PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA KONSEP LAJU REAKSI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH: MARETA DWI SATUTI 106016200617
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011
ABSTRACT MARETA DWI SATUTI, The Influence of Model Cooperative Type Jigsaw to the Result of Student Chemistry Study. This research aim to know are there any influence Model Cooperative Type Jigsaw to the result of student chemistry study. This research has done in Senior High School Nusa Putra Tangerang, on November 3rd-24th November 2010, on quasi experimental research methods with 80 students on 11th levels from two different classes as the samples. The first class being on control which has learn with expository method, and the second class being an experimental which has learn with cooperatipe type jigsaw. The instrument is used are multiple choice tests with 5 alternative choices, with 22 questions. The result shows there are the differences of mean experimental class 70,15 and control class 57,87. The result from the calculation of “t” test (α = 0,05 ), obtained that score (4,47) > ttable (1,999). Finally, it can be concluded that cooperative type Jigsaw can give a significant effect to the student in the learning activity of reaction concept than using expository approach. Key Word: Cooperative Jigsaw and Result Study
i
ABSTRAK MARETA DWI SATUTI. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 3-24 November 2010 di SMA Nusa Putra Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen, dengan sampel 80 siswa kelas XI yang diambil dari 2 kelas yang berbeda. Kelas pertama menjadi kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan pembelajaran metode ekspositori dan kelas kedua menjadi kelas esperimen yang diberi perlakuan dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes pilihan ganda dengan 5 alternatif jawaban sebanyak 22 soal. Hasil penelitian ini didapatkan perbedaan antara mean kelas eksperimen 70,15 dan kelas kontrol 57,87. Dari hasil perhitungan uji “t” (α = 0,05) didapatkan nilai thitung (4,47) > ttabel (1,999). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan pengaruh yang signifikan bagi siswa dalam mempelajari konsep laju reaksi dibandingkan siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ekspositori. Kata Kunci: Kooperatif Jigsaw dan Hasil Belajar
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salawat dan salam senantiasa dicurahkan keharibaan junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Hasil Belajar Kimia pada Konsep Laju Reaksi” ini merupakan salah satu syarat mencapai Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terealisasikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil kepada penulis. Untuk itu perkenankanlah pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu: 1.
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Nengsih Juanengsih, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Dedi Irwandi, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia dan dosen Pembimbing II, terima kasih atas segala bimbangan dan dukungan Bapak selama ini.
5.
Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd. selaku dosen Pembimbing I, terima kasih atas kesabaran dalam membimbing saya.
6.
Kepala Sekolah, dewan guru, staf TU serta siswa-siswi SMA Nusa Putra Tangerang yang telah memberi izin untuk melaksanakan penelitian. iii
7.
Ayah dan Ibu tercinta yang telah melimpahkan segenap kasih sayang yang tak terhingga serta tak henti-hentinya memberikan doa yang tulus.
8.
Kakak dan kembaranku (Yoga Prihastomo dan Ananda Dwi Prasetyo) dan keluarga besar, terima kasih atas segala bantuan dan dorongan semangatnya.
9.
Adik spiritualku tersayang, Annisaa Taradini (Ja Dini) beserta keluarga (Bunda Rita, Ayah Yani, Ka Dana, Anindiva) terima kasih atas kasih sayang dan perhatian yang diberikan serta kesediaan menjadi keluarga kedua bagi penulis.
10. Sahabat spiritual FOSMA UIN dan ATS (Racil, Isti, Rianti, Monic, Nina, Nurul, Lulut, Gitcil, Ka Ifa, Ka Gita, Ayyi, Aulia, Amar, Kiki, Uni Emil, Ja Abe, Ja Wildan, Ibnu, Reza, Dion), terima kasih telah mengajariku indahnya mengenal Allah. 11. Teman-teman kost (Syifa, Rilla, Dati, Putri, Thia, Noor, Lia, Seli, Yuli), terima kasih atas kebersamaan, suka duka yang terukir dalam rumah kita. 12. Teman-teman Pendidikan Kimia Angkatan 2006 (Dede dan Novi), terima kasih atas kebersamaan yang terjalin selama ini, sukses juga untuk kalian. 13. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, terima kasih atas doa dan dukungannya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan isi skripsi ini. Akhir kata penulis hanya bisa berharap semoga penyusunan ini dapat bermanfaat dan mempunyai nilai guna bagi yang memerlukannya. Jakarta, Februari 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................. iii DAFTAR ISI ................................................................................................ v DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix BAB I Pendahuluan .................................................................................. 1 A. Latar Belakang ........................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................ 7 C. Pembatasan Masalah ................................................................ 8 D. Perumusan Masalah ................................................................ 8 E. Manfaat Penelitian ................................................................... 8 F. Tujuan Penelitian ...................................................................... 8 BAB II Deskripsi Teoritis, Kerangka Berpikir, Hipotesis Penelitian ......... 10 A. Deskripsi Teoritis ..................................................................... 10 1. Pembelajaran Kooperatif ...................................................... 10 2. Beberapa Model Pembelajaran Kooperatif .......................... 16 3. Model Pembelajaran Jigsaw ................................................. 18 4. Pendekatan Ekspositori ........................................................ 24 5. Hakekat Belajar dalam Pembelajaran Kooperatif ................. 26 6. Hakekat Hasil Belajar .......................................................... 29 7. Laju Reaksi ........................................................................... 33 8. Penelitian Yang Relevan ...................................................... 36 B. Kerangka Berpikir .................................................................... 39 C. Hipotesis Penelitian .................................................................. 41 BAB III Metodologi Penelitian ................................................................... 41 A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................. 41 B. Metode Penelitian .................................................................... 41 v
C. Populasi dan Sampel ............................................................... 42 D. Instrumen Penelitian ................................................................ 44 E. Teknik Pengolahan Data .......................................................... 44 1. Uji Validitas ......................................................................... 44 2. Uji Reliabilitas ..................................................................... 45 3. Taraf Kesukaran ................................................................... 46 4. Daya Pembeda Soal ............................................................. 47 F. Teknik Analisis Data ................................................................ 48 1. Uji Normalitas ...................................................................... 48 2. Uji Homogenitas .................................................................. 49 3. Pengujian Hipotesis .............................................................. 50 G. Hipotesis Statistik .................................................................... 51 BAB IV Hasil dan Pembahasan .................................................................. 52 A. Hasil Penelitian ....................................................................... 52 B. Pengujian Persyaratan Analisis Data ....................................... 52 1. Uji Normalitas ..................................................................... 52 2. Uji Homogenitas ................................................................. 53 C. Pengujian Hipotesis ................................................................. 54 D. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 55 BAB V Kesimpulan dan Saran ................................................................... 58 A. Kesimpulan .............................................................................. 58 B. Saran ........................................................................................ 58 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 59 LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 61
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Kooperatif .................. 14 Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan ............................................... 22 Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan kelompok ................................................. 23 Tabel 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ............................... 32 Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ................................................................. 42 Tabel 4.1 Rekap Skor Hasil Belajar Konsep Laju Reaksi Kelas Eksperimen dan Kontrol ............................................................ 52 Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas .................................................................. 53 Tabel 4.3 Hasil Uji “t” ............................................................................... 54
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw ..................................................... 20 Gambar 2.2 Alur Kerangka Berpikir .......................................................... 41
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen ................................................................ 62 Lampiran 2. Soal Instrumen Penelitian ....................................................... 76 Lampiran 3. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian ...................................... 84 Lampiran 4 Perhitungan ANATES ............................................................ 85 Lampiran 5. Soal Tes Hasil Belajar ............................................................ 98 Lampiran 6. Kunci Jawaban Tes Hasil belajar ............................................ 103 Lampiran 7. RPP Kelas Eksperimen ........................................................... 104 Lampiran 8. RPP Kelas Kontrol .................................................................. 121 Lampiran 9. Nilai Hasil Belajar Kimia Kelas Eksperimen ......................... 136 Lampiran 10. Perhitungan Kelas Eksperimen .............................................. 137 Lampiran 11. Normalitas Kelas Eksperimen ............................................... 139 Lampiran 12. Nilai Hasil Belajar Kimia Kelas Kontrol ............................... 140 Lampiran 13. Perhitungan Kelas Kontrol .................................................... 141 Lampiran 14. Normalitas Kelas Kontrol ...................................................... 143 Lampiran 15. Perhitungan Homogenitas ..................................................... 144 Lampiran 16. Perhitungan Pengujian Hipotesis ........................................... 145 Lampiran 17. Perhitungan Skor Kuis Individu ............................................ 146 Lampiran 18. Perhitungan Skor Kelompok ................................................. 150 Lampiran 19. Lampiran Tabel Perhitungan ................................................. 151
ix
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan dan perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.1 Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan pembaharuan dalam segala unsur-unsur yang mendukung pendidikan. Adapun unsur tersebut adalah siswa, guru, alat dan metode, materi dan lingkungan pendidikan. Semua unsur tersebut saling terkait dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Perkembangan dunia pendidikan dari tahun ke tahun mengalami perubahan seiring dengan tantangan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di era global. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa kita adalah masih rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenjang. Banyak hal yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, sertifikasi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran serta perbaikan sarana dan prasarana pendidikan. Namun demikian mutu pendidikan yang dicapai belum seperti apa yang diharapkan. Perbaikan 1
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2009), h. 1.
1
2
yang telah dilakukan pemerintah tidak akan ada artinya jika tanpa dukungan dari guru, orang tua, siswa, dan masyarakat. Berbicara tentang mutu pendidikan tidak akan lepas dengan proses belajar mengajar. Di mana dalam proses belajar mengajar guru harus mampu menjalankan tugas dan peranannya, sehingga akan tercipta suatu kondisi lingkungan belajar yang kondusif. Belajar merupakan hal yang tidak akan pernah bisa terpisahkan dalam pendidikan. Menurut pakar psikologi jika adanya perubahan perilaku yang positif terhadap individu baru bisa dikatakan belajar. Dalam pandangan Islam pun belajar adalah sebuah kewajiban, bahkan ayat AlQuran yang pertama kali turun perintah untuk membaca, dan membaca bisa diartikan secara luas dengan belajar. Sesuai dengan firman Allah SWT :
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq: 1-5) Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.2 Kegiatan proses pembelajaran merupakan kegiatan paling pokok dalam keseluruhan pendidikan. Hal ini mengandung 2
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. 3, h. 100.
3
arti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses pembelajaran yang dialami peserta didik atau siswa. Masalah utama dalam pendidikan formal dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang rendah. Proses pembelajaran di sekolah pada umumnya belum menampakkan sistem belajar mengajar yang mengajak siswa untuk aktif berfikir dan bertindak melakukan penggalian potensi yang ada padanya. Sikap yang demikian mungkin disebabkan
karena
metode pembelajaran yang kurang bervariasi, serta materi pelajaran yang relatif lebih sukar. Hal ini secara tidak langsung sangat mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa. Keadaaan ini merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak mengajak siswa untuk bersikap lebih aktif selama proses pembelajaran. Dalam arti susbtansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan kurang memberikan akses bagi peserta didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya. Pembelajaran IPA tidak hanya mempelajari sekumpulan fakta saja (produk ilmiah) tetapi juga seharusnya menumbuhkan sikap ilmiah melalui proses ilmiah/metode ilmiah. Salah satu cabang dari IPA adalah kimia. Mata pelajaran ini merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh kebanyakan siswa. Konsep-konsep kimia merupakan konsepkonsep yang cukup sulit dipelajari dan dipahami oleh siswa karena bersifat abstrak, banyak rumus dan perhitungannya. Oleh karena itu mata pelajaran kimia termasuk mata pelajaran yang membutuhkan variasi model pembelajaran pada saat penyampaiannya. Rendahnya rata-rata hasil belajar kimia tidak terlepas dari peranan guru dalam proses belajar mengajar. Pada umumnya, dalam mengajarkan konsep-konsep kimia, guru masih menganut teori tabula rasa, yaitu memindahkan pengetahuan dari pikiran guru ke dalam pikiran siswa secara utuh. Pembelajaran yang dilakukan
4
oleh guru pada umumnya dengan cara menceramahkan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan hukum-hukum dalam bentuk yang sudah jadi kepada siswa. Guru menganggap pembelajaran dengan cara ini sudah berhasil, namun sesungguhnya siswa belum belajar secara aktif karena dalam pikiran siswa tidak terjadi perkembangan struktur kognitif. Sehingga ada kecenderungan siswa kurang tertarik dengan mata pelajaran kimia. Seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan keahliannya sebagai guru di depan kelas. Komponen yang harus dikuasai adalah menggunakan bermacam-macam model pembelajaran yang bervariasi yang dapat menarik minat belajar siswa dan guru tidak hanya cukup dengan memberikan ceramah di depan kelas. Hal ini tidak berarti bahwa metode ceramah tidak baik, melainkan pada suatu saat siswa akan menjadi bosan apabila hanya guru sendiri yang berbicara, sedangkan mereka duduk, diam dan mendengarkan. Kebosanan dalam mendengarkan uraian guru dapat mematikan semangat belajar siswa. Selain itu ada pokok bahasan yang memang kurang tepat untuk disampaikan melalui metode ceramah dan lebih efektif melalui metode lain. Oleh karena itu, guru perlu menguasai berbagai model pembelajaran. Setiap model pembelajaran mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing. Suatu metode pembelajaran mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, konsep, maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi tidak tepat untuk situasi lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik dalam mempelajari suatu konsep yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain. Seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan
suatu
konsep.
Dengan
variasi
beberapa
metode
pembelajaran, suasana kelas menjadi lebih hidup dan tidak membosankan. Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan suatu cara penyampaian, dalam arti kesesuaian antara tujuan, konsep dengan metode, situasi dan kondisi siswa maupun sekolah, serta kecakapan guru yang membawakan sehingga
5
guru sebagai pengajar memiliki tugas memberikan fasilitas atau kemudahan bagi kegiatan belajar siswa. Model pembelajaran dapat digunakan untuk mengarahkan kegiatan siswa ke arah tujuan yang akan dicapai. Oleh sebab itu, sebaiknya seorang guru harus menguasai beberapa model pembelajaran untuk melaksanakan proses
belajar mengajar. Teori dan praktek pendidikan modern
memperhatikan siswa bukan sebagai penerima yang pasif dan banyak membutuhkan pengawasan, tetapi harus diarahkan sebagai anak yang aktif berpikir dan bertindak melakukan penggalian potensi yang ada pada diri siswa. Perlu adanya usaha untuk memperbaiki hasil belajar siswa dengan berbagai cara antara lain: perbaikan model pembelajaran, penggunaan model pembelajaran yang bervariasi, peningkatan sarana dan prasarana, memberi motivasi siswa supaya semangat belajar, mengingatkan orang tua siswa agar memberi motivasi belajar di rumah. Cara untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang membawa kepada siswa aktif, salah satu model pembelajaran yang berorientasi
pada
siswa
adalah
model
pembelajaran
kooperatif
(cooperative learning). Model pembelajaran ini bisa melatih siswa aktif. Model pembelajaran ini berbasis pada gotong royong. Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius. Berlawanan dengan teori Darwin, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah.3 Penggunaan secara efektif keterampilan-keterampilan kooperatif menjadi semakin penting untuk mengembangkan sikap saling bekerja sama, mempunyai rasa tanggung jawab dan mampu bersaing secara sehat. Sikap yang demikian akan membentuk pribadi yang berhasil dan 3
Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta: Grasindo, 2010), Cet. 7, h. 28.
6
menghadapi tantangan pendidikan yang lebih tinggi yang berorientasi pada kelompok. Menurut Johnson dan Johnson
cooperative learning adalah
mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.4 Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia. Slavin menelaah penelitian dan melaporkan bahwa 45 penelitian telah dilaksanakan antara tahun 1972 samapi dengan 1986, meyelidiki pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar. Studi ini dilakukan pada semua tingkat kelas dan meliputi bidang studi bahasa, geografi, ilmu sosial, sains, matematika bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, membaca, dan menulis. Studi yang ditelaah itu dilaksanakan di sekolah-sekolah kota, pinggiran, dan pedesaan di Amerika Serikat, Israel, Nigeria, dan Jerman. Dari 45 laporan tersebut, 37 di antaranya menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Delapan studi menunjukkan tidak ada perbedaan. Tidak satupun studi menunjukkan bahwa kooperatif memberikan pengaruh negatif.5 Salah satu model pembelajaraan kooperatif adalah tipe Jigsaw. Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Mengajar serta diajar oleh sesama siswa merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Pemilihan anggota dalam setiap kelompok juga harus diperhatikan
agar
pembelajaran
optimal.
Keanggotaan
kelompok
sebaiknya bersifat heterogen, baik dari segi kemampuannya maupun 4
Isjoni, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 17. Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: UNESA-University Press, 2001), h. 15. 5
7
karakteristik lainnya.6 Beberapa alasan lain yang menyebabkan model jigsaw perlu diterapkan sebagai model pembelajaran yaitu tidak adanya persaingan antar siswa atau kelompok. Mereka bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam mengatasi cara pikiran yang berbeda. Siswa dalam kelompok bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan padanya lalu mengajarkan bagian tersebut pada anggota yang lain. Siswa juga senantiasa tidak hanya mengharapkan bantuan dari guru serta siswa termotivasi untuk belajar cepat dan akurat seluruh materi. Dengan demikian, jika model pembelajaran ini diterapkan dalam proses pembelajaran, maka akan terjadi pembelajaran student center, bukan teacher center. Melalui model pembelajaran jigsaw diharapkan dapat memberikan solusi dan suasana baru yang menarik dalam pengajaran sehingga memberikan pengalamn belajar dengan konsep baru. Pembelajaran jigsaw membawa konsep pemahaman inovatif, dan menekankan keaktifan siswa, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong-royong dan memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai: “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa.” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, ada beberapa masalah yang diidentifikasi, sebagai berikut: 1. Rendahnya rata-rata hasil belajar kimia di sekolah. 2. Penerapan model pembelajaran sebagian besar masih teacher center, bukan student center. 6
Isjoni, Cooperative Learning…, h. 54.
8
3. Strategi
pembelajaran
yang
sering
digunakan
guru
untuk
menyampaikan materi pelajaran yang masih konvensional dan monoton (tidak bervariasi). C. Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka penelitian ini dibatasi pada: 1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran kimia pada konsep Laju Reaksi. 2. Hasil belajar kimia dibatasi hanya pada aspek kognitif. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka masalah dalam penelitian adalah: “Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep Laju Reaksi?” E. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep Laju Reaksi. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian sebagai berikut: a. Untuk menambah pemahaman bagi penulis dalam penerapan ilmu pendidikan di dalam dunia nyata, khususnya dalam pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa. b. Bagi guru bidang studi khususnya kimia dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif sebagai salah satu alternatif dalam proses pembelajaran.
9
c. Bagi siswa dapat memberikan motivasi belajar, melatih keterampilan, mengembangkan kemampuan berpikir dan berpendapat positif, dan memberikan bekal untuk dapat bekerja sama dengan orang lain.
10
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Deskrispsi Teoritis 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori kontruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Ini berarti bahwa pembelajaran kooperatif bisa menumbuhkan sikap saling ketergantungan antara sesama teman dalam kelompoknya.1 Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.2 Pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode pembelajaran yang sangat tepat untuk meningkatkan aktifitas siswa selama proses belajar mengajar. Model pembelajaran ini sangat berbeda dengan ekspositori yang saat ini sangat luas penerapannya di Indonesia. Model pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai aktifitas bersama sejumlah siswa dalam satu kelompok tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara bersama-sama. Dalam belajar secara kooperatif siswa 1
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2003), h. 56. 2 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), h. 54-55.
10
11
diharapkan untuk mendiskusikan materi pelajaran pada teman dalam kelompoknya masing-masing. Selama belajar kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan keterampilanketerampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi dan sebagainya. Di sini terlihat jelas siswa diajak untuk lebih aktif belajar di kelas, tidak hanya menjadi pendengar pasif.3 Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal ada lima unsur dasar yang terdapat dalam, yaitu: a. Saling ketergantungan yang positif, artinya kelompok siswa saling tergantung satu sama lain, yang perlu dipupuk adalah kerjasama. b. Tanggung jawab perseorangan, artinya kelompok siswa selain bertanggung jawab secara bersama juga bertanggung jawab secara individu, mengembangkan potensi dan ide-ide yang melekat pada dirinya. c. Tatap muka, artinya karena pembelajaran dilakukan dalam kelompok kecil interaksi dapat terjadi secara langsung satu sama lain. d. Komunikasi antaranggota, yang merupakan bagian dari berpikir kritis untuk menilai, menginterpretasikan informasi yang diperolehnya, artinya siswa dituntut untuk memiliki kemampuan interaksi seperti mengajukan pendapat, mendengarkan opini teman, menampilkan kepemimpinan, kompromi, klarifikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dan kelompok. e. Evaluasi proses kelompok, yang terjadi pada saat anggota kelompok mendiskusikan tingkat keberhasilan, dan efektivitas kerjasama yang telah dilakukan dalam hal tingkat pencapaian tujuan kelompok, 3
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka , 2007), h. 41-42.
12
bagaimana mereka bekerja sama, bagaimana mereka berlaku positif untuk memungkinkan setiap individu dan kelompok secara keseluruhan berhasil. Dalam hal ini guru perlu melakukan evaluasi pekerjaan siswa baik kerja kelompok maupun individu.4 Lundgren mengelompokkan keterampilan khusus yang didapatkan dari pembelajaran kooperatif atas tiga kelompok besar. Pertama, keterampilan kooperatif tingkat awal, antara lain meliputi (a) bertanggung jawab atas tugas yang diberikan kepada mereka, (b) mengambil giliran dan membagi tugas, (c) menghargai kontribusi (d) menggunakan kesepakatan, Kedua, keterampilan tingkat menengah antara lain meliputi (a) mendengarkan dengan aktif, (b) bertanya, menyatakan pendapat yang berbeda dengan baik, (c) menafsirkan, (d) memeriksa ketepatan. Keterampilan ketiga adalah keterampilan tingkat mahir meliputi (a) mengelaborasi atau memperluas konsep, (b) membuat kesimpulan, (c) menghubungkan pendapat-pendapat dengan topik tertentu.5 Ada beberapa alasan pentingnya menggunakan model kooperatif dalam pembelajaran di kelas. Satu diantaranya untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk memperbaiki hubungan dalam satu grup, mengatasi rintangan sekelas secara akademik dan meningkatkan harga diri. Alasan lainnya adalah menumbuhkan kesadaran bahwa siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan. Tujuan paling penting pembelajaran kooperatif adalah memberikan pengetahuan, konsep, keterampilan dan pemahaman yang diperlukan siswa dan setiap siswa merasa senang menyumbangkan pengetahuannya kepada anggota-anggota dalam kelompoknya. Tujuan lain dari model pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat kelak pada saat mereka dewasa.
4
Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 31-35. Anita Lie, Cooperative…, h. 46.
5
13
Setelah melihat beberapa penjelasan tentang pembelajaran kooperatif, maka dapat disimpulkan lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pembelajaran kooperatif harus:6 a. Memberikan kesempatan terjadinya belajar berdemokrasi. b. Meningkatkan penghargaan peserta didik. c. Mempersiapkan peserta didik belajar mengenai kolaborasi dan berbagai keterampilan sosial. d. Memberikan peluang terjadinya proses partisipasi aktif peserta didik. e. Menciptakan iklim sosio emosional yang positif. f. Memfasilitasi terjadinya learning to live together. g. Menumbuhkan produktivitas dalam kelompok. h. Mengubah peran guru dari center stage performance menjadi koreografer kegiatan kelompok. i. Menumbuhkan kesadaran pada peserta didik arti penting aspek sosial dalam individunya. Jika melihat proses pembelajaran kooperatif yang tercipta, maka memang model pembelajaran kooperatif sangat baik digunakan di sekolah. Siswa akan merasa senang selama proses pembelajaran, berbeda dengan penerapan model konvensional yang selama ini cenderung monoton. Siswa tidak diajak aktif untuk mengerahkan seluruh kemampuannya. Mereka cenderung pasif, karena langsung menerima informasi dari guru. Terdapat 6 fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti siswa dengan penyajian informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Selanjutnyaa siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir dalam pembelajaran kooperatif yaitu penyajian hasil akhir tugas kelompok, dan mengetes apa yang mereka pelajari, serta 6
Agus Suprijono, Cooperative Learning…, h. 67.
14
memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Keenam fase tersebut dapat dirangkum sebagai berikut. Tabel 2.1 Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Kooperatif7 Fase ke1
2 3
4 5
6
Indikator
Tingkat Laku Guru
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar. Menyajikan Guru menyajiakan informasi kepada informasi siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Mengorganisasikan Guru menjelaskan kepada siswa kedalam kelompok- bagaimana caranya membentuk kelompok belajar. kelompok belajar dan membentuk setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Membimbing Guru membimbing kelompokkelompok bekerja kelompok belajar pada saat mereka dan belajar. mengerjakan tugas. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Memberikan Guru mencari cara-cara untuk penghargaan menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun berkelompok Setelah kita melihat proses pembelajaran koopertif, maka dapat
kita simpulkan bahwa ada empat macam peran guru dalam model pembelajaran ini, yaitu: pertama, sebagai manajer seperti, membantu siswa mengorganisasi diri, mengatur tempat duduk. Kedua, sebagai pengamat (observer), guru mengamati dinamika yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung, ketiga sebagai pemberi saran (advisor), dan keempat sebagai penilai (evaluator). Menurut Jarolimek dan Parker ada beberapa keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif:8 7
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik…, h. 48-49.
15
a. Saling ketergantung positif b. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu c. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas d. Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan e. Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru f. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif, yaitu:9 a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu. b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai. c. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. d. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif. Setidaknya ada tiga tujuan penting pembelajaran kooperatif, yaitu:10 a. Hasil Belajar Akademik Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai tujuan sosial, pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. b. Penerimaan terhadap Keragaman
8
Isjoni, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 24. Isjoni, Cooperative Learning…, h. 25 10 Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: UNESA-University Press, 2001), h. 6-8. 9
16
Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif ialah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. c. Pengembangan keterampilam sosial Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan dimana masyarakat secara budaya semakin beragam. 2. Beberapa Model Pembelajaran Kooperatif Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut, setidaknya terdapat enam pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif, yaitu STAD, TGT, TPS, NHT, TAI, dan CIRC. 1. Student Teams Achievement Division (STAD) Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompokkelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperkenankan untuk saling membantu.11 2. Teams Games Tournament (TGT) Model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keath Edward. Pada model ini siswa memainkan permaianan dengan
anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. TGT sangat cocok 11
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik…, h. 52.
17
untuk mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar.12 3. Think Pairs Share (TPS) Strategi TPS atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Stratergi TPS ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends, menyatakan bahwa TPS dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.13 4. Numbered Head Together (NHT) Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. NHT pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.14 5. Team Accelerated Instruction (TAI) Teknik ini menggabungkan metode belajar kelompok dengan belajar secara individual. Tiap nggota kelompok akan diberi soal-soal bertahap yang harus mereka kerjakan sendiri-sendiri dalam kelompoknya. Setelah itu hasil pekerjaan mereka diperiksa oleh anggota tim yang lain, jika seorang siswa telah mampu mengerjakan soal dalam satu tahap, maka ia diperbolehkan untuk mengerjakan soal selanjutnya dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Namun jika ia belum mampu menjawab suatu
12
Trianto, M.Pd, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif…, h. 83. Trianto, M.Pd, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif..., h. 81. 14 Trianto, M.Pd, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif…, h. 82. 13
18
soal, maka ia harus kembali mengerjakan kembali soal yang tingkat kesulitannya sama sebelum ia melanjutkan ke soal yang lebih sulit.15 6. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Teknik ini sejenis denga TAI, namun hanya ditekankkan pada pengajaran membaca, menulis, dan tata bahasa. Aktivitas CIRC terdiri dari siswa mengikuti urutan instruksi guru, latihan tim, asesmen awal tim dan kuis.16 3. Model Pembelajaran Jigsaw Jigsaw telah dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins.17 Menurut Aronson dalam Yueh-Min Huang, setiap pelajar dalam kelompok Jigsaw
dianggap
sebagai ahli dalam aspek tertentu dari topik-topik yang diteliti, dan diharapkan untuk berkontribusi dalam memberikan pengetahuan yang tidak dimengerti anggota kelompok lainnya.18 Jigsaw dikatakan dapat meningkatkan belajar siswa karena a) siswa tidak tertekan dalam belajar, b) meningkatkan jumlah partisipasi siswa dalam kelas, c) mengurangi kebutuhan daya saing dan d) mengurangi dominasi guru dalam kelas.19 Dalam penerapan model Jigsaw, antara lain anak diberi kesempatan untuk bertanggung jawab secara penuh, bertanggung jawab terhadap kelompoknya, maupun bertanggung jawab dalam penguasaan dan penyampaian informasi kepada anggota kelompok. Karena pemikiran dasar dari teknik Jigsaw ini adalah memberi kesempatan siswa untuk berbagi dengan yang lain, mengajar serta diajar oleh sesama siswa 15
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 138. 16 Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran…, h. 138. 17 Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif…, h. 20. 18 Yueh-Min Huang and Tieng-Chi Huang, “Using Annotation Services in Ubiquitous Jigsaw Cooperative Learning Environment”, from Educational Technology and Society, 11(2), 315, 2008, p. 4. 19 Qiao Mengduo and Jing Xiaoling, “Jigsaw Strategy as a Cooperative Learning Technique: Focusing on the Language Learners”, from Chinese Journal of Applied Linguistics (Bimonthly), Vol 33, No. 4, August 2010, p. 114.
19
merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar. Mula-mula siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang siswa. Masing-masing anggota mengerjakan salah satu bagian yang berbeda dengan yang dikerjakan oleh anggota lainnya. Kemudian mereka memencar ke kelompok-kelompok lain, tiap anggota membentuk kelompok baru yang memilki tugas yang sama, dan saling berdiskusi dalam kelompok tersebut. Cara ini membuat masing-masing anggota menjadi ahli sebelum kembali ke kelompok asalnya untuk mengerjakan tugas utama. Sehingga strategi ini memberikan kesempatan pada setiap siswa untuk bertindak sebagai seorang pengajar terhadap siswa lainnya. Setelah proses ini, guru bisa mengevaluasi pemahaman siswa mengenai keseluruhan tugas. Jadi siswa akan bergantung kepada rekan-rekan dalam kelompoknya.
Jika
model
ini
diaplikasikan
secara
teratur
dan
berkelanjutan dapat menumbuhkan kreativitas siswa yang sudah cukup lama terpasung. Menurut Aronson dalam Ali Gocer, dalam pembelajaran model Jigsaw siswa dibagi dalam kelompok 5 - 6 siswa per masing-masing kelompok.
Setiap kelompok diberikan subjek dibagi menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil sama dengan jumlah anggotanya sehingga setiap siswa diberi bagian. Setelah siswa belajar bagian mereka sendiri, mereka menyusun kembali, dan setiap anggota mengajarkannya bagian dia ke anggota kelompok lainnya. Mereka bertukaran pertanyaan dan pastikan bahwa materi harus dipahami sepenuhnya oleh setiap anggota kelompok. Integritas dicapai dengan memiliki semua anggota kelompok membuat presentasi mereka, sehingga membawa semua potongan bersama-sama.20 Jing Meng dalam jurnalnya menjelaskan bahwa setiap siswa dalam satu tim diberi bagian tertentu dari suatu konsep. Setelah membaca, para siswa di masing-masing kelompok yang mempelajari bagian yang sama membentuk kelompok ahli untuk membahas dan menguasai informasi. 20
Ali Gocer, “A Comparative Research on The Effectivity of Cooperative Learning Methode and Jigsaw Technique on Teaching Literary Genres”, from Educational Research and Reviews Vol.5 (8), August, 2010, p. 442.
20
Selanjutnya, mereka kembali untuk tim asli mereka dan mengajarkan bagian mereka untuk rekan tim. Akhirnya, semua anggota tim diuji dalam keseluruhan materi.21 Untuk lebih jelasnya hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut: #
&
#
&
#
&
#
&
@
%
@
%
@
%
@
%
#
#
&
&
@
@
%
%
#
#
&
&
@
@
%
%
(tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tim asal) Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw22 Keterangan: Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok semula (asal) dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan dikelompok ahli. Selanjutnya diakhir pembelajaran yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Langkah-langkah pembelajaran Jigsaw:23 a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang) 21
Jing Meng, “Jigsaw Cooperative Learning in English Reading”, from Journal of Language Teaching and Research, Vol. 1, No. 4, July, p. 502. 22 Durmus Kilic, “The Effect of Jigsaw Technique on Learning the Concept of the Principles and Methods of Teaching”, from World Applied Sciences Journal 4(Suple 1): 109-114, 2008, p. 111. 23 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik…, h. 56-57.
21
b. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab. c. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. d. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama
bertemu
dalam
kelompok-kelompok
ahli
untuk
mendiskusikannya. e. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya. f. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa dikenai tagihan berupa kuis individu. Dalam penelitian ini pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, disusun langkah-langkah pokok sebagai berikut: I. Tahap Pendahuluan a. Review, apersepsi, motivasi b. Menjelaskan pada siswa tentang model pembelajaran yang dipakai dan menjelaskan manfaatnya. c. Pembentukan kelompok. d. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang heterogen. e. Pembagian materi/soal pada setiap anggota kelompok. II. Tahap Penguasaan a. Siswa dengan materi/soal sama bergabung dalam kelompok ahli dan berusaha manguasai materi sesuai dengan soal yang diterima. b. Guru memberikan bantuan sepenuhnya. III. Tahap Penularan a. Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya. b. Tiap siswa dalam kelompok saling menularkan dan menerima materi dari siswa lain. c. Terjadi diskusi antar siswa dalam kelompok asal.
22
d. Dari diskusi, siswa memperoleh jawaban soal. IV. Penutup a. Guru bersama siswa membahas soal b. Kuis/Evaluasi Pada akhir pembelajaran guru memberikan penghargaan atas keberhasilan kelompok dengan melakukan tahapan-tahapan berikut:24 a. Menghitung skor individu Menurut Slavin untuk memberikan skor perkembangan individu dihitung seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan Nilai Tes
Skor Perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal….
0 poin
10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor awal….
10 poin
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal….
20 poin
Lebih dari 10 poin di atas skor awal….
30 poin
Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor awal)….
30 poin
b. Menghitung skor kelompok Skor
kelompok
ini
dihitung
dengan membuat rata-rata skor
perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti tercantum pada tabel berikut:
24
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik…, h. 55-56.
23
Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok Rata-Rata Tim
Predikat
0≤x≤5
-
5 ≤ x ≤ 15
Tim baik
15 ≤ x ≤ 25
Tim hebat
25 ≤ x ≤ 30
Tim super
Berdasarkan penjelasan teori-teori di atas dan melihat proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, maka dapat disimpulkan beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Kelebihan: 1) Siswa tidak perlu menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dengan siswa lain. 2) Mengembangkan kemampuan menggunakan ide atau gagasan dengan kata-kata atau verbal dan membandingkan dengan ide orang lain. 3) Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta meneriman segala perbedaan. 4) Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. 5) Meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, serta motivasi dan memberikan rangsangan berpikir. Kekurangan: 1) Dalam memahami dan mengerti filosofi pembelajaran kooperatif memang membutuhkan waktu untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok. 2) Jika tanpa peer teaching yang efektif maka pemahaman tidak akan pernah dicapai oleh siswa.
24
3) Guru perlu menyadari hasil atau prestasi yang diharapkan pada setiap individu siswa. 4) Kemampuan aktifitas dalam kehidupan hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. 5) Upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. 4. Pendekatan Ekspositori Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar. Hakekat mengajar menurut pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan guru. Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan, yang dikenal dengan istilah, kuliah, ceramah, dan lecture. Dalam pendekatan ini siswa diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan oleh guru serta mengungkapkan kembali apa yang dimiliki melalui respon siswa yang diberikan saat guru melontarkan pertanyaan. Pada pendekatan ekspositori, tidak terus menerus memberi informasi tanpa peduli apakah siswa memahami informasi itu atau tidak. Guru hanya memberi informasi pada saat tertentu jika diperlukan, misalnya pada permulaan pelajaran, memberi contoh soal, menjawab pertanyaan siswa dan sebagainya. Syamsudin Makmun mengemukakan bahwa guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik dan lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib.25 Secara garis besar prosedur pengajaran dengan pendekatan ekspositori adalah sebagai berikut:26 25
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.79. Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 21. 26
25
a. Preparasi/Persiapan Guru mempersiapkan bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi. b. Apersepsi Guru memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian siswa kepada materi yang akan diajarkan. c. Presentasi Guru menyajikan bahan pengajaran dengan cara memberikan ceramah, menyuruh siswa membaca bahan yang sudah siap diajarkan dari buku teks tertentu atau ditulis sendiri oleh guru. d. Resitasi Guru bertanya dan siswa menjawab sesuai dengan bahan yang dipelajari atau siswa disuruh untuk menyatakan kembali dengan katakata sendiri. Resitasi tentang pokok-pokok yang dipelajari, baik secara lisan maupun tulisan. Adapun keunggulan dan kelemahan Pendekatan Ekspositori27 Kelebihan: 1) Dengan pendekatan ekspositori, guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran. 2) Dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa sangat luas, sementara waktu yang disediakan cukup terbatas. 3) Selain siswa dapat mendengar melalui penuturan, siswa juga bisa melihat atau mengobservasi. 4) Bisa digunakan untuk jumlah dan ukuran kelas yang besar. Kelemahan 1) Hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
27
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 188-189.
26
2) Tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat dan bakat serta perbedaan gaya belajar. 3) Karena lebih banyak disampaikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan
kemampuan
siswa
dalam
sosialisasi,
serta
kemampuan berpikir kritis. 4) Keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada persiapan guru, baik persiapan, pengetahuan, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan yang lain. 5) Karena lebih banyak satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan terbatas pula. 5. Hakekat Belajar dalam Pembelajaran Kooperatif Manusia belajar karena ingin tahu dan ingin mengembangkan tingkah laku yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Hal ini berarti bahwa dengan belajar, seseorang dapat merubah tingkah lakunya. Dengan
belajar
seseorang
memperoleh
kecakapan,
pengertian,
keterampilan, kegemaran, sikap, dan kepuasan. Menurut Gagne belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya akibat pengalaman.28 Dengan demikian bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan dalam bentuk kecakapan. Kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan minat, peyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang Hinzman dalam Muhibbin Syah berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisma, manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku 28
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 11.
27
organisma tersebut. Jadi dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.29 Johan B. Carrol mengemukakan sejumlah faktor yang mempunyai hubungan fungsional dengan tingkat belajar. Faktor tersebut adalah:30 a. Waktu yang disediakan b. Usaha dari masing-masing individu c. Bakat yang dimiliki d. Kemampuan untuk menangkap pelajaran e. Kualitas pelajaran yang diterima Pembelajaran
kooperatif
berpedoman
pada
pendekatan
kontruktivisme. Kontruktivisme adalah satu pandangan bahwa siswa membina pengetahuannya sendiri atau konsep secara aktif berdasarkan dan pengalaman yang ada. Dalam proses ini, siswa akan menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk membina pengetahuan baru. Dalam teori kontruktivisme, penekanan diberikan kepada siswa lebih daripada guru. Ini disebabkan siswalah yang berinterksi dengan bahan dan peristiwa dan memperoleh pemahaman tentang bahan dan peristiwa tersebut. Oleh karena itu siswa membina sendiri konsep dan membuat penyelesaian terhadap suatu masalah. Pembelajaran secara kontruktivisme menerusi pembelajaran kooperatif yang membina sendiri pengetahuan, konsep dan ide secara aktif akan menjadikan siswa lebih paham, lebih yakin dan lebih bersemangat. Driver dan Bell mengemukakan prinsip-prinsip kontruktivisme dalam pembelajaran, yaitu: a. Hasil
pembelajaran
tidak
hanya tergantung
dari
pengalaman
pembelajaran di ruang kelas, tetapi tergantung pula pada pengetahuan pelajar sebelumnya. 29
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2004), h. 64. Mulyati Arifin, Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia, (Surabaya: Airlangga University Press, 1995), h. 205. 30
28
b. Pembelajaran adalah mengkonstruksi konsep-konsep. c. Mengkonstruksi konsep adalah adalah proses aktif dalam diri pelajar. d. Konsep-konsep yang telah dikonstruksi akan dievaluasi. e. Siswalah yang paling bertanggung jawab terhadap cara dan hasil pembelajaran mereka. f. Adanya semacam pola terhadap konsep-konsep yang dikonstruksi pelajar dalam struktur kognitifnya.31 Setidaknya
terdapat
tiga
teori
belajar
dalam
memahami
pembelajaran kooperatif. Tiga diantaranya sebagaimana disebutkan berikut:32 a. Teori Ausubel Menurut Ausubel bahan pelajaran yang dipelajari haruslah bermakna (meaning full). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif adalah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi. Dikaitkan dengan pembelajaran kooperatif konsep yang dipelajari tidak hanya dihafal dan diingat, melainkan ada sesuatu yang dapat dipraktekkan dan dilatihkan dalam situasi nyata dan terlibat dalam pemecahan masalah. b. Teori Piaget Jika dihubungkan dalam pembelajaran, teori ini mengacu kepada kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik. Sehingga menurut teori ini pengetahuan tidak hanya sekedar dipindahkan secara verbal tetapi harus dikonstruksi dan direkonstruksi peserta didik. Sebagai realisasi teori ini, maka dalam kegiatan
pembelajaran
peserta
31
Isjoni, Cooperative Learning…, h. 33-34. Isjoni, Cooperative Learning…, h. 35-40.
32
didik
haruslah
bersifat
aktif.
29
Pembelajaran kooperatif adalah sebuah model pembelajaran aktif dan partisipatif. Menurut teori ini proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan peringkat perkembangan kognitif siswa. Siswa hendaknya diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada pelajar agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif mencari dan menemukan berbagai hal dan lingkungan. c. Teori Vygotsky Vygotsky mengemukakan pembelajaran merupakan suatu perkembangan pengertian. Ia membedakan adanya dua pengertian yang spontan dan ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan dan pengalaman anak sehari-hari. Pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari ruang kelas, atau yang diperoleh dan pelajaran di sekolah. Menurut teori ini pembelajaran terjadi pada saat anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal. Yang dimaksud zona
perkembangan
perkembangan
proksimal
sesunggguhnya
adalah dengan
jarak tingkat
antara
tingkat
perkembangan
potensial. Tingkat perkembangan sesungguhnya adalah kemampuan pemecahan masalah secara mandiri sedangkan tingkat perkembangan potensial adalah kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa melalui kerja sama dengan teman sebaya yang lebih mampu. Dengan demikian, tingkat perkembangan potensial dapat disalurkan melalui model pembelajaran kooperatif. 6. Hakekat Hasil Belajar Hasil belajar terdiri dua kata, yaitu hasil dan belajar. Secara umum, hasil belajar didefinisikan sebagai suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan tingkah laku seseorang yang dinyatakan dengan cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku
30
yang baru itu misalnya dari titak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertianpengertian
baru,
perubahan
sikap
dan
kebiasaan-kebisaan
serta
keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial, emosional dan pertumbuhan jasmaniah. Hasil belajar yang ingin dicapai dalam penelitian ini hanya pada aspek kognitif, oleh karena itu untuk mengukurnya perlu dibuat tes hasil belajar. Tes hasil belajar dibuat mengacu pada kompetensi dasar yang ingin dicapai, dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar dan disusun berdasarkan kisi-kisi penulisan butir soal lengkap dengan kunci jawabannya.33 Menurut Gagne, ada lima kemampuan sebagai hasil belajar, yaitu: (1) keterampilan intelektual (suatu kemampuan seseorang menjadi komponen
suatu
subjek
sehingga
ia
dapat
mengklasifikasikan,
mengidentifikasi, mendemonstrasikan, dan mengeneralisasikan suatu gejala), (2) strategi kognitif (kemampuan seseorang untuk bisa mengontrol aktifitas intelektualnyadalam mengatasi masalah yang dihadapi), (3) informasi verbal (kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa lisan maupun tulisan dalam mengungkapkan suatu masalah), (4) keterampilan motorik yaitu kemampuan seseorang untuk mengkoordinasikan semua gerak otot secara teratur dan lancar dalam dalam keadaan sadar), dan (5) sikap (kecenderungan dalam menerima dan menolak suatu objek sikap). Menurut Bugelski, pada sistem pembelajaran biasanya hasil belajar dipengaruhi oleh kualitas guru dan kondisi sekolah, seperti ketersediaan alat-alat dalam belajar. Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah:34 a. Faktor Internal yang meliputi dua sapek, yakni aspek fisiologis dan aspek psikologis, yang terdiri dari lima faktor, yaitu:
33
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 76. 34 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar…, h. 144-155
31
1. Intelegensi Siswa, yaitu kemampuan psiko-fisik untuk mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. 2. Sikap Siswa, yaitu sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tepat terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. 3. Bakat Siswa, yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. 4. Minat Siswa, yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. 5. Motivasi
Siswa,
yaitu
keadaan
internal
organisme
yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. b. Faktor Eksternal terdiri atas dua macam, yakni: 1. Lingkungan Sosial, seperti para guru, para staf administratif dan teman-teman sekelas. 2. Lingkungan Nonsosial (sarana dan prasarana), termasuk di dalamnya media pembelajaran. c. Faktor Pendekatan Belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat mempengaruhi hasil belajar kimia di sekolah. Selain itu satu sisi juga akan dilihat bagaimana penggunaan pendekatan ekspositori dalam mempengaruhi hasil belajar kimia siswa, apakah lebih baik ataukah tidak. Keseluruhan faktor di atas secara ringkas dapat dijelaskan dalam tabel berikut:35
35
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar…, h. 156
32
Tabel 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Ragam Faktor dan Unsur-Unsurnya Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan 1. Aspek Fisiologis: 1. Lingkungan Sosial: 1. Pendekatan - tonus jasmani - keluarga Tinggi - mata dan telinga - guru dan staf - speculative - masyarakat - achieving - teman 2. Aspek Psikologis: 2. Lingkungan Nonsosial: 2. Pendekatan - intelegensi - rumah Menengah - sikap - sekolah - Analytical - minat - peralatan - Deep - bakat - alam 3. Pendekatan - motivasi Rendah - reproductive - surface Sedangkan menurut Kenneth Dunn ada beberapa faktor yang mempengaruhi cara beberapa belajar seseorang, yaitu:36 a. Faktor Lingkungan Lingkungan belajar yang ideal berbeda menurut setiap orang. Beberapa orang senang bekerja dalam kondisi udara yang hangat, cat ruangan yang terang, desain meja yang bagus, dan sebagainya. b. Faktor Emosi Ada kelompok siswa yang dalam melaksanakan tugas dapat bekerja dengan baik dari permulaan sampai selesai, tetapi banyak siswa yang dalam melaksanakan tugas setiap tahap memerlukan dorongan untuk menyelesikan. c. Faktor Sosial Ada kelompok siswa yang tidak berminat belajar seseuatu dari kelompoknya. Ada yang lebih senang belajar dari didri sendiri, ada juga kelompok orang yang mau belajar dari orang lebih tua karena faktor tradisi. d. Faktor Personal
36
Mulyati Arifin, Pengembangan Program …, h. 211-212.
33
Ada sekelompok siswa yang senang belajar jika melihat sesuatu, ada yang lebih senang belajar jika mendengar sesuatu misalnya radio. Ada yang senang belajar duduk di depan meja tulis, ada yang sambil jalan sekeliling ruangan. Ada yang melakukan tugas senang pagi, sebagian lagi senang siang atau malam. Faktor-faktor tersebut di atas sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena dalam proses pembelajaran siswalah yang menentukan terjadi atau tidaknya suatu proses belajar. Untuk belajar siswa masalahmasalah baik internal maupun eksternal. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalah tersebut, maka dia tidak belajar dengan baik. Selain beberapa faktor di atas ada beberapa hal yang juga perlu diperhatikan diantaranya adalah konsentrasi belajar. Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar. Selain konsentrasi belajar, kebiasaan belajar juga dapat memepngaruhi hasil belajar. Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan tersebut antara lain, belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar dan lain-lain. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat dijumpai di berbagai sekolah yang ada, baik di kota besar, kota kecil ataupun di pelosik desa. Kemungkinan yang menjadi penyebab kebiasaan yang kurang baik ini, karena ketidakmengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri. 7. Laju Reaksi a. Pengertian Laju Reaksi37 Adalah perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi tiap satuan waktu. Reaksi kimia berlangsung dalam kecepatan yang 37
Unggul Sudarmo, Kimia untuk SMA XI, (Surakarta: Phibeta, 2007), h. 75
34
berbeda-beda. Misalnya peristiwa meledaknya bom atom berlangsung dengan cepat. Sedangkan perkaratan besi berlangsung dengan lambat. Setiap reaksi kimia mempunyai laju reaksi tertentu. Logam-logam yang bereaksi dengan air memiliki laju yang berbeda-beda. Kalium, logam yang sangat reaktif, bereaksi sangat cepat dengan air dingin. Magnesium bereaksi lambat dengan air dingin. Pada reaksi P
Q, setiap saat konsentrasi P berkurang, sedangkan
konsentrasi Q bertambah. Dengan demikian reaksi dapat diartikan sebagai: -
Berkurangnya konsentrasi pereaksi (P) tiap satuan waktu
-
Bertambahnya konsentrasi hasil reaksi (Q) tiap satuan waktu
Keadaan ini dapat dibuat grafik hubungan antara konsentrasi dengan waktu sebagai berikut: []
Kecepatan reaksi dapat dirumuskan: P V = ‐
atau
V =
Q 0 b. Teori Tumbukan dan Energi Aktivasi38 Reaksi kimia terjadi karena tumbukan antara partikel-partikel zat yang bereaksi. Namun tidak semua tumbukan antarmolekul pereaksi akan menghasilkan zat hasil reaksi. Hanya tumbukan efektif yang akan menghasilkan zat hasil reaksi. Keefektifan suatu tumbukan bergantung pada posisi molekul dan energi kinetik yang dimilikinya. Dalam reaksi kimia dikenal istilah energi aktivasi (energi pengaktifan) yaitu energi kinetik minimum yang harus dimiliki 38
Sandri Justiana dan Muchtaridi, Chemistry For Senior High School, (Jakarta: Yudhistira, 2009), h. 108-130.
35
molekul-molekul pereaksi agar tumbukan antarmolekul menghasilkan zat hasil reaksi. Teori tumbukan dan energi aktivasi berguna untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Laju suatu reaksi kimia dapat dipercepat dengan cara memperbesar harga energi kinetik molekul atau menurunkan harga energi aktivasi. 1) Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi Semakin besar konsentrasi semakin cepat reaksi berlangsung (kecepatan reaksi makin besar). Hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi berarti jarak antarmolekul rapat/padat, sehingga semakin banyak/mudah terjadi tumbukan yang menghasilkan reaksi, akibatnya menjadi lebih cepat. 2) Pengaruh luas permukaan Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya tumbukan antarpartikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya. Zat padat bentuk serbuk memiliki luas permukaan lebih besar daripada bentuk kepingan, sehingga zat padat bentuk serbuk bereaksi lebih cepat daripada bentuk kepingan. 3) Pengaruh suhu Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi cepat gerak partikel-partikel pereaksi dan makin besar pula energi kinetiknya. Sehingga banyak partikel-partikel pereaksi yang memiliki energi yang mencapai energi pengaktifan akibatnya reaksi makin cepat. 4) Pengaruh katalis Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi di mana pada akhir reaksi terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan energi aktivasi yaitu energi
minimum
yang
harus
berlangsung. Persamaan reaksinya:
dimiliki
agar
reaksi
dapat
36
A. Reaksi tanpa katalis A + B → AB B. Reaksi dengan katalis (sebagai katalis C) I. A + C → AC (cepat) II. AC + B→ AB + C (cepat) _______________________ + A + B → AB c.
(cepat)
Orde Reaksi dan Persamaan Laju Reaksi39 Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen (dari) konsentrasi dalam persamaan laju. Jika perubahan konsentrasi tidak mempengaruhi laju reaksi, maka disebut orde nol. Jika laju reaksi berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari hanya satu pereaksi maka reaksi tersebut diakatakn sebagai reaksi orde pertama. Laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi zat-zat yang bereaksi dipangkatkan orde reaksi (tingkat reaksi). Sedangkan laju reaksi orde dua merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi. Secara umum pada reaksi Aa + bB → cC + dD. Laju reaksi dirumuskan dengan: v = k[A]m[B]n Ket: v
= laju reaksi
m
= orde reaksi terhadap A
[A]
= konsentrasi A (M)
n
= orde reaksi terhadap B
[B]
= konsentrasi B (M)
m + n = orde reaksi
K
= ketetapan laju reaksi
8. Penelitian Yang Relevan Di bawah ini penulis menyajikan beberapa hasil penelitian yang berkenaan dengan judul, penelitian penulis diantaranya: Saila Mahdina Basya, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang berjudul “Perbandingan Hasil 39
Keenan, et.al., Kimia untuk Universitas, (Jakarta: Erlangga, 1998), h. 531.
37
belajar Kimia antara yang Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Pembelajaran Konvensional”. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa hasil belajar kimia siswa yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dibandingkan yang menggunakan metode konvensional yaitu 68,18 berbanding 54,77.40 Diana Supriyatin, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Jigsaw dan Ekspositori pada Konsep Elektrolit dan Nonelektrolit Terintegrasi Nilai”. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa penggunaan metode jigsaw lebih baik dibandingkan metode ekspositori.41 Qiao Mengduo dan Jing Xiaoling dalam Jurnal Jigsaw Strategy as a Cooperative Learning Technique: Focusing on the Language Learners. Sebuah
kesimpulan ditarik bahwa teknik jigsaw merupakan cara yang efektif untuk mempromosikan partisipasi dan antusiasme siswa serta teknik yang berguna untuk pembelajar bahasa menyelesaikan tugas belajar di kelas EFL.42 Ali Gocer dalam jurnal A Comparative Research on The Effectivity of Cooperative Learning Methode and Jigsaw Technique on Teaching Literary Genres, menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif teknik jigsaw
ditemukan
lebih
efektif
daripada
metode
pembelajaran
konvensional.43 40
Saila Mahdina Basya, “Perbandingan Hasil Belajar Kimia Siswa antara yang Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Pembelajaran Konvensional”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h. 57, t.d. 41 Diana Supriyatin, “Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan metode Jigsaw dan Ekspositori Pada Konsep Elektrolit dan Nonelektrolit Terintegrasi Nilai”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h. 81, t.d. 42 Qiao Mengduo and Jing Xiaoling, “Jigsaw Strategy as a Cooperative Learning Technique: Focusing on the Language Learners”, from Chinese Journal of Applied Linguistics (Bimonthly), Vol 33, No. 4, August 2010) 43 Ali Gocer, “A Comparative Research on The Effectivity of Cooperative Learning Methode and Jigsaw Technique on Teaching Literary Genres”, from Educational Research and Reviews Vol.5 (8), August, 2010)
38
Jing Meng dalam jurnal Jigsaw Cooperatif Learning in English Reading”, menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mendorong minat belajar bahasa Inggris siswa, membangkitkan motivasi, dan meningkatkan kemampuan membaca mereka. Pembelajaran kooperatif jigsaw adalah salah satu cara mengajar yang paing efektif untuk belajar bahasa Inggris di perguruan tinggi.44 Durmus Kilic dalam jurnal “The Effect of Jigsaw Technique on Learning the Concept of the Principles and Methods of Teaching”, menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan pengaruh positif terhadap proses pembelajaran dibandingkan dengan metode konvensional.45 Leen Kiat-Soh dalam jurnal “Implementing the Jigsaw Model in CS1 Close Labs” menyatakan bahwa teknik Jigsaw meningkatkan kinerja siswa dan konsisten kinerja siswa dalam proses pembelajaran.46 Yurni Suasti, dalam jurnal “Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa SMU Pembangunan UNP Melalui Modifikasi Cooperative Learning Model Jigsaw. Hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat pengaruh yang baik dalam peningkatan kreatifitas, walaupun tidak signifikan.47 F.A. Suprapto Mukti Nugroho, dalam jurnal “Remedial Teaching dengan Teknik Jigsaw sebagai Pendukung Kurikulum 2004”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan remedial teaching menggunakan pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw ini cukup efektif untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa sehingga pada
44
Jing Meng, “Jigsaw Cooperatif Learning in English Reading”, from Journal of Language Teaching and Research, Vol. 1, No. 4, pp 501-504, July 2010, p. 503. 45 Durmus Kilic, “The Effect of Jigsaw Technique on Learning the Concept of the Principles and Methods of Teaching”, from World Applied Sciences Journal 4(Suple 1): 109-114, 2008, p. 113 46 Leen Kiat-Soh, “Implementing the Jigsaw Model in CS1 Close Labs” (ITi CSE, June 26-28, Bologna, Italy, 2006) 47 Yurni Suasti, “Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa SMU Pembangunan UNP Melalui Modifikasi Cooperatve Learning Model Jigsaw”, dalam Jurnal Pembelajaran, No.4 Tahun 26, Desember 2003.
39
akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam, menyongsong diberlakukannya kurikulum 2004.48 H. M. Sirih dan Muhammad Ali, dalam jurnal “Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw dengan Tongkat Estafet untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar Mengajar di SMPN 2 Kendari”. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan aktivitas dan tanggungjawab siswa serta mengefektifkan penggunaan waktu dan pola pergerakan siswa.49 B. Kerangka Berpikir Pembelajaran kimia di sekolah merupakan hal yang penting. Mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Ilmu kimia yang bersifat abstrak dan banyak konsep yang sulit untuk dipelajari, membuat pelajaran ini semakin tidak disukai oleh para siswa. Pembelajaran sekolah saat ini juga pada umumnya masih berpusat pada guru (teacher center), bukan berpusat pada siswa. Metode yang digunakan juga masih monoton. Oleh karena itu perlu dibentuk suatu pembelajaran yang lebih bermakna selama proses pembelajaran. Pembelajaran akan lebih bermakna bila guru mampu menciptakan kondisi belajar yang tidak membosankan, untuk itu diperlukan kreativitas seorang guru dalam menggunakan metode-metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar di kelas. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hasil belajar rendah, salah satunya karena tidak tepatnya metode yang digunakan dalam proses pembelajaran,
seperti
yang
sudah
diungkapkan
sebelumnya.
Cara
penyampaian materi yang monoton semakin membuat siswa jenuh dalam 48
F.A. Suprapto Mukti Nugroho,“Remedial Teaching dengan Teknik Jigsaw Sebagai Pendukung Kurikulum 2004”, dalam Jurnal Widya Tama, Vol. 2 No. 3, September 2005. 49 Sirih dan Muhammad Ali, “Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw dengan Tongkat Estafet untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar Mengajar di SMPN 2 Kendari”, dalam Jurnal MIPMIPA, Vol.6, No.1, Februari 2007.
40
kelas. Hal ini yang juga menyebabkan siswa sulit untuk mengaplikasikan mata pelajaran kimia dalam kehidupan sehari-hari, karena kurangnya penguasaan konsep. Salah satu pendekatan yang sering digunakan dalam pembelajaran di kelas yaitu pendekatan ekspositori, yang mengarah kepada teacher center. Hal ini yang bisa membuat pelajaran kimia semakin jenuh dan siswa sulit untuk memahami. Semenjak 2004 kurikulum yang berlaku di Indonesia sudah berubah mulai dari KBK dan KTSP. Sehingga proses pembelajaran di kelas harus diupayakan menuntun siswa untuk dapat berpikir kreatif, mengadakan analisis, membentuk sikap positif, memecahakan masalah, merangsang dan memungkinkan bagi siswa untuk mengorganisasikan belajarnya sendiri berpikir secara mandiri serta bekerja secara kooperatif untuk mengembangkan kemampuannya, sehingga siswa dapat memahami konsep-konsep kimia secara benar dan utuh. Kurikulum saat ini menuntut suatu proses pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berbagai kemampuan siswa. Hal tersebut dapat dibantu dengan peer learning yakni proses belajar bersama dengan teman sebaya dan guru berperan sebagai fasilitator sekaligus moderator dan pembimbing, melalui penerapan model pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pemikirannya tanpa dihambat, mengembangkan bersama dengan temantemannya untuk dapat saling belajar berkelanjutan, saling bekerja sama dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa diberi kesempatan bukan hanya sekedar belajar tetapi juga saling mengajarkan satu sama lain sehingga diharapkan siswa mampu tidak hanya berpikir sendiri dan mempertanggungjawabkannya, namun juga saling berbagi dalam proses transfer pengetahuan. Selanjutnya melalui proses kebersamaan tersebut akan melatih siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan, meningkatkan partisipasi, motivasi, sikap positif, mengurangi kecemasan sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
41
Dengan demikian diduga ada pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa. Permasalahan
Ilmu Kimia
-Hasil Belajar Rendah - Tabula Rasa -Siswa Pasif -Teacher Center
-Kimia bersifat abstrak - Konsep Sulit dipelajari
Kurikulum
-KBK -KTSP
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
-Siswa Aktif -Menerima Perbedaan -Kerjasama
Hasil Belajar Siswa
Gambar 2.2. Alur Kerangka Berpikir C. Hipotesis Penelitian Dari kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H0
: Tidak terdapat pengaruh hasil belajar kimia siswa antara yang menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
Jigsaw
dibandingkan dengan yang menggunakan pendekatan ekspositori. Ha
: Terdapat pengaruh hasil belajar kimia siswa antara yang menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
Jigsaw
dibandingkan dengan yang menggunakan pendekatan ekspositori.
42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011, yaitu pada tanggal 3-24 November 2010. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Nusa Putra Tangerang yang beralamat di Jl. Teuku Umar No. 12 Kel. Nusa Jaya, Karawaci Tangerang. B. Metode Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode quasi eksperimen (eksperimen semu), yaitu metode penelitian yang tidak mencukupi semua syarat-syarat dari suatu eksperimen.1 Metode quasi eksperimen dilakukan terhadap kelompok-kelompok yang homogen, dengan membagi kelompok yang diteliti menjadi dua kelompok pengamatan. Penelitian ini memiliki karakteristik, yakni dengan membandingkan dua kelompok perlakuan yang memiliki subjek setara, sehingga perbedaan hasil variabel terikat dari dua kelompok itu bukan disebabkan oleh perbedaan subjek, melainkan akibat dari perlakuan yang dikenakan kepada variabel bebas kelompok tersebut. Kelompok pertama adalah kelompok dengan perlakukan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan kelompok kedua adalah kelompok dengan perlakuan konvensional dengan metode ekspositori. Adapun rancangan penelitian sebagai berikut: Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Only Posttest Control Group Design.
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 84.
42
43
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Kelompok
Perlakuan
Posttest
E
XE
T
K
XK
T
Keterangan: E
: Kelompok eksperimen
K
: Kelompok kontrol
XE : Perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen, yaitu dengan kooperatif Jigsaw. XK : Perlakuan yang diberikan pada kelompok kontrol, yaitu dengan metode Ekspositori. T
: Tes akhir yang sama pada kedua kelompok
C. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.2 Tujuan diadakannya populasi ialah agar kita dapat menentukan besarnya anggota sampel yang diambil
dari
anggota
populasi
dan
membatasi
berlakunya
daerah
generalisasi.3 Populasi dalam penelitain dibedakan dalam dua jenis, yaitu: populasi target dan populasi terjangkau. Adapun populasi target pada penelitian ini yaitu seluruh siswa-siswi kelas XI SMA Nusa Putra Tangerang yang terdaftar pada tahun pelajaran 2010/2011. Sedangkan populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI IPA SMA Nusa Putra Tangerang. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.4 Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu mengambil sampel pada kelas yang tersedia tanpa melakukan simple random sampling. Jumlah sampel sebanyak 80 siswa yang dikelompokkan menjadi 2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu…, h. 130. Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistika, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 181. 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu…, h. 131. 3
44
dua kelas, yaitu kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA 2 sebagai eksperimen. D. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.5 Selain itu tes juga dapat diartikan sebagai cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas, atau perintah-perintah yang harus dikerjakan, sehingga dapat dihasilkan nilai.6 Instrumen tes untuk mengukur aspek kognitif hasil belajar siswa pada konsep laju reaksi dibuat tes pilihan ganda (PG) sebanyak 22 soal dengan lima alternatif pilihan jawaban. (lampiran 1) E. Teknik Pengolahan Data Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen tes ini terlebih dahulu diujicobakan kepada responden di luar kelas eksperimen dan kontrol untuk mengetahui validitas, realibilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda soal. 1. Uji Validitas Validasi berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap Dengan kata lain validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat penilaian mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkattingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang 5
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 35. Anas Sudijono, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), h. 67.
6
45
valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang tidak valid berarti memiliki validitas rendah.7 Validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi (content validity). Maksudnya butir-butir soal disusun sesuai dengan materi dan indikator pembelajaran. Rumus untuk menguji validitas soal:8
Keterangan: rpbis
= Koefisien korelasi point biserial
Mp
= Mean skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang dicari korelasinya dengan tes
Mt
= Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes)
St
= Standar deviasi skor total
p
= proporsi subjek yang menjawab betul
q
= 1- p Untuk mengetahui validitas dari butir soal peneliti menggunakan
program ANATES (Lampiran). Dari 35 soal yang diujicobakan, 22 soal yang dinyatakan valid. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Realibilitas bisa diartikan juga dengan ketepatan atau keajegan instrumen dalam menilai apa yang dinilainya. Maksudnya, kapanpun instrumen tersebut digunakanakan memberikan hasil yang relatif sama.9 Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas suatu tes yang 7
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu…, h. 168 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu…, h. 283 9 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 8
h. 109.
46
berbentuk pilihan ganda adalah dengan menggunakan rumus K–R 20, yaitu:10
Keterangan: r11
= Reliabilitas instrumen
k
= Banyaknya butir pertanyaan
Vt
= Varians total
P
= proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu butir (proporsi subjek yang mendapat skor 1)
Untuk mengetahui reliabilitas dari butir soal, peneliti menggunakan program ANATES (lampiran ). Dari hasil ANATES, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,91. 3. Taraf Kesukaran Pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah tiap butir soal yang terdapat pada instrumen tes termasuk soal kategori mudah, sedang, atau sulit. Untuk menentukan tingkat kesukaran soal pada instrument penelitian ini menggunakan rumus:
Keterangan: P
= indeks kesukaran
10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu…, h. 188.
47
B
= banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
JS
= banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang
dimaksudkan Kriteria indeks kesukaran soal sebagai berikut: 0,00 – 0,30
= sukar
0,03 – 0,70
= sedang
0,70 – 1,00
= mudah11
Untuk
mengetahui
tingkat
kesukaran
dari
soal,
peneliti
menggunakan program ANATES. Dari hasil dapat dilihat bahwa sepuluh soal dinyatakan sangat mudah, empat belas dinyatakan mudah, sepuluh soal dinyatakan sedang, satu soal dinyatakan sangat sukar. 4. Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Rumus yang digunakan:12
Keterangan: JA
= jumlah peserta kelompok atas
JB
= jumlah peserta kelompok bawah
BA
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PA
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda: D
= 0,00 – 0,20 : jelek
D
= 0,02 – 0,40 : cukup
11
12
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar…, h. 208 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar…, h. 213
48
D
= 0,04 – 0,70 : baik
D
= 0,70 – 1,00 : baik sekali Untuk mengetahui daya pembeda dari butir soal, peneliti
menggunakan program ANATES F. Teknik Analisis Data Untuk menguji hipotesis digunakan statistik uji-t dengan taraf signifikan α = 0,05. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan uji statistik dengan menggunakan uji-t. Tetapi sebelumnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat dapat dilaksanakannya analisis data. 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan adalah Uji Liliefors. Langkah-langkah uji Liliefors adalah sebagai berikut: a. Urutkan data sampel dari yang terkecil sampai yang paling terbesar b. Tentukan nilai Zi dari tiap-tiap data dengan rumus: Zi =
Xi X S
Keterangan: Zi = Skor baku
X = Nilai rata-rata Xi = Skor data ke- i S = Simpangan baku c. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan tabel Z, dan sebut dengan F (Zi).
49
Jika,
Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel Zi < 0, maka F (Zi) = 1 – (0,5 + nilai tabel)
d. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2,…, Zn yang lebih atau sama dengan Zi jika proporsi dinyatakan oleh S (Zi), maka:
S (Zi) =
Banyaknya Z 1, Z 2, ...Z n n
yang Zi
e. Hitung selisih F (Zi) - S (Zi)
, kemudian tentukan harga mutlaknya
F (Z i ) S (Z i )
f. Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut, nilai ini disebut Lo.
Lo = max F ( Z i ) S ( Z i ) g. Interpretasikan dengan membandingkannya pada tabel L. h. Kesimpulan: Jika Lo < Lt
: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Lo < Lt
: Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal13
2.
Uji Homogenitas Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua keadaan atau populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji homogenitas dua varians atau Uji Fisher dengan taraf signifikan α = 0,05.
Keterangan: 13
Sudjana, Metode Statistik, (Bandung : Tarsito, 2002), Cet. 3, h. 466.
50
F
= Fhitung 2
S1 = Varians data pertama / varians terbesar S22 = Varians data kedua / varians terkecil Adapun kriteria pengujiannya sebagai berikut: H0 diterima jika Fhiung < Ftabel
H0 = data memiliki varians homogen
H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel
Ha = data tidak memiliki varians homogen14
3.
Pengujian Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan hasil belajar kimia antara siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode ekspositori Untuk menguji hipotesis, jika pada uji normalitas diperoleh bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka digunakan uji “t” dengan taraf signifikansi = 0,05. Rumus uji “t” yang digunakan yaitu: 1)
Jika varian populasi heterogen15 thit =
XE XK 2
SE S K nE nK
2)
2
Jika varian populasi homogen16
thit =
XE XK S gab .
1 1 nE nK
dengan S2 =
n E
1S E n K 1S K nE nK 2 2
Keterangan: XE : Nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen 14
Sudjana, Metode Statistik…, h. 466 Sudjana, Metode Statistik…, h.240-241 16 Sudjana, Metode Statistik…, h.239 15
2
51
XK : Nilai rata-rata hasil belajar kelompok kontrol nE : Jumlah sampel kelompok eksperimen nK : Jumlah sampel kelompok kontrol SE2 : Varians kelompok eksperimen SK2 : Varians kelompok kontrol Kriteria pengujian a. Terima H0 jika thitung < ttabel b. Tolak H0 jika thitung > ttabel G. Hipotesis Statistik
Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut: H0
: µ1 = µ2
Ha
: µ1 > µ2
µ1
:Rata-rata hasil belajar kimia siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
µ2
:Rata-rata hasil belajar kimia siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori.
52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menyajikan data hasil penelitian berupa hasil perhitungan akhir dan pembahasan hasil penelitian yang berupa temuan penulis, sedangkan untuk perincian hasil perhitungan dan instrumen penelitian dapat dilihat dalam bagian lampiran. Data yang diperoleh berasal dari tes akhir pada saat penelitain berlangsung. A. Hasil Penelitian Hasil belajar siswa berupa aspek kognitif diketahui berdasarkan hasil tes pilihan ganda sebanyak 22 soal yang dilakukan sesudah pembelajaran. Instrumen tes pilihan ganda ini sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya pada kelas XII IPA 1 SMA Nusa Putra Tangerang, butir soal juga telah diuji tingkat kesukaran dan daya bedanya sehingga instrumen ini layak digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1. Rekap Skor Hasil Belajar Konsep Laju Reaksi pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data Eksperimen Kontrol N 40 40 Rata-rata 70,15 57,87 SD 12,17 12,8 Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata nilai hasil belajar kimia siswa pada konsep Laju Reaksi, yaitu pada eksperimen sebesar 70,15 sedangkan kelas kontrol 57,87. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kimia siswa pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. B. Pengujian Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas Sebelum dialakukan pengolahan data, dilakukan uji normalitas hasil belajar untuk kedua kelompok penelitian. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, dengan 52
53
ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila kriteria Lhitung < Ltabel diukur pada taraf signifikasi dan tingkat kepercayaan tertentu. Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Statistik N X SD Lhitung Ltabel
Kelompok Eksperimen 40 70,15 12,17 0,089 0,14
Kelompok Kontrol 40 57,87 12,8 0,1332 0,14
Pengujian dilakukan dengan uji Liliefors pada taraf signifikasi 95% (α = 0,05) untuk n = 40. Dari tabel dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok berdistribusi normal karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel (lihat lampiran 11 dan 14). 2. Uji Homogenitas Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dicari homogenitasnya dengan menggunakan uji homogenitas dua varians dengan rumus:
Adapun kriteria pengujiannya adalah: H0 diterima jika Fhitung < Ftabel H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel H0 = data memilki varians homogen Ha = data tidak memilki varians homogen Berdasarkan data yang diperoleh S12 = 163,8 dan S22 = 148,1, sehingga dengan rumus dapat diperoleh Fhitung = 1,10.
54
Dengan Fhitung = 1,10 sementara Ftabel = 1,735 pada taraf signifikasi 95% (α = 0,05) maka dapat disimpulkan kedua data memiliki varians yang homogen, kerena memenuhi syarat Fhitung < Ftabel (lihat lampiran 15). C. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis ini dilakukan setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas yang menunjukkan hasil dari kedua kelompok pengujian tersebut bahwa sampel berdistribusi normal dan homogen. Untuk menguji hipotesis H0 yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh hasil belajar kimia siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, maka digunakan uji “t” pada taraf signifikasi α = 0,05, adapun kriterianya adalah: thitung < ttabel
: H0 diterima
thitung > ttabel
: H0 ditolak
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji “t” diperoleh nilai thitung = 4,47. Dari tabel berdistribusi “t” untuk taraf signifikasi α = 0,05, diperoleh nilai ttabel = 1,999 (lihat lampiran 16). Sedangkan uji hasil “t” mengenai hasil belajar siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel dibawah ini: Tabel 4.3 Hasil Uji “t” Hasil Belajar Kimia Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Variabel
Jumlah Sampel
thitung
ttabel
Kesimpulan Data
4,47
1,999
Menolak H0
Hasil Belajar kimia siswa Kelompok
80
eksperimen dan kelompok kontrol
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa thitung = 4,47 dengan taraf signifikasi α = 0,05 diperoleh ttabel sebesar 1,999, maka thitung > ttabel dan menolak H0. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara siswa yang
55
diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada kelompok eksperimen dan metode Ekspositori pada kelompok kontrol. Dengan demikian penelitian dapat menguji kebenaran hipotesis, yaitu dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat pengaruh positif terhadap hasil belajar kimia. Kenyataan ini sesuai dengan kondisi lapangan, yaitu kelas eksperimen lebih cepat memahami materi pelajaran kimia pada konsep laju reaksi. D. Pembahasan Hasil Penelitian Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran yang lebih mengutamakan keaktifan dan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran. Siswa tidak hanya bertanggung jawab untuk dirinya sendiri, tetapi siswa tersebut juga dituntut untuk mengajarkan materi yang diberikan kepada sesama temannya di dalam kelompok. Dengan demikian proses pembelajaran bukan menitikberatkan pada guru, tetapi pada siswa itu sendiri. Hal ini akan menciptakan suasana kelas yang aktif. Setelah
melakukan
penelitian
dengan
menerapkan
model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada konsep Laju Reaksi, diperoleh hasil penelitian bahwa terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara kelompok siswa yang diajarkan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan yang tidak menggunakannya. Selain itu diperoleh rata-rata hasil belajar siswa yang cukup tinggi setelah melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw (70,15), dibandingkan kelas yang menggunakan pendekatan ekspositori (57,87). Sedangkan pada pengujian hipotesis, ternyata thitung (4,47) > ttabel (1,999). Pengujian hipotesis ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa, khususnya pada konsep Laju Reaksi. Perolehan rata-rata hasil belajar yang cukup tinggi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini karena model pembelajaran ini memacu siswa untuk memahami dan menguasai materi pelajaran bersama dengan anggota kelompoknya. Siswa juga dituntut untuk bisa mengajarkan
56
teman dalam kelompoknya sendiri. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini juga menyajikan pengalaman belajar berkelompok yang menyenangkan. Setiap siswa bisa berbicara dan berpendapat serta mengerahkan seluruh kemampuannya dalam memahami materi tersebut, terutama ketika sedang mengajarkan kepada temannya dalam satu kelompok. Karena sistem belajar berkelompok dan bersifat heterogen menuntut seluruh siswa bekerja sama dalam setiap kelompoknya agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Sehingga model pembelajaran ini bersifat student center atau pembelajaran yang berpusat pada siswa. Disini guru hanya sebagai fasilitator yang mengontrol selama proses pembelajaran. Sistem pembelajaran kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meminimalisir sifat egoisme pada diri siswa. Karena pembelajaran ini tidak menimbulkan persaingan belajar dengan siswa lainnya, sebab apabila belajar secara individu terkadang siswa yang kemampuannya lebih tidak mau membantu temannya yang pemahamannya kurang karena takut tersaingi. Dengan begitu maka pembelajaran ini juga dapat dapat mempererat hubungan siswa dengan sesamanya dan juga membuat Siswa Lebih akrab dengan siswa yang lain. Hasil yang dapat diperoleh dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh tehadap psikologis, interaksi dan hasil belajar. Dalam segi psikologis, pembelajaran ini dapat mengurangi sifat egoisme siswa, dapat menumbuhkan rasa saling menghargai dan saling menghormati setiap anggota kelompok, dapat menerima perbedaan kelompok, serta dapat menerima kelebihan dan kekurangan setiap anggota kelompok. Pembelajaran ini menjadikan interaksi antar sesama siswa semakin baik, karena telah menghasilkan kerjasama antara sesama siswa dan terjalin keakraban antar sesama siswa dan juga mempererat persahabatan. Adapun hasil belajar siswa menjadi meningkat karena sistem belajar siswa diubah menjadi belajar aktif dengan kelompok dan setiap kelompok dituntut untuk berpikir dan belajar dengan mengerahkan seluruh kemampuannya tanpa mengharapkan bantuan dari guru.
57
Keberhasilan penelitian ini diperoleh karena perlakuan yang diterapkan guru sejalan dengan konsep yang dipakai. Selain itu, selama penerapan pembelajaran siswa mengikuti pembelajaran dengan sangat tertib dan terarah. Hal ini terlihat saat berjalannya proses diskusi, karena semua siswa berpaartisipasi aktif dalam kelompoknya. Sebagian besar siswa merasa senang dengan pembelajaran yang diterapkan, sehingga mereka mau menerima pembelajaran dengan senang hati dan memperlakukan guru praktikan seperti guru sendiri. Guru juga sangat antusias dalam menerapkan pembelajaran dan senantiasa membimbing siswa dalam proses pembelajaran.
60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian dan analisis data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan: 1. Nilai rata-rata kelas eksperimen (70,15) dibandingkan dengan kelas kontrol (57,87) menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam proses pembelajaran di kelas eksperimen mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar kimia siswa. 2. Begitu juga dengan hasil uji hipotesis, ternyata thitung (4,47) > ttabel (1,999), ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, selanjutnya diajukan beberapa saran yang
berguna yang dapat dijadikan pertimbangan dalam meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu: 1. Diharapkan guru bidang studi kimia dapat menerapkan pembelajaran yang mengikutsertakan siswa aktif mdalam proses pembelajaran, khususnya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. 2. Perlu diupayakan pembenahan sarana maupun prasarana yang dapat menunjang proses pembelajaran, khususnya untuk penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. 3. Sebelum guru bidang studi menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, hendaknya pahami terlebih dahulu langkah-langkah pembelajaran model ini agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
58
59
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Mulyati. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga University Press. Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi Cet ke-5. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Basya, Saila Mahdina. 2009. Perbandingan Hasil Belajar Kimia Siswa antara yang Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Pembelajaran Konvensional. Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta: Perpustakaan FITK, UIN Syarif Hidayatullah. Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Saiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Gocer, Ali. 2010. A Comparative Research on The Effectivity of Cooperative Learning Methode and Jigsaw Technique on Teaching Literary Genres. Taken from Educational Research and Reviews Vol.5 (8). Huang, Yueh-Min and Tieng-Chi Huang. 2008. Using Annotation Services in Ubiquitous Jigsaw Cooperative Learning Environment. Taken from Journal fromEducational Technology and Society, 11(2), 3-15. Ibrahim, Muslimin. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESAUniversity Press. Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 2009. Chemistry For Senior High School. Jakarta: Yudhistira. Kiat-Soh, Leen. 2006. Implementing the Jigsaw Model in CS1 Close Labs.Taken from ITi CSE, June 26-28, Bologna, Italy. Kilic, Durmus. 2008. The Effect of Jigsaw Technique on Learning the Concept of the Principles and Methods of Teaching. Taken from World Applied Sciences Journal 4(Suple 1): 109-114. Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning cetakan ketujuh. Jakarta: Grasindo.
59
60
Meng, Jing. 2010. Jigsaw Coopertaive Learning in English Reading. Taken from Journal of Language Teaching and Research, Vol. 1, No. 4. Mengduo, Qiao and Jing Xiaoling. 2010. Jigsaw Strategy as a Cooperative Learning Technique: Focusing on the Language Learners. Taken from Chinese Journal of Applied Linguistics (Bimonthly), Vol 33, No. 4. Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nugroho, F.A. Suprapto Mukti. 2005. Remedial Teching dengan Teknik Jigsaw Sebagai Pendukung Kurikulum 2004. Diambil dari Jurnal Widya Tama, Vol. 2 No. 3. Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sirih, M dan Muhammad Ali. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw dengan Tongkat Estafet Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar di SMP Negeri 2 Kendari. Diambil dari Jurnal Vol. 6, No.1. Suasti, Yurni. 2003. Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa SMU Pembangunan UNP Melalui Modifikasi Cooperatve Learning Model Jigsaw. Diambil dari Jurnal Pembelajaran, No.4 Tahun 26. Sudjana. 2002. Metode Statistik. Bandung : Tarsito. Sudijono, Anas. 2009. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Supriyatin, Diana. 2009. Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan metode Jigsaw dan Ekspositori Pada Konsep Elektrolit dan Nonelektrolit Terintegrasi Nilai. Skripsi Sarjana UIN Syarif Hiayatullah. Jakarta: Perpustakaan FITK, UIN Syarif Hidayatullah. Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2004 Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Group
61
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2003. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara. Yasir, Nu’man. 2008. Pengaruh Pemanfaatan Multimedia Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Pokok Bahasan Seyawa Karbon. Jakarta: Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah. Zulfani, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
61
KISI – KISI INSTRUMEN Mata Pelajaran Kelas/semester Konsep Bahasan Jumlah Soal Bentuk Soal Standar Kompetensi
: : : : : :
Kompetensi Dasar 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan 3.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktorfaktor penentu laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kimia XI IPA/I Laju Reaksi 35 Pilihan Ganda 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri Materi
Indikator
Soal
Jawaban
Konsep laju reaksi
Menjelaskan pengertian laju reaksi
1. Laju reaksi adalah …. a. Cepatnya suatu reaksi berlangsung b. Perubahan jenis zat yang bereaksi persatuan waktu c. Suatu reaksi kimia d. Macam-macam kecepatan laju reaksi e. Besarnya perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi/produk persatuan waktu
E
Ranah Soal C1
2. Laju reaksi 4NH3 + 5O2 4NO + 6H2O dapat dinyatakan sebagai …. a. Laju bertambahnya konsentrasi NH3 tiap satu satuan waktu b. Laju berkurangnya konsentrasi H2O tiap satu satuan waktu c. Laju bertambahnya konsentrasi O2 tiap satu satuan waktu d. Laju berkurangnya tekanan sistem tiap satu satuan waktu
E
C2
62
e. Laju bertambahnya konsentrasi NO tiap satu satuan waktu 3. Jika reaksi kimia : P(g) + Q(g) → R(g) + S(g) Berdasarkan reaksi di atas, maka rumus laju reaksinya adalah sebagai berikut, kecuali… Δ [P] Δ [S] a. v = d. v = + Δt Δt Δ [Q] Δ [R] e. v = + b. v = Δt Δt Δ [R] c. v = Δt
Faktorfaktor yang mempengar uhi laju
Menyebutkan faktor-faktor yang
C
C2
4. Laju reaksi dari suatu reaksi dinotasikan sebagai berikut. Δ [A] Δ [B] Δ [C] Δ [D] ,v=,v=+ ,v=+ v=Δt Δt Δt Δt Dari sederetan notasi di atas, reaksi yang sesuai adalah… d. C(g) + B(g) → A(g) + D(g) a. C(g) + D(g) → A(g) + B(g) e. B(g) + D(g) → A(g) + C(g) b. A(g) + C(g) → B(g) + D(g) c. A(g) + B(g) → C(g) + D(g)
C
C2
5. Faktor-faktor di bawah ini yang mempengaruhi laju reaksi, kecuali... a. Suhu b. Luas permukaan c. Konsentrasi hasil reaksi
C
C1
63
reaksi
mempengaruhi laju reaksi.
d. Konsentrasi pereaksi e. Katalisator 6. Faktor berikut akan memperbesar laju reaksi, kecuali …. a. Pada suhu tetap ditambah katalisator b. Pada suhu tetap volume diperbesar c. Pada suhu tetap tekanan diperbesar d. Suhu dinaikkan e. Pada volume tetap ditambah zat pereaksi lebih banyak
B
C1
C
C1
8. Natrium bereaksi hebat dengan air pada suhu kamar sedangkan besi tidak. Hal ini memperlihatkan bahwa laju reaksi bergantung pada .... a. Suhu b. Jenis pereaksi c. Keadaan pereaksi d. Katalisator e. Luas permukaan sentuh
B
C2
9. Data hasil percobaan untuk A + B
D
C2
Menganalisis 7. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi karena .... faktor-faktor a. Menaikkan energi pengaktifan zat yang bereaksi b. Memperbesar konsentrasi zat yang bereaksi yang c. Memperbesar energi kinetik molekul pereaksi mempengaruhi d. Memperbesar tekanan laju reaksi e. Memperbesar luas permukaan
C
64
Data Masa/bentuk A Konsentrasi Waktu Suhu -1 1 5 gram serbuk 0,1 mol.L 2 detik 25oC 2 5 gram larutan 0,1 mol.L-1 3 detik 25oC 3 5 gram padat 0,1 mol.L-1 5 detik 25oC 4 5 gram larutan 0,2 mol.L-1 1,5 detik 25oC 5 5 gram larutan 0,1 mol.L-1 1,5 detik 25oC Pada data percobaan 1 dan 3, laju reaksi dipengaruhi oleh faktor .... a. Konsentrasi b. Sifat-sifat c. Suhu d. Luas permukaan e. Katalis 10. Pereaksi berbentuk serbuk lebih cepat bereaksi daripada berbentuk kepingan, hal ini disebabkan bentuk serbuk .... a. Dapat menurunkan energi aktivasi b. Mempunyai luas permukaan yang lebih kecil c. Mempunyai luas permukaan yang lebih besar d. Lebih padat e. Lebih aktif bergerak 11. Proses penguraian KClO3 murni pada suhu 25oC sangat sukar terjadi meskipun dilakukan dengan cara pemanasan, bahkan sampai mencair dan mendidih. Tetapi bila dicampur sedikit serbuk MnO2 penguraian berlangsung lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa
C
C2
D
C4
65
laju reaksi dipengaruhi oleh …. d. Katalis a. Suhu e. Jumlah partikel zat b. Konsentrasi c. Luas permukaan Menghitung perubahan laju reaksi berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi nya.
12. Dalam ruang yang volumenya 2 liter sebanyak 1 mol X direaksikan dengan 2 mol Y sesuai persamaan: X + 2Y XY2. Bila setelah 10 detik dihasilkan 0,5 mol XY2, maka laju reaksi terhadap XY2 adalah .... a. 0,025 M/det b. 0,05 M/det c. 0,1 M/det d. 0.01 M/det e. 0,5 M/det
A
C3
13. Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat bila suhu dinaikkan 10oC. Pada suhu kamar (25oC) reaksi dapat berlangsung dengan laju 0,01 M/det. Maka laju reaksinya bila dilakukan pada suhu 65oC adalah .... a. 0,4 M/det b. 0,6 M/det c. 0,8 M/det d. 0,16 M/det e. 0,32 M/det
D
C3
14. Suatu reaksi akan menjadi 2 kali lebih cepat bila suhu dinaikkan
E
C3 66
Teori tumbukan dan energi aktivasi
Siswa dapat menjelaskan teori tumbukan.
Menjelaskan pengaruh katalis dan
10ºC. Pada suhu 30ºC reaksi berlangsung 10 menit, maka pada suhu 50ºC reaksi berlangsung… a. 30 menit b. 20 menit c. 10 menit d. 5 menit e. 2,5 menit 15. Tumbukan antar molekul di dalam suatu reaksi kimia... a. Tidak selalu menghasilkan reaksi kimia b. Berkurang dengan naiknya suhu c. Berkurang dengan memperkecilpartikel pereaksi d. Berkurang dengan penambahan konsentrasi e. Selalu menyebabkan terjadinya reaksi kimia
A
C1
16. Tumbukan dengan energi kecil yang menghasilkan reaksi dinamakan... a. Tumbukan lenting sempurna b. Tumbukan lenting sebagian c. Tumbukan tidak lenting d. Tumbukan efektif e. Tumbukan produktif
D
C1
17. Energi minimum yang digunakan untuk memulai reaksi disebut... a. Energi pereaksi b. Energi produk reaksi c. Enegi pengaktifan
C
C1
67
energi aktivasi terhadap laju reaksi.
d. Energi kimia e. Energi katalisasi 18. Dari proses di bawah ini yang akan mengubah energi pengaktifan adalah... a. Memperbesar luas permukaan zat pereaksi b. Menambah konsentrasi zat pereaksi c. Manambah katalis d. Menurunkan suhu e. Menurunkan tekanan
C
C1
19. Penambahan katalisator akan mempercepat laju reaksi. hal itu disebabkan oleh... a. Konsentrasi zat bertambah b. Energi pengaktifan berkurang c. Energi pengaktifan bertambah d. Energi kinetik pereaksi berkurang e. Energi kinetik pereaksi bertambah
B
C1
20. Berikut pernyataan yang tepat terhadap katalis jika ditambahkan dalam suatu reaksi adalah .... a. Tidak ikut bereaksi dalam proses reaksi b. Habis bereaksi dengan pereaksi c. Ikut bereaksi tetapi tidak diperoleh kembali pada akhir reaksi d. Ikut bereaksi dan dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi e. Tidak ikut bereaksi dan dapat diperoleh kembali pada akhir
E
C2
68
reaksi 21. E ..............................
C
C2
E
C2
Q
........ P.................... R
............................... S Yang menggambarkan energi pengaktifan dengan katalisator adalah .... a. P + Q b. P c. P + R d. R e. R + S 22. Laju reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan sentuhan pereaksi. Menganalisis Semakin besar luas permukaan semakin cepat reaksi berlangsung faktor-faktor karena semakin .... yang a. Besar energi pengaktifannya mempengaruhi b. Kecil energi pengaktifannya laju reaksi c. Besar energi kinetiknya berdasarkan d. Besar konsentrasinya teori tumbukan e. Mudah terjadi tumbukan dari percobaan
69
23. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, sebab kenaikan suhu akan memperbesar... a. Energi kinetik molekul pereaksi b. Tekanan molekul pereaksi c. Energi pengaktifan zat yang bereaksi d. Konsentrasi zat yang bereaksi e. Luas permukaan zat yang bereaksi
Orde reaksi dan persamaan laju reaksi
Menjelaskan pengertian orde reaksi
24. Pernyataan berikut berkaitan dengan teori tumbukan. Pernyataan yang tidak benar adalah .... a. Semakin besar konsentrasi, semkain besar kemungkinan terjadinya tumbukan efektif b. Semakin tinggi suhu, maka energi aktivasi suatu reaksi menjadi lebih tinggi c. Semakin luas permukaan zat padat, maka semakin besar kemungkinan terjadinya tumbukan d. Katalis mengubah tahap-tahap reaksi menjadi reaksi yang energi aktivasinya rendah e. Pada pemanasan, energi kinetik molekul-molekul menjadi tinggi sehingga tumbukan efektif semakin lebih banyak 25. Orde reaksi menyatakan .... a. Besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi b. Besarnya pengaruh suhu pereaksi pada laju reaksi c. Besarnya pengaruh volume pereaksi pada laju reaksi d. Besarnya pengaruh luas permukaan pereaksi pada laju reaksi e. Besarnya pengaruh katalis pada laju reaksi
A
C1
B
C2
A
C1
70
Membedakan antara orde reaksi nol, satu, dan dua
26. Laju reaksi berbanding lurus terhadap konsentrasi pereaksi. Pernyataan tersebut merupakan definisi dari .... a. Orde negatif b. Orde nol c. Orde satu d. Orde dua e. Orde tiga
C
C1
A2B diketahui bahwa reaksi berorde nol 27. Pada reaksi 2A + B terhadap B. Hubungan laju reaksi awal zat B itu diperlihatkan oleh grafik .... a. v
E
C2
[B]
b. v
[B]
c. v
[B]
71
d. v
[B] e. v
[B]
28. Suatu reaksi mempunyai tetapan laju reaksi (k) dengan satuan mol-1 dan s-1. Reaksi tersebut merupakan orde reaksi tingkat .... a. 0 b. 1 c. 2 d. 3 e. 4
A
C2
E
C3
Menentukan
29. Diketahui data eksperimen dari reaksi : 2H2 + 2NO → 2H2O + N2 orde reaksi Adalah sebagai berikut : berdasarkan H2 (M) NO (M) Laju (M/s) data percobaan 0,1 0,2 20 0,5 0,2 100 0,1 0,4 80 Orde terhadap NO adalah …. a. 0 b. ½
72
c. 1 d. 3/2 e. 2 30. Dari reaksi : CHCl3 + Cl2 → CCl4 + HCl Diketahui data sebagai berikut : CHCl3 (M) Cl2 (M) Laju (M/s) 0,4 0,2 10 0,8 0,2 20 0,8 0,8 40 Orde terhadap CHCl3 adalah…. d. 0 a. 1 e. 3 b. 3/2 c. 2 31. Data reaksi : A + B → AB Adalah sebagai berikut : A (M) B (M) Laju (M/s) 0,1 0,1 4 0,2 0,1 16 0,1 0,3 12 Orde reaksi terhadap A adalah …. a.½ b. 1/3 c. 1 d. 2 Membuat
A
C3
D
C3
e. 0
32. Dari reaksi : 73
persamaan laju reaksi berdasarkan data percobaan
H2 + I2 → 2HI Diperoleh data sebagai berikut : H2 (M) I2 (M) Laju (M/s) 0,1 0,1 4 0,2 0,1 16 0,1 0,3 12 Maka rumus untuk laju reaksinya adalah …. a. V = k [H]2 [I]2 b. V = k [H2]2 [I]2 c. V = k [H]2 [I2]2 d. V = k [H2]2 [I2] e. V = k 2[H2]2 [I2]2
D
C3
33. Suatu reaksi X + Y → hasil reaksi, persamaan laju reaksinya V = k[X][Y]2. Bila pada suhu tetap konsentrasi X dan Y masing-masing dinaikan dua kali dari semula, laju reaksinya adalah…. d. 6 kali lebih besar a. Tidak berubah e. 8 kali lebih besar b. 2 kali lebih besar c. 4 kali lebih besar
E
C4
34. Suatu reaksi memiliki data sebagai berikut. Pereaksi = A dan B, orede reaksi terhadap A = 1, orde total = 3/2. Persamaan laju reaksinya adalah …. d. v = k[A]3/2[B] a. v = k[A][B]3/2 e. v = k[A][B] b. v = k[A][B]1/2 1/2 c. v = k[A] [B]
B
C4
74
35. Dari reaksi : A + B + C → zat hasil Diperoleh data sebagai berikut : A (M) B (M) C (M) Laju (M/s) 0,01 0,03 0,04 0,0048 0,02 0,03 0,04 0,0096 0,01 0,06 0,04 0,0096 0,01 0,06 0,08 0,0384 Maka rumus untuk laju reaksinya adalah …. a. V = k [A] [B] [C] b. V = k [A]2 [B] [C] c. V = k [A]2 [B]2 [C] d. V = k [A]2 [B]2 [C]2 e. V = k [A] [B] [C]2
E
C3
75
LAMPIRAN 2 76
Soal Instrumen Penelitian Jenis Kelamin Sekolah Materi
: : : Laju Reaksi
Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini yang paling tepat! 1. Laju reaksi adalah …. a. Cepatnya suatu reaksi berlangsung b. Perubahan jenis zat yang bereaksi persatuan waktu c. Suatu reaksi kimia d. Macam-macam kecepatan laju reaksi e. Besarnya perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi/produk persatuan waktu 4NO + 6H2O dapat dinyatakan sebagai …. 2. Laju reaksi 4NH3 + 5O2 a. Laju bertambahnya konsentrasi NH3 tiap satu satuan waktu b. Laju berkurangnya konsentrasi H2O tiap satu satuan waktu c. Laju bertambahnya konsentrasi O2 tiap satu satuan waktu d. Laju berkurangnya tekanan sistem tiap satu satuan waktu e. Laju bertambahnya konsentrasi NO tiap satu satuan waktu 3. Jika reaksi kimia : P(g) + Q(g) → R(g) + S(g) Berdasarkan reaksi di atas, maka rumus laju reaksinya adalah sebagai berikut, kecuali… Δ [P] Δ [S] d. v = + a. v = Δt Δt Δ [Q] Δ [R] b. v = e. v = + Δt Δt Δ [R] c. v = Δt 4. Laju reaksi dari suatu reaksi dinotasikan sebagai berikut. Δ [A] Δ [B] Δ [C] Δ [D] v=,v=,v=+ ,v=+ Δt Δt Δt Δt Dari sederetan notasi di atas, reaksi yang sesuai adalah… d. C(g) + B(g) → A(g) + D(g) a. C(g) + D(g) → A(g) + B(g) b. A(g) + C(g) → B(g) + D(g) e. B(g) + D(g) → A(g) + C(g) c. A(g) + B(g) → C(g) + D(g) 5. Faktor-faktor di bawah ini yang mempengaruhi laju reaksi, kecuali... a. Suhu b. Luas permukaan c. Konsentrasi hasil reaksi
77
6.
7.
8.
9.
d. Konsentrasi pereaksi e. Katalisator Faktor berikut akan memperbesar laju reaksi, kecuali …. a. Pada suhu tetap ditambah katalisator b. Pada suhu tetap volume diperbesar c. Pada suhu tetap tekanan diperbesar d. Suhu dinaikkan e. Pada volume tetap ditambah zat pereaksi lebih banyak Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi karena .... a. Menaikkan energi pengaktifan zat yang bereaksi b. Memperbesar konsentrasi zat yang bereaksi c. Memperbesar energi kinetik molekul pereaksi d. Memperbesar tekanan e. Memperbesar luas permukaan Natrium bereaksi hebat dengan air pada suhu kamar sedangkan besi tidak. Hal ini memperlihatkan bahwa laju reaksi bergantung pada .... a. Suhu b. Jenis pereaksi c. Keadaan pereaksi d. Katalisator e. Luas permukaan sentuh Data hasil percobaan untuk A + B C Data Masa/bentuk A Konsentrasi Waktu Suhu 1
5 gram serbuk
0,1 mol.L-1
2 detik
25oC
2
5 gram larutan
0,1 mol.L-1
3 detik
25oC
3
5 gram padat
0,1 mol.L-1
5 detik
25oC
4
5 gram larutan
0,2 mol.L-1
1,5 detik
25oC
5
5 gram larutan
0,1 mol.L-1
1,5 detik
25oC
Pada data percobaan 1 dan 3, laju reaksi dipengaruhi oleh faktor .... a. Konsentrasi b. Sifat-sifat c. Suhu d. Luas permukaan e. Katalis 10. Pereaksi berbentuk serbuk lebih cepat bereaksi daripada berbentuk kepingan, hal ini disebabkan bentuk serbuk ....
78
a. Dapat menurunkan energi aktivasi b. Mempunyai luas permukaan yang lebih kecil c. Mempunyai luas permukaan yang lebih besar d. Lebih padat e. Lebih aktif bergerak 11. Proses penguraian KClO3 murni pada suhu 25oC sangat sukar terjadi meskipun dilakukan dengan cara pemanasan, bahkan sampai mencair dan mendidih. Tetapi bila dicampur sedikit serbuk MnO2 penguraian berlangsung lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh …. a. Suhu d. Katalis b. Konsentrasi e. Jumlah partikel zat c. Luas permukaan 12. Dalam ruang yang volumenya 2 liter sebanyak 1 mol X direaksikan dengan 2 mol Y sesuai persamaan: X + 2Y XY2. Bila setelah 10 detik dihasilkan 0,5 mol XY2, maka laju reaksi terhadap XY2 adalah .... a. 0,025 M/det b. 0,05 M/det c. 0,1 M/det d. 0.01 M/det e. 0,5 M/det 13. Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat bila suhu dinaikkan 10oC. Pada suhu kamar (25oC) reaksi dapat berlangsung dengan laju 0,01 M/det. Maka laju reaksinya bila dilakukan pada suhu 65oC adalah .... a. 0,4 M/det b. 0,6 M/det c. 0,8 M/det d. 0,16 M/det e. 0,32 M/det 14. Suatu reaksi akan menjadi 2 kali lebih cepat bila suhu dinaikkan 10ºC. Pada suhu 30ºC reaksi berlangsung 10 menit, maka pada suhu 50ºC reaksi berlangsung… a. 30 menit d. 5 menit b. 20 menit e. 2,5 menit c. 10 menit 15. Tumbukan antar molekul di dalam suatu reaksi kimia... a. Tidak selalu menghasilkan reaksi kimia b. Berkurang dngan naiknya suhu c. Berkurang dengan memperkecilpartikel pereaksi d. Berkurang dengan penambahan konsentrasi e. Selalu menyebabkan terjadinya reaksi kimia
79
16. Tumbukan dengan energi kecil yang menghasilkan reaksi dinamakan... a. Tumbukan lenting sempurna b. Tumbukan lenting sebagian c. Tumbukan tidak lenting d. Tumbukan efektif e. Tumbukan produktif 17. Energi minimum yang digunakan untuk memulai reaksi disebut... a. Energi pereaksi d. Energi kimia b. Energi produk reaksi e. Energi katalisasi c. Enegi pengaktifan 18. Dari proses di bawah ini yang akan mengubah energi pengaktifan adalah... a. Memperbesar luas permukaan zat pereaksi b. Menambah konsentrasi zat pereaksi c. Manambah katalis d. Menurunkan suhu e. Menurunkan tekanan 19. Penambahan katalisator akan mempercepat laju reaksi. hal itu disebabkan oleh... a. Konsentrasi zat bertambah b. Energi pengaktifan berkurang c. Energi pengaktifan bertambah d. Energi kinetik pereaksi berkurang e. Energi kinetik pereaksi bertambah 20. Berikut pernyataan yang tepat terhadap katalis jika ditambahkan dalam suatu reaksi adalah .... a. Tidak ikut bereaksi dalam proses reaksi b. Habis bereaksi dengan pereaksi c. Ikut bereaksi tetapi tidak diperoleh kembali pada akhir reaksi d. Ikut bereaksi dan dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi e. Tidak ikut bereaksi dan dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi 21. E ..........................
Yang menggambarkan energi pengaktifan dengan katalisator adalah .... a. P + Q
80
b. P c. P + R d. R e. R + S 22. Laju reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan sentuhan pereaksi. Semakin besar luas permukaan semakin cepat reaksi berlangsung karena semakin .... a. Besar energi pengaktifannya b. Kecil energi pengaktifannya c. Besar energi kinetiknya d. Besar konsentrasinya e. Mudah terjadi tumbukan 23. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, sebab kenaikan suhu akan memperbesar... a. Energi kinetik molekul pereaksi b. Tekanan molekul pereaksi c. Energi pengaktifan zat yang bereaksi d. Konsentrasi zat yang bereaksi e. Luas permukaan zat yang bereaksi 24. Pernyataan berikut berkaitan dengan teori tumbukan. Pernyataan yang tidak benar adalah .... a. Semakin besar konsentrasi, semkain besar kemungkinan terjadinya tumbukan efektif b. Semakin tinggi suhu, maka energi aktivasi suatu reaksi menjadi lebih tinggi c. Semakin luas permukaan zat padat, maka semakin besar kemungkinan terjadinya tumbukan d. Katalis mengubah tahap-tahap reaksi menjadi reaksi yang energi aktivasinya rendah e. Pada pemanasan, energi kinetik molekul-molekul menjadi tinggi sehingga tumbukan efektif semakin lebih banyak 25. Orde reaksi menyatakan .... a. Besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi b. Besarnya pengaruh suhu pereaksi pada laju reaksi c. Besarnya pengaruh volume pereaksi pada laju reaksi d. Besarnya pengaruh luas permukaan pereaksi pada laju reaksi e. Besarnya pengaruh katalis pada laju reaksi 26. Laju reaksi berbanding lurus terhadap konsentrasi pereaksi. Pernyataan tersebut merupakan definisi dari .... a. Orde negatif b. Orde nol
81
c. Orde satu d. Orde dua e. Orde tiga 27. Pada reaksi 2A + B
A2B diketahui bahwa reaksi berorde nol terhadap B.
Hubungan laju reaksi awal zat B itu diperlihatkan oleh grafik .... a. v
[B]
b. v
[B]
c. v
[B] d. v
[B] e. v
[B]
28. Suatu reaksi mempunyai tetapan laju reaksi (k) dengan satuan mol-1 dan s-1. Reaksi tersebut merupakan orde reaksi tingkat .... a. 0 b. 1 c. 2 d. 3 e. 4 29. Diketahui data eksperimen dari reaksi : 2H2 + 2NO → 2H2O + N2 Adalah sebagai berikut : H2 (M) NO (M) Laju (M/s)
82
0,1 0,2 20 0,5 0,2 100 0,1 0,4 80 Orde terhadap NO adalah …. a. 0 b. ½ c. 1 d. 3/2 e. 2 30. Dari reaksi : CHCl3 + Cl2 → CCl4 + HCl Diketahui data sebagai berikut : CHCl3 (M) Cl2 (M) Laju (M/s) 0,4 0,2 10 0,8 0,2 20 0,8 0,8 40 Orde terhadap CHCl3 adalah…. a. 1 d. 0 b. 3/2 e. 3 c. 2 31. Data reaksi : A + B → AB Adalah sebagai berikut : A (M) B (M) Laju (M/s) 0,1 0,1 4 0,2 0,1 16 0,1 0,3 12 Orde reaksi terhadap A adalah …. a.½ b. 1/3 c. 1 d. 2 32. Dari reaksi : H2 + I2 → 2HI Diperoleh data sebagai berikut : H2 (M) I2 (M) Laju (M/s) 0,1 0,1 4 0,2 0,1 16 0,1 0,3 12 Maka rumus untuk laju reaksinya adalah …. a. v = k [H]2 [I]2 b. v = k [H2]2 [I]2
e. 0
83
c. v = k [H]2 [I2]2 d. v = k [H2]2 [I2]2 e. v = k 2[H2]2 [I2]2 33. Suatu reaksi X + Y → hasil reaksi, persamaan laju reaksinya V = k[X][Y]2. Bila pada suhu tetap konsentrasi X dan Y masing-masing dinaikan dua kali dari semula, laju reaksinya adalah…. a. Tidak berubah d. 6 kali lebih besar b. 2 kali lebih besar e. 8 kali lebih besar c. 4 kali lebih besar 34. Suatu reaksi memiliki data sebagai berikut. Pereaksi = A dan B, orede reaksi terhadap A = 1, orde total = 3/2. Persamaan laju reaksinya adalah …. a. v = k[A][B]3/2 d. v = k[A]3/2[B] b. v = k[A][B]1/2 e. v = k[A][B] 1/2 c. v = k[A] [B] 35. Dari reaksi : A + B + C → zat hasil Diperoleh data sebagai berikut : A (M) B (M) C (M) Laju (M/s) 0,01 0,03 0,04 0,0048 0,02 0,03 0,04 0,0096 0,01 0,06 0,04 0,0096 0,01 0,06 0,08 0,0384 Maka rumus untuk laju reaksinya adalah …. a. v = k [A] [B] [C] b. v = k [A]2 [B] [C] c. v = k [A]2 [B]2 [C] d. v = k [A]2 [B]2 [C]2 e. v = k [A] [B] [C]2
LAMPIRAN 3
84
Kunci Jawaban Instrumen Penelitian
1. E
11. D
21. C
31. D
2. E
12. A
22. E
32. D
3. C
13. D
23. A
33. E
4. C
14. E
24. B
34. B
5. C
15. A
25. A
35. E
6. B
16. D
26. C
7. C
17. C
27. E
8. B
18. C
28. A
9. D
19. B
29. E
10. C
20. E
30. A
SKOR DATA DIBOBOT ================= Jumlah Subyek
= 30
Butir soal
= 35
Bobot utk jwban benar = 1 Bobot utk jwban salah = 0 Keterangan: data terurut berdasarkan skor (tinggi ke rendah) Nama berkas: I:\PRINT-FINAL\VALIDASI-1.ANA No Urt
No Subyek
Kode/Nama
Benar
Salah
Kosong
Skr Asli
Skr Bobot
1
20
T
32
3
0
32
32
2
9
I
31
4
0
31
31
3
12
L
31
4
0
31
31
4
16
P
31
4
0
31
31
5
18
R
31
4
0
31
31
6
6
F
30
5
0
30
30
7
8
H
30
5
0
30
30
8
22
V
30
5
0
30
30
9
24
X
30
5
0
30
30
10
19
S
29
6
0
29
29
11
27
AA
29
6
0
29
29
12
7
G
28
7
0
28
28
13
25
Y
28
7
0
28
28
14
13
M
27
8
0
27
27
15
15
O
27
8
0
27
27
16
17
Q
27
8
0
27
27
17
26
Z
27
8
0
27
27
18
23
W
26
9
0
26
26
19
2
B
25
10
0
25
25
20
11
K
25
10
0
25
25
21
4
D
24
11
0
24
24
22
14
N
24
11
0
24
24
23
1
A
23
12
0
23
23
24
3
C
23
12
0
23
23
25
10
J
23
12
0
23
23
26
5
E
21
14
0
21
21
27
28
AB
21
14
0
21
21
28
29
AC
15
20
0
15
15
29
21
U
13
22
0
13
13
30
30
AD
13
22
0
13
13
RELIABILITAS TES ================ Rata2= 25.80 Simpang Baku= 5.17 KorelasiXY= 0.83 Reliabilitas Tes= 0.91 Nama berkas: I:\PRINT-FINAL\VALIDASI-1.ANA No.Urut
No. Subyek
1
20
2
Kode/Nama Subyek
Skor Ganjil
Skor Genap
Skor Total
T
16
16
32
9
I
17
14
31
3
12
L
15
16
31
4
16
P
17
14
31
5
18
R
16
15
31
6
6
F
16
14
30
7
8
H
15
15
30
8
22
V
14
16
30
9
24
X
16
14
30
10
19
S
15
14
29
11
27
AA
16
13
29
12
7
G
15
13
28
13
25
Y
15
13
28
14
13
M
14
13
27
15
15
O
15
12
27
16
17
Q
15
12
27
17
26
Z
13
14
27
18
23
W
13
13
26
19
2
B
12
13
25
20
11
K
12
13
25
21
4
D
13
11
24
22
14
N
12
12
24
23
1
A
12
11
23
24
3
C
12
11
23
25
10
J
12
11
23
26
5
E
13
8
21
27
28
AB
11
10
21
28
29
AC
8
7
15
29
21
U
8
5
13
30
30
AD
7
6
13
KELOMPOK UNGGUL & ASOR ====================== Kelompok Unggul Nama berkas: I:\PRINT-FINAL\VALIDASI-1.ANA
Kode/Nama Subyek
1
2
3
4
5
6
7
Skor
1
2
3
4
5
6
7
No.Urut
No Subyek
1
20
T
32
1
1
1
1
1
-
1
2
9
I
31
1
-
1
1
1
1
1
3
12
L
31
-
1
1
1
1
1
1
4
16
P
31
1
1
1
1
1
1
1
5
18
R
31
1
1
1
1
1
-
1
6
6
F
30
1
1
1
1
1
1
1
7
8
H
30
-
1
1
1
1
1
1
8
22
V
30
-
1
1
1
1
1
-
5
7
8
8
8
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Skor
8
9
10
11
12
13
14
Jml Jwb Benar
No.Urut
No Subyek
1
20
T
32
1
1
1
1
1
1
1
2
9
I
31
1
1
1
1
1
1
1
3
12
L
31
1
1
1
1
1
1
1
4
16
P
31
1
1
-
1
1
1
1
5
18
R
31
1
1
-
1
1
1
1
6
6
F
30
1
1
1
1
1
-
1
7
8
H
30
1
1
1
1
1
1
1
8
22
V
30
1
1
1
1
1
-
1
8
8
6
8
8
6
8
15
16
17
18
19
20
21
Jml Jwb Benar
Kode/Nama Subyek
No.Urut
No Subyek
1
20
2
Kode/Nama Subyek
Skor
15
16
17
18
19
20
21
T
32
1
1
1
1
1
1
-
9
I
31
1
1
1
1
1
-
-
3
12
L
31
1
1
1
1
1
1
-
4
16
P
31
1
1
1
1
1
-
-
5
18
R
31
1
1
1
1
1
1
-
6
6
F
30
1
1
1
-
1
-
-
7
8
H
30
1
1
1
1
1
1
-
8
22
V
30
1
1
1
1
1
1
-
8
8
8
7
8
5
0
22
23
24
25
26
27
28
Skor
22
23
24
25
26
27
28
Jml Jwb Benar
No.Urut
No Subyek
Kode/Nama Subyek
1
20
T
32
1
1
1
1
1
1
1
2
9
I
31
1
1
1
1
1
1
-
3
12
L
31
1
1
1
1
1
1
1
4
16
P
31
1
1
1
1
1
1
-
5
18
R
31
1
1
1
1
1
1
1
6
6
F
30
1
1
1
1
1
1
1
7
8
H
30
1
1
1
1
1
1
-
8
22
V
30
1
1
1
1
1
1
-
8
8
8
8
8
8
4
29
30
31
32
33
34
35
Skor
29
30
31
32
33
34
35
Jml Jwb Benar
No.Urut
No Subyek
1
20
T
32
1
1
-
1
1
1
1
2
9
I
31
1
1
1
1
1
1
1
3
12
L
31
-
1
1
-
1
1
1
4
16
P
31
1
1
1
1
1
1
1
5
18
R
31
1
1
1
1
1
1
-
6
6
F
30
1
1
1
-
1
1
1
7
8
H
30
-
1
1
-
1
1
1
8
22
V
30
1
1
1
1
1
1
1
6
8
7
5
8
8
7
Jml Jwb Benar
Kelompok Asor
Kode/Nama Subyek
Nama berkas: I:\PRINT-FINAL\VALIDASI-1.ANA
Kode/Nama Subyek
1
2
3
4
5
6
7
Skor
1
2
3
4
5
6
7
No.Urut
No Subyek
1
1
A
23
1
1
1
1
-
-
-
2
3
C
23
1
1
1
1
1
-
-
3
10
J
23
-
1
-
1
1
-
1
4
5
E
21
1
1
1
-
-
-
-
5
28
AB
21
1
-
1
1
-
1
-
6
29
AC
15
1
-
-
-
-
1
1
7
21
U
13
1
-
1
1
1
1
1
8
30
AD
13
1
-
1
1
-
-
-
7
4
6
6
3
3
3
8
9
10
11
12
13
14
Skor
8
9
10
11
12
13
14
Jml Jwb Benar
No.Urut
No Subyek
Kode/Nama Subyek
1
1
A
23
-
-
-
1
1
1
1
2
3
C
23
1
-
1
1
1
-
1
3
10
J
23
1
-
-
1
1
1
1
4
5
E
21
1
-
-
1
1
1
1
5
28
AB
21
-
1
-
1
1
-
1
6
29
AC
15
-
-
1
-
-
1
1
7
21
U
13
1
-
-
-
-
-
-
8
30
AD
13
1
-
-
-
1
1
-
5
1
2
5
6
5
6
15
16
17
18
19
20
21
Skor
15
16
17
18
19
20
21
Jml Jwb Benar
No.Urut
No Subyek
1
1
A
23
1
1
1
1
1
1
-
2
3
C
23
1
-
1
1
1
-
-
3
10
J
23
-
-
1
1
1
-
-
4
5
E
21
1
-
1
-
1
-
-
5
28
AB
21
-
1
1
1
1
1
1
6
29
AC
15
1
1
-
-
1
-
-
7
21
U
13
-
-
1
-
-
-
-
8
30
AD
13
1
1
1
-
1
-
-
5
4
7
4
7
2
1
Jml Jwb Benar
Kode/Nama Subyek
Kode/Nama Subyek
22
23
24
25
26
27
28
Skor
22
23
24
25
26
27
28
No.Urut
No Subyek
1
1
A
23
1
1
1
1
1
1
-
2
3
C
23
-
-
-
1
1
1
1
3
10
J
23
1
1
1
1
1
1
-
4
5
E
21
-
1
-
1
1
1
1
5
28
AB
21
1
1
1
1
-
-
1
6
29
AC
15
-
-
1
1
1
-
-
7
21
U
13
-
-
-
-
-
-
-
8
30
AD
13
-
-
1
-
-
-
-
3
4
5
6
5
4
3
29
30
31
32
33
34
35
Skor
29
30
31
32
33
34
35
Jml Jwb Benar
No.Urut
No Subyek
Kode/Nama Subyek
1
1
A
23
-
-
-
-
1
1
1
2
3
C
23
1
-
-
1
1
1
1
3
10
J
23
1
1
1
-
1
1
-
4
5
E
21
1
-
-
1
1
1
1
5
28
AB
21
-
-
1
-
-
-
1
6
29
AC
15
1
1
-
-
1
-
-
7
21
U
13
-
-
1
1
1
1
1
8
30
AD
13
-
-
-
1
-
-
1
4
2
3
4
6
5
6
Jml Jwb Benar
DAYA PEMBEDA ============ Jumlah Subyek= 30 Klp atas/bawah(n)= 8 Butir Soal= 35 Nama berkas: I:\PRINT-FINAL\VALIDASI-1.ANA No Butir Baru
No Butir Asli
Kel. Atas
Kel. Bawah
Beda
Indeks DP (%)
1
1
5
7
-2
-25.00
2
2
7
4
3
37.50
3
3
8
6
2
25.00
4
4
8
6
2
25.00
5
5
8
3
5
62.50
6
6
6
3
3
37.50
7
7
7
3
4
50.00
8
8
8
5
3
37.50
9
9
8
1
7
87.50
10
10
6
2
4
50.00
11
11
8
5
3
37.50
12
12
8
6
2
25.00
13
13
6
5
1
12.50
14
14
8
6
2
25.00
15
15
8
5
3
37.50
16
16
8
4
4
50.00
17
17
8
7
1
12.50
18
18
7
4
3
37.50
19
19
8
7
1
12.50
20
20
5
2
3
37.50
21
21
0
1
-1
-12.50
22
22
8
3
5
62.50
23
23
8
4
4
50.00
24
24
8
5
3
37.50
25
25
8
6
2
25.00
26
26
8
5
3
37.50
27
27
8
4
4
50.00
28
28
4
3
1
12.50
29
29
6
4
2
25.00
30
30
8
2
6
75.00
31
31
7
3
4
50.00
32
32
5
4
1
12.50
33
33
8
6
2
25.00
34
34
8
5
3
37.50
35
35
7
6
1
12.50
TINGKAT KESUKARAN ================= Jumlah Subyek= 30 Butir Soal= 35
Nama berkas: I:\PRINT-FINAL\VALIDASI-1.ANA No Butir Baru
No Butir Asli
Jml Betul
Tkt. Kesukaran(%)
Tafsiran
1
1
22
73.33
Mudah
2
2
24
80.00
Mudah
3
3
28
93.33
Sangat Mudah
4
4
27
90.00
Sangat Mudah
5
5
24
80.00
Mudah
6
6
19
63.33
Sedang
7
7
17
56.67
Sedang
8
8
26
86.67
Sangat Mudah
9
9
18
60.00
Sedang
10
10
17
56.67
Sedang
11
11
25
83.33
Mudah
12
12
24
80.00
Mudah
13
13
18
60.00
Sedang
14
14
27
90.00
Sangat Mudah
15
15
24
80.00
Mudah
16
16
19
63.33
Sedang
17
17
28
93.33
Sangat Mudah
18
18
23
76.67
Mudah
19
19
26
86.67
Sangat Mudah
20
20
13
43.33
Sedang
21
21
1
3.33
22
22
23
76.67
Mudah
23
23
24
80.00
Mudah
24
24
21
70.00
Sedang
25
25
26
86.67
Sangat Mudah
26
26
23
76.67
Mudah
27
27
24
80.00
Mudah
28
28
14
46.67
Sedang
29
29
23
76.67
Mudah
30
30
23
76.67
Mudah
31
31
22
73.33
Mudah
32
32
19
63.33
Sedang
33
33
28
93.33
Sangat Mudah
34
34
27
90.00
Sangat Mudah
35
35
27
90.00
Sangat Mudah
Sangat Sukar
KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL ================================= Jumlah Subyek= 30 Butir Soal= 35 Nama berkas: I:\PRINT-FINAL\VALIDASI-1.ANA No Butir Baru
No Butir Asli
Korelasi
Signifikansi
1
1
-0.202
2
2
0.571
Sangat Signifikan
3
3
0.358
Signifikan
4
4
0.359
Signifikan
5
5
0.620
Sangat Signifikan
6
6
0.201
-
7
7
0.296
-
8
8
0.293
-
9
9
0.584
Sangat Signifikan
10
10
0.349
Signifikan
11
11
0.634
Sangat Signifikan
12
12
0.275
-
13
13
0.075
-
14
14
0.533
Sangat Signifikan
15
15
0.308
Signifikan
16
16
0.229
-
17
17
0.305
Signifikan
18
18
0.552
Sangat Signifikan
19
19
0.255
-
20
20
0.339
Signifikan
21
21
-0.175
22
22
0.738
Sangat Signifikan
23
23
0.685
Sangat Signifikan
24
24
0.260
-
25
25
0.467
Sangat Signifikan
26
26
0.428
Sangat Signifikan
27
27
0.718
Sangat Signifikan
28
28
0.155
-
29
29
0.381
Signifikan
30
30
0.661
Sangat Signifikan
31
31
0.392
Signifikan
-
-
32
32
0.011
-
33
33
0.463
Sangat Signifikan
34
34
0.621
Sangat Signifikan
35
35
0.184
-
Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut: df (N-2)
P=0,05
P=0,01
df (N-2)
P=0,05
P=0,01
10
0,576
0,708
60
0,250
0,325
15
0,482
0,606
70
0,233
0,302
20
0,423
0,549
80
0,217
0,283
25
0,381
0,496
90
0,205
0,267
30
0,349
0,449
100
0,195
0,254
40
0,304
0,393
125
0,174
0,228
50
0,273
0,354
>150
0,159
0,208
Bila koefisien = 0,000
berarti tidak dapat dihitung.
KUALITAS PENGECOH ================= Jumlah Subyek= 30 Butir Soal= 35 Nama berkas: I:\PRINT-FINAL\VALIDASI-1.ANA No Butir Baru
No Butir Asli
a
b
c
d
e
*
1
1
5---
0--
3+
0--
22**
0
2
2
1+
3--
2+
0--
24**
0
3
3
2---
0--
28**
0--
0--
0
4
4
0--
0--
27**
1+
2---
0
5
5
1+
3--
24**
2+
0--
0
6
6
0--
19**
5--
0--
6---
0
7
7
6--
4++
17**
3++
0--
0
8
8
1++
26**
1++
2--
0--
0
9
9
1-
2+
9---
18**
0--
0
10
10
1-
9---
17**
3++
0--
0
11
11
0--
4---
0--
25**
1++
0
12
12
24**
3--
3--
0--
0--
0
13
13
0--
3++
4+
18**
5-
0
14
14
2---
1+
0--
0--
27**
0
15
15
24**
0--
5---
1+
0--
0
16
16
3++
1-
6---
19**
1-
0
17
17
0--
0--
28**
0--
2---
0
18
18
0--
6---
23**
1+
0--
0
19
19
1++
26**
0--
2--
1++
0
20
20
6+
1--
9---
1--
13**
0
21
21
1--
27---
1**
0--
1--
0
22
22
4---
3-
0--
0--
23**
0
23
23
24**
6---
0--
0--
0--
0
24
24
3+
21**
0--
3+
3+
0
25
25
26**
0--
3---
1++
0--
0
26
26
0--
5---
23**
0--
2++
0
27
27
3--
0--
1+
2+
24**
0
28
28
14**
6+
8--
0--
2-
0
29
29
2++
0--
4---
1+
23**
0
30
30
23**
0--
2++
2++
3-
0
31
31
0--
0--
7---
22**
1-
0
32
32
0--
1-
3++
19**
7---
0
33
33
0--
0--
0--
2---
28**
0
34
34
0--
27**
2---
0--
1+
0
35
35
0--
0--
2---
1+
27**
0
Keterangan: ** : Kunci Jawaban ++ : Sangat Baik +
: Baik
-
: Kurang Baik
-- : Buruk ---: Sangat Buruk REKAP ANALISIS BUTIR ===================== Rata2= 25.80 Simpang Baku= 5.17
KorelasiXY= 0.83 Reliabilitas Tes= 0.91 Butir Soal= 35 Jumlah Subyek= 30 Nama berkas: I:\PRINT-FINAL\VALIDASI-1.ANA Btr Baru
Btr Asli
D.Pembeda(%)
T. Kesukaran
1
1
-25.00
Mudah
-0.202
2
2
37.50
Mudah
0.571
Sangat Signifikan
3
3
25.00
Sangat Mudah
0.358
Signifikan
4
4
25.00
Sangat Mudah
0.359
Signifikan
5
5
62.50
Mudah
0.620
Sangat Signifikan
6
6
37.50
Sedang
0.201
-
7
7
50.00
Sedang
0.296
-
8
8
37.50
Sangat Mudah
0.293
-
9
9
87.50
Sedang
0.584
Sangat Signifikan
10
10
50.00
Sedang
0.349
Signifikan
11
11
37.50
Mudah
0.634
Sangat Signifikan
12
12
25.00
Mudah
0.275
-
13
13
12.50
Sedang
0.075
-
14
14
25.00
Sangat Mudah
0.533
Sangat Signifikan
15
15
37.50
Mudah
0.308
Signifikan
16
16
50.00
Sedang
0.229
-
17
17
12.50
Sangat Mudah
0.305
Signifikan
18
18
37.50
Mudah
0.552
Sangat Signifikan
19
19
12.50
Sangat Mudah
0.255
-
20
20
37.50
Sedang
0.339
Signifikan
21
21
-12.50
22
22
62.50
Mudah
0.738
Sangat Signifikan
23
23
50.00
Mudah
0.685
Sangat Signifikan
24
24
37.50
Sedang
0.260
-
25
25
25.00
Sangat Mudah
0.467
Sangat Signifikan
26
26
37.50
Mudah
0.428
Sangat Signifikan
27
27
50.00
Mudah
0.718
Sangat Signifikan
28
28
12.50
Sedang
0.155
-
29
29
25.00
Mudah
0.381
Signifikan
30
30
75.00
Mudah
0.661
Sangat Signifikan
31
31
50.00
Mudah
0.392
Signifikan
32
32
12.50
Sedang
0.011
-
33
33
25.00
Sangat Mudah
0.463
Sangat Signifikan
Sangat Sukar
Korelasi
-0.175
Sign. Korelasi -
-
34
34
37.50
Sangat Mudah
0.621
Sangat Signifikan
35
35
12.50
Sangat Mudah
0.184
-
LAMPIRAN 5
98
SOAL TES HASIL BELAJAR Nama Sekolah Kelas Materi
: : : : Laju Reaksi
Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini yang paling tepat! 1. Laju reaksi 4NH3 + 5O2 4NO + 6H2O dapat dinyatakan sebagai …. a. Laju bertambahnya konsentrasi NH3 tiap satu satuan waktu b. Laju berkurangnya konsentrasi H2O tiap satu satuan waktu c. Laju bertambahnya konsentrasi O2 tiap satu satuan waktu d. Laju berkurangnya tekanan sistem tiap satu satuan waktu e. Laju bertambahnya konsentrasi NO tiap satu satuan waktu 2. Jika reaksi kimia : P(g) + Q(g) → R(g) + S(g) Berdasarkan reaksi di atas, maka rumus laju reaksinya adalah sebagai berikut, kecuali… Δ [P] Δ [S] d. v = + a. v = Δt Δt Δ [Q] Δ [R] b. v = e. v = + Δt Δt Δ [R] c. v = Δt 3. Laju reaksi dari suatu reaksi dinotasikan sebagai berikut. Δ [A] Δ [B] Δ [C] Δ [D] v=,v=,v=+ ,v=+ Δt Δt Δt Δt Dari sederetan notasi di atas, reaksi yang sesuai adalah… d. C(g) + B(g) → A(g) + D(g) a. C(g) + D(g) → A(g) + B(g) b. A(g) + C(g) → B(g) + D(g) e. B(g) + D(g) → A(g) + C(g) c. A(g) + B(g) → C(g) + D(g) 4. Faktor-faktor di bawah ini yang mempengaruhi laju reaksi, kecuali... a. Suhu b. Luas permukaan c. Konsentrasi hasil reaksi d. Konsentrasi pereaksi e. Katalisator 5. Data hasil percobaan untuk A + B C Data Masa/bentuk A Konsentrasi Waktu Suhu
1
5 gram serbuk
0,1 mol.L-1
2 detik
25oC
99
2
5 gram larutan
0,1 mol.L-1
3 detik
25oC
3
5 gram padat
0,1 mol.L-1
5 detik
25oC
4
5 gram larutan
0,2 mol.L-1
1,5 detik
25oC
5
5 gram larutan
0,1 mol.L-1
1,5 detik
25oC
Pada data percobaan 1 dan 3, laju reaksi dipengaruhi oleh faktor .... a. Konsentrasi b. Sifat-sifat c. Suhu d. Luas permukaan e. Katalis 6. Pereaksi berbentuk serbuk lebih cepat bereaksi daripada berbentuk kepingan, hal ini disebabkan bentuk serbuk .... a. Dapat menurunkan energi aktivasi b. Mempunyai luas permukaan yang lebih kecil c. Mempunyai luas permukaan yang lebih besar d. Lebih padat e. Lebih aktif bergerak 7. Proses penguraian KClO3 murni pada suhu 25oC sangat sukar terjadi meskipun dilakukan dengan cara pemanasan, bahkan sampai mencair dan mendidih. Tetapi bila dicampur sedikit serbuk MnO2 penguraian berlangsung lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh …. a. Suhu d. Katalis b. Konsentrasi e. Jumlah partikel zat c. Luas permukaan 8. Suatu reaksi akan menjadi 2 kali lebih cepat bila suhu dinaikkan 10ºC. Pada suhu 30ºC reaksi berlangsung 10 menit, maka pada suhu 50ºC reaksi berlangsung… a. 30 menit d. 5 menit b. 20 menit e. 2,5 menit c. 10 menit 9. Tumbukan antar molekul di dalam suatu reaksi kimia... a. Tidak selalu menghasilkan reaksi kimia b. Berkurang dngan naiknya suhu c. Berkurang dengan memperkecilpartikel pereaksi d. Berkurang dengan penambahan konsentrasi e. Selalu menyebabkan terjadinya reaksi kimia 10. Energi minimum yang digunakan untuk memulai reaksi disebut... a. Energi pereaksi d. Energi kimia
100
b. Energi produk reaksi e. Energi katalisasi c. Enegi pengaktifan 11. Dari proses di bawah ini yang akan mengubah energi pengaktifan adalah... a. Memperbesar luas permukaan zat pereaksi b. Menambah konsentrasi zat pereaksi c. Manambah katalis d. Menurunkan suhu e. Menurunkan tekanan 12. Berikut pernyataan yang tepat terhadap katalis jika ditambahkan dalam suatu reaksi adalah .... a. Tidak ikut bereaksi dalam proses reaksi b. Habis bereaksi dengan pereaksi c. Ikut bereaksi tetapi tidak diperoleh kembali pada akhir reaksi d. Ikut bereaksi dan dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi e. Tidak ikut bereaksi dan dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi 13. Laju reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan sentuhan pereaksi. Semakin besar luas permukaan semakin cepat reaksi berlangsung karena semakin .... a. Besar energi pengaktifannya b. Kecil energi pengaktifannya c. Besar energi kinetiknya d. Besar konsentrasinya e. Mudah terjadi tumbukan 14. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, sebab kenaikan suhu akan memperbesar... a. Energi kinetik molekul pereaksi b. Tekanan molekul pereaksi c. Energi pengaktifan zat yang bereaksi d. Konsentrasi zat yang bereaksi e. Luas permukaan zat yang bereaksi 15. Orde reaksi menyatakan .... a. Besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi b. Besarnya pengaruh suhu pereaksi pada laju reaksi c. Besarnya pengaruh volume pereaksi pada laju reaksi d. Besarnya pengaruh luas permukaan pereaksi pada laju reaksi e. Besarnya pengaruh katalis pada laju reaksi 16. Laju reaksi berbanding lurus terhadap konsentrasi pereaksi. Pernyataan tersebut merupakan definisi dari .... a. Orde negatif b. Orde nol c. Orde satu d. Orde dua
101
e. Orde tiga 17. Pada reaksi 2A + B
A2B diketahui bahwa reaksi berorde nol terhadap B.
Hubungan laju reaksi awal zat B itu diperlihatkan oleh grafik .... a. v
[B]
b. v
[B]
c. v
[B] d. v
[B] e. v
[B]
18. Diketahui data eksperimen dari reaksi : 2H2 + 2NO → 2H2O + N2 Adalah sebagai berikut : H2 (M) NO (M) Laju (M/s) 0,1 0,2 20 0,5 0,2 100 0,1 0,4 80 Orde terhadap NO adalah …. a. 0 b. ½ c. 1 d. 3/2 e. 2 19. Dari reaksi :
102
CHCl3 + Cl2 → CCl4 + HCl Diketahui data sebagai berikut : CHCl3 (M) Cl2 (M) Laju (M/s) 0,4 0,2 10 0,8 0,2 20 0,8 0,8 40 Orde terhadap CHCl3 adalah…. a. 1 d. 0 b. 3/2 e. 3 c. 2 20. Data reaksi : A + B → AB Adalah sebagai berikut : A (M) B (M) Laju (M/s) 0,1 0,1 4 0,2 0,1 16 0,1 0,3 12 Orde reaksi terhadap A adalah …. a.½ b. 1/3 c. 1 d. 2
e. 0
21. Suatu reaksi X + Y → hasil reaksi, persamaan laju reaksinya V = k[X][Y]2. Bila pada suhu tetap konsentrasi X dan Y masing-masing dinaikan dua kali dari semula, laju reaksinya adalah…. a. Tidak berubah d. 6 kali lebih besar b. 2 kali lebih besar e. 8 kali lebih besar c. 4 kali lebih besar 22. Suatu reaksi memiliki data sebagai berikut. Pereaksi = A dan B, orede reaksi terhadap A = 1, orde total = 3/2. Persamaan laju reaksinya adalah …. a. v = k[A][B]3/2 d. v = k[A]3/2[B] b. v = k[A][B]1/2 e. v = k[A][B] 1/2 c. v = k[A] [B]
103
LAMPIRAN 6
Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar
1. E
11. C
21. E
2. C
12. E
22. B
3. C
13. E
4. C
14. A
5. D
15. A
6. C
16. C
7. D
17. E
8. E
18. E
9. A
19. A
10. C
20. D
LAMPIRAN 7
104
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Sekolah
: SMA Nusa Putra
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: XI/1
Pertemuan Ke-
: 1
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Standar
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
Kompetensi
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi
: 2.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
Dasar
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. 2.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator
:
1. Menjelaskan pengertian laju reaksi. 2. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. 4. Menghitung perubahan laju reaksi berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Tujuan Pembelajaran
:
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian laju reaksi. 2. Siswa dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 3. Siswa dapat menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. 4. Siswa dapat menghitung perubahan laju reaksi berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
I.
Materi Ajar
: 1. Pengertian Laju Reaksi Laju reaksi didefinisikan sebagai laju pengurangan konsentrasi molar salah satu pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar salah satu produk (hasil reaksi) dalam satu satuan waktu. Laju reaksi dirumuskan sebagai berikut:
Atau
105
Dengan: R
= pereaksi (reaktan)
P
= produk (hasil reaksi)
v
= laju reaksi
t
= waktu reaksi
∆[R] = perubahan konsentrasi molar pereaksi ∆[P] = perubahan konsentrasi molar produk (hasil reaksi)
2. Faktor –faktor yang mempengaruhi laju reaksi a. Konsentrasi b. Luas permukaan c. Suhu d. Katalis II. Model
:
Kooperatif Jigsaw
:
Diskusi,
Pembelajaran III. Metode Pembelajaran IV. Kegiatan Pembelajaran
:
A. Kegiatan Awal (25 menit): Kegiatan
Guru
Siswa
Orientasi
Guru mengkondisikan
Siswa
siswa untuk belajar.
mengkondisikan diri untuk belajar.
Motivasi
Guru memberikan
Siswa
motivasi belajar
memperhatikan
kepada siswa.
guru.
Kuis sebelum Guru memberikan soal Siswa mengerjakan pembelajaran
kuis kepada siswa.
kuis.
106
Menjelaskan
Guru menjelaskan
Siswa
Model
metode pembelajaran
mendengarkan
Kooperatif
jigsaw serta
guru.
Jigsaw
menyampaikan SK dan KD.
Materi
Guru memberikan
Siswa
Pengantar
penjelasan secara
mendengarkan
umum tentang laju
guru.
reaksi.
B. Kegiatan Inti (50 menit): Kegiatan
Guru
Siswa
Membentuk
Guru membagi siswa
Siswa berkumpul
kelompok
ke dalam beberapa
sesuai kelompoknya.
kelompok kecil, terdiri dari 4 orang yang heterogen. Pemberian
Guru memberikan
Siswa menerima
lembar materi
empat lembar pokok
materi yang diberikan.
materi yg berbeda ke setiap siswa pada setiap kelompok. Siswa 1: Pengertian laju reaksi reaktan A, faktor konsentrasi dan contoh sederhana perhitungannya. Siswa 2: Pengertian laju reaksi reaktan B, faktor luas permukaan dan contoh sederhana
107
perhitungannya. Siswa 3: Pengertian laju reaksi produk C, faktor suhu dan contoh sederhana perhitungannya. Siswa 4: Pengertian laju reaksi produk D, faktor katalis dan contoh sederhana perhitungannya. Membaca
Guru meminta siswa
Siswa membaca
materi
membaca dan
materi yang diberikan.
memahami sepintas materi yg dibagikan kepada setiap siswa. Tahap diskusi
Guru meminta siswa
Siswa berkumpul dan
kelompok ahli
yang mendapatkan
mendiskusikan materi
materi yang sama
yang mereka
untuk berkumpul
dapatkan.
membentuk tim ahli dan mendiskusikan materi yang mereka dapatkan. Tahap
Guru meminta siswa
Siswa kembali ke
penularan
pada kelompok ahli
kelompok awal dan
meteri
untuk kembali ke
menjelaskan materi ke
kelompok awal dan
setiap anggota
menjelaskan materi
kelompok.
kepada setiap anggota kelompok. C. Kegiatan Akhir (15 menit):
108
Kegiatan
Guru
Siswa
Menyimpulkan
Guru meminta
Siswa
perwakilan setiap
menyimpulkan
kelompok untuk
materi.
memberikan kesimpulan.
V. Sumber
Kuis setelah
Guru memberikan
Siswa mengerjakan
pembelajaran
soal kuis individu.
kuis.
: Buku Sains Kimia 1 SMA/MA Bumi Aksara
Belajar
Buku Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI Yrama Widya Buku Chemistry For Senior High School Kelas XI Yudistira Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Phibeta
VI. Media
: Papan tulis, spidol.
Belajar VII. Penilaian
: Keaktifan siswa dan Hasil kuis
Mengetahui, Guru Bidang Studi
Jakarta, November 2010 Guru Praktikan Kimia
Mareta Dwi Satuti
109
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Sekolah
: SMA
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: XI/1
Pertemuan Ke-
: 2
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Standar
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
Kompetensi
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi
: 2.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
Dasar
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. 2.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator
:
1. Menjelaskan teori tumbukan. 2. Menjelaskan pengaruh katalis dan energi aktifasi terhadap laju reaksi. 3. Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan.
Tujuan
:
Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan teori tumbukan. 2. Siswa dapat menjelaskan pengaruh katalis dan energi aktifasi terhadap laju reaksi. 3. Siswa dapat menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan dari percobaan.
I.
Materi Ajar
:
Teori Tumbukan dan Energi Aktivasi Reaksi kimia terjadi karena tumbukan antara partikel-partikel zat yang bereaksi.
Namun
tidak
semua
tumbukan
antarmolekul
pereaksi
akan
menghasilkan zat hasil reaksi. Hanya tumbukan efektif yang akan menghasilkan zat hasil reaksi. Keefektifan suatu tumbukan bergantung pada posisi molekul dan energi kinetik yang dimilikinya. Dalam reaksi kimia dikenal istilah energi aktivasi (energi pengaktifan) yaitu energi kinetik minimum yang harus dimiliki molekul-molekul pereaksi agar tumbukan antarmolekul menghasilkan zat hasil reaksi. Teori tumbukan dan energi aktivasi berguna untuk menjelaskan faktor-
110
faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Laju suatu reaksi kimia dapat dipercepat dengan cara memperbesar harga energi kinetik molekul atau menurunkan harga energi aktivasi. 1. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi Makin besar konsentrasi makin besar pula kemungkinan frekuensi tumbukan terjadi,sehingga reaksi makin cepat. 2. Pengaruh luas permukaan Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya tumbukan antarpartikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya. 3.Suhu Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi cepat gerak partikel-partikel pereaksi dan makin besar pula energi kinetiknya. Sehingga banyak partikel-partikel pereaksi yang memiliki energi yang mencapai energi pengaktifan akibatnya reaksi makin cepat. 4. Pengaruh katalis Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi di mana pada akhir reaksi terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan energi aktivasi yaitu energi minimum yang harus dimiliki agar reaksi dapat berlangsung. Persamaan reaksinya: Reaksi tanpa katalis A + B → AB Reaksi dengan katalis (sebagai katalis C) I. A + C → AC (cepat) II. AC + B→ AB + C (cepat) ______________________ + A + B → AB (cepat) II. Model
:
Kooperatif Jigsaw
Pembelajaran III. Metode
Diskusi, Demonstrasi dengan media flash
Pembelajaran IV. Kegiatan Pembelajaran
:
A. Kegiatan Awal (5 menit): Kegiatan
Guru
Orientasi
Guru mengkondisikan
Siswa Siswa
111
siswa untuk belajar.
mengkondisikan diri untuk belajar.
Motivasi
Guru memberikan
Siswa
motivasi belajar
memperhatikan
kepada siswa.
guru.
B. Kegiatan Inti (65 menit): Kegiatan
Guru
Siswa
Membentuk
Guru meminta siswa
Siswa berkumpul
kelompok
untuk berkumpul
sesuai kelompoknya.
membentuk sesuai dengan kelompok pada pertemuan yang sebelumnya. Pemberian
Guru memberikan
Siswa menerima
lembar materi
empat lembar pokok
materi yang diberikan.
materi yg berbeda ke setiap siswa pada setiap kelompok. Siswa 1: Pengaruh faktor konsentrasi terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan. Siswa 2: Pengaruh faktor luas permukaan terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan. Siswa 3: Pengaruh faktor suhu terhadap laju reaksi
112
berdasarkan teori tumbukan. Siswa 4: Pengaruh faktor katalis terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan. Membaca
Guru meminta siswa
Siswa membaca
materi
membaca dan
materi yang diberikan.
memahami sepintas materi yg dibagikan kepada setiap siswa. Tahap diskusi
- Guru meminta
- Siswa berkumpul
kelompok ahli
siswa yang
dan mendiskusikan
dan
mendapatkan materi
materi yang mereka
demonstrasi
yang sama untuk
dapatkan.
dengan media
berkumpul
flash
membentuk tim ahli dan mendiskusikan materi yang mereka dapatkan. - Guru
-Siswa
memperlihatkan
memperhatikan
demonstrasi kepada
demonstrasi dari guru.
masing-masing kelompok ahli. Tahap
Guru meminta siswa
Siswa kembali ke
penularan
pada kelompok ahli
kelompok awal dan
meteri
untuk kembali ke
menjelaskan materi ke
kelompok awal dan
setiap anggota
menjelaskan materi
kelompok.
kepada setiap anggota kelompok.
113
C. Kegiatan Akhir (20 menit): Kegiatan
Guru
Siswa
Menyimpulkan
Guru meminta
Siswa
perwakilan setiap
menyimpulkan
kelompok untuk
materi.
memberikan kesimpulan.
V. Sumber
Kuis setelah
Guru memberikan
Siswa mengerjakan
pembelajaran
soal kuis individu.
kuis.
: Buku Sains Kimia 1 SMA/MA Bumi Aksara
Belajar
Buku Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI Yrama Widya Buku Chemistry For Senior High School Kelas XI Yudistira Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Phibeta
VI. Media
: Papan tulis, spidol, media flash.
Belajar VII. Penilaian
: Keaktifan siswa dan Hasil kuis
Mengetahui,
Jakarta, November 2010
Guru Bidang Studi
Guru Praktikan Kimia
Mareta Dwi Satuti
114
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Sekolah
: SMA Nusa Putra
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: XI/1
Pertemuan Ke-
: 3
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Standar
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
Kompetensi
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi
: 2.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
Dasar
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. 2.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator
:
1. Menjelaskan pengertian orde reaksi. 2. Membedakan antara orde reaksi nol, satu, dan dua. 3. Menentukan orde reaksi berdasarkan data percobaan. 4. Membuat persamaan laju reaksi berdasarkan data percobaan.
Tujuan
:
Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian orde reaksi. 2. Siswa dapat membedakan antara orde reaksi nol, satu, dan dua. 3. Menentukan orde reaksi berdasarkan data percobaan. 4. Siswa dapat membuat persamaan laju reaksi berdasarkan data percobaan.
I.
Materi Ajar
:
Orde Reaksi Orde reaksi menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi. a. Orde Nol Jika orde suatu reaksi terhadap pereaksi tertentu adalah nol, hal ini berarti bahwa konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Secara sistematis, bilangan yang dipangkatkan nol selalu sama dengan satu, sehingga laju reaksi suatu zat yang orde reaksinya nol (orde nol) adalah tetap pada konsentrasi berapa pun dan nilainya sama dengan tetapan laju reaksi (k). b. Orde Satu Jika orde reaski suatu zat sama dengan satu, berarti penambahan konsentrasi akan berbanding lurus(linier) dengan kenaikan laju reaksinya.
115
c. Orde Dua Jika orde reaksi suatu zat sama dengan dua, berarti penambahan konsentrasi akan meningkatkan laju reaksi, dimana laju reaksi sebanding dengan kuadrat konsentrasi zat tersebut. d. Persamaan Laju Reaksi Persamaan laju reaksi menyatakan hubungan kuantitatif antara laju reaksi dengan konsentrasi pereaksi. Bentuk persamaan laju reaksi adalah sebagai berikut. Untuk reaksi: mA + mB
pC + Qd
Persamaan Laju:
k = tetapan laju reaksi x = orde (tingkat atau pangkat) reaksi terhadap pereaksi A y = orde (tingkat atau pangkat) reaksi terhadap pereaksi B II. Metode
:
Kooperatif Jigsaw
Pembelajaran III. Kegiatan Pembelajaran
:
A. Kegiatan Awal (5 menit): Kegiatan
Guru
Siswa
Orientasi
Guru mengkondisikan
Siswa
siswa untuk belajar.
mengkondisikan diri untuk belajar.
Motivasi
Guru memberikan
Siswa
motivasi belajar
memperhatikan
kepada siswa.
guru.
B. Kegiatan Inti (65 menit): Kegiatan
Guru
Siswa
Berkumpul
Guru meminta siswa
Siswa berkumpul
dengan
untuk duduk dengan
sesuai kelompoknya.
kelompok
kelompok yang dahulu.
Pemberian
Guru memberikan
Siswa menerima
116
lembar materi
empat lembar pokok
materi yang diberikan.
materi yg berbeda ke setiap siswa pada setiap kelompok. Siswa 1: Orde Nol beserta contohnya. Siswa 2: Orde Satu beserta contohnya. Siswa 3: Orde dua beserta contohnya. Siswa 4: Persamaan laju reaksi beserta contohnya. Membaca
Guru meminta siswa
Siswa membaca
materi
membaca dan
materi yang diberikan.
memahami sepintas materi yg dibagikan kepada setiap siswa. Tahap diskusi
Guru meminta siswa
Siswa berkumpul dan
kelompok ahli
yang mendapatkan
mendiskusikan materi
dan
materi yang sama
yang mereka
demonstrasi
untuk berkumpul
dapatkan.
membentuk tim ahli dan mendiskusikan materi yang mereka dapatkan. Tahap
Guru meminta siswa
Siswa kembali ke
penularan
pada kelompok ahli
kelompok awal dan
meteri
untuk kembali ke
menjelaskan materi ke
kelompok awal dan
setiap anggota
menjelaskan materi
kelompok.
kepada setiap anggota kelompok.
117
C. Kegiatan Akhir (20 menit): Kegiatan
Guru
Siswa
Menyimpulkan
Guru mereview
Siswa
semua materi dan
mendengarkan dan
memberikan
bertanya materi
kesempatan kepada
yang belum
siswa untuk
dimengerti
bertanya jika ada yang belum dipahami. Kuis setelah
Guru memberikan
Siswa mengerjakan
pembelajaran
soal kuis individu.
soal kuis.
Memberikan
Guru memberikan
Siswa
Informasi
informasi ulangan
mendengarkan
bab laju reaksi
informasi guru.
minggu depan. IV. Sumber
: Buku Sains Kimia 1 SMA/MA Bumi Aksara
Belajar
Buku Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI Yrama Widya Buku Chemistry For Senior High School Kelas XI Yudistira Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Phibeta
V. Media
: Papan tulis, spidol.
Belajar VI. Penilaian
: Keaktifan siswa dan Hasil Kuis
Mengetahui, Guru Bidang Studi
Jakarta, November 2010 Guru Praktikan Kimia
Mareta Dwi Satuti
118
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Sekolah
: SMA Nusa Putra
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: XI/1
Pertemuan Ke-
: 4
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Standar
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
Kompetensi
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi
: 2.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
Dasar
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. 2.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator
:
1. Menjelaskan pengertian laju reaksi. 2. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. 4. Menghitung perubahan laju reaksi berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 5. Menjelaskan teori tumbukan. 6. Menjelaskan pengaruh katalis dan energi aktifasi terhadap laju reaksi. 7. Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan. 8. Menjelaskan pengertian orde reaksi. 9. Membedakan antara orde reaksi nol, satu, dan dua. 10. Menentukan orde reaksi berdasarkan data percobaan. 11. Membuat persamaan laju reaksi berdasarkan data percobaan.
I.
Model
:
Kooperatif Jigsaw
Pembelajaran II. Kegiatan Pembelajaran
:
A. Kegiatan Awal (5 menit): Kegiatan Orientasi
Guru
Siswa
Guru
Siswa
mengkondisikan
mengkondisikan
119
Berdoa
siswa untuk ulangan.
diri untuk ulangan.
Guru memimpin
Siswa berdoa.
untuk berdoa. B. Kegiatan Inti (75 menit): Kegiatan
Guru
Siswa
Ulangan
Guru membagikan
Siswa mengerjakan
Harian Pada
soal ulangan harian.
soal.
Konsep Laju Reaksi Mengumpulkan Guru meminta siswa
Siswa mengumpulkan
jawaban
jawaban.
mengumpulkan jawaban.
C. Kegiatan Akhir (10 menit): Kegiatan
Guru
Siswa
Memberikan
Guru
Kelompok terbaik
penghargaan
mengumumkan
menerima
kelompok yang
penghargaan dri
mendapatkan
guru.
predikat tim super, tim hebat, dan tim baik. Memberikan
Guru memberikan
Siswa
informasi
informasi bahwa
mendengarkan
minggu depan
informasi dari guru.
sudah masuk bab baru, jadi diharapkan siswa belajar terlebih dahulu di rumah.
120
III. Sumber
: Buku Sains Kimia 1 SMA/MA Bumi Aksara
Belajar
Buku Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI Yrama Widya Buku Chemistry For Senior High School Kelas XI Yudistira Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Phibeta
IV. Media
: Papan tulis, spidol, media flash.
Belajar V. Penilaian
: Ulangan Harian Siswa
Mengetahui, Guru Bidang Studi
Jakarta, November 2010 Guru Praktikan Kimia
Mareta Dwi Satuti
LAMPIRAN 8
121
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol Sekolah
: SMA Nusa Putra
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: XI/1
Pertemuan Ke-
: 1
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Standar
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
Kompetensi
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi
: 2.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
Dasar
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. 2.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator
:
1. Menjelaskan pengertian laju reaksi. 2. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. 4. Menghitung perubahan laju reaksi berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Tujuan Pembelajaran
:
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian laju reaksi. 2. Siswa dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 3. Siswa dapat menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. 4. Siswa dapat menghitung perubahan laju reaksi berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
I.
Materi Ajar
: 1. Pengertian Laju Reaksi Laju reaksi didefinisikan sebagai laju pengurangan konsentrasi molar salah satu pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar salah satu produk (hasil reaksi) dalam satu satuan waktu. Laju reaksi dirumuskan sebagai berikut:
Atau
122
Dengan: R
= pereaksi (reaktan)
P
= produk (hasil reaksi)
v
= laju reaksi
t
= waktu reaksi
∆[R] = perubahan konsentrasi molar pereaksi ∆[P] = perubahan konsentrasi molar produk (hasil reaksi)
2. Faktor –faktor yang mempengaruhi laju reaksi a. Konsentrasi b. Luas permukaan c. Suhu d. Katalis II. Metode
:
Ekspositori (Ceramah, Tanya Jawab)
Pembelajaran III. Kegiatan Pembelajaran
:
A. Kegiatan Awal (10 menit): Kegiatan
Guru
Siswa
Orientasi
Guru mengkondisikan
Siswa
siswa untuk belajar.
mengkondisikan diri untuk belajar.
Motivasi
Guru memberikan
Siswa
motivasi belajar
memperhatikan
kepada siswa.
guru.
Materi
Guru memberikan
Siswa menjawab
Pengantar
pertanyaan kepada
pertanyaan guru.
siswa,”apa pengertian laju menurut fisika?”
133
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol Sekolah
: SMA Nusa Putra
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: XI/1
Pertemuan Ke-
: 4
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Standar
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
Kompetensi
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi
: 2.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
Dasar
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. 2.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator
:
1. Menjelaskan pengertian laju reaksi. 2. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. 4. Menghitung perubahan laju reaksi berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 5. Menjelaskan teori tumbukan. 6. Menjelaskan pengaruh katalis dan energi aktifasi terhadap laju reaksi. 7. Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan. 8. Menjelaskan pengertian orde reaksi. 9. Membedakan antara orde reaksi nol, satu, dan dua. 10. Menentukan orde reaksi berdasarkan data percobaan. 11. Membuat persamaan laju reaksi berdasarkan data percobaan.
I.
Metode
:
Ekspositori
Pembelajaran II. Kegiatan Pembelajaran
:
A. Kegiatan Awal (10 menit): Kegiatan Orientasi
Guru
Siswa
Guru
Siswa
mengkondisikan
mengkondisikan
134
siswa untuk ulangan.
diri untuk ulangan.
Mengumpulkan Guru meminta siswa
Siswa
tugas
untuk
mengumpulkan
mengumpulkan LKS
LKS dan buku
dan buku catatan.
catatan.
Guru memimpin
Siswa berdoa.
Berdoa
untuk berdoa. B. Kegiatan Inti (75 menit): Kegiatan
Guru
Siswa
Ulangan
Guru membagikan
Siswa mengerjakan
Harian Pada
soal ulangan harian.
soal.
Konsep Laju Reaksi Mengumpulkan Guru meminta siswa
Siswa mengumpulkan
jawaban
jawaban.
mengumpulkan jawaban.
C. Kegiatan Akhir (5 menit): Kegiatan
Guru
Mengembalikan LKS
dan
Guru membagikan
buku LKS dan buku
Siswa Siswa menerima LKS dan buku
catatan.
catatan
catatan dari guru.
Memberikan
Guru memberikan
Siswa
informasi
informasi bahwa
mendengarkan
minggu depan
informasi dari guru.
sudah masuk bab baru, jadi diharapkan siswa belajar terlebih dahulu di rumah.
135
III. Sumber
: Buku Sains Kimia 1 SMA/MA Bumi Aksara
Belajar
Buku Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI Yrama Widya Buku Chemistry For Senior High School Kelas XI Yudistira Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Phibeta
IV. Media
: Papan tulis, spidol, media flash.
Belajar V. Penilaian
: Ulangan Harian Siswa
Mengetahui, Guru Bidang Studi
Jakarta, November 2010 Guru Praktikan Kimia
Mareta Dwi Satuti
123
B. Kegiatan Inti (70 menit): Kegiatan
Guru
Siswa
Menjelaskan
Guru menjelaskan
Siswa mendengarkan
Materi
kepada siswa
penjelasan guru.
tentang: - pengertian laju reaksi (berdasarkan reaktan dan hasil reaksi). - Persamaan laju reaksi. Memberikan
Guru memberikan
Siswa memperhatikan
contoh soal
contoh soal kepada
guru dan mencatat
siswa.
contoh soal.
Memberikan
Guru memberikan
Siswa bertanya
kesempatan
kesempatan kepada
kepada guru.
bertanya
siswa untuk bertanya apabila ada materi yang belum dimengerti.
Memberikan
Guru memberikan
Siswa mengerjakan
soal
soal latihan kepada
soal latihan
siswa. Pembahasan
Guru membahas soal. Siswa mengoreksi
soal
jawaban masingmasing.
C. Kegiatan Akhir (10 menit): Kegiatan
Guru
Siswa
Menyimpulkan
Guru meminta
Siswa
perwakilan siswa
menyimpulkan
memberikan
materi.
124
kesimpulan. Pemberian
tugas Guru memberikan
LKS
IV. Sumber
Siswa menandai
tugas rumah berupa
tugas yang
LKS.
diberikan guru.
: Buku Sains Kimia 1 SMA/MA Bumi Aksara
Belajar
Buku Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI Yrama Widya Buku Chemistry For Senior High School Kelas XI Yudistira Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Phibeta
V. Media
: Papan tulis, spidol
Belajar VI. Penilaian
: Keaktifan siswa dan Hasil tugas
Mengetahui,
Jakarta, November 2010
Guru Bidang Studi
Guru Praktikan Kimia
Mareta Dwi Satuti
129
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol Sekolah
: SMA Nusa Putra
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: XI/1
Pertemuan Ke-
: 3
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Standar
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
Kompetensi
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi
: 2.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
Dasar
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. 2.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator
:
1. Menjelaskan pengertian orde reaksi. 2. Membedakan antara orde reaksi nol, satu, dan dua. 3. Menentukan orde reaksi berdasarkan data percobaan. 4. Membuat persamaan laju reaksi berdasarkan data percobaan.
Tujuan
:
Pembelajaran
5. Siswa menjelaskan pengertian orde reaksi. 1. Siswa dapat menjelaskan pengertian orde reaksi. 2. Siswa dapat membedakan antara orde reaksi nol, satu, dan dua. 3. Siswa dapat membuat persamaan laju reaksi berdasarkan data percobaan.
I.
Materi Ajar
:
Orde Reaksi Orde reaksi menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi. a. Orde Nol Jika orde suatu reaksi terhadap pereaksi tertentu adalah nol, hal ini berarti bahwa konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Secara sistematis, bilangan yang dipangkatkan nol selalu sama dengan satu, sehingga laju reaksi suatu zat yang orde reaksinya nol (orde nol) adalah tetap pada konsentrasi berapa pun dan nilainya sama dengan tetapan laju reaksi (k). b. Orde Satu Jika orde reaski suatu zat sama dengan satu, berarti penambahan konsentrasi akan berbanding lurus(linier) dengan kenaikan laju reaksinya.
130
c. Orde Dua Jika orde reaksi suatu zat sama dengan dua, berarti penambahan konsentrasi akan meningkatkan laju reaksi, dimana laju reaksi sebanding dengan kuadrat konsentrasi zat tersebut. d. Persamaan Laju Reaksi Persamaan laju reaksi menyatakan hubungan kuantitatif antara laju reaksi dengan konsentrasi pereaksi. Bentuk persamaan laju reaksi adalah sebagai berikut. Untuk reaksi: mA + mB
pC + Qd
Persamaan Laju:
k = tetapan laju reaksi x = orde (tingkat atau pangkat) reaksi terhadap pereaksi A y = orde (tingkat atau pangkat) reaksi terhadap pereaksi B II. Metode
:
Ekspositori (Ceramah, tanya jawab)
Pembelajaran III. Kegiatan Pembelajaran
:
A. Kegiatan Awal (15 menit): Kegiatan
Guru
Siswa
Orientasi
Guru mengkondisikan
Siswa
siswa untuk belajar.
mengkondisikan diri untuk belajar.
Motivasi
Kuis
Guru memberikan
Siswa
motivasi belajar
memperhatikan
kepada siswa.
guru.
Guru memberikan
Siswa mengerjakan
kuis tentang materi
kuis.
sebelumnya. B. Kegiatan Inti (60 menit): Kegiatan
Guru
Siswa
Menjelaskan
Guru menjelaskan
Siswa mendengarkan
Materi
kepada siswa
penjelasan guru.
131
tentang: - Orde reaksi - Perhitungan laju reaksi Memberikan
Guru memberikan
Siswa memperhatikan
contoh soal
contoh soal kepada
guru dan mencatat
siswa.
contoh soal.
Memberikan
Guru memberikan
Siswa bertanya
kesempatan
kesempatan kepada
kepada guru.
bertanya
siswa untuk bertanya apabila ada materi yang belum dimengerti.
Memberikan
Guru memberikan
Siswa mengerjakan
soal
soal latihan kepada
soal latihan
siswa. Membahas
Guru meminta
Siswa yang dipanggil
soal
beberapa siswa maju
mengerjakan soal di
ke dapan untuk
papan tulis.
menuliskan jawaban di papan tulis. C. Kegiatan Akhir (10 menit): Kegiatan
Guru
Siswa
Menyimpulkan
Guru mereview
Siswa
semua materi dan
mendengarkan dan
memberikan
bertanya materi
kesempatan kepada
yang belum
siswa untuk
dimengerti
bertanya jika ada yang belum dipahami.
132
Pemberian
Tugas Guru memberikan
LKS
Siswa menandai
tugas rumah berupa
tugas yang
LKS.
diberikan guru.
Memberikan
Guru memberikan
Siswa
Informasi
informasi ulangan
mendengarkan
bab laju reaksi
informasi guru.
minggu depan. IV. Sumber
: Buku Sains Kimia 1 SMA/MA Bumi Aksara
Belajar
Buku Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI Yrama Widya Buku Chemistry For Senior High School Kelas XI Yudistira Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Phibeta
V. Media
: Papan tulis, spidol.
Belajar VI. Penilaian
: Keaktifan siswa dan Hasil Kuis
Mengetahui, Guru Bidang Studi
Jakarta, November 2010 Guru Praktikan Kimia
Mareta Dwi Satuti
125
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol Sekolah
: SMA Nusa Putra
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: XI/1
Pertemuan Ke-
: 2
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Standar
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
Kompetensi
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi
: 2.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
Dasar
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. 2.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator
:
1. Menjelaskan teori tumbukan. 2. Menjelaskan pengaruh katalis dan energi aktifasi terhadap laju reaksi. 3. Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan.
Tujuan
:
Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan teori tumbukan. 2. Siswa dapat menjelaskan pengaruh katalis dan energi aktifasi terhadap laju reaksi. 3. Siswa dapat menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan dari percobaan.
I.
Materi Ajar
:
Teori Tumbukan dan Energi Aktivasi Reaksi kimia terjadi karena tumbukan antara partikel-partikel zat yang bereaksi.
Namun
tidak
semua
tumbukan
antarmolekul
pereaksi
akan
menghasilkan zat hasil reaksi. Hanya tumbukan efektif yang akan menghasilkan zat hasil reaksi. Keefektifan suatu tumbukan bergantung pada posisi molekul dan energi kinetik yang dimilikinya. Dalam reaksi kimia dikenal istilah energi aktivasi (energi pengaktifan) yaitu energi kinetik minimum yang harus dimiliki molekul-molekul pereaksi agar tumbukan antarmolekul menghasilkan zat hasil reaksi. Teori tumbukan dan energi aktivasi berguna untuk menjelaskan faktor-
126
faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Laju suatu reaksi kimia dapat dipercepat dengan cara memperbesar harga energi kinetik molekul atau menurunkan harga energi aktivasi. 1. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi Makin besar konsentrasi makin besar pula kemungkinan frekuensi tumbukan terjadi,sehingga reaksi makin cepat. 2. Pengaruh luas permukaan Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya tumbukan antarpartikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya. 3.Suhu Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi cepat gerak partikel-partikel pereaksi dan makin besar pula energi kinetiknya. Sehingga banyak partikel-partikel pereaksi yang memiliki energi yang mencapai energi pengaktifan akibatnya reaksi makin cepat. 4. Pengaruh katalis Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi di mana pada akhir reaksi terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan energi aktivasi yaitu energi minimum yang harus dimiliki agar reaksi dapat berlangsung. Persamaan reaksinya: Reaksi tanpa katalis A + B → AB Reaksi dengan katalis (sebagai katalis C) I. A + C → AC (cepat) II. AC + B→ AB + C (cepat) ______________________ + A + B → AB (cepat) II. Metode
Ekspositori (ceramah, tanya jawab, demostrasi dengan media flash)
Pembelajaran III. Kegiatan Pembelajaran
:
A. Kegiatan Awal (25 menit): Kegiatan
Guru
Siswa
Orientasi
Guru mengkondisikan
Siswa
siswa untuk belajar.
mengkondisikan diri untuk belajar.
127
Motivasi
Koreksi LKS
Guru memberikan
Siswa
motivasi belajar
memperhatikan
kepada siswa.
guru.
Guru meminta siswa
Siswa
mengumpulkan LKS
mengumpulkan,
dan mengoreksi
menukarkan, dan
bersama-sama.
mengoreksi LKS.
B. Kegiatan Inti (60 menit): Kegiatan
Guru
Siswa
Menjelaskan
Guru menjelaskan
Siswa mendengarkan
Materi
kepada siswa
penjelasan guru.
tentang: - Teori tumbukan - Energi Aktivasi - Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Demonstrasi
Guru
Siswa memperhatikan
Media Flash
mendemostrasikan
media flash.
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi melalui media flash. Menjelaskan
Guru meminta siswa
Siswa mengerjakan
Media Flash
menjelaskan
tugas.
demostrasi media flash sebagai tugas individu dikerjakan di kertas selembar.
128
Mengumpulkan Guru meminta siswa
Siswa mengumpulkan
tugas
tugas
mengumpulkan tugas.
C. Kegiatan Akhir (5 menit): Kegiatan
Guru
Siswa
Menyimpulkan
Guru meminta
Siswa
perwakilan setiap
menyimpulkan
kelompok untuk
materi.
memberikan kesimpulan. Pemberian LKS
IV. Sumber Belajar
tugas Guru memberikan
Siswa menandai
tugas rumah berupa
tugas yang
LKS.
diberikan guru.
: Buku Sains Kimia 1 SMA/MA Bumi Aksara Buku Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI Yrama Widya Buku Chemistry For Senior High School Kelas XI Yudistira Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Phibeta
V. Media
: Papan tulis, spidol, media flash
Belajar VI. Penilaian
: Keaktifan siswa dan Tugas individu
Mengetahui,
Jakarta, November 2010
Kepala Sekolah
Guru Praktikan Kimia
Mareta Dwi Satuti
NOMOR SOAL
SKOR
NILAI
1
20
90,09
1
16
72,72
0
1
12
54,54
0
1
1
15
68,18
1
1
0
1
18
81,81
0
1
1
1
1
21
95,45
0
1
1
0
1
1
16
72,72
1
1
1
1
1
1
0
18
81,81
0
0
1
0
1
1
1
1
12
54,54
0
0
1
0
1
0
1
1
0
11
50,00
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
13
59,09
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
16
72,72
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
14
63,63
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
11
50,00
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
15
68,18
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
19
86,36
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
11
50,00
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
15
68,18
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
17
77,27
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
18
81,81
0
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
11
50,00
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
15
68,18
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
15
68,18
Maulana Asta
1
0
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
16
72,72
M. Reza Supriatna
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
13
59,09
M. Imam Hudaya
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
17
77.27
M. Iqbal Mubaroq
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
18
81,81
M. Rizki Rifai
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
11
50,00
Nina Ayu S.
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
19
86,36
Nita Anggraini
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
17
77,27
Putri Septiana
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
15
68,18
Rahel Ivana
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
16
72,72
Rahmania
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
12
54,54
Resa Hapsari
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
12
54,54
Reza Handika
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
14
63,63
Ria Kurniati
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
17
77,27
Ririn Yuliana
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
20
90,90
Ruth Victoria
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
16
72,72
Vicky Claudia
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
17
77,27
Winda Ayu Ariani
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
19
86,36
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Achmad Badarudin
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
Afriana Fadillah
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
Agista Tri Aswoyo
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
Apriani Sulistiawati
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
Citra Tri Yuliana
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
Deby Patmawati
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Deni Sugiawan
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
Derry Purnama
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
Dery Murtado
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
Desima Yolanda
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
0
Dewi Saridah
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
Dian Muhammad
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
Dwi Septa Putra
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
Falah Ali
1
0
1
0
0
1
0
0
1
Faradita Arum Sari
1
0
1
1
0
1
0
1
Fitri Kurniawan
1
1
1
1
1
0
1
Hilda Rumondang
1
0
1
1
0
0
Imam Dwi Wicaksoo
1
0
1
0
1
Jamal Adi Saputra
1
1
0
1
Juliandio Sipahutar
1
1
1
Kartini Bobyka
0
1
Lukman Hakim
0
Lukman Nulhakim
136
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
NAMA SISWA
LAMPIRAN 9
NO
LAMPIRAN 10
137
Perhitungan Kelas Eksperimen A. Banyak Data 50,00 59,09 72,72 81,81
50,00 63,63 72,72 81,81
50,00 63,63 72,72 81,81
50,00 68,18 72,72 81,81
50,00 68,18 72,72 86,36
54,54 68,18 77,27 86,36
54,54 68,18 77,27 86,36
54,54 68,18 77,27 90,90
B. Nilai Tertinggi = 95,45 Nilai Terendah = 50,00 Rentang Kelas = 95,45-50 = 45,45 C. Banyak Interval Kelas K = 1 + 3,3 log 40 K = 1 + 3,3 (1,60) K = 1 + 5,28 K = 6,28 ~ 7 D. Panjang Interval
E. Distribusi No Interval 1 50-56 2 57-63 3 64-70 4 71-77 5 78-84 6 85-91 7 92-98 Jumlah
fi 9 2 8 11 4 5 1 40
xi 53 60 67 74 81 88 95 518
xi2 2809 3600 4489 5476 6561 7744 9025 39704
fixi 477 120 536 814 324 440 95 2806
fixi2 25281 7200 35912 60236 26244 38720 9025 202618
54,54 68,18 77,27 90,90
59,09 72,72 77,27 95,45
138
139
LAMPIRAN 11
Perhitungan Normalitas Kelas Eksperimen No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Xi 50,00 54,54 59,09 63,63 68,18 72,72 77,27 81,81 86,36 90,90 95,45
F 5 4 2 2 6 6 5 4 3 2 1
Zn 5 9 11 13 19 25 30 34 37 39 40
Zi -1,43 -1,11 -0,78 -0,46 -0,13 0,19 0,52 0,84 1,17 1,49 1,82
Zt 0,4236 0,3643 0,2823 0,1772 0,0517 0,0754 0,1985 0,2996 0,3790 0,4319 0,4556
F(Zi) 0,0764 0,1357 0,2177 0,3228 0,4483 0,5754 0,6985 0,7996 0,879 0,9319 0,9556
S(Zi) 0,125 0,225 0,275 0,325 0,475 0,625 0,75 0,85 0,925 0,975 1
|F(Zi)-S(Zi)| 0,0486 0,0893 0,0573 0,0022 0,0267 0,0496 0,0515 0,0504 0,046 0,0431 0,0444
Dari uji normalitas dengan uji lilifors menunjukkan bahwa Lhitung < Ltabel (0,089 < 0,14) dengan derajat signifikan 95% (α=0,05) dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
NAMA SISWA
NOMOR SOAL 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
SKOR
NILAI
A. Furqon
1
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
10
45,45
2
A'an Agus
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
19
86,36
3
Achmad Hadi
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
12
54,54
4
Ady Surya
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
0
12
54,54
5
Agung Pratama
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
12
54,54
6
Agung Subahtra
1
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
1
10
45,45
7
Anggriawan S.W
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
10
45,45
8
Apriyanti
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
17
77,27
9
Barnabas Nicholas
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
1
11
50,00
10
Choirunnas
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
15
68,18
11
Citra Amalia
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
13
59,09
12
Debbi Ramanasari
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
16
72,72
13
Della Rianti
1
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
11
50,00
14
Deni Santosoe
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
10
45,45
15
Desy Mila
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
12
54,54
16
Dewi Anjani
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
16
72,72
17
Dina Novia
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
13
59,09
18
Dio Normandika
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
18
81,81
19
Filman Boydos
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
11
50,00
20
Fitri Fuji
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
17
77,27
21
Jessy Amelia
0
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
13
59,09
22
M. Fajar Sidiq
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
12
54,54
23
M. Lendi
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
10
45,45
24
M.Dilham
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
12
54,54
25
Meyghita Susanti
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
9
40,90
26
Nia Melati
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
13
59,09
27
Nia Qurotaini
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
14
63,63
28
Nisda Yunia
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
18
81,81
29
Okireksa Gilang
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
9
40,90
30
Rabin K
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
11
50,00
31
Recta Aprillita
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
9
40,90
32
Ridwan L
1
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
12
54,54
33
Rita Hidayati
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
13
59,09
34
Rizqi Angga
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
9
40,90
35
Robby Saputra
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
11
50,00
36
Romana Azis
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
9
40,90
37
Ryan Nurfallah
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
14
63,63
38
Titi Jumiati
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
14
63,63
39
Wisnu Aji
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
15
68,18
40
Witta Wulandari
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
14
63,63
140
1
LAMPIRAN 12
NO
141
LAMPIRAN 13
Perhitungan Kelas Kontrol A. Banyak Data 40,90 50,00 54,54 63,63
40,90 50,00 54,54 68,18
40,90 50,00 59,09 68,18
40,90 50,00 59,09 72,72
40,90 50,00 59,09 72,72
45,45 54,54 59,09 77,27
45,45 54,54 59,09 77,27
45,45 54,54 63,63 81,81
45,45 54,54 63,63 81,81
B. Nilai Tertinggi = 86,36 Nilai Terendah = 40,90 Rentang Kelas = 86,36-40,90 = 45,46 C. Banyak Interval Kelas K = 1 + 3,3 log 40 K = 1 + 3,3 (1,60) K = 1 + 5,28 K = 6,28 ~ 7
D. Panjang Interval
E. Distribusi No Interval 1 40-46 2 47-53 3 54-60 4 61-67 5 68-74 6 75-81 7 82-88 Jumlah
fi 10 5 12 4 4 2 3 40
xi 43 50 57 64 71 78 85 448
xi2 1849 2500 3249 4096 5041 6084 7225 30044
fixi 430 250 684 256 284 156 255 2315
fixi2 18490 12500 38988 16384 20164 12168 21675 140369
45,45 54,54 63,63 86.36
142
143
LAMPIRAN 14
Perhitungan Normalitas Kelas Kontrol
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Xi 40,90 45,45 50,00 54,54 59,09 63,63 68,18 72,72 81,81 86,36
F 5 5 5 7 5 4 2 4 2 1
Zn 5 10 15 22 27 31 33 37 39 40
Zi -1,31 -0,95 -0,59 -0,22 0,12 0,48 0,84 1,20 1,91 2,27
Zt 0,4049 0,3289 0,2224 0,0832 0,0438 0,1844 0,2996 0,3849 0,4713 0,4884
F(Zi) 0,0951 0,1711 0,2776 0,4168 0,5438 0,6844 0,7996 0,8849 0,9713 0,9884
S(Zi) 0,125 0,25 0,375 0,55 0,675 0,775 0,825 0,925 0,975 1
|F(Zi)-S(Zi)| 0,0299 0,0789 0,0974 0,1332 0,1312 0,0906 0,0254 0,0401 0,0037 0,0116
Dari uji normalitas dengan uji lilifors menunjukkan bahwa Lhitung < Ltabel (0,1332 < 0,14) dengan derajat signifikan 95% (α=0,05) dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
144
LAMPIRAN 15
Perhitungan Homogenitas Posttest
,10 Sedangkan F tabel diperoleh dari: df pembilang = 40-1 = 39 df penyebut = 40-1 =39 F(30,40) = 1,74 F(38,40) = 1,71 Jadi,
Jadi Ftabel = 1,735 Karena Fhitung < Ftabel (1,10 < 1,735), maka data tersebut homogen.
145
LAMPIRAN 16
Perhitungan Pengujian Hipotesis Uji t
dengan
Untuk mendapatkan ttabel dilakukan interpolasi, dengan rumus: df = n1 + n2 – 2 = 40 + 40 – 2 = 78 t(60,95%) = 2,00 t(120,95%) = 1,980 Selisih antara ttabel(60) dengan df adalah 18, jadi t untuk df 78 adalah:
t(78,95%) = 1,999 Jadi ttabel adalah 1,999
146
Karena thitung > ttabel (4,47>1,999), maka Ho ditolak, Ha diterima.
LAMPIRAN 17
PERHITUNGAN SKOR KUIS INDIVIDU Skor perkembangan individu pertemuan pertama kelas eksperimen KELOMPOK SKOR DASAR KUIS POIN I Achmad Badarudin 35 70 30 Deni Sugiawan 40 75 30 Fitri Kurniawan 40 70 30 Nina Ayu S. 30 65 30 II Derry Purnama 30 65 30 Falah Ali 35 70 30 Kartini Bobyka 30 75 30 Ria Kurniati 40 80 30 III Dery Murtado 25 60 30 Jamal Adi Saputra 35 70 30 Afriana Fadillah 45 80 30 Dewi Saridah 30 75 30 IV Dwi Septa Putra 40 80 30 Juliando Sipahutar 25 75 30 Citra Tri Yuliana 30 65 30 Nita Anggraini 35 70 30 V Lukman Hakim 20 60 30 M. Reza Supriatna 35 75 30 Putri Septiana 40 85 30 Ruth Victoria 30 70 30 VI Reza Handika 35 65 30 Imam Dwi Wicaksoo 40 70 30 Hilda Rumondang 25 60 30 Rahel Ivana 30 75 30 VII Dian Muhammad 25 65 30 Resa Hapsari 30 70 30 Agista Tri Aswoyo 30 70 30 Desima Yolanda 40 80 30 VIII M. Imam Hudaya 25 60 30 Citra Tri Yuliana 40 85 30 Faradita Arum Sari 35 75 30 Deby Patmawati 35 70 30 IX
146
147
M. Rizki Rifai Apriani Sulistiawati Faradita Arum Sari Winda Ayu Ariani X Lukman Nulhakim Rahmania Ririn Yuliana Vicky Claudia
30 35 30 30
70 75 70 75
30 30 30 30
35 30 40 25
80 70 75 65
30 30 30 30
Skor perkembangan individu pertemuan kedua kelas eksperimen KELOMPOK SKOR DASAR KUIS POIN I Achmad Badarudin 70 65 10 Deni Sugiawan 75 70 10 Fitri Kurniawan 70 75 20 Nina Ayu S. 65 75 20 II Derry Purnama 65 70 20 Falah Ali 70 80 20 Kartini Bobyka 75 70 10 Ria Kurniati 80 80 20 III Dery Murtado 60 70 20 Jamal Adi Saputra 70 75 20 Afriana Fadillah 80 80 20 Dewi Saridah 75 60 0 IV Dwi Septa Putra 80 70 20 Juliando Sipahutar 75 60 0 Citra Tri Yuliana 65 70 20 Nita Anggraini 70 65 10 V Lukman Hakim 60 80 30 M. Reza Supriatna 75 80 20 Putri Septiana 85 75 20 Ruth Victoria 70 70 20 VI Reza Handika 65 80 30 Imam Dwi Wicaksoo 70 75 20 Hilda Rumondang 60 65 20 Rahel Ivana 75 90 30 VII Dian Muhammad 65 50 0
148
Resa Hapsari Agista Tri Aswoyo Desima Yolanda VIII M. Imam Hudaya Citra Tri Yuliana Faradita Arum Sari Deby Patmawati IX M. Rizki Rifai Apriani Sulistiawati Faradita Arum Sari Winda Ayu Ariani X Lukman Nulhakim Rahmania Ririn Yuliana Vicky Claudia
70 70 80
65 75 80
10 20 20
60 85 75 70
60 80 75 65
20 10 10 10
70 75 70 75
55 60 55 60
0 0 0 0
80 70 75 65
95 85 90 80
30 30 30 30
Skor perkembangan individu pertemuan ketiga kelas eksperimen KELOMPOK KUIS AWAL KUIS AKHIR POIN I Achmad Badarudin 65 70 20 Deni Sugiawan 70 85 30 Fitri Kurniawan 75 70 10 Nina Ayu S. 75 80 20 II Derry Purnama 70 70 20 Falah Ali 80 75 10 Kartini Bobyka 70 70 20 Ria Kurniati 80 65 0 III Dery Murtado 70 55 0 Jamal Adi Saputra 75 60 0 Afriana Fadillah 80 65 0 Dewi Saridah 60 45 0 IV Dwi Septa Putra 70 85 30 Juliando Sipahutar 60 70 20 Citra Tri Yuliana 70 80 20 Nita Anggraini 65 75 20 V Lukman Hakim 80 65 0 M. Reza Supriatna 80 75 10
149
Putri Septiana Ruth Victoria VI Reza Handika Imam Dwi Wicaksoo Hilda Rumondang Rahel Ivana VII Dian Muhammad Resa Hapsari Agista Tri Aswoyo Desima Yolanda VIII M. Imam Hudaya Citra Tri Yuliana Faradita Arum Sari Deby Patmawati IX M. Rizki Rifai Apriani Sulistiawati Faradita Arum Sari Winda Ayu Ariani X Lukman Nulhakim Rahmania Ririn Yuliana Vicky Claudia
75 70
75 85
20 30
80 75 65 90
90 85 75 90
20 20 20 20
50 65 75 80
65 70 75 85
30 20 20 20
60 80 75 65
75 65 70 70
30 0 10 20
55 60 55 60
50 55 60 70
10 10 20 20
95 85 90 80
95 85 90 80
20 20 20 20
LAMPIRAN 18
150
PERHITUNGAN SKOR KELOMPOK
Penghargaan Kelompok Tim Super = Kelompok IV dan X Tim Hebat = Kelompok I, II, IV, V, VII, VIII Tim Baik = III, IX