PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA KONSEP GETARAN DAN GELOMBANG Skripsi
Oleh: INDRI ELYANI 105 016 300 593
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
ABSTRAK
Indri Elyani (105016300593). “Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Getaran dan Gelombang.” Skripsi, Program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode inkuiri terbimbing (guided inquiry) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang. Penelitian ini dilakukan di MTs Jamiatus Sholihin pada tahun pelajaran 2009-2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen. Pada penelitian ini sampel diambil sebanyak 36 orang dengan menggunakan teknik probability sampling dan dibagi menjadi dua kelompok, Kelas VIII 3 sebagai kelompok eksperimen dengan metode inkuiri terbimbing (guided inquiry) dan siswa kelas VIII 2 sebagai kelompok kontrol dengan metode konvensional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes objektif tipe pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (option) yang digunakan untuk mengukur pengaruh hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang. Dalam penelitian ini, diperoleh skor pretest untuk kelompok eksperimen adalah 36.94 dan skor rata-rata kelompok kontrol adalah 35.17. Sedangkan hasil posttest untuk kelompok eksperimen diperoleh skor ratarata 77.17 dan skor rata-rata kelompok kontrol adalah 62,06. Berdasarkan perhitungan uji-t dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh harga t tabel = 2,00 t hitung = 3,20 dari hasil pengujian diperoleh t hitung < t tabel , dengan demikian Ho diterima Ha ditolak pada taraf kepercayaan 95%. Untuk hasil uji kesamaan dua rata-rata posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh harga t hitung sebesar 0,73 dan t tabel sebesar 1,76. Hasil pengujian diperoleh menunjukkan bahwa t tabel < t hitung. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 95%, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol, dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan metode pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) terhadap hasil belajar siswa. Kata kunci: Hasil belajar, metode pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry), metode konvensional.
i
i
ABSTRACT
Indri Elyani (105016300593). “ The effect of The Guided Inquiry Method to Physic Students Learning Outcomes in Vibrating and Wave Concept”. Thesis of Physics Departement, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. The aim of this research is to know the effect of the guided inquiry method to physic students learning outcomes in vibrating dan wave concept. This research has done in MTs Jamiatus Sholihin school year 2009-2010. The research methodology was used Quasi Experiment method. To get the data, the research took 36 students as a sample by using Probability Sampling technique, after that the class was divided into two group, class VIII 3 to be experiments group with guided inquiry method and student class VIII 2 for control group with konventional method. The instrumentation of this research used an objective multiple choice test with four option to use for the effect physic students learning outcomes in vibrating and wave concept. In this research has result pretest score for experiments group is 36.94 and control group is 35.17. While posttest result score for experiments group is 77.17 and control group is 62,06. According to ttest statistic with faith standard 95% (α = 0.05) has get t table = 2,00, t count was = 3,20 from the test results obtained by tcount,
Key Word : Learning output, Guided inquiry learning method, Konventional method.
ii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT, penggennggam alam semesta, penentu segala urusan dan tanpa dipinta oleh hamban-Nya selalu mencurahkan segala nikmat dan karunia-Nya. Hanya dengan karunia dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada khalifah sepanjang masa, guru seluruh ilmu dan menjadi uswatun hasanah bagi seluruh ummat yaitu Muhammad SAW dan juga kepada keluarga, para sahabat, tabi’in, dan seluruh ummat sampai akhir zaman. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc, Ketua Jurusan Pendidikan IPA. 3. Prof. Dr Aziz Fachrurozi, M.A dan Kinkin Suartini M.Pd selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu serta memberikan arahan dan motivasi. 4.
Kepala Perpustakaan Tarbiyah dan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh staf, yang telah menyediakan tempat serta buku-buku sebagai bahan referensi.
5. Muhammad Syakir, S.Ag, Kepala MTs. Jamiatus Sholihin Cipondoh, atas kesediaannya menyediakan tempat, sarana dan prasarana dalam rangka penelitian skripsi serta atas doa dan motivasinya. 6. Sri Nawati, S.Pd, guru bidang studi fisika MTs. Jamiatus Sholihin Cipondoh, atas bimbingan, arahan serta doanya. 7. Seluruh guru-guru dan siswa/i MTs Jamiatus Sholihin, terimakasih atas bantuan, doa dan kerjasamanya. 8. Ibu dan Bapak tercinta yang selalu dan setiap saat mendoakan serta mencurahkan segala kasih sayang dengan tulus. untuk adik-adikku tersayang dan seluruh keluarga atas doanya dan bantuannya baik moril maupun materil.
iii
9. Teman-temanku seperjuangan Jurusan IPA Fisika 2005 atas doa dan motivasinya, kebersamaan kalian merupakan kebahagiaan yang tak ternilai harganya. Memang sungguh indah sesuat kebersamaan. Serta teman-teman yang paling kucintai: Juli, Leni, Yunita dan Yayan
yang senantiasa
mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi sedikit pun rasa terima kasih dan penghormatan saya. Terima kasih atas doa dan motivasinya semoga menjadi amal saleh di sisi Allah SWT, Amien.
Penulis
iv
DAFTAR ISI Abstrack.............................................................................................................
i
Kata Pengantar ................................................................................................... iii Daftar Isi .............................................................................................................
v
Daftar Tabel ....................................................................................................... vii Daftar Gambar .................................................................................................... viii BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................
3
C. Pembatasan Masalah.....................................................................
4
D. Perumusan Masalah..................................................................... .
4
E. Tujuan Penelitian.........................................................................
4
F. Manfaat Penelitian.......................................................................
4
DESKRIPSI
TEORITIK,
KERANGKA
BERPIKIR
DAN
PERUMUSAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik.....................................................................
5
1. Metode Inkuiri......................................................................
5
2. Metode Inkuiri Terbimbing..................................................
13
3. Hasil Belajar Fisika..............................................................
19
B. Penelitian yang Relevan............................................................
23
C. Kerangka Berpikir.....................................................................
25
D. Perumusan Hipotesis.................................................................
25
E. Materi Konsep............................................................................
25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian......................................................................... 33 B. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................
33
C. Desain Penelitian.......................................................................... 33 D. Populasi dan Sampel..................................................................... 34 E. Teknik Pengambilan Sampel......................................................... 34
v
F. Variabel Penelitian..................................................................... 35 G. Prosedur Penelitian....................................................................
35
H. Teknik Pengambilan Data.........................................................
36
I. Instrumen Penelitian..................................................................
36
J. Teknik Analisis Data.................................................................
41
K. Hipotesis Statistik......................................................................
45
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil............................................................................................
46
1.Hasil Belajar tidak menggunakan metode inkuiri termbing..... 46 2.Hasil Belajar menggunakan metode inkuiri terbimbing........... 47 3.Uji Persyaratan Analisis...........................................................
51
4. Interpretasi Data......................................................................
52
D. Pembahasan...............................................................................
BAB V
54
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...............................................................................
58
B. Saran.........................................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... LAMPIRAN
vi
59
DAFTAR TABEL Tabel
halaman
Tabel 1
Desain Penelitian........................................................................
34
Tabel 2
Kisi-Kisi Instrumen Getaran Gelombang dan Bunyi.................
66
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Pretes Kelas kontrol..................................
46
Tabel 4
Distribusi frekuensi postes Kelas Kontrol.................................
47
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen..........................
48
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Postest Kelas Eksperimen..........................
48
Tabel 7
Perbedaan Skor Pretes – Postes Pada Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen....................................................................................
Tabel 8
Persentase Rata-Rata hasil belajar Postes Peserta Didik Pada Kelas Kontrol........................................................................................
Tabel 9
49
Persentase Rata-Rata Hasil Belajar Postes Peserta Didik Pada Kelas Ekperimen...................................................................................
Tabel 10
49
Hasil Belajar Pretes dan Posttes Kelas Kontrol
Dan Kelas
Ekperimen...................................................................................
vii
50
53
DAFTAR GAMBAR
Gambar
halaman
Gambar 1
Kerangka Berpikir ................................................................. .......25
Gambar 2
Ayunan Sederhana.........................................................................26
Gambar 3
Histogram Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol......51
Gambar 4
Histogram Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol......53
viii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran fisika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan. Kenyataan ini diperkuat dengan melihat rata-rata nilai ulangan siswa. Faktor yang diduga menyebabkan rendahnya hasil belajar fisika siswa adalah kurangnya motivasi siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran yang belum maksimal, selain itu pembelajaran yang dirancang oleh sebagian guru bersifat monoton dan kurang menantang. Hal ini disebabkan oleh metode yang digunakan masih konvensional dan hanya memanfaatkan buku sebagai sumber belajar. Selama ini proses pembelajaran fisika cenderung bersifat teachercentered dengan metode pembelajaran yang cenderung monoton dan kurang melibatkan siswa dalam menemukan suatu konsep dalam proses pembelajaran. Pembelajaran seperti itu menimbulkan ketidaktahuan pada diri siswa dan rendahnya pemahaman siswa mengenai proses maupun sikap dari konsep fisika yang diperoleh. Akibatnya dalam menghadapi tantangan dunia luar atau terjun langsung ke masyarakat maupun dunia kerja mereka hanya menonjolkan pengetahuan/konsep tetapi tidak mengetahui proses dan bagaimana harus bersikap yang seharusnya dari konsep fisika yang dipelajari. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan mengupayakan proses pembelajaran yang bermakna disesuaikan dengan karakteristik pelajaran itu sendiri. Proses pembelajaran fisika baik digunakan sebagai tempat berlatih menjadi ilmuwan bagi siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan mengusahakan sedini mungkin keterlibatan mental siswa dalam belajar agar dapat berpikir memahami ilmu yang diberikan bukan dengan cara menghapal tanpa pengertian yang jelas. Salah satu mata pelajaran wajib di sekolah adalah fisika, pelajaran ini memfokuskan pada kemampuan siswa dalam menganalisis pengetahuan yang dimiliki siswa dengan kehidupan sehari-hari dan siswa memahami konsep-konsep
2
fisika yang diajarkan di sekolah. Pembelajaran fisika dewasa ini masih kering, bersifat hapalan dan kurang mengembangkan proses berpikir. Pada umumnya siswa tidak merasakan keterlibatan penalaran dalam mempelajarinya. Mereka juga tak mendapat contoh-contoh atau model mempelajari fisika secara baik dan benar. Herlen (1985), menyarankan agar pengajaran IPA dapat mengembangkan sikap ilmiah (scientific attitude) seperti sikap ingin tahu (curiopsity), kebiasaan mencari bukti sebelum menerima pernyataan (respect for evidance), sikap luwes dan terbuka dengan gagasan ilmiah (flexibility), kebiasaan bertanya secara kritis (critical reflection) dan sikap peka terhadap makhluk hidup dan lingkungan sekitar (sensitifity to living things and environment). Pada konteks belajar mengajar, strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu stategi pada hakekatnya belum mengarah pada hal-hal yang bersifat praktis, suatu strategi masih berupa rencana atau gambaran menyeluruh sedangkan untuk mencapai tujuan strategi disusun untuk tujuan tertentu. Tidak ada suatu strategi tanpa adanya tujuan yang harus dicapai. Dalam suatu proses pembelajaran perlu disusun suatu strategi agar tujuan itu dapat tercapai dengan opitimal. Tanpa strategi yang tepat dan tidak mungkin tujuan dapat tercapai. Banyak alternatif model pembelajaran yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru, namun pada prinsipnya tidak ada satupun metode pembelajaran yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi yang diajarkan. Untuk itu, sebaiknya guru memilih model pembelajaran yang lebih tepat untuk digunakan. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan model pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, jumlah siswa, kemampuan guru dalam menggunakan berbagai jenis model pembelajaran, fasilitas yang ada dan waktu yang disediakan untuk penyajian. Dalam hal pemilihan model pembelajaran ini, guru dapat memilih berdasarkan kelebihan dan kekurangan model yang akan digunakan. Dalam hal ini peneliti mencoba melihat seberapa besar pengaruh minat belajar siswa jika menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Di
3
samping faktor model faktor siswa juga tidak kalah penting dalam menentukan pencapaian keberhasilan siswa. Jadi dalam hal ini guru, siswa, materi pelajaran dan metode termasuk dalam sumber-sumber belajar. Pada penelitian ini peneliti mengambil salah satu dari model pembelajaran yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai acuan dalam penelitian ini. Model inkuiri terbimbing sebagai penciptaan atau pengelolaan ruang kelas dimana siswa dilibatkan dalam dasar-dasar pemecahan masalah melaui diskusi, berpusat pada siswa, dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa.. Tugas guru dalam kelas inkuiri terbimbing ini adalah membantu siswa mencapai tujuannya, maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru. Hal tersebutlah yang menjadikan penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut: “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada konsep Getaran dan Gelombang.”
B. Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai beriku: 1. Rendahnya hasil belajar siswa. 2. Pemahaman para siswa terhadap konsep fisika sangat kurang. 3. Penggunaan model pembelajaran yang baik dan benar untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa.
C. Pembatasan Masalah Mengingat
banyaknya
permasalahan
dan
luasnya
ruang lingkup
pembahasan, maka dalam penelitian ini dibatasi pada: 1. Model inkuiri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menurut David M. Hason, yaitu dengan menggunakan komponen-komponen yang terdiri dari: Orientasi, ekplorasi, pembentukan konsep, aplikasi dan penutupan.
4
2. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah hanya pada aspek kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson Krathwalhl pada jenjang C1 (pengetahuan), C2 ( pemahaman), C3 ( aplikasi) dan C4 (analisis) karena penelitian dilakukan pada tingkat SMP
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep getaran dan gelombang?”
E. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada konsep getaran dan gelombang.
F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai khasanah pengetahuan dalam pengembangan pemanfaatan model inkuiri terbimbing dalam rangka peningkatan kualitas dan hasil belajar siswa. 2. Menambah wawasan bagi peneliti untuk meningkatkan pengetahuan dalam penelitian berikutnya.`
5
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. DESKRIPSI TEORITIS 1. Model inkuiri a. Pengertian dan Karakteristik Model Inkuiri NSES (National Science Education Standards) menggunakan istilah inkuiri dalam dua hal berbeda. Pertama, inkuiri menunjukan pada kemampuan siswa mengenbangkan kemampuan merancang dan melakukan investigasi ilmiah serta pemahaman siswa akan hakikat penemuan ilmiah. (Scientific Inquiry). Kedua, inkuiri menunjukan pada strategi belajar mengajar yang memungkinkan konsep ilmiah dikuasai melalui investigasi.1 NSES mendefinisikan inkuiri sebagai berikut : Inkuiri adalah aktivitas beraneka segi yang meliputi, membuat pertanyaan; memeriksa buku-buku sumber informasi lain untuk melihat apa yang diketahui, merencanakan investigasi, memeriksa kembali apa yang telah diketahui menurut bukti eksperimen, menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menginterpetasi data, mengajukan jawaban, penjelasan, dan prediksi, serta mengkomunikasikan hasil inkuiri memerlukan identifikasi asumsi, berpikir kritis dan logis, dan pertimbangan keterangan atau penjelasan alternatif.2 Inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena inkuiri menuntut peserta didik berpikir. Model ini mendapatkan peserta didik pada situasi yang melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual.3 Meskipun model ini berpusat pada kegiatan peserta, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala
1
National Research Cout. Cil, inquiry and the National Science Education Standards: A Guided for Teaching and Learning ( Washington DC: National Academy Press, 2000 ) 2 Ibid 3 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, ( Bandung, PT Remaja Rosdakarya. 2004)h. 235
6
guru perlu menjelaskan, membimbing diskusi, memberikan instruksi-instruksi, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada para peserta didik.4 Suchman mengemukakan bahwa model inkuiri adalah suatu pola untuk para peserta didik belajar merumuskan dan menguji pendapatnya sendiri dan memiliki kesadaran akan kemampuannya.5 Sedangkan menurut Sumantri model inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.6 Elliot Sief dalam Soejipto mengemukakan bahwa: “ Inquiry means to know how to find out things and to know how to solve problem. To inquiry about something means to seek out information to be curious to ask questions, to investigate and to know the skills that will help lead to resolution of problem.” Inkuiri adalah cara untuk menemukan sesuatu dan memecahkan masalah. Untuk menyelidiki makna sesuatu, mencari informasi, menjadi ingin tahu, membuat pertanyaan, mengadakan penyelidikan, dan untuk mengetahui kemampuan-kemampuan pemecahan masalah. Alan Colburn dalam “ An inquiry Primer ” mendefinisikan inkuiri sebagai penciptaan atau pengelolaan ruang kelas dimana siswa dilibatkan dalam dasar-dasar pemecahan masalah melaui diskusi, berpusat pada siswa, dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa.7 Inkuiri adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan proses penyelidikan ilmiah yang mengarahkan siswa mengemukakan pertanyaanpertanyaan dan melakukan pencarian dalam penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan yang baru.8 Pembelajaran berbasis inkuiri memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan mereka, belajar
4
Ibid, h. 234 Soewarno “ Peranan Model Inkuiri terhadap Peningkatan Kualitas Pendidikan di Sekolah”. Jurnal Lembaran Ilmu Kependidikan, No. 2. Tahun XXIX.( 2002 ): h.128 6 Ibid, h. 129 7 http : //www.justisciencenow.com/inquiry. 8 http//www.mcps.kl2.md.us/curriculum/science/instr/inqdescript.htm. 5
7
memecahkan masalah yang tidak memiliki solusi yang jelas, dan menjadikan hasil penemuan mereka sebagai solusi saat ini dan untuk masa yang akan dating. Dalam Dianne Oberg pembelajaran inkuiri mempunyai beberapa kiarakteristik sebagai berikut. Inkuiri berdasarkan pada keingintahuan siswa, Data dan informasi aktif digunakan, diinterpretasikan, disaring, disimpulkan dan didiskusikan, siswa bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka, guru memfasilitasi proses pengumpulan dan presentasi informasi, guru dan siswa menggunakan teknologi untuk kemajuan inkuiri, dan guru dan siswa lebih sering danlebih aktif berinteraksi.9 Dari beberapa definisi inkuiri di atas penulis menyimpulkan bahwa inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkansiswa secara aktif dalam menemukan pengetahuan atau pemahaman, mulai dari merumuskan masalah, mengumpulkan data atau informasi, membuat pertanyaan, membuat hipotesis, melakukan percobaan, menganalisa hasil percobaan, menganalisa hasil percobaan dan membuat kesimpulan.
b. Jenis-Jenis Model Inkuiri Menurut Heron model inkuiri terdiri dari tiga jenis, yaitu: 1) Inkuiri Terstruktur (Structure Inquiry). Dalam inkuiri terstruktur siswa akan mengadakan penyelidikan dan penemuan yang berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang disediakan guru. 2) Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry). Meskipun siswa melakukan penyelidikan yang berdasarkan pada pertanyaan yang diajukan guru, tetapi siswa yang menentukan prosedur penelitiannya. 3) Inkuiri Terbuka (Open Inquiry). Dalam inkuiri terbuka, siswa melakukan penyelidikan berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang mereka bentuk.10
9
Dianne Orberg. “ Promoting Information Literaties: A Focus on Inquriry”. (Argentina: World Library and Information Congress, 2004 ), diakses dari http://www.ifla.org/IV/ifla70/prog04.htm. 10 Irfan Naufal. Sajap Maswan, A Guided Inquiry Learning Approach in a Web Environment Theory and Application”, artikel diakses dari ( http://asiapasificodloumedu my/C33/1/231.pdf//search%22focus%20on%20%guided20%inquiry%22)
8
D’Avanzo dan McNeal mengemukakan tiga jenis model inkuiri, yaitu: 1) Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Dalam Guided Inquiry guru menyediakan pertanyaan, kemudian menyarankan dan mengawasi pendekatan yang digunakan siswa untuk menghadapi pertanyaan ini. 2) Open-Ended Inquiry Dalam Open-Ended Inquiry guru memfasilitasi proses siswa memilih pertanyaanya dalam proses berinkuiri. 3) Teacher-Collaborative Inquiry Dalam Teacher-Collaborative Inquiry guru dan siswa melakukan penyelidikan.dan bersama memilih pertanyaan dan strategi untuk menemukan jawaban yang awalnya tidak diketahui.11 Berdasarkan penjelasan mengenai jenis-jenis inkuiri diatas, dapat disimpulkan bahwa pembagian inkuiri menjadi tiga jenis berdasarkan pada peranan guru dan siswa dalam pembelajaran inkuiri tersebut.
c. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Inkuiri Sesuai dengan perkembangannya ada bermacam-macam langkah pelaksanaan model inkuiri di dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Suchman dalam Soewarso orang yang pertama kali mengembangkan model inkuiri dalam bukunya “Developing Inquiry” membagi menjadi tiga langkah.pertama, pengenalan masalah; kedua, pengumpulan data; ketiga, diskusi teknik-teknik inkuiri.12 Menurut Jhon E. Bishop ada enam langkah dalam pelaksanaan model inkuiri: (1) memperkenalkan masalah; (2) mengumpulkan data; (3) menganalisa data; (4) membuat hipotesis; (5) menguji hipotesa; dan (6) membuat kesimpulan 1) Memperkenalkan Masalah Guru dituntut untuk memperkenalkan kepada peserta didik suatu kejadian ataupokok bahasan yang dapat pelajari. Guru menginformasikan 11 12
http//elcornell ede//pubs/CFURP NARST 02.pdf//search%22focus20on%20guided%inquiry%22 Soewarso opcit, h. 180
9
bermacam-macam permasalahan yang terdapat pada pokok bahasan tersebut. Kemudian guru akan menugaskan para peserta didik baiksecara individu atau kelompok untuk memecahkan masalah tersebut. 2) Mengumpulkan Data Untuk memecahkan masalah yang dihadapinya peserta didik harus mengumpulkan data yang cukup. Pengumpulan data itu dapat diperoleh dengan bertanya kepada gurunya. Jika para peserta didik mendapat kesulitan dalam mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan masalah tersebut, guru boleh membantu dengan “ Matrics Inquiry” yaitudaftar kata-kata baikyang berhubungan maupun tidak dengan masalah yang ditentukan. 3) Menganalisa Data Dalam langkah ini peserta didik mungkin bekerja secara individual ataupun secara kelompok. Data yang dikumpulkan dalam langkah ini sebelumnya dianalisa oleh anggota kelompok atau oleh peserta didik mentabulasi data mereka dan mencoba mengetahui dengan pasti arti data yang dikumpulkan. 4) Membuat Hipotesa Hipotesa adalah suatu dugaan yang dilakukan sebelum penyelidikan dilakukan. Dugaan ini mungkin terbukti akan diterima, sedangkan jika tidak maka dugaan tersebuk tidak akan diterima. Dugaan sementara ini merupakan jawaban terhadap pertanyaan yang disampaikan gurupada langkah pertama. 5) Menguji Hipotesa Setelah membuat hipotesa, peserta didik hendaknya menguji hipotesa tersebut. Peserta didik dalam kelompok berdiskusi mempergunakan pengatahuan merekadan sumber-sumber lain untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dari hipotesa itu. Jika hipotesa itu salah peserta didik akan memperbaiki atau mengganti hipotesanya, tetapi jika hipotesanya benarakan dipergunakan untuk menentukan kesimpulan. 6) Membuat Kesimpulan Setelah menevaluasi hipotesa, peserta didik dapat menguji kebenaran dan sebagai kesimpulan. Anggota-anggota kelompok diskusi menyetujui suatu kesimpulan dan salah satu dari anggota kelompok melaporkan hasil pemecahan
10
masalah mereka kepada guru. Di dalam langkah ini terjadilah diskusi kelas setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya.13 Albert Learning Center menentukan enam fase dalam inkuiri, yaitu planning, retrieving, processing, creating, sharing, dan evaluating. 1) Perencanaan (Planning) Siswa harus memahami bahwa tujuan pokok pembelajaran berbasis inkuiri adalah untuk mengembangkan kemampuannya.pembelajaran inkuiri dimulai dengan ketertarikan siswa untuk keingintahuannya terhadap suatu pokok bahasan. Untuk siswa yang sedikit atau tidak sama sekali mempunyai latar belakang dari pengetahuan dari pokok bahasan yang akan dipelajari, guru harus memberikan informasi dan latar belakang pengetahuan yang akan memotivasi siswa. 2) Mendapatkan dan analisis informasi (Retrieving) Tahap selanjutnya siswa mulai memikirkan informasi yang mereka punya dan yang mereka inginkan. Siswa mungkin perlu mempergunakan waktu sebaik-baiknya untuk menyelidiki infor masi yang berhubungan dengan pokok bahasan yang akan dipelajari. Guru membantu siswa memahami bahwa informasi yang meraka dapatkan baikitu dar ibuku perpustakaan , majalah, maupun situs internet, dihasilkan oleh orang yang dipercaya. 3) Proses (Processing) Fase ini dimulai ketika siswa telah menemukan fokus untuk berinkuiri. Fokus tersebut adalah aspek dari pokok bahasan/topik sehingga siswa menentukan untuk melakukan investigasi/penyelidikan. Pada fase ini siswa memilih dan mencatat informasi yang berhubungan dengan topik yang dibahas dan informasi yang menjawab pertanyaan siswa. 4) Produk (Creating) Pada fase ini, siswa mengorganisasi dan mensintesis informasi dan gagasannya.
Mereka
mengembangkan
dan
memperbaiki
laporan
serta
merumuskan jawaban, solusi, dan kesimpulan. Pada fase ini siswa menghasilkan
13
Ibid, h. 180
11
produk yang tertuang baik dalam bentuk oral, visual, tulisan, gerak, maupun multimedia. 5) Komunikasi (Sharing) Pada fase ini siswa mempresentasikan produk inkuiri mereka kepada guru atau teman mereka. Fase ini harus menjadi terbimbing, sehingga guru memiliki pengetahuan yang masuk akal mengenai fenomena yang mereka amati. 6) Evaluasi (Evaluating) Pada fase evalusi, menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses penilaian seperti: dalam penyelidikan untuk menghasilkan produk.penilaian ini terletak pada penilaian pemahaman siswa terhadap proses dan proses terhadap penguasan konsep.14
d. Keunggulan dan Kelemahan Model Inkuiri Model inkuiri memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut. 1) Dapat membentukdan mengembangkan “self consept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengertitentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. 3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur dan terbuka. 4) Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif
dan merumuskan hipotesanya
sendiri. 5) Memberi keputusan yang bersifat intrinsik. 6) Situasi proses belajar mengajar jadi lebih merangsang. 7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. 9) Dapat menghindari siswa dari cara-cara tradisional.
14
Alberta Learning 2004. “Focus on Inquiry:A Teacher’s Guided toImplementing Inquiry-Based Learning”. h. 10-13
12
10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.15 Adapun kelemahan dari model pembelajaran inkuiri dapat dikemukakan sebagai berikut. 1) Model inkuiri memerlukan waktu yang banyak sehingga tidak cocok digunakan di sekolah dengan jadwal yang kaku. 2) Model inkuiri tidak bisa digunakan pada setiap bidang pelajaran. 3) Siswa lebih suka dengan model tradisional. 4) Siswa tidak ingin terlibat dalam proses berpikir.16
c. Peranan Model Inkuiri Di dalam perkembangannya ternyata model inkuiri mempunyai peranan penting terhadap pendidikan di sekolah. Sehingga besar guru-guru di Indonesia belum menggunakan model inkuiri di dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Pelaksanaan penggunaan model inkuiri mempunyai peranan penting baik maupun para peserta didik. Peranannya antara lain: 1) Menekankan kepada proses informasi oleh peserta sendiri. 2) Membuat konsep diri peserta didik bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperolehnya. 3) Memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan memperluas penguasaan keterampilan dalam proses memperoleh kognitif peserta didik 4) Penemuan-penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikan dan sangat sulit melupakannya. 5) Tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena pserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.17
15
Roestyah N K. Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cipta. 2001 ), h. 76-77
17
Soewarso op cit, h. 129-130
13
2. Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) a. Pengertian Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Inkuiri terbimbing ( guided Inquiri ) merupakan salah satu model di mana guru menyediakan materi atau bahan dan permasalahan untuk penyelidikan. Siswa merencanakan prosedurnya sendiri untuk memecahkan masalah. Guru memfasilitasi penyelidikan dan mendorong siswa mengungkapkan atau membuat pertanyaan-pertanyaan yang membimbing mereka untuk penyelidikan lebih lanjut.18 Jadi, model inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang berupaya untuk menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada siswa, sehingga siswa lebih banyak belajar sendiri dan mampu mengembangkan kreativitasnya dalam memecahkan masalah. Peranan guru dalam model inkuiri terbimbing adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Inkuiri terbimbing ( guided inquiry ) masih memegang peranan guru dalam memilih topik atau bahasan, pertanyaan dan menyediakan materi. Akan tetapi siswa diharuskan untuk mendesain untuk merancang penyelidikan, mengenalisis hasil, dan sampai kepada kesimpulan.19 Selain sebagai fasilitator tugas guru selanjutnya adalah memilih materi yang perlu disampaikan kepada siswa untuk dipecahkan dan siswabenar-benar ditempatkan sebagai subyek yang belajar tetapi bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan.
b. Karakteristik Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Menurut Carlo C. Kuhthau dan Ross J. Todd ada enam karakteristik inkuiri terbimbing (guided inquiry) yaitu: 1) Siswa belajar aktif dan terefleksi pada pengalaman Jhon Dewey menggambarkan pembelajaran sebagai proses aktif individu, bukan sesuatu dilakukan untuk seseorang tetapi lebih kepada sesuatu itu dilakukan oleh seseorang. Pembelajaran merupakan sebuah kombinasi dari tindakan dan refleksi pada pengalaman. Dewey sangat menekankan pembelajaran Hands on (berdasarkan pengalaman) sebagai penentang model otoriter dan 18
http://www.mcps.kl2.md.us/curiculum/science/instr/inq3levels.htm, Ronaldi. Bonnstetter. “ Inquiry; Learning from the past an Eye on the future”,diakses dari (http://unr.rdu/homepage/jcannon/ejsebonnstetter/html)
19
14
menganggap bahwa pengalaman dan inkuiri (penemuan). Sangat penting dalam pembelajaran bermakna. 2) Siswa belajar berdasarkan pada apa yang mereka tahu Pengalaman masa lalu dan pengertian sebelumnya merupakan bentuk dasar untuk membangun pengetahuan baru. Ausubel prihatin dengan individu yang materi verbal/tekstual dalam jumlah yang besar di sekolah. Menurut Ausubel faktor terpenting yang mempengaruhi pembelajaran adalah melalui apa yang mereka tahu. 3) Siswa mengembangkan rangkaian berpikir dalam proses pembelajaran melalui bimbingan Rangkaian berpikir ke arah yang lebih tinggi memerlukan proses yang mendalam yang membawa kepada sebuh pemahaman. Proses yang mendalam memerlukan waktu dan motivasi yang dikembangkan oleh pertnyaan-pertanyaan yang otentik mengenai objekyang telah digambarkan dari pengalaman dan keingintahuan siswa. Proses yang mendalam juga memerlukan perkembangan kemampuan intelektual yang melebihi dari penemuan dan pengumpulan fakta. Pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi membantu merangsang inkuiri yang membawa kepada pengetahuan dan pemahaman yang mendalam. 4) Perkembangan siswa secara bertahap Siswa berkembang melalui tahap perkembangan kognitif, kapasitas mereka untuk berpikir abstrak ditingkatkan oleh umur,perkembangan ini merupakan proses kompleks yang meliputi kegiatan berpikir, refleksi, menentukan dan menghubungkan ide, membuat hubungan, mengembangkan dan mengubah pengetahuan sebelumnya, kemampuan serta sikap dan nilai. 5) Siswa mempunyai cara yang berbeda dalam pembelajaran Siswa belajar melalui semua pengertianya. Mereka menggunakan seluruh kemampuan fisik, mental dan sosial untuk membangun pengalaman yang mendalam mengenai dunia dan apa yang hidup di dalamnya.
15
6) Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan orang lain Siswa hidup di lingkungan sosial di mana mereka terus menerus saudara, guru, kenalan, dan orang asing merupakan bagian dari lingkungan sosial yang membentuk pembelajaran lingkungan pergaulan di mana untuk mereka. Vigotsky berpendapat bahwa perkembangan proses hidup bergantung pada kognitif.20 Berdasarkan karakteristik tersebut, inkuiri terbimbing merupakan sebuah pendekatan yang berfokus pada proses berpikir yang membangun pemahaman oleh keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Siswa pengalaman dan apa yang mereka telah tahu. Selain itu, siswa juga belajar melalui interaksi dengan orang lain yang berperan penting dalam kognitifnya.
c. Tahap Pelaksanaan Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Tahap pelaksanaan model inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) terdiri dari: 1) Ketidaksesuian pristiwa/kejadian (discrepant event) dan menyajikan masalah Pembelajaran inkuriri terbimbing diawali dengan penyajiaan guru mengenai masalah yang tidak bisa dijelaskan dengan mudah dan tidak bisa dipecahakan dengan segera. Wright memberikan suatu definisi mengenai ketidaksesuaian peristiwa (discriepant event) adalah fenomena yang terjadi kelihatannya bertentangan dengan perkiraan awal kita. Ketidaksesuaian peistiwa (dicriepant event) sangat penting dalam inkuiri perhatian pada cara siswa yang membuat mereka lebih keritis terhadap informasi 2) Tambahan Setelah siswa membuat hipotesis dan mengetahui data yang relevan yang mendukung hipotesis kemudian guru
perlu mengidentifikasi cara
perkembangan pemikiran siswa. Pada tahap ini dapat dilakukan kegiatan diskusi. Dengan diskusi bakal alami siswa dapat terpelihara dan guru dapat
20
Carol C. Khukthan dan Ross. J. Todd.2006. Guied Inquiry: A Framework for Learning Throug School Libraries 2 lst Century School.
16
menggembangkan budaya mau mendengarkan atau bergiliran mengemukakan pendapat di dalam kelas.21 Laine dan Heath mengemukakan 4 (empat) tahapan proses inkuiri terbimbing:
:
1) Mengumpulkan latar belakang informasi 2) Membuat peta konsep Peta konsep digunakan untuk meringkas informasi yang telah ditemukan .3) Inkuiri/penemuan Yang termasuk kegiatan inkuiri ini adalah membuat pernyataan, memprediksi jawaban/membuat hipotensi, mendisain, percobaan dan melakukan percobaan 4) Analisa data Setelah data/hasil diperoleh dari perobaan yang telah dilakukan, kemudian data tersebut dianalisis untuk diambil kesimpulan.22 Dalam David M. Hanson kegiatan inkuiri terbimbing (guided inquiry) terdiri dari 5 (lima) tahapan, yaitu : a) Orientasi Orientasi menyiapkan siswa untuk belajar orientasi memberikan motivasi untuk beraktivitas, menciptakan minat, membangkitkan keingintahuan, dan membuat hubungan dengan pengetahuan sebelumnya. Pengenalan terhadap tujuan pembelajaraan dan kriteria keberhasilan memfokuskan siswa untuk menghadapi persoalan penting dan menentukan tingkat pengusaan yang diharapkan. b) Eksplorasi Pada tahap eksplorasi siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan observasi, mendisain eksperimen, mengumpulkan, menguji, dan menganalisis
21
Thomas J. Lasley H. Thomas J. Matzynski dan James B. Rowley, Instructional Model Strategis foe Teaching in a Diverse Society, ( Wadswerth,2002), h.148 – 154 22 23 PhyllisS lame dan Linda J. Heath, 2002, A Guided Inquiry in a Compater-Based Biology Laboratory Comference of the Association for Biology Laboratory education ( ABLE), Vol.23, h. 152-153
17
data; menyelidiki hubungan; serta mengemukakan pernyataan dan menguji hipotensi. c) Pembentukan konsep Sebagai hasil eksplorasi, konsep ditemukan, dikenalkan, dan dibentuka. Pemahaman konseptual dikembangkan oleh keterlibatan siswa dalam penemuan bentuk penyampaian infofmasi melalui naskah atau (discriepant event) sangat penting dalam inkuiri perhatian pada cara siswa yang membuat mereka lebih keritis terhadap informasi melalui naskah atau ceramah. d) Aplikasi Aplikasi melibatkan penggunaan pengetahuan baru dalam latihan, masalah, dan situasi penelitian lain. Latihan memberikan kesempatan bagi siswa untuk membentuk kepercayaan diri situasi yang sederhana dan konteks yang akrab. Pemehaman dan pembelajaran yang sebenarnya dipelihara pada permasalahan yang mengharuskan siswa untuk mentransfer pengetahuan baru ke dalam konteks yang tidak akrab, memadukannya dengan pengetahuan lain, dan menggunakannya pada cara yang baru dan berbeda untuk memcahkan masalahmasalah nyata didunia. e) Penutupan Setiap kegiatan diakhiri dengan membuat validasi terhadap hasil yang dapatkan, refleksi terhadap apa yang telah dan menilai penampilan mereka. validasi bisa diperoleh dengan melaporkan hasil kepada teman atau guru untuk mendapatkan pandangan mereka mengenai isi dan kulitas hasil.23
d. Pembelajaran konstruktivis dan inkuiri terbimbing (guided inquiry) Inkuiri terbimbing (guided inquiry) ditemukan berdasarkan kepercayaan bahwa pembelajaran merupakan proses pembentukan individual dan sosial ditanamkan secara mendalam di amerika, dan telah dikembangkan oleh pemikiran pendidikan abad xx yang berpengaruh seperti jhon dewey, george kelly, Jerome bruner, jean piaget, dan lev vygotsky. 23
David M. Harson. “Designing Process-Oriented Guided Inquiry Activities”, ( Pasific Creast 2 nd edition.2005), artikel diakses http:/www.pogil.org/downloadDesigning,POGIL Activities.pdf.
18
Pembelajaran konstruktivis memberikan perhatian kepada pencarian aktif siswa dalam menentukan pengertian dan pemahaman. Perhatian tersebut sebagai berikut : 1) Siswa membentuk pengetahuan dan pemahaman yang mendalam lebih baik daripada pasif menerimanya. 2) Siswa terlibat langsung dan ikut serta dalam penentuan pengetahuan baru. 3) Siswa menghadapi pandangan alternatif dan gagasan yang bertentangan sehingga mampu mengubah pengetahuan sebelumnya menjadi pemahaman yang mendalam. 4) Siswa mentransfer pengetahuan dan kemampuan baru ke situasi yang baru. 5) Siswa bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka serta penguasaan kemampuan isi dan kurikulum 6) Siswa berperan bagi sosial/kelompoknya, menumbuhkan demokrasi, dan mengembangkan sosial/kelompok yang memiliki bayak pengetahuan.24 Dari uraian diatas, inkuiri terbimbing (guided inquiry) dapat diartikan sebagai salah satu model pembelajaran berbasis inquiry/penemuan yang menyajian masalah dan penyelesaian dari masalah ditentukan guru. Masalah dan pertanyaan ini yang mendorong siswa melakukan penyelidikan untuk menemukan jawabanya. Kegiatan siswa dalam pembelajaran ini adalah mengumpulkan data dari masalah yang diajukan guru, membuat hipotesis, melakukan penyelidikan, menganalisis hasil, membuat kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan.
3. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar pada hakikatnya mengandung makana terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang berkat pengalaman dan latihan.25 Di bawah ini beberapah pengertian belajar menurut para tokoh pendidikan.
24
Carol C, Kulhthan dan Ross J. Todd, 2006, “Guided Inquiry Activitie: A Framework For Learning Through School Libraries on 2 1 st Century School ( Contuctivist Learning and GuidedInquiry)”, artikel diakses dari http://cissl.scils.rutgets.edu/guidedinquiry/cons.htm.
19
Menurut teori Peaget, belajar adalah perubahaan dalam struktur mental yang berisi informasi dan perosedur pengoprasian pada informasi tersebut dimana pembelajaran menkostruksi pengetahuan dan secara aktif mencari makna pembelajaran tersebut. Sedangkan menurut skaianer hasil belajar adalah perubahan-perubahan dalam perilaku tampat pembelajaran sebagai hasil pengalaman dimana pemikiran siswa focus pada interaksi antara linkungan dan perilaku. Selain itu, Cormbac di dalam bukunya education psicology menyatakan bahwa; “learning is shown by a change in behcviour as a result ofexperince”, artinya belajar sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam proses mengalami itu si pelajar mengunakan panca indranya.26 Menurut pengertian di atas, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar haya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penugasan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku.
b. Hasil Belajar Fisika Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang akibat dari proses belajar yang dilakukannya berupa tercapainya tujuan-tujuan belajar yang diinginkan. Fisika mempelajari tentang berapa hal yang menyangkut materi serta pengetahuan tentang kejadian-kejadian alam. Hasil belajar fisika di sekolah bertujuan agar para siswa dapat menguasai dan memahami konsep fisika. Belajar merupakan proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor,27 ranah kognitif merkenan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut
25
Syaiful Bahri Djamhari & Aswan Zein. Strategi Belajar Mengajar. ( Jakarta:Rineka Cipta,2006), h. 11 26 Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan. ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,2002), h. 27 Drs. Ali Imran. Belajar dan Pembelajaran. (PT Dunia Pustaka Jaya ), h. 20-25
20
kognitif tingkat rendah dan ke empat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penialian, dan organisasi. Sedangkan ranah psikomotor
berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor yakni gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspersif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ke tiga ranah itu, ranah kognitif lah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu keadaan atau nilai dari sesorang yang belajar, dan kempauanya untuk mengunakan apa yang di peroleh dari proses belajar mengajar serta apa yang diperoleh siswa dalam perose pengetahuan, kemampuan dan pengalaman yang diperolehnya. Dalam hal ini hasil pengalaman dari usaha seseorang dalam belajar dapat menyebabkan perubahan tingkah laku yang didapat setelah peroses belajar dean dapat diamati. Penilain pada hasil belajar mencakup seluruh aspek baik ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Namun dalam hal ini penilaian hasil belajar pada penilaian ini diartikan sebagai tingkah penguahaan kognitif siswa pada materi pokok getaran dan gelombang.
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar siswa di sekolah. Secara garis besar ada beberapa faktor
yang
mempengaruhi proses hasil belajar siswa di sekolah antara lain, faktor internal dan faktor internal.
21
1) Faktor yang dari dalam siswa (internal) yaitu: a) Faktor fisiologi terdiri dari kondisi kesehatan, kebugaran fisik, dan kondisi kesehan panca indera terutama pengelihatan dan pendengaran. b) Faktor fisikologis terdiri dari minat, bakat, intelegensi, motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan prsepsi, ingatan, berfkir dan kemampuan pengetahuan dasar yang dimiliki siswa. 2) Faktor yang berasal dari luar siswa (eksternal) yaitu: a) Faktor lingkungan antara lain: (1)
Lingkungan nonsosial/alami seperti kelembaban suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam) tempat letak gedung sekolah dan sebagainya.
(2)
Lingkungan sosial baik berwujudnya manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi hasil belajar siswa.28
b) Faktor instrumental terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, alat pengajar, guru dan kurikulum/materi pelajaran strategi belajar mengajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara umum adalah ada materi yang dipelajari, faktor lingkungan siswa, faktor instrumental, keadaan individu siswa, dan proses belajar mengajar. Menurut Soedijarto, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah latar belakang sosial ekonomi, lingkungan belajar di rumah, latar belakang kemampuan kognitif dan kuantitatif, sikap pelajar terhadap pendidikan, sikap positif pelajar terhadap IPA dan matematika, tingkah partisipasi pelajar, bentuk tes yang digunakan, frekuensi tes, dan cara guru berperan dalam proses belajar mengajar. Selain pengertian di atas, faktor yang pempengaruhi hasil belajar dari dalam siswa
(internal) yaitu meliputi hal-hal seperti sikap terhadap belajar,
motivasi belajar, konsentrasi belajar, kemampuan mengolah bahan ajar, kemampuan menggali hasil belajar yang tersimpan, intelegensi dan keberhasilan belajar. Sedangkan faktor eksternal belajar meliputi hal-hal seperti guru sebagai 28
Muhibin Syah, M.Pd. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung: Rosda Karya, 2003), h. 137-138
22
pembina pelajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa disekolah dan kurikulum. Jadi hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal baik dari dalam siswa maupun faktor dari luar siswa.
d.Hubungan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Hasil Belajar Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat diartikan sebagai upaya guru untuk menciptakan situasi yang memungkinkan siswa yang mengalami kesulitan belajar mampu mengingatkan hasil belajar semaksimal mungkin sehingga mencapai atau bahkan melampaui kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan. Oleh karena itu, dalam mengajar harus memperhatikan karakteristik kesulitan yang dihadapi siswa sehingga dengan mudah guru tersebut dapat memberikan bantuan. Dalam arti mengajar tersebut harus diadakan perbaikan dan yang di betulkan adalah keseluruhan proses belajar mengajar meliputi cara belajar, model, materi, dan lingkungan yang turut serta mempengaruhi proses belajar. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan guru apabila ingin keseluruhan siswanya berhasil mempelajari pelajaran yang diajarkan secara tuntas. Seperti yang telah diketahui bahwa taraf kemampuan siswa berbeda-beda dalam penyerap pelajaran, maka guru harus menentukan pendekatan yang tetap dalam pembelajaran inkuiri terbimbing, karena hal ini sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan yang akan dicapai siswa. Banyak diantara siswa kesulitan dalam menerima materi pelajaran yang ada di dalam ilmu fisika. Hal ini dikarenakan ilmu fisika merupakan ilmu yang bersifat empiris yang berarti ditentukan oleh bukti-bukti atau fakta yang didapat dalam penelitian ilmiah yang disusun secara sistematis dan terkontrol. Oleh karena ilmu fisika diperoleh berdasarkan pengamatan dan eksperimen, serta menghubungkan fakta-fakta berdasarkan model ilmiah maka guru yang bertindak sebagai fasilitator bertanggung jawab untuk membantu dan membimbing siswa untuk mencapai hasil yang optimal dan di harapkan guru dapat menciptakan situasi belajar yang baik dalam proses belajar yang efektif, efisien dan relevan.
23
Gejala kesulitan belajar merupakan salah satu gejala (gambaran) belum tercapainya perubahan tingkah laku secara menyeluruh. Oleh karena itu, masih diperlukan proses belajar yang khusus dan dapat membantu pencapaian kebulatan tingkah laku sebagai hasil belajar. Dalam hubungan ini pembelajaran inquri terbimbing merupakan salah satu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran inkuri terbimbing dapat dilakukan setelah melakukan kegiatan evaluasi atau tes unit atau satuan pokok bahasan.evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui materi pelajaran yang belum dipahami dan dikuasai siswa.
B. Penelitian yang Relevan Hasil penelitian Nurkhasanah tentang pembelajaran fisika dengan model inkuiri terbimbing ditinjau dari kemampuan berpikir kritis dan kemampuan ESQ.29 Penelitian Bilkisti Hardiyono menunjukkan bahwa proses pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan kerja ilmiah dan hasil belajar siswa.30 Penelitian Marnita menunjukkan bahwa dengan pengembangan perangkat pembelajaran berorientasi inkuiri dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa,31 serta berdasarkan penelitian di Gill st Bernard School, New Jersey dijelaskan oleh Kukhtau dan Todd bahwa dengan pembelajaran inkuiri terbimbing siswa dapat menguasai konsep lebih mendalam.32
c. Kerangka Berpikir Tujuan pendidikan sains adalah membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman serta mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk menyelidiki komponen-komponen fisik, material, dan teknologi dari lingkunagan mereka secara ilmiah. Untuk itu setiap pembelajaran dalam pendidikan sains harus menumbuhkan kualitas pemikiran semacam
29
.Nurkhasanah.2010 “Pembelajaran fisika dengan model inkuiri terbimbing termodifikasi ditinjau dari kemampuan dan berpikir kritis siswaUniversitas Surakarta .2010 30 Bilkisti Hardiyono. 2007“ penerapan model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan keterampilan dan prestasi belajar siswa”. Fakultas MIPA UM 31 http://Page-your favorite. Com/ppsupi/abstract IPA 2004.htm! 32 http//cissl/scils.rutgers.edu. Guided Inquiry/Char.htm
24
kemandirian berpikir, keaslian ide, dan kebebasan berpikir. Hal teersebut dapat meningkatkan kualitas pemikiran menjadi nilai-nilai sosial. Fisika merupakan mata pelajaran IPA yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya belajar kumpulan pengetahuan konsep-konsep dan prinsip saja tetapi belajar fisika juga merupakan penemuan. Belajar fisika menekankan kepada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan sejumlah keterampilan dalam menggali alam sekitar dan memahaminya. Salah satu alternatif tersebut adalah dengan memberlakukan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Model pembelajaran inkuiri terbimbing ini merupakan salah satu model pembelajaran inkuiri yang bertujuan untuk mengembangkan sikap dan keterampilan siswa untuk mampu memecahkan masalah, serta mengambil keputusan secara objektif dan mandiri, membina dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, rasa ingin tahu, dan penalaran serta cara berpikir objektif baik secara individual maupun kelompok. Pada pembelajaran ini siswa melakukan penyelidikan berdasarkan permasalahan yang diajukan guru tetapi siswa sendiri yang menentukan prosedur penyelidikannya. Sedangkan guru memfasilitasi dan membimbing siswa dalam penyelidikan yang dirancangnya. Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing ini siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip serta guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman denagan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan konsepnya sendiri. Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing ini terdapat proses-proses mental yaitu menyajikan masalah, merumuskan pertanyaan, membuat hipotesis, mendesain dan melakukan eksperimen, mengummpulkan data, menganalisis dan menarik kesimpulan serta mempresentasikan hasil kegiatan penyelidikan, melalui proses ini dapat membiasakan diri siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa
25
Menyajikan masalah
Membuat pertanyaan dan mengumpulkan data
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Guru menyajikan masalah dan siswa mengadakan penelitian untuk memecahkan masalah tersebut
Membuat eksperimen
Analisis data dan membuat kesimpulan Penutup
(Gambar 2.1 Kerngka Berpikir)
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan hasil deskripsi teoritis dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar fisika siswa
E. Materi Konsep 1. Getaran a. Pengertian Getaran Kata getaran sering kamu dengar dan kamu gunakan dalam percakapan sehari-hari, apa yang dimaksud dengan getaran? bagaimana benda dikatakan bergetar? Untuk memahaminya lihat gambar di bawah ini:
26
A
C B
(Gambar 2.2 Ayunan Sederhana) Gantungkanlah sebuah benda pada seutas tali yang terikat seperti gambar di atas. Titik keseimbangan ayunan berada di titik B. kemudian, berilah gangguan pada ayunan tersebut sehingga benda bergerak menurut lintasan A-B-C. Amatilah apa yang terjadi! Apa yang terjadi dengan gerakan bandul? Saat benda melewati lintasan A-B-C, benda dikatakan telah melakukan setengah getaran. Demikian pula halnya jika melalui lintasan B-A-B. jika lintasan benda adalah A-B-C-B-A atau B-A-B-C-B, dikatakan benda telah menempuh satu kali getaran. jadi, Getaran adalah gerak bolak-balik (gerak periodik) dalam lintasan yang sama dan melalui titik seimbangnya. Simpangan terbesar yang mampu dilakukan benda, yaitu B-A atau B-C disebut amplitudo. Jadi, amplitudo adalah simpangan terbesar yang dapat dicapai benda dari titik seimbangnya. Selain beberapa contoh yang sudah dikemukakan, peristiwa getaran dapat ditemukan dalam gelombang TV dan gelombang radar. b. Periode Getaran Pernahkah kamu melihat bandul jam? Bandul jam selalu memiliki simpangan yang tepat karena pengaruh gaya per jam tersebut. Oleh karena itu, pada bandul jam dapat diamati adanya simpangan terbesar (amplitudo) dari waktu yang digunakan untuk melakukan getaran sempurna. Ternyata waktu yang digunakan untuk melakukan suatu getaran sempurna adalah tetap yang disebut dengan periode. Periode dapat didefinisikan sebagai selang waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu getaran penuh. Satuan periode adalah detik sedangkan lambangnya adalah T.
27
Pada umumnya, pengukuran periode getaran tidak dilakukan untuk satu getaran karena selang waktu untuk melakukan satu getaran sangat singkat. pengukuran getaran dilakukan untuk sejumlah getaran, misalnya misalnya 10 getaran sehingga didapatkan selang waktu untuk 10 getaran tersebut . c. Frekuensi Getaran Menurut definisi, periode (T) adalah waktu yang diperlukan untuk satu getaran penuh. Dalam satu detik berarti terjadi
1 getaran. Banyaknya getaran per T
sekon disebut frekuensi (f). Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa f
1 . T
Frekensi getaran ialah banyak gertaran yang terjadi setiap sekon. Jadi, frekuensi adalah kebalikan dari periode. Frekuensi getaran dilambangkan dengan f dan satuannya hertz (Hz). Hubungan antara frekuensi getaran (f) dan periode getaran (T) adalah f
Dengan
1 T
T
atau
1 f
T = periode (sekon) f =frekuensi (
1 atau Hz ) sekon
semakin besar frekuensi, semakin kecil periode, dan sebaliknya, semakin besar periode, semakin kecil frekuensinya. 2. Gelombang dan Perambatanya a. Pengertian Gelombang Gelombang merupakan getaran yang merambat. Sifat terjadinya, gelombang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik. Gelombang mekanik adalah gelombang yang terjadinya disebabkan oleh peeristiwa getaran mekanik. Contoh gelombang mekanik yaitu gelombang pada permukaan air, gelombang bunyi, dan gelombang pada tali dan gelombang gempa. gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang terjadinya disebabkan radio, gelombang TV, dan gelombang cahaya.
28
Pada gelombang tali tidak terjadi perpindahan medium ke arah rambatan gelombang, yang merambat adalah hasil usikan atau ganguan. b. Jenis Gelombang Berdasarkan arah rambatan dan arah getarannya, gelombang terbagi atas dua jenis, yaitu gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Berikut akan dijelaskan kedua jenis gelombang tersebut. 1) Gelombang Transversal Gelombang pada tali dan gelombang pada permukaan air merupakan contoh gelombang transversal. Ketika kamu memberikan ganguan pada slinkin, ganguan tersebut bergerak sepanjang medium, tetapi partikel-partikel medium bergetar dengan arah tegak lurus terhadap arah rambat ganguan. Dengan kata lain, arahgetaran pada slinki tegak lurus terhadap arah rambatan. Jadi pada gelombang transversal, arah rambat gelombang tegak lurus pada arah getarnya. Contoh lain gelombang transversal adalah gelombang cahaya. 2) Gelombang Longitudinal Gelombang longitudinal dapat juga diamati pada slinki. Agar dapat mengamati gelombang longitudinal kamu dapat memberikan gangguan atau getaran pada slinki secara mendatar. Pada gelombang longitudinal terjadi pola rapatan dan renggangan. Pola rapatan terjadi karena adanya usikan atau gangguan yang kamu lakukan secara horizontal pada salah satu ujungnya. Rapatan pada slinki bergerak searah dengan rambatan gelombang. Dengan demikian, gelombang longitudinal dapat dinyatakan sebagai gelombang yang arah getarannya sejajar atau searah dengan arah rambatan. Contoh lain gelombang longitudinal adalah gelombang bunyi, gelombang bunyi dan gelombang dalam air. c. Panjang Gelombang Berdasarkan uraian sebelumnya, pada gelombang transversal arah getaran tegak lurus terhadap rambatannya sehingga akan terbentuk bukit dan lembah gelombang, sedangkan pada gelombang longitudinal akan terbentuk rapatan dan rengggangan. Pemahaman tentang bukit dan lembah gelombang atau rapatan gelombang dapat diuraikan sebagai berikut.
29
1) Bentuk Gelombang Transversal Gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus arah rambatannya. Arah rambat gelombang pada tali adalah sepanjang tali sedangkan getarannya adalah turun naik. Demikian juga dengan getaran pada permukaan air adalah turun naik secara vertikal dan merambat secara horizontal ke pinggir kolam. Satu gelombang terdiri atas satu bukit dan satu lembah. Panjang satu gelombang disebut panjang gelombang. Panjang gelombang diberi lambang
(lamda), dengan satuan meter. 2) Bentuk Gelombang Longitudinal Pada gelombang longitudinal, panjang gelombang terdiri atas satu rapatan dan satu renggangan. Panjang gelombang longitudinal dapat dihitung mulai dari ujung renggangan pertama sampai ujung renggangan berikutnya atau dari ujung rapatan pertama sampai ujung rapatan selanjutnya. 3) Periode dan Panjang Gelombang Periode (T) adalah waktu yang diperlukan untuk membentuk satu getaran sempurna. Hal ini berarti pula bahwa periode adalah waktu yang diperlukan untuk membentuk satu gelombang. Dalam perambatannya, gelombang memiliki laju sebesar v. Jika untuk melewatkan satu gelombang dibutuhkan waktu T, dapat dinyatakan bahwa laju rambat gelombang sebagai berikut. v
Dengan
T v = laju rambat gelombang (m/s)
= panjang gelombang (m) T = periode getaran atau periode gelombang 4) Hubungan antara Laju Rambat , Frekuensi, dan Panjang Gelombang Frekuensi adalah banyaknya getaran yang dilakukan oleh benda selama 1 sekon. Frekuensi merupakan kebalikan periode (T). T
1 f
atau
f
1 T
Hal ini berlaku pula pada frekuensi gelombang
30
Jadi, dapat dituliskan sebagai berikut. v
T
atau
v = . F
3. Gelombang Bunyi a. Proses terjadinya Bunyi Bunyi pada hakikatnya adalah sesuatu yang dapat didengar oleh telinga yang kemudian disampaikan ke otak. Benda bergetar yang dapat menimbilkan gelombang bunyi disebut sumber bunyi. Gelombang bunyi memerlukan medium untuk merambat. Udara tempat merambatnya gelombang bunyi disebut zat antara atau medium antara. Selain udara, zat cair dan zat padat juga merupakan zat antara bagi gelombang bunyi di ruang hampa udara, bunyi tidak dapat merambat. Hal ini dibuktikan oleh seorang ilmuwan fisika Jerman bernama Otto Von guericke ( 1602-1686). b. Laju Rambat Bunyi Ketika terjadi petir, kadang-kadang bunyi dan cahaya datang bersamaan tetapi, kadang-kadang cahaya terlebih dahulu terlihat dan beberapa detik kemudian barulah terdengar bunyinya, hal tersebut menunjukan bahwa dalam perambatannya ke suatu tempat, bunyi memerlukan waktu lebih lama dibandingkan cahaya. Semakin jauh tempat yang ditujunya, semakin lama bunyi sampai ke tempat itu. Perbandingan jarak yang ditempuh oleh gelombang bunyi dari sumber bunyi ke pendengar dengan selang waktu dinyatakan dengan laju rambat bunyi. Jika jarak dinyatakan dengan s dan waktu dengan t , laju rambat bunyi v dirumuskan: v
Dengan :
s t
v = laju rambat bunyi ( m/s )
s = jarak bunyi dengan pendengar (meter) t = waktu ( sekon).
31
c. Frekuensi yang Dapat Didengar Indra pendengaran manusia hanya dapat mendengar bunyi yang memiliki frekuensi 20 Hz-20.000 Hz. Rentang frekuensi dari 20 Hz- 20000 Hz disebut frekuensi audiosonik atau sonik. Frekuensi di bawah 20 Hz disebut frekuensi infrasonik atau subsonik. Frekuensi di atas 20.000 Hz disebut frekuensi ultrasonik. Bunyi infrasonic dapat didengar oleh binatang tertentu, seperti anjing dan jangkrik, sedangkan ultrasonic dapat didengar oleh kelelawar dan lumbalumba. d. Nada Bunyi teratur memiliki frekuensi getaran yang tertentu. Bunyi dengan frekuensi tertentu disebut nada. Sedangkan bunyi yang memiliki frekuensi getaran yang tidak teratur disebut desah. Tinggi rendahnya nada bergantung pada frekuensi getaran.semakin besar frekuensi getar suatu nada, semakin tinggi nada tersebut. Sebaliknya, semakin kecil frekuensi getar suatu nada maka semakin rendah nada tersebut. e. Peristiwa Resonansi Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena pengaruh getaran benda lain yang bergetar. Beberapa contoh peristiwa resonansi adalah pada alat musik seperti gitar, gendang dan gong. Pada gitar, bunyi atau nada dihasilkan oleh getaran senar. Getaran senar ini menggetarkan udara yang berada di dalam kotak gitar. Oleh karena itu, bunyi yang dihasilkan senar terdengar lebih keras. Demikian pula pada gendang dan gong, udara yang berada diruangan dalamgendang dan ruangan dibalik lempeng gong ikut bergetar, akibat bergetarnya selaput gendang dan lempeng gong. 4. Pemantulan bunyi a. Hukum Pemantulan Bunyi Bunyi dipantulkan menurut aturan-aturan tertentu, Hukum pemantulan bunyi sebagai berikut: 1) Arah bunyi datang, garis normal, dan arah bunyi pantul terletak pada satu bidang datar. 2) Besar sudut datang ( i ) sama dengan besar sudut pantul ( r ) .
32
b. Menghitung Laju Rambat Bunyi Ketika waktu tempuh antara sumber bunyi ke bidangpemantul dan kembali ke sumber bunyi, jarak tempuhnya adalah 2 kali jarak antara sumber bunyi dan bidang pemantul. Persamaannya, v
2s t
atau
s
v.t 2
c. Pemanfaatan Pantulan Bunyi dalamKehidupan sehari-hari Pantulan bunyi dimanfaatkan juga untuk mengukur kedalaman laut, panjang
lorong
goa,
mendeteksi
cacat
dan
retak
pada
logam
dan
sebagainya.pengukuran kealamn laut ditentukan dengan teknik pantulan pulsa ultrasonic. Untuk itu, pada dinding kapal dipasang pembangkit getaran (osilator) dan penerima getaran (hidrofon). Gelombang bunyi yang dihasilkan dirambatkan melalui air laut dan akan dipantulkan oleh dasar laut yang diterima oleh alat khusus di kapal. Dengan mengetahui selang waktu antara gelombang yang dikirim dan yang diterima maka akan diketahui kedalaman laut dengan menggunakan persamaan berikut ini.
2s v.t Dengan
s = jarak/kedalaman laut (meter) v = laju rambat bunyi dalam air ( m/s) t = selang waktu antara gelombang yang dikirim dan diterima (sekon)
.
33
33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan metode quasi eksperimen yaitu metode penelitian yang melakukan pengontrolan terhadap salah satu variabel. Dalam kontrol atau pengendalian variabel bisa dilakukan secara ketat atau secara penuh. Sehingga perlu dicari atau dilakukan pengontrolan yang sesuai dengan kondisi yang ada. Dimana peneliti harus dapat memilih dan menentukan variabel mana yang boleh dilonggarkan pengendaliannya, dalam arti kata tidak dilakukan sepenuhnya. Peneliti melakukan analisis dan evaluasi penguasaan konsep siswa terhadap pretest dan posttest yang kemudian diolah untuk
mengetahui
penguasaan dan peningkatan konsep siswa kelompok atas, kelompok tengah dan kelompok bawah pada tiap indikator serta mengetahui apakah kenaikan ini signifikan atau tidak setelah diterapkan metode pembelajaran inkuiri terbimbing.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Jamiatus Sholihin Cipondoh, Tangerang. Penelitian dilakukan pada tahun pelajaran 2009/2010
C. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan yaitu two group pretest-posttest design, dimana dalam desain ini digunakan dua kelas subjek. Desain ini menggunakan dua kelas, yaitu kelas kontrol (diberikan perlakukan, menggunakan model konvensional) dan kelas eksperimen (diberikan perlakuan metode pembelajaran inkuiri terbimbing). Dua kelas dianggap sama dalam semua aspek yang relevan dan perbedaan hanya terdapat dalam perlakuan. Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
34
Kelas
Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretest Treatment
Posttest
E
T1
X1
T2
C
T1
X2
T2
Keterangan: E
:
Kelas eksperimen
C
:
Kelas kontrol
T1
:
Nilai pretest
T2
:
Nilai posttest
X1
:
Perlakuan (penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing).
X2
: Tidak diberi perlakuan model inkuiri terbimbing
D. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.1 Populasi target dalam penelitin ini adalah seluruh siswa MTs Jamiatus Sholihin. Sedangkan populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Jamiatus Sholihin. Sampel adalah sebagian/wakil populasi yang diteliti.2 Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VIII 3 sebagai kelas
eksperimen dan kelas VIII 2 sebagai kelas kontrol.
E. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel menggunakan Probability Sampling dengan teknik simple random sampling. Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipillih menjadi anggota sampel. Dikatakan sampel
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 102 2 Ibid., h. 109
35
(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.3
F. Variabel Penelitian Istilah variabel dapat diartikan bermacam-macam, dalam metodologi penelitian, variabel yang dimaksudkan adalah “segala sesuatu yang akan menjadi objek penelitian”.4 Dalam penelitian ini dikenal dengan istilah bivariate variabel (hubungan antara dua variabel), yaitu variabel independent (variabel bebas) dan variabel dependent (variabel terikat). Variabel independent yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain. Adapun variabel variabel dependent (variabel terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel oleh variabel independent. Oleh karena itu variabel ini sering disebut dengan terpengaruh. Penelitian ini memiliki dua variabel. Pertama pengaruh metode pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai variabel bebas (Variabel X). Hasil belajar fisika siswa sebagai variabel terikat (variabel Y).
G. Prosedur Penelitian Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Melakukan pretest (T1) untuk mengukur hasil belajar fisika siswa sebelum diajar menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen dan metode diskusi pada kelas kontrol.
2. Melaksanakan proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbig (X1). 3. Melakukan posttest (T2) untuk mengukur hasil belajar fisika siswa setelah di beri perlakuan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen dan menggunakan metode diskusi pada kelas kontrol. 4. Menganalisis T1 dan T2 untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka. 3
Sigiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 120 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (yogyakarta: Rineka Cipta, 1998), Cet Ke-XI, h. 120.
36
5. Menganalisis T2 untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen dan menggunakan metode diskusi pada kelas kontrol. 6. Menganalisis T2 untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar fisika siswa setelah pembelajaran menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen dan menggunakan metode diskusi pada kelas kontrol. 7. Membandingkan T2 pada kelas eksperimen dengan T2 pada kelas kontrol untuk mengatahui pengaruh penerapan pembelajaran metode pembelajaran inkuiri terbimbing. 8. Menerapkan uji statistik yang cocok untuk menentukan apakah pengaruh penerapan pembalajaran konvensional dengan metode pembelajaran inkuiri terbimbing itu signifikan atau tidak.
H. Tehnik Pengambilan Data Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes.. Tes berupa pretes dan postes. Pretes adalah test hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan awal siswa sebelum penerapan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan postes adalah tes hasil belajar sesudah pembelajaran menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing untuk melihat ketuntasan hasil belajar dan apakah terdapat peningkatan hasil belajar fisika siswa akibat adanya perlakuan.
I. Instrumen Penelitian 1. Instrument Hasil Belajar Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes.Tes yang digunakan adalah tes objektif berupa soal pilihan ganda pada konsep getaran dan gelombang. Jumlah butir soal yang diberikan kepada siswa dengan 4 pilihan dan berjumlah 30 soal, dengan penskoran jika benar diberi skor 1 dan jika salah diberi nilai 0. Tes yang diberikan kepada kelompok eksperimen sama dengan kelas kontrol. Hasil belajar yang diukur adalah aspek kognitif yang meliputi
37
pengetahuan atau ingatan ( C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4). Sebelum dibuat instrumen, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal untuk menentukan menentukan ruang lingkup dan tekanan tes yang setepat-tepatnya sehingga dapat menjadi petunjuk dalam menulis soal. Adapun kisi-kisi instrumen tes hasil belajar pada konsep getaran dan gelombang dapat dilihat pada tabel berikut: KISI – KISI INSTRUMEN Materi
Kompetensi Dasar
Indikator Mengidentifikasi getaran pada kehidupan seharihari Mengukur periode dan frekuensi getaran
Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta contohcontohnya Getaran dan gelombang
Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari
∑ Soal
Menyelidiki karakteristik gelombang transversal dan gelombang lonitudinal Mendeskripsikan hubungan antara kecepatan rambat gelombang frekuensi dan panjang gelombang Mengaitkan konsep gelombangdalam kehidupan sehari-hari Membedakan jenis-jenis frekuensi bunyi Memaparkan karakteristik gelombang bunyi Menunjukan gejala resonansi dalam kehidupan sehari-hari Memberikan contoh pemantulan bunyi dalamsehari-hari
C1
Aspek Kognitif C2 C3 C4
∑ Soal
1,2
3
3
4
5
6
3
7
8
9
3
10
11
12,13
4
14,15
16
17
18
20
21
24
25
26
28
29
30
11
9
7
3 19
3 22,23
4
27
4
3 3
30
2. Kalibrasi Sebelum diberikan kepada sampel, soal tersebut terlebih dahulu diuji cobakan kepada siswa kelas IX Mts Jamiatul Gulami. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut telah memenuhi persyaratan seperti uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran maupun daya pembeda. a. Uji Validitas
38
Salah satu ciri tes itu baik adalah apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur atau istilahnya valid. Dalam penelitian ini digunakan validitas isi (content validity) yang berarti tes disusun sesuai dengan materi dan indikator yang dijudgment oleh praktisi pendidikan (dosen atau guru). Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Korelasi Point Biserial (rpbi) karena skor butir soal berbentuk skor dikotomi (skor butir 0 atau 1). Untuk memberikan interpretasi terhadap angka rpbi dipergunakan tabel nilai “r” product moment, dengan terlebih dahulu mencari df-nya (df = N – nr). Adapun rumus rpbi yaitu: rpbi
M p Mt SDt
p ...................................................( 3.1) q
Keterangan: rpbi
= angka indeks korelasi point biserial
Mp
= mean (nilai rata-rata hitung) yang dijawab dengan benar
Mt
= mean dari skor total
SDt
= standar deviasi total
p
= proporsi siswa yang menjawab betul terhadap butir item
q
= proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item5 Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka rpbi
dibandingkan dengan rtabel product moment dengan α = 0,05 dengan rtabel sebesar 0,304. Jika rpbi ≥ rtabel maka soal tersebut valid dan jika rpbi < rtabel maka soal tersebut tidak valid. Dari 30 butir soal yang diuji cobakan terdapat 27 butir soal yang valid. 6
b. Uji Reliabilitas
5
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidkan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), cet. Ke14, h. 258 6 Lampiran
39
Reliabilitas adalah alat penilaian ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya.7 Pengujian reliabilitas ini menggunakan rumus K-R 20 (Kuder-Richardson 20) karena skor butir soal berbentukskor dikotomi.
X
n s pq X 2 n r11 , dengan S s2 n n 1 2
2
2
... ....................... (3.2)
Keterangan: r11
= reliabilitas tes secara keseluruhan
p
= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q
= proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)
∑pq
= jumlah hasil perkalian antara p dan q
n
= banyaknya item
S
= standar deviasi dari tes8
Kualifikasi koefisien reabilitas adalah sebagai berikut: 0,91 ≤ 1,00
sangat tinggi
0,71 ≤ 0,90
tinggi
0,41 ≤ 0,70
cukup
0,21 ≤ 0.40
rendah
< 0,20
sangat rendah Berdasarkan perhitungan diperoleh r11 = 0,67 sehingga dapat disimpulkan
bahwa soal tersebut reliabel dengan kategori cukup.9 c. Uji Taraf Kesukaran Untuk mengetahui apakah soal itu sukar, sedang atau mudah maka soalsoal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu. Indeks kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus: P
B .................................................................(3.3) JS
Keterangan: 7
Nana Sudjana, op.cit., h. 16 Suharsini Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 96 9 Lampiran 8
40
P
= indeks kesukaran
B
= banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS
= jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria indeks kesukaran: IK = 0,00
: terlalu sukar
0,00
: terlalu mudah10
d. Daya Pembeda Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang mampu (lemah prestasinya). Cara perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
D PA PB , dimana PA
BA B dan PB B .............................................(3.4) JA JB
Keterangan: D
= daya pembeda
PA
= proporsi kelas atas
PB
= proporsi kelas bawah
BA
= banyak siswa kelas atas yang menjawab benar untuk setiap butir soal
BB
= banyak siswa kelas bawah yang menjawab benar untuk setiap butir soal
JA
= jumlah siswa kelas atas
JB
= jumlah siswa kelas bawah
Klasifikasi Daya Pembeda Soal
10
M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 133
41
D=-
: jelek sekali
D < 0,20
: jelek (poor)
D >0,20≤0,40 : cukup (satisfactory) D >0,40≤0,70 : baik (good) : sangat baik (excellent)11
D >0,70≤1
J. Teknik Analisis Data Setelah semua data terkumpul dilakukan langkah langkah sebagai berikut: 1. Deskripsi Data Data yang diperoleh dari angket hasil belajar fisika siswa, skornya disusun ke dalam bentuk distribusi frekuensi. Untuk menganalisis skor hasil data digunakan rmus sebagai berikut. a. Mean: x
x ..........................................................................................( 3.5 ) n
Keterangan: X
: mean yang akan kita cari
∑X
: jumlah dari skor-skor nilai yang ada
N
: banyaknya skor-skor itu sendiri
1 nF ............................................................(3.6) b. Median ( Me) Me = b p 2 f
Keterangan : b
: batas bawah kelas median
p
: panjang kelas median
n
: banyaknya data
11
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), cet. Ke-5, h. 389-390
42
F
: jumlah semua frekuensi kelas median dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas median
F
: frekuensi kelas median
b .............................................................( 3.7) c. Modus ( Mo). Mo : b p b1 b2 Keterangan : B
: batas bawah kelas modal, adalah kertas interval dengan interval dengan frekuensi terbanyak
p
: panjang kelas modal
b1
: frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan tanda kelas lebih kecil sebelum tanda kelas
b2
: frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan tanda kelas lebih besar sesudah tanda kelas modal
d. Standar deviasi ( SD ) : SD :
x
2
( ) 2 N
.............................................(3.8)
Keterangan: X
: skor mentah
X
: rata-rata skor mentah
N
: banyaknya data
2. Uji Persyaratan Analisi Data Untuk menganallisis data, dipakai kesamaan dua rata-rata dan uji statistik yang digunakan adalah uji-t. Namun sebelum menggunakan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat dapat dilakukannya analisis data. a. Pemberian skor Sebelum menskor jawaban siswa, terlebih dahulu ditentukan standar penskoran untuk tiap tahap sehingga dalam pelaksanaannya unsur subjektivitas dapat diminimalisir.
43
b. Uji Normalitas Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah populasi yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan uji liliefors. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah: a) Urutkan data sampel dari yang terkecil sampai yang terbesar. b) Tentukan nilai Z dari tiap-tiap data dengan rumus: c) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Z berdasarkan tabel Z dan sebut dengan F(Z) = 0,5 ± Z d) Hitung frekuensi kumulatif dari masing-masing nilai Z dan sebut dengan S(Z) e) Tentukan nilai Lo dengan rumus Lo = F(Z) – S(Z) f) Ambil nilai terbesar dari selisih tersebut sehingga diperoleh nilai Lo g) Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkan dengan Lt (nilai yang diambil dari tabel harga kritis uji liliefors) dengan aturan: a. Hipotesis Ho : Sampel berdistribusi normal Ha : Sampel berdistribusi tidak normal b. Jika Lo < Lt maka sampel berdistribusi normal c. Jika Lo > Lt maka sampel berdistribusi tidak normal
c.Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua populasi. Uji homogenitas yang dilakukan adalah uji Fisher. Adapun rumus yang digunakan:
dengan
..............................(3.9)
Adapun kriteria pengujiannya adalah Jika Fhitung ≤ Ftabel artinya kedua sampel homogen Jika Fhitung > Ftabel artinya kedua sampel tidah homogen
44
Untuk taraf signifikasi ( α ) = 0,05 dan derajat kebebasan pembilang dk = nb – 1, dengan nb merupakan ukuran sampel yang variasinya besar dan nk merupakan ukuran sampel yang variasinya kecil.
3. Uji Analisis Data a. Uji Hipotesis Menganalisis data pretes dan postes secara statistik untuk mengetahui apakah kenaikan penguasaan konsep tersebut signifikan atau tidak. Dalam hal ini digunakan uji-t karena data tersebut berdistribusi normal dengan taraf signifikasi α = 0,05. Untuk itu menguji kebenaran hipotesis dalam penelitian menggunakan rumus sebagai berikut:
.... (3.10) Keterangan: N1
: Jumlah sampel kelompok eksperimen
N2
: Jumlah sampel kelompok kontrol
V1
: Varians data kelompok eksperimen (sd1)2
V2
: Varians data kelompok kontrol (sd2)2
S
: Standar deviasi gabungan
X1
: Nilai rata-rata kelompok eksperimen
X2
: Nilai rata-rata kelompok kontrol
Adapun kriteria ttabel, jika: thitung < ttabel maka Ho diterima dan H1 ditolak thitung > ttabel maka Ho ditolak dan H1 diterima
45
K. Hipotesis Statistik Secara statistik hipotesis dinyatakan sebagai berikut: Ho : µX = µY Ha : µX > µY Keterangan: Ho = Hipotesis nihil Ha = Hipotesis alternatif µX = nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen. µY = nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol.
46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Hasil belajar diperoleh melalui instrumen penelitian berupa tes. Sebelum menerapkan pembelajaran fisika dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing (kelompok eksperimen) dan pembelajaran fisika dengan menggunakan metode konvensional (kelompok kontrol), kedua kelompok masing-masing diberikan pretest. Pretest ini bertujuan untuk mengukur pengetahuan awal siswa mengenai konsep getaran gelombang. Setelah masing-masing kelompok melakukan proses belajar mengajar dengan perlakuan yang berbeda, setelah itu pada masing-masing kelompok dilakukan posttest yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan di atas, data yang telah terkumpul meliputi data skor pretest dan skor postest dari sebanyak 36 siswa dari kelompok eksperimen dan 36 siswa dari kelompok kontrol. Adapun hasilnya sebagai berikut : 1. Hasil Belajar yang Tidak Menggunakan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Kelas kontrol merupakan kelas yang tidak diberikan perlakuan metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Data penelitian kelas kontrol dapat dilihat pada tabel distribusi berikut ini: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol No
Interval Kelas
1 2 3 4 5 6
23 - 26 27 - 30 31 - 34 35 - 38 39 - 42 43 – 46
Rata-rata = 35,17
2
X
X
24,5 28,5 32,5 36,5 40,5 44,5 207
600,25 812,25 1056,25 1332,25 1640,25 1980,25 7421,5
F
fka
fkb
Batas nyata
F.X
F.X2
7 3 5 7 8 6 36,0
7 10 15 22 30 36
36 30 22 15 10 7
22,5 – 26,5 26,5 - 30,5 30,5 – 34,5 34,5 – 38,5 38,5 – 42,5 42,5 – 46,5
171,5 85,5 162,5 225,5 324,5 267,0 1266,0
4201,75 2436,75 5282,25 9325,75 13122,00 11881,50 46249,0
47
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Posttest Siswa pada Kelas Kontrol
No
Interval Kelas
1 2 3 4 5 6
50 – 53 54 – 57 58 – 61 62 – 65 66 – 69 70 – 73
2
X
X
51,5 55,5 59,5 63,5 67,5 71,5 369
2652,25 3080,25 3540,25 4032,25 4556,25 5112,25 22973,5
F
fka
fkb
Batas nyata
4 7 5 8 6 6
4 11 16 24 30 36
36 30 24 16 11 4
50,5 – 53,5 53,5 – 57,5 57,5 – 61,5 62,5 – 65,5 65,5 – 69,5 69,5 – 73,5
F.X
F.X2
206,0 388,5 297,5 508,0 405,0 429,0 2234,0
10609,0 21561,8 17701,3 32258,0 27337,5 30673,5 140141,0
Rata –rata = 62,06
Dari hasil penelitian, didapat hasil rata-rata pretest kelas kontrol adalah 35,17 rentang nilai siswa yang paling banyak berada pada rentang 39-42 sebanyak 8 siswa, sedangkan 7 siswa berada pada rentang ntang 23-26 dan 35-38. nilai pretes yang dihasilkan terlalu rendah. Hal ini dikarenakan ketika pemberian pretest siswa belum mempelajari materi getaran dan gelombang. Nilai posttest dari kelas kontrol yang mendapatkan nilai antara rentang 70-73 hanya 6 siswa dari 36 dan rentang 50-53 ada 4 siswa. Nilai rata-rata hasil posttest kelas kontrol 62,06.nilai median yang diperoleh 62,5 dan modus 62,1. terlihat hasil belajar yang tidak menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing paling banyak pada interval 62-65 dan disimpulkan bahwa hasil belajar fisika yang tidak menggunakan metode pembelajaran inkuiri ini cukup baik dan mengalami peningkatan dari nilai pretest yang diberikan sebelumnya. 2. Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Hasil belajar kelas eksperimen yang diberikan perlakuan mengalami peningkatan yang lebih baik dari pada nilai siswa kelas kontrol data penelitian ini dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi berikut:
48
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen No
Interval Kelas
1 2 3 4 5 6
23 – 26 27 – 30 31 – 34 35 – 38 39 – 42 43 – 46
2
X
X
24,5 28,5 32,5 36,5 39,5 44,5 207
600,25 812,25 1056,25 1332,25 1640,25 1980,25 7421,5
F
fka
Fkb
Batas nyata
F.X
F.X2
2 3 6 9 10 6 36,0
2 5 11 20 30 36
36 30 20 11 5 2
22,5 – 26,5 26,5 – 30,5 30,5 – 34,5 34,5 – 38,5 38,5 – 42,5 42,5 – 46,5
49,0 85,5 195,0 328,5 405,0 267,0 1330,0
1200,5 2436,75 6337,5 11990,25 16402,5 11881,5 50249,00
Rata –rata = 36,49
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen No
Interval Kelas
1 2 3 4 5 6
64 – 67 68 – 71 72 – 75 76 – 79 80 – 83 84 – 87
2
X
X
65,5 69,5 73,5 77,5 81,5 85,5 453,0
4290,25 4830,25 5402,25 6006,25 6642,25 7310,25 34481,5
F
fka
Fkb
Batas nyata
F.X
F.X2
3 5 8 5 6 9 36,0
3 8 16 21 27 36
36 27 21 16 8 3
63,5 – 67,5 67,5 – 71,5 71,5 – 75,5 75,5 – 79,5 79,5 – 83,5 83,5 – 87,5
196,50 374,50 588,0 387,50 489,0 769,50 2778,0
12870,75 24151,25 4318,0 30031,25 39853,50 65792,25 215917,0
Rata- rata = 77,17
Berdasarkan tabel di atas nilai rata-rata pretest siswa kelas eksperimen 36,94. sebanyak 10 siswa mempunyai skor nilai antara 39-42 dan sebanyak 9 siswa berada pada rentang nilai 38-38. Sedangkan yang memiliki nilai paling rendah atau .nilai antara 23-26 hanya dua orang dan nilai rentang 27-30 sebanyak dua dari total siswa keseluruhan 36 siswa. Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen 77,17. Skor tertinggi yang dihasilkan yakni 86 sebanyak 9 orang sedangkan sebagian besar nilai yang diperoleh berada diantara interval 72-75 sebanyak 8 siswa. 5 orang siswa memperoleh rentang nilai 68-71 dan rentang nilai 76-79. Nilai antara rentang 6467 hanya 3 siswa. Hal ini berarti nilai siswa terhadap pelajaran fisika khususnya materi getaran dan gelombang mengalami peningkatan dibandingkan nilai pretestnya. Berdasarkan hasil analisis distribusi frekuensi pretest dan posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat perbedaan skor pretest dan postestnya pada tabel 4.5 berikut ini:
49
Tabel 4.5 Perbedaan Skor Pretest dan Posttest Pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Test
Pretest
Posttest
Perbedaan skor
K
35,17
62,06
26,89
E
36,94
77,17
40,23
Selisih
1,77
15,11
13,34
Kelas
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil pretest kelas kontrol 35,17 dan posttest kelas kontrol 62,06 sehingga menghasilkan perbedaan skor pretest-postest kelas kontrol 26,89 sedangkan pada kelas eksperimen nilai pretest 36,94 dengan posttest 77,17 dan memperoleh selisih perbedaan skor 40,23 dengan selisih kenaikan nilai rata-rata tersebut, diperoleh perbedaan skor 13,34. Jadi perbedaan skor pretest dan posttest kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol. Hal ini menunjukan bahwa terjadi kenaikan nilai rata-rata yang dipengaruhi adanya penerapan metode pembelajarn inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada konsep getaran dan gelombang. Setelah diketahui data-data hasil posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen kemudian dianalisis untuk melihat penguasaan konsep siswa kelompok atas, tengah, dan bawah. Data hasil belajar siswa disajikan dalam bentuk persentase, secara singkat dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.6 Presentase Rata-rata Hasil Belajar Postest Siswa Pada Kelas Kontrol Kelompok
Jumlah Siswa
Persentase
Atas
-
-
Tengah
20
55,5 %
Bawah
16
44,5 %
50
Tabel 4.7 Persentase Rata-rata Hasil Belajar Posttest Siswa Pada Kelas Eksperimen Kelompok
Jumlah Siswa
Persentase
Atas
15
41,67 %
Tengah
21
58,3 %
Bawah
-
-
Dari tabel 4.6 dan 4.7 di atas, dalam kaitannya dengan hasil belajar getaran dan gelombang terdapat perbedaan antara rata-rata siswa kelompok atas, tengah, dan bawah pada kelompok kontrol dengan rata-rata siswa kelompok atas, tengah dan bawah pada kelompok eksperimen. Pada kelas kontrol, tidak terdapat kelompok atas melainkan data tersebar pada kelompok tengah dan bawah. Kelompok bawah atau nilai yang kurang dari 59 terdapat 16 siswa atau sekitar 44,5% dan kelompok tengah nilai antara 60-80 terdapat 20 siswa atau sekitar 55,5%. Kelas eksperimen terjadi peningkatan yang baik. Banyaknya siswa pada kelompok atas antara rentang 80-100 ada sekitar 15 siswa atau 41,67% sedangkan kelompok tengah antara 60-79 terdapat 21 siswa atau sekitar 58,3 %. Pada kelas eksperimen tidak terdapat kelompok bawah atau nilai yang kurang dari 59. Hal ini menunjukan bahwa adanya penerapan metodepembelajaran inkuiri terbimbing terhadap peningkatan hasil belajar pada konsep getaran dan gelombang. Dengan demikian penerapan metode pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik dari pada penerapan metode belajar dengan seluruhnya diskusi. Data-data di atas dapat juga dilihat pada gambar di bawah ini:
25
51
20 postest kelas kontrol
15 postest kelas eksperimen
10 5 0
atas tengah bawah
(Gambar 4.1 Prsentase Rata-rata Hasil Belajar Posttest Siswa pada Kelas Eksperimen)
3. Uji Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas Berdasarkan uji persyaratan analisis data, maka sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadapdata hasil penelitian. Uji persyaratan analisis yang perlu adalah uji nomalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas yang dipakai uji liliefors. Dari hasil pengujian pretest kelas kontrol ( tidak diberikan perlakuan metode pembelajaran Inkuiri terbimbing) diperoleh harga Lhitung atau L0 = 0,131. Dari tabel harga kritis uji liliefors dengan taraf signifikasi (α) = 0,05 maka didapat harga Lt = 0,148. Karena L0 < Lt maka dapat disimpulkan data populasi hasil pretest kelas kontrol berdistribusi normal. Sedangkan untuk hasil posttest kelas kontrol diperoleh harga L0 = 0,142 dengan Lt = 0,148. Karena L0 < Lt maka dapat disimpulkan bahwa data populasi hasil postest berdistribusi normal. Pada kelas eksperimen ( diberikan perlakuan metode pembelajaran inkuiri terbimbing ) hasil pretest diperoleh harga L0 =0,129 dengan harga Lt = 0,148 karena L0 < Lt maka didapat data populasi kelas eksperimen
52
berdistribusi normal. Sedangkan hasil postest diperoleh harga L0 = 0,146 dengan Lt = 0,148 karena didapat L0 < Lt maka didapat data posttest pada kelas eksperimen berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas yang digunakan adalah uji homogenitas dua varians atau uji fisher. Dari hasil pengujian untuk kelas kontrol diperoleh harga Fhitung = 1,10. dari tabel harga distribusi F dengan taraf kesukaran signifikan ( α ) = 0,05 maka didapat harga Ftabel = 1,76. Karena harga Fhitung < Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa data populasi kelas kontrol bersifat homogen. Sedangkan untuk kelas eksperimen diperoleh Fhitung = 0,73 dengan Ftabel = 1,76 maka Fhitung < Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa data populasi pada kelas eksperimen berdistribusi normal. 4. Interpretasi Data Berdasarkan perhitungan data statistik, data hasil pretest kelas kontrol diperoleh rentang nilai 23-45 dengan rata-rata 35,17. Median kelas ini 36,21 dan modus 40,62 serta standar deviasi 6,93 dengan jumlah sampel 36 siswa. Sedangkan hasil posttest kelas kontrol diperoleh rentang nilai 50-73 denga ratarata 62,06 nilai median 62,5 nilai modus 7,75 serta dengan standar deviasi 6,41. Berdasarkan nilai pretest dan posttest kela kontrol mengalami kenaikan pada hasil belajarnya. Data hasil pretest kelas eksperimen diperoleh rentang nilai 23-45 dengan nilai rata-rata 36,94 nilai median 37,61 dan modus 39,5 dengan standar deviasi 5,56 dengan jumlah sampel sebanyak 36 siswa. Sedangkan nilai posttest kelas eksperimen diperoleh rentang nilai 64-86 dengan nilai rata-rata 77,17 dengan nilai median 77,1 modus 83,75 serta standar deviasi 6,56 dengan jumlah sampel 36 siswa.
53
Penyajian data pretest dan posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.8 Hasil Belajar Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Test
Pretest
Posttest
Kelas N
X
K
36
E
36
Me
Mo
SD
N
X
35,17 36,21 40,62 6,93
36
36,94 37,61 39,5
36
5,56
Me
Mo
SD
62,06 62,5
7,75
6,47
77,17 77,1
83,75 6,56
Berdasarkan hasil analisis distribusi frekuensi di atas, terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar fisika sebelum dan setelah diberi perlakuan. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh penerapan metode inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang. Dari hasil penelitian nilai rata-rata pada kelas kontrol 62,06 dengan jumlah sampel masing-masing kelas 36 siswa. Dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung posttest 5,00 taraf signifikan (α) =0,05 diperoleh harga tabel 2,00. Hal ini menunjukan bahwa thitung > ttabel maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas VIII setelah menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing.
70 60 50
kelas kontrol
40
kelas ekperimen
30 20 10 Pretest
postest
(Gambar 4.2 Presentase Hasil Belajar Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen)
54
Berdasarkan data-data hasil analisis pretest dan posttest atau nilai aktivitas siswa serta peningkatan hasil belajar menunjukan bahwa hasil belajar siswa pada konsep getaran dan gelombang pada kelas eksperimen lebih baik dan lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa pada kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan uji t kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, diperoleh nilai rata-rata uji t kelompok eksperimen lebih besar dari pada nilai rata-rata uji t kelompok kontrol. Dengan dilakukannya pengujian hipotesis dapat dilihat thitung yang diasilkan 5,00 dan ttabel sebesar 2,00 dengan taraf signifikan (α ) =0,05. Terbukti darihasil perhitungan bahwa thitung > ttabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan metode pembelajaran inkuiri terbimbing. Peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen lebih tinggi karena dalam pembelajarannya menggunakan inkuiri terbimbing (guided inquiry), dimana dalam pembelajarannya siswa aktif dalam kegiatan belajar serta dapat melakukan aktifitas ilmiah dalam menemukan konsep yang sedang dipelajari. Pembelajaran inkuiri terbimbing ini salah satunya melakukan praktikum. Pada kegiatan praktikum siswa merencanakan prosedurnya sendiri untuk memecahkan masalah, guru memfasilitasi penyelidikan dan mendorong siswa mengungkapkan atau membuat pertanyaan-pertanyaan yang membimbing mereka untuk penyelidikan lebih lanjut.
B. Pembahasan Berdasarkan data pretest menunjukkan rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa input kelompok eksperimen lebih baik dari pada input kelompok kontrol, tetapi rata-rata kelompok eksperimen dan kontrol masih sama-sama rendah. Rendahnya rata-rata pretest ini disebabkan materi yang di ujikan belum diajarkan kepada siswa, jadi mereka menjawab pertanyaan sesuai dengan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan nilai rata-rata pretest antara kelompok eksperimen dan kontrol tidak berpengaruh terhadap hasil uji homogenitas pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang menyatakan bahwa kedua kelompok homogen.
55
Selain itu, hasil posttest pada kelompok eksperimen dan kontrol, nilai terendah kelompok eksperimen 64 dan nilai terendah kelompok kontrol adalah 50. Perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disebabkan karena kelompok eksperimen menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing, dimana dalam pembelajarannya siswa terlibat langsung sehingga termotivasi untuk belajar. Selain itu, siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembelajaran dan guru hanya membimbing siswa. Hal ini sejalan dengan pengertian inkuiri terbimbing menurut Jacobsen, at.all yang menyatakan bahwa dalam inkuiri terbimbing guru menyajikan contoh-contoh pada siswa, memandu mereka berusaha menemukan pola-pola dalam contohcontoh tersebut, dan memberikan semacam penutup ketika siswa telah mampu mendeskripsikan.1
Sedangkan
kelompok
kontrol
dalam
pembelajarannya
menggunakan metode konvensional (demonstrasi) dimana guru yang melakukan, menunjukkan dan memperlihatkan suatu proses, sehingga siswa kurang paham terhadap apa yang dijelaskan oleh guru. Selain itu metode demonstrasi kurang efektif bila tidak diikuti dengan sebuah aktifitas dimana siswa sendiri yang melakukan dan menjadikan aktivitas itu pengalaman yang berharga. Berdasarkan
perbandingan
hasil
rata-rata
posttest
siswa
yang
mengimplementasikan metode pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) terhadap posttest siswa yang belajar dengan mengimplementasikan pembelajaran dengan metode konvensional (demonstrasi) dapat disimpulkan bahwa kelompok yang mengimplementasikan metode inkuiri terbimbing lebih baik dari pada kelompok yang mengimplementasikan pembelajaran dengan metode demonstrasi. Artinya metode pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa. Hal ini sejalan dengan munawaroh dalam penelitiannya, disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya, 2 selain itu penelitian yang dilakukan oleh Broto, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara penggunaan pembelajaran fisika menggunakan pendekatan inkuiri 1
David A. Jacobsen, at.all “Methods For Teaching” (Yogyakarta, Pustaka Pelajar.2009) Munawaroh, Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa, (Jakarta: UIN, 2009), h. 60 2
56
terbimbing dengan metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar fisika materi pokok listrik dinamis siswa kelas IX SMP Negeri 3 Randublatung Blora.3 Pengaruh metode pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar dapat dilihat dari hasil tes yang diberikan. Pengaruh inkuri terbimbing juga dapat dilihat dari aktivitas siswa pada kegiatan yang diberikan guru untuk siswa begitu aktif dalam bereksperimen dan berdemonstrasi. . Metode belajar guided inquiry dibagi ke dalam 5 tahapan, yang mana lima tahapan tersebut sangat menentukan berhasil atau tidaknya pelaksanaan metode ini. Pada tahap pertama (orientasi), menggali pengetahuan awal siswa sehingga siswa tertarik dan siap untuk mengikuti proses pembelajaran. Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk memperhatikan realitas yang terjadi di alam sekeliling yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari serta menstimulus siswa dengan memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan konsep. Pada tahap ini siswa diberikan kebebasan untuk mengemukakan pendapat dan berdiskusi. Hal ini dilakukan agar siswa termotivasi dan juga untuk meningkatkan rasa keingintahuan siswa terhadap konsep yang akan dipelajari. Tahap kedua yaitu (eksplorasi), peneliti mengajak siswa untuk melakukan observasi melalui kegiatan diskusi kelompok dan praktikum. Aktifitas belajar diskusi kelompok dan praktikum sebetulnya jarang dilakukan siswa sehingga dengan diterapkannya model inkuiri terbimbing (guided inquiry), setiap siswa memiliki kesempatan beraktifitas dan terlibat aktif dalam kelompok. Meskipun siswa diberikan kebebasan untuk melakukan aktifitas belajar namun arahan, bimbingan dan kreatifitas guru dalam pengelolaan kelas pada tahap ini sangat dibutuhkan. Tahap ketiga (pembentukan konsep), dalam tahap ini siswa dengan masing-masing kelompoknya melakukan aktifitas diskusi. Setiap siswa dari 3
Wisnu Broto, dalam penelitiannya yang berjudul “Pembelajaran Fisika Menggunakan Pendekatan Inkuiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi Pada Materi Pokok Listrik Dinamis ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa”. (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2009).
57
masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk memaparkan hasil yang mereka dapatkan dan tentunya dengan menjunjung tinggi nilai kebersamaan, tanggung jawab, tenggang rasa, saling menghargai dan saling menghormati. Pada tahap ini siswa menemukan konsep-konsep baru. Meskipun demikian, pada tahap ini arahan dan bimbingan guru sangat dibutuhkan. Tahap ke empat (aplikasi), dalam tahap ini siswa dihadapkan pada situasi dan pengalaman belajar yang baru serta siswa dituntut untuk dapat melakukan studi kasus tentang keadaan lingkungan mereka sehari-hari. Pada tahap ini siswa dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah mereka dapatkan sebelumnya. Tahap ke lima (penutupan), pada tahap ini guru mengakhiri kegiatan belajar dengan membuat validasi terhadap hasil yang telah siswa dapatkan, kegiatan ini memberikan siswa untuk melakukan evaluasi pembelajaran.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing terhadaphasil belajar fisika siswa, maka dapat disimpulkan: a. Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diberikan metode inkuiri terbimbing lebih tinggi dari pada hasil belajar fisika siswa yang tidak diberi perlakuan metodepembelajaran inkuiri terbimbing. b. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan uji-t, diperoleh thitung sebesar 5,00dan ttabel sebesar 2,00 ( thitung > ttabel ), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar siswa antara siswa yang diberi perlakuan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan yang tidak diberi perlakuan metode pembelajaran inkuiri terbimbing
2. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, saran dalam penelitian ini adalah: a. Guru diharapkan mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk memilih metode atau teknik pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan serta tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam pembelajaran inkuiri terbimbing. b. Hendaknya guru menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai salah satu metode dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa karena metode pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh positif terhadap hasil belajar fisika siswa. c. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk memenuhi apakah pembelajaran inkuiri terbimbing dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik pada materi pelajaran fisika pada konsep yang berbeda.
58
58
64
DAFTAR PUSTAKA
National Research Cout 2000. Cil, inquiry and the National Science Education Standards: A Guided for Teaching and Learning, Washington DC: National Academy Press, Mulyasa, E, (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Soewarno, 2002 “ Peranan Metode Inkuiri terhadap Peningkatan Kualitas Pendidikan di Sekolah”. Jurnal Lembaran Ilmu Kependidikan, No. 2. Tahun XXIX)
Orberg, Dianne, 2004. Promoting Information Literaties: A Focus on Inquriry”. (Argentina: World Library and Information Congress, Naufal.Irfan Sajap Maswan, A Guided Inquiry Learning Approach in a Web Environment Theory and Application”
Learning Alberta 2004. “Focus on Inquiry:A Teacher’s Guided toImplementing Inquiry-Based Learning Roestyah N K. 2001 Strategi Belajar Mengajar, Jakarta. Rineka Cipta. Carol C. Khukthan dan Ross. J. Todd 2006.. Guied Inquiry: A Framework for Learning Throug School Libraries 2 lst Century School.
Lasley Thomas J. H. Thomas J. Matzynski dan James B. Rowley,2002 Instructional Model Strategis foe Teaching in a Diverse Society. Wadswerth Lame Phylliss dan Heath,Linda J. 2002, A Guided Inquiry in a Compater-Based Biology Laboratory Comference of the Association for Biology Laboratory education ( ABLE). Carol C, Kulhthan dan Ross J. Todd, 2006, “Guided Inquiry Activitie: A Framework For Learning Through School Libraries on 2 1st Century School ( Contuctivist Learning and GuidedInquiry)”, Amerika
Djamhari. Bahri Syaiful & Zein Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta
Suryabrata. Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
65
Imran. Ali Drs. Belajar dan Pembelajaran. PT Dunia Pustaka Jaya
Syah. Muhibin. 2003.Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung. Rosda Karya Nurkhasanah.2010 “Pembelajaran fisika dengan metode inkuiri terbimbing termodifikasi ditinjau dari kemampuan dan berpikir kritis siswa Universitas Surakarta . Bilkisti Hardiyono. 2007“ penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan keterampilan dan prestasi belajar siswa”. Fakultas MIPA UM Fathurrohman Pupuh Prof dan M.Pd. Sutikno Sobry M 2007Strategi Belajar Mengajar.Bandung. PT Refika Aditama. Arikunto. Suharsimi. 1998, Prosedur Praktek,Yogyakarta. Rineka. Cipta,.
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Arikunto. Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta Sudijono. Anas, 2004. Pengantar Statistik Pendidkan. Jakarta. Raja Grafindo Persada Arikunto Suharsimi, 2002.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta. Bumi Aksara Subana M. dan Sudrajat, 2001Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung. Pustaka Setia Sudijono Anas 2005, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta. Raja Grafindo Persada
ANALISIS BUTIR SOAL INSTRUMEN TES Daya Pembeda
Kelompok Atas
No Skor untuk item no Subjek 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 10 1 1 1 1 1 1 32 1 1 1 1 1 0 7 1 1 1 0 1 1 15 1 1 1 1 1 1 23 1 1 1 1 1 0 25 0 1 1 1 1 1 26 1 1 0 1 1 1 28 1 1 1 1 1 1 20 1 1 0 1 1 1 21 1 1 1 1 1 0 27 1 0 1 0 1 1 13 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 0 1 18 1 0 1 1 0 0 29 1 1 1 1 0 0 16 1 1 1 1 1 1 34 1 1 1 1 1 0 14 1 1 0 1 1 1 17 0 1 0 0 1 1 24 1 1 0 1 1 1 31 0 0 1 1 0 1 6 1 1 0 1 0 0 9 1 1 0 1 1 1 11 0 0 1 1 1 0 22 1 1 1 0 0 1 8 0 1 0 1 1 0 19 1 1 0 1 1 0 30 1 1 0 1 1 1 33 1 1 0 0 1 0 Tidak dimasukkan dalam perhitungan Kelompok
7 8 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1
8 9 10 9 10 11 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1
11 12 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1
12 13 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0
13 14 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1
14 15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1
15 16 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1
16 17 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1
17 18 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0
18 19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
19 20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
20 21 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0
21 22 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1
22 23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
23 24 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
24 25 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0
25 26 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
26 27 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0
27 28 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1
28 29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0
29 30 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0
30 31 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1
Σ 42 29 24 23 23 23 23 23 23 22 22 23 21 20 19 20 19 19 18 18 18 18 17 17 17 17 16 16 16 15
Keputusan drop : TK < 0 Buruk : 0,00 ≤TK <0,20 Cukup : 0,20 ≤TK <0,40 Baik : 0,40 ≤TK <0,70 Baik Sekali : 0,70 ≤TK <1,00
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 10 0 9 0 8 0 5 0 3
WH WL
8 7 9 9 7 0 8 4 9 6 7 3 6 2 6 2 6 3 5 2 7 3 6 3 5 2 9 4 7 3 7 3 7 3 9 6 9 7 7 1 6 4 9 7 5 0 7 4 5 1 7 1 7 4 9 2 7 1 7 1
0.33 0.44 0.44 0.44 0.33 0.33 0.44 0.33 0.33 0.56 0.44 0.44 0.44 0.33 0.22 0.67 0.22 0.22 0.56 0.33 0.44 0.67 0.33
cukup baik baik baik cukup cukup baik cukup cukup baik baik baik baik cukup cukup baik cukup cukup baik cukup baik baik cukup
0.67
0.44
baik
baik
0.11
buruk
0.67
0.00
buruk
baik
0.11
buruk
Keputusan Daya Beda
1 1 1 1 0
baik sekali 0.78
ompok Bawah 5 1 4 3 2
62
Instrumen soal 1. Getaran adalah …. a. gelombang yang arah getarannya tegak lurus dengan arah rambatannya b. gerak bolak balik dalam lintasan yang sama melalui titik seimbangnya c. gelombang yang memindahkan partikel sejajar dengan arah geraknya d. gelombang yang tidak memerlukan medium penghantar untuk getaannya 2. Satu hertz setara dengan …. a. banyaknya getaran tiap detik b. satu sekon
c. getaran bolak balik d. getaran yang tegak lurus
3. Sebuah benda bergetar dengan frekuensi 20 Hz, maka besar periodenya adalah …. a. 0,02 c. 0,05 b. 0,04 d. 0,06 4. Hubungan antara frekuensi ( f ) dengan periode ( t ) yang benar adalah …. t 1 a. t = f c. f 1 b. T = d. F = 2t f 5. Suatu bandul berayun dengan periode 4 sekon, maka frekuensinya adalah …. a. 0,25 hertz c. 0,27 hertz b. 0,26 hertz d. 0,28 hertz 6. Sebuah titik materi bergetar 600 kali dalam 1 menit, maka frekuensi getarnnya adalah…. a. 0,2 Hz b. 0,5 Hz c. 6 Hz d. 0,1 Hz 7. Gelombang transversal adalah …. a. gelombang yang memindahkan partikel sejajar dengan arah geraknya b. gelombang yang merambatkan energi dari satu titik ke titik yang lain sejajar dengan getaran c. gelombang yang arah getarannya tegaklurus dengan arah rambatannya d. gelombang yang tidak memerlukan medium penghantar untuk getarannya 8. Sebuah tali panjang diusikan periodik sehingga tampak seperti gelombang. Waktu yang diperlukan untuk terjadi gelombang 2 sekon. Berapa frekuensinya…. a. 0,5 c. 0,2 b. 0,3 d. 0,4
63
9. Sebuah slinki diberi gangguan sehingga terbentuk gelombang longitudinal dengan laju perlambatan 1 m/s dan memiliki periode 2,5 sekon, maka panjang gelombangnya adalah…. a. 2,5 m c. 1 m b. 2 m d. 1,5 m 10. Hubungan yang menyatakan cepat rambat gelombang…. 1 a. v c. T T f t 1 b. d. F = 2t f 11. Sebuah gelombang bunyi merambat di udara dengan amplitudo 80 m, dan periodenya 4 sekon. Besar cepat rambat gelombang bunyi tersebut adalah ? a. 20 m/s b. 25 m/s c. 35 m/s d.50 m/s 12. Sebuah slinki diberi gangguan sehingga terbentuk gelombang longitudinal dengan laju perlambatan 1 m/s. Bila dalam waktu 10 s dan periode 2,5 s terbentuk empat rapatan dan empat renggangan. Besar panjang gelombangnya adalah…. a. 3 s b. 4 s c. 2,5 s d. 5 s 13. Jika panjang gelombang yang dipancarkan sumber gelombang adalah 4 m dengan frekuensi 200 Hz, berapakah kecepatan rambat gelombang tersebut? a. 700 m/s c. 900 m/s b. 800 m/s d. 600 m/s 14. Ombak laut mampu menerjang benda-benda yang menghalanginya. Peristiwa ini menunjukan bahwa gelombang merambatkan…. a. partikel c. materi b. energi d. zat perantara 15. Riak permukaan air laut merupakan gelombang…. a. gelombang longitudinal b. gelombang transversal c. gelombang bunyi d. gelombang bunyi merambatkan energi 16. Saat terjadi guntur yang kuat kadang kaca jendela bergetar. Hal ini disebabkan karena …. a. gelombangnya merambat b. kaca mudah bergetar c. kaca benda yang bening d. gelombang bunyi merambatkan energi
64
17. Hukum Mersenne menyatakan bahwa semakin tebal senar gitar, maka nadanya akan semakin …. a. rendah c. lemah b. tinggi d. keras 18. Seekor kucing dapat mendengar bunyi di atas frekuensi 70.000 Hz. Kelelawar mengirim dan menerima bunyi di atas 120.000 Hz. Hewan mana yang dapat mendengar panjang gelombang lebih pendek …. a. kelelawar c. kucing b.keduanya d. semua benar 19. Seorang menembakan pistol ke arah laut dari kapal dengan kecepatan suara 1500 m. apabila setelah 2 detik terdengar suara pantulnya, kedalaman laut tersebut adalah…. a. 1.500 m c. 3000 m b. 4.500 m d. 750 m 20. Yang menentukan keras atau lemahnya bunyi adalah…. a. frekuensi c. amplitudo b. panjang gelombang d. cepat rambat 21. Sebuah gelombang bunyi merambat dengan kecepatan 80 m, dan periode 4 sekon. Besar cepat rambat gelombang bunyi tersebut adalah…. a. 30 m/s c. 20 m/s b. 10 m/s d. 40 m/s 22. Seseorang berdiri di tepi jalan. Dari kejauhan dating sebuah mobil ambulans dengan kelajuan 72 km/jam mendekati orang tersebut, kemudian lewat di depannya, menjauhi orang tersebut. Apabila frekuensi yang dipancarkan oleh sirine dari ambulans adalah 2.304 Hz, frekuensi dari sirine yang didengarkan oleh orang di tepi jalan itu pada saat mobil mendekati dan menjauhi pendengar adalah …. a. 2.448 Hz b. 2.304 Hz c. 2.201 Hz d. 2.304 Hz 23. Seorang berdiri dari sebuah gedung rendah. Sejauh 40 m dibelakang gedung rendah sejauh 40 m terdapat gedung tinggi. Ketika orang itu berteriak, ia mendengar dua bunyi pantulan. Bunyi pantulan yang kedua didengarnya 0,25 detik setelah ia mendengar bunyi pantulan yang pertama. Hitunglah cepat rambat bunyi di udara? a. 340 m/s b. 320 m/s c. 330 m/s d. 325 m/s 24. Peristiwa resonansi menyebabkan suara gitar terdengar lebih…. a. lembut c. lemah b. keras d. merdu
65
25. Pada sebuah percobaan tabung resonansi, sumber bunyi resonansi pertama terjadi pada panjang gelombang tabung 5 m. Maka tinggi kolom udara dalam tabung adalah…. a. 2,5 m c. 1 m b. 1,5 m d. 1,25 m 26. Sebuah bandul memiliki cepat rambat bunyi 330 m/s digetarkan dipermukaan tabung resonansi. Pada saat kolom udara mencapai ketinggian 18,75 cm terjadi resonansi yang pertama kali.frekuensi bunyi saat itu adalah…. a. 167 Hz c. 175 Hz b. 176 Hz d. 177 Hz
27. Pada percobaan tabung resonansi tinggi total udara pada resonansi 21,25 m, jika diketahui 1 10m, 2 5m, dann 2, maka nilai n2= 2 adalah …. a. 4 b5 c. 6 d. 7 38. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia normal adalah …. a. kurang dari 20 Hz b. lebih dari 20.000 Hz c. antara 20- 20.000 Hz d. semua frekuensi 29. Kedalaman sebuah laut diketahui 2.800 m, jika selang waktu antara gelombang yang dikirim dan diterima 4 sekon. Maka cepat rambat bunyi sebesar…. a. 2.000 m/s c. 1.400 m/s b. 1.500 m/s d. 3.400 m/s 30. Seorang nelayan mencari ikan di laut yang memiliki kedalaman 4.200 m. Jika cepat rambat bunyi dalam air 1.400 m/s. Maka waktu yang dipantulkan sebesar …. a. 20 s c. 14 s b. 15 s d. 6 s
61 KISI – KISI INSTRUMEN Materi
Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta contoh-contohnya Getaran,gelombang dan bunyi
Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari
Indikator Mengidentifikasi getaran pada kehidupan sehari-hari Mengukur periode dan frekuensi getaran Menyelidiki karakteristik gelombang transversal dan gelombang lonitudinal Mendeskripsikan hubungan antara kecepatan rambat gelombang frekuensi dan panjang gelombang Mengaitkan konsep gelombangdalam kehidupan sehari-hari Membedakan jenis-jenis frekuensi bunyi Memaparkan karakteristik gelombang bunyi Menunjukan gejala resonansi dalam kehidupan sehari-hari Memberikan contoh
C1
Aspek Kognitif C2 C3
C4
∑ Soal
1,2
3
3
4
5
6
3
7
8
9
3
10
11
12,13
4
14,15
16
17
18
20
21
24
25
26
28
29
30
3 19
3 22,23
4
27
4 3
pemantulan bunyi dalamsehari-hari ∑ Soal
11
9
7
3
30
C. Materi Konsep 1. Getaran a. Pengertian Getaran Kata getaran sering kamu dengar dan kamugunakan dalam percakapan sehari-hari, apa yang dimaksud dengan getaran? bagaimana benda dikatakan bergetar? Untuk memehaminya lihat gambar di bawah ini:
A
C B
Gantungkanlah sebuah benda pada seutas tali yang terikat seperti gambar diatas. Titik keseimbangan ayunan berada di titik B. kemudian, berilah gangguan pada ayunan tersebut sehingga benda bergerak menurut lintasan A-B-C.Amatilah apa yang terjadi! Apa yang terjai dengan gerakan bandul? Saat benda melewati lintasan A-B-C, benda digunakan telah melakukan setengah getaran. Demikian pula halnya jika melalui lintasan B-A-B. jika lintasan benda adalah A-B-C-B-A atau B-A-B-C-B, dikatakan benda telah menempuh satu kali getaran.jadi, Getaran adalah gerak bolak-balik ( gerak periodik) dalam lintasan yang sama dan melalui titik seimbangnya. Simpangan terbesar yang mampu dilakukan benda, yaitu B-A atau B-C disebut amplitude. Jadi, amplitude adalah simpangan terbesar yang dapat dicapai benda dari titik seimbangnya. Selain beberapa contoh yang sudah dikemukakan, peristiwa getaran dapat ditemukan dalamgelombang TV dan gelombang radar.
b. Periode Getaran Pernahkah kamu melihat bandul jam? Bandul jam selalu memiliki simpanggan yang tepat karena pengaruh gaya perjam terseut. Oleh karena itu, pada bandul jam dapat diamati adanya simpanggan terbesar (amplitude) dari waktu yang digunakan untuk melakukan getaran sempurna. Ternyata waktu yang
digunakan untuk melakukan suatu getaran sempurna adalah tetap yang disebut dengan periode. Periode dapat didefinisikan sebagai selang waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu getaran penuh. Satuan periode adalah sekon sedangkan lambangnya adalah T. Pada umumnya, pengukuran periode getaran tidak dilakukan untuk satu getaran karena selang waktu untuk melakukan satu getaran sangat singkat . pengukuran getaran dilakukan untuk sejumlah getaran, misalnya misalnya 10 getaran shingga didapatkan selang waktu untuk 10 getaran tersebut .
c. frekuensi getaran Menurut definisi, periode (T)adalah waktu yang diperlukan untuk satu getaran penuh. Dalam satu sekon berarti terjadi
1 T
getaran. Bayaknya getaran
persekon disebut frekuensi (f). oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa f
1 . T
Frekensigetaran ialah banyak gertaranyang terjadi setiap sekon. Jadi, frekuensi adalah kebalikan dari periode. Frekuensi getaran dilambangkan dengan f dan satuannya hertz (Hz). Hubungan antara frekuensi getaran (f) dan periode getaran (T) adalah f
Dengan
1 T
T
atau
1 f
T = periode (sekon) f =frekuensi (
1 atau Hz ) sekon
semakin besar frekuensi, semakin kecil periode. Dan sebaliknya, semakin besar periode, semakin kecil frekuensinya.
2. Gelombang dan perambatanya a. Pengertian Gelombang gelombang merupakan getaran yang merambat. Sifat kejadianya, gelombang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu glombang mekanik dan glombang elektromagnetik. Glombang mekanik adalah glombang yang terjadinya disebabkan oleh pristiwa getaran mekanik. Contoh glombang mekanik yaitu glombang pada permukaan air, gelombang bunyi, dan glombang pada tali dan glombang gempa.glombang elektromagnetik adalah glombang yang terjadinya disebabkan radio, glombang TV, dan glombang cahaya. Pada glombang tali tidak terjadi perpindahan medium kearah rambatan glombang, yang merambat adalah hasil usikan atau ganguan.
b. Jenis Gelombang berdasarkan arah rambatdan arah getarannya, gelombang terbagi atas dua jenis, yaitu glombang terasversal dan glombang longitudinal.beriku akan dijelaskan kedua jenis gelombang tersebut. 1. Gelombang transversal Gelombang pada tali dan gelombang pada permukaan air merupakan contoh gelombang transversal. Ketika kamu memberikan ganguan pada slinkin, ganguan tersebut bergerak sepanjang medium, tetapi partikel-partikel medium bergetar dengan arah tegak lurus terhadap arah rambat ganguan. Dengan kata lain, arahgetaran pada slinki tegak lurus terhadap arah rambatan. Jadi pada gelombang transversal, arah rambat gelombang tegak lurus pada arah getarnya. Contoh lain gelombang transversal adalah gelombang cahaya. 2. Gelombang longitudinal Gelombang longitudinal dapat juga diamati pada slinki. Agar dapat mengamati gelombang longitudinal kamu dapat memberikan gangguan atau getaran pada slinki secara mendatar. Pada gelombang longitudinal terjadi pola rapatan dan renggangan. Pola rapatan terjadi karena adanya usikan atau gangguan
yang kamu lakukan secara horizontal pada salah satu ujungnya. Rapatan pada slinki bergerak searah dengan rambatan gelombang. Dengan demikian, gelombang longitudinal dapat dinyatakan sebagai gelombang yang arah getarannya sejajar atau searah dengan arah rambatan. Contoh lain gelombang longitudinal adalah gelombang bunyi, gelombang bunyi dan gelombang dalam air.
c. Panjang Gelombang Berdasarkan uraian sebelumnya,pada gelombang transversal arah getaran tegaklurus terhadap rambatannya sehingga akan terbentuk bukit dan lembah gelombang, sedangkan pada gelombang longitudinal akan terbentuk rapatan dan rengggangan. Pemahaman tentang bukit dan lembah gelombang atau rapatan gelombang dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Bentuk gelombang transversal Gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus arah rambatannya. Arah rambat gelombang pada tali adalah sepanjang tali sedangkan getarannya adalah turun naik. Demikian juga dengan getaran
k
permukaan air adalah turun naik secara vertikal dan merambat secara horizontal ke pinggir kolam.
Gambar 2.1 memperlihatkan bagian-bagian yang dimiliki oleh gelombang transversal. a. a-b-c dan e-f-g disebut bukit gelombang b. c-d-e dan g-h-I disebut lembanh gelombang d. b-b’, d-d’, dan h-h’ disebut amplitudo gelombang
Pada gambar 2.1, satu gelombang terdiri atas satu bukit dan satu lembah. Panjang satu gelombang disebut panjang gelombang. Panjang gelombang diberi lambang ( lamda), dengan satuan meter.
2. Bentuk gelombag longitudinal pada gelombang longitudinal, panjang gelombang terdiri atas satu rapatan dan satu renggangan. Panjang gelombang longitudinaldapat dihitung mulai dari ujung renggangan pertama sampai ujung renggangan berikutnya.atau dari ujung rapatan pertama sampai ujung rapatan selanjutnya.
3. Periode dan panjang gelombang Periode (T) adalah waktu yang diperlukan untuk membentuk satu getaran sempurna. Hal ini berarti pula bahwa periode adalah waktu yang diperlukan untuk membentuk satu gelombang ( ). Dalam perambatannya, gelombang memiliki laju sebesar v. Jika untuk melewatkan satu gelombang dibutuhkan waktu T, dapat dinyatakan bahwa laju rambat gelombang sebagai berikut. v
Dengan
T v = laju rambat gelombang(m/s)
= panjang gelombang (m) T = periode getaran atau periode gelombang 4. Hubungan antara laju rambat , frekuensi, dan panjang gelombang Frekuensi adalah banyaknya getaran yang dilakukan oleh benda selama 1 sekon. Frekuensi merupakan kebalikan periode (T). T
1 f
atau
f
1 T
Hal ini berlaku pula pada frekuensi gelombang Jad, persamaan (3.1)dapat dituliskan sebagai berikut. v
T
atau
v = . F
3. Gelombang bunyi a. Proses terjadinya bunyi Bunyi pada hakikatnya adalah sesuatu yang dapatdi dengar oleh telinga yang kemudian disampaikan ke otak. Benda bergetar yang dapat menimbilkan gelombang bunyi disebut sumber bunyi. Gelombang bunyi memerlukan medium untuk merambat. Udara tempat merambatnya gelombang bunyi disebut zat antara atau medium antara. Selain udara, zat cair dan zat padat juga merupakan zat antara bagi gelombang bunyi.di ruang hampa udara, bunyi tidak dapat merambat. Hal ini dibuktikan oleh seorang ilmuan fisika Jerman bernama Otto Von guericke ( 16021686). b. Laju rambat bunyi Ketika terjadi petir, kadang-kadang bunyi dan cahaya dating bersamaan tetapi, kadang-kadang cahaya terlebih dahulu terlihat dan beberapa detik kemudian barulah terdengar bunyinya, hal tersebut menunjukan bahwa dalam perambatannya
ke
suatu
tempat,
bunyi
memerlukanwaktu
lebih
lama
dibandingkan cahaya. Semakin jauh tempat yang ditujunya, semakin lama bunyi sampai ke tempat itu. Perbandingan jarak yang ditempuh oleh gelombang bunyi darisumber bunyike pendengar denan selang waktu dinyatakan dengan laju rambat bunyi. Jika jarak dinyatakan dengan s dan waktu dengan t , laju rambat bunyi v dirumuskan: v
Dengan :
s t
v = laju rambat bunyi ( m/s )
s = jarak bunyi dengan pendengar (meter) t = waktu ( sekon).
c. Frekuensi yang dapat didengar Indra pendengaran manusia hanya dapat mendengar bunyi yang memiliki frekuensi ns20 Hz-20.000 Hz. Rentang frekuensi dari 20 Hz- 20000 Hz disebut frekuensi audiosonik atau sonic. Frekuensi di bawah 20 Hz disebut frekuensi infrasonic atau subsonic. Frekuensi di atas 20.000 Hz disebut frekuensi ultrasonic. Bunyi infrasonic dapat didengar oleh binatang tertentu, seperti anjing dan jangkrik, sedangkan ultrasonic dapat didengar oleh kelelawar dan lumbalumba.
d. Nada Bunyi teratur memiliki frekuensi getaran yang tertentu. Bunyi dengan frekuensi tertentu disebut nada. Sedangkan bunyi yang memiliki frekuensi getaran yang tidak teratur disebut desah. Tinggi rendahnya nada bergantung pada frekuensi getaran.semakin besar frekuensi getar suatu nada, semakin tinggi nada tersebut. Sebaliknya, semakin kecil frekuensi getar suatu nada maka semakin rendah nada tersebut.
e. Peristiwa resonansi Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena pengaruh getaran benda lain yang bergetar. Beberapa contoh peristiwa resonansi adalah pada alat musik seperti gitar, gendang dan gong. Pada gitar, bunyi atau nada dihasilkan oleh getaran senar. Getaran senar ini menggetarkan udara yang berada di dalam kotak gitar. Oleh karena itu, bunyi yang dihasilkan senar terdengar lebih keras. Demikian pula pada gendang dan gong, udara yang berada diruangan dalamgendang dan ruangan dibalik lempeng gong ikut bergetar,akibat bergetarnya selaput gendang dan lempeng gong.
4. Pemantulan bunyi a. Hukum Pemantulan Bunyi Bunyi dipantulkan menurut aturan-aturan tertentu, Hukum pemantulan bunyi sebagai berikut: a. Arah bunyi datang, garis normal, dan arah bunyi pantul terletak pada satu bidang datar. b. Besar sudut datang ( i ) sama dengan besar sudut pantul ( r ) .
b. Menghitung Laju Rambat Bunyi Ketika waktu tempuh antara sumber bunyi ke bidangpemantul dan kembali kesumber bunyi, jarak tempuhnya adalah 2 kali jarak antara sumber bunyi dan bidang pemantul. Persamaannya, v
2s t
atau
s
v.t 2
c. Pemanfaatan Pantulan Bunyi dalamKehidupan sehari-hari Pantulan bunyi dimanfaatkan juga untuk mengukur kedalaman laut, panjang
lorong
goa,
mendeteksi
cacat
dan
retak
pada
logam
dan
sebagainya.pengukuran kealamn laut ditentukan dengan teknik pantulan pulsa ultrasonic. Untuk itu, pada dinding kapal dipasang pembangkit getaran ( osilator ) dan penerima getaran ( hidrofon ). Gelombang bunyi yang dihasilkan dirambatkan melalui air laut dan akan dipantulkan oleh dasar laut yang diterima oleh alat khusus di kapal. Dengan mengetahui selang waktu antara gelombang yang dikirim dan yang diterima maka akan diketahui kedalaman laut dengan menggunakan persamaan berikut ini.
2s v.t Dengan
s = jarak/kedalaman laut (meter) v = laju rambat bunyi dalam air ( m/s) t = selang waktu antara gelombang yang dikirim dan diterima (sekon)
78
Lembar Kerja Siswa
Tujuan
: Menguji keterkaitan amplitudo dan periode getaran serta keterkaitan panjang tali dan massa beban dengan periode getar
Alat dan Bahan : Statif, stopwatch, beban 100 g, 300 g, dan 500 g serta benang sepanjang 10 cm, 20 cm, dan 30 cm.
Percobaan ke
Periode getaran Simpangan 10 cm
Simpangan 15 cm
Simpangan 30 cm
1 2 3 4 5 Rata-rata
Diskusi : 1.Dari data yang kalian peroleh, apakah besarnya simpangan bandul mempengaruhi periode getaran? Jelaskan jawabanmu.
79
Lembar Kerja Siswa
Tujuan
: Mengamati gelombang transversal dan gelombang longitudinal
Alat dan bahan
: Slinki, kertas berwarna dan lem
Diskusi : 1. Bagaimana gerak kertas berwarna yang tertempel pada slinki digetarkan secara transversal?Gambarkan dengan jelas
2. Bagaimana gerak kertas berwarna yang tertempel pada slinki digetarkan secara longitudinal?Gambarkan dengan jelas
Lembar Kerja Siswa
80
Lembar Kerja Siswa
Tujuan
: Mengukur cepat rambat bunyi
Alat dan bahan
: Stopwatch
Percobaan ke-
Waktu (s)
1
….
2
….
3
….
4
….
5
….
Diskusi: 1. Bagaimana mengukur cepat rambat gelombang bunyi berdasarkan data yang diperoleh?
2. Dari masing-masing data yang diperoleh hitunglah cepat rambat bunyi dari pecobaan 1 sampai 5
81
3. Hitung cepat rambat bunyi rata-rata yang diperoleh
82
Lembar Kerja Siswa
Tujuan
: Menyelidiki resonansi bunyi
Alat dan bahan
: Dua buah garputala yang mempunyai frekuensi yang sama dan satu buah garputala lain yang berbeda frekuensinya
Diskusi : 1. Ketika garputala A digetarkan, garputala mana yang bergetar?
2. Ketika garputala yang sedang bergetar didiamkan, apa yang terjadi dengan garputala yang lain?
3. Apa yang terjadi dengan garputala A dan B ketika garputala C digetarkan?
118
LEMBAR KERJA SISWA KEGIATAN PERCOBAAN GETARAN MODEL INKUIRI TERBIMBING MTs Jamiatus Sholihin Hari / Tanggal
:
.........................................
Kelompok
:
.........................................
Nama Anggota
:
1. .....................................
4. ..........................................
2. .....................................
5. ..........................................
3. .....................................
6. ..........................................
Konsep
:
Getaran dan Gelombang
Sub Konsep
:
Getaran
Waktu
:
30 Menit
Tujuan Setelah melakukan percobaan ini kamu diharapkan dapat: Menguji keterkaitan amplitudo dan periode getaran serta keterkaitan panjang tali dan massa beban dengan periode getar Alat dan Bahan Statif, stopwatch, beban 100 g, 300 g, dan 500 g serta benang sepanjang 10 cm, 20 cm, dan 30 cm. 1. atif 2. Stopwatch 3. Beban 100 g, 300 g, dan 500 g 4. Benang 10 cm, 20 cm, dan 30 cm
119
Langkah Kerja
Isilah Pertanyaan Dibawah ini ! 1. Apa yang terjadi ketika menghubungkan sebuah lampu kemudian dua lampu secara seri? 2. Apa yang terjadi ketika menghubungkan kedua lampu secara pararel?
Kesimpulan Setelah melakukan kegiatan di atas, apa yang dapat kamu simpulkan. ............................................................................................................................. .............................................................................................................................
SELAMAT BEKERJA DAN SUKSES SELALU
PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA KONSEP GETARAN, GELOMBANG BUNYI
LATAR BELAKANG MASALAH Rendahnya hasil belajar fisika siswa Kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep fisika Penggunaan metode yang tepat untuk memotivasi siswa terhadap mata pelajaran fisika
IDENTIFIKASI MASALAH Pemahaman para siswa terhadap konsep fisika sangat kurang. Rendahnya hasil belajar siswa. Penggunaan metode yang sesuai untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pengaruh metode pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing.
PEMBATASAN MASALAH
Meningkatkan hasil belajar fisika siswa dengan metode pembelajaran inkuiri terbimbing. Metode yang dimaksud menurut David M Hason yang terdiri dari orientasi, eksplorasi, pembentukan konsep, aplikasi dan penutupan
Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah hanya pada aspek kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson Krathwal\hl pada jenjang C1 (pengetahuan), C2 ( pemahaman), C3 ( aplikasi) dan C4 (analisis).
PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh metode pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada konsep getaran, gelombang dan bunyi?”
TUJUAN PENELITIAN Sejalan dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh metode pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada konsep getaran, gelombang dan bunyi.
MANFAAT PENELITIAN Sebagai sumbagan pemikiran bagi perkembangan khasanah ilmu pengetahuan. Sebagai bahan masukan bagi pihakpihak terkait untuk menentukan kebijakan pembelajaran yang mempunyai kebermaknaan tinggi bagi peserta didik
BAB II
DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR dan PERUMUSAN HIPOTESIS
Metode inkuiri Inkuiri adalah cara untuk menemukan sesuatu dan memecahkan masalah. Untuk menyelidiki makna sesuatu, mencari informasi, menjadi ingin tahu, membuat pertanyaan, mengadakan penyelidikan, dan untuk mengetahui kemampuankemampuan pemecahan masalah.
Jenis-Jenis Metode Inkuiri Structure Inquiry ( Inkuiri Terstruktur ) Guided Inquiry ( Inkuiri Terbimbing ) Open Inquiry ( Inkuiri Terbuka )
Metode Inkuiri Terbimbing ( Guided Inquiry ) metode inkuiri terbimbing merupakan metode pembelajaran yang berupaya untuk menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada siswa, sehingga siswa lebih banyak belajar sendiri dan mampu mengembangkan kreativitasnya dalam memecahkan masalah. Peranan guru dalam metode inkuiri terbimbing adalah sebagai pembimbing dan fasilitator.
Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Inkuiri terbimbing Orientasi Eksplorasi Pembentukan konsep Aplikasi Penutupan
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor yang dari dalam siswa (internal ) Faktor yang berasal dari luar siswa (eksternal)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan menggunakan metode quasi eksperimen.
TEMPAT DAN WAKTU Tempat yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Jamiatus Sholihin Cipondoh, Tangerang. Penelitian dilakukan pada tahun pelajaran 2009/2010
DESAIN PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan yaitu two group pretest-posttest design, Kelas
Pretest
Treatment
Posttest
E
T1
X1
T2
C
T1
X2
T2
POPULASI DAN SAMPEL Populasi target dalam penelitin ini adalah seluruh siswa MTs Jamiatus Sholihin. Sedangkan populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII 3 sebagaikelas eksperimen dan kelas VIII 2 sebagai kelas kontrol. Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII 3 MTs Jamiatus Sholihin. .
PENGAMBILAN SAMPEL Teknik pengambilan sampel menggunakan Probability Samplling dengan teknik simple random sampling
VARIABEL PENELITIAN pengaruh metode pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai variabel bebas (Variabel X). Hasil belajar fisika siswa sebagai variabel terikat(variabel Y).
TEKNIK PENGUMPULAN DATA Untuk memperoleh data yang valid Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes.. Tes berupa pretes dan postes selama pembelajaran berlangsung.
INSTRUMEN PENELITIAN 1. INSTRUMEN TES Tes yang diberikan merupakantes tertulis berbentuk pilihan ganda terdiri dari 30 soal dengan 4 alternatif jawaban
A. Uji Validitas validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur sasaran ukurnya. Dalam penelitian ini digunakan koefisien bilateral
rpbi
M p Mt SDt
p q
INSTRUMEN PENELITIAN 1. INSTRUMEN TES B. Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukan bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpulan data, dan apabila digunakan akan memberikan hasil yang tetap meskipun diteskan berulang kali.uji ini menggunakan rumus K-R 20 (KuderRichardson 20). 2 s n pq r11 2 n 1 s
X X n
2
2
dengan
S2
n
INSTRUMEN PENELITIAN C. TARAF KESUKARAN
1. INSTRUMEN TES
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan terlalu sukar
B P JS
D. DAYA PEMBEDA Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kuran ( berkemampuan rendah). Menggunakan rumus:
D PA PB
TEKNIK ANALISIS DATA 1. UJI PERSYARATAN ANALISIS STATISTIK A. UJI NORMALITAS uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan berdistribusi norrmal atau tidak
k
2
i 0
oi Ei
2
Ei
TEKNIK ANALISIS DATA 1. UJI PERSYARATAN ANALISIS STATISTIK B. UJI HOMOGENITAS uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan atau populasi. Teknik yang digunakan untukuji homogenitas pada penelitian ini adalah dengan uji fisher
2.UJI ANALISIS STATISIK
UJI T
UJI HIPOTESIS STATISTIK Secara statistik hipotesis dinyatakan sebagai berikut:
Ho : µX = µY Ha : µX > µY Keterangan: Ho = Hipotesis nihil Ha = Hipotesis alternatif µX = nilai rata-rata hasil belajar siswa sesudah diajar dengan metode pembelajaran inkuiri terbimbing (posttest). µY = nilai rata-rata hasil belajar siswa sebelum diajar dengan metode pembelajaran inkuiri terbimbing (pretest).
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN
REKAPITULASI DATA DATA
Eksperimen kontrol
MEAN
STANDAR DEVIASI
MEDIAN
MODUS
pretest
36,94
5,56
37,61
39,5
posttest
77,17
6,56
77,1
83,57
pretest
35,17
6,93
36,21
40,62
posttest
62,06
6,47
62,5
7,75
ANALISIS DATA 2.UJI PRASYARAT ANALISIS STATISIK
A. UJI NORMALITAS DATA
KELOMPOK
X
2
hitung
X 2 tabel
KESIMPULAN
eksperimen
Pretest
0,29
0,148
normal
kontrol
Posttest
0,142
0,148
normal
ANALISIS DATA 2.UJI PRASYARAT ANALISIS STATISIK
A. UJI HOMOGENITAS DATA
KELOMPOK
NILAI VARIAN
E
Pretest
86
0,73
1,76
homogen
K
Posttest
73
1,10
1,76
homogen
X 2 hitung X 2 tabel
KESIMPULAN
ANALISIS DATA 2. UJI HIPOTESIS Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik, diperoleh bahwa data hasil postest berdistribusi normal dan homogen.maka pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan rumus uji-t. pada taraf signifikasi 0,05dan derajat kebebasan (dk)=61 adapun kriterianya adalah thitung < ttabel maka Ho diterima dan H1 ditolak thitung > ttabel maka Ho ditolak dan H1 diterima STATISTIK
POSTTEST
thitung ttabel Kesimpulan
4,34 2,00
diterima
BAB V KESIMPULAN dan SARAN
KESIMPULAN Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diberikan metode inkuiri terbimbing lebih tinggi dari pada hasil belajar fisika siswa yang tidak diberi perlakuan metodepembelajaran inkuiri terbimbing Berdasarkan uji hipotesis menggunakan uji-t, diperoleh thitung sebesar 5,00dan ttabel sebesar 2,00 ( thitung > ttabel ), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar siswa antara siswa yang diberi perlakuan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan yang tidak diberi perlakuan metode pembelajaran inkuiri terbimbing
SARAN
Guru diharapkan mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk memilih metode atau teknik pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan serta tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam pembelajaran inkuiri terbimbing.
Hendaknya guru menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai salah satu metode dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa karena metode pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh positif terhadap hasil belajar fisika siswa.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk memenuhi apakah pembelajaran inkuiri terbimbing dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik pada materi pelajaran fisika pada konsep yang berbeda.
TERIMA KASIH
66
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Materi Pokok
: MTS JAMIATUS SHOLIHIN CIPONDOH : IPA FISIKA : VIII / 2 : Getaran dan Gelombang
A. Standar Kompetensi
Siswa mampu memahami konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya. B. Kompetensi Dasar
Siswa mampu mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter – parameternya. C. Materi Konsep
Getaran dan Gelombang bunyi D. Indikator
● Mengidentifikasi getaran pada kehidupan kehidupan sehari-hari ● Mengukur periode dan frekuensi suatu getaran ● Menyelidiki karkteristik gelombang transfersal dan longitudinal ● Mendeskripsi hubungan antara kecepatan rambat gelombang, frekuensi dan panjang gelombang ● Mengaitkan konsep gelombang dengan kehidupan sehari-hari E. Alokasi Waktu 2 x 40 menit ( 2 jam pelajaran) F. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat:
● siswa mampu menjelaskan konsep getaran ● siswa mampu mengukur periode dan frekuensi getaran ● siswa mampu membedakan antara simpangan dan amplitudo G. Metode Pembelajaran 1. Eksperimen 2. Diskusi kelompok
67
H. Langkah-Langkah Kegiatan
Tahapan Pendahuluan
Kegiatan Belajar Mengajar Guru Peserta didik Fase Orientasi Guru memberikan apersepsi ”pernahkah kalian melihat bandul”
Peserta didik bersiapsiap mencari jawaban.
Guru memberikan motivasi kepada peserta didik ” apakah yang dimaksud dengan getaran? Kegiatan inti
Waktu
5’
5’
Fase eksplorasi Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok untuk melakukan eksperimen
Peserta didik berkelompok sesuai dengan yang ditentukan.
Guru membimbing peserta siswa melakukan didik dalam melakukan percobaan ayunan eksperimen ayunan sederhana. sederhana dengan alat yang disediakan
5’
15’
Fase pembentukan konsep Guru membagikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan bersama.
Siswa berdiskusi dengan kelompok masing-masing tentang tugas yang telah diberikan.
10’
Setiap kelompok mempersiapkan hasil persentasinya.
15’
Siswa melaporkan hasil eksperimen mereka
15’
Fase Aplikasi Guru membimbing siswa derdiskusi mempresentasikan hasil temuan siswa
Penutup
Fase Penutupan Guru meminta hasil laporan kegiatan eksperimen yang
68 dilakukan Guru memberikan kesimpulan dari meteri getaran.
Peserta didik berinisiatif menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
10’
I. Sumber Belajar 1. Sri Kuswardani, M. 2007. IPA TERPADU 2 UNTUK SMP/MTs KELAS VII. Surakarta: Inprosa. 2. Kanginan, Marthen. 2004. Sains FISIKA SMP 2A Untuk Kelas 2 Semester 1. Jakarta: Erlangga. J. Media Pembelajarn 1. Lembar Penugasan Siswa 2. Lembar Kerja Siswa K. Penilaian 1. 2. 3. 4. 5.
Tes essay: Gerak bolak balik suatu benda melalui titik setimbangnya dinamakan…. Banyaknya ayunan suatu benda yang melalui suatu titik setimbang bersatuan…. Hubungan antara periode ( t ) dengan frekuensi (f ) yang benar adalah…. Frekuensi adalah…. Apakah yang dimaksud dengan simpangan ?
Mengetahui, Kepala Madrasah
Muhammad Syakir, S.Ag
Guru MataPelajaran
Indri Elyani
69
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Materi Pokok
: MTS JAMIATUS SHOLIHIN CIPONDOH : IPA FISIKA : VIII / 2 : Getaran dan Gelombang
A. Standar Kompetensi
Siswa mampu memahami konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya. B. Kompetensi Dasar
Siswa mampu mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter – parameternya. C. Materi Konsep
Getaran dan Gelombang D. Indikator
● Menyelidiki karakteristik gelombang transversal dan gelombang longitudinal ● Mendeskripsi hubungan antara kecepatan rambat gelombang, frekuensi dan panjang gelombang ● Mengaitkan konsep gelombang dengan kehidupan sehari-hari E. Alokasi Waktu 2 x 40 menit ( 2 jam pelajaran) F. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat:
● siswa mampu menjelaskan bentuk gelomabang transversal ● siswa mampu menjelaskan bentuk gelombnag longitudinal ● menjelaskan antara cepat rambat gelombang, fekuensi dan panjang gelombang ● menemukan hubungan antara cepat rambat gelombang frekuensi dan panjang gelombang. G. Metode Pembelajaran 1. Eksperimen 2. Diskusi kelompok
70
H. Langkah-Langkah Kegiatan
Tahapan Pendahuluan
Kegiatan inti
Kegiatan Belajar Mengajar Guru Peserta didik Fase Orientasi Guru memberikan apersepsi ” pernahkah kalian melihat gelombang air laut?
Peserta didik bersiap-siap mencari jawaban.
Guru memberikan motivasi kepada peserts didik ”apakah yang dimaksud gelombang transversal dan gelombang longitudinal?
Peserta didik bersiap-siap mencari jawaban
Waktu
5’
5’
Fase eksplorasi Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok untuk melakukan eksperimen
Peserta didik berkelompok sesuai dengan yang ditentukan.
Guru membimbing peserta didik dalam melakukan eksperimen dengan menggunakan slinki
Peserta didik melakukan eksperimen
5’
15’
15’ Fase pembentukan konsep Guru membagikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan bersama
Siswa berdiskusi dengan kelompok masing-masing tentang tugas yang telah diberikan.
10’
Fase Aplikasi Guru membimbing siswa mempresentasikan hasil eksperimen mereka
Setiap kelompok mempersiapkan hasil persentasinya.
15’
71
Penutup
. Fase Penutupan Guru meminta hasil laporan dari eksperimen yang dilakukan
Siswa memberikan laporan hasileksperimen kepada guru
Guru memberikan kesimpulan dari meteri gelombang transversal dan longitudinal.
Siswa berinisiatif menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
10’ 5’
I. Sumber Belajar 1. Sri Kuswardani, M. 2007. IPA TERPADU 2 UNTUK SMP/MTs KELAS VII. Surakarta: Inprosa. 2. Kanginan, Marthen. 2004. Sains FISIKA SMP 2A Untuk Kelas 2 Semester 1. Jakarta: Erlangga. J. Media Pembelajarn 1.Lembar Penugasan Siswa 2. Lembar Kerja Siswa K. Penilaian Tes essay: 1. Gelombang transversal adalah………… 2. Sebuah slinki diberi gangguan sehingga terbentuk gelombang longitudinal dengan laju
perlambatan 1 m/s. Bila dalam waktu 10 s dan periode 2,5 s terbentuk empat rapatan dan empat renggangan. Besar panjang gelombangnya adalah…. 3. Sebuah gelombang bunyi merambat di udara dengan amplitudo 80 m, dan periodenya 4 sekon. Besar cepat rambat gelombang bunyi tersebut adalah ?
Mengetahui, Kepala Madrasah
Muhammad Syakir, S.Ag
Guru MataPelajaran
Indri Elyani
72 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Materi Pokok
: MTS JAMIATUS SHOLIHIN CIPONDOH : IPA FISIKA : VIII / 2 : Bunyi
A. Standar Kompetensi
Siswa mampu memahami konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya. B. Kompetensi Dasar
Siswa mampu mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter – parameternya. C. Materi Konsep
Getaran dan Gelombang dan bunyi D. Indikator
● memaparkan karakteristik gelombang bunyi ● menunjukan gejala resonansi bunyi dalam kehidupan sehari-hari ● memberikan contoh pemanfaatan dan dampakpemanulan bunyi dalam kehidupan sehari-hari E. Alokasi Waktu 2 x 40 menit ( 2 jam pelajaran) F. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat:
● menjelaskan pengertian resonansi ● menjelaskan syarat-syarat terjadi resonanasi ● menjelaskan manfaat resonansi dalam kehidupan sehari-hari ● memecahkan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan resonansi G. Metode Pembelajaran 1. Eksperimen 2. Diskusi kelompok
73
H.
Langkah-Langkah Kegiatan
Tahapan Pendahuluan
Kegiatan inti
Kegiatan Belajar Mengajar Guru Siswa Fase Orientasi
Waktu
Guru memberikan apersepsi Siswa bersiap-siap tentang pokok bahsan yang ada mencari jawaban “ pernahkah kalian melihat kentongan, mengapa kentongan dibuat berongga?
5’
Guru memberikan motivasi kepada peserts didik ”apakah yang dimaksud dengan resonansi bunyi?
5’
Fase eksplorasi Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok untuk melakukan eksperimen
Siswa bersiap-siap mencari jawaban
. Siswa berkelompok sesuai dengan yang ditentukan.
Guru membimbig siswa Siswa melakukan melakukan eksperimen dengan eksperimen garputala yang disediakan
5’
15’
Fase pembentukan konsep Guru membagikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan bersama
Siswa berdiskusi dengan kelompok masing-masing tentang tugas yang telah diberikan.
15’
Setiap kelompok mempersentasikan hasil eksperimen.
15’
. Fase Aplikasi Guru membimbing siswa mempresentasikan hasil eksperimen di depan kelas.
74 Penutup
Fase Penutupan Guru meminta hasil laporan eksperimen siswa
Siswa melaporkan hasil eksperimen kepada guru
Guru memberikan kesimpulan Siswa berinisiatif dari meteri resonansi bunyi. menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
10’
10’
I.
Sumber Belajar 1. Sri Kuswardani, M. 2007. IPA TERPADU 2 UNTUK SMP/MTs KELAS VII. Surakarta: Inprosa. 2. Kanginan, Marthen. 2004. Sains FISIKA SMP 2A Untuk Kelas 2 Semester 1. Jakarta: Erlangga.
J.
Media Pembelajarn 1. Lembar Penugasan Siswa 2. Lembar Kerja Siswa
K.
Penilaian Tes essay: 1. Resonansi adalah…………………………………. 2. Pada sebuah percobaan tabung resonansi, sumber bunyi resonansi pertama terjadi pada
panjang gelombang tabung 5 m. Maka tinggi kolom udara dalam tabung adalah…. 3. Pada percobaan tabung resonansi tinggi total udara pada resonansi 21,25 m, jika diketahui 1 10m, 2 5m, dann 2, maka nilai n2= 2 adalah ….
Mengetahui, Kepala Madrasah
Muhammad Syakir, S.Ag
Guru Bidang Study
Indri Elyani
75 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Materi Pokok
: MTS JAMIATUS SHOLIHIN CIPONDOH : IPA FISIKA : VIII / 2 : Cepat Rambat Bunyi
A. Standar Kompetensi
Siswa mampu memahami konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya. B. Kompetensi Dasar
Siswa mampu mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter – parameternya. C. Materi Konsep
Getaran dan Gelombang dan bunyi D. Indikator
● memaparkan karakteristik gelombang bunyi ● menunjukan gejala resonansi bunyi dalam kehidupan sehari-hari ● memberikan contoh pemanfaatan dan dampakpemanulan bunyi dalam kehidupan sehari-hari E. Alokasi Waktu 2 x 40 menit ( 2 jam pelajaran) F. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat:
● menjelaskan devinisi cepat rambat bunyi ● menjelaskan cara mengukur cepat rambat bunyi ● menemukan hubungan antara jarak, waktu tempuh, dan cepat rambat bunyi ● memecahkan masalah sehari-hariyang berhubungan dengan cepat rambat bunyi G. Metode Pembelajaran 1. Eksperimen 2. Diskusi kelompok
76 H.
Langkah-Langkah Kegiatan
Tahapan Pendahuluan
Guru Fase Orientasi
Kegiatan Belajar Mengajar Siswa
’
Guru memberikan apersepsi Siswa bersiap-siap tentang pokok bahsan yang ada mencari jawaban “ mengapa kita selalu mendengar suara petir lebih dahulu sebelum kita melihat kilat” Guru memberikan motivasi “apakah yang dimaksud dengan cepat rambat bunyi?
Kegiatan inti
Waktu
5’
Siswa bersiap-siap mencari jawaban
5’
Siswa berkelompok sesuai dengan yang ditentukan.
5’
Fase Eksplorasi Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok untuk berekspeimen
Guru mebimbing siswa Siswa melakukan melakukan eksperimen dengan eksperimen menggunakan stopwatch
15’
Fase pembentukan konsep Siswa berdiskusi dengan kelompok masing-masing tentang tugas yang telah diberikan.
10’
Guru membimbing siswa untuk Siswa mempresentasikan mempresentasikan hasil hasil eksperimen eksperimen tiapkelompok.
15’
Guru membagikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan bersama
Fase Aplikasi
.
77 Penutup
Fase Penutupan Guru meminta hasil laporan eksperimen siswa
Siswa melaporkan hasil eksperimen kepada guru
Guru memberikan kesimpulan Peserta didik berinisiatif dari meteri gelombang bunyi. menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
10’
10’
I. Sumber Belajar a. Sri Kuswardani, M. 2007. IPA TERPADU 2 UNTUK SMP/MTs KELAS VII. Surakarta: Inprosa. b. Kanginan, Marthen. 2004. Sains FISIKA SMP 2A Untuk Kelas 2 Semester 1. Jakarta: Erlangga. J. Media Pembelajarn a. Lembar Penugasan Siswa b. Lembar Kerja Siswa K. Penilaian Tes essay: 1. Sebuah gelombang bunyi merambat dengan kecepatan 80 m, dan periode 4 sekon.
Besar cepat rambat gelombang bunyi tersebut adalah…. 2. Saat terjadi guntur yang kuat kadang kaca jendela bergetar. Karena ….
3. Yang menentukan keras atau lemahnya bunyi adalah…. Mengetahui, Kepala Madrasah
Muhammad Syakir, S.Ag