PENGARUH KREDIT YANG DIBERIKAN DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA OPERASIONAL (Studi Kasus Pada PT. Bank Central Asia Tbk.)
SANDI MULIANA 093403151
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
ABSTRAK Sebuah perusahaan sudah sepantasnya memiliki prinsip going concern, yakni sebuah prinsip yang menyatakan bahwa sebuah perusahaan tidak akan berhenti beroperasi sampai kapanpun. Tentunya untuk mewujudkan hal tersebut, perusahaan dipandang perlu untuk meningkatkan perolehan laba operasional dalam rangka membantu mencapai tujuan perusahaan yaitu menciptakan laba maksimal. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan meneliti mengenai kredit yang diberikan, kredit bermasalah dan laba operasional. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah penelitian lapangan dan studi kepustakaan sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus pada PT. Bank Central Asia Tbk. Penulis menggunakan alat uji berupa path analisis, dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kredit yang diberikan terhadap kredit bermasalah dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung kredit yang diberikan dan kredit bermasalah terhadap laba operasional baik secara parsial maupun simultan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) kredit yang diberikan dan laba operasional setiap tahunnya mengalami kenaikan yang bervariasi sedangkan kredit bermasalah setiap tahunnya mengalami kenaikan dan penurunan yang berfluktuasi dan secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan, (2) kredit yang diberikan berpengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah, (3) kredit yang diberikan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba operasional, (4) kredit bermasalah secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap laba operasional, (5) kredit yang diberikan dan kredit bermasalah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap laba operasional.
Kata Kunci : Kredit yang Diberikan, Kredit Bermasalah dan Laba Operasional
1
1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini industri perbankan pasca krisis multidimensi yang melanda Indonesia telah memperoleh banyak pelajaran berharga tentang pentingnya suatu kebijakan yang berlandaskan prinsip kehati-hatian. Bank sebagai lembaga jasa keuangan sangat dipandang perlu untuk memelihara kepercayaan para nasabahnya, karena kepercayaan bagi suatu perusahaan jasa merupakan modal utama yang harus dapat dipelihara dengan memberikan pelayanan yang profesional. Selain sebagai lembaga jasa keuangan, bank memiliki fungsi tersendiri yaitu sebagai lembaga intermediasi antara pihak penyimpan dana (depositors) dengan pihak peminjam dana (borrowers). Dengan kata lain, bank memiliki kemampuan dalam menghimpun dana dari masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Kegiatan perkreditan merupakan kegiatan terbesar dari perbankan, oleh karena itu pengelolaan kredit harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Dari aktivitas perkreditan, bank akan memperoleh pendapatan operasional berupa pendapatan bunga, provisi dan komisi. Secara teoritis bahwa pendapatan operasional merupakan komponen penambah dalam laba operasional. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin besar kredit yang diberikan oleh bank maka pendapatan operasional bank pun akan semakin meningkat dan tentunya hal ini akan meningkatkan porsi laba operasional bank. Dengan kata lain, semakin besar pendapatan bunga pinjaman yang diterima, maka akan semakin besar pula laba yang diperoleh. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pemberian kredit tetap saja menimbulkan risiko yang seringkali melekat bahkan tidak dapat dihindari. Risiko yang dimaksud adalah risiko munculnya kredit bermasalah. Non Performing Loan (NPL) merupakan suatu fenomena dunia karena terjadi di banyak negara, tidak hanya terjadi pada perekonomian yang bersifat kapitalis, tetapi juga bersifat transisi dengan sistem keuangan yang didominasi oleh lembaga keuangan pemberi kredit seperti bank konvensional. Kredit bermasalah (NPL) akan terjadi jika debitor tidak dapat membayar angsuran pokok dan atau bunga kepada bank pemberi pinjaman. (Hendy Herijanto, 2013: 6). Menurut Mabruroh (2004) NPL berpengaruh negatif terhadap perolehan laba. Semakin tinggi NPL maka semakin menurunkan perolehan laba atau dengan kata lain kredit bermasalah dapat menurunkan perolehan laba. Berbicara tentang penurunan perolehan laba yang dalam hal ini lebih disebabkan karena tingginya angka kredit bermasalah, merupakan hal yang tidak diinginkan oleh setiap bank konvensional, termasuk di dalamnya adalah PT. Bank Central Asia Tbk. (BCA). PT. Bank Central Asia Tbk. selalu berupaya untuk menghindari hal tersebut dalam rangka menjaga porsi laba operasional secara optimal sebagai upaya untuk mewujudkan pertumbuhan yang berkualitas (Growth and Quality) yang salah satunya dilakukan melalui peningkatan kualitas kredit. Peningkatan kualitas kredit ini dilakukan dengan menekankan pemberian kredit yang berkualitas, didasari oleh penentuan kriteria kredit serta langkah pemantauan dan pengawasan yang ketat. Oleh karenanya, PT. Bank Central Asia Tbk. telah berhasil mempertahankan kualitas portofolio kredit secara keseluruhan. Dari tahun ke tahun, portofolio kredit BCA terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan yang terjadi di seluruh segmen kredit terutama pada segmen kredit konsumer. Sedangkan di sisi lain rasio kredit bermasalah terus mengalami penurunan. Tentunya dengan kondisi seperti ini, BCA akan mampu menciptakan perolehan laba operasional yang optimal. Pada akhirmya setiap bank sedapat mungkin harus menekan pertumbuhan angka kredit bermasalah dalam rangka menjaga aliran pendapatan berupa pendapatan bunga. 2
Sehingga diharapkan, dengan pendapatan bunga yang optimal yang diperoleh dari aktivitas pemberian kredit, akan mengakibatkan peningkatan laba operasional bank. Dengan demikian, bank yang bersangkutan akan mampu mencapai pertumbuhan yang berkualitas dalam rangka menjaga stabilitas perekonomian nasional.
2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalahmasalah yang akan dibahas dalam penelitian yang akan dilakukan. Masalah-masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Bagaimana kredit yang diberikan, kredit bermasalah dan laba operasional pada PT. Bank Central Asia Tbk. b. Bagaimana pengaruh kredit yang diberikan terhadap kredit bermasalah pada PT. Bank Central Asia Tbk. c. Bagaimana pengaruh kredit yang diberikan dan kredit bermasalah baik secara parsial maupun secara simultan terhadap laba operasional pada PT. Bank Central Asia Tbk.
3. Tinjauan Pustaka Pengertian bank berdasarkan pasal 1 angka 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Terminologi kredit berasal dari bahasa latin yaitu Credere yang berarti kepercayaan. Maka dari itu dasar pemikiran kredit adalah kepercayaan antara kedua belah pihak. Kredit diberikan berdasarkan persetujuan yang di dalamnya diperhitungkan mengenai unsur waktu dan kontraprestasi berupa bunga. Pengertian kredit menurut Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Menurut Hendy Herijanto (2013: 30) dalam bukunya “Selamatkan Perbankan Demi Perekonomian Indonesia” kredit bermasalah (non performing loan) merupakan istilah yang dipakai baik di Indonesia maupun di perbankan internasional, yang menunjukkan kredit telah bermasalah karena terjadi tunggakan bunga dan atau angsuran pokok lebih dari 90 hari. Di Indonesia, kredit bermasalah berarti seluruh kredit yang tergabung dalam tiga tingkat kolektibilitas, yaitu kurang lancar, diragukan dan macet. Non performing loan mencerminkan risiko kredit, semakin kecil non performing loan semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan, bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam
3
memenuhi kewajibannya. Bank melakukan peninjauan, penilaian dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko kredit (Masyhud Ali, 2004: 189). Sebagai hasil dari kegiatan pemberian kredit yang dilakukan oleh bank, maka bank akan mendapatkan keuntungan berupa pendapatan bunga yang merupakan salah satu unsur dalam pendapatan operasional. Pendapatan operasional ini merupakan komponen penambah dalam laba operasional bank. Menurut Amir Abadi Jusuf (2004: 101) yang dimaksud dengan laba operasional adalah selisih lebih pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha perusahaan dikurangi dengan beban usaha langsung dari kegiatan operasional suatu usaha.
4. Kerangka Pemikiran Bank merupakan lembaga intermediasi keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Kegiatan perkreditan ini tentunya didasarkan atas unsur kepercayaan antara pihak bank dengan pihak nasabah. Oleh karena itu penting bagi bank untuk menjaga kepercayaan masyarakat sebab kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat. Pengertian kredit menurut Pasal 1 Angka 11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Adapun indikator dari kredit yang diberikan sebagai variabel X1 adalah jumlah kredit yang diberikan selama periode 20032012. Pada kenyataannya, tidak selamanya pengembalian kredit berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan karena setiap kegiatan pemberian kredit yang dilakukan oleh bank berpotensi menimbulkan terjadinya kredit bermasalah (Non Performing Loan). Menurut Hendy Herijanto (2013: 30), kredit bermasalah (non performing loan) merupakan istilah yang dipakai baik di Indonesia maupun di perbankan internasional, yang menunjukkan kredit telah bermasalah karena terjadi tunggakan bunga dan atau angsuran pokok lebih dari 90 hari. Di Indonesia, kredit bermasalah berarti seluruh kredit yang tergabung dalam tiga tingkat kolektibilitas, yaitu kurang lancar, diragukan dan macet. Singkatnya, kredit bermasalah merupakan sejumlah pinjaman dimana pihak lawan (counterparty) gagal dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar pokok pinjaman berikut dengan bunganya. Adapun indikator dari kredit bermasalah sebagai variabel X2 adalah jumlah kredit bermasalah selama periode 2003-2012, kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet. Sebagai hasil dari kegiatan pemberian kredit yang dilakukan oleh bank, maka bank akan mendapatkan keuntungan berupa pendapatan bunga yang merupakan salah satu unsur dalam pendapatan operasional. Pendapatan operasional ini merupakan komponen penambah dalam laba operasional bank. Menurut Amir Abadi Jusuf (2004: 101) yang dimaksud dengan laba operasional adalah selisih lebih pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha perusahaan dikurangi dengan beban usaha langsung dari kegiatan operasional suatu usaha. Adapun indikator dari laba operasional sebagai variabel Y adalah pendapatan operasional dan beban operasional. 4
Telah disinggung bahwa bank akan mendapatkan keuntungan berupa pendapatan bunga dari aktivitas kredit yang dilakukannya. Pendapatan bunga ini merupakan salah satu rekening dalam pendapatan operasional bank. Berdasarkan hasil penelitian Randi Indiana (2012), bahwa adanya penyaluran kredit dapat mempengaruhi jumlah laba operasional. Semakin besar jumlah penyaluran kredit, maka jumlah laba operasional akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat penyaluran kredit maka jumlah laba operasional akan semakin rendah. Sebagai suatu entitas usaha, bank selalu berupaya untuk menghasilkan perolehan laba operasional yang optimal. Akan tetapi usaha optimalisasi laba operasional tersebut, terkadang dihadapkan pada suatu hambatan seperti terjadinya fluktuasi nilai laba operasional yang cenderung menurun. Menurut Hendy Herijanto (2013: 15) kecenderungan penurunan ini terutama disebabkan oleh pemberian kredit atau pinjaman yang menjadi tidak efektif yang mengakibatkan hilangnya kemampuan bank dalam hal menghasilkan pendapatan atau keuntungan dan arus kas bagi bank. Lebih lanjut, Hendy Herijanto menyebutkan bahwa semakin besar jumlah kredit bermasalah maka akan menyebabkan laba operasional suatu bank menurun, begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang disisihkan bank sebagai cadangan umum dan khusus. Bilamana terjadi kredit bermasalah, maka PPAP yang dimaksud akan menjadi beban dan tentunya akan mengurangi porsi laba operasional. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kredit yang diberikan dan kredit bermasalah memiliki pengaruh terhadap laba operasional. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Husnul Khotimah (2005), bahwa penyaluran kredit dan risiko kredit memiliki hubungan yang sangat kuat dan berpengaruh secara signifikan terhadap laba operasional. Artinya semakin besar jumlah penyaluran kredit, maka jumlah laba operasional akan semakin tinggi dan semakin besar jumlah kredit bermasalah maka akan menyebabkan laba operasional suatu bank menurun. Hal tersebut menunjukkan bahwa kredit yang diberikan dan kredit bermasalah dapat mempengaruhi laba operasional. 5. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, maka penulis bermaksud untuk mencoba merumuskan hipotesis. Hipotesis yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Kredit Yang Diberikan berpengaruh terhadap Kredit Bermasalah. 2. Kredit Yang Diberikan dan Kredit Bermasalah, baik secara parsial maupun secara simultan berpengaruh terhadap Laba Operasional.
6. Metode Penelitian Penulis melakukan penelitian di PT. Bank Central Asia Tbk. Kantor Pusat Menara BCA Grand Indonesia yang beralamat di Jl. M.H. Thamrin No. 1 Jakarta 10310, Indonesia dengan objek penelitiannya adalah Kredit yang Diberikan, Kredit Bermasalah dan Laba Operasional. Sebagai informasi, bahwa penulis menggunakan data sekunder berupa Laporan Tahunan (Annual Report) PT. Bank Central Asia Tbk. yang telah diaudit dan telah dipublikasikan. Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus. Pendekatan studi kasus 5
merupakan penelitian ilmiah yang membahas dan menganalisa masalah berdasarkan kondisi yang sebenarnya terjadi pada perusahaan yang diteliti. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel. Dua variabel berupa variabel bebas (independent variable) yang terdiri dari Kredit yang Diberikan (X1) dan Kredit Bermasalah (X2). Sedangkan satu variabel berupa variabel terikat (dependent variable) yaitu Laba Operasional (Y). Penulis menghitung dengan menggunakan SPSS versi 16.0 dan Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur (path analysis). Tujuan digunakannya analisa jalur (path analysis) antara lain, untuk mengetahui pengaruh seperangkat variabel X, untuk mengetahui pengaruh antara variabel X dan untuk menerangkan pengaruh langsung atau tidak langsung dari beberapa variabel penyebab terhadap variabel lainnya sebagai variabel terikat. 6.1 Operasionalisasi Variabel Tabel 1 Operasionalisasi Variabel Variabel
Definisi Variabel
Indikator
Kredit yang Diberikan (X1)
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. (Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998) Kredit bermasalah (non performing loan) merupakan istilah yang dipakai baik di Indonesia maupun di perbankan internasional, yang menunjukkan kredit telah bermasalah karena terjadi tunggakan bunga dan atau angsuran pokok lebih dari 90 hari. Di Indonesia, kredit bermasalah berarti seluruh kredit yang tergabung dalam tiga tingkat kolektibilitas, yaitu kurang lancar, diragukan dan macet. (Hendy Herijanto, 2013: 30) Laba operasional adalah selisih lebih pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha perusahaan dikurangi dengan beban usaha langsung dari kegiatan operasional suatu usaha. (Amir Abadi Jusuf, 2004: 101)
Jumlah kredit yang diberikan selama periode 2003 – 2012
Rupiah
Rasio
- Kredit Kurang Lancar - Kredit Diragukan - Kredit Macet
Rupiah
Rasio
- Pendapatan Operasional - Beban Operasional
Rupiah
Rasio
Kredit Bermasalah (X2)
Laba Operasional (Y)
6
Ukuran Skala
6.2 Hipotesis:
Ho1 : Ha1 : Ho2 :
=0 0 =0
Ha2 :
0
Ho3 :
=0
Ha3 :
0
Ho4 :
=0
Ha4 :
0
Kredit yang Diberikan tidak berpengaruh terhadap Kredit Bermasalah. Kredit yang Diberikan berpengaruh terhadap Kredit Bermasalah. Kredit yang Diberikan secara parsial tidak berpengaruh terhadap Laba Operasional. Kredit yang Diberikan secara parsial berpengaruh terhadap Laba Operasional. Kredit Bermasalah secara parsial tidak berpengaruh terhadap Laba Operasional. Kredit Bermasalah secara parsial berpengaruh terhadap Laba Operasional. Kredit yang Diberikan dan Kredit Bermasalah secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Laba Operasional. Kredit yang Diberikan dan Kredit Bermasalah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Laba Operasional.
7. Hasil Penelitian dan Pembahasan Tabel 2 Kredit yang Diberikan PT. Bank Central Asia Tbk. Periode 2003-2012
Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah Kredit yang Diberikan (Rp) 29.218.500.000.000 40.360.585.000.000 54.131.056.000.000 61.422.308.000.000 82.388.633.000.000 112.784.336.000.000 123.901.269.000.000 153.923.157.000.000 202.254.927.000.000 256.228.415.000.000
Perubahan (Rp)
Persentase (%)
11.142.085.000.000 13.770.471.000.000 7.291.252.000.000 20.966.325.000.000 30.395.703.000.000 11.116.933.000.000 30.021.888.000.000 48.331.770.000.000 53.973.488.000.000
38,13 34,11 13,46 34,13 36,89 9,85 24,23 31,39 26,68
(Sumber : Laporan Tahunan PT. Bank Central Asia Tbk. 2003-2012)
7
Berdasarkan tabel 2 kenaikan jumlah kredit yang diberikan tertinggi pada PT. Bank Central Asia Tbk. terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp. 53.973.488.000.000, dengan persentase perubahan kenaikan sebesar 26,68 %. Hal ini disebabkan karena kebutuhan dana masyarakat semakin tinggi, sehingga permintaan kredit dari masyarakat menjadi meningkat. Tentunya, peningkatan permintaan kredit ini akan mengakibatkan jumlah kredit yang diberikan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Selain itu pada tahun 2006, terjadi pula kenaikan jumlah kredit yang diberikan terendah pada PT. Bank Central Asia Tbk. yaitu sebesar Rp. 7.291.252.000.000, dengan persentase perubahan kenaikan sebesar 13,46 %. Hal ini disebabkan karena permintaan kredit dari nasabah sedikit, sehingga jumlah kredit yang diberikan pun mengalami kenaikan yang rendah.
Tabel 3 Kredit Bermasalah PT. Bank Central Asia Tbk. Periode 2003-2012 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Perubahan (Rp) (147.337.895.000) 395.540.347.000 (121.737.948.000) (139.380.940.000) 17.596.952.000 190.602.867.000 56.230.059.000 87.735.693.000 13.639.025.000
Kredit Bermasalah (Rp) 672.025.500.000 524.687.605.000 920.227.952.000 798.490.004.000 659.109.064.000 676.706.016.000 867.308.883.000 923.538.942.000 1.011.274.635.000 1.024.913.660.000
Persentase (%) (21,92) 75,38 (13,22) (17,45) 2,66 28,16 6,48 9,49 1,3
(Sumber : Laporan Tahunan PT. Bank Central Asia Tbk. 2003-2012)
Berdasarkan tabel 3 kenaikan jumlah kredit bermasalah tertinggi pada PT. Bank Central Asia Tbk. terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar Rp. 395.540.347.000, dengan persentase perubahan kenaikan sebesar 75,38 %. Hal ini disebabkan oleh banyaknya debitur yang gagal dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar pokok dan bunga sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Selain itu, pada PT. Bank Central Asia Tbk. juga terjadi penurunan jumlah kredit bermasalah tertinggi yang terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp. 147.337.895.000, dengan persentase perubahan penurunan sebesar 21,92 %. Tentunya hal ini dipicu oleh banyaknya debitur yang melakukan pembayaran angsuran pokok atau bunga dari kredit bermasalah.
8
Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tabel 4 Laba Operasional PT. Bank Central Asia Tbk. Periode 2003-2012 Laba Operasional Perubahan (Rp) (Rp) 3.120.250.000.000 4.477.110.000.000 1.356.860.000.000 5.004.000.000.000 526.890.000.000 6.008.678.000.000 1.004.678.000.000 6.331.260.000.000 322.582.000.000 7.667.907.000.000 1.336.647.000.000 8.518.883.000.000 850.976.000.000 10.400.190.000.000 1.881.307.000.000 13.296.775.000.000 2.896.585.000.000 14.255.568.000.000 958.793.000.000
Persentase (%) 43,48 11,76 20,07 5,36 21,11 11,09 22,08 27,85 7,21
(Sumber : Laporan Tahunan PT. Bank Central Asia Tbk. 2003-2012)
Berdasarkan tabel 4 kenaikan jumlah laba operasional tertinggi pada PT. Bank Central Asia Tbk. terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 2.896.585.000.000, dengan persentase perubahan kenaikan sebesar 27,85 %. Hal ini disebabkan karena terjadinya peningkatan pendapatan operasional pada bank tersebut. Peningkatan ini dipicu dengan adanya penerimaan pendapatan bunga dari penyaluran kredit yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan beban bunga yang dikeluarkan. Selain itu pada tahun 2007, terjadi pula kenaikan jumlah laba operasional terendah pada PT. Bank Central Asia Tbk. yaitu sebesar Rp. 322.582.000.000, dengan persentase perubahan kenaikan sebesar 5,36 %. Tentunya hal ini dipicu oleh adanya penerimaan pendapatan bunga dari penyaluran kredit yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan beban bunga yang dikeluarkan. Namun peningkatan yang terjadi pada tahun 2007 tidak sebesar peningkatan yang terjadi pada tahun 2011. 7.1 Pengaruh Kredit yang Diberikan Terhadap Kredit Bermasalah Pada PT. Bank Central Asia Tbk. Berdasarkan pengujian, thitung > ttabel (3,250 > 2,365) dengan tingkat signifikansi 0,012 < 0,05. Dikarenakan thitung > ttabel dan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka kaidah keputusannya adalah tolak Ho1 atau terima Ha1, artinya kredit yang diberikan berpengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah. 7.2 Pengaruh Kredit yang Diberikan Secara Parsial Terhadap Laba Operasional Pada PT. Bank Central Asia Tbk. Berdasarkan pengujian, thitung > ttabel (15,166 > 2,365) dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05. Dikarenakan thitung > ttabel dan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka kaidah keputusannya adalah tolak Ho2 atau terima Ha2, artinya kredit yang diberikan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba operasional.
9
7.3 Pengaruh Kredit Bermasalah Secara Parsial Terhadap Laba Operasional Pada PT. Bank Central Asia Tbk. Berdasarkan pengujian, thitung < ttabel (0,714 < 2,365) dengan tingkat signifikansi 0,502 > 0,05. Dikarenakan thitung < ttabel dan tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 maka kaidah keputusannya adalah tolak Ha3 atau terima Ho3, artinya kredit bermasalah secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap laba operasional. 7.4 Pengaruh Kredit yang Diberikan dan Kredit Bermasalah Secara Simultan Terhadap Laba Operasional Pada PT. Bank Central Asia Tbk. Dengan kriteria tolak Ho jika Fhitung > dari Ftabel, maka berdasarkan perhitungan SPSS pada lampiran diperoleh nilai Fhitung sebesar 230,501. Dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5% maka Ftabel sebesar 4,74 sehingga Fhitung > Ftabel (230,501 > 4,74) dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05. Dikarenakan Fhitung > Ftabel dan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka kaidah keputusannya adalah tolak Ho4 atau terima Ha4, artinya kredit yang diberikan dan kredit bermasalah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap laba operasional.
8. Simpulan dan Saran 8.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan pada PT. Bank Central Asia Tbk. mengenai pokok pembahasan “Pengaruh Kredit yang Diberikan dan Kredit Bermasalah Terhadap Laba Operasional”, maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Perkembangan jumlah kredit yang diberikan, kredit bermasalah dan laba operasional PT. Bank Central Asia Tbk. a. Perkembangan jumlah kredit yang diberikan pada PT. Bank Central Asia Tbk. dari tahun 2003-2012, setiap tahunnya mengalami kenaikan yang bervariasi, hal ini tercermin dari nilai perubahan perkembangan jumlah kredit yang disalurkan pada PT. Bank Central Asia Tbk. Peningkatan yang terjadi pada jumlah kredit yang diberikan ini disebabkan karena naiknya permintaan dana yang dibutuhkan oleh masyarakat setiap tahunnya. b. Perkembangan jumlah kredit bermasalah pada PT. Bank Central Asia Tbk. dari tahun 2003-2012, setiap tahunnya mengalami peningkatan dan penurunan yang berfluktuasi dan secara keseluruhan cenderung mengalami kenaikan. Hal ini tercermin dari nilai perubahan perkembangan jumlah kredit bermasalah pada PT. Bank Central Asia Tbk. Kecenderungan peningkatan yang terjadi pada jumlah kredit bermasalah ini disebabkan karena jumlah kredit yang diberikan pada PT. Bank Central Asia Tbk. meningkat, sehingga potensi munculnya kredit bermasalah pun semakin meningkat. c. Perkembangan jumlah laba operasional pada PT. Bank Central Asia Tbk. dari tahun 2003-2012 setiap tahunnya mengalami peningkatan yang bervariasi, hal ini tercermin dari nilai perubahan perkembangan jumlah laba operasional pada PT. Bank Central Asia Tbk. Peningkatan yang terjadi pada jumlah laba operasional ini disebabkan oleh naiknya permintaan kredit dari masyarakat, yang nantinya 10
peningkatan permintaan kredit ini akan mengakibatkan pendapatan bunga yang merupakan salah satu unsur pendapatan operasional pun meningkat, sehingga nilai laba operasional bank yang bersangkutan pun akan mengalami peningkatan. 2. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa kredit yang diberikan memiliki hubungan kuat dan berpengaruh secara signifikan terhadap kredit bermasalah. 3. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut : a. Kredit yang diberikan memiliki hubungan yang sangat kuat dan berpengaruh secara signifikan terhadap laba operasional. b. Kredit bermasalah memiliki hubungan yang sangat rendah dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap laba operasional. c. Kredit yang diberikan dan kredit bermasalah memiliki hubungan yang sangat kuat dan berpengaruh secara signifikan terhadap laba operasional. 8.2 Saran Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat. Saran-saran yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Bagi Pihak Bank Bank sebagai perusahaan perlu memiliki manajemen internal yang kompeten untuk melaksanakan kegiatan perbankan, khususnya kegiatan perkreditan. Hal ini disebabkan karena kegiatan perkreditan identik dengan kepercayaan, sehingga bank sebagai kreditur harus memelihara kepercayaan tersebut sebaik-baiknya. Dalam pelaksanaan kegiatan kredit, tentunya tidak terlepas dari berbagai faktor penentu keberhasilan suatu kegiatan kredit. Dari sekian banyak faktor, ada satu faktor yang cukup penting yaitu ketelitian analis kredit dalam menganalisis faktor lain. Jadi, seorang analis kredit harus memiliki kemampuan untuk menganalisis faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap kredit bermasalah dan laba operasional khususnya, umumnya faktor lain yang dapat mempengaruhi kegiatan perkreditan. Sehingga diharapkan, dengan adanya sikap kehati-hatian para analis kredit terhadap faktor lain, maka tujuan perusahaan dalam hal meningkatkan laba operasional dapat terwujud. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian yang dilakukan penulis mencakup kajian mengenai pengaruh kredit yang diberikan dan kredit bermasalah terhadap laba operasional. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk meneliti faktor-faktor lain dalam ruang lingkup dan kajian berbeda yang dapat mempengaruhi laba operasional, selain kredit yang diberikan dan kredit bermasalah. Selain itu, tidak hanya faktor lain yang dapat mempengaruhi laba operasional saja, tetapi faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kredit yang diberikan dan kredit bermasalah juga disarankan oleh penulis kepada peneliti selanjutnya untuk diteliti. Sehingga hasil penelitian tersebut dapat dibandingkan dengan hasil penelitian penulis.
Daftar Pustaka Amir Abadi Jusuf. 2004. Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia, Buku 1 Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat.
11
Bambang Sudiyatno dan Jati Suroso. 2010. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, NPL dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2005-2008. Dinamika Keuangan dan Perbankan, Vol. 2, No. 2, November 2010, Hal. 125-137. Dahlan Siamat. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: CV. Intermedia. Hendy Herijanto. 2013. Selamatkan Perbankan Demi Perekonomian Indonesia, Cetakan Pertama. Jakarta: Expose (PT.Mizan Publika). Hindra Siregar. 2012. Perbankan Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Jakarta. Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. _______.2008. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Lukman Dendawijaya. 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua. Bogor: Ghalia Indonesia. Mabruroh. 2004. Analisis Kinerja Keuangan Perbankan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Mandala Manurung dan Pratama Rahardja. 2004. Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia). Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Masyhud Ali. 2004. Asset Liability Management: Menyiasati Risiko Pasar dan Risiko Operasional. Jakarta: PT. Gramedia Jakarta. Mia Lasmi Wardiah. 2013. Dasar-dasar Perbankan, Cetakan Pertama. Bandung: CV. Pustaka Setia. Muhammad Faisal Abdullah. 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Revisi. Cetakan Ketiga. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Nur Artwienda. 2009. Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, BOPO, Net Interest Margin, dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Perubahan Laba. Universitas Diponegoro Semarang. Soemarso. 2002. Akuntansi Suatu Pengantar, Buku 1 Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat. Sudjana. 2003. Metoda Statistika, Cetakan Keenam. Bandung: PT. Tarsito. Veithzal Rifa’i dan Andria Permata Veithzal. 2006. Credit Management Handbook. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/2/PBI/2006 Tanggal 20 Januari 2006. Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 15/2/PBI/2013 Tanggal 20 Mei 2013. Tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum Konvensional. Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2009. Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP Tanggal 25 Oktober 2011. Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia (SK BI No. 31/148/KEP/DIR) Tanggal 12 November 2008. Tentang Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
12