PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA
RIZKY RAMADHAN PURNAWATI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produktivitas Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor tanpa Pipa adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Rizky Ramadhan Purnawati NIM E14090085
ABSTRAK RIZKY RAMADHAN PURNAWATI. Produktivitas Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor tanpa Pipa. Dibawah bimbingan GUNAWAN SANTOSA. Metode bor merupakan metode penyadapan yang memberikan banyak keuntungan namun juga masih terdapat kekurangan, salah satunya adalah penggunaan pipa yang dirasa kurang praktis dan menambah biaya, kesulitan saat memindahkan getah dari wadah penampung ke dalam drum, serta tidak tertampungnya getah yang keluar setelah periode penyadapan. Penelitian ini menggunakan 5 perlakuan yang berbeda yaitu perlakuan A menggunakan metode quarre tanpa stimulansia sebagai kontrol, perlakuan B menggunakan metode quarre dengan stimulansia, perlakuan C menggunakan metode bor dengan pipa, perlakuan D menggunakan metode bor tanpa pipa dan perlakuan E menggunakan metode bor dengan pipa dan penampung getah tidak pada pipa. Pohon contoh yang digunakan untuk setiap perlakuan adalah sebanyak 10 pohon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode bor tanpa pipa (perlakuan D) memberikan produktivitas yang tinggi namun terdapat kadar air dan kadar kotoran yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode bor dengan desain lainnya. Sehingga metode bor tanpa pipa merupakan solusi penyadapan yang mampu menghasilkan getah berkualitas dan tidak merusak pohon dibandingkan menggunakan metode quarre serta mampu menghasilkan getah yang lebih banyak dan lebih ekonomis serta praktis dibandingkan metode bor menggunakan pipa. Kata kunci: getah pinus, kualitas, metode bor, produktivitas
ABSTRACT RIZKY RAMADHAN PURNAWATI. Pine Resin Tapping Productivity with Drill Method without Pipe . Supervised by GUNAWAN SANTOSA. Drill method is a method of tapping that gives many advantages but also has many deficiency, such as the use of pipes is not efficient and add more costs, it also difficult to move the resin from the receptacle into a drum, and it can’t accommodate the resin which came after the tapping period. This research uses five different treatments. Treatment A by using the quarre method without stimulansia as a control, treatment B by using the quarre method with stimulansia, treatment C by using the drilling method with a pipe, treatment D by using drilling method without a pipe, and treatment E by using the drill method with a pipe and resin shelters not on a pipe. The tree sample used in every treatment is 10. The research shows that the treatment D by using drill method without a pipe gives the highest resin productivity however it has more water content and higher levels of impurities than the other drill method designed. Thus, drill methods without a pipe, is a tapping solution that capable of producing qualified resin also has not destructive to trees compared to the quarre method. It also can produce more resin with an economical and practical surplus than the drill method by using a pipe. Key words: drill method, pine resin, productivity, quality
PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA
RIZKY RAMADHAN PURNAWATI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Produktivitas Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor tanpa Pipa Nama : Rizky Ramadhan Purnawati NIM : E14090085
Disetujui oleh
Dr Ir Gunawan Santosa, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc FTrop Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis yang berjudul “Produktivitas Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor tanpa Pipa”. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Gunawan Santosa, MS selaku pembimbing skripsi atas arahan, bimbingan, saran, ilmu dan nasihat dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini. Terimakasih untuk seluruh staf Hutan Pendidikan Gunung Walat yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis mengambil data penelitian. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada ayah, ibu dan kakak-kakak tercinta, kepada Ika Nugraha Darmastuti, S.Hut, Ayu Alhidayati, Lina Mahrunnisa, Putri Juita, Finitya Arlini, Susanti Alfriani, Tri Rahmawati Lestari, Tri Sulistyo Saputro, Ika Siregar, Indra Hari Saputra dan Khamdan Primandaru, S.Hut yang selalu mendukung dan mendoakan penulis agar dapat menyelesaikan studi dengan baik dan lancar. Kepada rekan sebimbingan Agustina Pertisia, Indri Febriani, Muhammad Ismail dan Widhy Satrio terimakasih atas bantuan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis. Serta kepada seluruh civitas Manajemen Hutan dan FAHUTAN angkatan 46 terimakasih atas kebersamaannya. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Bogor, Februari 2014 Rizky Ramadhan Purnawati
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE PENELITIAN
2
Waktu dan Tempat Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Pengumpulan Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
7
Penentuan Pohon Contoh
8
Produksi Getah pada Berbagai Perlakuan
9
Pengaruh Perlakuan terhadap Produktivitas Getah
12
Kualitas Getah
13
SIMPULAN DAN SARAN
13
Simpulan
13
Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
15
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5
Rancangan percobaan Syarat mutu getah pinus Analysis of Variance (ANOVA) Produktvitas rata-rata getah pinus Analisis ragam pengaruh berbagai perlakuan terhadap produktivitas getah pinus 6 Hasil Uji Duncan setiap perlakuan terhadap produktivitas penyadapan getah pinus 7 Hasil uji kualitas getah pinus
4 5 6 10 12 12 13
DAFTAR GAMBAR 1 Lokasi penelitian penyadapan getah pinus , batas kawasan hutan camp HPGW 2 Kondisi tajuk tegakan pinus 3 Perlakuan yang digunakan: (a) Perlakuan A (b) Perlakuan B (c) Perlakuan C (d) Perlakuan D (e) Perlakuan E 4 Produktivitas rata-rata getah pinus. Perlakuan A, Perlakuan B, Perlakuan C, Perlakuan D, Perlakuan E
8 8 9
10
DAFTAR LAMPIRAN 1 Uji kualitas kadar kotoran 2 Uji kualitas kadar air 3 Dokumentasi penelitian: (a) Mata bor kipas (b) Stimulansia etrat (c) Pengeboran pohon pinus (d) Pemasangan pipa dan plastik (e) Penimbangan getah pinus
15 15
15
PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) merupakan hasil hutan yang menjadi harapan setelah era hasil hutan kayu mengalami penurunan akibat luas hutan dan potensi yang semakin berkurang. Salah satu bentuk pemanfaatan hutan adalah kegiatan penyadapan getah pinus. Getah pinus dapat menghasilkan manfaat berupa gondorukem dan terpentin. Selama ini teknik penyadapan yang umum digunakan untuk menyadap getah pinus adalah menggunakan metode koakan (quarre) dimana metode ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari metode quarre adalah alat yang digunakan murah dan mudah untuk diaplikasikan sehingga pelaksanaan kerja lebih efisien. Sedangkan kekurangan metode quarre antara lain penutupan luka bekas sadapan yang membutuhkan waktu lama, apabila luka sadapan banyak dan terlalu dalam dapat merapuhkan pohon sehingga pohon mudah roboh jika tertiup angin, serta adanya kotoran serta air hujan yang masuk ke dalam wadah penampungan getah. Penelitian ini menggunakan metode bor yang merupakan metode penyempurnaan dari metode quarre yang masih memiliki banyak kekurangan. Metode bor merupakan salah satu cara penyadapan modern yang digunakan di Indonesia, namun metode ini tidak merusak pohon dikarenakan luka sadapan yang dibuat lebih kecil dibandingkan dengan metode quarre, serta hasil getahnya lebih berkualitas dikarenakan kotoran yang masuk ke dalam tempat penampungan getah dapat diminimalisir. Penyadapan dengan menggunakan metode bor juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain tenaga yang diperlukan lebih banyak dari metode quarre, alat yang digunakan lebih mahal, penggunaan pipa serta plastik yang dianggap kurang praktis dan membutuhkan biaya yang lebih, kesulitan saat pemindahan getah dari penampung plastik ke dalam drum sehingga banyak getah yang tertinggal dalam wadah penampung, serta pada saat pembaharuan luka dan pipa dipindahkan ke bidang sadap yang baru maka getah yang masih mengalir pada bidang sadap lama tidak tertampung sehingga getah akan terbuang. Sehubungan dengan masalah tersebut maka perlu upaya untuk mengantisipasi kekurangan dari metode bor dengan tetap mempertahankan kelebihannya sehingga dilakukan penelitian mengenai produktivitas penyadapan getah pinus dengan menggunakan metode bor tanpa pipa di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi.
Perumusan Masalah Metode bor merupakan metode yang terbukti dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas getah pinus, penyadapan getah pinus menggunakan metode bor memiliki beberapa kelebihan yaitu ukuran bidang sadap lebih kecil dengan diameter lubang 5/8 inch dan kedalaman 2 cm, pemulihan lebih cepat serta kerusakan pohon dapat diminimalisir.
2 Namun demikian terdapat beberapa kelemahan diantaranya adalah penggunaan pipa pada metode bor. Solusi untuk mengatasi beberapa kelemahan pada metode bor tersebut adalah dengan melakukan modifikasi metode penyadapan getah pinus salah satunya dengan meniadakan penggunaan pipa dan mengoptimalkan getah yang keluar setelah periode penyadapan.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan produktivitas dan kualitas sadapan getah pinus menggunakan metode bor dengan meniadakan penggunaan pipa dan optimalisasi pemanfaatan getah pinus yang keluar setelah periode penyadapan.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan informasi mengenai produktivitas penyadapan getah pinus menggunakan metode bor tanpa pipa. Bagi pengelola Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah informasi dan bahan pertimbangan dalam menjaga kualitas dan kuantitas getah pinus. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai acuan dan informasi dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan suatu kasus nyata yang terkait atau lainnya.
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan bulan September 2013 dan bertempat di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi, Jawa Barat.
Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah talang sadap, paku, paku payung, palu, kadukul, tali rafia, plastik mika, spidol permanen, bor, kantong plastik, sprayer, pipa paralon berukuran 5/8, timbangan, pita ukur, pohon Pinus (Pinus merkusii), stimulansia Etrat, terpentin, saringan 100mesh, gelas ukur, kalkulator, kamera digital dan alat tulis.
3 Pengumpulan Data Pengumpulan data terdiri dari pengumpulan data secara tidak langsung dan pengumpulan data secara langsung. 1. Pengumpulan data secara tidak langsung Metode ini merupakan kegiatan mengumpulkan data sekunder yang dibutuhkan seperti kondisi umum lokasi penelitian. 2. Pengumpulan data secara langsung Pengumpulan data secara langsung dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat untuk mengetahui dan membandingkan produktivitas getah pinus antara kontrol (metode quarre tanpa stimulansia) dengan yang diberikan perlakuan (metode quarre dengan stimulansia, metode bor dengan menggunakan plastik dan pipa, metode bor tanpa menggunakan pipa, serta metode bor menggunakan pipa dengan penampung getah tidak pada pipa). Pengumpulan data secara langsung meliputi kegiatan: A. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan potensi dasar dari kemampuan pohon dalam mengeluarkan getah. Jumlah pohon yang digunakan sebanyak 70 pohon contoh dengan diameter ≥ 30 cm dengan keadaan topografi pohon pinus seragam (berada pada satu hamparan yang sama) yang diberi perlakuan yang sama, yaitu penyadapan dengan menggunakan metode bor tanpa pemberian stimulansia dengan penampung wadah pada pipa. Penelitian pendahuluan dilaksanakan dengan periode perlukaan tiga hari dan tiga kali panen getah. Berdasarkan data produksi yang didapat maka ditentukan sebanyak 50 pohon contoh yang layak dengan menghilangkan 20 pohon contoh yang memiliki produktivitas ektrim (yang terlalu tinggi dan terlalu rendah). Selanjutnya 50 pohon contoh yang akan digunakan tersebut disebar secara sistematis dan merata ke semua perlakuan sehingga masing-masing perlakuan mewakili setiap kelas produktivitas getah pinus dari yang terkecil sampai yang terbesar. B. Penelitian Utama Pengumpulan data meliputi kegiatan: 1. Menyiapkan alat, bahan dan survey lokasi. 2. Berdasarkan data penelitian pendahuluan, maka diambil pohon contoh sebanyak 50 pohon. Kemudian mengelompokkan dan menandai 50 pohon tersebut berdasarkan perlakuan yang diberikan dengan masingmasing 10 pohon/perlakuan. Rancangan Percobaan Adapun rancangan percobaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (Completely Randomize Design) dimana respon tersebut terdiri dari berbagai macam perlakuan yaitu : a. Perlakuan A : kontrol, menggunakan metode quarre tanpa pemberian stimulansia. b. Perlakuan B : metode quarre dengan pemberian stimulansia. c. Perlakuan C : metode bor dengan menggunakan pipa dan plastik dan diberi stimulansia.
4 d.
Perlakuan D
: metode bor tanpa menggunakan pipa dengan pemberian stimulansia e. Perlakuan E : metode bor menggunakan pipa dengan pemberian stimulansia dan penampung getah tidak pada pipa. Dengan menggunakan pohon contoh sebanyak 10 pohon untuk setiap perlakuan sehingga total pohon contoh adalah 50 pohon dan dilakukan pembaharuan luka serta pemanenan getah setiap 3 hari sekali, dengan pemanenan sebanyak 10 kali panen. Sehingga pengambilan hasil sadapan untuk setiap perlakuan bersamaan dengan waktu pemberian stimulansia, dengan total sadapan akan diperhitungkan dalam satuan gram/pohon/hari. Yijk = µ + αi + εijk Keterangan : i = 1, 2, 3, 4, 5 j = 1, 2, 3,... sd 10 Yijk = respon karena pengaruh waktu pemberian stimulansia perlakuan ke-i pada pohon ke-j yang terdapat pada ulangan ke-k. µ = nilai rataan umum αi = pengaruh perlakuan metode penyadapan getah pinus ke-i εijk = pengaruh banyaknya ulangan yang dilakukan i = perlakuan Dengan tabel rancangan percobaan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Rancangan percobaan Ulangan Pohon Contoh 1 2 ... 10 Rata-rata
A Y11k Y12k ... Y110k Y1
Periode Pembaharuan Luka Sadapan B C D Y21k Y31k Y41k Y22k Y32k Y42k ... ... ... Y210k Y310k Y410 Y2 Y3 Y4
E Y51k Y52k ... Y510k Y5
Prosedur Kerja Prosedur kerja dibagi-bagi kedalam beberapa tahapan utama yaitu : 1. Persiapan lokasi penyadapan, alat dan bahan a. Persiapan alat-alat sadap yaitu talang, paku, palu, kadukul, bor, botol plastik, selang, pipa paralon, pita ukur, sprayer, stimulansia, alat tulis. 2. Penyadapan pohon pinus menggunakan metode quarre dan metode bor a. Pembuatan pelukaan awal dengan metode quarre a.1. Membersihkan kulit pohon dengan golok sedalam 3 mm dan lebar 20 cm (tinggi untuk sadapan awal adalah 20 cm dari permukaan tanah). a.2. Membuat koakan pada batang berukuran 6 x 10 cm dan kedalaman 2 cm menggunakan kadukul. a.3. Memasang talang sadap pada bagian bawah koakan dan memberi paku agar talang tertancap kuat lalu menyemprotkan cairan stimulansia sebanyak 0.5 cc ( satu kali semprotan) / koakan a.4. Memasang plastik berukuran 20x40 cm untuk menghalangi aliran batang. a.5. Memasang plastik yang dikaitkan pada paku disesuaikan dengan talang sadap untuk menampung getah pinus yang keluar.
5 a.6. Memberikan tanda pada plastik menggunakan spidol permanen sesuai dengan jenis perlakuan yang diberikan (kontrol dan stimulansia). b. Penyadapan pinus dengan menggunakan metode bor b.1. Membersihkan kulit pohon dengan golok sedalam 3 mm dan lebar 20 cm (untuk perlakuan D dan E). b.2. Pengeboran awal pada batang pinus dengan ketinggian 20 cm di atas permukaan tanah dengan kedalaman pengeboran 2 cm dan kemiringan 30-40°. Setelah itu dilakukan pembersihan serbuk kayu yang berada dalam lubang sadapan. Kemudian menyemprotkan stimulansia pada bidang sadap sebanyak 0.5 cc atau satu kali semprotan/bidang sadap. b.3. Pemasangan pipa paralon untuk perlakuan C dan E, serta pemasangan plastik pada pipa paralon sebagai wadah hasil sadapan getah pinus yang keluar. b.4. Pemasangan talang sadap pada bagian bawah lubang sadapan dan memasang paku agar talang tertancap kuat, kemudian memasang plastik untuk menampung getah (untuk perlakuan D dan E). b.5. Pemasangan plastik berukuran 20x40 cm untuk menghalangi aliran batang (untuk perlakuan D dan E). b.6. Pemanenan getah disertai dengan perbaharuan lubang bor dengan jarak 1 cm ke arah atas dan penyemprotan cairan stimulansia sebanyak 0.5 cc (satu kali semprotan)/lubang. b.7. Menimbang hasil panen getah dengan timbangan digital kemudian mencatatnya. Penentuan Kualitas Getah 1. Penentuan contoh uji Dengan mengambil dua pohon contoh untuk tiap perlakuan pada pemanenan pertama, ketiga, keenam dan kesepuluh. Parameter uji 2. Menggunakan dasar SNI Getah Pinus a. Kadar kotoran b. Kadar air c. Warna Berdasarkan warna, kadar air dan kadar kotoran, getah pinus dikelompokkan dalam kelas mutu I atau II seperti yang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Syarat mutu getah pinus NKarakteristik
Satuan
Mutu
1Warna
-
I putih
2Kadar air (KA) 3Kadar kotoran (KK) 4Kadar air + kadar kotoran
% % %
≤7 ≤7 ≤ 14
II Putih sampai keruh kecoklat-coklatan 7 < KA ≤ 9 7 < KK ≤ 9 14 < KA+KK ≤ 18
6 3. Cara Uji A. Uji Kadar Kotoran 1. Menimbang contoh getah pinus sebanyak ±100 gram (a) dalam wadah yang telah diketahui beratnya lalu menambahkan terpentin ± 100 ml, kemudian diaduk hingga getah tersebut larut. 2. Menimbang saringan 100 mesh (b) 3. Menyaringan dan menampung cairan filtrasi pada wadah lain. 4. Menimbang saringan dan kotoran (c) 5. Menghitung kadar kotoran menggunakan rumus : 𝑐−𝑏 Kadar kotoran (%) = 𝑎 x 100 % B. Uji Kadar Air 1. Mengendapkan larutan filtrasi pada pengujian kadar kotoran getah selama ± 30 menit agar terjadi pemisahan antara air dan larutan getah kemudian menuangkan larutan getah tersebut pada tempat lain. 2. Menuangkan air ke dalam gelas ukur 250 cc dengan menggunakan corong plastik, lalu mengendapkan larutan selama ± 5 menit kemudian mengukur volume larutan air pada gelas ukur (d). 3. Menghitung kadar air menggunakan rumus : 𝑑 Kadar Air (%) = 𝑎 x 100 % Analisis Data Pengaruh faktor perlakuan terhadap produktivitas getah pinus dapat dilakukan dengan analisis ragam atau Analysis of Variance (ANOVA). Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis ragam untuk rancangan acak lengkap satu faktor yaitu faktor perlakuan dengan ulangan yang sama. Perhitungan analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: Faktor Korelasi (FK) =( 𝑖.𝑗 𝑌𝑖𝑗)2/rt 2 𝑟 JKT = 𝑡𝑖=1 𝑖=1 𝑌𝑖𝑗 – FK JKR = 𝑟 𝑌𝑖2 – FK JKS = JKT-JKR Hasil perhitungan jumlah kuadrat setiap faktor selanjutnya ditabulasikan dalam bentuk tabel analisis sidik ragam seperti yang disajikan pada Tabel 3.
Sumber
Tabel 3 Analisys of Variance (ANOVA) Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah (dB) (JK) (KT)
Regresi
t-1
JKR
KTR
Sisa
t(r-1)
JKS
KTS
Total
tr-1
JKT
Fhit
KTR/KTS
7 Hipotesis : Pengujian terhadap pengaruh perlakuan H0 : τ1 = τ2 = …….τi = 0 H1 : sekurangnya ada satu τi ≠ 0 Terima H0 : perbedaan taraf perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 95% (α=0.05). Terima H1 : sekurangnya ada taraf perlakuan yang memberikan pengaruh nyata terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 95% (α=0.05). Hasil uji F-hitung yang diperoleh dari ANOVA dibandingkan dengan F-tabel pada selang kepercayaan 95% (α = 0.05) dengan kaidah : 1. Jika F-hitung < F-tabel maka H0 diterima, H1 ditolak sehingga perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap produktivitas getah pinus pada selang kepercayaan 95% (α = 0.05). 2. Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak, H1 diterima sehingga perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas getah pinus pada selang kepercayaan 95% (α = 0.05). Apabila perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas getah pinus, maka dilakukan pengujian kembali dengan uji Duncan menggunakan Software SPSS 16 untuk menunjukkan kelompok perlakuan yang saling berbeda nyata.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Penelitian penyadapan getah pinus dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. HPGW terletak pada ketinggian 460-715 mdpl dengan topografi yang bervariasi dari landai sampai bergelombang terutama di bagian selatan, sedangkan ke bagian utara memiliki topografi yang semakin curam. Klasifikasi iklim HPGW menurut Schmidt dan Ferguson termasuk tipe B dan banyaknya curah hujan tahunan berkisar antara 1600-4400 mm. Tanah di HPGW adalah kompleks dari podsolik, latosol dan litosol dari batu endapan dan bekuan daerah bukit, sedangkan di daerah barat daya terdapat areal peralihan dengan jenis batuan Karst. Tegakan hutan di HPGW didominasi oleh tanaman damar (Agathis lorantifolia), pinus (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), sengon (Paraserianthes falcataria), mahoni (Swietenia macrophylla) dan jenis lainnya seperti kayu afrika (Maesopsis eminii), rasamala (Altingia excelsa), Dalbergia latifolia, Gliricidae sp, Shorea sp dan akasia (Acasia mangium) (FAHUTAN IPB 2009). Jenis pohon yang dijadikan objek untuk penelitian ini adalah Pinus merkusii yang terdapat pada lokasi khusus penelitian yang terletak beberapa meter dari papan selamat datang HPGW seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Keadaan topografi lokasi penelitian relatif curam dengan lereng menghadap ke arah timur dan memiliki ketinggian kurang lebih sebesar 652 mdpl. Pohon pinus yang dipilih memiliki selang diameter antara 33 cm sampai dengan 75 cm dan sehat. Keadaan tajuk lebat (Gambar 2) dan tumbuhan bawah yang tidak terlalu banyak di
8 sekitar tempat tumbuh pohon pinus. Jenis-jenis tumbuhan bawah tersebut adalah antara lain paku rane, paku sayur dan harendong bulu (Clidemia hirta).
Gambar 1 Lokasi penelitian penyadapan getah pinus camp HPGW
, batas kawasan hutan
,
Gambar 2 Kondisi tajuk tegakan pinus
Penentuan Pohon Contoh Penentuan pohon contoh berdasarkan pada kelas diameter yang telah ditentukan yaitu >30 cm dan memiliki kondisi yang sehat. Dalam penentuan pohon contoh dilakukan penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk mendapatkan potensi dasar dari kemampuan pohon untuk mengeluarkan getah, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pemilihan pohon contoh. Penelitian pendahuluan dilakukan sebanyak tiga kali panen dengan periode pelukaan tiga hari sekali dengan perlakuan yang sama yaitu menggunakan metode bor tanpa diberi stimulansia Etrat dan menggunakan 70 pohon contoh. Berdasarkan data produksi yang didapat maka dapat terlihat produktivitas getah pinus masing-masing pohon. Apabila terdapat pohon yang memiliki produkivitas ekstrim, yaitu produktivitas yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah maka pohon tersebut tidak akan dipilih menjadi pohon contoh. Jumlah pohon yang digunakan
9 sebanyak 10 pohon contoh untuk masing-masing perlakuan sehingga total pohon yang digunakan adalah 50 pohon pinus.
Produksi Getah pada Berbagai Perlakuan Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak lima perlakuan, yaitu perlakuan A dengan metode quarre tanpa pemberian stimulansia (kontrol), perlakuan B dengan metode quarre dengan pemberian stimulansia, perlakuan C dengan metode bor dengan menggunakan pipa dan diberi stimulansia, perlakuan D dengan metode bor tanpa menggunakan pipa dengan pemberian stimulansia dan perlakuan E dengan metode bor menggunakan pipa dengan penampung getah tidak pada pipa dan diberi stimulansia. Kelima perlakuan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
(a)
(b)
(c)
(d) (e) Gambar 3 Perlakuan yang digunakan: (a) Perlakuan A, (b) Perlakuan B, (c) Perlakuan C, (d) Perlakuan D, (e) Perlakuan E Metode quarre yang digunakan pada perlakuan A dan perlakuan B sebagai pembanding, dikarenakan teknik penyadapan yang umum digunakan untuk menyadap getah pinus selama ini adalah menggunakan metode quarre. Namun metode quarre masih memiliki banyak kekurangan, antara lain penutupan luka bekas sadapan yang membutuhkan waktu lama sehingga rawan mengakibatkan kerusakan pohon pinus dan hasil sadapan yang kurang bersih dikarenakan
10 masukya kotoran serta air hujan ke dalam wadah penampungan getah. Untuk dapat memproduksi getah yang lebih banyak dan berkualitas maka diperlukan metode penyadapan yang cocok dan merupakan metode penyempurnaan dari metode quarre yang masih terdapat banyak kekurangan sehingga digunakanlah teknik penyadapan menggunakan metode bor. Penyadapan menggunakan metode bor lebih ramah lingkungan dikarenakan luka sadapan yang terbuka relatif kecil dan dapat menutup lebih cepat dibandingkan metode quarre sehingga tidak merusak pohon serta meminimalisir terserangnya bahaya penyakit atau hama, selain itu hasil getah juga lebih bersih dikarenakan kotoran yang masuk ke dalam getah dapat diminimalisir. Namun penggunaan pipa serta plastik pada metode bor dianggap kurang praktis dan membutuhkan biaya yang lebih sehingga dilakukan penelitian menggunakan perlakuan D yang merupakan metode penyadapan menggunakan prinsip metode bor yang mengadopsi metode quarre sehingga perubahan metode tidak terlalu jauh. Selain itu pada saat pembaharuan luka pada metode bor, pipa dipindahkan dari bidang sadap lama ke bidang sadap yang baru sehingga getah yang masih mengalir pada bidang sadap lama tidak tertampung dan getah akan terbuang sehingga dilakukan penelitian menggunakan perlakuan E yaitu dengan memasang penampung getah untuk menampung sisa-sisa getah yang masih mengalir keluar. Hasil penelitian menunjukkan produktivitas yang berbeda-beda pada setiap perlakuannya. Secara umum produktivitas rata-rata penyadapan getah pinus berdasarkan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Produktivitas rata-rata getah pinus (gram/bidang sadap/hari) pada setiap perlakuan Periode Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C Perlakuan D Perlakuan E 1 51.1 48.2 25.6 26.8 22.1 2 14.3 26.4 54.8 45.7 46.0 3 26.3 56.6 57.8 70.1 56.8 4 31.2 65.5 53.7 70.6 53.3 5 40.8 90.0 74.4 71.6 63.6 6 43.5 80.5 70.0 48.0 54.1 7 45.4 88.4 59.5 53.5 56.7 8 45.0 94.7 84.9 80.0 70.9 9 46.8 100.6 47.7 69.1 59.6 10 55.3 91.5 47.4 55.0 57.0 Rata-rata 39.97 74.24 57.58 59.04 54.01 Tabel 4 menunjukkan rata-rata produktivitas hasil sadapan getah pinus yang paling tinggi adalah perlakuan B, hal ini dikarenakan luka sadapan yang lebih luas dibandingkan dengan menggunakan metode bor sehingga getah yang mengalir keluar lebih banyak. Sedangkan produktivitas rata-rata terendah adalah perlakuan A atau kontrol. Penggunaan stimulansia etrat pada perlakuan B, C, D dan E dimaksudkan untuk mengetahui produktivitas getah pinus dibandingkan dengan tanpa pemberian stimulansia pada perlakuan A. Stimulansia etrat merupakan perpaduan dari 100 ppm ethylene dan 150 ppm asam sitrat yang berfungsi untuk merangsang dan memperlancar keluarnya getah.
11 Sudrajat et al. (2002) mengatakan bahwa produktivitas getah pinus dipengaruhi oleh faktor diameter pohon, umur, kadar stimulansia, periode pemungutan getah dan pembagian jalur pengamatan. Berdasarkan penelitian Doan (2007) ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi getah yaitu biologi, faktor tempat tumbuh dan faktor perlakuan terhadap pohon pinus. Sedangkan menurut Kasmudjo (1997) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas adalah kerapatan tegakan, elevasi areal, suhu dan kelembapan udara. Pengaruh suhu dan kelembapan udara cukup besar terhadap produktivitas getah pinus. Apabila suhu yang rendah dan kelembapan yang tinggi karena pengaruh iklim mikro menyebabkan produksi getah rendah. Kecenderungan hasil produktifitas rata-rata getah pinus ditampilkan pada Gambar 4.
Produktifitas rata-rata getah pinus (gram/bidang sadap/hari)
120 100 80 60 40 20 0 1
2
3
4
5 6 Pemanenan ke-
7
8
9
10
Gambar 4 Produktivitas rata-rata getah pinus. Perlakuan A, Perlakuan B, Perlakuan C, Perlakuan D, Perlakuan E Produktivitas rata-rata untuk semua perlakuan setiap kali panen menunjukkan hasil yang tidak stabil dan memiliki pola kecenderungan peningkatan dan penurunan. Menurut Santosa (2011), produktivitas yang masih rendah pada awal periode penyadapan sampai dengan 12 hari disebabkan pemberian ethylene memerlukan waktu untuk mempengaruhi metabolisme sekunder. Ethylene membutuhkan waktu untuk mengubah bentuk dari cair menjadi gas di dalam jaringan tanaman. Setelah itu proses untuk membangkitkan ethylene di dalam tanaman pun memerlukan waktu hingga tercapainya proses metabolisme sekunder (pembentukan getah) dapat berjalan dengan stabil. Terlihat pada grafik dengan penyadapan menggunakan metode quarre terlihat lebih stabil dbandingkan dengan metode bor. Hal ini dikarenakan pekerja sudah terbiasa menggunakan alat, selain itu pembaharuan luka sadapan dilakukan di bidang yang sama sehingga pemotongan saluran getah berlangsung kontinu, sedangkan pembaharuan luka pada metode bor terdapat jarak, sehingga seolah-olah seperti membuka saluran getah yang baru. Produktivitas getah pinus juga dipengaruhi oleh hujan. Menurut Doan (2007), curah hujan yang tinggi akan menyebabkan kelembaban di sekitar luka sadapan menjadi tinggi dan hal tersebut dapat menyebabkan getah cepat menggumpal.
12
Pengaruh Perlakuan terhadap Produktivitas Getah Untuk mengetahui pengaruh berbagai perlakuan terhadap produktivitas hasil sadapan getah pinus maka dilakukan analisis ragam atau Analysis of Variance (ANOVA). Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis ragam untuk rancangan acak lengkap satu faktor yaitu faktor perlakuan dengan ulangan yang sama. Tabel 5 Analisis ragam pengaruh berbagai perlakuan terhadap produktivitas getah pinus Sumber keragaman Perlakuan Sisa Total
db 4 45 49
Jumlah kuadrat (JK) 6465.645 13540.211 20005.856
Kuadrat tengah (KT) 1616.411 300.894
Fhit
F0.05
5.372
0.001
Hasil pengujian analisis ragam atau Analysis of Variance (ANOVA) (Tabel 5) menunjukkan bahwa setiap perlakuan mempunyai pengaruh nyata terhadap rata-rata produktivitas getah pinus yang dihasilkan pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05). Hal ini ditunjukkan dengan nilai F hitung untuk keragaman berbagai perlakuan yang bernilai 5.372 lebih besar daripada F tabel pada tingkat nyata 0.05 yang bernilai 2.579. Oleh karena itu pengaruh berbagai perlakuan berpengaruh nyata tehadap produktivitas getah pinus, maka analisis dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui kelompok setiap perlakuan yang berbeda nyata. Tabel 6 Hasil Uji Duncan setiap perlakuan terhadap produktivitas penyadapan getah pinus Perlakuan A E C D B Sig.
N 10 10 10 10 10
1 39.9700 54.0100
.077
Subset for alpha = 0.05 2
3
54.0100 57.5800 59.0400 .546
75.530 1.000
Hasil uji Duncan membandingkan pengaruh antar perlakuan dilihat dari produktivitas rata-rata getah. Hasil uji Duncan (Tabel 6) menunjukkan bahwa setiap perlakuan memiliki pengaruh nyata terhadap hasil produktivitas getah pinus. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa metode quarre tanpa pemberian stimulansia (perlakuan A) memberian nilai yang berbeda dengan metode quarre dengan pemberian stimulansia (perlakuan B), kemudian metode bor (perlakuan C, D dan E) memberikan nilai yang berbeda dengan metode quarre (dengan stimulansia maupun tanpa stimulansia), selain itu pada ketiga desain metode bor (perlakuan C, D dan E) memberikan nilai yang sama.
13 Kualitas Getah Getah pinus digunakan sebagai bahan baku untuk produksi gondorukem dan terpentin. Sering kali di dalam getah pinus terdapat campuran air dan kotoran yang tidak sengaja tercampur. Oleh karenanya kualitas getah ditentukan oleh kadar kotoran, kadar air dan warnanya. Untuk memperoleh gondorukem yang berkualitas baik maka diperlukan getah dengan kualitas yang baik pula, sehingga dilakukanlah uji kualitas getah sesuai dengan SNI (2012) pada masing-masing perlakuan sehingga dapat diketahui perlakuan manakah yang dapat menghasilkan getah berkualitas baik. Pengujian kualitas getah pinus dilakukan sebanyak empat kali uji dengan jumlah sampel getah pinus sebanyak dua pohon contoh tiap perlakuan. Hasil menunjukkan bahwa semua getah pinus hasil sadapan termasuk ke dalam kelas Mutu I dikarenakan kadar kotoran dan kadar air masing-masing bernilai kurang dari 7 %. Tabel 7 Hasil uji kualitas getah pinus Perlakuan A B C D E
Uji kualitas Kadar air (KA) (%) Kadar kotoran (KK) (%) 3.34 5.50 3.32 4.97 0 0.92 1.85 3.35 0 1.12
Tabel 7 menunjukkan bahwa pada metode quarre (perlakuan A dan perlakuan B) terdapat lebih banyak kotoran dan air dibandingkan dengan metode bor. Kotoran-kotoran yang terdapat pada getah hasil sadapan menggunakan metode quarre tersebut berasal dari serpihan kayu, serasah daun pinus, buah pinus, debu dan pasir. Sedangkan penyadapan pinus dengan menggunakan metode bor menghasilkan getah yang berkualitas baik berdasarkan penampakan fisik karena getah yang keluar dari batang pohon langsung disalurkan melalui pipa paralon ke dalam penampung plastik sehingga kadar kotoran yang tercampur dengan getah sedikit bahkan tidak ada. Namun pada perlakuan D dimana menggunakan metode bor tanpa pipa yang memiliki produktivitas tinggi, kandungan kadar kotoran dan kadar air lebih banyak dibandingkan metode bor pada perlakuan C dan perlakuan E. Hal ini dikarenakan bidang sadap terbuka dan getah langsung mengalir dari batang ke plastik penampung tanpa melalui pipa paralon sehingga resiko terdapat kotoran semakin besar.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Produktivitas penyadapan getah pinus menggunakan metode quarre dengan pemberian stimulansia memberikan hasil yang paling tinggi daripada
14 penyadapan dengan menggunakan perlakuan lainnya. Diantara ketiga desain metode bor yang diteliti, metode bor tanpa menggunakan pipa memiliki produktivitas rata-rata tertinggi yaitu sebesar 59.04 gram/pohon/hari. Dari segi kualitas, terdapat lebih banyak kadar air dan kadar kotoran yang terkandung dalam getah hasil sadapan menggunakan metode bor tanpa pipa dibandingkan dengan desain metode bor lainnya yaitu sebesar 1.85 % untuk kadar air dan 3.345 % untuk kadar kotoran. Sehingga secara keseluruhan penyadapan getah pinus menggunakan metode bor tanpa pipa merupakan solusi metode penyadapan yang mampu menghasilkan getah berkualitas dan tidak merusak pohon dibandingkan menggunakan metode quarre serta mampu menghasilkan getah yang lebih banyak dan lebih menghemat biaya pengeluaran serta lebih praktis dibandingkan metode bor menggunakan pipa. Saran Dalam menerapkan penyadapan getah pinus menggunakan metode bor di Hutan Pendidikan Gunung Walat maka perlu adanya pelatihan penggunaan mesin bor sehingga penyadap dapat lebih terampil menggunakan alat.
DAFTAR PUSTAKA Doan ANG. 2007. Ciri-ciri Fisik Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) Banyak Menghasilkan Getah dan Pengaruh Pemberian Stimulansia Serta Kelas Umur terhadap Produksi Getah Pinus di RPH Sawangan dan RPH Kemiri, KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor [FAHUTAN IPB] Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. 2009. Rencana Pembangunan Hutan Pendidikan Gunung Walat 2009-2013. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor Kasmudjo. 1997. Upaya Peningkatan Produksi Getah Pinus (Tusam). Duta Rimba 23(207):52-56 Santosa G. 2011. Pengaruh Pemberian ETRAT terhadap Peningkatan Produktivitas Penyadapan Getah Pinus (Studi Kasus di KPH Sukabumi Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten) [Laporan Penelitian]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Santosa G, Muhdin. 2012. Peningkatan Produktivitas Penyadapan Getah dengan Metode Bor pada Tegakan Pinus Jenuh Sadap [Laporan Penelitian]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor [SNI] Standar Nasional Indonesia. 2012. Getah Pinus. SNI 7837:2012. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional Sudrajat R, Setyawan D, Sumadiwangsa S. 2002. Pengaruh Diameter Pohon, Umur dan Kadar Stimulan Terhadap Produktivitas Getah Tusam (Pinus merkusii Jungh et. de. Vries). Buletin Penelitian Hasil Hutan. 20(2):143-158
15
LAMPIRAN
Perlakuan A A B B C C D D E E
Perlakuan A A B B C C D D E E
Lampiran 1 Uji kualitas kadar kotoran Uji 1 Uji 2 Uji 3 2.16 2.30 3.10 1.80 5.00 5.00 2.00 1.00 1.00 1.60 2.00 2.98 0.00 0.25 1.00 0.00 0.67 0.60 1.12 1.10 1.10 1.67 1.59 1.47 0.50 0.92 1.08 1.17 0.00 1.30
Uji 4 2.25 2.08 1.06 2.23 0.84 1.00 1.42 1.57 0.67 1.57
Lampiran 2 Uji kualitas kadar air Uji 1 Uji 2 Uji 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Uji 4 2.50 4.17 2.12 4.52 0 0 3.70 0 0 0
Lampiran 3 Dokumentasi penelitian
a.
Mata bor kipas
b. Stimulansia etrat
c. Pengeboran pohon pinus
16
d. Pemasangan pipa dan plastik
e. Penimbangan getah pinus
17
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Maret 1991 sebagai anak keempat dari empat bersaudara pasangan (Alm) Baryono dan Dra. Rr. Astuti Burama Puteri Rahayu. Penulis menyelesaikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 7 Yogyakarta pada tahun 2009 dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Kegiatan praktek yang pernah dilakukan adalah Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Kamojang-Sancang Barat pada bulan Juni 2011, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada bulan Juni-Juli 2012 serta Praktek Kerja Lapang (PKL) di HPH PT. Arfak Indra, Kabupaten Fakfak, Papua Barat pada bulan Maret-April 2013. Penulis juga pernah menjadi anggota PASKIBRA IPB angkatan 46, anggota divisi Event Organizer (EO) Music Agricutural Expression (MAX!!), pengurus Sylva Indonesia sebagai anggota divisi Pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat (PSDM). Selain itu penulis juga pernah mengikuti kepanitiaan dalam acara Gebyar Nusantara 2010, Pekan Ilmiah Kehutanan Nasional 2010 sebagai anggota PDD, Bina Corps Rimbawan (BCR) 2011 sebagai anggota Komisi Disiplin serta Temu Manajer (TM) 2011 sebagai anggota divisi Medis. Untuk menyelesaikan gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan karya tulis dengan judul “Produktivitas Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor tanpa Pipa” dibimbing oleh Dr Ir Gunawan Santosa, MS.