e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS
Ni Luh Nunik Ardhayani1, Ni Wayan Suniasih2, DB. Kt. Ngr. Semara Putra3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
E-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]³ Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional di kelas V Semester 2 Gugus Sayan Ubud Kabupaten Gianyar Tahun Ajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu menggunakan desain penelitian “Nonequievalent Control Group Design”. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas V yang ada di Gugus Sayan Ubud dengan jumlah 151. Untuk pengambilan sampel dilakukan dengan Teknik Random Sampling yang dirandom adalah kelas yang terdapat di Gugus Sayan Ubud yaitu SD N 3 Sayan sebagai kelompok kontrol sebanyak 31 orang siswa dan SD N 4 Sayan sebagai kelompok eksperimen sebanyak 34 orang siswa. Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji-t. Analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat ditunjukkan bahwa thitung = 7,897 > ttabel ( =0,05, 63) = 2,000 dengan nilai rata-rata hasil belajar IPS kelompok eksperimen = 83,32 > = 77,42 kelompok kontrol. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berorientasi aktivias siswa berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V semester 2 Gugus Sayan Ubud Kabupaten Gianyar tahun ajaran 2013/2014. Kata-kata kunci: strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, hasil belajar Abstract This study aims to determine significant differences in learning outcomes of IPS between students who take strategy oriented activities with the students who follow the conventional learning in the fifth grade 2 Semesters Gugus Sayan Ubud Gianyar academic year 2013/2014. This study is a quasi-experimental research design "Nonequievalent Control Group Design". The population in this study is that the entire fifth grade students at Gugus Sayan Ubud with number 151. For sampling conducted by random sampling technique were randomized classes contained in Gugus Sayan Ubud that is SD N 3 Sayan as much as the control group of 31 students and SD N 4 Sayan as an experimental group of 34 students. Analysis of the data used to test the hypothesis of this study is the t-test. Analysis of the data showed that there were significant differences in learning outcomes of IPS students who take strategy oriented student activities with the students who follow the conventional learning. It can be
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) shown that tcount = 7.897> ttable (= 0.05, 63) = 2.000 with an average value in learning outcomes of IPS experimental group was = 83,32 > = 77,42 the control group. So, we can conclude aktivias oriented learning stratgies affect student learning outcome of IPS at the fifth grade 2 semesters Gugus Sayan Ubud Gianyar academic year 2013/2014. Keywords: aktivias student-oriented learning strategies, learning outcome
PENDAHULUAN Sampai saat ini persoalan pendidikan yang dialami bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar. Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dan terus dilakukan, mulai dari pelatihan untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dan terus dilakukan, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan sampai dengan peningkatan manajemen sekolah. Namun indikator kearah mutu pendidikan belum menunjukkan pengoptimalan yang signifikan. Salah satu upaya untuk mengoptimalkan mutu pendidikan disekolah adalah dengan cara perbaikan pembelajaran. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang pembelajaran disekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi. “Guru sebagai pendidik yang menduduki posisi strategis dalam pengembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti perkembangan konsep-konsep baru dalam dunia pendidikan” (Suryosubroto, 2009). Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan. Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab (Suwarno, 2006). Tujuan pendidikan formal tercapai melalui pembelajaran. Pembelajaran berlangsung sebagai suatu proses saling mempengaruhi antara guru dan siswa. Namun, yang sering kita lihat dalam kenyataan,kegiatan yang terjadi adalah guru mengajar dan siswa belajar. Menurut
Djamarah (2010:38) “inti dari kegiatan pembelajaran tidak lain adalah kegiatan peserta didik dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran”. Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Strategi pembelajaran didalamnya mencakup pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran secara spesifik. Uno Hamzah (2008:45) Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran. Dick & Carey (2005:7). Strategi pembelajaran adalah komponenkomponen dari suatu set materi termasuk aktivitas sebelum pembelajaran, dan partisipasi peserta didik yang merupakan prosedur pembelajaran yang digunakan kegiatan selanjutnya. Pembelajaran IPS bertujuan untuk: (1) mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis; (2) mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial; (3) membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilainilai sosial dan kemanusiaan; (4) meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global. (BSNP, 2011). Hasil belajar merupakan suatu indikator yang dapat menunjukkan tingkat kemampuan dan pemahaman siswa dalam belajar. Hasil Belajar adalah suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru di suatu sekolah dan kelas tertentu (Sudjana, 2000: 7) Penilaian hasil belajar mengisyaratkan hasil belajar sebagai program atau objek yang menjadi penilaian pada hakekatnya menilai
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar sebagai objek penilaian dapat dibedakan menjadi beberapa katagori, antara lain keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Kemudian dibagi menjadi tiga ranah, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Masingmasing ranah terdiri dari sejumlah aspek yang saling berkaitan. Astiti (2007) menyatakan hasil belajar merupakan perubahan prilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan prilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Pembelajaran IPS sebagai salah satu program pendidikan yang membina dan menyiapkan peserta didik sebagai warga negara yang baik dan memasyarakat diharapkan mampu mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat sehingga siswa mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan dalam melakoni kehidupan di masyarakat. Guru di tuntut untuk mampu mengikuti dan mengantisipasi berbagai perubahan masyarakat tersebut, sehingga program pembelajaran yang dilakukannya dapat membantu siswa dalam mempersiapkan dirinya sebagai warga masyarakat dan warga negara untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari. Guru harus cermat dalam memilih model pembelajaran dan merancang program serta strategi pembelajaran, sehingga pembelajaran yang dilakukannya menjadi pembelajaran yang menarik, aktual, dan fungsional bagi siswa. Pemilihan model pembelajaran oleh guru mempunyai dampak yang sangat esensial bagi perolehan belajar siswa. Kondisi pembelajaran IPS di Indonesia dewasa ini lebih diwarnai oleh pendekatan yang menekankan pada model belajar konvensional yang lebih banyak diwarnai dengan ceramah, sehingga kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat
secara aktif dalam proses belajarmengajar (Suwarma, 2007: 146). Suasana belajar seperti ini semakin menjauhkan peran IPS dalam upaya mempersiapkan warga negara yang baik dan mampu bermasyarakat. Kondisi pembelajaran IPS dewasa ini khususnya pada jenjang sekolah dasar, menunjukkan indikasi bahwa pola pembelajaran yang dikembangkan oleh guru cenderung bersifat guru sentris sehingga siswa hanya menjadi objek pembelajaran. Kondisi pembelajaran seperti di atas jelas tidak mendorong pengembangan potensi diri siswa dalam pembelajaran, sehingga prestasi belajar yang dicapai oleh siswa juga tidak optimal, karena guru hanya mencekoki pikiran siswa dengan konsep-konsep materi pelajaran yang bersifat hapalan saja, kemudian dalam melakukan evaluasi juga hanya mengevaluasi materi yang diberikannya. Pembelajaran seperti itu, nampaknya tidak mampu menunjang dan mendorong siswa untuk mengaktualisasikan potensi dirinya secara optimal. Suasana belajar yang demikian mendorong lahirnya pola interaksi yang searah yaitu hanya dari guru ke siswa saja, sehingga akan mematikan kreativitas dan menghambat pengembangan potensi diri siswa. Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut, diuji cobakan strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa. Untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam mata pelajaran IPS melalui strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat mengikuti pembelajaran menyenangkan dan kondusif serta hasil belajar IPS yang dicapai oleh siswa optimal, karena memiliki kelebihan. Strategi ini mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa. Artinya, sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa. Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa tidak menghendaki pembentukan siswa yang
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) secara intelektual cerdas tanpa diimbangi oleh bentuk sikap dan keterampilan siswa. Akan tetapi, pembelajaran berorientasi aktivitas siswa bertujuan membentuk siswa yang cerdas sekaligus siswa yang memiliki sikap positif dan secara motorik terampil, misalnya kemampuan menggeneralisai, kemampuan mengamati, kemampuan mencari data, kemampuan untuk menemukan, menganalisis, mengomunikasikan hasil penemuan. Aspek-aspek semacam inilah yang diharapkan dapat dihasilkan dari strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa. Strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran peserta didik, peralatan dan bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan (Suparman, 2001). Menurut Uno (2008: 45) strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran. Lebih lanjut ditunjukkan bahwa strategi pembelajaran itu banyak ragamnya, ibarat berada dalam satu rentangan (continum) antara dua ujung yang saling berlawanan, yaitu ekspositori dan diskoveri/inkuiri. Menurut Sanjaya, (2007: 126). Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa (Sanjaya, 2007: 126). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk juga penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti bahwa di dalam penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk
mencapai tujuan tertentu, artinya disini bahwa arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkahlangkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Namun sebelumnya perlu dirumuskan suatu tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya. Para ahli pendidikan telah banyak mengemukakan dan mengenalkan modelmodel pembelajaran dan strategi pembelajaran untuk lebih mengefektifkan proses pembelajaran. Setiap pembelajaran menuntut upaya pencapaian suatu tujuan tertentu. Setiap tujuan menuntut model dan strategi pembelajaran untuk terciptanya suatu situasi belajar tertentu pula. Sanjaya (2008) menyatakan Pembelajaran berorientasi aktivitas siwa sebagai salah satu bentuk inovasi dalam memperbaiki kualitas proses belajar mengajar bertujuan untuk membentuk peserta didik agar bisa belajar mandiri dan kreatif, sehingga ia dapat mempeloh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat menunjang terbentuknya kepribadian yang mandiri. Kelebihan-kelebihan pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa. Pertama, pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan moral. Oleh karena itu, proses pendidikan bukan hanya memiliki siswa. Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dipandang sebagai suatu pendekatan memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antar aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang. Dari konsep tersebut ada dua hal yang harus dipahami. Filosofi pendidikan dan proses pendidikan. Kedua, dipandang dari sisi proses pembelajaran, pembelajaran berorientasi aktivitas siswa menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal, artinya pembelajaran berorientasi aktivitas siswa menghendaki keseimbangan antar aktivitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas intelektual. Oleh karena itu, kadar pembelajaran berorientasi aktivitas
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) siswa tidak hanya bisa dilihat dari aktivitas fisik saja, akan tetapi juga aktivitas mental dan intelektual. Seorang siswa yang tampaknya hanya mendengarkan saja, tidak berarti memiliki kadar pembelajaran berorientasi aktivitas siswa yang sangat rendah dibandingkan dengan seseorang yang sibuk mencatat. Sebab, mungkin saja yang duduk itu secara mental ia aktif, misalnya menyimak, menganalisis dalam pikirannya dan menginternalisasi nilai dari setiap informasi yang disampaikan. Sebaliknya, siswa yang sibuk mencatat tak bisa dikatakan memiliki kadar pembelajaran berorientasi aktivitas siswa yang tinggi jika yang bersangkutan hanya sekedar secara fisik aktif mencatat, tidak diikuti oleh aktivitas mental dan emosi. Ketiga, dipandang dari sisi hasil belajar, pembelajaran berorientasi aktivitas siswa menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif, afektif, psikomotor). Artinya dalam pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pembentukan secara utuh merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa secara utuh merupakan tujuan utama dalam pembelajaran berorientasi aktivitas siswa secara utuh merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran. Berdasarkan kelebihan tersebut, secara teoritis strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa membuat siswa dapat menikmati suasana yang lebih menyenangkan dan kondusif, membuat siswa dalam pembelajaran menjadi lebih aktif dan hasil belajar yang dicapai optimal. Secara empiris dibuktikan melalui penelitian eksperimen, sebagai pembanding dalam penelitian ini adalah pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran konvensional, penyelenggaraan pembelajaran hanya dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi yang harus dipahami oleh siswa, yang wajib diingat dan di hafal. Guru dalam mengajar kurang memperhatikan gagasan-gagasan yang dimiliki oleh siswa sebelumnya. Guru hanya berusaha untuk menyajikan atau mendemonstrasikan pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki langkah demi
langkah agar siswa dapat memahami materi yang diajarkan. Proses ini akan lebih jauh berimplikasi pada terjadinya hubungan yang bersifat antagonis antara guru dan siswa. Guru sebagai subjek yang aktif dan siswa sebagai objek yang pasif. Selain itu, gagasan-gagasan yang dimiliki siswa menjadi tidak berkembang, sehingga ide-ide cemerlang yang dimiliki siswa tidak tersalurkan. Pembelajaran konvensional akan memberikan peluang bagi siswa yang memiliki kreativitas kurang, sehingga dengan pembelajaran ini siswa akan memperoleh hasil yang optimal. Bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi, model ini kurang memberikan peluang sehingga hasil yang diperoleh kurang optimal. Ghazali (2002) mengemukakan ciriciri pembelajaran konvensional yaitu ; (1) pendidik yang banyak berbicara di dalam kelas, (2) pembelajaran banyak ditekankan pada penggunaan buku teks, (3) pendidik jarang memberikan kesempatan kepada murid untuk bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas yang mestinya dapat diselesaikan bersama oleh siswa, (4) menyuruh peserta didik mengerjakan tugas mandiri padahal tugasnya tergolong low level skill yang tidak menuntut kemampuan berpikir rumit, dan (5) guru kurang menghargai kemampuan berpikir peserta didik. Kebanyakan pendidik tidak membuat peserta didik mampu berpikir dengan membiasakan mereka berhadapan dengan isu yang menantang, dan acapkali meminta murid hanya memberikan satu jawaban yang benar, (6) Pendidikan di sekolah dirumuskan sebagai dunia yang pasti. Peserta didik datang ke sekolah untuk tahu hal yang pasti tersebut, dan ini pun sepenuhnya disediakan oleh guru. Tidak ada kemungkinan bagi siswa untuk memperoleh sesuatu yang lain yang ingin diketahuinya. Dengan demikian, siswa akan menganggap guru sebagai sumber informasi dalam pembelajaran di kelas. Secara umum kegiatan dalam pembelajaran konvensional terdiri dari 5 fase yaitu 1) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. 2) Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan. 3) Membimbing pelatihan. 4)
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan. 5) Memberikan latihan dan penerapan konsep Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti strategi pembelajaran berorientasi aktifitas dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional di kelas V Semester 2 Gugus Sayan Ubud Kabupaten Gianyar Tahun Ajaran 2013/2014. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperimental), hal ini dilakukan karena: 1) proses pengacakan (randomisasi) terhadap siswa yang telah dikelompokkan ke dalam kelaskelas tertentu tidak mungkin dilakukan karena kelas yang terbentuk, 2) tidak mungkin mengontrol secara ketat variabelvariabel lain selain variabel yang diteliti. Dalam situasi sekolah, jadwal pelajaran tidak dapat diganggu gugat, atau kelas direorganisasi demi kepentingan studi peneliti (Ary, 2010: 65). Desain penelitian digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan atau Desain Penelitian “Nonequivalent Control Group Design”. Pada desain ini terdapat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih secara random. Kedua kelompok tersebut diberi pre-test dan post-test. Pretest dilakukan pada awal sebelum perlakuan diberikan tujuannya untuk menyetarakan kelompok siswa melalui analisis uji-t sedangkan post-test pada akhir setelah perlakuan usai dilakukan. “Populasi adalah himpunan dari unsur-unsur yang sejenis” (Koyan, 2012: 26). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di Gugus Sayan Ubud terdapat 5 sekolah dasar berjumlah 151 orang siswa. Berdasarkan informasi yang diperoleh, bahwa siswa kelas V di Gugus Sayan Ubud setara. Pengambilan sampel dengan teknik random sampling yang dirandom adalah kelas. Menurut Sugiyono (2011: 57) random sampling merupakan “pengambilan anggota sampel dalam populasi secara acak mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel”. Sampel penelitian ini dua kelas yang dilakukan pengacakan (random), yang dirandom kelas dari 5 kelas yang terdapat di Gugus Sayan Ubud. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan strategi pembelajaran berorientasi aktivitas dan kelompok kontrol adalah kelompok yang mendapat pembelajaran konvensional. Adapun kelompok yang mendapat perlakuan strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa adalah SD N 4 Sayan dan kelompok yang mendapat pembelajaran konvensional adalah SD N 3 Sayan. Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah SD N 4 Sayan dan SD N 3 Sayan. Untuk meyakinkan peneliti bahwa kedua kelas yang dijadikan sampel penelitian merupakan kelas yang setara atau memiliki kemampuan awal yang sama, maka peneliti melakukan analisis pada pre-test. Analisis yang digunakan untuk mengetahui kesetaraan kedua kelas adalah analisis uji-t tidak berkorelasi. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung=-0,4687, Kriteria pengujian, jika thitung>ttabel, maka kelompok tidak setara. Jika thitung≤ttabel, maka kelompok setara, dengan db =n1+n2-2 pada taraf signifikansi (α) 5% db = 31 + 34-2= 62, maka ttabel adalah 2,000. Karena thitung ≤ ttabel, maka kedua kelompok setara. Dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variable bebas dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa yang diberikan pada kelompok eksperimen sedangkan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS. Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data tentang hasil belajar IPS siswa. Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar pada ranah kognitif. Untuk mengumpulkan data tersebut diperlukan metode tes, yaitu tes hasil belajar IPS. Tes menurut Arikunto (2002) adalah serentetan pertanyaan, latihan atau alat
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa. Tes yang digunakan telah diuji validitas, daya beda, tingkat kesukaran dan reliabilitas perangkat tesnya. Nilai yang diperoleh dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dari rtabel, jika rhitung > rtabel maka dalam kategori valid. Dari 60 butir soal didapatkan hasil perhitungan dengan rtabel 0,195 sebanyak 14 soal yang kurang dari rtabel (0,195) dan 46 butir soal lebih dari rtabel (0,195). Jadi 46 butir soal yang dilanjutkan ke uji selanjutnya. Hasil analisis uji reliabilitas menunjukkan hasil sebagai berikut diperoleh rtabel = 0,854 dan rtabel = 0,195 dan maka rhitung rtabel, itu artinya bahwa soal tes pilihan ganda pada penelitian ini tergolong reliabel. Hasil analisis tingkat kesukaran yang dilakukan didapatkan 4 butir soal yang termasuk dalam klasifikasi sukar, 40 butir soal yang termasuk dalam klasifikasi sedang, 1 butir soal yang termasuk dalam klasifikasi mudah. Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis terhadap data yang diperoleh yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji normalitas dimaksud untuk mengetahui apakah uji hipotesis dengan statistik parametik bisa dilakukan atau tidak. Untuk mengetahui apakah data skor hasil belajar IPS siswa masingmasing kelompok berdistribusi normal atau tidak, digunakan analisis chi-square Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antara kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Homogenitas varians diuji dengan menggunakan uji F. Dari perhitungan diperoleh Fhit =1,56 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk pembilang (n11) = 30 dan dk penyebut (n2-1) = 33 adalah Ftabel = 1,82. Ini berarti bahwa
Fhitung
ttabel. Maka hipotesis (H0) ditolak dan (Ha) diterima. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar IPS siswa yang mengikuti strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional di kelas V Gugus Sayan Ubud Kabupaten Gianyar Tahun Ajaran 2013/2014. Maka, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berorientasi aktivitas dapat berpengaruh terhadap hasil belajar IPS di kelas V Gugus Sayan Ubud Kabupaten Gianyar. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Hasil analisis data diperoleh skor rata-rata hasil belajar IPS untuk kelompok eksperimen dengan perlakuan strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa adalah = 83,32 dengan varian S2 = 7,14 dan standar deviasi adalah S = 2,67. Sedangkan nilai ratarata hasil belajar IPS dengan perlakuan pembelajaran konvensional adalah = 77,42 dengan varian S2 = 11,18 dan standar deviasi adalah S = 3,34.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
14 12
9
Frekuensi
10
8
7
7
6
6 2
4 2
0 72
75
78
81
84
Nilai Tengah
Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen Berdasarkan hasil perhitungan di atas, menunjukkan bahwa pengelompokkan distribusi frekuensi untuk hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 4 Sayan dengan strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa terletak di atas rata-rata sebanyak 100%. Sedangkan Skor hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 3 Sayan dengan pembelajaran konvensional menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 90 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai adalah 100, sedangkan skor terendah yang dicapai siswa adalah 71 dari skor yang mungkin dicapai 0, rentangan sebesar 13, rata-rata = 77.42, modus Mo = 76, dan median Me = 76.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai distribusi frekuensi hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Sayan dengan pembelajaran konvensional dapat dilihat pada histogram sebagai berikut. 14 12 Frekuensi
Skor hasil belajar siswa kelas V SDN 4 Sayan dengan pembelajaran berorientasi aktivitas menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 96 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai adalah 100, sedangkan skor terendah yang dicapai siswa adalah 78 dari skor yang mungkin dicapai 0, rentangan sebesar 11, rata-rata sebesar = 83,32, modus Mo = 84, dan median Me = 84. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai distribusi frekuensi skor hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 4 Sayan dengan strategi pembelajaran berorientasi aktivitas dapat dilihat pada histogram sebagai berikut
9
10
7
7
6
8 6
2
4 2 0 72
75
78
81
Nilai Tengah
84
Gambar 2. Histogram Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol Berdasarkan hasil perhitungan di atas, menunjukkan bahwa pengelompokkan distribusi frekuensi untuk hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 3 Sayan dengan pembelajaran konvensional terletak di sekitar ratarata sebanyak 19.36%, dan di atas rata-rata sebanyak 80.64% dari jumlah siswa 31 orang. Dari data tersebut, menunjukkan bahwa lebih banyak siswa dengan kategori hasil belajar IPS sangat baik yang mengikuti strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa daripada yang mengikuti pembelajaran konvensional. Uji normalitas sebaran data hasil belajar IPS dengan menggunakan analisis chi-square. Dari hasil perhitungan dengan menggunakaan rumus chi-kuadrat, hasil belajar pada pelajaran IPS kelompok eksperimen (X02) = 2,06 pada taraf signifikansi 5% dan dk = 5 dan diketahui X2tabe = 11,07 ini berarti bahwa Xo2< X2tabel. Dan hasil belajar pada pelajaran IPS kelompok kontrol (X02) = 11,07, maka data hasil belajar pada pelajaran IPS kelompok kontrol juga berdistribusi normal. Berdasarkan data hasil belajar pada pelajaran IPS terbukti baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol berada pada distribusi normal. Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) terjadi akibat adanya perbedaan antara kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Homogenitas varians diuji dengan menggunakan uji F. Dari perhitungan diperoleh Fhit =1,56 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk pembilang (n1-1) = 30 dan dk penyebut (n2-1) = 33 adalah Ftabel = 1,82. Ini berarti bahwa Fhit< Ftabel, maka kedua kelompok homogen. Dari hasil uji prasyarat yaitu normalitas dan homogenitas diperoleh data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hal tersebut, maka pada pengujian hipotesis penelitian (H0)
Kelas Eksperimen Kontrol
yaitu terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar IPS siswa yang mengikuti strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional di kelas V Gugus Sayan Ubud Kabupaten Gianyar tahun ajaran 2013/2014. Pengujian hipotesis tesebut melalui uji-t dengan kaidah hipotesis. Data hasil belajar yang telah memenuhi syarat berdistribusi normal dan homogenitas varians selanjutnya diuji hipotesisnya. Uji hipotesis dengan uji-t. Ringkasan hasil analisis uji-t dua kelompok dari data hasil belajar IPS siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Uji Hipotesis N Dk thitung 34 31
Berdasarkan nilai ttabel pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan (dk=34+31-2=63) diperoleh batas penolakan hipotesis observasi sebesar ttabe = 2,000 dan hasil analisis data diperoleh thitung =7,897, berarti thitung>ttabel.Maka hipotesis (H0) ditolak dan (Ha) diterima. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar IPS siswa yang mengikuti strategi pembelajaran berorientasi aktivitas dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional di kelas V Gugus Sayan Ubud Kabupaten Gianyar Tahun Ajaran 2013/2014. Maka, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V Gugus Sayan Ubud Kabupaten Gianyar. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh thit = 7,897, maka perlu dibandingkan dengan ttabel taraf signifikan adalah 5% dengan dk = 63 dan diperoleh ttabel = 2,000. Karena thit = 7,897 > ttabel 2,000). Maka Haditerima, ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar antara siswa yang mengikuti strategi pembelajaran berorientasi aktivitas
63
7,897
ttabung
Simpulan
2,00
Ha diterima
siswa dengan siswa yang pembelajaran konvensional
mengikuti
pada siswa kelas V Gugus Sayan Ubud tahun ajaran 2013/2014. Perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti strategi pembelajaran berorientasi aktivitas dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional disebabkan karena perbedaan perlakuan yang terdapat pada langkah-langkah pembelajaran dan proses penyampaian materi. Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman belajar secara langsung. Proses pembelajaran konvensional, pembelajaran hanya berpusat pada guru. Dalam pembelajaran konvensional guru tidak melibatkan siswa secara langsung untuk aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran guru hanya menggunakan metode pembelajaran seperti ceramah, tanya jawab dan pemberian penugasan sehingga siswa tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran. Perbedaan pembelajaran pada strategi pembelajaran berorientasi aktivitas dan pembelajaran konvensional dapat memberikan dampak yang berbeda
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
terhadap hasil belajar IPS siswa. Menurut Deporter (2010) dengan lebih banyak melibatkan gaya belajar yang dimiliki oleh siswa dapat memicu lebih banyak lagi jalur saraf yang memperkuat belajar siswa sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih optimal. Berdasarkan kajian pustaka dan hasil analisis uji-t, maka dapat diambil keputusan bahwa strategi pembelajaran berorientasi aktivitas memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan denganpembelajaran konvensional. Dari keputusan tersebut terdapat suatu perbedaan yang terlihat selama penelitian berlangsung. Perbedaan tersebut adalah kelompok eksperimen yang mengikuti strategi pembelajaran aktivitas yang memiliki skor rata-rata hasil belajar yang lebih dari kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional. Secara operasionalnya strategi pembelajaran berorientasi aktivitas dan model pembelajaran konvensional digunakan untuk materi pembelajaran yang sama tetapi dengan cara penyampaian yang berbeda. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Prawira menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara siswa belajar melalui strategi pembelajaran aktif tipe index card match dengan siswa belajar melalui pembelajaran konvensional kelas V Gugus III Mengwi, Badung Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan thitung = 2.708, sedangkan ttabel dengan dk = 67 dan taraf signifikan 5% didapat angka batas penolakan hipotesis 2.00. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat memperkuat penelitian-penelitian tentang strategi pembelajaran aktif sebelumnya. PENUTUP Berdasarkan hasil dari pembahasan penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti strategi pembelajaran berorientasi aktivitas dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Gugus Sayan Ubud tahun ajaran 2013/2014. Hasil penelitian
menunjukkan, bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang mengikuti strategi pembelajaran berorientasi aktivitas dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (thitung 7,897 > ttabel 2,000) dengan nilai rata-rata hasil belajar IPS kelompok eksperimen = 83,32 > = 77,42 kelompok kontrol. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berorientasi aktivitas berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V Gugus Sayan Ubud Tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan simpulan hasil penelitian maka dapat diajukan saran kepada: Guru, pada saat guru mengajar di kelas sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan agar guru menggunakan strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa karena lebih efektif. Sekolah, pada saat guru mengajar dikelas sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan hendaknya menyediakan fasilitas penunjang pelajaran yang dapat membantu terlaksananya pembelajaran yang inovatif, sehingga mampu memberikan dampak yang positif bagi hasil belajar siswa. DAFTAR RUJUKAN Anggoro, 2008. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Arikunto, 2002. Motivasi Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Jakarta: Balai Pustaka. Ary, Donald., et al. 2010. Introduction to Research in Education (8th ed). Wadsworth: Cengage Learning. BSNP. 2011. Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kemendiknas. Djamarah 2010. Tujuan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Ghazali, Al. 2002. Rahasia Zikir dan Do’a. Bandung: Karisma.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
Koyan, Wayan. 2011. Asesmen dalam Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press. Ngurah, Si Putu Suta Prawira. 2014. “Pengaruh Penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V Gugus III Mengwi, Badung Tahun Pelajaran 2013/2014.”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Ganesha. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan). Jakarta: Prenanda Media Group. -------.
2008. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan). Jakarta: Prenanda Media Group.
Sapria. 2009. Pendidikan IPS Konsep Dan Pembelajaran. Badung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Sudjana, Nana. 2000. Penilaian Hasil Belajar IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdikarya Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suwarma, Al Muchtar. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama. Suparman, M. Atwi. 2001. Desain Instruksional. Jakarta: Pekerti Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta. Uno,
Hamzah B. 2008. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara