SESINDO 2011-Jurusan Sistem Informasi ITS
PENGUKURAN KINERJA LAYANAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MANAJEMEN KETERSEDIAAN Sri Wulandari1), Achmad Affandi2) Laboratorium Jaringan Telekomunikasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus ITS, Jl. Arief Rachman Hakim, 60111 e-mail :
[email protected]),
[email protected])
Abstrak Saat ini kemajuan dalam penerapan teknologi informasi di lingkungan Pemerintah Kota telah menuju ambang critical mission, dimana hampir seluruh aspek kegiatan birokrasi, administrasi, serta layanan masyarakat menggunakan sistem informasi secara penuh. Salah satu aspek terpenting dalam penyediaan sistem informasi tersebut adalah ketersediaan layanan jaringan komputer. Dengan kondisi geografis yang cukup luas ditambah dengan banyaknya gedung pencakar langit, menjamurnya tower telekomunikasi, serta terjadinya perubahan iklim secara ekstrim maka menimbulkan berbagai permasalahan pelik terutama pada lokasi jaringan yang menggunakan teknologi radio/wireless. Untuk meningkatkan kinerja dalam penyelesaian permasalahan tersebut, diperlukan sebuah manajemen ketersediaan layanan yang berdasarkan pada sebuah kerangka kerja manajemen TI. Dalam penelitian ini diharapkan dapat menurunkan atau meminimalisasi waktu downtime melalui pengukuran kinerja layanan jaringan sesuai dengan kerangka kerja ITIL v3. Langkah-langkah yang diterapkan antara lain dengan melakukan ‘reactive dan proactive activities’, meliputi monitoring, pengukuran, analisa report dan review ketersediaan layanan. Dengan adanya manajemen ini diharapkan dapat memberikan arah yang tepat bagi departemen yang ada di Pemerintah Kota untuk menangani sebuah permasalahan layanan jaringan. Kata kunci: ITIL, Jaringan Komputer, Manajemen Ketersediaan.
1. PENDAHULUAN Selama kurun waktu lima tahun terakhir ini, Pemerintah Kota Surabaya dalam hal ini Dinas Komunikasi dan Informatika telah membangun infrastruktur teknologi informasi termasuk di dalamnya pembangunan jaringan komputer di seluruh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang mencakup wilayah Kecamatan, Kelurahan dan Puskesmas. Hal ini sesuai dengan salah satu strategi Pembangunan Daerah yaitu meningkatkan akselerasi pertumbuhan arus perdagangan barang dan jasa dalam skala regional maupun internasional serta memadukan wilayah Greater Surabaya dalam suatu sistem tata ruang yang terintegrasi didukung infrastruktur, sistem transportasi dan sistem TI yang memadai (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Surabaya Tahun 20062010). Saat ini kemajuan dalam penerapan teknologi informasi di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya telah menuju ambang critical mission, dimana hampir seluruh aspek kegiatan birokrasi, administrasi, serta layanan masyarakat menggunakan sistem informasi secara penuh. Untuk birokrasi dan administrasi, alur sistem dimulai dari musyawarah rencana pembangunan
(MUSRENBANG), perencanaan kegiatan (eProject), perencanaan anggaran (e-Budgeting), pengadaan barang dan jasa (e-Procurement), pengelolaan lelang dan swakelola (e-Delivery), penyerapan anggaran (e-Controlling) sampai dengan pemantauan kinerja SKPD (e-Performance). Untuk pelayanan masyarakat, sistem informasi unit pelayanan satu atap (UPTSA) terhubung dengan seluruh database dari SKPD terkait. Dan seluruh sistem informasi tersebut diterapkan bukan hanya pada SKPD di lingkungan Balai Kota namun juga di Kecamatan dan Kelurahan serta SKPD yang tersebar di seluruh pelosok Kota Surabaya. Salah satu aspek terpenting dalam penyediaan sistem informasi tersebut adalah ketersediaan layanan jaringan komputer. Seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya telah terhubung seluruhnya dengan jaringan komputer, atau yang biasa disebut dengan MAN (Metropolitan Area Network). MAN dibangun dengan kombinasi teknologi kabel Fiber Optic pada Backbone dan teknologi Radio/Wireless pada jaringan jalur distribusi. Masalah yang sering terjadi adalah downtime jaringan komputer yang ditimbulkan oleh berbagai faktor diantaranya cuaca, daya listrik,
1
SESINDO 2011-Jurusan Sistem Informasi ITS
dan malware. Ini merupakan tugas pokok dan fungsi dari dinas terkait untuk mengatasi permasalahan tersebut. Namun dengan terbatasnya sumber daya manusia, cadangan peralatan (spare part), hambatan birokrasi, dan anggaran menyebabkan penyelesaian permasalahan tidak dapat dilaksanakan secara cepat. Untuk meningkatkan kinerja dalam penyelesaian permasalahan tersebut, diperlukan sebuah manajemen ketersediaan layanan yang berdasarkan pada sebuah kerangka kerja manajemen TI.
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Jaringan Komputer Jaringan komputer adalah gabungan antara teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi. Gabungan teknologi ini menghasilkan pengolahan data yang dapat didistribusikan, mencakup pemakaian database, software aplikasi dan peralatan hardware secara bersamaan (Sopandi, 2008). 2.2. Topologi Jaringan Topologi jaringan adalah susunan atau pemetaan interkoneksi antara node, dari suatu jaringan, baik secara fisik (riil) dan logis (virtual). Topologi menggambarkan metode yang digunakan untuk melakukan pengkabelan secara fisik dari suatu jaringan (Sopandi, 2008). Topologi fisik jaringan adalah cara yang digunakan untuk menghubungkan workstationworkstation di dalam sebuah jaringan (LAN). 2.3. ITIL Framework Setiap organisasi perlu untuk mengetahui status organisasinya sejauh mana telah melakukan aktifitas dan apakah investasi yang dilakukan memadai. ITIL (Information Technology Infrastructure Library) adalah seperangkat pendekatan best practice dalam hal pengelolaan layanan yang ditujukan untuk tercapainya pengelolaan layanan Teknologi Informasi yang efektif. 2.4. Manajemen Ketersediaan (Availability Management) Manajemen Ketersediaan memungkinkan organisasi untuk mempertahankan ketersediaan layanan TI dalam rangka menunjang bisnis sesuai biaya yang dianggarkan. Dengan aktifitas layanan yang tinggi menyadari akan kebutuhan ketersediaan, penyusunan rencana ketersediaan,
memonitor ketersediaan, dan kewajiban memonitor pemeliharaan. Ketersediaan adalah kemampuan dari sebuah komponen TI untuk menyelenggarakan layanan yang disepakati selama jangka waktu tertentu atau pada saat dibutuhkan. Menurut publikasi ITIL v3, proses di dalam manajemen ketersediaan mempunyai dua elemen utama (OGC, 2007) yaitu : (1) ‘Reactive Activities’, aspek reaktif dari pengelolaan ketersediaan layanan melibatkan aktifitas pemantauan, pengukuran, analisa dan manajemen keseluruhan kejadian, insiden masalah terkait hilangnya ketersediaan. Aktifitasaktifitas tersebut pada prinsipnya terkait dengan operasional roles. (2) ‘Proactive Activities’, melibatkan aktifitas perencanaan, desain dan usaha-usaha peningkatan ketersediaan. Aktifitas tersebut pada prinsipnya terkait dengan perencanaan dan desain. Availability dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : - Frekuensi dari downtime - Durasi dari downtime - Dampak (scope of impact) Availability dapat dihitung dengan menggunakan rumus : AV (%) = (AST –DT / AST) x 100% (1) dengan : AST = Agreed Service Time DT = Down Time 2.5. Parameter Kinerja Jaringan Kriteria penting dari sudut pandang pemakai jaringan adalah keandalan, yaitu kriteria pengukuran seberapa mudah suatu sistem terkena gangguan, terjadi kegagalan atau beroperasi secara tidak benar. Keandalan adalah ukuran statistik kualitas komponen dengan menggunakan strategi pemeliharaan, kuantitas redundansi, perluasan jaringan secara geometris dan kecenderungan statis dalam merasakan sesuatu secara tidak langsung tentang bagaimana suatu paket ditransmisikan oleh sistem tersebut. Kinerja jaringan dapat diukur berdasarkan kriteria, (Terplan, 1987) : Kriteria level pemakai (user level), yaitu waktu respon dan keandalan. a. Waktu respon yaitu waktu tanggapan saat paket dipancarkan dengan benar. b. Keandalan yaitu suatu keadaan yang dapat menentukan seberapa berfungsinya sistem pada suatu tugas pengiriman paket. Kriteria level jaringan (network level), yaitu waktu respon rata-rata.
2
SESINDO 2011-Jurusan Sistem Informasi ITS
Penentuan waktu respon rata-rata dilakukan dengan 2 langkah, yaitu : a. Menentukan rata-rata penundaan satu jalur paket melewati jaringan dan antar mukanya sebagai suatu fungsi beban terhadap ukuran paket. b. Menggunakan informasi dengan penundaan dan pemakaian link untuk menghitung waktu respon rata-rata pemakai. Kriteria kinerja khusus, yaitu daya kerja dan penundaan rata-rata.
3. METODOLOGI DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, alur kerja yang digunakan diberikan seperti gambar 1. Mulai
Monitoring, mengukur dan menganalisa report dan review ketersediaan layanan & komponen
Reactive & Proactive
ITIL v3
Pengumpulan Informasi
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
WC TM DTK DIK GA PUS RK SL KES DAG GB JB DC BM DKP KJ BLK SP TS GT PC KR AR PMK
KES
RK
BM
DC
UPT BLK MR SM KR BT
WLAN WLAN WLAN FO WLAN WLAN WLAN WLAN FO WLAN WLAN WLAN FO FO FO FO WLAN WLAN WLAN WLAN WLAN WLAN WLAN WLAN
6 Mbps 6 Mbps 6 Mbps 1 Gbps 6 Mbps 6 Mbps 6 Mbps 6 Mbps 1 Gbps 6 Mbps 6 Mbps 6 Mbps 1 Gbps 1 Gbps 1 Gbps 6 Mbps 6 Mbps 6 Mbps 6 Mbps 6 Mbps 6 Mbps 6 Mbps 6 Mbps 6 Mbps
Half Half Half Full Half Half Half Half Full Half Half Half Full Full Full Half Half Half Half Half Half Half Half Half
3.1.2. Topologi Jaringan Dalam desainnya, topologi jaringan di Pemerintah Kota Surabaya seperti gambar 2.
Kesimpulan
Selesai Gambar 1. Diagram alir metode penelitian
3.1. Pengumpulan Informasi Pengumpulan informasi dilakukan untuk mengetahui kondisi TI di Pemerintah Kota Surabaya saat ini, dilihat dari sisi : 3.1.1. Koneksi Jaringan dan Bandwidth Link Dalam jaringan komputer, bandwidth adalah jumlah data maksimum yang dapat ditransfer dari suatu titik ke titik yang lain, seperti pada tabel 1. Tabel 1. Bandwidth link jaringan No. 1 2 3 4 5
Media Full / Half Bandwidth Link Duplex WLAN 6 Mbps Half DH WLAN 6 Mbps Half WLAN 6 Mbps Half JB WLAN 6 Mbps Half WLAN 6 Mbps Half
Link GY KOP WY KP DH
Gambar 2. Desain Model Topologi
3.2. Reactive Activities Kegiatan yang dilakukan berdasarkan Reactive Activities adalah : 3.2.1. Monitoring Monitoring atau pemantauan dilakukan pada layanan jaringan menggunakan aplikasi MRTG (Multi Router Traffic Grapher) dan Ping (Packet Internet Gopher). Aplikasi MRTG digunakan untuk memantau beban trafik pada koneksi jaringan secara periodik. Dan untuk mendukung aplikasi ini dilakukan aktivasi fungsi (enabled) SNMP service dari masing-masing peralatan baik switch maupun router. Sedangkan paket Ping (Packet Internet Gopher) dan NMS digunakan untuk memeriksa aktifitas jaringan berbasis teknologi Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP). 3.2.2. Pengukuran Kualitas koneksi jaringan dapat dilihat melalui nilai parameter kinerja sebagai berikut:
3
SESINDO 2011-Jurusan Sistem Informasi ITS
a. Latency Dengan menggunakan perintah Ping untuk menguji kualitas suatu koneksi Jaringan, dapat disimpulkan apakah perangkat-perangkat tersebut berkomunikasi secara kontinyu, ataukah terdapat kemungkinan traffic congestion (kemacetan trafik), atau terdapat indikasi adanya masalah tertentu lainnya yang ditunjukkan dengan besarnya latency. Pada tabel 2. Menunjukkan hasil ping pada link akses jaringan.
mempengaruhi kinerja jaringan secara langsung. Ketika nilai Packet Loss suatu jaringan besar, dapat dikatakan kinerja jaringan tersebut buruk. Tabel 3. Hasil Pengukuran Jitter dan Packet Loss No
1 2
Tabel 2. Hasil Ping No Lokasi
1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12 13
14
15
16
17
GY GY GY DH WY JB JB JB WC KES TM KES GA LS PK DK DK DK SW SW BLK MR KR KR KR PUS RT KOP KOP KOP KOP DH DH
Arah Gateway(DH) DH DC GY Gateway(DC) WY DC JT Router WC Gateway(KES) TM Gateway (RT) Gateway (BW) Gateway (BW) SW JT DC JT DC MR BLK Gateway JT DC Gateway (RT) PUS Gateway(DH) DC DC JT DC JT
Min 3,842 3,636 10,907 3,419 1,446 0,881 1,067 1,254 11,56 13,556 11,169 9,048 13 4,249 4,692 3,806 4,961 5,1 1,39 1,633 9,12 11,346 4,356 4,651 4,915 12,126 13,957 3,03 8,827 10,271 10,956 5,251 5,938
RTT (ms) Avg Max 4,575 9,251 5,139 12,82 35,028 126,056 4,919 7,566 1,65 2,797 1,12 5,62 1,31 3,72 1,577 4,376 16,684 37,857 17,128 27,599 16,327 37,038 15,644 32,81 17,955 34,237 20,995 115,542 7,649 16,697 5,493 19,409 7,608 90,601 6,461 13,328 1,77 6,617 1,793 2,23 14,232 23,841 14,644 21,248 14,31 1016,17 7,543 67,023 16,918 381,143 19,842 48,211 37,694 237,378 5,433 12,038 49,122 217,311 46,052 108,56 55,295 176,776 35,712 112,577 48,729 144,359
Mdev 1,267 1,656 32,548 1,369 0,306 0,679 0,444 0,546 4,809 2,426 6,386 4,03 4,684 26,165 2,538 1,932 9,088 1,738 0,985 0,13 2,932 2,549 87,639 6,951 58,489 10,067 41,714 30,207 47,776 30,207 40,552 33,187 37,37
Packet Loss 0% 0% 0% 0% 20% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 7% 54% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 12% 0% 18% 13% 7% 0% 0%
b. Jitter Jitter merupakan variasi dari delay yang dipengaruhi oleh variasi beban trafik dan besarnya tumbukan antar paket (congestion) yang ada dalam jaringan. Pengaruh jitter pada kinerja jaringan harus dilihat bersama delay. Ketika jitter besar namun delay-nya kecil maka kinerja jaringan tidak bisa dikatakan buruk karena besarnya jitter dapat dikompensasi dengan nilay delay yang kecil. Jitter akan menurunkan kinerja jaringan ketika nilainya besar dan nilai delay-nya juga besar. c. Packet Loss Packet Loss merupakan banyaknya paket yang gagal mencapai tempat tujuan. Ketika Packet Loss besar maka dapat diketahui bahwa jaringan sedang sibuk atau terjadi overload. Packet Loss
3 4 5 6
7
8
9
10
Iperf Client GY DH KOP DH WY KP JB WC KES TM KES GA RK RK BLK MR DK SW SW TD SW BW
Iperf Server DH GY DH KOP JB JB KP KES WC KES TM RK GA PUS MR BLK SW DK WK SW TD LS
B.W. Client (bps) 5M 5,5 M 3,5 M 5,5 M 10,6 M 5,4 M 6,5M 2M 5M 2M 2,2 M 1,7 M 5,5 M 1,7 M 1M 3M 5M 2,5 M 750 K 16 M 5,5 M 3,8 M
UDP 1 stream B.W. Jitter Result (ms) (bps)
Packet Loss (%) 4883 K 1,146 0 5494 K 0,592 0 3415 K 0,471 0,41 5502 K 0,58 0 10193 K 0,086 0,11 5290 K 0,571 0 6087 K 0,328 0,92 1998 K 1,588 0,12 4999 K 1,725 0 1956 K 2,254 0,2 2191 K 3,321 0.44 1656 K 3,367 0,63 5413 K 15,273 0,37 1696 K 4,683 0,071 961 K 2,547 3,9 2940 K 2,005 0,01 5000 K 0,768 0 2427 K 0,613 0,96 672 K 7,542 8,6 7598 K 1,659 48 4963 2,373 6,1 3540 K 1,223 5
Beberapa penjelasan mengenai hasil pengujian karakteristik bandwidth di atas adalah sebagai berikut : a. Pengujian dilakukan dengan mengirim paket UDP 1 stream dari Iperf client ke Iperf server. b. Packet Loss menjadi besar jika kecepatan pengiriman paket (bandwidth client) melebihi bandwidth link. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa packet loss besar disebabkan oleh jaringan atau adanya link yang overload. c. Besar bandwidth link terukur besarnya adalah sama dengan kisaran Bandwidth Result pada tabel 3. 3.2.3. Kecepatan Transfer Paket TCP Throughput adalah kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam bps. Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Throughput yang diperoleh pada saat melakukan pengiriman paket, bergantung pada: a. Kepadatan trafik jaringan. b. Besar paket yang ditransmisikan. c. (Receive dan Send) TCP windows host yang melakukan pertukaran data.
4
SESINDO 2011-Jurusan Sistem Informasi ITS
Tabel 4. Hasil Pengukuran Kecepatan Transfer Paket TCP No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Throughput TCP (Kbps) Iperf Iperf Client Server 1 stream 2 stream Bidirectional GY DH KOP DH WY JB KP JB BLK MR DK SW WK SW TD SW PK BW LS BW
DH GY DH KOP JB WY JB KP MR BLK SW DK SW WK SW TD BW PK BW LS
4982 5823 2266 5991 8696 11020 5643 5826 2967 1399 5869 4630 5776 1349 12470 5260 4482 3134 2245 2940
5775 5818 2600 5986 9038 10455 5608 5900 5779 1407 5889 4553 5778 1488 10538 4720 5837 3501 1192 1392
4305 2457 1304 5713 --3738 --805 2097 2275 5747 1829 5615 942 6424 4543 5705 1072 938 2173
3028 4041 5658 1599 --5655 --4552 2266 2016 2062 5547 990 5719 2219 2711 933 5805 483 470
Adapun hasil pengukuran ketersediaan jaringan adalah sebagai berikut : Tabel 5. Tingkat Ketersediaan Jaringan Device
Location
Switch
3.3. Proactive Activities Dari hasil pengukuran kinerja jaringan komputer yang dilakukan, dapat diperoleh gambaran sebagai berikut : a) Bahwa di beberapa titik jaringan, terdapat koneksi yang tidak stabil ditandai dengan tingginya packet loss dan kinerja bandwidth yang tidak mencapai spesifikasi yang diharapkan. Hal tersebut merupakan dampak dari konfigurasi peralatan yang digunakan saat ini. b) Selain kinerja jaringan, tingkat availability di beberapa titik jaringan juga rendah, selain dari konfigurasi peralatan, topologi yang digunakan saat ini juga memberikan kontribusi rendahnya availability di titik-titik tersebut. Maka dalam rangka meningkatkan kinerja jaringan komputer dan meningkatkan ketersediaannya, perlu dilakukan langkahlangkah proaktif (proactive activities) diantaranya : 3.3.1. Designing for availability a) Re-konfigurasi Peralatan Perlunya dilakukan perubahan konfigurasi peralatan yang mengacu pada desain ketersediaan.
Total Poll Time UnPercent Time available Available (minutes) (minutes) 131032,66 2743,56 97,91
BW-JT LS-BW SK-BW PK-BW
BW LS SK PK
131032,73 131035,35 131034,29 131036,19
2913,60 3615,49 6245,48 6527,67
97,78 97,24 95,23 95,02
GB-DC BJ-DC
GB BJ
131035,56 131035,25
2975,55 37776,06
97,73 71,17
SL-BM LP-BM GA-RK
SL LP GA
131036,38 131026,91 131035,72
4476,49 37397,35 9237,58
96,58 71,46 92,95
PMK-BT KR-BT SW-BT AR-BT
PMK KR SW AR
131035,09 131035,03 131034,87 131036,42
4835,62 4875,59 4885,67 5556,84
96,31 96,28 96,27 95,76
SM-JT TS-SM GT-SM SP-SM
SM TS GT SP
131034,88 131035,89 131035,83 131035,56
6586,69 6437,14 6797,22 7397,09
94,97 95,09 94,81 94,35
TGL-SW DK-SW DP-SW DS-SW
TGL DK DP DS
131026,93 131036,38 131037,20 131026,01
6988,02 9147,82 15190,50 31654,53
94,67 93,02 88,41 75,84
KP-JB WY-JB KOP-DH
KP WY KOP
131035,63 131035,78 131036,35
12848,48 18890,63 13479,29
90,19 85,58 89,71
MR-JT MR BLK-MR BLK KJR-BLK KJR
131032,37 131035,46 131037,01
9525,67 39187,80 61145,96
92,73 70,09 53,34
Gambar 3. Konfigurasi LAN di SKPD
Seperti tampak pada gambar 3, pada konfigurasi jaringan LAN di masing-masing SKPD, diperlukan untuk menambah router sebagai gateway. Saat ini, gateway berada di luar jaringan LAN atau dengan kata lain berada pada jaringan core. Desain ini menimbulkan beban trafik pada jaringan meningkat karena tidak adanya filter yang membatasi paket yang seharusnya boleh memasuki jaringan core. b) Re-desain Topologi Jaringan Diperlukan perubahan topologi untuk meningkatkan availability. Hal ini mengacu pada Cisco’s Hierarchical Design Model seperti pada gambar 4. Design model tersebut memiliki karakteristik spesifikasi : Lapisan inti (core layer) dari high-end router dan switch yang dioptimalkan untuk ketersediaan dan kecepatan.
5
SESINDO 2011-Jurusan Sistem Informasi ITS Lapisan distribusi (distribution layer) dari router dan switch yang menerapkan kebijakan dan lalu lintas segmen. Sebuah lapisan akses (access layer), yang menghubungkan pengguna melalui hub, switch, dan perangkat lain. Dalam implementasinya, pada core layer tidak terdapat redundansi perangkat (router) sebagai cadangan apabila terdapat downtime dari Internet Service Provider. Gambar 4 berikut menunjukkan topologi jaringan yang dapat meningkatkan ketersediaan jaringan. Tentu saja dalam menerapkan topologi tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu akan dilakukan secara bertahap mulai dari lapisan teratas (core layer) hingga lapisan bawah (access layer).
sistem jaringan. Beberapa usaha yang perlu dilakukan dalam meningkatkan ketersediaan jaringan Pemerintah Kota adalah : a) Perubahan konfigurasi peralatan jaringan. b) Redesain topologi jaringan c) Penyediaan peralatan redundan sebagai backup peralatan utama. Selain itu hal-hal pendukung yang tak kalah pentingnya dalam usaha meningkatkan ketersediaan jaringan adalah : a) Menyediakan daya listrik cadangan yang siap pakai berupa UPS dan generator set dengan grounding yang memenuhi standar. b) Penggantian koneksi jaringan primer yang masih berbasis wireless dengan fiber optic. Penggantian pada jalur-jalur utama ini diperlukan untuk mengantisipasi kelemahan peralatan wireless seperti interferensi frekuensi dan kerusakan akibat faktor alam, seperti induksi petir.
5. DAFTAR PUSTAKA
Gambar 4. Partial-Mesh Hierarchical Design Model
3.3.2. Single Point of Failure Analysis Ada 2 komponen utama yang saat ini masih tercacat dalam kategori Single Point of Failure (SpoF), atau dalam kata lain komponen tersebut tidak ada peralatan yang membackup atau memiliki kemampuan fail-over, yaitu Switch Utama dan Fortigate (perangkat IPS/Intrusion Prevention System). Dengan menerapkan redesain konfigurasi perangkat dan topologi yang dijelaskan sebelumnya, fungsi keduanya akan segera dapat digantikan bila terjadi kegagalan. Pada switch utama akan tersedia switch pendamping yang berfungsi untuk redundansi, sedangkan ketergantungan akan perangkat Fortigate akan semakin menurun dengan dipasangnya router pada masing-masing LAN.
4. HASIL DAN KESIMPULAN Pengukuran kinerja jaringan komputer merupakan aktivitas terpenting dalam rangka meningkatkan ketersediaan jaringan. Dari pengukuran akan tergambar secara jelas apa yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang timbul maupun permasalahan yang akan terjadi pada suatu
Nazimoglu, Ozge dan Ozsen, Yasemine., 2009. European and Mediterranean Conference on Information Systems (EMCIS2009). Analysis Of Risk Dynamics In Information. Crowne Plaza Hotel, Izmir 13-14 July 2009. Turkey : Izmir. Sarno, Riyanarto., 2009. Audit Sistem & Teknologi Informasi. Surabaya : ITS Press. Sofana, Iwan., 2010. Cisco CCNA & Jaringan Komputer. Bandung : Informatika. Sopandi, Dede., 2008. Instalasi Dan Konfigurasi Jaringan Komputer. Bandung : Informatika. Odom, Wendell., 2005. Computer Networking First-Step. Edisi I. Yogyakarta : ANDI. OGC., 2007. ITIL Version 3 Service Design. United Kingdom : The Stationary Office for OGC. OGC., 2007. ITIL Version 3 Service Operation.United Kingdom : The Stationary Office for OGC. Zeng, Jihong., 2008. Contemporary Management Research. A Case Study on Applying ITIL Availability Management Best Practice, 4 (4), pp.321-332.
6