1|Antologi UPI... Vol 3 Edisi No 2 Agustus 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MAKANAN SEHAT DAN BERGIZI MELALUI MODEL MULTISENSORI DAN MODEL PEMBELAJARAN BIASA AstriUtami¹, Margaretha Sri Yuliariatiningsih², TitaMulyati³ Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kampus Daerah Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] Penelitian dilatarbelakangi hasil PISA (Program for International StudentAssesment)Indonesia yang belum mencapai hasil yang diharapkan. Kenyataan ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa pada pelajaran IPA khususnya pada konsep makanan sehat dan bergizi. Permasalahan ini berkaitan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan guru. Penelitian dilaksanakan di SDN Percobaan Cileunyi dengan menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen yaitu desain pretes dan postes pada dua kelas sebagai sampel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman konsep IPA antara siswa yang memperoleh model multisensori dan yang memperoleh model pembelajaran biasa dan mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa melalui model multisensori jika dibandingkan dengan pembelajaran biasa. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran IPA, model multisensori, dan soal pemahaman konsep. Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikansi pada pengolahan data postes sebesar 0,00 dan pada pengolahan data gain sebesar 0,00. Keduanya lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05. Kesimpulannya terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep IPA antara siswa yang memperoleh model multisensori dan yang memperoleh model pembelajaran biasa dan kelas yang memperoleh model multisensori meningkat dalam kemampuan pemahaman konsep lebih baik dari kelas yang memperoleh model pembelajaran biasa. Berdasarkan hasil uji angket siswa memberikan sikap positif terhadap konsep makanan sehat dan bergizi, model multisensori dan soal pemahaman konsep terlihat dari 100%, 94%, dan 79% siswa memperoleh skor di atas 2,50 pada setiap indikatornya. Merujuk pada pemaparan ini peneliti merekomendasikan pembelajaran dengan model multisensori sebagai alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa khususnya pada konsep makanan sehat dan bergizi di SD.
Kata Kunci : IPA, Multisensori, Pemahaman Konsep
1. 2. 3.
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1106225 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
2 1
2
3
Astri Utami , Margaretha Sri Yuliariatiningsih , Tita Mulyati Peningkatan Kemampuan Pemahaman Siswapada Konsep Makanan Sehat dan Bergizimelalui Model Multisensori dan Model Pembelajaran Biasa
STUDENT’S COMPREHENSION CAPABILITY IMPROVEMENT ON HEALTHY AND NUTRITIONAL FOOD CONCEPT THROUGH MULTISENSORY MODEL AND USUALLEARNING MODEL ASTRI UTAMI 1106225 ABSTRACT Thisresearchbased on backgroundPISA (Program for International StudentAssesment) resultthathave not yetproperexpectation. Thisfactiscausedbystudent’scomprehensioncapabiltythatlow on natural sciencelessonespeciallyabouthealthandnutritionalfoodconcept. This problemrelatedbylearning model thatusualyusedbytheteacher. Research has beenimplementedat SDN Percobaan Cileunyiwithquasiexperimentalresearchmethode, thatpretestandpostestdesign on twoclass as sample. The purpose of thisresearchistoknowdifferencebetweenstudents’scomprehensioncapabilitythroughmul tisensory modelandstudentwithusuallearning model, italsotocomparestudent’scomprehensioncapabilityimprovementthroughmultisensory modelwithstudent’scoprehensioncapabilityimprovementwithusuallearning model. Thisresearchalsohave a goaltoknowstudent’sreactionabout natural sciencelearning, multisensory model, andcomprehensioncapabilitytestthatgiven. The resultshowsthatsignificancevalue onpostestandgaindata is 0,00 orlessthan 0,05. The conclusionof thisresearchistheclassthatobtainmultisensory modelincreasesbetterthanclassthatobtainusuallearning model. Based on questioningresult, studentsgavepositiveresponabout natural sciencelearning, multisensory model, andcomprehensioncapabilitytestthatgivenitseenfrom 100%, 94%, and 79% studentsgetscoremorethan 2,50 ineachindicator.Based on thatexplanation, analystrecommendsmultisensorylearning model as alternative model toimprovestudent’scomprehensioncapabilityespeciallyhealthandnutritionalfoodconcept inelementaryschool .
Keywords :Comprehensioncapability, Multisensory, Natural science
1. 2. 3.
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1106225 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
3 | Antologi UPI... Vol... Edisi No...Juni 2015
Di abad 21 banyak tuntutan yang harus dipenuhi masyarakat terutama dalam dunia pendidikan. Kompetensi para siswa senantiasa diuji kelayakannya di dunia internasional. Morocco (Abidin, 2013) menyatakan beberapa kompetensi yang diperlukan yaitu kompetensi abad 21 yang terdiri dari kompetensi pemahaman yang tinggi, kompetensi berpikir kritis, kompetensi berkolaborasi dan kompetensi berkomunikasi. Indonesia telah berulang kali tertinggal pada hasil PISA (Program for International StudentAssesment) khususnya dalam pembelajaran IPA. Studi PISA ini mengukur kemampuan literasi IPA siswa. Kemampuan pemahaman konsep adalah salah satu dari kompetensi abad 21 sekaligus bagian dari literasi yang menjadi aspek yang diperhitungkan dalam studi ini. Meskipun dalam studi PISA siswa yang diuji adalah siswa pada usia 15 tahun namun tentu hal ini terkait pada pembelajaran yang dilaksanakan pada jenjang sebelumnya. Meninjau hasil pembelajaran IPA yang belum sesuai harapan perlu diketahui hakikat dari pembelajaran IPA itu sendiri. Bundu (2006) menyatakan bahwa IPA sering disebut sebagai sains yang erat kaitannya dengan alam dan peristiwaperistiwa di dalamnya. IPA merupakan sejumlah proses atau kegiatan mengumpulkan informasi tentang dunia sekitar, diperoleh melalui kegiatan tertentu, dan dicirikan dengan penggunaan metode ilmiah di dalamnya. Dari definisi tersebut ciri khas IPA terdapat pada penggunaan metode ilmiah. Selain sebuah deretan konsep IPA juga merupakan pengetahuan yang diperoleh dari sebuah pengamatan menggunakan metode observasi. IPA juga memberi jalan untuk memahami sesuatu berdasarkan data yang dikumpulkan dari hasil observasi tersebut.
1. 2. 3.
Pembelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa dapat memahami konsep-konsep IPA, memiliki keterampilan proses, mempunyai minat mempelajari alam sekitarnya, bersikap ilmiah, mampu menerapkan konsep IPA untuk menjelaskan gejala alam sekitar, dan mampu memecahkan gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta mencintai alam sekitar (Yuliariatiningsih dan Irianto, 2009). Dari sekian banyak tujuan pembelajaran IPA maka salah satunya adalah pemahaman konsep. Pemahaman konsep merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki oleh siswa, khususnya pada pembelajaran IPA karena pemahaman merupakan kemampuan yang menjadi tujuan dari pembelajaran IPA serta bagian dari empat kompetensi abad 21. Namun, pada prakteknya tidak semua pembelajaran IPA dilaksanakan sebagai mana mestinya. Hal ini berimbas pada kemampuan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPA. Pembelajaran yang biasa dilaksanakan di sekolah adalah pembelajaran yang umumnya mengabaikan metode ilmiah dan masih berpusat pada guru, pembelajaran yang belum sesuai dengan karakteristik siswa, dan mengabaikan tujuan pembelajaran IPA. Pembelajaran ini umumnya berorientasi pada buku siswa, sehingga siswa hanya menghafal dan tidak memahami hal yang dipelajari. Untuk mewujudkan pembelajaran sesuai dengan tujuan IPA dan kompetensi abad 21 ini perlu ada sebuah metode pembelajaran yang menuntut pemahaman konsep siswa. Metode yang membuat siswa belajar dengan sepenuhnya, menjelaskan konsep yang telah siswa pelajari dengan menghayatinya. Model Pembelajaran multisensori merupakan salah satu model pembelajaran
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1106225 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
4 1
2
3
Astri Utami , Margaretha Sri Yuliariatiningsih , Tita Mulyati Peningkatan Kemampuan Pemahaman Siswapada Konsep Makanan Sehat dan Bergizimelalui Model Multisensori dan Model Pembelajaran Biasa yang dapat mengembangkan pemahaman siswa karena melibatkan seluruh indra yang dimiliki siswa untuk memahami konsep secara langsung. Berpedoman pada pepatah China bahwa siswa akan banyak belajar dari yang dilihat, dengar dan rasakan, sejalan juga dengan ungkapan I hear I forget, I see I remember, dan I do I understand, model pembelajaran multisensori mengaktifkan kelima sumber memperoleh pengetahuan bagi siswa, yaitu kelima panca indra siswa. Dengan penggunaan model ini dimungkinkan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran Menurut Abidin (2013) model pembelajaran multisensori merupakan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya memanfaatkan berbagai panca indra seperti mata, telinga, hidung, lidah sebagai pengecap, dan kulit. Kelima panca indra ini merupakan alat pemerolehan informasi bagi siswa. Blackwood (2008) menyatakan bahwa pembelajaran multisensori adalah model pembelajaran yang menstimulasi telinga, mata, dan tangan kemudian menghubungkan hal tersebut sebagai alat dalam sebuah proses belajar. Baines (2008) menjelaskan bahwa dalam pada pembelajaran dengan model multisensori siswa memanfaatkan kemampuan dalam melihat, mendengar, merasa, mencoba, bergerak, bahkan menyentuh sampai menghayati sebuah konsep pembelajaran. Dari beberapa pendapat ini didapatkan pembelajaran multisensori sebagai sebuah model pembelajaran yang memanfaatkan panca indra yang dimiliki siswa untuk menyelidiki dan mencari tahu informasi sebagai proses pembelajaran. Jika dikaitkan dengan karakteristik pembelajaran IPA pembelajaran dengan model pembelajaran multisensori ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA. Pengamatan atau observasi dengan menggunakan beberapa panca indra merupakan komponen penting pada 1. 2. 3.
pembelajaran IPA juga termasuk komponen penting dalam pembelajaran padahal pada pembelajaran biasa pada umumnya penggunaan berbagai indra dalam kegiatan pembelajaran sering kali dikesampingkan karena satu jenis indra saja dianggap sudah cukup untuk mengumpulkan data pengamatan. Dari uraian latar belakang di atas peneliti bermaksud melakukan penelitian mengenai pembelajaran siswa pada konsep IPA. Sebuah penelitian kuasi eksperimen dengan rumusan permasalahan sebagai berikut 1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep antara siswa yang memperoleh model multisensori dan yang memperoleh model pembelajaran biasa? 2. Apakah peningkatan pemahaman konsep IPA siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model multisensori lebih baik daripada yang memperoleh model pembelajaran biasa? 3. Bagaimana sikap siswa setelah memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran multisensori terhadap konsep makanan sehat dan bergizi, model pembelajaran multisensori dan soal pemahaman konsep IPA yang diberikan? Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman konsep IPA antara siswa yang memperoleh model multisensori dan yang memperoleh model pembelajaran biasa 2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep IPA siswa yang memperoleh model multisensori jika dibandingkan dengan yang memperoleh pembelajaran biasa. 3. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap konsep makanan sehat dan bergizi,
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1106225 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
5 | Antologi UPI... Vol... Edisi No...Juni 2015 model pembelajaran multisensori, dan soal pemahaman konsep IPA yang diberikan. Berkaitan dengan penelitian ini beberapa hal mengenai pembelajaran IPA yaitu bahwa pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang berhubungan dengan cara memahami alam secara sistematis, memahami gejala alam, baik yang menyangkut makhluk hidup ataupun benda mati, sehingga IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam kehidupan (Bundu, 2006). Konsep IPA merupakan konsep global yang menjadi salah satu konten pendidikan karena begitu dekat dengan kehidupan manusia. Setiap siswa bahkan sebelum mengenal konsep IPA sebagai sebuah ilmu pasti telah mengalami fenomena IPA dari kehidupan (Wisudawati, dan Sulistyowati, 2013). Uus, dkk (2013) IPA sebagai sebuah ilmu memiliki sifat dan karakteristik yang membedakan diri dengan ilmu lainnya karena kebenaran atas sains sudah dicobakan secara empiris melalui metode ilmiah, oleh karenanya sains merupakan pengetahuan ilmiah. Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran dan pengertian IPA dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPA merupakan ilmu yang harus dipelajari dengan cara-cara tertentu sesuai dengan karakteristik IPA itu sendiri dalam keilmuan, sehingga pembelajaran IPA sesuai dengan hakikat IPA dan pembelajaran itu sendiri. Dalam mengaplikasikan pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran IPA maka guru harus memfasilitasi siswa dengan model pembelajaran yang memiliki tahap-tahap pengembangan keterampilan proses bagi siswa sehingga didapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan belajar IPA. Kegiatan yang seharusnya ada dalam pembelajaran IPA adalah kegiatan mengamati, mengelompokkan, mengukur, menyimpulkan, memperkirakan, dan 1. 2. 3.
mengomunikasikan. Untuk melaksanakan kegiatan ini Rezbadkk (Bundu, 2006) mengusulkan ide agar minat observasi siswa bertambah yaitu dengan cara membawa objek yang menarik ke dalam kelas seperti makanan dan media lainnya, melakukan kegiatan menarik seperti membuat makanan kesukaan siswa, mengemas hal biasa dengan unik, dan mengamati perbedaan-perbedaan sebagai pembanding bagi siswa. Kegiatan ini juga harus didukung oleh menggunakan alat indra dengan difasilitasi lembar kerja yang menyediakan hasil pengamatan yang juga sesuai dengan alat indra yang dimiliki. Dari beberapa pengkajian pengertian pembelajaran, IPA, dan pembelajaran IPA artinya pembelajaran IPA haruslah merupakan pembelajaran yang memenuhi beberapa kriteria. Kriteria tersebut yaitu, pembelajaran mampu menyesuaikan diri dengan makna pembelajaran IPA, pembelajaran IPA yang mampu membuat siswa membelajarkan dirinya melalui hal yang didapatkan siswa dari lingkungan, pencarian, dan pemrosesan informasi menjadi konsep dan produk IPA. Semua ini tentu harus sesuai dengan kapasitas/ karakteristik psikologis siswa yang diketahui berada pada tahap operasional konkret. Pembelajaran yang memungkinkan adalah pembelajaran yang menggunakan seluruh aspek dalam diri siswa. Menurut Abidin (2014) model pembelajaran multisensori merupakan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya memanfaatkan berbagai panca indra seperti mata, telinga, hidung, lidah sebagai pengecap, dan kulit. Kelima panca indra ini merupakan alat pemerolehan informasi bagi siswa. Sehingga dengan difungsikannya kelima panca indra ini siswa mampu mendapatkan informasi dengan lengkap sesuai dengan konsep yang diamati. Hal ini juga sejalan dengan prinsip belajar yang dikemukakanGlaser (Abidin, 2014) bahwa manusia belajar 10% dari membaca, 20% dari yang
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1106225 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
6 1
2
3
Astri Utami , Margaretha Sri Yuliariatiningsih , Tita Mulyati Peningkatan Kemampuan Pemahaman Siswapada Konsep Makanan Sehat dan Bergizimelalui Model Multisensori dan Model Pembelajaran Biasa didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang didiskusikan, 80% dari yang dialami sendiri, dan 95% dari mengajarkan sesuatu pada orang lain. Blackwood (2008) menyatakan bahwa pembelajaran multisensori adalah model pembelajaran yang menstimulasi telinga, mata, dan tangan kemudian menghubungkan hal tersebut sebagai alat dalam sebuah proses belajar. Metode, media dan berbagai alat pembelajaran dalam model multisensori hendaknya merupakan hal yang mampu berinteraksi dengan kelima indra siswa seperti seni, musik, makanan, alat peraga, dan alat kreatif lain. Hal inilah yang menjadi karakteristik utama dari pembelajaran multisensori. Baines (2008, hlm. 21) menyatakan “multisensorylearningis a way of teachingthatrequiresstudentstoactivetheirf ullfacultiesseeing, hearing, smelling, tasting, moving, touching, thinking, intuiting, enjoying, in a variety of situations” hal ini menjelaskan bahwa dalam belajar siswa memanfaatkan kemampuan dalam melihat, mendengar, merasa, mencoba, bergerak, bahkan menyentuh sampai menghayati sebuah konsep pembelajaran. Baines (2008) menyatakan model pembelajaran multisensori memiliki keuntungan dalam hal menstimulasi seluruh potensi siswa dalam hal pengalaman belajar. Seperti halnya siswa yang belajar bermain piano melalui mendengarkan piano. Siswa mempelajari teknik piano secara detil tanpa mendengarkan dan menyentuh piano sedikit pun, tentu siswa tidak akan mampu mempelajari piano secara penuh. Berkaitan dengan hal ini metode multisensori (Baines, 2008) mengungkapkan metode suzuki merupakan salah satu contoh teknik pembelajaran multisensori dalam mempelajari musik melalui merekam, mengamati guru mendemonstrasikan 1. 2. 3.
permainan musik, dengan beberapa teknik seperti menyimulasikan, mendemonstrasikan permainan yang benar dan mencoba. Dengan kata lain, setiap indra seperti pendengaran, berkata, simbol dan gambar dimanfaatkan untuk mempelajari bermain musik. Menurut Blackwood (2008) selain mengoptimalkan seluruh potensi panca indra model multisensori juga dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan berbagai gaya belajar. Selain meningkatkan minat (attention), juga meningkatkan tingkat pemahaman (comprehension), danmengingat lebih lama (retention). Beberapa keuntungan lain dari pembelajan berbasis multisensori adalah memberi efek anti boring, dan memberieffectcrystalcleareffect, unforgetableeffect. Kelebihan ini telah buktikanoleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Blackwood Mendukung teori pada model multisensori ini Pramono (2012) mengungkapkan bagi siswa indra adalah alat alami untuk menambah pengetahuannya mengenai dunia. Indra membantu siswa melibatkan diri secara penuh dalam sebuah aktivitas. Orang dewasa biasanya cenderung menggunakan penglihatan dan pendengaran sebagai indra utama sementara siswa mempelajari segala hal pertama kali dari indra, seperti mengenal tekstur, mengenal suara, mengenal perbadaan bau, melihat warna, dan mengidentifikasi rasa. Pendapat ini juga didasari teori montessori mengenai pendidikan anak usia dini tentang bagaimana satu persatu indra berkembang menjadi sumber pemerolehan belajar siswa untuk mengenal lingkungannya. Jika dikaitkan dengan karakteristik pembelajaran IPA pembelajaran dengan model pembelajaran multisensori ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA. Pengamatan atau observasi dengan menggunakan beberapa panca indra
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1106225 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
7 | Antologi UPI... Vol... Edisi No...Juni 2015 merupakan komponen penting pada pembelajaran IPA juga termasuk komponen penting dalam pembelajaran padahal pada pembelajaran biasa pada umumnya penggunaan berbagai indra dalam kegiatan pembelajaran sering kali dikesampingkan karena satu jenis indra saja dianggap sudah cukup untuk mengumpulkan data pengamatan. Begitu pun seperti kegiatan mengambil kesimpulan, membedakan dan kegiatan proses lainnya yang sering dilupakan karena tidak dijadikan dasar dalam pembelajaran. Namun, Dengan menerapkan pembelajaran model multisensori artinya guru memfasilitasi siswa untuk belajar IPA yang sesuai dengan tujuan IPA itu sendiri. Berdasarkan beberapa kajian mengenai model pembelajaran ini, model multisensori memiliki tahap-tahap dalam pelaksanaannya yaitu menurut Abidin (2014) sintaks model pembelajaran multisensori adalah sebagai berikut 1. Prapembelajaran Merupakan tahap persiapan sebelum pembelajaran inti dimulai, prapembelajaran merupakan kegiatan awal dari pembelajaran, poin penting dari kegiatan ini adalah guru menyiapkan sisa untuk belajar, memotivasi siswa dan melakukan apersepsi pembelajaran. 2. Fase 1 : Membuat Pertanyaan Siswa diperkenalkan mengenai hal yang akan dipelajari melalui membuat pertanyaan mengenai rasa ingin tahu dalam dirinya sehingga dapat menggali potensi keingintahuan siswa. 3. Fase 2 : Merumuskan Hipotesis Siswa membuat dugaan sementara mengenai hal yang dipertanyakan oleh siswa dengan memanfaatkan pengetahuan awal siswa itu sendiri. 4. Fase 3 : Penelitian Berbasis Multisensori Siswa melakukan penyelidikan, dengan difasilitasi oleh guru melakukan kegiatan multisensori atau menggunakan seluruh indra yang dapat digunakan untuk 1. 2. 3.
mencari tahu data penting sambil mengumpulkan data. 5. Mengolah dan Menganalisis Data Siswa mengolah dan menganalisis data dan memaknai proses dari hal yang telah dihipotesiskan sebelumnya, setiap data yang didapatnya dikumpulkan ke dalam tabel atau format pengumpulan data lainnya untuk diamati. 6. Menguji Hipotesis Siswa menguji hipotesis yang telah dibuat untuk memastikan kebenaran dugaan yang sebelumnya dibuat, sehingga akan teringat kuat di memori siswa. 7. Membuat Simpulan Umum Siswa membuat kesimpulan sebagai muara dari menganalisis data dalam hasil observasinya. 8. Menyajikan Hasil Siswa mengomunikasikan hasil dari pembelajaran yang dilakukan kepada siswa lainnya sebagai bentuk representasi dari hal yang dikerjakan. 9. Pascapembelajaran Guru membahas kembali kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran sehingga ditemukan solusi dari permasalahan yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Beberapa prinsip dalam pembelajaran multisensori disampaikan oleh Ma’mur (2014) merupakan suatu keharusan dalam melaksanakan pembelajaran berbasis multisensori 1. Prinsip Kesenangan Siswa harus dibawa pada kesenangan dalam belajar, situasi yang tidak boleh menjenuhkan sehingga memotivasi siswa untuk mencari informasi bertambah. 2. Prinsip Individualitas Guru harus mampu menghargai perbedaan kecerdasan, minat dan perbedaan kemampuan siswa dengan cara menyediakan media dan alat yang lengkap berdasarkan kemampuan siswa. 3. Prinsip Kontinuitas
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1106225 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
8 1
2
3
Astri Utami , Margaretha Sri Yuliariatiningsih , Tita Mulyati Peningkatan Kemampuan Pemahaman Siswapada Konsep Makanan Sehat dan Bergizimelalui Model Multisensori dan Model Pembelajaran Biasa Dilakukan secara terus menerus selama pembelajaran sehingga menjadi sebuah kebiasaan bagi siswa itu sendiri. 4. Berkelanjutan Keberhasilan pembelajaran akan mempengaruhi tindakan selanjutnya, sehingga satu tindakan akan mempengaruhi tindakan selanjutnya dalam pembelajaran ini. Keterampilan penting yang menjadi tuntutan di sekolah adalah pemahaman konsep. Dalam pembelajaran, hasil belajar merupakan orientasi penting atau merupakan destination dari belajar itu dari sudut pandang umum. Meskipun dari sudut pandang pendidikan hasil belajar terdiri dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Morocco (Abidin, 2014) menyatakan bahwa kompetensi belajar dan berkehidupan di Abad ke 21 akan ditandai oleh empat hal utama yaitu kompetensi pemahaman yang tinggi, kompetensi berpikir kritis, kompetensi berkolaborasi dan berkomunikasi serta berpikir kreatif. “Pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya” (Purwanto, 2011, hlm.33). Menurut Ahiri dan Hafidz (2011, hlm. 37) Pemahaman adalah kemampuan yang dapat diukur dengan mengharuskan siswa menafsirkan bahan pelajaran dari suatu bentuk ke bentuk lain, menginterpretasikan bahan pembelajaran, dan meramalkan efek yang paling mungkin dari suat konsep. Jadi pemahaman adalah kemampuan siswa dalam menafsirkan, menginterpretasi konsep kemudian meramalkan kejadian dari suatu konsep dari yang diketahuinya. Pemahaman dikategorikan aspek kognitif karena berkaitan erat dengan pengetahuan siswa baik sebelum dan sesudah pembelajaran.
1. 2. 3.
Model pembelajaran multisensori memfasilitasi siswa dengan pembelajaran yang memungkinkan siswa menggunakan panca indranya untuk memperoleh informasi, menemukan sesuatu dalam proses belajar sehingga akan lebih tersimpan di memori siswa terutama melalui kegiatan menanya, dan penyelidikan berbasis multisensori. Berkaitan dengan pemahaman konsep tentu hal ini akan sangat membantu dalam pembelajaran terutama dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa. Prayitno (Ambarwati, 2013) menyatakan makin banyak indra yang terlibat dalam proses belajar maka siswa akan semakin paham dalam proses pembelajarannya. Beberapa hal mengenai pemahaman konsep yang berkaitan dengan model pembelajaran multisensori adalah juga pendapat Blackwood (2008) yang menyatakan bahwa selain mengoptimalkan seluruh potensi panca indra model multisensori dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan berbagai gaya belajar. Sehingga pembelajaran dengan model multisensori sangat relevan jika disandingkan dengan upaya meningkatkan pemahaman konsep IPA. Selain beberapa kajian mengenai model pembelajaran multisensori dan model pembelajaran biasa. Aspek yang juga diteliti dalam penelitian ini adalah sikap siswa. Sikap siswa terhadap pembelajaran dapat menggambarkan respon siswa terhadap suatu pembelajaran. Hopkin (Bundu, 2006) sikap dapat diketahui melalui berbagai cara seperti laporan atau melalui pernyataan tertentu yang diberikan kepada siswa. Untuk kelas tinggi seperti kelas IV, V dan VI sikap dapat diketahui dengan mengajukan angket sederhana yang mengungkapkan pendapat siswa tentang pelajaran yang diikuti, Pada bagian tertentu siswa merasa bosan atau justru menyenangkan akan dapat diukur dengan pernyataan pernyataan tersebut. Informasi
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1106225 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
9 | Antologi UPI... Vol... Edisi No...Juni 2015 dari pengisian angket ini dapat sangat membantu guru untuk mengembangkan sikap ilmiah siswa. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan clasical eksperimental design yaitu pretesandpostestdesign. Dalam proses penelitian ini diawali dengan penentuan populasi dan sampel penelitian yaitu seluruh siswa kelas IV di Kabupaten dengan sampel siswa kelas IVA dan IVB SDN Percobaan Cileunyi. Siswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah 34 siswa baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrolBerikut desain penelitian O
X1
O
O
X2
O
Desain ini menjelaskan bahwa pada awalnya kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Kemudian kelas pertama atau kelas eksperimen melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran multisensori dan kelas kedua atau kelas kontrol menggunakan model pembelajaran yang biasa dilakukan guru. Setelah enam pertemuan kedua kelas melaksanakan postes untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep siswa dari dua kelas yang berbeda tersebut. Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan pemahaman konsep siswa dan angket. Intrumen tes diujikan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. Indikator yang digunakan dalam soal adalah indikator pemahaman konsep siswa menurut bloom (Kistiono dan Suhandi, 2009) yaitu kemampuan interpretasi, 1. 2. 3.
kemampuan, mencontohkan, mengklasifikasikan, menggeneralisasikan, menginferensi, membandingkan, dan menjelaskan. Dari 40 soal yang diujikan didapatkan 31 soal yang digunakan, salah satunya tidak digunakan sehingga soal yagn digunakan adalah 30 soal. Penelitian dimulai dari tahap perencanaan, penyusunan rencana pembelajaran, kemudian dilakukan penelitian. Penelitian dilakukan dalam enam kali pembelajarandengan materi yang dibagi sedemikian rupa pada setiap perlakuan sebagai berikut Tabel 1 Materi Penelitian Materi Subpokok Bahasan Pembelajaran 1 Susu dan Kandungannya Pembelajaran 2 Vitamin Pembelajaran 3 Karbohidrat Pembelajaran 4 Nutrisi Pembelajaran 5 Air dan Mineral Pembelajaran 6 Vitamin dan Mineral Pembagian materi ditentukan berdasarkan materi ajar penelitian yang disesuaikan dengan ketersediaan materi yang sesuai pembelajaran merujuk pada kurikulum 2013, sehingga penelitian berjalan sesuai dengan pembelajaran yang memang sedang berlangsung di lapangan. Teknik analisis data yang dilakukan adalah teknik pengujian statistik yaitu dengan uji gain ternormalisasi, uji formalitas, uji homogenitas dan uji perbedaan dua rerata. Pengujian ini dilakukan dengan bantuan sofware versi SPSS 17.0 untuk memudahkan perhitungan pengolahan datanya dan didapat hasil yang akurat. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dimulai dari perencanaan awal yaitu perancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Peneliti memilih kelas IV di SDN
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1106225 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
10 1
2
3
Astri Utami , Margaretha Sri Yuliariatiningsih , Tita Mulyati Peningkatan Kemampuan Pemahaman Siswapada Konsep Makanan Sehat dan Bergizimelalui Model Multisensori dan Model Pembelajaran Biasa Percobaan sebagai subjek penelitian. Kurikulum yang digunakan di SDN Percobaan adalah kurikulum 2013, untuk itu materi pembelajaran yang dipilih adalah tema sembilan mengenai makanan sehat dan bergizi. Peneliti memberikan pretes kepada dua kelas. Pada hari Senin tanggal 30 Maret 2015 pretes dilaksanakan di kelas IVA dan IV B. Model pembelajaran yang dilaksanakan di kelas eksperimen adalah model multisensori dan model pembelajaran yang digunakan di kelas kontrol adalah model pembelajaran biasa berdasarkan pada kurikulum yang berlaku. A. Hasil Penelitian 1. Penerapan Model Multisensori tahap-tahap pembelajaran di mulai dari tahap persiapan yaitu penyiapan rencana pelaksanaan pembelajaran, prapembelajaran, dan pascapembelajaran sebagai berikut a) Prapembelajaran Guru menyiapkan siswa untuk belajar dengan menggunakan tepuk semangat. Pada tahap ini guru memberikan cerita-cerita berkaitan dengan pengalaman guru dengan makanan sehat dan bergizi dan melakukan tanya jawab mengenai tema pembelajaran sesuai dengan sub pokok bahasan yang akan dibahas. b) Pembelajaran Multisensori Guru menunjukkan makanan sesuai dengan tema pembelajaran saat itu, sambil membagikan LKS, kemudian siswa diarahkan untuk membuat pertanyaan seputar cerita guru dan tentang hal yang ingin diketahuinya mengenai materi ke dalam lembar kerja, kemudian siswa membuat dugaan sementara dari pertanyaan siswa pada lembar kerja yang disediakan. Setelah membuat pertanyaan dan dugaan siswa mulai menyiapkan bahan-bahan dan
alat yang sudah dibawa dan menatanya secara berkelompok. Dari bahan yang dipersiapkan siswa ini kemudian siswa melakukan penelitian dan pengamatan berbasis Multisensori dengan panduan lembar kerja Siswa yang disediakan kemudian siswa menggunakan penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan mencoba melakukan pencarian pada sumber yang tersedia seperti buku dan melalui tanya jawab termasuk kepada guru. Siswa menuliskan setiap hasil dari pengamatannya ke dalam LKS multisensori sebagai perolehan data untuk dianalisis, pengamatan ini dapat bervariasi bentuknya, dimulai dari pembagian tugas terlebih dahulu menjadi pengamat, penulis laporan, dan asisten. Pada beberapa treatmentpengamat menggunakan penutup mata untuk menguatkan fungsi indera penciuman dan perabaannya. Siswa mengelola data untuk menjawab pertanyaan dalam lembar kerja siswa sebagai proses analisis terbimbing. Siswa membuktikan hipotesis dari pertanyaan yang dibuat. Setelah melakukan tahap ini kemudian siswa dapat membuat kesimpulan. Setelah selesai menjawab setiap pertanyaan di lembar kerja siswa beberapa perwakilan siswa mengomunikasikan hasil kerjanya c) Pascapembelajaran Pada kegiatan akhir guru membahas kembali kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran melalui tanya jawab dengan siswa dengan pertanyaan seperti “apa saja yang telah kalian amati hari ini?”, merangkum apa yang telah dipelajari dan menuliskannya dalam pembelajaran. Kemudian siswa mengumpulkan Lembar Kerja Siswa di depan kelas, guru memberi tindak lanjut dan tugas untuk membawa bahan di pertemuan berikutnya lalu guru menutup pembelajaran. 2. Kelas Eksperimen
1. 2. 3.
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1106225 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
11 | Antologi UPI... Vol... Edisi No...Juni 2015 Pada pretes kelas eksperimen mendapatkan nilai rata-rata 48,53 dengan skor terbesar 81 dan skor terendah 16. Hal ini menggambarkan kemampuan pemahaman konsep siswa rendah. Kemudian pada postes kelas eksperimen mendapatkan hasil rata-rata 67,53 dengan nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 27. Artinya dari pretes ke postes siswa mengalami peningkatan cukup tinggi dengan indeks gain 0,37 atau berada pada kategori tinggi. 4. Kelas Kontrol Kelas kontrol mendapatkan nilai ratarata 42,23 dengan nilai terbesar 73 dan nilai terkecil 9 pada postes hal ini menunjukkan bahwa nilai pada kelas kontrol rendah. Kemudian setelah memperoleh pembelajaran didapatkan hasil postes dengan rata-rata 51,91 dengan nilai tertinggi 77 dan nilai terendah 17. Dari pretes dan postes kelas kontrol mengalami peningkatan pemahaman konsep dengan indeks gain 0,13 atau tergolong peningkatan rendah. B. Pembahasan Telah dipaparkan bahwa penelitian ini dilakukan di dua kelas yaitu kelas IVA dan IVB dengan kelas IVA sebagai kelas eksperimen dan IVB sebagai kelas kontrol. Maka, data pertama yang diperoleh dan dapat diolah dalam penelitian ini adalah data pretes kemampuan pemahaman konsep siswa. Pretes ini berguna untuk mengetahui kemampuan pemahaman siswa pada konsep makanan sehat dan bergizi karena itu sesuai dengan prasyarat yang diungkapkan oleh Ruseffendi (2010) bahwa subjek dalam penelitian haruslah setara. Pada hasil pretes diperoleh rata-rata yang sedikit berbeda, meskipun tidak terlalu jauh yaitu kelas IVA dengan ratarata 48,50 dan di kelas IVB dengan ratarata 42,23. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis data statistik untuk membuktikan bahwa kedua kelas merupakan kelas 1. 2. 3.
dengan kemampuan pemahaman konsep yang sama. Analisis yang dilakukan adalah uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk yang berguna untuk menguji kenormalan distribusi data. Karena hasilnya menunjukkan distribusi normal maka uji selanjutnya yaitu uji homogenitas untuk mengetahui perbedaan rerata kemampuan pemahaman konsep ini, hasil yang didapatkan kemudian menentukan uji selanjutnya yaitu uji t-tes. Pada Uji Shapiro-Wilk diperoleh data nilai sig pada uji Shapiro-Wilk adalah senilai 0, 51 pada kelas eksperimen dan 0,75 pada kelas kontrol. Keduanya lebih kecil dari pada 0,05, maka data pretes dinyatakan berdistribusi normal. Ketika dilakukan pengujian Homogenitas didapatkan hasil 0,91 maka data dinyatakan homogen. Dan pada pengujian formalitas didapatkan hasil signifikansi 0,06 atau lebih besar dari nilai signifikansi 0,05. Hal ini mengisyaratkan bahwa pada awal secara statistik kemampuan pemahaman siswa adalah sama, atau tidak memiliki perbedaan sehingga kedua kelas ini memenuhi syarat untuk diberikan perlakuan model pembelajaran yang berbeda. Kemudian, peneliti memberikan enam kali perlakuan berupa pembelajaran kepada kedua kelas dengan peneliti sebagai pengajar di kelas eksperimen dan guru kelas sebagai pengajar di kelas kontrol, dengan asumsi bahwa guru yang mengetahui pembelajaran biasa digunakan di kelas. Peneliti menggunakan model pembelajaran multisensori dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran yang biasa digunakan di sekolah. Dari enam pertemuan dengan materi yang sama ini memiliki perbedaan waktu dalam pelaksanaannya karena perbedaan jadwal pelajaran pada kedua kelas, serta terpotongnya waktu pembelajaran oleh libur panjang. Namun hal ini tidak mengurangi esensi pembelajaran. Deskripsi pembelajaran ini pun telah dijelaskan dalam bagian temuan penelitian.
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1106225 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
12 1
2
3
Astri Utami , Margaretha Sri Yuliariatiningsih , Tita Mulyati Peningkatan Kemampuan Pemahaman Siswapada Konsep Makanan Sehat dan Bergizimelalui Model Multisensori dan Model Pembelajaran Biasa Setelah dilakukan pembelajaran maka data kedua yang diperoleh adalah data postes siswa. Hasil postes ini digunakan untuk menilai sejauh mana hasil pembelajaran siswa dari enam pertemuan yang telah diberikan khususnya pada kategori pemahaman konsep. Berdasarkan postes ini pula dapat dilihat perbedaan siswa sebelum pembelajaran dan sesudah pembelajaran. Sesuai dengan metode penelitian maka hasil postes ini kemudian juga diolah secara statistik. Dari hasil postes didapatkan hasil rerata di kelas eksperimen adalah 67,5 dan di kelas kontrol adalah 51,23. Sama halnya pada pretesrerata ini terlihat berbeda namun harus diuji secara statistik sehingga dapat terlihat perbedaannya cukup signifikan atau tidak untuk menyimpulkan perbedaan rerata di antara kedua data. Maka dilakukanlah uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk untuk menguji kenormalan distribusi data, uji homogenitas untuk menguji perbedaan varians, serta uji-t untuk menguji perbedaan rerata. Pada uji normalitashasil sig yang didapatkan adalah 0,24 pada kelas eksperimen dan 0,64 pada kelas kontrol. Keduanya lebih besar dari 0,05 hal ini mengisyaratkan bahwa data berdistribusi normal dan dapat menggunakan uji homogenitas untuk melihat perbedaan varians pada kedua kelas. Pada uji homogenitas didapatkan hasil 0,25, hasil ini lebih besar dari pada 0,05, hal ini mengisyaratkan bahwa data tidak memiliki perbedaan varians atau dapat dikatakan homogen, dari hasil perhitungan ini kemudian dilakukan uji independentsample t tes dengan mengambil t-testequalvarianceassumed. Dari hasil pengujian t tes ini didapatkan nilai 0,00 atau lebih kecil dari pada 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa dari hasil postes kemampuan pemahaman konsep siswa berbeda. Maka peneliti 1. 2. 3.
menyimpulkan setelah pembelajaran terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kedua uji yang telah dilakukan pada dua data yang didapatkan belum cukup untuk menjawab hipotes penelitian. Salah satu tujuan penelitian ini bertujuan untuk menguji peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang memperoleh pembelajaran model multisensori lebih baik dari pada yang mendapatkan pembelajaran biasa atau tidak. Diperlukan uji statistik kembali yaitu pengujian data gain siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji yang dilakukan adalah uji normalitas dengan uji NormalitasShapiro-Wilk, Uji Homogenitas, dan Uji Perbedaan Dua RerataGain. Hasil pengujian gain ini didapatkan rerata indeks gain di kelas eksperimen adalah 0,38 dan di kelas kontrol sebesar 0,13, perbedaan pada kedua rerata di kelas ini adalah sebesar 0,24. Hasil indeks gain ini kemudian diuji dengan uji ShapiroWilk untuk melihat kenormalan distribusi data, dan didapatkan hasil sig sebesar 0,20 pada kelas eksperimen dan 0,71 pada kelas kontrol.Kedua nilai ini lebih besar dari 0,05 maka data dikategorikan berdistribusi normal. Setelah data diketahui normal uji selanjutnya adalah uji homogenitas. Untuk melihat perbedaan varians dan didapatkan nilai Asymp.Sig sebesar 0,38 yang artinya data tidak memiliki perbedaan varians. Uji selanjutnya adalah uji perbedaan dua rerata. Dari uji perbedaan dua rerata dengan menggunakan uji-t ini didapatkan nilai Asymp.Sig(2-tailed) sebesar 0,00. Nilai ini perlu dikonversi ke dalam nilai (1- tailed) dengan cara membagi dua, karena merupakan pengujian satu pihak. Hasil pembagian adalah 0,00. Dari nilai (1-tailed) ini dapat dibandingkan dengan 0,05 sehingga menghasilkan kesimpulan lebih kecil dari nilai signifikansi. Hal ini
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1106225 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
13 | Antologi UPI... Vol... Edisi No...Juni 2015 menyatakan bahwa peningkatan pemahaman konsep siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran multisensori lebih baik dari yang memperoleh pembelajaran biasa. Berdasarkan beberapa data yang dibahas ini dapat dijelaskan bahwa siswa semula memiliki kemampuan pemahaman konsep siswa yang sama, setelah diberi perlakuan keduanya mengalami peningkatan namun, kemampuan pemahaman yang meningkat lebih baik adalah kemampuan siswa yang memperoleh model multisensori. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa kemungkinan berdasarkan pada kajian teori sebelumnya bahwa pembelajaran multisensori memiliki banyak kelebihan dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa karena penggunaan prinsip-prinsip yang mendukung pembelajaran IPA. Dari hasil angket sikap ini didapatkan pada indikator pertama 100% siswa memberikan persetujuan positif pada setiap pernyataan mengenai konsep makanan sehat dan bergizi, hal ini direpresentasikan oleh seluruh siswa yang berjumlah 34 siswa yang mendapatkan skor lebih dari 2,50 pada indikator pertama. Pada indikator kedua 94% atau 32 dari 34 siswa memberikan persetujuan positif terhadap pembelajaran dengan model multisensori, hal ini direpresentasikan oleh 32 siswa yang mendapatkan skor lebih dari 2,50 pada indikator kedua. Pada indikator ketiga, 79 % atau 27 dari 34 siswa memberikan sikap positif terhadap soal pemahaman konsep siswa, 21% atau 7 siswa memberikan sikap negatif untuk pernyataan mengenai soal pemahaman konsep IPA. Secara umum siswa memberikan sikap positif terhadap pembelajaran dalam penelitian ini. SIMPULAN Setelah dilakukannya perumusan masalah, penentuan tujuan, pengkajian teori, penelitian hingga pada pengumpulan 1. 2. 3.
dan pengolahan data yang telah dibahas satu persatu, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut 1. Terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep IPA antara siswa yang memperoleh model multisensori dan yang memperoleh model pembelajaran biasa. Hal ini disimpulkan dari hasil analisis perbedaan reratapostes yang menghasilkan nilai uji t-tes 0,00 atau lebih kecil dari 0,05 yang menunjukkan terdapat perbedaan kemampuan pemahaman antara kedua kelas. 2. Peningkatan pemahaman konsep IPA siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model multisensori lebih baik daripada yang memperoleh pembelajaran biasa. Hal ini disimpulkan dari indeks gain siswa kelas eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan dengan indeks gain yang didapatkan oleh kelas kontrol. Hasil indeks gain ini juga telah diolah secara statistik dan menunjukkan hasil signifikansi 0,00 atau lebih kecil dari 0,05 yang menunjukkan peningkatan pemahaman konsep siswa yang lebih baik pada kelas eksperimen. 3. Siswa menunjukkan sikap positif, baik itu terhadap konsep makanan sehat dan bergizi, terhadap model multisensori, dan terhadap soal pemahaman konsep yang diberikan dibuktikan dari perolehan skor sikap siswa pada setiap indikatornya berturut turut sebesar 100%, 97% dan 79% mencapai hasil positif DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. ( 2014).Desain sistem pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013. Bandung: RefikaAditama. Ahiri, J. dan Hafidz A. (2011). Evaluasi pembelajaran dalam konteks ktsp. Bandung : Humaniora
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1106225 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
14 1
2
3
Astri Utami , Margaretha Sri Yuliariatiningsih , Tita Mulyati Peningkatan Kemampuan Pemahaman Siswapada Konsep Makanan Sehat dan Bergizimelalui Model Multisensori dan Model Pembelajaran Biasa Ambarwati, S. (2013).Pengaruh metode multisensori terhadap kemampuan membaca dini anak usia dini. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung Baines, L. (2008). A teacherguidetomultisensorylearning. Alexandria : ASCD Blackwood, R. (2008). The power of multisensorypreachingandteaching. Michigan: Zondevan Bundu, P. (2006). Penilaian keterampilan proses dan sikap ilmiah dalam pembelajaran sains SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Ketenagaan Kistiono dan Suhandi, A. (2009). Penyusunandananalisistespemahaman (understanding)konsepfisikadasarmah asiswacalon guru. Prosiding Seminar Nasional Jogja (hlm.1-9). Yogyakarta: UPI Bandung dan Universitas Sriwijaya
1. 2. 3.
Ma’mur, E, M. (2014). Penerapan metode feyrnald berbasis multisensori sebagai upaya penanganan membaca bagi anak berkesulitan belajar membaca permulaan. (Tesis). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Pramono, A. U. L. (2012). Ajari aku untuk melakukannya sendiri. Yogjakarta: Pustaka Pelajar Purwanto, P. (2011). Evaluasi pembelajaran. Bandung: Rosda Karya Russefendi, E, T.(2010). Dasar-dasar penelitian pendidikan dan bidang noneksata lainnya. Bandung : Tarsio Uus, T. dkk. (2013). Membangun literasi sains peserta didik. Bandung: Humaniora Wisudawati, A,W. dan Sulitstyowati, E. (2014). Metodologi pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara Yuliariatiningsih. M. dan Irianto, D, M. (2006). Konsep dasar IPA di sekolah dasar. Bandung : UPI Kampus Cibiru
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1106225 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab