LAPORAN PENELITIAN
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 BANDA ACEH TIM PENELITI 1. SYAMSUL RIZAL, S.Pd M.Pd NIDN : 0115078402 2. MULIZA YANI NPM : 0711040031
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat ( LP2M )
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH BANDA ACEH 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
: Perbedaan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Fisika Yang Berasal dari SMP dan MTS pada SMA Negeri 11 Banda Aceh
Peneliti/ Pelaksana Nama Lengkap
: Syamsul Rizal, S.Pd M.Pd
Perguruan Tinggi
: Universitas Serambi Mekkah
NIDN
: 0115078402
Program Studi
: Pendidikan Fisika
Jabatan Fungsional
: Staf Pengajar
Nomor Hp
:
Alamat e-mail
:
Anggota Nama Lengkap
: Muliza Yani
NPM
: 0711040031
Perguruan Tinggi
: Universitas Serambi Mekkah
Penanggung Jawab
:
Tahun Pelaksanaan
:
Biaya Tahun Berjalan :
Mengetahui, Dekan Fakultas FKIP USM
Banda Aceh, 2013 Ketua,
Drs. M ISA RANI, M.Pd NIP . 19640206 189031 003
SYAMSUL RIZAL, S.Pd M.Pd NIDN . 0115078402
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ( LP2M ) UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH Alamat: Jalan Tgk.Imum Lueng Bata-Batoh Telp.(0651) 26160 dan (0651) 22471 Fax.22471 Banda Aceh
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Syamsul Rizal, S.Pd M.Pd
NIDN
: 0115078402
Pangkat/Golongan
:
Jabatan Fungsional
: Staf Pengajar
Alamat
: Dengan ini menyatakan bahwa hasil penelitian saya dengan judul “Perbedaan
prestasi belajar Siswa mata pelajaran fisika dari SMP dan MTS pada SMA Negeri 11 Banda Aceh” bersifat original. Bilamana dikemudian hari ditemukan ketidak sesuaian dengan pernyataan ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan pernyataan ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dengan sebenar-benarnya.
Mengetahui, Ketua Lembaga Peneliti Universitas Serambi Mekkah
Banda Aceh, 2013 Ketua Peneliti,
Ir.Lukmanul Hakim,MP NIP . 19611231 1994031 006
Syamsul Rizal, S.Pd M.Pd NIDN.1319118701
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta kemampuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Perbedaan prestasi belajar Siswa mata pelajaran fisika dari SMP dan MTS pada SMA Negeri 11 Banda Aceh”. Selanjutnya, selawat dan salam penulis sampaikan kepangkuan Nabi Besar Muhammad saw. yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan kealam yang penuh ilmu pengetahuan.
Penulisan laporan penelitian ini
dapat terwujud berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak
yang tak mungkin dapat
penulis sebutkan semua. Dalam penelitian ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan, namun penulis menyadari bahwa tulisan penelitian ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu penulis menerima kritikan yang sifatnya membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan penelitian ini.Atas segala bantuan dan bimbingan tersebut, penulis hanya dapat memanjatkan doa semoga Allah swt. melimpahkan berkah dan nikmat-Nya kepada kita semua. Amin ya Rabbal Alamin. Banda Aceh, 2013 Ketua Peneliti
Syamsul Rizal, S.Pd M.Pd
ABSTRAK
Pendidikan merupakan proses mempersiapkan kehidupan siswa yang sedang mengalami perkembangan menuju kedewasaan. Proses kedewasaan ini berlangsung dalam tiga lingkungan yaitu sekolah, keluarga dan masyarakat. SMA Negeri 11 Banda Aceh menerima siswa yang berasal dari SMP dan MTs yang diajarkan dengan kurikulum, materi dan jumlah jam belajar yang sama dalam mata pelajaran fisika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa mata pelajaran fisika yang berasal dari SMP dan MTs pada SMA Negeri 11 Banda Aceh. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI-1A SMA Negeri 11 Banda Aceh, sedangkan yang menjadi sampel adalah siswa kelas XI-1A3 yang berjumlah 14 orang dari MTs dan 16 orang dari SMP dengan jumlah sampel 30 orang. Data ini diperoleh dengan memberikan tes untuk mata pelajaran fisika kelas XI-1A3. Hipotesis dalam penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa mata pelajaran fisika yang berasal dari SMP dan MTs pada SMA Negeri 11 Banda Aceh. Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan statistik uji-t dua pihak dengan α = 0,05, dari hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis di diperoleh thitung = 0,01 dan ttabel = 2,05 atau −2,05, karena thitung = 0,01 berada antara nilai −2,05 dan 2,05 sehingga2,05 < 0,01 < 2,05 atau −t1−1/2α < t < t1−1/2α yang berarti thitung berada pada penerimaan hipotesis Ho sedangkan hipotesis ditolak, jadi hipotesis yang berbunyi: “Tidak Terdapat Perbedaan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Fisika yang Berasal dari SMP dan MTs Pada SMA Negeri 11 Banda Aceh Tahun Ajaran 2011/2012”, dapat diterima dan tolak hipotesis alternatif (Ha).
Kata Kunci: Belajar, Prestasi Belajar.
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .............................................................................................. ABSTRAK ................................................................................................................
iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... Latar Belakang Masalah .................................................................. Rumusan Masalah ....................................................................
1.1
4
1.2 Tujuan Penelitian .....................................................................
4
1.3 Manfaat Penelian .....................................................................
4
1.4 Anggapan Penelitian.................................................................
5
1.5 Hipotesis penelitian ..................................................................
5
1.6 Definisi Operasional ................................................................
6
1.7 Organisasi Laporan Penelitian .................................................
6
BAB II
1 1
LANDASAN TEORETIS .............................................................
2.1 Pengertian dan Tujuan Pendidikan ..........................................
8
2.2 Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar ...................................
9
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ................
10
2.4 Kurikulum dan Tinjauan Pengajaran Fisika di SMP dan MTs.
19
2.5 Kurikulum dan Tinjauan Pengajaran Fisika di SMA ..............
23
2.6 Kurikulum KTSP .....................................................................
24
BAB III METODELOGI PENELITIAN ................................................... 3.1 Tempat dan Waktu ...................................................................
27
3.2 Sampel dan Populasi.................................................................
27
3.3 Instrumen Pengumpulan Data .................................................
27
3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................
27
3.5 Teknik Pengolahan Data ..........................................................
28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................
8
27
32
i
4.1 Pengolahan Data ......................................................................
32
4.2 Pengujian Hipotesis ..................................................................
40
4.3 Pembahasan ..............................................................................
42
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 5.1 Kesimpulan ................................................................................ 5.2 Saran ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
44 44 44
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Jumlah Jam Pelajaran Fisika SMP dari Kelas VII sampai Kelas IX .......................................................................................
22
Tabel 2.2 Jumlah Jam Pelajaran Fisika MTs dari Kelas VII sampai Kelas IX ........................................................................................
22
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi dari data nilai prestasi belajar siswa yang berasal dari SMP ..........................................................................
33
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dari data nilai prestasi belajar siswa yang berasal dari MTs ...........................................................................
35
Tabel 4.3 Uji normalitas nilai prestasi belajar siswa yang berasal dari SMP ...............................................................................................
38
Tabel 4.4 Uji normalitas nilai prestasi belajar siswa yang berasal dari MTs ..............................................................................................
39
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor yang paling besar peranannya dalam proses kehidupan dan perkembangan suatu bangsa. Dengan pendidikan dapat mendorong dan
menentukan
maju
mundurnya
pelaksanaan
pembangunan
dalam segala
bidang.Dewasa ini telah banyak sekolah-sekolah yang telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk
mendukung
kegiatan
belajar mengajar.
Dalam suatu kegiatan
belajar mengajar terdapat beberapa faktor yang paling mempengaruhi. Menurut Purwanto (1995:102) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut : (a) Faktor yang ada pada individu itu sendiri. (b) Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk faktor individu antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi sedangkan yang temasuk faktor sosial antar lain: faktor keluarga, guru dan cara mengajar, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial Pada umumnya lembaga penddidikan formal di Indonesia dikelola oleh Kemendiknas dan Kementerian Agama. Kedua institusi ini sama-sama bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang handal. Lembaga pendidikan baik itu di bawah naungan Kemendiknas maupun di bawah naungan Kementerian Agama, sama-sama melaksanakan kurikulum yang setingkat. Lulusan MTs
mempunyai
kesempatan
yang
sama
dan
untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, sekarang tidak lagi dipermasalahkan berasal dari SMP atau MTs. Menurut Surat
SMP
apakah mereka
Keputusan Bersama (SKB) 3 (tiga) Menteri yaitu Menteri Agama, Menteri pendidkan dan Kebudayaan dan Menteri dalam negeri nomor 5 tahun 1975,
No.
037/U/1975. Dan No. 36 tahun 1975 tertanggal 24 Maret yang tercantum dalam Menurut Rahman (1989:2) kurikulum MTs yang berbunyi sebagai berikut : 1. Ijazah Madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan ijazah sekolah umum setingkat. 2. Lulusan Madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat. 3. Siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat. Fisika mempunyai peranan penting bagi manusia untuk berpikir logis, praktis, kreatif dan dinamis. Fisika juga dapat mengantarkan manusia untuk menemukan ideide baru yang berguna bagi perkembangan teknologi pada masa yang akan datang. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar fisika, seorang guru harus dapat menananamkan pengetahuan fisika dengan sebaik-baiknya dan mengatur agar siswa menaruh minat untuk mempelajarinya. Keberhasilan siswa dalam menerima dan menguasai mata pelajaran fisika sangatlah tergantung pada guru sebagai pendidik atau pengajar pelajaran tersebut. Bila ditinjau dari penguasaan materi mata pelajaran fisika pada siswa, kenyataannya menunjukkan bahwa setiap siswa memiliki kemampuan
yang berbeda dalam
memahami dan menguasai materi mata pelajaran fisika. Ada siswa yang cepat memahaminya dan ada juga siswa yang lambat. Kemampuan itu selain disebabkan oleh faktor diri dan intelegensi siswa, juga disebabkan oleh faktor sekolah/madrasah. Sekolah Menengah Pertama (SMP) biasanya lebih menitik beratkan pada mata pelajaran umum, sedangkan Madrasah Tsanawiyah (MTs) disamping mengajar mata pelajaran umum juga mengajar mata pelajaran khusus
yaitu mata pelajaran yang bercirikhas agama islam dengan proporsi yang lebih banyak. Penguasaan materi mata pelajaran fisika sangat erat hubungannya dengan prestasi belajar. Prestasi belajar diperoleh dari hasil belajar yang memuaskan. Hasil belajar yang memuaskan dapat dicapai melalui penguasaan materi sedangkan penguasaan materi mata pelajaran fisika hanya dapat dikuasai melalui belajar sungguh dan penuh konsentrasi. Secara empiris dapat dilihat bahwa materi dan jumlah jam pelajaran fisika di SMP dan MTs adalah sama. Berdasarkan hasil observasi awal bahwa di SMA Negeri 11 Banda Aceh terdapat siswa yang berasal dari SMP dan MTs. Di SMA Negeri 11 Bnada Aceh melakukan proses belajar mengajar mata pelajaran fisika dengan sistem Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diterapkan pada tahun 2007. pada umumnya penggunaan jam pelajaran fisika di kelas XII disetiap minggunya 4 jam dalam dua kali pertemuan, dalam satu jam lamanya belajar 45 menit. Kriteria Ketuntasan Minimum untuk mata pelajaran fisika nilai rata -ratanya adalah 6,2 dan tingkat kelulusannya 100%. Setiap siswa yang berasal dari SMP dan MTs mendapat perlakuan yang sama terhadap mata pelajaran fisika dan sama-sama mengacu pada kognitif. Siswa yang berprestasi diarahkan sementara siswa yang kurang berprestasi dibimbing oleh guru. Materi pelajaran fisika yang diajarkan di SMA Negeri 11 Banda Aceh merupakan lanjutan dari materi pelajaran fisika yang sudah pernah diajarkan di SMP dan MTs. Oleh karena itu penulis ingin mengadakan suatu penelitian tentang
prestasi belajar siswa SMA Negeri 11 Banda Aceh ditinjau dari latar belakang pendidikan dan sikap terhadap mata pelajaran fisika. Berdasarkan dari uraian di atas yang menjadi permasalahan penulis adalah, Apkah ada perbedaan prestasi belajar siswa mata pelajaran fisika yang berasal dari SMP dan MTs pada SMA Negeri 11 Banda Aceh. Berdasarkan alasan tersebut maka penelitian ini berjudul: Perbedaan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Fisika yang Berasal Dari SMP dan MTs Pada SMA Negeri 11 Banda Aceh.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian Mengingat kedua sekolah/Madrasah
itu menerapkan kurikulum dengan materi
dan jumlah belajar jam yang sama tetapi salah satu diantaranya mengajar mata pelajaran agama dengan proporsi yang lebih banyak, maka timbul sebuah permasalahan apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa mata pelajaran fisika yang berasal dari SMP dan MTs pada SMA N 11 Banda Aceh?
1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang masalah maka yang menjadi tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa mata pelajaran fisika yang berasal dari SMP dan MTs pada SMA N 11 Banda Aceh.
1.4 Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan yang telah dikemukakan diharapkan :
di atas, hasil penelitian ini
a. Bagi peneliti: dapat memberikan
informasi ilmiah kepada guru fisika agar
memahami latar belakang pendidikan siswa guna memperbaiki proses belajar. b. Bagi guru: sebagai bahan masukan kepada guru sebagai pendidik dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui kerja sama yang baik dengan sekolah. c. Bagi siswa: Sebagai dorongan dan motivasi untuk dapat meningkatkan belajar dalam bidang studi fisika. 1.5 Anggapan Dasar `Anggapan dasar/postulat adalah suatu kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Winarno Surachmad (2002:150) “Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik ukur pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Setiap penyelidik mungkin meragu-ragukan satu anggapan dasar yang oleh lain diterima sebagai kebenaran”. Dengan memperhatikan pendapat di atas, maka yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah : 1. Setiap siswa kelas XI pada SMA N 11 Banda Aceh mendapat perlakuan yang sama dalam proses belajar mengajar. 2. Siswa SMA N 11 Banda Aceh yang berasal dari SMP dan yang berasal dari MTs keduanya sama-sama ada mengikuti mata pelajaran fisika. 3. Siswa SMA N 11 Banda Aceh yang berasal dari SMP dan berasal dari MTs menggunakan kurikulum dengan materi dan jumlah jam belajar yang sama dalam mata pelajaran fisika.
1.6 Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Ada perbedaan prestasi belajar siswa mata pelajaran fisika yang berasal dari SMP dan MTs pada SMA N 11 Banda Aceh”. 1.7 Defenisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami istilah judul penelitian, maka akan dijelaskan definisi operasional dari judul penelitian perbedaan prestasi belajar siswa mata pelajaran fisika yang berasal dari SMP dengan yang berasal dari MTs pada SMAN 11 Banda Aceh. a. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang mengakibatkan perubahan pengetahuan dan kemahiran dalam dirinya. b. Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan seseorang yang dicapai melalui upaya orang itu, dan perubahan itu bukan diperoleh secara langsung dari proses pertumbuhan dirinya secara alamiah. c. Fisika merupakan ilmu fundamental yang mencakup semua sains dan benda- benda hidup (biologi, zoologi, dan lain-lain) maupun sains fisika (astronomi, kimia, fisika). Fisika pada dasarnya membahas tentang materi dan energi adalah akar dari tiap bidang sains dan mendasari semua gejola.
BAB II LANDASAN TEORETIS
2.1 Pengertian dan Tujuan Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kehidupan manusia, dimana sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang bertujuan memberikan sejumlah ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada siswa sesuai dengan tujuan pendidikan seperti yang dikemukakan oleh Ngalin Purwanto (1988:12), pendidikan adalahsegala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan. Menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003:"Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar
pesertadidik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat". Berdasarkan pengertian-pengertian pendidikan tersebut dapatlah penulis menyimpulkan
bahwa pendidikan
adalah
merupakan
suatu bimbingan
yang
diberikan secara sadar dan penuh tanggung jawab oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa terhadap pertumbuhan jasmani dan rohaninya sehingga ia dapat menjadi dewasa. Setiap lembaga pendidikan yang ada dalam suatu masyarakat atau Negara biasanya mempunyai rumusan tujuan pendidikan tersendiri, tujuan itu disesuaikan dan tidak boleh bertentangan dengan tujuan Pendidikan Nasional. Adapun tujuan pendidikan nasional berdasarkan pancasila bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan
keterampilan mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air,agar dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan. Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa tujuan pendidikan di SMA sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang mana menekankan amanat untuk kemajuan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
2.2 Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalam kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa. Seperti
kesehatan,
keterampilan, kemapuan dan sebagainya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai. Menurut Purwanto (1995:85) mengemukakan beberapa elemen yang penting yang mencirikan perbuatan belajar, yaitu : a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku buruk. b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang. d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.
Dari kutipan di atas mengartikan bahwa belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat secara nyata, dan proses itu terjadi dalam diri seseorang
yang sedang mengalami belajar. Belajar itu bukan hanya satu aspek saja, misalnya membaca atau membuat suatu kerajinan akan tetapi seluruh kepribadian, sehingga seluruh dari kepribadiannya dapat dikembangkan, dan perubahan yang dimiliki sifatnya bukan seketika saja dapat dilakukan, akan tetapi dapat dilakukan berulang- ulang dalam waktu yang berlainan. Prestasi belajar dibidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses
pembelajaran
yang diukur
dengan
menggunakan
instrumen
tes atau
instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan. Selanjutnya prestasi belajar juga dimaksudkan sebagai usaha yang telah dicapai oleh siswa dalam bentuk angka-angka yang diberikan oleh guru. Hasil ini merupakan penilaian
guru
terhadap
siswa
dalam
menerima
pelajaran
yang diberikan.
Penilaian atau evaluasi yang dilakukan oleh guru pada umumnya bersifat kognitif, karena aspek kognitif ini penekanannya pada apersepsi, ingatan, dan berpikir.
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Slameto (2003:54) faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi
belajar ada dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 2.3.1 Faktor Internal Faktor Internal adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar seperti : a.
Faktor Kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan orang terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk, kurang darah atau gangguan fungsi alat indera. Kesehatan merupakan modal dasar bagi seseorang anak untuk dapat belajar dengan baik. Seorang anak yang kesehatannya terganggu tentu saja tidak dapat memusatkan perhatiannya secara baik terhadap pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Yang akhirnya dapat mempengaruhi prestasi belajar. Kesehatan merupakan modal dasar bagi seseorang anak untuk dapat belajar dengan baik. Seorang anak yang kesehatannya terganggu tentu saja tidak dapat memusatkan perhatiannya secara baik terhadap pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Yang akhirnya dapat mempengaruhi prestasibelajar. Diantara berbagai unsur kesehatan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor penglihatan dan pendengaran, sebagaimana yang di kemukakan
oleh
Partowisastro (1986: 27) sebagai berikut : Adanya gangguan penglihatan/pendengaran tidak serta merta diketahui oleh guru, disamping itu anak yang mengalaminya pun sering kali tidak menyampaikan. Padahal gangguan indra ini (lebih-lebih gangguan penglihatan) dapat menimbulkan gejalagejala terus-menerus seperti sakit kepala, kurang konsentrasi dan lain-lain, semua itu merugikan proses belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesehatan dapat mempengaruhi kelancaran studi seseorang siswa. Seseorang siswa tidak dapat berkonsentrasi dengan baik terhadap pelajaran yang di pelajarinya. Lebih-lebih bila gangguan dan telinga yang merupakan lingkungannya.
Gangguan
itu
terjadi
pada
mata
alat penghubung utama seorang manusia dengan
pada mata dan telinga dapat menyebabkan
kurang
lancarnya penerimaan informasi dari luar, yang akhimya akan memberi pengaruh yang buruk terhadap prestasi belajarnya. b.
Intelegensi
Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Siswa yang mempunyai intelegensi yang tinggi dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya belajar
dengan
mempunyai
menerapkan
intelegensi
metode
yang
Mengenai hal ini Partowisastro
rendah
belajar
bersekolahpun
yang efesien. Sedangkan yang
perlu mendapatkan pendidikan khusus.
(1986:22) menjelaskan
perkembangan intelegensi terjadi dalam lingkungan anak
dikarenakan
rumah
bahwa: “Awal dari tangga,
dan
setelah
pengaruh lingkungan keluarga masih sangat besar, bahkan
kadang-kadang apa yang didapati anak di rumah lebih besar pengaruhnya dari pada yang diperoleh di sekolah”. Dengan demikian pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan amat besar pengaruhnya terhadap perkembangan intelegensi anak. Selain itu juga kecerdasan merupakan suatu yang dapat berkembang terus atau terkadang bisa mengalami kemunduran sebagaimana dikemukakan oleh Winkel (1984: 25) sebagai berikut :
Kecerdasan (intelegensi) mempunyai peran yang sangat penting terhadap rendahnya prestasi yang dicapai oleh murid. Kecerdasan merupakan suatu yang dinamika, ia dapat berkembang terus atau terkadang mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan karena berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan, seperti faktor genetik, lingkungan dan gizi. Berdasarkan dua kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa intelegensi anak menentukan mampu atau tidaknya anak berprestasi secara baik di sekolah. Di samping itu, intelegensi sangat di pengaruhi oleh keadaan kehidupan dalam keluarga. Oleh karena itu kehidupan sebuah keluarga yang dipengaruhi atau diwarnai dengan nilainilai
pendidikan
akan
memberikan
dampak
yang
positif bagi peningkatan
kemampuan intelegensi dan prestasi. c.
Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.Minat besar pengaruhnya terhadap belajar.Bahan pelajaran
yang
menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Gie (1980:80) menjelaskan pengaruh minat dalam belajar sebagai berikut : Minat selain
memungkinkan
pemusatan pemikiran,
juga akan menimbulkan
kegembiraan dalam usaha belajar. Kegembiraan hati akan memperbesar kemampuan
belajar
seseorang
dan
juga membantunya
untuk
tidak
daya mudah
melupakan apa yang dipelajarinya. Belajar dengan perasaan yang tidak gembira membuat pelajaran itu terasa berat. Umumnya seseorang tidak berminat mempelajari sesuatu pengetahuan karena tidak mengetahui faedahnya. Suatu mata pelajaran dapat dipelajari dengan baik apabila orang tersebut dapat memusatkan
perhatiaanya
terhadap pelajaran itu. Minat
merupakan salah satu faktor yang memungkinkan berkonsentrasi.
d.
Bakat
Bakat adalah kondisi di dalam diri seseorang yang memungkinkan dengan suatu latihan mencapai kecakapan. Pengetahuan dan ketrampilan juga merupakan salah satu aspek kualitas yang dimiliki oleh setiap orang. Unsur- unsur bakat yang berbeda di bawa
oleh individu
sejak
lahir.
Hal ini sesuai dengan
dikemukakan
oleh
Poerwadarmita (1985:76) bahwa: “Bakat adalah dasar kepandaian, sifat bawaan dari lahir, unsur-unsur bakat ini berbeda tiap- tiap
individu,
karena
latar
belakang keluarga dan lingkungan sosial masyarakat”. Bakat juga merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan belajar siswa. Bakat di pengaruhi oleh faktor genetika. Dengan demikian bakat telah ada dalam diri seseorang sejak dia lahir. Bakat merupakan kemampuan metal seseorang yang dibawa sejak lahir. Menurut Ahmadi (1982:92) menyebutkan bahwa: “Secara statistik kemampuan mental itu akan menurun dalam suatu garis keluarga”. Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa bakat merupakan anugerah tuhan kepada seseorang yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
e.
Motivasi
Seseorang
akan berhasil dalam belajarnya
bila mempunyai
penggerak atau
pendorong untuk mencapai tujuan. Penggerak atau pendorong inilah yangdisebut dengan motivasi. Motivasi
merupakan
dorongan
dari
dalam
diri
individu
untuk melakukan
suatu tindakan dalam mencapai suatu tujuan. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh
Gunarsa (1979:90) sebagai berikut: “Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan
yang datang dari dalam diri maupun dari luar diri seseorang yang menyebabkan ia berbuat dan perbuatan tersebut diarahkan pada tujuan yang ingin dicapai”. Lemah atau kuatnya motivasi sesorang sangat mempengaruhi
tingkat
keberhasilan suatu usaha yang di lakukan, termasuk belajar. Keberhasilan dalam motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang. Apabila motivasi belajar itu kuat pada diri seseorang, maka semangat belajarnya tinggi. Sebaliknya apabila motivasi itu lemah pada diri seseorang maka semangat belajarnya pun rendah.
f.
Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana
alat-alat
tubuhnya
sudah
siap
untuk
melaksanakan kecakapan baru.
Belajar akan berhasil bila anak sudah siap (matang). g.
Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau bereaksi. Kesiapan
ini
perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar karena jika siswa sudah memiliki kesiapan dalam belajar maka hasil belajarnya akan lebih baik.
2.3.2 Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah bentuk/hal-hal atau situasi di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar seseorang atau siswa. Faktor ini kadang-kadang tidak secara langsung mempengaruhi akan tetapi terlebih dahulu terjadi reaksi terhadap faktor-faktor dalam diri seseorang siswa. Setelah itu baru terasa pengaruhnya terhadap proses dan prestasi belajar yang ditekuninya. Faktor eksternal ini adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa antara lain dapat berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat.
a.
Keadaan Keluarga (Orang Tua)
Keluarga merupakan lingkungan utama dalam proses belajar. Keadaanyangada dalam keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam pencapaianprestasibelajar misalnya cara orang tua mendidik, relasi anggota keluarga, suasana rumah,keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua. Dengan demikian orang tua sangat diharapkan perannya dalam membimbing dan mengarahkan anak ke dalam dunia pendidikan. Suhartin, R.I (1983:5) mengatakan bahwa: Sudah merupakan hukum yang mutlak bahwa orang tua mempunyai kewajiban terhadap anak-anaknya.Hukum ini tidak dapat di bantah, sebab lahirnya anak karena perbuatan orang tuanya.Sepanjang sejarah manusia belum pernah ada anak yang minta di lahirkan.Karena perbuatan itu di lakukan dengan kesadaran, maka sebagai akibat logis perbuatan itu harus dipertanggung jawabkan. Dalam kenyataan sehari-hari sering ditemui orang tua yang sangat bertanggung jawab terhadap pendidikan dan masa depan anak-anaknya. Namun demikian orang tua tidak boleh memberi pengaruh yang buruk terhadap pendidikan anaknya, seperti menaruh harapan yang terlampau besar pada anak atau menyekolahkan anak pada jurusan yang tidak sesuai dengan kemampuannya. b.
Keadaan sekolah
Lingkungan sekolah adalah lingkungan di mana siswa belajar secara sistematis. Kondisi ini meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, metode belajar dan fasilitas yang
mendukung
lainnya.
Sekolah
sebagai lingkungan
mendapatkan pendidikan secara formal yang
belajar
untuk
merupakan kelanjutan dari pada pendidikan dalam lingkungan keluarga. Proses pendidikan dilingkungan sekolah sudah disusun secara formal, dan didata dengan berbagai
bentuk pendidikan
pendidikan
itu
sendiri.
pengajaran,
Adapun
kurikulum
dilingkungan
yang relevan dan tujuan
sekolah,
hal-hal
yang
dapat
mempengaruhi proses belajar anak atau siswa antara lain adalah metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, fasilitas yang tersedia dan sebagainya. Dalam proses interaksi belajar mengajar di sekolah metode pendekatan mengajar yang digunakan guru memegang peranan penting. Sebab menanamkan konsep suatu ilmu diperlukan metode mengajar yang sesuai, terutama untuk memotivasikan anak dalam mengembangkan konsep-konsep yang telah disajikan apabila guru menyampaikan materi
pelajaran
dengan metode yang membosankan siswa, maka hanya akan
menjadikan siswa malas belajar dengan guru tersebut. Hal ini akan berkaitan terhadap prestasi yang di capai siswa, sejalan dengan yang di kemukakan oleh Slameto (2003:91) adalah: Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi karena
guru
kurang
persiapan
dan
guru
misalnya
kurang mengusai bahan pelajaran
sehingga guru tersebut menerangkan tidak jelas.
c.
Keadaan masyarakat
Siswa akan mudah terkena pengaruh lingkungan masyarakat karena keberadaannya dalam lingkungan tersebut. Kegiatan dalam masyarakat, masa media,teman bergaul, lingkungan tetangga merupakan hal-hal yang dapat mempengaruhi siswa sehingga perlu diusahakan lingkungan yang positif untuk mendukung belajar siswa. Anak hidup dan berkembang dalam masyarakat. Maka segala yang dilihat dan dirasakan
dalam pergaulan di masyarakat akan memberikan kesan yang mendalam pada diri anak dan mempengaruhi seluruh
segi
kehidupannya,
termasuk
didalamnya
kelangsungan anak itu sendiri. Apabila seorang anak hidup dalam masyarakat yang berpendidikan atau setidaknya mempunyai pandangan yang positif terhadap pendidikan, maka anak tersebut akan terarah ke dunia pendidikan dan akan berusaha untuk melanjutkan pendidikan. Akan tetapi sebaliknya apabila seorang anak hidup dalam lingkungan masyarakat yang tidak menghargai pendidikan
maka besar kemungkinan anak akan gagal dalam
pendidikan. Salah satu pengaruh yang datang dari masyarakat adalah yang berasal dari masa media, sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasution (1982:127) bahwa: Yang bertanggung jawab atas pendidikan anak tidak hanya guru dan orang tua, melainkan seluruh masyarakat. Toko buku secara diam-diam menjual bacaan cabul, bioskop yang memperbolehkan anak-anak di bawah umur menonton film yang tidak sesuai dengan usinya, pemerintah kota yang tak menyediakan lapangan olaph raga, tetapi menggunkan untuk gedung-gedung mereka semua tidak lari dari tanggung jawab. Selanjutnya menurut pendapat Roestiyah (1986:154) bahwa: “Banyak bacaan, novel, majalah, Koran yang dapat dipertanggung jawabkan secara pendidikan. Kadang-kadang anak asyik membaca buku-buku yang bukan buku pelajaran, sehingga lupa akan tugas belajar, maka bacaan anak perlu diawasi dan diseleksi”. Dari uraian di atas, bahwa masyarakat ikut menentukan apakah anak akan berhasil atau gagal dalam pendidikannya. Apabila masyarakat bersikap masa bodoh terhadap pendidikan anak, maka anak mengalami kemunduran dan bahkan gagal dalam pendidikannya tentunya dalam jangkauan yang lebih luas merugikan masyarakat itu sendiri karena tidak ada tenaga terdidik dilingkungannya.
2.4 Kurikulum dan Tinjauan Pengajaran Fisika di SMP dan MTs Pendidikan Nasional yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan membentuk
watak serta peradaban
kemampuan
dan
bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhalak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam rangka mengembangkan fungsi tersebut pemerintah
menyelenggarakan
suatu
sistem
pendidikan
nasional sebagaimana
tercantum dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Salah satu kompenen penting demi terlaksananya sebuah sistem pendidikan nasional yang terarah, adalah keberadaan kurikulum. Keberadaan kurikulum merupakan salahsatu
kompenen
penting
dalam
melaksanakan
sebuah
sistem pendidiksn
nasional yang terarah. Kurikulum dikembangkan berdasrakan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia paripurna sebagaimana yang tersurat dalam tujuan pendidikan
nasional. Untuk mendukung pencapaian tersebut, pengembangan potensi peserta didik
harus
disesuaikan
dengan
potensi,
perkembnagan,
kebutuhan,
dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkunga. Sebagai upaya mendekatkan pendidikan dengan posisi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik, serta tuntutan lingkungan MTs dan SMP mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Kurikulum ini disususn dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL) yang telah ditetapkan oleh pemerintah demi menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Penyususnan kurikulum tingkat satuan pendididkan ini merupakan salah satu upaya sekolah SMP dan MTs untuk mengakomodasi potensi yang ada dan untuk meningkatkan kualitas satuan pendidikan, baik dalam aspek akademik maupan non
akademik,
memelihara/mengembangkan
budaya
daerah,
serta menguasai
perkembangan Iptek yang di landasi Iman dan Takwa. Pengembangan kurikulum di SMP dan MTs disusun antara lain agar dapat member kesempatan peserta didik untuk: a. Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b. Belajar untuk memahami dan menghayati. c. Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif. d. Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain e. Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
2.4.1 Stuktur Kurikulum di SMP dan MTs
Struktur kurikulum berisi sejumlah mata pelajaran yang harus disampaikan kepada peserta didik. Mengingat perbedaan individu sudah barang tentu keluasan dan kedalamannya akan berpengaruh terahadap peserta didik pada setiap satuan pendidikan. Pada program pendidikan di sekolah menengah pertama (SMP) dan yang setara (MTs), sejumlah jam mata pelajaran sekurang-kurangnya 32 jam pelajaran setiapa minggu. Setiapa jam pelajran lamanya 40 menit. Jenis program pendidikan di SMP dan MTs atau yang setara, terdiri dari program umum meliputi sejumlah mata pelajaran yang wajib diikuti seluruh peserta didik, dan program pilihan yang meliputi mata pelajaran yang menjadi cirri khas keunggulan daerah berupa mata pelajaran muatan lokal. Mata pelajaran yang wajib diikuti pada program umum berjulmah 10 untuk SMP dan 14 untuk MTs. Sementara itu keberadaan muatan lokal ditentukan oleh kebijakan dinas setempat dan kebutuhan sekolah. Pengaturan beban belajar menyesuaikan
dengan
alokasi waktu
yang telah ditentukan
dalam struktur
kurikulum. Setiap satuan pendidikan dimungkinkan menambah jam pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam rangka mencapai kompetensi. Dengan adanya tambahan waktu, satuan pendidikan diperkembangkan mengadakan penyesuaian-penyesuaian. Misalnya program remediasi bagi peserta didik yang belum mencapai ketentutasan belajar minimal sekolah yang berada dibawah naungan Kementrian Agama, khususnya MTs selain mata pelajran umum (seperti yang diajarkan di SMP) juga menambahkan mata pelajaran lain yaitu Qur’an Hadist, Aqidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam, Fiqih dan Bahasa Arab.
Struktur kurikulum MTs dan SMP memuat kelompok mata pelajaran sebagai
berikut : -
Kelompok Mata Pelajaran Agama dan Akhlak mulia
-
Kelompok Mata Pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian
-
Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
-
Kelompok Mata Pelajaran Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
TABEL 2.1 Jumlah Jam Pelajaran Fisika SMP dari Kelas VII sampai Kelas IX No 1
Kelas VII VII
Semester I II I II I
2
VIII VIII
II
3
IX IX
Jumlah Jam Pelajaran 56 46 56
4
46
5
56
6
38 Jumlah
298
TABEL 2.2 Jumlah Jam Pelajaran Fisika MTs dari Kelas VII sampai Kelas IX No 1
Kelas VII VII
Semester I II I II I
2
VIII VIII
II
3
IX IX
Jumlah Jam Pelajaran 56 46 56
4
46
5
56
6
38 Jumlah
298
2.5 Kurikulum dan Tinjauan Pengajaran Fisika di SMA Setiap lembaga pendidikan yang tumbuh dengan sengaja dalam suatu masyarakat,
biasanya mempunyai tujuan pendidikan tersendiri. Tujuan pendidikan itu disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional. Pengertian kurikulum tidak hanya menyangkut dengan usaha-usaha pengajaran di sekolah saja, tetapi juga termasuk usaha-usaha di luar sekolah yang dapat dipakai untuk mempengaruhi kelakuan anak kearah yang sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Adapun tujuan kurikulum merupakan rumusan-rumusan kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap murid/pelajar/mahasiswa. Setelah mereka mengikuti program kegiatan kurikulum tertentu misalnya seperti kurikulum IPA, matematika, bahasa dan lain sebagainya,
setiap murid dituntut mampu
memenuhi
tujuan kurikulum
yang diikuti tersebut. Masing-masing bidang kurikulum mempunyai tujuan-tujuan yang dirumuskan dalam tujuan kurikuler. Agar tujuan kurikuler dapat tercapai dengan baik di perlukan tujuan instruksional. Tujuan ini merupakan rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh pelajar/murid/mahasiswa, setelah mengikuti program pengajaran tertentu. Dengan tujuan instruksional inilah dapat disususun program pengajran yang nyata yang dibebankan kepada suatu kurikulum ataun bidang studi untuk mencapai tujuan kurikuler. Penulis mengkhususkan penelitian ini pada tingkat SMA untuk bidang studi fisika. Untuk mencapai jelasnya dapat kita lihat salah satu tujuan pengajaran fisika di SMA berdasrkan
kurikulum (Depdikbud,
1993:2) sebagai berikut: “Siswa memiliki
pandangan luas dan memiliki sikap logis, kritis, cermat dan disiplin serta menghargai kegunaan fisika”.
Agar siswa memiliki sikap seperti yang diinginkan oleh tujuan pengajaran fisika, maka peran seorang guru dalam mengajar fisika dengan baik sangatlah diperlukan. Peran guru
ini pada akhirnya dapat mengarah dan mengantar siswa pada sikap-sikap tersebut di atas. Di samping itu juga harus mempersiapkan siswa agar sanggup mengahadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu
berkembang
melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran yang logis, rasional, kritis dan cermat, jujur, efisien dan efektif. Diharapkan juga guru mempersiapkan
agar dapat
menggunakan fisika dan pola pikir fisika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegunaan fisika itu besar sekali,
baik
sebagai
ilmu
pengetahuan,
sebagai
alat
maupun
sebagai
pembentuk sikap yang diharapkan. Fisika memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, baik sebagia objek langsung (fakta, ketrampilan, konsep dan prinsip). Fisika merupakan sarana penunjang bagi berbagai ilmu, baik itu eksak maupun ilmu sosial. Fisika dapat digunakan untuk menganalisis atau menyederhanakan berbagai masalah, baik masalah yang ditimbul dari fisika itu sendiri maupun masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
2.6 Kurikulum KTSP Menurut
Hamalik
(2007:65)
mengatakan
bahwa
“Kurikulum
adalah
program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa”. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Dalam Standar Nasonal Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undagn No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut : 1.
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 2.
Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut: 1.
KTSP
dikembangkan
sesuai
dengan
kondisi
satuan
pendidikan,
potensi dan karakteristik daerah, serta social budaya masyarakat setempat dan peserta didik. 2.
Sekolah dan komite sekolah
mengembangkan
kurikulum tingkat
satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervise Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan Departemen Agama yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.
3.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan
tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilkakukan di SMA Negeri 11 Banda Aceh yang berlangsung dari tanggal 19 sampai dengan tanggal 20 Oktober Tahun 2011.
3.2 Populasi dan Sampel Menurut
Arikunto
(1998:115)
“Populasi
adalah
keseluruhan
subyek penelitian,
disamping itu juga dapat diartikan populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya dapat diduga sedangkan sampel adalah sebagian wakil dari populasi yang diteliti”. Adapun yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMA
Negeri 11 Banda Aceh Tahun ajaran 2011/2012. Sedangkan yang menjadi sampel penelitian adalah siswa kelas XI-IA3 yang berjumlah 30 orang siswa.
3.3 Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : a.
Dokumentasi: dimaksud untuk memperoleh data siswa-siswa SMA Negeri 11
Banda Aceh. b.
Tes: dimaksud untuk memperoleh nilai prestasi belajar siswa yang berasal dari
SMP dan MTs terhadap mata pelajaran fisika.
3.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan : a.
Dokumentasi : yaitu untuk mengumpulkan data siswa yang berasal dari SMP
maupun yang berasal dari MTs. b.
Tes : yaitu dengan diberikan sederetan pertanyaan dalam bentuk soal yang
dapat digunakan untuk mengukur prestasi belajar yang dicapai oleh siswa yang berasal dari SMP dan MTs. Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes bidang studi fisika pada kelas XII di SMA Negeri 11 Banda Aceh. Tes yang diberikan berbentuk tes objektif, yaitu soal-soal dalam bentuk multiple choise dan essay yang sesuai dengan kurikulum studi fisika tingkat SMA.
3.5 Teknik Pengolahan Data Sebelum menguji hipotesis yang diajukan, terlebih dahulu data hasil tes yang diperoleh digunakan untuk menghitung nilai rata-rata, dengan langkah- langkah sebagai berikut: 1.
Menghitung Nilai Rata-rata
Langkah-langkah yang dilakukan berdasarkan pendapat Sudjana (2005:47) yaitu : a. Mengurutkan nilai terendah sampai nilai tertinggi b. Menentukan rentang = nilai tertinggi – nilai terendah c. Menentukan banyak interval kelas, yaitu: Banyak kelas = 1 + (3,3) log n d. Menentukan panjang interval kelas (P), yaitu: Rentang P= Banyakkelas e. Menentukan nilai rata-rata dengan persamaan: ∑fi . xi Sudjana (2005:67) x= ∑ fi
2.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varians dari data yang digunakan sama atau tidak. Uji homogenitas yang dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut:
Vb hitung
F
k
=
V
keterangan: V b = varians yang lebih besar Vk = varians yang lebih kecil Hipotesis yang akan diuji adalah: Ho
= kedua kelas yang diuji homogen, jika Fhitung < Ftabel
Ha
= kedua kelas yang diuji tidak homogen, jika Fhitung > Ftabel
Ftabel = F α(nb − 1) (nk – 1) Hipotesis diuji pada taraf nyata 5% dengan dk pembilang = (n b − 1) dan dk penyebut = (nk – 1). nb
= banyak data yang variansnya lebih besar
nk
= banyak data yang variansnya lebih kecil.
3.
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah nilai siswa yang berasal dari SMP dan siswa yang berasal dari MTs berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah chi kuadrat, yaitu seperti yang dikemukakan Sudjana (2005: 273). 2
χ hitung = Ei
2
∑(O −E ) i
i
dengan : O i = frekuensi pengamatan E i = frekuensi yang diharapkan n
= jumlah
sampel Uji pada taraf signifikan α = 5% dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1. Hipotesis yang diajukan: Ho
= sebaran data mengikuti distribusi normal, jika thitung < ttabel
Ha
= sebaran data tidak mengikuti distribusi normal, jika thitung > ttabel
ttabel = t(1 − α) (n – 1)
4.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan adalah uji perbedaan dua rata-rata, uji dua pihak yaitu pihak kanan dan kiri dengan rumus uji t yang dikemukakan oleh Sudjana (2005: 293) pada taraf signifikan α = 5%.
thitung = 1 1 s + n1 n2
x1 − x 2
dengan: s2 = 1 n1 + n2 − 2
1
2
(n2
2
−1)s + (n −1)s
2
keterangan: x 1 = nilai rata-rata variabel 1 (untuk siswa yang berijazah SMP) x 2 variabel 2 (untuk siswa yang berijazah MTs) S = simpanganbaku n1 = banyak data variabel 1 (untuk siswa yang berijazah SMP)
= nilai rata-rata
n2 = banyak data variabel 2 (untuk siswa yang berijazah MTs) s1
= simpangan baku variabel 1 (untuk siswa yang berijazah SMP)
s2
= simpangan baku (untuk siswa yang berijazah MTs)
n
= jumlah subjek. Hipotesis yang
diajukan adalah: Ho = μ1 ≠ μ2 = ada perbedaan prestasi belajar fisika antara SMP dengan MTs di SMA Negeri 11 Banda Aceh. Ho = μ1 = μ2 = Tidak ada perbedaan prestasi belajar fisika antara SMP dengan MTs di SMA Negeri 11 Banda Aceh Sudjana (2005:239) menyatakan bahwa: “Kriteria pengujian hipotesis adalah terima Ho jika −t1−1/2α < t < t1−1/2α dan tolak Ho jika t mempunyai harga lain. Harga t1−1/2α diperoleh dari daftar tabel uji-t dengan dk = (n1 + n2 - 2) serta pada taraf signifikan α = 5%”.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengolahan Data Pengumpulan data penulis lakukan pada siswi SMA Negeri 11 Banda Aceh yang berasal dari SMP dan MTs yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Dari instrumen pengambilan data dilakukan berupa tes yang diberikan kepada siswi, nilai tes yang dikumpulkan oleh peneliti adalah sebagai berikut: a. Data hasil belajar fisika siswa yang berasal dari SMP 50 50 60
60
70
70
70
70
70 75 75
75
80
80
85
85
Data yang telah terkumpul dari hasil belajar siswi di atas, akan didistribusikan ke dalam rumus dan membuat tabel distribusi frekuensi untuk data prestasi belajar siswa yang berasal dari SMP diperoleh: 1) Rentang: data terbesar dikurangi data terkecil R
= 85 – 50
= 35 2) Banyak kelas interval (K) dengan n = 16 K
= 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 16 = 1 + 3,3 (1,20) = 1 + 3,96 = 4,96 (dibulatkan menjadi 5)
3) Lebar kelas interval (P) adalah: P K = 5
=
R
35
= 7 Panjang kelas interval yang diambil adalah 7. Selanjutnya tabel distribusi frekuensi prestasi belajar fisika siswa yang berasal dari SMP. Tabel 4.1 Distribusi frekuensi dari data nilai prestasi belajar siswa yang berasal dari SMP 2
Kelas Interval 50 – 56
fi 2
xi 53
fixi 106
xi 2809
fiix 2 5618
57 – 63
2
60
120
3600
7200
64 – 70
5
67
335
4489
22445
71 – 77
3
74
222
5476
16428
78 – 84
2
81
162
6561
13122
85 – 91
2
88
176
7774
15488
Jumlah 16 Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2011
1121
-
80301
Berdasarkan rumus mencari nilai rata-rata ( x ) dan standar deviasi dari tabel distribusi frekuensi di atas. Maka diperoleh nilai rata-rata sebagai berikut:
x
= ∑ fi
∑f x i
i
1121 = 70,06 = 16
Standar deviasinya adalah:
n ∑f x −(∑f x 2
)S 2
2
=
i i
i i
n (n −1)
2
16 (80301) − (1121) = 16 (16 − 1) =
1284816 −1256641 240
=
28175 240
S 2 = 117,39 S
= 117,39
S
= 10,83
Jadi, nilai rata-rata adalah 70,06 dan standar deviasinya adalah 10,83.
b. Data hasil belajar fisika siswa yang berasal dari MTs 50 55 60
60
65
65
70
70 75 75
80
80
85
85
Data yang telah terkumpul dari hasil belajar siswi di atas, akan didistribusikan ke dalam rumus dan membuat tabel distribusi frekuensi untuk data prestasi belajar siswa yang berasal dari SMP diperoleh: 1) Rentang: data terbesar dikurangi data terkecil R
= 85 – 50 = 35
2) Banyak kelas interval (K) dengan n = 14
K
= 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 14 = 1 + 3,3 (1,14) = 1 + 3,96 = 4,76 (dibulatkan menjadi 5) 3) Lebar kelas interval (P) adalah: P K = 5
=
R
35
= 7 Panjang kelas interval yang diambil adalah 7. Selanjutnya tabel distribusi frekuensi prestasi belajar fisika siswa yang berasal dari SMP. Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dari data nilai prestasi belajar siswa yang berasal dari MTs Kelas Interval 50 – 56
fi 2
xi 53
fixi 106
x2i 2809
fiix 2 5618
57 – 63
2
60
120
3600
7200
64 – 70
4
67
268
4489
17956
71 – 77
2
74
148
5476
10952
78 – 84
2
81
162
6561
13122
85 – 91
2
88
176
7774
15488
Jumlah 14 Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2011
980
-
70336
Berdasarkan rumus mencari nilai rata-rata ( x ) dan standar deviasi dari tabel distribusi frekuensi di atas. Maka diperoleh nilai rata-rata sebagai berikut:
x
∑ fi
=
i
i
980
=
14
∑f x
= 70,00 Standar deviasinya adalah:
n ∑f x −(∑f x 2
)
2
S2 =
i i
i i
n (n − 1)
2
14 (70336) − (980 ) = 14 (14 −1) =
=
984704 −960400 182
24304 182
S 2 = 133,54 S
= 133,54
S
= 11,55
Jadi, nilai rata-rata adalah 70,00 dan standar deviasinya adalah 11,55. Berdasarkan hasil perhitungan frekuensi rata-rata dan standar deviasi dari kedua kelas, diperoleh rata-rata kelas siswi yang berasal dari SMP adalah 70,06, serta standar deviasi sebesar 10,83. Dan untuk kelas siswi yang berasal dari MTs diperoleh nilai rata-rata 70,00 dan standar deviasinya adalah 11,55.
Untuk menguji kesamaan dari dua varians sampel, dapat digunakan rumus
F= Vk
Vb
, dengan kriteria pengujian: tolak Ho jika F ≥ F
.
α ( n 1−1,n 2 −1)
Berdasarkan persamaan tersebut maka di dapat distribusi F adalah sebagai berikut:
133,54 F = 117,39 F = 1,13 Dari distribusi F diperoleh F:
Fα ( n −1,n
−1)
1
2
= F0,05 (16−1,14−1)
= F0,05 (15,13) = 2,43 Berdasarkan harga Fhitung dari distribusi frekuensi tersebut maka didapatkan Fhitung < F tabel maka dapat disimpulkan bahwa varians-varians dari kedua kelas adalah homogen.
c. Uji normalitas nilai prestasi belajar siswa yang berasal dari SMP Selanjutnya data nilai prestasi belajar fisika siswa yang berasal dari SMP di atas harus memenuhi syarat normalitas. Berdasarkan perhitungan sebelumnya untuk data nilai prestasi belajar siswa yang berasal dari SMP diperoleh
(x) =
70,06 dan (S) = 10,83. Dalam pengolahan data ini yang akan diolah untuk mengetahui apakah kedua kelas berdistribusi normal. Kriteria bahwa kedua data itu normal jika x2hitung < x 2tabel atau x2hitung > x2tabel. Berikut proses uji normalitas data.
Tabel 4.3 Uji normalitas nilai prestasi belajar siswa yang berasal dari SMP Kelas Interval
Batas Batas Z-Score Daerah Kelas (xi) 49,5
-1,89
0,4706
56,5
-1,25
0,3944
-0,60
0,2258
50 – 56 57 – 63 63,5 64 – 70 70,5
0,04
0,0160
77,5
0,68
0,2518
84,5
1,33
0,4082
1,97
0,4756
71 – 77 78 – 84 85 – 91 91,5
Luas Frekuensi yang Daerah diharapkan (Ei)
Frekuensi Pengamatan (Oi)
0,0762
1,2192
2
0,1686
2,6976
2
0,2098
3,3568
5
0,2358
3,7728
3
0,1564
2,5024
2
0,0674
1,0784
2
Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2011
Batas kelas pertama dibatasi oleh 49,5 dan 56,5 atau dalam angka Z-score dibatasi oleh 1,89 dan -1,25 dengan Z-score = S
x i −x
. Luas daerah di bawah
kurva normal untuk interval pertama adalah 0,4706 dan 0,3944 yang diperoleh melalui tabel distribusi Z. Sedangkan frekuensi yang diharapkan (Ei) untuk interval ini 16 x 0,0762 = 1,2192. Maka nilai chi-kuadrat hitung adalah:
χ
2 hitung
=
(2 −1,2192)2 1,2192
+
(2 −2,6976)2 (5 −3,3568)2 (3 −3,7728)2 2,6976
(2 − 2,5024)2 (2 −1,0784)2 2,5024 = 0,50 + 0,18 + 0,80 + 0,15 + 0,10 + 0,78 = 2,51
+
1,0784
+
3,3568
+
3,7728
Pada taraf signifikan α = 0,05 derajat kebebasan (dk) = K – 1 = 5 – 1 = 4 diperoleh nilai x2 dari tabel adalah x 2(0,975)
(4)
= 11,1. Maka dari hasil pengujian
diperoleh x2hitung < x2tabel yaitu 2,51 < 11,1 maka dapat disimpulkan bahwa data prestasi belajar siswa yang berasal dari SMP berdistribusi normal.
d. Uji normalitas nilai prestasi belajar siswa yang berasal dari MTs Selanjutnya data nilai prestasi belajar fisika siswa yang berasal dari MTs di atas harus memenuhi syarat normalitas. Berdasarkan perhitungan sebelumnya, untuk data nilai prestasi belajar siswa yang berasal dari MTs diperoleh: Tabel 4.4 Uji normalitas nilai prestasi belajar siswa yang berasal dari MTs Kelas Interval 50 – 56 57 – 63 64 – 70 71 – 77 78 – 84 85 – 91
Batas Batas Z-Score Daerah Kelas (xi) 49,5
-1,77
0,4616
56,5
-1,16
0,3770
63,5
-0,56
0,2123
70,5
0,04
0,0160
77,5
0,64
0,2389
84,5
1,25
0,3944
91,5
1,86
0,4686
Luas Frekuensi yang Daerah diharapkan (Ei)
Frekuensi Pengamatan (Oi)
0,0846
1,1844
2
0,1647
1,9767
2
0,1963
2,7482
4
0,2229
3,1206
2
0,1555
2,177
2
0,0742
1,0388
2
Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2011 Batas kelas pertama dibatasi oleh 49,5 dan 56,5 atau dalam angka Z-score dibatasi oleh -1,77 dan -1,16 dengan Z-score =
xi − x . Luas daerah di bawah S
kurva normal untuk interval pertama adalah 0,4616 dan 0,3770 yang diperoleh melalui tabel distribusi Z. Sedangkan frekuensi yang diharapkan (Ei) untuk interval ini 14 x 0,0846 = 1,1844. Maka nilai chi-kuadrat hitung adalah:
(2 −1,1844)
2
χ
=
(2 −1,9764)
(4 −2,7482)
(2 −3,1206)
2
2
hitung
1,1844
+
1,9764
2
+
2,7482
2
+
3,1206
(2 − 2,177 )2 (2 −1,0388)2 + 2,177
1,0388
= 0,56 + 0,0002 + 0,57 + 0,40 + 0,014 + 0,88 = 2,42 Pada taraf signifikan α = 0,05 derajat kebebasan (dk) = K – 1 = 5 – 1 = 4 diperoleh nilai x 2 dari tabel adalah x 2(0,975)
(4)
= 11,1. Maka dari hasil pengujian diperoleh
x 2hitung < x 2tabel yaitu 2,42 < 11,1 maka dapat disimpulkan bahwa data prestasi belajar siswa yang berasal dari MTs berdistribusi normal.
4.2 Pengujian Hipotesis Berdasarkan pengolahan data, didapat rata-rata dari prestasi belajar siswa yang berasal dari SMP adalah 70,06 dan prestasi belajar siswa yang berasal dari MTs adalah 70,00. Kemudian simpangan baku dari kedua kelas adalah 10,83 dan 11,55. Dari data itu dapat dicari varians gabungan, yakni: 2
S
(n
−1) S +(n −1) S
= 2
1
1
n1 + n 2 − 2
16 + 14 − 2 15 (117,39) + 13 (133,54) 28
=
= 28
2 2
(16 −1)117,39 + (14 −1)133,54
=
= 28
2
1760,85 + 1736,02
3496,87
= 124,88
S2 = 124,88 S
= 11,17
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat perbedaan prestasi belajar siswa yang berasal dari SMP dan Mts dalam mata pelajaran fisika pada kelas XI di SMA Negeri 11 Banda Aceh, maka data yang dikumpulkan melalui tes perlu di uji dengan menggunakan statistik uji-t dua pihak. Pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah dengan menggunakan statistik uji-t pada taraf signifikan α = 0,05. Hipotesis diuji dengan menggunakan uji-t dua pihak yaitu: Ho = μ1 = μ2 (tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa mata pelajaran fisika yang berasal dari SMP dan MTs pada SMA Negeri 11 Banda Aceh). Ha = μ1 ≠ μ2 (ada perbedaan prestasi belajar siswa mata pelajaran fisika yang berasal dari SMP dan MTs pada SMA Negeri 11 Banda Aceh). Menurut Sudjana (1996:239) “Kriteria pengujian yang berlaku adalah terima Ho jika −t1−1/2α < t < t1−1/2α dan tolak Ho jika t mempunyai harga lain”. Perhitungan dengan menggunakan statistik uji-t adalah sebagai berikut:
t = 1 S
x1 − x 2 +
1 n1
70,06 − 70,00 = 111,17 1 + 16 14 = 11,17
0,06 0,13
n2
0,06 = 11,17 (0,36 ) 0,06 = 4,02 = 0,01 Dengan taraf signifikan α= 0,05 dan dk = (16 +14 – 2) = 28 ternyata diperoleh dari daftar kurva nilai t 1−
1 2
α = 2,05 atau t 1 α = -2,05. Karena thitung = 0,01 1−
2
berada antara nilai -2,05 dan 2,05 sehingga -2,05 < 0.01 < 2,05 atau - t 1−
1 2
α < t 1α 1−
2
yang berarti nilai t hitung berada pada penerimaan hipotesis Ho sedangakan hipotesis Ha ditolak, jadi hipotesis yang berbunyi: “tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa mata pelajaran fisika yang berasal dari SMP dan MTs pada SMA Negeri 11 Banda Aceh Tahun Ajaran 2011/2012” dapat diterima dan tolak hipotesis alternatif (Ha).
4.3 Pembahasan Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, ternyata ada perbedaan prestasi belajar siswa yang berasal dari SMP dan MTs dalam mata pelajaran fisika pada SMA 11 Banda Aceh yaitu berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh siswa dari hasil tes/ujian yang diberikan. Adapun nilai rata-rata siswa MTs adalah 70,00 sedangkan nilai rata-rata siswa SMP adalah 70,06, secara matematis nilai rata-rata kedua kelompok tersebut terdapat perbedaan yaitu nilai siswa SMP berada lebih tinggi dari pada nilai siswa MTs dengan selisih 0,06. Untuk mengetahui apakah perbedaan nilai tersebut cukup berarti atau tidak, akan diketahui dengan melakukan pembuktian hipotesis yang menggunakan uji-t
dua pihak dengan taraf signifikan 5% atau 0,05. berdasarkan pengujian hipotesis tersebut dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa yang berasal dari SMP dan MTs dalam mata pelajaran fisika pada SMAN 11 Banda Aceh Tahun Ajaran 2011/2012. Hal ini berarti selisih nilai kedua kelompok yaitu sebesar 0,06 tidak bisa menjadi sebuah patokan untuk menyatakan adanya perbedaan prestasi belajar siswa yang berasal dari SMP dan MTs dalam mata pelajaran fisika pada SMAN 11 Banda Aceh Tahun Ajaran 2011/2012 tersebut. Dari serangkaian pengolahan data dan pengujian hipotesis di atas, dapat kita ambil keputusan bahwa kita terima Ho dan tolak Ha dengan kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa yang berasal dari SMP dan MTs dalam mata pelajaran fisika pada SMAN 11 Banda Aceh Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil belajar siswa yang berasal dari latar belakang sekolah yang berbeda tersebut, sangat dipengaruhi oleh minat siswa dalam mempelajari fisika. Apabila siswa SMP/MTs rajin dan giat mempelajari materi pelajaran fisika maka tidak sukar baginya untuk mengerjakan soal yang terdapat pada buku cetak. Sebaliknya apabila siswa SMP/MTs benci terhadap fisika maka minat untuk mengerjakan soal pada buku cetak selalu ditunda-tunda sehingga hasilnya tidak memuaskan,
pada umumnya anak yang mempunyai minat belajar yang tinggi akan
mempunyai hasil yang tinggi sedangkan anak yang mempunyai minat belajar yang rendah akan memperoleh hasil belajar yang rendah pula. Selain minat belajar faktor lingkungan sangat mempengaruhi proses belajar mengajar. Misalkan, seorang anak tumbuh di lingkungan pencuri maka si anak mungkin akan mengikuti jejak tersebut, maka lingkungan sangat menentukan berhasil tidaknya anak itu mengikuti pelajaran pada sekolah tersebut.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara prestasi belajar siswa mata pelajaran fisika yang berasal dari SMP dan MTs pada SMA Negeri 11 Banda Aceh Tahun Ajaran 2011/2012. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata siswa yang berasal dari SMP adalah 70,06 dan nilai rata-rata siswa yang berasal dari MTs 70,00 dengan selisih 0,06 dan dilihat dari serangkaian pengolahan data dan pengujian hipotesis.
5.2 Saran a. Kepada guru bidang studi fisika yang hendaknya lebih meningkatkan prestasi belajar fisika siswa SMA Negeri 11 Banda Aceh baik yang berasal dari SMP dan MTs. b. Kepada pihak terkait kiranya dapat menambah fasilitas penunjang dalam usaha meningkatkan prestasi belajar fisika siswa SMA Negeri 11 Banda Aceh.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu (1982). Teknik Belajar Yang Tepat. Semarang: Bumi Siliwangi. Damhoeri (1989). Pencapaian Pengalaman Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Anak. Banda Aceh: Darussalam. Darajat, Zakiah (1980). Problema Pendidikan Anak Remaja di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang. Depdikbud (1994), Kurikulum Pendidikan Dasar. Dimyati, dkk (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Gie, The Liang (1980). Cara Belajar yang Efisien. Jakarta: Pusat Kajian Study Kemasyarakatan. Gunarsa, Singgih (1979). Psikologi Belajar Untuk Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Agung. Hadi Sutrisno (1980). Metodelogi Research Jilid 4 Cetakan Revisi Ketiga. Jakarta: Andi Offset. Hamalik, Oemar (2001). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. http://www.scribd.com/doc/26707467/7/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-prestasibelajar. Nasution, S (1982). Didaktik Azas-azas Mengajar. Bandung: PT. Jammarsi. Partowisastro (1986). Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Jakarta: Erlangga. Poewadarmita (1985). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai Pustaka. Purwanto, M. N (1995). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya. Roestiyah, H.K (2001). Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi Cetakan Keenam. Jakarta: Rineka Cipta. Slameto (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Suracmad, Winarto (1998). Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito. Winkel, WS (1986). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.
.