PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI (Quasi Eksperimen di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh DIAN RATNA SARI NIM 1110016100002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
LEMBAR PENGESAHA]X
f
E.NG
ARUH STLATE
G
I PEMBE LA.IA&itl{
K
OI{FLI K KGGNI
T
[F
TERHADAP HASII. B[LA.'AR SISWA PADA KOI{SEP STSTEtrI
xKsKSSSr (Quasi Eksperimen di SMAN 7 Tangerang Selatan) SKRIPSI
Diajukan kepada Fakuitas IImu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Me*capai Selm $crjana Pendidikan (S"Pd.)
n l.-L L/ILII
prAlr RATI{A $a8.E i i r00t6r0*00?
il4en.vetu!*i.
NrP. 19681228 28S303 I 004
f,{IP. iq80s5t6 2s0710
PROGRAM STU*I PEJ\{I}fi}IKAN BIOLOGI JL]RLISAN PENDIDIKAIY ILMU PEi{GETAHT"JAN ALA I}{
FAKLILTAS TLMU TARBIYAH DAN KEGLRUAN LINIYERSITAS ISLAS{ ft'EC E R.I SYAR} F H{ BAY ATLILLAH "TAKARTA
?0ls
I
001
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI Skripsi yang berjudul Pengaruh Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif Terhadap llasil Belajar Siswa Pada Konsep Sistem Ekskresi disusun oleh Dian Ratna Sari NIM. 1110016100002, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 20 Februai 2017 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Biologi.
Iakarta,20 Februai 2017
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal
Ketua Panitia (Ketua Program Studi Pend. Biologi) Dr. Yanti Herlanti. M.Pd NIP. 19710119 200801 2 010
Penguji I Nengsih Juanengsih. M.Pd. NIP. 19790510 200604 2 00t
(9 -
t.?.
Penguji II Yuke Mardiati" M.Si NIP. 19760117 20070t 2 013
.*: .ryq
g-D-zotq Mengetahui,
Dekan FakuL
UIN
[ - IDt]
lmu Tarbi
S
NIP. 195
203
ii
t 001
Tanda Tangan
ABSTRAK
Dian Ratna Sari, 1110016100002., “Pengaruh Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sistem Ekskresi.” Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Unversitas Islam Negeri Jakarta, Februari 2017. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui, pengaruh strategi pembelajaran konflik kognitif lebih dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dari pada metode kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (Quasi experimental method). Populasi adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 7 Tangerang Selatan, yang terdiri dari 4 kelas jurusan MIA. Sampel penelitian diambil dengan teknik Cluster Random Sampling, yang kemudian didapat kelas XI MIA1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIA2 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode pretest and postest untuk mengetahui kemampuan awal dan tes hasil belajar biologi siswa. Teknik uji prasyarat analisis data dengan uji Lilliofers untuk uji normalitas data dan uji Fishers untuk uji homogenitas data. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan analisis uji t untuk uji hipotesis. Hasil penelitian menggunakan uji-t diperoleh thitung > ttabel yaitu 3.98 > 2,00 dengan taraf signifikan 5%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh strategi pembelajaran konflik kognitif berpengaruh terhadap hasil belajar di kelas eksperimen maupun kelas kontrol yang diberikan pelakuan dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)., hal ini disebabkan perbedaan karakteristik siswa yang mampu menerima materi sebelum diberikan perlakuan baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen.
Kata Kunci : Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif, STAD dan Hasil Belajar Biologi.
iii
ABSTRACT
Dian Ratna Sari, 1110016100002., "The Effects of Cognitive Learning Strategies Against Conflict Learning Outcomes At Excretion System Concepts." Skripsi. Jakarta: Tarbiyah and Teaching Faculty of State Islamic University of Jakarta, in February 2017. The purpose of this paper is to see, the effect of learning strategies cognitive conflict could further enhance the students' understanding of the concept of the cooperative method STAD (Student Teams Achievement Division). This study used a quasi-experimental method (Quasi-experimental method). The population is all students of class XI SMAN 7 Tangerang Selatan, which consists of four classes MIA department. Samples were taken with cluster random sampling technique, which later acquired MIA1 class as an experimental class XI and class XI MIA2 as the control class. The data collection technique by using a pretest and post-test to determine the ability of early and biology student achievement test. Engineering test data analysis prerequisite Lilliofers test for normality data test and Fishers test for homogeneity test data. Then proceed with the use of t test analysis to test the hypothesis. The results using the t-test obtained tcount> ttable is 3.98> 2.00 with a significance level of 5%.Based on these results it can be concluded that the effect of learning strategies cognitive conflict affects the learning outcomes in the experimental class and control class is given the commission of using cooperative STAD (Student Teams Achievement Division). this is due to differences in the characteristics of students who were able to receive the material before being given good treatment and the control class experimental class.
Keywords: Cognitive Learning Strategies Conflict, STAD and Learning Outcomes Biology.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan ridho-Nya yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi dengan judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sistem Ekskresi.” Skripsi disusun sebagai tugas akhir dalam rangka menyelesaikan studi strata 1 (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3.
Ibu Dr. Yanti Herlanti M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd., Dosen Pembimbing I atas arahan, nasehat, kesabaran serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
5.
Ibu Meiry Fadilah Noor, M.Si., Dosen Pembimbing II atas arahan, nasehat, kesabaran serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
6.
Bapak H. Hamdari M.Pd. Kepala Sekolah SMAN 7 Tangerang Selatan yang telah memberikan izin dan membantu dalam proses penelitian skripsi.
7.
Ibu Erlin Yunia, S.Pd., Guru pamong mata pelajaran IPA yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan nasehat yang membangun, serta motivasi kepada penulis selama proses penelitian skripsi.
iv
v
8.
Ibu dan bapak dosen Program Studi Pendidikan Biologi, yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
9. Kedua orangtua tersayang, Ayahanda Halim dan Ibunda Sunarti, adikku Ahmad Saputra serta suami tercinta Yasin yang senantiasa memberikan doa, dorongan moril, materil dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 10. Sahabat-sahabatku Pendidikan Biologi 2010 khusus kelas A yang selalu memberikan semangat, bantuan dan motivasi yang luar biasa. Semoga kita semua dapat menggapai kesuksesan. 11. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis tulis satu persatu, penulis akan selalu mengingat kebaikan dan bantuannya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Ciputat, Juli 2017
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................
i
ABSTRAK .........................................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................
iv
DAFTAR ISI .....................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ...................................................................
5
D. Rumusan Masalah .......................................................................
6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoritik ............................................................................
7
1. Teori Belajar ...........................................................................
7
2. Pengertian Belajar ..................................................................
12
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar ...............
14
4. Teori Belajar Kognitif ............................................................
15
5. Tahap-Tahap Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif ..........
20
6. Hakikat Hasil Belajar .............................................................
27
7. Tinjauan Materi Sistem Ekskresi ...........................................
31
vi
vii
B. Penelitian yang Relevan ..............................................................
34
C. Kerangka Berpikir .......................................................................
35
D. Hipotesis Penelitian ....................................................................
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian .....................................................
37
B. Metode dan Desain Penelitian ....................................................
37
1. Metode Penelitian...................................................................
37
2. Desain Penelitian ....................................................................
37
C. Populasi dan Sampel ...................................................................
38
D. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
38
E. Instrumen Penelitian ...................................................................
38
F. Kalibrasi Instrumen .....................................................................
41
G. Uji Prasyarat................................................................................
43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
47
A. Deskripsi Data .............................................................................
47
B. Hasil Penelitian ...........................................................................
47
C. Pengajuan Prasyarat Analisis data ..............................................
48
D. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan .........................................
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................
57
B. Saran ...........................................................................................
57
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
58
LAMPIRAN .....................................................................................................
61
viii
DAFTAR TABEL
1.
Tabel 3.1 Pretest-Posttest Eksperimen dan Kontrol ..........................
37
2.
Tabel 3.2 Lembar Observasi Kegiatan Guru .....................................
39
3.
Tabel 3.3 Lembar Observasi Kegiatan Siswa ....................................
40
4.
Tabel 3.4 Kriteria Validitas Butir Soal ..............................................
41
5.
Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas ............................................................
42
6.
Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Kesukaran ................................................
43
7.
Tabel 3.7 Kriteria Daya Beda ............................................................
43
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Lampiran 1 Data Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ........
80
2.
Lampiran 2 Data Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol .......
81
3.
Lampiran 3 Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ............................
82
4.
Lampiran 4 Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ......................
83
5.
Lampiran 5 Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol ...........................
84
6.
Lampiran 6 Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen ....................
85
7.
Lampiran 7 Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
86
8.
Lampiran 8 Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol 87
9.
Lampiran 9 Uji Hipotesis Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ....
88
10.
Lampiran 10 Uji Hipotesis Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
89
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia. Hal ini disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan manusia dan seluruh aspek kepribadiannya. Pendidikan juga merupakan suatu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dimana pendidikan memiliki fungsi sebagai pilar suatu bangsa. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa yang akan datang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi siswa. Konsep pendidikan terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problem yang dihadapi dalam kehidupan seharihari saat ini maupun yang akan datang.1 Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis. Oleh karena itu, perubahan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. perubahan dalam ari perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu dilakukan sebagai antisipasi kepentingan di masa depan. Peningkatan pendidikan dapat dilakukan dengan reorientasi pembelajaran, yaitu
dari
pembelajaran
dengan
menyampaikan
informasi
menjadi
pembelajaran berbasis kompetensi yang bertujuan agar siswa memiliki kecakapan. Pendidikan berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang 1
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. (Jakarta : Prenadamedia Group, 2014, Cet. I) H. 1-2
1
2
pendidikan. Dalam suatu proses pendidikan diharapkan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan-tujuan ini diperintahkan oleh masyarakat, dan dirumuskan secara singkat
dan
padat,
seperti
kematangan dan integritas
atau
kesempurnaan pribadi dan terbentuknya kepribadian seseorang.2 Pembelajaran sains dan teknologi merupakan bagian dari kehidupan yang tidak terpisahkan, di mana keduanya sangat mempengaruhi gaya hidup setiap manusia. Peran sains dan teknologi yang sangat penting dalam kehidupan, menuntut adanya sumber daya manusia yang kompeten dalam setiap bidang. Reorientasi pembelajaran sains ditujukan untuk mengembalikan peran sains dalam usaha mencerdaskan generasi bangsa dan menumbuhkan karakter bangsa yang mengalami degradasi nilai-nilai pendidikan. Proses pendidikan harus mampu menjadikan siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya melalui pembelajaran. Dimana pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa yang diharapkan dapat merubah sikap dan perilaku siswa menuju kearah yang lebih baik untuk menunjukkan
adanya
peningkatan
kualitas
pembelajaran
yang
akan
berdampak baik pada hasil belajar pada aspek pemahaman, sikap dan ketrampilan. Salah satu tujuan pembelajaran sains adalah agar siswa memahami konsep, aplikasi konsep dan mampu mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya. Pada proses pembelajaran inilah siswa diharapkan memahami konsep yang diajarkan bukan hanya sekedar menghafal. Kemampuan siswa dalam memahami konsep merupakan hal yang sangat penting karena konsep merupakan landasan untuk siswa berpikir dan mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Proses pembelajaran sering ditemukan miskonsepsi dalam konsep awal sebelum mengikuti pembelajaran, miskonsepsi bukanlah hal yang sederhana sehingga
dapat
dengan
mudahnya
diabaikan
dalam
pembelajaran.
Miskonsepsi ini dapat disebabkan dari konsep awal siswa yang berasal dari pengalaman dan mungkin berbeda konsepsi ilmiah. Penyebab miskonsepsi 2
Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007, Cet. III). H. 59
3
dapat dilihat dari ketidaksesuaian buku teks, guru, konteks, metode mengajar dan dari diri siswa sendiri.3 Salah satu kelemahan pendidikan yang sangat umum tetapi kurang diperhatikan adalah tingkat pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang masih sangat buruk. Hal ini dapat disebabkan oleh terjadinya miskonsepsi siswa terhadap konsep yang dipelajari. Adanya miskonsepsi ini akan menghambat proses penerimaan dan asimilasi pengetahuan-pengetahuan baru dalam diri siswa, sehingga menghalangi keberhasilan siswa dalam proses belajar lebih lanjut.4 Kegiatan pembelajaran, dalam implementasinya mengenal banyak istilah untuk menggambarkan cara mengajar yang akan dilakukan oleh guru. Saat ini, begitu banyak macam strategi, metode ataupun model pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Pengetahuan harus dicapai keadaan ekulibrium melalui proses yang disebut ekulibrisasi. Untuk mencapai ekuilibrisasi itu agar terjadi bentuk struktur kognitif yang baru maka siswa harus belajar.5 Kegiatan belajar pada siswa sering mengalami kebimbangan dalam memastikan penjelasan yang akan disampaikan atau diberikan adalah suatu penjelasan yang benar atau salah. Memberi jawaban atau penjelasan terhadap suatu pertanyaan tentu terkait dengan kemampuan kognitif dari individu. Dalam situasi ini terjadi hubungan dengan kemampuan kognitif individu, dimana individu tidak mampu menyesuaikan struktur kognitifnya dengan situasi yang dihadapi dalam belajar antara siswa yang satu dengan siswa lainnya.
3
Lisa Nesmaya, Penerapan Strategi Konflik Kognitif disertai Teknik Peta Konsep dalam Pembelajaran Fisika, Jurnal Pembelajaran Fisika ISSN 2301-9794. 4 A. Setyowati, B. Subali, Mosik. Implementasi Pendekatan Konflik Kognitif dalam Pembelajaran Fisika untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas VIII. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7. Juli 2011. h. 90 5 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 134
4
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.6 Proses pembelajaran yang berlangsung, guru harus lebih kreatif dalam menggunakan dan memilih strategi pembelajaran di dalam kelas, salah satunya adalah dengan strategi pembelajaran konflik kognitif, dimana strategi tersebut mengupayakan interaksi yang aktif antara siswa dengan guru dalam proses pembelajaran yang mempertentangkan kemampuan kognisi dengan sumber-sumber belajar sehingga siswa dapat memahami konsep dengan benar. Dalam situasi ini terjadi konflik antara apa yang ada pada siswa dengan situasi yang sengaja diciptakan. Interaksi yang aktif antara siswa dengan guru merupakan hal yang penting dalam konflik kognitif.7 Strategi pembelajaran dapat berpengaruh terhadap hasil belajar IPA. Strategi ini menuntut siswa untuk dapat merekonstruksi sendiri permasalahanpermasalahan yang siswa hadapi dengan adanya bimbingan dari guru serta memberikan kesempatan pada siswa untuk terbiasa menemukan, memecahkan masalah secara logis, sistematis, dan terarah sampai kepada penarikan kesimpulan.8 Strategi
pembelajaran
merupakan
rencana
tindakan
termasuk
penggunaan metode dan pemanfatan sebagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Salah satu kelebihan dari strategi pembelajaran konflik kognitif adalah dapat memberikan kemudahan bagi siswa dalam mempelajari konsepkonsep biologi serta meningkatkan hasil belajar siswa dalam upaya pencapaian tujuan. Pembelajaran biologi pada materi sistem ekskresi akan berlangsung secara optimal apabila dilakukan dengan kegiatan praktikum/demonstrasi yang
6
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006, Cet, Ke-7), h.126 7 Dasa Ismaimuza, Pembelajaran Matematika dengan Konflik Kognitif, (Seminar Nasional Matematika, 2008) 8 Muh. Yunus, Perbandingan Srategi Konflik Kognitif dengan Strategi Konvensional Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri Makasar (Studi pada Materi Pokok Stoikiometri Larutan). Journal Chemical Vol.9 No. 2 Desember 2008.
5
melibatkan aktivitas intelektual dan digabungkan dalam satu peristiwa pembelajaran. Oleh karena itu, dibutuhkan model pembelajaran yang bersifat kognitivisme. Pemilihan strategi pembelajaran konflik kognitif dengan materi pembelajaran sistem ekskresi diharapkan dapat menimbulkan banyak pendapat diantara siswa. Implementasi strategi pembelajaran konflik kognitif yang ditunjukkan siswa dalam pembelajaran akan sangat membantu dalam proses memahami konsep yang akan membuat hasil belajar kognitif siswa menjadi optimal. Sehingga berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti mengambil judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Ekskresi”.
B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dalam penenlitian ini adalah sebagai berikut : 1. Rendahnya tingkat pemahaman konsep siswa pada ketidakpastian informasi yang menjadikan kebiasaan terhadap pemahaman konsep. 2. Metode mengajar guru yang tidak menyesesuaikan kebutuhan strategi terhadap konsep yang diberikan dalam pembelajaran. 3. Proses pembelajaran biologi yang kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini meliputi, materi sistem ekskresi di kelas XI (sebelas) dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif.
D. Perumusan Masalah Perumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Apakah strategi pembelajaran konflik kognitif berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem ekskresi? ”
6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui bentuk strategi pembelajaran yang dapat menunjang pembelajaran biologi. 2. Mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan strategi pembelajaran konflik kognitif. 3. Membantu siswa menghubungkan ilmu biologi dengan kehidupan seharihari. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, antara lain : 1. Bagi Siswa Melatih siswa agar lebih aktif, kreatif, dan mandiri dalam proses pembelajaran biologi sehingga lebih bermakna. 2. Bagi Guru Sebagai referensi dalam proses belajar mengajar terhadap ketepatan dalam memilih strategi pembelajaran biologi. 3. Bagi Sekolah Dapat membantu menciptakan strategi pembelajaran yang inovatif dalam proses belajar mengajar pada pelajaran lain, dan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih strategi pembelajaran demi kemajuan proses pembelajaran di masa yang akan datang. 4. Bagi Peneliti Penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi penulis, yakni dapat mengetahui bentuk strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan memberi bekal sebagai calon guru biologi dalam menciptakan pembelajaran biologi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoritik 1. Teori Belajar Pembelajaran terpadu dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar.1 Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar mengajar memegang peran yang sangat penting. Proses belajar mengajar akan bermakna apabila terjadi kegiatan belajar siswa. Sehingga penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa. Terdapat beberapa teori dalam belajar, diantaranya:2 a. Teori Behavioristik Teori behaviroistik yaitu teori belajar yang mengobservasi perilaku individu dalam belajar, baik perilaku eksternal maupun perilaku internal. Dalam teori ini dikenal beberapa teori belajar: 1)
Teori Koneksionisme Teori ini dikemukakan oleh Edward I. Thorndika, ia berpendapat bahwa belajar ialah hubungan stimulus dan respon atau disebut oula “S-R Bond Teory”. Stimulus dan respon dibentuk oleh suatu kepuasan sehingga asosiasi akan semakin meningkat. Adanya stimulus dan respon yang telah diberikan dalam hal ini siswa, stimulus terjadilah proses berpikir dalam diri siswa terhadap materi yang dipelajarinya.
2)
Teori Pembiasaan Perilaku Respons Teori ini dikemukakan oleh Burhus Frederic Skinner, ia berpendapat bahwa perilaku operant conditioning yaitu perilaku/respon yang berefek 1
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. 2 h. 69 Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 118-119 2
7
8
sama terhadap lingkungannya dimana studi skinner ini berpusat antara hubungan dan konsekuensi-konsekuensinya. Teori behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memandang individu lebih kepada sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental seperti kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam kegiatan belajar. Para ahli behaviorisme berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengelaman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respon. Dalam belajar yang penting adalah adanya input berupa stimulus dan output yang berupa respon.3 Implikasi dari teori behaviorisme dalam proses pembelajaran terutama berupa dirasakan kurangnya member ruang gerak yang lebih bebas kepada siswa, sehingga kurang dapat berkreasi, mengembangkan potensi dan kemampuannya sendiri. Behaviorisme sering diterapkan oleh guru karena memiliki kekuatan dalam perencanaan dan penilaian pembelajaran. Salah satu pilar kekuatan behaviorisme, yaitu taksonomi Bloom yang sampai saat ini masih banyak digunakan dalam perencanaan dan penilaian pembelajaran.4
b. Teori kognitif Teori ini dipelopori oleh ahli psikologi Gelstalt, Piaget, Vygotsky, Gagne, Bruner, dan Ausebel. Menurut mereka dalam proses pembelajaran siswa membentuk struktur kognitif dalam ingatannya. Setiap individu yang belajar akan menyusun pengalaman yang di pelajaridan menyimpannya dalam ingatan. Mereka berpendapat bahwa setiap manusia mempunyai kemampuan mental untuk mengelola, menyusun, menyimpan, dan menggunakan seluruh pengalaman tersebut dengan masalah yang dihadapi. Komponen perkembangan kognitif dipengaruhi oleh tiga dasar: asmilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Secara singkat, dijelaskan asimilasi adalah pemanduan data baru dengan struktur kognitif yang ada. Akomodasi adalah
3
Suyono dan Hariyanto, Belajar Dan Pembelajarn Teori Dan Konsep Dasar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) h. 58-59 4 Ibid., h. 73
9
penyesuaian struktur kognitif trhadap situasi baru, dan ekuilibrasi adalah penyeuaian kembali yang terus dilakukan antara asmilasi dan akomodasi.5 Asimilasi dan akomodasi berfungsi sama-sama waktu menghadapi lingkungan pada semua tingkat fungsi kognitif. Dalam perkembangan kognitif akomodasi juga mempunyai arti pengubahan struktur kognitif internal individu. Bila siswa menyadari bahwa cara berpikirnya bertentangan dengan kejadian lingkungan, maka cara berpikir sebelumnya direorganisasi.6 Dalam perkembangan
kognitif,
ekuilibrasi
adalah
pengaturan
diri
yang
berkesinambungan yang memungkinkan individu tumbuh, berkembang, dan berubah sementara menjaga kemantapan. Ekuilibrasi merupakan proses yang dinamis yang secara terus menerus mengatur tingkah laku. 7 Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Teori ini menekankan bahwa perilaku siswa ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut model perceptual. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.8 Implikasi teori perkembangan kognitif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:9 1) Bahasa dan cara berpikir anak berbeda deenan orang dewasa. Oleh sebab itu, guru dalam mengajar harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak.
5
Margaret E. Bell Gredler, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 311-312 6 Ibid., h. 314 7 Ibid., h. 315 8 Suyono dan Hariyanto, Op. Cit., h. 75 9 Ibid., h. 87
10
2) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat mengahadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak, mengakomodasi agar anak dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. 3) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan sebagai bahan baru tetapi tidak asing. 4) Berikan peluang agar anak belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. 5) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temannya.
c. Teori Konstruktivisme Teori belajar menurut pandangan konstruktivistik berarti membangun, yaitu siswa dapat mengkonstruksi sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas dalam pembelajarannya. Menurut teori konstruktivisme, ketika seseorang membangun ilmu pengetahuannya, maka untuk membentuk keseimbangan ilmu yang lebih tinggi diperlukan asimilasi, yaitu kontak atau konflik kognitif yang efektif antara
konsep
lama
dengan
kenyataan
baru.
Pembelajaran
dengan
menggunakan strategi konflik kognitif cukup efektif untuk mengatasi miskonsepsi pada siswa dalam membentuk keseimbangan ilmu. Rangsangan konflik kognitif dalam pembelajaran akan sangat membantu proses asimilasi menjadi lebih efektif dan bermakna dalam intelektualitas siswa.10 Teori konstruktivisme merupakan salah satu teori belajar yang berhubungan dengan cara seseorang memperoleh pengetahuan, yang menekankan pada penemuan makna (meaningfulness). Perolehan tersebut melalui informasi dalam struktur kognitif yang telah ada dari hasil perolehan sebelumnya tersimpan dalam memori dan siap dikonstruk untuk mendapatkan pengetahuan baru. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit demi sedikit, yang hasilnya 10
Lisa Nesmaya, Penerapan Strategi Konflik Kognitif Disertai Teknik Peta Konsep dalam Pembelajaran Fisika di SMA, Jurnal Pembelajaran Fisika, ISSN 2301-9497
11
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi siswa harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori kontruksivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransfomasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkontruksi bukan menerima pengetahuan. Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan kaum objektif, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat diutamakan dibandingkan
seberapa
banyak
siswa
memperoleh
dan
mengingat
pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri dan menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Pembelajaran konstruktivisme ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika siswa saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks.11 Uraian definisi belajar diatas, belajar dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mendapatkan suatu perubahan pada diri seseorang dalam berinteraksi dalam lingkungannya dan sesuai dengan kemampuan masing-masing, sehingga diperoleh pengetahuan baru yaitu dalam bentuk penguasaan, penggunaan, maupun penilaian mengenai sikap dan kecakapan yang 11
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. 19 h. 29
12
merupakan perubahan atau peningkatan perolehan dari berbagai keadaan sebelumnya.
2. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses dan aktivitas yang selalu dilakukan dan dialami manusia sejak manusia dalam kandungan, buaian, tumbuh, berkembang dari anak-anak, remaja hingga dewasa dan sampai ke liang lahat sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat.12 Belajar adalah suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.13 Belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi. Belajar juga merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan lain-lain sehingga terjadi perubahan dalam diri.14 Terkait dengan pembelajaran, teknologi pembelajaran melibatkan tiga komponen utama yang saling berinteraksi, yaitu guru (pendidik), siswa (peserta didik), dan kurikulum. Komponen tersebut melengkapi struktur dan lingkungan belajar formal. Hal ini menggambarkan bahwa interaksi pendidik dengan peserta didik merupakan inti proses pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar-mengajar. Pembelajaran yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, hal ini tidak semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar, akan tetapi memperoleh hasil atau proses belajar yang terjadi pada siswa. Proses pembelajaran itu dikembangkan melalui pola pembelajaran yang menggambarkan kedudukan serta peran pendidik dan peserta didik dalam 12
Suyono dan Hariyanto, Op. Cit., h. 1 Ibid., h. 9 14 Ibid., h. 12 13
13
proses pembelajaran. Guru sebagai sumber belajar, penentu metode belajar, dan juga penilai kemajuan belajar, meminta para pendidik untuk menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Proses memiliki arti langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan, dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Proses belajar sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.15 Proses kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan, pemanfaatan setiap komponen dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana mengetahui keberhasilan pencapaian tersebut. Sistem bermanfaat untuk merancang atau merencanakan suatu proses pembelajaran. Perencanaan adalah proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang dimanfaatkan. Belajar merupakan proses yang ditandai oleh adanya perubahan dalam diri seseorang. Antara proses belajar dengan perubahan adalah dua gejala saling terkait yakni belajar sebagai proses dan perubahan sebagai bukti dari hasil yang diproses. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan, keterampilan, maupun menyangkut nilai sikap.16 Efektivitas pembelajaran atau belajar dan tidaknya seseorang dapat dilihat dari aktivitasnya selama terjadinya proses belajar, tetapi hanya bisa dilihat dari adanya perubahan dari sebelum dan sesudah terjadinya proses pembelajaran. Seorang siswa yang sepertinya aktif belajar yang ditunjukkan dengan caranya memerhatikan guru, belum tentu siswa belajar dengan baik manakala tidak menunjukkan adanya perubahan perilaku. 15
Muhibin Syah. Psikologi Pendidikan. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2014) Cet. 19 h.
110-111 16
Tengku Zahara Djaafar. Konstibutor Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar, (Jakarta: Universitas Padang, 2011) h. 82
14
Guru sebagai pembelajar harus memahami bagaimana kondisi siswa, lingkungan dan mampu merencanakan pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau prilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Keaktifan siswa akan menyebabkan suasana pembelajaran akan lebih hidup karena siswa mau aktif untuk belajar. Uraian di atas dapat diketahui bahwa belajar adalah segala aktivitas atau proses yang dapat merubah tingkah laku seseorang untuk mengetahui sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Kemampuan belajar siswa sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar. Di dalam proses belajar tersebut, banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut banyak sekali jenisnya. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni: b. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu. c. Faktor eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu: 1)
Lingkungan sosial: Berupa Lingkungan sosial sekolah (seperti guru, administrasi
dan
teman-teman
sekelas).
Lingkungan
sosial
masyarakat, dan lingkungan sosial keluarga. 2)
Lingkungan non sosial: Lingkungan alamiah, faktor instrumental, faktor materi pelajaran.
d. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.17
17
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 19 , h. 136
15
Salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi proses belajar adalah peran guru sebagai pembelajar. Peran guru sebagai pebelajar membutuhkan langkah yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran. Kebanyakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran biologi masih menggunakan metode ceramah. Penyampaian materi dengan metode ceramah membuat siswa secara umum menganggap bahwa materi pelajaran biologi adalah materi yang membosankan, kurang menarik dan sulit untuk dipahami. Siswa kurang interaksi dalam kerjasama kelompok serta potensi yang dimiliki siswa tidak berkembang maksimal. Faktor yang berpengaruh dalam perkembangan kognitif bagi perkembangan fungsi kognitif ada empat faktor, lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial, dan proses pengaturan diri. Kontak dengan lingkungan fisik mutlah perlu karena interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru. Namun, kontak dengan dunia fisik itu tidak mencakup untuk mengembangkan pengetahuan jika individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut. Karena itu, kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik.18 Dari ketiga faktor yang telah disebutkan di atas, baik faktor internal atau faktor ekternal semuanya saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. 4. Teori Belajar Kognitif Strategi pembelajaran aktif untuk memperbaiki rendahnya ketertarikan siswa dalam belajar biologi serta kurangnya kerjasama siswa untuk belajar aktif dalam kelompok. Tingginya ketertarikan siswa untuk belajar biologi akan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar serta meningkatkan kerjasama dalam kelompok. Penggunaan strategi belajar aktif dan motivasi yang diberikan oleh guru dalam setiap proses pembelajaran dapat membangkitkan kemauan belajar siswa. Karena itu, dalam rangka membangkitkan motivasi, guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekadar untuk memperoleh nilai atau pujian akan 18
Margaret E. Bell Gredler, Op. Cit., h. 307
16
tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya yang akan meningkatkan hasil belajar keseluruhan baik ranah kognitif, psikomotorik maupun afektif. Belajar aktif siswa berusaha membangun pengetahuan dalam dirinya sehingga dalam proses pembelajaran terjadi perubahan peningkatan mutu kemampuan, pengetahuan dan keterampilan siswa baik dalam ranah kognitif, psikomotorik dan afektif. Strategi
pembelajaran
merupakan
syarat
terjadinya
keefektifan
pembelajaran, baik pendekatan yang berorientasi pada kondisi pembelajaran yang dikendalikan oleh pengajar maupun yang berorientasi pada peserta didik. Pendekatan belajar yang diterapkan menjamin kebutuhan belajar dan sesuai tingkat pendidikan serta karakteristik peserta didik maka makin baik pula pencapaian hasil belajar. Hasil belajar dapat ditentukan oleh pendekatan belajar yang diterapkan. Strategi pembelajaran dapat menjadi indikasi untuk mengetahui pencapaian dan peningkatan hasil belajar.19 Strategi pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran disebut strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran menjadi efisiensi dan efektifitas kegiatan belajar pembelajaran adalah pendidik, serta peserta didik yang berinteraksi edukatif antara satu dengan yang lainnya. Isi kegiatan adalah bahan atau materi belajar yang bersumber dari kurikulum suatu program pendidikan. Proses kegiatan adalah langkah-langkah atau tahapan yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. Sumber pendukung kegiatan pembelajaran mencakup fasilitas dan alat-alat bantu pembelajaran. Jadi strategi pembelajaran mencakup penggunaan pendekatan, metode dan teknik, bentuk media, sumber belajar, pengelompokan peserta didik, untuk mewujudkan interaksi edukasi antara pendidik dengan peserta didik, antar peserta didik, dan antara peserta didik dengan lingkungannya, serta upaya pengukuran terhadap proses, hasil, atau dampak kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik, pihak-pihak yang terlibat dalam Belajar kognitif adalah belajar dengan tujuan membangun struktur kognitif siswa. Belajar kognitif terkait dengan pemrosesan informasi dalam benak 19
Tengku Zahara Djaafar. Op. Cit., h. 86
17
siswa. Informasi yang diperoleh oleh otak pembelajaran berupa pengetahuan yang dapat berupa konsep, prosedur dan prinsip-prinsip. Charles M. Reigeluth membagi tahap-tahap belajar kognitif menjadi tahap pengingat (memorisasi), tahap pemahaman dan tahap penerapan. Belajar pada tahap memorisasi disebut pula belajar menghafal (rote learning). Dalam tahap ini pembelajar melakukan pengkodean, memberi nama atau memberikan istilah terhadap fakta-fakta atau informasi dengan cara membuat asosiasi antara stimulus dengan respon. Belajar tahap pemahaman adalah belajar bermakna. Dalam tahap ini pembelajar mengaitkan gagasan yang baru dengan pengetahuan terdahulu yang relevan. Perilaku dicontohkan dengan kemampuan siswa dalam membandingkan dan mempertentangkan, membuat analogi, membuat inferensi/simpulan, melakukan elaborasi dan lain-lain. Belajar pada tahap penerapan terkait dengan kemampuan siswa dalam membuat generalisasi pengetahuan ke dalam situasi yang baru, atau telah terjadi transfer pengetahuan dalam belajar. Pembelajar telah mampu mengidentifikasi secara kritis hal-hal yang telah diketahuinya dalam situasi berbeda, melakukan prediksi tentang sesuatu. Dalam pengembangan teori pembelajaran, belajar pada tahap penerapan ini banyak menjadi perhatian dari para pakar pendidikan.20 Agar siswa mampu menyelesaikan masalah, maka siswa harus belajar bagaimana membentuk representasi mental dari masalah, mendeteksi kaitan-kaitan matematis, dan menemukan metode penyelesaian yang baru ketika diperlukan. Karaktersitik mendasar yang diperlukan selama proses penyelesaian masalah dapat diperoleh melalui pengembangan kemampuan berfikir logis, kritis, sistematis, analitis, kreatif, produktif, penalaran, koneksi, komunikasi, dan tentu saja pemecahan masalah matematis itu sendiri.21
20
Suyono dan Hariyanto. Op. Cit., h. 144-145 Jarwani Afgani Dahlan, Ade Rohayati, dan karso. Implementasi Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif dalam Upaya Meningkatkan High Order Mathematical Thinking Siswa. Jurnal Pendidikan. Vol. 13. No. 2. September 2012. h. 66 21
18
Kegiatan belajar seringkali membuat siswa mengalami kebimbangan dalam memastikan apakah solusi atau alasan yang dia kemukakan/berikan adalah suatu solusi yang benar atau salah. Memberi jawaban atau alasan terhadap suatu pertanyaan tentu terkait dengan kemampuan kognitif dari individu. Dalam situasi konflik yang terjadi sehubungan dengan kemampuan kognitif individu, dimana individu tidak mampu menyesesuaikan struktur kognitifnya dengan situasi yang dihadapi dalam belajar, maka dikatakan bahwa ada konflik kognitif dalam diri individu tersebut. Situasi konflik kognisi, siswa akan memanfaatkan kemampuan kognitifnya dalam upaya mencari justifikasi, konfirmasi atau verifikasi terhadap pendapatnya. Artinya kemampuan kognitifnya memperoleh kesempatan untuk diberdayakan, disegarkan, atau dimantapkan, apalagi jika siswa tersebut masih terus berupaya. Misalnya siswa akan memanfaatkan daya ingatnya, pemahamannya akan konsep-konsep biologi ataupun pengalamannya untuk membuat suatu keputusan yang tepat. Dalam situasi konflik kognitif seperti ini, siswa dapat memperoleh kejelasan dari lingkungannya, antara lain dari guru ataupun siswa yang lebih pandai (scaffolding). Dengan kata lain, konflik kognitif yang ada pada diri seseorang yang direspon secara tepat atau positif dapat menyegarkan dan memberdayakan kemampuan kognitif yang dimiliki siswa. Konflik kognitif adalah ketidakseimbangan kognitif yang disebabkan oleh adanya
kesadaran
seseorang
akan
adanya
informasi-informasi
yang
bertentangan dengan informasi yang dimilikinya yang tersimpan dalam struktur kognitifnya. Banyak istilah yang digunakan oleh para peneliti dalam menggambarkan dan menjelaskan konflik kognitif, seperti ketidaksesuaian kognitif (dissonance cognitive), kesenjangan kognitif (gap cognitive), konflik konsep (conceptual cognitive), ketidaksesuaian (discrepancy), disequilibrium, konflik internal (internal conflict).22 22
Dasa Ismaimuza, Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Konflik Kognitif, (Sulawesi Tengah: Seminar Nasional Matematika) FKIP Universitas Tadulako.
19
Siswa berada dalam situasi konflik, maka siswa akan memanfaatkan kemampuan kognitifnya dalam upaya menjastifikasi, menkonfirmasi atau melakukan verifikasi terhadap pendapatnya. Artinya kemampuan kognitif siswa akan memperoleh kesempatan untuk diberdayakan, disegarkan, atau dimantapkan, terutama jika siswa tersebut masih terus melakukan upayanya. Sebagai contoh, siswa akan memanfaatkan daya ingat dan pemahamannya pada suatu konsep matematika ataupun pengalamannya untuk membuat suatu keputusan yang tepat. Dalam situasi tersebut, siswa dapat memperoleh kejelasan dari lingkungannya, antara lain dari guru atau siswa yang lebih pandai. Dengan kata lain, konflik kognitif pada diri seseorang yang direspon dengan tepat atau posistif, maka dapat menyegarkan dan memberdayakan kemampuan kognitif yang dimilikinya.23 Perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahamannya melalui pengalamanpengalaman dan interaksi yang dialami. Aspek kognitif lebih menekankan bagaimana siswa memperoleh pemahaman diri dan lingkungannya serta bagaimana berhubungan dengan lingkungannya tersebut. Dengan proses aktif siswa akan memperoleh skema. Skema tersebut dapat berupa kategori pengetahuan dalam menginterpretasi dan memahami sesuatu atau juga menggambarkan tindakan secara mental maupun fisik dalam memahami sesuatu. Hal tersebut sesuai dengan aktivitas yang seharusnya dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Pendapat serupa dikemukan oleh Cobb dalam jurnal Dahlan yang menerangkan bahwa belajar merupakan proses dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan. Kontruksi tersebut akan optimal manakala siswa dihadapkan pada kondisi ketidaksesuaian antara struktur kognitif dan lingkungan (eksternal) atau terdapatnya perbedaan dalam komponen-komponen struktur kognitif. Strategi konflik kognitif dalam pembelajaran membantu siswa dalam merekontruksi pengetahuan siswa. Dengan rekonstruksi tersebut, maka siswa akan lebih mudah mengkoneksikan pengetahuan yang hendak dipelajari 23
Jarwani Afgani Dahlan, Ade Rohayati, dan karso., Op. Cit., h. 69
20
dengan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya. Aktivitas belajar yang demikian akan memberikan kebermaknaan bagi siswa. Selain itu, memperoleh hasil dalam penelitian bahwa salah satu cara memecahkan atau mencegah miskonsepsi adalah menghadapkan secara langsung miskonsepsi itu dengan sebuah pengalaman yang menyebabkan ketidakseimbangan yang diikuti oleh akomodasi.24
5. Tahap-tahap Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif Berbagai
pendapat
tentang
strategi
pembelajaran
sebagaimana
dikemukakan oleh para ahli dalam bukunya Hamzah B. Uno, diantaranya:25 a. Menurut Kozna, secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada siswa menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu. b. Menurut Gerlach dan Ely, menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. c. Menurut Dick dan Carey, menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran tertentu. d. Menurut Gropper, mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Pembelajaran dapat diatur sendiri yang merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri. Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa 24
Ibid., h. 67 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014) Cet. X., h. 1 25
21
bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu siswa memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi
dan
saling
berkomunikasi.
Pembelajaran
kontekstual
membantu mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian, ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu. Teknik strategi pembelajaran adalah dengan memberikan pijakan (scaffolding procces). Pijakan adalah dukungan yang berubah-ubah yang disesuaikan dengan perkembangan untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi. Pijakan ini terbagi kedalam empat tahap, pijakan lingkungan bermain, pijakan sebelum bermain, pijakan selama bermain, dan pijakan setelah bermain. Strategi mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam proses pendidikan
guna
membermaknakan
mencapai materi
tujuan,
pelajaran
karena yang
menjadi
tersusun
sarana
dalam
yang
kurikulum
pendidikan sedemikian rupa hingga dapat dipahami atau diserap siswa menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya.26 Sebagai salah satu komponen operasional ilmu pendidikan, metode harus mengandung potensi yang bersifat mengarahkan materi pelajaran pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai melalui proses tahap, baik dalam kelembagaan formal, nonformal, maupun yang informal.27 Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sumber belajar, kebutuhan, dan karakteristik siswa yang
26
Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007, Cet. III) h. 163 27 Ibid., h. 164
22
dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.28 Pemilihan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu, juga harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik peserta didik, serta situasi dan kondisi dimana proses pembelajaran tersebut berlangsung.29 Strategi
konflik
kognitif
diartikan
sebagai
seperangkat
kegiatan
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk mengkomunikasikan dua atau lebih rangsangan berupa sesuatu yang berlawanan atau berbeda kepada siswa, agar terjadi proses internal yang intensif dalam rangka mencapai keseimbangan ilmu pengetahuan yang lebih tinggi. Konflik kognitif adalah suatu situasi dimana kesadaran seorang individu mengalami ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan tersebut didasari adanya kesadaran akan informasi-informasi yang bertentangan dengan informasi yang dimilikinya yang telah tersimpan dalam struktur kognitifnya. Namun demikian, konflik kognitif juga dapat terjadi dalam ranah lingkungan sosial. Konflik kognitif dapat muncul ketika ada pertentangan pendapat atau pemikiran antara seorang individu dengan individu lainnya pada lingkungan individu yang bersangkutan. Hal tersebut dapat terjadi ketika seorang siswa belum dapat memastikan ada berapa persamaan kuadrat yang akar-akarnya 4 dan -4. Saat siswa tertegun dan bingung untuk menjawabnya, maka dapat dikatakan siswa tersebut mengalami konflik kognitif.30 Proses konflik kognitif meliputi tiga tahapan yaitu: (a) pendahuluan (preliminary) yaitu dilakukan dengan penyajian konflik kognitif, (b) konflik (conflict) yaitu penciptaan konflik dengan bantuan kegiatan demonstrasi atau eksperimen yang melibatkan proses asimilasi dan akomodasi, (c) penyelesaian (resolution) yaitu kegiatan diskusi dan menyimpulkan hasil diskusi. Dengan asimilasi siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka punyai untuk berhadapan dengan fenomena baru. Dengan akomodasi siswa mengubah
28
Hamzah B. Uno, Op. Cit., h.3 Ibid., h. 7 30 Jarwani Afgani Dahlan, Ade Rohayati, dan karso, Op. Cit., h. 69 29
23
konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi.31 Struktur kognitif selalu berintegrasi dengan lingkungannya melalui asimilasi dan akomodasi. Jika asimilasi dan akomodasi terjadi secara bebas dengan lingkungannya (bebas konflik), maka struktur kognitif dalam keadaan ekuilibrium dengan lingkungannya. Jika hal ini tidak terjadi pada seseorang, maka seseorang tersebut dikatakan dalam keadaan tidak seimbang. Bilamana seseorang berada atau mengalami ketidakseimbangan, maka dia akan merespon keadaan tersebut dan mencari keseimbangan yang baru dengan lingkungannya. Ada tiga tahapan atau level proses konflik kognitif, yakni level rendah, level menengah, dan level lebih tinggi. Pada level rendah, keseimbangan kognitif terjadi, sehingga tidak terjadi konflik kognitif meskipun terjadi asimilasi dan akomodasi. Pada level ini informasi baru diasimilasi dan diakomodasi dengan baik sesuai dengan schemata yang telah ada dalam pikiran. Pada level menengah, terjadi ketidakseimbangan kognitif atau terjadi konflik. Hal in terjadi karena kurangnya data yang ada dalam pikiran, sehingga informasi yang diperoleh tidak cocok dengan pengetahuan atau struktur kognitif yang dimiliki. Artinya informasi yang ada tidak dapat diasimilasi, akibatnya proses akomodasipun tidak terjadi terhadap informasi tersebut. Untuk itulah padal level ini, perlu adanya scaffolding baik oleh guru, maupun oleh teman sebaya yang tidak mengalami konflik kogntif. Pada level lebih tinggi, terjadi reequilibrium akibat adanya rekonseptualisasi terhadap informasi, sehingga terjadi keseimbangan baru dari apa yang sebelumnya bertentangan (konflik). Pada level ini keseimbangan terjadi akibat adanya intervensi atau scaffolding yang dilakukan sengaja oleh guru atau sumber sumber lain, sehingga proses asimilasi dan akomodasi berlangsung dengan lancar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketidakseimbangan kognitif atau konflik kognitif dapat dan perlu dikondisikan agar terjadi
31
A. Setyowati, B. Subali, Mosik. Implementasi Pendekatan Konflik Kognitif dalam Pembelajaran Fisika untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas VIII. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7. Juli 2011. h. 90
24
keseimbangan pada tingkat yang lebih tinggi daripada keseimbangan sebelumnya.32 Belajar akan lebih berhasil jika disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Disamping itu Piaget mengembangkan pula konsep adaptasi dengan dua variannya, yaitu asimilasi dan akomodasi.33 Asimilasi kognitif meliputi objek eksternal yang disintesiskan untuk menjadi struktur pengetahuan internal. Proses asimilasi ini didasarkan atas kenyataan bahwa setiap saat manusia selalu mengasimilasi informasiinformasi yang sampai kepadanya, kemudian informasi-informasi tersebut dikelompokkan ke dalam istilah-istilah yang sebelumnya telah dipahami. Akomodasi adalah menciptakan langkah baru atau memperbarui istilah atau konsep lama untuk menghadapi tantangan baru. Akomodasi kognitif berarti mengubah struktur kognitif yang sudah dimiliki sebelumnya untuk disesuaikan dengan objek stimulus eksternal. Jadi, jika pada asimilasi terjadi perubahan pada objeknya, maka pada akomodasi perubahan terjadi pada subjeknya, sehingga siswa dapat menyesuaikan diri dengan objek yang ada di luar dirinya.34 Tahapan dalam strategi pembelajaran konflik kognitif yang melibatkan proses asimilasi dan akomodasi merupakan perubahan struktur kognitif siswa yang sudah ada dalam diri siswa (pengetahuan internal) dan mengalami perubahan kognitif sesuai dengan stimulus objek eksternal (pengetahuan dari luar diri siswa) sehingga pengetahuan kognitif siswa dapat sesuai dengan teori yang akan dipelajarinya. Perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana siswa secara aktif membangun sistem makna dan pemahamannya melalui pengalamanpengalaman dan interaksi yang siswa alami. Aspek kognitif lebih menekankan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman diri dan lingkungannya serta bagaimana berhubungan dengan lingkungannya tersebut. Dengan proses aktif sesorang akan memperoleh skema. Skema tersebut dapat berupa kategori 32
Jarwani Afgani Dahlan, Ade Rohayati, dan karso, Op. Cit., h. 70 Suyono dan Hariyanto. Op. Cit., h. 86 34 Ibid., h. 87 33
25
pengetahuan dalam menginterpretasi dan memahami sesuatu. Hal tersebut sesuai dengan aktivitas yang seharusnya dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Dengan rekontruksi tersebut, maka siswa akan lebih mudah mengkoneksikan pengetahuan yang hendak dipelajari dengan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya. Aktivitas belajar yang demikian akan memberikan kebermaknaan bagi siswa.35 Strategi pembelajaran konflik kognitif dapat diimplementasikan pada mata pelajaran biologi materi sistem ekskresi dengan meninjau kembali materi sebelumnya untuk mengetahui kategori pengetahuan yang belum dipahami oleh siswa agar tidak terjadi kesalahpahaman materi selanjutnya. Tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu strategi pembelajaran bisa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dlam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian, pertimbangan pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah tujuan apa yang harus dicapai. 36 Kesalahan konsep pada materi sebelumnya akan memicu kesalahan konsep pada materi lanjutannya sehingga menjadi rantai salah konsep yang sulit untuk diputuskan. Untuk memutuskan rantai salah konsep diperlukan strategi pembelajaran yang dapat menimbulkan konflik kognitif yang akan memaksa mahasiswa untuk berpikir dalam memilih atau menentukan konsep yang paling benar. Untuk memicu munculnya konflik kognitif diperlukan pertanyaan-pertanyaan yang diprediksi menimbulkan jawaban bermacammacam sehingga akan segera diketahui letak kesalahan pemahamannya. Alternatif-alternatif solusi yang telah disampaikan, proses pembelajaran perlu dicoba melalui beberapa metode dan pendekatan diantaranya eksperimen,
percobaan,
demonstrasi,
dan
ceramah
disertai
diskusi.
Pembelajaran melalui eksperimen yang menuntut peserta didik untuk dapat merumuskan masalah, menyusun hipotesis, dan menguji hipotesis diprediksi cukup sulit untuk dilakukan karena kemungkinan besar peserta didik kurang 35
Jarwani Afgani Dahlan, Ade Rohayati, dan karso. Op. Cit., h. 67 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008)., Cet. V., h. 181 36
26
menguasai materi sebelumnya. Alternatif yang paling memungkinkan untuk dipilih adalah pembelajaran melalui percobaan, demonstrasi, dan ceramah disertai diskusi dengan strategi khusus yang mampu menimbulkan konflik kognitif.37 Terjadinya kesalahan pemahaman dan penyebab terjadinya kesalahan pemahaman dalam pembelajaran dapat ditinjau dari segi siswa dan materi pelajaran. Dari segi siswa, penyebab terjadinya kesalahan pemahaman antara lain adalah pengetahuan yang telah diperoleh siswa dari hasil belajar sebelumnya, pengalaman, interaksi sosial, kemampuan berfikir, motivasi belajar, dan kesiapan untuk belajar. Dari segi materi, penyebab terjadinya kesalahan pemahaman antara lain adalah konsep-konsep yang kompleks dan abstrak serta materi kajian yang terlalu padat. Kondisi tersebut membutuhkan perlakuan khusus yang tepat dan terencana agar siswa tertantang untuk memperbaiki kesalahan dalam memahami konsep yang diberikan oleh guru. Salah satu perlakuan yang dapat dilakukan adalah dengan strategi konflik kognitif. Yaitu suatu strategi dimana guru berusaha memperbaiki pemahaman siswa melalui pemberian beberapa soal yang berbeda bentuknya namun mempunyai dasar konseptual yang sama. Soal-soal tersebut disertai dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah kepada jawaban soal-soal yang telah diberikan. Perlakuan ini akan menimbulkan konflik dalam pikiran siswa. Hal ini diharapkan agar siswa mampu merekonstruksi pemahaman yang dimiliki akibat adanya peristiwa yang menantang siswa untuk berfikir dan mempersoalkan mengapa pemahaman awal yang dimiliki tidak benar. Dengan adanya contoh tandingan yang diberikan, diharapkan dapat memperluas pola penalaran siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru sehingga hasil belajar siswa dengan strategi konflik kognitif sesuai dengan yang diharapkan.38 37
Erawan Kurniadi, Penerapan Pembelajaran Elektronik I Berbasis Konflik Kognitif Melalui Metde Percobaan, Demonstrasi, Ceramah, dan Diskusi, Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 3, No. 1 Maret 2011. h. 18-19 38 Muh. Yunus, Perbandingan Strategi Konflik Kognitif dengan Strategi Konvensional terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Makassar (Studi pada Materi Pokok Stoikiometri Larutan)”. Journal Chemical Vol. 9 No. 2 Desember 2008.
27
6. Hakikat Hasil Belajar Belajar merupakan proses ditandai oleh adanya perubahan pada diri seseorang. Antar proses belajar dengan perubahan adalah dua gelaja saling terkait yakni belajar sebagai proses dan perubahan sebagai bukti dari hasil yang diproses. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan, keterampilan, maupun menyangkut nilai sikap. Belajar merupakan komponen penting, sehingga tanpa proses belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah, kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran, yang terdiri atas pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran, yang terdiri atas penerimaan, partisipasi, penilaian/penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani, yang terdiri atas persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas. Aktivitas belajar dapat terjadi dengan sengaja maupun tidak dengan sengaja. Belajar yang disengaja adalah suatu kegiatan yang dirancang dan bertujuan diperolehnya suatu pengalaman baru. Sedangkan aktivitas belajar yang terjadi dengan tidak sengaja merupakan interaksi yang terjadi antara manusia dnegan lingkungannya secara kebetulan dimana proses interaksi itu seseorang memperoleh pengalaman baru. Dalam konteks ini belajar dikaji dari aktivitas yang disengaja, bertujuan, dan berinteraksi yang kondunsif antara peserta didik dengan lingkungan belajar, dalam situasi pembelajaran. Dalam aktivitas
pembelajaran
peserta
didik
senantiasa
berinteraksi
dengan
lingkungannya sehingga diperolehnya peningkatan hasil yang spesifik untuk tujuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.39
39
Tengku Zahara Djaafar, Op. Cit. h. 82
28
Bloom yang dikenal dengan Taksonomi Bloom, membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu:40 a. Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan, dan keahlian mentalis. Ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang menggambarkan tujuan yang diharapkan. Ranah kognitif terdiri dari enam aspek, yakni mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi. b. Ranah afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan perasaan. Ranah terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c. Ranah
psikomotorik
berkenaan
dengan
fungsi
manipulatif
dan
kemampuan fisik. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif. Suatu aktivitas pembelajaran dapat dikatakan efektif jika proses pembelajaran tersebut dapat mewujudkan sasaran atau hasil belajar tertentu. Beraneka ragamnya tingkah laku yang diperoleh dalam perbuatan belajar, maka orang menyebutnya sebgai kaabilitas. Kapabilitas ini tidak hanya pada pengetahuan, akan tetapi juga mencakup sikap dan keterampilan yang akan dapat diperoleh/dicapai melalui suatu aktivitas pembelajaran.41 Hasil belajar ranah kognitif terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua spek pertama (pengetahuan dan pemahaman) disebut kognitif tingkat rendah, sedangkan keempat aspek berikutnya (aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi) disebut kogitif tingkat tinggi.42
40
Imam Gunawan, Anggraini Retno Palupi. “Taksonomi Bloom-Revisi ranah Kognitif, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Penilaian”. www.ikippgrimadiun.ac.id 30 Januari 2014 41
Tengku Zahara Djaafar., Loc. Cit., Masnur Muslich, Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi, (Bandung: Refika Aditama, 2011) Cet. 1 h. 39 42
29
Tipe hasil belajar dalam taksonomi bloom, pengetahuan mengandung makna pengetahuan faktual juga pengetahuan hafalan, pengetahuan untuk diingat. Dalam proses pembelajaran, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat peserta didik, sebab penguasaan ini sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya.43 Tipe hasil belajar yang kedua adalah pemahaman, tipe ini lebih tinggi daripada tipe hasil blajar pengetahuan. Hasil belajar pemahaman ini dibedakan ke dalam tigakategori, yaitu tingkat rendah, tingkat madia, dan tingkat tinggi. 1) Pemahaman tingkat rendah adalah pemahaman oenerjemahan, yaitu dimulai dari penerjemahan dalam arti sebenarnya. 2) Pemahaman tingkat madia adalah pemahaman penafsiran, yaitu mulai dari menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, dan sebagainya. 3) Pemahaman tingkat tinggi adalah pemahaman ekstrapolasi, yaitu kemampuan melihat dibalik yang tertulis/tersurat, dapat memperluas persepsi terkait waktu, dimensi, dan kasus.44 Tipe hasil belajar aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Misalnya, menerapkan id eke dalam situasi baru, penerapan teori dalam percobaan di laboratorium, atau menerapkan petunjuk teknis dalam situasi nyata. Ranah kognitif setingkat lebih tinggi dari aplikasi adalah analisis. Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang tetap terpadu. Bila kecakapan analisis telah dapat berkembang pada seseorang, maka akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif. Kegiatan analisis menampakn pada usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang tetap terpadu, makan sintesis menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. 43 44
Ibid., h. 40 Ibid., h. 41
30
Berpikir sintesis merupakan salah satu cara untuk menjadikan orang lebih kreatif, dan berpikir kreatif ini yang hendak dicapai dalam pendidikan. Seseorang yang kreatif sering menemukan atau menciptakan sesuatu. Kreativitas ini seiringan dengan cara berpikir sintesis. Tipe ranah kognitif yang terakhir adalah evaluasi. Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dikaitkan dengan tujuan, gagasan, cara kerja, solusi, metode, materi, dan sebagainya. Perlu dipahami, dalam pengembangan kemampuan evaluasi yang dilandasi pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis akan mempertinggi mutu evaluasi.45 Belajar bukan hanya sekadar mengumpulkan ilmu pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Selain itu, proses belajar pada hakikatnya juga merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat disaksikan. Manusia hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disintesiskan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang di berbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
45
Ibid., h. 44-45
31
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dihasilkan dari proses perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor sehingga menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan yang siswa miliki. Sedangkan hasil belajar biologi adalah kemampuan yang dihasilkan dari proses perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan biologi.
7. Tinjauan Materi Sistem Ekskresi Ekskresi adalah proses yang dilakukan organisme untuk membuang sampah produk metabolisme. Alat ekskresi pada manusia adalah ginjal, paruparu, hati dan kulit. Hewan memiliki sistem ekskresi yang berbeda-beda.46 Saat bernapas mengeluarkan karbon dioksida. Disaat udara panas, tubuh kita mengeluarkan keringat. Sebaliknya, disaat udara dingin, lebih sering mengeluarkan air seni (urin). Berbagai reaksi kimia terjadi di dalam sel-sel tubuh untuk menjaga kita tetap hidup. Reaksi kimia tersebut menghasilkan beberapa zat sisa yang bersifat racun dan harus dikeluarkan dai dalam tubuh. Sebagai contoh, pemecahan glukosa dalam sistem pernapasan menghasilkan zat berupa karbon dioksida. Pengeluaran zat sisa hasil metabolisme dala tubuh dengan tujuan agar keseimbangan tubuh terjada disebut ekskresi. Ekskresi melibatkan alat-alat khusus dan membentuk suatu sistem yang disebut sistem ekskresi. Sistem ekskresi sangat berperan dalam menjaga homeostatis (keseimbangan) tubuh dengan cara osmoregulasi.47 Alat-alat ekskresi pada manusia terdiri atas ginjal, paru-paru, hati, dan kulit.48 Ginjal berfungsi Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh, Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan, Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal, Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh 46
Diah Aryulina, dkk. Biologi 2 untuk SMA dan MA Kelas XI, (Jakarta: Erlangga, 2004)
47
Ibid., h. 215 Tajudin, Jago Biologi SMA Kelas 1, 2, dan 3. (Jakarta: Kawan Pustaka, 2010) h. 278
h. 216 48
32
manusia, Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang. Proses pembentukan urine pada Ginjal berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi melalui serangkaian proses, yaitu: penyaringan, penyerapan kembali dan augmentasi. Paru-paru mengekskresikan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan uap air saat fase ekspirasi. Karbon dioksida banyak diangkut oleh plasma darah dalam bentuk ion HCO3 dan sedikit yang diikat oleh hemoglobin membentuk HbCO2.49 Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, terdapat di rongga perut sebelah kanan atas, berwarna kecoklatan. Hati mendapat suplai darah dari pembuluh nadi (arteri hepatica) dan pembuluh gerbang (vena porta) dari usus. Hati dibungkus oleh selaput hati (Capsula hepatica). Hati terdapat pembuluh darah dan empedu yang dipersatukan selaput jaringan ikat (capsula glison). Hati juga terdapat sel-sel perombak sel darah merah yan gtelah tua disebut histiosit. Sebagai alat eksresi hati menghasilkan empedu yang merupakan cairan jernih kehijauan, di dalamnya mengandung zat warna empedu (bilirubin), garam empedu, kolesterol dan juga bacteri serta obat-obatan. Alat ekskresi manusia yang lainnya adalah kulit, Seluruh permukaan tubuh kita terbungkus oleh lapisan tipis yang sering kita sebut kulit. Kulit merupakan benteng pertahanan tubuh kita yang utama karena berada di lapisan anggota tubuh yang paling luar dan berhubungan langsung dengan lingkungan sekitar. Susunan kulit, Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu epidermis (lapisan luar/kulit ari), dermis (lapisan dalam/kulit jangat). Dan hipodermis (jaringan ikat bawah kulit).50 Kelainan dan gangguan pada ginjal adalah:51 a. Albuminuria, yaitu terbentuknya albumin dan protein di dalam urin akibat rusaknya filtrasi pada ginjal.
49
Sri Ayu Imaningtyas, Biologi untuk SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Erlangga, 2013) h.112 Ibid, hal. 113 51 Tajudin., Op. Cit., h. 283 50
33
b. Kencing batu, terbentuknya butiran-butiran dari senyawa kalsium dan penimbunan asam urat, sehingga membentuk CaCo3 pada kantung yang mengakibatkan sulitnya pengeluaran urin. c. Diabetes mellitus, terdapatnya glukosa dalam urin yang disebabkan oleh menurunnya hormone insulin. d. Glikosuria, terjadi jika glukosa ditemukan pada urin yang menunjukkan terjadinya kerusakan pada nefron ginjal. e. Ketosis, terjadi jika keton ditemukan dalam darah, biasanya terjadi pada orang yang melakukan diet karbohidrat. Kelainan pada paru-paru dapat disebabkan oleh bebrapa hal, antara lain infeksi bakteri, virus, atau karena asbes dan silikan. Kelainan pada hati antara lain hepatitis, penyakit kuning, dan kanker hati. Fungsi hati yang terganggu menyebabkan gangguan pada sistem ekskresi. Kelainan pada kulit, sebagai berikut:52 a. Kudis, penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri. b. Gangrene, merupakan matinya sel-sel kulit karena mendapatkan suplai makanan akibat berhentinya aliran darah. c. Jerawat, merupakan gangguan kronis pada kelenjar minyak di kulit, terutama wajah, terjadi karena sumbatan kotoran pada pori-pori kulit. d. Panu merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian ini membahas tentang penggunaan strategi konflik kognitif terhadap hasil belajar berdasarkan kajian pustaka yang dilakukan peneliti didapatkan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh: 1. Muh. Yunus, “Perbandingan Strategi Konflik Kognitif dengan Strategi Konvensional terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Makassar (Studi pada Materi Pokok Stoikiometri Larutan)”. Dalam penelitiannya bahwa pengaruh strategi konflik kognitif lebih besar 52
Ibid., h. 283
34
daripada pengaruh strategi konvensional terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Makassar.53 2. Colin Foster, “Creationism as a Misconception: Socio-cognitive conflict in the teaching of evolution”. Dalam penelitiannya Pendekatan seperti ini dapat meningkatkan kerja ilmiah yang lebih otentik dan mengembangkan siswa untuk berpikir lebih kritis serta dapat digunakan oleh anak-anak dari segala usia. 54 3. Erawan Kurniadi, “Penerapan Pembelajaran Elektronika I Berbasis Konflik Kognitif Melalui Metode Percobaan, Demonstrasi, Ceramah, Dan Diskusi”. Dalam penelitiannya ini ditujukan untuk mewujudkan pembelajaran berkualitas melalui penjaringan terhadap permasalahan belajar mahasiswa dan mengupayakan solusinya melalui pembelajaran konflik kognitif dengan metode percobaan, demonstrasi, ceramah dan diskusi.55 4. Jarwani Afgani Dahlan, Ade Rohayati, dan Karso, “Implementasi Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif dalam Upaya Meningkatkan High Order Mathematical Thinking Siswa”. Dalam penelitiannya bahwa studi ini mengkaji implementasi strategi konflik kognitif dalam pembelajaran matematika melalui belajar kelompok dan individual untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran konflik kognitif baik secara kooperatif maupun individual berada dalam rendah.56 5. Dasa Ismaimuza, “Pengaruh Strategi Berbasis Masalah Dengan Strategi Konflik Kognitif Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Sikap Siswa SMP.” Dalam penelitiannya bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis, sikap siswa yang menerima pembelajaran berbasis masalah dengan strategi
53
Muh. Yunus. Loc. Cit. Colin Foster, Creationism as a Misconception: Socio-cognitive conflict in the teaching of evolution. International Journal of Science Education, Vol. 34, No. 14, September 2012. 55 Erawan Kurniadi. Op. Cit. h. 17 56 Jarwani Afgani Dahlan, Ade Rohayati, dan karso. Op. Cit. h. 65 54
35
konflik kognitif (PBLKK) dan pembelajaran konvensional (KV) ditinjau dari keseluruhan, pengetahuan awal, dan level sekolah.57
C. Kerangka Berpikir Kegiatan pembelajaran pada dasarnya seorang siswa yang akan mempelajari suatu konsep baru sebenarnya sudah memiliki pengetahuan awal. Konsep awal yang dimiliki siswa disebut juga dengan prakonsepsi, yang dapat berupa prakonsepsi awal yang benar atau salah. Tugas guru adalah memperbaiki prakonsepsi yang kurang tepat dan prakonsepsi dapat menyebabkan siswa sulit untuk membangun konsep pengetahuan dalam pikirannya. Proses pembelajaran yang masih bersifat hafalan, dapat menyebabkan siswa sulit memahami konsep biologi yang terlihat abstrak. Sulitnya siswa dalam memahami konsep serta prakonsepsi yang salah tidak diperhatikan dan dapat menimbulkan miskonsepsi. Strategi konflik kognitif yang diterapkan dalam pembelajaran merupakan salah satu upaya peningkatan proses belajar. Proses pembelajaran akan menjadi lebih bermakna dengan cara menghubungkan materi biologi dengan kehidupan siswa sehari-hari. Belajar kognitif adalah belajar dengan tujuan membangun struktur kognitif siswa. Belajar kognitif terkait dengan pemrosesan informasi dalam benak siswa. Ada 3 tahapan belajar kognitif, belajar pada tahap memorisasi disebut pula belajar menghafal (rote learning), belajar tahap pemahaman adalah belajar bermakna, belajar pada tahap penerapan terkait dengan kemampuan siswa dalam membuat generalisasi pengetahuan ke dalam situasi yang baru, atau telah terjadi transfer pengetahuan dalam belajar. Guru
diharapkan
lebih
kreatif
dalam
mengembangkan
model
pembelajaran. Salah satu usaha agar keberhasilan siswa dapat tercapai maksimal dan menjadikan siswa lebih aktif dan berpikir kritis. Oleh karena itu 57
Dasa Ismaimuza., Pengaruh pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Konflik Kognitif Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Sikap Siswa SMP, Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 4 No. 1 juni 2010., h. 1
36
dalam pembelajaran seorang guru mampu mengoptimalkan sema kemampuan siswa. Dengan strategi konflik kognitif guru menjadi fasilitator dan pembimbing dalam pembelajaran. Penerapan strategi pembelajaran konflik kognitif di dalam kelas memberikan kesempatan kepada siswa dan kawan– kawan sebayanya untuk terlibat langsung dan bekerja sama dalam proses belajar.
D. Pengajuan Hipotesis Penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “terdapat pengaruh strategi konflik kognitif terhadap hasil belajar biologi siswa.”
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitan ini dilaksanakan pada bulan April 2015 di kelas XI Semester Genap di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan.
B. Metode dan Desain Penelitian 1.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental Design atau penelitian semu1, Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan strategi pembelajaran dengan pendekatan konflik kognitif dan kelompok kedua adalah kelompok kontrol dengan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD).
2. Desain Penelitian Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk PretestPostest pada Tabel 3.1 Grup Kontrol secara Simple Random Sampling. 2 Tabel 3.1 Pretes-Postes Eksperimen Dan Kontrol Grup
Pretes
Variabel Terikat
Postes
Eksperimen
Y1
X
Y2
Kontrol
Y1
-
Y2
Keterangan: Y1
= pretest
Y2
= postest
X
= adanya perlakuan
-
= tidak ada perlakuan
1
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung:Alfabeta,2013) Cet.XVI, h.
114 2
Ibid,. h. 186
37
38
C. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa/i SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan. Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.3 Sampel yang digunakan sebanyak dua kelas dari populasi sebanyak enam kelas. Kelas XI MIA1 sebagai kelas eksperimen sebanyak 30 siswa dan kelas XI MIA2 sebagai kelas kontrol sebanyak 30 siswa. Sampel diambil dari populasi terjangkau dengan teknik random sampling, sampel dipilih secara acak.
D. Teknik Pengumpulan Data Tenik yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes (pretest dan posttest) dan nontes. Tes yang digunakan adalah tes objektif dan nontes yang digunakan adalah observasi. Test objektif dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran. Pretest bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan, dan posttest bertujuan untuk melihat pengaruhnya perlakuan terhadap kemampuan pengetahuan siswa. Sementara itu, observasi dilakukan untuk mengetahui aktifitas siswa selama proses pembelajaran (aspek psikomotorik).
E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu berupa tes objektif dalam bentuk soal-soal pretest dan posttest berupa essay (uraian) sebanyak 10 nomor yang merupakan soal yang signifikan dari aspek kognitif C1, C2, C3, C4, C5, dan C6. Observasi yang digunakan bertujuan untuk memperoleh data tentang keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung.
3
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. ( Jakarta:Rineka Cipta,2007) Cet.6, h. 121
39
Tabel 3.2 Lembar Observasi Kegiatan Guru No 1
2
3
Tahapan
Kegiatan Guru
Pendahuluan (pleminary) Guru membuka kegiatan, tujuan, dan memaparkan kebutuhan yang penyajian koflik diperlukan dalam proses pembelajaran, memotivasi siswa, membagi kelompok dan memfokuskan perhatian siswa pada pembelajaran yang dapat mengembangkan banyak konsepsi yang belum tentu sama dengan konsepsi sebenarnya. Guru menciptakan konflik dengan konflik (conflict) bantuan eksperimen yang melibatkan asimilasi (siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka punyai untuk berhadapan dengan fenomena baru), dan melibatkan akomodasi (mengubah konsep siswa yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi). Dan membagikan LKS ke setiap kelompok Penyelesaian (resolution)
Guru melakukan diskusi, memberikan kesempatan kepada kelompok untuk menyimpulkan hasil diskusi. Memberikan penjelasan yang cukup akurat dari berbagai referensi agar pemahaman siswa tidak tertukar dengan konsep yang mereka punyai sebelumnya.
Tabel 3.3 Lembar Observasi Kegiatan Siswa No 1
Kegiatan Siswa Siswa menjawab salam, menyimak penjelasan guru tentang kegiatan yang akan dilakukan dan memfokuskan perhatian pada pembelajaran dengan konsep-konsep yang dipunyai sebelumnya.
40
2
Siswa melakukan kegiatan diskusi kelompok dengan bereksperimen yang melibatkan asimilasi (menggunakan konsep yang sudah dipunyai sebelumnya) dan akomodasi (mengubah konsep yang tidak sesuaian dengan fenomena baru).
3
Siswa memperhatikan gambar dan penjelasan yang disampaikan oleh guru, mencatat hasil kegiatan eksperimen, mencari informasi dalam LKS yang berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam LKS, serta berpartisipasi aktif dalam mengumpulkan informasi yang diperlukan.
4
Masing-masing kelompok berdiskusi untuk memberikan penjelasan dan kesimpulan, melakukan kegiatan evaluasi dan refleksi hasil kerja dalam penyelesaian masalah.
5
Siswa secara bersama memberikan kesimpulan dan menjawab salam pada akhir pembelajaran.
F. Kalibrasi Instrumen Tahapan analisis data hasil uji coba yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Uji Validitas Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga dapat menilai apa yang harus dinilai. Validitas tidak berlaku universal sebab bergantung pada situasi dan tujuan penilaian.4 Analisis validitas berguna untuk menghubungkan apakah terdapat kesamaan atau tidak antara bentuk soal yang satu dengan bentuk soal yang lain. Untuk mencari validitas digunakan program Anates.5 Hasil uji validitas dengan menggunakan program Anates, diketahui bahwa soal yang tidak valid sebanyak 9 nomor, soal yang valid sebanyak 3 nomor, dan soal yang sangat valid sebanyak 8 nomor, terlampir pada lampiran 11. Kriteria acuan untuk validitas butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.4, sebagai berikut :
4
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009) Cet. XIV, h. 12 5 Program anates
41
Tabel 3.4 Kriteria Validitas Butir Soal No.
2.
Rentang
Kriteria
1.
0,8-1,00
Sangat tinggi
2.
0,6-0,79
Tinggi
3.
0,4-0,59
Sedang
4.
0,2-0,39
Rendah
5.
0,0-0,19
Sangat rendah
Uji Reliabilitas Reliabilitas diartikan dengan consistency atau ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama dan diujikan berkali-kali mendapatkan hasil yang relatif signifikan.6 Rumus yang digunakan untuk menganalisis reliabilitas yaitu dengan menggunakan metode koefisien alfa. Metode ini digunakan pada soal-soal esai. Jadi tidak dapat diterapkan pada butir-butir yang tidak bisa diskor secara dikotomis, melainkan bentuk rentangan. Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas adalah:7 terlampir pada lampiran 12.
Keterangan: r11
= koefisien reliabilitas tes
n
= banyaknya soal
St2
= varians skor dalam butir
S1
= varians skor total
6
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. (Jakarta:Bumi Aksara, 2013) Cet. 2 h.104 7 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet. XI, h. 206
42
Adapun kriteria acuan untuk reliabilitas butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.5, sebagai berikut :8 Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas No.
3.
Rentang
Kriteria
1.
0,80-1,00
Sangat tinggi
2.
0,6-0,79
Tinggi
3.
0,4-0,59
Sedang
4.
0,2-0,39
Rendah
5.
0,0-0,19
Sangat rendah
Taraf Kesukaran Tingkat kesukaran dimaksudkan untuk menyatakan bahwa butir soal yang mudah, sedang dan sukar. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. 9 Setelah dilakukan perhitungan maka indeks tersebut diklasifikasikan sesuai dengan kriteria nilai yang ada. Untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap butir soal, digunakan kriteria tingkat kesukaran pada Tabel 3.6, berikut ini:10 terlampir pada lampiran 13.
Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Kesukaran
8
No.
Rentang Nilai Tingkat Kesukaran
Kriteria
1.
0,00 sampai dengan 0,30
Sukar
2.
0,31 sampai dengan 0,70
Sedang
3.
0,71 sampai dengan 1,00
Mudah
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. (Jakarta:Bumi Aksara, 2007) Cet. 7 h.75 9 Arikunto, op. cit. h. 223 10 Ibid., h. 225 11 Ibid., h. 232
43
4.
Daya Pembeda Daya beda dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal mampu dijawab oleh setiap siswa. Sebagai acuan untuk mengklasifikasikan data hasil penelitian, maka digunakan kriteria pada Tabel 3.7, sebagai beikut:11 terlampir pada lampiran 14. Tabel 3.7 Kriteria Daya Beda No.
Rentang Nilai D
Kriteria
1.
0,00 sampai dengan 0,20
Jelek
2.
0,21 sampai dengan 0,40
Cukup
3.
0,41 sampai dengan 0,70
Baik
4.
0,71 sampai dengan 1,00
Baik sekali
G. Uji Prasyarat Teknik analisis data, syarat pengumpulan data dengan penggunaan macam-macam instrumen pengukuran dan pengumpulan data, hubungan antara pengumpulan data dengan bentuk instrument, hubungan antara bentuk instrument dengan teknik analisis.12 Untuk menganalisis data, dipakai uji kesamaan dua rata-rata dan uji statistik. Namun sebelum analisis statisik dilakukan terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis sebagai syarat dapat dilakukannya analisis data. Uji prasyarat analisis data tersebut adalah sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Uji normalitas data ini untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan yaitu liliefors13, dengan rumus: Lo = F (Zi) – S (Zi) Keterangan : Lo = Harga mutlak terbesar
12
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:Remaja Rosda karya,2010) Cet. 6 h. 215 13 Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 2001), hal. 466.
44
F (Zi) = Peluang angka baku S (Zi) = Proporsi angka baku Langkah–langkahnya adalah sebagai berikut: Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga yang terbesar, kemudian Tentukan nilai
dengan Zt=Skor Baku, Xi=Skor Data,
=Nilai Rata–rata, dan S=Simpangan Baku.
Tentukan besar peluang
untuk masing–masing nilai Zi dan sebut dengan F (Zi) dengan aturan, jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,57 (nilai tabel) dan jika Zi > 0, maka F (Zi) = 1 – (0,5 + nilai tabel), Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, Z3,…, Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z1, jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Z1), maka: Hitunglah selisih F (Z1) – S (Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya. Ambil nilai terbesar antara harga–harga mutlak selisih tersebut ini kita namakan
Lo.
Kemudian
memberikan
interpretasi
Lo,
dengan
membandingkan dengan Lt. Lt adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis Uji Liliefors. Dan mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt yang telah didapat. Apabila Lo < Lt, maka sampel berasal dari distribusi normal. Adapun Kriteria pengujian sebagai berikut: Jika L hit < L tab, berarti data berdistribusi normal Jika L hit > L tab, berarti data berdistribusi tidak normal 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas data ini adalah untuk mengatahui kesamaan antara dua keadaan atau populasi. Homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher14, dengan rumus: F = S12 S22 Keterangan: F = Uji Fisher S12= Variansi Terbesar S22= Variansi terkecil 14
Ibid., hal.249.
45
Langkah–langkahnya adalah sebagai berikut, 1.
Memberikan hipotesis, membagi data menjadi kelompok, mencari masing–masing kelompok nilai simpangan bakunya. Tentukan F hitung, dengan rumus:
2.
Menentukan Kriteria pengujian: Jika F Hitung < F Tabel maka Ho ditolak, berarti varians kedua populasi homogen. Jika F Hitung > F Tabel maka Ho diterima, berarti varians kedua populasi tidak homogen.
3. Uji Hipotesis Perhitungan normalitas dan homogenitas maka dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbandingan hasil belajar siswa yang menggunakan strategi pembelajaran konflik kognitif dengan yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional. Penerimaan atau penolakan hipotesis nol melalui pengujian t, yaitu satu variabel acak yang nilainya bergantung kepada data sampel. Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan rumus:15
Keterangan : to = Angka atau koefisien derajat perbedaan Mean kedua kelompok Mx = Mean kelompok yang menggunakan strategi konflik kognitif My = Mean kelompok yang menggunakan strategi konvensional X = Deviasi setiap x2dari X1 y = Deviasi setiap y2dari mean Y1
15
Margono,op.cit. h. 194
46
Nx = Jumlah siswa kelompok yang menggunakan strategi pembelajaran konflik kognitif Ny = Jumlah siswa kelompok yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional Kriteria Hipotesis, jika: H0 = thit < t-tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak. Ha = thit > t-tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan db = (N1+N2-2) dan taraf signifikansi α 0,05.16
16
Suharsimi Arikunto, Op., Cit., h.73-74
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam 2 (dua) kali pertemuan pada pokok bahasan. sistem ekskresi pada manusia. Penelitian dilaksanakan pada dua kelas menggunakan
strategi
pembelajaran
konflik
kognitif
dan
pendekatan
Cooperative Learning dengan teknik STAD. Siswa kelas XI MIA1 sebagai kelas eksperimen yang dalam pembelajaran menggunakan strategi konflik kognitif dan siswa kelas XI MIA2 sebagai kelas kontrol yang dalam pembelajaran mengunakan model kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Penelitian ini melibatkan guru bidang studi biologi SMAN 7 Tangerang Selatan berperan sebagai observer dan peneliti menerapkan model pembelajaran.
B. Hasil Belajar Hasil belajar siswa berupa aspek kognitif diketahui berdasarkan hasil tes uraian sebanyak 10 soal yang diberikan sebelum pembelajaran (pretest), dan setelah pembelajaran (posttest) dari dua kelompok yang berbeda. Kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran koopertaif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) sebanyak 30 siswa sedangkan kelas eksperimen dengan menggunakan strategi pembelajaran konflik kognitif sebanyak 30 siswa. Hasil nilai pretest dan posttest dapat dilihat pada Tabel 4.1. dan Tabel 4.2. Tabel 4.1. Hasil nilai pretest kelas kontrol dan eksperimen Data
Kontrol
Eksperimen
Jumlah siswa
30
30
Nilai minimal
18,00
25,00
Nilai maksimal
53,00
54,00
47
48
Median
42,00
45,00
Modus
42,00
49,00
Nilai rata-rata
39,87
41,93
Standar Deviasi
9,85
9,18
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan hasil rata-rata nilai pretest kelas eksperimen lebih besar 41,98 yang memiliki nilai minimal 25,00 dan nilai maksimal 54,00 dibandingkan dengan hasil nilai rata-rata pretest kelas kontrol 39,87 dengan nilai minimal 18,00 dan nilai maksimal 53,00. Tabel 4.2. Hasil nilai posttest kelas kontrol dan eksperimen Data
Kontrol
Eksperimen
Jumlah siswa
30
30
Nilai minimal
50,00
54,00
Nilai maksimal
80,00
89,00
Median
65,00
75,00
Modus
65,00
72,00
Nilai rata-rata
64,97
73,90
Standar Deviasi
9,03
8,32
Hasil rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih besar 73,90 dengan nilai minimal 54,00 dan nilai maksimal 89,00 dibandingkan dengan hasil nilai rata-rata posttest kelas kontrol 64,97 dengan nilai minimal 50,00 dan nilai maksimal 80,00. C. Analisis Data Pengujian analisis data menggunakan uji hipotesis (uji-t), maka terlebih dahulu dilaksanakan pengujian prasyarat analisi data berupa uji normalitas dan uji homogenitas.
49
1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas dilakukan dengan uji Liliefors dengan taraf signifikan 5%. Kriteria uji normalitas adalah : a. Jika Lhitung < Ltabel, maka Ho diterima, yang berarti sampel berdistribusi normal. b. Jika Lhitung > Ltabel, maka Ho ditolak, yang berarti sampel berdistribusi tidak normal. a) Uji normalitas kelas kontrol Hasil perhitungan uji normalitas hasil pretest dan posttest kelas kontrol, disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. uji normalitas pretest posttest kelas kontrol N
Test
Lhitung
Ltabel
Kesimpulan
30
Pretest
0.082
0.162
Sampel berdistribusi normal
30
Postest
0.078
0.162
Sampel berdistribusi normal
Tabel di atas memperoleh hasil uji normalitas pretest Lhitung < Ltabel (0.082 < 0.162), dan
menunjukkan Ho diterima dan sampel
berdistribusi normal. Dan uji normalitas posttest menunjukkan bahwa Lhitung <
Ltabel (0.089 < 0.162), sehingga Ho diterima dan sampel
berdistribusi normal. b) Uji normalitas kelas eksperimen Hasil perhitungan uji normalitas hasil pretest posttest kelas eksperimen, disajikan pada Tabel 4.4.
50
Tabel 4.4 uji normalitas pretest posttest kelas eksperimen N
Test
Lhitung
Ltabel
Kesimpulan
30
Pretest
0.110
0.162
Sampel berdistribusi normal
30
Postest
0,143
0.162
Sampel berdistribusi normal
Berdasarkan tabel diatas, didapat uji normalitas pretest Lhitung < Ltabel (0.110 < 0.162), sehingga Ho diterima dan sampel berdistribusi normal. Dan uji normalitas posttest menunjukkan bahwa Lhitung < Ltabel (0,143 < 0.162), sehingga Ho diterima dan sampel berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan Uji Fisher pada taraf signifikan 5%. Dengan kriteria uji homogenitas adalah : a. Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, yang berarti kedua varians homogen. b. Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, yang berarti kedua varians tidak homogen. a) Uji homogenitas pretest kedua kelompok (eksperimen dan kontrol) Hasil perhitungan uji homogenitas hasil pretest pada kedua kelompok (kontrol dan eksperimen), diihat pada Tabel 4.5. Pada Tabel tersebut diperoleh F tabel = 1,86 dengan taraf signifikan 5% dan db 29, maka diperoleh Fhitung = 1,15 < Ftabel 1,86. hal ini menunjukkan Fhitung lebih kecil dari pada Ftabel, sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa sampel bersifat homogen.
51
Tabel 4.5 Uji Homogenitas pretest kedua kelompok Kelompok
Jumlah
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
Siswa Eksperimen
30
1,15
1.86
Kontrol
Ho
ditolak,
sampel
bersifat
homogen
b) Uji homogenitas posttest kedua kelompok (eksperimen dan normal) Hasil perhitungan uji homogenitas hasil posttest pada kedua kelompok (eksperimen dan kontrol), disajikan pada Tabel 4.6. Pada tabel tersebut diperoleh Ftabel = 1,86 dengan taraf signifikan 5% dan db 29, maka diperoleh Fhitung = 1,18 < Ftabel 1.86. hal ini menunjukkan Fhitung lebih kecil dari pada Ftabel, sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa sampel bersifat homogen. Tabel 4.6 Uji Homogenitas posttest kedua kelompok Kelompok
Jumlah
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
Siswa Eksperimen
30
1,18
1.86
Ho ditolak, sampel bersifat homogen
Kontrol
3. Pengujian Hipotesis Pengujian analisis data setelah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa kedua
kelompok
tersebut
berdistribusi
normal,
sedangkan
uji
homogenitasnya, hasil pretest dan posttest bersifat homogen. Sehingga selanjutnya dapat dilakukan uji hipotesis dengan uji-t jika data homogen sedangkan jika data tidak homogen dengan menggunakan uji-t. Dengan kriteria pengujian yaitu :
52
Ho ditolak, jika thitung < ttabel Ha diterima, jika thitung > ttabel a) Hasil pengujian hipotesis uji-t untuk nilai pretest
Hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pretest kelas kontrol sebesar 39,87 dengan simpangan baku 9,85, sedangkan untuk kelas eksperimen nilai rata-rata pretest nya yaitu sebesar 41,93 dengan simpangan baku 9,18. Tabel 4.7. Hasil pengujian hipotesis nilai pre test dengan uji-t N
thitung
ttabel
kesimpulan
30
0,84
2,00
Ho diterima
Rumus uji-t dan diperoleh thitung sebesar 0,84 sedangkan ttabel dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan 58 yaitu 2,00. Hal ini menunjukkan thitung lebih kecil dari pada ttabel sehingga Ho diterima (Tabel 4.9). Dengan demikian pengujian hipotesis nilai pretest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara pretest kelas eksperimen dan pretest kelas kontrol.
b) Hasil pengujian hipotesis uji-t untuk nilai posttest
Hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata posttest kelas kontrol sebesar 64,97 dengan simpangan baku 9,03, sedangkan untuk kelas eksperimen nilai rata-rata posttest nya yaitu sebesar 73,90 dengan simpangan baku 8,32. Tabel 4.8. Hasil pengujian hipotesis nilai post test dengan uji-t N
thitung
ttabel
kesimpulan
30
3,98
2,00
Ho ditolak
53
Rumus uji-t dan diperoleh thitung sebesar 3,98 sedangkan ttabel dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan 58 yaitu 2,00. Hal ini menunjukkan thitung lebih besar dari pada ttabel sehingga Ho ditolak. Dengan demikian pengujian hipotesis nilai post test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol menyatakan bahwa terdapat pengaruh strategi pembelajaran konflik kognitif terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem ekskresi pada manusia.
D. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
pengaruh
strategi
pembelajaran konflik kognitif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang menggunakan model koopertaif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk mengetahui hasil belajar siswa pada konsep sistem ekskresi pada manusia di SMAN 7 Tangerang Selatan. Data yang diperoleh melalui pretest, kedua kelas memiliki rata-rata yang berbeda. Kelas Kontrol dengan rata- rata 39,87 nilai tertinggi 53,00 dan nilai terendah 18,00. Sedangkan kelas eksperimen dengan rata-rata 41,93, nilai tertinggi 54,00 dan nilai terendah 25,00. Setelah diberikan perlakuan dengan strategi pembelajaran konflik kognitif nilai rata-rata kelas eksperimen lebih baik dan dibandingkan dengan kelas kontrol dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Berdasarkan data yang diperoleh melalui posttest, kelas eksperimen dengan rata-rata 73,90, nilai tertinggi 89,00 dan nilai terendah 54,00. Sedangkan kelas kontrol dengan rata-rata 64,97 yang nilai tertinggi 80,00 dan nilai terendah 50,00. Peningkatan nilai siswa pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol terlihat perbedaan yang signifikan. Pada kelas eksperimen, nilai pretest ratarata siswa adalah 41,93 dan pada nilai posttest nya adalah 73,90 dengan demikian rentan nilai kelas eksperimen adalah 31,97. Pada kelas kontrol dari hasil pretest diperoleh nilai rata-rata yaitu 39,87 dan nilai posttest yaitu
54
64,97 dengan demikian rentan nilai rata rata kelas kontrol adalah 25,10. Dilihat dari rentan nilai rata-rata antara kelas eksperimen yang memiliki nilai 39,87 dan kelas kontrol yang memiliki rentan nilai 25,10 maka dapat dilihat adanya pengaruh strategi pembelajaran konflik kognitif terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem ekskresi pada manusia. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan Muh. Yunus yang berjudul Perbandingan Konflik Kognitif Dengan Strategi Konvensional Terhadap Hasil Belajara Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Makasar, dalam penelitiannya bahwa pengaruh strategi konflik kognitif lebih besar daripada pengaruh strategi konvensional terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Makassar.1 Penggunaan model dan strategi dalam pembelajaran dapat menarik siswa untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat mencapai
hasil
yang maksimal.
Karena dalam kegiatan tersebut
ketidakjelasan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan model dan strategi pembelajaran sebagai perantara. Penggunaan
model
pembelajaran pada saat menyampaikan materi pembelajaran biologi merupakan
salah
satu
usaha
yang
baik
untuk
mencapai tujuan
pembelajaran. Adanya model pembelajaran yang diterapkan maka akan mempermudah siswa
dalam memahami materi pembelajaran
berdampak pada hasil
belajar
yang
siswa. Penilaian merupakan serangkaian
kegiatan untuk memperoleh data tentang proses hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi bermakna dalam mengambil keputusan.2 Pengujian hipotesis sebelum diberikan perlakuan menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh hasil belajar dengan menggunakan strategi 1
Muh. Yunus, Perbandingan Strategi Konflik Kognitif dengan Strategi Konvensional terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Makassar (Studi pada Materi Pokok Stoikiometri Larutan)”. Journal Chemical Vol. 9 No. 2 Desember 2008. 2 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP, (Jakarta:Bumi Aksara, 2010), h. 123
55
pembelajaran pada materi sistem ekskresi yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dikarenakan karakteristik siswa yang berbedabeda, misalnya siswa di kelas kontrol lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Nilai posttest IPA dan uji-t pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran konflik kognitif di kelas eksperimen terjadi peningkatan hasil belajar diduga merupakan pengaruh selama pembelajaran. Selama pembelajaran materi sistem ekskresi siswa melakukan praktikum sebanyak 2 pertemuan, setiap praktikum yang diakukan siswa dituntut untuk mengisi LKS yang dibuat oleh peneliti. LKS yang digunakan mencakup aspek kognitif siswa yang sedang diteliti dan dirancang sesuai dengan praktikum yang sedang dilakukan. Secara tidak langsung proses tersebut melatih pengetahuan siswa menjadi lebih baik. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan Erawan Kurniadi, dalam jurnalnya yang berjudul Penerapan Pembelajaran Elektronika I Berbasis Konflik Kognitif Melalui Metode Percobaan, Demonstrasi, Ceramah, Dan Diskusi. Dalam penelitiannya ini ditujukan untuk mewujudkan pembelajaran berkualitas melalui penjaringan terhadap permasalahan belajar mahasiswa dan mengupayakan solusinya melalui
pembelajaran
konflik
kognitif
dengan
metode
percobaan,
demonstrasi, ceramah dan diskusi.3 Adanya pengaruh perlakuan strategi konflik kognitif dalam pembelajaran. Strategi ini menuntut siswa untuk dapat merekontruksi sendiri permasalahan-permasalahan yang siswa hadapi dengan adanya bimbingan dari guru serta memberikan kesempatan siswa untuk terbiasa menemukan, memecahkan masalah secara logis, sistematis, dan terarah sampai kepada penarikan kesimpulan.4 Namun demikian, proses tersebut
menjadikan
siswa
terbiasa
melatih
bahkan
menggunakan
kemampuan mendasar. Hal tersebut berpengaruh terhadap kemampuan siswa 3
Erawan Kurniadi, Penerapan Pembelajaran Elektronik I Berbasis Konflik Kognitif Melalui Metde Percobaan, Demonstrasi, Ceramah, dan Diskusi, Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 3, No. 1 Maret 2011. h. 17 4 Muh. Yunus, Op. Cit., h. 35
56
menyelesaikan soal-soal pretest dan posttest. Terbukti terjadi peningkatan ketercapaian hasil belajar siswa setelah menyelesaikan proses pembelajaran.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Hasil penelitian yang telah dilakukan serta analisis data dan pengujian hipotesis maka diperoleh kesimpulan bahwa strategi pembelajaran konflik kognitif dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada konsep sistem ekskresi, karena serangkaian kegiatan pembelajaran dengan penerapan strategi konflik kognitif membuat siswa lebih aktif dan mampu memahami konsep biologi dengan baik sehingga hasil siswa lebih tinggi maka hal itu yang mengakibatkan perbedaan nilai antara kelas eksperimen dan kontrol, hal ini dapat dilihat dari hasil rentan rata-rata nilai hasil belajar kelas eksperimen 39,87 dan kelas kontrol 25,10 dan nilai hasil belajar menggunakan uji-t diperoleh thitung > ttabel yaitu 3.98 > 2,00 dengan taraf signifikan 5%.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan, maka penulis memiliki saran sebagai berikut: 1. Strategi pembalajaran konflik kognitif merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dengan demikian strategi pembelajaran konflik kognitif dapat dijadikan salah satu alternatif strategi dalam pembelajaran biologi. 2. Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya diarahkan mencoba menerapkan strategi pembelajaran yang lebih dapat menyesuaikan dengan kebutuhan materi siswa dan penambahan jumlah pertemuan dalam proses pembelajaran.
57
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara. 2012. Cet. 2. Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. (Jakarta:Bumi Aksara, 2013) Cet. 7. Colin Foster, Creationism as a Misconception: Socio-cognitive conflict in the teaching of evolution. International Journal of Science Education, Vol. 34, No. 14, September 2012. Diah Aryulina. Biologi 2 untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. 2004. Djaafar, Tengku Zahara. Konstibutor Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar. Jakarta: Universitas Padang. 2011. Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2007, Cet. III. Imam Gunawan, Anggraini Retno Palupi. “Taksonomi Bloom-Revisi ranah Kognitif, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Penilaian”. www.ikippgrimadiun.ac.id. Diakses pada tanggan 30 Januari 2014 Imaningtyas, Sri Ayu. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI.Jakarta: Erlangga. 2013. Ismaimuza, Dasa. Pembelajaran Matematika dengan Konflik Kognitif. Seminar Nasional Matematika, FKIP Universitas Tadulako. 2008. Ismaimuza, Dasa. Pengaruh pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Konflik Kognitif Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Sikap Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 4 No. 1 juni 2010. Jarwani Afgani Dahlan, Ade Rohayati, dan karso. Implementasi Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif dalam Upaya Meningkatkan High Order Mathematical Thinking Siswa. Jurnal Pendidikan. Vol. 13. No. 2. September 2012. Kurniadi, Erawan. Penerapan Pembelajaran Elektronik I Berbasis Konflik Kognitif Melalui Metde Percobaan, Demonstrasi, Ceramah, dan Diskusi. Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 3, No. 1 Maret 2011. Lisa Nesmaya. Penerapan Strategi Konflik Kognitif Disertai Teknik Peta Konsep dalam Pembelajaran Fisika di SMP. Jurnal Pembelajaran Fisika. ISSN 2301-9497.
58
59
Margaret E. Bell Gredler. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2007. Cet.6. Muslich, Masnur. Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung: Refika Aditama. 2011. Cet. I. Program anates. 2010. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2006. Cet., Ke-7. Setyowati, A. B. Subali, Mosik. Implementasi Pendekatan Konflik Kognitif dalam Pembelajaran Fisika untuk Menumbuhkan Kemampuam Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas VIII. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7. Juli 2011. Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. 2011. Cet. XI. Sudjana. Metode Statistik. Bandung: Tarsito. 2001. Sugiyono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2013. Cet.XVI. Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: bumi Aksara. 2009. Cet. VII. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda karya,2010. Cet. 6. Suyono., Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2005. Cet. XI. Tajudin.Jago Biologi SMA Kelas 1, 2, dan 3. Jakarta: Kawan Pustaka. 2010. Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2009. Trianto. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. 2010.Cet. 2. Uno, Hamzah B. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. 2014. Cet. X.
60
Yunus, Muh. Perbandingan Srategi Konflik Kognitif dengan Strategi Konvensional Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri Makasar (Studi pada Materi Pokok Stoikiometri Larutan). Journal Chemical Vol.9 No. 2 Desember 2008. Zulfiani. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Unit 7 Struktur dan fungsi sel penyusun jaringan pada sistem ekskresi
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 7 Tangerang Selatan Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas/Semester
: XI/II
Alokasi Waktu
: 4 JP x 45 menit (2x pertemuan)
Pertemuan
: pertama (2JP)
A.
Kompetensi Inti
KI-1
: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2
: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3
: Memahami,
menerapkan,
menganalisis
pengetahuan
faktual,
konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI-4
: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B.
Kompetensi Dasar 3.9 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem ekskresi dan mengaitkannya dengan proses ekskresi sehingga dapat menjelaskan mekanisme serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem ekskresi manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
61
62
4.10 Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi organ yang menyebabkan gangguan sistem ekskresi manusia melalui berbagi bentuk media presentasi. C.
Indikator 1. Menjelaskan sistem ekskresi pada manusia. 2. Mendeskrispsikan organ-organ ekskresi pada manusia. 3. Mengamati organ-organ ekskresi pada manusia. 4. Menjelaskan proses ekskresi pada manusia.
D.
Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan sistem ekskresi pada manusia melalui bagan alur sistem ekskresi. 2. Siswa dapat mendeskrispsikan organ-organ ekskresi pada manusia melalui gambar pada powerpoint. 3. Siswa dapat mengamati organ-organ ekskresi pada manusia melalui awetan preparat di dalam laboratorium. 4. Siswa dapat menjelaskan proses ekskresi pada manusia melalui media gambar torso atau simulasi gambar.
E.
Materi Pembelajaran 1. Organ-organ ekskresi pada manusia 2. Proses sistem ekskresi pada manusia
F.
Metode Pembelajaran 1. Pendekatan: Saintifik 2. Strategi: Pembelajaran Konflik Kognitif 3. Metode : Diskusi kelompok - Tanya Jawab
G.
Sumber Belajar 1. Irnaningtyas, Sri Ayu. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Erlangga: Jakarta. 2013 2. Aryulina, Diah. Dkk. Biologi 2 SMA dan MA untuk Kelas XI. Erlangga: Jakarta. 2004.
63
3. Gambar alat ekskresi pada manusia melalui powerpoint. 4. Powerpoint tentang sistem ekskresi pada manusia.
H.
Langkah-langkah Pembelajaran
Langkah
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
pembelajaran
Nilai
waktu
karakter Kegiatan awal 10 menit
1. Motivasi
- Guru
memotivasi Siswa
menjawab - Responsive
5 menit
siswa terkait alat-alat pertanyaan guru tentang - Proaktif ekskresi manusia dan objek yang ditunjukkan menunjukkan gambar guru alat ekskresi manusia. - Menyampaikan tujuan
inti
pembelajaran
hari ini tentang sistem ekskresi pada manusia. 2. Apersepsi
- Guru memberikan
Siswa
pertanyaan apa yang
menjawab
5 menit
pertanyaan guru
diketahui tentang sistem ekskresi pada manusia? Kegiatan inti (65 menit) A. Pendahuluan (preliminary) - Mengamati
- Menanya
15 menit Guru menyajikan slide berisi gambar/foto tentang organ-organ ekskresi pada manusia yang dikaitkan dengan organ-organ sistem pencernaan.
Siswa memperhatikan - Disiplin gambar dengan cermat dan teliti tentang - Tanggung hubungan organ-organ jawab ekskresi pada manusia dengan organ-organ - Toleran sistem pencernaan.
Guru mengevaluasi Siswa membuat peta profil awal pengetahuan konsep mengenai materi siswa mengenai materi yang akan dipelajari. yang akan dipelajari melalui peta konsep
64
yang menghubungkan dengan sistem pencernaan.. B. Konflik - Guru menciptakan - Siswa dengan cermat (conflict) konflik kognitif mengamati demonstrasi Mengumpulka melalui kegiatan yang diberikan guru. n data demonstrasi dengan (eksperiman/ menggunakan torso eksplorasi) organ-organ ekskresi pada manusia dengan mengaitkan pada proses pencernaan manusia.
25 menit
- Guru memberikan - Melakukan kajian tugas kelompok literatur untuk dengan kegiatan menemukan penjelasan demonstrasi/pengamat proses ekskresi dengan an untuk menjelaskan proses pencernaan pada proses ekskresi manusia. manusia dengan mengaitkan pada proses sistem pencernaan. - Siswa berdiskusi dengan kelompoknya - Guru meluruskan mengenai proses sistem kesalah pahaman ekskresi dengan siswa dalam pencernaan pada menjelaskan manusia. demonstrasi/pengamat an yang dilakukan.
C. Penyelesaian (resolution) Mengasosiasi kan
- Guru menampung - Siswa dengan antusias menyimpulkan struktur pendapat/jawaban atau dan fungsi sel-sel generalisasi siswa penyusun jaringan pada mengenai materi yang organ ekskresi dan didiskusikan. mengaitkan dengan fungsinya.
- Guru memberikan - Siswa dengan antusias menjelaskan secara Mengkomunik kesempatan kepada lisan proses sistem asikan siswa untuk ekskresi pada manusia menyimpulkan materi dengan mengaitkan yang dipelajari. pada sistem pencernaan manusia.
25 menit
65
Kegiatan akhir 15 menit Guru
memberikan Siswa
evaluasi
mendengarkan - Jujur
10 menit
- Di siplin
dan kesimpulan guru.
mempertegas kesimpulan untuk siswa. Guru
memberikan Siswa
mengerjakan
5 menit
evaluasi individu pada evaluasi individu dalam masing-masing
siswa bentuk tes tertulis
dalam bentuk tes tertulis
I. Penilaian 1. Test uraian berupa essay. 2. Tugas individu membuat gambar simulasi proses ekskresi yang telah di demonstrasikan, dan menuliskan fungsi dari organ-organ ekskresi. 3. Tugas observasi diskusi kelompok dan sikap ilmiah yang dilakukan dalam pengamatan dan kegiatan. Mengetahui,
Ciputat, Mei 2015
Guru Pamong Pelajaran IPA
Guru Praktikan
Erlin Yunia, S.Pd.
Dian Ratna Sari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Unit 7 Struktur dan fungsi sel penyusun jaringan pada sistem ekskresi
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 7 Tangerang Selatan Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas/Semester
: XI/II
Alokasi Waktu
: 4 JP x 45 menit (2x pertemuan)
Pertemuan
: kedua (2JP)
A. Kompetensi Inti KI-1
: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2
: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3
: Memahami,
menerapkan,
menganalisis
pengetahuan
faktual,
konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI-4
: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar 3.9 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem ekskresi dan mengaitkannya dengan proses ekskresi sehingga dapat menjelaskan mekanisme serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem ekskresi manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
66
67 4.10 Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi organ yang menyebabkan gangguan sistem ekskresi manusia melalui berbagi bentuk media presentasi. C. Indikator 1. Mendeskripsikan kelainan dan penyakit yang terjadi pada sistem ekskresi manusia. 2. Mengamati warna urin manusia yang memiliki kelainan pada sistem ekskresi.
D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat mendeskripsikan kelainan dan penyakit yang terjadi pada sistem ekskresi melalui gambar. 2. Siswa dapat mengamati warna urin manusia yang memiliki kelainan dengan praktikum uji glukosa.
E. Materi Pembelajaran 1. Kelainan dan penyakit pada sistem ekskresi.
F. Metode Pembelajaran 1. Pendekatan: Saintifik 2. Strategi: Pembelajaran Konflik Kognitif 3. Metode : Diskusi kelompok - Tanya Jawab
G. Sumber Belajar 1. Irnaningtyas, Sri Ayu. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Erlangga: Jakarta. 2013 2. Aryulina, Diah. Dkk. Biologi 2 SMA dan MA untuk Kelas XI. Erlangga: Jakarta. 2004. 3. Gambar alat ekskresi pada manusia melalui powerpoint. 4. Powerpoint tentang sistem ekskresi pada manusia.
68 H. Langkah-langkah Pembelajaran Langkah
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
pembelajaran
Nilai
waktu
karakter Kegiatan awal 10 menit
1. Motivasi
- Guru
memotivasi Siswa
menjawab - Jujur
5 menit
siswa terkait alat-alat pertanyaan guru tentang - Disiplin ekskresi manusia dan objek yang ditunjukkan - Responsive menunjukkan gambar guru
- Proaktif
kelainan dan penyakit pada ekskresi manusia. - Menyampaikan tujuan
inti
pembelajaran
hari ini tentang sistem ekskresi pada manusia. 2. Apersepsi
- Guru memberikan pertanyaan apa yang
Siswa
menjawab
5 menit
pertanyaan guru
diketahui tentang kelainan pada sistem ekskresi pada manusia? Kegiatan inti (65 menit) A. Pendahuluan (preliminary) - Mengamati
- Menanya
Guru menyajikan slide berisi gambar/foto tentang kelainan ekskresi pada manusia.
Siswa memperhatikan - Disiplin gambar dengan cermat dan teliti tentang - Tanggung kelainan ekskresi pada jawab manusia. - Toleran
Guru mengevaluasi profil awal pengetahuan siswa mengenai materi yang akan dipelajari melalui peta konsep.
Siswa menjawab pertanyaan mengenai materi yang akan dipelajari.
B. Konflik - Guru konflik (conflict) melalui Mengumpulka
menciptakan - Siswa dengan cermat melakukan eksperimen kognitif untuk pengamatan uji kegiatan
15 menit
25 menit
69 n data (eksperiman/ eksplorasi)
C. Penyelesaian (resolution) Mengasosiasi kan
eksperimen/pengamata glukosa pada sistem n hasil uji glukosa ekskresi pada sistem ekskresi. - Guru memberikan - Melakukan kajian tugas kelompok literatur untuk melalui kegiatan menemukan penjelasan eksperimen/pengamata kelainan dan penyakit n untuk menjelaskan sistem ekskresi. kelainan dan penyakit sistem ekskresi. berdiskusi - Guru meluruskan - Siswa dengan kelompoknya kesalah pahaman mengenai kelainan pada siswa dalam organ ekskresi. menjelaskan pengamatan yang dilakukan. - Guru menampung - Siswa dengan antusias menyimpulkan pendapat/jawaban atau penyebab kelainan dan generalisasi siswa terjadinya penyakit mengenai materi yang pada sistem ekskresi didiskusikan.
25 menit
Mengkomunik - Guru memberikan - Siswa dengan antusias menjelaskan secara asikan kesempatan kepada lisan menjelaskan siswa untuk proses pembentukan menyimpulkan materi urin. yang dipelajari. Kegiatan akhir 15 menit Guru
memberikan Siswa
evaluasi
mendengarkan - Jujur
dan kesimpulan guru.
10 menit
- Di siplin
mempertegas kesimpulan untuk siswa.
Guru
memberikan Siswa
mengerjakan
evaluasi individu pada evaluasi individu dalam masing-masing
siswa bentuk tes tertulis
dalam bentuk tes tertulis
5 menit
70 I. Penilaian 1. Test uraian berupa essay. 2. Tugas observasi Kerja ilmiah, sikap ilmiah, dan keselamatan kerja yang dilakukan dalam pengematan dan kegiatan. 3. Tugas portofolio membuat laporan praktikum atau makalah tentang kelainan dan penyakit pada sistem ekskresi manusia. Mengetahui,
Ciputat, Mei 2015
Guru Pamong Pelajaran IPA
Guru Praktikan
Erlin Yunia, S.Pd.
Dian Ratna Sari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol Unit 7 Struktur dan fungsi sel penyusun jaringan pada sistem ekskresi
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 7 Tangerang Selatan Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas/Semester
: XI/II
Alokasi Waktu
: 4 JP x 45 menit (2x pertemuan)
Pertemuan
: pertama (2JP)
A. Kompetensi Inti KI-1
: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2
: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3
: Memahami,
menerapkan,
menganalisis
pengetahuan
faktual,
konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI-4
: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar 3.9 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem ekskresi dan mengaitkannya dengan proses ekskresi sehingga dapat menjelaskan mekanisme serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem ekskresi manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
71
72 4.10 Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi organ yang menyebabkan gangguan sistem ekskresi manusia melalui berbagi bentuk media presentasi. C. Indikator 1. Menjelaskan sistem ekskresi pada manusia. 2. Mendeskrispsikan organ-organ ekskresi pada manusia. 3. Mengamati organ-organ ekskresi pada manusia 4. Menjelaskan proses ekskresi pada manusia.
D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan sistem ekskresi pada manusia melalui bagan alur sistem ekskresi. 2. Siswa dapat mendeskripsikan organ-organ ekskresi pada manusia melalui gambar pada powerpoint. 3. Siswa dapat mengamati organ-organ ekskresi pada manusia melalui gambar anatomi pada powerpoint. 4. Siswa dapat menjelaskan proses ekskresi pada manusia melalui media gambar torso.
E. Materi Pembelajaran 1. Organ-organ ekskresi pada manusia 2. Sistem ekskresi pada manusia
F. Metode Pembelajaran 1. Pendekatan: Saintifik 2. Metode : STAD (Student Teams Achievement Division)
G. Sumber Belajar 1. Irnaningtyas, Sri Ayu. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Erlangga: Jakarta. 2013 2. Aryulina, Diah. Dkk. Biologi 2 SMA dan MA untuk Kelas XI. Erlangga: Jakarta. 2004. 3. Gambar alat ekskresi pada manusia. 4. Powerpoint tentang sistem ekskresi pada manusia.
73 H. Langkah-langkah Pembelajaran Langkah
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
pembelajaran
Nilai
waktu
karakter Kegiatan awal 10 menit
1. Motivasi
- Guru
memotivasi Siswa
menjawab - Responsive
5 menit
siswa terkait alat-alat pertanyaan guru tentang - Proaktif ekskresi
manusia objek yang diperlihatkan
dengan menunjukkan guru gambar alat ekskresi manusia. - Menyampaikan tujuan
inti
pembelajaran
hari ini tentang sistem ekskresi pada manusia. 2. Apersepsi
- Guru memberikan pertanyaan apa yang
Siswa
menjawab
pertanyaan guru
diketahui tentang sistem ekskresi pada manusia? Kegiatan inti (65 menit)
5 menit
74 - Mengamati Guru menyajikan slide (penyajian berisi gambar/foto kelas) tentang organ-organ ekskresi pada manusia.
Siswa memperhatikan - Disiplin gambar dengan cermat - Tanggung dan teliti tentang organorgan ekskresi pada Jawab manusia. - Toleran
Menanya Guru mengevaluasi (kegiatan profil awal pengetahuan kelompok) siswa mengenai materi yang akan dipelajari.
Setiap kelompok membuat pertanyaan mengenai berbagai materi yang akan dipelajari.
Mengumpulka n data (eksperiman/ eksplorasi) (test individual)
Mengasosiasi kan ( pemberian skor peningkatkan) Mengkomunik asikan (pengakuan kelompok)
Guru memberikan tugas kelompok mengenai organ-organ, fungsi dan proses sistem ekskresi pada manusia, dengan menggunakan media torso dan struktur anatomi organ ekskresi. Kemudian siswa diberikan soal individu.
10 menit
Siswa dengan cermat mengkaji literatur untuk menemukan fungsi dan proses organ-organ eksresi manusia dengan kelompoknya. Dan menjawab pertanyaan individual untuk berkonstribusi kepada kelompoknya.
15 menit
15 menit
Guru menampung Siswa dengan antusias pendapat atau menyimpulkan organgeneralisasi siswa organ ekskresi. mengenai materi yang didiskusikan.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan materi yang dipelajari.
10 menit
Siswa dengan antusias menjelaskan secara lisan proses sistem ekskresi pada manusia.
15 menit
Kegiatan akhir 15 menit Guru
memberikan Siswa
evaluasi
mendengarkan - Jujur
dan kesimpulan guru.
10 menit
- Di siplin
mempertegas kesimpulan untuk siswa. Guru
memberikan Siswa
mengerjakan
evaluasi individu pada evaluasi individu dalam
5 menit
75 masing-masing
siswa bentuk tes tertulis
dalam bentuk tes tertulis
I. Penilaian 1. Test uraian berupa essay. 2. Tugas individu membuat gambar proses ekskresi yang telah di demonstrasikan, dan menuliskan fungsi dari organ-organ ekskresi. Mengetahui,
Ciputat, Mei 2015
Guru Pamong Pelajaran IPA
Guru Praktikan
Erlin Yunia, S.Pd.
Dian Ratna Sari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol Unit 7 Struktur dan fungsi sel penyusun jaringan pada sistem ekskresi
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 7 Tangerang Selatan Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas/Semester
: XI/II
Alokasi Waktu
: 4 JP x 45 menit (2x pertemuan)
Pertemuan
: kedua (2JP)
A. Kompetensi Inti KI-1
: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2
: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3
: Memahami,
menerapkan,
menganalisis
pengetahuan
faktual,
konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI-4
: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar 3.9 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem ekskresi dan mengaitkannya dengan proses ekskresi sehingga dapat menjelaskan mekanisme serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem ekskresi manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
76
77 4.10 Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi organ yang menyebabkan gangguan sistem ekskresi manusia melalui berbagi bentuk media presentasi. C. Indikator 1. Mendeskripsikan kelainan dan penyakit yang terjadi pada sistem ekskresi manusia. 2. Menjelaskan warna urin manusia yang memiliki kelainan pada sistem ekskresi.
D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat mendeskripsikan kelainan dan penyakit yang terjadi pada sistem ekskresi melalui gambar. 2. Siswa dapat menjelaskan warna urin manusia yang memiliki kelainan dengan mencari referensi yang sesuai.
E. Materi Pembelajaran 1. Kelainan dan penyakit pada sistem ekskresi.
F. Metode Pembelajaran 1. Pendekatan: Saintifik 2. Teknik: Diskusi kelompok - Tanya Jawab
G. Sumber Belajar 1. Irnaningtyas, Sri Ayu. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Erlangga: Jakarta. 2013 2. Aryulina, Diah. Dkk. Biologi 2 SMA dan MA untuk Kelas XI. Erlangga: Jakarta. 2004. 3. Gambar alat ekskresi pada manusia. 4. Powerpoint tentang sistem ekskresi pada manusia..
78 H. Langkah-langkah Pembelajaran Langkah
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
pembelajaran
Nilai
waktu
karakter Kegiatan awal 10 menit
1. Motivasi
- Guru
memotivasi Siswa
menjawab - Responsive
5 menit
siswa terkait sistem pertanyaan guru tentang - Proaktif ekskresi
dengan objek yang ditunjukkan
menunjukkan gambar guru kelainan dan penyakit. - Menyampaikan tujuan hari kelainan
inti
pembelajaran ini
tentang sistem
ekskresi pada manusia. 2. Apersepsi
- Guru memberikan pertanyaan mengenai
Siswa
menjawab
5 menit
pertanyaan guru
kelainan dan penyakit pada sistem ekskresi? Kegiatan inti (65 menit) - Mengamati Guru menyajikan slide (penyajian berisi gambar/foto kelas) tentang kelainan sistem ekskresi pada manusia.
Siswa memperhatikan - Disiplin gambar dengan cermat - Tanggung dan teliti tentang kelainan pada sistem jawab ekskresi. - Toleran
Guru mengevaluasi Menanya profil awal pengetahuan kegiatan siswa mengenai materi kelompok) yang akan dipelajari.
Siswa membuat pertanyaan mengenai materi yang akan dipelajari.
Guru memberikan tugas kelompok mengenai kelainan dan penyakit pada sistem ekskresi dengan menunjukkan gambar warna urin yang memiliki kelainan, sehingga terjadi diskusi kelompok.
Siswa dengan cermat mengkaji literatur untuk menjelaskan kelainan sistem eksresi pada manusia.
Mengumpulka n data (eksperiman/ eksplorasi) (test individual)
10 menit
10 menit
15 menit
79 Mengasosiasi kan (pemberian skor peningkatan)
Guru menampung pendapat/jawaban atau generalisasi siswa mengenai materi yang didiskusikan.
Siswa dengan antusias menyimpulkan penyebab kelainan yang terjadi pada sistem ekskresi.
15 menit
Mengkomunik - Guru memberikan - Siswa dengan antusias asikan kesempatan kepada menjelaskan secara (pengakuan siswa untuk lisan proses terjadi kelompok) menyimpulkan materi kelainan pada sistem yang dipelajari. ekskresi.
15 menit
Kegiatan akhir 15 menit Guru
memberikan Siswa
evaluasi
mendengarkan - Jujur
10 menit
- Di siplin
dan kesimpulan guru.
mempertegas kesimpulan untuk siswa. Guru
memberikan Siswa
mengerjakan
5 menit
evaluasi individu pada evaluasi individu dalam masing-masing
siswa bentuk tes tertulis
dalam bentuk tes tertulis
I. Penilaian 1. Test uraian berupa essay. 2. Tugas portofolio membuat makalah tentang kelainan dan penyakit pada sistem ekskresi.
Mengetahui,
Ciputat, Mei 2015
Guru Pamong Pelajaran IPA
Guru Praktikan
Erlin Yunia, S.Pd.
Dian Ratna Sari
Kelompok : … 1. 2. 3 4. 5. Tgl praktikum :
By : Dian Ratna Sari | UIN Jakarta
Lembar kegiatan siswa Sistem ekskresi pada manusia
A. Dasar teori Berbagai reaksi kimia terjadi di dalam sel-sel tubuh kita untuk menjaga kita tetap hidup. Reaksi kimia tersebut menghasilkan beberapa zat sisa beracun dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Sebagai contoh, pemecahan glukosa dalam sistem pernafasan menghasilkan zat sisa berupa karbon dioksida. Karbon dioksida bersifat racun bagi tubuh sehingga dikeluarkan dari dalam darah melalui paru-paru. Pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme dalam tubuh dengan tujuan agar kesetimbangan tubuh terjaga disebut ekskresi. Ekskresi melibatkan alat-alat khusus dan membentuk suatu sistem yang disebut sistem ekskresi. Alat ekskresi pada manusia adalah ginjal, paru-paru, hati dan kulit.
B. Tujuan Mengetahui organ ekskresi dan proses pembentukkan urin
C. Alat dan bahan 1. Torso organ sistem ekskresi 2. Preparat awetan organ sistem ekskresi 3. Mikroskop
D. Cara kerja 1. Amati setiap torso organ sistem ekskresi dan preparat awetan organ sistem ekskresi di bawah mikroskop (ginjal, paru-paru, hati, dan kulit). 2. Lakukan kegiatan tersebut secara bergantian dengan kelompok lain. 3. Tulis hasil pengamatan dilembar kegiatan.
E. Hasil pengamatan Dari pengamatan yang telah dilakukan, gambarkan hasil pengamatan kelompok dengan memberikan deskripsi morfologi dan struktur organ pada sistem ekskresi, menjelaskan fungsinya dan proses pembentukkan urin.
Tabel Hasil Pengamatan Organ Sistem Ekskresi
No.
Morfologi organ
Keterangan
Struktur organ
Keterangan
gambar 1.
gambar
1.
1.
2.
2.
3.
3.
4.
4. Perbesaran:
2.
1.
1.
2.
2.
3.
3.
4.
4.
Perbesaran:
3.
1.
1.
2.
2.
3.
3.
4.
4.
Perbesaran:
4.
1.
1.
2.
2.
3.
3.
4.
4.
Perbesaran:
F. Pembahasan Jawablah pembahasan ini dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan berikut ! 1. Setelah menggambarkan morfologi dan struktur organ sistem ekskresi. Jelaskan fungsi dari setiap struktur organ sistem ekskresi ! Jawab :
2. Gambarkan dan jelaskan proses pembentukkan urin pada sistem ekskresi. Jawab :
G. Kesimpulan Dari pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan :
H. Referensi 1. … 2. … 3. …
By : Dian Ratna Sari | UIN Jakarta
Kelompok : … 1. 2. 3 4. 5. Tgl praktikum : Kelas :
By : Dian Ratna Sari | UIN Jakarta
Lembar kegiatan siswa Sistem ekskresi pada manusia A. Dasar teori Alat-alat ekskresi dapat mengalami gangguan karena adanya kelainan dan penyakit. Kelainan dan penyakit diantaranya terjadi pada ginjal. Ginjal manusia merupakan alat utama ekskresi, sehingga jika ada gangguan ginjal tentu akan mengganggu sistem ekskresi. Contohnya luka berat, banyak kehilangan darah, keracunan zat-zat tertentu, dan penyakit tertentu dapat menyebabkan terganggunya fungsi ginjal. Terutama terganggunya pembentukkan urin.
B. Tujuan Menguji adanya glukosa atau protein di dalam urin seseorang.
C. Alat dan bahan 1. Tabung reaksi
5. Larutan benedict
2. Penjepit tabung reaksi
6. Larutan asam nitrit
3. Pipet
7. Sampel urin
4. Pembakar spirtus
D. Cara kerja 1. Uji glukosa a. Didihkan 1 ml larutan benedict dalam tabung reaksi. b. Tambahkan 8 tetes urin ke dalam larutan tersebut, kemudian panaskan lagi selama 1-2 menit, dan biarkan dingin. c. Amatilah adanya perubahan warna endapan yang terjadi, bila : -
Hijau : kadar glukosa 1%
-
Merah : kadar glukosa 1,5%
-
Orange : kadar glukosa 2%
-
Kuning : kadar glukosa 5%
2. Uji protein (albumin) a. Masukkan 2,5ml asam nitrit ke dalam tabung reaksi. b. Miringkan tabung reaksi kemudian masukkan 3-5 tetes urin dengan menggunakan pipet secara perlahan sehingga urin turun melalui sepanjang tabung reaksi. c. Bila urin mengandung albumin akan terlihat adanya cincin berwarna putih yang terdapat pada daerah kontak urin dan asam nitrit.
E. Hasil pengamatan a. Uji glukosa Sampel urin
Hasil perubahan warna akhir
keterangan
b. Uji protein (albumin) Sampel urin
Ada tidaknya cincin putih
keterangan
F. Pembahasan 1. Berdasarkan pengamatan, dapatkah kamu menentukan status kesehatan dari sampel urin tersebut?
2. Mengapa sampel urin tersebut dapat atau tidak mengandung glukosa atau protein. Jelaskan !
3. Bagaimana cara mencegah agar urin kita tetap sehat !
G. Kesimpulan Dari pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :
H. Referensi 1. … 2. … 3. …
By : Dian Ratna Sari | UIN Jakarta
Lampiran 1 Data Nilai Pretest IPA Konsep Sistem Ekskresi Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol nama d ag k e z j i ah a g h m ad t q p ab r l o s n af v y aa ae x u b rata-rata standar deviasi varians
Kelas ekspreimen nilai 18 21 24 24 27 30 32 35 35 37 38 40 40 40 42 42 42 44 44 45 45 46 48 49 49 50 51 52 53 53 39.87 9.85 96.95
nama e f c n g ad ae t ab b i h w v j d p s x aa k z a r q l u o m y rata-rata standar deviasi varians
80
nilai 25 25 28 31 31 32 32 33 35 36 37 39 41 43 44 45 45 47 48 48 49 49 49 50 50 52 52 54 54 54 41.93 9.18 84.27
Lampiran 2 Data Nilai Posttest IPA Konsep Sistem Ekskresi Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen Kelas kontrol nama a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ae rata-rata standar deviasi varians
Kelas eksperimen nilai 50 50 51 52 55 55 57 57 59 61 63 63 63 64 65 65 65 67 67 69 71 71 71 74 74 76 76 78 80 80 64.97 9.03 81.48
nama t k g m ad ah c f p w a i s u o v j z ab ag b e ae aa ac af d n r l rata-rata standar deviasi varians
81
nilai 54 57 61 63 63 70 71 71 71 72 72 72 72 73 73 75 76 76 76 77 75 78 80 81 81 83 84 84 87 89 73.90 8.32 69.27
Lampiran 3 UJI NORMALITAS (UJI LILIOFERS) PRETEST KELAS KONTROL Tabel Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol X 18 21 24 27 30 32 35 37 38 40 42 44 45 46 48 49 50 51 52 53 Jumlah
F 1 1 2 1 1 1 2 1 1 3 3 2 2 1 1 2 1 1 1 2 30
Fk 2 3 5 6 7 8 10 11 12 15 18 20 22 23 24 26 27 28 29
Zi -2.22 -1.92 -1.61 -1.31 -1.00 -0.80 -0.49 -0.29 -0.19 0.01 0.22 0.42 0.52 0.62 0.83 0.93 1.03 1.13 1.23 1.33
F(Zi) 0.01 0.02 0.05 0.09 0.15 0.21 0.31 0.38 0.42 0.50 0.58 0.66 0.69 0.73 0.79 0.82 0.84 0.87 0.89 0.90
S(Zi) 0.06 0.10 0.16 0.20 0.23 0.26 0.33 0.36 0.40 0.50 0.60 0.66 0.73 0.76 0.80 0.86 0.90 0.93 0.96
|F(Zi)-S(Zi)| 0.05 0.07 0.11 0.10 0.07 0.05 0.02 0.01 0.02 0.00 0.01 0.04 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 0.06 0.07
Lo Ltab akar 30
0.082 0.162 5.47
Hasil data perhitungan dalam tabel tersebut, didapat Lo=0,082. Sedangkan dari data liliofers untuk tingkat signifikasi 0,05 dan n=30, didapat Ltabel= 0,162. Jadi Lhit < Ltab (0,082 < 0,162), maka kesimpulannya adalah data berdistribusi normal.
82
Lampiran 4 UJI NORMALITAS (UJI LILIOFERS) PRETEST KELAS EKSPERIMEN Tabel Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen X 25 28 31 32 33 35 36 37 39 41 43 44 45 47 48 49 50 52 54 Jumlah
F 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 3 2 2 3 30
Fk 2 3 5 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17 18 20 23 25 27 30
Zi -1.84 -1.52 -1.19 -1.08 -0.97 -0.76 -0.65 -0.54 -0.32 -0.10 0.12 0.23 0.33 0.55 0.66 0.77 0.88 1.10 1.31
F(Zi) 0.03 0.06 0.11 0.14 0.16 0.22 0.25 0.29 0.37 0.46 0.54 0.58 0.63 0.71 0.74 0.77 0.81 0.86 0.90
S(Zi) 0.06 0.10 0.16 0.23 0.26 0.30 0.33 0.36 0.40 0.43 0.46 0.50 0.56 0.60 0.66 0.76 0.83 0.90 1.00 Lo Ltab akar 30
|F(Zi)-S(Zi)| 0.03 0.03 0.05 0.09 0.10 0.07 0.07 0.07 0.02 0.02 0.08 0.08 0.06 0.11 0.07 0.01 0.02 0.03 0.09 0.11 0.16 5.47
Hasil data perhitungan dalam tabel tersebut, didapat Lo=0,110. Sedangkan dari data liliofers untuk tingkat signifikasi 0,05 dan n=30, didapat Ltabel= 0,162. Jadi Lhit < Ltab (0,112 < 0,162), maka kesimpulannya adalah data berdistribusi normal.
83
Lampiran 5 UJI NORMALITAS POSTTEST KELAS KONTROL Tabel Uji Normalitas Posttest kelas Kontrol X 50 51 52 55 57 59 61 63 64 65 67 69 71 74 76 78 80 Jumlah
F 2 1 1 2 2 1 1 3 1 3 2 1 3 2 2 1 2 30
Fk 2 3 4 6 8 9 10 13 14 17 19 20 23 25 27 28 30
Zi -1.66 -1.55 -1.44 -1.10 -0.88 -0.66 -0.44 -0.22 -0.11 0.00 0.23 0.45 0.67 1.00 1.22 1.44 1.67
F(Zi) 0.04 0.06 0.07 0.13 0.18 0.25 0.33 0.41 0.45 0.50 0.58 0.67 0.74 0.84 0.88 0.92 0.95
S(Zi) 0.06 0.10 0.13 0.20 0.26 0.30 0.33 0.43 0.46 0.56 0.63 0.66 0.76 0.83 0.90 0.93
|F(Zi)-S(Zi)| 0.01 0.03 0.05 0.06 0.07 0.04 0.00 0.02 0.09 0.06 0.04 0.06 0.01 0.08 0.01 0.08
Lo Ltab akar 30
0.07 0.16 5.47
Hasil data perhitungan dalam tabel tersebut, didapat Lo=0,078. Sedangkan dari data liliofers untuk tingkat signifikasi 0,05 dan n=30, didapat Ltabel= 0,162. Jadi Lhit < Ltab (0,078 < 0,162), maka kesimpulannya adalah data berdistribusi normal.
84
Lampiran 6 UJI NORMALITAS POSTTEST KELAS EKSPERIMEN Tabel Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen X 54 57 61 63 70 71 72 73 75 76 77 78 80 81 83 84 87 89 Jumlah
F 1 1 1 2 1 3 4 2 2 3 1 1 1 2 1 2 1 1 30
Fk 1 2 3 5 6 9 13 15 17 20 21 22 23 25 26 28 29 30
Zi -2.39 -2.03 -1.55 -1.31 -0.47 -0.35 -0.23 -0.11 0.13 0.25 0.37 0.49 0.73 0.85 1.09 1.21 1.57 1.81
F(Zi) 0.08 0.02 0.06 0.09 0.32 0.36 0.41 0.45 0.55 0.60 0.64 0.68 0.76 0.80 0.86 0.88 0.94 0.96
S(Zi) 0.02 0.05 0.08 0.14 0.17 0.26 0.38 0.44 0.50 0.58 0.61 0.64 0.67 0.73 0.76 0.82 0.85 0.88 Lo Ltab akar 30
|F(Zi)-S(Zi)| 0.02 0.03 0.02 0.05 0.14 0.09 0.02 0.01 0.05 0.01 0.02 0.04 0.09 0.06 0.09 0.06 0.08 0.08 0.14 0.16 5.47
Hasil data perhitungan dalam tabel tersebut, didapat Lo=0,143. Sedangkan dari data liliofers untuk tingkat signifikasi 0,05 dan n=30, didapat Ltabel= 0,162. Jadi Lhit < Ltab (0,143 < 0,162), maka kesimpulannya adalah data berdistribusi normal.
85
Lampiran 7 Uji Homogenitas Data Pretest Kelas Eksperimen Dan Kontrol. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji-F. Rumus yang digunakan adalah: F=
2 n ( X 2 ) ( X ) 2 varians terbesar S1 2 = , dimana S = 2 varians terkecil n( N 1) S2
Data-data dalam perhitungan normalitas data diketahui bahwa : S12: varians terbesar adalah varians yang dimiliki oleh data pretest kelompok kontrol, yakni sebesar 96,95 S22 : varians terkecil adalah varians yang dimiliki oleh data pretest kelompok eksperimen, yakni 84,27 Perhitungan homogenitas untuk data pretes dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Fhitung
= 96,95 / 84,27 = 1,15
Jadi
untuk data pretest adalah 1,15.
Menentukan Ftab dari db (derajat bebas) db pembilang = n-1 = 30-1 =29 db penyebut = n-1 =30-1 =29 Ftabel (0,05;29;29) adalah 1,86 Fhitung < Ftabel (1,15 < 1,86), sehingga dapat disimpulkan bahwa data prestest kedua kelompok memiliki varians yang homogen.
86
Lampiran 8 Uji Homogenitas Untuk Data Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji-F. Rumus yang digunakan adalah: 2 n ( X 2 ) ( X ) 2 varians terbesar S1 2 F= = , dimana S = 2 varians terkecil n( N 1) S2
Berdasarkan data-data dalam perhitungan normalitas data diketahui bahwa : S12 : varians terbesar adalah varians yang dimiliki oleh data postest kelompok kontrol, yakni sebesar 81,48 S22 : varians terkecil adalah varians yang dimiliki oleh data postet kelompok eksperimen, yakni 69,27 Perhitungan homogenitas untuk data pretes dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Fhitung = 81,48 / 69,27 = 1,18 Jadi
untuk data postest adalah 1,18.
Menentukan Ftab dari db (derajat bebas) db pembilang = n-1 = 30-1 =29 db penyebut = n-1 =30-1 =29 Ftabel (0,05;29;29) adalah 1,86 Fhitung < Ftabel (1,18 < 1,86), sehingga dapat disimpulkan bahwa data prestest kedua kelompok memiliki varians yang homogen.
87
Lampiran 9 UJI HIPOTESIS NILAI PRETEST KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
X1 - X 2
t=
dsg
1 1 n1 n 2
, dimana dsg =
(n 1 - 1)V1 (n 2 - 1)V2 n1 n 2 - 2
Keterangan: X1
: Rata-rata data kelompok eksperimen
X2
: Rata-rata data kelompok kontrol
Dsg
: Nilai standar deviasi gabungan kelompok eksperimen dan kontrol
n1
: Banyaknya data kelompok eksperimen
n2
: Banyaknya data kelompok kontrol
data pretest 1. Menentukan thitung Sgab =
√(
t=
)
(
)
√
√
= 9,518
√
2. Menentukan ttabel Dk = n1+n2-2 = 30+30-2 = 58 Ttabel pada taraf signifikan α = 0,05, dicari dengan menggunakan rumus = TINV(0,05;58) pada Ms. Excel. Dari rumus tersebut didapatkan ttabel = 2,00. Thitung < ttabel (0,84 < 2,00), sehingga Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh hasil belajar dengan menggunakan strategi pembelajaran pada materi sistem ekskresi.
88
Lampiran 10 UJI HIPOTESIS NILAI POSTEST KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
X1 - X 2
t=
dsg
1 1 n1 n 2
, dimana dsg =
(n 1 - 1)V1 (n 2 - 1)V2 n1 n 2 - 2
Keterangan: X1
: Rata-rata data kelompok eksperimen
X2
: Rata-rata data kelompok kontrol
Dsg
: Nilai standar deviasi gabungan kelompok eksperimen dan kontrol
n1
: Banyaknya data kelompok eksperimen
n2
: Banyaknya data kelompok kontrol
data pretest 1. Menentukan thitung Sgab =
)
√(
t=
(
)
√
√
= 8,68
√
2. Menentukan ttabel Dk = n1+n2-2 = 30+30-2 = 58 Ttabel pada taraf signifikan α = 0,05, dicari dengan menggunakan rumus = TINV(0,05;58) pada Ms. Excel. Dari rumus tersebut didapatkan ttabel = 2,00. Thitung > ttabel (3,98 > 2,00), sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh strategi pembelajaran konflik kognitif terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem ekskresi.
89
rekap analisis butir REKAP ANALISIS BUTIR ===================== Rata2= 33.33 Simpang Baku= 8.43 KorelasiXY= 0.64 Reliabilitas Tes= 0.78 Butir Soal= 20 Jumlah Subyek= 36 Nama berkas: UJI VALIDASI BUTIR SOAL URAIAN SMAN 7 TANGERANG SELATAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
No Btr Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
T -... -... 5.40 2.09 2.95 3.31 1.34 4.63 2.01 1.92 4.67 2.32 2.46 2.60 4.73 5.15 2.75 1.20 0.86 2...
DP(%) -6.67 -6.67 24... 93.33 14... 13... 40.00 13... 80.00 12... 25... 80.00 93.33 18... 25... 24... 53... 53.33 53.33 28...
T. Kesukaran Sangat Mudah Sangat Mudah Sedang Sangat Mudah Sedang Sukar Sedang Sukar Sedang Sedang Sedang Sukar Sukar Sedang Sedang Sedang sedang Sedang Sedang Sedang
Page 1
Korelasi 0.086 -0.056 0.649 0.338 0.689 0.576 0.152 0.529 0.199 0.252 0.636 0.501 0.346 0.467 0.705 0.692 0.589 0.154 0.283 0.801
Sign. Korelasi Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan
reliabilitas tes REKAP ANALISIS BUTIR ===================== Rata2= 33.33 Simpang Baku= 8.43 KorelasiXY= 0.64 Reliabilitas Tes= 0.78 Butir Soal= 20 Jumlah Subyek= 36 Nama berkas: UJI VALIDASI BUTIR SOAL URAIAN SMAN 7 TANGERANG SELATAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
No Btr Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
T -... -... 5.40 2.09 2.95 3.31 1.34 4.63 2.01 1.92 4.67 2.32 2.46 2.60 4.73 5.15 2.75 1.20 0.86 2...
DP(%) -3.33 -3.33 60.00 23.33 36.67 33.33 10.00 33.33 20.00 30.00 63.33 20.00 23.33 46.67 63.33 60.00 53.33 13.33 13.33 70.00
T. Kesukaran Sangat Mudah Sangat Mudah Sedang Sangat Mudah Sedang Sukar Sedang Sukar Sedang Sedang Sedang Sukar Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Page 1
Korelasi 0.086 -0.056 0.649 0.338 0.689 0.576 0.152 0.529 0.199 0.252 0.636 0.501 0.346 0.467 0.705 0.692 0.589 0.154 0.283 0.801
Sign. Korelasi Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan
tingkat kesukaran TINGKAT KESUKARAN ================= Jumlah Subyek= 36 Butir Soal= 20 Nama berkas: UJI VALIDASI BUTIR SOAL URAIAN SMAN 7 TANGERANG SELATAN No Butir Baru 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
No Butir Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tkt. Kesukaran(%) 88.33 98.33 56.67 88.33 55.00 26.67 35.00 26.67 36.67 58.33 65.00 30.00 25.00 63.33 61.67 60.00 53.33 46.67 56.67 35.00
Page 1
Tafsiran Sangat Mudah Sangat Mudah Sedang Sangat Mudah Sedang Sukar Sedang Sukar Sedang Sedang Sedang Sukar Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
daya pembeda DAYA PEMBEDA ============ Jumlah Subyek= 36 Klp atas/bawah(n)= 10 Butir Soal= 20 Un: Unggul; AS: Asor; SB: Simpang Baku Nama berkas: UJI VALIDASI BUTIR SOAL URAIAN SMAN 7 TANGERANG SELATAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
No Btr Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Rata2Un 2.60 2.90 2.60 3.00 2.20 1.30 1.20 1.30 1.40 2.20 2.90 1.20 1.10 2.60 2.80 2.70 2.90 1.60 1.90 2.10
Rata2As 2.70 3.00 0.80 2.30 1.10 0.30 0.90 0.30 0.80 1.30 1.00 0.60 0.40 1.20 0.90 0.90 1.50 1.20 1.50 0.00
Beda -... -... 1.80 0.70 1.10 1.00 0.30 1.00 0.60 0.90 1.90 0.60 0.70 1.40 1.90 1.80 1.40 0.40 0.40 2.10
Page 1
SB Un 0.52 0.32 0.70 0.00 0.42 0.67 0.42 0.48 0.52 0.79 0.32 0.63 0.57 0.97 0.42 0.48 0.32 0.70 0.88 0.32
SB As 0.67 0.00 0.79 1.06 1.10 0.67 0.57 0.48 0.79 1.25 1.25 0.52 0.70 1.40 1.20 0.99 1.58 0.79 1.18 0.00
SB Gab 0.27 0.10 0.33 0.33 0.37 0.30 0.22 0.22 0.30 0.47 0.41 0.26 0.28 0.54 0.40 0.35 0.51 0.33 0.46 0.10
t -... -... 5.40 2.09 2.95 3.31 1.34 4.63 2.01 1.92 4.67 2.32 2.46 2.60 4.73 5.15 2.75 1.20 0.86 2...
DP(%) -3.33 -3.33 60.00 23.33 36.67 33.33 10.00 33.33 20.00 30.00 63.33 20.00 23.33 46.67 63.33 60.00 53.33 13.33 13.33 70.00
Lampiran 15 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
Nama Sekolah
: SMAN 7 Tangerang Selatan
Alokasi Waktu : 90 Menit
Mata Pelajaran
: Biologi
Jumlah Soal
: 20 Butir Soal
Kurikulum Acuan
: Kurikulum 2013
Jenis Soal
: Uraian
Kompetensi Dasar : 3.9 Menganalisa hubungan antar struktur jaringan penyusun organ pada sistem ekskresi dan mengaitkannya dengan proses ekskresi sehingga dapat menjelaskan mekanisme serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem ekskresi manusia melalui studi literatir, pengamatan, percobaan, dan simulasi. 4.10 Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi organ yang menyebabkan gangguan sistem ekskresi manusia melalui berbagai bentuk media presentasi.
Indikator
Indikator
Aspek
No
pembelajaran
soal
kognitif
soal
Menjelaskan
Membedakan C4
sistem ekskresi
1
soal
Kunci jawaban
kriteria
Soal berikut untuk pertanyaan
Sistem ekskresi
pengertian
nomor 1 dan 2 !
adalah proses yang
memberikan
Kriteria 3 skor 3
sistem
Berbagai reaksi kimia yang terjadi
dilakukan
jawaban
Kriteria 2 skor 1
ekskresi
di dalam sel-sel tubuh kita untuk
organisme untuk
dengan
menjaga kita tetap hidup. Reaksi
membuang sampah
jawaban
osmoragulasi
kimia tersebut menghasilkan
produk metabolisme
definisi dan
90
1. Tidak
skor
2. Memberikan
Kriteria 4 skor 5
Kriteria 1 skor 0
91
beberapa zat sisa yang bersifat
dalam tubuh dengan
racun dan harus dikeluarkan dari
tujuan agar tubuh
dalam tubuh. Untuk proses
tetap terjaga.
organ 3. Mampu menjelaskan
pengeluaran zat tersebut diperlukan Osmoregulasi
perbedaanny
organ-organ khusus dan
adalah mekanisme
a tetapi
membentuk suatu sistem yang
tubuh untuk
kurang tepat
disebut sistem ekskresi. Sistem
mengatur
dalam hal
ekskresi sangat berperan dalam
konsentrasi bahan
kedua
menjaga keseimbangan
terlarut dalam
definisi
(homeostasis) tubuh dengan cara
cairan sel atau
4. Mampu
osmoregulasi.
cairan tubuh.
menjelaskan
Apakah perbedaan dari sistem
perbedaanya
ekskresi dengan osmoregulasi !
dengan tepat dan benar
Menjelaskan
jelaskan pengertian dari sistem
Sistem ekskresi
ekskresi !
adalah proses yang
memberikan
Kriteria 3 skor 3
sistem
dilakukan
jawaban
Kriteria 2 skor 1
ekskresi
organisme untuk
2. Memberikan
Kriteria 1 skor 0
pengertian
C1
2
1. Tidak
membuang sampah
jawaban
produk metabolisme
pengertian
Kriteria 4 skor 5
92
dalam tubuh dengan
tetapi kurang
tujuan agar tubuh
tepat dalam
tetap terjaga.
hal proses eksresi 3. Mampu menjelaskan pengertianny a tetapi kurang tepat. 4. Mampu menjelaskan pengertianny a dengan tepat dan benar
Menjelaskan
Mengevaluas
proses ekskresi pada manusia
C6
3
Soal untuk nomor 3 dan 4.
Pembentukkan urin
1. Tidak
i proses
Di dalam ginjal terjadi
diawali dengan
memberikan
Kriteria 3 skor 3
pembentukka
pembentukkan urin yang terjadi
filtrasi
jawaban
Kriteria 2 skor 1
n urin
melaui serangkaian proses filtrasi
(penyaringan),
(penyaringan) zat-zat sisa yang
terjadi di
2. Memberikan jawaban
Kriteria 4 skor 5
Kriteria 1 skor 0
93
beracun, reabsorpsi (penyerapan
glomerulus. Filtrasi
hanya
kembali), dan augmentasi
merupakan
menjelaskan
(pengeluaran zat sisa yang tidak
perpindahan cairan
organ proses
diperlukan lagi oleh tubuh dan
dari glomerulus
pembentukk
tidak mungkin disimpan lagi).
menuju ke ruang
an urin
Jelaskan secara rinci dari
kapsula bowman
serangkaian proses pembentukkan
dengan menembus
menjelaskan
urin pada manusia !
membrane filtrasi.
proses
Di dalam
pembentukk
glomerulus, sel-sel
an urin
darah, trombosit,
3. Mampu
4. Mampu
dan sebagian besar
menjelaskan
protein plasma
perbedaanya
disaring dan diikat
dengan tepat
agar tidak ikut
dan benar
dikeluarkan. Hasilnya berupa urin primer. Reabsorpsi (penyerapan kembali), urine
94
primer diserap kembali di tubulus kontortus proksimal, lengkung henle, dan tubulus kolektivus untuk kembali lagi ke darah. Filtrate hasil reabsorpsi berupa urine sekunder dengan kadar urea tinggi. Augmentasi (sekresi). Urine sekunder yang di hasilkan dalam proses reabsorpsi mengalami proses penambahan lagi zat-zat sisa dari plasma darah.
95
Filtrate yang dihasilkan berupa urine sesungguhnya.
Menyebutka
C2
4
Sebutkan jenis-jenis zat yang
Hasil dari proses
1. Tidak
n hasil akhir
dihasilkan pada proses filtrasi,
filtrasi adalah urin
memberikan
Kriteria 3 skor 3
dari tahap
reabsorpsi, dan augmentasi !
primer yang masih
jawaban
Kriteria 2 skor 1
pembentukka
mengandung
n urin
glukosa, garam-
jawaban
garam, natrium,
hanya 1 jenis
kalium, dan asam
zat yang
amino.
dihasilkan
Hasil dari
2. Memberikan
3. Mampu
reabsorpsi adalah
menjelaskan
urin sekunder yang
2 jenis zat
mengandung urea
yang
yang cukup tinggi.
dihasilkan
Hasil dari
4. Mampu
augmentasi adalah
menjelaskan
urin yang
perbedaanya
Kriteria 4 skor 5
Kriteria 1 skor 0
96
sesuangguhnya
dengan tepat
yang siap untuk
dan benar
dibuang melalui uretra.
Mendeskripsika Mensintesis
C5
5
Kulit merupakan organ terbesar
Pengeluaran
1. Tidak
Kriteria 4 skor 5
n organ-organ
mekanisme
yang terdapat diseluruh permukaan
keringat diatur oleh
memberikan
Kriteria 3 skor 3
ekskresi
keluar
tubuh dan terdiri dari beberapa
pusat pengatur
jawaban
Kriteria 2 skor 1
keringat pada
jaringan yang memiliki fungsi
suhu, yaitu
organ
spesifik. Kulit juga sebagai
hipotalamus. Saat
jawaban
ekskresi
pelindung tubuh terhadap segala
udara panas,
hanya proses
bentuk rangsangan, misalnya
pembuluh darah
pengeluaran
ketika kita tergigit serangga atau
melebar sehingga
keringat
ketika berolahraga, kulit akan
alian darah
mengeluarkan keringat, untuk
meningkat
menjelaskan
menjaga suhu tubuh.
menyebabkan
proses
Bagaimanakah mekanisme
penyaringan air dan
pengeluaran
keluarnya keringat pada suhu
sisa metabolisme
keringat dan
lingkungan yang tinggi !
oleh kelenjar
organ yang
keringat meningkat.
membantu
Keringat di
2. Memberikan
3. Mampu
4. Mampu
Kriteria 1 skor 0
97
keluarkan dari kulit
menjelaskan
sehingga
proses
menurunkan suhu
pengaturan
tubuh.
suhu dan pengaturan keringat pada suhu tubuh dengan benar
Mendeskripsika Membedakan C4
6
Ginjal manusia merupakan alat
Diabetes insipidus
1. Tidak
Kriteria 4 skor 5
n kelainan dan
kelainan
utama ekskresi, sehingga jika ada
adalah penyakit
memberikan
Kriteria 3 skor 3
penyakit pada
ginjal
gangguan ginjal tertentu akan
yang disebabkan
jawaban
Kriteria 2 skor 1
sistem ekskresi
(diabetes
mengganggu sistem ekskresi. Luka
kelenjar hipofisis
insipidus
berat, banyak kehilangan darah,
gagal
jawaban
dengan
keracunan zat-zat tertentu, dan
mensekresikan
perbedaan
diabetes
penyakit tertentu dapat
hormone
dan definisi
mellitus)
menimbulkan terganggunya fungsi
antidiuretik,
ginjal, terutama terganggunya
sehingga urine
menjelaskan
pembentukkan urin. Diantaranya
meningkat.
perbedaan,
penyakit diabetes insipidus dan
Penderita diabetes
definisi dan
2. Memberikan
3. Mampu
Kriteria 1 skor 0
98
diabetes mellitus.
cenderung
organ yang
Jelaskan perbedaan penyakit
mengalami
terlibat
diabetes insipidus dengan diabetes
dehidrasi dan
mellitus !
pengeluaran
menjelaskan
elektrolit dari cairan
perbedaan
tubuh.
definisi,
Diabetes mellitus
organ dan
adalah terdapatnya
zat yang
endapan glukosa
dihasilkan
dan urine yang
dengan tepat
disebabkan menurunnya hormone insulin yang dihasilkan pankreas, sehingga menyebabkan terganggunya proses perombakkan glikogen menjadi glukosa dan
4. Mampu
99
reabsorpsi glukosa di glomerulus.
Mendeskrispsik
Membedakan C4
an organ-organ ekskresi
7
Pada organ ginjal terdapat struktur
Ureter (saluran
struktur
yang mempunyai istilah hampir
kencing) adalah
memberikan
Kriteria 3 skor 3
penyusun
sama, organ apakah yang di
tabung
jawaban
Kriteria 2 skor 1
organ ginjal
maksud berdasarkan fungsinya?
fibromuskular yang
2. Memberikan
Kriteria 1 skor 0
Dan jelaskan fungsi dari kedua
mendorong urin
jawaban
organ tersebut !
dari ginjal ke
hanya 1
kandung kemih.
fungsi organ
Uretra adalah
1. Tidak
3. Mampu
tabung
menjelaskan
fibromuskular yang
fungsi kedua
mengeluarkan urin
organ tetapi
dari kendung kemih
kurang tepat.
ke luar. Dimulai di
4. Mampu
leher kandung
menjelaskan
kemih dan berakhir
fungsi kedua
di lubang eksternal.
organ dengan tepat
Kriteria 4 skor 5
100
Menjelaskan
Menghubung
C3
8
Proses pembentukkan urin
- Hormone ADH
proses ekskresi
kan faktor
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
(antidiuretik) di
memberikan
Kriteria 3 skor 3
pada manusia
yang
faktor internal yang menyangkut
keluarkan oleh
jawaban
Kriteria 2 skor 1
mempengaru
hormone (antidiuretik dan insulin)
kelenjar saraf
2. Memberikan
Kriteria 1 skor 0
hi
dan eksternal yang menyangkut
hipofisis,
jawaban
pembentukka
jumlah air yang diminum serta
pengeluaran
hanya
n urin
lingkungan sekitar.
hormone ini
menyebutka
Bagaimanakah faktor tersebut
ditentukan oleh
n faktor-
mempengaruhi proses
reseptor khusus di
faktor yang
pembentukkan urin !
dalam otak. Oleh
mempengaru
karena itu
hi
hormone ini akan
pembentuka
mempengaruhi
n urin
proses reabsorpsi
1. Tidak
3. Mampu
air pada tubulus
menyebutka
distal.
n dan
- Hormone insulin,
menjelaskan
berfungsi untuk
faktor-faktor
mengatur gula
pembentukk
dalam darah.
an uirn tetapi
- Jumlah air yang
kurang tepat
Kriteria 4 skor 5
101
diminum, akan
4. Mampu
mempengaruhi
menyebutka
konsentrasi air
n dan
dalam darah.
menjelaskan faktor-faktor pembentukk an uirn dengan tepat
Menjelaskan
Mengkategor
proses ekskresi manusia
C5
9
Diuresis merupakan keadaan
Diuresis air terjadi
1. Tidak
ikan proses
meningkatnya ekskresi urin,
bila jumlah
memberikan
Kriteria 3 skor 3
pembentukka
sedangkan diuretic adalah zat yang
hormone
jawaban
Kriteria 2 skor 1
n urin
dapat menyebabkan dieresis.
antidiuretik sedikit,
Ekskresi urin yang meningkat
disebabkan
jawaban
dapat terjadi karena dua hal, yaitu
meminum banyak
hanya
filtrasi yang meningkat atau
air sehingga
menjelaskan
reabsorpsi air yang berkurang.
terhambatnya
1 proses
Pada diueresis terdapat dua
sekresi hormone
diuresis
macam, diuresis air dan dieresis
antidiuretik.
osmotic.
Pengaruh yang
menjelaskan
Bagaimanakah proses dari kedua
sama juga terjadi
kedua proses
2. Memberikan
3. Mampu
Kriteria 4 skor 5
Kriteria 1 skor 0
102
diuresis tersebut !
bila kita meminum
tetapi kurang
alkohol.
tepat.
Diuresis osmotic
Mengamati
Menyimpulk
hasil urin yang memiliki kelainan
C6
10
4. Mampu
terjadi akibat
menjelaskan
pengaruh osmosis
perbedaanya
zat terlarut yang ada
kedua proses
di dalam lumen
diuresis
tubulus renalis.
dengan tepat
Seseorang melakukan tes urin yang
Hasil uji urine Jika
1. Tidak
an hasil uji
ternyata mengahasilkan urin
ditemukan protein
memberikan
Kriteria 3 skor 3
urin
mengandung protein.
dalam urine,
jawaban
Kriteria 2 skor 1
Apa yang dapat kamu simpulkan
disebabkan adanya
2. Mampu
Kriteria 1 skor 0
dengan hasil tes urin tersebut !
saringan yang ada
menyimpulk
di glomerulus telah
an tetapi
rusak yang
salah pada
menyebabkan
organ hasil
zat-zat lain tidak
test
tersaring dalam
3. Mampu
urine.
menyimpulk
Karena dalam
an hasil test
Kriteria 4 skor 5
103
keadaan normal,
urin tetapi
protein yang ada di
kurang tepat.
dalam darah akan
4. Mampu
disaring oleh
menyimpulk
glomerulus ginjal
an hasil test
sehingga tidak akan
urin dengan
didapatkan di dalam
tepat
urine.
Mengamati
Mengkategor
organ-organ ekskresi
C5
11
Kulit merupakan organ terbesar
Bagian-bagian kulit: 1. Tidak
Kriteria 4 skor 5
ikan bagian-
yang terdapat diseluruh permukaan
1. Epidermis,
memberikan
Kriteria 3 skor 3
bagian kulit
tubuh dan terdiri dari beberapa
tersusun dari
jawaban
Kriteria 2 skor 1
jaringan yang memiliki fungsi
stratum
2. Mampu
Kriteria 1 skor 0
spesifik. Kulit juga sebagai
korneum, lapisan
menuliskan
pelindung tubuh terhadap segala
malpighi,
bagian-
bentuk rangsangan,
stratum
bagian kulit
Tuliskan bagian-bagian dari kulit
spinosum, dan
beserta fungsinya !
stratum
menuliskan
germativum.
bagian-
2. Dermis, tersusun
3. Mampu
bagian kuliat
dari akar rambut,
dan
kelenjar keringat
fungsinya
104
(gandula
tetapi kurang
sudorifera),
tepat.
kelenjar minyak
4. Mampu
(glandula
menuliskan
sebasae), ujung
bagian-
saraf, dan
bagian kuliat
pembuluh darah
dan
3. Arteri dan vena.
fungsinya dengan tepat
Menjelaskan
Menyebutka
sistem ekskresi
C2
12
Organ ekskresi terdiri dari ginjal,
Bagian-bagian
1. Tidak
n bagian-
hati, paru-paru, dan kulit. Pada
proses sistem
memberikan
Kriteria 3 skor 3
bagian dari
ginjal terjadi proses pembentukkan
ekskresi adala :
jawaban
Kriteria 2 skor 1
proses
urin. Sebutkan bagian-bagian
1. Ginjal
2. Mampu
Kriteria 1 skor 0
ekskresi
proses dari sistem ekskresi !
2. Ureter
menuliskan 2
3. Kandung kemih
bagian pada
4. Uretra
proses ekskresi 3. Mampu menuliskan 3 bagian proses
Kriteria 4 skor 5
105
ekskresi 4. Mampu menuliskan semua bagianbagian proses ekskresi benar
Nilai =
x 100
*skor maksimal: 60