Pengaruh Self Control Training Terhadap Kecemasan Sosial Pada Remaja Oleh: Shinta Kurnia Avianty
[email protected] Cleoputri Al Yusainy Afia Fitriani Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya ABSTRAK Kecemasan sosial mengakibatkan individu menutup diri dan mengalami ketakutan yang berlebihan pada lingkungan sosial. Self control training memberikan dampak positif pada psikologis individu. Alternatif yang diprediksi efektif adalah self control training melalui improving posture. Eksperimen kuasi ini (N = 48; p=30, l=18), menguji pengaruh self control training terhadap kecemasan sosal pada remaja. Partisipan melalui proses pretest dan posttest menggunakan SIAS (Social Interaction Anxiety Scale). Treatment yang diberikan adalah peningkatan postur tubuh (duduk tegak, berjalan tegap) selama dua minggu. Berlawan dengan hipotesis, analisis t-test dependent menunjukkan self control training membuat skor kecemasan sosial partisipan semakin tinggi dibanding sebelum diberi treatment. Diskusi lebih lanjut akan dipaparkan dalam penelitian ini. Kata kunci: kontrol diri, kecemasan sosial, self control training
ABSTRACT The effect of social anxiety can make the individual becomes introvert and also experience an excessive fear of social environment. Self-control training may provide a positive effect for the individual’s psychological conditions. One of the predictable alternative that has been proven effective to overcome social anxiety is self-control training through improving posture exercise. This field experiment (N = 48; f=30, m=18), tested the effect of self-control training on social anxiety in teenager. All participants were going through a pretest and posttest using the SIAS (Social Interaction Anxiety Scale). Treatment consisted of improving posture (sit up straight and to walk with strapping) for two weeks period. Contrary to the hypothesis, t-test dependent analysis indicated self-control training increased social anxiety before the treatment. Further discussion is presented. Keyword: self-control, social anxiety, self-control training
1
individu yang menghindari interaksi sosial
LATAR BELAKANG Remaja seringkali dikaitkan dengan perkembangan
kehidupan
sosialnya,
secara sengaja dan mengalami kecemasan sangat
berlebihan.
Individu
yang
mencari tahu bagaimana cara melakukan
mengalami kecemasan, takut dan khawatir
hubungan secara baik, aman dan dapat
secara berlebihan terhadap situasi sosial
diterima
di
maupun ketika berinteraksi dengan orang
lingkungan sekitarnya. Maka dari itu
lain ini bisa dikarenakan sebelumnya telah
remaja seringkali memiliki perasaan was-
berprasangka dan berpandangan negatif
was, takut dan cemas akan lingkungan
pada orang lain atau lingkungan sekitarnya
sekitarnya. Kecemasan bisa berpengaruh
(Nainggolan, 2011). Perasaan takut dan
sangat buruk apabila intensitas timbulnya
prasangka buruk merupakan bagian dari
sering dan terus menerus (Ramaiah, 2000).
emosi negatif (Yuliani, 2013). Emosi
Hal ini didukung dengan rentang umur
negatif membuat individu sulit untuk
remaja saat ini yang disebut dengan
mengendalikan dan menguasai dirinya.
Generation C (connected, communicating,
Hal-hal
content-centric, computerized, community-
kehidupan
oriented, always clicking generation),
menyangkut prestasi dan hubungan sosial
disebut juga dengan generasi Z (1995-
dengan
2012)
diperlukannya kontrol diri yang baik bagi
dengan
(Munir,
teman-teman
2011).
Generasi
Z
merupakan individu yang lahir dalam
individu
rentang tahun 1995 hingga 2012 dan juga
sosial.
individu yang sering dihubungkan dengan
seperti
bisa
para
remaja
teman
yang
Schmeichel
membahayakan yakni
sebayanya,
mengalami
dan
bisa
maka
kecemasan
Inzlicht
(2012)
proses yang instan, berpikiran dengan ritme
menyatakan bahwa keadaan emosional
kehidupan yang lebih cepat, dan cenderung
dapat
lebih individualistis dan mengarahkan diri
pengendalian diri tergantung pada kemauan
sendiri (Ferincz, Hortovanyi, Szabó, dan
individu.
Taródy, 2010). Berdasarkan paparan di
mengendalikan diri dengan baik dapat
atas, dapat disimpulkan bahwa sikap
berdampak
individual dan menghindari percakapan
kesejahteraan psikologis, umur panjang,
dengan teman sekitar bisa terjadi pada
pencapaian kerja, kepuasan hubungan, dan
remaja generasi Z.
beberapa hasil yang diinginkan lainnya
Brecht
(dalam
Nainggolan,
merusak
atau
Individu
pada
meningkatkan
yang
kesehatan
mampu
fisik,
2011)
(Baumeister dan Vohs, 2011). Salah satu
menjelaskan tentang ciri-ciri individu yang
alternatif yang diprediksi dapat mengurangi
cemas secara sosial, salah satunya adalah
kecemasan sosial pada remaja adalah
2
pelatihan kontrol diri/self control training.
melakukan
Baumeister (2007) menjelaskan bahwa
mengandalkan peningkatan pada kekuatan
pelatihan pengendalian diri/self control
otot, juga bisa berimbas pada peningkatan
training biasanya berlangsung selama
kekuatan pengendalian diri dalam hal daya
beberapa
sebuah
kontrol diri (Yusainy, 2013). Jadi bisa
latihan teratur maupun tindakan-tindakan
disimpulkan bahwa pelatihan kontrol diri
kecil untuk mengubah kecenderungan
ini merupakan pelatihan yang ditujukan
respon dominan individu dalam kegiatan
agar
sehari-hari.
mengendalikan setiap tindakan yang akan
minggu,
melibatkan
sebuah
individu
tugas
yang
mampu
belajar
Selama ini intervensi yang menyangkut
dilakukan. Pelatihan kontrol diri memiliki
kecemasan sosial individu menggunakan
beberapa manfaat, yakni bisa meningkatan
cognitive
kapasitas pada kontrol diri.
behavior
therapy.
Dalam
penelitian Herbert (2009) mengatakan
Schmeichel
dan
Inzlicht
(2012)
bahwa desain CBT ini bisa digunakan
menyatakan bahwa keadaan emosional
untuk anak-anak maupun dewasa. Tujuan
dapat menurunkan maupun meningkatkan
dari terapi yang mereka gunakan adalah
pengendalian diri/kontrol diri tergantung
untuk
hubungan
pada kemauan individu. Pelatihan kontrol
individu,
dan mengatasi
diri bisa bermanfaat dan berimbas pada
mengurangi
kecemasannya
banyak pengaruh yang diinginkan, ketika
(Herbert, 2009). Kelemahan intervensi ini
individu juga memiliki keinginan yang kuat
terletak
yang
di dalam dirinya untuk mengontrol diri
menghabiskan waktu berminggu-minggu
mereka. Baumeister, Vohs dan Tice (2007)
untuk
sosial
mengatakan bahwa kontrol diri dilakukan
individu, selain itu juga belum tentu target
secara sengaja, sadar, dan merupakan
kesembuhannya benar-benar tercapai dan
bagian
juga memerlukan biaya untuk terapis.
keinginan diri. Dari sini, disimpulkan
lebih
interpersonal maupun
meningkatkan
pada
mengatasi
penerapan
kecemasan
Muraven, Tice dan Baumeister (1999)
bahwa
dari
self
usaha
control
untuk
mencapai
training
dapat
melakukan studi pelatihan kontrol yang
mempengaruhi kecemasan sosial, terlepas
mempekerjakan diri untuk mengatur postur
dari arah korelasinya.
(duduk tegak, berjalan tegak, dll) selama dua
minggu
dan
menguji
Hal ini juga diperkuat oleh hasil
pengaruh
penelitian Yusainy (2013). Penelitian yang
pelatihan ini pada kekuatan pengendalian
dilakukan oleh Yusainy (2013) untuk
diri dalam sebuah tugas. Hasilnya terbukti
mengetahui pengaruh mindfulness dan
bahwa ketika individu ditekan untuk
latihan kontrol diri terhadap penurunan
3
perilaku agresif. Penelitian dilakukan pada
control training mempengaruhi kecemasan
subjek mahasiswa Universitas Nottingham,
sosial pada remaja.
di Inggris. Latihan kontrol diri atau treatment ini diberikan selama dua minggu
METODE
melalui improving posture. Hasil penelitian
Partisipan dan Desain Penelitian
menunjukkan bahwa terdapat penurunan
Partisipan penelitian ini berjumlah 48
perilaku agresif setelah subjek menjalani
siswa remaja SMAN (Sekolah Menengah
mindfulness dan latihan kontrol diri. Oleh
Atas Negeri) 7 Malang yang terdiri dari 30
sebab itu, penelitian ini akan menguji
siswa remaja perempuan dan 18 siswa
kembali peran self control training melalui
remaja laki-laki. 48 subjek penelitian
improving posture terhadap kecemasan
merupakan siswa SMAN 7 Malang kelas X
sosial pada remaja.
(sepuluh) yang berusia sekitar 14-16 tahun
Pada penelitian ini, self control training
dan
yang
belum
pernah
mengikuti
dilakukan dengan menggunakan perbaikan
eksperimen psikologi sebelumnya terutama
postur (improving posture) selama dua
tentang pelatihan kontrol diri. Sampel pada
minggu lamanya (Muraven, 2010). Peneliti
penelitian ini diambil dengan cara dipilih
memantau hasil pelatihan kontrol diri
oleh peneliti dan beberapa wali kelas di
melalui Diary Improving Posture (Yusainy,
SMAN 7 Malang yang membantu proses
2013) yang diberikan peneliti saat subjek
rekruitmen partisipan. 48 sampel yang
sudah melalui pretest (menggunakan skala
diambil dari dua kelas X (sepuluh) yakni X-
kecemasan
sosial:
(Brown,
IS-3 (Kelas Sepuluh-Ilmu Sosial-Tiga) dan
Turovsky,
Heimberg,
Brown,
X-IS-4 (Sepuluh-Ilmu Sosial-Empat) yang
SIAS) Juster,
Barlow, 1997) dan subjek diingatkan untuk
juga
mengisi diary yang dibawanya setiap sore
penelitian
hari melalui pesan singkat (Yusainy, 2013).
menggunakan kuasi eksperimen dengan
Setelah melalui proses pelatihan kontrol
desain One-Group Pretest-Posttest Design
diri selama dua minggu, subjek melalui
(tanpa
proses
pembanding).
posttest
(menggunakan
kecemasan
sosial:
Turovsky,
Heimberg,
SIAS) Juster,
skala
akan
menjadi ini.
partisipan
Metode
menggunakan
dalam
penelitian
kelompok
(Brown, Brown,
Barlow, 1997) dan mengumpulkan diary yang sudah diisi selama dua minggu. Hipotesis yang diajukan yaitu bahwa self
Teknik Pengumpulan Data a. Skala Kecemasan Sosial/SIAS (Social Interaction Anxiety Scale) SIAS (Social Interaction Anxiety Scale)
dari
Brown,
Turovsky,
4
Heimberg,
Juster,
Brown,
Barlow
b. Self control training (Diary Reminder)
(1997). Skala SIAS dalam penelitian ini
Yusainy (2013) dalam penerapan
digunakan untuk mengukur variabel
pelatihan kontrol diri ini peneliti
terikat (kecemasan sosial) kemudian
meminta
diberi treatment (pelatihan kontrol diri),
seberapa
tahap akhir diukur kembali variabel
mempertahankan postur yang baik
terikatnya (kecemasan sosial) dengan
sesuai dengan instruksi yang diberikan
menggunakan skala yang sama. Skala
(duduk tegak, berjalan tegak, dll) setiap
kecemasan sosial merupakan skala
saat selama dua minggu, dan diukur
yang
mengukur
menggunakan 6 titik pada skala Likert
seberapa tinggi tingkat kecemasan
(1 = hampir tidak pernah dan 6 = hampir
sosial subjek pada kalangan remaja.
selalu). Tata cara pelaksanaan pelatihan
Skala kecemasan sosial yang sudah
adalah subjek diminta untuk memantau
pernah digunakan dalam penelitian
dan memperbaiki postur mereka sendiri
Rahmawati (2014) ini terdiri dari 20
(duduk tegak, berjalan tegak, dll).
butir dengan 5 alternatif respon 1
Fungsi dari diary reminder ini adalah
sampai 5 yaitu (1 = sangat tidak sesuai;
untuk memantau seberapa sering subjek
5 = sangat sesuai). Semakin tinggi rata-
melakukan perbaikan postur tubuh
rata skor total maka semakin tinggi juga
selama dua minggu (manipulation
tingkat kecemasan sosialnya. Salah satu
check).
contoh dari item SIAS adalah “Saya
ketika subjek sudah melalui proses
merasa tegang jika saya hanya sendiri
pretest.
bertujuan
untuk
peserta
untuk
sering
menilai mereka
Diary reminder
dibagikan
dengan orang lain”. Berdasarkan uji realibilitas dengan analisis Cronbach’s
Prosedur
Alpha didapatkan nilai reliabilitas pada
Pertama, peneliti memberikan informed
skala kecemasan sosial (SIAS) adalah
consent terlebih dahulu kepada partisipan
0,90, dimana reliabilitas yang tinggi
untuk menyetujui mengikuti rangkaian
ditunjukkan dengan nilai koefisien
eksperimen.
Setelah
alpha mendekati 1 (Rahmawati, 2014).
memberikan
instruksi
Dari sini bisa dilihat bahwa alat ukur
pelaksanaan
yang digunakan memiliki reliabilitas
peneliti memberikan pre-test kepada subjek
yang baik.
dengan menggunakan skala kecemasan
itu,
peneliti
penelitian
eksperimen.
pada
Kemudian
sosial dan peserta diharapkan mengisi data
5
demografis (nama, umur, jenis kelamin) terlebih dahulu.
Setelah proses treatment selama dua minggu selesai, selanjutnya adalah tahap
Setelah proses pretest selesai, peneliti
post-test dengan menggunakan alat ukur
membagikan diary improving posture
dan instruksi yang sama dengan pre-test.
(sebagai manipulation check). Penerapan
Prosesnya pun sama dengan pemberian
treatment yang dilakukan oleh peneliti
pre-test
terdahulu, menggunakan diary dengan cara
instruksi pengisian skala oleh peneliti.
mengingatkan subjek untuk mengontrol diri
Berdasarkan tahap post-test ini diharapkan
melalui peningkatan postur tubuh yang baik
bisa melihat perubahan keadaan cemas
dan benar. Peneliti bertugas mengingatkan
secara sosial pada partisipan.
subjek
untuk
mengisi
kolom
dengan
diawali
menjelaskan
Diary
Analisis data yang digunakan dalam
Reminder yang sudah peneliti berikan pada
penelitian adalah dependent sample t-test
awal pertemuan. Peneliti bisa mengetahui
untuk melihat adakah pengaruh self control
bahwa subjek melakukan instruksi dengan
training terhadap kecemasan sosial, pada
baik yakni subjek merespon SMS (short
subjek yang sama dan diukur selama dua
message service) yang dikirimkan oleh
kali (pre-test dan post-test) menggunakan
peneliti dan tidak lupa untuk mengisi kolom
skala yang sama yakni skala kecemasan
Diary Reminder.
sosial. Seluruh prosedur lebih singkatnya
Tata cara pelaksanaan pelatihan adalah
akan dijelaskan melalui bagan (lihat:
subjek diminta untuk memantau dan
Gambar 1) dan pelaksanaan treatment juga
memperbaiki postur mereka sendiri (duduk
akan dijelaskan melalui bagan (lihat:
tegak,
Gambar 2) dibawah ini:
berjalan
tegak,
dll).
Mereka
diberitahu bahwa agar pelatihan bisa mendapatkan hasil yang baik, subjek harus mematuhi dan selalu menilai postur diri (menggunakan diary reminder) mereka selama
dua
menjelaskan
minggu. bahwa
Peneliti
apabila
juga
pelatihan
tersebut dilakukan dengan baik, partisipan akan merasa lebih senang dan fisik terasa segar. Peneliti melakukan role play pada partisipan,
agar
tidak
terjadi
salah
pemahaman tentang informasi perbaikan postur yang benar.
6
HASIL
Mulai
Analisis Utama Y1 Pretest menggunakan Skala SIAS
Manipulation Check (Diary Reminder)
Data Tingkat Kecemasan Sosial Subyek
Pada
analisis
utama
ini,
peneliti
menguji hipotesis melalui beberapa cara, yakni:
(X) atau Treatment berupa Self Control Training
1. Statistik koefisien; nilai t 2. Confidence interval (CI)
Y2 Posttest menggunakan Skala SIAS
Data Tingkat Kecemasan Sosial Subyek
3. Effect Size 4. Bayes
Factor
(BF10);
menggunakan software “R”
Analisa data menggunakan Dependent Sample T-Test
Berdasarkan
analisis
utama
menggunakan dependent sample t-test Kesimpulan
diperoleh hasil Rxy sebesar 0,776 dengan p-value=0,032 (p<0.05). Tetapi, dari hasil
Selesai
mean posttest (M=1.92) dibanding mean Gambar 1. Prosedur Penelitian
pretest (M=1.80) terlihat bahwa skor posttest SIAS > pretest SIAS. Skor posttest
Mulai
(menggunakan Skala SIAS) lebih besar dibandingkan
Pembagian kolom Diary Reminder kepada subjek
Selama 2 minggu, peneliti mengingatkan (melalui SMS) subjek untuk mengisi Diary Reminder (sebagai manipulation check)
dengan
skor
pretest
(menggunakan Skala SIAS), jadi pelatihan kontrol diri mengakibatkan subjek semakin Subjek diminta mempertahankan postur sesuai instruksi (duduk tegak, berjalan tegak, dll)
cemas atau bisa disebut dengan hasil signifikan dengan arah kebalikan dari prediksi peneliti. Hal ini menjadi bukti bahwa self control training bisa menjadi
Subjek mengumpulkan kolom hasil Diary Reminder kepada peneliti
prediktor yang signifikan tetapi dengan arah kebalikan terhadap kecemasan sosial. Yang dimaksudkan di sini yaitu angka
Selesai
Gambar 2. Tahapan Pelaksanaan Treatment (Improving Posture Diary)
kecemasan sosial partisipan setelah diberi treatment self control training semakin tinggi. Beberapa proses analisa data yang digunakan untuk mendukung bukti dari hasil penelitian, taraf kepercayaan 95% CI
7
sebesar (-4,65 - -0,22). Selain itu diketahui
hasil uji hipotesis di atas menjelaskan
effect size sebesar 0,776 dan total varian yg
bahwa terdapat bukti (yang lemah) untuk
bisa dijelaskan 0,602 (60,2%) (large size;
mendukung bahwa adanya pengaruh self
pengaruh
yang
control training terhadap kecemasan sosial
diberikan sangat besar). Kategorisasi effect
tetapi dengan arah kebalikan. Maka dari itu,
size (Small = 0.1, Medium = 0.3 dan Large
hasil analisis self control training dengan
0.5). Hasil dari Bayes factor menggunakan
kecemasan sosial menunjukkan angka yang
BF10 didapatkan nilai sebesar (1,447);
signifikan
anecdotal result (terdapat bukti yang
dengan hipotesis awal peneliti (kecemasan
lemah). Maka dari itu, dari beberapa
sosial semakin meningkat). (2) tidak
penjelasan kajian data di atas dapat
terdapat korelasi antara sex subjek dengan
dikatakan bahwa terdapat bukti yang lemah
skor selisih kecemasan sosial, karena dari
untuk mendukung bahwa adanya pengaruh
deskripsi
self control training terhadap kecemasan
menunjukkan bahwa terdapat bukti (yang
sosial tetapi dengan arah kebalikan.
lemah) untuk mendukung bahwa tidak
Peneliti
dalam
juga
penelitian
ini
melakukan
analisis
korelasi antara sex subjek dengan skor
tetapi
hasil
berbanding
uji
korelasi
terbalik
di
atas
terdapat hubungan antara sex subjek dengan skor selisih kecemasan sosial.
selisih kecemasan sosial. Berdasarkan analisis meggunakan independent sample ttest diperoleh t sebesar 0,735 dengan pvalue
=
0,47
(p>0.05),
dan
Analisis Awal Variabel Kecemasan Sosial peneliti
taraf
menggunakan skala SIAS. Skala SIAS
kepercayaan 95% CI (-2,918-6,273). Hasil
memiliki 20 butir yang diantaranya ada 17
dari Bayes factor menggunakan BF10
butir favorable dan sisanya adalah butir
didapatkan nilai sebesar (2,726); anecdotal
unfavourable. Berdasarkan uji realibilitas
result (terdapat bukti yang lemah). Maka
dengan
dari itu terdapat bukti yang lemah untuk
didapatkan nilai reliabilitas pada skala
mendukung bahwa tidak terdapat hubungan
kecemasan sosial (SIAS) penelitian ini
antara sex subjek dengan skor selisih
adalah 0,856 (pretest) dan 0,837 (posttest),
kecemasan sosial.
dimana reliabilitas yang tinggi ditunjukkan
analisis
Cronbach’s
Alpha
Berdasarkan hasil uji hipotesis dan uji
dengan nilai koefisien alpha mendekati 1.
korelasi di atas, secara keseluruhan dapat
Dari sini bisa dibuktikan bahwa alat ukur
disimpulkan bahwa (1) self control training
yang digunakan memiliki reliabilitas yang
mengakibatkan kecemasan sosial partisipan
baik.
semakin meningkat. Karena dari deskripsi
8
Analisis Tambahan
Uji Korelasi Sex dengan Skor Selisih
Setelah menganalisis korelasi antara sex
Kecemasan Sosial
subjek dengan skor selisih kecemasan sosial, peneliti juga menyusun grafik antara skor total pretest dengan skor total posttest
berdasarkan
perbedaan
jenis
kelamin subjek (lihat: Gambar 3). Pada jenis kelamin perempuan hasil total pretest (M=36.3; sd=13.83), dan hasil total posttest
(M=39.3;
sd=10.27).
Jenis
kelamin laki-laki didapati hasil total pretest (M=35.8; sd=8.38), dan hasil total posttest (M=37.2; sd=10.62). Setelah membandingkan
hasil
masing-masing,
peneliti mendapati bahwa hasil posttest jenis kelamin perempuan dan laki-laki
Gambar 3. Skor Total Pretest dan Posttest Kecemasan Sosial Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin
menunjukkan kenaikan angka yang lebih besar dibanding dengan hasil pretest. Dari beberapa
teori
yang
akan
dibahas
DISKUSI Analisis utama menunjukkan bahwa
menjelaskan lebih lanjut bahwa jenis
terdapat
kelamin
cenderung
mendukung bahwa adanya pengaruh self
mampu mengontrol diri dibanding jenis
control training terhadap kecemasan sosial
kelamin perempuan.
tetapi dengan arah kebalikan. Sehingga
laki-laki
memang
Terdapat kemungkinan bahwa pria dan
bukti
(yang
lemah)
dapat dibuktikan bahwa self
untuk
control
wanita berbeda dalam pengaturan diri dan
training bisa menjadi prediktor yang
kemampuan mereka untuk menghambat
signifikan dengan arah kebalikan terhadap
respons (Bjorklund dan Kipp dalam
kecemasan sosial (angka kecemasan sosial
Kamkar,
partisipan setelah diberi treatment self
(2008)
Morton, menyatakan
2014).
MacDonald
bahwa
laki-laki
control training semakin tinggi).
mungkin lebih unggul pada langkah-
Penelitian yang dilakukan oleh van
langkah pendekatan perilaku (mencari
Dillen dan Koole dalam Baumeister dan
sensasi, impulsif dan agresi/emosi) dan
Vohs (2011) menyatakan bahwa ketika
cenderung mampu mengontrolnya.
individu dihadapkan pada suatu tugas, atau norma yang diharapkan dapat mengubah
9
sikap emosionalnya. Tugas yang sedang berlangsung
ini
dipertahankan
kemungkinan
akan
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan
oleh
Boiten,
Frijda,
dan
oleh
individu
ketika
Wientjes; Esch, Fricchione, dan Stefano;
memiliki
potensi
untuk
Philippot et al.,; Rausch, Gramling, dan
mengubah sikap emosionalnya sedangkan
Auerbach (dalam Baumeister dan Vohs,
yang dianggap tidak relevan dengan
2011) bahwa orang yang berorientasi
emosional individu, mungkin tugas itu akan
meregulasi emosinya akan berusaha untuk
diabaikan/diacuhkan. Karena norma atau
menjembatani antara pikiran dan tubuh.
tugas dapat mendukung mendorong atau
Memang,
malah menghambat berbagai jenis kondisi
terintegrasi
emosional individu. Kesimpulan dari teori
menyangkut emosi seperti meditasi atau
di atas adalah partisipan pada penelitian ini
kesadaran latihan. Sehingga aktivitas fisik,
diberi
seperti
dianggap
tugas
partisipan juga
yang
dikontrol,
tetapi
kegiatan dalam
pernapasan
tubuh
biasanya
kegiatan
yang
diatur
yang
atau
memiliki kendali penuh
relaksasi otot progresif, memiliki pengaruh
dalam memutuskan untuk mempertahankan
yang berbeda pada proses regulasi emosi
postur tubuh (treatment) atau tidak.
dan tidak dapat dikurangi menjadi suatu
Penelitian Schmeichel
lain
yang
Berdasarkan hasil penelitian di atas,
menyatakan pula saat individu memerlukan
dapat dipahami bahwa regulasi emosi
kontrol
tugas
(cemas secara sosial) melalui kontrol diri
peringatan pengendalian diri (misal self
(tugas fisik) dapat mendukung munculnya
control training) dan saat bersamaan itu
dua
juga individu (dalam keadaan sadar)
mendorong
mengatur
yang
semakin menghambat kondisi emosional
mengancam diri individu akan semakin
individu. Pada penelitian ini, ditemukan
timbul. Misalnya konflik diri muncul, maka
bahwa bahwa self control training semakin
emosi negatif (misalnya kecemasan) juga
mendorong munculnya kecemasan sosial
akan semakin terlihat. Hal ini sesuai dengan
pada subjek menjadikan subjek semakin
hasil penelitian dimana ketika partisipan
cemas ketika diberi tugas fisik seperti
memerlukan
untuk
improving posture dalam self control
mengendalikan perilaku, emosi negatif
training. Penelitian lebih lanjut dapat
(kecemasan) bisa semakin terlihat atau
membantu menjelaskan temuan ini.
diri
Inzlicht
atensi (Baumeister dan Vohs, 2011).
(2012)
muncul.
dan
dilakukan
dalam
emosi,
melakukan
beberapa
kontrol
hal
diri
hal.
Yakni kondisi
dapat
mendukung,
emosional
atau
Penelitian ini juga menemukan adanya perbedaan kemampuan pengendalian diri
10
berdasarkan jenis kelamin, dimana dari
training terhadap perilaku agresif. Hanya
hasil
subjek
saja penelitian ini dilakukan di dalam
perempuan ditemui skor yang meningkat
budaya yang berbeda (Budaya Timur)
dibanding skor kecemasan sosial subjek
dengan penelitian sebelumnya (Budaya
laki-laki. Hal ini menjelaskan bahwa subjek
Barat). Selain itu, bentuk treatment pada
laki-laki lebih mampu mengontrol diri
pelatihan kontrol diri yang peneliti gunakan
dibanding subjek perempuan.
tidak memerlukan biaya yang begitu besar
skor
kecemasan
sosial
Sesuai dengan penelitian Pine, Fletcher;
dan juga waktu yang begitu banyak apabila
Carroll et al.,; Khaighobadi, Stevens; dan
dibanding dengan penelitian terdahulu.
Smith et al., sebutkan bahwa belum tentu
Penelitian yang dilakukan Herbert (2009)
perempuan
menggunakan
selalu
lebih
mampu
terapi
CBT
(Cognitive
mengendalikan diri dibandingkan laki-laki
Behavioral Therapy) dalam menangani
(Kamkar dan Morton, 2014). Hal ini
kecemasan sosial, yang bisa digunakan
didukung oleh Bjorklund dan Kipp (dalam
untuk anak-anak maupun dewasa. Namun
Kamkar
penerapan intervensi menghabiskan waktu
dan
Morton,
2014)
yang
menemukan fakta bahwa selama fase subur
berminggu-minggu
untuk
mengatasi
dari siklus menstruasi pada perempuan
kecemasan sosial individu, dan juga
akan mempengaruhi sikap pengendalian
memerlukan biaya untuk terapis.
diri dan mereka juga akan cenderung kurang impulsif dalam hal kemampuan mengontrol dirinya.
KESIMPULAN Hasil penelitian secara keseluruhan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
adalah
terdapat
bukti
yang
lemah
maka dapat disimpulkan bahwa angka
(anecdotal result) untuk menerima adanya
kecemasan sosial pada remaja perempuan
pengaruh self control training terhadap
rata-rata meningkat dibanding pada remaja
kecemasan sosial tetapi dengan arah
laki-laki. Sehingga hal ini mendukung hasil
kebalikan. Maka dari itu dapat dibuktikan
penelitian ini, bahwa remaja perempuan
bahwa self control training bisa menjadi
ketika mengalami siklus menstruasi bisa
prediktor yang signifikan dengan arah
berdampak
kebalikan terhadap kecemasan sosial.
pada
sikap
pengendalian
dirinya. Penelitian ini memiliki tujuan yang
Keterbatasan penelitian ini terletak pada empat hal. Pertama, pemberian
sama dengan salah satu penelitian ynag
treatment
self
dilakukan oleh Yusainy (2013) yakni
penelitian
terdahulu
melihat adakah pengaruh self control
mahasiswa,
dan
control
training
pada
digunakan
pada
pada
penelitian
ini
11
partisipannya adalah siswa SMA. Waktu
treatment
pemberian treatment pada siswa SMA
budayanya.
disamakan
dengan
disesuaikan
dengan
pemberian
Di samping keterbatasan yang ada,
treatment pada mahasiswa yakni 2 minggu.
penelitian ini telah menemukan hal baru
Seharusnya, pemberian treatment harus
mengenai pengaruh self control training
diuji coba terlebih dahulu. Sehingga saran
terhadap kecemasan sosial, yang dalam
untuk
hasil penelitian ditemukan bahwa semakin
penelitian
memberikan
waktu
dan
selanjutnya
treatment
sebelum
lebih
baik
melakukan uji coba terlebih dahulu. Waktu
subjek diawasi dalam hal kontrol diri, akan semakin menimbulkan rasa cemas.
uji coba treatment selama 1 minggu (<2 minggu) atau 1 bulan (>2 minggu).
DAFTAR PUSTAKA
Kedua, yakni tidak adanya kelompok kontrol.
Penelitian
dapat
Vohs, K. D. (2007). Self -regulation
membandingkan antara kelompok yang
and the executive function: The self
diberi treatment (Kelompok Eksperimen)
as
dengan
Psychology: Handbook of Basic
yang
tidak
ini
tidak
Baumeister, R. F., Schmeichel, B. J., &
diberi
treatment
(Kelompok Kontrol).
controlling
agent.
Social
Principles, 2nd edition. New York:
Ketiga, terletak pada jumlah subjek
Guilford.
yang antara laki-laki dan perempuan tidak
Baumeister, R, Vohs, K. (2011). Handbook
seimbang. Maka dari itu, peneliti tidak
of self-regulation : research, theory,
dapat membandingkan secara seimbang
and applications. Handbook of Self-
bagaimana hasil skor skala kecemasan
Regulation. New York: Guilford.
sosial maupun skor kepatuhan Improving
Baumeister, R, Vohs, K & Tice, D. (2007).
Posture.
Keempat,
merupakan
penelitian
penelitian
menghubungan
baru
pelatihan
kontrol
ini
The Strength Model of Self-Control.
yang
Psychological Science. Vol. 16 No.
diri
06. Florida State University and
dengan kecemasan sosial dan didukung dengan literatur dari jurnal penelitian pada
University of Minnesota. Brown,
Elissa.
J.,
Turovsky,
budaya barat. Sehingga peneliti juga
Heimberg,
banyak
yang
Harlan. R., Brown, Timothy. A., &
diambil pada budaya barat dan dilakukan
Barlow, David. H. (1997). Validation
dalam penelitian ini. Pada penelitian
of the Social Interaction Anxiety
selanjutnya
diharapkan
Scale and the Social Phobia Scale
memperhatikan
tata
menerapkan
cara/sistem
cara
untuk pemberian
Across
the
Richard.
Anxiety
G.,
Julia., Juster,
Disorders.
12
Psychological Assesment. American
Psychology.
Psychological Association.
Psychology, University at Albany,
Ferincz, Hortovanyi, Szabó, & Taródy.
Department
of
Albany.
(2010). Changes in the way of work:
Muraven, M, Baumeister, R dan Tice, D.
Generation “Z” at the labour market.
(1999). Longitudinal Improvement of
Corvinus University of Budapest.
Self-Regulation Through Practice:
Herbert, J, Gaudiano, B, Rheingold, A,
Building
Self-Control
Strength
Moitra, E, Myers, V, Dalrymple, K &
Through Repeated Exercise. Journal
Brandsma,
Cognitive
of Social Psychology. Departement of
Behavior Therapy For Generalized
Psychology, Case Western Reserve
Social
University.
L.
(2009).
Anxiety
Adolescents:
Disorder
A
in
Randomized
Nainggolan, T. (2011). Hubungan Antara
Controlled Trial. Journal of Anxiety
Kepercayaan
Disorder.
Kecemasan Sosial Pada Pengguna
Kamkar, N, Morton, J. (2014). Sex
Diri
Dengan
Napza. Sosiokonsepsia, Vol. 16 No.
differences in self-regulation: an
02.
evolutionary
perspective.
Pengembangan Kesejahteraan Sosial,
Cognitive
Development
Neuroimaging Department
Article. and
Laboratory,
of Psychology, The
University
of
Western
Ontario,
London, ON, Canada
Pusat
explicit processing and the regulation of human evolved predispositions.
Kementerian Sosial RI. Rachdianti, Y. (2011). Hubungan Antara Self
Control
Non
Regular
Antara
Munir, S. (2011). Penerapan Manajemen Perusahaan
di
Indonesia.
Universitas
Islam
Rahmawati, S. (2014). Selfie: Peranan Jenis
University, Long Beach.
Terhadap
Kecemasan
Perilaku
Agresif
Hubungan Sosial
Pelaku
dan Selfie.
Skripsi. Jurnal Psikologi. Malang: Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Muraven, M. (2010). Building Self-Control
Leads to
Intensitas
Negeri Syarif Hidayatullah.
Komentar
Strength:
Dengan
Penggunaan Internet Remaja Akhir.
Psychology Review. California State
di
dan
Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi
MacDonald, K. B. (2008). Effortful control,
Pengetahuan
Penelitian
Practicing
Self-Control
Improved Self-Control
Performance. Journal Exp Social
Universitas Brawaijaya. Ramaiah,
S.
Bagaimana
(2003). Cara
Kecemasan; Mengatasinya.
Jakarta: Pustaka Populer Obor.
13
Schmeichel, B & Inzlicht M. (2012). Incidental and Integral Effects of Emotions on Self-Control. New York: Guilford Press. Wibowo,
S.
(2011).
Keberhargaan,
Keterlibatan,
dan
Kompetensi
Sosial sebagai Prediktor Kompetisi pada Remaja. Jurnal Psikologi Vol. 38, No. 1. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Yuliani, Risa. (2013). Emosi Negatif Siswa Kelas XI SMAN 1 Sungai Limau. Jurnal Ilmiah Konseling, Vol. 02, No. 1. Padang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri. Yusainy, Cleoputri. A. (2013). Overcoming Aggression: Musing on Mindfulness and
Self-Control.
Dissertation.
Nottingham: School of Psychology. University of Nottingham. Yuwono & Septarini. (2005). Pengaruh Budaya
Kolektivisme
Terhadap
Kompetensi Inti Pada Kelompok Lini Manajerial
PT
Semen
Gresik
(PERSERO) TBK. Jurnal. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.