P2I
PENGGUNAAN PUPUK LENGKAP CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN, KADAR BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK DAN PROTEIN KASAR RUMPUT GAJAH
NASKAH PUBLIKASI
Oleh : Ir. Ahmad Yani, MP.
Dibiayai Oleh Dana Pembinaan Pendidikan (DPP) Universitas Muhammadiyah Malang
LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2008
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN 1. Judul
: Penggunaan Pupuk Lengkap Cair Terhadap Pertumbuhan, Kadar Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar Rumput Gajah :
2. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap
: Ir. Ahmad Yani, MP.
b. Jenis Kelamin
: Laki-Laki
c. Pangkat/Golongan
: Penata / III C
d. NIP-UMM
: 110.9310.0237
e. Fakultas/Jurusan
: Peternakan/Produksi Ternak
f. Bidang Ilmu
: Pertanian (Peternakan)
3. Jumlah Peneliti
: 1 orang
4. Lokasi Penelitian
5. Jangka Waktu Penelitian
: Lahan Pertanian di Desa Ampeldento Karangploso dan Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fapetrik UMM. : 8 bulan
6. Biaya Penelitian
: Rp. 4.000.000.- (Empat juta ribu rupiah)
7. Sumber Biaya
: DPP Universitas Muhammadiyah Malang.
Malang, 1 Mei 2008 Mengetahui : Fakultas Peternakan-Perikanan Dekan,
Ketua Peneliti,
Dr. Ir. Herwintono, MS.
Ir. Ahmad Yani, MP. Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang
Dr. Ir. Wahyu Widodo, MS.
PENGGUNAAN PUPUK LENGKAP CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN, KADAR BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK DAN PROTEIN KASAR RUMPUT GAJAH AFRIKA ABSTRAK Penelitian menggunakan rumput gajah Afrika dan seperangkat alat analisa proksimat dan larutan untuk analisa proksimat. Penelitian dengan melakukan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 6 perlakuan masing-masing diulang 3 kali. Perlakuan terdiri dari : P0 = Tanpa pupuk dasar dengan tanpa PLC, P1 = Pupuk dasar dengan tanpa PLC, P2 = pupuk dasar dengan PLC 1 ml/liter air, P3 = pupuk dasar dengan PLC 2 ml/liter air, P4 = pupuk dasar dengan PLC 3 ml/liter air dan P5 = pupuk dasar dengan PLC 4 ml/liter air dengan variabel yang diukur pertambahan tinggi, panjang daun, jumlah anakan, berat segar, kadar bahan kering, bahan organik dan protein kasar. Hasil penelitian penggunaan PLC : PO, P1, P2, P3, P4 dan P5 menunjukkan masing-masing : panjang daun 3.81, 4.51, 4.65, 4.11, 5.15, 4.59 cm/minggu; tinggi rumput 16.22, 17.21, 17.49, 16.95, 18.26, 21.75 cm/minggu; jumlah anakan 0.86, 0.98, 1.01, 1.14, 1.06, 1.19; berat segar 6.97, 7.57, 8.00, 8.10, 8.67, 11.10 kg/bedengan; kadar bahan kering 18.08, 18.90, 19.87, 21.56, 21.51, 21.86 %; bahan organik 85.04, 85.17, 85.28, 86.06, 86.18, 86.19 %; protein kasar 3.86, 4.03, 4.10, 4.56, 4.64, 4.72 %. Hasil analisis variansi menunjukkan P < 0.05 terhadap berat segar dan bahan organik, akan tetapi menunjukkan P > 0.05 terhadap tinggi rumput, panjang daun, jumlah anakan, bahan kering dan protein kasar. Penggunaan PLC dapat meningkatkan produksi berat segar dan kadar bahan organik tetapi belum dapat meningkatkan tinggi rumput, panjang daun, jumlah anakan, bahan kering dan protein kasar rumput gajah. Oleh karena itu disarankan penggunaan PLC 4 ml/liter air untuk mendapatkan produksi berat segar dan kadar bahan organik yang tinggi pada rumput gajah. Kata Kunci : Pupuk Lengkap Cair, Pertumbuhan, Kadar Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar Rumput Gajah.
THE EVALUATION OF LIQUID COMPLETE FERTILIZER (LCF) IN TO GROWTH, DRY MATTER, ORGANIC MATTER, AND CRUDE PROTEIN CONTENT OF ELEPHANT GRASS
The research was conduced based on Completely Randomized Design (CRD) with six levels of LCF as treatments; P0 = without basal fertilizer and without LCF; P1 = basal fertilizer without LCF; P2 = basal fertilizer + LCF 1 ml / lt; P3 = basal fertilizer + LCF 2 ml / lt; P4 = basal fertilizer + LCF 3 ml / lt and basal fertilizer + LCF 4 ml / lt. Each treatment was replicated three trues. Measured parameter including : leaves length, height increasing, , seed number, fresh weight, Dry Matter, Organic Matter, and Crude Protein Content. The result showed that mean while the leaves length were 3.81, 4.51, 4.65, 4.11, 5.15, 4.59 cm/week respectively; the grass height increasing were 16.22, 17.21, 17.49, 16.95, 18.26, 21.75 cm/week; seed number anakan 0.86, 0.98, 1.01, 1.14, 1.06, 1.19; fresh weight 6.97, 7.57, 8.00, 8.10, 8.67, 11.10 kg/plot, dry matter content 18.08, 18.90, 19.87, 21.56, 21.51, 21.86 %; organik matter content 85.04, 85.17, 85.28, 86.06, 86.18, 86.19 %; and Crude Protein Content kasar 3.86, 4.03, 4.10, 4.56, 4.64, 4.72 %. It was conduced that LCF has significant P < 0.05 effect into fresh weight and dry matter content, but non significant P > 0.05 into grass height, leaft length, seed number, dry matter and crude protein content. The research was evaluation of LCF increated fresh weight and organic matter content but not increated into grass height, leaft length, seed number, dry matter and crude protein content. To the evaluation LCF is best done at 4 ml/liter with signicant effect increated into fresh weight and dry matter content. Key Words : Liquid Complete Fertilizer (LCF), Growth, Dry Matter, Organic Matter, Crude Protein Content, Elephant Grass.
PENDAHULUAN Hijauan di daerah tropis termasuk Indonesia pada umumnya cepat tumbuh, namun kualitasnya lebih rendah daripada hijauan yang tumbuh di daerah-daerah subtropis kondisi ini menyebabkan kualitas hijauan memiliki serat kasar tinggi dan kandungan protein kasar rendah karena tanaman cepat memasuki fase generatif. Hijauan yang banyak tersedia dan digunakan untuk ternak ruminansia di Indonesia adalah yang berkualitas rendah sampai sedang sedangkan kelompok hijauan berkualitas tinggi sangat terbatas dan perawatan seadanya serta digunakan sebagai suplemen saja dan jarang digunakan sebagai ransun dasar. Oleh karena itu ternak rumiansia di Indonesia harus memperoleh konsentrat disamping hijauan agar tercapai pertumbuhan yang lebih cepat atau produksi susu yang tinggi walaupun tidak ekonomis. Salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan HMT yaitu melaksanakan penanaman HMT secara intensif pada lahan-lahan yang marginal, lahan kehutanan, menanam kiri kanan jalan di luar kota dengan rumput atau leguminosa. Mengingat lahan yang ada di Indonesia umumnya telah mengalami pemanfaatan dengan menggunakan pupuk kimia sehingga tanah menjadi miskin hara (tandus) dapat diubah menjadi lahan yang produktif dengan memalui pemupukan (pupuk organik) baik berupa pupuk dari kotoran ternak maupun tanaman serta pupuk lengkap cair (PLC) dan diikuti irigasi. Arsyad (1989) dalam Anonim (2007) menyatakan bahwa salah satu peran bahan organik (pupuk) yaitu sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah dalam pembentukan agregat yang stabil karena mudahnya tanah membentuk kompleks dengan bahan organik melalui mekanisme meningkatnya populasi mikroorganisme akibat pupuk organik diantaranya jamur dan cendawan karena bahan organik digunakan oleh mikroorganisme tanah sebagai penyusun tubuh dan sumber energinya Secara umum pemberian pupuk organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, demikian pula peranannya dalam menanggulangi erosi dan produktivitas lahan. Penamabahan bahan organik berupa pupuk akan lebih baik jika diiringi dengan penanaman yang sesuai , misalnya dengan pola tanaman sela pada sistem tumpangsari. Pengelolaan tanah atau lahan yang sesuai akan mendukung terciptanya suatu konservasi
bagi tanah dan air serta memberikan keuntungan tersendiri bagi manusia (Anonim, 2007). PLC ”Solid” telah lulus uji melalui penelitian para pakar pertanian modern yang disempurnakan dan disesuaikan dengan iklim tropis seperti tanaman pertanian, perkebunan, kehutanan dan pakan HMT. Bahan baku PLC ini terbuat dari tanamantanaman tropis dengan ciri berwarna merah alamiah hasil laboratorium pabrikan modern yang sangat teliti dan ketat (CV. Sila Argo Utama, 2007). PLC ”Solid” memiliki komposisi hara : N 1.38 %, P 0.25 %, K 23.33 %, Ca 1.80 %, S 2.2 %, Mn 2.53 %, Fe 0.45 %, Cu 1.20 %, Zn 0.63 %, Sr 0.022 %, Rb 0.025 %, Br 0.024 %, Zr = 0.025 %. Koreksi lahan tandus dengan melalui pemupukan unsur hara makro dan mikro merupakan solusi untuk memecahkan persoalan kekurangan pangan dan HMT di Indonesia. Beberapa daerah tandus di Australia yang semula sangat tandus dapat diubah menjadi padang rumput yang produktif setelah defisiensi mineral makro dan mikro dilakukan koreksi melalui pemupukan hara makro dan mikro yang diikuti dengan pembuatan irigasi. Padahal kualitas savana di Indonesia Timur masih lebih baik dari wilayah Australia Utara yang sekarang menjadi salah satu lumbung ternak sapi dunia (Sutanto, 2000). Tiga unsur hara penting tanaman yaitu N, P, K berperan dalam proses penyerapan dengan melibatkan aktifitas mikroba. Hara N tersedia melimpah di udara, kurang lebih 74 % kandungan udara adalah N, namun N udara tidak dapat langsung dimanfaatkan tanaman. N harus ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya menjadi teresdia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dan ada pula yang hidup bebeas, mikroba penambat N simbiotik antara lain Rhizobium sp yang hidup didalam bintil akar tanaman leguminosa sedangkan mikroba penambat N non simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman (Isroi, 2004). Peranan utama N bagi tanaman untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, daun dan selain itu N pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lain N adalah membentuk protein, lemak, dan beberapa persenyawaan organik lainnya. Gejala yang timbul bila tanaman kekurangan N adalah tanaman tampak hitam, daun
bagian bawah menguning, mengering sampai berwarna coklat muda, batang pendek dan lemah (Harsono, 2006). Unsur P bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar khususnya akar benih dan tanaman muda, selain itu berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan pernapasan serta mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah. Fungsi utama K ialah membantu pembentukan protein dan karbohidrat. K pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. K merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit (Harsono, 2006).. Rumput gajah berasal dari Afrika Tropik, rumput ini berumur panjang, tumbuh vertical membentuk rumpun, daun lebat dan mencapai 2 sampai 5 meter, produksi ratarata 250 ton/Ha/tahun dan cocok sebagai nahan silage dan sebagai rumput potongan atau gembala (Poniman dan Mujiono, 2004). Rumput gajah dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian 0 s.d 3000 meter diatas permukaan laut dengan curah hujan 1000 mm/tahun. Tumbuh paling baik pada tanah yang berat dengan kemampuan menahan air tinggi, produksi hijauan mencapai 270 ton/Ha di daerah basah dengan irigasi baik per tahun (Reksohadiprodjo, 1985). Lebih lanjut Poniman dan Mujiono (2004) menyatakan bahwa rumput gajah akan tumbuh dengan baik bila kondisi yang dikehendaki terpenuhi seperti kesuburan tanah, sumber air dan iklim. Kesuburan tanah tidak ada artinya bila sumber air dan iklim tidak terpenuhi. Di daerah tropis seperti Indonesia, dengan tingginya curah hujan dan intensitas sinar matahari, pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan daerah subtropis. Waktu pemotongan rumput gajah sangat berpengaruh terhadap produksi, pe,otongan bertujuan untuk menyamaratakan pertumbuhan, memperbanyak tunas baru dan meningkatkan produksi. Pemotongan pertama kali setelah penanaman baik dilakukan pada umur 50 sampai dengan 60 hari atau setelah mencapai tinggi 1 meter dengan menyisakan batang 10 cm dari tanah. Pemotongan yang optimal dilakukan pada saat rumput gajah telah mencapai tinggi 1 meter menjelang berbunga (Poniman dan Mujiono, 2004). Permasalahan dalam penelitian ini adalah : apakah ada pengaruh penggunaan PLC dan berapa dosis penggunaan PLC yang terbaik terhadap pertumbuhan (tinggi rumput,
jumlah anakan, panjang daun) dan kadar BK, BO, PK rumput gajah. Sedangkan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui level penggunaan PLC yang terbaik untuk menghasilkan pertumbuhan (tinggi rumput, jumlah anakan, panjang daun) dan kadar BK, BO, PK yang tinggi untuk memenuhi sebagian kebutuhan hijauan ternak ruminansia.
METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Lahan Desa Ampeldento Kec. Karangploso dan Lab. Nutrisi dan Makanan Ternak Fapetrik UMM pada bulan Nopember 2007 sampai Pebruari 2008. Materi penelitian meliputi : lahan HMT, pupuk organik (kandang), bibit rumput gajah varitas Afrika. Pupuk cair yang digunakan adalah PLC yang diproduksi oleh C.V. Sila Argo Utama Jakarta. Alat-alat yang digunakan : seperangkat alat analisa proksimat, oven timbangan Ohause Produksi Forham Park USA kapasitas 2160 gram dengan kepekaan 0.1 gram, meteran, cangkul, sprayer, arit. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan yang diulang 3 kali. Perlakuan-perlakuan tersebut sebagai berikut : P0 = Tanpa pupuk dasar + Tanpa PLC, P1 = Pupuk dasar + tanpa PLC, P2 = Pupuk dasar + PLC 1 ml / liter air, P3 = Pupuk dasar + PLC 2 ml / liter air, P4 = Pupuk dasar + PLC 3 ml / liter air, P5 = Pupuk dasar + PLC 4 ml / liter air, Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kandang sebanyak 12 kg/bedengan. Masing-masing perlakuan disemprotkan pada daun dan seluruh bagian tanaman dengan selang waktu 1 kali 2 minggu selama penelitian. Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi : 1. Tinggi rumput gajah adalah batang rumput gajah tertinggi dalam satu rumpun mulai dari permukaan tanah sampai ketiak daun paling tinggi. 2. Jumlah anakan adalah dihitung jumlah anakan rumput gajah per rumpun. 3. Panjang daun adalah jarak antara ketiak daun dengan ujung daun rumput gajah yang telah mengalami pertumbuhan/perkembangan sempurna. 4. Bahan Kering adalah semua kandungan nutrisi dalam suatu bahan pakan kecuali air. Bahan pakan dikeringkan pada suhu 105 o C selama kurang lebih 4 jam sehingga air menguap seluruhnya.
5. Bahan Organik adalah : Kandungan bahan kering pakan kecuali Abu. Bahan kering pakan dibakar pada suhu 550 o C selama kurang lebih 12 jam. 6. Protein adalah Substansi organik mirip lemak maupun KH dalam hal kandungan unsur C, H, O tetapi semua protein mengandung unsur N kadang-kadang S dan P. Penentuan kadar Protein Kasar dilakukan dengan menggunakan Metode Kjedahl. Pelaksanaan penelitian meliputi kegiatan pernyiapan lahan percobaan, membuat bedengan ukuran 2 m x 2 m sebanyak 15 unit bedengan, pemberian pupuk dasar (pupuk organik) 12 kg/bedengan, pengadaan PLC “Solid” dan pengadaan bibit rumput gajah. Selanjutnya menanam anakan rumput gajah dengan jarak tanaman 70 cm x 70 cm atau 9 pohon per bedengan. Melakukan perawatan, penyiraman, secara rutin hingga umur sekitar 60 hari siap panen. Mengukur pertumbuhan : tinggi tanaman, jumlah anakan dan panjang daun diukur 1 kali dalam seminggu. Memanen rumput menjelang rumput gajah berbunga. Pemanenen dilakukan secara total untuk mengukur produksi rumput gajah dalam keadaan segar dengan jarak pemotongan dari permukaan tanah sekitar 10 cm, tiaptiap unit percobaan ditimbang produksinya. Mengambil sampel rumput gajah tiap unit percobaan sekitar 250 gram kemudian dimasukkan dalam kantong plastik untuk menghindari penguapan kemudian
melakukan analisa kandungan BK, BO dan PK
dengan mengikuti prosedur analisa proksimat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah milik Bapak Timin di dusun Kasin Desa Ampeldento Kecamatan Karangploso Kabupaten Madang. Berdasarkan topografi wilayah desa tempat penelitian terletak pada ketinggian sekitar 250 s.d. 350 meter dpl dengan suhu lingkungan berkisar 22.54
o
C sampai 31.12 oC dengan rata-rata suhu
harian 26.32 o C, kelembaban relatif 75.44 % dengan kisaran 56 % sampai 90 % dengan curah hujan rata-rata sekitar 1000 mm per tahun (Potensi desa Ampeldento, 2007). Berdasarkan kondisi suhu di atas menunjukkan bahwa desa Ampeldento merupakan daerah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan rumput gajah. Anonim (2007b) menyatakan bahwa rumput gajah dapat tumbuh mulai dari dataran
rendah sampai dataran tinggi dari 0 s.d. 3000 meter dpl. Ketinggian tempat tumbuh menjadi salah satu faktor yang menentukan kandungan nutrisi rumput gajah. Lebih lanjut dijelaskan bahwa jenis tanah yang dapat ditumbuhi rumput gajah sangat luas mulai dari struktur ringan, sedang sampai berat dan rumput gajah agak toleran terhadap tanah asam dan alkalis serta bisa tumbuh baik pada tanah yang asin. Sistem irigasi di desa ampledento bersifat teknis sehingga air untuk kebutuhan tanaman pertanian tersedia sepanjang tahun. Oleh karena itu dengan curah hujan yang ada sepanjang tahun sekitar 1000 mm/tahun rumput gajah yang ada di desa Ampeldento dapat tumbuh normal tanpa membutuhkan irigasi teknis. Namun demikian pada kondisi tertentu terutama pada awal penanaman rumput gajah yang ditanam pada musim kemarau tetap membutuhkan pengairan.
Rumput gajah berumur panjang dan
pertumbuhan sangat cepat dan waktu masih muda nilai nutrisinya cukup tinggi bila didukung oleh tingkat kesuburan tanah dan persediaan air yang cukup, oleh karena itu maka dianjurkan untuk melakukan pemotongan pada saat tanaman itu masih muda (menjelang berbunga). Rumput gajah membutuhkan unsur hara dalam tanah dalam jumlah yang cukup dan cepat maka tanah dianjurkan untuk selalu dipupuk secara periodek.
Panjang Daun Rumput Gajah Produktifitas suatu lahan HMT merupakan hasil interaksi dari faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman pada lahan HMT tersebut. Untuk mengusahakan lahan HMT yang efisien perlu memperhatikan habitat dari rumput yang akan ditanam, reaksinya terhadap jenis tanah, dalamnya lapisan olah tanah, drainase, kadar air dan keadaan unsur hara tanah (Sutanto dan Subagyo, 2000). Respon rumput gajah sebagai akibat dari penggunaan pupuk lengkap cair (PLC) terhadap pertambahan panjang daun rumput selama penelitian disajikan pada Tabel 4.1. berikut ini.
Tabel 4.1.Rataan Pertambahan Panjang Daun Rumput Gajah (cm)Tiap Minggu Selama Penelitian Perlakuan Ulangan
P0
P1
P2
P3
P4
P5
1
3.97
5.06
4.70
4.78
6.06
3.42
2
3.97
4.41
3.25
4.00
5.06
5.67
3
3.50
4.06
6.00
3.53
4.33
4.67
Total
11.44
13.53
13.95
12.31
15.45
13.76
Rataan
3.81
a
4.51
a
4.65
a
4.11
a
5.15
a
4.59
a
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda Nyata ( P<0.05) Data pada Tabel 4.1. menunjukkan bahwa pertambahan panjang daun tertinggi secara kuantitatif dicapai pada penggunaan PLC 3 ml/liter air (P4). Namun demikian berdasarkan hasil Analisa Variansi (ANAVA), penggunaan PLC sampai pada tingkat 4 ml/liter air tidak berbeda nyata (P > 0.05). Hal ini disebabkan oleh kebutuhan nitrogen rumput gajah yang belum terpenuhi secara optimal sebagai akibat dari penggunaan pupuk kimia dalam jangka panjang sehingga penggunaaan PLC belum menunjukkan hasil yang maksimal. Penggunaan urea rumput gajah oleh petani umumnya 250 kg /Ha atau setara 115 kg nitrogen/ha atau 11.5 gram/meter persegi. Unsur hara nitrogen yang bersumber dari PLC sangat bermanfat bagi HMT untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu nitrogenpun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis serta membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya (Harsono, 2006).
Tinggi Rumput Gajah Pupuk organik merupakan sumber hara bagi tanaman dan tanah, selain mengandung hara N, P dan K juga mengandung 16 macam unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk organik merangsang kegiatan cacing tanah dan mikro-organisme yang lain yang menyebabkan tanah menjadi berpori dan kesuburan meningkat, karena tanah lebih subur maka udara, air dan sinar matahari mampu
menembus tanah lebih dalam sehingga terjadi keseimbangan lengas dan temperatur yang lebih baik serta hama dan penyakit tanaman dapat terkendali (Harsono, 2006). Unsur Nitrogen sangat diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhan daun, akar ataupun batang muda sehingga tanaman HMT menjadi tumbuh cepat dengan indikator yang diukur yaitu pertambahan tinggi tanaman dalam satuan waktu tertentu. Respon rumput gajah sebagai akibat dari penggunaan pupuk lengkap cair (PLC) terhadap pertambahan tinggi rumput gajah selama penelitian disajikan pada Tabel 4.2. berikut ini. Tabel 4.2.Rataan Pertambahan Tinggi Rumput Gajah (cm)Tiap Minggu Selama Penelitian Perlakuan Ulangan
P0
P1
P2
P3
P4
P5
1
17.70
17.30
18.30
15.91
18.91
20.78
2
14.30
15.96
15.33
16.78
20.83
24.19
3
16.65
18.43
18.83
18.17
15.04
20.27
Total
48.65
51.69
52.46
50.86
54.78
65.24
Rataan
16.22
a
17.21
a
17.49
a
16.95
a
18.26
a
21.75
a
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda Nyata ( P<0.05) Data pada Tabel 4.2. menunjukkan bahwa rataan pertambahan tinggi tertinggi secara kuantitatif dicapai pada penggunaan PLC 4 ml/liter air (P5). Namun demikian berdasarkan hasil Analisa Variansi (ANAVA), penggunaan PLC sampai pada tingkat 4 ml/liter air tidak berbeda nyata (P > 0.05). Hal ini disebabkan oleh kebutuhan nitrogen rumput gajah yang siap diserap dalam tanah belum terpenuhi secara optimal sebagai akibat dari penggunaan pupuk kimia dalam jangka panjang sehingga penggunaaan PLC belum menunjukkan hasil yang maksimal. Hal ini didukung oleh Harsono (2006) bahwa penggunaaan pupuk kimia menyebabkan unsur hara segera mengalami perlindian ke bawah dan apabila penyiraman terbatas atau curah hujan rendah maka menyebabkan tanaman terpengaruh oleh pupuk yang tidak larut. Unsur hara Nitrogen yang diberikan dalam percobaan ini yang bersumber dari pupuk kandang sebesar 12 gram/meter persegi dan dengan pemberian PLC 4 ml/liter air
(P5) yang disemprotkan sebanyak 0.5 liter campuran/meter persegi selama 5 kali atau setara 0.138 ml Nitrogen/meter persegi sedangkan penggunaan urea rumput gajah oleh petani 11.5 gram/meter persegi, namun demikian unsur hara Nitrogen yang bersumber dari pupuk kandang tidak seluruhnya digunakan untuk pertumbuhan melainkan juga digunakan untuk memperbaiki struktur dan aerase tanah yang telah mengalami pemiskinan oleh pupuk kimia. Sedangkan unsur hara nitrogen yang bersumber dari PLC bermanfat bagi rumput gajah untuk merangsang pertumbuhan khususnya batang, cabang dan daun sehingga menambah tinggi tanaman dengan cepat. Jumlah Anakan Rumput Gajah Kelengkapan unsur hara tanah merupakan kebutuhan mutlak bagi rumput gajah untuk dapat hidup subur karena sejak awal pertumbuhan telah tergantung pada peranan sejumlah hara. Ketersediaan hara yang cukup dan seimbang memberi peluang bagi kelangsungan hidup tanaman untuk tumbuh dan berkembang termasuk didalamnya adalah pertambahan jumlah anakan dari tanaman (Poerwowidodo, 1992). Respon rumput gajah sebagai akibat dari penggunaan pupuk lengkap cair (PLC) terhadap pertambahan jumlah anakan rumput selama penelitian disajikan pada Tabel 4.3. berikut ini. Tabel 4.3.Rataan Pertambahan Jumlah Anakan Rumput Gajah Tiap Minggu Selama Penelitian Perlakuan Ulangan
P0
P1
P2
P3
P4
P5
1
0.56
0.91
1.44
1.07
1.39
0.84
2
1.03
0.58
0.62
1.36
0.80
1.36
3
1.00
1.44
0.96
0.98
0.98
1.38
Total
2.59
2.93
3.02
3.41
3.17
3.58
Rataan
0.86
a
0.98
a
1.01
a
1.14
a
1.06
a
1.19
a
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda Nyata ( P<0.05) Data pada Tabel 4.3. menunjukkan bahwa rataan pertambahan jumlah anakan terbanyak secara kuantitatif dicapai pada penggunaan PLC 4 ml/liter air.
Namun
demikian berdasarkan hasil Analisa Variansi (ANAVA), penggunaan PLC sampai pada tingkat 4 ml/liter air tidak berbeda nyata (P > 0.05). Hal ini disebabkan oleh kebutuhan Nitrogen dan Fosfor rumput gajah yang belum terpenuhi secara optimal sebagai akibat dari penggunaan pupuk kimia dalam jangka panjang sehingga penggunaaan PLC belum menunjukkan hasil yang maksimal. Penggunaan pupuk urea dan TSP untuk rumput gajah oleh petani umumnya masing-masing 150 kg /Ha dan 50 kg/Ha atau setara 69 kg nitrogen/ha atau 6.9 gram nitrogen/meter persegi. Unsur hara nitrogen dan fosfor yang bersumber dari PLC sangat bermanfat bagi HMT untuk merangsang pertumbuhan dimana nitrogen berperan terhadap pertumbuhan batang, cabang dan daun sedangkan fosfor berperan penting untuk merangsang pertumbuhan akar khususnya akar dari benih dan anakan (tanaman muda), selain itu fosfor berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan pernapasan serta mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah tanaman (Harsono, 2006). Berat Segar Rumput Gajah Rumput gajah merupakan tanaman hijauan utama pakan ternak. Nilai pakan rumput gajah dipengaruhi oleh jumlah daun, jumlah batang dan umurnya (Anonimous, 2005). Untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan ketahanan yang baik, rumput ini ditanam dengan pengairan yang teratur dan pemupukan yang cukup, serta pemupukan yang banyak diterapkan biasanya bila rumput sering dipanen/dipotong. Penggunaan PLC dalam percobaan ini adalah untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah yang terlampau rendah akibat pemupukan kimia dalam jangka panjang, sekaligus menjamin pertumbuhan rumput gajah yang optimal.
Salah satu masalah
mendasar yang sering ditemui ketika menerapkan pertanian organik adalah kandungan bahan organik tanah dan status hara tanah yang rendah dan untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman, petani organik umumnya mengandalkan kompos/pupuk organik sebagai sumber utama nutrisi tanaman. Respon rumput gajah sebagai akibat dari penggunaan PLC terhadap produksi berat segar rumput selama penelitian disajikan pada Tabel 4.4. berikut ini.
Tabel 4.4. Hasil Penimbangan Berat Segar Rumput Gajah (kg) Hasil Penelitian Perlakuan Ulangan
P0
P1
P2
P3
P4
P5
1
6.3
6.8
8.4
8.2
8.6
9.9
2
7.9
7.8
8.1
8.7
7.6
13.3
3
6.7
8.1
7.5
7.4
9.8
10.1
Total
20.9
22.7
24.00
24.3
26.00
33.30
Rataan
6.97
a
7.57
a
8.00
a
8.10
a
8.67
a
11.10
b
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda Nyata ( P<0.05) Data pada Tabel 4.4. menunjukkan bahwa rataan produksi berat segar rumput gajah dari P0 sampai P4 terus meningkat dan dari P4 ke P5 mengalami peningkatan yang tinggi. Selanjutnya setelah dilakukan ANAVA, penggunaan PLC berbeda nyata (P < 0.05) terhadap produksi berat segar rumput gajah dengan perlakuan terbaik yaitu penggunaan PLC 4 ml/liter air. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan rumput gajah akan Nitrogen dan Fosfor telah terpenuhi secara optimal baik yang bersumber dari pupuk kandang maupun PLC. Penggunaan urea rumput gajah oleh petani umumnya 250 kg /Ha atau setara 115 kg nitrogen/ha atau 11.5 gram/meter persegi sedangkan Nitrogen yang bersumber dari pemberian pupuk kandang sekitar 12 gram/meter persegi ditambah dengan PLC 2 ml/meter persegi sebagai perlakuan. Meningkatnya produksi berat segar rumput gajah dari PO ke P5 sekitar 4 kg secara ekonomi menguntungkan peternak, dengan asumsi bila bila 1 kg rumput gajah Rp. 300.- artinya penerimaan petani betambahan Rp. 1.200.- sedangkan PLC yang dibutuhkan selama penanaman sampai panen hanya sekitar Rp. 800.- yang berarti ada tambahan penghasilan dari rumput sebesar Rp. 400.- / bedengan. Disamping itu penggunaan pupuk kimia yang selama ini dilakukan petani telah menciptakan tanah pertanian miskin akan unsur hara.
Hal tersebut timbul karena
sebagian besar pupuk kimia yang diberikan ke tanah untuk tanaman terbuang oleh proses pencucian, penguapan dan fiksasi, oleh karena itu apabila bahan organik tanah ditingkatkan, maka efisiensi penyediaan unsur hara dapat ditingkatkan (Goenadi, 1999).
Produksi berat segar rumput gajah hasil penelitian ini merupakan akumulasi dari 3 variabel sebelumnya yaitu pertambahan jumlah daun, pertambahan tinggi tanaman dan pertambahan jumlah anakan, yang secara kuantitatif mengalami peningkatan dari P0 sampai ke P5, sehingga memberikan pengaruh yang signifikan pada penggunaan PLC yang paling tinggi yaitu 4 ml/liter air. Pertumbuhan optimal sangat dibutuhkan nsur hara Nitrogen dan Fosfor. Begitu besarnya peranan Nitrogen bagi tanaman, maka penyediaannya sangat diperhatikan sekali.
Sumber Nitrogen utama tanah adalah dari bahan organik melalui proses
mineralisasi NH4+ dan NO3- , selain itu Nitrogen dapat bersumber dari atmosfir 78 % NV melalui curah hujan ( 8 – 10 % Nitrogen tanah), fiksasi oleh mikroorganisme tanah baik secara simbiosis dengan tanaman maupun hidup bebas (Mukhlis dan Fauzi, 2003).
Kadar Bahan Kering Rumput Gajah Kandungan suatu bahan pakan harus diketahui secara tepat, karena ternak akan kenyang oleh bahan kering bukan oleh air. Berdasarkan hasil penelitian di beberapa tempat menunjukkan bahwa bakan kering rumput gajah sangat bervariasi antara lain : Rukmana (2005), bahan kering rumput gajah 19.5 %, Hartadi (1997) bahan kering rumput gajah 18 % dan Deptan INTP IPB 2005 bahan kering rumput gajah 21.3 %. Respon rumput gajah sebagai akibat dari penggunaan pupuk lengkap cair (PLC) terhadap kadar bahan kering rumput hasil penelitian disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5.Kandungan Bahan Kering Rumput Gajah (%) Hasil Penelitian Perlakuan Ulangan
P0
P1
P2
P3
P4
P5
1
18.20
23.10
18.75
24.12
23.16
20.93
2
15.85
16.58
19.70
18.75
20.78
21.09
3
20.20
17.02
21.15
21.82
20.59
23.55
Total
54.25
56.70
59.60
64.69
64.53
65.57
Rataan
18.08
a
18.90
a
19.87
a
21.56
a
21.51
a
21.86
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda Nyata ( P<0.05)
a
Data pada Tabel 4.5. menunjukkan bahwa rataan kadar bahan kering rumput gajah dari P0 sampai P5 secara kuantitatif terus meningkat namun setelah dilakukan ANAVA, penggunaan PLC tidak berbeda nyata (P > 0.05) terhadap kadar bahan kering rumput gajah. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaaan PLC dalam level yang masih rendah untuk memenuhi kebutuhan rumput gajah akan unsur hara yang diperlukan untuk meningkatkan kadar bahan kering. Secara umum semua unsur hara yang terkandung dalam PLC berperan dalam meningkatkan kadar bahan kering rumput gajah. Selain dari Nitrogen dan Fosfor yang secara langsung berperan untuk meningkatkan pertumbuhan rumput gajah, Kalium berperan membantu pembentukan protein dan karbohidtar, memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak gugur dan kalium berperan sebagai sumber kekuatan bagi tanaman untuk menghadapi kekeringan dan penyakit disamping itu Kalsium berperan mengeraskan batang tanaman agar tidak mudah roboh dan menetralisir senyawa yang tidak menguntungkan pada tanah disamping itu yang tidak kalah pentingnya adalah peran dari Klor yang berfungsi memperbaiki dan meningkatkan kadar bahan kering tanaman (Harsono, 2006). Kadar Bahan Organik Rumput Gajah Bahan organik adalah zat-zat yang terkandung dalam bahan makanan selain mineral (abu), yang didapatkan dengan mengurangi bahan kering dengan kandungan zat abu setelah ditanur. Zat-zat organik sangat esensial bagi tubuh, karena zat-zat utama yang diperlukan oleh tubuh seperti protein, lemak, karbohidrat dan vitamin (Tillman dan Soebarinoto, 1989). Analisa bahan organik pakan yaitu dengan pembakaran pada tanur dengan suhu 600
o
C, materi yang tertinggal adalah mineral atau abu sedangkan materi yang hilang
diasumsikan bahan organik. Untuk mengetahui respon rumput gajah sebagai akibat dari penggunaan pupuk lengkap cair (PLC) terhadap kadar bahan organik rumput gajah selama penelitian disajikan pada Tabel 4.6. berikut ini.
Tabel 4.6. Kandungan Bahan Organik Rumput Gajah (%) Hasil Penelitian Perlakuan Ulangan
P0
P1
P2
P3
P4
P5
1
84.92
84.95
85.23
86.15
85.77
86.11
2
85.13
85.08
85.17
84.97
86.53
86.21
3
85.07
85.48
85.44
87.06
86.24
86.25
Total
255.12
255.51
255.84
258.18
258.54
258.57
Rataan
85.04
bc
86.18c
86.19
a
ab
85.17
abc
85.28
86.06
c
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda Nyata ( P<0.05) Data pada Tabel 4.6. menunjukkan bahwa rataan kadar bahan organik rumput gajah dari P0 sampai P2 terus meningkat secara kuantitatif tetapi tidak berbeda nyata berdasarkan ANAVA. Demikian juga dari P2 ke P3. Tetapi dari P3 sampai P5 secara kuantitatif mengalami peningkatan yang kecil sehingga setelah diuji dengan ANAVA tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan rumput gajah akan unsur hara yang tersedia dari PLC semakin terpenuhi dengan peningkatan konsentrasi PLC yang menyebabkan terjadinya perlambatan peningkatan kadar bahan organik rumput gajah. Meningkatnya secara nyata kandungan bahan organik dari P0 ke P5 menunjukkan bahwa pemberian PLC memberikan dampak menguntungkan bagi perbaikan nutrisi rumput gajah yang akhirnya dapat meningkatkan produksi susu pada sapi perah dan produksi daging serta pertambahan bobot badan pada sapi potong. Disamping itu penggunaan pupuk kimia yang selama ini dilakukan petani telah menciptakan tanah pertanian miskin akan unsur hara.
Hal tersebut timbul karena
sebagian besar pupuk kimia yang diberikan ke tanah untuk tanaman terbuang oleh proses pencucian, penguapan dan fiksasi, oleh karena itu apabila bahan organik tanah ditingkatkan, maka efisiensi penyediaan unsur hara dapat ditingkatkan (Goenadi, 1999). Penggunaan PLC berpengaruh pada sifat fisik, kimia, biologi tanah.
Bahan
organik memainkan peranan penting di tanah, sebab berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Melalui penelitian ditemukan bahwa beberapa zat tumbuh dan vitamin dapat diserap langsung dari bahan organik dan dapat merangsang pertumbuhan
tanaman. Penggunaan PLC sebagai pupuk organik dalam tanah akan menambah unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman sehingga efisiensi nutrisi tanaman meningkat. Menurut Isroi (2008), bahwa efisiensi tanaman yang meningkat akibat dari pemupukan organik akan meningkatkan produksi bahan organik tanaman saat panen.
Kadar Protein Kasar Rumput Gajah Kualitas rumput gajah yang dibudidayakan ditentukan oleh nilai nutrisi atau produksinya. Nilai nutrisi rumput ditentukan oleh tinggi rendahnya kadar protein. Di daerah tropis seperti Indonesia yang curah hujannya tinggi dan intensitas matahari yang tinggi maka pertumbuhan tanaman akan lebih cepat dibandingkan dengan daerah sub tropis (Anonimous, 2007b). Protein merupakan salah satu bahan organik dari bahan pakan. PLC yang digunakan dalam percobaan ini bertujuan untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah yang terlampau rendah akibat pemupukan kimia dalam jangka panjang, sekaligus menjamin pertumbuhan rumput gajah yang optimal terutama untuk mendapatkan peningkatan kadar protein kasar yang diperlukan untuk produktifitas sapi perah yang lebih baik. Untuk mengetahui respon rumput gajah sebagai akibat dari penggunaan pupuk lengkap cair (PLC) terhadap kadar protein k`sar disajikan pada Tabel 4.7. berikut ini. Tabel 4.7. Kandungan Protein Kasar Rumput Gajah (% Hasil Penelitian Perlakuan Ulangan
P0
P1
P2
P3
P4
P5
1
4.28
4.22
4.28
4.79
4.68
4.30
2
3.38
4.31
3.91
5.07
4.65
4.77
3
3.92
3.55
4.11
3.83
4.58
5.08
Total
11.58
12.08
12.30
13.69
13.91
14.15
Rataan
3.86
a
4.03
a
4.10
a
4.56
a
4.64
a
4.72
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda Nyata ( P<0.05)
a
Data pada Tabel 4.7. menunjukkan bahwa rataan kadar protein kasar rumput gajah dari P0 sampai P5 secara kuantitatif terus meningkat, akan tetapi setelah dilakukan ANAVA, penggunaan PLC tidak berbeda nyata (P > 0.05) terhadap kadar protein kasar rumput gajah. Hasil penelitian di atas tergolong cukup rendah dibandingkan dengan kandungan protein dari sumber lain yang berkisar 7.6 %, walaupun kebutuhan akan hara yang tersedia dari PLC sudah optimal, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : 1) unsur hara tanah percobaan yang telah miskin akibat dari penggunaan pupuk kimia dalam jangka panjang dan berlebihan menyebabkan tanah semakin keras, permukaan semakin dangkal, aerasi buruk, mikroorganisme yang menguntungkan terganggu, efisienesi pupuk rendah, struktur fisik, kima, biologi tanah buruk, terjadi keracunan tanah akibat timbulnya unsur tertentu, serta perlu dosis pupuk yang lebih tinggi (Harsono, 2006); 2) terjadinya penumpukan residu pupuk kimia yang sulit terurai akibat tidak dapat dimanfaatkan oleh tanama; 3) pupuk organik yang diberikan belum dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara optimal karena sebagian unsur hara digunakan untuk mengembalikan kesuburan tanah melalui reaktifasi mikroba-mikroba tanah yang berperan didalam penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi tanah (Goenadi, 1999). Kadar protein kasar hasil penelitian yang terus meingakt walaupun tidak signifikan menunjukkan bahwa PLC telah bekerja cukup optimal menyediakan unsur hara bagi tanah maupun perbaikan struktur tanah. Hara N melimpah di udara sekitar 74 %, namun tidak langsung diserap tanaman, oleh karena itu N difiksasi oleh mikroba tanah dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman (Isroi, 2008). Unsur-unsur hara penting dalam PLC yang berperan dalam pembentukan protein kasar rumput gajah yaitu N, P, K dan S. Peran pupuk organik yang lain dalam penyediaan unsur hara yaitu mengaktifkan mikroba pelarut P dan K. Tanah yang lama diberi TSP / SP 36 umumnya kandungan P cukup tinggi, namun hara P ini tidak tersedia bagi tanaman karena terikat pada mineral liat tanah yang sukar larut.
KESIMPULAN DAN SARAN Penggunaan PLC dengan level 4 ml/liter dapat meningkatkan produksi berat segar dan kadar bahan organik tetapi belum meningkatkan tinggi rumput, panjang daun, jumlah anakan, bahan kering dan protein kasar rumput gajah.
Perlu melakukan
penelitian lanjutan dengan menggunakan varitas rumput gajah yang berbeda serta untuk mendapatkan produksi berat segar dan kadar bahan organik yang tinggi, peternak diharapkan menggunakan PLC 4 ml/liter dengan penyemprotan 1 kali dalam 2 minggu. DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 2007a. Pupuk Lengkap Cair “ Solid“ CV. Sila Argo Utama. Jakarta. Anonymous, 2007b. Rumput Gajah CV. Hawai. Litbang Deptan. Jakarta. Chuzaemi S. dan Hartutik, 1991. Ilmu Makanan Ternak Khusus Ruminansia.NUFFIC Universitas Brawijaya. Malang. Gaspersz V., 1994. Metode Perancangan Percobaan. Armico Bandung. Goenadi D.H., 1999. Efisiensi Pemupukan Tanaman Perkebunan Melalui Aplikasi Biofertilizer dan Kompos Bioaktif. Pontianak. Kalimantan Barat Harsono S., 2006. Amazing Bio-Growth. Tulungagung. --------------, 1997. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. UGM Press. Yokyakarta. Isroi, 2004. Bioteknologi Mikroba Untuk Pertanian Organik. Balai Penelitian Biteknologi Perkebunan Indonesia. Lembaga Riset Perkebunan. Indonesia. Mukhlis dan Fauzi, 2003. Pergerakan Unsur Hara Nitrogen Dalam Tanah. USU. Medan. Poerwowidodo, 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung. Poniman dan Mujiono, 2004. Bertanam Rumput Gajah. Balai Pustaka. Jakarta. Siregar S.B., 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta. Sutanto H., dan Subagyo, 2000. ILmu Tanaman Makanan Ternak.Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang Tillman A.D. dan Soebarinoto, 1989. Ilmu Gizi Ruminansia. Animal Husbandry Project. Univeritas Brawijaya. Malang.