PENGARUH PENERAPAN SIKLUS BELAJAR ABDUKTIF EMPIRIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KALOR Anisa I. Lauseng1, Mursalin2, Tirtawaty Abdjul3 Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Fisika Program Studi Pendidikan Fisika ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan siklus belajar abduktif empiris dan kelas yang menggunakan pembelajaran langsung pada materi kalor. Populasi penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 6 Gorontalo dengan sampel sebanyak 72 siswa yang dipilih dengan teknik cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan pretest-posttest control group design. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument tes objektif. Hasil penelitian menunjukkan thitung = 8.91 lebih besar dari ttabel = 2.00 pada taraf nyata 0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada kelas eksperimen (siklus belajar abduktif empiris) dengan kelas kontrol (pembelajaran langsung). Kata Kunci : Siklus Belajar Abduktif Empiris, Hasil Belajar, Kalor Mata pelajaran fisika dibelajarkan di sekolah dengan tujuan agar siswa memiliki pengetahuan dan mampu mendemonstrasikan pemahaman tentang konsep, atau prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Ketercapaian tujuan tersebut merupakan tanggung jawab seorang guru, yang memiliki peran bukan hanya memberikan informasi semata, melainkan juga mengarahkan dan memberikan fasilitas belajar (directing and facilitating learning) agar proses belajar lebih memadai. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran, guru hendaknya dapat menyediakan 1
Anisa I. Lauseng, Nim 421409069, Mahasiswa Jurusan Fisika, Prodi Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo. 2 Mursalin, Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo. 3 Tirtawaty Abdjul, Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo.
fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar siswa, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dapat menarik minat, antusias siswa, serta dapat memotivasi dan dorongan kepada siswa agar dapat belajar dengan baik dan semangat, sebab dengan suasana belajar yang menyenangkan akan memotivasi siswa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik dan berdampak positif dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Namun kenyataan sekarang proses belajar mengajar menjadi tidak efektif dan tidak menyenangkan sehingga menimbulkan kejenuhan bagi siswa akibatnya apa yang menjadi tujuan dalam pembelajaran fisika tidak dapat tercapai. Bahkan telah berkembang kesan yang kuat bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami dan kurang menarik akibatnya siswa kesulitan dalam memahami konsep fisika. Hal ini terjadi di antaranya karena kurangnya variasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan pembelajaran yang paling sering dilakukan bersifat teacher centre, di mana kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode ceramah dengan guru yang hanya aktif menyampaikan informasi, sehingga kegiatan pembelajaran fisika tersebut tidak terlaksana dengan baik. Untuk memecahkan permasalahan tersebut diperlukan reorientasi dalam proses pembelajaran di kelas yang lebih memberdayakan siswa agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar. Terdapat beberapa model pembelajaran yang menuntut siswa berperan aktif di
kelas, di
antaranya adalah model siklus belajar abduktif empiris. Siklus belajar adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. Model pembelajaran siklus belajar berorientasi pada penciptaan kondisi dan suasana belajar mandiri, aktif dan adanya unsur kerjasama dalam proses pembelajaran. Menurut Azizah (dalamPramawati dkk, 2012: 2 ) yang menyatakan bahwa model pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan kemampuan bekerja ilmiah siswa serta hasil belajar siswa. Menurut Rapi (dalam Indah dkk, 2012: 2)
model
pembelajaran siklus belajar menuntut siswa untuk mengeksplor kemampuannya
(mengeluarkan pendapat dan pengetahuan yang mereka miliki) serta dituntut untuk dapat mengaplikasikan konsep. Menurut Lawson (Prasetyo, 2001: 2.3-2.5) bahwa penggunaan siklus belajar dalam proses pembelajaran meliputi fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasih konsep. Dalam
siklus
belajar
abduktif
empiris,
siswa
menemukan
dan
mendeskripsikan pola empiris dalam suatu konteks yang khas (eksplorasi) tetapi melangkah lebih jauh dengan menciptakan sebab-sebab yang mungkin ada dari pola tersebut. Siklus ini memerlukan penggunaan abduktif untuk memindahkan istilahistilah dan konsep-konsep yang dipelajari dalam konteks lain untuk konteks yang baru ini (pengenalan konsep). Istilah-istilah dapat dikenalkan oleh siswa, guru, atau keduanya. Melalui bimbingan guru, siswa kemudian menyelidiki melalui data yang dikumpulkan selama fase eksplorasi untuk melihat sebab-sebab yang dihipotesiskan sesuai dengan data tersebut dan gejala yang telah diketahuinya (aplikasih konsep). Dengan kata lain, observasi-observasi di susun dalam model deskriptif, siklus belajar macam ini memberi kesempatan lebih jauh untuk menciptakan (melalui abduksi) dan awalnya menguji sebab-sebab, sehingga bernama empirikal-abduksi (Prasetyo, 2001: 2.14) METODE Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan pretestposttest control group design yang disajikan pada table 1. Tabel 1. Desain Penelitian Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pretest Pretest
X Y
posttest posttest (Sugiyono, 2012: 112)
Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 6 gorontalo yang terdiri dari 11 kelas. Dipilih dua kelas sebagai sampel penelitian dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Kedua kelas tersebut adalah kelas VII7 sebagai kelas eksperimen dengan menerapkan model siklus belajar abduktif empiris dan kelas VII6 sebagai kelas kontrol dengan menerapkan model
pembelajaran langsung. Adapun jumlah pada kedua kelas yang dijadikan subjek penelitian adalah 36 siswa pada kelas VII7 yang dijadikan sebagai kelas eksperimen dan 36 siswa pada kelas VII6 yang dijadikan sebagai kelas. Instrument pada penelitian ini berupa tes objektif dalam bentuk soal pilihan ganda sebanyak 20 butir soal. Tes tersebut digunakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diberikan pada awal kegiatan pembelajaran (pretest) dan pada akhir kegiatan pembelajran (posttest). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini berupa skor hasil belajar siswa pada materi kalor yang dapat diketahui melalui proses pemberian tes kognitif, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Persentase skor rata-rata hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada kegiatan pretest dan posttest untuk tiap ranah kognitif dapat dilihat pada gambar 1 dan gambar 2 berikut. 47.78% 46.67% 30.56% 29.63%
31.94%
26.39%
Eksperimen Kontrol Pengetahuan
Pemahaman Aspek kognitif
Aplikasi
Gambar 1. Persentase skor rata-rata hasil belajar siswa untuk tiap ranah kognitif pada kelas eksperimen dan kontrol pada kegiatan pretest. Berdasarkan gambar 1 di atas, dapat dilihat bahwa pada kegiatan pretest untuk aspek pengetahuan skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen sebesar 29.63% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 30.56%. Untuk aspek pemahaman skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen sebesar 46.67% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 47.78%. Untuk aspek aplikasi skor rata-rata hasil belajar siswa
pada kelas eksperimen sebesar 31.94% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 26.39%. Dari persentase di atas dapat diketahui bahwa untuk aspek pengetahuan dan pemahaman skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan kelas kontrol, untuk aspek aplikasi skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. 82.41%
81.94% 67.59%
66.11%
67% 50.00%
Eksperimen Kontrol Pengetahuan
Pemahaman Aspek kognitif
Aplikasi
Gambar 2. Persentase skor rata-rata hasil belajar siswa untuk tiap ranah kognitif pada kelas eksperimen dan kontrol pada kegiatan posttest. Berdasarkan gambar 2 di atas, dapat dilihat bahwa pada kegiatan posttest untuk aspek pengetahuan skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen sebesar 82.41% sedangkan pada kelas kontrol sebesar
67.59%. Untuk aspek
pemahaman skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen sebesar 81.94% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 66.11%. Untuk aspek aplikasi skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen sebesar 66.67% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 50.00%. Dari persentase di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar untuk tiap ranah kognitif (pengetahuan, pamahaman, dan aplikasi) pada kegiatan posttest kelas yang menggunakan model pembelajaran siklus belajar abdukrif empiris (kelas eksperimen) memperoleh skor hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional (kelas kontrol). Untuk persentase skor rata-rata hasil belajar siswa dan kemajuan hasil belajar siswa yang diperoleh melalui kegiatan pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kontrol untuk semua butir soal dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini:
79.03% 63.33% 38.61% 38.33%
40.42% 25%
Eksperimen Kontrol
Pretest
Posttest
Kemajuan Belajar
Gambar 3. Persentase skor rata-rata kemajuan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari gambar 3 di atas, dapat dilihat bahwa untuk kegiatan pretest skor ratarata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen sebesar 38.61% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 38.33%. Pada kegiatan posttest skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen sebesar 79.03% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 63.33%. Adapun selisih antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada kegiatan pretest sebesar 0.28% sedangkan pada kegiatan posttest sebesar 15.7%. Dari persentase di atas dapat diketahui bahwa skor rata-rata kemajuan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen sebesar 40.42%, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 25%. Dengan demikian tampak bahwa skor rata-rata kemajuan hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran siklus belajar abduktif empiris (kelas eksperimen) lebih tinggi dibandingkan kelas yang menggunakan model pembelajaran langsung (kelas kontrol). Penyebab skor rata-rata kemajuan hasil belajar siswa pada kedua kelas berbeda adalah penggunaan model pembelajaran yang diterapkan pada kedua kelas. Dengan demikian bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model siklus belajar abduktif empiris dan yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Hal ini berdasarkan hasil pada proses pengujian hipotesis yang diperoleh hasil bahwa
thitung = 8.91 dan ttabel = 2.00 untuk dk = (n1+n2-2) = 70 dan taraf nyata 0.05. Dengan demikian dapat dilihat bahwa thitung>ttabel atau 8.91>2.00. Adanya perbedan hasil belajar siswa menunjukkan bahwa siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakan model siklus belajar abduktif empiris memiliki pemahan yang lebih terhadap materi yang telah diajarkan dibandingkan dengan siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Hal ini terjadi karena pada kelas yang dibelajarkan dengan menggunakan model siklus belajar abduktif empiris siswa lebih aktif dan mandiri dalam mengikuti proses pembelajaran. Pada siklus belajar abduktif empiris siswa dapat mengeksplor kemampuannya, di mana siswa lebih berpeluang untuk mengeluarkana atau menyampaikan pendapat dan gagasan mereka sehingga siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Proses pembelajaran siklus belajar abduktif empiris dapat menumbuhkan semangat dan membangkitkan minat belajar siswa, sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan dan berdampak positif pada kemajuan hasil belajar siswa. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa persentase skor rata-rata kemajuan hasil belajar siswa untuk kelas eksperimen sebesar 40.42% dan untuk kelas kontrol sebesar 25%, dengan demikian bahwa kemajuan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model siklus belajar abduktif empiris lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Hal ini berdasarkan pengujian hipotesis yang diperoleh bahwa thitung>ttabel atau 8.91>2.00, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model siklus belajar abduktif empiris dan yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Hal ini berarti penerapan model siklus belajar abduktif empiris sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa khususnya pada materi kalor.
SARAN Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti mengajukan beberapa saran yaitu: 1. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, diharapkan para guru dapat memilih atau menjadikan model siklus belajar abduktif empiris sebagai salah satu model yang dapat diterapkan di sekolah untuk membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman mereka terhadap konsep yang diajarkan khususnya pada pelajaran fisika. 2. Dalam proses pembelajaran hendaknya seorang guru dapat memilih suatu model pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa agar siswa lebih termotivasi dan semangat dalam belajar sehingga akan tercipta suasana belajar yang menyenangkan dan berdampak pada hasil belajar siswa. 3. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang penerapan model siklus belajar abduktif empiris tetapi dengan menggunakan subjek dan materi yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Indah, Morlin. Fauziah, Yuslim. Suryawati, Evi. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII5 SMP Kartika 1-5 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011/2012. (Online). http://repository.unri.ac.id:80/handle/123456789/1225. Diakses 12 maret 2013. Prasetyo, Zuhdan K. 2001. Kapita Selekta Pembelajaran Fisika. Jakarta: Universitas Terbuka. Pramawati, Liza. Suryawati, Evi. Fauziah, Yuslim. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle) Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Dan Hasil Belajar Sains Siswa Kelas VII5 SMP Kartika 1-5 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011/2012. (Online). http://repository.unri.ac.id/.../1/JURNAL%20LIZA%20PRAMAWATI.%20S. pdf. Diakses 12 maret 2013. Sugiyono. 2012. Metode penelitian pendidikan. Bandung: ALVABETA, cv