PENINGKATAN KREATIVITAS GURU DALAM MENERAPKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG INOVATIF MELALUI SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS DI SMP NEGERI 2 TAYU Giyarto SMP Negeri 2 Tayu Email:
[email protected] Abstract This study aims: (1) to increase the creativity of teachers in implementing innovative learning strategies through classroom supervision visits, and (2) to determine the magnitude of the increase in the creativity of the teacher after implementing classroom supervision visits. It held in SMPN 2 Tayu, in odd semester academic year 2013/2014 for five months. The subjects of the study were 7 teachers. The techniques of collecting data are through documentation method, observation, interviews, assignments and discussions. Validations of data used are: data triangulation, theory and reviews informant. This study was conducted using action research design was designed by two cycles of the procedure: planning, implementation, observation, and reflection in each cycle. The results showed that an increase in the creativity of teachers in implementing innovative learning strategies, namely Pre Cycle is 59% category "less creative", the first cycle is 82% category of "creative" while the second cycle is 96% category "very creative". It is concluded that implementation supervision classroom visits can improve teachers' creativity in applying innovative learning strategies in SMPN 2 Tayu. Keywords: teacher's creativity, innovative teaching strategies, classroom supervision visits. Kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru, baik yang benarbenar baru sama sekali maupun merupakan modifikasi atau perubahan dengan mengembangkan hal-hal yang sudah ada. Bila hal ini dikaitkan dengan kreativitas guru, maka guru yang bersangkutan mungkin menciptakan suatu strategi mengajar yang benar baru dan orisinil (asli ciptaan sendiri), atau dapat saja merupakan modifikasi dari berbagai strategi belajar yang ada sehingga menghasilkan bentuk baru. Berdasarkan hasil observasi pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada hari Senin, tanggal 29
Juli 2013 di SMP Negeri 2 Tayu, ditemukan permasalahan yaitu: (1) Penyampaian materi pembelajaran yang dilakukan guru didalam kelas kurang kreatif, terlalu monoton sehingga siswa tidak tertarik terhadap materi yang dipelajari. (2) Guru belum melibatkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini guru belum mampu meningkatkan kecakapan berpikir kreatif siswa. (3) Guru jarang menggunakan media dalam mengajar sehingga pengajaran yang berlangsung kurang menarik. (4) Metode atau teknik mengajar yang digunakan guru masih menggunakan metode ceramah, demonstrasi, tanya jawab 1030
1031
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
dan penugasan (berpusat pada guru). (5) Keanekaragaman dalam penyajian kegiatan pembelajaran yang berupa variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa serta variasi dalam menggunakan metode mengajar belum diterapkan guru. Faktor-faktor yang telah disebutkan di atas mengindikasikan rendahnya kreativitas guru dalam proses pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan merosotnya kualitas pembelajaran, sehingga rendahnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang berdampak pada kualitas hasil belajar belum mencapai ketuntasan yang optimal. Permasalahan yang terjadi di SMP Negeri 2 Tayu tentu saja tidak dapat dibiarkan terus menerus, tetapi harus ada solusi atau tindakan nyata dari kepala sekolah untuk meningkatkan kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran inovatif dengan disesuaikan kondisi/karakteristik siswa. Upaya yang dilakukan peneliti untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan melaksanakan supervisi kunjungan kelas. Peran peneliti sebagai Kepala SMP Negeri 2 Tayu merupakan supervisor yang berkewajiban memberikan bimbingan bantuan, pengawasan, dan penilaian pada masalah-masalah yang berhubungan dengan teknis penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan, serta perbaikan program pengajaran. Pembinaan dan bimbingan yang diberikan oleh kepala sekolah (peneliti) yang nantinya berdampak pada peningkatan kreativitas guru
dalam mengajar. Dengan dilaksanakannya supervisi kunjungan kelas, peneliti berharap agar para pendidik berupaya untuk kreatif dalam mengajar dan mampu menjadi guru profesional agar dapat melahirkan semangat belajar siswa sehingga pretasi belajar siswa akan lebih baik. Berdasarkan paparan di atas, maka penelitian bertujuan untuk: (1) meningkatkan kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran inovatif melalui supervisi kunjungan kelas dan (2) mengetahui besarnya peningkatan kreativitas guru setelah dilaksanakan supervisi kunjungan kelas. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis: (1) sebagai sarana untuk menambah referensi dan bahan kajian dalam khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan dan hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bekal untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional, (2) diharapkan dapat menjadi pegangan, rujukan atau sebagai masukan bagi para pendidik, praktisi pendidikan, pengelola lembaga pendidikan yang memiliki kesamaan karakteristik, dan (3) Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti yang lain, yang akan melaksanakan penelitian serupa di masa yang akan datang. Selain itu, manfaat penelitian secara praktis diharapkan mampu: (1) memberikan informasi kepada warga sekolah, khususnya orang tua peserta didik tentang supervisi akademik dengan kunjungan kelas yang dilakukan pada saat ini dan masa yang akan datang yang pada gilirannya berdampak pada peningkatan mutu untuk menjawab
Giyarto, Peningkatan Kreativitas Guru…
tuntutan dan kebutuhan sekolah dan masyarakat (Stakeholders), dan (2) memberikan informasi tentang bagaimana cara menjadi guru yang kreatif dan bagaimana cara menumbuhkan minat belajar peserta didik sehingga hasil belajar siswa dapat mencapai ketuntasan belajar yang optimal, di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Kata kreativitas berasal dari kata sifat creative yang berarti pandai mencipta. Menurut Munandar (2009: 47–50) “kreativitas adalah proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasikan (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.” Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut. Untuk mendongkrak kreativitas pembelajaran, Mulyasa (2008: 168) mengemukakan disamping penyediaan lingkungan yang kreatif, guru dapat menggunakan pendekatan: self esteem approach, creative approach, value clarivication and moral development approach, multiple talent approach, inquiry approach, pictorial riddle approach, dan synetics approach. Kreativitas memiliki empat aspek pokokyaitu: aspek kelancaran, aspek fleksibilitas, aspek orisinalitas, dan aspek invensi. kreativitas guru dalam
1032
proses pembelajaran mencakup cara guru dalam merencanakan proses pembelajaran, cara guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan cara guru mengadakan evaluasi. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan (Yamin dan Maisah, 2009: 135). Pembelajaran inovatif dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dirancang oleh guru, yang sifatnya baru, tidak seperti yang biasanya dilakukan, dan bertujuan untuk menfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan sendiri dalam rangka proses perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa. (Hasan, 2012). Asas pembelajaran inovatif yang dapat digunakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan segala kompetensi yang akan dicapai berdasarkan mata pelajaran, diantaranya: berpusat pada siswa, berbasis masalah, terintegrasi, berbasis masyarakat, memberikan pilihan, tersistem, dan berkelanjutan. Supervisi kunjungan kelas adalah kegiatan kepala sekolah/pengawas sekolah mengunjungi kelas tempat guru sedang melaksanakan pembelajaran (Sahertian dan Mataheru, 2009: 45). Dikemukakan oleh Sahertian dan Mataheru (2009) bahwa tujuan konkrit supervisi pendidikan yaitu: (1) Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan. (2) Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar
1033
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
peserta didik. (3) Membantu guru dalam menggunakan sumbersumber pengalaman belajar. (4) Membantu guru dalam menggunakan metode-metode/alatalat pembelajaran. (5) Membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. (6) Membantu guru dalam hal menilai kemajuan peserta didik dan hasil pekerjaan guru itu sendiri. (7) Membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatannya. (8) Membantu guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya. (9) Membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. (10) Membantu guru agar waktu dan tenaga tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolahnya. Hasil observasi awal yang dilakukan pada hari Senin tanggal 29 Juli 2013 menggambarkan kondisi awal sebelum peneliti melakukan supervisi kunjungan kelas, guru kurang kreatif dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. Hal ini terlihat dalam pelaksanaan proses pembelajaran: (1) Penyampaian materi pembelajaran yang dilakukan guru didalam kelas kurang kreatif, terlalu monoton sehingga siswa tidak tertarik terhadap materi yang dipelajari; (2) Guru belum melibatkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran; (3) Guru jarang menggunakan media dalam mengajar; (4) Metode atau teknik mengajar yang digunakan guru masih menggunakan metode ceramah, demonstrasi, tanya jawab
dan penugasan (berpusat pada guru); (5) guru belum terampil menyajikan kegiatan pembelajaran yang bervariatif, terutama variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa dan variasi dalam menggunakan metode mengajar. Menghadapi kenyataan ini, peneliti selaku Kepala SMP Negeri 2 Tayu perlu melakukan tindakan perbaikan guna meningkatkan kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif dengan membimbing dan mengarahkan serta menyemangati agar guru termotivasi untuk menciptakan strategi pembelajaran yang inovatif sesuai dengan karakteristik siswa, selanjutnya mampu menerapkan strategi pembelajaran tersebut. Upaya-upaya yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif adalah melaksanakan supervisi kunjungan kelas. Tujuan dari supervisi ini adalah untuk membantu guru dalam mengatasi kesulitan atau masalahmasalah di dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini masalah yang dihadapi guru adalah: (1) bagaimana menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif agar lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, dan (2) Strategi manakah yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran, agar penyampaian materi lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami siswa, serta memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran dengan baik.
Giyarto, Peningkatan Kreativitas Guru…
Dengan adanya supervisi akademik kunjungan kelas ini, diharapkan kreativitas guru meningkat, sehingga guru mampu menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif, dengan dibuktikan terampil dalam memvariasi penyajian kegiatan pembelajaran melalui variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa serta variasi dalam menggunakan metode mengajar. Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dapat diajukan hipotesis tindakan yaitu : “Pelaksanaan supervisi kunjungan kelas dapat meningkatkan kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif di SMP Negeri 2 Tayu” METODE PENELITIAN Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 2 Tayu, dilaksanakan pada semester Ganjil tahun pelajaran 2013-2014 selama lima bulan, mulai tanggal 22 Juli sampai dengan 21 Desember 2013. Subyek penelitian adalah guru mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, IPS, Bahasa Inggris, PAI, dan PKn yang mengajar di kelas IX sebanyak 7 orang guru. Sumber data yang terkumpul yaitu: (1) data kuantitatif, diperoleh dari hasil penilaian kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif, dan (2) Data kualitatif, diperoleh dari hasil observasi pada pelaksanaan supervisi akademik kunjungan kelas. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti melalui metode dokumentasi, metode
1034
observasi, metode wawancara, metode penugasan, dan metode diskusi. Instrumen pengumpul data dalam penelitian ini meliputi: (1) Pedoman observasi supervisi kunjungan kelas, dan (2) Instrumen penilaian kreativitas guru. Pada penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakan triangulasi data, triangulasi teori dan review informan. Teknik analisis tersebut dilakukan karena sebagian besar data yang dikumpulkan berupa uraian deskriptif tentang peningkatan kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. Teknik analisis ini dilakukan dalam 3 komponen yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Penelitian ini dinyatakan berhasil bila pelaksanaan supervisi akademik melalui kunjungan kelas dapat meningkatkan kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. Peneliti mengharapkan indikator pencapaian hasil kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif mencapai nilai rata-rata sebesar 95% dengan taraf keberhasilan “Sangat Kreatif”. Kegiatan penelitian tindakan sekolah dilaksanakan melalui beberapa tahap, yang diuraikan sebagai berikut: (1) Persiapan, kegiatan persiapan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tindakan adalah: (a) Membuat panduan supervisi akademik. (b) Mempersiapkan dokumen-dokumen pendukung pelaksanaan supervisi akademik. (c) Menyusun instrumen penelitian. (2) Tahap Pelaksanaan Tindakan: Pelaksanaan tindakan yaitu pelaksanaan supervisi
1035
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
akademik kunjungan kelas. Tindakan ini direncanakan beberapa siklus dengan masingmasing siklus dilaksanakan 4 kali supervisi. Langkah-langkah kegiatan pada setiap siklus adalah sebagai berikut: Siklus I: Pada siklus I ini dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus sampai dengan 28 September 2013. Pelaksanaan kegiatan supervisi akademik kunjungan kelas yang dijabarkan sebagai berikut: (1) Perencanaan (Planning), peneliti menyiapkan hal-hal sebagai berikut: (a) Menyiapkan bahan, inventarisasi kebutuhan dan inventarisasi masalah/kesulitan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. (b) Berdiskusi dengan guru (Focus Group Discussion) tentang hal-hal yang terkait dalam pelaksanaan proses pembelajaran pada kelompok kecil yang dapat dilakukan untuk peningkatan kualitas pembelajaran. (c) Menyiapkan jadwal pelaksanaan supervisi pendampingan pada setiap guru disesuaikan dengan kesiapan setiap guru. (d) Menyiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan dalam pendampingan supervisi. (2) Pelaksanaan Tindakan (Action), pada tahap ini dilaksanakan pembimbingan pada setiap guru sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan, diantaranya: (a) Peneliti melakukan bimbingan/pendampingan terhadap guru dalam perencanaan pembelajaran mulai dari menyusun rencana pengajaran: menyiapkan metode, membuat media belajar, menyiapkan sumber belajar, dan menyiapkan alat evaluasi. (b)
Peneliti membantu guru dalam merancang atau merencanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan: (1) standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum yang berlaku; dan (2) strategi pembelajaran, media pembelajaran dan seluruh aspek yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran di kelas. (c) Peneliti melakukan pendampingan terhadap guru saat melaksanakan kegiatan pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas, sesuai dengan tema dan materi yang akan diajarkan. (d) Peneliti membimbing guru-guru dalam memilih dan menilai buku-buku yang digunakan sebagai sumber belajar. (e) Peneliti membimbing guruguru dalam menganalisis dan menginterprestasi hasil tes dan penggunaan biaya bagi perbaikan proses pembelajaran. (f) Peneliti melakukan pendampingan terhadap guru saat mengevaluasi hasil belajar terhadap siswa. (3) Pengamatan (Observation), pengamatan dilakukan pada setiap tahap penelitian, mulai dari tahap perencanaan dan pelaksanaan tindakan, kejadian dan hal-hal yang terjadi direkam dalam bentuk catatan-catatan hasil observasi, dan didokumentasikan sebagai data-data penelitian. (4) Refleksi (Reflection), pada akhir tiap siklus diadakan refleksi berdasarkan data observasi. Refleksi ini dimaksudkan agar peneliti dapat melihat apakah tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran, kendala-kendala apa yang
Giyarto, Peningkatan Kreativitas Guru…
menghambat, faktor apa saja yang menjadi pendorong, dan alternatif apa sebagai solusinya. Pada penelitian ini refleksi yang dilakukan adalah dari hasil pengamatan input dan output kreativitas guru. Berpijak dari hasil refleksi, peneliti merancang evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir kegiatan. Evaluasi diberikan dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari masing-masing kegiatan supervisi akademik melalui kunjungan kelas. Siklus II: Kegiatan tindakan perbaikan pada siklus II didasarkan atas temuan-temuan hasil dari siklus I. Pada tahap Siklus II dilaksanakan pada tanggal 30 September sampai dengan 30 Oktober 2013. Pelaksanaan tindakan serta langkah-langkah kegiatan supervisi akademik melalui kunjungan kelas pada siklus II pada dasarnya sama seperti pada siklus I, hanya perlu dicermati pada siklus II dan siklus selanjutnya adalah kelemahan ataupun kekurangan pada siklus I perlu diperbaiki dan disempurnakan. HASIL PENELITIAN Pra Siklus: Pelaksanaan observasi awal (pra siklus) dilakukan peneliti pada hari Senin, tanggal 29 Juli 2013. Menurut hasil wawancara yang dilakukan peneliti, sebelum dilaksanakan supervisi kunjungan kelas menunjukkan bahwa 5 orang atau 71% guru belum memiliki kreativitas dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. Bukti-bukti yang menunjukkan rendahnya kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif,
1036
dipaparkan sebagai berikut: (1) Penyampaian materi pembelajaran yang dilakukan guru didalam kelas kurang kreatif, terlalu monoton sehingga siswa tidak tertarik terhadap materi yang dipelajari. (2) Guru belum melibatkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini guru belum mampu meningkatkan kecakapan berpikir kreatif siswa. (3) Guru jarang menggunakan media dalam mengajar sehingga pengajaran yang berlangsung kurang menarik. (4) Metode atau teknik mengajar yang digunakan guru masih menggunakan metode ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan (berpusat pada guru). (5) Keanekaragaman dalam penyajian kegiatan pembelajaran yang berupa variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa serta variasi dalam menggunakan metode mengajar belum diterapkan guru. Hasil penilaian kreativitas guru sebelum diadakan tindakan (Pra Siklus), rata-rata nilai yang diperoleh sebesar 59% dengan kategori “kurang kreatif”, dengan dibuktikan tidak ada satu gurupun yang dinilai “sangat kreatif” dan “kreatif”. Hanya ada 2 orang atau 29% guru yang dikategorikan “cukup kreatif” dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. Selanjutnya guru yang dikategorikan “kurang kreatif” ada 4 orang atau 57% guru belum mampu menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. Kemudian ada 1 orang atau 14% guru dikategorikan “sangat kurang kreatif”.
1037
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
Berpijak pada hasil penilaian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sebelum diadakan supervisi kunjungan kelas, guru belum memiliki kreativitas dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: (1) Iklim kerja yang tidak kondusif, berdampak pada rendahnya kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif di kelas, sehingga kreativitas guru dalam mengajar rendah. (2) Belum ada kerjasama yang cukup baik antara berbagai personel pendidikan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi di sekolah. (3) Belum adanya pemberian penghargaan dan dorongan semangat terhadap setiap upaya yang bersifat positif bagi para guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. (4) Perbedaan status yang terlalu tajam diantara personel sekolah berdampak pada ketidakharmonisan dalam menjalin hubungan antar warga sekolah. (5) Belum adanya pemberian kepercayaan kepada para guru untuk meningkatkan diri dan mempertunjukkan karya dan gagasan kreatifnya. (6) Belum adanya kewenangan yang cukup besar kepada para guru dalam melaksanakan tugas dan memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas. (7) Belum adanya pemberian kesempatan kepada guru untuk ambil bagian dalam merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang merupakan bagian dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan di sekolah yang bersangkutan, khususnya yang
berkaitan dengan peningkatan hasil belajar. (8) Kurangnya pelatihan guru, mengakibatkan kurangnya wawasan, gagasan atau ide-ide yang inovatif dan kreatif. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya wawasan baru bagaimana cara-cara yang efektif dalam proses pembelajaran yang sedang dikembangkan saat ini dan kemudian diterapkan. (9) Kurangnya pengalaman guru dalam mengajar, mendorong guru kurang kreatif dalam menciptakan caracara baru atau suasana yang lebih edukatif dan menyegarkan. (10) Kurangnya kesejahteraan guru, mengganggu kelancaran tugasnya sebagai seorang guru dalam proses pembelajaran. Dikarenakan kesibukan di luar profesi keguruannya menyita banyak waktu, maka guru tidak mempunyai kesempatan untuk berpikir kreatif tentang pelaksanaan pembelajaran di sekolah dan terkesan asal-asalan. Berpijak dari hasil observasi pra siklus yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti selaku Kepala SMP Negeri 2 Tayu berusaha mengatasi permasalahan tersebut dengan melaksanakan supervisi akademik kunjungan kelas, dengan tujuan: (1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan pembelajaran. (2) Mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif di sekolah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan. (3) Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga segala sesuatunya berjalan lancar dan diperoleh hasil yang optimal. (4) Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya. (5) Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan,
Giyarto, Peningkatan Kreativitas Guru…
kekurangan dan kekilafan serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah sehingga dapat dicegah kesalahan dan penyimpangan yang lebih jauh. Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti sebagai upaya peningkatan kreativitas guru dalam strategi pembelajaran yang inovatif melalui pelaksanaan supervisi kunjungan kelas diantaranya: (1) Peneliti memberi kesempatan kepada guru untuk mengemukakan kesulitan atau hambatan dalam menemukan metode mengajar yang lebih inovatif dan kreatif. (2) Peneliti membimbing guru di dalam merancang atau merencanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum yang berlaku. (3) Peneliti menjelaskan kepada guru tentang pentingnya kreativitas mengajar terutama dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. (4) Peneliti membimbing guru dalam peningkatan kreativitas guru mengenai merancang atau merencanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan strategi pembelajaran, media pembelajaran dan seluruh aspek yang dapat
1038
menunjang kegiatan pembelajaran di kelas. (5) Peneliti memberikan pendampingan dan bimbingan di dalam kegiatan pembelajaran guru dengan menerapkan strategi pembelajaran, media pembelajaran dan seluruh sarana belajar berdasarkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. (6) Peneliti melakukan observasi/pengamatan terhadap kreativitas guru di dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. (7) Peneliti melakukan revisi atau perbaikan terhadap metode /cara mengajar yang dinilai kurang kreatif. Selanjutnya langkahlangkah yang ditempuh peneliti tersebut di atas, diterapkan dalam tindakan perbaikan Siklus I. Siklus I: Pada hasil penilaian kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif setelah diadakan supervisi kunjungan kelas, menunjukkan guru sudah kreatif. Nilai rata-rata yang dicapai guru pada tahap siklus I sebesar 82% dikategorikan “kreatif”. Rekapitulasi hasil penilaian kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif secara lebih jelas peneliti tuangkan ke dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kreativitas Guru Setelah dilaksanakan Supervisi Kunjungan Kelas (Tahap Siklus I) No. 1 2 3 4 5
% Ketercapaian Kategori 90 – 100 Sangat Kreatif 80 – 89 Kreatif 65 – 79 Cukup Kreatif 55 – 64 Kurang Kreatif 0 – 54 Sangat Kurang Kreatif JUMLAH
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa guru yang dikategorikan
f 1 3 3 0 0 7
% 14% 43% 43% 0% 0% 100%
“sangat kreatif” ada 1 orang atau 14% guru sangat kreatif dalam
1039
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. Kemudian ada 3 orang atau 43% guru dikategorikan “kreatif” dan guru yang dikategorikan “cukup kreatif” ada 3 orang atau 43% guru. Berdasarkan hasil observasi Siklus I menunjukkan bahwa nilai kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif sebesar 82% kategori “kreatif”, berarti mengalami peningkatan sebesar 23% (pra siklus sebesar 59% kategori “kurang kreatif”). Namun masih ada beberapa hal yang perlu direvisi atau diperbaiki diantaranya: (1) Aspek kelancaran, kemampuan guru dalam melahirkan banyak alternatif, ide dan solusi dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. (2) Aspek keluwesan, kemampuan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif disesuaikan dengan karakteristik siswa dan kondisi sekolah. (3) Aspek orisinalitas, kemampuan guru dalam menciptakan ide baru tentang strategi pembelajaran yang inovatif. (4) Aspek invensi, kemampuan guru dalam bereksplorasi, berelaborasi, memiliki kepekaan dan bersikap hati-hati dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. Berpijak dari hasil refleksi Siklus I, peneliti perlu mengadakan evaluasi. Hal ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi pada siklus II. Adapun evaluasi yang dihasilkan dijabarkan sebagai berikut: (1) Perlu ditingkatkan pada aspek
kelancaran, sehingga guru memiliki kemampuan melahirkan banyak alternatif, ide dan solusi dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. (2) Perlu ditingkatkan pada aspek keluwesan, sehingga guru memiliki kemampuan dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif disesuaikan dengan karakteristik siswa dan kondisi sekolah. (3) Perlu ditingkatkan pada aspek orisinalitas, sehingga guru memiliki kemampuan dalam menciptakan ide baru tentang strategi pembelajaran yang inovatif. (4) Perlu ditingkatkan pada aspek invensi, sehingga guru memiliki kemampuan dalam bereksplorasi, berelaborasi, memiliki kepekaan dan bersikap hati-hati dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. Berdasarkan hasil penilaian kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran pada siklus I, ternyata masih ada beberapa kekurangan, sehingga perlu ditingkatkan ke siklus II. Siklus II: Pada hasil penilaian kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif setelah diadakan supervisi kunjungan kelas, menunjukkan guru sudah sangat kreatif. Nilai rata-rata yang dicapai guru pada tahap siklus II sebesar 96% dikategorikan “sangat kreatif”. Rekapitulasi hasil penilaian kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif secara lebih jelas peneliti tuangkan ke dalam tabel di bawah ini.
Giyarto, Peningkatan Kreativitas Guru…
1040
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kreativitas Guru Setelah dilaksanakan Supervisi Kunjungan Kelas (Tahap Siklus II) No. 1 2 3 4 5
% Ketercapaian Kategori 90 – 100 Sangat Kreatif 80 – 89 Kreatif 65 – 79 Cukup Kreatif 55 – 64 Kurang Kreatif 0 – 54 Sangat Kurang Kreatif JUMLAH
Dari Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif pada tahap Siklus II mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan pada Siklus I. Hal ini terbukti guru yang dikategorikan “sangat kreatif” ada 6 orang atau 86% guru sangat kreatif dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. Kemudian hanya ada 1 orang atau 14% guru dikategorikan “kreatif”. Selanjutnya guru yang dikategorikan “cukup kreatif”, “kurang kreatif” dan “sangat kurang kreatif” tidak ada. Hasil refleksi pada Siklus II menggambarkan kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan pada Siklus I dengan memperoleh nilai rata-rata sebesar 96% tergolong dalam kategori “sangat kreatif”. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif sebesar 14%. Peningkatan tersebut terjadi setelah peneliti melaksanakan supervisi kunjungan kelas. Dalam kegiatan pada siklus II, didapatkan hasil refleksi sebagai berikut: (1) Aspek kelancaran, guru memiliki kemampuan dalam melahirkan
f 6 1 0 0 0 7
% 86% 14% 0% 0% 0% 100%
banyak alternatif, ide dan solusi dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif, dikategorikan “sangat kreatif”. (2) Aspek keluwesan, guru memiliki kemampuan dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif disesuaikan dengan karakteristik siswa dan kondisi sekolah, dikategorikan “sangat kreatif”. (3) Aspek orisinalitas, guru memiliki kemampuan dalam menciptakan ide baru tentang strategi pembelajaran yang inovatif, dikategorikan “sangat kreatif”. (4) Aspek invensi, kemampuan guru dalam bereksplorasi, berelaborasi, memiliki kepekaan dan bersikap hati-hati dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif, dikategorikan “sangat kreatif”. Dengan demikian pada Siklus II ada peningkatan yang signifikan tentang kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. Terbukti dengan adanya kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mendukung keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk tidak melanjutkan ke siklus berikutnya. PEMBAHASAN Pembahasan ini didasari dari hasil penelitian pra siklus, siklus I
1041
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
dan siklus II. Berdasar dari hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif melalui supervisi kunjungan kelas di SMP Negeri 2 Tayu pada semester ganjil tahun pelajaran 2013-2014.
Rekapitulasi peningkatan penilaian kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II, tercantum dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3. Rekapitulasi Peningkatan Hasil Penilaian Kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif pada Tahap Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II No
% Ketercapaian
Kategori
1 2 3 4 5
90 – 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54
Sangat Kreatif Kreatif Cukup Kreatif Kurang Kreatif Tidak Kreatif
Dari Tabel 3 di atas nampak terjadi peningkatan penilaian kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatifdari awal sebelum tindakan (pra siklus), siklus I dan siklus II, dijabarkan sebagai berikut: Pada tahap pra siklus penilaian kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 59% kategori “kurang kreatif”. Kurangnya kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif sebelum dilaksanakan supervisi kunjungan kelas ditunjukkan pada hasil observasi sebagai berikut: (a) Ditinjau dari aspek kelancaran, kurangnya kreativitas guru dalam melahirkan alternatif, ide dan solusi dalam penerapan strategi pembelajaran yang inovatif, hal ini terlihat dari: (1) Guru kurang kreatif dalam penyampaian materi, sehingga guru belum mampu mengaplikasikannya dengan tujuan pembelajaran, serta
Pra Siklus F % 0 0% 0 0% 2 29% 4 57% 1 14%
Siklus I F % 1 14% 3 43% 3 43% 0 0% 0 0%
Siklus II F % 6 86% 1 14% 0 0% 0 0% 0 0%
kurang mampu dalam mengorganisasikan materi ajar. (2) Guru kurang kreatif dalam memilih materi ajar dan kurang mampu dalam memilih sumber pembelajaran. (3) Guru kurang mampu dalam menjelaskan dan merinci skenario pembelajaran. (4) Guru kurang kreatif memvariasikan gaya dan sikap perilaku dalam mengajar. (b) Ditinjau dari aspek keluwesan, kurangnya kreativitas guru dengan penggunaan cara baru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif dengan disesuaikan karakteristik guru dan kondisi sekolah, hal ini terlihat dari: (1) Guru belum mampu menerapkan metode pembelajaran yang variatif. Dalam penyampaian materi, guru menggunakan sistem yang konvensional, artinya penggunaan model atau pendekatan yang bervariasi dalam proses pembelajaran belum dapat diaplikasikan secara optimal. (2) Guru kurang mampu dalam
Giyarto, Peningkatan Kreativitas Guru…
menciptakan media atau alat peraga yang sesuai materi dan menarik minat siswa. Hal ini dapat berakibat rendahnya motivasi belajar, rendahnya aktivitas dan kualitas hasil belajar yang belum mencapai ketuntasan yang disebabkan oleh kurang lancarnya proses pembelajaran. (c) Ditinjau dari aspek orisinalitas, kurangnya kemampuan guru dalam menciptakan ide baru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif, hal ini terlihat dari: (1) Kurangnya kreativitas guru dalam menciptakan kreasi baru mengadakan appersepsi. (2) Kurangnya kreativitas guru menciptakan ide baru dalam menggunakan metode dan teknik mengajar yang bervariatif. (3) Guru belum mampu menciptakan ide baru dalam menggunakan media pembelajaran secara efektif dan efisien dan belum melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media pembelajaran. (d) Ditinjau dari aspek invensi, kurangnya berpikir kreatif dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. Hal ini terlihat dari: (1) Guru belum mampu menciptakan berbagai alternatif dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif, dilihat dari efek positif dan negatifnya bagi peserta didik. (2) Guru belum mampu merinci ide-ide yang dimunculkan dalam menyusun strategi pembelajaran yang inovatif untuk diterapkan secara nyata dalam proses pembelajaran. (3) Guru belum memiliki kepekaan dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. (4) Guru belum mampu bersikap hatihati dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif.
1042
Pada tahap siklus I penilaian kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif, nilai yang diperoleh sebesar 82% kategori “kreatif”. Tahap Siklus I ini, setelah dilaksanakan supervisi kunjungan kelas terjadi peningkatan kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif sebesar 23%. Peningkatan kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif setelah dilaksanakan supervisi kunjungan kelas ditunjukkan pada hasil observasi sebagai berikut: (a) Ditinjau dari aspek kelancaran, tingginya kreativitas guru dalam melahirkan alternatif, ide dan solusi dalam penerapan strategi pembelajaran yang inovatif, hal ini terlihat dari: (1) Guru dinilai kreatif dalam penyampaian materi, sehingga guru mampu mengaplikasikannya dengan tujuan pembelajaran, serta mampu dalam mengorganisasikan materi ajar. (2) Guru dinilai kreatif dalam memilih materi ajar yang sesuai dengan tujuan dan karakteristik peserta didik dan mampu dalam memilih sumber pembelajaran. (3) Guru mampu menjelaskan skenario pembelajaran yang meliputi: langkah-langkah kegiatan pembelajaran: awal, inti dan penutup. Pada kegiatan inti pembelajaran dilengkapi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. (4) Guru dinilai kreatif memvariasikan gaya dan sikap perilaku dalam mengajar. (b) Ditinjau dari aspek keluwesan, tingginya kreativitas guru dengan penggunaancara baru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif dengan disesuaikan karakteristik guru dan kondisi sekolah, hal ini terlihat dari:
1043
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
(1) Guru mampu menerapkan metode pembelajaran yang variatif. Dalam hal ini guru sudah mampu menerapkan metode pembelajaran yang variatif. Dalam penyampaian materi, guru menggunakan pendekatan konstektual yang diwujudkan ke dalam bentuk pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Center). (2) Guru mampu dalam menciptakan media atau alat peraga yang sesuai materi dan menarik minat siswa. Hal ini menjadikan proses pembelajaran berjalan lancar, sehingga memicu tingginya motivasi belajar, tingginya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hasil belajar siswa mencapai ketuntasan, maka tercipta keberhasilan pendidikan. (c) Ditinjau dari aspek orisinalitas, tingginya kemampuan guru dalam menciptakan ide baru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif, hal ini terlihat dari: (1) Tingginya kreativitas guru dalam menciptakan kreasi baru mengadakan appersepsi. Persepsi yang baik akan membawa siswa memasuki materi pokok atau inti pembelajaran dengan lancar dan jelas. (2) Tingginya kreativitas guru menciptakan ide baru dalam menggunakan metode dan teknik mengajar yang bervariatif. Guru yang kreatif akan memprioritaskan metode dan teknik yang mendukung berkembangnya kreativitas. (3) Guru mampu menciptakan ide baru dalam menggunakan media pembelajaran secara efektif dan efisien dan melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media pembelajaran. (d) Ditinjau dari aspek invensi, kemampuan guru berpikir
kreatif dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. Hal ini terlihat dari: (1) Guru mampu menciptakan berbagai alternatif dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif, dilihat dari efek positif dan negatifnya bagi peserta didik. (2) Guru mampu merinci ide-ide yang dimunculkan dalam menyusun strategi pembelajaran yang inovatif untuk diterapkan secara nyata dalam proses pembelajaran. (3) Guru mampu merinci skenario pembelajaran (setiap langkah tercermin strategi/metode dan alokasi waktu pada setiap tahap). (4) Guru memiliki kepekaan dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif berdasarkan hasil yang dicapai. (5) Guru mampu bersikap hati-hati dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. Pada tahap siklus II penilaian kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif termasuk dalam kategori “sangat kreatif”, dengan dibuktikan nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 96%. Berarti pada tahap Siklus II terjadi peningkatan sebesar 14%. Meningkatnya kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif setelah dilaksanakan supervisi kunjungan kelas pada tahap Siklus II ini ditunjukkan pada hasil observasi sebagai berikut: (a) Ditinjau dari aspek kelancaran, tingginya kreativitas guru dalam melahirkan alternatif, ide dan solusi dalam penerapan strategi pembelajaran yang inovatif, hal ini terlihat dari: (1) Guru dinilai sangat kreatif dalam menjelaskan perumusan tujuan pembelajaran
Giyarto, Peningkatan Kreativitas Guru…
sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan guru menjadi tujuan yang kognitif (pengetahuan), efektif (sikap), psikomotorik (keterampilan). Derajat pencapaian tujuan pembelajaran ini merupakan indikator kualitas pencapaian tujuan hasil dan perbuatan belajar siswa. (2) Guru dinilai sangat kreatif dalam penyampaian materi, sehingga guru mampu mengaplikasikannya dengan tujuan pembelajaran, serta mampu dalam mengorganisasikan materi ajar secara runtut, sistematika materi dan kesesuaian dengan alokasi waktu. (3) Guru dinilai sangat kreatif dalam memilih materi ajar yang sesuai dengan tujuan dan karakteristik peserta didik dan mampu dalam memilih sumber pembelajaran. Dalam hal ini guru mampu dalam memilih buku pendamping yang berkualitas. Dalam penyampaian materi guru menggunakan lebih satu satu buku pegangan. Guru mampu menentukan buku-buku pendamping di luar buku paket yang diperuntukkan siswa benarbenar mempunyai bobot materi yang menunjang pencapaian kurikulum. (4) Guru dinilai sangat kreatif dalam menjelaskan skenario pembelajaran yang meliputi: langkah-langkah kegiatan pembelajaran: awal, inti dan penutup. Pada kegiatan inti pembelajaran dilengkapi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. (5) Guru dinilai sangat kreatif memvariasikan gaya dan sikap perilaku dalam mengajar. (b) Ditinjau dari aspek keluwesan, tingginya kreativitas guru dengan penggunaan cara baru
1044
dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif dengan disesuaikan karakteristik guru dan kondisi sekolah, hal ini terlihat dari: (1) Guru dinilai sangat kreatif dalam menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan mater ajar dengan lebih bervariatif. Dalam hal ini guru sudah mampu guru mampu merancang dan membangun suasana kelas yang kondusif sehingga siswa mendapat kesempatan untuk belajar serta berinteraksi dengan baik satu dengan yang lainnya. (2) Guru mampu dalam menciptakan media atau alat peraga yang sesuai materi dan menarik minat siswa. Hal ini menjadikan proses pembelajaran berjalan lancar, sehingga memicu tingginya motivasi belajar, tingginya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. (c) Ditinjau dari aspek orisinalitas, tingginya kemampuan guru dalam menciptakan ide baru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif, hal ini terlihat dari: (1) Tingginya kreativitas guru dalam menciptakan kreasi baru mengadakan appersepsi. Appersepsi yang baik akan membawa siswa memasuki materi pokok atau inti pembelajaran dengan lancar dan jelas. Dalam hal ini, keterampilan bertanya sangat memegang peranan penting. Guru yang kreatif akan mengutamakan pertanyaan divergen, pertanyaan ini akan membawa para siswa dalam suasana belajar aktif. Dalam hal ini guru harus memperhatikan caracara mengajarkan kreativitas seperti tidak langsung memberikan penilaian terhadap jawaban siswa. Jadi guru melakukan teknik ”brainstorming”. (2) Tingginya kreativitas guru menciptakan ide
1045
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
baru dalam menggunakan metode dan teknik mengajar yang bervariatif. Guru yang kreatif akan memprioritaskan metode dan teknik yang mendukung berkembangnya kreativitas. (3) Guru dinilai sangat kreatif menciptakan ide baru dalam menggunakan media pembelajaran secara efektif dan efisien dan melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media pembelajaran. (d) Ditinjau dari aspek invensi, guru mampu berpikir kreatif dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. Hal ini terlihat dari: (1) Guru mampu menciptakan berbagai alternatif dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif, dilihat dari efek positif dan negatifnya bagi peserta didik. (2) Guru mampu merinci ide-ide yang dimunculkan dalam menyusun strategi pembelajaran yang inovatif untuk diterapkan secara nyata dalam proses pembelajaran. (3) Guru mampu merinci skenario pembelajaran (setiap langkah tercermin strategi/metode dan alokasi waktu pada setiap tahap). (4) Guru memiliki kepekaan dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif berdasarkan hasil yang dicapai. (5) Guru mampu bersikap hati-hati dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan (2005 : 189) yang menyatakan bahwa“guru kreatif selalu mencari cara bagaimana agar proses belajar mencapai hasil sesuai dengan tujuan, serta berupaya menyesuaikan pola-pola tingkah lakunya dalam mengajar dengan tuntutan pencapaian tujuan, dengan
mengembangkan faktor situasi kondisi belajar siswa.” Berdasarkan pendapat di atas dijelaskan bahwa guru yang kreatif adalah guru yang mampu mengaktualisasikan dan mengekspresikan secara optimal segala kemampuan yang ia miliki dalam rangka membina dan mendidik siswa dengan baik. Seorang guru didalam merencanakan proses pembelajaran diharapkan mampu berkreasi dalam hal: (1) Merumuskan tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional dengan baik dalam perencanaan proses pembelajaran. Perumusan tujuan pembelajaran merupakan unsur terpenting, sehingga perlu dituntut kreativitas guru dalam menentukan tujuantujuan yang dipandang memiliki tingkatan yang lebih tinggi. (2) Memilih buku pendamping bagi siswa selain buku paket yang ada yang benar-benar berkualitas dalam menunjang materi pelajaran sesuai kurikulum yang berlaku. (3) Memilih metode mengajar yang baik yang selalu menyesuaikan dengan materi pelajaran maupun kondisi siswa yang ada. Untuk itu diusahakan dalam memilih metode yang menuntut kreativitas pengembangan nalar siswa dan membangkitkan semangat siswa dalam belajar. (4) Menciptakan media atau alat peraga yang sesuai dan menarik minat siswa. Penggunaan alat peraga atau media pendidikan akan memperlancar tercapainya tujuan pembelajaran. Guru diusahakan untuk selalu kreatif dalam menciptakan media pembelajaran sehingga akan lebih menarik perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Berdasarkan pada penjelasan di atas, menuntut seorang guru untuk
Giyarto, Peningkatan Kreativitas Guru…
lebih kreatif, sehingga guru yang kreatif akan memiliki sikap kepekaan, inisiatif, cara baru dalam mengajar, kepemimpinan serta tanggung jawab yang tinggi dalam pekerjaan dan tugasnya sebagai seorang pendidik. Untuk itu guru berupaya untuk terus up to date mengikuti perkembangan jaman sehingga cakrawala berpikirnya akan terbuka dan mendapatkan banyak informasi sehingga menambah wacana untuk melakukan suatu aktivitas pembelajaran yang inovatif dan kreatif. SIMPULAN Berdasarkan keseluruhan siklus yang telah dilakukan, dapat disimpulkan: (1) Pelaksanaan supervisi kunjungan kelas dapat meningkatkan kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif di SMP Negeri 2 Tayu. (2) Peningkatan kreativitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif terlihat dari: (a) Siklus I kreativitas guru termasuk kategori “kreatif” dengan nilai rata-rata yang dicapai sebesar 82%, sehingga pada Siklus I ada peningkatan sebesar 23%. (nilai rata-rata pra siklus 59%). (b) Siklus II, kreativitas guru dinilai “sangat kreatif” dengan nilai ratarata yang dicapai sebesar 96%, sehingga pada Siklus II ada peningkatan sebesar 14%. SARAN Proses pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi siswa dapat diwujudkan apabila guru memiliki wawasan dan kerangka pikir yang holistik tentang pembelajaran yang mampu mendorong tumbuhnya keaktifan dan kreativitas optimal setiap
1046
siswa. Untuk itu peneliti ingin mengajukan saran yang ditujukan: Bagi Pengawas Sekolah: Untuk meningkatkan pengembangan dan kemampuan profesional guru, pengawas perlu: (a) Pemberian bantuan supervisi akademik terus menerus dengan menggunakan teknik ataupun pendekatan supervisi yang berbeda. (b) Meningkatkan kompetensi kepengawasan diri secara komprehensif. (c) Melaksanakan program kerja kepengawasan secara teratur. (d) Guru diikutkan pelatihan, kursus, seminar untuk meningkatkan kompetensinya dalam menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi dan inovatif. (e) Meningkatkan komunikasi dan pendekatan secara pribadi terhadap guru yang “bermasalah”. Bagi Kepala Sekolah: Untuk meningkatkan kreativitas guru, kepala sekolah perlu: (a) Membantu guru dalam merencanakan pembelajaran yang bermutu. (b) Mensupervisi kegiatan pembelajaran. (c) Membantu guru agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran menyenangkan. (d) Membantu guru dalam mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran. (e) Membantu guru menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. (f) Mengarahkan guru untuk memilih media pembelajaran yang menarik. (g) Mengarahkan guru untuk menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Bagi Guru: (a) Dengan kemampuan yang telah dimiliki, maka setiap guru seyogyanya menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif untuk menciptakan iklim pembelajaran aktif, kreatif,
1047
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
efektif dan menyenangkan sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. (b) Hendaknya guru selalu meningkatkan kompetensi diri, disiplin dan membina hubungan baik dengan teman sejawat, wali siswa dan siswa. (c) Bersikap terbuka dan profesional untuk selalu menerima masukan/kritikan. Bagi para peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan dengan mengkaji faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kreativitas guru, sehingga wawasan menjadi lebih luas. DAFTAR PUSTAKA Buku: Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Cet. 7. Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara Faisal, Sanapiah. (2011). Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang. YA3.
Profesi Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatifitas dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya. __________. (2010). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Nasution, A.H. (2009). Metode Statistik. Jakarta: PT. Gramedia. Nawawi, Hadari. (2007). Administrasi Sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nazir,
Hernowo. (2009). Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar secara Kreatif. Bandung: MLC. Kamus Bahasa Indonesia. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Balai Pustaka. Kunandar. (2010). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan
Moh. (2009). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Nuha Medika. Sahertian, P.A. dan Mataheru, Frans. (2009). Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Surabaya, Usaha Nasional.
Giyarto, Peningkatan Kreativitas Guru…
Sanjaya,
Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta:Kencana
Sudarsono, FX. (1999). Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tindakan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta Press. Suparman, A. (1997). Desain Instruksional. Jakarta: PAU Dirjen Dikti Depdikbud. Sudjana, Nana. (2010). Teknik Analisis Korelasi dan Regresi. Bandung: Transito. Sutisna, Oteng. (2009). Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis untuk Praktik Profesional. Bandung: Angkasa. Syah, Muhibbin. (2009). Bahan Pelatihan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM). Bandung: UIN Sunan Gunung Djati. Trianto.(2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Trimo,Soejono. (2007). Teori-Teori Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Uno,
Hamzah. (2008). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Wasriah, N. & Danial, E. (2007). Metode Penulisan Karya
Ilmiah. Laboratorium UPI.
1048
Bandung: PKn-PFIPS
Wijaya, Cece, A. Tabrani Rusyan. (1994). Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Yamin, Martinis. Maisah. (2009). Manajemen Pembelajaran Kelas: Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Jakarta: GP Press. Yusuf, Al-Ugshari. (2010). Melejit dengan Kreatif. Jakarta: Gema Insani. Peraturan Perundang-undangan: Pemerintah Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta. Situs Internet: Hasan, Fuad. (2012). Diakses hari: Senin, Tanggal: 16 September 2013, Pukul: 15.42 WIB, dari: http://fuadhasansuccen.blogsp ot.com/2012/01/strategipembelajaran-inovatif.html. Gusppy. (2010). Diakses Hari: Rabu, Tanggal 11 September 2013, Pukul. 13.56 WIB, dari: http://gusppy.blogspot.com/ 2010/04/supervisikelas.html.