PENGARUH PENYULUHAN MAKANAN JAJANAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI MAKANAN JAJANAN PADA SISWA SD NEGERI DI SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran
Oleh: Noviana Umi Mutmainah J500090082
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
ABSTRAK Noviana Umi Mutmainah. J500090082, 2012. Skripsi. Pengaruh Penyuluha Makanan Jajanan Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Makanan Jajanan Pada Siswa SD di Surakarta. Latar Belakang : Makanan jajanan merupakan salah satu jenis makanan yang sangat dikenal oleh anak usia sekolah. Dalam hal pemilihan makanan jajanan untuk anak asia sekolah masih kurang memperhatikan segi keamanan dan kebersihan makanan jajanan tersebut. Makanan jajanan yang berbahaya mempunyai risiko terhadap kesehatan. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan anak mengenai makanan jajanan yang aman untuk dikonsumsi. Diperlukan pendidikan kesehatan untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat pada siswa yaitu salah satunya dengan penyuluhan. Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap mengenai makanan jajanan pada siswa SD negeri di Surakarta. Metode : Penelitian ini menggunakan Quasi Experimental, dengan rancangan penelitian One Group Pre and Post Test Design. Sample penelitian adalah siswa SD kelas V SDN Bratan I dan SDN Kleco II. Jumlah sampelnya untuk SDN Bratan I 38 responden dan SDN Kleco II 31 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dengan memberikan kuisioner pre test dan post test. Analisis data menggunakan uji t berpasangan dan uji wilcoxon untuk yang distribusi datanya tidak normal. Hasil : Berdasarkan uji wilcoxon pada variabel tingkat pengetahuan pre test dan post test diperoleh nilai p = 0,008. Untuk uji t berpasangan pada variabel tingkat sikap pre test dan post test nilai p = 0,590. Kesimpulan : terdapat pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap pada siswa SD di Surakarta, untuk pengetahuan secara statistik signifikan, sedangkan untuk sikap secara statistik tidak signifikan.
Kata kunci : penyuluhan, pengetahuan, sikap, dan makanan jajanan
ABSTRACT Noviana Umi Mutmainah. J500090082, 2012. Skripsi. The effect of education snack toward the improvement of knowledge and attitude about snacks of elementary school students in Surakarta. Background: Snack is one of variety of food that children known the most. In choosing snacks, elementary school students are less considering its safety and hygiene. Dangerous snacks has potential risk for healthiness. This can be happened because students’ knowledge about snacks that safe to be consumed is lack. Health education is important thing for students, to applying the good live habit. Purpose: To know the effect of education toward the improvement of knowledge and attitude about snack of elementary school students in Surakarta. Method: this research was used Quasi Experimental method, with One Group Pre and Post Test Design. The samples were elementary school students grade V in SDN Bratan I and SDN Kleco II. The number of samples from SDN Bratan I were 38 respondents meanwhile samples from SDN Kleco II were 31 respondents who were chosen by using purposive sampling. The data collection was done by giving pre test and post test questionnaire. The data were analyzed by using paired t test and Wilcoxon test for data which is not distributed normally. Result: based on Wilcoxon test on pre test and post test knowledge level variable is gained p = 0,008. For paired t test on pre test and post test attitude level variable is gained p = 0,590. Conclusion: there is effect of education toward the improvement of knowledge and attitude about snack of elementary school students in Surakarta, statistically significant for knowledge, meanwhile for attitude.
Keywords: education, knowledge, attitude, and snack
PENDAHULUAN Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya dan memiliki kemampuan anak seusianya. Anak yang sehat biasanya mampu belajar dengan baik. Makan bagi manusia merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk dapat mempertahankan hidup serta menjalankan kehidupan. Makan diperlukan untuk memperoleh zat gizi yang cukup untuk kelangsungan hidup, pemulihan kesehatan sesudah sakit, aktivitas, pertumbuhan dan perkembangan. Untuk seorang anak, makan dapat dijadikan media untuk mendidik anak supaya dapat menerima, menyukai, memilih makanan yang baik, juga menentukan jumlah makanan yang cukup dan bermutu (Santoso & Ranti, 2004). Pendapat masyarakat mengenai konsep kesehatan dan gizi sangat berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan. Salah satu pengaruh yang sangat dominan terhadap pola konsumsi adalah pantangan atau tabu. Makanan juga memiliki nilai sosial tertentu. Ada makanan yang dianggap memiliki nilai sosial tinggi dan ada juga yang dianggap memiliki nilai sosial rendah (Sediaoetama, 2010). Makanan jajanan merupakan salah satu jenis makanan yang yang sangat dikenal dan umum di masyarakat, terutama anak usia sekolah. Anak sekolah biasanya membeli makanan jajanan pada penjual makanan jajanan di sekitar sekolah atau di kantin sekolah. Penjual berperan penting dalam menyediakan makanan jajanan yang sehat dan bergizi serta terjamin keamanannya. Berdasarkan hasil Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Nasional tahun 2008 yang dilakukan oleh Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, sebagian besar (>70%) penjaja PJAS menerapkan praktek keamanan pangan yang kurang baik (Andarwulan, Madanijah, & Zulaikhah, 2009). Berdasarkan data pengawasan PJAS yang dilakukan Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) di seluruh Indonesia pada tahun 2008-2010 menunjukkan bahwa 40-44% PJAS tidak memenuhi syarat karena makanan yang dijual mengandung bahan kimia berbahaya, BTP melebihi batas aman dan mengandung cemaran biologis. Data Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan yang dihimpun oleh Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI dari Balai POM di seluruh Indonesia pada tahun 2008-2010 menunjukkan bahwa 17,26-25,15 kasus terjadi di lingkungan sekolah dengan kelompok tertinggi siswa sekolah dasar (SD) (Balai Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2011). Anak usia sekolah dengan aktivitas yang tinggi mempengaruhi mereka dalam memilih jenis makanan jajanan. Keamanan pangan, dalam UU RI no 7 tahun 1996 didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan manusia. Pada umumnya minuman jajanan relatif tinggi kandungan bakterinya yaitu rata – rata 105 CFU/ml
(colony forming unit) dan diantaranya mengandung 103 faecal coliform MPN/ml (Most Probable Number). Tingginya kontaminasi tersebut menunjukkan penggunaan air yang tidak bersih dan tidak adanya perlakuan pemanasan sebelumnya (Ariyani & Anwar, 2006). Kejadian penyakit yang dibawa oleh makanan sulit untuk diperkirakan, tetapi pada tahun 2005 1,8 juta orang meninggal karena diare. Sebagian besar kasus-kasus ini dikaitkan dengan kontaminasi makanan dan minuman. Di negaranegara maju, persentase penduduk yang menderita penyakit yang dibawa oleh makanan setiap tahun dilaporkan telah mencapai 30%. Di Amerika Serikat sekitar 76 kasus penyakit yang dibawa oleh makanan mengakibatkan 325.000 dirawat dan 5.000 meninggal (WHO, 2007). Makanan jajanan masih mempunyai risiko terhadap kesehatan seperti infeksi oleh mikroorganisme patogen, keracunan, risiko kanker dan lain sebagainya. Resiko tersebut dapat terjadi karena minimnya pengetahuan tentang keamanan makanan jajanan (Aminah & Hidayah, 2004). Pendidikan kesehatan bagi siswa bertujuan untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat agar dapat bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri serta lingkungannya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tahap-tahap: 1. Memberikan pengetahuan tentang prinsip dasar hidup sehat. 2. Menimbulkan sikap dan perilaku hidup sehat. 3. Membentuk kebiasaan hidup sehat (Notoatmodjo, 2005). Proses penyuluhan tidak terlepas dari komunikasi. Komunikasi adalah proses berbagi informasi melalui berbagai media. Komunikasi antar manusia merupakan salah satu bentuk komunikasi yang ada, yang dapat dilakukan dalam bentuk bahasa dan simbol. Penyuluhan diselenggarakan untuk mengubah perilaku seseorang atau kelompok masyarakat agar hidup sehat melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (Pasaribu, 2005). Pengetahuan merupakan suatu hal yang diketahui oleh orang atau responden. Misal, tentang penyakit (sebab, cara, penularan, dan cara pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, dan sebagainya. Sikap merupakan suatu pendapat atau penilaian orang atau responden. Sikap juga merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (reaksi tertutup) (Notoatmodjo, 2010). Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan makanan jajanan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap mengenai makanan jajanan pada siswa SD Negeri di Surakarta. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis quasi experimental dengan rancangan penelitian one group pre and post test design (Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini dilaksanakan di SDN Bratan I dan SDN Kleco II di Surakarta pada bulan November 2012. Populasi target pada penelitian ini adalah semua anak kelas V. Populasi aktual semua anak kelas V di SDN Bratan I dan SDN Kleco II di
Surakarta. Sampel pada penelitian ini adalah siswa SD kelas V SDN Bratan I dan SDN Kleco II yang masuk sekolah pada hari dilakukan penelitian. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik non random yaitu dengan purposive sampling. Pada penelitian ini membutuhkan sampel minimal 30 subjek penelitian (Murti, 2006). Kriteria inklusinya adalah anak SD kelas V, sedangkan kriteria eksklusinya adalah responden yang tidak bersedia mengisi kuesioner. Definisi operasional terdiri dari variabel bebas yaitu penyuluhan makanan jajanan, sedangkan variabel terikatnya yaitu pengetahuan dan sikap mengenai makanan jajanan. Instrumen penelitian untuk mengetahui pengetahuan dan sikap mengenai makanan jajanan menggunakan kuesioner pengetahuan dan sikap mengenai makanan jajanan yang dibuat oleh peneliti sendiri dan sudah diuji validitas reliabilitasnya. Nilai yang didapatkan kemudian dianalisis dengan uji analisis Paired sample t test dan uji alternatifnya yaitu Wilcoxon menggunakan perangkat lunak SPSS 19.0. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Bratan I dan Kleco II. SDN Bratan I ini beralamat di Tegalkeputren Rt 1 Rw 5, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Untuk SDN Kleco II beralamat di Jl. Slamet Riyadi 554, Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. B. Hasil Penelitian Tabel 1. Deskripsi responden menurut jenis kelamin Jenis Kelamin N % 34 49,3 Laki-laki 35 50,7 Perempuan 69 100 Total Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 50,7% atau sebanyak 35 responden. Sedangkan laki-laki yaitu sebesar 49,3% atau sebanyak 34 responden. Tabel 2. Hasil uji normalitas distribusi nilai pengetahuan dan sikap pre test, post test Nilai Nilai Nilai Nilai Sikap Pengetahuan Pengetahuan Sikap Post Pre Test Pre Test Post Test Test Statistic 0,169 0,230 0,069 0,092 Df 69 69 69 69 Sig.
0,000
0,000
0,200
0,200
Berdasarkan data di atas didapatkan nilai probabilitas (p) untuk nilai pengetahuan pre test 0,000, nilai pengetahuan post test 0,000, nilai sikap pre test 0,200, dan nilai sikap post test 0,200. Dari data nilai nilai sikap pre test dan nilai sikap post test didapatkan p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data
ini normal. Untuk nilai pengetahuan post test dan pre test karena p < 0,05 maka distribusi data ini tidak normal. Tabel 3. Hasil analisis uji wilcoxon nilai pre test dan post test tingkat pengetahuan Variabel N Median Q1-Q3 P 82,37-87,63 Pengetahuan sebelum 69 85 penyuluhan 0,008 85,51-90,72 Pengetahuan setelah 69 90 penyuluhan Dari hasil uji wilcoxon menunjukkan perbandingan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan. Didapatkan median sebelum penyuluhan adalah sebesar 85 dan meningkat menjadi 90 setelah diberi penyuluhan. Dengan uji wilcoxon, diperoleh nilai significancy 0,008(p < 0,05), dengan demikian dapat disimpulkan “terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna antara sebelum penyuluhan dengan sesudah penyuluhan”. Tabel 4. Hasil analisis uji t berpasangan nilai pre test dan post test tingkat sikap Variabel N Mean IK95% SD P 75,44 -3,552-2,017 11,529 Sikap sebelum 69 penyuluhan 0,590 76,19 Sikap setelah 69 penyuluhan Dari hasil uji t berpasangan pada 69 responden didapatkan mean sebelum penyuluhan sebesar 75,44 dan meningkat menjadi 76,19. Berdasarkan hasil nilai p didapatkan significancy 0,590 (p > 0,05), dengan demikian dapat disimpulkan “tidak terdapat perbedaan sikap yang bermakna antara sebelum penyuluhan dengan sesudah penyuluhan”. C. Pembahasan Penelitian yang dilaksanakan di SDN Bratan I dan SDN Kleco II ini menggunakan metode quasi experimental, sedangkan untuk pengambilan sampelnya menggunakan purposive sampling. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap siswa. Berdasarkan hasil penelitian pada SDN Bratan I dan Kleco II didapatkan median hasil nilai pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan yaitu 85 meningkat menjadi 90. Untuk mean sikap didapatkan peningkatan setelah penyuluhan, yaitu dari 75,44 menjadi 76,19. Hal ini dapat disimpulkan adanya peningkatan pengetahuan dan sikap setelah dilakukan penyuluhan, untuk pengetahuan secara statistik signifikan karena untuk pengetahuan didapatkan nilai pengetahuan dengan significancy 0,008 (p < 0,05), sedangkan untuk sikap secara statistik tidak signifikan karena untuk sikap didapatkan significancy 0,590 (p > 0,05). Setelah diberi penyuluhan responden mendapat informasi yang dapat menghasilkan suatu perubahan dari semula yang belum tahu menjadi tahu dan yang yang semula belum mengerti menjadi mengerti. Keadaan ini menggambarkan bahwa penyuluhan merupakan suatu kegiatan yang dapat mempengaruhi perubahan pengetahuan responden. Untuk SDN Kleco II ini
sebelumnya juga pernah diberikan penyuluhan yang serupa sehingga hal ini dapat mempengaruhi significancy nilai pengetahuan setelah penyuluhan. Beberapa hal dapat mempengaruhi nilai pengetahuan dan sikap tidak meningkat setelah diberi penyuluhan, beberapa diantaranya adalah saat penelitian tidak dalam pengawasan guru kelas sehingga anak-anak kurang bisa dikendalikan, waktu penelitian yang sudah siang dan menjelang pulang sekolah menyebabkan anak-anak kurang berkonsentrasi saat diberi penyuluhan dan saat mengisi kuesioner. Hal ini berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian Pulungan (2008) yang mengenai pengaruh metode penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dokter kecil dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah. Menurut Hovland et al., dalam Azwar (2011) berpendapat bahwa efek suatu komunikasi tertentu akan tergantung pada sejauh mana komunikasi itu diperhatikan, dipahami, dan diterima. Salah satu yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah informasi yang didapat baik dari pendidikan formal maupun non formal. Menurut teori konsistensi afektif-kognitif Rosenberg dalam Azwar (2011) untuk menimbulkan perubahan sikap manusia perlu diberi tekanan-tekanan yang menggiring perubahan sikap ke arah yang dikehendaki secara kuat dan terusmenerus. Dapat disimpulkan bahwa untuk merubah sikap seseorang diperlukan waktu yang lama dan cara yang tepat. Tidak meningkatnya sikap siswa juga dapat disebabkan beberapa faktor, salah satunya dari sisi komunikator. Efektifitas komunikator dalam menyampaikan pesannya tergantung dari kredibitas( keahlian dan keterpercayaan), daya tarik, dan kekuatan. Menurut Baron dan Byrne dalam Azwar (2011) mengemukakan bahwa berdasarkan hasil riset mengenai persuasi salah satunya dipengaruhi oleh keahlian orang, jadi orang yang yang lebih kompeten akan lebih persuasif dibandingkan orang yang bukan ahlinya. Sedangkan pendekatan komunikasi dan persuasi menurut Model Studi Yale ada beberapa hal yang dapat mengubah pendapat atau sikap seseorang, yang pertama adalah dilihat dari variabel yang mempengaruhi yang terdiri dari faktor sumber (keahlian, dapat dipercaya, disukai, status, ras, agama), faktor pesan (tipe daya tarik), faktor subjek penerima (kemudahan dibujuk, sikap semula, inteligensi, harga diri, kepribadian). Yang kedua adalah dilihat dari proses perantara internal yaitu meliputi perhatian, pemahaman, penerimaan), yang ketiga adalah efek komunikasi yang tampak (perubahan pendapat, perubahan persepsi, perubahan afeksi, dan perubahan tindakan. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik simpulan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap setelah diberi penyuluhan, untuk pengetahuan secara statistik signifikan, sedangkan untuk sikap secara statistik tidak signifikan.
B. SARAN Dengan adanya kekurangan dan kelemahan dari penelitian ini, penulis memberi saran sebagai berikut : 1. Sebaiknya ada penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan lokasi yang lebih luas, misalnya tidak hanya dari dua sekolah. 2. Sebaiknya dibuat metode pembelajaran yang sesuai bagi anak-anak. DAFTAR PUSTAKA Aminah, S., & Hidayah, N., (2004). Pengetahuan Keamanan Pangan Penjual Makanan Jajanan di Lingkungan Sekolah Kelurahan Wonodri Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang. Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah Semarang. Andarwulan, N., Madanijah, S., & Zulaikhah., (2009). Laporan Penelitian : Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Nasional Tahun 2008. Southes Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI, Bogor. Ariyani, D., & Anwar, F., (2006). Mutu Mikrobiologis Minuman Jajanan di Sekolah Dasar Wilayah Bogor Tengah. Jurnal Gizi dan Pangan, 1(1) : 44-50 Azwar, S., (2011). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Badan Pengawas Obat dan Makanan., (2011). Pentingnya Promosi Keamanan Pangan di Sekolah Untuk Menyelamatkan Generasi Penerus. http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/Buletin%20Info%20POM /0611.pdf. Murti, B., (2006). Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Notoatmodjo, S., (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S., (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S., (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Pasaribu, H. ER., (2005). Perbandingan penyuluhan kesehatan metode ceramah tanya jawab dengan penyuluhan kesehatan menggunakan buku
kecacingan dalam mencegah reinfeksi ascaris lumbricoides pada anak sekolah dasar. Tesis. Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro. Pulungan, R., (2007). Pengaruh Metode Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Dokter Kecil Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah (PSN-DBD) di Kecamatan Helvetia. Tesis. Program Pasca Sarjana, Universitas Sumatra Utara. Santoso, S., & Ranti, L. A., (2004). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sediaoetama, A. D., (2010). Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat. World Health Organization., (2007). Food Safety and Foodborne Illness. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs237/en/. Tanggal akses: 4 Juni 2012