Gambar 4 Bentuk tajuk salah satu pohon contoh dilokasi penelitian. Kondisi bentuk dan ukuran tajuk pada keseluruhan pohon contoh dapat dikatakan relatif sama yaitu memiliki tajuk yang lebar dan lebat. Matangaran (2006) mengatakan salah satu ciri-ciri fisik pinus yang banyak mengeluarkan getah dicirikan dengan bentuk tajuk yang lebar dan lebat. 5.2 Pelaksanaan Penyadapan Pembuatan koakan ke-1 (K-1) selalu dibuat menghadap kearah timur, ini dimaksudkan untuk menyeragamkan arah sadapan. Pembuatan koakan ke-2 (K-2), ke-3 (K-3), ke-4 (K-4), ke-5 (K-5), dan koakan ke-6 (K-6) dibuat mengelilingi pohon searah jarum jam sesuai dengan perlakuan masing-masing dan disesuaikan dengan diameter pohon tersebut. Koakan awal dibuat dengan ukuran 10 x 10 cm. A
B
C
Gambar 5 Penyadapan metode koakan (A), Pemasangan talang sadap (B), Pemasangan plastik untuk menampung getah (C).
21
Untuk mengalirkan getah digunakan talang sadap yang terbuat dari seng dengan ukuran 10 x 5 cm, pemasangan talang ditancapkan ± 1 cm dibawah koakan dengan kedalaman ± 2 cm (Gambar 5(B)) dan untuk menampung getah digunakan plastik ukuran 0,5 kg yang dipasang dibawah talang sadap (Gambar 5(C)). Tinggi penyadapan dari permukaan tanah adalah ± 20 cm. Diameter pohon yang disadap bervariasi antara 40 – 50 cm dengan diameter rata-rata 46,36 cm. Dalam penelitian ini rancangan waktu penyadapan dan pemungutan getah dilakukan seperti yang terlihat pada Tabel 6. Tabel 6 Rancangan waktu penyadapan dan pemungutan getah pinus Jumlah Koakan
Hari ke 1
1 Koakan
2
3
4
√
5
6
7
●
2 Koakan
√
●
●
3 Koakan
√
●
●
4 Koakan
√
●
5 Koakan 6 Koakan Keterangan :
dst
√ √
● ●
√ = Penyadapan koakan awal ● = Pembaharuan luka dan pemungutan getah
Pada hari pertama dilakukan penyadapan koakan awal pada perlakuan 2 (2 koakan) dan perlakuan 3 (3 koakan), pada hari kedua dilakukan penyadapan koakan awal pada perlakuan 1 (1 koakan) dan perlakuan 4 (4 koakan), pada hari ketiga penyadapan koakan awal dilakukan pada perlakuan 6 (6 koakan), pada hari keempat penyadapan koakan awal dilakukan pada perlakuan 5 (5 koakan) dan juga dilakukan pembaharuan luka serta pemungutan getah pada perlakuan 2 dan perlakuan 3 begitu seterusnya sampai pembaharuan luka dan pemungutan getah terakhir dimana pada masing-masing perlakuan dilakukan 10 kali ulangan, dengan pembaharuan luka dan pemungutan getah dilakukan setiap 3 hari.
22
5.3 Produksi Getah Penelitian dilakukan dengan mengukur produksi getah pinus selama 34 hari dengan pemungutan getah sebanyak 10 kali pungutan. Hasil pengamatan disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6 Grafik pengamatan produksi getah selama 10 kali pemungutan getah (g/pohon/hari). Berdasarkan grafik pengamatan produksi tersebut pada pemungutan pertama, kedua, dan ketiga masih terjadi fluktuasi produksi dimana produksi terendah terjadi pada pemungutan kedua, ini disebabkan pohon pinus yang masih beradaptasi dalam memproduksi getah karena pohon pinus belum pernah disadap sebelumnya. Pada pemungutan getah selanjutnya mulai dari pemungutan ke 4 produksi getah sudah terlihat normal, fluktuasi produksi yang terjadi lebih disebabkan oleh pengaruh cuaca (data keadaan cuaca dalam Lampiran). Maka pengolahan data yang dilakukan mulai pada pemungutan getah keempat sampai dengan pemungutan terakhir sehingga ada 7 kali pemungutan getah selama pengamatan produksi. Hasil pengamatan produksi getah disajikan pada Tabel 7. Dari Tabel 7 produksi rata-rata getah pada berbagai jumlah koakan selama 7 kali
pemungutan
getah
menunjukan
bahwa
pengaruh
jumlah
koakan
menghasilkan produksi getah yang berbeda. Hasil perhitungan getah pinus yang telah dirata-ratakan dalam 7 kali pemungutan getah diperoleh hasil rata-rata
23
penyadapan untuk 1 koakan, 2 koakan, 3 koakan, 4 koakan, 5 koakan, dan 6 koakan berturut-turut sebagai berikut 26,80 g/pohon/hari, 33,20 g/pohon/hari, 45,74 g/pohon/hari, 59,72 g/pohon/hari, 70,84 g/pohon/hari, dan 76,78 g/pohon/hari. Tabel 7 Produksi rata-rata getah pinus pada berbagai jumlah koakan (g/pohon/hari) Ulangan Pohon Contoh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-rata
1 26,76 15,81 23,48 23,71 27,24 20,86 24,14 70,90 12,81 22,29 268,00 26,80
Jumlah Koakan 3 4 69,00 62,24 35,48 72,19 39,71 45,48 36,14 43,95 62,05 30,48 64,48 55,48 48,24 106,29 47,19 67,38 28,48 50,05 26,62 63,71 457,38 597,24 45,74 59,72
2 47,00 24,29 29,95 58,67 33,86 25,67 27,33 26,62 34,24 24,38 332,00 33,20
5 81,86 70,90 68,38 48,57 65,57 61,33 59,05 59,62 100,81 92,33 708,43 70,84
6 109,43 90,05 108,52 53,95 97,19 49,95 91,62 72,10 47,10 47,90 767,81 76,78
Berdasarkan Tabel 7 dan Gambar 7 menunjukan penyadapan pinus dengan 6 koakan
menghasilkan
produksi
getah
rata-rata
tertinggi
sebesar
76,78
g/pohon/hari sedangkan penyadapan dengan 1 koakan menghasilkan produksi getah terendah sebesar 26,80 g/pohon/hari. Peningkatan produksi getah yang terjadi maksimum mencapai 186,5 %.
Gambar 7 Produksi total getah pinus pada berbagai jumlah koakan.
24
Untuk mengetahui pengaruh jumlah koakan terhadap poduksi getah pinus, maka dilakukan uji statistik terhadap data hasil pengamatan produksi getah pinus. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 8 dan selengkapnya dalam Lampiran. Tabel 8 Analisis sidik ragam (ANOVA) pengaruh jumlah koakan terhadap produksi getah pinus Sumber Keragaman
db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
Jumlah Koakan
5
20560,66
4112,13
Galat
54
17613,96
326,18
Total
59
38174,62
F-hitung 12,61
F-tabel
P
(0.05) 2,39
0,000*
Keterangan : * = Nyata
Berdasarkan Tabel 8 hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukan terdapat pengaruh yang nyata dari perbedaan jumlah koakan terhadap produksi getah pinus. Dari hasil sidik ragam diperoleh nilai F hitung untuk keragaman jumlah koakan senilai 12,61 Nilai tersebut lebih besar dari nilai F tabel pada selang kepercayaan 95% yaitu sebesar 2,39. Untuk mengetahui pengaruh dari penambahan jumlah koakan terhadap produksi getah dilakukan juga uji lanjut Tukey yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Uji Tukey pengaruh jumlah koakan terhadap produksi getah pinus Jumlah koakan
N
1 koakan 2 koakan 3 koakan 4 koakan 5 koakan 6 koakan
10 10 10 10 10 10
1 26,80 33,20 45,74
Selang kepercayaan 95 % 2
45,74 59,72
3
59,72 70,84 76,78
Dari Tabel 9 uji Tukey diketahui bahwa jumlah koakan 4, 5 dan 6 koakan memberikan pengaruh yang nyata jika dibandingkan dengan jumlah koakan 1, 2 dan 3 koakan. Hasil produksi getah rata-rata tertinggi diperoleh pada jumlah koakan 6 sebesar 76,78 g/pohon/hari, ini tidak berbeda nyata dengan jumlah 5 dan 4 koakan sebesar 70,84 g/pohon/hari dan 59,72 g/pohon/hari.
25
90.00
Produksi (g/pohon/hari)
80.00 76.78
70.00
70.84
60.00
59.72
50.00
45.74
40.00 33.20
30.00
26.80
20.00
16.60
10.00 6.4 0.00
15.25
14.93
12.54
13.98
14.17
12.80
11.12
5.94
0.00 1
2
3
4
5
6
Jumlah koakan PT
PPPK
RPPK
Keterangan : PT
= Produksi Total (g/pohon/hari)
PPPK
= Pertambahan Produksi akibat Penambahan Koakan (g/pohon/hari)
RPPK
= Rata-rata Produksi per Koakan (g/pohon/hari/koakan)
Gambar 8 Grafik hubungan antara PT, RPPK dan PPPK. Dari Gambar 8 diatas, pada grafik rata-rata produksi per koakan (RPPK) menunjukan bahwa semakin banyak jumlah koakan maka rata-rata produksi per koakan akan cenderung menurun. Rata-rata produksi per koakan terendah yaitu pada jumlah koakan 6 yaitu 12,80 g/pohon/hari/koakan sedangkan rata-rata produksi per koakan tertinggi yaitu pada jumlah koakan 1 sebesar 26,80 g/pohon/hari/koakan. Pada grafik pertambahan produksi akibat penambahan jumlah koakan (PPPK) tertinggi yaitu pada penambahan jumlah koakan dari 3 koakan menjadi 4 koakan dengan pertambahan produksi tertinggi sebesar 13,98 g/pohon/hari. Sedangkan pertambahan produksi terendah terjadi pada penambahan jumlah koakan dari 5 koakan menjadi 6 koakan dengan pertambahan produksi sebesar 5,94 g/pohon/hari. Pertambahan produksi cenderung menurun pada penambahan jumlah koakan melebihi 4 koakan. Hasil grafik RPPK dan PPPK menguatkan uji Tukey diatas bahwa jumlah koakan 4, 5 dan 6 memberikan hasil yang tidak berbeda nyata, karena
26
pertambahan produksi yang terjadi akibat penambahan koakan relatif sedikit ratarata hanya 10,35 g/pohon/hari. Bahkan, rata-rata produksi per koakan cenderung menurun dengan bertambahnya jumlah koakan. Hubungan antara jumlah koakan dengan produksi getah produksi = e**(4.364 - (1.308 / jumlah koakan)) Produksi (g/pohon/hari) 120.00
Pengamatan Kurva S
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00 1
2
3
4
5
6
Jumlah koakan
Gambar 9 Grafik hubungan antara jumlah koakan dengan produksi getah di HPGW. Hubungan antara jumlah koakan dengan produksi getah pinus mengikuti formula sebagai berikut : Y =
e
⎛ ⎛ 1 , 308 ⎞ ⎞ ⎜⎜ 4 , 364 − ⎜ ⎟ ⎟⎟ ⎝ X ⎠⎠ ⎝
Di mana : Y
= Produksi pinus ( g/pohon/hari)
X
= Jumlah koakan
e
= Eksponensial (bilangan alam = 2,714)
4,364 = Konstanta 1,308 = Koefisien regresi
27
Berdasarkan pedoman penyadapan getah pinus tahun 2005 yang dikeluarkan oleh
Perum
Perhutani
No:
792/KPTS/DIR/2005
jumlah
koakan
yang
diperkenankan untuk keliling 65 – 124 cm sebanyak 1 koakan, keliling 125 – 175 cm sebanyak 2 koakan dan keliling lebih dari 176 cm maksimal 4 koakan. Dari hasil uji Tukey dan melihat grafik hubungan rata-rata produksi per koakan (RPPK) dan pertambahan produksi akibat penambahan koakan (PPPK) maka pada kelas diameter 40 – 50 cm jumlah koakan yang masih optimal untuk meningkatkan produksi getah adalah sampai 4 koakan, karena bila jumlah koakan lebih dari 4 koakan akan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap produktivitas. Apabila pihak Perum Perhutani menggunakan 2 koakan untuk kelas diameter 40 – 55 cm, sesungguhnya produksi getah masih dapat ditingkatkan mencapai 79,88 % dengan menggunakan 4 koakan, tetapi penambahan jumlah koakan ini perlu dipertimbangkan dengan mempertimbangkan faktor ekologis pohon itu sendiri maupun pada tegakan pinus secara keseluruhan. 5.4 Pengaruh Banyaknya Jumlah Koakan terhadap Kerusakan Pohon Menurut Hillis (1987) pohon pinus sensitif sekali terhadap pelukaan, yaitu bila terjadi luka segera dibentuk saluran resin dan resinnya sendiri langsung menutup luka dan mencegah infeksi akibat luka tadi (teori Muller dan Borger). Saluran resin dikelilingi sel-sel parenkim jari-jari atau sel-sel epitel. Getah pinus sendiri dibentuk di dalam sel-sel epitel sebagai akibat proses metabolisme atau translokasi karbohidrat dari daun (Fahutan 1988). A
B
Gambar 10 Kerusakan yang terjadi pada pohon akibat penyadapan dengan 6 koakan (A). Contoh kedalaman koakan pada pohon yang disadap (B).
28
Dari beberapa pernyataan diatas maka kerusakaan yang terjadi akibat semakin banyaknya jumlah koakan mengakibatkan semakin banyak pula luka yang terbuka sehingga pohon akan memproduksi getah lebih banyak untuk menutup luka-luka tersebut, getah yang diproduksi merupakan hasil proses metabolisme.
Dengan
adanya
luka-luka
tersebut
maka
metabolisme
pertumbuhan pohon dengan sendirinya akan terganggu sehingga diduga dalam jangka waktu yang lama pohon tidak akan tumbuh dengan normal. Apalagi dengan banyaknya luka yang terbuka pada bagian kayu menyebabkan pohon tersebut akan sangat rentan terhadap infeksi hama penyakit. (A)
30 cm
40 cm
5 cm
4 0 cm
1 0 cm
40 cm
1 0 cm
5 cm
30 cm
30 cm
5 cm 5 cm 10 cm
4 Koakan
5 Koakan
6 Koakan
(B) 10 cm
19.5cm
Talang Sadap
5 cm
Gambar 11 Penampang melintang pada batang pinus dari 4 koakan, 5 koakan, dan 6 koakan (A). Penampang batang pinus yang dikoak (B). Berdasarkan hasil pengukuran dilapangan rata-rata kedalaman koakan pada pohon contoh yang disadap mencapai ± 5 cm dari kulit terluar dan tinggi koakan akhir rata-rata 19,5 cm dalam satu bulan, untuk menduga tingkat kehilangan kayu
29
akibat dari penyadapan metode koakan dapat dilakukan pendekatan dengan mengasumsikan bentuk koakan seperti balok dengan panjang koakan 10 cm, lebar (kedalaman koakan) 5 cm dan tinggi koakan 19,5 cm, sehingga dapat dihitung tingkat kehilangan kayu berturut-turut pada bagian batang yang di koak dengan jumlah 4 koakan, 5 koakan dan 6 koakan yaitu sebesar 0,00390 m³; 0,00487 m³, dan 0,00585 m³, maka volume sisa penampang kayu yang masih dapat menopang batang pada bagian yang di koak berturut-turut untuk 4 koakan, 5 koakan dan 6 koakan adalah 0,02059 m³; 0,01962 m³, dan 0,01864 m³. Ini yang menyebabkan banyak pohon pinus yang disadap tumbang akibat diameter batang yang menopang dibagian yang dikoak lebih kecil dibandingkan diameter batang diatas koakan. Menurut Sutjipto (1975) dalam Idris dan Soenarno (1983), sistem koakan ini masih memiliki kelemahan yakni berkurangnya hasil kayu yang relatif banyak, mempunyai kecenderungan roboh pohon pinus pada tiupan angin yang keras bila tinggi bidang sadap telah melebihi satu meter, terlebih lagi bila pada satu pohon terdapat lebih dari satu koakan. Hal ini yang terjadi pada Perum Perhutani Unit II Jawa Timur pada beberapa bulan yang lalu, terdapat 165 ribu pohon pinus roboh akibat angin puting beliung yang melanda daerah tersebut, robohnya pohon-pohon tersebut disebabkan pohon-pohon yang disadap terlalu dalam dan jumlah sadapan yang terlalu banyak melanggar kaidah-kaidah penyadapan (Lutfi 2007).
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Terdapat pengaruh yang nyata dari perbedaan jumlah koakan per pohon terhadap produksi getah pinus. Produksi getah rata-rata untuk 1 koakan, 2 koakan, 3 koakan, 4 koakan, 5 koakan, dan 6 koakan berturut-turut sebagai berikut 26,80 g/pohon/hari, 33,20 g/pohon/hari, 45,74 g/pohon/hari, 59,72 g/pohon/hari, 70,84 g/pohon/hari, dan 76,78 g/pohon/hari. 2. Semakin banyak jumlah koakan, produksi getah per pohon semakin besar namun produksi getah per koakan akan semakin kecil. 3. Pertambahan produksi akibat penambahan koakan meningkat sampai pada jumlah koakan 4 dan selanjutnya produksi getah cenderung menurun. 4. Jumlah koakan optimal untuk penyadapan pohon pinus berdiameter 40 – 50
cm
adalah
4
koakan
per
pohon,
hal
ini
dilihat
dengan
mempertimbangkan : a) Dengan
penambahan
jumlah
koakan
melebihi
4
koakan,
penambahan produksi getah cenderung menurun. b) Dari hasil uji Tukey, jumlah produksi total untuk 4, 5 dan 6 koakan tidak berbeda nyata. c) Dari segi kerusakan pohon, dengan penambahan jumlah koakan melebihi 4 koakan maka kerusakan yang terjadi akan semakin besar, namun produksi yang dihasilkan tidak berbeda nyata dengan jumlah 4 koakan. 6.2 Saran 1. Untuk meningkatkan produksi getah pinus maka pihak Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dapat menambah jumlah koakan yang tadinya hanya dua koakan menjadi tiga sampai empat koakan, tetapi juga harus memperhatikan dampak ekologis yang terjadi akibat penambahan jumlah koakan tersebut demi kelestarian hutan. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dampak kerusakan yang terjadi pada pohon akibat pengaruh banyaknya jumlah koakan.
DAFTAR PUSTAKA Alrasjid H, Natawira D, Ginting AN. 1983. Pembinaan hutan pinus khususnya Pinus merkusii untuk penghara industri. Simposium Pengusahaan Hutan Pinus; Jakarta, 27-28 Juli 1983. hlm 47-72. Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1990. Teknik Pembuatan Tanaman Pinus merkusii. Jakarta. Dulsalam , Idris MM, Tinambunan D. 1998. Produksi dan Biaya Penyadapan Getah Tusam Dengan Sistem Bor : Studi Kasus di PT INHUTANI IV Sumatera Barat. Buletin Penelitian Hasil Hutan 16(1):1-16. [FAHUTAN IPB] Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 1988. Penyempurnaan Cara Penyadapan Getah Pinus Untuk Peningkatan Produksi Getah. Kerja Sama antara Perum Perhutani dengan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor : Fahutan IPB. Hillis WE. 1987. Heartwood and Tree Exudates. Springer Series in Wood Science. Berlin : Springer-Verlag. Idris MM, Soenarno. 1983. Aspek Teknis Eksploitasi Hutan Pinus Di Pulau Jawa. Simposium Pengusahaan Hutan Pinus; Jakarta, 27-28 Juli 1983.hlm 217-223. Kasmudjo. 1992. Usaha Stimulasi Pada Penyadapan Getah Pinus. Duta Rimba 149-150(18):15-20. Lutfi H. 2007. Bencana Alam dan Cabuk Lilin Ancam Potensi Sadapan Pinus Jatim. Duta Rimba 15/Th.2/Mei 2007. Hal : 21. Matangaran JR. 2006. Catatan Untuk Penyadap Getah Pinus. Duta Rimba 8/Th.1/30 September – 30 Oktober 2006. Hal : 22-23. Panshin AJ, Harrar ES, Baker WJ, Proctor PB. 1950. Forest Products. Their Sources, Production and Utilization. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc. [Perhutani] Perum Perhutani. 2005. Pedoman Penyadapan Getah Pinus Tahun 2005. Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani No. 792/KPTS/DIR/2005. Poerdjorahardjo dan Kamarudin. 1993. Optimalisasi Hasil Kayu dan Getah Pinus didalam Pengusahaan Hutan Pinus. Duta Rimba 153-154(19):2-6.
32
Silitonga T. 1983. Pemungutan dan Pemanfaatan Hutan Pinus : Suatu Tantangan dan Kesempatan. Simposium Pengusahaan Hutan Pinus; Jakarta, 2728 Juli 1983.hlm 211-215. Sugiyono Y. 2001. Peningkatan Produksi Getah Pinus. Duta Rimba 247(15):2328. Suharlan A., Herbagung. 1983. Pertumbuhan Pinus di Berbagai Daerah Indonesia. Simposium Pengusahaan Hutan Pinus; Jakarta, 27-28 Juli 1983.hlm 191-200. Sulaiman W. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS Contoh Kasus dan Pemecahannya. Yogyakarta : Andi. Sumadiwangsa S, Lestari NH, Bratamiharja S. 1999. Pengaruh Kadar Stimulan dan Penutupan Luka Sadap Pada Penyadapan Pinus (Pinus merkusii). Duta Rimba. September 1999.hlm : 35-36. Sumantri
I. 1991. Perbaikan Sistem Penyadapan Getah Pinus untuk Meningkatkan Hasil Getah, Duta Rimba No. 135-136/XVIII/199. Hal : 53-57.
Steel R GD., Torrie JH. 1980. Prinsip dan Prosedur Statistika. Bambang Sumantri, penerjemah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Principles and Procedures of Statistics. Tsoumis G. 1969. Wood as Raw Material. Source, Structure, Chemical Composition, Growth, Degradation and Identification. Oxford : Pergammon Press Inc. Wibowo P. 2006. Produktivitas Penyadapan Getah Pinus Merkusii Jungh et de Vriese dengan Sistem Koakan (Quare System) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Data produksi getah dalam 10 kali pemungutan getah (g/pohon/pungut) Pohon Contoh ke; 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 69 44 99 32 26 66 115 515 29 33
2 52 26 24 6 19 4 2 45 14 16
Pohon Contoh ke; Koakan ke 1;1 1;2 2;1 2;2 3;1 3;2 4;1 4;2 5;1 5;2 6;1 6;2 7;1 7;2 8;1 8;2 9;1 9;2 10;1 10;2
3 48 30 18 16 37 23 9 44 15 36
1 Koakan Pungutan ke5 6 133 71 66 49 90 72 79 72 104 91 70 66 97 58 118 247 50 30 95 72
4 44 28 53 45 65 33 26 119 25 56
7 91 71 62 75 79 55 90 224 45 55
8 61 22 67 62 75 54 55 193 29 48
9 62 49 75 80 79 80 97 275 48 67
10 100 47 74 85 79 80 84 313 42 75 2 Koakan Pungutan ke-
1 Berat 126 89 31 47 35 23 49 44 114 41 73 32 86 59 54 81 45 47 19 37
2 Total 215 78 58 93 155 105 145 135 92 56
Berat 29 24 3 2 24 7 50 26 18 9 33 12 28 30 11 22 12 8 12 9
3 Total 53 5 31 76 27 45 58 33 20 21
Berat 59 30 15 14 41 22 56 29 35 14 23 29 23 15 14 36 16 19 19 22
4 Total 89 29 63 85 49 52 38 50 35 41
Berat 119 38 26 39 68 16 66 42 52 21 23 36 31 24 16 28 29 27 25 34
5 Total 157 65 84 108 73 59 55 44 56 59
Berat 80 49 40 34 66 31 114 63 109 24 25 45 48 47 47 42 45 51 61 34
6 Total 129 74 97 177 133 70 95 89 96 95
Berat 67 45 39 36 75 42 117 67 69 41 40 50 76 26 42 57 50 58 35 45
7 Total 112 75 117 184 110 90 102 99 108 80
Berat 97 43 34 39 65 27 131 63 66 21 26 37 33 56 29 43 47 47 37 47
8 Total 140 73 92 194 87 63 89 72 94 84
Berat 85 59 35 32 42 22 109 71 45 37 51 43 32 22 25 46 48 45 24 38
9 Total 144 67 64 180 82 94 54 71 93 62
Berat 69 63 36 34 57 23 136 57 74 32 34 48 45 30 32 35 60 59 34 23
10 Total 132 70 80 193 106 82 75 67 119 57
Berat 124 49 50 36 66 29 95 101 80 40 37 44 47 57 48 69 76 77 28 47
Total 173 86 95 196 120 81 104 117 153 75
34
Lampiran 1 (lanjutan) Pohon Contoh ke; Koakan ke 1;1 1;2 1;3 2;1 2;2 2;3 3;1 3;2 3;3 4;1 4;2 4;3 5;1 5;2 5;3 6;1 6;2 6;3 7;1 7;2 7;3 8;1 8;2 8;3 9;1 9;2 9;3 10;1 10;2 10;3
3 Koakan Pungutan ke1 Berat 43 66 63 50 11 51 126 63 86 31 23 59 80 66 125 68 80 120 25 27 28 54 55 79 40 32 56 12 3 17
2 Total
172
112
275
113
271
268
80 188 128 32
Berat 14 30 59 22 4 17 10 4 15 10 11 12 21 9 49 26 10 17 3 2 9 25 30 40 8 2 3 2 5 2
3 Total
103
43
29
33
79
53
14 95 13 9
Berat 22 36 73 42 2 27 41 10 33 20 20 26 52 32 86 37 26 56 17 8 30 49 40 62 10 6 15 11 16 12
4 Total
131
71
84
66
170
119
55 151 31 39
Berat 50 36 80 55 19 32 42 9 31 17 17 37 40 28 51 28 71 93 26 16 51 57 38 53 31 8 19 20 26 23
5 Total
166
106
82
71
119
192
93 148 58 69
Berat 62 75 82 60 18 47 33 30 34 35 27 49 73 46 93 51 44 91 43 29 114 74 40 70 41 14 24 27 32 23
6 Total
219
125
97
111
212
186
186 184 79 82
Berat 64 76 93 61 17 43 51 21 43 32 32 40 69 45 105 57 79 88 51 27 102 71 36 73 49 32 52 28 36 26
7 Total
233
121
115
104
219
224
180 180 133 90
Berat 82 68 84 42 16 48 40 34 58 35 36 55 84 45 55 62 31 68 34 34 78 52 33 53 58 18 32 27 27 30
8 Total
234
106
132
126
184
161
146 138 108 84
Berat 53 51 67 40 19 35 37 32 43 41 35 60 58 33 55 72 34 73 40 31 60 43 33 36 27 10 17 28 33 21
9 Total
171
94
112
136
146
179
131 112 54 82
Berat 53 62 82 42 23 25 50 33 29 26 26 26 81 51 81 74 31 95 34 38 65 47 21 37 32 21 17 16 27 20
10 Total
197
90
112
78
213
200
137 105 70 63
Berat 68 68 93 40 21 42 85 36 63 42 36 55 78 49 83 71 50 91 43 38 59 55 38 31 46 12 38 19 35 35
Total
229
103
184
133
210
212
140 124 96 89
35
Lampiran 1 (lanjutan) Pohon Contoh ke; Koakan ke
1 Berat 77 46 45 116 64 17 29 80 8 69 48 44 34 27 36 12 21 7 19 13 14 4 14 19 113 103 86 99 14 42 21 24 18 22 25 28
2 Total
284
190
169
109
60
51
401
101
93
Berat 28 8 9 44 48 8 8 11 2 1 1 1 19 7 5 4 6 5 8 6 19 7 11 23 40 24 15 27 2 4 7 1 8 12 18 4
3 Total
89
75
5
35
25
60
106
14
42
Berat 21 25 7 47 47 10 14 39 13 5 11 3 5 13 40 13 26 4 17 13 37 17 28 43 90 56 42 81 16 16 8 19 4 20 17 23
4 Total
100
110
32
71
60
125
269
59
64
Berat 25 82 19 59 106 10 23 69 36 17 16 16 12 12 59 18 31 10 20 19 66 29 54 62 93 58 45 83 53 50 29 36 38 27 35 26
5 Total
185
208
85
101
80
211
279
168
126
Berat 31 32 92 79 125 48 27 113 63 31 48 28 44 35 77 29 32 21 18 24 38 26 39 51 101 82 49 76 83 77 42 51 44 41 49 47
6 Total
234
313
170
185
95
154
308
253
181
Berat 36 70 34 57 81 36 25 75 45 31 42 28 14 23 47 23 37 23 13 20 42 29 45 55 82 70 53 69 54 60 42 38 61 39 32 35
7 Total
197
217
146
107
93
171
274
194
167
Berat 47 60 27 58 77 28 31 67 40 39 41 36 21 16 55 26 37 26 12 22 37 20 39 46 82 74 67 80 68 60 50 53 56 24 38 43
8 Total
192
203
156
118
97
142
303
231
161
Berat 15 55 26 45 64 25 30 62 38 20 15 36 27 17 39 30 30 25 10 18 42 26 39 49 105 108 57 79 45 37 43 44 48 28 19 31
9 Total
141
181
109
113
83
156
349
169
126
Berat 40 55 27 57 75 26 36 80 34 43 34 44 27 25 65 38 35 32 13 27 45 37 51 41 57 63 52 90 63 42 51 55 60 30 34 40
10 Total
179
217
155
155
107
174
262
211
164
Berat 38 70 19 52 63 8 36 70 32 16 35 51 26 33 62 23 25 21 14 25 49 23 40 45 133 128 99 97 42 57 40 50 44 26 25 31
Total
179
177
134
144
85
157
457
189
126
36
1;1 1;2 1;3 1;4 2;1 2;2 2;3 2;4 3;1 3;2 3;3 3;4 4;1 4;2 4;3 4;4 5;1 5;2 5;3 5;4 6;1 6;2 6;3 6;4 7;1 7;2 7;3 7;4 8;1 8;2 8;3 8;4 9;1 9;2 9;3 9;4
4 Koakan Pungutan ke-
Lampiran 1 (lanjutan) Pohon Contoh ke; Koakan ke 10;1 10;2 10;3 10;4
4 Koakan Pungutan ke1 Berat 113 130 66 87
Pohon Contoh ke; Koakan ke
396
Berat 6 1 9 1
3 Total
17
Berat 32 53 24 3
4 Total
112
Berat 40 35 19 25
5 Total
119
Berat 112 96 51 63
6 Total
322
Berat 66 45 30 11
7 Total
152
Berat 82 49 32 46
8 Total
209
Berat 60 33 36 52
9 Total
181
Berat 99 52 30 51
10 Total
232
Berat 20 36 18 49
Total
123
5 Koakan Pungutan ke1 Berat 30 37 50 21 101 47 59 33 69 55 23 30 18 31 23 13 14 9 25 14 45 47 16 13 9
2 Total
239
263
125
75
130
Berat 14 7 8 19 47 8 2 3 8 6 31 16 15 13 24 8 6 8 8 14 33 42 28 11 17
3 Total
95
27
99
44
131
Berat 39 23 41 47 93 26 13 36 64 21 51 31 21 23 40 26 19 29 32 33 61 72 47 25 23
4 Total
243
160
166
139
228
Berat 43 32 40 67 118 51 27 65 40 45 71 45 26 20 57 33 44 36 41 37 50 66 54 32 36
5 Total
300
228
219
191
238
Berat 51 41 58 40 96 35 37 32 42 18 67 55 34 51 46 27 41 32 34 31 49 57 62 25 33
6 Total
286
164
253
165
226
Berat 29 36 22 47 75 30 40 21 47 33 52 31 29 13 47 25 30 21 32 23 43 53 46 27 23
7 Total
209
171
172
131
192
Berat 44 32 27 36 69 51 48 34 73 45 49 37 27 12 39 29 27 23 24 33 38 42 42 31 27
8 Total
208
251
164
136
180
Berat 33 33 45 38 62 39 63 49 71 59 58 32 34 31 54 24 23 18 27 33 47 47 49 13 26
9 Total
211
281
209
125
182
Berat 47 32 34 47 90 44 28 32 48 38 55 44 45 35 39 28 31 27 23 29 44 56 38 27 35
10 Total
250
190
218
138
200
Berat 60 31 45 42 77 42 44 36 47 35 64 31 21 30 55 27 26 22 25 34 53 33 32 15 26
Total
255
204
201
134
159
37
1;1 1;2 1;3 1;4 1;5 2;1 2;2 2;3 2;4 2;5 3;1 3;2 3;3 3;4 3;5 4;1 4;2 4;3 4;4 4;5 5;1 5;2 5;3 5;4 5;5
2 Total
Lampiran 1 (lanjutan) Pohon Contoh ke; Koakan ke 6;1 6;2 6;3 6;4 6;5 7;1 7;2 7;3 7;4 7;5 8;1 8;2 8;3 8;4 8;5 9;1 9;2 9;3 9;4 9;5 10;1 10;2 10;3 10;4 10;5
5 Koakan Pungutan ke1 Berat 45 45 27 27 45 51 59 68 56 64 54 47 33 40 34 46 52 51 58 46 25 40 22 29 18
Pohon Contoh ke; Koakan ke
189
298
208
253
134
Berat 11 3 3 2 8 27 37 16 20 45 29 33 17 16 20 43 27 15 33 31 35 35 24 29 25
3 Total
27
145
115
149
148
Berat 16 16 9 12 20 35 52 41 36 61 32 33 21 20 19 78 47 43 51 53 56 51 34 36 34
4 Total
73
225
125
272
211
Berat 36 21 26 14 46 59 61 47 49 58 51 42 37 25 30 103 51 71 71 80 105 64 53 57 52
5 Total
143
274
185
376
331
Berat 46 40 42 24 57 45 47 29 46 45 43 47 38 32 32 100 49 67 65 76 91 62 75 62 46
6 Total
209
212
192
357
336
Berat 35 39 18 29 55 46 33 29 34 35 36 40 45 26 31 74 38 45 53 70 93 70 67 49 47
7 Total
176
177
178
280
326
Berat 40 33 23 29 45 41 35 24 30 34 38 37 37 36 28 62 37 48 69 50 60 49 61 42 38
8 Total
170
164
176
266
250
Berat 55 35 49 29 38 39 27 25 25 27 34 36 24 43 30 58 37 66 47 63 74 39 58 38 36
9 Total
206
143
167
271
245
Berat 34 47 41 46 52 34 31 21 27 40 38 50 35 30 38 80 63 77 76 60 56 55 51 53 37
10 Total
220
153
191
356
252
Berat 34 32 22 31 45 29 23 13 24 28 39 31 30 27 36 51 39 34 29 58 50 32 47 38 32
Total
164
117
163
211
199
6 Koakan Pungutan ke1 Berat 51 45 47 53 49 51
2 Total
296
Berat 3 7 13 16 16 22
3 Total
77
Berat 17 26 25 20 38 34
4 Total
160
Berat 28 62 57 47 54 63
5 Total
311
Berat 57 67 85 71 64 67
6 Total
411
Berat 38 47 64 52 57 61
7 Total
319
Berat 64 57 73 72 56 70
8 Total
392
Berat 31 21 55 49 48 53
9 Total
257
Berat 34 39 62 57 56 64
10 Total
312
Berat 36 45 64 56 45 50
Total 296
38
1;1 1;2 1;3 1;4 1;5 1;6
2 Total
Lampiran 1 (lanjutan) Pohon Contoh ke; Koakan ke
6 Koakan Pungutan ke1
2 Total
110 40
84 20
86 40
88 57
3;3 3;4 3;5 3;6 4;1 4;2 4;3 4;4 4;5 4;6 5;1 5;2 5;3 5;4 5;5 5;6 6;1 6;2 6;3 6;4 6;5 6;6 7;1 7;2 7;3 7;4 7;5 7;6
44 33 50 100 17 9 11 12 20 37 54 52 54 85 61 86 10 17 15 5 10 14 90 70 77 85 75 67
12 14 12 29 2 1 2 7 14 5 24 20 6 25 27 13 6 4 3 3 11 10 4 26 13 9 7 26
21 18 26 54 6 6 9 20 31 16 30 16 28 33 28 36 14 15 10 9 19 16 20 23 27 27 23 32
42 33 41 92 12 8 16 45 41 32 31 15 42 62 47 50 25 24 21 17 24 24 32 21 54 43 36 51
41 35 51 81 28 11 21 36 47 42 43 30 60 71 61 57 27 30 24 13 30 25 79 32 59 40 40 19
38 40 48 53 23 11 23 23 53 33 36 33 52 36 69 66 23 29 25 12 29 25 25 62 50 31 67 29
39 43 53 66 29 19 29 30 30 30 52 27 60 69 64 68 27 29 33 14 27 25 51 16 50 72 36 66
32 31 43 41 23 8 13 34 26 27 25 38 32 39 60 46 29 30 17 16 32 23 86 82 26 30 74 82
43 73 52 60 23 16 12 32 37 40 23 38 45 85 70 43 34 33 23 16 34 29 38 25 47 22 42 62
33 32 36 79 25 18 18 24 50 35 45 28 55 44 54 70 29 30 25 13 31 23 58 36 39 39 33 42
106
392
71
464
31
115
37
85
88
171
83
152
154
247
135
237
261
344
185
322
149
269
Berat 63 36 31 45 39 57
Total
271
306
166
292
143
264
Berat 60 47 32 45 49 62
Total
295
351
167
340
155
291
Berat 54 42 31 45 43 58
Total
273
251
131
240
147
380
Berat 56 50 36 41 52 47
Total
282
354
160
304
169
236
Berat 53 42 40 45 47 53
Total
280
325
170
296
151
39
89 38
348
Total
10
101 35
229
Berat 49 44 33 44 35 56
9
113 27
195
Total
8
60 16
172
Berat 42 39 27 34 31 56
7
49 24
140
Total
6
80 40
103
Berat 34 18 20 29 27 44
5
3;1 3;2
347
Total
4
2;1 2;2 2;3 2;4 2;5 2;6
125
Berat 32 3 14 14 16 24
3
Berat 21 19 26 22 14 23
247
Lampiran 1 (lanjutan) Pohon Contoh ke; Koakan ke 8;1 8;2 8;3 8;4 8;5 8;6 9;1 9;2 9;3 9;4 9;5 9;6 10;1 10;2 10;3 10;4 10;5 10;6
6 Koakan Pungutan ke1 Berat 60 40 59 24 50 42 18 10 12 13 18 19 22 21 16 26 31 31
2 Total
275
90
147
Berat 33 3 22 3 5 16 9 11 9 6 17 10 10 2 2 1 8 10
3 Total
82
62
33
Berat 5 19 17 10 21 37 20 19 15 16 19 16 19 10 6 15 7 21
4 Total
109
105
78
Berat 21 21 13 23 34 69 23 21 20 19 27 27 27 21 14 16 15 31
5 Total
181
137
124
Berat 38 38 26 21 55 64 25 22 22 19 30 26 32 17 21 22 28 33
6 Total
242
144
153
Berat 32 29 25 14 56 37 25 22 20 17 26 19 31 27 21 15 23 25
7 Total
193
129
142
Berat 29 58 39 29 44 55 27 23 23 16 22 27 29 14 22 13 22 34
8 Total
254
138
134
Berat 19 28 27 27 47 62 23 25 27 20 25 25 30 24 28 16 27 35
9 Total
210
145
160
Berat 26 58 34 13 32 46 31 27 23 20 27 27 32 15 18 22 31 34
10 Total
209
155
152
Berat 63 45 27 10 31 49 32 27 18 21 23 20 23 19 23 12 30 34
Total
225
141
141
40
41
Lampiran 2 Rataan produksi getah pinus pada 7 kali pemungutan getah (g/pohon/hari) Ulangan Pohon Contoh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-rata Ulangan Pohon Contoh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-rata Ulangan Pohon Contoh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-rata
4 14,67 9,33 17,67 15,00 21,67 11,00 8,67 39,67 8,33 18,67 164,67 16,47
4 52,33 21,67 28,00 36,00 24,33 19,67 18,33 14,67 18,67 19,67 253,33 25,33
4 55,33 35,33 27,33 23,67 39,67 64,00 31,00 49,33 19,33 23,00 368,00 36,80
5 44,33 22,00 30,00 26,33 34,67 23,33 32,33 39,33 16,67 31,67 300,67 30,07
1 Koakan Pungutan ke 6 7 23,67 30,33 16,33 23,67 24,00 20,67 24,00 25,00 30,33 26,33 22,00 18,33 19,33 30,00 82,33 74,67 10,00 15,00 24,00 18,33 276,00 282,33 27,60 28,23
8 20,33 7,33 22,33 20,67 25,00 18,00 18,33 64,33 9,67 16,00 222,00 22,20
9 20,67 16,33 25,00 26,67 26,33 26,67 32,33 91,67 16,00 22,33 304,00 30,40
10 33,33 15,67 24,67 28,33 26,33 26,67 28,00 104,33 14,00 25,00 979,00 32,63
5 43,00 24,67 32,33 59,00 44,33 23,33 31,67 29,67 32,00 31,67 351,67 35,17
6 37,33 25,00 39,00 61,33 36,67 30,00 34,00 33,00 36,00 26,67 359,00 35,90
2 Koakan Pungutan ke 7 46,67 24,33 30,67 64,67 29,00 21,00 29,67 24,00 31,33 28,00 329,33 32,93
8 48,00 22,33 21,33 60,00 27,33 31,33 18,00 23,67 31,00 20,67 303,67 30,37
9 44,00 23,33 26,67 64,33 35,33 27,33 25,00 22,33 39,67 19,00 327,00 32,70
10 57,67 28,67 31,67 65,33 40,00 27,00 34,67 39,00 51,00 25,00 400,00 40,00
6 77,67 40,33 38,33 34,67 73,00 74,67 60,00 60,00 44,33 30,00 533,00 53,30
3 Koakan Pungutan ke 7 78,00 35,33 44,00 42,00 61,33 53,67 48,67 46,00 36,00 28,00 473,00 47,30
8 57,00 31,33 37,33 45,33 48,67 59,67 43,67 37,33 18,00 27,33 405,67 40,57
9 65,67 30,00 37,33 26,00 71,00 66,67 45,67 35,00 23,33 21,00 421,67 42,17
10 76,33 34,33 61,33 44,33 70,00 70,67 46,67 41,33 32,00 29,67 506,67 50,67
5 73,00 41,67 32,33 37,00 70,67 62,00 62,00 61,33 26,33 27,33 493,67 49,37
Jumlah
Rata-rata
187,33 110,67 164,33 166,00 190,67 146,00 169,00 496,33 89,67 156,00
26,76 15,81 23,48 23,71 27,24 20,86 24,14 70,90 12,81 22,29
187,60
26,80
Jumlah
Rata-rata
329,00 170,00 209,67 410,67 237,00 179,67 191,33 186,33 239,67 170,67
47,00 24,29 29,95 58,67 33,86 25,67 27,33 26,62 34,24 24,38
232,40
33,20
Jumlah
Rata-rata
483,00 248,33 278,00 253,00 434,33 451,33 337,67 330,33 199,33 186,33
69,00 35,48 39,71 36,14 62,05 64,48 48,24 47,19 28,48 26,62
320,17
45,74
42
Lampiran 2 (lanjutan) Ulangan Pohon Contoh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-rata Ulangan Pohon Contoh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-rata Ulangan Pohon Contoh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-rata
4 61,67 69,33 28,33 33,67 26,67 70,33 93,00 56,00 42,00 39,67 520,67 52,07
4 100,00 76,00 73,00 63,67 79,33 47,67 91,33 61,67 125,33 110,33 828,33 82,83
4 103,67 76,33 116,00 51,33 82,33 45,00 79,00 60,33 45,67 41,33 701,00 70,10
5 78,00 104,33 56,67 61,67 31,67 51,33 102,67 84,33 60,33 107,33 738,33 73,83
5 95,33 54,67 84,33 55,00 75,33 69,67 70,67 64,00 119,00 112,00 800,00 80,00
5 137,00 87,00 114,67 61,67 107,33 49,67 89,67 80,67 48,00 51,00 826,67 82,67
6 65,67 72,33 48,67 35,67 31,00 57,00 91,33 64,67 55,67 50,67 572,67 57,27
4 Koakan Pungutan ke 7 64,00 67,67 52,00 39,33 32,33 47,33 101,00 77,00 53,67 69,67 604,00 60,40
8 47,00 60,33 36,33 37,67 27,67 52,00 116,33 56,33 42,00 60,33 536,00 53,60
9 59,67 72,33 51,67 51,67 35,67 58,00 87,33 70,33 54,67 77,33 618,67 61,87
10 59,67 59,00 44,67 48,00 28,33 52,33 152,33 63,00 42,00 41,00 590,33 59,03
6 69,67 57,00 57,33 43,67 64,00 58,67 59,00 59,33 93,33 108,67 670,67 67,07
5 Koakan Pungutan ke 7 69,33 83,67 54,67 45,33 60,00 56,67 54,67 58,67 88,67 83,33 655,00 65,50
8 70,33 93,67 69,67 41,67 60,67 68,67 47,67 55,67 90,33 81,67 680,00 68,00
9 83,33 63,33 72,67 46,00 66,67 73,33 51,00 63,67 118,67 84,00 722,67 72,27
10 85,00 68,00 67,00 44,67 53,00 54,67 39,00 54,33 70,33 66,33 602,33 60,23
6 106,33 90,33 102,00 55,33 97,33 47,67 88,00 64,33 43,00 47,33 741,67 74,17
6 Koakan Pungutan ke 7 130,67 98,33 117,00 55,67 113,33 51,67 97,00 84,67 46,00 44,67 839,00 83,90
8 85,67 91,00 83,67 43,67 80,00 49,00 126,67 70,00 48,33 53,33 731,33 73,13
9 104,00 94,00 118,00 53,33 101,33 56,33 78,67 69,67 51,67 50,67 777,67 77,77
10 98,67 93,33 108,33 56,67 98,67 50,33 82,33 75,00 47,00 47,00 757,33 75,73
Jumlah
Rata-rata
435,67 505,33 318,33 307,67 213,33 388,33 744,00 471,67 350,33 446,00
62,24 72,19 45,48 43,95 30,48 55,48 106,29 67,38 50,05 63,71
418,07
59,72
Jumlah
Rata-rata
573,00 496,33 478,67 340,00 459,00 429,33 413,33 417,33 705,67 646,33
81,86 70,90 68,38 48,57 65,57 61,33 59,05 59,62 100,81 92,33
495,90
70,84
Jumlah
Rata-rata
766,00 630,33 759,67 377,67 680,33 349,67 641,33 504,67 329,67 335,33
109,43 90,05 108,52 53,95 97,19 49,95 91,62 72,10 47,10 47,90
537,47
76,78
Lampiran 3 Data diameter pohon contoh Kode pohon 1;1 1;2 1;3 1;4 1;5 1;6 1;7 1;8 1;9 1;10 Rata-rata
Kel (cm) 156,5 148,5 140,4 134,5 130,5 147,5 157 157 130,7 143,5
Ø (cm) 49,8 47,3 44,7 42,8 41,6 47,0 50,0 50,0 41,6 45,7 46,05
Kode pohon 2;1 2;2 2;3 2;4 2;5 2;6 2;7 2;8 2;9 2;10 Rata-rata
Kel (cm) 144,5 155 128,5 126 130 153 138 153 129,5 156
Ø (cm) 46,0 49,4 40,9 40,1 41,4 48,7 43,9 48,7 41,2 49,7 45,02
Kode pohon 3;1 3;2 3;3 3;4 3;5 3;6 3;7 3;8 3;9 3;10 Rata-rata
Kel (cm) 130 131,8 145 156 149,5 129,2 146 146 143 156
Ø (cm) 41,4 42,0 46,2 49,7 47,6 41,1 46,5 46,5 45,5 49,7 45,62
Kode pohon 4;1 4;2 4;3 4;4 4;5 4;6 4;7 4;8 4;9 4;10 Rata-rata
Kel (cm) 154 131 155,5 137 156 148,7 148,5 139 153 138
Ø (cm) 49,0 41,7 49,5 43,6 49,7 47,4 47,3 44,3 48,7 43,9 46,52
Kode pohon 5;1 5;2 5;3 5;4 5;5 5;6 5;7 5;8 5;9 5;10 Rata-rata
Kel (cm) 147 146,6 149 155 150 157 152 155 136 151
Ø (cm) 46,8 46,7 47,5 49,4 47,8 50,0 48,4 49,4 43,3 48,1 47,73
Kode pohon Kel (cm) 151 6;1 149 6;2 157 6;3 157 6;4 142,5 6;5 156 6;6 147,2 6;7 154 6;8 135 6;9 135 6;10 Rata-rata Ø rata-rata total
Ø (cm) 48,1 47,5 50,0 50,0 45,4 49,7 46,9 49,0 43,0 43,0 47,25 46,36
43
44
Lampiran 4 Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 13 Oneway Descriptives
1 koakan 2 koakan 3 koakan 4 koakan 5 koakan 6 koakan Total
N
Mean
Std. Deviation
10 10 10 10 10 10 60
26,8000 33,2010 45,7390 59,7250 70,8420 76,7810 52,1813
16,14096 11,26881 15,14322 20,61053 16,21582 25,52614 25,43449
Std. Error 5,10422 3,56351 4,78871 6,51762 5,12789 8,07207 3,28358
95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound 15,2535 38,3465 25,1398 41,2622 34,9062 56,5718 44,9811 74,4689 59,2419 82,4421 58,5207 95,0413 45,6109 58,7518
ANOVA
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 20562,398 17605,480 38167,877
df
Mean Square
F
Sig.
5 54 59
4112,480 326,027
12,614
,000
Produksi Tukey HSD jumlah koakan
N
Subset for alpha = .05 1
2
1 koakan 10 26,8000 2 koakan 10 33,2010 3 koakan 10 45,7390 45,7390 4 koakan 10 59,7250 5 koakan 10 6 koakan 10 Sig. ,194 ,517 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 10,000.
3
59,7250 70,8420 76,7810 ,297
Minimum
Maximum
12,81 24,29 26,62 30,48 48,57 47,10 12,81
70,90 58,67 69,00 106,29 100,81 109,43 109,43
45
Lampiran 4 (lanjutan) Curve Fit Model Description Model Name Dependent Variable 1 Equation 1 Independent Variable Constant Variable Whose Values Label Observations in Plots
MOD_12 produksi S jumlah koakan Included Unspecified
Model Summary R
Adjusted R Square .518
R Square .725
.526
Std. Error of the Estimate .361
ANOVA
Regression Residual Total
Sum of Squares 8.399 7.572 15.971
df
Mean Square 1 58 59
F
8.399 .131
Sig.
64.336
.000
Coefficients Unstandardized Coefficients B 1 / jumlah koakan (Constanta)
-1.308 4.364
Standardized Coefficients
Std. Error .163 .081
t
Sig.
Beta -.725
-8.021 53.676
.000 .000
46
Lampiran 5 Perhitungan tingkat kehilangan kayu
10 cm
19.5cm
Talang Sadap
5 cm
Volume Penampang Pohon =
1 π (d ) 2 h 4
= 0,25 x 3,14 x (0,4)² x 0,195 m = 0,02449 m³ Volume Penampang Koakan = p x l x t = 0,1 x 0,05 x 0,195 m = 0,000975 m³ = 9,75 x 10 −4 m³ Volume Total : 4 koakan = 9,75 x 10 −4 m³ x 4 koakan = 0,00390 m³ = 3,9 x 10 −3 m³ 5 koakan = 9,75 x 10 −4 m³ x 5 koakan = 0,00487 m³ = 4,9 x 10 −3 m³ 6 koakan = 9,75 x 10 −4 m³ x 6 koakan = 0,00585 m³ = 5,8 x 10 −3 m³
Sisa Volume Penampang Kayu untuk : 4 koakan = 0,02449 m³ - 0,00390 m³ = 0,02059 m³ 5 koakan = 0,02449 m³ - 0,00487 m³ = 0,01962 m³ 6 koakan = 0,02449 m³ - 0,00585 m³ = 0,01864 m³
Lampiran 6 Keadaan cuaca harian selama penelitian di Hutan Pendidikan Gunung Walat Tgl/Bln
Sadap Awal Perlakuan 2&3 1&4 6 5
1
2&3 1&4 6 5
2
2&3 1&4 6 5
3
2&3 1&4 6 5
4
2&3 1&4 6 5
Pemungutan ke5 6
2&3 1&4 6 5
2&3 1&4 6 5
7
2&3 1&4 6 5
8
2&3 1&4 6 5
9
2&3 1&4 6 5
10
2&3 1&4 6 5
Keadaan Cuaca Cerah Cerah Pagi cerah, Sore hujan Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Hujan Hujan Cerah Siang Hujan Mendung Mendung/Gerimis Sore Gerimis Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Mendung Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah
47
03-Jul 04-Jul 05-Jul 06-Jul 07-Jul 08-Jul 09-Jul 10-Jul 11-Jul 12-Jul 13-Jul 14-Jul 15-Jul 16-Jul 17-Jul 18-Jul 19-Jul 20-Jul 21-Jul 22-Jul 23-Jul 24-Jul 25-Jul 26-Jul 27-Jul 28-Jul 29-Jul 30-Jul 31-Jul 01-Agust 02-Agust 03-Agust 04-Agust 05-Agust
Hari Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Lampiran 7 Peta lokasi penelitian
48