PENGARUH ENSILASE CAMPURAN RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) DENGAN DAUN GAMAL (Gliricidia maculata) TERHADAP pH, BAHAN KERING DAN PROTEIN KASAR
SKRIPSI
Oleh
TUMIANTI I111 12 003
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016 i
PENGARUH ENSILASE CAMPURAN RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) DENGAN DAUN GAMAL (Gliricidia maculata) TERHADAP pH, BAHAN KERING DAN PROTEIN KASAR
SKRIPSI
Oleh
TUMIANTI I 111 12 003
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
1.
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Tumianti
NIM
: I111 12 003
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa: a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli alias plagiasi maka saya bersedia membatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku. 2.
Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.
Makassar, Juli 2016
Tumianti
iii
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr.wb Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada rasulullah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beserta keluarganya, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “pengaruh ensilase campuran rumput gajah (Pennisetum purpureum) dengan daun gamal (Gliricidia maculata) terhadap pH, bahan kering dan protein kasar.”. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin. Limpahan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terima kasih yang tulus kepada kedua orang tua saya Ayahanda Nante dan Ibunda Ruhaini serta saudarasaudaraku, yang selama ini banyak memberikan doa, semangat, kasih sayang, saran dan dorongan kepada penulis. Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Ucapan terima kasih disampaikan dengan hormat kepada Prof. Dr. Ir. Muhammad Rusdy, M.Agr selaku pembimbing utama dan Dr. Ir.Syamsuddin Nompo, MP selaku pembimbing anggota yang penuh ketulusan dan
v
keikhlasan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, arahan, serta koreksi dalam penyusunan skripsi ini. 2.
Bapak Prof. Dr. Ir. Asmuddin Natsir, M.Sc., Ibu Dr.Ir.Rohmiyatul Islamiyanti, MP., Ibu Ir. Anie Asriany, M.Si., dan Ibu Dr. Sri Purwanti, S.Pt., M.Si selaku pembahas yang selama ini banyak memberikan saran dalam perbaikan tugas akhir.
3.
Bapak ,Muhammad Rachman Hakim, S.Pt, M.P. selaku pembimbing Akademik yang terus memberikan arahan, nasihat dan motivasi selama ini. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, khususnya yang telah memberikan sumbangsih ilmu selama penulis berada dibangku kuliah.
4.
Bapak Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc yang selama ini senantiasa memberikan motivasi dan bantuan yang berarti kepada penulis.
5. Keluarga Besar “FLOCK MENTALITY” dan “HUMANIKA” kalian merupakan teman, sahabat bahkan saudara, terima kasih atas indahnya kebersamaan dalam bingkai kampus ini. 6. Teman-teman : Muharni, Rini, Tila, Welmeinar, Isnawati, Indriani, Sudarsono, Rita, sukma, nesma, kurni, bunga, rahma, fidah, dila, tika, reski, fatma, serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 7. Teman-teman “MARO” iis, well, ira, sulva, nina, tila, rifal, caping, mita, hasrah, salata.
vi
8. Untuk Kak Sema, S.Pt selama ini membantu saya dalam penelitian, terima kasih bantuan dan kerja samanya. Dan kepada kanda Andi Arham Janwar. S,Pt terima kasih untuk semngat dan dukungannya. Penulis menyadari meskipun dalam penyelesaian tulisan skripsi ini masih perlu masukan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun agar penulisan berikutnya senantiasa lebih baik lagi. Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih dan menitip harapan semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ya robbal alamin.
Makassar, Juli 2016
Tumianti vii
ABSTRAK TUMIANTI (I 111 12 003). Pengaruh Ensilase Campuran Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) dengan Daun Gamal (Gliricidia maculata) terhadap pH, Bahan Kering dan Protein Kasar. (Dibawah Bimbingan MUHAMMAD RUSDY sebagai Pembimbing Utama dan SYAMSUDDIN NOMPO sebagai Pembimbing Anggota). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ensilase rumput gajah dan penambahan daun gamal terhadap pH, bahan kering dan protein kasar silase rumput gajah. Penelitian ini dirancang berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan 3 kali ulangan. Perlakuan G0= Kontrol, G1= 100% rumput gajah, G2= 80% rumput + 20% daun gamal,G3= 60% rumput gajah + 40% daun gamal, G4= 40% rumput gajah + 60 % daun gamal. Sidik ragam memperlihatkan bahwa pengaruh penambahan beberapa level daun gamal berpengaruh sangat nyata terhadap pH, Bahan kering dan protein kasar. Hasil penelitian memperlihatkan rata-rata nilai pH terendah terdapat pada G2 (5,29). Rata- rata kadar bahan kering tertinggi terdapat pada G3 (31,71%), kadar protein kasar tertinggi terdapat pada G4 (15,65%). Disimpulkan bahwa pengaruh ensilase campuran rumput gajah dengan penambahan daun gamal sangat bermanfaat karena dapat menurunkan nilai pH serta meningkatkan kadar Bahan kering dan protein kasar.
Kata kunci : pH, bahan kering, protein kasar, silase, rumput gajah, daun gamal viii
ABSTRACT TUMIANTI (I111 12003). The Effect of Ensiling of elephant Grass (Pennisetum purpureum) with Gliricidia leaves (Gliricidia maculata) on pH, Dry Matter and Crude Protein Contents of Silage. (Under supervisor of MUHAMMAD RUSDY as main supervisor and SYAMSUDDIN NOMPO as co-supervisor). The objective of this study was to evaluate the effect of ensiling of elephant grass with addition of Gliricidia leaves on the pH value, dry matter and crude protein contents of elephant grass silage.This reseach was arranged using a Completely Randomized Design (CRD) with 5 treatments and 3 replications. The treatments were G0= control, G1= 100% elephant grass, G2= 80% elephant grass + 20% Gliricidia leaves,T3= 60% elephant grass+ 40% Gliricidia leaves, and G4= 40% elephant grass + 60% Gliricidia leaves. The analysis of variance showed that effect of addition of some levels of Gliricidia leaves had very significant effect on pH value, dry matter and crude protein contents of elephant grass silage.The results of this study showed that the lowest pH value was found in G2 (5.29), the highest dry matter content was found in G3 (31.71%) and the highest levels of crude protein was found in G4 (15.65%). It was concluded that ensiling elephant grass in mixture with Gliricidia leaves is very beneficial because it can increase dry matter and crude protein contents of elephant grass silage.
Keywords : Dry matter, crude protein, silage, elephant grass, Gliricidia leaves, pH. ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL .......................................................................................
i
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
ii
PERNYATAAN KEASLIAN............................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iv KATA PENGANTAR ........................................................................................
v
ABSTRAK .......................................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................................ ix DAFTAR ISI .......................................................................................................
x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv PENDAHULUAN .........................................................................................
1
TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Rumput Gajah ........................................................... Rumput gajah sebagai Pakan Ternak ...................................................... Gambaran Umum Daun Gamal............................................................... Daun Gamal sebagai Pakan Ternak ........................................................ Tinjaun Umum Silase.............................................................................. Hipotesis .................................................................................................
3 4 5 7 10 14
x
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat .................................................................................. Materi Penelitian ..................................................................................... Metode Penelitian ...................................................................................
15 15 15
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Silase ............................................................................ Kandungan Bahan Kering dan Protein Kasar .........................................
20 22
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................
26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
27
LAMPIRAN ...................................................................................................
31
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
No
Halaman Teks
1. Kandungan Nutrisi Daun Gamal ...............................................................
7
2. Kualitas Fisik dan pH silase Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) ditambahkan Daun Gamal (Gliricidia maculata).......................................
20
3. Rata-rata kandungan Bahan Kering dan Protein Kasar Silase Rumput gajah yang ditambahakan Daun Gamal......................................................
22
xii
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman Teks
1. Gambar Rumput gajah ...............................................................................
4
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman Teks
1. Hasil analisis ragam nilai pH silase rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang dicampur daun gamal (Gliricidia maculata).................
32
2. Hasil analisis ragam kadar bahan kering silase rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang dicampur daun gamal (Gliricidia maculata)....................................................................................................
33
3. Hasil analisis ragam kadar protein kasar silase rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang dicampur daun gamal (Gliricidia maculata)....................................................................................................
35
4. Dokumentasi...............................................................................................
38
xiv
PENDAHULUAN Di daerah tropis penampilan produksi ternak ruminansia umumnya rendah pada musim kemarau karena terbatasnya suplai hijauan. Hijauan tumbuh dan berproduksi dengan tinggi pada saat musim hujan, tetapi pada musim kemarau, pertumbuhan dan produksi hijauan sangat terbatas. Untuk mempertahankan produksi ternak yang stabil sepanjang tahun, teknologi pengawetan hijauan dalam bentuk silase merupakan salah satu cara untuk menyediakan hijauan pada musim kemarau. Pembuatan silase dimaksudkan untuk mempertahankan kualitas hijaun agar tidak terlalu menurun kualitasnya. Ketersediaan pakan hijauan perlu diperhatikan baik secara kualitas maupun kuantitasnya untuk meningkatkan produktifitas ternak khususnya ruminansia (Kurnianingtyas, dkk., 2012) Pembuatan silase sudah dikenal lama dan berkembang pesat di negara yang beriklim dingin dan sub tropis. Prinsip pembuatan silase adalah fermentasi hijauan oleh mikroba yang banyak menghasilkan asam laktat. Mikroba yang paling dominan adalah dari golongan bakteri asam laktat yang mampu melakukan fermentasi dalam keadaan anaerob. Asam laktat yang dihasilakan selama proses fermentasi akan berperan sebagai zat pengawet sehingga dapat menghindarkan pertumbuhan mikroorganisme pembusuk. Rumput gajah merupakan hijauan yang paling sering diberikan pada ternak di Indonesia, terutama dengan sistem pemeliharaan potong – angkut (cut and carry system). Rumput gajah merupakan rumput yang umum digunakan sebagai silase
1
didaerah tropis karena mampu berproduksi tinggi yaitu 290 ton rumput segar/ha (Reksohadiprodjo, 2000) dan disukai ternak. Walaupun cukup produktif dan nilai gizinya cukup tinggi, tetapi kualitasnya menurun dengan cepat dengan makin tuanya tanaman. Salah satu cara untuk mencukupi kebutuhan ternak yang diberikan hijauan yang tua adalah dengan mencampurnya dengan legum. Legum tidak secepat rumput menurun nilai gizinya dengan ketuaan tanaman. Rumput gajah mempunyai kandungan protein yang rendah dibandingkan dengan legume. Daun gamal merupakan salah satu tanaman leguminosa yang sering digunakan untuk pakan ternak, terutama ternak kambing. Ketersediaannya yang melimpah merupakan salah satu alasan daun gamal banyak dimanfaatkan menjadi silase dan kadar proteinnya cukup tinggi yaitu 22 – 27% (Bamualim, 1998). Namun belum diketahui apakah dengan penambahan daun gamal dalam proses ensilase rumput gajah berpengaruh terhadap kadar bahan kering dan protein kasar. Kegunaannya adalah sebagai sumber informasi kepada petani dan peternak bahwa pengawetan hijauan yang melimpah dapat dilakukan dengan dengan cara pembuatan silase dengan penambahan daun gamal untuk meningkatkan pH, bahan kering, protein kasar silase.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Rumput Gajah (Pennisetum purperium) Rumput gajah (Pennisetum purpureum) adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah dengan minimal nutrisi. Rumput gajah membutuhkan minimal atau tanpa tambahan nutrient. Tanaman ini dapat memperbaiki kondisi tanah yang rusak akibat erosi. Tanaman ini juga dapat hidup pada tanah kritis dimana tanaman lain relatif tidak dapat tumbuh dengan baik (Sanderson dan Paul, 2008). Klasifikasi tanaman rumput gajah adalah sebagai berikut: Phyllum
: Spermathophyta
Sub-phyllum
: Angiospermae
Classis
: Monocotyledonae
Ordo
: Glumiflora
Familia
: Graminieae
Sub-familia
: Panicordeae
Genus
: Pennisetum
Spesies
: Pennisetum purpureum
3
Berikut adalah gambar rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang terdapat pada lahan Pastura, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin :
Gambar 1 : Rumput gajah (Pennisetum purpureum). Sumber : Dokumentasi pribadi, 2016 Rumput gajah berasal dari Afrika dan mempunyai kadar protein yaitu 9,5% dari bahan keringnya. Panjang batang rumput mencapai 2,7 m dengan buku dan kelopak berbulu, helai daun mempunyai panjang 30-90 cm dan lebar 2,5 mm sedangkan lidah daun sangat sempit dan berbulu putih pada ujungnya dengan panjang 3 mm (Soegiri, dkk., 1992). Rumput gajah, disukai ternak, tahan kering berproduksi tinggi, bernilai gizi tinggi dan merupakan rumput yang saangat baik untuk silase. Pennisetum purpureum sebagai bahan pakan merupakan pakan unggul dari aspek ingkat pertumbuhan (Ella,2002). Rumput gajah sebagai pakan Ternak Kandungan nutrisi rumput gajah terdiri atas, bahan kering (BK) 19,9%; protein kasar (PK) 10,2%; lemak kasar (LK) 1,6%; serat kasar (SK) 34,2%; abu
4
11,7%; dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 42,3% (Lubis ,1992). Nilai gizi tanaman rumput gajah yang dipotong setiap 2 sampai 4 minggu menghasilkan komposisi kadar air dan protein kasar sebesar (11,50%) serta lemak kasar dan serat kasar sebesar 29,3% (Rukmana, 2005) Umur rumput gajah pada saat pemotongan sangat berpengaruh terhadap kandungan gizinya makin tua umur tanaman pada saat pemotongan, makin bekurang kadar proteinnya dan serat kasarnya makin tinggi tanaman pada umur muda kualitas lebih baik karena serat kasarnya lebih rendah, sedangkan kadar proteinnya lebih tinggi (Djajanegara, dkk,. 1998). Produksi rumput gajah juga dapat digunakan sebagai cadangan pakan dalam bentuk kering ataupun fermentasi dengan metoda silase setelah terlebih dahulu dicacah. Rumput gajah semuanya merupakan introduksi dan bukan jenis rumput lokal. Namun karena memang bentuknya yang satu sama lain sangat mirip, agak sulit membedakannya. Pada daun muda, pangkal daunnya memiliki bercak - bercak berwarna hijau muda (Lubis, 1992). Rumput gajah adalah tanaman tahunan, tumbuh tegak, mempunyai perakaran dalam dan berkembang dengan rhizoma untuk membentuk rumpun (Kartadisastra, 2001). Gambaran Umum Gamal (Gliricidia maculata)
Gamal adalah salah satu jenis tanaman yang mudah ditanam dan tidak
memerlukan sifat tanah khusus. Gamal dengan nama latin Gliricidia maculata merupakan salah satu jenis tanaman dan merupakan pakan ternak yang banyak
5
disukai oleh ternak ruminansia kecil seperti kambing dan domba. Selain sebagai pakan ternak, tanaman ini juga mempunyai manfaat sebagai pencegah erosi dan sekaligus penyubur tanah (Amara dan Kamara, 2000). Gamal merupakan jenis tanaman yang sangat mudah untuk dikembang biakan, baik pada beberapa daerah mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Gamal adalah tanaman leguminosa yang dapat tumbuh dengan cepat di daerah kering. Pemberian gamal pada sapi maksimal 40% dan domba 75% Sebaiknya gamal diberikan bersama-sama dengan pemberian rumput (Wahiduddin, 2008). Gamal sebagai pakan ternak juga memiliki kelemahan yaitu mengandung zat anti nutrisi dan zat racun. Abrianto (2011), menyatakan bahwa pada pohon gamal terdapat tanin yang merupakan senyawa pengikat protein yang tergolong zat anti nutrisi. Gamal merupakan tanaman pendatang yang berasal dari Amerika Tengah, Adapun ciri-ciri tanaman ini yaitu (Anonim, 2011) : Daunnya bersirip dengan bentuk daun oval runcing yang agak lebar. Bunganya cukup indah berwarna ungu keputihan. Tanaman ini dapat tumbuh mencapai ketinggian 10 meter. Gamal tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian 0-1300 meter dari permukaan laut. Habitat asli gamal adalah hutan gugur daun tropika, di lembah dan lerenglereng bukit, sering di daerah bekas tebangan dan belukar. Tumbuh pada berbagai habitat dan jenis tanah, mulai pasir sampai endapan aluvial di tepi danau pada curah
6
hujan 600-3500 mm/tahun. Gamal bisa diperbanyak dengan vegetatif dan generatif. Biji-biji itu khususnya yang segar (baru) dapat ditanam tanpa perlakuan pendahuluan, langsung di lahan atau di persemaian. Cara lain ialah dengan menanam stek batangnya, panjang maupun pendek. Stek panjang sepanjang 1–2,5 m dan dengan diameter 6–10 cm, diruncingkan kedua ujungnya dan digores-gores potongan sebelah bawahnya untuk merangsang tumbuhnya akar ( Anonim, 2011). Kegunaan gamal dapat dijadikan sebagai hijauan makanan ternak yang dapat meningkatkan produktivitas ternak ruminansia seperti sapi, kambing dan domba (Rosa, 1998). Gamal sebagai pakan Ternak Gliricidia sepium (gamal) adalah tanaman yang serbaguna, cepat tumbuh, mampu mengikat nitrogen, sumber kayu bakar, pakan ternak, pupuk hijau, pohon naungan, dan tiang bangunan (Restu dan Mappangaja, 2005). Kandungan gamal segar, kering matahari dan kering mutlak disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Kandungan nutrisi daun Gamal : Kandungan (%)
Segar Air 74,56 Protein Kasar 6,16 Lemak 1,18 BETN 4,63 Ca 1,55 P 0.06 Serat Kasar 10,27 Abu 2,30 Sumber : Sulastri (1984).
Daun Gamal Kering Matahari 7,98 23,11 4,43 17,37 2,05 0,21 38,49 8,62
Bahan Kering 25,11 4,81 18,88 2,23 2,23 41,83 9,97
7
Pemanfaatan daun gamal sebagai pakan ternak sangat menguntungkan kareana cara penanaman yang mudah, kandungan protein yang tinggi, masih tetap berproduksi baik meskipun musim kemarau, memperbaiki kesuburan tanah baik dari guguran daun maupun pengakarannya, dan banyak lagi manfaat dari penanaman pohon gamal ini, Sehingga pohon gamal ini layak dikembangkan sebagai persediaan pakan hijauan. Sekali menanam tahan hingga 10 tahun, dan tidak memerlukan banyak lahan untuk pengembangannya karena dapat dimanfaatkan sebagai tanaman pagar disekitar lokasi peternakan. Berbagai keunggulan tanaman gamal diantaranya memiliki daya adaptasi yang cukup baik, dapat tumbuh pada lahan-lahan basah (sawah) dan di lahan-lahan kering tanaman ini juga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Dapat dilihat pada saat musim kemarau, daun gamal masih tetap hijau. Tanaman ini toleran terhadap kekeringan hingga 8 bulan dan toleran terhadap tanah yang memiliki kadar garam yang tinggi (Rosa, 1998). Jenis zat beracun yang di kandung oleh pohon gamal. Pertama dicoumerol, suatu senyawa yang mengikat vitamin K dan dapat menganggu serta menggumpalkan darah. Dicoumerol diperkirakan merupakan hasil
konversi dari coumarin yang
disebabkan oleh bakteri ketika terjadi fermentasi. Meskipun coumarin tidak beracun, jika berubah menjadi senyawa dicoumarin dapat berbahaya bagi ternak, terutama ternak monogastrik seperti kelinci dan unggas. hasil penelitian menunjukkan bahwa bagi ternak ruminansia dicoumerol daun gamal tidak terlalu berbahaya (BPTU Sembawa, 2009).
8
Senyawa racun yang kedua adalah HCN (Hydro Cyanic Acid) sering disebut juga Prusic Acid, Asam Prusik atau Asam Sianida. Bila dibanding umbi singkong/ketela pohon yang dapat mencapai 50-100 mg/kg, kandungan HCN dalam gamal tergolong rendah, 4 mg/kg, namun hal ini perlu juga diwaspadai (Abrianto, 2011). Gamal juga mengandung senyawa nitrat (NO3, tanaman yang hidup pada saat musim kering menyebabkan tanaman kekurangan air dan nitrat tidak dapat terkurangi konsentrasinya.
nitrat tidak beracun terhadap ternak, namun jika dalam jumlah
banyak dapat menyebabkan penyakit yang disebut keracunan nitrat (nitrate poisoning). Keracunan nitrat sangat umum pada ternak ruminan, sapi lebih mudah keracunan dibanding ternak lainnya (Widodo, 2010). Ternak ruminansia mengkonsumsi hijauan yang mengandung nitrat dalam jumlah besar, maka nitrit terakumulasi di dalam rumen. Nitrit lebih beracun dibandingkan nitrat. Nitrit diserap ke dalam sel darah merah dan bersatu dengan hemoglobin sehingga membentuk methemoglobin. Methemoglobin tidak dapat membawa oksigen dengan efisien seperti hemoglobin sehingga terjadi anoxia (BPTU Sembawa, 2009; Widodo, 2010). Teori menyatakan pohon gamal dikenal beracun, namun menurut Abrianto
(2011), pada prakteknya hanya sedikit sekali ditemukan kasus-kasus pada ternak sapi, terkecuali pada ternak ruminansia. Lowry (1990), menyatakan bahwa masalah utama
dari Gliricidia bukan pada tingkat racunnya, tetapi pada tingkat kesukaan (palatability). Rendahnya palatabilitas daun gamal diduga akibat adanya kumarin, o9
kumarin, dan asam sianida yang terdapat dalam daun gamal. Kumarin merupakan salah satu komponen utama penyebab timbulnya bau spesifik gamal. O-kumarin dan asam sianida yang bersifat racun pada gamal secara naluri membuat ternak menolak mengkonsumsi gamal. Menurut Abrianto (2011), tanaman gamal memang memiliki aroma yang khas dan kurang disukai khususnya ternak yang tidak pernah sama sekali memakannya, namun pada ternak yang telah biasa memakannya, hal ini tidak menjadi masalah. Maka kekurangan gamal tersebut dapat disiasati dengan membiasakan ternak untuk mengkonsumsi gamal. Peternak
yang
sudah
berpengalaman
memiliki
satu
trik
untuk
memperkenalkan gamal kepada ternaknya. Ternak sengaja tidak diberi pakan terlebih dahulu selama setengah hari (dari pagi sampai sore), ternak hanya diberi air minum yang cukup, tanpa pemberian pakan. Baru pada malam harinya, ternak diberikan daun gamal yang sudah dilayukan dan dilanjutkan dengan pemberian rumput. Jika sudah satu kali memakannya, keesokan harinya ternak tidak akan menolak lagi. Sehingga ketika kemarau panjang terjadi, ternak sudah terbiasa mengkonsumsi gamal. Cara lain untuk meningkatkan palatabilitas ternak terhadap daun gamal adalah pemberian dalam bentuk kering, karena pengeringan dapat mengurangi kandungan kumarin dan asam sianida, Selain itu dengan mengguanakan metoda silase, daun gamal dapat digunakan sebagai bahan pakan cadangan yang cukup awet dan disukai oleh ternak (Tangendjaja, 1991).
10
Tinjauan Umum Silase Silase merupakan awetan segar yang disimpan dalam silo yang tertutup rapat dan kedap udara. Pada kondisi anaeron tersebut akan mempercepat pertumbuhan bakteri anaerob untuk membentuk asam laktat. Bahan pakan yang diawetkan berupa tanaman hijauan, limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami lainnya dengan kadar air pada tingkat tertentu (Mugiawati, 2013). Pembuatan silase sudah dikenal lama dan berkembang pesat di negara yang beriklim subtropis. Prinsip pembuatan silase adalah fermentasi hijauan oleh mikroba yang banyak menghasilkan asam laktat. Mikroba yang paling dominan adalah golongan bakteri asam laktat homofermentatif yang mampu melakukan fermentasi dalam keadaan aerob sampai anaerob. Asam laktat yang dihasilkan selama proses fermentasi akan berperan sebagai zat pengawet sehingga dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme pembususk. Tingginya kadar air dan rendahnya karbohidrat terlarut dari air hijauan yang dipotong segar menyebabkan rendahnya kualitas fermentasi (Ridwan, dkk., 2005). Proses fermentasi silase bertujuan untuk memaksimumkan pengawetan kandungan nutrisi yang terdapat pada hijauan atau bahan pakan ternaka lainnya sehingga silase yang terbentuk dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama tana baanyak mengurangi kandungan nutrisi dari bahan baku. Silase tersebut dapat diberikan sebagai pakan pakan bagi ternak khususnya untuk mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau (Direktorat pakan ternak, 2011). 11
Kegagalan dalam pembuatan silase dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain psoses pembuatan yang salah, terjadi kebocoran silo sehingga tidak tercapai suasana yang anaerob, tidak tersedianya karbohidrat terlarut, kadar air awal yang tinggi sehingga silase menjadi terlalu basah, dan memicuh pertumbuhan mikroorganisme pembusuk yan tidak diharapkan (Ratnakomala, dkk., 2006). Tersedinya karbohidrat terlarut sangat mempengaruhi pertumbuhan bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat memfermentasi karbohidrat terlarut pada tanaman menjadi asam laktat dan sebagian kecil diubahn menjadi asam asetat. Karena produksi asam-asam tersebut menyebabkan pH silase menurun dan mikroba pembusuk dihambat pertumbuhannya (Chen dan Weinberg, 2008). Kandungan karbohidrat terlarut dari bahan penyusun silase yang akan mempengaruhi banyak sedikitnya komponen silase yang dimanfaatkan oleh bakteri asam laktat untuk memproduksi asam laktat dan juga menghasilkan energi serta mengubah komponen penyusun bahan organik menjadi bentuk yang lebih sederhana. Kandungan karbohidrat terlarut yang rendah disebabkan kandungan air yang masih terlalu tinggi sehingga diperlukan pelayuan sebelum pembuatan silase (Kurnianingtyans, 2012). Kualitas suatu silase diperlihatkan oleh beberapa parameter yaitu pH, suhu, warna, dan kandungan asam laktatnya. Silase yang baik mempunyai pH antara 3,84,2 dengan tekstur yang halus, berwarna hijau kecoklatan, bila dikepal tidak keluar air dan bau, kadar air 60-7% dan baunya wangi (Ratnakomala, dkk., 2006). Penelitian Yunus (2009), menunjukkan bahwa pemberian legum berpengaruh nyata terhadap pH silase rumput gajah, dimana semakin tinggi level pemberiannya maka semakin tinggi 12
pula rata-rata pH silase rumput gajah. Penambahan legum merupakan sumber Nitrogen yang menghasilkan amonia sehingga mempengaruhi pH silase. Perubahan warna yang terjadi pada proses pembuatan silase dipengaruhi oleh reaksi Mailard yang terjadi pada proses fermentasi. Reaksi Mailard adalah reaksi pencoklatan non enzimatis yang terjadi karena adanya reaksi antara gula pereduksi dengan gugus amin bebas dari asam amino akan melepaskan panas dan membentuk molekul-molekul besar yang sulit dicerna (Ratnakomala, 2009). Gula akan teroksidasi menjadi CO2, air dan pana, sehingga temperatur naik. Bila temperatur tidak terkendali, silase akan berwarna coklat tua sampai hitam. Hal ini menyebabkan turunnya nilai pakan krena banyak sumber karbohidrat yang hilang dan kecernaan protein turun (Prabowo,dkk., 2013). Proses ensilase akan menyebabkan terjadinya kehilangan bahan kering yang dipengaruhi oleh respirasi dan fermentasi. Respirasi menyebabkan kandungan zat makanan banyak yang terurai sehingga menurunkan kandungan bahan kering dan bahan organik silase, sedangkan fermentasi akan menghasilkan asam laktat dan air. Kehilangan bahan kering lebih dominan terkait dengan ketersediaan karbohidrat terlarut (Surono,dkk., 2006). Bahan kering yang hilang selama proses fermentasi akan diubah menjadi amonia, asam organik dan gas seperti C02 dan panas (Borreani, dkk., 2007). Kehilangan bahan kering selama proses ensilase, bervariasi antara 12-26% (Adogle dan Owen, 1995). Selain beberapa parameter diatas, kualitas silase juga diperlihatkan dari kandungan protein. Protein juga merupakan unsur yang penting
13
dalam tubuh ternak. Protein berguna untuk memperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang rusak, serta diubahn menjadi energi jika diperlukan. Kebutuhan akan protein dapat dicukupi dari bahan-bahan pakan ternak seperti hijauan. Bila protein tidak tercukupi akan mengganggu proses pertumbuhan. Hewan ternak yang masih muda membutuhkan proteinuntuk pertumbuhan, sedangkan ternak dewasa membutuhkan protein untuk mengganti jaringan tubuh yang rusak dan untuk keperluan produksi. Kandungan protein pada bahan pakan minimal 13-19% tergantung pada kondisi hewan ternak (Sudarmono dan sugeng, 2008).
Hipotesis Diduga bahwa dalam proses ensilase, tanpa penambahan karbohidrat larut air, kadar protein dan bahan kering pada rumput gajah menurun, tetapi dengan penambahan daun gamal dapat meningkatakan kadar bahan kering dan protein kasar silase rumput gajah.
14
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Tanggal 9-29 April 2016 di Laboratorium Tanaman Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, dengan lama penyimpanan Silase yaitu 21 hari. Materi Penelitian Alat-alat yang digunakan yaitu parang, timbangan, silo (terbuat dari pipa ukuran diameter 16 cm , tinggi 22 cm), kantong plastik, karet pengikat silo, pH meter (pengukur pH), labu kjeldahl, labu Erlenmeyer, gelas ukur, buret, corong, pipet volume, alat destruksi, alat destilasi, dan timbangan analitik. Bahan-bahan yang digunakan yaitu rumput gajah, daun gamal, larutan buffer pH 7, H2SO4, NaOH , H3BO3, indicator mix (Metil Red, Brom Cresol Green, metanol) dan aquadest Metode Penelitian a. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) terdiri dari 5 perlakuan 3 kali ulangan (Gasperz, 1991). Perlakuan penelitian adalah: G0
: Rumput gajah segar 100% tanpa dibuat silase
G1
:
G2
: Rumput gajah 80 % + daun gamal 20 %
G3
: Rumput gajah 60 % + daun gamal 40 %
Rumput gajah 100% dibuat silase
15
G4
: Rumput gajah 40 %
+ daun gamal 60 %
b. Pelaksaaan penelitian Silase dibuat dari daun rumput gajah yang dipotong pada fase vegetatif atau menjelang berbunga dengan ketinggian pemotongan yaitu + 2 m dari permukaan tanah. Untuk yang dianalisis langsung/tanpa dibuat silase: a) Rumput gajah dipotong-potong 3-5cm b) Timbang sebanyak 2 kg (rumput gajah 100%) sebagai kontrol (perlakuan G0). Untuk yang dibuat silase : a) Rumput gajah dan daun gamal dipotong-potong dengan ukuran 3-5 cm kemudian dilayukan selama 2 jam. b) Timbang rumput gajah 2 kg c) Timbang rumput 1,6 kg + 0,4 kg daun gamal a. Timbang rumput gajah 1,2 kg + 0,8 kg daun gamal b. Timbang rumput gajah 0,8 kg + 1,2 kg daun gamal Masing-masing bahan dicampur secara merata, untuk yang tanpa dibuat silase langsung dianalisis di Laboratorium, untuk yang dibuat silase dimasukkan kedalam silo sedikit demi sedikit kemudian dipadatkan dengan tujuan memperkecil kantongkantong udara didalam penyimpanan sehingga keadaan hampa udara cepat tercapai. Silo yang telah diisi segera ditutup rapat-rapat sehingga udara dan air tak dapat masuk. Pemadatan bertujuan untuk mengeluarkan oksigen secepat mungkin sehingga
16
terbentuknya suasana asam selama penyimpanan (terbentuk asam laktat), keadaan hampa udara (anaerob). c. Parameter yang diukur Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu menentukan pH, bahan kering dan protein kasar. Analisis pH dilakukan di Laboratorium Ilmu Hijauan Pakan dan Pasture dengan cara menimbang 100 gram sampel dan menambahkan 200 ml aquades, kemudian sampel diblender selama + 3 menit, lalu menyaring cairan sampel yang telah diblender kedalam erlenmeyer.
pH meter terlebih dahulu dinyalakan dan
dibiarkan stabil selama 15-30 menit. Lakukan standarisasi dengan larutan buffer standard
pH 7. Bilas dengan aquadest kemudian keringkan dengan tissue lalu
celupkan elektroda kedalam tabung yang berisi sampel yang akan diukur. nilai PH ditetapkan dengan melihat angka pada layar monitor. Analisis bahan kering dilakukan di Laboratorium Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Analisis
bahan kering dilakukan
dengan cara menimbang sampel, setelah itu dimasukkan kedalam oven dengan suhu 70 0C selama 72 jam, lalu ditimbang kembali Bahan yang sama digunakan untuk analisis protein kasar Hasil pengamatan dihitung berdasarkan rumus berikut : b- a Kadar Air
=
x 100% c-a
Kadar Bahan Kering
= 100% - Kadar Air 17
Keterangan
: a = Berat cawan kosong (gram) b = berat cawan + sampel sebelum dioven (gram) c = berat cawan + sampel setelah dioven (gram)
Sampel ditimbang 0,1 g, dimasukkan dalam labu kjedahl (X) Ditambahkan 3 g katalisator dan 1,5 ml, H2SO4 pekat, didestruksi hingga bening. siapkan alat destilasi, hasil destruksi setelah dingin tuangkan dalam alat destilasi 10 ml asam borat 2-3% dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambah satu tetes indikator metyl red. Erlenmeyer diletakkan pada selang destilator. hasil destruksi dimasukkan ke destilator. NaOH 40% sebanyak 10 ml ditambahkan melalui corong atas destilator. Larutan mulai didestilasi. Destilasi diakhiri bila cairan dalam Erlenmeyer telah mencapai 60 ml. Setelah didestilasi masuk ke tahap titrasi. Larutan dititrasi dengan dengan HCl 0,1 hingga warna pink. Volume HCl 0,1N yang digunakan dihitung. Kadar Protein Kasar: V x N x 0,014 x 6,25 x P Kadar Protein Kasar
=
x100 % sampel Berat Sampel (gram)
Keterangan
:
V = Volume titrasi cantoh N = Normaliter larutan H2SO4 P = Faktor pengencer
18
Analisi Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 5 perlakuan 3 kali ulangan dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (Gaspersz, 1991). Model matematika dari rancangan acak lengkap yaitu:
Yij = µ +Ai + ∑ij i = 1, 2, 3, 4, 5 j = 1, 2, 3 dimana : Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dalam kelompok ke-j μ = Nilai rata-rata umum Ai = Pengaruh perlakuan ke-i (1, 2, 3, 4, 5) Σij = Galat percobaan dari perlakuan ke-i pada pengamatan ke-j Analisis data menggunakan program Softwere SPSS 16. dan data diuji lanjut mengguankan uji Duncan.
19
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Silase Kualitas fisik dan pH silase rumput gajah yang ditambahkan daun gamal pada masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Kualitas fisik dan pH silase rumput gajah (Pennesetum purpureum) ditambahkan daun gamal (Grilicidia maculata). Parameter Perlaku an Warna Bau Tekstur Jamur pH G0
Hijau
Rumput gajah
Kasar
Tidak ada
6,08a
G1
Hijau kekuningan
Asam
Lembut
Sedikit
5,46b
G2
Hijau kekuningan
Asam
Lembut
Tidak ada
5,29b
G3
Hijau kekuningan
Asam
Lembut
Tidak ada
5,34b
G4
Hijau kekuningan
Asam
Lembut
Tidak ada
5,37b
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) pada nilai pH.
Pengamatan fisik silase setelah proses ensilase selama 21 hari menunjukkan hasil yang baik. Pengamatan fisik tersebut meliputi warna silase yaitu pada perlakuan G0 berwarna hijau, Sedangkan pada perlakuan G1, G2, G3 dan G4 berwarna hijau kekuningan, berbau wangi seperti dan sedikit asam, tidak ada tumbuh jamur kecuali pada perlakuan G0. Hal ini sesuai pendapat Salim, dkk., (2002), bahwa secara umum silase yang baik mempunyai ciri khas yaitu warna masih hijau atau kecoklatan, rasa dan bau asam, nilai pH rendah, tekstur masih jelas, tidak menggumpal dan tidak
20
berjamur. Perubahan warna yang terjadi pada tanaman yang mengalami proses ensilase disebabkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi dalam tanaman karena proses respirasi aerobik yang berlangsung selama persediaan oksigen masih ada, sampai gula tanaman habis (Reksohadiprodjo, 1998). Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pH silase. Tabel 2 terlihat pH silase pada perlakuan G0 (6,08 ) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan G1, G2, G3 dan G4,Tetapi G1tidak berbeda nyata (P< 0,05) dengan perlakuan G1,G2, G3, dan G4. Hal ini sesuai dengan pendapat Schukking (1997), bahwa dalam proses ensilase ikut menetukan tinggi rendahnhya pH yang ditunjukkan karna tercapainya pH yang serasi dengan pembiakan bakteri asam laktat yang bekerja dalam kondisi anaerob dan tingginya kandungan protein kasar silase dipengaruhi oleh jenis bahan tambahan dan sempurnanya proses ensilase. Penuruanan pH yang semakin cepat dikarenakan semakin bertambahnya asam laktat yang diproduksi oleh bakteri asam lakta. Hal ini sesuai dengan pendapat Salim, dkk,. (2002) bahwa semakin cepat menurunnya pH akan diikuti semakin cepat berakhirnya perombakan bahan substrat turun pada fase aerob. Nilai pH yang dihasilkan perlakuan pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa nilai pH silase yang berkisar antara 5,29 sampai 5,46 yang menunjukkan bahwa penambahan daun gamal menurunkan pH namun silase dengan pH tersebut di atas termasuk silase yang berkualitas kurang baik karena pH di atas 4,8. Hal ini sesuai
21
dengan pendapat Ratnakomala, dkk., (2006) bahwa pH optimum silase yang baik antara 3.8-4.2 pH silase pada penelitian ini belum mencapai < 4,5 namun telah mencapai kondisi asam oleh sebab itu untuk menghasilkan pH yang rendah maka dibutuhkan waktu fermentasi yang lebih lama untuk aktivitas ensilase yang dilakukan oleh bakteri asam laktat akan mengakibatkan pH menjadi rendah karena bakteri asam laktat akan memecah substrat karbohidrat menjadi asam laktat sehingga pH menjadi rendah. Kandungan Bahan Kering dan Protein Kasar Kandungan protein kasar dan bahan kering silase rumput gajah yang ditambahkan daun gamal masing-masing perlakauan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-Rata kandungan bahan kering dan Protein Kasar silase silase rumput gajah yang ditambahkan daun gamal. Parameter
Perlakuan G0
G1
G2
G3
G4
Bahan Kering (%)
27,50b
17,95a
29,96bc
31,71c
30,62c
Protein Kasar (%)
8,55a
10,07ab
10,74b
13,06c
15,65d
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01).
Bahan Kering Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan bahan kering. Tabel 2 terlihat bahwa bahan kering pada perlakuan G0 (tidak dibuat silase) lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan G1 yang dibuat silase. Hal ini disebabkan karena proses ensilase secara umum menyebabkan terjadinya penurunan pada bahan kering yang dipengaruhi oleh 22
respirasi dan dimana respirasi menyebabkan kandungan nutrisi terurai dan fermentasi akan menghasilkan asam laktat dan air sehingga bahan kering yang dihasilkan menurunt. Selama proses ensilase akan terjadi kehilangan bahan kering yang dipengaruhi oleh respirasi dan fermentasi. Respirasi menyebabkan kandungan zat makanan banyak yang terurai sehingga menurunkan kandungan bahan kering dan bahan organik silase, sedangkan fermentasi akan menghasilkan asam laktat dan air. Kehilangan bahan kering lebih dominan terkait dengan ketersediaan karbohidrat terlarut (Surono, dkk., 2006). Bahan kering yang hilang selama proses fermentasi akan diubah menjadi amonia, asam organik dan gas seperti C02 dan panas (Borreani, dkk., 2007). Namun
penambahan beberapa level daun gamal, menyebabkan
kandungan bahan kering yang dihasilkan meningkat, dimana kandungan bahan kering tertinggi pada perlakuan G3 dan G4 lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan G2. Tetapi pada perlakuan G3 dan G4 tidak ada perbedaan kadar bahan kering dan pada perlakuan G0 kadar bahan kering lebih tinggi dibanding dengan G1. Kandungan bahan kering pada silase yang dicampur dengan daun gamal lebih tinggi daripada yang tidak dicampur dengan daun gamal. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya bagian-bagian dari daun gamal (tangkai anak dan induk daun) yang berpengaruh dalam peningkatan bahan kering. Kadar bahan kering yang dihasilkan pada silase rumput gajah yang ditambahkan beberapa level daun gamal setelah dilayukan berkisar 17-31%. Hal ini sesuai dengan pendapat Reksohadiprodjo (1988), bahwa hijauan makanan ternak yang dibuat silase sebelumya mengandung bahan
23
kering 25-35% dengan lama pelayuan selama 2-4 jam. Bahan kering terdiri dari bahan makanan organik dan anorganik yaitu mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang cukup untuk pembentukan tulang dan berfungsi sebagai bahan dari enzim dan hormon serta bahan organik terdiri dari karbohidrat, protein, vitamin dan lemak (Reksohadiprojo, 1994). Protein Kasar Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan protein kasar. Pada Tabel 2 terlihat bahwa kandungan protein pada perlakuan G4 (15,65%) lebih tinggi dibandingkan perlakuan G0, G1, G2,dan G3. Hal ini memberikan indikasi bahwa semakin tinggi penambahan daun gamal makan semakin tinggi kandungan protein kasar silase. Menurut Hartadi, dkk., (1993) kandungan protein kasar gamal 25%, sedangkan Natalia, dkk., (2009) menyatakan kandungan protein kasar gamal berkisar antara 20-30%. Tingginya kandungan protein kasar dalam silase campuran rumput gajah dan daun gamal disebabkan karena daun gamal yang ditambahkan memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, sehingga kandungan protein perlakuan G4, G3, dan G2 dapat meningkat kandungan protein kasarnya dibandingkan tanpa pemberian daun gamal. Menurut Rukmana (2005), kandungan protein yang tinggi pada gamal sangat cocok untuk suplemen pada hijauan yang berkualitas rendah. Hal ini didukung pendapat Aminudin (1990), yang menyatakan bahwa suplementasi nutrient dilakukan
24
untuk memperbaiki keseimbangan nutrient baik energi, protein, vitamin, dan mineral, mengurangi defesiensi protein, dan meningkatkan efesiensi pencernaan.
25
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa : a. Dari segi pH silase Rumput gajah yang ditambahkan beberapa level daun gamal, memberikan hasil yang berkualitas sedang. b. Pemberian daun gamal dengan tingkat yang berbeda berpengaruh baik terhadap kualitas silase rumput gajah , dimana kadar bahan kering dan protein kasar meningkat dengan semakin tingginya proporsi daun gamal.
Saran Perluh penelitian lebih lanjut tentang penambahan daun gamal dengan proporsi dan lama pengeringan yang berbeda dalam pembuatan silase rumput gajah.
26
DAFTAR PUSTAKA Abrianto P. 2011. Cara Mengolah Gamal Untuk dijadikan Pakan Ternak Sapi. http://www.duniasapi.com. (24 Januari 2016) Adejumo, J.O. and. A. A. Ademosun. 1985 Effect of plant age at harvest and cutting time frequency and height on the dry matter yield and nutritive value of Gliricidia maculata and Cajanus cajan. J of Anim Prod Res 5,1- 12. Adogla-Bessa, T. and E. Owen. 1995. Ensiling of whole-crop wheat with celulla sehemicellulase based enzyme. 1. Effect of crop growth stage and enzyme on silage composition and stability. Anim. Feed Sci.and Technol. 55 : 335 – 347 Amara, D.S. and A. Y. Kamara. 2000. Growth and Yield of Gliricidia sepium (Jacq.) Walp. Provenances on an acid sandy clay loam soil in Sierra Leone. In Tree Crops J, vol 9, 169-178. Aminudin, S. 1990. Beberapa jenis metode dan pengawetan hijauan pakan ternak tropika. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Universitas Jendral Sudirman Purwokerto. Anonymous, 2011. Gamal. http://id.wikipedia.org/wiki. Diakses pada tanggal 30 Januari 2016. Bamualin. 1998. Uji palatabilitas beberapa provenance gamal pada ternak sapi. Prosisding Lokakarya Regional Penerapan Teknologi Indegenous dan Teknologi Maju Menunjang Pembangunan Pertanian Pertanian Di Nusa tenggara 1-2 Maret 1999 Badan Peneltian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertnanian 1999. [BPTU Sembawa]. 2009. Keunggulan Gamal Sebagai Pakan Ternak. Palembang: BPTU Sembawa. Borreani, G., E. Tabacco, and L. Cavallarin. 2007. A New Oxygen Barrier Film Reduces Aerobic Deterioratin in Farm Scale Corn Silage. American Dairy Science Association. Chen, Y. and Z. G. Weinberg. 2008. Changes during aerobic exposure of wheat silages. Anim. Feed Sci. Technol. 154:76 -82.
27
[Direktorat Pakan Ternak]. 2011. Pedoman Umum Pengembangan Lumbung Pakan Ruminansia. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Djajanegara, A., M. Rangkuti.,Siregar, Soedarsono, S.K Sejati. 1998. Pakan ternak dan faktor-faktornya. Pertemuan Ilmiah Ruminansia. Departemen Pertanian, Bogor. Ella, A.2002. Produktivitas dan Nilai Nutrisi Beberapa Renis Rumput dan Leguminosa Pakan yang Ditanam pada Lahan Kering Iklim Basah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar. Gaspesz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan, Armico. Bandung. Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo and A.D. Tillman. 1993. Tabel komposisi p kan untuk indonesia.Cetakan III. Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta. Kartadisastra, H. R. 2001. Penyediaan Ruminansia. Kanisius, Yogyakarta.
dan
Pengelolaan
Pakan
Ternak
Kurnianingtyas, I.B., Pandansari, P.R., Astuti, I., Widyawati, S.D., dan Suprayogi, W.P.S. 2012. Pengaruh Macam Akselerator terhadap Kualitas Fisik, Kimiawi, dan Biologis Silase Rumput Kolonjono. Tropical Animal Husbandry. 1 (1): 7-14 Lowry, J.B. 1990. Toxic factors and problems: methods of alleviating them in animals. In: Devendra, C. (ed.), Shrubs and Tree Fodders for Farm Animals.Proceedings of a workshop in Denpasar, Indonesia, 24-29 July 1989, pp. 76-88. Mugiawati, R.E. 2013. Kadar Air dan pH Silase Rumput Gajah pada Hari ke-21 dengan Penambahan Jenis Additive dan Bakteri Asam Laktat. Jurnal Ternak Ilmiah. 1 (1): 201-207. Natalia, H., D. Nista, dan S. Hindrawati. 2009. Keunggulan gamal sebagai pakan ternak. http://bptusembawa. net/v1/data/download/ 20110928094232.pdf. Diakses tanggal 27 juni 2016. Prabowo, A., Susanti AE., dan Karman J. 2013. Pengaruh Penambahan Bakteri Asam Laktat terhadap pH dan Penampilan Fisik Silase Jerami Kacang Tanah. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
28
Ratnakomala.,Shanti,Roni., Ridwan,Gina.,Kartina,Yantyati., Widyastuti.2006 Pengar uh Inokulum Lactobacillus plantarum1A-2 dan 1BL-2 terhadap Kualitas Silase Rumput Gajah (Pennisetum purpureum).Vol 7(2) : 131-134.
Reksohadiprodjo, S. 2000. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropika.BPFE, Yogyakarta. Ridwan, R., S. Ratnakomala, G. Kartina, dan Y. Widyastuti. 2005. Pengaruh penambahan dedak padi dan Lactobacillus plantarum 1BL-2 dalam pembuatan silase rumput gajah (Penisetum purpureum). Jurnal Media Peternakan-IPB. 28 (3): 117-123. Rosa, K. R. D. 1998. Nitrogen fixing tree as tool for soil builders. www.winrock.org/forestry/factnet.htm. Diakses pada tanggal 30 Januari 2016. Rukmana, R. 2005. Budi Daya Rumput Unggul . Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Salim, R., B. Irawan., Amiruddin., H. Hendrawan dan M. Nakatani. 2002. Pengawetan Hijauan Untuk Pakan Ternak. Silase. Sonisugema Pressindo, Bandung Sanderson, M. A. and R. A., Paul. 2008. Perennial forages as second generation bioenergy crops. International Journal of Molecular Sciences, 9, 768-788 Schukking, S.,1997. Fodder Conservation. International Course Dairy Cattle Husbandry, International Agricul-tural Center Wegeningen, Nether-land Soegiri, H. S., Ilyas dan Damayanti. 1992. Mengenal Beberapa Jenis Makanan Ternak Daerah Tropis. Direktorat Biro Produksi Peternakan Departemen Pertanian, Jakart. Sudarmono, A.S dan Sugeng, Y.B., 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta. Sulastri, S. 1984. Pengaruh Tingkat Pemberian Tepung Daun Gamal dalam Ransum Terhadap Komposisi Tubuh dan Karkas Ayam Pedaging. Karya Ilmiah. Fakultas Pternakan. Institu Pertanian Bogor. Bogor Surono ,M. Soejono, dan S. P. S. Budhi. 2006. The Dry Matter and Organic Matter Loss of Napier Grass Silage at Different Age of Defoliation and Level of Additive. J.Indon.Trop.Anim.Agric. 31
29
Tangendjaja, B., E. .1991. Komposisi dan Sifat Kimia Daun Gamal. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Wahiduddin, M. 2008. Ilmu Pakan Ternak. (http://wah1d.wordpress.com/ category/ilm u-pakan). Diakses tanggal 30 januari 2016. Widodo, W. 2010. Tanaman Beracun Dalam Kehidupan Ternak. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. Yunus. 2009. Pengaruh pemberian daun lamtoro (Leucaena leococephala) terhadap kualitas silase rumput gajah (Pennisetum purpereum) yang diberi molasses. Agripert : 9: 38-42.
30
Lampiran 1. Hasil analisis ragam nilai pH silase rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang dicampur daun gamal (Gliricidia maculata).
Oneway Descriptives pH 95% Confidence Interval for Mean Std.
Upper
N
Mean
Deviation
3
6.0833
.06807
.03930
G1 R.Gajah 100% silase
3
5.4667
.07095
G2 R.Gajah 80%+Gamal 20%
3
5.2967
G3 R.Gajah 60%+Gamal 40 %
3
G4 R.Gajah 40%+Gamal 20 % Total
G0 R.Gajah 100% Tanpa silase
Std. Error Lower Bound
Bound
Minimum
Maximum
5.9142
6.2524
6.03
6.16
.04096
5.2904
5.6429
5.39
5.53
.21825
.12601
4.7545
5.8388
5.06
5.49
5.3467
.07024
.04055
5.1722
5.5211
5.28
5.42
2
5.3750
.02121
.01500
5.1844
5.5656
5.36
5.39
14
5.5236
.32429
.08667
5.3363
5.7108
5.06
6.16
Test of Homogeneity of Variances pH Levene Statistic 2.723
df1
df2 4
Sig. 9
.098
31
ANOVA pH Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
F
1.242
4
.311
.125
9
.014
1.367
13
Sig.
22.375
.000
Homogeneous Subsets pH Subset for alpha = 0.05 Perlakuan Duncana
N
1
G2 R.Gajah 80%+Gamal 20%
3 5.2967
G3 R.Gajah 60%+Gamal 40 %
3 5.3467
G4 R.Gajah 40%+Gamal 20 %
2 5.3750
G1 R.Gajah 100% silase
3 5.4667
G0 R.Gajah 100% Tanpa silase
3
Sig.
2
6.0833 .149
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.727.
32
Lampiran 2.Hasil analisis ragam Kadar bahan kering silase rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang dicampur daun gamal (Gliricidia maculata).
Oneway Descriptives Bahan Kering
N
G0 (R.Gajah 100 %) tidak dibuat silase G1 (R.Gajah 100% ) dibuat silase G2 (R.Gajah 80% + Gamal 20%) G3 (R.Gajah 60% + Gamal 40%) G4 (R.Gajah 40%+ Gamal 20%) Total
Std. Deviation
Mean
95% Confidence Interval for Mean
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximu m
3
27.4967 3.42658 1.97834 18.9846 36.0088
23.87
30.68
3
17.9500
.33511
.19348
17.1175 18.7825
17.62
18.29
3
29.9633
.69874
.40342
28.2276 31.6991
29.31
30.70
3
31.7100
.12166
.07024
31.4078 32.0122
31.57
31.79
3
30.6167
.77216
.44581
28.6985 32.5348
30.07
31.50
15 27.5473 5.34521 1.38013 24.5873 30.5074
17.62
31.79
Test of Homogeneity of Variances Bahan Kering Levene Statistic
df1
df2
Sig.
4.177
4
10
.030
33
ANOVA Bahan Kering Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
374.091
4
93.523
36.101
.000
Within Groups
25.906
10
2.591
Total
399.997
14
Homogeneous Subsets Bahan Kering Perlakuan
N
Subset for alpha = 0.05 1
2
3
Duncana G1 (R.Gajah 100% ) dibuat silase
3
G0 (R.Gajah 100 %) tidak dibuat silase
3
27.4967
G2 (R.Gajah 80% + Gamal 20%)
3
29.9633
G4 (R.Gajah 40%+ Gamal 20%)
3
30.6167
G3 (R.Gajah 60% + Gamal 40%)
3
31.7100
Sig.
17.9500
1.000
.090
29.9633
.233
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
34
Lampiran 3. Hasil analisis ragam kadar protein kasar silase rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang dicampur daun gamal (Gliricidia maculata).
Oneway
Descriptives Protein_Kasar
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimu Maximum Lower Upper m Bound
Bound
G0 (R.Gajah 100 %) tidak dibuat silase
3
8.5467
.65577
.37861
6.9176 10.1757
8.05
9.29
G1 (R.Gajah 100% ) dibuat silase
3 10.0733
.91664
.52922
7.7963 12.3504
9.02
10.69
G2 (R.Gajah 80% + Gamal 20%)
3 10.7400
.86643
.50023
8.5877 12.8923
10.12
11.73
G3 (R.Gajah 60% + Gamal 40%)
3 13.0600 1.19503
.68995 10.0914 16.0286
11.86
14.25
G4 (R.Gajah 40%+ Gamal 20%)
3 15.6533
.72210
.41691 13.8595 17.4471
14.88
16.31
Total
15 11.6147 2.68329
.69282 10.1287 13.1006
8.05
16.31
Test of Homogeneity of Variances Protein_Kasar Levene Statistic
df1
df2
Sig.
.291
4
10
.877
35
ANOVA Protein_Kasar Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
92.860
4
23.215
29.234
.000
Within Groups
7.941
10
.794
100.801
14
Total
Homogeneous Subsets Protein_Kasar Subset for alpha = 0.05 Perlakuan
N
1
Duncana G0 (R.Gajah 100 %) tidak dibuat silase
3
8.5467
G1 (R.Gajah 100% ) dibuat silase
3
10.0733
G2 (R.Gajah 80% + Gamal 20%)
3
G3 (R.Gajah 60% + Gamal 40%)
3
G4 (R.Gajah 40%+ Gamal 20%)
3
Sig.
2
3
4
10.0733 10.7400 13.0600 15.6533
.062
.381
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
36
Protein_Kasar Subset for alpha = 0.05 Perlakuan
N
1
Duncana G0 (R.Gajah 100 %) tidak dibuat silase
3
8.5467
G1 (R.Gajah 100% ) dibuat silase
3
10.0733
G2 (R.Gajah 80% + Gamal 20%)
3
G3 (R.Gajah 60% + Gamal 40%)
3
G4 (R.Gajah 40%+ Gamal 20%)
3
Sig.
2
3
4
10.0733 10.7400 13.0600 15.6533
.062
.381
1.000
1.000
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
37
Lampiran 1. Dokumentasi pembuatan silase rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang dicampur daun gamal (Gliricidia maculata).
Gambar 1. Pengeringan Bahan Baku
Gambar 2. Penimbangan sampel
Gambar 4. Pembuatan Silase
Gambar 3. Pencampuran daun gamal dengan daun rumput gajah
38
Gambar 6. Rumput Gajah yang tidak dibuat silase
Gambar 6. Rumput Gajah yang tidak dibuat silase
Gambar 7. Proses penggilingan (blender) sampel
Gambar 8. Proses pengujian pH
39
Gambar 9. Alat Penimbangan sampel
Gambar 10. Alat pengukur pH (Spektometer
40
RIWAYAT HIDUP Tumianti, lahir di Lembang pada tanggal 30 Mei 1994, anak terakhir dari 8 bersaudara. Dibesarkan oleh orang tua Nante (Ayah) dan Ruhaini (Ibu). Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah pendidikan tingkat dasar di bangku Sekolah Dasar Negeri 72 Lembang (2006), kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama pada SMP Negeri 1 Malua (2009). Kemudian melanjutkan pendidikan menengah atas pada SMA Negeri 1 Malua (2012). Setelah itu melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui SNMPTN jalur undangan Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
41