Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 4 ISSN 2338 3240
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 DOLO Novia Pratiwi, Marungkil Pasaribu dan Amiruddin Kade
[email protected] Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu - Sulawesi Tengah
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan model pembelajaran konvensional, pada kelas VII di SMP Negeri 1 Dolo. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen kuasi dengan desain “The Non Equivalen Pretest-Posttest Design”. sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling dan menghasilkan kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan berupa tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda dan esai. Berdasarkan hasil pengolahan data untuk soal pilihan ganda, diperoleh rerata skor pretest hasil belajar siswa kelas eksperimen adalah 7,00 dan untuk posttest adalah 12,00. Untuk kelas kontrol diperoleh rerata skor pretest 6,00 sedangkan untuk posttest adalah 7,04. Sedangkan berdasarkan hasil pengolahan data untuk soal esai, diperoleh rerata skor pretest hasil belajar siswa kelas eksperimen adalah 28,85 dan untuk posttest adalah 52,31. Untuk kelas kontrol diperoleh rerata skor pretest adalah 25,38 sedangkan untuk posttest adalah 29,23. Analisis data tes dilakukan dengan teknik statistik uji-t dua pihak untuk menguji perbedaan rerata skor hasil belajar siswa dengan signifikansi = 0,05. Pada soal pilihan ganda diperoleh nilai hasil t hitung = 5,57 dan ttabel = 2,00 dan pada soal esai diperoleh nilai hasil thitung = 14,48 dan ttabel = 2,92. Ini berarti bahwa nilai thitung berada diluar daerah penerimaan Ho. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas yang mendapatkan pembelajaran menggunakan model Inkuiri Terbimbing dengan pembelajaran menggunakan model konvensional. Kata Kunci
: Model Inkuiri Terbimbing, Hasil Belajar I. PENDAHULUAN
menyebabkan siswa pasif serta siswa tidak dapat mengeluarkan gagasannya. Sehingga hal tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil belajar yang rendah. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dicari metode mengajar yang efektif didalam meningkatkan aktifitas belajar siswa. Alternatif yang digunakan adalah dengan menggunakan metode Guided Inquiry. Guided Inquiry merupakan tekhnik yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaanpertanyaan dan mencari jawabannya sendiri. Serta menghubungkan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lainnya. Inkuiri sebagai tekhnik pengajaran mengandung arti bahwa dalam proses kegiatan mengajar berlangsung harus dapat mendorong dan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam belajar.
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna. Pembelajaran fisika merupakan salah satu cara untuk mewujudkan tujuan pendidikan di bidang sains. Cara belajar yang baik bagi siswa untuk mempelajari fisika adalah dengan menghadapkan siswa pada masalah yang dapat menggugah pikirannya, merangsang kebiasaan berpikir, mengeluarkan gagasan, dan melakukan tindakan yang berhubungan dengan pemecahan masalah terkait dengan isu-isu sains dan teknologi yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar siswa. Kondisi dalam dunia pendidikan saat ini masih terdapat kekurangan yaitu pembelajaran yang masih berpusat pada guru yang 37
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 4 ISSN 2338 3240 Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis mencoba untuk mengaitkan masalah yang di alami siswa karena kurangnya hasil belajar, ketertarikan siswa terhadap pelajaran fisika, serta daya tanggap siswa yang berbedabeda, sehingga penulis mencoba untuk membuat siswa faham bukan hanya sebagai konsep saja melainkan mempraktekannya, sehingga siswa yang memiliki kemampuan daya tangkap kurang apabila saat guru hanya menggunakan pembelajaran konvensional saja terhadap pelajaran fisika, bisa memahami pelajaran ini dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tentu siswa akan yakin bahwa fisika merupakan pelajaran yang menarik. Apalagi konsep-konsep dalam fisika yang dapat diterapkan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.
X : Perlakuan dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil validitas ahli, disetujui sebanyak 30 item soal yang diuji cobakan. Ketiga puluh soal ini terdiri dari 25 nomor untuk soal pilihan ganda dan 5 nomor untuk soal esai sebelumnya telah dikoreksi dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Soal-soal tersebut selanjutnya diuji cobakan pada siswa kelas VIII A. Berdasarkan hasil uji coba, selanjutnya dilakukan analisis berdasarkan validitas item, tingkat kesukaran dan daya pembeda sebagai berikut : Uji Validitas Tes Hasil uji validitas item tes untuk soal pilihan ganda berada pada kategori sangat rendah sampai dengan sedang. Adapun soal yang masuk dalam kategori sangat rendah yaitu soal nomor 10, 15, 17, 20, dan 25 dengan nilai koefisien korelasinya berada pada rentang (0,05) – (0,20). Soal yang masuk dalam kategori rendah yaitu soal nomor 2, 4, 5, 6, 9, 11, 12, 13, 14, 19, dan 22. Dimana nilai koefisien korelasinya berada pada rentang (0,22) – (0,40). Sisanya yaitu nomor 3, 8, 16, 18, 21, 23, dan 24 berada pada kategori sedang dengan nilai koefisien korelasi berada pada rentang (0,46 – 0,50). Untul hasil uji validitas item pada soal esai berada pada kategori sedang dan tinggi, untuk soal berkategori tinggi yaitu soal nomor 1 dan 3 dimana koefisien korelasinya berada pada rentang (0,75)-(0,64). Untuk soal yang masuk dalam kategori sedang yaitu soal nomor 2, 4, dan 5 dimana koefesien korelasinya berada pada rentang (0,48)-(0,57).
MASALAH Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional di SMP Negeri 1 Dolo”. TUJUAN Untuk menguji signifikansi perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional di SMP Negeri 1 Dolo.. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi, dimana desain penelitian yang digunakan adalah “The Non Equivalen Pretest-Posttest Desing” atau Rancangan Pratest-Pascates yang tidak Ekuivalen, yaitu menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai kelompoknya, dengan memilih kelaskelas yang sudah ada diperkirakan sama keadaan/kondisinya. Bentuk desainnya disajikan pada Tabel 1 berikut:
Indeks Kesukaran Hasil analisis indeks kesukaran atau tingkat kesukaran untuk soal pilihan ganda berada pada kategori mudah sampai dengan sedang. Adapun soal yang masuk dalam kategori mudah yaitu soal nomor 4, 23, 24, dan 25 dengan nilai indeks kesukarannya pada rentang (0,73 – 0,88) selebihnya soal yang termasuk kategori sedang dimana indeks kesukarannya pada rentang (0,54 – 0,69). Untuk Hasil analisis indeks kesukaran atau tingkat kesukaran pada soal esai berada pada kategori sedang. Adapun soal yang masuk dalam kategori sedang yaitu soal nomor 1 sampai 5 dengan nilai indeks kesukarannya pada rentang (0,32)-(0,52).
Tabel 1 Desain Penelitian
Kelompok A(Eksperimen) B (Kontrol)
Tes Awal O1 O1
Variabel terikat X1 X2
Tes Akhir O2 O2
Keterangan : A :Kelompok eksperimen B :Kelompok kontrol O1 :Tes Awal O2 :Tes Akhir 38
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 4 ISSN 2338 3240
Daya Pembeda Hasil analisis daya pembeda, soal-soal tersebut berkategori jelek sampai dengan baik. Soal yang masuk dalam kategori jelek dengan nilai analisis daya pembedanya berada pada rentang (0,08 – 0,15). Soal yang masuk dalam kategori cukup dengan nilai analisis daya pembedanya berada pada rentang (0,22 – 0,38). Sedangkan soal yang masuk dalam kategori baik dengan nilai analisis daya pembedanya berada pada rentang (0,46). Untuk hasil analisis daya pembeda pada soal esai yang berkategori baik hingga baik sekali, yaitu untuk soal yang masuk dalam kategori baik adalah soal nomor 2 dan 4 dengan nilai analisis daya pembedanya berada pada rentang (0,32)-(0,46). Soal yang masuk dalam kategori baik sekali adalah soal nomor 1,3, dan 5 dengan nilai analisis daya pembedanya
Gambar 1 Skor Tes Hasil Belajar (Pretest)
Tabel 4.2 Deskripsi skor tes hasil belajar fisika kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk soal esai (Pretest).
Deskripsi
berada pada rentang (0,37)-(0,41). Jumlah Siswa Skor Minimum Skor Maksimum Skor Rata-rata Standar Deviasi
Reliabilitas Setelah dilakukan analisis berdasarkan validitas item, tingkat kesukaran dan daya pembeda, selanjutnya dilakukan analisis berdasarkan reliabilitas tes. Suatu tes dikatakan reliabel jika r11> 0,70 dan nilai reliabilitas tes (r11) yang diperoleh untuk soal pilihan ganda dari hasil penelitian ini sebesar 0,73 dan untuk soal esai adalah sebesar 0,99. Hal ini menunjukkan bahwa nilai reliabilitas tes hasil perhitungan lebih besar dibandingkan nilai reliabilitas tes yang ditentukan. Tabel 2 Deskripsi skor tes hasil belajar fisika kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk soal pilihan ganda (Pretest).
Jumlah Siswa Skor Minimum Skor Maksimum Skor Ratarata Standar Deviasi
Kelas VII A (Eksperim en) 26 2 13
Kelas VII B (Kontrol)
7,00
6,00
2,8
2,71
Kelas VII B (Kontrol) 26 5 60 25,38 14,28
Uji Normalitas Berdasarkan hasil uji normalitas untuk soal pilihan ganda diketahui nilai χ2Hitung < χ2tabel atau χ2Hitung baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol lebih kecil dibandingkan nilai χ2tabel. Dimana untuk kelas eksperimen 7,42< 7,81 dan untuk kelas kontrol 6,26 < 7,81. Sesuai kriteria pengambilan keputusan, maka baik data dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol keduanya berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Untuk hasil uji normalitas pada soal esai diketahui nilai χ2Hitung<χ2tabel atau χ2Hitung baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol lebih kecil dibandingkan nilai χ2tabel. Dimana untuk kelas eksperimen 6,92 < 7,81 dan untuk kelas kontrol 5,48 < 7,81. Sesuai kriteria pengambilan keputusan, maka baik data dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol keduanya berasal dari populasi yang terdistribusi normal.
Hasil Pretest Hasil Belajar
Deskripsi
Kelas VII A (Eksperi men) 26 10 65 28,85 15,12
26 1 12
Uji homogenitas Berdasarkan hasil uji homogenitas diketahui nilai Fhitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai Ftabel. Dengan kata lain Fhitung < Ftabel atau Fo
korelasinya berada pada rentang
39
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 4 ISSN 2338 3240 varians yang sama atau homogen. Artinya, tidak terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Berdasarkan nilai rata-rata posttest soal pilihan ganda kelas eksperimen sebesar 12,00 dan kelas kontrol sebesar 7,04, dilakukan uji hipotesis (uji-t) beda rata-rata (dua pihak) dan diketahui nilai thitung = 5,57. Selanjutnya untuk nilai ttabel dimana ttabel = t(1-1/2α) pada taraf nyata α = 0,05 dan dk = (n1 + n2 – 2) = 26 + 26 -2 = 50, diperoleh t0,975(50) = 2,00. Hal ini berarti, nilai thitung berada di luar daerah penerimaan H0. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima, dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang mendapatkan pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dengan kelas yang mendapatkan pembelajaaran menggunakan model konvensional. Untuk nilai rata-rata posttest soal esai kelas eksperimen sebesar 52,31 dan kelas kontrol sebesar 29,23, dilakukan uji hipotesis (uji-t) beda rata-rata (dua pihak) dan diketahui nilai thitung = 14,4840. Selanjutnya untuk nilai ttabel dimana ttabel = t(1-1/2α) pada taraf nyata α = 0,05 dan dk = (n1 + n2 – 2) = 26 + 26 -2 = 50, diperoleh t0,975(50) = 2,92. Hal ini berarti, nilai thitung berada di luar daerah penerimaan H 0. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima, dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang mendapatkan pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dengan kelas yang mendapatkan pembelajaaran menggunakan model konvensional.
Uji Hipotesis (Uji-t) pretest Berdasarkan nilai rata-rata pretest soal pilihan ganda kelas eksperimen sebesar 7,00 dan kelas kontrol sebesar 6,00, dilakukan uji hipotesis (uji-t) beda rata-rata (dua pihak) dan diketahui nilai thitung = 1,35. Selanjutnya untuk nilai ttabel dimana ttabel = t(1-1/2α) pada taraf nyata α = 0,05 dan dk = (n1 + n2 – 2) = 26 + 26 - 2 = 50, diperoleh t0,975(50) = 2,00 dan kriteria pengujian dimana Ho diterima jika –t(1-1/2 ) < t < t(1-1/2 ), diketahui – 2,00 < 1,35 < 2,00. Hal ini berarti, nilai thitung berada pada daerah penerimaan Ho. Dengan kata lain, bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas VII A dengan kelas VII B. Hasil Posttest Hasil Belajar Tabel 3 Deskripsi skor tes hasil belajar fisika kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk pilihan ganda (posttest).
Deskripsi Jumlah Siswa Skor Minimum Skor Maksimum Skor Rata-rata Standar Deviasi
Kelas VII A (Eksperimen ) 26 4 15 12,00 3,75
Kelas VII B (Kontrol) 26 2 13 7,04 3,21
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya tentang inkuiri terbimbing dengan hasil penelitian yang dilakukan bahwa pada penelitian sebelumnya, menurut Sinta Nurrisa Karonsih (2013) yang menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) dapat meningkatkan skor hasil belajar siswa, selain itu Pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) juga dapat melatih keterampilan berpikir ilmiah siswa. Berdasarkan respon siswa terhadap pembelajaran, siswa menjadi lebih mudah untuk menerima, mengerti, dan memahami materi. Dalam Standar Isi, dinyatakan bahwa pembelajaran fisika di sekolah dilaksanakan secara inkuiri untuk menumbuhkan keterampilan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Berdasarkan pernyataan ini, pembelajaran fisika di sekolah perlu dirancang untuk mencapai tujuan terse-
Gambar 2 Skor Tes Hasil Belajar (Posttest) Tabel 4.8. Deskripsi skor tes hasil belajar fisika kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk soal esai (posttest).
Deskripsi
Kelas VII A (Eksperimen)
Kelas VII B (Kontrol)
Jumlah Siswa Skor Minimum Skor Maksimum Skor Rata-rata Standar Deviasi
26 25 80 52,31 15,76
26 5 60 29,23 17,87
Uji hipotesis (uji-t) posttest 40
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 4 ISSN 2338 3240 but. Salah satu pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran fisika adalah melalui pembelajaran inkuiri. Dalam pembelajaran inkuiri, siswa dituntut melakukan kegiatan hands-on dan minds-on sekaligus. Penelitian menemukan bahwa penggunaan pembelajaran berbasis inkuiri dapat membantu siswa menjadi lebih kreatif terhadap sains dan lebih mandiri dalam belajar (Kuhne, 1995). Penelitian lain menemukan bahwa pembelajaran inkuiri bisa meningkatkan ketertarikan dan motivasi untuk belajar (Nivalainen, dkk.,2012). Dalam penelitian menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang telah dilakukan berdasarkan penelitian bahwa, kemampuan awal siswa dari pemberian tes awal (pretest) diperoleh besar pencapaian pada kelas eksperimen untuk soal pilihan ganda adalah 13 sedangkan pada kelas kontrol adalah 12. Untuk tes akhir (posttest) besar pencapaian pada kelas eksperimen untuk soal pilihan ganda adalah 15 sedangkan pada kelas kontrol adalah 13. Pada pretest skor rata-rata untuk soal pilihan ganda dari masing-masing kelas adalah 7,00 untuk kelas eksperimen dan 6,00 untuk kelas kontrol. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan skor antara kedua kelas, dimana terlihat skor untuk kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hasil ini berbeda dengan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t dua pihak. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05, diperoleh thitung = 1,35 dan t tabel = 2,00. Hasil ini menunjukkan –t(1 – 0,5α)< thitung< t(1 – 0,5α) atau -2,00 < 1,35 < 2,00. Berdasarkan hasil tersebut diketahui, hipotesis H0 diterima. Artinya, sebelum diberikan perlakuan berupa pemberian model pembelajaran inkuiri terbimbing pada proses pembelajaran, tidak terdapat pengaruh hasil belajar antara kedua kelas. Hal ini yang kemudian menjadi salah satu alasan pendukung kedua kelas ini memenuhi syarat untuk dijadikan sampel. Selanjutnya, Untuk kemampuan siswa dari pemberian tes akhir (posttest) diperoleh nilai rata-rata dari masingmasing kelas adalah 12,00 untuk kelas eksperimen dan 7,04 untuk kelas kontrol. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut, kemudian dilakukan analisis terhadap normalitas serta homogenitas varians. Hasilnya baik data pretes maupun posttest keduanya berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen.
Sedangkan untuk kemampuan awal siswa pada soal esai dari pemberian tes awal (pretest) diperoleh besar pencapaian pada kelas eksperimen adalah 65 sedangkan pada kelas kontrol adalah 60. Untuk tes akhir (posttest) besar pencapaian pada kelas eksperimen adalah 80 sedangkan pada kelas kontrol adalah 60. Pada pretest skor rata-rata dari masing-masing kelas adalah 28,85 untuk kelas eksperimen dan 25,38 untuk kelas kontrol. Selanjutnya, Untuk kemampuan siswa dari pemberian tes akhir (posttest) untuk soal esai diperoleh nilai rata-rata dari masingmasing kelas adalah 52,31 untuk kelas eksperimen dan 29,23 untuk kelas kontrol. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut, kemudian dilakukan analisis terhadap normalitas. Baik data pretes maupun posttest keduanya berdistribusi normal. Berdasarkan analisis kuantitatif data posttest diketahui, nilai rata-rata kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas kontrol. Perbedaan antara rerata skor posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan adanya pengaruh model pembelajaran yang diterapkan pada kedua kelas tersebut. Pengaruh yang signifikan terjadi pada kelas eksperimen. Dimana kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada model pembelajarannya sedangkan kelas kontrol menggunakan model konvensional. Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas varians, selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dua pihak berdasarkan hasil skor pretest dan skor posttest. Berdasarkan hasil skor pretest dimana kedua kelas belum diberikan perlakuan, diperoleh nilai thitung = 1,35 dan nilai ttabel = 2,00. Dengan menggunakan kriteria penerimaan dimana –t(1 – H0 diterima dan 0,5α) < t < t(1 – 0,5α) diketahui hipotesis satu (H1) ditolak. Artinya sebelum diberikan perlakuan berupa pemberian model pada proses pembelajaran, tidak terdapat pengaruh hasil belajar antara kedua kelas baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Selanjutnya dengan menggunakan ratarata skor posttest dimana pada masing-masing kelas telah diberi perlakuan, untuk soal pilihan ganda diperoleh nilai thitung = 5,57 dan nilai ttabel = 2,00 dan untuk soal esai diperoleh nilai t hitung = 14,48 dan nilai ttabel = 2,29. Dengan menggunakan kriteria penerimaan H0 dimana – t(1 – 0,5α) < t < t(1 – 0,5α), diketahui hipotesis H0 tidak terpenuhi atau ditolak dan hipotesis satu (H1) diterima. Artinya terdapat pengaruh hasil 41
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 4 ISSN 2338 3240 belajar antara kelas yang mendapatkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kelas yang mendapatkan pembelajaaran menggunakan model konvensional. Kondisi dalam proses pembelajaran yang terjadi sebelum di terapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing didalam kelas eksperimen maupun kontrol adalah sama, dimana siswa hanya berfokus pada guru, sehingga siswa menjadi kurang aktif. Setelah diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing, terjadilah perbedaan tes hasil belajar terutama pada kelas eksperimen, dimungkinkan karena pada proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing menjadikan siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran dimana informasi dan pengetahuan mereka temukan secara mandiri dalam kelompok, saling berinteraksi bukan hanya dengan guru tetapi juga dengan teman mereka. Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan membuat siswa menjadi lebih kreatif dalam menyelesaikan masalah dan menerapkan ilmu fisika dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hasil belajar dan kemampuan penemuan siswa secara individu maupun kelompok dapat meningkat. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model konvensional. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinta (2013) yang menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
posttest dengan menggunakan uji-t dua pihak, maka diperoleh rata-rata skor untuk soal plihan ganda dengan nilai thitung = 5,57 dan ttabel 2,00 dan untuk soal esai dengan nilai thitung = 14,4840 dan ttabel = 2,92. Sehingga berdasarkan data tersebut, kriteria penerimaan Ho dimana –t(1-0,5 ) < t < t(1-0,5 ) tidak terpenuhi, Ho ditolak dan hipotesis satu (H1) diterima pada taraf nyata 5% dan dk = 50. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. DAFTAR PUSTAKA Elyani, (2011). Skripsi. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Getaran Dan Gelombang. Jakarta. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Sinta Nurrisa Karonsih, (2013). Studi Tentang Penerapan Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing (Guidedinquiry) Pada Materi Hukum Ohm. Trenggalek. Sudjana, (2002). Statistical Methods. University Press, Ames, Lowak, 1964.
Lowak
State
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Nivalainen, Ville. dkk, (2012). Open Guided Inquiry Laboratory in Physics Teacher Education. Journal Science Teacher Education.
IV. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan analisis data dapat disimpulkan, bahwa hasil rata-rata pada soal pilihan ganda untuk kelas kontrol sebesar 7,04 dengan rata-rata kelas eksperimen sebesar 12,00. Dan untuk hasil rata-rata pada soal esai untuk kelas kontrol sebesar 29,23 dengan rata-rata kelas eksperimen sebesar 52,31. Sehingga berdasarkan penelitian kuantitatif bahwa hasil belajar kelas eksperimen yang diberikan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol yang diberikan model pembelajaran konvensional di SMP Negeri 1 Dolo. Dari hasil pengujian hipotesis pada 42