STRATEGI PEMBELAJARAN YANG DIGUNAKAN GURU DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS SISWA KELAS XI DI SMK NEGERI 3 PEKANBARU PROVINSI RIAU
TESIS
Oleh DAMERIA Nim 91542
Pembimbing I
Prof. Dr. Z. Mawardi Effendi, M.Pd
Pembimbing II
Prof. Dr. Firman, M.S
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2010
ABSTRAK Dameria, 2010. Strategi Pembelajaran yang Digunakan Guru Dalam Pengembangan kreativitas siswa Kelas XI di SMK Negeri 3 Pekanbaru Provinsi Riau. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Dimana ditemukan pengembangan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas kurang dikembangkan, baik melalui proses pembelajaran maupun melalui lingkungan belajar yang kondusif bagi kreativitas siswa di kelas. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan informasi tentang bagaimana strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam pengembangan kreativitas Siswa dan bagaimana kreativitas siswa dikembangkan guru melalui lingkungan belajar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengikuti langkahlangkah Huberman. Data diperoleh melalui teknik pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi. Data dianalisa dengan cara reduksi, presentasi data, dan pengambilan kesimpulan. Untuk menjamin keabsahan data dilakukan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi data dan diskusi dengan teman sejawat. Temuan penelitian menunjukkan bahwa: (a) pengembangkan kreativitas siswa melalui proses pembelajaran oleh guru terhadap siswa belum dilakukan dengan optimal, baik melalui pendekatan “inquiry” (pencaritahuan) dalam proses pengajaran, sumbang saran (brain storming), memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif maupun dengan meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media; dan (b) pengembangkan kreativitas siswa melalui lingkungan belajar yang kondusif oleh guru terhadap siswa kurang dilakukan dengan baik, karena guru kurang memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk berperilaku kreatif, guru kurang menjalinkan hubungan yang harmonis dengan siswa melalui interaksi proses pembelajaran, pengembangan lingkungan belajar yang kondusif dilakukan guru pada kegiatan ekstra kurikuler, guru kurang memanfaatkan sumber dan media pembelajaran yang ada, dan guru belum maksimal membimbing dan membina siswa sesuai dengan minat dan bakatnya serta kurang memperhatikan siswa-siswa yang mempunyai kemampuan rendah
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia serta hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan pada penulis, sehingga telah dapat menyelesaikan tesis ini yang
berjudul “Strategi
Pembelajaran yang Digunakan Guru Dalam Pengembangan kreativitas siswa Kelas XI di SMK Negeri 3 Pekanbaru Provinsi Riau”. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang (UNP). Dalam penyusunan tesis ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan dorongan baik materil maupun moril dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Z. Mawardi Effendi, M.Pd., dan Prof. Dr. H. Firman, M.S., selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II yang penuh perhatian dan kesabaran dalam membimbing penulis untuk penyelesaian tesis ini. 2. Prof. Dr. Suparno, M.Pd., Prof. Dr. Ungsi Antara Oku Marmai, M.Ed., dan Dr. Drs. Darmansyah Nabar, M.Pd., selaku Dosen penguji dalam tesis ini yang telah banyak memberikan masukan yang sangat berarti kepada penulis. 3. Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan perkuliahan dan penelitian 4. Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang (UNP) beserta staf yang telah memberikan berbagai kemudahan dalam proses penelitian guna menyelesaikan penulisan tesis ini. 5. Rektor Universitas Negeri Padang yang telah memberikan kemudahan dalam memanfaatkan sarana dan prasarana kepada penulis selama perkuliahan. 6. Dosen dan karyawan/karyawati Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang (UNP) yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan perkuliahan dan penelitian. 7. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Pekanbaru yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan. iii
8. Kepala sekolah SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru yang telah memberikan izin tempat penelitian beserta data dan informasi yang penulis butuhkan 9. Guru-guru sekolah SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru yang telah memberikan informasi data yang penulis lakukan. 10. Siswa-siswi kelas XI sekolah SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi dan data penelitian yang dibutuhkan. 11. Orang tua dan suami penulis tercinta, yang telah memberikan bantuan moril maupun materil pada penulis dalam mengikuti perkuliahan dan penyelesaian tesis ini. 12. Seluruh rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Padang (UNP) dan semua pihak yang telah ikut memberikan dorongan demi penyelesaian tesis ini. Semoga bantuan, bimbingan dan petunjuk yang diberikan menjadi amal saleh dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini belum sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang konstruktif dari semua pihak. Mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi pengelola pendidikan di masa yang akan datang. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufik hidayah-Nya. Amin....
Padang, Maret 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT....................................................................................................................
i
ABSTRAK ......................................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................
iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ..........................................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... ..
ix
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................
1
B. Fokus Penelitian ........................................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................
5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis ..........................................................................................
7
B. Kreativitas .................................................................................................
13
C. Pengembangan Kreativitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran ...............
18
D. Penelitian yang Relevan ...........................................................................
28
E. Kerangka Konseptual................................................................................
29
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ......................................................................................
32
B. Informan Penelitian ..................................................................................
32
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data .........................................................
33
D. Teknik Menjamin Keabsahan Data ..........................................................
34
E. Teknik Analisis Data ................................................................................
36
v
BAB IV. TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Umum .........................................................................................
38
B. Temuan Khusus ........................................................................................
50
C. Pembahasan ..............................................................................................
63
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................................
68
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ...................................................................................................
70
B. Implikasi ...................................................................................................
71
C. Saran .........................................................................................................
74
DAFTAR RUJUKAN ...................................................................................................
76
LAMPIRAN...................................................................................................................
79
vi
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1 . Latar Belakang Pendidikan Guru SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Tahun Pelajaran 2009/2010 ................................................................................................44 2. Jumlah Siswa Kelas X, XI, dan XII SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Tahun Pelajaran 2003/2004 – Tahun Pelajaran 2009/2010 ................................................45 3. Presentase Data Kelulusan siswa
kelas XII SMK Negeri 3 Kota
Pekanbaru.................................................................................................................46
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Bagan Kerangka Konseptual Penelitian ......................................................... 31
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1 . Catatan Lapangan ..................................................................................................79 2. Format Pedoman Wawancara ................................................................................85 3. Matriks Daftar Cek Komponen Kelengkapan Data ...............................................87 4. Matriks Waktu .......................................................................................................88 5. Matriks Kelompok Konseptual, Motif dan Sikap Guru dalam Pros. Pengajaran ..89 6 Struktur Organisasi Sekolah SMK N 3 Kota Pekanbaru .......................................90 7. Hasil Dokumentasi ................................................................................................91
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi menuntut perlunya peningkatan mutu pendidikan agar peserta didik mampu mengadopsi dan beradaptasi dengan paragdigma kehidupan
yang berubah sangat cepat. Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Menegaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. (USPN NO. 20/2003, Pasal 1.1) Sebagai konsekuensinya adalah pendidikan harus diselenggarakan secara bermutu, professional dan terencana agar peserta didik dapat mencapai perkembanagan intelektualnya secara optimal. Untuk meningkatkan secara optimal selalu menjadi prioritas utama, antara lain melalui peraturan pemerintah no. 22 tahun 2006 tentang standar isi yang berhubungan dengan kurikukulum, peraturan pemerintah nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan dan peraturan pemerintah 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan peraturan pemerintah 22 dan 23 serta peraturan pemerintah nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses.
1
2
Penjelasan di atas menunjukkan pentingnya program pendidikan yang terencana yang menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran, melalui keterlibatan atau keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tersebut yang mampu mengembangkan potensi dan kreativitas yang dimilikinya dalam belajar. Made Wena (2009:140) menjelaskan Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga siswa mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Dengan perkataan lain, pembelajaran aktif memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, seperti dalam menganalisis dan mensintesis, serta melakukan penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kreativitas siswa juga merupakan salah satu kemampuan utama yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan perkembangan siswa. Hal ini menurut Pears (Nana, 2004:84), menjelaskan “All individuals are creative in diverse ways and different degrees”. Tingginya kreativitas yang dimiliki seseorang sangat ditentukan oleh intelegensi, sikap, motivasi dan unsur-unsur kepribadian lainnya. Kreativitas perlu menjadi perhatian guru dalam proses pembelajaran, mengingat bahwa ada satu kecerdasan yang tersembunyi dari siswa yang kreatif.
3
Kreativitas dalam pembelajaran yang ditunjukkan siswa dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh siswa selama proses pembelajaran, dan besarnya keingintahuannya terhadap sesuatu yang dianggapnya harus diketahui. Ciri lain yang ditunjukkan seseorang yang kreatif dalam belajar menurut Utami Munandar (1999:51): adalah Rasa ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan sebagai tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan atau untuk dikritik oleh orang lain, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, mempunyai rasa humor, ingin mencari pengalamanpengalaman baru, dapat menghargai baik diri sendiri maupun orang lain dan sebagainya. Kenyataan ditemui di sekolah-sekolah masih banyak guru dalam melaksanakakan tugas melakukan kesalahan dalam menunaikan tugas dan fungsinya khususnya tentang pengembangan kreativitas siswa, kesalahan tersebut seringkali tidak disadari oleh para guru, bahkan masih banyak yang tidak memperhatikan sikap siswa dalam pembelajaran, membantu mengembangkan bakat siswa. padahal, sekecil apapun kesalahan yang dilakukan guru dalam pembelajaran akan berdampak terhadap perkembangan siswa. Sebagai manusia biasa, tentu saja guru tidak akan terlepas dari kesalahan dalam tugas pokok dalam pembelajaran. Namun demikian, berarti kesalahan guru tidak harus dibiarkan dan tidak dicari cara pemecahannya. Berdasarkan fenomena hasil grand tour yang telah dijelaskan sebelumnya, terlihat adanya kesenjangan antara yang seharusnya dengan keadaan yang
4
sesungguhnya. Dimana seharusnya siswa kreatif dalam proses pembelajaran, seperti bertanya kepada guru kalau ada materi pembelajaran yang kurang dan belum dimengerti, serta tidak takut dalam mengemukakan pendapat. Namun, keadaan sesungguhnya siswa jarang bertanya kepada guru kalau ada materi pembelajaran yang kurang dan belum dimengerti, serta merasa takut dalam mengemukakan beberapa pendapat. Selain itu juga, guru seharusnya mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran, seperti mengajar tidak lagi bersifat konvensional, memperhatikan
sikap
siswa
dalam
proses
pembelajaran,
membantu
mengembangkan bakat siswa, belajar tidak lagi bersifat konvergen, dan berupaya meningkatkan kepercayaan diri siswa. Namun, keadaan sesungguhnya guru masih mengajar masih bersifat konvensional, kurang memperhatikan sikap siswa dalam proses pembelajaran, kurang membantu mengembangkan bakat siswa, belajar yang masih bersifat konvesional, dan kurang berupaya meningkatkan kepercayaan diri siswa. Berdasarkan temuan tersebut di atas menarik untuk diteliti lebih lanjut, untuk mengetahui gambaran strategi pembelajaran yang digunakan guru untuk mengembangkan kreativitas siswa
SMK Negeri 3 Pekanbaru Provinsi Riau,
sehingga dapat ditemukan formulasi dalam penentuan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswa. Dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat memberikan rumusan peningkatan hasil belajar siswa SMK Negeri 3 Pekanbaru Provinsi Riau.
5
B.
Fokus Penelitian Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka fokus penelitian ini: 1. Bagaimana strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam pengembangan kreativitas Siswa 2. Bagaimana kreativitas
siswa dikembangkan
guru melalui lingkungan
belajar.
C.
Tujuan Penelitian Sesuai dengan fokus penelitian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan: 1. Strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam pengembangan kreativitas Siswa 2. Kreativitas siswa dikembangkan guru melalui lingkungan belajar
D.
Manfaat Penelitian Hasil Penelitian ini memberikan manfaat bagi: 1. Pengembangan Ilmu Teknologi Pendidikan Khususnya dalam kawasan Pengembangan Strategi Pembelajaran. 2. Guru di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru dalam pengembangan kreativitas siswa melalu strategi pembelajaran. 3. Kepala sekolah SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru dalam membantu, membimbing guru mengembangkan kreativitas siswa melalu strategi pembelajaran.
6
4. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Pekanbaru dalam mengambil kebijaksanaan untuk meningkatkan kualitas guru dan mutu pendidikan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis Strategi pembelajaran merupakan salah satu komponen yang perlu direncanakan guru sebelum melaksanakan pembelajaran dikelas. Strategi pembelajaran merupakan suatu teknik atau taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam hal ini Yusufhady Miarso (2004:530) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh pembelajaran dalam suatu sistem pembelajaran, yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran, yang dijabarkan dari pandangan falsafah dan teori belajar tertentu. Strategi yang menganjurkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran akan cenderung menggunakan metode yang mengaktifkan siswa seperti seminar, kerja kelompok, tutorial atau program belajar mandiri. Satu hal yang penting diketahui bahwa tidak ada satupun metode yang terbaik bila berdiri sendiri, untuk itu perlu dipilih kombinasi satu metode dengan metode lainnya yang cocok dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Made Wena (2009:2) mengatakan strategi adalah cara dan seni menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Hamzah (2007:1) menambahkan strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seseorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan 7
8
memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya diakhir kegiatan belajar. Romizosky (1981:276 ) menyatakan: Instructional strategies are general viewpoints on line of action that one adopts in order to choose the instructional methods. thus a strategy which advocates “active learner participation in the lesson” will tend to minimize the use of the lecture method, In which the student is relatively passive, and promote the choice of are “learner active” methods such as group seminars, group prayed work, individual tutorial or self–instruction packages. In this case, one is more likely to end up with a differentiated, rather than and global, strategy. One will probably have more variety in the methods selected and better match between methods and objectives. Sejalan dengan pendapat di atas Wina Sanjaya (2008:128) mengemukakan bahwa rumusan strategi instruksional lebih dari
sekedar metode yang dapat
menentukan teknik yang dianggap relevan, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru satu dengan guru yang lainya. Strategi pembelajaran yang dipilih guru dalam menghidupkan suasana pembelajaran sehingga siswa jadi aktif dan penuh kreativitas sangat mempengaruhi pencapaian tujuan dari pembelajaran tersebut. Untuk itu guru perlu memperhatikan berbagai hal dalam menentukan strategi pembelajarannya. Dasar pertimbangan dalam menentukan strategi pembelajaran yang akan dipilih (Yusufhadi Miarso,2004:532) yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
Tujuan belajar; jenis dan jenjangnya Isi ajaran;sifat, kedalaman,dan banyaknya Pebelajar;latar belakang, motivasi,serta kondisi dan kompetensinya. Waktu; lama dan jadwalnya. Sarana yang dapat dimanfaatkan dan beserta biaya.
Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan pandangan umum mengenai tindakan yang dilakukan untuk memilih metode pembelajaran yang digunakan.
9
1. Pengertian Pembelajaraan Banyak pengertian tentang pembelajaran, tetapi secara umum pengertian tersebut tidak jauh berbeda, yaitu suatu proses yang ditandai oleh adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Enco (2004:117) mendefinisikan pembelajaran sebagai aktualisasi kurikulum menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Dalam hal ini Enco juga menambahkan bahwa guru harus dapat mengambil keputusan dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulangi dulu pembelajaran yang lalu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, keterampilan menilai hasil-hasil belajar peserta didik, serta memilih dan menggunakan strategi atau pendekatan pembelajaran. Sudarsono dan Eveline dalam Siswandi (2008: 11), pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah (facilitated) pencapaiannya. Artinya, dalam kegiatan pembelajaran perlu dipilih strategi yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Hal ini menunjukkan bahwa dalam setiap kegiatan pembelajaran terlebih dahulu harus dirumuskan tujuan pembelajarannya. Tujuan pembelajaran tersebut harus bersifat “behavioral” atau berbentuk tingkah laku yang dapat diamati, dan “measurable” atau dapat diukur. Dapat diukur artinya dapat dengan tepat dinilai apakah tujuan
10
pembelajaran yang telah ditetapkan pada awal kegiatan pembelajaran dapat dicapai atau belum. Mohammad Asrori (2007: 6) menenjelaskan pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Dari proses komunikasi dua arah ini diharapkan terjadi perubahan perilaku pada diri peserta didik ke arah yang lebih baik. Mohammad dan Nurtain (1991/1992), pembelajaran adalah interaksi antara guru dengan seorang atau lebih peserta didik untuk mencapai tujuan sesuai dengan kurikulum yang berlaku, dengan kata lain pembelajaran adalah cara yang dipakai untuk mengerjakan yang diajarkan. Jadi pembelajaran adalah interaksi antara guru dengan seorang atau lebih peserta didik untuk mencapai tujuan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dengan perkataan lain, pengajaran adalah cara yang dipakai untuk mengajarkan kurikulum yang berlaku. Saylor (1981) menjelaskan bahwa “Instruction is thus the implementation of curiculum plan, usually, but not necessarily, involving teaching in the sense of student, teacher interaction in an educational setting”. Dalam hal ini, guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan pembelajaran harus dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang lalu.
11
Benny (2009:10) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam diri individu. Artinya, pembelajaran merupakan sesuatu yang khusus dari pendidikan yang melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir. Hal ini dapat dikatakan bahwa pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampun berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. Dimyati dan Mudjiono (1999) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Ini berarti bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Kenyataan inilah yang menyebabkan bahwa pengembangan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran adalah faktor penting, karena pembelajaran merupakan salah satu upaya guru mengembangkan kreativitas berfikir siswa.
12
2. Tujuan Pembelajaran Tujuan adalah sangat esensial, baik dalam rangka perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian. Tujuan penting dalam rangka sistem pembelajaran, yakni merupakan suatu komponen sistem pembelajaran yang menjadi tolak dalam merancang sistem yang efektif. Wina (2008:131) tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran tertentu. Hal ini sesuai yang dikemukakan Dick & Crey (dalam Wina, 2006) ‘the instructional goal is statement thet describes what it is that student will be able to do after they have completed insturction. Dalam kurikulum berorientasi pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran itu juga dapat diistilahkan dengan indikator hasil belajar. Artinya, apa hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Oemar (2004) menjelaskan bahwa secara khusus tujuan pembelajaran meliputi berikut ini. a. Untuk menilai hasil pembelajaran. Pengajaran dianggap berhasil jika siswa mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ketercapaian tujuan oleh siswa menjadi indikator keberhasilan sistem pembelajaran. b. Untuk membimbing siswa belajar. Tujuan-tujuan yang dirumuskan secara tepat berdayaguna sebagai acuan, arahan, pedoman bagi siswa dalam melakukan kegiatan belajar. c. Untuk merancang sistem pembelajaran. Tujuan-tujuan itu menjadi dasar dan kriteria dalam upaya guru memilih materi pelajaran, menentukan kegiatan belajar-mengajar, memilih alat dan sumber serta merancang prosedur penilaian. d. Untuk melakukan komunikasi dengan guru-guru lainnya dalam meningkatkan proses pembelajaran. Berdasarkan tujuan-tujuan itu terjadi komunikasi antara guru-guru mengenai upaya-upaya yang perlu dilakukan bersama dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tersebut.
13
e. Untuk melakukan kontrol terhadap pelaksanaan dan keberhasilan program pembelajaran. Dengan tujuan-tujuan itu, guru dapat mengontrol hingga mana siswa telah mencapai hal-hal yang diharapkan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah menilai hasil belajar, membimbing siswa belajar, merancang sistem pembelajaran, melakukan interaksi antara guru dan siswa, dan melakukan kontrol terhadap pelaksanaan dan keberhasilan program pembelajaran. Ini berarti bahwa pembelajaran intinya bertujuan untuk membimbing siswa dalam upaya mencapai keberhasilan program pembelajaran yang telah ditetapkan.
B. Kreativitas 1. Pengertian Kreativitas Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda, sehingga muncul pengertian yang
beragam.
Keragaman
ini
tergantung
pada
bagaimana
seseorang
mendefinisikannya, tidak satupun definisi yang dapat dianggap mewakili pemahaman yang beragam tentang kreativitas. Menurut Hernowo (2007: 25) kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta, daya cipta “perihal berkreasi” atau ide yang timbul secara spontan dan imajinatif, yang mencirikan hasil artistik penemuan ilmiah dan penciptaan baru, baik sama sekali baru bagi dunia ilmiah maupun relatif baru bagi individu sendiri, walaupun mungkin orang lain telah menemukan atau memproduksi sebelumya. Kreatif dalam pembelajaran merupakan salah satu bentuk kecerdasan yang menjadikan kemampuan yang dimiliki siswa. Siswa yang kreatif berarti memiliki kemampuan untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ditimbulkan
14
baik dari orang lain maupun dari diri sendiri. Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Utami Munandar (1999:47): Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana pelaksanaannya adalah pada kuantitas, ketepat gunaan dan keragaman jawaban. Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan. Kreativitas merupakan salah satu faktor yang ada dalam diri setiap individu yang dapat berkembang, sehingga perlu bagi seorang guru untuk meningkatkan dan mengembangkan kreativitas pada diri siswa dalam proses pembelajaran. Setiap anak pada dasarnya memiliki kreativitas, namun hal ini sering dilupakan guru dalam proses pembelajaran sehingga kreativitas tersebut tersembunyi dalam prilaku siswa yang lebih memili untuk diam saja. Anak-anak seperti yang dinyatakan Seto (2004:12) memiliki “kreativitas alamiah” yang tampak dari perilaku seperti sering bertanya, senang menjajaki lingkungan, tertarik untuk mencoba segala sesuatu, dan memiliki daya khayal yang kuat. Kreativitas perlu menjadi perhatian guru dalam proses pembelajaran, mengingat bahwa ada satu kecerdasan yang tersembunyi dari siswa yang kreatif. Kreativitas dalam pembelajaran yang ditunjukkan siswa dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh siswa selama proses pembelajaran, dan besarnya keingintahuannya terhadap sesuatu yang dianggapnya harus diketahui. Ciri-ciri lain yang ditunjukkan seseorang yang kreatif dalam belajar antara lain seperti yang dikemukakan Utami Munandar (1999:51):
15
Rasa ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan sebagai tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan atau untuk dikritik oleh orang lain, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, mempunyai rasa humor, ingin mencari pengalaman-pengalaman baru, dapat menghargai baik diri sendiri maupun orang lain dan sebagainya. Ada beberapa alasan pentingnya pengembangan kreativitas dalam diri siswa seperti yang dinyatakan Utami Munandar (1999:43) antara lain: Pertama: karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok tingkat tertinggi dalam hidup manusia. Kedua, kreativitas atau berfikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam- macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan, tetapi terlebih–lebih juga memberikan kepuasan kepada individu. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia menigkatkan kualitas hidupnya. Strategi-strategi yang dapat dilakukan guru dalam upaya membantu pengembangan kreativitas siswa secara efektif menurut Craft (2000:188) antara lain: 1. 2. 3. 4.
Menggunakan humor Membujuk individu-individu secara akrab Menyebut individu-individu dengan nama Secara umum harapan guru yang tinggi mencakup dorongan positf untuk memperoleh jawaban yang benar, dan 5. Membuat langkah cepat. Dalam usaha memperoleh pertanyaan dan jawaban yang ditimbulkan oleh siswa maka guru perlu memancing kreativitas siswa dengan
memberikan
rangsangan seperti penggunaan media. Dengan memanfaatkan media dalam proses pembelajaran maka proses kreatif dapat dilakukan oleh guru dan siswa.
16
Proses kreatif dalam diri siswa mengalir dalam lima tahap (DepPorter, 2002;301) yaitu: 1. 2. 3. 4.
Persiapan mendefenisikan masalah, tujuan atau tantangan Inkubasi,mencerna faktor-faktor dan mengolahnya dalam pikiran Illuminasi, mendesak kepermukaan,gagasan bermunculan Verifikasi, memastikan apakah solusi itu benar-benar memecahkan masalah 5. Aplikasi, mengambil langkah-langkah untuk menindak lanjuti solusi tersebut. Dalam pengajuan pertanyaan dalam proses pembelajaran, guru perlu untuk tidak menanyakan apa dan bilamana, namun dengan mengajukan pertanyaan mengapa, bagaimana, dengan alasan apa, dan sebagainya, sehingga kreativitas siswa dapat berkembang. Pertanyaan seperti itu akan merangsang siswa untuk menjawab lebih dari satu kata,sehingga akan lebih memotivasi daya fikir siswa dalam menjawab pertanyaan guru. Untuk menjadikan siswa kreatif, guru harus merencanakan pembelajaran dengan memanfaatkan penggunaan metode dan media yang membuat anak bisa menelusuri, membahas, berimajinasi, sehingga proses kreativitas yang ada pada siswa dapat bertambah optimal. Berdasarkan uraian pendapat di atas disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menemukan dan menciptakan sesuatu hal yang baru, cara-cara baru, model baru yang berguna bagi dirinya dan bagi orang lain. Jika dikaitkan dengan pengembangan kreativitas siswa di sekolah, maka dapat dikatakan bahwa pengembangan kreativitas siswa adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru untuk menemukan dan menciptakan sesuatu hal yang
17
baru, cara-cara baru, model baru dalam pembelajaran agar siswa menjadi kreatif, bukan membuat siswa menerima saja yang diajarkan guru.
2. Ciri Siswa yang Kreatif Salah satu asumsi tentang kreativitas adalah bahwa setiap orang memiliki kemampuan kreatif dengan tingkat yang berbeda-beda. Tidak ada orang yang sama sekali tidak mempunyai kreativitas. Setiap orang mempunyai potensi kreatif, dan hal ini bisa dikembangkan dan dipupuk. Piers (dalam Nana, 2004:84) menjelaskan “All individuals are creative in diverse ways and different degrees”. Tinggi rendahnya kreativitas yang dimiliki oleh seseorang sangat ditentukan oleh intelegensi, bakat minat, sikap, motivasi dan unsur-unsur kepribadian lainnya. Torrance (dalam Mudjiran, 2005) mengemukan sejumlah karakteristik siswa yang kreatif, yaitu: (a) bekerja dengan diwarnai humor, tidak kaku atau tegang, dan diwarnai oleh permainan; (b) mau mencoba mengerjakan tugas-tugas yang sulit; (c) memiliki perhatian yang kuat dalam jangka waktu panjang, dapat memusatkan perhatian, dan memiliki minat yang kuat; (d) mampu mengemukakan ide-ide yang baru dan melakukan kegiatan yang imajinatif; (e) lebih sensitif dan kurang tergantung pada orang lain; dan (f) tidak begitu terikat dalam kelompok kelas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, siswa yang kreatif mempunyai rasa humor, menyukai suatu tantangan, melakukan sesuatu dengan sungguhsungguh, memiliki ide-ide baru dan imajinatif, dan lebih suka bekerja secara mandiri. Utami (1992) mengemukakan beberapa ciri sikap kreatif, seperti: (a) mempunyai kepercayaan diri; (b) terbuka terhadap pengalaman baru dan luar
18
biasa; (c) luwes dalam berfikir dan bertindak; (d) bebas dalam mengekspresikan diri; (e) dapat mengapresiasi fantasi; (f) berminat pada kegiatan-kegiatan kreatif; dan (g) percaya pada gagasan sendiri dan mandiri. Artinya, siswa yang kreatif akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi, terbuka terhadap suatu perubahan, berfikir dan bertindak secara
bijaksana,
mempunyai kebebasan dalam
mengungkapkan ide dan imajinasinya, dan menyenangi suatu pekerjaan yang penuh tantangan serta percaya melakukannya dengan baik secara mandiri. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang kreatif dapat dilihat apakah ciri-ciri atau karakteristik tersebut di atas melekat pada siswa. Kalau ada, dapat dikatakan siswa itu kreatif, sebab ia memiliki antara lain: rasa ingin tahu yang besar, memiliki kepercayaan diri, memiliki keterbukaan terhadap pengalaman baru, fleksibel dalam berfikir dan bertindak, kritis terhadap pendapat orang lain, dan sebagainya.
C. Pengembangan Kreativitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran Dalam proses pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Pendapat ini sejalan dengan yang dikemukakan Bruner (dalam Syaiful, 2005), bahwa perlu adanya teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas. Menurut pandangan Bruner, teori belajar itu bersifat deskriptif, sedangkan teori pembelajaran itu preskriptif. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kreativitas siswa bisa dikembangkan dengan
19
penciptaan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya. Menurut Nana (2004) pengembangan kreativitas dapat dilakukan melalui proses belajar diskaveri/inkuiri dan belajar bermakna, dan tidak dapat dilakukan hanya dengan kegiatan belajar yang bersifat ekspositori, karena inti dari kreativitas adalah pengembangan kemampuan berpikir divergen dan bukan berpikir konvergen. Dijelaskan juga oleh Nana bahwa berpikir divergen adalah proses berpikir melihat sesuatu masalah dari berbagai sudut pandangan, atau menguraikan sesuatu masalah atas beberapa kemungkinan pemecahan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam mengembangkan kreativitas siswa, guru perlu menciptakan proses pembelajaran yang banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah, melakukan percobaan, mengembangkan gagasan atau konsep-konsep siswa sendiri. Situasi ini menuntut pula sikap yang lebih demokratis, terbuka, bersahabat, dan percaya kepada siswa. Enco (2005) menjelaskan bahwa sebagai orang yang kreatif, guru menyadari
kreativitas merupakan yang universal dan oleh karena itu semua
kegiatannya ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran diri itu. Guru sendiri adalah seorang kerator dan motivator, yang berada di pusat proses pendidikan. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilainya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja.
20
Gowan (dalam Semiawan, 2002:61) menjelaskan bahwa proses kreativitas dalam perkembangan ilmu, menyorot dari fungsi secara total manusia. Yang mana fungsi otak manusia tersebut terlibat pada saat terjadinya kreativitas.. Artinya, untuk mengembangkan kreativitas siswa dalam pembelajaran, seorang guru harus memiliki kecakapan, keterampilan, dan motivasi yang tinggi sehingga menciptakan suasana belajar yang dapat melibatkan fungsi otak dan suasana belajar yang kondusif. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir
siswa,
serta
dapat
meningkatkan
kemampuan
mengkonstruksi
pengetahuan baru sebagai upaya penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Oleh sebab itu, pengembangan kreativitas siswa dapat dilakukan melalui proses pembelajaran melalui lingkungan belajar yang kondusif bagi kreativitas siswa.
1. Pedoman Pengajaran untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa Mengingat hierarki hasil belajar di bidang kognitif kreativitas berada pada tingkat akhir, maka untuk mencapainya harus dimulai dari pengajaran pada tingkat-tingkat sebelumnya, dengan perkataan lain pengajaran harus menyeluruh untuk semua tingkat. Beberapa pedoman pengajaran yang dapat mengembangkan kreativitas siswa akan dijelaskan berikut ini.
21
a. Mengajarkan Informasi/Pengetahuan Menurut Slameto (1995:148), dalam mengajarkan informasi/pengetahuan untuk mengembangkan kreativitas siswa, guru perlu memperhatikan pedomanpedoman seperti berikut ini. 1) Rumuskanlah tujuan dalam bentuk informasi fakta yang seharusnya diketahui siswa sesudah pengajaran selesai. Selain itu juga, harus diputuskan apakah periode pengajaran itu direncanakan supaya semua siswa mencapai hasil belajar yang sama tingkatannya atau mereka didorong untuk memperoleh hasil belajar yang berbeda-beda. 2) Nilailah kesiapan siswa untuk mempelajari informasi fakta. Dari hasilhasil pretes akan diketahui tingkat pengetahuan siswa sekarang, karena merupakan petunjuk tentang kesiapannya untuk mengikuti program pembelajaran sekarang. 3) Tentukanlah mata pelajaran tertentu yang harus dipelajari siswa serta bahan-bahan pengajaran yang berhubungan. Dalam beberapa situasi guru akan mengambil inisiatif untuk menentukan bahan pengajaran, sedangkan dalam situasi-situasi lain siswa akan mengambil tanggung jawab banyak dalam hal itu. 4) Aturlah (organisasikanlah) kegiatan guru dan siswa untuk meningkatkan belajar, seperti: a) tolonglah siswa untuk mengenal unit-unit belajar yang tepat; b) tolonglah siswa untuk mengenal hubungan-hubungan yang bermakna; c) susunlah bahan pelajaran menurut urutan yang tepat; dan d)
22
aturlah dan berilah kesempatan kepada siswa-siswa untuk mempraktekkan pengetahuan yang telah dimiliki. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mengajarkan informasi/pengetahuan ada beberapa pedoman pengajaran yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan kreativitas siswa. Adapun pedoman-pedoman tersebut meliputi: merumuskan tujuan dalam bentuk informasi fakta yang seharusnya diketahui siswa sesudah pengajaran selesai, menilai kesiapan siswa untuk mempelajari informasi fakta, menentukan pelajaran dan materi pelajaran yang saling berhubungan, serta mengatur kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan. b.
Mengajarkan Konsep Prinsip-prinsip untuk mempelajari konsep, seperti halnya mempelajari
informasi fakta dinyatakan sebagai kondisi-kondisi atau pekerjaan yang dapat dilaksanakan oleh seseorang siswa untuk memudahkannya dalam mempelajari konsep-konsep. Pararel dengan itu dikemukakan petunjuk-petunjuk untuk membantu guru mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, penguasaan informasi adalah penting untuk mempelajari konsep dan informasi tentang konsep serta penerapannya dapat diperoleh melalui membaca dan mempelajari bahan-bahan tertulis. Slameto (1995:151) menjelaskan bahwa pedoman dalam pengajaran konsep dijelaskan sebagai berikut: 1) berilah tekanan pada sifat-sifat konsep; 2) kembangkanlah terminologi yang tepat untuk konsep-konsep, sifat-sifat dan contoh-contoh; 3) tunjukkanlah hakikat konsep dengan menggunakan macam-macam cara untuk menerangkan konsep tersebut; 4) susunlah dengan sebaik-baiknya urutan contoh-contoh konsep;
23
5) berilah kesempatan kepada para siswa-siswa untuk melakukan penemuan sendiri; 6) berilah kesempatan kepada para siswa untuk menerapkan konsepkonsep; 7) berilah dorongan kepada siswa untuk menilai sendiri konsep yang telah diperolehnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mengajarkan konsep,
ada
beberapa
pedoman
yang
perlu
diperhatikan
guru
untuk
mengembangkan kreativitas siswa. Adapun pedoman-pedoman tersebut meliputi: memberikan tekanan pada sifat-sifat konsep, mengembangkan terminologi yang sesuai, memberikan petunjuk hakikat konsep dengan berbagai cara dan menyusunnya secara berurutan, dan memberikan kesempatan kepada siswa dalam melakukan penemuan dan menerapkan konsep-konsep, serta mendorong siswa untuk menilai sendiri konsep yang telah diperolehnya. c. Mengajarkan Kreativitas Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembentukan keterampilan memecahkan masalah-masalah berlaku pula untuk pembentukan kreativitas siswa. Slameto (1995:152) menjelaskan, guru dapat menolong siswa mengembangkan keterampilan memecahkan masalah-masalah dan sekaligus mengembangkan kreativitas melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1) menolong siswa mengenal masalah-masalah untuk dipecahkan; 2) menolong siswa menemukan informasi, pengertian-pengertian, asasasas, dan metode-metode yang perlu untuk memecahkan masalah; 3) menolong siswa merumuskan dan membatasi masalah-masalah; 4) menolong siswa mengolah dan kemudian menerapkan informasi, pengertian, asas-asas, dan metode-metode itu pada masalah tersebut untuk memperoleh kemungkinan-kemungkinan pemecahan. 5) mendorong siswa merumuskan dan menguji hipotesis-hipotesis itu untuk memperoleh pemecahan masalah; 6) mendorong siswa mengadakan penemuan dan penilaian sendiri secara bebas.
24
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa dalam mengajarkan kreativitas, langkah-langkah harus diperhatikan guru adalah menolong siswa mengenal, mengolah dan kemudian menerapkan masalah-masalah untuk dipecahkan, menemukan informasi, pengertian-pengertian, asas-asas, dan metodemetode yang perlu untuk memecahkan masalah, dan mendorong siswa merumuskan dan menguji hipotesis-hipotesis serta penilaian sendiri secara bebas. Slameto (1995:156) menjelaskan bahwa teknik-teknik yang dapat digunakan untuk mengembangkan kreativitas siswa dalam pengajaran adalah melalui pendekatan “inquiry” (pencaritahuan), menggunakan teknik-teknik sumbang saran (brain storming), memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif, dan meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media. Semua teknik ini akan dijelaskan sebagai berikut. a. Melakukan Pendekatan “Inquiry” (Pencaritahuan) Pendekatan ini memungkinkan siswa menggunakan semua proses mental untuk menemukan konsep atau prinsip ilmiah. Pendekatan ini banyak memberikan keuntungan, antara lain meningkatkan fungsi inteligensi, membantu siswa belajar melakukan penelitian, meningkatkan daya ingat, mengindari proses belajar secara menghafal, mengembangkan kreativitas, meningkatkan aspirasi, membuat proses pengajaran menjadi “student centered” sehingga dapat membantu lebih baik ke arah pembentukan konsep diri, dan memberikan lebih banyak kesempatan bagi siswa untuk menampung serta memahami informasi.
25
b. Menggunakan Teknik-teknik Sumbang Saran (Brain Storming) Di dalam pendekatan ini, suatu masalah dikemukakan dan siswa diminta untuk mengemukakan gagasan-gagasannya. Apabila keseluruhan gagasan telah dikemukakan, siswa diminta meninjau kembali gagasan-gagasan tersebut, dan menentukan gagasan mana yang akan digunakan dalam pemecahan masalah tersebut. c. Memberikan Penghargaan Bagi Prestasi Kreatif Penghargaan yang diterima akan mempengaruhi konsep diri siswa secara positif yang meningkatkan keyakinan diri siswa. Torrance (dalam Slameto, 1995) memperkenalkan lima prinsip cara guru dalam memberikan penghargaan bagi tingkah laku kreatif siswa, yaitu: a) menaruh respek terhadap pertanyaanpertanyaan yang jarang terjadi; b) menaruh respek terhadap gagasan yang kreatif, imajinatif; c) menunjukkan pada siswa bahwa gagasan mereka memiliki nilai; d) membiarkan siswa sekali-sekali melakukan sesuatu sebagai latihan tanpa ancaman akan dinilai; dan e) menghubungkan penilaian dengan penyebab dan konsekuensi. d. Meningkatkan Pemikiran Kreatif melalui Banyak Media Sasaran pengajaran dan kurikulum perlu dianalisis untuk mengetahui fungsi-fungsi mental apa yang dituju dalam pengajaran. Dalam hal ini, penggunaan media secara bervariasi memungkinkan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas siswa. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada 4 (empat) teknik yang
dapat
digunakan
guru
dalam
mengembangkan kreativitas siswa.
proses
pembelajaran
yang
dapat
yang harus diperhatikan guru dalam
26
mengembangkan kreativitas siswa. Faktor-faktor tersebut meliputi sikap individu, kemampuan dasar yang diperlukan, dan teknik-teknik yang digunakan. Teknikteknik
tersebut
adalah
melalui
pendekatan
“inquiry”
(pencaritahuan),
menggunakan teknik-teknik sumbang saran (brain storming), memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif, dan meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media. 2. Lingkungan Belajar yang Kondusif untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa dalam belajar Secara umum guru diharapkan menciptakan kondisi belajar yang kondusif, yang memungkinkan setiap siswa dapat mengembangkan kreativitasnya. Taylor (dalam Enco,2005:127) menjelaskan beberapa upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif guna mengembangkan kreativitas siswa sebagai berikut: a) menilai, menghargai siswa yang berpikir kreatif, dan mengajar bagaimana menguji setiap gagasan secara sistematis; b) membantu anak menjadi lebih peka terhadap rangsangan dari lingkungan, memberanikan anak untuk memanipulasi benda-benda (obyek) dan ide-ide; c) mengajar bagaimana menguji setiap gagasan secara sistematis dan mengembangkan rasa toleransi terhadap gagasan baru; d) berhati-hati dalam memaksakan suatu pola atau contoh tertentu, mengembangkan iklim kelas yang kreatif, dan mengajar keterampilan anak untuk menilai berpikir kreatif; e) mengajar keterampilan anak untuk menghindari atau menguasai sanksisanksi teman sebaya tanpa pengorbanan kreativitas mereka; f) memberikan informasi tentang proses kreativitas dan meningkatkan perasaan kagum terhadap karya-karya besar; g) memberanikan dan menilai kegiatan belajar berdasarkan inisiatif sendiri; h) menciptakan kondisi yang diperlukan untuk berpikir kreatif dan menyediakan waktu untuk suatu keaktivan dan ketenangan; i) menyediakan sumber untuk menyusun gagasan-gagasan dan mendorong kebiasaan untuk menyusun implikasi ide-ide.
27
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa lingkungan belajar yang dapat mengembangkan kreativitas siswa adalah lingkungan belajar yang memberikan partisipasi tinggi terhadap siswa dalam mengembangkan semua keterampilan dan pengetahuannya, berdasarkan bakat dan ide-ide yang dimiliki masing-masing siswa. Dalam hal ini, guru hanya menjadi pendorong, memfasilitasi, dan merangsang siswa agar mampu mengembangkan semua ide-ide yang dimilikinya ke arah yang benar. Torrance (dalam Mudjiran, 2005:71) menjelaskan bahwa kondisi belajar yang kondusif untuk mengembangkan kreativitas siswa adalah: a) memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk berperilaku kreatif; b) memperlihatkan respek pada pertanyaan, ide, dan solusi yang tidak biasa; c) perlihatkan pada siswa bahwa ide mereka bernilai; d) ciptakan bentuk suasana belajar yang tidak ada perlakuan dan tidak ada penilaian; e) hindari kritik penilaian teman sebaya dan berikan pengalamanpengalaman yang membimbing sensitivitas/perasaan untuk mendukung lingkungan; f) hindari memberikan contoh-contoh atau model yang membentuk berpikir; g) kadang-kadang mengorganisir kelompok kecil sesuai kemampuan; dan h) kurikulum dan jadwal yang fleksibel. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa kondisi lingkungan belajar yang kondusif untuk mengembangkan kreativitas siswa adalah kondisi belajar yang memberikan kesempatan kepada siswa yang luas dalam mengemukakan berbagai permasalahan dan penemuan pemecahannya, dalam hal ini guru lebih membimbing siswa berdasarkan pendekatan perasaan. Selain itu juga, guru harus menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa berpikir kreatif, dan menghindari
28
hal-hal yang dapat menyebabkan siswa terasa malu dan minder dari siswa yang lain.
D. Penelitian yang Relevan 1. Rachmy Diana Mucharam, Thesis, 2002. UIN. Mengembangkan Kreativitas Dalam Perspektif Psikologi Islam. Dalam penelitiannya menghubungkan tingkat keberagamaan dengan kreativitas siswa. Subjek yang diteliti adalah siswa yang beragama Islam, dengan objek penelitian SMU Negeri III Sukabumi. Hasil penelitiannya menyimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat keberagamaan dengan kretivitas siswa. 2. Conny A. Raturandang, Thesis, 1996. IKIP. Peranan Metode Belajar Dalam Pengembangan Kreativitas Anak. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas V, dengan objek penelitian SD Negeri di Ciganjur. Temuannya menyimpulkan bahwa metode belajar yang tepat dapat meningkatkan kreativitas siswa. 3. Fachruddin, Thesis, 1996. IKIP. Tingkat Kreativitas Siswa Ditinjau Dari Pola Asuh Orang Tua. Dengan mengambil subjek siswa sekolah dasar negeri. Objek penelitiannya adalah SDN 09 Pagi Duren Tiga Jakarta Selatan. Temuan penelitiannya menyimpulkan bahwa pola asuh orang tua berpengaruh signifikan terhadap tingkat kreativitas anak. 4. Dedi, Disertasi, 1989. IKIP. Kreativitas dan Orang-orang Kreatif dalam Lapangan Keilmuan. Subjek yang diteliti adalah guru sekolah menengah di Bandung. Temuan penelitiannya menyimpulkan bahwa upaya bantuan yang dapat dilakukan guru dalam membimbing perkembangan kreativitas siswa adalah menciptakan rasa aman kepada siswa untuk mengekspresikan
29
kreativitasnya, mengakui dan menghargai gagasan-gagasan siswa yang berperan sebagai pendorong bagi siswa untuk mengkomunikasikan dan mewujudkan gagasan-gagasannya, membantu siswa memahami divergensinya dalam berpikir dan bersikap dan bukan menghukumnya, memberikan peluang untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasannya, dan memberikan informasi mengenai peluang-peluang yang ada. 5. P3K, Laporan Penelitian, 1976. Salatiga. Kreativitas Guru-Guru Lulusan SPG Kurikulum 1976 yang tersebar di seluruh Indonesia. Temuan penelitian ini menyimpulkan bahwa pada umumnya guru-guru lulusan SPG Kurikulum 1976 memiliki kreativitas yang rendah (inisiatif, kepekaan, sumbangan ide/pikiran, kepemimpinan, serta tanggung jawabnya dalam pekerjaan adalah rendah.
E. Kerangka Konseptual Kreatifitas adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menemukan dan menciptakan sesuatu hal yang baru, cara-cara baru, model baru yang berguna bagi dirinya dan bagi orang lain. Jika dikaitakan dengan pengembangan kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa pengembangan kreatifitas siswa adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru untuk menemukan dan menciptakan sesuatu hal yang baru, cara-cara baru, model baru dalam pembelajaran agar siswa menjadi kreatif, bukan membuat siswa menerima saja yang diajarkan guru. Pengembangan kreatifitas dapat dilakukan melalui proses pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir divergen dan bukan berpikir
30
konvergen. Berpikir divergen adalah proses berpikir melihat sesuatu masalah dari berbagai sudut pandangan, atau menguraikan sesuatu masalah atas beberapa kemungkinan pemecahan. Untuk mengembangkan kemampuan demikian, guru perlu menciptakan proses pembelajaran yang banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah, melakukan percobaan, mengembangkan gagasan atau konsep-konsep siswa sendiri. Situasi demikian menuntut pula sikap yang lebih demokratis, terbuka, bersahabat, dan percaya kepada siswa. Mengembangkan kreativitas siswa perlu didukung oleh lingkungan belajar yang kondusif untuk melahirkan prestasi kreatif bagi siswa. Artinya, untuk mengembangkan kreativitas siswa dalam pembelajaran, seorang guru harus memiliki kecakapan, keterampilan, dan motivasi yang tinggi menciptakan suana belajar yang kondusif. Suana belajar yang kondusif ini memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah secara sistematis, menghadapi bermacam tantangan dengan cara yang terorganisasi, merumuskan pertanyaan yang inovatif, dan merancang solusi orisinal. Pembelajaran adalah sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Oleh sebab itu, pengembangan kreativitas siswa dapat dilakukan melalui proses pembelajaran maupun melalui lingkungan belajar yang kondusif bagi kreativitas siswa. Gambaran kerangka konseptual pengembangan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat pada bagan berikut ini. .
31
Pengembangan Kreativitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran
Proses Pembelajaran - Pendekatan Pengajaran - Teknik-teknik Pengajaran Lingkungan Belajar Kondusif bagi Kreativitas Siswa
Reaksi Siswa Kreatif dalam Proses Pembelajaran
Gambar 1. Bagan Kerangka Konseptual Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian Berdasarkan Kriteria kemudahan dalam memasuki situasi sosial, maka pemilihan lokasi di di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Provinsi Riau menjadi pilihan bagi peneliti. Peneliti adalah guru SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Provinsi Riau, sehingga peneliti mudah memasukinya, tidak begitu kentara jika dilakukan penelitian terhadap situasi itu, apalagi izin untuk melakukan penelitian dapat diperoleh dan aktivitas dapat terjadi secara berulang. Selain pertimbangan kemudahan memasuki situasi sosial, peneliti berkeyakinan bahwa hasil penelitian ini akan sangat berguna bagi peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Provinsi Riau. B. Informan Penelitian Peneliti akan mewancarai orang-orang yang dianggap berpotensi untuk memberikan informasi. Guru adalah sumber utama informasi yang akan diolah dalam penelitian ini. Pengembangan informan menggunakan prinsip bola salju (snow ball), artinya informan penelitian tetap akan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penelitian dan akan berakhir setelah tidak ditemukan lagi indikasi munculnya informasi baru. Dalam pemilihan informan, peneliti menetapkan kriteria sebagai berikut: (1). Guru dan siswa yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran, (2). Subjek merupakan orang yang dipandang aktif, dan mengenal dengan baik lingkungan SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Provinsi Riau. (3). Kemudian subjek bersedia dan memiliki waktu untuk dimintai informasi. 32
33
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai berikut: 1. Pengumpulan data melalui observasi Observasi dilakukan dengan mengamati langsung subjek penelitian, yakni guru SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Provinsi Riau dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Dalam hal ini peneliti menggunakan observasi partisipasi (participation observation) yaitu langsung ke tempat lokasi penelitian yaitu SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Namun, peneliti menggunakan partisipasi pasif, dimana peneliti lebih menonjol sebagai peneliti atau pengamat disuatu sistem sosial. 2. Wawancara Pengumpulan data juga dilakukan dengan wawancara, karena tidak semua data yang dibutuhkan dapat diperoleh melalui kegiatan observasi. Dalam hal ini peneliti mengajukan pertanyaan kepada informan sesuai dengan data yang dibutuhkan. Ada dua alasan peneliti menggunakan wawancara. Pertama, dengan wawancara peneliti dapat menggali yang apa saja yang diketahui dan yang dialami seorang atau objek yang diteliti. Kedua, yang akan ditanya kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang, dan juga yang akan datang. Wawancara peneliti lakukan terhadap informan, seperti: Guru, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan siswa. Kegiatan wawancara peneliti lakukan diruangan kelas pada waktu istirahat, kantor, ruangan kepala sekolah, dan tempattempat lain sesuai situasi dan konteks pembicaraan.
34
Agar wawancara tetap berlangsung dalam konteks permasalahan, maka peneliti melakukannya dengan langkah-langkah yang dikemukakan
dalam
Lincoln dan Guba (dalam Sanapiah, 1990:36) sebagai berikut: (1). Menetapkan kepada siapa wawancara tersebut dilakukan (2). Menyiapkan pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan (3). Mengawali atau membuka alur wawancara (4) Melangsungkan alur wawancara (5). Menginformasikan ikhtiar hasil wawancara dan mengakhirinya (6). Menuliskan hasil wawancara kedalam catatan lapangan (7). Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh. 3. Dokumentasi Untuk melengkapi data penelitian ini peneliti juga menggunakan data dokumentasi, seperti: persiapan atau rencana pembelajaran yang disusun guru , hasil-hasil penelitian, absensi guru, dokumen sekolah dan dukumen lainya yang berkaitan dengan penelitian ini. D. Teknik Menjamin Keabsahan Data Peneliti akan melakukan teknik penjamin keabsahan data dengan mengadaptasi teknik yang dikemukakan Moleong (1989:327). Terdapat beberapa kriteria yang diperiksa dengan satu atau beberapa teknik pemeriksaan tertentu, yang diiktisarkan sebagai berikut: 1. Perpanjangan keikutsertaan, berarti peneliti tinggal di lapangan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Melalui perpanjangan keikutsertaan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan terhadap data yang dikumpulkan;
35
2. Ketekunan pengamatan, berarti peneliti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci; 3. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau berbagai pembanding terhadap data. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin (dalam Moleong, 1989) mengemukakan empat macam teriangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. 4. Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi. Teknik ini dilakukan dengan cara mengekpos hasil sementara yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan teman-teman sejawat. Hal ini bermaksud agar peneliti dapat mempertahankan sikap terbuka dan jujur, peneliti juga dapat menguji hipotesis kerja yang muncul dalam pemikiran peneliti. 5. Analisis kasus negatif. Teknik ini dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan peneliti, dan mengggunakannya sebagai bahan pembanding. 6. Pengecekan anggota, ini sangat perlu dilakukan untuk memberikan reaksi pandangan dan situasi mereka sendiri terhadap data yang telah diperoleh
36
peneliti. Yang dicek meliputi data, kategori analitis, penafsiran, dan kesimpulan. 7. Uraian
rinci.
Peneliti
bertanggungjawab
terhadap
penyediaan
dasar
secukupnya yang memungkinkan seseorang merenungkan suatu aplikasi pada penerima, sehingga memungkinkan adanya perbandingan. Dengan demikian, peneliti harus melaporkan hasil penelitian seteliti dan secermat mungkin. 8. Auditing, yaitu konsep bisnis, khususnya di bidang fiskal, yang dimanfaatkan untuk memeriksa ketergantungan dan kepastian data. Hal ini dilakukan baik terhadap proses maupun terhadap hasil atau keluaran.
E. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data peneliti akan menggunakan urutan teknik analisis yang dikemukakan Spradley (1980), sebagai berikut: 1. Langkah-langkah analisis domain: (1) memilih satu hubungan semantik; (2) mempersiapkan satu lembar kerja analisis domain; (3) mencari istilah pencakup dan tercakup yang memungkinkan dan sesuai dengan hubungan; (4) memformulasikan pertanyaan struktural untuk masing-masing domain; (5) membuat daftar untuk semua domain yang dihipotesiskan. 2. Langkah-langkah analisis taksonomi: (1) memilih sebuah domain untuk analisis taksonomi; 2) mengidentifikasi kerangka substansi yang tepat; (3) mencari subset yang memungkinkan di antara beberapa istilah tercakup; (4) mencari domain lebih besar, lebih inklusif yang dapat masuk sebuah subset yang
sedang
dianalisis;
(5)
membuat
taksonomi
sementara;
(6)
memformulasikan pertanyaan struktural untuk membuktikan berbagai
37
hubungan taksonomi dan memperoleh berbagai istilah; (7) melakukan wawancara struktural tambahan; dan (8) membuat sebuah taksonomi lengkap. 3. Langkah-langkah analisis komponensial: (1) memilih domain untuk analisis; (2) menginvetarisir seluruh kontras yang telah dikemukakan sebelumnya; (3) menyiapkan lembar paradigma; (4) mengidentifikasi dimensi kontras yang memiliki dua nilai; (5) menggabungkan dimensi kontras yang berkaitan erat menjadi satu yang mempunyai dua nilai; (6) mempersiapkan pertanyaan kontras untuk ciri yang tidak ada; (7) mengadakan pengamatan untuk menemukan informasi yang hilang; dan (8) mempersiapkan paradigma yang lengkap. 4. Langkah-langkah analisis tema. Analisis tema dilakukan dalam upaya untuk menemukan tema budaya dari situasi sosial yang diteliti berdasarkan analisis komponensial yang berkenaan dengan proses penelitian yang dilakukan di tempat penelitian. Analisis tema dilakukan untuk mencari batasan yang menyatukan lintas domain yang ditemukan dalam penelitian. Tema budaya akan peneliti ungkapkan sebagai suatu pernyataan. Pernyataan ini biasanya juga disebut sebagai kaedah kognitif. Strategi yang peneliti gunakan untuk menemukan tema, yaitu: (1) benar-benar tenggelam dalam adegan budaya selama melakukan penelitian; (2) melakukan analisis komponensial untuk seluruh ranah merupakan strategi lain bagi peneliti untuk mengidentifikasi tema-tema; (3) satu perspektif yang lebih luas akan dapat dicapai dengan jalan mencari ranah yang lebih besar.
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru adalah salah satu SMK yang sangat diminati masyarakat setiap tahun ajaran baru. Hal ini disebabkan faktor letak sekolah yang berada ditengah-tengah pusat kota pekanbaru, juga disebabkan faktor transportasi yang mudah dijangkau dari semua arah. Faktor lain yang juga menunjang ketertarikan orang tua/wali murid untuk menyekolahkan anaknya di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru adalah ketersediaan sarana penunjang proses pembelajaran yang memadai. 1. Letak geografis SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru SMK Negeri 3 Kota pekanbaru terletak dijalan Dr. Sutomo No. 110 fax.62.0761.23225 Kecamatan Sail Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Sekolah ini didirikan pada tahun 1967 diatas areal tanah seluas 11.820 meter dengan status tanah bangunan kepemilikan pemerintah. Secara geografis SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru sebelah barat berbatas dengan kantor perdagangan sebelah timur berbatas dengan jalan suka terus, sebelah utara berbatas dengan asrama pancasila, dan sebelah selatan berbatas dengan jalan Suka Terus. Kondisi ini jelas menunjukkan bahwa keberadaan SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru berada pada daerah yang ramai penduduknya. Dilihat dari kondisi letak geografis SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru. Ini merupakan salah satu faktor pendukung bagi guru mengembangkan kreativitas SMK Negeri Kota Pekanbaru. Hal ini disebabkan letak sekolah yang berada
38
39
dipusat perkotaan yang
memungkinkan guru-guru untuk
menambahkan
pengetahuan dan keterampilannya diluar sekolah, seperti mencari buku-buku penunjang dalam melaksanakan tugas ditoko-toko buku maupun diperpustakaan daerah. Selain itu juga, guru dapat bekerja dengan disiplin dan motivasi yang tinggi, karena ketersediaan sarana transportasi yang lengkap serta keberadaan sekolah yang didaerah perkotaan, hal ini jelas akan menambah motivasi kerja guru SMK Negeri 3 dalam mengajar. 2. Struktur Organisasi Sekolah SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru dikepalai oleh seorang kepala sekolah dibantu oleh 4 orang wakil kepala sekolah dan 77 orang guru. Gambaran struktur organisasi sekolah SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru dapat dilihat pada lampiran 6. Setiap personil memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing Suryo Subroto (2004:182). Adapun uraian tugas setiap personil akan diuraikan sebagai berikut ini: a. Kepala Sekolah Kepala Sekolah adalah orang yang bertanggung jawab penuh terhadap lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Begitu juga dengan kepala sekolah SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru, kepala sekolah bertugas dan bertanggung jawab secara keseluruhan bidang pengelolaan yang berkenaan dengan mengelola administrasi kesiswaan, mengelola administrasi kepegawaian, mengelola administrasi program pengajaran/kurikulum, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola
40
administrasi keuangan, mengelola administrasi tata usaha, mengelola administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat, dan mengelola lingkungan sekolah. b. Wakil Kepala Sekolah Wakil Kepala Sekolah bertugas membantu kepala sekolah dalam urusan kurikulum, kesiswaan, sarana dan prasarana, serta hubungan sekolah dengan masyarakat. c. Kepala Tata Usaha Kepala Tata Usaha bertugas melaksanakan bidang ketatausahaan sekolah dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah didalam kegiatan penyusunan program kerja tata usaha sekolah, pengelolaan keuangan sekolah, pengurusan administrasi ketenagaan dan siswa, pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah., penyusunan administrasi perlengkapan sekolah, penyusunan dan pengujian data/statistik sekolah, dan penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan mengurus ketatausahaan secara berkala. d. Guru Bidang Studi/ Mata Pelajaran Guru bertanggung jawab terhadap kepala sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan PBM secara efektif dan efisien. Tugas tanggung jawab seorang guru meliputi menyusun program pengajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan penilaian, proses belajar, ulangan harian mid semester, ujian akhir, melaksanakan analisis hasil ulangan harian, menyusun dan melaksanakan program perbaikan, mengisi daftar nilai siswa, melaksanakan kegiatan membimbing, membuat alat pelajaran/peraga/media pembelajaran, menumbuh kembangkan sikap menghargai karya seni, mengikuti kegiatan
41
pengembangan dan kemasyarakatan kurikulum, melaksanakan tugas tertentu disekolah, mengadakan perkembangan program pengajaran yang menjadi tanggung jawab, membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa mengisi dan meneliti daftar hadir siswa, sebelum memulai pelajaran, mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang praktek, mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkat guru. e. Guru Produktif/Praktek Tugas guru Praktek/Produktif sama dengan tugas guru bidang studi/mata pelajaran. Tambahan tugas guru praktek disamping tugas guru bidang studi adalah membina siswa dan melatih didalam tugas-tugas prakteknya. Apabila siswa akan praktek, terlebih dahulu guru memberikan teori, agar siswa dapat lebih mengerti sebelum mempraktekkannya. Guru praktek memberi nilai berdasarkan hasil kerja siswa. Misalnya, siswa jurusan tata boga akan mengolah brownis kukus. Sebelum praktek, siswa harus tahu apa bahan-bahan yang diperlukan, kemudian cara pengolahannya. Setelah siswa diberitahu, maka siswa mengolahnya. Guru memberi nilai berdasarkan hasil produk olahan brownis kukus. f. Guru Kelas/Wali kelas Wali Kelas membantu kepala sekolah dalam kegiatan pengelolaan kelas, penyelenggaraan administrasi kelas meliputi menyusun perbuatan statistik bulanan siswa, pengisian daftar kumpulan nilai siswa, pembuatan catatan khusus tentang siswa, pencatatan mutasi siswa, pengisian buku disiplin siswa, pengisian buku laporan penilaian hasil belajar, dan pembagian buku laporan penilaian hasil belajar siswa. Guru kelas membina siswa yang mempunyai masalah. Apabila guru
42
kelas tidak mampu mengatasi masalah siswa, maka guru kelas harus melaporkan pada guru bimbingan dan konseling g. Guru Bimbingan dan Konseling Guru Bimbingan dan Konseling membantu kepala sekolah dalam kegiatan penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling,
koordinasi
dengan wali kelas dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar, memberikan layanan dan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi dalam kegiatan belajar, memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan kerja yang sesuai, mengadakan penelitian pelaksanaan bimbingan dan konseling, menyusun statistik hasil penelitian dan konseling, melaksanakan kegiatan analisa hasil evaluasi belajar, menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan konseling, dan menyusun laporan pelaksanan bimbingan dan konseling. h. Pustakawan Sekolah Pustakawan Sekolah membantu kepala sekolah dalam kegiatan perencanaan pengadaan buku /bahan pustaka/ media elektronik, pengurusan pelayanan perpustakaan, perencanaan pengembangan perpustakaan, pemiliharaan dan perbaikan buku-buku /bahan pustaka/media elektronik, melakukan layanan bagi siswa, guru dan tenaga kependidikan lainnya, serta masyarakat, penyimpanan buku-buku perpustakaan/media elektronik, menyusun tata tertib perpustakaan, dan menyusun pelaksanaan kegiatan perpustakaan secara berkala.
43
i. Petugas Labor Pengelola Laboratorium membantu kepala sekolah dalam kegiatan perencanaan pengadaaan alat dan bahan laboratorium, menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan laboratorium, mengatur penyimpanan dan daftar alat laboratorium, memelihara dan perbaikan alat laboratorium, inventarisasi dan pengadministrasian peminjaman alat labor, dan penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan laboratorium. j. Teknisi Media Teknisi Media membantu kepala sekolah dalam kegiatan perencanaan alatalat media menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan media, menyusun program kegiatan teknisi media, mengatur penyimpanan pemiliharaan dan perbaikan alat media inventarisasi dan pengadministrasian alat-alat media, dan menyusun laporan pemanfaatan alat media. Berdasarkan bentuk struktur organisasi yang dijelaskan sebelumnya, terlihat jelas bahwa masing-masing warga sekolah telah mempunyai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing, selain itu juga, guru dapat menggunakan sarana dan prasarana sekolah yang ada selama maksimal seperti: perpustakaan sekolah, laboratorium dan media pembelajaran yang ada. Hal ini disebabkan jika menemui kesulitan akan dibantu oleh petugas-petugas yang ada pada bagian tersebut. Sehingga guru dalam melaksanakan tugas pengelolaan pembelajaran dapat terlaksana dengan optimal.
44
3. Kondisi Guru dan Siswa SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Gambaran jumlah guru yang mengajar di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru berdasarkan mata pelajaran yang diajar dan latarbelakang pendidikan pada tahun pelajaran 2009/2010 dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Latar Belakang Pendidikan Guru SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Tahun Pelajaran 2009/2010 Latar Belakang Pendidikan Guru No.
Guru
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
PPKN IPS B. Indonesia B. Inggris Agama Penjas B.Konseling IPA MTK Seni Budaya B. Perancis Produktif
Jumlah Sesuai dengan Tugas Mengajar S1/D4
Jumlah
S2
Tidak Sesuai dengan Tugas Mengajar D1/D2
S1/D4
S2
4 1 4 7 4 1 2 1 5 1 24
2
1
15
2
4 1 4 7 4 1 3 2 5 1 1 44
54
2
1
18
2
77
1 1 1
Sumber : Kantor TU SMK Negeri 3 Pekanbaru, Tahun 2009
Berdasarkan data guru pada tabel 1 di atas dapat terlihat bahwa dari 77 orang guru, hanya 54 orang (72%) yang mengajar sesuai dengan latarbelakang pendidikan guru, sedangkan 18 orang guru (28%) tidak mengajar sesuai sesuai dengan latar belakang pendidkan guru. Hal ini jelas akan berdampak terhadap strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam pengembangan kreativitas siswa.
45
Data siswa SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Tahun Pelajaran 2003/2004 sampai dengan tahun pelajaran 2009/2010 ( tujuh tahun terakhir) menunjukkan terjadinya penurunan. Hal ini dapat dilihat secara jelas dalam tabel 2. Tabel 2. Jumlah Siswa Kelas X, XI, dan XII SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Tahun Pelajaran 2003/2004 – Tahun Pelajaran 2009/2010 Kelas X Jumlah 288 345 284 285 288 263 260
Tahun Pelajaran 2003/2004 2004/2005 2005/2006 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010
Kelas XI Jumlah 343 300 302 274 268 271 270
Kelas XII Jumlah 298 286 282 298 253 246 238
Jumlah siswa 929 931 868 857 809 780 768
Sumber: Kantor TU SMK Negeri 3 Pekanbaru, Tahun 2009
Penurunan jumlah siswa di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru ini terlihat semakin menurun. Penurunan jumlah siswa ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya: kualitas guru yang kurang baik karena masih banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan keahliannya. Gambaran prestasi akademik SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru yaitu hasil ujian nasional tahun pelajaran 2004/2005 sampai tahun pelajaran 2008/2009 dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Presentase Data Kelulusan siswa Pekanbaru
kelas XII SMK Negeri 3 Kota
PRESENTASE DATA KELULUSAN SISWA KELAS XII Tahun
Jumlah siswa
2004/2005 2005/2006 2006/2007 2007/2008 2008/2009
281 278 294 248 254
Nilai tertinggi
Nilai terendah
MTK
B. Indo
B. ING
MTK
870 830 850 900
933 940 900 950
867 880 900 950
300 400 610 600
Sumber : Kantor TU SMK Negeri 3 Pekanbaru, Tahun 2009
B.Indo B. ING
330 560 700 625
350 260 700 600
Presentase Kelulusan
82.86% 99.27% 93.19% 100% 97.18%
46
Berdasarkan tabel 3 terlihat prestasi akademik dari nilai terendah ujian nasional untuk mata pelajaran matematika, bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia, mulai dari tahun 2004/2005 sampai dengan tahun 2008/2009, terlihat masih ada yang belum mencapai nilai rata-rata minimum hal ini jelas merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya minat siswa untuk memasuki suatu sekolah. Berdasarkan kondisi guru yang ada di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru dapat dikatakan sudah mencukupi, dimana masing-masing mata pelajaran telah tersedia guru walaupun masih ada yang tidak sesuai dengan latar belakang yang dimilki guru tersebut. Hal ini jelas akan mempengaruhi strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam pengembangan kreativitas siswa SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru. Sementara dilihat dari kondisi siswa, tidak terjadi peningkatan yang tinggi, bahkan cenderung menurun. Hal ini memungkinkan bagi guru untuk dapat melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab, karena pengaturan dan pengawasan siswa yang sedikit lebih mudah jika dibandingkan dengan siswa yang begitu banyak. Kemudian jika dilihat dari kondisi nilai ujian bahasa Inggris, matematika dan bahsa Indonesia masih rendah dibandingkan nilai mata pelajaran yang lain. Hal ini dapat sebagai evaluasi bagi guru dalam melaksanakan strategi pembelajaran dalam pengembangan kreativitas siswa SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru. Dengan demikian akan mendukung tercapainya nilai yang lebih baik lagi.
47
4. Kondisi Sarana dan Prasarana Sekolah di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Keadaan gedung SMK Negeri 3 kota pekanbaru saat ini mempunyai 25 ruangan kelas untuk belajar, 1 ruangan kepala sekolah, 1 ruangan guru adaptif dan guru normatif, 1 ruangan tata usaha, 1 ruangan tamu, 1 ruangan labor bahasa, 1 ruangan laboratorium IPA, 1 ruangan laboratorium komputer, 1 ruangan perpustakaan, 1 ruangan bimbingan konseling, 1 ruangan UKS, 1 ruangan koperasi simpan pinjam guru dan pegawai SMK Negeri 3, 1 ruangan osis, 1 ruangan self access, 1 ruangan komite sekolah, 4 ruangan majelis guru produktif, 1 buah aula/ ruangan serba guna, 1 ruang ibadah, 2 ruangan gudang, 1 buah cafetaria, 1 rumah penjaga sekolah, 1 buah gerai tempat menjual hasil karya siswa dan alat tulis menulis yang diperlukan guru maupun siswa, yang dilengkapi mesin foto copy, selain itu juga dilengkapi dengan pos jaga 2 buah, 1 bagian depan sekolah dan 1 lagi dibagian belakang sekolah. Selain itu juga, dilengkapi dengan WC guru 5 buah, WC siswa 5 buah, 1 ruangan warnet, 2 ruangan restoran, 5 ruangan praktek busana, 2 ruangan praktek kecantikan, dan 16 kamar hotel tempat siswa praktek hotel. Pekarangan sekolah ditanami dengan berbagai jenis pohon dan bunga, serta dikelilingi oleh pagar besi dan beton. Peralatan dapur yang ada diruangan training boga berasal dari bantuan pemerintah Austria. Peralatan yang moderen ini umumnya menggunakan arus listrik yang besar. Sebahagian peralatan ini tidak bisa digunakan karena arus listrik yang tidak mencukupi. Untuk menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar baik yang bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler terdapat juga buku penunjang sebanyak lebih kurang 145 judul (4866 eksemplar), meja dan kursi guru sebanyak 77 buah, meja
48
dan kursi siswa sebanyak 929 buah, almari kantor 5 buah, rak buku 2 buah, mesin tik 1 buah, komputer 9 buah, jam dinding 2 buah, kursi tamu 5 buah, soundsystem 5 buah, radio tape 6 buah, organ 1 buah, dan peralatan band 1 set. Selain itu juga dilengkapi dengan peralatan olahraga seperti bola kaki 6 buah, lapangan tenis meja 2 buah, matras 2 buah, lembing 6 buah, tolak peluru 6 buah dan cakram 4 buah. Fasilitas penunjang perpustakaan terdapat TV 1 ( 16 inchi), 1 buah komputer, 2 unit AC, fasilitas self access dilengkapi dengan 1 unit AC, Bukubuku khusus bahasa Inggris, 1 buah TV (20 inchi), 2 buah komputer, 2 buah printer, 1 buah DVD, 1 buah kipas angin, 3 buah rak buku. Fasilitas laboratorium bahasa dilengkapi dengan 1 unit AC, 3 unit kipas angin, 3 buah rak buku, 1 buah rak tempat tas siswa, 2 buah rak sepatu, 20 buah monitor, 1 buah TV (24 Inchi) 1 buah jam dinding, 1 buah white board. Fasilitas internet dilengkapi dengan 2 unit AC, 21 buah komputer 1 buah white board, fasilitas lain adalah 2 buah LCD proyektor, 2 buah laptop. Kondisi sarana dan prasarana SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru ini dapat dikatakan sudah mencukupi. Hal ini jelas akan membantu guru didalam menggunakan strategi pembelajaran dalam pengembangan kreativitas siswa SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru. Selain adanya sarana dan prasarana bagi siswa untuk mengembangkan bakat dan minatnya juga tersedia sarana dan prasarana bagi guru untuk membantu pelaksanaan tugas disekolah maupun diluar sekolah.
49
5. Sejarah SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Pada awal berdirinya SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru bernama SKKA Negeri Pekanbaru, yang diresmikan pada tanggal 7 januari 1967 dengan surat keputusan menteri pendidikan pengajaran dan kebudayaan RI no 116/ B3/Kedj. Tanggal 9 Mei 1967 saat itu siswanya berjumlah 57 orang untuk kelas 1 dibagi menjadi dua kelas. Dengan SK menteri pendidikan pengajaran dan kebudayaan RI No pers/114 /UKK/C1 tanggal 14 oktober 1967 ditetapkan ibu Yulizar Maralis menjadi kepala sekolah. Sejak berdirinya SKKA ini sampai dengan tahun 1971 menumpang belajar digedung SKKP Negeri Pekanbaru di jl. Hang Tuah no 43, sekarang SKKP ini diintegrasikan menjadi SMP Negeri 12 Pekanbaru. Selama 4 tahun pimpinan sekolah bersama 4 guru tetap berusaha membina pertumbuhan sekolah kearah yang lebih baik. Atas bimbingan bantuan moral atau material alm. Dra. Normandy yang pada saat itu bertugas sebagai kabin PKK provinsi Riau telah berhasil mengetuk pintu hati gubernur KDH,TK, I. Riau bapak Arifin Ahmad untuk memperingatkan perkembangan pendidikan kesejahteraan keluarga didaerah Riau pada umumnya, SKKA Negeri pada khususnya. Hal itu antara lain terlihat dari kesediaan Bapak Gubernur memberikan tambahan biaya pelita 1 tahun 1969 untuk mendirikan dua lokal bagi SKKA. Karena terbatasnya biaya, kedua lokal ini baru disiapkan pada tahun kedua pelita tahun 1970/1971. Pada 1 Januari 1977 SKKA Negeri berganti nama menjadi sekolah menengah kesejahteraan keluarga ( SMKK) Negeri Pekanbaru. Keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor: 1291/U/ 1976 tanggal 9 Desember 1976
50
memberikan batasan bahwa SMK adalah persiapan siswanya dalam salah satu jurusan jasa dalam dunia usaha untuk menjadi tenaga kerja tingkat menengah memiliki pengetahuan keterampilan dan sikap sebagai guru. Jurusan-jurusan di SMKK Negeri Pekanbaru terdiri dari lima jurusan yaitu: (1). Jurusan hotel, (2). Jurusan restoran, (3). Jurusan patiseri, (4). Jurusan busana dan (5). Tata kecantikan. Sekarang SMKK Negeri 3 Kota Pekanbaru bernama SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru. Pemberian nama sekolah menegah kejuruan ( SMK) Negeri 3 Kota Pekanbaru ini berdasarkan kesepakatan dari Dirjen pusat pada tanggal 15 juli 1996 yang bertujuan agar membedakan sekolah menengah kejuruan. Disamping itu sekolah kejuruan bisa mencetak siswa yang terampil dan siap pakai didunia kerja.
B. Temuan Khusus 1. Strategi Pembelajaran yang Digunakan Guru dalam Pengembangan Kreativitas Siswa Berdasarkan data yang peneliti peroleh tentang pengembangkan kreativitas siswa melalui strategi pembelajaran oleh guru-guru di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Provinsi Riau akan dideskripsikan sebagai berikut. a. Melakukan Pendekatan “Inquiry” (Pencaritahuan) Berbagai
cara
yang
dilakukan
guru
dalam
pembelajaran
untuk
meningkatakan kreativitas siswa seperti guru AD, terlihat bahwa “ Strateginya dilakukan terlebih dahulu meminta siswa mencatat materi yang akan dipelajari, lalu menerangkan bagian-bagian materi yang dianggap penting. Setelah itu
51
meminta siswa untuk menghafalnya sampai di rumah guna persiapan jika sewaktu-waktu akan ditanyakan”, (Observasi dan wawancara tanggal 31 Maret 2009). Cara yang dikakukan guru AD tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan guru ES. “Dalam proses pembelajaran ES sering meminta semua siswa mencatat semua materi pelajaran. Buku catatan siswa tersebut biasanya diperiksa setiap Minggu untuk memastikan apakah selama ini siswa benar-benar mencatat” (observasi tanggal 7 April 2009). Cara yang dilakukan guru AD dan ES sangat berbeda dengan yang dilakukan guru SL. Cara SL, “Selama proses pembelajaran hanya meminta siswa membuat suatu rangkuman dari setiap materi pelajaran yang penting-penting saja” “Selama proses pembelajaran guru HI hanya menjelaskan materi pelajaran yang penting saja, kemudian meminta siswa untuk berdiskusi dengan membentuk kelompok-kelompok. Setelah itu, siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika ada materi pelajaran yang tidak dipahami. Sebelum memberi penjelasan dari pertanyaan siswa tersebut, guru HI meminta siswa yang lainnya untuk memberi tanggapan dari pertanyaan yang diajukan temannya tersebut” (observasi tanggal 9 April 2009). Cara guru SL ini hampir sama dengan apa yang dilakukan guru MP. Guru MP mengatakan bahwa, “Selama proses pembelajaran guru MP meminta siswa untuk berdiskusi kelompok. Masing-masing kelompok diberi waktu antara 15-20 menit untuk mempelajari materi yang sedang dibahas, lalu dilanjutkan dengan diskusi kelas. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk bertanya dan menanggapi
52
berbagai permasalahan dari materi yang sedang didiskusikan, setelah itu baru menjelaskan permasalahan yang sedang didiskusikan tersebut” (observasi tanggal 10 April 2009). Hari berikutnya (tanggal 24 April 2009
peneliti juga melakukan
wawancara dengan beberapa siswa. Menurut RM siswa kelas XI SMK Negeri 3 Pekanbaru Riau, “sering dimarahi guru jika tidak mempunyai catatan yang lengkap dari materi pelajaran yang telah dipelajari. Selain itu juga, sering dimarahi oleh beberapa orang guru jika waktu proses pembelajaran terlalu banyak bertanya”. Penuturan RM juga tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan MS siswa kelas XI SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Riau. Menurut MS, “Saya kadang merasa bosan mengikuti beberapa pelajaran tertentu, karena banyaknya mencatat. Selain itu juga, guru dalam menjelaskan materi pelajaran tidak lengkap dan rinci, hanya yang penting-penting saja, sehingga kami banyak mengalami hambatan dalam menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan dalam ujian” (wawancara tanggal 16 April 2009). Dari observasi dan pernyataan guru atau siswa yang ditemukan dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti peroleh (tanggal 31 Maret-16 April 2009) diketahui bahwa umumnya strategi yang dilakukan guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk kreatif melalui pendekatan “inquiry” (pencaritahuan) dalam pembelajaran. Observasi dan Pernyataan guru atau siswa ini juga menjelaskan bahwa guru lebih banyak melakukan pengajaran, sebab mereka lebih banyak menyuruh siswa menghafal, dan kurang mengembangkan kreativitas
dengan
jalan
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
53
meningkatkan potensi mereka. Selain itu, dari pernyataan guru dan siswa ini terlihat bahwa proses pengajaran lebih berpusat pada guru, sehingga kurang membantu pembentukan konsep diri siswa serta kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengemukakan pemahaman mereka tentang materi ajar yang telah dijelaskan guru; apakah mereka telah memahami dengan baik atau belum. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, umumnya guru di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Provinsi Riau selama ini dalam proses pembelajaran kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan sendiri “inquiry” (pencaritahuan) sebab guru lebih banyak mengajar siswa dari pada membelajarkan siswa. Ini berarti guru kurang peduli untuk mengembangkan kreativitas siswa. Karena siswa yang dimotivasi untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat tentang suatu hal yang dipelajarinya akan memotivasi mereka untuk kreatif. b. Menggunakan Teknik-teknik Sumbang Saran (Brain Storming) Pada hari berikutnya tanggal 22 April 2009, peneliti menanyakan pada seorang siswa kelas XI MS. Menurut MS, “Dalam proses pembelajaran, siswa diminta untuk menyelesaikan beberapa permasalahan yang ada dalam materi pelajaran”. Penjelasan ini hampir sama dengan yang dijelaskan RU. RU mengatakan, “Dalam menyelesaikan permasalahan yang ada waktu belajar, siswa diminta oleh guru untuk berdiskusi, selanjutnya guru mendengarkan beberapa pendapat siswa, lalu guru yang mengajar menjadi penengah dalam diskusi tersebut” (wawancara tanggal 24 April 2009). Hari berikutnya (tanggal 28 April 2009) peneliti menanyakan kepada guru AN. Menurut AN, “Dari beberapa pendapat yang diungkapkan siswa waktu diskusi, meminta kembali siswa untuk
54
memberikan penjelasan yang jelas dan rinci sesuai dengan materi yang dibahas”. Hal ini berbeda dengan yang diungkapkan guru ES. Menurut ES, “setelah siswa memberikan beberapa pendapat terhadap masalah yang didiskusikan, menurut ES saya menyimpulkan dari semua pendapat siswa tersebut tanpa meminta penjelasan lagi dari siswa yang mengemukakan pendapat tersebut”. Penjelasan ES tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan guru YM. Menurut YM, “Saya tidak meminta siswa yang telah mengemukakan pendapatnya untuk menjelaskan kembali dari apa yang telah disampaikan, meskipun pendapat siswa tersebut akan digunakan dalam pemecahan masalah yang sedang didiskusikan, karena akan berakibat pada siswa yang lain yang merasa takut dalam mengemukakan pendapat” (tanggal 4 Mei 2009). Berdasarkan pernyataan siswa dan guru dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti peroleh (tanggal 4 Mei 2009) dapat dikatakan bahwa umumnya guru dalam proses pmbelajaran meminta pendapat siswa terlebih dahulu dalam menyelesaikan permasalahan yang ditemukan dalam belajar. Kemudian guru menyimpulkan pendapat siswa tersebut yang akan digunakan untuk pemecahan masalah. Meskipun demikian, ada guru yang meminta siswa menjelaskan kembali pendapatnya dan ada juga guru yang tidak meminta lagi siswa untuk menjelaskan pendapat yang telah disampaikannya tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, umumnya guru di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Provinsi Riau selama ini dalam proses pembelajaran telah mengarah pada penggunaan teknik-teknik sumbang saran (brain storming) dalam upaya mengembangkan kreativitas siswa. c. Memberikan Penghargaan Bagi Prestasi Kreatif
55
Observasi dan wawancara peneliti dengan guru RA (tanggal 6 Mei 2009 bahwa strategi RA dalam proses pengajaran dia sangat menyukai siswa-siswa yang memberi pertanyaan-pertanyaan yang jarang terjadi. RA menyatakan bahwa “Kadang saya memuji siswa yang pertanyaannya sulit untuk saya jawab dan saya jelaskan”. Berbeda dengan yang dilakukan guru HE, cara HE, “Siswa-siswa yang bertanya di luar konteks materi yang sedang dipelajari tidak ditanggapi dengan serius, dan berupaya mengatakan bahwa pertanyaannya kurang sesuai dengan materi yang sedang kita bahas” (observasi tanggal 11 Mei 2009). Pertanyaan juga ditanyakan pada siswa kelas XI SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Provinsi Riau, yaitu TO. Menurut TO, “Ada guru yang senang jika kami bertanya di luar materi pokok bahasan yang sedang dipelajari, tetapi ada juga guru yang tidak senang” (tanggal 13 Mei 2009). Penjelasan siswa TO ini hampir sama dengan yang dijelaskan siswa DE. Menurut DE “Beberapa guru sangat menyukai kami yang mempunyai kreativitas dalam belajar, tetapi beberapa guru tidak menyukai, bahkan ada guru yang mengatakan siswa yang mempunyai gagasan yang kreatif dianggap sok tahu dan sok pintar, sehingga ada beberapa siswa yang menjadi takut untuk bertanya” (wawancara tanggal 18 Mei 2009). Siswa DA juga mengatakan bahwa, “Siswa-siswa yang kreatif kadang dianggap melawan oleh beberapa guru, tetapi ada juga guru yang memuji beberapa siswa yang mengemukakan pendapatnya berbeda dengan siswa yang lain” (tanggal 19 Mei 2009). Siswa SS juga mengatakan, “Kadang kami dibuat serba salah oleh beberapa guru, bertanya juga salah, diam juga salah, sehingga
56
kami lebih banyak diam karena takut diberi nilai yang rendah oleh guru yang tidak menyukai siswa yang terlalu banyak bertanya” (wawancara tanggal 19 Mei 2009). Berdasarkan observasi dan pernyataan guru atau siswa dari hasil wawancara yang peneliti peroleh (tanggal 6 – 19 Mei 2009) dapat dikatakan bahwa ada guru yang menyukai siswa-siswa yang kreatif dan ada guru-guru yang tidak menyukai. Hal ini dikuatkan oleh beberapa siswa yang takut untuk bertanya pada guru yang tidak menyukai siswa yang kreatif, karena takut mendapat sanksi dari guru berupa penurunan nilai yang akan diperolehnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, tidak semua guru SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Provinsi Riau menyadari pentingnya upaya guru untuk mengembangkan dan menghargai siswa yang kreatif. Temuan hasil observasi dan wawancara ini juga relevan dengan studi dokumentasi yang peneliti lakukan. Dalam studi dokumentasi tersebut ditemukan bentuk-bentuk penghargaan bagi prestasi kreatif siswa kurang dilakukan secara optimal, dimana penghargaan-penghargaan yang diberikan dalam upaya mengembangkan kreativitas siswa hanya dilakukan melalui perlombaan olahraga antar kelas, lomba cerdasa cermat. (dokumentasi sekolah). Hal ini jelas menunjukkan bahwa upaya guru dalam mengembangkan kreativitas siswa melalui pemberian penghargaan bagi prestasi kreatif kurang dilakukan secara optimal di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Provinsi Riau. d. Meningkatkan Pemikiran Kreatif melalui Banyak Media Siswa MH kelas XI SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Provinsi Riau menyatakan bahwa “Guru kami jarang dan bahkan tidak pernah menggunakan
57
alat/media pembelajaran dalam melaksanakan pembelajaran, jika pun ada, itu hanya guru pendidikan jasmani waktu kegiatan pelajaran praktik di luar sekolah”. SW juga mengatakan bahwa “Guru kami dalam mengajar lebih banyak ceramah, dan memberikan catatan-catatan, meskipun contoh soal yang diberikan tidak sesuai dengan materi yang telah disampaikan” (wawancara tanggal 21 Mei 2009). Pada hari yang sama (tanggal 21 Mei 2009)
peneliti juga mengamati
proses pembelajaran olahraga praktik yang sedang berlangsung di lapangan. Beberapa orang siswa sedang belajar bermain bola volli dasar dengan melakukan kegiatan passing atas dan passing bawah. Sementara dalam ruangan kelas, sedang berlangsung proses pembelajaran matematika. Hal ini terlihat dari beberapa siswa yang sedang menulis di papan tulis mengerjakan soal-soal yang diberikan guru JM. Setelah proses pembelajaran selesai, peneliti menanyakan pada guru JM. yang menyatakan
bahwa
“Kepala
sekolah
telah
menganjurkan
guru
untuk
menggunakan media pembelajaran secara bervariasi sesuai dengan fungsinya untuk membantu memudahkan siswa memahami dan menguasai suatu yang dipelajari, tetapi kami jarang menggunakannya”. Bahkan guru JM mengatakan bahwa, “Media pembelajaran tidak begitu penting, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana strategi proses pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa”. Pada hari berikutnya (tanggal 22 Mei 2009), peneliti juga menanyakan pada guru AZ. Menurut AZ, “Semua media pembelajaran tersedia dengan cukup sesuai kebutuhan di sekolah, hanya saja jarang kami gunakan”. AZ juga menyatakan bahwa, “Kepala sekolah selalu menganjurkan guru untuk
58
menggunakan media pembelajaran sesuai dengan fungsinya, dan membuat media pembelajaran sederhana jika memang dibutuhkan untuk membantu siswa dalam belajar”. Selanjutnya peneliti menemui kepala sekolah untuk menanyakan tentang ketersediaan media pembelajaran yang ada di sekolah. Kepala Sekolah pun memperlihatkan inventarisasi media-media pembelajaran yang ada. Dalam inventarisasi tersebut terlihat bahwa media pembelajaran yang tersedia dengan jumlah yang cukup. Kemudian, peneliti memasuki ruangan tempat penyimpanan media-media pembelajaran tersebut. Dari pengamatan peneliti terlihat media pembelajaran tersebut masih sangat utuh dan baru, Sepertinya media tersebut jarang digunakan oleh guru. Hal ini terlihat dari banyaknya debu-debu yang melekat di atas media-media pembelajaran tersebut (studi dokumentasi dan observasi tanggal 25 Mei 2009). Penjelasan guru AZ dan JM serta hasil studi dokumentasi dan observasi peneliti, tidak jauh berbeda dengan yang dikatakan HN yang menyatakan bahwa, “Kami dalam melaksanakan strategi pembelajaran lebih terfokus bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga kami semua terfokus agar materi yang disampaikan dapat dikuasai siswa, dan media pembelajaran yang ada tidak kami gunakan secara maksimal dalam proses pembelajaran” (tanggal 25 Mei 2009). Berdasarkan pernyataan guru dan siswa dari hasil wawancara yang peneliti peroleh (tanggal 21-25 Mei 2009) dapat dikatakan bahwa para guru jarang dan bahkan tidak pernah menggunakan media pembelajaran yang ada dalam proses belajar mengajar. Hampir semua, guru dalam proses belajar mengajar terfokus
59
pada pencapaian hasil belajar tanpa mempertimbangkan proses pelaksanaannya yang
mencerminkan
apakah
proses
pembelajaran
yang
dirancang
dan
dilaksanakan guru mendorong tumbuhnya kreativitas siswa, bukan hanya sekedar mendengar saja persentasi guru. Kenyataan ini juga didukung oleh hasil studi dokumentasi dan observasi yang peneliti lakukan yang menemukan bahwa semua media pembelajaran tersedia dengan cukup dan masih utuh tersimpan dalam suatu ruangan penyimpanan. Temuan observasi juga menemukan bahwa media-media tersebut terlihat jelas tidak pernah digunakan, sebab terlihat jelas banyak kotorankotoran seperti debu yang melekat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa upaya guru dalam mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran melalui penggunaan banyak media hampir tidak pernah dilakukan di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Provinsi Riau.
2. Pengembangan Kreativitas Siswa Lingkungan Belajar yang Kondusif
Yang
Dilakukan
Guru
Melalui
Setelah melakukan serangkaian wawancara dengan guru dan siswa kelas XI SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Provinsi Riau guna mengetahui bagaimana guru mengembangkan kreativitas siswa melalui strategi pembelajaran, selanjutnya peneliti mengamati bagaimana strategi pengembangan kreativitas siswa melalui lingkungan belajar yang kondusif. Data yang peneliti peroleh (tanggal 21-25 Mei 2009) dari hasil pengamatan akan dideskripsikan sebagai berikut. Dari pengamatan peneliti (tanggal 22 Mei
2009) terlihat guru kurang
memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk berperilaku kreatif. Hal ini terlihat dari proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru serta dalam
60
penyampaian materi pelajaran guru sangat terfokus pada sub pokok bahasan yang ada tanpa mengkaitkan dengan lingkungan belajar yang ada. Peneliti juga mengamati, ada guru yang kurang menyenangi beberapa siswa yang sering bertanya dalam kelas, serta kurang menyukai pertanyaan-pertanyaan siswa yang di luar topik materi yang sedang dipelajari. Dari pernyataan ini peneliti mengamati beberapa siswa merasa takut untuk bertanya kepada guru, meskipun mereka (siswa) belum mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru kepada mereka. Meskipun demikian, peneliti juga melihat ada beberapa guru memuji dan merasa senang jika ada siswa yang kreatif dalam mengemukakan beberapa ide-ide dan pendapat, walaupun pendapat siswa tersebut di luar pokok materi yang sedang dibahas. (observasi tanggal 26 Mei 2009). Berdasarkan hasil pengamatan (tanggal 26 Mei 2009) tersebut,
dapat
disimpulkan bahwa beberapa guru telah menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa melalui interaksi yang baik dalam proses pembelajaran, tetapi sebagian guru belum. Kenyataan ini terlihat dari adanya beberapa guru yang memberikan dukungan kepada siswa untuk berpikir kreatif dan meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar secara aktif. Namun demikian, terlihat juga beberapa guru kurang antusias melaksanakan proses pembelajaran yang interaktif seperti pembelajaran tidak berpusatkan pada siswa, kurang menghargai pendapat siswa yang bertanya, dan hanya terfokus pada materi yang diajarkannya saja. Berdasarkan observasi terlihat bahwa strategi yang digunakan dalam pembelajaran lebih fokus pada hasil belajar dari pada efektivitas proses pembelajaran. Pada hal, hasil belajar yang baik bersumber dari strategi
61
pembelajaran yang baik pula. Salah satu strategi pembelajaran yang peneliti amati terlihat bahwa hampir semua guru tidak menggunakan media/alat pembelajaran yang ada di sekolah. Bahkan dalam proses pembelajaran praktik pun, media pembelajaran hanya difungsikan oleh siswa yang aktif saja, sementara guru hanya melihat dan mengamati siswa yang sedang praktik. Dalam hal ini, peneliti melihat bahwa siswa memfungsikan media yang ada lebih berpedoman pada buku pelajaran yang dimilikinya; terlihat bahwa guru kurang sekali memfungsikan media pembelajaran yang ada untuk meningkatkan pemahaman siswa, sehingga potensi siswa seperti motivasi, kreativitas, minat dan bakat siswa kurang mendapatkan perhatian guru untuk diberdayakan, (tanggal 27 Mei 2009). Peneliti juga melihat beberapa guru yang jarang memanfaatkan contohcontoh di sekitar sekolah yang ada, kecuali hanya memberikan contoh-contoh soal yang ada di dalam buku teks pelajaran saja. Pembimbingan terhadap siswa yang mempunyai kemampuan rendah dalam belajar pun jarang mendapatkan perhatian untuk dibantu agar mereka aktif mengikuti pembelajaran yang dilakukan guru, seperti tidak adanya siswa-siswa yang berdiskusi dengan guru di luar jam pelajaran. (tanggal 28 Mei 2009). Pengembangan lingkungan belajar yang kondusif dilakukan guru yang penulis amati hanya terlihat pada kegiatan ekstrakurikuler, seperti pada kegiatan pertandingan dan perlombaan antar kelas, kegiatan-kegiatan keagamaan pada hari besar Islam. Meskipun demikian, penulis melihat dari jadwal pelajaran yang ada melihat ada fleksibelitas, serta mengunakan standar ketuntasan belajar antara 60%-70% (tanggal 28 Mei 2009).
62
Penulis juga melihat di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru guru belum menggunakan Kurikulum 2006
secara menyeluruh. Menurut beberapa guru,
selain mereka belum memahami tentang kurikulum 2006 tersebut secara baik, beberapa guru juga belum diberikan pelatihan-pelatihan bagaimana menyusun dan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) itu sendiri. Padahal, beberapa guru sudah pernah mengikuti penataran-penataran dan pelatihan tentang KTSP tetapi belum dimasyarakatkan kepada guru yang lain di sekolah tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan tanggal 21-28 Mei 2009 tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi pengembangan kreativitas siswa yang dilakukan guru kurang memanfaatkan sumber dan media pembelajaran yang ada. Seharusnya guru dalam strategi pembelajaran menggunakan media secara bervariasi yang memungkinkan dapat memancing kreativitas siswa yang kemudian
dapat
dikembangkan lebih lanjut. Selain itu , guru harus dapat menggunakan media pembelajaran sesuai dengan fungsinya sesuai dengan materi-materi pembelajaran yang akan diajarkan. Oleh sebab itu, sasaran pengajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku perlu dianalisis untuk mengetahui fungsi-fungsi mental apa yang dituju dalam tiap proses pembelajaran. Meskipun demikian, jadwal pembelajaran
yang ada sudah sangat fleksibel. Guru-guru lebih banyak
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif melalui kegiatan ekstrakurikuler, tetapi dalam kegiatan ko-kurikuler masih sangat kurang. Guru juga belum maksimal membimbing dan membina siswa sesuai dengan minat dan bakat siswa, serta kurang memperhatikan siswa-siswa yang mempunyai kemampuan rendah.
63
C. Pembahasan Berdasarkan temuan data yang diperoleh peneliti di lapangan, baik melalui pengamatan dan hasil wawancara, menunjukan bahwa guru-guru mata pelajaran di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru belum melaksanakan strategi yang dapat meningkat kreativitas siswa. Setelah disinggung pada bagian terdahulu bahwa umumnya guru tidak memberikan kesempatan untuk mendorong kreativitas siswa melalui pemdekatam “inquiry” dalam strategi pembelajaran yang dilaksankan. Kelihatannya guru lebih banyak mendorong siswa untuk menghafal materi ajar yang berakibatnya pada siswa yang pasif menerima saja sajian materi oleh guru. Akibatnya potensi kreativitas siswa tidak berkembang optimal. Pada hal, strategi pembelajaran yang baik adalah strategi yang fokus pada kreativitas
siswa
yang
dilakukan
melalui
setiap
proses
pengembangan pembelajaran
diskaveri/inkuiri dan belajar bermakna, dan tidak dapat dilakukan hanya dengan kegiatan belajar yang bersifat ekspositori, karena inti dari kreativitas adalah pengembangan kemampuan berpikir divergen dan bukan berpikir konvergen (Nana, 2004). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam mengembangkan kreativitas siswa, guru perlu menciptakan strategi pembelajaran yang banyak memberi kesempatan belajar (learning opportunities)
kepada siswa untuk
menemukan sendiri terlebih dahulu bagaimana mereka dapat memecahkan masalah, melakukan percobaan, mengembangkan gagasan atau konsep-konsep siswa sendiri. Situasi ini menuntut pula sikap yang lebih demokratis, terbuka, bersahabat, dan percaya kepada siswa.
64
Nana (2004) juga menyatakan bahwa belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Artinya, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti berkembangnya pengetahuan siswa, pemahamannya, sikap atau tingkah lakunya, keterampilan, kecakapan dan kemampuan, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada setiap individu siswa. Oleh sebab itu, belajar adalah proses interaktif dengan mengaktifkan siswa yang diarahkan kepada pencapaian tujuan, yaitu proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Inilah hakikat belajar sebagai inti proses pembelajaran atau interaksi antara guru dengan seorang atau lebih peserta didik untuk mencapai tujuan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Selain itu, dalam tiap proses pembelajaran siswa harus berperan sebagai subjek pembelajaran, bukan sebagai objek pengajaran guru, sehingga dapat membantu pembentukan konsep diri tiap siswa melalui memberian lebih banyak kesempatan bagi siswa untuk berkreasi dalam memahami materi ajar dan menjelaskan apa-apa yang telah mereka pahami dalam pembelajaran. Penelitian ini juga menemukan
bahwa umumnya guru dalam strategi
pembelajaran kurang sekali meminta pendapat siswa terlebih dahulu dalam menyelesaikan permasalahan yang ditemukan dalam belajar. Tetapi guru lebih banyak menyimpulkan sendiri dan menyuruh siswa menerima saja kesimpulan guru, dan guru kurang meminta pendapat siswa dalam pemecahan suatu masalah. Meskipun demikian, ada sebagian kecil guru yang meminta siswa menjelaskan kembali pendapatnya dan ada juga guru yang tidak meminta lagi siswa untuk
65
menjelaskan pendapat yang telah disampaikannya tersebut. Artinya, secara umum ada beberapa guru di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru dalam srtategi pembelajaran yang telah menggunakan teknik sumbang saran (brain storming) dalam upaya mendorong siswa mengembangkan kreativitas siswa. Temuan ini menunjukkan bahwa sebagian guru di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru telah melakukan upaya mengembangkan kreativitas siswa melalui beberapa strategi pembelajaran. Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan Slameto (1995)
bahwa
salah
satu
pendekatan
yang
dapat
digunakan
dalam
mengembangkan kreativitas siswa adalah melalui teknik sumbang saran (brain storming). Selanjutnya Slameto (1995) menyatakan bahwa di dalam pendekatan ini, suatu masalah dikemukakan dan siswa diminta untuk mengemukakan gagasan-gagasannya. Apabila keseluruhan gagasan telah dikemukakan, siswa diminta meninjau kembali gagasan-gagasan tersebut, dan menentukan gagasan mana yang akan digunakan dalam pemecahan suatu masalah tertentu. Penelitian ini juga menemukan bahwa strategi pengembangan kreativitas siswa melalui pemberian penghargaan bagi prestasi kreatif siswa kurang dilakukan guru secara optimal. Fakta ini ditemukan bahwa penghargaanpenghargaan yang diberikan dalam upaya mengembangkan kreativitas siswa hanya terbatas pada perlombaan olahraga antar kelas, lomba keterampilan siswa dan lomba menyanyi. Hal ini jelas akan berdampak bagi siswa kreatif yang merasa dirinya kurang diperhatikan. Padahal menurut Slameto (1995), penghargaan yang diterima akan mempengaruhi konsep diri siswa secara positif yang meningkatkan keyakinan diri siswa. Oleh sebab itu, Torrance (dalam
66
Slameto, 1995) memperkenalkan lima prinsip cara guru dalam memberikan penghargaan bagi tingkah laku kreatif siswa, yaitu: a) menaruh respek terhadap pertanyaan-pertanyaan yang jarang terjadi; b) menaruh respek terhadap gagasan yang kreatif, dan imajinatif; c) menghargai gagasan siswa; d) membiarkan siswa melakukan berbagai latihan tanpa ancaman akan dinilai; dan e) menghubungkan penilaian dengan penyebab dan konsekuensi. Dengan demikian, pengembangan kreativitas siswa perlu direncanakan dan dilakukan guru melalui berbagai pendekatan antara lain melaui pemberian penghargaan bagi prestasi kreatif siswa secara optimal. Strategi pengembangan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran perlu juga dilakukan guru melalui penggunaan media-media pembelajaran yang bervariasi. Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan Slameto (1995) bahwa sasaran pengajaran dan kurikulum perlu dianalisis untuk mengetahui fungsi-fungsi mental apa yang dituju dalam pengajaran. Lebih lanjut Slameto menyatakan bahwa penggunaan media secara bervariasi memungkinkan strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas siswa. Namun, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa umumnya guru jarang dan bahkan tidak pernah memanfaatkan media pembelajaran yang tersedia di sekolah untuk dipakai dalam proses pengajaran. Bahkan hampir semua strategi pembelajaran yang disiapkan dan
dilaksanakan
guru
terfokus
pada
pencapaian
hasil
belajar
tanpa
mempertimbangkan proses pembelajaran. Oleh sebab itu, proses pembelajaran perlu menggunakan media secara bervariasi sesuai dengan fungsinya dan materi pembelajaran yang disampaikan, sehingga strategi pengembangan kreativitas
67
siswa mendapat perhatian besar guru untuk selalu dikembangkan melalui kreativitas siswa melalui berbagai pendekatan yang sesuai. Selain melalui strategi pembelajaran, pengembangan kreativitas siswa dapat juga dilakukan melalui lingkungan belajar yang kondusif. Torrance (dalam Mudjiran.,2005:71) menjelaskan bahwa kondisi belajar yang kondusif untuk mengembangkan kreativitas siswa dapat dilakukan dengan cara memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk berperilaku kreatif; memperlihatkan respek pada pertanyaan, ide, dan solusi yang tidak biasa; perlihatkan pada siswa bahwa ide mereka bernilai; hindari kritik penilaian teman sebaya dan berikan pengalaman-pengalaman
yang
membimbing
sensitivitas/perasaan
untuk
mendukung lingkungan; hindari memberikan contoh-contoh atau model yang membentuk berpikir; dorong siswa mengorganisir diri dalam kelompok kecil sesuai kemampuan; dan memberlakukan kurikulum dan jadwal yang fleksibel. Namun temuan penelitian ini menemukan indikasi kuat adanya fakta bahwa guru lebih banyak kurang peduli pada upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendorong siswa melakukan
beberapa kegiatan pembelajaran
(learning activity), baik berupa intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, dan kegiatan ko-kurikuler yang di sekolah ini masih sangat kurang dilakukan siswa. Selain itu, ditemukan pula banyak guru juga belum maksimal membimbing dan membina siswa sesuai dengan minat dan bakat siswa, apalagi adanya indikasi bahwa guru kurang memperhatikan siswa-siswa yang mempunyai kemampuan rendah. Dengan demikian, pengembangan kreativitas siswa perlu dikembangkan melalui lingkungan belajar yang sesuai lagi ditingkatkan kreativitas siswa oleh
68
guru. Upaya ini dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk berperilaku kreatif, memperlihatkan respek pada pertanyaan, ide, yang ditemukan siswa dan memperlihatkan pada siswa bahwa ide mereka bernilai, di samping menciptakan bentuk suasana belajar yang dapat membimbing sensitivitas/perasaan untuk mendukung lingkungan belajar yang relevan dengan upaya yang mengembangkan kreativitas siswa.
D. Keterbatasan Penelitian Hasil penelitian ini diperoleh dari data observasi dan wawancara yang terjadi pada saat penelitian serta diperkuat dengan studi dokumentasi. Para guru tersebut telah memberikan perhatian mereka dalam penelitian ini. Hal ini terbukti atas kesediaan mereka untuk diwawancarai. Demikian juga halnya dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan seluruh majelis guru besrta seluruh staf tata usaha dan karyawan telah memberikan keterangan kepada peneliti tanpa mereka tutup-tutupi, karena peneliti adalah guru disekolah tersebut. Walaupun pengumpulan data telah dilakukan berdasarkan cara pengumpulan data yang lazim dipakai dalam penelitian kualitatif, tentu masih terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan. Baik keterbatasan penafsiran peneliti terhadap data yang didapat maupun keterbatasan peneliti berperan dilingkungan penelitian, diharapkan tidak mengurangi makna yang terungkap dalam hasil penelitian ini. Penetitian ini telah dilaksanakan di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru mulai dari bulan Maret 2009 sampai dengan Mei 2009. sebelumnya peneliti telah melakukan Grand Tour pada bulan Desember 2008 sampai dengan Februari 2009. sebagai manuasia biasa, peneliti tentu tidak luput dari keterbatasan dan kekhilafan. Maka dalam
69
laporan hasil penelitian ini, atas segala kekurangan dan keterbatasan peneliti dalam mengungkap hasil penelitian hendaknya dapat dimaklumi.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Seperti yang telah disebutkan pada Bab I bahwa tujuan penelitian ini ialah untuk mengungkapkan bagaimana strategi pembelajaran yang digunakan guru untuk mengembangkan kreativitas siswa. Berdasarkan temuan penelitian sebagaimana dijelaskan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut. 1. Temuan ini didasarkan pada fakta-fakta berikut: (a) Umumnya guru belum memberikan kesempatan belajar yang luas kepada siswa untuk mengembangkan kreativitas mereka melalui pendekatan “inquiry” (pencaritahuan) dalam strategi pembelajaran yang mereka laksanakan dalam kelas; (b) Dilihat dari teknik sumbang saran (brain storming), umumnya guru dalam strategi pembelajaran belum memotivasi siswa untuk mengekpresikan menyelesaikan sesuatu
pendapat siswa dalam
permasalahan yang ditemukan dalam belajar, hal ini
terbukti kenyataan bahwa guru lebih banyak menyimpulkan sendiri suatu masalah, bukan meminta siswa pemecahan sendiri terlebih dahulu untuk mencoba memecahkan suatu masalah; (c) Dilihat dari teknik memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif sedikit sekali guru yang menyukai siswa-siswa yang kreatif, walalau ada beberapa guru yang senang pada siswa yang kreatif; dan (d) dilihat dari teknik meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media, hanya sebagian kecil guru
dan bahkan hampir tidak ada guru yang menggunakan
media pembelajaran untuk mendorong kreasi siswa dalam strategi pembelajaran, 70
71
sebab sebagian besar guru lebih fokus pada pengajaran (teaching) dari pada pembelajaran (learning) karena sekedar untuk pencapaian terhadap pencapaian hasil belajar siswa saja. 2. Pengembangkan kreativitas siswa melalui lingkungan belajar yang kondusif kurang diperhatikan guru terhadap siswa kelas II di SMK Negeri 3 Pekanbaru. Berdasarkan temuan-temuan berikut: (a) Guru kurang memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk berperilaku kreatif; (b) Walaupun beberapa guru telah menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa melalui interaksi yang baik dalam proses pembelajaran, tetapi interaksi beberapa guru dalam melaksanakan proses pembelajaran oleh beberapa guru tidak berpusat pada siswa, sebab terlihat guru kurang fokus pada penghargaan pendapat siswa yang kreatif, dan hanya lebih fokus pada materi yang diajarkan; (c) Pengembangan lingkungan belajar yang kondusif dilakukan guru yang penulis amati hanya terlihat pada kegiatan ekstra kurikuler, seperti pada kegiatan pertandingan dan perlombaan antar kelas, kegiatan-kegiatan keagamaan pada hari besar Islam; dan (f) Guru belum maksimal membimbing dan membina siswa sesuai dengan minat dan bakat siswa, serta kurang memperhatikan siswa-siswa yang mempunyai kemampuan rendah.
B. Implikasi Strategi pengembangan kreativitas siswa mutlak dilakukan, karena faktor kreativitas siswa berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Pengembangan kreativitas siswa oleh guru dapat dilakukan melalui strategi pembelajaran maupun melalui lingkungan belajar yang kondusif bagi kreativitas siswa.
72
Temuan penelitian ini menyimpulkan bahwa pengembangan kreativitas siswa dalam strategi pembelajaran di kelas II SMK Negeri 3 Pekanbaru, baik melalui proses pembelajaran maupun melalui lingkungan belajar, kurang bernuansa kreativitas siswa, karena belum terlihat guru mengupayakan berbagai cara yang ada secara maksimal untuk mengembangkan kreativitas siswa. Jika tidak, maka akan berdampak terhadap proses pembelajaran di kelas II SMK Negeri 3 Pekanbaru kurang efektif dan hasil belajar siswa akan menurun. Pengembangan kreativitas siswa oleh guru melalui strategi pembelajaran dapat
dilakukan
guru
melalui
pendekatan
“inquiry”.
Pendekatan
ini
memungkinkan siswa melibatkan semua potensinya mental untuk menemukan konsep atau prinsip ilmiah, meningkatkan fungsi inteligensi, membantu siswa belajar melakukan penelitian, meningkatkan daya ingat, mengindari proses belajar yang focus pada hafalan, mengembangkan kreativitas, meningkatkan aspirasi, membuat proses pengajaran menjadi “student centered” sehingga dapat membantu lebih baik ke arah pembentukan konsep diri, dan memberikan lebih banyak kesempatan bagi siswa untuk aksen sendiri menampung serta memahami sesuatu informasi. Selain itu, guru dapat menggunakan pendekatan sumbang saran (brain storming), dengan cara siswa diminta untuk mengemukakan gagasangagasan. Apabila keseluruhan gagasan telah dikemukakan, siswa diminta meninjau kembali gagasan-gagasan tersebut, dan menentukan gagasan mana yang akan digunakan dalam pemecahan suatu masalah tertentu. Selain dua pendekatan di atas, pengembangan kreativitas siswa oleh guru melalui strategi
pembelajaran juga dapat dilakukan dengan memberikan
73
penghargaan bagi tingkah laku kreatif siswa, seperti menghargai siswa yang jarang mengajukan pertanyaan-pertanyaan selain menaruh respek terhadap gagasan yang kreatif, imajinatif sebab hal ini menunjukkan pada siswa bahwa gagasan mereka memiliki nilai. Pendekatan lain adalah meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media, seperti dalam pengajaran guru menggunakan media secara bervariasi sesuai dengan fungsi dan materi pelajaran yang disampaikan, sehingga memungkinkan proses pembelajaran dapat mengembangkan kreativitas siswa. Pengembangan kreativitas siswa dalam strategi pembelajaran melalui lingkungan belajar bagi pengembangan kreativitas siswa dapat dilakukan guru dengan memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk berperilaku kreatif, memperlihatkan respek pada pertanyaan, ide, dan memperlihatkan pada siswa bahwa ide mereka bernilai, di samping menciptakan bentuk suasana belajar yang dapat membimbing sensitivitas/perasaan untuk mendukung lingkungan belajar yang kondusif. Strategi Pengembangan Kreativitas siswa dalam strategi pembelajaran di kelas XI SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru, baik melalui strategi pembelajaran maupun melalui lingkungan belajar yang kondusif bagi kreativitas siswa dengan maksimal diharapkan siswa menjadi kreatif dalam belajar dan hasil belajar siswa juga akan meningkat. Oleh sebab itu, strategi pengembangan kreativitas siswa harus menjadi agenda yang strategis bagi semua guru di kelas XI SMK Negeri 3 Pekanbaru untuk masa yang akan datang karena kreativitas prinsip pembelajaran
74
yang membelajarkan siswa, bukan mengajarkan siswa, sesuai dengan prinsip paradigma baru teknologi pendidikan.
C. Saran Berdasarkan
temuan
penelitian
ini,
peneliti
mengemukakan
atau
mengajukan beberapa saran seperti di bawah ini. 1. Diharapkan guru di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Provinsi Riau patut peduli pada berbagai cara yang dapat untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik melalui strategi pembelajaran maupun melalui lingkungan belajar yang kondusif bagi kreativitas siswa. Pengembangan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran dapat dilakukan melalui pendekatan “inquiry”, teknik sumbang saran (brain storming), memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif, dan meningkatkan pemikiran kreatif
siswa melalui media pembelajaran yang
bervariasi. Sementara, pengembangan kreativitas siswa melalui lingkungan belajar yang kondusif dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk berperilaku kreatif, memperlihatkan respek pada pertanyaan, ide, dan memperlihatkan pada siswa bahwa ide mereka bernilai, di samping menciptakan bentuk suasana belajar yang dapat membimbing sensitivitas/perasaan untuk mendukung lingkungan belajar yang kondusif. 2. Diharapkan Kepala sekolah SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru Provinsi Riau membantu
dan
membimbing
guru
dalam
mengembangkan
strategi
pembelajaran yang kreatif. Upaya ini dapat dilakukan dengan memberikan pengarahan dan penjelasan kepada guru bahwa peningkatan prestasi belajar
75
siswa dapat dilakukan melalui pembelajaran yang kreatif dan lingkungan belajar yang kondusif. 3. Diharapkan Kepala Dinas Pendidikan Pekanbaru membantu dan membina sekolah-sekolah agar tumbuhnya strategi pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan
kepada
guru
tentang
cara
melaksanakan
proses
pembelajaran yang kreatif, serta melengkapi semua sarana dan prasarana yang dibutuhkan guna mengembangan kreativitas siswa dalam belajar.
DAFTAR RUJUKAN
Benny A Pribadi. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta. PT. Dian Rakyat C. Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta. Conny Semiawan. 1996. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah.Jakarta: Gramedia. Conny A. Raturandang. 1996. Peranan Metode Belajar Dalam Pengembangan Kreativitas siswa kelas V di SD Negeri di Ciganjur. Bandung: Thesis Pascasarjana IKIP Bandung. Dedi Supriadi. 1994. Kreativitas Kebudayaan & Pengembangan Iptek. Bandung: Alfabeta. .
1989. Kreativitas dan Orang-orang Kreatif dalam Lapangan Keilmuan. Bandung: Disertasi Doktor di Fakultas Pascasarjana IKIP Bandung.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Enco Mulayasa. 2004. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya. . 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. . 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Fachruddin. 1996. Tingkat Kreativitas Siswa Ditinjau Dari Pola Asuh Orang Tua (Studi Kasus di SDN 09 Pagi Duren Tiga Jakarta Selatan). Bandung: Thesis Pascasarjana IKIP Bandung. Faisal Sanapiah. 1990. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Anak Untuk Bekerja. Jakarta: FISIP UI. Hernowo. 2007. Menjadi Guru yang mau dam mampu mengajar secara kreatif. Bandung: MLC Made Wena . 2009. Strategi pembelajaran inovattif kontemporer suatu tinjauan konseptual operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
76
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. 2004. Psikologi Remaja:Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara. Mohammad Asrori. 2007. Psikologi Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima. Mohammad Ansyar dan Nurtain.1991/1992. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum Jakarta: Depdikbud Dirjendikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Mudjiran,dkk. 2005. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Depdikti. Muhammad Abdul Jawwad. 2000. Mengembangkan Inovasi Dan Kreativitas Berfikir. (terjemahan: Fachruddin). Bandung: Asy-Syamil. Moleong, Lexy. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nana Sudjanan . 2004. Dasar- dasar proses belajar mengajar . Bandung: Sinar Baru Algensindo. Nana Syaodih Sukmadinata. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Oemar Hamalik. 2004. Pendidikan Guru; Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara. Rachmy Diana Mucharam. 2002. Mengembangkan Kreativitas Dalam Perspektif Psikologi Islam (Studi Kasus: di SMU Negeri III Sukabumi). Jakarta: Thesis Pascasarjana UIN Jakarta. Spradley, J.P. 1980. Participant Observation. New York: Holt, Renehart and Winston. Saylor, J.G., Alexander, W.M., dan Lewis, A.J. 1981. Curriculum Planning for Better Teaching and Learning. Nerw York: Holt, Rinehart and Winston. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Sudarsono Sudirdjo dan Eveline Siregar. 2004. Media Pembelajaran Sebagai Pilihan Dalam Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universita Negeri Jakarta. Syaiful Sagala.2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Utami Munandar. 1992. Kreativitas & Keberbakatan; Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
77
Wina Sanjaya. 20082. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Yusufhadi Miarso. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kerjasama dengan pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan Pustekom DIKNAS.
78
Lampiran 1: Catatan Lapangan Catatan Lapangan 1 Observasi Deskriptif Catatan Lapangan Pengamatan Informan Hari/Tanggal Jam Tempat
: : : : : :
Kondisi Sekolah I (Pertama) Kepala Sekolah Senen/30 Maret 2009 8.15 – 10.15 WIB SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru
Pada pukul 7.00 WIB peneliti hadir di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru. Peneliti terlebih dahulu mengecek inventarisasi sarana dan prasarana sekolah yang ada. Saat yang bersamaan lonceng tanda masuk sudah berbunyi, para siswa yang sudah berada di sekolah bergegas masuk ke dalam lokal setelah melaksanakan upcara bendera rutin setiap hari Senen, begitu juga dengan para majelis guru lainnya, maka proses pembelajaran berlangsung. Saat itu juga peneliti langsung mengamati keadaan fisik sekolah secara keseluruhan dengan berjalan dan berkeliling sekolah, sambil menyinggahi ruang perpustakaan, dan lapangan olahraga di tengah bangunan sekolah yang sudah disemen, kantin dan rumah penjaga sekolah yang berada masih dalam satu komplek dengan pekarangan sekolah SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru sambil mengamati sarana dan prasarana sesuai dengan inventarisasi sekolah yang ada. Bangunan sekolah ini sudah permanen yang terdiri dari 2 lantai dan halaman sekolah cukup luas dan ditanami pepohanan di pinggir pagar pekarangan sekolah. Tempat parkir kendaaraan juga tersedia dengan ukuran lebar 2,5 meter dan panjangnya 30 meter. Adanya lapangan bola volli sekaligus disediakan untuk bermain bola basket yang sudah permanen. Lapangan bola volli ini juga
79
80
digunakan untuk kegiatan upacara hari Senin dan terlihat lingkungan sekolah cukup bersih, karena di kelilingi bunga sebagai batas pagar.. Temuan peneliti tentang kondisi sekolah ini, peneliti buat catatannya seperti pada tabel berikut. No 1
Temuan Peneliti Perpustakaan sekolah
Catatan-catatan Peneliti
Cukup baik (buku tersusun rapi, ruangan bersih, dan di lengkapi dengan meja dan kursi baca) 2 Lapangan Olahraga Lapangan bola volli juga digunakan untuk bola basket, serta upacara hari Senin (sudah permanen) 3 Kantin Sekolah Terletak di sudut sebelah Barat sekolah tapi masih dalam pekarangan sekolah (menyediakan makanan, seperti: Lontong, Pecal, Soto, Teh Manis, dan makanan kecil lainnya) 4 Rumah Penjaga Sekolah Perumahan guru terdiri 1 unit rumah ½ permanen, dan cat dindingnya warna kuning Gading, dengan atap dari seng dan lantai plester semen. 5 Lingkungan sekolah Cukup bersih dengan ditanami pohon dan bunga di sekeliling sekolah 6 Tempat parkir Tersedia ukuran lebar 2,5 meter dan panjangnya 30 meter di samping bangunan sekolah dekat pintu gerbang sekolah. Sumber: Catatan Lapangan Peneliti yang I (Pertama)
81
Catatan Lapangan 2 Observasi Terfokus
Catatan Lapangan Pengamatan Informan Hari/Tanggal Jam Tempat
: : : : : :
Proses Pembelajaran II (Kedua) Guru dan Siswa Selasa/1 April 2009 8.00 – 10.00 WIB Ruangan Kelas di SMK Negeri 3 Pekanbaru
Pada pukul 8.00 WIB peneliti melakukan pengamatan kegiatan pembelajaran. Hari itu, hari Selasa pagi. Saat yang bersamaan peneliti mengamati guru sedang melaksanakan kegiatan proses pembelajaran. Proses dialog pun berlangsung antara peneliti dan guru, tanpa menyebutkan maksud peneliti datang ke sekolah kepada guru tersebut, karena guru tersebut juga sudah mengetahui maksud kedatangan peneliti, peneliti pun langsung bertanya.. Dari pengamatan peneliti, hampir semua guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan metode ceramah. Selain itu juga, guru lebih banyak memberi catatan-catatan dengan memerintahkan salah satu siswa maju ke depan untuk mencatat di papan tulis. Ada juga guru yang mendikte, siswa mencatat. Setelah itu baru diberi penjelasan dari materi yang dicatat siswa. Sesekali terjadi tanya jawab antara guru dan siswa. Selanjutnya, penulis mengamati salah satu ruangan kelas XI. Di sana sedang berlangsung proses pembelajaran bidang studi Matematika, hal ini terlihat oleh peneliti salah satu siswa sedang mengerjakan soal di papan tulis. Sementara siswa yang lain, lalu lalang dari mejanya masing-masing menuju meja guru mengumpulkan tugas pekerjaan rumah (PR). Tanpa membahas secara rinci, guru Matematika tersebut mulai melaksanakan pembelajaran dengan materi baru.
82
Temuan Peneliti: Dari hasil pengamatan ini peneliti menyimpulkan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan guru masih bersifat konvensional. Dimana, guru memberi catatan-catatan lalu diterangkan. Kadang-kadang, siswa diberi kesempatan untuk bertanya lalu guru menjawabnya tanpa diberi penjelasana secara rinci dan jelas. Ini menunjukkan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran dapat dikatakan kurang berupaya mengembangkan kreatif siswa, karena pembelajaran masih berpusat pada guru.
83
Catatan Lapangan 3 Observasi Terseleksi Catatan Lapangan Pengamatan Informan Hari/Tanggal Jam Tempat
: : : : : :
Kegiatan Praktik III (Ketiga) Siswa Rabu/6 April 2009 8.30 – 11.30 WIB Lapangan Olahraga dan Ruang Perpustakaan di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru
Pada pukul 8.30 WIB peneliti hadir di SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru untuk melakukan pengamatan kegiatan pembelajaran praktik. Hari itu, hari Rabu, peneliti sampai di sekolah melihat ada beberapa siswa sedang melaksanakan kegiaatan olahraga bola volli dan yang lainnya sedang asik berkumpul. Lalu, peneliti bertanya pada salah seorang siswa yang berpakaian olahraga, kelas berapa nak? (Anak kelas berapa?), siswa tersebut menjawab kelas XI (sebelas) pak! Ternyata siswa yang sedang praktik olahraga tersebut adalah siswa kelas XI (sebelas). Peneliti melihat siswa-siswa sangat senang dan gembira melaksanakan kegiatan olahraga tersebut, sesekali mereka bersorak dan berteriak. Anehnya, peneliti tidak melihat guru di sekitar lapangan tempat anak sedang belajar praktik olahraga tersebut. Peneliti menghampiri salah satu siswi, lalu bertanya. Mana guru olahraganya nak? (Guru olahraganya dimana?), siswa tersebut menunjuk ke arah ruangan majelis guru, dan sambil berkata: kami disuruh bermain sampai jam 9.15 nanti. Kemudian, peneliti melanjutkan pengamatan ke ruangan perpustakaan. Di sana terdengar suara yang sangat gaduh. Ternyata, beberapa siswa sedang membaca buku dan duduk di ruang perpustakaan. Di antara siswa tersebut ada yang keluar masuk ruangan dan menonton kelas XI (sebelas) yang sedang
84
berolahraga, bahkan ada siswa yang ikut bergabung dengan siswa yang sedang praktik olahraga tersebut. Lalu peneliti mendekati salah satu di antara siswa yang keluar masuk ruangan perpustakaan tersebut, lalu bertanya. Kelas berapa nak?, siswa tersebut menjawab kelas XI (sebelas) pak! Lalu, peneliti bertanya lagi, sedang belajar apa? Kami disuruh Ibu guru membuat tugas menentukan topik dan isi dari suatu karangan atau cerita, dan kami disuruh mencari buku-buku yang ada diperpustakaan dan topiknya tidak boleh sama. Temuan Peneliti: Dari hasil pengamatan ini peneliti menyimpulkan bahwa guru kurang membimbing dan membina siswa dalam kegiatan pembelajaran praktik, dimana siswa dibiarkan saja belajar tanpa adanya pengawasan dan arahan yang baik. Ini menunjukkan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran dalam kegiatan praktik dapat dikatakan “Kurang Baik”.
85
Lampiran 2: Format Pedoman Wawancara Untuk mempermudah memperoleh informasi di lapangan digunakan teknik wawancara tidak berstruktur atau wawancara bebas, dimana peneliti mengajukan sejumlah pertanyaan-pertanyaan guna mengundang jawaban atau komentar subjek secara bebas. Artinya, di dalam wawancara hanya membawa pedoman garis besarnya saja tentang hal-hal yang ditanyakan. Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan, dan bentuk-bentuk pertanyaan tersebut dapat dilihat berikut ini. No
Bentuk Pertanyaan
1.
Apa yang Bapak/Ibu lakukan awal memulai proses pengajaran?
2.
Apa yang Bapak/Ibu lakukan dalam melakukan pendekatan “inquiry” (pencaritahuan)?
3.
Apa yang Bapak/Ibu lakukan dalam menggunakan teknik-teknik sumbang saran (brain storming) ?
4.
Apa yang Bapak/Ibu lakukan dalam memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif?
5.
Apa yang Bapak/Ibu lakukan dalam meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media?
85
86
Format Pedoman Wawancara No
Bentuk Pertanyaan
1.
Apa yang diperintah guru dalam proses pengajaran?
2.
Bagaimana cara guru dalam menyampaikan materi pengajaran?
3.
Bagaimana peranan guru dalam proses diskusi kelas?
4.
Apa yang dilakukan guru saat siswa sedang berdiskusi pelajaran?
5.
Apa guru senang jika ada siswa yang bertanya dalam belajar?
6.
Apakah guru yang mengajar menggunakan alat/media pembelajaran secara bervariasi?
7.
Bagaimana metode mengajar yang sering diterapkan guru dalam
8.
pembelajaran? Apakah guru sering memberikan contoh-contoh soal yang berkaitan
9.
dengan pembelajaran yang disampaikan? Apakah guru sering bertanya tentang materi pembelajaran yang telah di
10.
ajarkan sebelum memulai pembelajaran?
11.
Apakah guru sering memotivasi siswa dalam belajar?
12.
Bagaimana sikap guru dalam pelaksanaan diskusi dalam belajar? Apa yang menjadi fokus guru dalam proses belajar?
87
Lampiran 3:Matriks Daftar Cek Komponen Kelengkapan Data No 1
Dimensi Penelitian
Ada
Kebijakan Dinas Pendidikan Kota
Pekanbaru
dalam pengembangan kreativitas siswa 2
Kebijakan
Kepala
SMK
Negeri
3
Kota
Pekanbaru dalam pengembangan kreativitas siswa 3
Koordinasi
antara
sesama
guru
dalam
pengembangan kreativitas siswa 4
Kemampuan
guru
SMK
Pekanbaru
dalam
Negeri
3
mengelola
Kota proses
pembelajaran yang kreatif 5
Kemampuan
guru
SMK
Negeri
3
Kota
Pekanbaru dalam mengelola lingkungan belajar yang kondusif 6
Sikap/pandangan guru SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru terhadap siswa yang kreatif
7
Sikap/pandangan siswa kelas II SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru terhadap pengajaran yang dilaksanakan guru
8
Pedekatan
yang
dilakukan
guru
dalam
mengembangkan kreativias siswa dalam proses pengajaran 9
Cara guru mengembangkan kreativitas siswa kelas XI SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru melalui lingkungan belajar yang kondusif
10
Kendala siswa kelas XI SMK Negeri 3 Kota Pekanbaru dalam mengembangkan kreativitas
87
Tidak Ada
88
Lampiran 4: Matriks Waktu Dimensi Hubungan guru dengan
Kecenderungan Kurang harmonis
lain
guru
Hubungan
Interpretasi Saling acuh satu sama
guru
dengan
Kurang keakraban
Malu, takut
siswa
Upaya Dinas Pendidikan
Cukup Aktif
Koordinasi cukup baik
Kurang aktif
Pengawasan
Kota Pekanbaru
Upaya Kepala SMK Negeri
optimal
3 Kota Pekanbaru
Proses pembelajaran
belum
Konvensional
Berpusat pada guru dan buku teks pelajaran
Lingkungan belajar
Cukup mendukung
Tersedianya sarana dan prasarana yang cukup
Penggunaan media/sumber
Tidak optimal
Jarang dan bahkan tidak dimanfaatkan
belajar
88
89
Lampiran 5: Matriks Kelompok Konseptual, Motif dan Sikap Guru dalam Proses Pengajaran Kaitan dengan SMKN 3
Kaitan dengan upaya guru
Sikap
No
Motif
1
Menciptakan pembelajaran yang
TS, JS, PP,
kreatif dan menyenangkan
HD
Menciptakan lingkungan belajar
KS, PP,
yang kondusif
KM, KR
2
3
Membantu
siswa
yang
JS, PP, KR
membina
JS, PP, HD
berkemampuan rendah 4
Membimbing
dan
bakat dan minat siswa 5
Prioritas kepada siswa
6
Memanfaatkan
media
JS, PP, HD untuk
belajar
JS, KR, KA, KM
Keterangan: TS ; Tidak semuannya JS : Jarang sekali PP : Perlu peningkatan HD : Harus dibenahi KS : Kurang sekali KA : Kurang aktif KM : Kurang mengerti KR : Kurang respon
89
90
Lampiran 6: Struktur Organisasi Sekolah SMK N 3 Kota Pekanbaru
STUKTUR ORGANISASI SMK NEGERI 3 PEKANBARU
Komite Sekolah
Kepala Sekolah
Wakil Manajemen
Dunia Industri Ka.Bag. TU Kaur Kepegawaian Kaur Kesiswaan Kaur Sarpas Kaur Adm Kaur Keuangan
Waka Kurikulum
Waka Kesiswaan
Waka Sarpas
Waka Humas
Ka. Program Kahlian Pariwisata
Ka. Program Kahlian Tata Busana
Ka. Program Kahlian Tata Kecantikan
Ka. Program Kahlian MGBS Umum
Ka. Prodi Tata Boga
Ka. Prodi Akom Perhotelan
Ka. Prodi Tata Busana
Ka. Prodi Tata Kecantikan
Majelis Guru Siswa
90
91
Lampiran 7: Hasil Dokumentasi
91
92
Gambar 1. Siswa Melaksanakan upacara bendera pada hari Senin
Gambar 2. Upacara Senin bersama Polantas
93
Gambar 3. Siswi Kelas XI Busana sedang Praktek Menjahit
Gambar 4. Siswa Kelas XI Restoran sedang Praktek Memasak
94
Gambar 5. Siswa Kelas XI Busana sedang Praktek Pelajaran Agama Islam (cara Memandikan manyat)
Gambar 6. Siswa Kelas XI Patiseri sedang Praktek di Sanggar Tata Boga
95
Gambar 7. Siswa Jurusan Perhotelan sedang Praktek Front Office di Hotel Nilan Sari SMKN 3 Pekanbaru
96
97