PENGARUH PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN GIZI DAN PRILAKU KONSUMSI PADA SISWA SEKOLAH DASAR
NUGRAHANING SABATINA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pendidikan Gizi Terhadap Perubahan Pengetahuan Gizi dan Prilaku Konsumsi Pada Siswa Sekolah Dasar adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2014 Nugrahaning Sabatina NIM I14114025
ABSTRAK NUGRAHANING SABATINA. Pengaruh Pendidikan Gizi Terhadap Perubahan Pengetahuan Gizi dan Prilaku Konsumsi Pada Siswa Sekolah Dasar. Dibimbing oleh IKEU TANZIHA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pendidikan gizi terhadap pengetahuan gizi dan prilaku konsumsi pada siswa sekolah dasar. Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental study. Contoh dalam penelitian ini adalah 128 anak dari 4 Sekolah Dasar Negeri. Pengolahan dan analisis data menggunakan program Microsoft Excell 2010 dan Scientical Program for Social Science (SPSS) version 16.0 for windows. Hasil uji paired t-test menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara konsumsi energi sebelum dan setelah intervensi (p=0.228; p>0.05). Begitu pula untuk asupan protein (p=0.720; p>0.05), kalsium (p=0.080; p>0.05), besi (p=0.080; p>0.05), vitamin A (p=0.424; p>0.05), vitamin B (p=0.342; p>0.05), dan vitamin C (p=0.248; p>0.05) tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Zat gizi yang terlihat berbeda signifikan setelah intervensi adalah fosfor (p=0.039; p<0.05). Meskipun terlihat ada peningkatan konsumsi setelah intervensi, namun peningkatan skor pengetahuan dan sikap gizi belum mampu mengubah prilaku konsumsi contoh. Kata kunci: Pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi.
ABSTRACT NUGRAHANING SABATINA. The Effect of Nutrition Education on Nutritional Knowledge and Behavioral Changes Consumption In Elementary School Students. Supervised by IKEU TANZIHA. The objectives of this study were to analyze the effect of nutritional education to nutritional knowledge and consumption behavior in elementary school students. This study used experimental study. Examples in this study were 128 children from four elementary schools. Processing and analyzing data used Microsoft Excell 2010 and the Scientical Program for Social Science (SPSS) version 16.0 for windows. Paired T-test results showed were not significant difference between energy intake before and after intervention (p=0.228; p>0.05). Similarly, for protein (p=0.720; p>0.05), calcium (p=0.080; p>0.05), iron (p=0.080; p>0.05), vitamin A (p=0.424; p>0.05), vitamin B (p=0.342; p>0.05), and vitamin C (p=0.248; p>0.05) showed no significant difference. Nutrients significantly different after the intervention is phosphor (p=0.039; p<0.05). There is an increase in consumption after the intervention, but the nutritional education cannot change the behavioural yet. Keywords: Nutritional knowledge, Nutritional attitude, Nutritional behaviour.
PENGARUH PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN GIZI DAN PRILAKU KONSUMSI PADA SISWA SEKOLAH DASAR
NUGRAHANING SABATINA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari program studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Pengaruh Pendidikan Gizi Terhadap Perubahan Pengetahuan Gizi dan Prilaku Konsumsi Pada Siswa Sekolah Dasar Nama : Nugrahaning Sabatina NIM : I14114025
Disetujui oleh
Dr Ir Ikeu Tanziha, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Rimbawan Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: Pengaruh Pendidikan Gizi Terhadap Perubahan Pengetahuan Gizi dan Prilaku Konsumsi Pada Siswa Sekolah Dasar Nama : Nugrahaning Sabatina NIM :114114025
Disetujui oleh
Dr Ir Ikeu Tanziha, MS
Pembimbing
"Dr Rimbawan Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
G
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia yang telah diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Gizi Terhadap Perubahan Pengetahuan Gizi dan Prilaku Konsumsi Pada Siswa Sekolah Dasar”. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan kesempatan, motivasi, bimbingan, dan arahan sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya 2. dr. Noufal Muharam Nurdin selaku pemandu seminar dan sebagai dosen penguji skripsi yang telah memberikan memberuikan banyak saran dan masukkan. 3. Kepala Sekolah dan guru-guru SDN Bantarjati 06, SDN Pengadilan 05, SDN Pajajaran, dan SDN Batutulis 02 yang telah memberikan izin, sarana, dan waktu untuk terlaksananya penelitian ini. 4. Adik-adik kelas 5 SDN Bantarjati 06, SDN Pengadilan 05, SDN Pajajaran, dan SDN Batutulis 02 yang telah bersedia menjadi subjek penelitian. 5. Kedua orangtua (ayah dan ibu) dan keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil. 6. Sahabat dan teman-teman alih jenis gizi angkatan 5 serta teman-teman GM 47 yang selalu memberikan doa, perhatian, dan motivasi kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, namun tidak sempat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Bogor, Maret 2014 Nugrahaning Sabatina
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Kerangka Pemikiran
3
METODE
5
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
5
Teknik Pemilihan dan penarikan Contoh
5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
6
Pengolahan Data
7
Definisi Oprasional
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Gambaran Umum Sekolah
9
Karakteristik Keluarga
9
Karakteristik Contoh
11
Pengetahuan Gizi Contoh
12
Sikap Gizi Contoh
15
Perilaku Konsumsi
18
SIMPULAN DAN SARAN
21
Simpulan
22
Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN
27
RIWAYAT HIDUP
30
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Jenis dan cara pengambilan data sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ayah sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ibu Sebaran contoh berdasarkan pendapatan ayah Sebaran contoh berdasarkan pendapatan ibu Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi sebelum intervensi Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi setelah intervensi Rata-rata skor pengetahuan sebelum dan setelah intervensi Sebaran contoh berdasarkan sikap gizi sebelum intervensi Sebaran contoh berdasarkan sikap gizi sebelum intervensi (lanjutan) Sebaran contoh berdasarkan sikap gizi setelah intervensi Rata-rata skor sikap gizi sebelum dan setelah intervensi Berat yang dikonsumsi (g/kapita/hari) Berat yang dikonsumsi (g/kapita/hari) (lanjutan) Asupan energi dan zat gizi sebelum intervensi Asupan energi dan zat gizi setelah intervensi TKE dan TKP contoh sebelum dan setelah intervensi
7 9 10 10 11 11 12 12 13 13 15 16 16 17 18 19 21 21 21
DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka pemikiran 2. Cara penarikan contoh 3. Grafik perbandingan rata-rata skor pengetahuan gizi sebelum & setelah
4 6
intervensi 4. Grafik perbandingan rata-rata skor sikap gizi sebelum & setelah intervensi
14 17
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Analisis uji Paired T-Test pengetahuan gizi. Analisis uji Paired T-Test sikap gizi. Analisis uji Paired T-Test asupan gizi. Analisis uji ANOVA pengetahuan dan sikap gizi Analisis uji ANOVA pengetahuan dan sikap gizi. Analisis uji lanjut ANOVA pengetahuan dan sikap gizi. Hasil uji Paired t-test TKG
27 27 27 28 28 29 29
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia menghadapi dua masalah gizi utama, yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Saat ini diperkirakan sekitar 50 persen penduduk Indonesia atau lebih dari 100 juta penduduk mengalami beraneka ragam masalah gizi, baik gizi kurang maupun gizi lebih (Bapenas 2006). Masalah gizi ini tentunya akan berdampak pada semakin menurunnya kualitas Sumberdaya Manusia (SDM) Indonesia masa sekarang dan masa yang akan datang. Oleh karena itu kebiasaan pola konsumsi dengan memperhatikan gizi merupakan suatu aspek penting dan harus ditumbuhkan sejak masih kecil. Salah satu pola konsumsi sehat dapat dilihat dari kebiasaan sarapan pagi. Khomsan (2004) menyatakan bahwa dengan melakukan sarapan dapat menyumbang 25% dari kebutuhan total energi harian. Sarapan dapat dilakukan antara pukul 06.00-08.00 namun waktu ini bukan acuan keharusan. Sebagai bagian dari pola makan, sarapan dapat disesuaikan dengan ritme dimulainya aktivitas pagi hari. Sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, sarapan dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Sarapan juga dapat meningkatkan konsentrasi belajar serta menyerap pelajaran sehingga prestasi belajarnya pun menjadi lebih baik (Depkes 1996). Terdapat dua manfaat dari sarapan. Pertama, sarapan dapat menyediakan karbohidrat untuk meningkatkan kadar gula darah, sehingga tenaga dan konsentrasi menjadi lebih baik. Kedua, sarapan memberikan kontribusi zat gizi, seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral dari beragam pangan yang dikonsumsi saat sarapan. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya berbagai proses fisiologis dalam tubuh (Khomsan 2004). Hasil penelitian Hermina et al. (2000) di desa Ciheuleut, menyebutkan ada sebagian murid (35.0%) membeli sendiri makanan jajanan disekolah dan dikonsumsi sebelum masuk kelas (pukul 06.00-07.00), jenis makanan yang dikonsumsi untuk sarapan biasanya berupa bubur nasi, nasi uduk, bihun goreng, buras/lontong, atau gorengan. Namun bagi murid yang tidak tahu memilih makanan jajanan yang baik untuk sarapannya, makanan yang mereka pilih pada pagi hari adalah cilok, es atau chiki dan sejenisnya yang kandungan energinya sangat rendah dan kurang baik bagi kesehatan anak. Salah satu hal yang menyebabkan terjadinya masalah gizi tersebut adalah kurangnya informasi mengenai gizi dan kesehatan. Upaya pertama untuk meningkatkan konsumsi pangan adalah dengan memberikan pendidikan atau penyuluhan gizi kepada masyarakat. Pendidikan atau penyuluhan gizi adalah pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan dalam meningkatkan perbaikan pangan dan status gizi (Suharjo 1989; Madanijah 2004). Harapan dari upaya ini adalah orang bisa memahami pentingnya makanan dan gizi, sehingga mau bersikap dan bertindak mengikuti norma-norma gizi (Suharjo 1996). Pendidikan mengenai gizi harus dimulai dari usia dini. Pada masa ini, informasi-informasi yang diberikan dapat diserap dengan lebih baik (WHO 1995).
2 Adanya pendidikan dan perbaikan gizi pada anak-anak dapat membawa keuntungan ekonomi negara. Masa anak-anak bermain merupakan sarana edukasi yang penting dalam mengeksplorasi otak. Oleh karena itu konsep pendidikan yang paling sesuai pada masa ini adalah konsep pendidikan yang dipadukan dengan bermain. Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat penerima pesan (Sadiman et al 2006). Media terbagi menjadi tiga yaitu media audio, media visual, dan media audiovisual. Selama ini, media penyuluhan kesehatan pada umumnya masih menggunakan media visual (leaflet dan poster) belum banyak penyuluhan yang memanfaatkan media teknologi informasi berbasis e-learning. Oleh karena itu dalam penelitian ini ditambahkan media berupa Learning Content Management System (LCMS) B-Nutrition mobile dimana media tersebut berupa permainan edukasi gizi yang diaplikasikan pada smartphone, selain itu media ini merupakan salah satu media audiovisual. Dengan sistem ini diharapkan dapat menambah pengetahuan siswa mengenai pentingnya makanan bergizi. Untuk mengetahui perubahan pengetahuan gizi dan perilaku gizi maka akan dilakukan evaluasi sebelum dan sesudah pembelajaran. Evaluasi juga dilakukan untuk melihat media mana yang paling efektif berpengaruh pada pengetahuan dan perilaku siswa. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendidikan gizii terhadap pengetahuan gizi dan prilaku konsumsi pada siswa sekolah dasar. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh dan keluarga, meliputi jenis kelamin, urutan kelahiran, serta pekerjaan orang tua. 2. Menganalisis pengetahuan gizi contoh sebelum dan setelah intervensi. 3. Menganalisis sikap gizi contoh sebelum dan setelah intervensi. 4. Menganalisis prilaku gizi contoh sebelum dan setelah intervensi. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai efektifitas media pendidikan gizi berupa visual dan audio visual terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan prilaku gizi anak usia sekolah dasar. Hasil yang diperoleh dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam memilih media yang tepat untuk digunakan dalam sosialisasi program kesehatan sesuai sasaran yang dipilih. Bagi pembaca, penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta berguna sebagai literatur penelitian selanjutnya.
3 Kerangka Pemikiran Media visual merupakan media pendidikan gizi yang melibatkan indera penglihatan orang atau sekelompok orang yang menjadi sasaran pendidikan. Penelitian-penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga (media) dapat meningkatkan daya serap penerimanya (Khomsan 2000). Media visual terdiri atas buku text book, leaflet, dan poster. Perbedaan mendasar antara beberapa media diatas dengan media audio visual (B-Nutrition mobile) terletak pada tampilan serta fiturnya yang dapat bergerak, dimana media ini dapat dimainkan oleh contoh. Pesan-pesan yang ingin disampaikan dalam ketiga media tersebut divisualisasikan dalam bentuk gambar-gambar dan warna yang menarik Hal ini berbeda dengan text book yang hanya berisi tulisan dan memberi kesan monoton. Pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dari pendidik kepada peserta didik. Unsur-unsur yang terlibat didalam proses tersebut adalah pendidik sebagai sumber informasi, media sebagai sarana penyajian ide dan gagasan, serta peserta didik sebagai sasaran atau target pembelajaran. Unsur-unsur tersebut saling berinteraksi di dalamnya dan tidak dapat dilepaskan satu sama lain. Media pendidikan merupakan daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan belajar mengajar, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan. Media yang digunakan adalah media visual (leaflet dan poster) serta media audio visual berupa B-Nutrition mobile. Pemilihan media visual dan audiovisual adalah untuk membandingkan kedua media tersebut, media mana yang dapat meningkatkan motivasi anak untuk menerima pesan secara lebih efektif. Peran media pendidikan gizi dalam hal ini adalah membantu proses pengiriman informasi gizi dari pemberi pesan ke sasaran. Artinya, pesan atau informasi dari materi pendidikan yang diberikan dapat diterima dengan baik oleh sasaran pembelajaran. Selain dipengaruhi oleh media pendidikan, proses belajar juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal lain dan faktor internal. Faktor eksternal lain seperti kebiasaan jajan, sementara faktor internal yaitu kesehatan. Keberhasilan pendidikan gizi ditandai dengan adanya peningkatan pada pengetahuan gizi sasaran. Peningkatan pengetahuan gizi kemudian akan mempengaruhi sikap dan perilaku sasaran terhadap gizi.
4
Pemberi pesan/ pendidik/ guru
Pesan/ informasi gizi
Media pendidikan gizi
Text book Poster Leaflet
Visual Audiovisual
Mobile app Karakteristik contoh & keluarga (usia, jenis kelamin, pendapatan orang tua, pererjaan orang tua, dan besar keluarga)
Sasaran(Anak Sekolah) Dasar)
Pengetahuan gizi
Sikap dan perilaku gizi
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Keterangan: Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti Pengaruh yang diteliti Pengaruh yang tidak diteliti
Tingkat penerimaan terhadap media
5
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah experimental study dengan pretest-posttest control group design. Penelitian dilakukan pada empat sekolah dasar di kota Bogor yang dipilih secara sengaja atau purposive, yaitu SDN Bantarjati 06, SDN Pengadilan 05, SDN Pajajaran 01, dan SDN Batutulis 02. Penelitian dilakukan dari bulan Juni sampai Desember 2013. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Rachmaniah, et al (2013) yang berjudul Peningkatan Kesehatan Masyarakat Melalui Interactive Breakfast Nutrition Learning Content Management System Berbasis Mobile untuk Siswa Sekolah Dasar.
Teknik Pemilihan dan penarikan Contoh Populasi penelitian adalah siswa kelas 5 dari keempat sekolah dasar. Kriteria contoh adalah anak laki-laki dan perempuan yang berada pada periode emas membaca yaitu 8-12 tahun (Baackes 2007), bersedia menjadi responden penelitian, dan mengikuti setiap tahapan penelitian. Penarikan contoh dilakukan dengan cara cluster sampling, yakni dipilih masing-masing satu kelas dari keempat sekolah dasar. Media pendidikan gizi yang digunakan adalah media visual (leaflet dan poster) serta media audiovisual (B-Nutrition mobile) oleh karena itu dari keempat sekolah tersebut dilakukan pengocokan secara acak sehingga diperoleh hasil SDN Bantarjati 06 mendapat media B-Nutrition mobile, SDN Pengadilan 05 mendapat media poster, dan SDN Batutulis 02 mendapat media leaflet, sedangkan SDN Pajajaran 01 sebagai kontrol (tidak mendapat perlakuan apapun). Jumlah siswa pada masing-masing sekolah berbeda. Siswa pada SDN Bantarjati 06 sebanyak 26 orang, SDN Pengadilan 05 sejumlah 39 orang, dan SDN Batutulis 02 sejumlah 40 orang. Sehingga total keseluruhan sampel sebanyak 105 orang. Sedangkan SDN Pajajaran 01 bertindak sebagai kontrol dengan jumlah siswa 37 orang. Jumlah contoh yang diambil pada saat penelitian lebih banyak dari jumlah contoh minimal. Hal ini dilakukan sebagai pertimbangan untuk melibatkan seluruh siswa dalam setiap kelas yang dipilih dan juga untuk mengantisipasi jika terjadi drop out pada sampel. Berikut adalah proses penarikan contoh.
6 Siswa kelas 5 SDN Bantarjati 06, SDN Pengadilan 05, SDN Pajajaran 01, dan SDN Batutulis 02 Bogor
Memenuhi kriteria dan bersedia mengikuti peneltian Kelompok kontrol
SDN Pajajaran 01
Kelompok intervensi
SDN Bantarjati 06
SDN Pengadilan 05
26 orang
39 orang Drop out
36 orang
17 orang
SDN Batutulis 02
40 orang Drop out
37 orang
38 orang
Gambar 2 Cara penarikan contoh Awalnya, jumlah contoh yang dapat berpartisipasi dalam penelitian sebanyak 105 orang. Jumlah ini merupakan total siswa dari ketiga sekolah yang menjadi sampel, dimana ketiga sekolah tersebut mendapatkan perlakuan. Ternyata setelah melalui pretest pasca satu jumlah sampel berkurang dari ketiga sekolah menjadi 92 orang, sedangkan untuk kelompok kontrol tidak berkurang.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder. Data primer terdidri dari karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, tinggi badan, dan berat badan) dan karakteristik keluarga meliputi pendidikan dan pekerjaan orang tua. Data sekunder terdiri dari karakteristik sekolah. Keseluruhan data primer dan sekunder diperoleh melalui wawancara dan dengan menggunakan kuesioner. Berat badan contoh diambil dengan menggunakan bathroom scale dan untuk tinggi badan contoh diambil dengan menggunakan staturemeter. Pengambilan tinggi dan berat badan dilakukan pada saat hari pertama pengamatan dan setelah intervensi pasca kedua. Jenis dan cara pengumpulan data secara umum dapat dilihat pada tabel berikut ini
7 Tabel 1 Jenis dan cara pengambilan data Data 1. Karakteristik contoh - Usia - Jenis kelamin - Tinggi badan - Berat badan - Urutan kelahiran 2. Karakteristik keluarga - Pekerjaan orangtua - Pendidikan orangtua - Pendapatan orangtua 3. Pengetahuan gizi contoh 4. Sikap gizi contoh 5. Riwayat penyakit 6. Konsumsi contoh 7. Kesukaan terhadap media 8. Karakteristik sekolah
Jenis Data Primer
Cara Pengambilan Kuesioner
Primer
Kuesioner
Primer Primer Primer Primer Primer Sekunder
Kuesioner Wawancara dan kuesioner Kuesioner Wawancara dan kuesioner Kuesioner Wawancara dan arsip sekolah
Pengolahan Data Tahap pengolahan data dimulai dari editing, coding, entry, cleaning, dan analisis. Data yang diperoleh ditabulasi dan diolah secara statistik deskriptif. Data tersebut meliputi data hasil kuesioner dan pengamatan. Pengolah data tersebut menggunakan software Microsoft Excel 2010 dan Scientical Program for Social Science (SPSS) version 16.0 for windows. Data karakteristik individu meliputi jenis kelamin, usia, dan urutan kelahiran. Jenis kelamin dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu laki-laki dan perempuan. Usia dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu 9 tahun, 10 tahun tahun, 11 tahun, dan 12 tahun berdasarkan sebaran contoh. Data karakteristik keluarga meliputi besar keluarga, pendapatan keluarga dan jenis pekerjaan orangtua. Besar keluarga dikelompokkan menjadi tiga kategori, keluarga kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (≥ 8 orang) (Hurlock 1993). Jenis pekerjaan orangtua dikelompokkan menjadi enam kategori, yaitu wiraswasta, pegawai swasta, pegawai negeri sipil (PNS), ABRI/Polisi, buruh, dan ibu rumah tangga (hanya pada ibu). Data dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun untuk mengetahui perbedaan karakteristik individu dan keluarga antara kelompok kontrol dan intervensi maka dilakukan uji beda ChiSquare, dikarenakan kesemua jenis skala data adalah non parametrik. Tes pengetahuan dan sikap gizi terdiri dari 10 buah soal pilihan berganda dengan satu jawaban benar (correct answer multiple choice). Setiap jawaban yang benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0. Kategori pengetahuan gizi dibagi dalam tiga kelompok yaitu baik, sedang, dan kurang. Cara pengkategorian dilakukan dengan menetapkan cut-off point dari skor yang telah ada. Kategori pengetahuan gizi tergolong baik jika skor >80, sedang 60-80, dan kurang jika skor <60 (Khomsan 2000).
8 Data yang terkumpul dari kuesioner diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry data ke komputer, cleaning data, dan analisis data. Data diolah menggunakan program komputer Microsoft Excell dan SPSS versi 16 for Windows untuk penarikan kesimpulan. Selanjutnya data dianalisis dengan metode deskriptif dan inferensia. Tujuan yang bersifat menganalisis perbedaan skor pengetahuan gizi antara kelompok kontrol dan intervensi, dijawab dengan menggunakan analisis ANOVA pada taraf signifikansi p=0.05. Sementara untuk mengetahui pengaruh intervensi media terhadap skor pengetahuan gizi contoh sebelum dan setelah dilakukan intervensi, maka uji statistik yang digunakan adalah Paired Samples T-Test pada taraf signifikansi p=0.05.
Definisi Oprasional Contoh adalah siswa kelas lima di keempat sekolah yang berusia 10-12 tahun, dan mengikuti setiap tahapan penelitian. B-Nutrition Mobile adalah media komunikasi yang memadukan aspek visual (gambar) dan teks (verbal) yang dapat dimainkan dan dioprasikan melalui smart phone dan ipad Karakteristik individu adalah keadaaan contoh yang meliputi usia, jenis kelamin, urutan kelahiran, tinggi badan, dan berat badan. Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga contoh yang meliputi besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan pendapatan orangtua. Jenis pekerjaan orang tua adalah pekerjaan orang tua yang dikelompokan menjadi wiraswasta, pegawai swasta, pegawai negeri sipil (PNS), ABRI/Polisi (hanya pada ayah), dan ibu rumah tangga (hanya pada ibu). Pengetahuan gizi adalah tingkat pemahaman contoh terhadap gizi yang dilihat dari kemampuan menjawab sepuluh pertanyaan yang berhubungan dengan gizi. Konsumsi pangan adalah frekunsi, jenis, dan jumlah makanan yang dikonsusmi oleh contoh. Sikap gizi adalah kemampuan contoh untuk memutuskan sikap yang diambil tentang gizi melalui sebelas pertanyaan.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah Sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah empat Sekolah Dasar Negeri dikota Bogor, yaitu Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bantarjati 06 yang belokasi di jalan Taweuran Raya nomor 06, Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pengadilan 05 yang berlokasi di jalan Pengadilan nomor 10, Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pajajaran 01 yang berlokasi di jalan Raya Pajajaran nomor 26, dan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Batutulis 02 yang berlokasi di jalan Batutulis nomor 137 kota Bogor. Keempat sekolah yang dipilih berada pada daerah yang berbeda dikota Bogor, seperti SDN Bantarjati 06 berada didaerah Bogor Utara, SDN Pengadilan 05 berada didaerah Bogor Tengah, SDN Pajajaran 01 berada didaerah Bogor Timur, dan SDN Batutulis 02 berada didaerah Bogor Selatan. Keempat daerah yang berebeda dipilih untuk mewakili keadaan anak sekolah diwilayah kota Bogor.
Karakteristik Keluarga Pekerjaan Orang tua Pekerjaan orang tua contoh dibagi menjadi pekerjaan ayah dan pekerjaan ibu. Pekerjaan ayah contoh bervariasi dari wiraswasta, pegawai swasta, pegawai negeri sipil (PNS), buruh, supir, dan ABRI/Polisi. Hasil menunjukkan bahwa proporsi terbesar pekerjaan ayah contoh (42.9%) adalah pegawai swasta. Dominasi ini ditunjukkan pula pada masing-masing kelompok, baik kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan anatara pekerjaan ayah kelompok kontrol dan pekerjaan ayah kelompok intervensi (p= 0.716; p>0.05). Kelompok kontrol didominasi oleh pegawai swasta dengan persentase sebesar 47.2%, dan kelompok intervensi didominasi juga dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta sebesar 41.3%. Berikut merupakan sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua (Ayah) Tabel 2 sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ayah Pekerjaan ayah Tidak bekerja PNS/ABRI/POLRI Pegawai swasta Wirausaha Buruh/petani IRT Lainnya Total
Kontrol n % 0 0 5 13.8 17 47.2 10 27.7 3 8.3 0 0 1 2.7 36 100
Intervensi n % 5 5.4 20 21.7 38 41.3 16 17.3 8 8.6 0 0 5 5.4 92 100
Total N 5 25 55 26 11 0 6 128
p % 3.9 19.5 42.9 20.3 8.5 0 4.6 100
0.716
Pekerjaan ibu contoh tersebar pada jenis pekerjaan wiraswasta, pegawai swasta, pegawai negeri sipil (PNS), dan ibu rumah tangga (IRT). Hanya beberapa ibu contoh yang bekerja sebagai wiraswasta, pegawai swasta, dan pegawai negeri sipil. Sisanya, yakni sebanyak 75% ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan anatara pekerjaan ibu kelompok kontrol dan
10 pekerjaan ibu kelompok intervensi (p=0.709; p>0.05). Kelompok intervensi sebagian besar ibu berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Begitu pula dengan kelompok kontrol sebanyak 75% ibu berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Tabel 3 sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ibu Pekerjaan ibu Tidak bekerja PNS/ABRI/POLRI Pegawai swasta Wirausaha Buruh/petani IRT Lainnya Total
Kontrol n % 0 0 2 5.5 3 8.3 3 8.3 0 0 27 75 1 2.7 36 100
Intervensi n % 2 2.1 6 6.5 6 6.5 6 6.5 0 0 69 75 3 3.2 92 100
Total N 2 8 9 9 0 96 4 128
p % 1.5 6.2 7.0 7.0 0 75 3.1 100
0.709
Pendapatan Orangtua Pendapatan per kapita merupakan jumlah pendapatan dalam satu rumah tangga yang dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang tinggal. Hasil penelitian menunjukan proporsi terbesar pendapatan orangtua (ayah) contoh (33.75%) dan orangtua (ayah) kontrol (47.2%) berkisar antara Rp 1.000.000 hingga Rp 2.500.000. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan intervensi untuk pendapatan orangtua (Ayah) (p=0.520; p>0.05). Tingkat pendapatan akan mencerminkan kemampuan untuk membeli bahan pangan. Jika anak hidup dalam keluarga yang memiliki tingkat ekonomi rendah maka kebutuhan anak akan konsumsi menjadi kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu sehingga belajarnya juga akan terganggu. Berikut merupakan sebaran contoh berdasarkan pendapatan ayah. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan ayah Pendapatan Ayah Tidak ada < Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 - Rp 2.500.000 Rp 2.500.000 - Rp 5.000.000 > Rp 5.000.000 Total
Kontrol n % 0 0.0 4 11.1 17 47.2 13 36.1 2 5.6 36 100
Intervensi n % 4 4.3 17 18.5 31 33.7 26 28.3 14 15.2 92 100
Total N % 4 3.1 21 16.4 48 37.5 39 30.5 16 12.5 128 100
p
0.520
Rata-rata proporsi terbesar ibu contoh (39.8%) tidak memiliki pendapatan pribadi. Hal ini dikarenakan sebagian besar ibu berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Begitu pula pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi sebanyak 44.4% pada kelompok kontrol dan 38% ibu pada kelompok intervensi tidak memiliki pendapatan pribadi. Namun ada pula sebagian kecil ibu contoh memiliki pendapatan dibawah satu juta rupiah sampai lima juta rupiah, dari berbagai profesi yang mereka geluti. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan intervensi untuk pekerjaan Ibu (p=0.933; p>0.05). Berikut adalah sebaran contoh berdasarkan pekerjaan Ibu.
11 Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan ibu Pendapatan Ibu Tidak ada < Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 - Rp 2.500.000 Rp 2.500.000 - Rp 5.000.000 > Rp 5.000.000 Total
Kontrol n 16 11 6 3 0 36
Intervensi n % 35 38.0 28 30.4 9 9.8 17 18.5 3 3.3 92 100
% 44.4 30.6 16.7 8.3 0.0 100
Total N 51 39 15 20 3 128
p % 39.8 30.5 11.7 15.6 2.3 100
0.933
Besar keluarga Besar keluarga contoh tersebar menjadi keluarga kecil (terdiri dari ≤4 orang), keluarga sedang (terdiri dari 5-7 orang), dan keluarga besar (terdiri dari ≥8 orang). Sebagian besar contoh dalam penelitian ini tergolong ke dalam keluarga sedang dan kecil, dengan persentase masing-masing adalah 41.9% dan 52.6%. Masingmasing kelompok menunjukkan dominasi besar keluarga yang hampir sama. Kelompok kontrol sebagian besar contohnya merupakan keluarga sedang (58.3%) dan kecil (36.1%). Begitu pula halnya dengan kelompok intervensi sebagian besar contohnya merupakan keluarga kecil (45.6%) dan keluarga sedang (50%). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan intervensi untuk besar keluarga kontrol dan intervensi (p=0.159; p>0.05). Berikut adalah sebaran contoh berdasarkan besar keluarga. Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Besar Keluarga Keluarga Kecil (≤ 4 orang) Keluarga Sedang (5-7 orang) Keluarga Besar (≥ 8 orang) Total
Kontrol n 13 21 2 36
% 36.1 58.3 5.5 100
Intervensi n % 42 45.6 46 50 4 4.3 92 100
p
0.159
Karakteristik Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah siswa kelas lima dari keempat sekolah dasar negeri di kota Bogor. Sekolah Dasar Negeri Pajajaran terpilih menjadi kelompok kontrol, sementara SD Negeri Bantarjati 06, SD Negeri Pengadilan 05, dan SD Negeri Batutulis 02 sebagai kelompok intervensi. Total keseluruhan siswa yang dijadikan sebagai kontrol sebanyak 128 siswa, dengan total contoh untuk kelompok intervensi sebanyak 92 siswa dan total contoh untuk kelompok kontrol sebanyak 36 anak. Secara keseluruhan, jumlah contoh dengan jenis kelamin lakilaki sebanyak 49 anak atau 38.2% dari total contoh. Sementara, jumlah contoh berjenis kelamin perempuan adalah sebanyak 79 siswa atau 61.7% dari total keseluruhan. Baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol, sebagian besar contoh berjenis kelamin perempuan. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0.198; p>0.05). Berikut merupakan sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin.
12 Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Total
n 15 21 36
Kontrol % 41.7 58.3 100
n 34 58 92
Intervensi % 37.0 63.0 100
Total N 49 79 128
p % 38.3 61.7 100
0.198
Pengetahuan Gizi Contoh Tingkat pengetahuan gizi seseorang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan sehingga mempengaruhi keadaan gizi individu tersebut. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang, maka diharapkan semakin baik keadaan gizinya (Saloso 2010). Berdasarkan Khomsan (2000), seseorang yang memiliki pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan individu tersebut dari konsumsi pangan yang salah. Tingkat pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui skor dari beberapa pertanyaan yang berbentuk pilihan ganda, kemudian dikategorikan sesuai dengan cut off dari skor yang telah dijadikan persen. Kategori tingkat pengetahuan gizi terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu kategori tinggi atau baik (>80%), sedang (60% - 80%), dan rendah atau kurang (<60%). Pengukuran tingkat pengetahuan gizi diberikan melalui pertanyaan pre test, yaitu pertanyaan yang diberikan sebelum materi pendidikan gizi diberikan dan post test, yaitu pertanyaan yang diberikan setelah materi pendidikan gizi diberikan. Penilaian pengetahuan dilihat dengan memberikan kuesioner sebelum dan setelah intervensi kepada contoh. Apabila pertanyaan dijawab benar maka diberi nilai satu dan apabila salah diberi nilai nol. Berikut sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi sebelum intervensi. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi sebelum intervensi No
Pertanyaan
1
Sarapan adalah kegiatan makan & minum pada pagi hari Sarapan sebaiknya dilakukan sejak bangun tidur hingga 09.00 pagi Tidak sarapan membuat tubuh lemah, mengantuk & kurang konsentrasi Sarapan membuat tubuh sehat, aktif, kuat & mudah berkonsentrasi Sarapan dapat mengurangi nafsu untuk jajan berlebihan Sarapan memenuhi 500 kkal & 12g protein/hari Makanan pokok, lauk pauk, sayur/buah & meinuman merupakan menu yang baik untuk sarapan Nasi, telur ceplok, sayur bayam & 1 pisang adalah menu yang baik untuk sarapan Roti saja belum cukup untuk memeuhi gizi sarapan Nasi uduk, tempe goreng dan papaya merupakan jajaan yang baik sebagai pengganti sarapan
2 3 4 5 6 7
8 9 10
Audiovisual n % 17 100
Visual n % 74 99
Kontrol n % 36 100
10
59
60
80
21
58
16
94
73
97
35
97
16
94
74
99
36
100
16
94
73
97
34
94
14 9
82 53
74 24
99 32
34 26
94 72
15
88
72
96
33
92
14
82
68
91
32
89
17
100
69
92
36
100
13 Sebaran contoh pengetahuan sebelum intervensi menyatakan bahwa ratarata contoh baik pada kelompok kontrol dan intervensi dapat menjawab pertanyaan pada nomor satu dan nomor sepuluh. Setelah pre test maka contoh mendapat paparan media intervensi kecuali kelompok kontrol, kemudian dilakukan pengujian post test. Berikut merupakan sebaran contoh pengetahuan gizi setelah intervensi. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi setelah intervensi No
Pertanyaan
1
Sarapan adalah kegiatan makan & minum pada pagi hari Sarapan sebaiknya dilakukan sejak bangun tidur hingga 09.00 pagi Tidak sarapan membuat tubuh lemah, mengantuk & kurang konsentrasi Sarapan membuat tubuh sehat, aktif, kuat & mudah berkonsentrasi Sarapan dapat mengurangi nafsu untuk jajan berlebihan Sarapan memenuhi 500 kkal & 12g protein/hari Makanan pokok, lauk pauk, sayur/buah & meinuman merupakan menu yang baik untuk sarapan Nasi, telur ceplok, sayur bayam & 1 pisang adalah menu yang baik untuk sarapan Roti saja belum cukup untuk memeuhi gizi sarapan Nasi uduk, tempe goreng dan papaya merupakan jajaan yang baik sebagai pengganti sarapan
2 3 4 5 6 7
8 9 10
Audiovisual n % 17 100
Visual n % 74 99
Kontrol n % 36 100
14
82
59
79
26
72
16
94
74
99
36
100
15
88
75
100
35
97
17
100
75
100
35
97
11 12
65 71
55 70
73 93
21 33
58 92
10
59
67
89
33
92
5
29
54
72
21
58
5
29
37
49
16
44
Sebaran contoh pengetahuan gizi setelah intervensi menyatakan bahwa rata-rata anak menjawab salah pada pertanyaan nomor sepuluh. Sedangkan seluruh anak pada kelompok kontrol maupun intervensi menjawab benar pada pertanyaan nomor satu. Terlihat juga adanya peningkatan pada kelompok kontrol antara hasil pre test pada nomor dua yang sebelumya presentase menjawab benar 58% meningkat menjadi 72%. Tabel 10 Rata-rata skor pengetahuan sebelum dan setelah intervensi Sebelum Setelah Selisih skor
Audiovisual 74.51 ± 14.51 71.76 ± 15.90 (2.75)
Rata-rata ± sd Visual Kontrol 80.62 ± 11.62 82.41 ± 11.62 85.20± 12.23 81.11 ± 10.36 4.58 (1.3)
Total 80.31 ± 12.52 82.27 ± 12.99 1.96
Secara umum, rata-rata skor pengetahuan setelah intervensi tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan skor tertinggi terdapat pada kelompok dengan media intervensi visual yaitu sebesar 4.58 (sebelum intervensi sebesar 80.62 ± 11.62 menjadi 85.20± 12.23). Sedangkan untuk intervensi dengan media audiovisual terjadi penurunan skor sebesar 2.75 (sebelum intervensi sebesar 74.51 ± 14.51 menjadi 71.76 ± 15.90). Hasil uji paired t-test menyatakan pada media audiovisual tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan gizi sebelum intervensi dengan pengetahuan gizi setelah intervensi (p=0.558; p˃0.05). Hal serupa terlihat pula pada kelompok kontrol yang juga tidak berbeda
14 signifikan antara pengetahuan gizi sebelum dengan pengetahuan gizi setelah intervensi (p=0.556; p˃0.05). Namun pada kelompok dengan intervensi media visual terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan gizi sebelum dan pengetahuan setelah intervensi (p=0.013; p<0.05). Hasil uji ANOVA setelah intervensi menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara media yang digunakan sebelum dan setelah intervensi (p=0.000; p<0.05). Hasil uji lanjut ANOVA setelah intervensi menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok intervensi dengan media audiovisual terhadap kelompok intervensi dengan media visual (p=0.000; p<0.05) dan kelompok intervensi media audiovisual berbeda secara signifikan dengan kelompok kontrol (p=0.029; p<0.05). Namun kelompok kontrol tidak berbeda signifikan terhadap kelompok media visual (p=0.232; p˃0.05). Penelitian Maulana et al (2012) mengatakan bahwa Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan dan selanjutnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Efek pendidikan kesehatan pada media visual dalam merubah perilaku gizi khususnya pengetahuan pada siswa sekolah dasar, menunjukan bahwa pengetahuan anak sebelum diberikan pendidikan sebesar 22.79 ± 5.4 dan meningkat menjadi 51.46 ± 4.75 setelah dilakukan pelatihan pendidikan (Motamedrezaei 2013). Menurut penelitian Saloso (2011) terhadap 109 anak sekolah dasar tentang pengaruh penggunaan media lagu anak-anak dan kartu bergambar serta tingkat penerimaannya dalam pendidikan gizi terkait PUGS dan PHBS terhadap pengetahuan gizi anak usia Sekolah Dasar Negeri di Kota Bogor, didapatkan hasil rata-rata skor pengetahuan gizi sebelum perlakuan sebesar 74.9 ± 9.4 dengan kategori sedang, kemudian meningkat menjadi 85.0 ± 11.7 dengan kategori baik setelah pemberian kartu bergambar (p<0.05). Menurut Notoadmodjo (2005) Media dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi, dan mempermudah pengertian. Media promosi kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu promosi kesehatan. Dengan demikian, sasaran dapat mempelajari pesan-pesan kesehatan dan mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan. Peningkatan pengetahuan tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki baik formal maupun non-formal, tetapi juga dipengaruhi oleh sumber informasi, pengalaman, dan kegiatan penyuluhan. Dengan demikian dapat dikatakan kegiatan intervensi pendidikan gizi merupakan salah satu sarana bagi anak-anak untuk memperoleh pengetahuan baru, sehingga ada kecenderungan peningkatan pengetahuan setelah intervensi pendidikan gizi (Notoadmodjo 2007). 100 50
Sebelum intervensi skor
0
Setelah intervensi skor Media Audio Media Visual Visual
Kontrol
Gambar 3 Grafik perbandingan rata-rata skor pengetahuan gizi sebelum & setelah intervensi
15 Pre test diberikan di tahap awal penelitian. Berdasarkan Khomsan (2000), kelompok kontrol, maupun kelompok intervensi media visual (poster dan leaflet), serta media audiovisual interaktif (B-Nutritional Mobile) berada pada kategori tingkat pengetahuan gizi yang berbeda. Skor terendah didapatkan pada kelompok dengan intervensi media audiovisual baik sebelum dan setelah intervensi, sedangkan skor tertinggi didapatkan pada kelompok dengan media visual baik sebelum ataupun setelah intervensi. Kelompok kontrol dan kelompok intervensi baik media audiovisual dan media visual pada saat pre test berada pada kategori baik (skor >80) namun pada saat post test terjadi penurunan nilai dimana kelompok dengan media audiovisual berada pada kategori sedang (skor 60-80), namun dari ketiganya tidak ada yang memperoleh kategori kurang. Sikap Gizi Contoh Sikap dapat diartikan sikap terhadap objek tertentu yang merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai dengan kecendrungan untuk bertindak sesuai dengan objek atau sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal (Gerungan 1996). Sikap belum merupakan suatu tindakan akan tetapi masih merupakan suatu pre-disposisi tingkah laku. Sikap dalam hal ini adalah suatu kecendrungan untuk bereaksi terhadap stimulus yang menghendaki adanya respon yang didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu. Penilaian sikap gizi dilihat dengan memberikan kuesioner sebelum dan setelah intervensi kepada contoh. Apabila pertanyaan dijawab benar maka diberi nilai satu dan apabila salah diberi nilai nol. Berikut sebaran contoh berdasarkan sikap gizi sebelum intervensi. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan sikap gizi sebelum intervensi No
Pertanyaan
1 2
Sarapan dilakukan pada pagi hari. Dengan sarapan akan mempunyai energi untuk beraktivitas dan konsentrasi (daya ingat) dalam belajar. Anak yang tidak sarapan akan membuat tubuhnya lemah, kurang konsentrasi, dan mudah mengantuk. Dengan sarapan akan membuat tubuh menjadi lebih gemuk. Anak yang sarapan akan terlihat lebih sehat dan aktif di kelas. Sarapan dapat mengurangi jajan karena dapat membuat tubuh akan merasa lebih kenyang. Sarapan akan menyumbang ¼ dari kebutuhan gizi sehari Menu sarapan biasanya hanya terdiri dari lauk pauk (telur, tempe), sayur/buah, dan minuman (susu/teh) saja. Nasi, telur ceplok, sayur capcay/sayur bayam, pisang, dan susu merupakan contoh makanan sarapan yang bergizi. Mie goreng saja bukan termasuk makanan sarapan yang bergizi.
3
4 5 6 7 8
9
10
Audiovisual n % 17 100 17 100
Visual n % 74 99 75 100
Kontrol n % 36 100 35 97
10
59
63
84
32
89
8
47
45
60
23
64
17
100
75
100
36
100
16
94
68
91
35
97
11
65
58
77
35
97
8
47
41
55
13
36
17
100
75
100
35
97
9
53
62
83
29
81
16 Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan sikap gizi sebelum intervensi (lanjutan) No
Pertanyaan
11
Makanan seimbang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh terdiri dari makanan pokok (nasi), lauk pauk (telur, tempe), sayur/buah, dan minuman (susu/teh).
Audiovisual n % 17 100
Visual n % 74 99
Kontrol n % 36 100
Berdasarkan sebaran pre test sikap gizi dapat dilihat bahwa seluruh kelompok baik kontrol maupun intervensi menjawab salah pada pertanyaan nomor delapan. namun pada kelompok intervensi audiovisual juga terdapat banyak menjawab salah pada nomor empat. Setelah pre test maka contoh mendapat paparan media intervensi kecuali kelompok kontrol, kemudian dilakukan pengujian post test. Seluruh contoh menjawab setuju pada pertanyaan nomor satu bahwa sarapan dilakukan pada pagi hari, namun pada pertanyaan nomor delapan rata-rata siswa menjawab tidak setuju sehingga mendapat nilai yang rendah. Berikut merupakan sebaran contoh berdasarkan sikap gizi setelah intervensi. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan sikap gizi setelah intervensi No
Pertanyaan
1 2
Sarapan dilakukan pada pagi hari. Dengan sarapan akan mempunyai energi untuk beraktivitas dan konsentrasi (daya ingat) dalam belajar. Anak yang tidak sarapan akan membuat tubuhnya lemah, kurang konsentrasi, dan mudah mengantuk. Dengan sarapan akan membuat tubuh menjadi lebih gemuk Anak yang sarapan akan terlihat lebih sehat dan aktif di kelas. Sarapan dapat mengurangi jajan karena dapat membuat tubuh akan merasa lebih kenyang. Sarapan akan menyumbang ¼ dari kebutuhan gizi sehari Menu sarapan biasanya hanya terdiri dari lauk pauk (telur, tempe), sayur/buah, dan minuman (susu/teh) saja Nasi, telur ceplok, sayur capcay/sayur bayam, pisang, dan susu merupakan contoh makanan sarapan yang bergizi. Mie goreng saja bukan termasuk makanan sarapan yang bergizi. Makanan seimbang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh terdiri dari makanan pokok (nasi), lauk pauk (telur, tempe), sayur/buah, dan minuman (susu/teh).
3 4 5 6 7 8
9
10 11
Audiovisual n % 17 100 17 100
Visual n % 75 100 72 96
Kontrol n % 36 100 36 100
14
70
66
88
34
94
13
65
69
92
32
89
20
100
75
100
36
100
16
95
74
99
36
100
15
90
71
95
35
97
8
40
34
45
12
33
16
95
72
96
34
94
11
55
55
73
27
75
17
100
72
96
34
94
Menurut Khomsan (2009) sikap gizi adalah kecenderungan seseorang untuk menyetujui atau tidak menyetujui terhadap suatu pernyataan yang diajukan terkait dengan gizi dan makanan. Sikap gizi sering kali terkait erat dengan pengetahuan gizi. Seseorang yang berpengetahuan baik, cenderung akan memiliki
17 sikap gizi yang baik pula. Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu (WHO 1992). Tabel 14 Rata-rata skor sikap gizi sebelum dan setelah intervensi Sebelum Setelah Selisih skor
Audiovisual 74.51 ± 14.76 82.34 ± 9.36 7.83
Rata-rata ± sd Visual Kontrol 80.62 ± 12.16 82.41 ± 12.52 89.08 ± 10.64 88.88 ± 7.88 8.46 6.47
Total 80.31 ± 12.52 88.13 ± 9.59 7.82
Secara umum, rata-rata skor sikap setelah intervensi media meningkat. Peningkatan rata-rata skor tertinggi terdapat pada intervensi dengan menggunakan media visual sebesar 8.46 (sebelum intervensi dengan media 80.62 ± 12.16 dan setelah intervensi menjadi 89.08 ± 10.64). Hasil uji paired t-test menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok dengan intervensi media audiovisual (p=0.095; p>0.05). Namun pada kelompok dengan intervensi media visual terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah intervensi (p=0.000; p<0.05). Hal yang sama juga terjadi pada kelompok kontrol. Meskipun tidak mendapat intervensi namun peningkatan sikap gizi terlihat signifikan (p=0.014; p<0.05). Hasil uji lanjut ANOVA setelah intervensi menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi media audiovisual terhadap kelompok intervensi media visual (p= 0.023; p<0.05). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi media audiovisual terhadap kelompok kontrol (p=0.051; p>0.05) dan kelompok intervensi media visual terhadap kelompok kontrol (p= 0.994; p>0.05). Penelitian Dunts (2012) mengenai efek dari media puppet terhadap pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar penyandang cacat dengan jumlah responden sebanyak 966 dalam 40 kelas di enam sekolah dasar di daerah utara selatan Amerika Serikat menunjukan bahwa terdapat peningkatan sikap yang lebih positif pada kelompok intervensi 7.21 ± 1.55, sedangkan menurut kelompok kontrol 6.53 ± 1.85 (p<0.0001). Hal ini sejalan dengan penelitian Koerniawati (2013) menyatakan terjadi peningkatan skor sikap sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat. Peningkatan terbesar diperoleh media kartu bergambar sebesar 10.86 (sebelum intervensi 80.98 ± 1.16 menjadi 91.84 ± 1.09) terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total skor sikap sebelum dan setelah intervensi (p<0.05). Menurut Notoatmodjo (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu. 100 90 80 70 60
Sebelum intervensi skor Setelah intervensi skor Media Audio Media Visual Visual
Kontrol
Gambar 4 Grafik perbandingan rata-rata skor sikap gizi sebelum & setelah intervensi
18 Rata-rata peningkatan sikap gizi contoh sebesar 91% pada seluruh kelompok intervensi. Hasil pengamatan menunjukan bahwa skor terkecil diperoleh pada kelompok intervensi media audiovisual, namun setelah diberikan intervensi terjadi penigkatan sikap sebesar 91% (skor sebelum intervensi 75 menjadi 82). Diantara kedua media yang diintervensikan, peningkatan sikap gizi yang terbesar diperoleh dari kelompok dengan intervensi media visual (berupa poster dan leaflet). Hal ini dapat dikarenakan pada kelompok intervensi dengan media visual, media yang digunakan berupa poster ditempel dikelas dan mudah terlihat dan dibaca oleh contoh. Begitu pula dengan media leaflet, karena leaflet dibagikan dan dapat dibawa pulang oleh seluruh contoh sehingga contoh dapat memahami isi media dengan lebih baik. Perilaku Konsumsi Menurut Hardinsyah dan Briawan (1994), kebutuhan zat gizi menggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan seseorang agar dapat hidup sehat. Kebutuhan zat gizi antar individu sangat bervariasi dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, ukuran tubuh (berat badan dan tinggi badan), keadaan psikologis, aktivitas fisik dan metabolisme tubuh. Konsumsi pangan adalah informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan atau dikonsumsi seseorang maupun kelompok orang pada waktu tertentu. Definisi ini menunjukan bahwa konsumsi pangan dapat diketahui dari aspek jenis pangan yang dikonsumsi seseorang dan jumlah pangan yang dikonsumsi, kedua informasi ini sangat penting dalam menghitung jumlah zat gizi yang dikonsumsi oleh seseorang (Kusharto dan Sa’adiyah 2012). Konsumsi pangan yang sehat harus mencakup bergizi, beragam dan berimbang. Dalam kasus ini ketiga sekolah yang telah mendapat intervensi media gizi ditinjau kembali konsumsinya apakah terdapat perubahan kosumsi sebelum dan setelah intervensi berdasarkan klasifikasi jenis pangan). Tabel 15 Berat pangan yang dikonsumsi (g/kapita/hari) kelompok Pangan Padi-padian
Umbiumbian
Hewani
Jenis Pangan Nasi Bubur Tepung terigu Kentang Singkong Ubi Tepung sagu Telur Daging Ayam Ikan Susu Yoghurt Keju
Audiovisual Pre Post (g) (g) 147.6 161.8 0 35.3 22.4 21.1 9.7 5.9 0 0 0 0 0 13.8 26.2 32.1 20.6 6.8 16.2 8.2 7.1 5.9 10.6 9.4 15.9 0 0 0
Visual Pre Post (g) (g) 200.3 189 26.5 13.3 44.2 47.4 5.4 0.7 1.4 1.8 0 2.8 0 2 19.2 27.7 9.6 9.7 27.8 42.4 4.7 41.6 16.9 18.6 3.5 0 0 0.8
Kontrol Pre Post (g) (g) 202 108.4 24.3 40.5 47.7 54.1 2.3 0 2.7 4.1 0 0 0 8.4 24.7 25.5 14.3 33.8 15.1 28.8 7.8 0 14.2 38.5 0 0 0 0
Total Pre post (g) (g) 183.3 153 16.9 29.7 38.1 40.8 5.8 2.2 1.4 1.9 0 0.9 0 8.1 23.4 28.4 14.8 16.7 19.7 26.5 6.5 15.8 13.9 22.2 6.5 0 0 0.3
19 Tabel 16 Berat pangan yang dikonsumsi (g/kapita/hari) (lanjutan) kelompok Pangan Minyak & lemak Buah,biji berminyak Kacangkacangan Gula Sayur Buah
Lain-lain
Minyak Margarin
Audiovisual Pre Post (g) (g) 2.1 2.1 0.6 0
Visual Pre Post (g) (g) 3.6 9.1 0.1 3.6
Santan
5.9
0
0.3
0
0
Tempe Tahu Kacang tanah Gula Sayur Buah Siomay/batagor Snack ringan Kue basah Biskuit Es krim
5.9 0 0 10.1 14.7 0 27.6 5 0 0 0
11.8 0 0 14.4 34.1 18.2 12.9 1.2 0 90.3 12.9
10 4 0.6 21.3 22 26.4 1.7 6.7 8.4 2.9 3.5
9.2 9 0 20.8 17 16.1 0 1.3 11.7 29.6 0
7 3.5 0 22.9 22.8 10 0 1.2 9.2 4.1 9.1
Jenis Pangan
Kontrol Pre Post (g) (g) 1.4 0.8 0 0
Pre (g) 2.4 0.2
Total post (g) 4 1.2
1.6
2.1
0.5
8.1 2.7 0 14 24.7 19.6 0 1.4 0 47.2 0
7.6 2.5 0.2 18.1 19.9 12.1 9.8 4.3 5.8 2.3 4.2
9.7 3.9 0 16.4 25.3 18 4.3 1.3 3.9 55.7 4.3
Tabel 15 dan 16 menerangkan tentang berat pangan yang dikonsumsi sehari per kapita contoh. Rata-rata konsumsi beras contoh berasal dari nasi dan bubur yang masing-masing beratnya setelah intervensi adalah 153 gram dan 29.7 gram Berdasarkan Roadmap Diversifikasi Pangan 2010-2015 sasaran konsumsi beras untuk tahun 2015 adalah 259.4 g/kapita/hari. Selain beras, sumber karbohidrat lain adalah tepung terigu, singkong, ubi, dan gula pasir. Konsumsi terbesar contoh setelah beras adalah tepung terigu yaitu sebesar 40.8 g/kapita/hari, dimana nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan sasaran kosumsi pangan yang akan dicapai untuk tahun 2015 yaitu 27.2 g/kap/hari (Roadmap Diversifikasi Pangan 2010-2015). Konsumsi terigu dapat diturunkan dan digantikan dengan konsumsi pangan tradisional lain seperti kentang, ubi dan singkong dimana berdasarkan Roadmap Diversifikasi Pangan 2010-2015 capaian konsumsi kentang , ubi, dan singkong untuk tahun 2015 secara berturut-turut adalah 6.4 g/kap/hari, 8.6 g/kap/hari, dan 32.5 g/kap/hari. Rata-rata konsumsi hewani terbesar contoh adalah telur yaitu sebesar 28.4 g/kap/hari. Nilai ini mendekati nilai standar yang ditetapkan oleh Kementrian Pertanian (2013) yaitu sebesar 28.8 g/kap/hari, konsumsi ini perlu dijaga agar stabil dan mencapai nilai capaian untuk tahun 2015 berdasarkan Roadmap Diversifikasi Pangan 2010-2015 yaitu sebesar 32.5 g/kap/hari. Sedangkan hewani lain yang masih belum mencapai nilai standar adalah ikan. Konsumsi rata-rata ikan contoh setelah intervensi adalah 15.8 g/kap/hari namun nilai ini belum mencapai standar yaitu sebesar 87.3 g/kap/hari, oleh karena itu perlu adanya peningkatan konsumsi ikan. Rata-rata konsumsi hewani lain seperti ayam, daging, dan susu pada contoh sudah mendekati standar yang ditetapkan oleh Kementrian Pertanian (2013). Rata-rata konsumsi protein nabati contoh terbesar adalah pada konsumsi tempe yaitu sebesar 9.7 g/kap/hari. Nilai ini masih jauh dibawah laju konsumsi tempe masyarakat Indonesia tahun 2002-2012 yaitu sebesar 21.1 g/kap/hari (Deptan 2012). Selain konsumsi tempe, konsumsi tahu pada contoh juga masih rendah (3.9 g/kap/hari) dibawah laju konsumsi tahu masyarakat Indonesia tahun 2002-2012 yaitu sebesar 20.2 g/kap/hari. Antusias contoh untuk mengkonsumsi
20 protein nabati sangat rendah oleh karena itu perlu adanya variasi pangan nabati, bukan hanya tahu dan tempe saja tetapi juga kacang tanah dan kancang hijau. Konsumsi lemak terbesar pada contoh adalah konsumsi minyak kelapa sawit yaitu sebesar 4 g/kap/hari. Angka ini masih dibawah nilai capaian konsumsi minyak kelapa sawit untuk tahun 2015 yaitu sebesar 18.6 g/kap/hari (Roadmap Diversifikasi Pangan 2010-2015). Lemak merupakan komponen struktural dari semua sel-sel tubuh, yang dibutuhkan oleh ratusan bahkan ribuan fungsi fisiologis tubuh (McGuire dan Beerman 2011; Hardinsyah 2012). Selain itu lemak juga berfungsi penting dalam metabolisme zat gizi, terutama penyerapan karatenoid, vitamin A, D, E, dan K (Boyle & Roth, 2010, Brown, 2011, Hamazaki & Okuyama 2000; Hardinsyah 2012). Oleh karena itu konsumsi lemak pada contoh perlu ditingkatkan sesuai dengan anjuran. Konsumsi makanan dan minuman manis cenderung lebih disukai oleh anakanak. Rata-rata konsumsi gula contoh setelah intervensi sebesar 16.2 g/kap/hari. Berdasarkan rekomendasi WHO konsumsi gula adalah tidak lebih dari 10% dari energi tambahan. Jadi, apabila dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG), maka anak usia 10-12 tahun adalah 2050 maka 10 persennya adalah 205 kalori atau setara dengan 51.25 gram gula dan setara dengan 10.25 sendok teh gula pasir. Kelebihan konsumsi gula dapat mengakibatkan terjadinya karies gigi, diabetes, dan jantung coroner. karies gigi adalah penyakit yang berasal dari mikroba dimana karbohidrat pangan difermentasi oleh bakteri pembentuk asam yang menyebabkan demineralisasi gigi (Devi 2012). Rata-rata konsumsi sayur pada contoh setelah intervensi adalah 25.3 g/kap/hari. Berdasarkan RoadmapDiversifikasi Pangan 2010-2015 nilai konsumsi sayur contoh masih kurang dibandingkan dengan nilai capaian untuk tahun 2015 yaitu sebesar 191.9 g/kap/hari. Kurang mengkonsumsi sayur dapat berdampak buruk pada kesehatan seperti kekurangan mineral yang berpengaruh pada pertumbuhan, kekurangan vitamin A, C, dan E yang berguna untuk memproduksi sel darah merah, terjadi konstipasi dan juga obesitas. Buah merupakan sumber vitamin terutama karoten, vitamin B1, B6, C dan sumber mineral.Rata-rata konsumsi buah contoh sebesar 18 g/kap/hari. Sebagian besar contoh mengkonsumsi buah pisang, dengan alasan buah pisang mudah didapat dan harga yang terjangkau. Berdasarkan Roadmap Diversifikasi Pangan 2010-2015 nilai konsumsi buah contoh masih rendah dibandingkan dengan nilai capaian untuk tahun 2015 yaitu 98.9 g/kap/hari. Rata-rata konsumsi terbesar jajanan contoh terdapat pada konsumsi biscuit yaitu sebesar 55.7 g/kap/hari. Konsumsi biscuit pada contoh menyumbang 284 kkal dan 43.7 gram karbohidrat. Terdapat perubahan perilaku jajan pada contoh sebelum dan setelah dilakukan intervensi. Sebelum dilakukan intervensi sebagian besar contoh mengkonsumsi jajanan berupa snack ringan seperti chiki dan keripik. Namun setelah dilakukan intervensi terdapat perubahan perilaku jajan. Jajanan yang dipilih contoh berupa biscuit, roti, serta makanan berat lainnya (siomay dan batagor). Tabel 17 menunjukkan rata-rata asupan energi contoh adalah sebesar 2565 kkal per kapita per hari, dimana nilai ini lebih besar dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi tahun 2004 yaitu sebesar 2050 kkal dan 50 gram protein. Dibandingkan dengan kelompok intervensi media visual dan kelompok kontrol, kelompok intervensi audiovisual memiliki konsumsi pangan yang lebih kecil
21 dibanding dengan nilai AKG, yaitu sebesar 1683 kkal. Begitu pula dengan konsumsi zat gizi lainnya seperti protein, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin B dan vitamin C kelompok intervensi audiovisual memperoleh nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan konsumsi dua kelompok lainnya. Tabel 17 Asupan energi dan zat gizi sebelum intervensi Intervensi
Energi (kkal) 1683 3041 2972 2565
Audiovisual Visual Kontrol Rata-rata
Protein (g) 46.3 73.1 75.2 64.9
Ca (mg) 1617.4 4539.3 5440.8 3865.8
Ph (mg) 918.7 1392.0 1242.1 1184.3
Besi (mg) 16.2 22.6 18.8 19.2
Vit. A (RE) 751.0 1351.6 982.5 1028.4
Vit. B (mg) 8.3 81.2 30.7 40.1
Vit. C (mg) 79.2 89.1 35.1 67.8
Berdasarkan Tabel 18 terlihat ada peningkatan konsumsi pada kelompok dengan intervensi media audiovisual, namun pada kelompok intervensi media visual dan kontrol terlihat penurunan konsumsi kearah yang lebih baik, karena nilai mendekati AKG yang dianjurkan. Tabel 18 Asupan energi dan zat gizi setelah intervensi Intervensi
Energi (Kal) 1713 2532 2101 2115
Audiovisual Visual Kontrol Rata-rata
Protein (g) 45.0 83.7 54.7 61
Ca (mg) 987.6 3360.8 2549.4 2299
Ph (mg) 582.4 1475.1 533.5 864
Besi (mg) 14.3 23.2 13.3 17
Vit. A (RE) 418.4 2204.3 413.4 1012
Vit. B (mg) 16.9 73.6 9.1 33
Vit. C (mg) 74.2 46.3 56.0 59
Hasil uji paired t-test menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara konsumsi energi sebelum dan setelah intervensi (p=0.228; p>0.05). Begitu pula untuk asupan protein (p=0.720; p>0.05), kalsium (p=0.080; p>0.05), besi (p=0.080; p>0.05), vitamin A (p=0.424; p>0.05), vitamin B (p=0.342; p>0.05), dan vitamin C (p=0.248; p>0.05) tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Zat gizi yang terlihat berbeda signifikan setelah intervensi adalah fosfor (p=0.039; p<0.05). Terjadi penurunan konsumsi fosfor sebesar 73%. Tabel 19 TKE dan TKP contoh sebelum dan setelah intervensi Intervensi Audiovisual Visual Kontrol Rata-rata
Sebelum Intervensi TKE (%) TKP (%) 94.2 116.6 74.9 96.2 77.6 97.4 82.2 103.4
Setelah Intervensi TKE (%) TKP (%) 92.0 99.1 131.8 168.5 94.4 100.7 106.1 122.8
p
TKE (p=0.358) TKP (p=0.099)
Berdasarkan tabel 19 rata-rata tigkat kecukupan energi dan protein contoh setelah intervensi mengalami peningkatan. Angka kecukupan gizi yang diperlukan pada anak usia 10-12 tahun baik laki-laki dan perempuan adalah 2050 kkal dan 50 gram protein (AKG 2004). Sebelum dilakukan intervensi rata-rata energi contoh mengalami defsit gizi tingkat ringan (80-89% AKG) yaitu sebesar 82.2%. Sedangkan untuk protein, sebagian besar contoh normal (90-119% AKG) yaitu 103.4%. Setelah dilakukan intervensi, terjadi peningkatan konsumsi pada contoh sehingga asupan energi meningkat menjadi normal (90-119% AKG) yaitu sebesar 106.1%, sedangkan pada protein terjadi peningkatan yang berlebih (≥120% AKG) yaitu 122.8%. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecukupan energi sebelum dan setelah intervensi (p=0.358; p>0.05), begitu pula dengan tingkat kecukupan protein tidak terdapat perbedaan signifikan antara sebelum dan setelah intervensi (p=0.099; p>0.05).
22
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Contoh dalam penelitian ini adalah siswa kelas lima dari empat Sekolah Dasar Negeri di Kota Bogor. Penelitian ini terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Jumlah contoh yang berjenis kelamin laki–laki pada kelompok kontrol sebesar 41.7% dan yang berjenis kelamin perempuan pada kelompok kontrol sebesar 58.3%. Sedangkan untuk kelompok intervensi, jumlah contoh dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 37% dan contoh intervensi yang berjenis kelamin perempuan sebesar 63%. Rata-rata contoh merupakan anak pertama dengan besar keluarga sedang (5-7orang). Proporsi terbesar pekerjaan orang tua (ayah) pada kelompok kontrol (47.2%) dan kelompok intervensi (41.3%) bekerja sebagai pegawai swasta dengan pendapatan berkisar antara Rp 1.000.000 – Rp 2.500.000, sedangkan sebagian besar ibu (75%) pada kelompok intervensi dan kontrol adalah ibu rumah tangga. Tidak terdapat perbedaan nyata antara karakteristik kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p˃0.05). Hasil uji paired t-test terhadap skor rata-rata pengetahuan menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pengetahuan sebelum dan setelah intervensi pada media visual (p=0.013; p˂0.05), namun untuk media audiovisual dan kontrol tidak terdapat perbedaan yang signifikan.. Peningkatan skor terbesar terlihat pada kelompok media intervensi visual yaitu sebelum intervensi sebesar 80.62 ± 11.62 menjadi 85.20± 12.23 (selisih 4.58). Hasil uji ANOVA menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi media audiovisual terhadap kelompok kontrol dan kelompok intervensi media visual. Media yang paling besar pengaruhnya terhadap pengetahuan gizi contoh adalah media visual. Hasil uji pired t-test terhadap skor rata-rata sikap menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total skor sikap sebelum dan setelah intervensi. Skor sikap terbesar terlihat pada kelompok intervensi media visual yaitu sebelum intervensi sebesar 80.62 ± 12.16 dan setelah intervensi menjadi 89.08 ± 10.64 (selisih 8.46). Hasil uji lanjut ANOVA setelah intervensi menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi media audiovisual terhadap kelompok intervensi media visual (p=0.023; p<0.05). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi media audiovisual terhadap kelompok kontrol (p=0.051; p>0.05) dan tidak terdapat juga perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi media visual terhadap kelompok kontrol (p= 0.994; p>0.05). Hasil uji pired t-test pada asupan energi menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan sebelum dan setelah intervensi (p=0.228; p>0.05). Begitu pula untuk asupan protein (p=0.720; p>0.05), kalsium (p=0.080; p>0.05), besi (p=0.080; p>0.05), vitamin A (p=0.424; p>0.05), vitamin B (p=0.342; p>0.05), dan vitamin C (p=0.248; p>0.05) yang tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Zat gizi yang terlihat berbeda signifikan setelah intervensi adalah fosfor (p=0.039; p<0.05). Meskipun terlihat ada peningkatan
23 konsumsi setelah intervensi, namun peningkatan skor pengetahuan dan sikap gizi belum mampu mengubah perilaku konsumsi contoh. Saran Masa anak-anak merupakan masa dimana dapat menyerap banyak paparan dari berbagai media. Media yang dikemas dengan tepat dan atraktif serta mudah dipahami merupakan salah satu pendidikan yang baik bagi anak, khususnya pada pendidikan gizi. Namun pendidikan gizi dan sikap gizi yang baik saja belum cukup untuk dapat mengubah perilaku konsumsi anak. Sehingga perlu adanya dukungan dari pihak luar yang perduli dengan kesehatan dan masa depan anakanak. Ada baiknya apabila pihak sekolah mampu memfasilitasi kantin yang bersih dan dapat menyediakan makanan sehat yang terhindar dari bahan tambahan makanan yang berbahaya. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan alat bantu yang lebih mudah diterima dan dipahami dengan memperhatikan isi materi yang akan disampaikan kepada anak sekolah dasar, sehingga anak-anak dapat menerapkan kebiasaan baik tersebut secara kontinu.
DAFTAR PUSTAKA Almatsier S. 1994. Penuntun Diet Anak. Jakarta: PT Gramedia Utama. _________. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta. Anderson AS et al. 2003. The Impact of a School-Based Nutrition Education Intervention on Dietary Intake and Cognitive and Attitudinal Education Relating to Fruits and Vegetables. Public Health Nutrition: 8(6),650-656. Arysad A. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers Baliwati Y, Prathivi. 2013. Prinsip Penyusunan Menu Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman. Bogor: MWA Consulting. Bastian I. 2006. Akuntansi Pendidikan. Jakarta: Erlangga. [Bapenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2006. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010. [BPOM] Badan Pengawa Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2007. Jajanan Anak Sekolah. Sistem Keamanan Pangan Terpadu. Boyle MA, Roth SL. 2010. Personal Nutrition, Seventh Edition. Wadsworth Cengage Learning, Belmont. Brown JE. 2011. Nutrition Through the Life Cycle, Fourth Edition. Wadsworth Cengage Learning, Belmont. [Depkes] Departemen Kesehatan. 1996. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Depkes RI. ___________. 2008. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta: Depkes RI Departemen Pertanian. 2012. Buletin Konsumsi Pangan. Jakarta: Depkes RI Departemen Pertanian. 2012. Roadmap Diversifikasi Pangan 2011-2015. Jakarta: Depkes RI Devi N. 2012. Gizi Anak Sekolah. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara
24 Direktorat Perlindungan Konsumen. 2006. Bagaimana Memilih Jajanan Sehat dan Aman. Jakarta. http://pkditjenpdn.depdag.go.id [diakses pada 3 Desember 2013]. Djamarah, Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Dunts CJ. 2012. Effects of Puppetry on Elementary Students’ Knowledge of and Attitudes Toward Individuals with Disabilities. Orlena Hawks Puckett Institute, United States. International Electronic Journal Of Elementary Education, 2012, 4(3),451-457 Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assesment Second Edition. New York: Oxford University Press Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM, Arab L. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC. Hamalik. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti Haryoko S. 2009. Efektivitas Pemanfaatan Media Audio-Visual sebagai Alternatif Optimalisasi Model Pembelajaran. Jurnal Edukasi Elektro, 5(1):1-10. http://journal.uny.ac.id/ [diakses pada 5 Januari 2014]. Hermina et al. 2000. Perilaku Makan Murid Sekolah Dasar Penerima PMT-AS di Desa Ciheleut dan Pasir Gaok Kabupaten Bogor. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi. Hurlock EB. 1998. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi kelima. Istiwidayati, Soejarwo penerjemah. Jakarta: Penerbit Erlangga. Iswantari, Wijajarta M & Februhartanty J. 2007. Jajanan Di Indonesia Berkualitas Buruk. http://www.republika.co.id [diakses pada 3 Desember 2013]. Judarwanto W. 2007. Perilaku Makan Anak Sekolah. http://gizi.depkes.go.id/wpcontent/uploads/2012/05/perilaku-makan-anak-sekolah.pdf [diakses pada 3 Desember 2013]. Kementrian Pertanian. 2012. Roadmap Diversivikasi Pangan tahun 2010-2015. Jakarta: Badan Ketahanan Pangan Kemntrian Pertanian RI Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi [diktat]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. ___________. 2002. Pangan dan Gizi dalam Dimensi Kesejahteraan. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. ___________. 2005. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan 2. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Istitut Pertanian Bogor. Koerniawati RD. 2013. Pengaruh Kampanye Sarapan Sehat Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Kebiasaan Sarapan Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Bogor. Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. [Skripsi]. Kusharto C, Sa’addiyah. 2012. Diktat Penilaian Konsumsi Pangan. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Istitut Pertanian Bogor. Lucas PL. 2004. Nutrition in Childhood. Didalam Mahan LK, Escott Strump E. Krouse’s. Food Nutrition and Diet Terapy ed-11. Philadelpia: El Sevier Hlm 259-280.
25 Mahan K., Escott-Stump. 2008. Food, Nutrition, and Diet Therapy. USA: W.B Saunders Company. Maulana, et al. 2012. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Terhadap Status Gizi Siswa SD Inpres 2 Pannampu. http://repository.unhas.ac.id [diakses pada 9 Januari 2014]. Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakara: Papas Sinar Sinanti. Motamedrezaei O, Mitra M, Mohammad RM, Maryam K. 2013. The effect of nutrition and food hygiene education on the knowledge of female elementary school teachers in city of ferdows. Journal of Education And Health Promotion vol 2 Februari 2013: 16-19. Notoatmodjo. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. ___________. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Rineka Cipta : Jakarta. ___________. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan Pertama. PT. Rineka Cipta : Jakarta. Nuryati S. 2010. Pentingnya Pendidikan Gizi Bagi Anak. http://www.pentingnya pendidikan gizi bagi anak.htm [Diakses pada 3 Desember 2013]. Pasanea S. 2011. Analis Hubungan Persepsi Kegemukan Dengan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Mahasiswi Tingkat persiapan bersama Institut Pertanian Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Istitut Pertanian Bogor Perez-Rodrigo C, Aranceta J. School-based nutrition education: lessons learned and new prespective. Public Health Nutrition, 2001: 131-139. Pickett G, Hanlon JJ. 2009. Kesehatan Masyarakat: Administrasi dan Praktik (Edisi 9). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Rachmaniah M, Tanziha I et al. 2013. Peningkatan Kesehatan Masyarakat melalui Breakfast-Nutrition Learning Content Management Berbasis Mobile untuk Siswa Sekolah Dasar [penelitian]. Bogor: Fakultas Matematika dan IPA, Institut Pertanian Bogor. Riduwan. 2013. Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi Statistik Penelitian. Bandung: Alfabeta. Riyadi H. 2003. Metode Penelitian Status Gizi Secara Antropometri [Diktat]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Rodiah D. 2010. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Gizi Seimbang Anak Sekolah di SDN Gunung Gede Kota Bogor [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Saloso I. 2011. Pengaruh Penggunaan Media Lagu Anak-Anak dan Kartu Bergambar Serta Tingkat Penerimaannya Dalam Pendidkan Gizi Terkait PUGS dan PHBS Terhadap Pengetahuan Gizi Anak Usia Sekolah Dasr Negri di Kota Bogor. Departemen Gizi Masyarakat,Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. [Skripsi] Serrano El, Anderson JE. The evaluation of food pyramid games: a bilingual computer nutritional education program for Latino youth. J Family Consumer Sci Educ, 2004; 22(1): 1-16. Sizer FS, Whitney E. 2008. Nutrition Concept and Controversies. USA: The Thomson Corporation.
26 Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. ________. 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara ________. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara. Sukandar D. 2008. Studi Sosial Ekonomi Aspek Pangan dan Sanitasi Petani Transmigran di Pekan Hulu Provinsi Riau. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Istitut Pertanian Bogor. [WHO] World Health Organization. 1995. WHO expert committee report – comprehensive school health education and promotion. Geneva: World Health Organization. http://www.fao.org [12 November 2013].
27 Lampiran 1 Analisis uji Paired T-Test pengetahuan gizi. Paired Samples Test Paired Differences
Intervensi audiovisual Pair 1
Visual
kontrol
Pair 1
Pair 1
Mean
Std. Deviation
95% Confidence Interval of the Difference
Std. Error Mean
Lower
Upper
t
Df
Sig. (2tailed)
pengetahua n gizi pre 2.745 pengetahua n gizi post
16 18.938
4.593
-6.992
12.482
.598
pengetahua n gizi pre -4.577 pengetahua n gizi post
15.642
1.806
-8.176
-.979
-2.534
74
.013
pengetahua n gizi pre 1.297 pengetahua n gizi post
13.099
2.183
-3.135
5.729
.594
35
.556
Df
Sig. (2tailed)
.558
Lampiran 2 Analisis uji Paired T-Test sikap gizi. Paired Samples Test Paired Differences
Intervensi audiovisual Pair sikap pre 1 sikap post
95% Confidence Interval of the Difference
Std. Std. Error Mean Deviation Mean
Lower
-7.826
18.159
4.404
-17.162
1.511 -1.777
16
.095
Upper
t
visual
Pair sikap pre 1 sikap post
-8.457
13.384
1.545
-11.537
-5.378 -5.472
74
.000
kontrol
Pair sikap pre 1 sikap post
-6.470
15.004
2.501
-11.546
-1.393 -2.587
35
.014
Lampiran 3 Analisis uji Paired T-Test asupan gizi. Paired Samples Test Paired Differences
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
t
Sig. (2tailed)
Df
Pair energi - energi 1 post
450.000
453.388
261.764
-676.279
1576.279
1.719
2
.228
Pair protein - protein 2 post
3.7333
15.6921
9.0599
-35.2481
42.7148
.412
2
.720
Pair kalsium 3 kalsium post
3.7872E3
1979.1877
1142.6846
-1129.4081
8703.7415
3.314
2
.080
Pair fosfor - fosfor 4 post
4.7687E2
166.9667
96.3982
62.0985
891.6348
4.947
2
.039
Pair besi - besi post 5
-2.2801E3
1203.1254
694.6248
-5268.7959
708.6626
-3.282
2
.082
Pair vit A - vit A post 6
1.6470E2
286.2699
165.2780
-546.4339
875.8339
.997
2
.424
Pair vit B - vit B post 7
23.1333
32.3829
18.6963
-57.3103
103.5770
1.237
2
.342
Pair vit C - vit C post 8
-9.4423E2
1014.2753
585.5921
-3463.8329
1575.3662
-1.612
2
.248
28 Lampiran 4 Analisis uji ANOVA pengetahuan dan sikap gizi Descriptives 95% Confidence Interval for Mean Std. N pengetahuan gizi pre
Std.
Lower
Upper
Mean Deviation Error
Bound
Bound
Minimum Maximum
audiovisual
17 74.51
14.764 3.581
66.92
82.10
53
93
visual
75 80.62
12.164 1.405
77.82
83.42
47
100
kontrol
36 82.41
11.618 1.936
78.48
86.34
67
100
128 80.31
12.517 1.106
78.12
82.50
47
100
Total pengetahuan
audiovisual
17 71.76
15.904 3.857
63.59
79.94
50
100
gizi post
visual
75 85.20
12.232 1.412
82.39
88.01
50
100
kontrol
36 81.11
10.359 1.726
77.61
84.62
60
100
128 82.27
12.994 1.149
79.99
84.54
50
100
audiovisual
17 74.51
14.764 3.581
66.92
82.10
53
93
visual
75 80.62
12.164 1.405
77.82
83.42
47
100
kontrol
36 82.41
11.618 1.936
78.48
86.34
67
100
128 80.31
12.517 1.106
78.12
82.50
47
100
audiovisual
17 82.34
9.364 2.271
77.52
87.15
64
100
visual
75 89.08
10.036 1.159
86.77
91.39
64
100
kontrol
36 88.88
7.877 1.313
86.21
91.54
73
100
9.592
86.45
89.81
64
100
Total sikap pre
Total sikap post
Total
128 88.13
.848
Lampiran 5 Analisis uji ANOVA pengetahuan dan sikap gizi. ANOVA Sum of Squares pengetahuan gizi pre
pengetahuan gizi post
sikap pre
sikap post
Between Groups
df
Mean Square
737.787
2
368.893
Within Groups
19160.178
125
153.281
Total
19897.965
127
Between Groups
2568.354
2
1284.177
Within Groups
18874.614
125
150.997
Total
21442.969
127
Between Groups
737.787
2
368.893
Within Groups
19160.178
125
153.281
Total
19897.965
127
Between Groups
658.653
2
329.327
Within Groups
11027.261
125
88.218
Total
11685.914
127
F
Sig.
2.407
.094
8.505
.000
2.407
.094
3.733
.027
29 Lampiran 6 Analisis uji lanjut ANOVA pengetahuan dan sikap gizi. Multiple Comparisons Tukey HSD (I) Dependent Variable intervensi pengetahuan gizi pre
Mean Difference (IJ) Std. Error
(J) intervensi
audiovisual visual kontrol visual
audiovisual
-6.113
3.326
.161
-14.00
1.78
-7.899
3.643
.081
-16.54
.74
3.326
.161
-1.78
14.00
2.510
.757
-7.74
4.17
audiovisual
7.899
3.643
.081
-.74
16.54
visual
1.786
2.510
.757
-4.17
7.74
audiovisual visual
*
3.301
.000
-21.26
-5.61
kontrol
-9.346*
3.616
.029
-17.92
-.77
audiovisual
13.435*
3.301
.000
5.61
21.26
kontrol
4.089
2.492
.232
-1.82
10.00
audiovisual
9.346*
3.616
.029
.77
17.92
visual
-4.089
2.492
.232
-10.00
1.82
audiovisual visual
-6.113
3.326
.161
-14.00
1.78
-7.899
3.643
.081
-16.54
.74
6.113
3.326
.161
-1.78
14.00
-1.786
2.510
.757
-7.74
4.17
audiovisual
7.899
3.643
.081
-.74
16.54
visual
1.786
2.510
.757
-4.17
7.74
audiovisual visual
-6.745*
2.523
.023
-12.73
-.76
kontrol
-6.542
2.764
.051
-13.10
.01
audiovisual
6.745*
2.523
.023
.76
12.73
.202
1.904
.994
-4.31
4.72
audiovisual
6.542
2.764
.051
-.01
13.10
visual
-.202
1.904
.994
-4.72
4.31
visual kontrol
-13.435
kontrol visual
audiovisual kontrol
kontrol sikap post
Lower Bound Upper Bound
6.113
kontrol
sikap pre
Sig.
-1.786
kontrol
pengetahuan gizi post
95% Confidence Interval
visual
kontrol kontrol
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Lampiran 7 Hasil uji Paired t-test TKG Paired Samples Test Paired Differences
Mean Pair 1 Pair 2
Std. Std. Error Deviation Mean
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
t
TKG energi pre 500.8171 250.4086 525.7368 TKG protein pre 2.7118E2 1068.0868 1.083 TKG energi post - TKG protein -16.7000 14.1459 7.0730 -39.2093 5.8093 2.361 post
Sig. (2tailed)
Df 3
.358
3
.099
30
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Mei 1990. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Kristiyanto Suryo Nugroho ST dan ibu Yustina Sugiyati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Budi Mulia Bogor pada tahun 2002, sekolah menengah pertama SLTP Budi Mulia Bogor pada tahun 2005, dan sekolah menengah atas SMA Budi Mulia Bogor pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan kuliah Diploma III di Institut Pertanian Bogor pada jurusan Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi dan selesai pada tahun 2011. Penulis melanjutkan seklolahnya ke jenjang pendidikan sarjana pada program alih jenis Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui ujian mandiri pada tahun 2011.