PENGARUH RELIGIUSITAS DAN MORAL DISENGAGEMENT TERHADAP AGRESIVITAS MASYARAKAT DESA KAMPUNG MELAYU TIMUR KECAMATAN TELUKNAGA, TANGERANG Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Pesyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh: SONIA PEBRIANI NR NIM: 1110070000015
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H
PENGARUH RELIGIUSITAS DAN MORAL DISENGAGEMENT TERHADAP AGRESIVITAS MASYARAKAT DESA KAMPUNG MELAYU TIMUR KECAMATAN TELUKNAGA, TANGERANG Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Pesyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh: SONIA PEBRIANI NR NIM: 1110070000015
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H
i
LEMBAR PERSEMBAHAN DAN MOTTO
Untuk kedua orang tuaku Yang dalam setiap hela nafasnya adalah doa untuk sang anak Untaian kata dalam skripsi ini adalah baktiku Mohonku hanya doa dan restu kalian Untuk lembaran baru kehidupanku kelak
Tak perlu menjelaskan tentang dirimu pada siapapun. Karena yang menyukaimu tidak membutuhkannya. Dan yang membencimu tidak akan mempercayainya. (Ali bin Abi Thalib)
≈ Seperti bintang di langit yang kelam, aku akan berlalu seiring berjalan waktu ≈
v
ABSTRAK A) B) C) D)
Fakultas Psikologi Januari 2015 Sonia Pebriani NR Pengaruh Religiusitas dan Moral Disengagement terhadap Agresivitas Masyarakat Desa Kampung Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, Tangerang E) xvii + 115 Halaman + Lampiran F) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh religiusitas, moral disengagement dan demografi (jenis kelamin) terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang. Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi berganda ini mengambil masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang sebagai populasinya. Dari populasi tersebut peneliti menggunakan teknik accidental sampling untuk pemilihan sampel sebanyak 190 orang yang berusia 20-50 tahun. Instrumen pengumpulan data dengan menggunakan skala agresivitas, religiusitas dan moral disengagement. Analisis data penelitian menggunakan software SPSS, sedangkan untuk pengujian validitas konstruk menggunakan Lisrel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan religiusitas, moral disengagement dan jenis kelamin terhadap agresivitas masyarakat. Hasil uji hipotesis minor yang menguji pengaruh dari independent variable hanya satu dimensi dari variabel religiusitas yang berpengaruh terhadap agresivitas masyarakat, yaitu unvengefulness. Selanjutnya dari variabel moral disengagement hanya dimensi blaming/dehumanizing the victim yang berpengaruh terhadap agresivitas masyarakat. Adapun variabel demografi (jenis kelamin) tidak berpengaruh terhadap agresivitas masyarakat. Hasil penelitian ini juga menunjukkan proporsi varians dari agresivitas yang dijelaskan oleh seluruh independent variabel adalah sebesar 36.6%, sedangkan 63.4% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankan agar menggunakan variabel lain seperti emosi, kontrol diri, tipe kepribadian, konformitas, budaya atau independent variable lain yang mungkin berpengaruh terhadap agresivitas. G) Bahan bacaan: 11 Jurnal + 8 Buku + 8 Artikel + 1 Desertasi + 5 Skripsi
vi
ABSTRACT
A) B) C) D)
Faculty of Psychology December 2014 Sonia Pebriani NR The Effect of Religiosity and Moral Disengagement of the village of Kampung Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, Tangerang Community to Aggressiveness E) xvii + 115 pages + appendix F) This study aimed to examine the effect of religiosity, moral disengagement, and demographics (gender) to the villagers of Kampung Melayu Timur aggressiveness subdistrict Teluknaga. The study, using a quantitative approach with multiple regression analysis is taking the villagers of Kampung Melayu Timur subdistrict Teluknaga as population. Of the population of researcher using accidental sampling technique for the selection of a sample of 190 people aged 20-50 years. The data collection instrument using a scale of aggressiveness, religiosity and moral disengagement. The research data analysis using SPSS software, while for the construct validity testing using Lisrel. The results showed that there was a significant effect of religiosity, moral disengagement, and gender of the aggressiveness of the community. The result of the hypothesis test that examines the effect of minor independent variable is only one dimension of religiosity variables that affect the aggressiveness of society, namely unvengefulness. Furthermore, the moral disengagement of variable dimensions just blaming/dehumanizing the victim that affect the aggressiveness of society. The demographic variables (sex) do not affect the aggressiveness of society. The results of this study also shows the proportion of variance explained by the aggressiveness of the entire independent variable is equal to 36.6%, while 63.4% influenced by other variables outside of this research. For further research, the authors suggest that the use of other variables such as emotion, self control, personality type, conformity, cultural or any other independent variables that may affect the aggressiveness. G) Reading material: 11 journals + 8 books + 8 articles + 1 dissertation + 5 Thesis
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan izin-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh Religiusitas dan Moral Disengagement terhadap Agresivitas Masyarakat Desa Kampung Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, Tangerang”. Tak lupa shalawat serta salam peneliti selalu curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, berikut para keluarga dan sahabat. Penelitian skripsi ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan jajarannya serta seluruh civitas akademik Fakultas Psikologi. Terima kasih atas segala bantuan, bimbingan, dan arahannya selama ini. 2. Ibu Solicha, M.Si selaku dosen pembimbing I dan ibu Ima Sri Rahmani, M.A., Psi selaku dosen pembimbing II. Terima kasih atas waktu, tenaga, pikiran, dan ilmu yang diberikan kepada peneliti. Semoga Allah membalas budi baik ibu berlipat ganda.
viii
3. Pimpinan dan seluruh staff desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang yang telah memberikan kemudahan dan menyediakan waktu untuk penulis dalam melakukan penelitian. Seluruh masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang atas bantuan dan kerjasamanya dalam memperoleh data-data selama penulis melakukan penelitian. 4. Mamah dan Aa yang tak pernah hentinya mendoakan anakmu ini, maaf selalu membuat kalian cemas. Terima kasih untuk segala asa kalian yang tak akan pernah ternilai oleh apapun. Mengingat kalian adalah kekuatan terbesar dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Kakak-kakakku, Ujang, Nde, Asep, Ai yang selalu bersedia untuk direpotkan. Terima kasih telah melindungi dan menjadi saudara terbaik untuk adikmu ini. Keluarga besar Emak dan Bapak. Kalian adalah keluarga terbaik yang peneliti miliki. 6. Ahmad Fauzi yang tidak pernah bosan mengajarkan peneliti untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Terima kasih atas kesabaran dan kesetiannya. Keluarga besar Pondok Pesantren Dzunnuraini. Terima kasih selalu memberikan bantuan, nasehat dan doa untuk peneliti. Dukungan kalian adalah salah satu motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Ibu Neneng Tati Sumiati, M.Si, Psi selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih atas semangat dan nasehat ibu di dalam ataupun luar perkuliahan.
ix
8. Yashika Angesti, sahabat baik yang telah bersama-sama berjuang dari awal sampai akhir meski dalam berbagai keadaan. Terima kasih selalu memberikan bantuan, dukungan, dan perhatian. Semoga kebersamaan ini akan menjadi cerita indah yang selalu dikenang. 9. Fauzia, Nurul, Putri, sahabat yang sudah seperti saudara dan setia menemani sejak kecil. Yuni dan Ajri, terima kasih telah menemani masa putih abu-abu. Kalian sahabat terbaik yang selalu mendukung dan memberi semangat. Semoga selamanya kita menjadi sahabat. 10. Teman-teman kelas A angkatan 2010, terima kasih atas berbagai pengalaman berharga yang telah diberikan saat masa-masa kuliah. Terkhusus untuk teman seperjuangan Dewi Mayangsari, Intan Suryani, Rahmatul Aufa, Khirza Nurmala dan Ferdiansah Daulay. Semoga ilmu yang kita dapat bermanfaat. 11. Ita Siti Nurhalimah dan Isna Ernawati yang selalu ceria dan ramai setiap harinya. Terima kasih atas bantuan moril dan materilnya. 12. Teman-teman kosan, Nina Nurmilah, Epin Kurniasih, Ifa, Iin, Ai Nur Fatwa. Terima kasih untuk bantuan, dukungan, doa dan sarannya, semoga silaturahmi di antar kita tetap terjaga sampai nanti. 13. Pak deden yang selalu menyapa dan memberikan senyuman manis. Terima kasih telah menemani peneliti saat di perpustakaan. Semoga Allah selalu membalas kebaikan bapak.
x
14. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuan yang diberikan. Akhirul kalam, tiada gading yang tak retak. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan sebagai bahan penyempurnaan penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi pada penelitian selanjutnya.
Jakarta, 22 Desember 2014
Peneliti
xi
DAFTAR ISI Halaman Judul……………………………………………………………. Lembar Persetujuan……………………………………………………… Lembar Orisinalitas………………………………………………………. Lembar Pengesahan……………………………………………………… Lembar Persembahan dan Motto……………………………………….. Abstrak……………………………………………………………………. Kata Pengantar…………………………………………………………… Daftar Isi…………………………………………………………………... Daftar Tabel………………………………………………………………. Daftar Gambar……………………………………………………………. Daftar Lampiran…………………………………………………………..
i ii iii iv v vi viii xii xv xvi xvii
BAB 1
PENDAHULUAN…………………………………………….. 1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………... 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………... 1.2.1 Pembatasan masalah……………………………….. 1.2.2 Perumusan masalah………………………………... 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………… 1.3.1 Tujuan penelitian…………………………………... 1.3.2 Manfaat penelitian…………………………………. 1.4 Sistematika Penulisan……………………………………...
1-13 1 9 9 10 11 11 11 12
BAB 2
LANDASAN TEORI………………………………………….. 2.1 Agresivitas…………………………………………………. 2.1.1 Definisi agresivitas………………………………… 2.1.2 Bentuk-bentuk agresivitas…………………………. 2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas…….. 2.1.4 Pengukuran agresivitas…………………………….. 2.2 Religiusitas………………………………………………... 2.2.1 Definisi religiusitas………………………………... 2.2.2 Dimensi-dimensi religiusitas……………………… 2.2.3 Pengukuran religiusitas……………………………. 2.3 Moral Disengagement.......................................................... 2.3.1 Definisi moral disengagement…………………….. 2.3.2 Mekanisme moral disengagement…………………
14-41 14 14 15 17 19 21 21 22 24 26 26 27
xii
2.3.3 Pengukuran moral disengagement………………… 31 2.4 Kerangka Berpikir…………………………………………. 33 2.5 Hipotesis Penelitian………………………………………... 38 BAB 3
METODE PENELITIAN……………………………………... 3.1 Populasi dan Sampel………………………………………. 3.2 Variabel Penelitian………………………………………… 3.2.1 Identifikasi variabel penelitian……………………. 3.2.2 Definisi operasional variabel……………………… 3.3 Instrumen Pengumpulan Data…………………………….. 3.4 Uji Validitas Konstruk…………………………………….. 3.4.1 Uji validitas konstruk agresivitas………………….. 3.4.1.1 Agresivitas fisik…………………………… 3.4.1.2 Agresivitas verbal…………………………. 3.4.1.3 Agresivitas anger…………………………. 3.4.1.4 Agresivitas hostility……………………….. 3.4.2 Uji validitaas konstruk religiusitas………………... 3.4.2.1 General religiosity………………………… 3.4.2.2 Social religiosity………………………….. 3.4.2.3 Forgiveness………………………………... 3.4.2.4 God as judge………………………………. 3.4.2.5 Thankfulness………………………………. 3.4.2.6 Unvengefulness……………………………. 3.4.2.7 Involve god………………………………... 3.4.3 Uji validitas konstruk moral disengagement............ 3.4.3.1 Cognitive restructuring……………………………. 3.4.3.2 Minimizing agency………………………………... 3.4.3.3 Distortion of negative consequences……………… 3.4.3.4 Blaming/dehumanizing the victim………………… 3.5 Prosedur Pengumpulan Data……………………………… 3.6 Metode Analisis Data……………………………………...
42-84 42 43 43 43 45 49 51 51 53 54 56 58 58 61 63 64 66 68 70 72 72 74 76 77 79 81
BAB 4
HASIL PENELITIAN………………………………………… 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Derdasarkan Data Demografi.. 4.2 Hasil Analisis Deskriptif…………………………………... 4.3 Kategorisasi Skor Variabel………………………………... 4.4 Uji Hipotesis………………………………………………..
85-100 85 86 88 90
xiii
4.4.1 Hipotesis mayor……………………………………. 91 4.4.2 Hipotesis minor…………………………………….. 92 4.5 Proporsi Varians Masing-masing IV………………………. 96 BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN…………………… 5.1 Kesimpulan………………………………………………... 5.2 Diskusi……………………………………………………... 5.3 Saran……………………………………………………….. 5.3.1 Saran metodologis………………………………….. 5.3.2 Saran praktis………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiv
101-110 101 102 108 108 109
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tabel 3.12 Tabel 3.13 Tabel 3.14 Tabel 3.15 Tabel 3.16 Tabel 3.17 Tabel 3.18 Tabel 3.19 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9
Skor untuk pernyataan positif dan negatif skala likert……….. Blue print skala agresivitas…………………………………… Blue print skala religiusitas…………………………………… Blue print skala moral disengagement………………………... Muatan faktor dimensi agresivitas fisik………………………. Muatan faktor dimensi agresivitas verbal…………………….. Muatan faktor dimensi agresivitas anger……………………... Muatan faktor dimensi agresivitas hostility…………………... Muatan faktor dimensi general religiosity……………………. Muatan faktor dimensi social religiosity……………………... Muatan faktor dimensi forgiveness…………………………… Muatan faktor dimensi god as judge………………………….. Muatan faktor dimensi thankfulness………………………….. Muatan faktor dimensi unvengefulness……………………….. Muatan faktor dimensi involve god…………………………... Muatan faktor dimensi cognitive restructuring………………. Muatan faktor dimensi minimizing agency…………………… Muatan faktor dimensi distortion of negative consequences…. Muatan faktor dimensi blaming/dehumanizing the victim……. Deskripsi subjek penelitian berdasarkan data demografi…….. Analisis deskriptif…………………………………………….. Norma skor variabel…………………………………………... Kategorisasi skor variabel…………………………………….. Tabel model summary………………………………………… Anova pengaruh keselurusan IV terhadap DV………………. Koefisien regresi……………………………………………… Proporsi varians………………………………………………. Sumbangan masing-masing IV……………………………….
xv
45 46 47 48 52 54 56 58 60 62 64 66 68 70 72 74 75 77 79 85 86 88 89 91 92 93 96 99
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 3.7 Gambar 3.8 Gambar 3.9 Gambar 3.10 Gambar 3.11 Gambar 3.12 Gambar 3.13 Gambar 3.14 Gambar 3.15
Skema pengaruh religiusitas, moral disengagement dan demografi terhadap agresivitas…………………………….. Path diagram faktor agresivitas fisik……………………… Path diagram faktor agresivitas verbal……………………. Path diagram faktor agresivitas anger…………………….. Path diagram faktor agresivitas hostility………………….. Path diagram faktor general religiosity…………………… Path diagram faktor social religiosity…………………….. Path diagram faktor forgiveness…………………………... Path diagram faktor god as judge…………………………. Path diagram faktor thankfulness…………………………. Path diagram faktor unvengefulness………………………. Path diagram faktor involve god………………………….. Path diagram faktor cognitive restructuring…………….... Path diagram faktor minimizing agency…………………... Path diagram faktor distortion of negative consequences… Path diagram faktor blaming/dehumanizing the victim……
xvi
37 51 53 55 57 59 61 63 65 66 69 71 73 74 76 78
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A Lampiran B Lampiran C Lampiran D Lampiran E
Surat izin penelitian Surat balasan penelitian Kuesioner penelitian Contoh syntax CFA agresivitas fisik Contoh output CFA agresivitas fisik
xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini diuraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfat penelitian.
1.1
Latar Belakang Masalah
Banyak sekali insiden yang terjadi sebagai manifestasi perilaku agresif, baik secara verbal (kata-kata) maupun non-verbal. Saat ini, ekspose berbagai ragam perwujudan daripada perilaku agresi bisa kita jumpai hampir pada setiap media massa, bahkan dalam kehidupan lingkungan kita. Mencaci maki, mengumpat, perampokan, pembunuhan, kerusuhan dan tindak kekerasan serta segala jenis perilaku kriminal baik yang dilakukan secara individu maupun kelompok merupakan perwujudan dari perilaku agresif ini. Konflik antar warga merupakan salah satu persoalan yang tidak ada habisnya untuk dibahas. Konflik antarwarga ini dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari agresivitas karena perilaku tersebut merupakan perilaku negatif yang merupakan suatu tingkah laku yang tertuju pada keberhasilan menyakiti atau melukai makhluk hidup yang tidak ingin diperlakukan demikian (Baron & Byrne, 2005). Kemarahan dan kekerasan yang terjadi seolah menggantikan sopan-santun dan jiwa gotongroyong masyarakat yang dahulu sering dislogankan di ruang-ruang publik. Kini label
1
2
yang mudah melekat bukan lagi bangsa yang ramah, melainkan bangsa yang mudah marah. Konflik antarwarga itu nyaris sepanjang tahun dan bertebaran hampir di seluruh daerah di Indonesia. Berdasarkan data yang dimiliki Kemendagri, jumlah konflik sosial pada 2010 sebanyak 93 kasus, kemudian menurun pada 2011 menjadi 77 kasus, namun kemudian meningkat pada 2012 menjadi 89 kasus hingga akhir Agustus (Antaranews.com, 25/9/2012). Sekarang sudah menurun angkanya, dari 128 kasus di 2012 menjadi 85 kasus di 2013 (Kompas.com, 6/12/2013). Secara umum ada beberapa sebab yang melatarbelakangi konflik sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang paling banyak di antaranya adalah dipicu oleh ekses pilkada atau pemilihan kepala daerah secara langsung yang kerap kali memunculkan kelompok-kelompok di antara masyarakat yang mendukung pasangan calon kepala dan wakil kepala daerah. Akibatnya, terjadilah persaingan antar kelompok di masyarakat. Hal itu sering mengarah pada persaingan sengit, terkadang menjurus pada perpecahan bahkan tidak jarang mengarah pada penggunaan fisik dan kekerasan yang menyebabkan terjadinya gesekan antar pasangan beserta kelompok pendukungnya, bahkan sampai terjadi bentrok dan tindakan anarkis. Seperti halnya konflik yang terjadi di Kabupaten Tangerang pada pemilihan kepada desa (pilkades) serentak yang digelar di 147 desa, pada 30 Juni 2013 lalu, hingga kini masih menyisakan persoalan. Di Desa Kampung Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, massa pendukung salah satu calon kepala desa meminta pelaksanaan pilkades digelar ulang. Selain itu, ratusan warga Desa Cirarab
3
Kecamatan Legok, menggelar aksi unjuk rasa di kantor Bupati Tangerang, Jumat (19/07/2013). Sempat terjadi keributan antara pengunjuk rasa dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) kabupaten Tangerang, saat pengunjuk rasa mencoba merangsek masuk ke dalam kantor Bupati Tangerang untuk menemui Kabag Pemerintah Desa (TrustKota.com, 9 Juli 2013). Bahkan Petugas Reskrim Polresta Tangerang berhasil mengamankan tujuh orang yang diduga sebagai pelaku pengerusakan kantor Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan, Tangerang, Minggu (30/6) malam lalu. Mereka melakukan pengerusakan karena tidak puas terhadap penghitungan suara hasil pemilihan kepala desa (pilkades) di desa tersebut (Merdeka.com, 2 Juli 2013). Perilaku agresif yang terjadi di kalangan masyarakat akhir-akhir ini menunjukkan adanya peningkatan kualitas. Tindakan agresif yang dilakukan bukan hanya terjadi secara secara kebetulan atau musiman, melainkan sudah menjadi kebiasaan bahkan terencana. Tingkah laku agresif oleh sebagian orang juga dilakukan untuk mengungkapkan emosinya ketika ada sesuatu yang tidak menyenangkan bagi orang tersebut. Sebagaimana yang dimaksud oleh Buss dan Perry (1992) bahwa yang dimaksud agresivitas adalah mengacu pada kecenderungan yang relatif tetap untuk menjadi agresif dalam berbagai situasi yang berbeda. Di mana agresi itu sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang berupa agresi fisik, agresi verbal, kemarahan dan permusuhan.
4
Berdasarkan studi literatur, peneliti menyimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi agresivitas, seperti: tipe kepribadian, religiusitas (Kundarto, 2012), self-esteem, kecerdasan emosi, konformitas (Fajri, 2013), kontrol diri (Hasanah, 2014), terjadinya moral disengagement, tekanan teman sebaya (Hymel, Henderson & Bonanno, 2005) dan lain sebagainya. Hasil penelitian Hymel, et.al., (2005) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif pada remaja diantaranya: moral disengagement (peregangan moral), poor home environments (lingkungan rumah yang buruk), ineffective parenting and school practices (pola asuh dan kebiasaan yang tidak efektif di sekolah), peer pressure or exposure to violent media (tekanan teman sebaya atau keterbukaan media). Hasil penelitian Hardy, Walker, Rackham dan Olsen (2012) menemukan adanya hubungan antara religious commitment dan agresi dan empati dengan moral identity sebagai mediator. Dari beberapa faktor yang sudah disebutkan sebelumnya, peneliti hanya menentukan beberapa faktor yang mempengaruhi agresivitas, yaitu: religiusitas dan moral disengagement yang merupakan faktor internal yang mempengaruhi agresivitas seseorang. Religiusitas merupakan salah satu faktor yang mengacu pada faktor sosio-kultural dalam perilaku agresif. Faktor ini dijadikan sebagai faktor internal bagaimana perilaku agresif tersebut terjadi pada seseorang dan untuk mengukur sejauh mana nilai-nilai agama terinternalisasi dalam dirinya dan bagaimana implikasi hal tersebut terhadap perilaku agresif yang dilakukan secara umum.
5
Penelitian Mufidha (2008) tentang hubungan religiusitas dengan perilaku agresif remaja pada siswa Madrasah Tsanawiyah Persiapan Negeri Batu Malang, menunjukkan hasil perhitungan skor religius dan perilaku agresif sebesar -0,418 dengan taraf signifikansi 5%. Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan yang negatif antara variabel religiusitas (x) dengan perilaku agresif (y), artinya semakin tinggi tingkat religiusitas maka semakin rendah tingkat agresivitas pada siswa remaja MTs Persiapan Negeri Batu, sebaliknya semakin rendah tingkat religiusitas maka semakin tinggi tingkat agresivitas. Penelitian Kundarto (2012) mengenai pengaruh kepribadian dan religiusitas terhadap perilaku agresi ibu kepada anak, hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan religiusitas terhadap perilaku agresif ibu kepada anak. Shaw, Quezada dan Zarate (2011) meneliti tentang bagaimana kekerasan yang diprediksi dari adanya pengaruh religiusitas dan keteguhan moral (moral certainty). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa pada tingkat keteguhan moral yang lebih tinggi, religiusitas memiliki peranan yang lebih besar pada munculnya bentuk kekerasan yang dilakukan. Namun kekurangan pada penelitian ini adalah religiusitas yang diukur hanya pada religious identity. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh religiusitas terhadap agresivitas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang serupa. Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah sampel yang digunakan. Jika penelitian yang dilakukan oleh Mufidha (2008) dengan sampel remaja dan Kundarto
6
(2011) dengan sampel para ibu, maka dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah masyarakat umum yang berusia 20-50 tahun. Selain itu penulis juga mengukur religiusitas yang bersifat multidimensional sehingga diharapkan dapat mengukur religiusitas, baik dari segi ekstrinsik yang berupa ritual/kegiatan keagamaan serta segi intrinsiknya, yang tergabung dalam dimensi religiusitas seperti general religiosity (coping religious); social religiosity forgiveness; Tuhan sebagai penentu/hakim (god as judge); rasa berterima kasih (thankfulness); perasaan tidak dendam (unvengefulness) dan keterlibatan Tuhan dalam aktifitas keseharian (involve god) (Kendler, Liu, Gardner, McCullough, Larson, & Prescott, 2003). Aspek
lain
yang
dapat
mempengaruhi
agresivitas
adalah
moral
disengagement. Menurut Bandura (dalam Hymel et.al, 2005) moral disengagement sebagai suatu proses sosiokognitif di mana rata-rata orang mampu melakukan perbuatan yang mengerikan terhadap orang lain. Mekanisme yang terjadi dalam proses moral disengagement menurut Hymel, et.al., (2005) meliputi: cognitive restructuring (restrukturasi kognitif), minimizing agency (agensi yang diminimalisir), distortion of negative consequences (menghilangkan konsekuensi negatif) dan blaming/dehumanizing the victim (menyalahkan atau merendahkan korban). Hasil dari penelitian Rohmah (2013) yang telah dilakukan pada siswa SMPN 1 Sepatan membuktikan bahwa ada pengaruh yang signifikan pola asuh, self-esteem, moral disengagement dan demografi terhadap kecenderungan bullying. Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa variabel cognitive restructuring memiliki
7
pengaruh yang signifikan terhadap bullying artinya semakin tinggi cognitive restructuring maka semakin tinggi pula kecenderungan bullying. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Hymel, et.al., (2005) yang menunjukkan bahwa anak yang melakukan bullying memiliki moral disengagement yang sangat tinggi. Hal ini didukung juga oleh hasil penelitian Paciello, Fida, Tramontano, Lupinetti, dan Caprara (2008) yang mengemukakan bahwa remaja yang mempertahankan tingkat yang lebih tinggi dari moral disengagement lebih cenderung menunjukkan tindakan agresif dan kekerasan. Namun, sampel dalam penelitian Paciello, et.al., (2008) berusia 14-20 tahun sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah orang dewasa yang berusia 20-50 tahun. Selain itu, agresi baik fisik maupun psikologis dapat terukur melalui faktor demografi yang dapat berupa jenis kelamin. Di satu sisi, laki-laki lebih cenderung untuk melakukan perilaku agresif dan menjadi target dari perilaku tersebut daripada perempuan. Namun di sisi lain, kadar perbedaan ini tampak bervariasi pada berbagai situasi. Pertama, perbedaan gender dalam agresi menjadi lebih besar dengan tidak adanya provokasi daripada ketika ada provokasi. Dengan kata lain, laki-laki secara signifikan lebih cenderung untuk melakukan perilaku agresif terhadap orang lain ketika orang lain tersebut tidak memprovokasi mereka dalam cara apapun daripada perempuan (Betancourt & Miller dalam Baron, 2005). Kedua, temuan penelitian mengindikasikan bahwa laki-laki cenderung terlibat dalam berbagai bentuk perilaku agresif langsung dibandingkan perempuan—tindakan yang ditujukan secara
8
langsung pada target dan secara jelas datang dari agresor (misalnya, kekerasan fisik, mendorong, menampik, melempar sesuatu pada orang lain, berteriak dan mengejek). Namun, perempuan daripada laki-laki lebih cenderung untuk terlibat dalam berbagai bentuk perilaku agresif tidak langsung—tindakan ini termasuk menyebarkan rumor mengenai target, bergosip di belakang target, mengarang cerita sehingga target mendapat masalah dan lain-lain (Bjorkqvist, Osterman & Hjelt-Back, dalam Baron, 2005). Berdasarkan apa yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sampel yang digunakan yaitu masyarakat umum yang berusia 20-50 tahun. Rentang usia ini termasuk masa dewasa dini dan dewasa madya. Masa dewasa dini merupakan masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian pada pola hidup yang baru, sedangkan masa dewasa madya merupakan masa penyesuaian diri terhadap perubahan fisik, penyesuaian diri terhadap perubahan minat, penyesuaian diri terhadap standar hidup keluarga dan penyesuaian dengan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat (Hurlock, 1996). Dari uraian dan berdasarkan fenomena yang sudah dipaparkan di atas, membuat penulis memutuskan penting untuk meneliti tentang agresivitas yang dipengaruhi oleh religiusitas dan moral disengagement khususnya pada orang
9
dewasa. Maka dari itu, penulis tertarik mengambil tema yang berjudul “Pengaruh Religiusitas dan Moral Disengagement terhadap Agresivitas Masyarakat Desa Kampung Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, Tangerang”.
1.2
Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1
Pembatasan masalah
Masalah utama yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pengaruh religiusitas dan moral disengagement terhadap perilaku agresif, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut: 1.
Agresivitas yang dimaksud dalam penelitian ini merujuk pada pengertian agresivitas menurut Buss dan Perry (1992) bahwa yang dimaksud agresivitas adalah mengacu pada kecenderungan yang relatif tetap untuk menjadi agresif dalam berbagai situasi yang berbeda. Di mana agresi itu sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang berupa agresi fisik, agresi verbal, kemarahan dan permusuhan.
2.
Religiusitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perwujudan individu penganut agama yang menggambarkan bagaimana hubungan individu dengan Tuhannya (dimensi religiusitas general religiosity), bagaimana individu dalam membina hubungan dengan individu lain maupun sesama penganut agamanya (dimensi religiusitas social religiosity), bagaimana individu melambangkan Tuhannya yang mencerminkan kepercayaan dan keyakinannya terhadap
10
keterlibatan Tuhan dalam urusannya (dimensi religiusitas involved God), bagaimana individu menggambarkan pendekatan kepedulian; rasa kasih sayang; dan saling memaafkan terhadap sekitar (dimensi religiusitas forgiveness), bagaimana individu menggambarkan kekuasaaan yang dimiliki Tuhan dan mempersepsi bahwa Tuhan lah sebagai penentu/hakim (dimensi religiusitas God as judge), bagaimana individu menggambarkan perilaku yang tidak menyimpan rasa dendam (dimensi religiusitas unvengefulness) dan bagaimana individu tersebut bersyukur (dimensi religiusitas thankfulness) (Kendler, et.al, 2003). 3.
Moral
disengagement
yang
dimaksud
dalam
penelitian
ini
adalah
ketidakmampuan seseorang dalam mengontrol perilaku yang dilakukan sehingga memungkinkannya untuk melakukan perilaku yang tidak manusiawi berdasarkan empat klasifikasi, yaitu cognitive restructuring, minimizing agency, distortion of negative consequence, dan blaming/dehumanizing the victim (Hymel et.al, 2005). 4.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di desa Kampung Melayu kecamatan Teluknaga, Tangerang.
1.2.2
Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut :
11
1.
Apakah ada pengaruh yang signifikan faktor religiusitas, moral disengagement dan jenis kelamin terhadap agresivitas?
2.
Seberapa besar sumbangan masing-masing variabel bebas (religiusitas, moral disengagement dan jenis kelamin) terhadap agresivitas?
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1
Tujuan penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah : 1.
Mengetahui pengaruh yang signifikan faktor religiusitas, moral disengagement dan jenis kelamin terhadap agresivitas.
2.
Mengetahui seberapa besar sumbangan masing-masing variabel bebas (religiusitas, moral disengagement dan jenis kelamin) terhadap agresivitas.
1.3.2
Manfaat penelitian
Manfaat dari dilakukannya penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1.
Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori dan penelitian-penelitian psikologi selanjutnya yang berkaitan dengan agresivitas, religiusitas dan moral disengagement.
2.
Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu :
12
a.
Mendorong minat individu yang berkecimpung di bidang psikologi untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan agresivitas, religiusitas dan moral disengagement.
b.
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan untuk meminimalisir dan menemukan pemecahan masalah pada agresivitas.
c.
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang munculnya agresivitas pada masyarakat Desa Kampung Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, Tangerang yang meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas dan penanganannya. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada pihak-pihak yang terkait dalam hal meminimalisir konflik yang terjadi pada saat pilkada.
1.4
Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan, penelitian ini terbagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut: BAB 1: PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah atau alasan yang menyebabkan penulis memilih masalah ini sebagi topik penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
13
BAB 2: LANDASAN TEORI Pada bab ini diuraikan mengenai teori perilaku agresi yang meliputi definisi, bentuk-bentuk perilaku agresi, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresi dan pengukuran perilaku agresi; kajian teori mengenai religiusitas yang meliputi definisi, aspek-aspek, dan pengukuran religiusitas; kajian teori mengenai moral disengagement yang meliputi definisi, mekanisme dan pengukuran moral disengagement; serta kerangka berpikir dan hipotesis penelitian. BAB 3: METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai populasi dan sampel, variabel penelitian, instrumen pengumpulan data, uji validitas konstruk, produser penelitian dan metode analisis data. BAB 4: HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai deskripsi subjek penelitian berdasarkan data demografi, hasil analisis deskriptif, kategorisasi skor, uji hipotesis dan proporsi varians. BAB 5: KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan hasil penelitian, diskusi tentang hasil penelitian serta saran metodologis dan saran praktis untuk penelitian selanjutnya.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Pada bab ini, akan diuraikan mengenai teori-teori dan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang hendak diteliti diantaranya adalah penjelasan dari teori variabel agresivitas, religiusitas dan moral disengagement. Selanjutnya terdapat pembahasan tentang kerangka berpikir serta hipotesis penelitian.
2.1
Agresivitas
2.1.1
Definisi agresivitas
Baron dan Byrne (2005), mendefinisikan agresivitas adalah tingkah laku yang tertuju pada keberhasilan menyakiti atau melukai makhluk hidup yang tidak ingin diperlakukan demikian. Menurut Buss dan Perry (1992) bahwa yang dimaksud agresivitas adalah mengacu pada kecenderungan yang relatif tetap untuk menjadi agresif dalam berbagai situasi yang berbeda. Di mana agresi itu sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang berupa agresi fisik, agresi verbal, kemarahan dan permusuhan. Sedangkan menurut Taylor, Peplau dan Sears (2009) agresi adalah setiap tindakan yang diniatkan untuk menyakiti orang lain. Niat adalah faktor yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Jika mengabaikan niat, beberapa tindakan yang
14
15
menyakiti orang lain mungkin tidak disebut agresif karena tindakan itu ternyata tidak membahayakan. Jadi, perlu membedakan perilaku menyakiti dengan niat menyakiti. Agresivitas adalah setiap perilaku yang diarahkan pada individu lain secara langsung yang dilakukan dengan maksud menyakiti. Selain itu, pelaku harus yakin bahwa perilaku tersebut akan merugikan dan target termotivasi untuk menghindari perilaku tersebut (Anderson & Bushman, 2002). Berdasarkan berbagai rumusan agresivitas yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa agresivitas yaitu perilaku yang ditujukan untuk menyakiti, mengancam atau membahayakan pihak lain yang dapat dilakukan baik secara fisik maupun verbal. 2.1.2
Bentuk-bentuk agresivitas
Terdapat berbagai bentuk perilaku agresi yang berbeda beda yang diungkapkan oleh para ahli. Seperti misalnya pendapat Taylor, et.al., (2009) yang membagi agresi dalam empat jenis, yaitu antisocial aggression, prosocial aggression, sanctioned aggression dan anger. 1)
Antisocial aggression. Agresi anti-sosial adalah tindakan agresif yang melanggar norma sosial yang diterima umum, seperti tindakan kriminal yang menyakiti orang lain yang melanggar hukum.
2)
Prosocial aggression. Agresi prososial adalah tindakan agresif yang mendukung norma sosial yang diterima umum dan dianggap baik, seperti tindakan menegakkan hukum, disiplin yang tepat, dan mematuhi komandan ketika berperang dianggap sebagai suatu keharusan.
16
3)
Sanctioned aggression. Merupakan agresi yang tidak diharuskan oleh norma sosial tetapi ada di dalam batas-batasnya dan tindakan ini tidak melanggar standar moral yang diterima secara umum. Misalnya pelatih menghukum pemain timnya dengan menyuruh push-up biasanya dianggap bertindak sesuai dengan haknya dan masih dalam batas yang diterima.
4)
Anger. Kemarahan berbeda dengan perilaku agresif dan lebih cenderung pada perasaan agresif. Perilaku nyata seseorang tidak selalu merefleksikan sikapnya. Seseorang mungkin dalam hatinya sangat marah namun tidak berusaha untuk melampiaskan kemarahannya dalam bentuk perilaku menyakiti orang lain.
Buss dan Perry (1992) berpendapat bahwa ada empat bentuk agresi yang biasa dilakukan oleh individu, yaitu agresi fisik, verbal, kemarahan dan permusuhan atau kebencian. 1)
Agresivitas fisik Merupakan komponen dari perilaku motorik seperti melukai dan menyakiti orang lain secara fisik misalnya dengan menyerang dan memukul.
2)
Agresivitas verbal Komponen perilaku motorik seperti menyakiti dan melukai orang lain melalui verbalisasi, misalnya memaki, mengejek, membentak, berdebat, menunjukkan ketidaksukaan atau ketidaksetujuan pada orang lain.
17
3)
Agresivitas marah (anger aggression) Emosi atau afektif seperti perasaan tidak senang sebagai reaksi fisik atau cedera fisik maupun psikis yang diderita individu, misalnya kesal, hilang kesabaran dan tidak mampu mengontrol rasa marah.
4)
Agresivitas permusuhan (hostility aggression) Komponen dari perilaku kognitif seperti perasaan benci dan curiga pada orang lain, iri hati, serta merasa kehidupan yang dialami tidak adil.
Berdasarkan dimensi-dimensi yang telah dipaparkan, dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan dimensi-dimensi agresivitas Buss dan Perry (1992) yakni fisik, verbal, anger dan hostility. 2.1.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas
Banyak faktor yang mempengaruhi agresivitas seseorang, baik itu berasal dari luar individu (eksternal) maupun dari dalam individu (internal). Sarwono (2002), membagi faktor-faktor pencetus perilaku agresi yang berupa berbagai rangsangan atau pengaruh terhadap agresivitas yang dapat datang dari luar diri sendiri (yaitu kondisi lingkungan atau pengaruh kelompok) atau dapat datang dari dalam diri sendiri yaitu pengaruh kondisi fisik dan kepribadian. 1)
Kondisi lingkungan Pada manusia, bukan hanya sakit fisik yang dapat memicu agresi, melainkan juga faktor psikologis. Selain itu, udara yang sangat panas juga lebih cepat memicu kemarahan dan agresi. Demikian pula pada saat adanya serangan
18
cenderung memicu agresi karena pihak yang diserang cenderung membalas. Kondisi mendesak atau berdesak desakan dan ramai tak terkendali juga dapat memicu agresi. 2)
Pengaruh kelompok Pengaruh kelompok terhadap perilaku agresif, antara lain adalah menurunkan hambatan
kendali moral. Seseorang dapat ikut terpengaruh oleh kelompok
dalam melakukan tindakan agresif. Selain itu, perilaku agresif dapat dipengaruhi pula oleh adanya perancuan tanggung jawab (tidak merasa ikut bertanggung jawab karena dikerjakan beramai-ramai), adanya desakan kelompok dan identitas kelompok (kalau tidak ikut dianggap bukan anggota kelompok), serta adanya individuasi (proses melemahnya keterikatan pada kelompok sehingga terdapat individu yang kurang kuat ketaatannya pada kelompoknya atau berkembang sendiri secara terpisah). 3)
Pengaruh kepribadian dan kondisi fisik Kondisi diri atau fisik juga mempengaruhi agresivitas. Banyaknya kadar adrenalin dalam tubuh, misalnya dapat meningkatkan rangsangan dalam tubuh sehingga orang yang bersangkutan lebih siap dan lebih cepat bereaksi. Berbagai keadaan arousal terlepas dari sumber dan jenisnya memang dapat saling memperkuat perilaku agresif. Selain faktor-faktor agresivitas yang telah dikemukakan di atas, ada pula
faktor lain yaitu religiusitas. Dalam penelitian Huesman, Dubow, dan Boxer (2010),
19
didapatkan bahwa agresi dapat dipengaruhi pula oleh aspek dari religiusitas, baik berupa aktifitas keagamaan ataupun rutinitas harian keagamaan seperti berdoa. Penelitian lain yang dilakukan Kundarto (2012) menunjukan bahwa ada pengaruh signifikan religiusitas terhadap perilaku agresif ibu kepada anak. Selain itu, faktor lain yang dapat mempengaruhi agresivitas adalah moral disengagement. Hasil penelitian Bandura, Barbaranelli, Caprara, dan Pastorelli (1996) menemukan bahwa perilaku menyimpang biasanya menggunakan beberapa teknik moral disengagement. Dengan demikian variabel moral disingegement juga merupakan variabel yang sangat penting dalam memprediksi perilaku agresi. 2.1.4
Pengukuran agresivitas
Terdapat berbagai alat ukur yang digunakan untuk mengukur agresivitas, diantaranya adalah (Leon, Reyes, Vila, Perez, Robles & Ramos, 2002): 1.
The Cook-Medley Hostility Scale, yang dikembangkan oleh Cook dan Medley (1954). Skala ini terdiri dari 50 pernyataan benar-salah. Internal konsistensi pada skala ini dalam versi Inggris dan Spanyol antara 0,75 dan 0,80 dan reliabilitas skala tes-rites menunjukkan nilai 0,75.
2.
The Buss-Durke Hostility Inventory dikembangkan oleh Buss dan Durke (1957). Instrumen ini terdiri dari 75 pernyataan benar-salah. Terdiri dari kriteria: assault, indirect, hostility, irritability, negativism, resentment, suspicion, verbal hostility, dan guilt. Internal konsistensi antara 0,57 dan 0,78 dari versi Spanyol sebesar 0,86 dan reliabilitas BDHI sebesar 0,82.
20
3.
The Jenkins Activity Scale-Form H, yang dikembangkan oleh Jase-H, Krantz, Glass dan Snyder (1974). Instrumen ini untuk evaluasi atau membandingkan tipe A secara global terdiri dari 32 pernyataan. Reliabilitas dalam versi Inggris dan Spanyol antara 0,75 dan 0,88 dan konsistensinya antara 0,84 dan 0,92.
4.
The State-Trait Anger Expression Inventory oleh Spielberger (1988). Instrumen ini terdiri dari 47 pernyataan, skala ini digunakan pada populasi Spanyol dan menghasilkan alpha cronbach antara 0,63 dan 0,95.
5.
Aggression Questionnaire (AQ) oleh Buss dan Perry (1992). Instrumen ini terdiri dari 29 pernyataan, pada strandar psikometri menunjukkan reliabilitas dan internal konsistensi yang adekuat. Instrumen ini memiliki konsistensi internal antara 0,72 dan 0,89 dan reliabilitas tes antara 0,72 dan 0,80 Sedangkan, pengukuran yang akan peneliti gunakan untuk mengukur
agresivitas dalam penelitian ini adalah skala agresivitas yang diterjemahkan dan dimodofikasi dari Agression Questionnaire milik Buss dan Perry (1992). Hal ini karena skala milik Buss dan Perry memiliki validitas yang baik dan reliabilitas serta internal konsistensi yang adekuat. Selain itu, Agression Questionnaire milik Buss dan Perry (1992) mengukur empat bentuk agresivitas, yaitu agresivitas fisik, agresivitas verbal, agresivitas kemarahan dan agresivitas permusuhan, sedangkan alat ukur yang lainnya hanya mengukur salah satu dari empat bentuk agresivitas tersebut.
21
2.2
Religiusitas
2.2.1
Definisi religiusitas
Terdapat berbagai definisi yang diungkapkan oleh para ahli mengenai religiusitas. Salah satunya dijelaskan oleh Fetzer (1999) yang menekankan pada berbagai faktor di antarnya yaitu terkait dengan seberapa kuat individu penganut agama merasakan pengalaman
beragama
sehari-hari
(daily
spiritual
experience),
mengalami
kebermaknaan hidup dengan beragama (religion meaning), mengekspresikan keagamaan sebagai sebuah nilai (value), meyakini ajaran agamanya (belief), memaafkan (forgiveness), melakukan praktik keagamaan (ibadah) secara pribadi (private religious practice), menggunakan agama sebagai coping (religious/spiritual coping), mendapat dukungan penganut sesama agama (religious support), mengalami sejarah keberagamaan (religious/spiritual history), komitmen beragama (commitment),
mengikuti
organisasi/kegiatan
keagamaan
(organizational
religiusness) dan meyakini pilihan agamanya (religious preference). Lain halnya dengan Fetzer, Kendler, et.al., (2003) melakukan pengukuran religiusitas secara luas, dengan mencoba mengembangkan teknik analisis keberagamaan dengan cara yang lebih mudah yaitu dengan menguraikannya menjadi beberapa dimensi untuk mendapatkan hasil yang lebih representatif, yaitu penganut agama yang menyertakan Tuhan dalam keseharian/masa krisis (general religiousity); membina hubungan dengan individu sesama penganut agamanya (social religiosity); percaya pada keterlibatan Tuhan yang positif dalam urusan manusia sehari-hari
22
(involved God); memiliki kepedulian, rasa kasih sayang dan saling memaafkan terhadap sekitar (forgiveness); merasa Tuhan memiliki kuasa memberi ganjaran atas apa yang telah kita lakukan (God as judge); tidak menyimpan rasa dendam (unvengefulness); dan bersyukur (thankfulness). Secara umum dapat disimpulkan bahwa religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia yang tidak hanya pada kegiatan yang kasat mata tetapi lebih dalam lagi, mencakup aspek perasaan, motivasi dan aspek batiniah manusia. Dengan demikian religiusitas memiliki makna yang terkait keyakinan, penghayatan, pengalaman, pengetahuan dan peribadatan seorang penganut agama terhadap agamanya yang diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari sebagai pengakuan akan adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia. 2.2.2
Dimensi-dimensi religiusitas
Menurut Kendler, et al., (2003) ada tujuh dimensi religiusitas, yaitu: 1.
General religiosity/coping religious Merefleksikan tentang perhatian dan keterlibatan individu dengan hal-hal yang berkaitan dengan spiritual, seperti menghayati (sensing) keberadaan mereka selama di alam semesta serta keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari maupun ketika sedang bertemu masalah (krisis).
2.
Sosial religiosity (Religious ‘social support’) Pada dimensi ini merefleksikan tingkat interaksi seseorang dengan individu religius lainnya. Hal ini juga menggambarkan frekuensi kehadiran di tempat
23
beribadah sehingga dimensi ini disebut social religiosity. Social religiosity dianggap sama dengan apa yang kita istilahkan dengan religious social support. 3.
Keterlibatan Tuhan (Involve god) Merefleksikan sebuah kepercayaan terhadap keterlibatan Tuhan yang secara aktif dan positif dalam urusan manusia (sehari-hari).
4.
Forgiveness (sikap memaafkan) Kendler, et.al. (2003) menggambarkan forgiveness sebagai sikap perhatian, cinta kasih, dan memaafkan kepada sesama, sehingga dimensi ini tidak memunculkan istilah Tuhan karena ingin mengukur sikap memaafkan terhadap sesama individu.
5.
Tuhan sebagai penentu/hakim (God as judge). Dimensi ini menggambarkan tentang kepercayaan bahwa Tuhan akan memberi ganjaran dari apa yang telah kita lakukan, seperti saat kita melakukan hal baik maka Tuhan akan memberikan pahala, sebaliknya saat kita melakukan kesalahan Tuhan akan memberikan hukuman.
6.
Rasa tidak dendam (Unvengefulness) Menggambarkan perilaku yang tidak mendendam yaitu mencerminkan suatu perilaku yang tidak menaruh rasa dendam.
24
7.
Bersyukur (Thankfulness) Bagaiman individu menggambarkan rasa syukur (thankfulness), merefleksikan perasaan berterima kasih yang berlawanan dengan marah terhadap kehidupan dan Tuhan.
2.2.3
Pengukuran religiusitas
Beberapa pengukuran untuk religiusitas adalah sebagai berikut: 1.
The Multidimensional of Religiousness/Spirituality for Use in Health Research (MMRS) yang disusun oleh Fetzer Institute (1999) yang mengukur religiusitas dan spiritualitas seseorang berdasarkan 12 indikator, yaitu pengalaman beragama sehari-hari (daily spiritual experience), mengalami kebermaknaan hidup dengan beragama (religion meaning), mengekspresikan keagamaan sebagai sebuah nilai (value), meyakini ajaran agamanya (belief), memaafkan (forgiveness), melakukan praktik keagamaan (ibadah) secara menyendiri (private
religious
practice),
menggunakan
agama
sebagai
coping
(religious/spiritual coping), mendapat dukungan penganut sesama agama (religious support), mengalami sejarah keberagamaan (religious/spiritual history), komitmen beragama (commitment), mengikuti organisasi/kegiatan keagamaan (organizational religiusness) dan meyakini pilihan agamanya (religious preference). 2.
The Centrality of Religiosity Scale (CRS) yang disusun oleh Huber dan Huber (2012) dengan mengembangkan dimensi religiusitas menurut Glock dan Stark
25
dan membuatnya menjadi skala ukuran sentralitas, pentingnya ciri khas atau makna religius dalam kepribadian individu. Skala ini terdiri dari 15 item yang mengukur 5 indikator tingkat religiusitas seseorang, yaitu: intellectual (pengetahuan agama), ideology (pemahaman konsep agama), public practice (pelaksamaan agama secara umum), private practice (pelaksanaan agama secara pribadi) dan experience (pengalaman keagamaan). 3.
Skala religiusitas yang disusun oleh Kendler, et.al., (2003) yang terdiri dari 78 item yang mengukur general religiosity (coping religious); sosial religiosity; forgiveness; Tuhan sebgai penetap takdir (god as judge); rasa berterima kasih (thankfulness); perasaan tidak dendam (unvengefulness) dan keterlibatan Tuhan dalam aktifitas keseharian (involve god). Skala religiusitas ini disusun berdasarkan analisa faktor terhadap berbagai alat ukur religiusitas yang selama ini dipakai para ahli dan peneliti di bidang psikologi agama, yaitu alat ukur Religious
Attitude,
Practice
Inventory
(Spirituality
and
Theism),
Multidimensional Measurement of Religiousness/Spirituality dan God Image Scale. (dalam Gazi & Faozah, 2010) Pengukuran religiusitas yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah menggunakan skala pengukuran yang diterjemahkan dan dimodifikasi dari skala pengukuran religiusitas yang disusun oleh Kendler, et.al. (2003). Hal ini karena skala religusitas milik Kendler, et.al. (2003) merupakan hasil dari analisis terhadap
26
alat ukur religiusitas yang selama ini dipakai para ahli dan peneliti di bidang psikologi agama.
2.3
Moral Disengagement
2.3.1
Definisi moral disengagement
Banyak para ahli yang menjelaskan tentang definisi moral disengagement. Menurut Bandura (1999) moral disengagement adalah ketidakmampuan seseorang dalam mengontrol perilaku yang ia lakukan sehingga memungkinkannya untuk melakukan perilaku yang tidak manusiawi. Detert, Trevino dan Sweitzer (2008) mendefinisikan moral disengagement sebagai suatu proses di mana individu membuat keputusan moral yang tidak etis saat proses regulasi diri dinonaktifkan melalui penggunaan beberapa mekanisme kognitif kolektif yang saling terkait. Sementara menurut Hyde, Shaw dan Moilanen (2010) moral disengagement adalah suatu proses ketika salah satu keyakinan atau nilai-nilai moral membenarkan perilaku antisosial, terdapat kurangnya disonansi atau hambatan untuk terlibat dalam tindakan antisosial sehingga tindakan tersebut dapat diterima. Di sisi lain Bandura (dalam Hymel et.al, 2005) memahami moral disengagement sebagai suatu proses sosio-kognitif di mana rata-rata orang mampu melakukan perbuatan yang mengerikan terhadap orang lain. Secara umum, moral disengagement dapat menjadi landasan seseorang dalam melakukan perbuatan yang tidak manusiawi dan melanggar moral.
27
Mengacu pada uraian di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa moral disengagement adalah suatu proses sosial kognitif di mana standar moral sebagai regulator internal perilaku tidak berfungsi dan proses regulasi diri dinonaktifkan sehingga menimbulkan perilaku tidak manusiawi. Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori moral disengagement Bandura (dalam Hymel et.al, 2005) sebagai suatu proses sosiokognitif di mana rata-rata orang mampu melakukan perbuatan yang mengerikan terhadap orang lain. Dengan alasan dalam teori tersebut menjelaskan secara detail kemunculan terjadinya moral disengagement pada seseorang serta sudah terdapat alat ukur baku yang dapat digunakan. Dalam fenomena konflik yang terjadi pada saat pilkada, moral disengagement dapat dijadikan salah satu faktor yang memprediksi agresivitas dalam konflik tersebut. 2.3.2
Mekanisme moral disengagement
Bandura (1999) menerangkan mekanisme moral disengagement yang terdiri dari faktor-faktor situasional, meliputi: 1.
Moral justification (pembenaran moral) Moral
justification
adalah
proses
di
mana
seseorang
berusaha
merasionalisasikan kekerasan yang dilakukannya terhadap orang lain dengan membuat perilaku tersebut seperti dapat dibenarkan secara moral (Detert et.al, 2008). Karena pada prosesnya, dalam benak seseorang menganggap bahwa perilaku yang dilakukannya bermanfaat bagi orang banyak dan memiliki tujuan yang baik (Bandura, 1999).
28
2.
Euphemistic language (penghalusan bahasa) Euphemistic language adalah menggunakan bahasa yang umum secara moral untuk membuat perbuatan yang patut dicela terlihat tidak kasar (tidak berbahaya) atau bahkan ramah/sopan (Detert et.al, 2008) dan seringkali seseorang bersikap lebih kejam ketika aksi penyerangan secara verbal dihapuskan/ditiadakan dan euphemistic language ini digunakan ketika seseorang ingin menghilangkan tanggung jawab kepada orang yang disakitinya (Bandura, 1999).
3.
Advantageous comparison (perbandingan yang menguntungkan) Advantageous comparison yaitu membandingkan sikap yang tercela dengan perilaku yang kasar (berbahaya) sehingga membuat perbuatan yang sebenarnya dapat diterima orang lain (Detert et.al, 2008). Adapun menurut Bandura (1999) Advantageous
comparison
merupakan
perilaku
kekerasan
dengan
membandingkan tingkat manfaat yang akan didapatkan jika melakukan kekerasan tersebut dan hal ini digunakan untuk membuat kekerasan terlihat baik. 4.
Displacement of responsibility (pemindahan tanggung jawab) Displacement of responsibility yaitu melihat satu perbuatan sebagai hasil langsung dari sebuah perintah yang otoritatif (Detert et.al, 2008). Menurut Bandura (1999), biasanya anak buah akan menolak untuk bertanggungjawab jika terdapat otoritas yang sah (atasan) yang mengambil alih tanggung jawab
29
terhadap efek yang diakibatkan oleh perilaku merusak anak buahnya. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pemindahan tanggung jawab terjadi ketika dalam satu tim ada seorang bawahan yang melakukan kesalahan namun ia melemparkan tanggung jawab tersebut kepada atasannya karena menurutnya ia memiliki tanggung jawab atas perilaku bawahannya. 5.
Diffusion of responsibility (penyebaran tanggung jawab) Diffusion of responsibility terjadi ketika tidak ada satu anggota kelompok yang merasa bertanggungjawab secara personal terhadap perilaku destruktif (merusak) secara kolektif dalam sebuah kelompok (Detert et.al, 2008) atau menurut Bandura (1999), diffusion of responsibility terjadi ketika salah seorang anggota kelompok menutupi kesalahannya dengan melemparkan tanggung jawab kepada seluruh anggota kelompok.
6.
Distorting the consequences (mengabaikan konsekuensi) Distorting the consequences yaitu meremehkan kemungkinan hasil perbuatan yang tercela (Detert et.al, 2008). Hal ini terjadi akibat adanya pengabaian atau distorsi terhadap hasil perilaku destruktif seseorang. Ketika seseorang melakukan aktifitas yang mengganggu/merusak pihak lain karena alasan personal atau tekanan sosial biasanya ia menghindar untuk menghadapi kerusakan yang ia akibatkan sendiri atau meminimalisir akibat tersebut, apabila upaya untuk meminimalisir kerusakan tidak berhasil maka ia akan menghilangkan bukti kerusakan tersebut (Bandura, 1999).
30
7.
Dehumanisation (dehumanisasi) Duhumanisation yaitu kami vs mereka berpikir berdasarkan stereotipe yang benar (Detert et.al, 2008). Proses dehumanisasi adalah komposisi yang sangat penting yang terdapat pada perilaku tidak manusiawi. Pada dasarnya seseorang yang sudah hidup bersama dalam jangka waktu tertentu akan mudah berempati terhadap kesedihan yang dialami rekannya karena mereka telah melalui berbagai pengalaman, baik itu menyenangkan ataupun tidak menyenangkan, sehingga dehumanisasi akan sulit terjadi kecuali pelaku akan membenci dan mengutuk dirinya sendiri atas perbuatan buruknya tersebut. Hal ini dirasakan oleh korban kekerasan (Bandura, 1999).
8.
Attributin of blame (atribusi menyalahkan) Attributin of blame yaitu membebaskan diri dari tuduhan dengan menempatkan kesalahan terhadap target perilaku kekerasan (Detert et.al, 2008) serta menurut Bandura (1999), menimpakan kesalahan pada musuh atau lingkungan merupakan salah satu cara untuk membebaskan diri dari tuduhan. Dalam proses ini biasanya orang menganggap dirinya sebagai korban yang dipaksa untuk melakukan tindakan kekerasan. Dengan membenarkan perilaku tersebut tidak hanya membuat perilaku merusak itu dimaklumi bahkan pelaku dapat menganggap dirinya tidak melakukan kesalahan sama sekali atau menganggap dirinya melakukan hal yang benar.
31
Dengan mengacu pada teori Bandura, Hymel, et.al., (2005) mengklasifikasikan kedelapan mekanisme moral disengagement tersebut menjadi empat klasifikasi, yaitu: 1.
Cognitive restructuring, meliputi: pembenaran moral (moral justification), penghalusan
bahasa
(euphemistic
labeling),
dan
perbandingan
yang
menguntungkan (advantageous comparisons). 2.
Minimizing agency, meliputi: pemindahan tanggung jawab (displacement of responsibility) dan penyebaran tanggung jawab (diffusion of responsibility).
3.
Distortion of negative consequences, meliputi: mengabaikan konsekuensi (distorting the consequences).
4.
Blaming/dehumanizing the victim, meliputi: dehumanisasi (dehumanization) dan atribusi menyalahkan (attribution of blame).
Peneliti berasumsi bahwa empat klasifikasi tersebut sangat efektif karena sudah mencakup semua mekanisme moral disengagement oleh karenanya dalam penelitian ini
peneliti
menggunakan
empat
klasifikasi
moral
disengagement
yang
dikembangkan oleh Hymel, et.al., (2005) yang mengacu pada teori moral diesengagement dari Bandura (1999) tersebut. 2.3.3
Pengukuran moral disengagement
Berdasarkan hasil membaca literatur tentang moral disengagement, peneliti menemukan beberapa instrumen untuk mengukur moral disengagement, yaitu:
32
1.
Moral disengagement scale yang disusun McAlister, Bandura dan Owen (2006) yang terdiri dari 10 item. Item tersebut diukur dengan menggunakan lima poin skala Likert mulai dari sangat setuju (+2), ragu-ragu (0), sampai sangat tidak setuju (-2). Nilai-nilai positif merupakan pernyataan yang sesuai dari berbagai mode moral disengagement, nilai-nilai negatif merupakan pernyataan yang tidak sesuai.
2.
Moral disengagement scale yang disusun Gulandri (2012) yang terdiri 32 item yang mengukur moral justification, euphemistic labeling, advantageous comparisons, displacement of responsibility, diffusion of responsibility, distortion of negative consequences, blaming/ dehumanizing the victim dan attribution of blame.
3.
Moral disengagement scale yang disusun oleh Hymel et.al., (2005) yang terdiri dari 18 item yang mengukur empat kategori meliputi: cognitive restucturing, minimazing
agency,
distortion
of
negative
consequences
dan
blaming/dehumanizing the victim. Pengukuran moral disengagement yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah menggunakan skala pengukuran yang diterjemahkan dan dimodifikasi dari skala pengukuran moral disengagement yang disusun oleh Hymel et.al (2005). Karena alat ukur ini mencakup empat kategori meliputi: cognitive restucturing, minimazing agency, distortion of negative consequences dan blaming/dehumanizing
33
the victim yang telah mencakup kedelapan mekanisme moral disengagement yang dijelaskan oleh Bandura (1999).
2.4
Kerangka Berpikir
Agresivitas merupakan perilaku yang maladaptif yang sering muncul akhir-akhir ini di lingkungan masyarakat. Hal ini dapat kita lihat dari berita-berita media massa yang menyorot banyaknya perilaku agresif yang muncul dan sulit ditangani, misalnya konflik antarsuku di suatu daerah dan tawuran yang terjadi saat pemilihan kepala daerah. Berbagai bentuk agresivitas muncul dalam konflik pilkada tersebut. Sebagai contoh adanya unjuk rasa, bentrokan antar warga dan aparat keamanan, bahkan pengrusakan kantor kepala desa yang terjadi di beberapa desa di Kabupaten Tangerang beberapa saat selepas dilaksanakannya pemilihan kepala daerah serentak. Dalam hal ini terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas, diantaranya religiusitas, moral disengagement dan jenis kelamin. Faktor pertama yang mempengaruhi agresivitas adalah religiusitas. Gazi dan Faozah (2010) menjelaskan bahwa religiusitas merupakan bagian dari kehidupan sosial umat manusia yang tidak bisa dilepaskan dari aspek kemasyarakatan. Religiusitas sosial mencerminkan tingkat interaksi seseorang dengan orang lain yang semazhab, seagama atau berbeda agama. Kesalehan sosial seseorang akan tampak pada sikap atau penilainnya terhadap orang lain atau terhadap segala sesuatu yang bersifat sosial.
34
Namun, salah satu implikasi dari interaksi sosial adalah terjadinya kesalahfahaman dan konflik antar pribadi atau antar kelompok. Konflik ini dapat menimbulkan perilaku agresif seseorang. Religiusitas memiliki kontribusi dalam menentukan perilaku agresif. Menurut Fetzer (1999), dimensi religiusitas memiliki korelasi dengan perilaku agresif. Dengan dimensi-dimensi religiusitas tersebut, individu dapat memiliki arah dalam menentukan perilakunya dalam keseharian sehingga individu mampu berperilaku sesuai dengan tuntunan kitab suci dengan ajaran kasih sayangnya bukan untuk menyakiti individu lainnya. Kundarto (2012) dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa religiusitas mempengaruhi perilaku agresif. Hasil penelitian Huesman, Dubow dan Boxer (2010) juga menyimpulkan bahwa agresi mampu dipengaruhi pula oleh aspek religiusitas, baik berupa aktifitas keagamaan ataupun rutinitas harian keagamaan seperti berdoa. Sehingga dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang maka semakin rendah tingkat agresivitas orang tersebut. Faktor
internal
lain
yang
mempengaruhi
agresivitas
yaitu
moral
disengagement. Peregangan moral merupakan suatu proses sosiokognitif dimana seseorang mampu melakukan perbuatan yang mengerikan terhadap orang lain. Menurut Bandura (1999) agensi moral merupakan manifestasi kemampuan untuk melakukan perilaku yang tidak manusiawi dan kemampuan proaktif untuk melakukan perilaku manusiawi. Agensi moral berhubungan dengan teori self sosiokognitif yang mencakup self-organizing, proactive, self-reflective dan
35
mekanisme self-regulatory yang berpusat pada standar personal untuk melakukan self-sanction. Self-regulatoy akan mengembangkan perilaku moral yang tidak akan muncul jika tidak diaktifkan dan moral tersebut akan mengarahkan perilaku sosial dengan moral self-sanction yang secara selektif tidak akan berhubungan dengan perilaku tidak manusiawi. Namun ketika seseorang berpikir bahwa perilaku agresif merupakan perilaku yang wajar (pembenaran secara moral) maka orang itu akan melakukan hal tersebut tanpa rasa bersalah. Karena tidak merasa bersalah maka orang itupun akan menunjukkan perbandingan yang menguntungkan (cognitive restructuring) dari perilaku agresif tersebut, dan kemudian akan melemparkan tanggung jawab (atas perilaku agresif) kepada orang lain (minimazing agency) dengan semaunya. Ketika sudah tidak lagi mempedulikan konsekuensi atas apa yang sudah dilakukannya (distortion of negative consequences) maka pada akhirnya orang itu akan dengan mudah menyakiti dan menyalahkan orang yang ia sakiti (korban perilaku agresif) atas perbuatan yang dilakukan terhadapnya (blaming/dehumazing the victim). Jadi, moral disengagement adalah ketidakmampuan seseorang dalam mengontrol perilaku yang ia lakukan sehingga memungkinkannya untuk melakukan perilaku yang tidak manusiawi. Sehingga dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi seseorang mengalami moral disengagement maka semakin tinggi pula tingkat agresivitas orang tersebut. Faktor yang terakhir yaitu faktor perbedaan gender (jenis kelamin) yaitu antara laki-laki dan perempuan. Betancourt dan Miller (dalam Baron, 2005)
36
menjelaskan bahwa laki-laki daripada perempuan, secara signifikan lebih cenderung untuk melakukan perilaku agresif terhadap orang lain ketika orang lain tersebut tidak memprovokasi mereka dalam cara apapun. Secara umum, pria lebih agresif ketimbang wanita dalam agresi fisik dan verbal, terutama dalam hal agresi fisik. Perbedaan jenis kelamin ini lebih besar dalam setting alamiah (misalnya, memukul dan menendang dalam permainan) ketimbang dalam setting laboratorium (misalnya, memukul boneka di ruang riset) (Eagly & Stefen, 1986; Hyde, 1986; Knight, Fabes & Higgins, 1996; dalam Taylor, et.al., 2009). Dibandingkan anak lelaki, anak perempuan kurang menyetujiu tindakan agresif dan menganggap diri mereka bersalah jika melakukannya (Bettencourt & Miller, dalam Taylor, et.al., 2009). Menurut Eagly dan Steffen (dalam Taylor, et.al., 2009), wanita sering lebih merasa bersalah, cemas, dan takut terhadap tindakan agresif dan karenanya menahan dorongan agresif mereka. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh religiusitas, moral disengagement dan demografi terhadap agresivitas. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, maka dalam penelitian ini dibuat kerangka pemikiran guna mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh serta hubungan dari masing-masing variabel terhadap perilaku agresivitas. Disamping itu dapat digunakan untuk mengetahui arah dari penelitian ini. Secara singkat kerangka berpikir penelitian ini dapat diilustrasikan pada gambar 2.1 berikut ini:
37
Religiusitas General religiosity/coping religious Sosial Religiosity Forgiveness God as judge Thankfulness Unvengefulness Involve God AGRESIVITAS Moral Disengagement Cognitive Restucturing Minimazing Agency Distortion of Negative Consequences Blaming/Dehumanizing The Victim
Jenis Kelamin
Gambar 2.1 Skema pengaruh religiusitas, moral disengagement dan demografi terhadap Agresivitas
38
2.5
Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat pengaruh independen variabel yang ditentukan terhadap dependen variabel. Independen variabel dalam penelitian ini adalah
religiusitas
(general
religiosity/coping
religious;
sosial
religiosity;
forgiveness; Tuhan sebagai penetap takdir/God as judge; Rasa berterima kasih/thankfulness; Perasaan tidak dendam/unvengefulness; keterlibatan Tuhan dalam
aktifitas
keseharian/involve
God),
moral
disengagement
(cognitive
restructuring, minimazing agency, distortion of negative consequences, dan blaming/dehumanizing the victim) dan demografi (jenis kelamin). Sedangkan dependen variabelnya adalah agresivitas.
Hipotesis mayor Ha: Ada pengaruh yang signifikan variabel religiusitas (general religiosity, sosial religiosity, forgiveness, god as judge, thankfulness, unvengefulnes dan involve god), variabel moral disengagement (cognitive restructuring, minimizing
agency,
distortion
of
negative
consequences
dan
blaming/dehumanizing the victim) dan variabel demografi (jenis kelamin) terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang.
39
Hipotesis minor Ha1:
Ada pengaruh yang signifikan General religiosity (coping religious) terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang.
Ha2:
Ada pengaruh yang signifikan sosial religiosity terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang.
Ha3:
Ada pengaruh yang signifikan Forgiveness terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang.
Ha4:
Ada pengaruh yang signifikan Tuhan sebgai penetap takdir (God as judge) terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang.
Ha5:
Ada pengaruh yang signifikan rasa berterima kasih (Thankfulness) terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang.
Ha6:
Ada
pengaruh
yang
signifikan
rerasaan
tidak
dendam
(Unvengefulness) terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang.
40
Ha7:
Ada pengaruh yang signifikan keterlibatan Tuhan dalam aktifitas keseharian (Involve God) terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang.
Ha8:
Ada pengaruh yang signifikan cognitive restucturing terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang.
Ha9:
Ada pengaruh yang signifikan
minimazing agency terhadap
agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang. Ha10: Ada pengaruh yang signifikan distortion of negative terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang. Ha11: Ada pengaruh yang signifikan blaming/dehumanizing the victim terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang. Ha12: Ada pengaruh yang signifikan jenis kelamin terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang.
41
Tetapi pada penelitian ini hipotesis yang diuji adalah hipotesis nihil (H0), yaitu: “Tidak ada pengaruh yang signifikan religiusitas, moral disengagement dan demografi terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, Tangerang”
BAB 3 METODE PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan tentang populasi dan sampel, variabel penelitian, instrumen pengumpulan data, uji validitas konstruk, prosedur pengumpulan data, dan metode analisis data.
3.1
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang menetap di Desa Kampung Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, Tangerang. Peneliti memilih populasi di desa tersebut karena desa tersebut merupakan salah satu desa yang mengalami konflik pada pelaksanaan pilkada yang dilaksanakan serentak di Kabupaten Tangerang (TrustKota.com, 9 Juli 2013). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini nonprobability sampling dengan menggunakan metode accidental sampling, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti berpeluang untuk menjadi sampel penelitian bila dipandang orang tersebut cocok sebagai sumber data. Jumlah sampel yang diambil yaitu sebanyak 190 orang. Sampel yang diambil berdasarkan karakteristik tertentu, yaitu: warga yang menetap berusia 20-50 tahun dan ikut serta dalam pelaksanaan pikada di Desa Kampung Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, Tangerang.
42
43
3.2
Variabel Penelitian
3.2.1
Identifikasi variabel penelitian
Variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1.
Dependent variable: Agresivitas
2.
Independent variable: a) Religiusitas (general religiosity, sosial religiosity, forgiveness, god as judge, thankfulness, unvengefulnes dan involve god) b) Moral disengagement (cognitive restructuring, minimizing agency, distortion of negative consequences dan blaming/dehumanizing the victim) c) Demografi (jenis kelamin)
3.2.2
Definisi operasional variabel
Setelah menentukan variabel mana yang menjadi variabel dependen dan variabel independen, maka selanjutnya peneliti menentukan definisi operasional dari variabelvariabel penelitian yang kemudian akan digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan definisi variabel operasional adalah sebagai berikut: a.
Agresivitas Agresivitas yaitu perilaku masyarakat Desa Kampung Melayu Timur Kecamatan
Teluknaga,
Tangerang
yang
ditujukan
untuk
menyakiti,
mengancam atau membahayakan pihak lain yang dapat dilakukan secara fisik maupun verbal dan langsung atau tidak langsung yang diukur melalui skor
44
dengan skala perilaku agresif berdasarkan teori Buss dan Perry (1992) yang meliputi dimensi perilaku agresif fisik, verbal, anger dan hostility. b.
Religiusitas Religiusitas adalah perwujudan masyarakat penganut agama di Desa Kampung Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, Tangerang berdasarkan dimensi general religiosity, sosial religiosity, forgiveness, god as judge, thankfulness, unvengefulnes dan involve god yang diukur dengan skala religiusitas milik Kendler, et.al. (2003).
c.
Moral disengagement Moral disengagement adalah suatu proses sosial kognitif masyarakat Desa Kampung Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, Tangerang di mana standar moral sebagai regulator internal perilaku tidak berfungsi dan proses regulasi diri dinonaktifkan sehingga menimbulkan perilaku tidak manusiawi yang diukur melalui skor yang diperoleh dari hasil skala moral disengagement berdasarkan teori Hymel, et.al. (2005) yang mengukur empat kategori yaitu cognitive restucturing, minimazing agency, distortion of negative consequences dan blaming/dehumanizing the victim.
d.
Jenis kelamin dari data background sampel.
45
3.3
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini berbentuk skala model Likert, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Subjek diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang masing-masing jawaban menunjukan kesesuaian pernyataan yang diberikan dengan keadaan yang dirasakan oleh subjek. Model skala Likert ini terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Perhitungan skor tiap-tiap pilihan jawaban adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Skor untuk Pernyataan Positif dan Negatif Skala Likert Kategori Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
Favorable 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas tiga alat ukur, yaitu: alat ukur agresivitas, alat ukur religiusitas dan alat ukur moral disengagement. 1. Skala agresivitas Agresivitas didapatkan dari alat ukur yang disusun oleh peneliti dengan menterjemahkan dan memodifikasi skala agresivitas Buss & Perry (1992). Agresivitas yang diukur berdasarkan bentuk-bentuknya, yakni perilaku agresivitas fisik, verbal, kemarahan (anger) dan permusuhan (hostility). Ada pun
46
blue print skala agresivitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2. berikut ini:
Tabel 3.2 Blue print skala agresivitas No. 1.
2.
Dimensi Agresivitas fisik (Physical aggression)
Agresivitas verbal (Verbal aggression)
3.
Agresivitas anger
4.
Agresivitas hostility
Jumlah
Indikator Menyakiti orang lain dengan cara menyerang Menyakiti orang lain dengan cara memukul Suka berkata kasar kepada orang lain Berkata tidak sopan/mengumpat orang lain Menunjukkan rasa kesal Tidak mampu mengontrol rasa marah Menunjukkan rasa benci Merasa curiga pada orang lain Menunjukkan rasa iri hati Merasa kehidupan yang dialaminya tidak adil
Favo 4, 5, 8, 9
Unfavo -
Jumlah 4
1, 2, 3, 6
7
5
10, 12, 14
-
3
11, 13
-
2
16 17, 19, 20, 21 25 26, 27, 28, 29 22, 24
15, 18
1 6
-
1 4
-
2
23
-
1
26
3
29
2. Skala religiusitas Religiusitas didapatkan dari alat ukur yang disusun oleh peneliti dengan menterjemahkan dan memodifikasi skala religiusitas Kendler, et al., (2003). Dalam skala ini terdapat tujuh sub skala yang bertujuan untuk mengukur dimensi general religiosity (coping religious); sosial religiosity; forgiveness; Tuhan sebagai penentu/hakim (god as judge); Rasa berterima kasih (thankfulness); Perasaan tidak dendam (unvengefulness) dan keterlibatan Tuhan dalam aktifitas
47
keseharian (involve god). Adapun blue print skala religiusitas dijelaskan dalam tabel 3.3 berikut ini:
Tabel 3.3 Blue print skala religiusitas No. 1.
2.
3.
4.
Dimensi General religiosity / coping
Sosial religiosity
Forgiveness
God as judge
5.
Thankfulness
6.
Unvengefulness
7.
Involve god
Indikator Menggambarkan hubungan Indivdu dengan Tuhan Keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam sehari-hari Keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam masa krisis / menghadapi kesulitan Perhatian dan keterlibatan individu dengan hal-hal yang berkaitan dengan spiritual maupun keagamaan Membina hubungan dengan individu sesame manusia maupun sesama penganut agama Kehadiran di tempat beribadah Memaafkan orang lain dan diri sendiri Merasakan kepedulian, rasa kasih sayang dan saling memaafkan pada dunia Mempercayai tuhan sebagai penetap takdir Mempercayai hukum dan nilai-nilai dari Tuhan Merasakan bersyukur Menggambarkan perasaan berterima kasih Membebaskan diri dari rasa dendam
Mempercayai Tuhan Meyakini Tuhan Jumlah
Favo 1, 2, 4, 11, 14, 16, 17 5, 6, 10, 13 7, 8, 9
Unfavo 42
Jumlah 8
43
5
44, 45
5
3, 12, 15
-
3
18, 19, 20
46
4
21, 22
47
3
27, 28, 29
-
3
30, 31, 50
56
4
32, 33
-
2
34, 35, 36, 51 39, 41 40
-
4
55
2 2
37, 38, 57, 61
52, 53, 54, 58, 59, 60 48 49 16
10
23, 24 25, 26 45
3 3 61
48
3. Skala moral disengagement Moral disengagement diukur dengan menggunakan kuesioner yang peneliti terjemahkan dan modifikasi dari skala moral disengagement Hymel et.al (2005). Alat ukur ini terdiri dari 18 item yang memiliki empat kategori yaitu: cognitive restructuring, minimizing agency, distortion of negative consequences dan blaming/dehumanizing the victim. Adapun blue print skala moral disengagement dijelaskan dalam tabel 3.4 berikut ini:
Tabel 3.4 Blue print skala moral disengagement No. 1. 2.
3.
4.
Dimensi Cognitive restructuring Minimizing agency
Distortion of negative consequences Blaming/ dehumanizing the victim
Indikator Menganggap agresivitas adalah wajar Tidak bertanggung jawab atas terjadinya perilaku agresif dengan melemparkan tanggung jawab tersebut kepada orang lain/orang yang memiliki otoritas Mengabaikan akibat dari perilaku agresif
Menyalahkan korban dan menganggap agresivitas terjadi karena mereka sendiri (korban) Jumlah
Favo 1,9,13,16
Unfavo 5
Jumlah 5
2,6
10
3
3,7,11,14
-
4
4,8,12,15,1 7,18
-
6
14
4
18
49
3.4
Uji Validitas Konstruk
Dalam rangka pengujian validitas alat ukur, peneliti melakukan uji validitas konstruk instrumen. Oleh karena itu, peneliti menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) untuk pengujian vaiditas instrument, yaitu instrumen 1) agresivitas, 2) religiusitas dan 3) moral disengagement. Umar (2011) menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan kriteria hasil CFA yang baik adalah: 1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait yang didefinisikan secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya. Konsep ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya. 2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subskala bersifat unidimensional. 3. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai Chi-Square yang dihasilkan. Jika nilai Chi-Square tidak signifikan (p > 0,05) berarti semua item hanya mengukur satu faktor saja. Namun, jika nilai Chi-Square signifikan (p<0,05), maka perlu dilakukan modifikasi terhadap model pengukuran yang diuji sesuai langkah kedua berikut ini. 4. Jika nilai Chi-Square signifikan (p < 0,05), maka dilakukan modifikasi model pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item selain mengukur konstruk yang
50
ingin diukur, item tersebut juga mengukur hal yang lain (mengukur lebih dari satu konstruk atau multidimensional). Jika setelah beberapa kesalahan pengukuran
dibebaskan untuk saling berkorelasi dan akhirnya diperoleh
model fit, maka model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya. 5. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item dengan melihat apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai nilai koefisien positif. Jika t-value untuk koefisien muatan faktor suatu item lebih besar dari 1,96 (absolut), maka item tersebut dinyatakan signifikan dalam mengukur faktor yang hendak diukur (tidak di-drop). 6. Setelah itu dilihat apakah ada item yang muatannya negatif. Perlu dicatat bahwa untuk alat ukur yang bukan mengukur kemampuan (misal: personality inventory), jika ada pernyataan negatif perlu dilakukan penyesuaian arah skoringnya yang diubah menjadi positif. Jika sudah dibalik, maka berlaku perhitungan umum dimana item bermuatan faktor negatif di-drop. 7. Terakhir, apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi, maka item yang demikian selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain. Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan software LISREL (Joreskog dan Sorbom, 1999). Uji validitas tiap alat ukur akan dipaparkan pada sub bab berikut.
51
3.4.1
Uji validitas konstruk agresivitas
3.4.1.1 Agresivitas fisik Peneliti menguji apakah sembilan item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur agresivitas fisik. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 105,56, df = 27, pvalue = 0,00000, RMSEA = 0,124. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.1 Path diagram faktor agresivitas fisik
52
Berdasarkan gambar 3.1, terlihat Chi-Square = 33,53, df = 22, p-value = 0,05475, RMSEA = 0,053. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu agresivitas fisik. Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5 Muatan faktor item agresivitas fisik No. Koefisien Standard Nilai t Signifikan Muatan Korelasi item Error kesalahan 1 0,30 0,08 3,58 V + 2 2 0,63 0,08 8,06 V + 0 3 0,74 0,08 9,64 V + 0 4 0,36 0,08 4,38 V + 2 5 0,24 0,09 2,77 V + 1 6 0,63 0,08 8,17 V + 1 7 0,27 0,08 3,24 V + 1 8 0,25 0,08 2,96 V + 3 9 0,30 0,08 3,62 V + 0 Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Keterangan
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96. Pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Berdasarkan hasil korelasi kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan pengukuran > 5. Secara keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item akan di analisis dalam perhitungan skor faktor.
53
3.4.1.2 Agresivitas verbal Peneliti menguji apakah lima item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur agresivitas verbal. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 28,04, df = 5, p-value = 0,00004, RMSEA = 0,156. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.2 Path diagram faktor agresivitas verbal
Berdasarkan gambar 3.2, terlihat Chi-Square = 6,30, df = 3, p-value = 0,09803, RMSEA = 0,076. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu agresivitas verbal.
54
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6 Muatan faktor item agresivitas verbal No. Koefisien Standard Nilai t Signifikan Muatan Korelasi item Error kesalahan 10 0,39 0,09 4,43 V + 1 11 0,63 0,09 6,74 V + 0 12 0,66 0,10 6,57 V + 1 13 0,32 0,10 3,16 V + 1 14 0,22 0,09 2,46 V + 1 Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Keterangan
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96. Pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Berdasarkan hasil korelasi kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan pengukuran > 5. Secara keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item akan di analisis dalam perhitungan skor faktor. 3.4.1.3 Agresivitas anger Peneliti menguji apakah tujuh item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur agresivitas anger. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 49,94, df = 14, p-value = 0,00001, RMSEA = 0,117. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap
55
model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.3 Path diagram faktor agresivitas anger
Berdasarkan gambar 3.3, terlihat Chi-Square = 19,88, df = 12, p-value = 0,06933, RMSEA = 0,059. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu agresivitas anger. Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.7 berikut.
56
Tabel 3.7 Muatan faktor item agresivitas anger No. Koefisien Standard Nilai t Signifikan Muatan Korelasi Keterangan item Error kesalahan 15 0,29 0,08 3,65 V + 1 16 0,37 0,08 4,87 V + 1 17 0,40 0,08 5,19 V + 1 18 -0,31 0,08 -4,04 V 1 * 19 0,71 0,07 10,33 V + 0 20 0,75 0,07 10,94 V + 0 21 0,82 0,07 12,28 V + 0 Keterangan: tanda V = signifikan (t< -1,96 atau t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat terdapat 6 item yang memiliki t > 1,96 dan satu item yang memiliki t < -1,96 yaitu item 18. Pada kolom koefisien terdapat item yang muatan faktornya negatif yaitu item 18. Berdasarkan hasil korelasi kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan pengukuran > 5. Hal ini menunjukkan bahwa hanya ada satu item yang di drop yaitu item no 18, artinya item tersebut tidak ikut serta dianalisis. 3.4.1.4 Agresivitas hostility Peneliti menguji apakah delapan item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur agresivitas hostility. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 80,12, df = 20, pvalue = 0,00000, RMSEA = 0,126. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar berikut ini:
57
Gambar 3.4 Path diagram faktor agresivitas hostility
Berdasarkan gambar 3.4, terlihat Chi-Square = 21,92, df = 20, p-value = 0,18792, RMSEA = 0,039. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu agresivitas hostility. Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.8 berikut.
58
Tabel 3.8 Muatan faktor item agresivitas hostility No. Koefisien Standard Nilai t Signifikan Muatan Korelasi item Error kesalahan 22 0,49 0,07 6,61 V + 0 23 0,76 0,07 10,91 V + 1 24 0,69 0,07 9,92 V + 0 25 0,59 0,07 8,23 V + 0 26 0,59 0,07 8,19 V + 1 27 0,62 0,07 8,29 V + 2 28 0,53 0,07 7,14 V + 2 29 0,52 0,07 7,10 V + 0 Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Keterangan
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96. Pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Berdasarkan hasil korelasi kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan pengukuran > 5. Secara keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item akan di analisis dalam perhitungan skor faktor. 3.4.2
Uji validitas konstruk religiusitas
3.4.2.1 General religiosity Peneliti menguji apakah dua puluh satu item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur general religiosity. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 1274,64, df = 189, p-value = 0,00000, RMSEA = 0,174. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar berikut ini:
59
Gambar 3.5 Path diagram faktor general religiosity
Berdasarkan gambar 3.5, terlihat Chi-Square = 144,11, df = 119, p-value = 0,05845, RMSEA = 0,033. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu general religiosity.
60
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.9 berikut: Tabel 3.9 Muatan faktor item general religiosity No. Koefisien Standard Nilai t Signifikan Muatan Korelasi item Error kesalahan 1 0,78 0,06 12,88 V + 6 2 0,78 0,06 12,84 V + 7 3 0,86 0,06 15,00 V + 5 4 0,85 0,06 14,49 V + 9 5 0,85 0,06 14,56 V + 8 6 0,67 0,06 10,39 V + 6 7 0,63 0,06 9,79 V + 8 8 0,70 0,06 11,15 V + 4 9 0,62 0,07 9,41 V + 7 10 0,38 0,07 5,40 V + 8 11 0,75 0,06 12,16 V + 9 12 0,75 0,06 12,22 V + 4 13 0,71 0,06 11,02 V + 8 14 0,84 0,06 14,48 V + 3 15 0,85 0,06 14,43 V + 6 16 0,72 0,06 11,52 V + 7 17 0,40 0,07 5,82 V + 8 42 0,04 0,07 5,80 V + 9 43 0,05 0,07 0,67 X + 7 44 0,39 0,07 5,66 V + 4 45 0,51 0,07 7,48 V + 7 Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Keterangan * * * * * * * * * * * * * * * *
Berdasarkan tabel di atas, terdapat item yang memiliki t < 1,96 yaitu item 43. Pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Berdasarkan hasil korelasi kesalahan, diketahui terdapat beberapa item yang memiliki korelasi kesalahan > 5, yaitu item 1, 2, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 15, 16, 17,
61
42, 43 dan 45. Hal ini menunjukkan bahwa ada enam belas item yang di drop yaitu 1, 2, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 15, 16, 17, 42, 43 dan 45, artinya item tersebut tidak ikut serta dianalisis. 3.4.2.2 Social religiosity Peneliti menguji apakah tujuh item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur social religiosity. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 122,16, df = 14, p-value = 0,00000, RMSEA = 0,202. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 3.6 Path diagram faktor social religiosity
62
Berdasarkan gambar 3.6, terlihat Chi-Square = 15,73, df = 11, p-value = 0,15152, RMSEA = 0,048. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu social religiosity. Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.10 berikut.
Tabel 3.10 Muatan faktor item social religiosity No. Koefisien Standard Nilai t Signifikan Muatan Korelasi item Error kesalahan 18 0,65 0,07 8,81 V + 0 19 0,49 0,08 6,18 V + 2 20 0,65 0,07 8,78 V + 1 21 0,77 0,07 10,80 V + 0 22 0,51 0,08 6,73 V + 1 46 0,27 0,08 3,34 V + 1 47 0,57 0,08 7,52 V + 1 Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Keterangan
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96. Pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Berdasarkan hasil korelasi kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan pengukuran > 5. Secara keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item akan di analisis dalam perhitungan skor faktor.
63
3.4.2.3 Forgiveness Peneliti menguji apakah tujuh item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur forgiveness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 109,95, df = 14, p-value = 0,00000, RMSEA = 0,190. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 3.7 Path diagram faktor forgiveness
Berdasarkan gambar 3.7, terlihat Chi-Square = 13,41, df = 9, p-value = 0,14486, RMSEA = 0,051. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu forgiveness.
64
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.11 berikut.
Tabel 3.11 Muatan faktor item forgiveness No. Koefisien Standard Nilai t Signifikan Muatan Korelasi item Error kesalahan 27 0,44 0,07 6,06 V + 2 28 0,44 0,07 6,01 V + 3 28 0,66 0,07 9,54 V + 2 30 0,95 0,06 14,77 V + 0 31 0,73 0,07 10,77 V + 0 50 0,33 0,07 4,48 V + 1 56 0,06 0,08 0,84 X + 2 Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Keterangan
*
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat terdapat item yang memiliki t < 1,96 yaitu item 56. Pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Berdasarkan hasil korelasi kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan pengukuran > 5. Hal ini menunjukkan bahwa hanya ada satu item yang di drop yaitu item 56, artinya item tersebut tidak ikut serta dianalisis. 3.4.2.4 God as judge Peneliti menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur god as judge. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 106,97, df = 9, p-value = 0,00000,
65
RMSEA = 0,240. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 3.8 Path diagram faktor god as judge
Berdasarkan gambar 3.8, terlihat Chi-Square = 2,73, df = 3, p-value = 0,49870, RMSEA = 0,000. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu god as judge. Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
66
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.12 berikut.
Tabel 3.12 Muatan faktor item god as judge No. item
Koefisien
Standard Error
Nilai t
Signifikan
Muatan
Korelasi kesalahan
Keterangan
32 0,75 0,07 11,38 V + 2 33 0,83 0,06 13,21 V + 1 34 0,84 0,06 13,25 V + 2 35 0,79 0,07 11,50 V + 3 36 0,80 0,06 12,55 V + 2 51 -0,11 0,08 -1,31 X 2 Keterangan: tanda V = signifikan (t< -1,96 atau t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
*
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat terdapat 5 item yang memiliki t > 1,96 dan satu item yang memiliki t < -1,96 yaitu item 51. Berdasarkan hasil korelasi kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan pengukuran > 5. Hal ini menunjukkan bahwa hanya ada satu item yang di drop yaitu item 51, artinya item tersebut tidak ikut serta dianalisis. 3.4.2.5 Thankfulness Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur thankfulness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 7,60, df = 2, p-value = 0,02233, RMSEA = 0,122. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar berikut ini:
67
Gambar 3.9 Path diagram faktor thankfulness
Berdasarkan gambar 3.9, terlihat Chi-Square = 1,09, df = 1, p-value = 0,29567, RMSEA = 0,022. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu thankfulness. Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.13 berikut.
68
Tabel 3.13 Muatan faktor item thankfulness No. Koefisien Standard Nilai t Signifikan Muatan Korelasi item Error kesalahan 39 0,66 0,07 9,50 V + 0 40 0,89 0,07 13,42 V + 0 41 0,73 0,07 10,46 V + 1 55 0,51 0,08 6,72 V + 1 Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Keterangan
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96. Pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Berdasarkan hasil korelasi kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan pengukuran > 5. Secara keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item akan di analisis dalam perhitungan skor faktor. 3.4.2.6 Unvengefulness Peneliti menguji apakah sepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur unvengefulness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 301,39, df = 35, pvalue = 0,00000, RMSEA = 0,201. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar berikut ini:
69
Gambar 3.10 Path diagram faktor unvengefulness
Berdasarkan gambar 3.10, terlihat Chi-Square = 25,71, df = 16, p-value = 0,05824, RMSEA = 0,057. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu unvengefulness. Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
70
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.14 berikut.
Tabel 3.14 Muatan faktor item unvengefulness No. Koefisien Standard Nilai t Signifikan Muatan Korelasi item Error kesalahan 37 0,48 0,07 6,55 V + 4 38 0,46 0,07 6,15 V + 5 52 0,70 0,07 9,74 V + 4 53 0,53 0,08 6,98 V + 4 54 0,72 0,07 10,69 V + 1 57 0,26 0,08 3,46 V + 4 58 0,81 0,06 12,69 V + 1 59 0,33 0,08 4,22 V + 4 60 0,60 0,07 8,01 V + 4 61 0,24 0,08 3,05 V + 7 Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Keterangan
*
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96. Pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Berdasarkan hasil korelasi kesalahan, diketahui terdapat item yang memiliki korelasi kesalahan pengukuran > 5 yaitu item 61. Hal ini menunjukkan bahwa hanya ada satu item yang di drop yaitu item 61, artinya item tersebut tidak ikut serta dianalisis. 3.4.2.7 Involve god Peneliti menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur involve god. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 86,84, df = 9, p-value = 0,00000, RMSEA = 0,214. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model,
71
dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 3.11 Path diagram faktor involve god
Berdasarkan gambar 3.11, terlihat Chi-Square = 4,13, df = 6, p-value = 0,65942, RMSEA = 0,000. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu involve god. Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
72
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.15 berikut.
Tabel 3.15 Muatan faktor item involve god No. Koefisien Standard Nilai t Signifikan Muatan Korelasi item Error kesalahan 23 0,88 0,06 15,00 V + 1 24 0,91 0,06 15,92 V + 0 25 0,75 0,06 11,86 V + 1 26 0,82 0,06 13,41 V + 1 48 0,61 0,07 8,95 V + 1 49 0,68 0,07 10,12 V + 2 Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Keterangan
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96 yang artinya koefisien muatan faktor item-item tersebut signifikan. Pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Berdasarkan hasil korelasi kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan pengukuran > 5. Secara keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item akan di analisis dalam perhitungan skor faktor. 3.4.3
Uji validitas konstruk moral disengagement
3.4.3.1 Cognitive restructuring Peneliti menguji apakah lima item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur cognitive restructuring. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 53.22, df = 5, pvalue = 0,00000, RMSEA = 0,226. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
73
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 3.12 Path diagram faktor cognitive restructuring
Berdasarkan gambar 3.12, terlihat Chi-Square = 3,49, df = 3, p-value = 0,32254, RMSEA = 0,029. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu cognitive restructuring. Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.16 berikut.
74
Tabel 3.16 Muatan faktor item cognitive restructuring No. Koefisien Standard Nilai t Signifikan Muatan Korelasi item Error kesalahan 1 0,42 0,08 5,27 V + 0 5 0,20 0,06 3,05 V + 1 9 0,94 0,11 8,28 V + 1 13 1,06 0,11 9,29 V + 1 16 0,60 0,09 6,94 V + 1 Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Keterangan
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96. Pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Berdasarkan hasil korelasi kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan pengukuran > 5. Secara keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item akan di analisis dalam perhitungan skor faktor. 3.4.3.2 Minimizing agency Peneliti menguji apakah tiga item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur minimizing agency. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, diperoleh model fit seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 3.13 Path diagram faktor minimizing agency
75
Berdasarkan gambar 3.13, terlihat Chi-Square = 0,00, df = 0, p-value = 1,00000, RMSEA = 0,000. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu minimizing agency. Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.17 berikut:
Tabel 3.17 Muatan faktor item minimizing agency No. Koefisien Standard Nilai t Signifikan Muatan Korelasi item Error kesalahan 2 0,86 0,25 3,36 V + 0 6 0,34 0,12 2,81 V + 0 10 0,34 0,12 2,81 V + 0 Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Keterangan
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96 yang artinya koefisien muatan faktor item-item tersebut signifikan. Pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Berdasarkan hasil korelasi kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan pengukuran > 5. Secara keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item akan di analisis dalam perhitungan skor faktor.
76
3.4.3.3 Distortion of negative consequences Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur distortion of negative consequences. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, diperoleh model fit seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 3.14 Path diagram faktor distortion of negative consequences
Berdasarkan gambar 3.14, terlihat Chi-Square = 3,09, df = 2, p-value = 0,21297, RMSEA = 0,054. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu distortion of negative consequences. Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
77
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.18 berikut.
Tabel 3.18 Muatan faktor item distortion of negative consequences No. Koefisien Standard Nilai t Signifikan Muatan Korelasi Keterangan item Error kesalahan 3 0,27 0,12 2,23 V + 0 7 1,27 0,47 2,71 V + 0 11 -0,17 0,09 -1,91 X 0 * 14 0,24 0,11 2,15 V + 0 Keterangan: tanda V = signifikan (t < -1,96 atau t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat terdapat 3 item yang memiliki t > 1,96, satu item yang memiliki t > -1,96 dan koefisien muatan faktor negative yaitu item 11. Berdasarkan hasil korelasi kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan pengukuran > 5. Hal ini menunjukkan bahwa hanya ada satu item yang di drop yaitu item 11, artinya item tersebut tidak ikut serta dianalisis. 3.4.3.4 Blaming/dehumanizing the victim Peneliti menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur blaming/dehumanizing the victim. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 18,91, df = 9, p-value = 0,02597, RMSEA = 0,076. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar berikut ini:
78
Gambar 3.15 Path diagram faktor blaming/dehumanizing the victim
Berdasarkan gambar 3.15, terlihat Chi-Square = 12.24, df = 8, p-value = 0,14101, RMSEA = 0,053. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu blaming/dehumanizing the victim. Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.19 berikut.
79
Tabel 3.19 Muatan faktor item blaming/dehumanizing the victim No. Koefisien Standard Nilai t Signifikan Muatan Korelasi item Error kesalahan 4 0,34 0,08 4,23 V + 0 8 0,59 0,08 7,73 V + 0 12 0,41 0,08 5,17 V + 0 15 0,32 0,08 3,93 V + 1 17 0,65 0,08 8,69 V + 1 18 0,83 0,07 11,12 V + 0 Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Keterangan
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96 yang artinya koefisien muatan faktor item-item tersebut signifikan. Pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Berdasarkan hasil korelasi kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan pengukuran > 5. Secara keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item akan di analisis dalam perhitungan skor faktor.
3.5
Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan dalam proses pengumpulan data, yaitu sebagai berikut: 1.
Sebelum turun ke lapangan, penulis merumuskan masalah yang akan diteliti kemudian menentukan variabel yang akan diteliti yaitu agresivitas, religiusitas, moral disengagement dan faktor demografi yaitu jenis kelamin. Setelah itu mengadakan studi pustaka untuk melihat masalah tersebut dari sudut pandang teoritis. Setelah mendapatkan teori-teori secara lengkap kemudian penulis
80
menyiapkan, membuat dan menyusun alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala agresivitas, religiusitas dan moral disengagement. 2.
Menentukan sampel penelitian, yaitu masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik accidental (siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti berpeluang untuk menjadi sampel penelitian bila dipandang orang tersebut cocok sebagai sumber data).
3.
Membuat surat izin penelitian kepada Fakultas Psikologi dengan melampirkan surat persetujuan pembimbing dan alat ukur penelitian untuk keperluan izin penelitian di tempat penelitian yaitu Desa Kampung Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, Tangerang.
4.
Peneliti mendiskusikan item-item penelitian dengan dosen pembimbing dan teman-teman mahasiswa psikologi serta melakukan percobaan kepada 30 orang masyarakat umum untuk mengetahui apakah bahasa yang digunakan mampu dimengerti atau tidak.
5.
Selanjutnya, penulis melakukan pengambilan data dengan cara memberikan kuesioner pada masyarakat Desa Kampung Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, Tangerang yang menjadi responden pada penelitian ini. Setelah mendapatkan data yang diinginkan, penulis melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah terkumpul untuk selanjutnya dilakukan pengolahan dan
81
pengujian dari hasil skala yang sudah didapatkan untuk dianalisis datanya dengan menggunakan software Lisrel 8.70.
3.6
Metode Analisis Data
Dalam rangka menguji hipotesis penelitian mengenai pengaruh religiusitas dan moral disengagement yang mempengaruhi agresivitas secara empiris, maka peneliti mengolah data yang didapat dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda (Multiple Regression Analysis). Teknik analisis regresi berganda ini digunakan untuk menentukan ketetapan prediksi dan ditujukan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas (IV), yaitu religiusitas, moral disengagement, dan jenis kelamin dengan agresivitas (DV). Regresi berganda merupakan metode statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan antara variabel terikat (dependent; respon; Y) dengan lebih dari satu variabel bebas (independent; prediktor; X). Persamaan regresi penelitian ini adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10 + b11X11 + b12X12
82
Jika dituliskan variabelnya maka: Y = variabel dependen yang dalam hal ini adalah agresivitas a = intercept (konstan) b = koefisien regresi yang distandarisasikan untuk masing-masing X X1 = General religiosity/coping X2 = Social support X3 = Forgiveness X4 = God as judge X5 = Thankfulness X6 = Unvengefulness X7 = Involve God X8 = Cognitive restructuring X9 = Minimizing agency X10 = Distortion of negative consequences X11 = Blaming / dehumanizing the victim X12 = Jenis Kelamin
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien korelasi berganda antara religiusitas, moral disengagement, dan jenis kelamin. Besarnya agresivitas yang disebabkan faktor-faktor yang telah disebutkan tadi ditunjukkan oleh oefisien determinasi berganda atau R2. R2 menunjukkan variasi atau perubahan
83
variabel terikat (Y) disebabkan variabel bebas (X) atau digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) atau merupakan perkiraan proporsi varians dari intense yang dijelaskan oleh religiusitas, moral disengagement dan jenis kelamin. Untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumusan sebagai berikut:
Untuk membuktikan apakah regresi X pada Y signifikan atau tidak, maka dapat diuji dengan menggunakan uji F, untuk membuktikan hal tersebut dengan menggunakan rumus: ⁄ ⁄
Dimana k adalah jumlah independen variabel dan N adalah jumlah sampel. Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah variabel-variabel independen yang diujikan memiliki pengaruh terhadap dependen variabel. Kemudian dilanjutkan dengan uji t dimana ini digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang diberikan variabel bebas (X) signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara sendirisendiri atau parsial. Uji ini digunakan untuk menguji apakah sebuah variabel bebas (X) benar-benar memberikan kontribusi terhadap variabel terikat (Y), oleh karenanya
84
sebelum didapat uji t dari tiap IV, harus didapat dahulu nilai standard error estimate dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar mean square dibagi SSx. Setelah didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri. Uji t akan dilakukan sebanyak 12 kali sesuai dengan hipotesis nihil yang hendak diujikan. Uji t dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standard error dari b. hasil uji t ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti. Seluruh perhitungan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS.
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi deskripsi subjek penelitian berdasarkan data demografi, hasil analisis deskriptif, kategorisasi skor, uji hipotesis dan proporsi varians. 4.1
Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Data Demografi
Berikut adalah deskripsi subjek penelitian berdasarkan data demografi yang diperoleh:
Tabel 4.1 Deskripsi subjek penelitian berdasarkan data demografi ∑
Data Demografi Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
95 (50%) 95 (50%)
Rentang Usia 21-30 31-40 41-50
84 (44.21%) 56 (29.48%) 50 (26.31%)
Berdasarkan tabel 4.1, subjek laki-laki sebanyak 95 orang dan subjek perempuan 95 orang. Menurut rentang usia, subjek yang berusia antara 21-30 merupakan subjek terbanyak pada penelitian ini, yaitu 84 orang.
85
86
4.2
Hasil Analisis Deskriptif
Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan nilai maksimum, minimum, mean serta standar deviasi variabel penelitian. Gambaran hasil analisis deskriptif ini dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Analisis deskriptif Variabel
N
Agresivitas General Religiosity Social Religiosity Forgiveness God as Judge Thankfulness Unvengefulness Involve God Cognitive Restructuring Minimizing Agency Distortion of Negative Consequences Blaming
190 190 190 190 190 190 190 190 190 190 190
27.26 19.69 22 18.15 20.91 20.42 14.78 20.76 36.41 32.88 34.93
75.9 61.95 68.41 67.98 60.81 62.89 67 60.37 78.53 63.46 70.89
50.0002 49.9998 49.9997 49.9992 49.9996 50.0005 49.9999 50.0005 49.9999 50.0002 49.9999
Std. Deviation 9.34265 9.08066 8.68668 8.97582 9.36074 8.93004 8.90900 9.37997 8.71434 7.93136 9.61194
190
31.45
73.77
49.9999
8.56768
Minimum Maksimum
Mean
Berdasarkan pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa variabel agresivitas memiliki nilai minimum sebesar 27.26, nilai maksimum sebesar 75.9, nilai rata-rata sebesar 50.0002 dan standar deviasi sebesar 9.34265. Variabel general religiosity memiliki nilai minimum sebesar 19.69, nilai maksimum sebesar 61.95, nilai rata-rata sebesar 49.9998 dan standar deviasi sebesar 9.08066. Variabel social religiosity memiliki nilai minimum sebesar 22, nilai maksimum sebesar 68.41, nilai rata-rata sebesar 49.9997 dan standar deviasi sebesar 8.68668. Variabel forgiveness memiliki
87
nilai minimum sebesar 18.15, nilai maksimum sebesar 67.98, nilai rata-rata sebesar 49.9992 dan standar deviasi sebesar 8.97582. Variabel god as judge memiliki nilai minimum sebesar 20.91, nilai maksimum sebesar 60.81, nilai rata-rata sebesar 49.9996 dan standar deviasi sebesar 9.36074. Variabel thankfulness memiliki nilai minimum sebesar 20.42, nilai maksimum sebesar 62.89, nilai rata-rata sebesar 50.0005 dan standar deviasi sebesar 8.93004. Variabel unvengefulness memiliki nilai minimum sebesar 14.78, nilai maksimum sebesar 67, nilai rata-rata sebesar 49.9999 dan standar deviasi sebesar 8.90900. Variabel involve god memiliki nilai minimum sebesar 20.76, nilai maksimum sebesar 60.37, nilai rata-rata sebesar 50.0005 dan standar deviasi sebesar 9.37997. Variabel cognitive restructuring memiliki nilai minimum sebesar 36.41, nilai maksimum sebesar 78.53, nilai rata-rata sebesar 49.9999 dan standar deviasi sebesar 8.71434. Variabel minimizing agency memiliki nilai minimum sebesar 32.88, nilai maksimum sebesar 63.46 nilai rata-rata sebesar 50.0002 dan standar deviasi sebesar 7.93136. Variabel distortion of negative consequences memiliki nilai minimum sebesar 34.93, nilai maksimum sebesar 70.89, nilai rata-rata sebesar 49.9999 dan standar deviasi sebesar 9.61194. Variabel blaming/dehumanizing the victim memiliki nilai minimum sebesar 31.45, nilai maksimum sebesar 73.77, nilai rata-rata sebesar 49.9999 dan standar deviasi sebesar 8.56768.
88
4.3
Kategorisasi Skor Variabel
Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompokkelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini contohnya adalah dari rendah ke tinggi yang akan peneliti gunakan dalam kategorisasi variabel penelitian. Sebelum mengkategorisasikan skor masing-masing variabel berdasarkan tingkat rendah dan tinggi, penulis terlebih dahulu menetapkan norma seperti tertera pada tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Norma skor variabel Norma
Kategorosasi
X < Mean
Rendah
X > Mean
Tinggi
Setelah norma kategorisasi tersebut didapatkan, selanjutnya akan dijelaskan perolehan nilai persentase kategorisasi untuk variabel agresivitas, general religiosity, social religiosity, forgiveness, god as judge, thankfulness, unvengefulness, involve god, cognitive restructuring, minimizing agency, distortion of negative consequences dan blaming/dehumanizing the victim pada tabel 4.4 berikut:
89
Tabel 4.4 Kategorisasi skor variabel
Variabel Agresivitas General religiosity Social religiosity Forgiveness God as judge Thankfulness Unvengefulness Involve God Cognitive restructuring Minimizing agency Distortion of negative consequences Blaming/dehumanizing the victim
Kategorisasi Skor Variabel Frekuensi Presentase Rendah Tinggi Rendah Tinggi 101 89 53.2 46.8 102 88 53.7 46.3 101 89 53.2 46.8 74 116 39 61 89 101 46.8 53.2 103 87 54.2 45.8 90 100 47.4 52.6 76 114 40 60 94 96 49.5 50.5 129 61 67.9 32.1 123
67
64.7
35.3
99
91
52.1
47.9
Berdasarkan tabel 4.4, dapat dilihat bahwa dari total 190 subjek yang memiliki skor agresivitas yang tinggi sebanyak 46.8% atau 89 orang dan yang memiliki skor rendah sebanyak 53.2% atau 101 orang. Sampel yang memiliki skor general religiosity yang tinggi sebanyak 46.3% atau 88 orang dan yang memiliki skor rendah sebanyak 53.7% atau 102 orang. Sampel yang memiliki skor social religiosity yang tinggi sebanyak 46.8% atau 88 orang dan yang memiliki skor rendah sebanyak 53.2% atau 101 orang. Sampel yang memiliki skor forgiveness yang tinggi sebanyak 61% atau 116 orang dan yang memiliki skor rendah sebanyak 39% atau 74 orang. Sampel yang memiliki skor god as judge yang tinggi sebanyak 53.2% atau 101 orang dan yang memiliki skor rendah sebanyak 46.8% atau 89 orang. Sampel
90
yang memiliki skor thankfulness yang tinggi sebanyak 45.8% atau 87 orang dan yang memiliki skor rendah sebanyak 54.2% atau 103 orang. Sampel yang memiliki skor unvengefulness yang tinggi sebanyak 52.6% atau 100 orang dan yang memiliki skor rendah sebanyak 47.4% atau 90 orang. Sampel yang memiliki skor involve god yang tinggi sebanyak 60% atau 114 orang dan yang memiliki skor rendah sebanyak 40% atau 76 orang. Sampel yang memiliki skor cognitive restructuring yang tinggi sebanyak 50.5% atau 96 orang dan yang memiliki skor rendah sebanyak 49.5% atau 94 orang. Sampel yang memiliki skor minimizing agency yang tinggi sebanyak 32.1% atau 61 orang dan yang memiliki skor rendah sebanyak 67.9% atau 129 orang. Sampel yang memiliki skor distortion of negative consequences yang tinggi sebanyak 35.3% atau 67 orang dan yang memiliki skor rendah sebanyak 64.7% atau 123 orang. Sampel yang memiliki skor blaming/dehumanizing the victim yang tinggi sebanyak 47.9% atau 91 orang dan yang memiliki skor rendah sebanyak 52.1% atau 99 orang.
4.4
Uji Hipotesis
Selanjutnya, uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh masing-masing IV terhadap DV dalam penelitian ini, analisisnya dilakukan dengan teknik multiple regression. Data yang dianalisis ialah faktor skor atau true score yang diperoleh dari hasil analisis faktor. Alasan penulis menggunakan faktor skor ini ialah untuk menghindari dampak negatif dari kesalahan pengukuran.
91
Pada tahapan ini penulis menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda dengan menggunakan software SPSS 20.0. Dalam regresi ada 3 hal yang dilihat, yaitu melihat besaran R-square untuk mengetahui berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV, kedua apakah secara keseluruhan IV berpengaruh secara signifikan terhadap DV, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV. 4.4.1
Hipotesis mayor
Pengujian hipotesis dilakukan dilakukan dengan berapa tahapan. Langkah pertama peneliti melihat besaran R-square untuk mengetahui berapa persen (%) varians dari dependent variable, yaitu agresivitas yang diprediksikan oleh keseluruhan independent variable. Adapun R square dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini: Tabel 4.5 Tabel model summary Model 1 a.
b.
R
Adjusted R Square Std. Error of the Estimate .366 .323 7.68609
R Square .605a
Predictors: (Constant), General Religiosity, Social Religiosity, Forgiveness, God as Judge, Thankfulness, Unvengefulness, Involve God, Cognitive Restructuring, Minimizing Agency, Distortion of Negative Consequences, Blaming, Jenis kelamin Dependent variable: Agresivitas
Berdasarkan data pada tabel 4.5 dapat kita lihat bahwa perolehan R-square sebesar 0,366 atau 36,6%. Artinya proporsi varians dari agresivitas yang dijelaskan oleh semua independent variable adalah sebesar 36,6%. Sedangkan 63,4% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
92
Langkah kedua peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent variable terhadap agresivitas. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6 Anova pengaruh keseluruhan IV terhadap DV Model 1 Regression Residual Total a.
b.
Sum of Squares 6040.444 10456.454 16496.898
df 12 177 189
Mean Square F 503.370 8.521 59.076
Sig. .000a
Predictors: (Constant), General Religiosity, Social Religiosity, Forgiveness, God as Judge, Thankfulness, Unvengefulness, Involve God, Cognitive Restructuring, Minimizing Agency, Distortion of Negative Consequences, Blaming, Jenis kelamin Dependent variable: Agresivitas
Berdasarkan data pada tabel 4.6 kolom signifikansi diketahui bahwa (p<0.05) atau signifikan, maka hipotesis nihil ditolak. Oleh karenanya hipotesis mayor yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh independent variable terhadap agresivitas ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari religiusitas (general religiosity, social religiosity, forgiveness, god as judge, thankfulness, unvengefulness, involve god), moral disengagement (cognitive restructuring, minimizing agency, distortion of negative consequences, blaming) dan variabel demografis (jenis kelamin) terhadap agresivitas. 4.4.2
Hipotesis minor
Langkah ketiga adalah melihat koefisien regresi tiap independent variable. Jika p<0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa IV tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap agresivitas. Adapun penyajiannya ditampilkan pada tabel 4.7 berikut.
93
Tabel 4.7. Koefisien regresi
Model
1
(Constant) General Religiosity
Social Religiosity Forgiveness God as Judge Thankfulness Unvengefulness Involve God Cognitive Restructuring Minimizing Agency Distortion of Negative Consequences Blaming Jenis Kelamin a.
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Std. B Error 33.368 9.147 -.017 .110 .118 .100 .089 .088 -.115 .112 .036 .097 -.227 .095 -.084 .131 -.032 .100 -.004 .094 .106 .066 .462 -.004
.086 1.187
Standardized Coefficients T
Beta
Sig.
-.016 .110 .085 -.116 .034 -.216 -.084 -.030 -.004 .109
3.648 -.154 1.180 1.008 -1.030 .369 -2.396 -.637 -.316 -.047 1.600
.000 .878 .240 .315 .304 .713 .018 .525 .752 .963 .111
.424 .000
5.386 -.003
.000 .998
Dependent Variable: Agresivitas
Berdasarkan data pada tabel 4.7, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan, kita cukup melihat nilai signifikan pada kolom yang paling kanan (kolom ke-6) jika p<0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap agresivitas dan sebaliknya. Dari hasil di atas koefisien regresi dari unvengefulness dan blaming/dehumanizing the victim dikatakan memiliki pengaruh yang signifikan sedangkan sisa lainnya tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa dari 12 independent variable hanya unvengefulness dan blaming/dehumanizing the victim yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut:
94
1.
Variabel general religiosity: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,017 dengan nilai P-value sebesar 0,878 (p > 0,05), yang berarti bahwa general religiosity tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.
2.
Variabel social religiosity: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,118 dengan nilai P-value sebesar 0,240 (p > 0,05), yang berarti bahwa sosial religiosity tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.
3.
Variabel forgiveness: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,089 dengan nilai P-value sebesar 0,315 (p > 0,05), yang berarti bahwa forgiveness tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.
4.
Variabel god as judge: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,115 dengan P-value sebesar 0,304 (p > 0,05), yang berarti bahwa god as judge tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.
5.
Variabel thankfulness: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,036 dengan Pvalue sebesar 0,713 (p > 0,05), yang berarti bahwa thankfulness tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.
6.
Variabel unvengefulness: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,227 dengan nilai P-value sebesar 0,018 (p < 0,05), yang berarti bahwa unvengefulness memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap agresivitas. Dapat disimpulkan, semakin rendah unvengefulness maka semakin tinggi agresivitas.
95
7.
Variabel involve god: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,084 dengan Pvalue sebesar 0,525 (p > 0,05), yang berarti bahwa involve god tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.
8.
Variabel cognitive restructuring: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,032 dengan P-value sebesar 0,752 (p > 0,05), yang berarti bahwa cognitive restructuring tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.
9.
Variabel minimizing agency: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,004 dengan P-value sebesar 0,963 (p > 0,05), yang berarti bahwa minimizing agency tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.
10.
Variabel distortion of negative consequences: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,106 dengan P-value sebesar 0,111 (p > 0,05), yang berarti bahwa distortion of negative consequences tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.
11.
Variabel blaming/dehumanizing the victim: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,462 dengan P-value sebesar 0,000 (p < 0,05), yang berarti bahwa blaming/dehumanizing the victim memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap
agresivitas.
Dapat
disimpulkan,
semakin
tinggi
blaming/dehumanizing the victim maka semakin tinggi agresivitas. 12.
Variabel jenis kelamin: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,004 dengan P-value sebesar 0,998 (p > 0,05), yang berarti bahwa jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.
96
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.7, dapat dipaparkan persamaan regresi sebagai berikut: Agresivitas = 33,368 – 0,017 general religiosity + 0,118 social religiosity + 0,089 forgiveness - 0,115 god as judge + 0,036 thankfulness – 0,227 unvengefulness* - 0,084 involve god – 0,032 cognitive restructuring – 0,004 minimizing agency + 0,106 distortion of negative consequences + 0,462 blaming* – 0,004 jenis kelamin. Keterangan: Signifikan (*)
4.5
Proporsi Varians Masing-masing IV
Peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varian dari masingmasing IV terhadap agresivitas. Besarnya proporsi varian pada agresivitas dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut: Tabel 4.8 Provorsi varians IV
R square
X1 X12 X123 X1234 X12345 X123456 X1234567 X12345678 X123456789 X12345678910 X1234567891011 X123456789101112
.059 .073 .073 .084 .084 .213 .219 .245 .246 .262 .366 .366
R square change .059 .014 .000 .011 .000 .129 .006 .026 .001 .016 .104 .000
Sumbangan 5.9% 1.4% 0% 1.1% 0% 12.9% 0.6% 2.6% 0.1% 1.6% 10.4% 0%
Sig. F Change .001 .097 .837 .145 .926 .000 .235 .014 .637 .000 .000 .998
Keterangan
Keterangan: V: Signifikan, X: Tidak signifikan X1: General religiosity X6: Unvengefulness X11: Blaming/dehumanizing the victim X2: Social religiosity X7: Involve god X12: Jenis Kelamin X3: Forgiveness X8: Cognitive restructuring X4: God as judge X9: Minimizing agency X5: Thankfulness X10: Distortion of negative consequences
V X X X X V X V X V V X
97
Berdasarkan data pada tabel 4.12 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Variabel general religiosity memberikan sumbangan sebesar 5,9% dalam varians agresivitas. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F = 11,757 dan df = 188 . 2. Variabel social religiosity memberikan sumbangan sebesar 1,4% dalam varians agresivitas. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F = 2,789 dan df = 187. 3. Variabel forgiveness memberikan sumbangan sebesar 0% dalam varians agresivitas. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F = 0,042 dan df = 186. 4. Variabel god as judge memberikan sumbangan sebesar 1,1% dalam varians agresivitas. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F = 2,147 dan df = 185. 5. Variabel thankfulness memberikan sumbangan sebesar 0% dalam varians agresivitas. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F = 0,009 dan df = 184. 6. Variabel unvengefulness memberikan sumbangan sebesar 12,9% dalam varians agresivitas. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F = 30,066 dan df = 183.
98
7. Variabel involve god memberikan sumbangan sebesar 0,6% dalam varians agresivitas. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F = 1,419 dan df = 182. 8. Variabel cognitive restructuring memberikan sumbangan sebesar 2,6% dalam varians agresivitas. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F = 6,221 dan df = 181. 9. Variabel minimizing agency memberikan sumbangan sebesar 0,1% dalam varians agresivitas. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F = 0,223 dan df = 180. 10. Variabel distortion of negative consequences memberikan sumbangan sebesar 1,6% dalam varians agresivitas. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F = 6,363 dan df = 179. 11. Variabel blaming/dehumanizing the victim memberikan sumbangan sebesar 10,4% dalam varians agresivitas. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F = 29,182 dan df = 178. 12. Variabel jenis kelamin memberikan sumbangan sebesar 0% dalam varians agresivitas. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F = 0,000 dan df = 177. Urutan IV yang signifikan memberikan sumbangan dari yang terbesar hingga yang terkecil ialah variabel unvegefulness dengan R2 change 12,9%, variabel blaming/dehumanizing the victim dengan R2 change 10,4%, variabel general
99
religiosity dengan R2 change 5,9%, variabel cognitive restructuring dengan R2 change 2,6%, dan variabel distortion of negative consequences dengan R2 change 1,6%. Selanjutnya, kita dapat melihat sumbangan masing-masing variabel religiusitas, moral disengagement, dan jenis kelamin terhadap agresivitas pada tabel 4.9.
Tabel 4.9. Sumbangan masing-masing IV R square change X1 .219 .219 X2 .366 .147 X3 .366 .000 Keterangan : V: signifikan; X : tidak signifikan X1 : Religiusitas X2 : Moral disengagement X3 : Jenis kelamin IV
R square
Sig. F Change .000 .000 .998
Sumbangan 21.9% 14.7% 0%
Keterangan V V X
Dari tabel 4.9 dapat dijelaskan informasi sebagai berikut: 1. Variabel religiusitas yang terdiri dari general religiosity, social religiosity, forgiveness, god as judge, thankfulness, unvengefulnes dan involve god memberikan
sumbangan
sebesar
21,9%
dalam
varians
agresivitas.
Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F= 7,290 dan df = 182. 2. Variabel moral disengagement yang terdiri dari cognitive restructuring, minimizing
agency,
distortion
of
negative
consequences
dan
blaming/dehumanizing the victim memberikan sumbangan sebesar 14,7% dalam varians agresivitas. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F= 10,333 dan df = 178.
100
3. Variabel demografi yaitu jenis kelamin memberikan sumbangan sebesar 0% dalam varians agresivitas. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F= 0 dan df = 177.
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan hasil penelitian, diskusi tentang hasil penelitian serta saran metodologis dan saran praktis untuk penelitian selanjutnya.
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada bab 4, kesimpulan dari penelitian ini adalah “terdapat pengaruh variabel religiusitas (general religiosity, social religiosity, forgiveness, god us judge, thankfulness, unvengefulness, involve god), variabel moral disengagement (cognitive restructuring, minimizing agency, distortion of negative consequences, blaming/dehumanizing the victim), dan variabel demografi (jenis kelamin) terhadap agresivitas”. Berdasarkan proporsi varians seluruhnya, agresivitas yang dipengaruhi independent variable (religiusitas, moral disengagement dan jenis kelamin) adalah sebesar 36.6%. Sisanya sebanyak 63.4% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Dilihat dari signifikan tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV, ditemukan bahwa terdapat dua IV yang menghasilkan koefisien regresi signifikan, yaitu unvengefulness dan blaming/dehumanizing the victim. Masing-masing variabel tersebut mempunyai pengaruh terhadap agresivitas. Jika dilihat dari signifikan atau
101
102
tidaknya proporsi varians sumbangan kontribusi masing-masing IV ada lima IV yang signifikan memberikan sumbangan dari nilai terbesar hingga terkecil ialah variabel unvengefulness, blaming/dehumanizing the victim, general religiosity, cognitive restructuring dan distortion of negative consequences.
5.2
Diskusi
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan pada masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang membuktikan bahwa ada pengaruh yang signifikan religiusitas, moral disengagement dan demografi terhadap agresivitas. Dalam penelitian ini, secara umum variabel religiusitas mempengaruhi agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang. hal tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Shaw, et.al. (2011) yang meneliti tentang bagaimana kekerasan yang diprediksi dari adanya pengaruh religiusitas dan keteguhan moral (moral certainty), menyebutkan bahwa pada tingkat yang lebih tinggi dari keteguhan moral (moral certainty), religiusitas memiliki pengaruh yang lebih besar pada munculnya bentuk kekerasan. Religiusitas merupakan variabel yang memiliki kompleksitas yang cukup tinggi. Religiusitas tidak hanya terdiri dari satu konstruk variabel namun berdiri dari beberapa konstruk, baik berupa konstruk internal individu (kepribadian) hingga konstruk sosial. Selain itu, konstruk religiusitas pun memiliki irisan dengan konstruk lain yang serupa seperti kondisi fisik, keadaan lingkungan dan pengaruh kelompok
103
(social support) sehingga religiusitas memiliki kontribusi yang besar dalam menggambarkan agresivitas. Namun, dalam hasil penelitian ini ditemukan bahwa tidak semua dimensi dalam religiusitas ini berpengaruh secara signifikan terhadap agresivitas. Terbukti dalam penelitian ini hanya satu dari tujuh dimensi religiusitas yaitu unvengefulness (rasa tidak dendam) yang memiliki pengaruh secara signifikan. Berdasarkan nilai koefisien regresi dimensi unvengefulness (rasa tidak dendam) memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap agresivitas. Hal ini berarti menunjukkan bahwa semakin rendah rasa tidak dendam seseorang maka semakin tinggi agresivitas orang tersebut. Gazi dan Faozah (2010) menjelaskan bahwa tidak ada jaminan orang yang taat beragama akan bebas dari rasa dendam dan kebencian terhadap orang lain atau kelompok lain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keenam dimensi religiusitas yaitu general religiosity, social support, forgiveness, god us judge, thankfulness dan involve god tidak signifikan berpengaruh terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang dengan tingkatan religiusitasnya tidak mudah melakukan perilaku agresif. Namun dalam penelitiannya, Huesmann, et.al. (2011) menyatakan bahwa partisipasi keagamaan dapat membangun religiusitas seseorang dan mempengaruhi tinggi rendah tingkat agresivitas secara kontinu pada tiap tahap perkembangan hidupnya.
104
Selanjutnya, dari hasil penelitian mengenai pengaruh moral disengagement dengan diikutsertakan semua variabelnya, hanya ditemukan satu dimensi yang berpengaruh yaitu dimensi blaming/dehumanizing the victim sedangkan dimensi yang lainnya tidak berpengaruh. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hymel, et.al. (2005) yang mengemukakan bahwa terdapat pengaruh dari blaming/dehumanizing the victim terhadap agresivitas. Dimensi cognitive restructuring tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hymel et.al., (2005) yang menyatakan bahwa moral disengagement dalam hal ini cognitive restructuring berhubungan positif dengan agresivitas. Peneliti mengasumsikan perbedaan hasil penelitian karena berbedanya karakteristik umur sampel, yaitu pada penelitian ini menggunakan sampel usia dewasa yang dalam hal kognitifnya jelas lebih mantap dibandingkan dengan usia remaja. William Perry (dalam Santrock, 2002) mengemukakan bahwa remaja sering memandang dunia dalam dualisme pola polaritas mendasar – seperti benar/salah atau baik/buruk. Pada waktu kaum muda mulai matang dan memasuki tahun-tahun masa dewasa, mereka mulai menyadari perbedaan pendapat dan berbagai perspektif yang dipegang orang lain, yang mengguncang pandangan dualistik mereka. Pemikiran dualistik mereka digantikan oleh pemikiran beragam. Pada waktu pendapat pribadi ditentang oleh orang lain, pemikiran yang beragam menghasilkan pemikiran yang relatif tunduk, di mana pendekatan yang analitis dan evaluatif terhadap ilmu
105
pengetahuan secara sadar dan aktif dilakukan. Orang dewasa memahami bahwa arti dari sebuah peristiwa dihubungkan dengan konteks di mana peristiwa itu terjadi dan dibatasi pada kerangka berpikir individu yang digunakan untuk memahami peristiwa tersebut. Sedangkan hasil pada variabel minimizing agency dan distortion of negative consequences sesuai dengan penelitian Hymel, et.al., (2005) bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan minimizing agency dan distortion of negative consequences terhadap agresivitas. Peneliti berasumsi bahwa yang menyebabkan hasil penelitian ini tidak signifikan karena dalam penelitian ini pemilihan sampel diambil secara accidental sampling sehingga ketika kuesioner disebarkan tidak ada seleksi untuk sampel yang benar-benar mengalami moral disengagement. Hasil kategorisasi juga menyatakan bahwa masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang cenderung memiliki tingkat minimizing agency dan distortion of negative consequences yang rendah. Hal ini berarti masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang cenderung tidak memindahkan atau menyebarkan tanggung jawab kepada orang lain dan tidak mengabaikan konsekuensi sehingga moral disengagement yang memprediksi agresivitas yang terjadi di masyarakat berada pada tingkatan yang rendah. Pada penelitian ini karakterisitik sampel termasuk dalam masa dewasa dengan rentang usia 20 – 50 tahun. Schaie (dalam Santrock, 2002) menyatakan bahwa pada masa dewasa terjadi fase eksekutif, yaitu di mana seseorang
106
bertanggung jawab kepada sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial (misalnya, pemerintah atau perusahaan). Dalam fase eksekutif individu membangun pemahaman tentang bagaimana organisasi sosial bekerja dan berbagai hubungan yang kompleks yang terlibat di dalamnya. Terakhir, adapun variabel demografi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa variabel jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang dikemukankan oleh Bjorkqvist, Osterman dan Hjelt-Back (dalam Baron, 2005) bahwa laki-laki lebih terlibat dalam berbagai bentuk perilaku agresif langsung– tindakan yang ditujukan secara langsung pada target dan secara jelas datang dari aggressor (misalnya, kekerasan fisik, mendorong, menampik, melempar sesuatu pada orang lain, berteriak dan mengejek). Sedangkan perempuan lebih terlibat dalam berbagai bentuk perilaku agresif tidak langsung–tindakan ini termasuk menyebarkan rumor mengenai target, bergosip di belakang target, mengarang cerita sehingga target mendapat masalah dan lain-lain. Peneliti berasumsi bahwa keterbatasan dalam penelitian ini terajadi karena penelitian yang dilakukan hanya memakai kuesioner tanpa dilakukan lagi observasi atau wawancara mendalam mengenai perilaku keseharian subjek sehingga cukup besar peluang untuk melakukan faking good terhadap isi dari kuesioner.
107
Selain itu, jika dilihat dari fenomena agresivitas yang terjadi pada masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang pada saat dilaksanakannya pilkada termasuk ke dalam perilaku kelompok, di mana terkadang orang kehilangan dirinya sendiri di dalam kerumunan dan bertindak secara berbeda (Reicher dalam Taylor et. al., 2009). Dalam situasi kerumunan, seseorang terkadang kehilangan rasa tanggung jawab atas tindakannya. Sistem kontrol melemah dan karenanya dorongan agresif bebas disalurkan. Hasilnya bisa berupa tindakan kekerasan yang tak bermoral. Fenomena ini disebut deindividuasi (Postmes & Spears, dalam Taylor, et.al., 2009). Deindividuasi menciptakan keadaan psikologis khusus di mana individu menjadi kurang menyadari nilai personalnya dan perilakunya, dan lebih fokus pada nilai dan perilaku kelompok dan situasi (Diener, dalam Taylor, 2009). Sehingga, pada saat agresivitas diukur secara individu diperoleh hasil kategorisasi agresivitas yang rendah. Hal ini berarti masyarakat di desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang memiliki tingkatan yang rendah pada segala bentuk perilaku yang ditujukan untuk menyakiti, mengancam atau membahayakan pihak lain yang dapt dilakukan baik secara fisik, verbal, anger dan hostility. Dari hasil penelitian di atas, terdapat perbedaan pendapat dari hasil penelitian sebelumnya mengenai dimensi-dimensi religiusitas, moral disengagement dan jenis kelamin terhadap agresivitas. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh dimensi-dimensi religiusitas, moral disengagement dan jenis kelamin
108
dengan agresivitas pada masyarakat agar dapat memberikan gambaran yang lebih mendalam, sedangkan berdasarkan proporsi varians seluruhnya, agresivitas yang dipengaruhi independent variable (religiusitas, moral disengagement dan jenis kelamin) adalah sebesar 36.6%. Sisanya sebanyak 63.4% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lain di luar penelitian sangat besar pengaruhnya terhadap agresivitas, terutama apabila fenomena yang diteliti adalah kasus politik dan fenomena kelompok, sehingga penting di dalamnya untuk meneliti faktor-faktor politik dan sosial yang dapat memprediksi terjadinya konflik atau agresivitas yang terjadi dalam konteks politik dan kelompok.
5.3
Saran
Berdasarkan penulisan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini. Untuk itu, peneliti memberikan beberapa saran untuk bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya, baik berupa saran metodologis dan saran praktis. 5.3.1
Saran metodologis
1. Pada penelitian ini, sampel yang digunakan yaitu masyarakat Desa Kampung Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, Tangerang yang mengalami konflik pada saat pilkada. Untuk penelitian selanjutnya dalam pemilihan sampel sebaiknya dilakukan observasi terlebih dahulu untuk mengetahui riwayat konflik dan catatan kepolisian pada populasi dan sampel yang akan diteliti.
109
2. Pada penelitian ini, penulis menggunakan tiga buah instrumen yang dimodifikasi dan diterjemahkan dari skala yang sudah ada yaitu skala agresivitas, religiusitas dan moral disengagement. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dalam penterjemahan alat ukur, bahasa yang digunakan disesuaikan dengan kriteria subjek sehingga hasil penelitian lebih representative. 3. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa religiusitas, moral disengagement dan jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas sebesar 36,6% dan 63,4% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini, sehingga saran bagi penelitian selanjutnya, agar menambahkan variabel lain yang memiliki pengaruh terhadap agresivitas seperti emosi, kontrol diri, tipe kepribadian dan jenjang pendidikan. Akan lebih tepat jika menggunakan teori yang berkaitan dengan psikologi sosial, seperti identitas kelompok, konformitas, provokasi dan budaya ketika melakukan penelitian dalam konteks kasus kelompok sosial. 5.3.2
Saran praktis
Terkait hasil penelitian yang signifikansi pengaruhnya terhadap agresivitas, yaitu rasa tidak dendam (unvengefulness) dan blaming dapat disarankan sebagai berikut: 1. Terkait rasa tidak dendam (unvengefulness), maka dapat disarankan bagi aparat desa diharapkan dapat melakukan berbagai macam kegiatan yang
110
melibatkan seluruh masyarakat agar tercipta kerukunan, kebersamaan dan rasa tidak dendam antar masyarakat. 2. Terkait blaming, disarankan bagi masyarakat yang turut serta dalam pilkada diharapkan dapat meningkatkan kesadaran diri untuk terlibat secara aktif, jujur dan bertanggungjawab pada saat pelaksanaan pilkada dan tidak mudah terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga tidak mudah menyalahkan pihak-pihak lain baik di dalam maupun di luar kelompok masyarakat. 3. Bagi pihak pelaksana pilkada untuk pelaksanaan pilkada selanjutnya diharapkan melakukan sosialisasi secara menyeluruh kepada seluruh lapisan masyarakat bahwa pelaksanaan pilkada dilakukan untuk kepentingan bersama bukan untuk kepentingan kelompok tertentu, sehingga dapat meminimalisir terjadinya bentrok antar warga pada saat pilkada berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, C., & Bushman, B. (2002). Human aggression. Annual Reviews Psychology, 53, 27-51 Bandura, A., Barbaraneli, C., Caprara, G., & Pastoreli, C. (1996). Mechanisms of moral disengagement in the exercise of moral agency. Personality and Social Psychology Review, 71, 364-374 Bandura, A. (1999). Moral disengagement in the perpetration of inhumanities. Personality and Social Psychology Review, 3(3), 193-209. Lawrence Erlbaum Associates: Inc. Stanford University. Baron, R.A., & Byrne, D.B., (2005). Psikologi sosial. Edisi Kesepuluh Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Buss, A.H., & Perry, M. (1992). The aggression quistionnaire. Journal of Personality and Social Psychology, 63(3), 452-459 Detert, J.R., Trevino, L.K., & Sweitzer, V.L. (2008). Moral disengagement in ethical decision making: A study of antecedences and outcomes. Journal of Applied Psychology, 93(2), 374-391 Fajri, N. (2013). Pengaruh self-esteem, kecerdasan emosi dan konformitas teman sebaya terhadap agresivitas remaja. Skripsi. UIN Jakarta. Fetzer Institute and National Institute on Aging Working Group. (1999). Multidimensional measurement of religiousness, spirituality for use in health research. Fetzer institute in collaboration with national institute on aging, Kalamazoo. MI: Fetzer Institute. Gazi & Faozah. (2010). Psikologi agama: Memahami pengaruh agama terhadap perilaku manusia. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah. Gulandri, M. (2012). Counterproductive work behaviors and moral disengagement. Doctoral Dissertation: Sapienza Universita of Roma. Hardy, S., Walker, L., Rackham, D., & Olsen, J. (2012). Religiosity and adolescent empathy and aggression: The mediating role of moral identity. Journal of Religion and Spirituality.doi: 10.1037/a0027566
Hasanah, U. (2014). Pengaruh pola asuh dan kontrol diri terhadap agresivitas remaja di SMA Al – Chasanah Jakarta. Skripsi. UIN Jakarta. Hyde, L. W., Shaw, D. S., & Moilanen, K. L. (2010). Developmental precursors of moral disengagement in the development of antisocial behavior. Journal of Abnormal Child Psychology, 38, 197-209. Doi:10.1007/s10802-009-9358-5. Hymel, S., Henderson, N.R., & Bonanno, R.A.( 2005). Moral disengagement: a framework for understanding bullying among adolescents. Journal of Social Science. Special Issue no. 8, 1-11 Huber, S. & Huber, O. W. (2012). The centrality of religious scale. Journal of Religions, 3, 710-724 Huesmann. L.R., Dubow, E.F., & Boxer, P. (2010). The effect of religious participation on aggression over one’s lifetime and across generations. Hurlock, E. (1980). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga. Kendler, K.S., dkk. (2003). Dimensions of religiosity and their relationship to lifetime psychiatric and substance use disorders. Religiosity and psychiatric Disorders, 160, 496–503 Kundarto, F. (2012). Pengaruh tipe kepribadian dan religiusitas terhadap perilaku agresi ibu kepada anak. Skripsi. UIN Jakarta. Leon, A. G., Reyes, G.A., Vila, J., et al. (2002). The aggression questionnaire: A validation study in student samples. The Spanish Journal of Psychology. 5 (1), 45-53 McAlister, A. L., Bandura, A., & Owen, S. V. (2006). Mechanisms of moral disengagement in support of military force: the impact of Sept. 11. Journal of Social and Clinical Psychology, 25, 141-165 Mufidha, R. (2008). Hubungan religiusitas dengan perilaku agresif remaja madrasah tsanawiyah persiapan Negeri Batu. Skripsi. UIN Malang. Paciello, M., Fida, R., Tramontano, C., Lupinetti, C., & Caprara, G. (2008). Stability and change of moral disengagement and its impact on aggression and violence in late adolescence. Child Development. 79(5), 1288 – 1309
Rohmah, F. (2013). Pengaruh pola asuh, self-esteem, moral disengagement dan demografi terhadap kecenderungan bullying siswa SMPN 1 Sepatan Tangerang. Skripsi. UIN Jakarta. Santrock, J.W. (2002). Life-span development. Edisi Kelima. Alih bahasa Juda Damanik, Achmad Chusairi. Jakarta: Erlangga. Sarwono, S.W. (2002). Psikologi sosial: Individu dan teori-teori psikologi sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Shaw, M., Stephanie A., & Za’rate, M. (2011). Violence with a conscience: a religiosity and moral certainty as predictor of support for violent warfare. Psychology of Violence, 1(4), 275-286 Taylor, E.S., Peplau, L.A., & Sears, D.O. (2009). Social psychology (12th ed). Psikologi sosial. Alih bahasa Tri Wibowo. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Umar, J. (2012). Bahan ajar confirmatory factor analysis (CFA). Tidak dipublikasikan.
LAMPIRAN C PENGANTAR Assalamu’alaikum, Wr. Wb. Selamat Pagi/ Siang/ Sore Salam kenal... Saya mahasiswi Psikologi semester akhir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya meminta bantuan saudara sekalian untuk menjadi responden dalam penelitian skripsi saya. Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk mengisi serangkaian pernyataan berikut ini secara jujur dan apa adanya. Dalam skala ini tidak ada jawaban benar atau salah. Adapun informasi atau data yang anda berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian ini dan akan terjamin kerahasiaannya, serta hanya digunakan untuk kepentingan pengumpulan data. Atas kerja sama dan bantuannya, saya ucapkan terimakasih, serta mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan. Wassalamu’alaikum, Wr. Wb. Peneliti, Sonia Pebriani NR. ______________________________________________________________________________ DATA DIRI RESPODEN Nama/Inisial : ........................................................................... Jenis Kelamin : ○ Laki-laki ○Perempuan Usia : ........... tahun Pekerjaan : ........................................................................... Pendidikan : ........................................................................... Agama : ………………………………………………. Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini. Nama & Tanda tangan
PETUNJUK PENGERJAAN SKALA I DAN SKALA II Terdapat beberapa pernyataan yang sesuai atau tidak sesuai dengan Anda. Misalnya Anda adalah orang yang suka memanfaatkan waktu dengan orang lain. Pilihlah nomor yang menyatakan tingkat Sangat Tidak Sesuai (STS) sampai Sangat Sesuai (SS) pada tiap-tiap pernyataan dengan menggunakan tanda silang (√). Pastikan pada setiap pernyataan hanya ada satu pilihan jawaban.
Keterangan Pilihan Jawaban: STS
: Sangat Tidak Sesuai
TS
: Tidak Sesuai
S
: Sesuai
SS
: Sangat Sesuai
CONTOH PENGERJAAN SKALA I DAN SKALA II No.
Pertanyaan Saya merasa ada orang yang peduli dengan saya
SKALA I No. Pernyataan 1. Terkadang saya tidak dapat mengontrol diri saya untuk memukul orang lain 2. Saya akan memukul orang lain jika banyak yang memprovokasi saya 3. Jika seseorang memukul saya, saya akan balas memukulnya kembali 4. Dibandingkan dengan orang lain, saya lebih sering terlibat pertengkaran/perkelahian 5. Andaikan saya terpaksa melakukan kekerasaan untuk membela hak saya, saya akan melakukannya 6. Jika ada seseorang yang mengganggu saya terus menerus, saya akan memukulnya 7. Saya berpikir, memukul seseorang bukanlah alasan yang tepat. 8. Saya mengetahui, bahwa saya diancam seseorang 9. Jika sedang marah, saya dapat merusak barang-barang yang ada di sekitar saya 10. Saya akan berbicara kasar ketika tidak sependapat dengan mereka 11. Saya mengumpat orang yang berbeda pendapat dengan saya 12. Ketika seseorang mengganggu saya, saya berbicara kasar kepadanya
STS
TS
STS
TS
S √
S
SS
SS
13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
Saya merasa tidak dapat berkata sopan ketika ada yang tidak sependapat dengan saya Teman saya mengatakan bahwa saya orang yang suka berbicara kasar Saya termasuk orang yang cepat marah tetapi cepat pula kembali menjadi tenang Saat frustasi, saya biarkan kemarahan saya terlihat Terkadang saya merasa seperti bom yang siap meledak Saya adalah seorang yang berwatak tenang Beberapa teman saya menganggap saya orang yang mudah marah Terkadang saya marah hingga lepas kendali tanpa alasan yang jelas Saya sulit mengendalikan emosi Terkadang saya dikuasai perasaan iri hati Seringkali saya mendapatkan perlakuan tidak adil dalam hidup Orang lain selalu terlihat lebih beruntung dibandingkan dengan saya Saya heran, kenapa terkadang saya merasa begitu benci tentang sesuatu hal Saya tahu teman-teman membicarakan saya dibelakang saya Terhadap keramahan orang asing yang berlebihan, saya selalu bersikap curiga Terkadang saya merasa bahwa orang-orang menertawakan saya dibelakang saya Ketika orang berbuat baik kepada saya, saya merasa curiga dengan kebaikannya
SKALA II No. Pernyataan 1. Saya berusaha menjalani hidup seperti yang Tuhan perintahkan 2. Saya memohon kepada Tuhan untuk membantu saya membuat keputusan-keputusan penting 3. Saya menemukan kekuatan dalam agama yang saya yakini 4. Tanpa Tuhan, hidup saya tanpa tujuan 5. Setiap hari saya menyempatkan untuk berdoa kepada Tuhan 6. Keyakinan kepada Tuhan membentuk bagaimana saya berpikir dan bertindak setiap hari 7. Keyakinan pada Tuhan membantu saya melalui kesulitan
STS
TS
S
SS
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.
Dalam menjalani masa sulit, saya berusaha menemukan pembelajaran dari Tuhan Saat menghadapi situasi sulit, agama membantu saya memahami situasi tersebut Saya merasa puas dengan kehidupan religiusitas saya Saya merasakan kehadiran Tuhan Saya berusaha untuk menjadi seseorang yang taat beragama Setiap hari saya melihat buti-bukti kekuasaan Tuhan Saya berusaha mengakui kesalahan dan meminta ampun pada Tuhan atas apa yang telah saya lakukan Saya percaya bahwa agama dapat memberikan arahan hidup Saya merasakan cinta Tuhan baik secara langsung maupun melalui perantara orang lain Saya mengandalkan Tuhan dalam segala hal Saya menjalin hubungan baik dengan setiap orang Kebanyakan teman saya adalah orang yang religius Bertukar pikiran tentang agama merupakan hal yang penting bagi saya Beribadah dan berdoa bersama merupakan hal yang menyenangkan bagi saya Saya mengikuti berbagai kegiatan keagamaan di tempat ibadah Saya percaya pada Tuhan Saya yakin bahwa Tuhan selalu memberikan jawaban atas doa-doa yang dipanjatkan oleh hamba-Nya Saya tahu bahwa Tuhan mencintai saya apa adanya Saya yakin setiap perbuatan manusia diawasi oleh Tuhan Saya mencoba untuk memaafkan orang lain Meskipun sulit, saya akan berusaha untuk memaafkan orang lain yang telah menyakiti perasaan saya Saya memaafkan diri sendiri Saya mencoba hidup dengan selalu mencintai orang lain sebagaiman saya mencintai diri sendiri Saya yakin bahwa saya harus peduli terhadap orang lain seburuk apapun perlakuan mereka terhadap saya Saya percaya bahwa Tuhan lah sang penetap takdir Saya percaya segala yang terjadi adalah ketetapan dari Tuhan Saya percaya Tuhan mempunyai/memberi banyak peraturan yang dapat membantu kelangsungan hidup hambanya Saya percaya bahwa kitab suci adalah kalimat dari Tuhan Saya percaya Tuhan akan memberikan balasan yang adil Saya membebaskan diri dari rasa dendam Saya tidak akan menaruh rasa dendam kepada orang yang
39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51.
52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61.
telah menyakiti saya Saya merasa diberkati Tuhan setiap hari Saya berterima kasih atas apa yang saya terima dalam hidup ini Saya bersyukur terhadap apapun yang terjadi dalam hidup ini Saya mempertanyakan kehadiran Tuhan Setiap hari saya hanya mengandalkan diri sendiri dalam segala hal Tuhan meninggalkan saya dalam masa-masa sulit yang saya hadapi Saat bertemu masalah saya merasa mampu menyelesaikannya sendiri tanpa meminta pertolongan Tuhan Menurut saya, menjalin hubungan baik dengan orang lain bukan lah hal yang penting Saya tidak suka mengikuti berbagai kegiatan di tempat ibadah Saya meragukan kehadiran Tuhan Yang saya tahu Tuhan hanya mencintai orang-orang tertentu saja Saya merasakan kepedulian yang mendalam terhadap dunia dan isinya Saya merasa situasi yang penuh tekanan merupakan cara Tuhan untuk menghukum saya atas dosa-dosa dan kelalaian saya Ketika seseorang menyakiti perasaan saya, saya akan membalasnya dengan cara apapun Orang lain memberitahu bahwa saya tidak cukup bersyukur dalam menjalani hidup ini Saya tidak melihat banyak hal yang bisa saya syukuri dalam kehidupan ini Saya marah pada tuhan karena membiarkan hal buruk terjadi pada diri saya Saya tidak akan memperdulikan orang-orang yang telah menyakiti saya Saya yakin walaupun saya melakukan banyak kesalahan Tuhan tidak akan berhenti mencintai saya Saya adalah orang yang pendendam Satu-satunya orang yang harus saya syukuri atas apa yang saya terima dalam hidup ini adalah diri saya sendiri Saya yakin jika saya melakukan banyak kesalahan Tuhan akan berhenti mencintai saya Saya tidak akan membalas perlakuan buruk yang orang lain lakukan terhadap saya
PETUNJUK PENGERJAAN SKALA III Baca dan pahami setiap pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan tersebut sesuai dengan diri anda. Pilihlah nomor yang menyatakan tingkat Sangat Tidak Setuju (STS) sampai Sangat Setuju (SS) pada tiap-tiap pernyataan dengan menggunakan tanda silang (√). Pastikan pada setiap pernyataan hanya ada satu pilihan jawaban. Keterangan Pilihan Jawaban: STS
: Sangat Tidak Setuju
TS
: Tidak Setuju
S
: Setuju
SS
: Sangat Setuju
CONTOH PENGERJAAN SKALA III No.
Pertanyaan Saya merasa puas dengan diri sendiri
SKALA III No. Pernyataan 1. Tindakan kekerasan hanyalah suatu hal yang normal dilakukan 2. Para pemimpin daerah seharusnya bertanggung jawab untuk melindungi warganya dari tindakan kekerasan 3. Tindakan kekerasan membuat seseorang mengerti pentingnya berkelompok 4. Orang-orang yang menjadi objek tindakan kekerasan karena mereka berbeda dibanding orang lain 5. Kekerasan adalah suatu bentuk tindakan kriminal 6. Ketika saya melihat orang lain sedang menjadi objek tindakan kekerasan, tidak ada yang dapat saya lakukan untuk menghentikannya 7. Menjadi objek tindakan kekerasan membantu seseorang untuk lebih tegar 8. Orang yang menjadi objek tindakan kekerasan karena mereka pantas mendapatkannya 9. Tidak masalah untuk turut melakukan tindakan kekerasan terhadap orang yang anda tidak sukai 10. Adalah tanggung jawab saya untuk turut campur atau melakukan suatu tindakan ketika saya melihat tindakan kekerasan 11. Beberapa orang butuh untuk memilih teman yang akan mengajari mereka berbagai hal 12. Tidak masalah untuk memilih menjadi seorang pecundang 13. Tidak masalah untuk melakukan tindakan kekerasan kepada orang lain
STS
TS
STS
TS
S √
S
SS
SS
14. 15. 16. 17. 18.
Tindakan kekerasan dapat menjadi suatu cara yang baik untuk menyelesaikan masalah Jika seseorang tidak mudah lemah, mereka tidak akan mengalami banyak tindakan kekerasan Di dalam kelompok saya, tindakan kekerasan adalah hal yang wajar Orang yang menjadi objek tindakan kekerasan karena mereka juga melakukan tindakan kekerasan kepada orang lain Orang yang mengalami tindakan kekerasan juga melakukan hal yang sama terhadap dirinya sendiri
LAMPIRAN D
Contoh Syntax Agresivitas Fisik UJI VALIDITAS AGRESIVITAS FISIK DA NI=9 NO=190 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 KM SY FI=AGRESIVITASFISIK.COR MO NX=9 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY,FI LK AGRESIVITAS FISIK FR LX 1 - LX 9 FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 FR TD 6 5 TD 8 1 TD 8 7 TD 8 4 TD 4 1 PD OU TV MI SS
LAMPIRAN E
Contoh Output CFA Agresivitas Fisik DATE: 11/ 5/2014 TIME: 20:22 L I S R E L
8.70
BY Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com The following lines were read from file D:\DATA\AGRESIVITAS\FISIK\AGRESIVITAS FISIK.ls8: UJI VALIDITAS AGRESIVITAS FISIK DA NI=9 NO=190 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 KM SY FI=AGRESIVITASFISIK.COR MO NX=9 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY,FI LK AGRESIVITAS FISIK FR LX 1 - LX 9 FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 FR TD 6 5 TD 8 1 TD 8 7 TD 8 4 TD 4 1 PD OU TV MI SS UJI VALIDITAS AGRESIVITAS FISIK Number Number Number Number Number Number UJI VALIDITAS AGRESIVITAS FISIK
of of of of of of
Input Variables 9 Y - Variables 0 X - Variables 9 ETA - Variables 0 KSI - Variables 1 Observations 190
Correlation Matrix
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9
ITEM1 -------1.00 0.28 0.19 0.30 -0.04 0.11 0.04 0.35 0.19
ITEM2 --------
ITEM3 --------
ITEM4 --------
ITEM5 --------
ITEM6 --------
1.00 0.49 0.17 0.15 0.36 0.12 0.16 0.20
1.00 0.21 0.18 0.48 0.20 0.14 0.20
1.00 0.17 0.32 0.18 0.33 0.21
1.00 0.42 0.07 0.02 0.07
1.00 0.22 0.17 0.16
ITEM8 --------
ITEM9 --------
1.00 0.28
1.00
Correlation Matrix
ITEM7 ITEM8 ITEM9
ITEM7 -------1.00 -0.13 -0.01
UJI VALIDITAS AGRESIVITAS FISIK Parameter Specifications LAMBDA-X
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9
AGRESIVI -------1 2 3 4 5 6 7 8 9 THETA-DELTA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9
ITEM1 -------10 0 0 13 0 0 0 19 0 THETA-DELTA
ITEM2 --------
ITEM3 --------
ITEM4 --------
ITEM5 --------
ITEM6 --------
11 0 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 0 0 0
14 0 0 0 20 0
15 16 0 0 0
17 0 0 0
ITEM7 ITEM8 ITEM9
ITEM7 -------18 21 0
ITEM8 --------
ITEM9 --------
22 0
23
UJI VALIDITAS AGRESIVITAS FISIK Number of Iterations = 25 LISREL Estimates (Maximum Likelihood) LAMBDA-X
ITEM1
AGRESIVI -------0.30 (0.08) 3.58
ITEM2
0.63 (0.08) 8.06
ITEM3
0.74 (0.08) 9.64
ITEM4
0.36 (0.08) 4.38
ITEM5
0.24 (0.09) 2.77
ITEM6
0.63 (0.08) 8.17
ITEM7
0.27 (0.08) 3.24
ITEM8
0.25 (0.08) 2.96
ITEM9
0.30 (0.08) 3.62
PHI AGRESIVI -------1.00
THETA-DELTA ITEM2 --------
ITEM1
ITEM1 -------0.91 (0.10) 9.38
ITEM3 --------
ITEM2
- -
0.61 (0.08) 7.45
ITEM3
- -
- -
0.45 (0.08) 5.42
ITEM4
0.20 (0.07) 2.80
- -
- -
0.87 (0.09) 9.21
ITEM5
- -
- -
- -
- -
0.94 (0.10) 9.47
ITEM6
- -
- -
- -
- -
0.27 (0.07) 3.98
0.60 (0.08) 7.34
ITEM7
- -
- -
- -
- -
- -
- -
ITEM8
0.27 (0.07) 3.75
- -
- -
0.26 (0.07) 3.72
- -
- -
ITEM9
- -
- -
- -
- -
- -
- -
ITEM7 -------0.93 (0.10) 9.46
ITEM8 --------
ITEM9 --------
-0.21 (0.07)
0.94 (0.10)
THETA-DELTA
ITEM7
ITEM8
ITEM4 --------
ITEM5 --------
ITEM6 --------
ITEM9
-3.19
9.54
- -
- -
0.91 (0.10) 9.40
Squared Multiple Correlations for X - Variables ITEM1 -------0.09
ITEM2 -------0.39
ITEM3 -------0.55
ITEM4 -------0.13
ITEM5 -------0.06
ITEM6 -------0.40
Squared Multiple Correlations for X - Variables ITEM7 -------0.07
ITEM8 -------0.06
ITEM9 -------0.09
Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 22 Minimum Fit Function Chi-Square = 33.32 (P = 0.058) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 33.53 (P = 0.055) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 11.53 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 31.25) Minimum Fit Function Value = 0.18 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.061 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.17) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.053 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.087) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.42 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.42 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.36 ; 0.53) ECVI for Saturated Model = 0.48 ECVI for Independence Model = 2.09 Chi-Square for Independence Model with 36 Degrees of Freedom = 376.50 Independence AIC = 394.50 Model AIC = 79.53 Saturated AIC = 90.00 Independence CAIC = 432.72 Model CAIC = 177.22 Saturated CAIC = 281.12 Normed Fit Index (NFI) = 0.91 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.95 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.56 Comparative Fit Index (CFI) = 0.97 Incremental Fit Index (IFI) = 0.97 Relative Fit Index (RFI) = 0.86
Critical N (CN) = 229.56
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.056 Standardized RMR = 0.056 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.96 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.92 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.47 UJI VALIDITAS AGRESIVITAS FISIK Modification Indices and Expected Change No Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-X No Non-Zero Modification Indices for PHI Modification Indices for THETA-DELTA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9
ITEM1 -------- 5.74 0.03 - 1.41 2.42 0.73 - 0.43
ITEM2 --------
ITEM3 --------
ITEM4 --------
ITEM5 --------
ITEM6 --------
- 3.10 2.11 0.24 2.47 1.08 0.21 0.10
- 1.95 0.02 0.48 0.05 0.77 0.64
- 1.27 2.61 2.04 - 0.50
- - 0.19 0.56 0.02
- 1.69 0.49 0.46
Modification Indices for THETA-DELTA
ITEM7 ITEM8 ITEM9
ITEM7 -------- - 0.62
ITEM8 --------
ITEM9 --------
- 5.00
- -
Expected Change for THETA-DELTA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9
ITEM1 -------- 0.14 -0.01 - -0.07 -0.08 -0.06 - 0.04
ITEM2 --------
ITEM3 --------
ITEM4 --------
ITEM5 --------
ITEM6 --------
- 0.16 -0.09 0.03 -0.11 -0.07 -0.03 0.02
- -0.08 -0.01 0.05 -0.01 -0.05 -0.05
- 0.07 0.09 0.09 - 0.04
- - -0.03 -0.04 0.01
- 0.07 0.04 -0.04
Expected Change for THETA-DELTA ITEM7
ITEM8
ITEM9
-------- - -0.05
ITEM7 ITEM8 ITEM9
--------
--------
- 0.14
- -
Maximum Modification Index is
5.74 for Element ( 2, 1) of THETA-DELTA
UJI VALIDITAS AGRESIVITAS FISIK Standardized Solution LAMBDA-X AGRESIVI -------0.30 0.63 0.74 0.36 0.24 0.63 0.27 0.25 0.30
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 PHI
AGRESIVI -------1.00 Time used:
0.031 Seconds