Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 2 : 372-378 (Juli 2016)
ISSN 0852 -2626
PENGGUNAAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)TERFERMENTASI DALAM RANSUM ITIK TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK Ronald Rompas, B Tulung, J. S. Mandey*, M. Regar Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi, 95115 Kata kunci :Eceng gondok terfermentasi, kecernaan, bahan kering, bahan organic
ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui sejauhmana penggunaan eceng gondok (eichhornia crassipes)terfermentasi (EGT) dalam ransum itik terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik.Penelitian dilaksanakan selama 3(tiga) minggudengan menggunakan 20 ekor itik Mojosari-Alabio (MA), umur 8 minggu. Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari5 perlakuan dan 4 ulangan.Perlakuan terdiri atas R0 (0% EGT), R1(10% EGT), R2 (20% EGT), R3 (30% EGT), R4 (40% EGT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik. Hasil uji lanjut dengan uji beda nyata jujur (BNJ) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada kecernaan bahan kering antara perlakuan R0 (70,86%), R1 (71,08%), R2 (70,47%), dan R4 (69,47%). Perlakuan R3 nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan R4, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan R0 dan R1. Hasil uji BNJ terhadapkecernaan bahan organik menunjukkan bahwa perlakuan R3 (76.27) tidak berbeda nyata dengan perlakuan R0 (75,30%), R1 (75,43%), dan R2 (75,17%, namun nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan R4 (74,13%). Sementara untuk perlakuan R0, R1, R2, dan R4 tidak terdapat perbedaan.Dapat disimpulkan bahwa eceng gondok terfermentasi dapat digunakansampai level 30% dalam pakan itik menggantikan dedak halus.
ABSTRACT UTILIZATION OF FERMENTED WATER HYACINTH (Eichhornia crassipes) IN DUCK DIETS ON DRY MATTER AND ORGANIC MATTER DIGESTIBILITY.The study aimed to determine the use of fermented water hyacinth (Eichhornia crassipes) (FWH) in duck dietson dry matter and organic matter digestibility. This study was carried out for three weeks using 20 crossbred ducks of Mojosari and Alabio (MA), 8 weeks of age. This study was conducted using a completely randomized design with 5 treatments and 4 replications. The treatments were R0 (0% FWH), R1 (10% FWH), R2 (20% FWH), R3 (30% FWH), R4 (40% FWH). Results showed that treatments was highly significant (P<0.01) affectedto dry matter and organic matter digestibility. Honestly significant difference test (HSD) on dry matter digestibility showed that there were no significant between treatment R0 (70.85%), R1 (71.08%), R2 (70,47%) and R4 (69.47%). The R3 diet was significantly higher than R4, but was not significantlydifferentbetween R0 and R1. The HSDtest on organic matter digestibility showed that there was no significant difference between R3 (76 27) and R0 (75.30%), R1 (75.43%) and R2 (775,17%), but R3 was significantly higher than R4 (74.13%). There were no significant differencebetween R0, R1, R2, and R4 diets. It can be concluded that fermented water hyacinth reach can be used till 30% in duck diet substituted to rice bran. Keywords:Fermented water hyacinth, Digestibility,Dry matter, Organic matter
*Korespondensi (corresponding Author) Email:
[email protected] 372
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 2 : 372-378 (Juli 2016)
PENDAHULUAN
ISSN 0852 -2626
melakukan pencarian dan pemanfaatan satu
bahan alternatif dari bahanin konvensional.
komoditi bidang peternakan yang berperan
Eceng gondok merupakan salah satu
Ternak
sebagai
itik
adalah
penghasil
salah
daging
bahan
dan
inkonvensional
yang
telur.Pengembangan usaha peternakan itik
dimanfaatkan
terkendalapenyediaan
alternatif.Tanaman ini dianggap sebagai
berkualitas,terlebih
dalam
stabilitas
usaha
berkualitas
sangat
menunjang
pakan
tanaman
menjaga
produktivitas
yang
perairan.Menurut
peternakan.Pakan dibutuhkan
sebagai
dapat pakan
mengganggu
Bates
dan
Hentges
(1976) produksi eceng gondok mencapai
guna
168ton/Ha/tahun.Pemanfaatan
ternak,
eceng
khususnya untuk menunjang ternak yang
gondok sebagai pakan ternak terbatas
sedang berproduksi.
karena
kandungan
nutriennya
yang
Penyediaan bahan pakan berkualitas
rendah.Oleh karena itu, melalui penerapan
selama ini bersumber dari pemanfaatan
teknologi fermentasi, pemanfaatan eceng
bahan
dalam
gondok pada ternak itikakanlebih baik
beberapa
karena terjadi perbaikankandungan nutrien
faktor, yaituketersediaan yang fluktuatif,
secara kualitatif. Komposisi kimia eceng
persaingan
ternak
gondok terfermentasi berdasarkan analisis
monogastrik lainnya serta harga yang tidak
laboratorium Fapet, Universitas Brawijaya
stabil. Seperti halnya dedak halus, yang
(2013), yaitu PK 15,9%; SK 14,63%; Abu
merupakan salah satu bahan yang sering
9,70%; GE 3202 Kkal/kg.
konvensional,
penggunaannya
namun
terkendala
kebutuhan
dengan
Hasil penelitian penggunaan eceng
digunakan sebagai bahan pakan penyusun beberapa
gondok
kelemahan seperti ketersediaanya yang
Tanjung
fluktuatif ditambah lagi penggunaannya
terfermentasi
kini bersaing dengan ternak monogastrik
ransum
lainnya, menjadifaktor penyebab terjadinya
20%.Mangisah, dkk. (2010) melaporkan
kelangkaan bahan serta ketidak stabilan
bahwa penggunaan daun eceng gondok
harga
biaya
fermentasi Aspergillus niger dalam ransum
terjadinya
itik tegal umur 8 minggu meningkatkan
kelangkaan bahan pakan perlu untuk
kecernaan protein kasar, energy metabolis
ransum,namun
bahan.
produksi
serta
memiliki
Untuk
menekan
mengatasi
fermentasi
seperti
(2001)bahwa dapat
broiler
dilaporkan
eceng
digunakan sampai
sejati (TME), dan retensi nitrogen.
373
gondok dalam level
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 2 : 372-378 (Juli 2016)
ISSN 0852 -2626
MATERI DAN METODE
dengan tempat makan dan minumyang
PENELITIAN
ditempatkan dalam ruangan berventilasi
Penelitan ini dilaksanakan selama
dengan pencahayaan yang cukup.Bahan
tiga minggu terhadap ternak itik.Itik yang
pakan yang digunakan sebagai penyusun
digunakan
ransum
adalah
itik
jantan
hasil
dan
komposisi
nutriennya
ransum
perlakuan
persilangan itik Mojosari dan itik Alabio (
sertasusunan
itikMA), yang ditempatkan dalam kandang
sertakomponen
battery sebanyak 20 unit dan setiap unit
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1
diisi 1 ekor itik. Kandang dilengkapi
dan Tabel 2.
zat-zat
Tabel 1. Komposisi Nutrien dan Energi Metabolis Bahan Pakan Penyusun Ransum Komposisi Zat-zat Makanan (%) Bahan Pakan Protein Serat Lemak Ca P Kasar Kasar Jagung Kuning*) 9,42 2,15 5,17 0,22 0,60 Bungkil Kelapa*) 24,7 15,02 9,36 0,68 0,78 tepung kedelai*) 49,0 2,27 8,26 0,11 0,47 *) Tepung Ikan 55,0 0,17 12,10 0,32 0,58 Dedak Halus**) 9,90 12,83 6,06 5,10 2,80 **) EGF 15,9 14,63 2,18 1,43 top mix*) 5,38 1,44 *)
makanan
GE (Kkal/kg) 3977,5 4327,5 4887,5 4335 3100 3202 -
Hasil Analisis Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran (2013) EGF = Eceng gondok fermentasi; Hasil Analisis Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (2013)
**)
Tabel 2. Susunan Bahan Pakan dan Komposisi Nutrien Ransum Perlakuan Perlakuan Bahan Pakan RO R1 R2 Proporsi (%) Jagung Kuning 40 40 40 Bungkil Kelapa 4 4 4 Tepung Kedele 6 6 6 Tepung Ikan 9 9 9 Dedak Halus 40 30 20 EGF 10 20 top mix 1 1 1 Total 100 100 100 Komposisi Nutrien, , Bahan kering, Abu, dan Gross Energy
Bahan Kering (%)* *
Protein (%) Lemak (%)* Serat Kasar (%)*
Ca (%)** P (%)** Abu(%)* GE (Kkal/kg)* *
89.69 17.68 6.40 13.93 0,89 0,86 11.39 3860.20
89.70 18.23 6.39 14.19 1,04 0,91 11.50 3919.83
89.86 18.24 5.81 14.61 1,19 0,98 11.62 4006.95
Hasil Analisis Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang Dihitung Berdasarkan Tabel 1.
**
374
R3
R4
40 4 6 9 10 30 1 100
40 4 6 9 40 1 100
89.65 18.47 5.80 14.87 1,34 1,04 11.80 4061.07
89.75 18.48 5.80 15.30 1,49 1,11 12.13 4147.61
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 2 : 372-378 (Juli 2016)
Perlengkapan
ISSN 0852 -2626
yang
digunakan
adalah
ransum perlakuan dan tahap kedua, yaitu
wadah
penampung
bahan
pengambilan data ekskreta. Tahap pertama,
pakan penyusun ransum, wadah untuk
yaitu tahap adaptasi dilakukan selama 10
mencampur
ransum
hari dimana pakan perlakuan diberikan
perlakuan,kantongplastik
penampung
secara bertahap sampai ransum perlakuan
ransum
penampung
menggantikan ransum yang sebelumnya.
ekskreta,dan alat tulis menulis.Penelitian
Tujuannya ialah untuk menghilangkan
ini
pengaruh
timbangan,
per
dilakukan
perlakuan,
dengan
menggunakan
ransum
sebelumnya
metode eksperimen dengan Rancangan
ternak.Setelah
Acak Lengkap sesuai petunjuk Steel dan
menggantikan
Torrie (1991), terdiri dari 5 perlakuan dan
pemberiannya dilakukan secara adlibitum
4
sampai konsumsi ternak kembali normal.
ulangan.Ransum
perlakuan
yang
diberikan diformulasi sebagai berikut: R0
ransum
pada
ransum
Tahap
kedua
perlakuan sebelumnya,
ini
dilakukan
= 100% dedak halus (40% dalam ransum)
pengumpulan data ekskreta yang dilakukan
+ 0% eceng gondok fermentasi (0% dalam
sejak pukul 07.00 pagi sampai pukul 07.00
ransum); R1 = 75% dedak halus (30%
pagi keesokan harinya. Pengambilan data
dalam ransum) + 25% eceng gondok
sampel
fermentasi (10% dalam ransum); R2 =
menggunakan metode koleksi total dengan
50% dedak halus (20% dalam ransum) +
cara menampung sampel ekskreta dalam
50% eceng gondok fermentasi (20% dalam
wadah
ransum); R3 = 25% dedak halus (10%
penimbangan setiap kali defikasi. Sampel
dalam ransum) + 75% eceng gondok
ekskreta segar dibersihkan, selanjutnya
fermentasi (30% dalam ransum); R4 = 0%
pengeringan
dedak halus (0% dalam ransum) + 100%
mencapai berat kering setelah itu sampel
eceng gondok fermentasi
ditimbang dan dicampur secara komposit
ransum).
Pengaruh
(40% dalam
perlakuan
ransum
ekskreta
dilakukan
penampungan
matahari
dan
dengan
dilakukan
sampai
sampel
untuk masing-masing perlakuan. Ekskreta
percobaan dianalisis keragamannya dan
selanjutnya
selanjutnya
untuk mendapatkan data kandungan bahan
untuk
mengetahui
dianalisis
perbandingan antar perlakuan, analisis
kering dan abu.
dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur
Parameter
(BNJ) sesuai petunjuk Steel dan Torrie
di
laboratorium
Untuk melihat sejauh mana pengaruh
(1991).
penggunaan eceng gondok terfermentasi
Prosedur Penelitian
dalam ransum pada ternak itik diukur dua
Penelitian ini dibagi dalam dua
parameter, yaitu kecernaan bahan kering
tahap, yaitu tahap pertama, yaitu adaptasi
dan kecernaan bahan organik. 375
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 2 : 372-378 (Juli 2016)
ISSN 0852 -2626
HASIL DAN PEMBAHASAN Table 3.Rataan persentase kecernaan bahan kering dan bahan organik tiap perlakuan Perlakuan Variabel Kecernaan bahan kering (%) Kecernaan bahan organik(%)
R0
R1
R2
R3
R4
70.856ab
71.078ab
70,470ab
71.596b
69.475a
75.302ab
75.430ab
75,167ab
76.266b
74.131a
Keterangan : Nilai pada baris yang sama dengan superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05).
menggunakan eceng gondok fermentasi
Kecernaan Bahan Kering Rataan
bahan
kering
berkisar antara 79,36-80,38% dengan level
berkisar
antara
pemberian 5-10% pada itik yang dipelihara
69.435% – 71.596%.Berdasarkan hasil
2-10 minggu. Rataan kecernaan bahan
analisis keragaman, penggunaan eceng
kering pada penelitian ini lebih rendah
gondokterfermentasi dalam ransum itik
dibandingkan kecernaan bahan kering pada
memberikan pengaruh berbeda sangat
penelitian Cahyadi, dkk. (2014).Hal ini
nyata (P<0.01) terhadap nilai kecernaan
karena pengaruh level pemberian eceng
bahan kering (lampiran 1). Hasil uji BNJ
gondok fermentasi pada penelitian tersebut
menunjukkan, bahwaantara perlakuan R0,
lebih
R1, R2, dan R4 tidak terdapat perbedaan
penelitian ini sehingga kandungan serat
yang nyata(P>0.05), sama halnya dengan
kasar ransumnya lebih rendah. Semakin
perlakuan R0, R1, dan R3 tidak berbeda
tinggi level penggunaan eceng gondok
nyata. Perlakuan R3 nyata lebih tinggi
dalam ransum maka semakin tinggi pula
dibandingkan
R4.Nilai
kandungan serat kasar ransum. Kandungan
kecernaan bahan kering dalam penelitian
serat kasar yang tinggi dalam ransum akan
ini menunjukkan bahwa penggunaan eceng
mempercepat gerak laju makanan dalam
gondok terfermentasi pada level 40%
saluran pencernaan
yang
dalam
terhadap
zat-zat
dalam
kecernaan
penelitian
ini
perlakuan
ransum
menghasilkan
angka
rendah,
dibandingkan
kecernaan
dengan
berpengaruh makanan.
kecernaan yang tidak berbeda dengan
Kecernaan bahan kering dipengaruhi oleh
ransum kontrol.
kecernaan dari komponen bahan kering itu
Hasil (2014)
penelitian
menunjukkan
Cahyadi, bahwa
dkk.
sendiri seperti protein, karbohidrat (BETN
rataan
dan serat kasar), lemak, dan abu.
kecernaan bahan kering, ransum itik yang 376
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 2 : 372-378 (Juli 2016)
Kecernaan bahan kering berdasarkan
ISSN 0852 -2626
Penggunaan
eceng
uji lanjut BNJ menunjukkan perlakuan R3
fermentasi
(penggantian 30% EGF atau 75% dalam
ransum
ransum) nyata lebih tinggi dibandingkan
kecernaan bahan organik ransum. Hal ini
dengan perlakuan R2 dan R4. Tingginya
terjadi karena pada proses fermentasi
kecernaan bahan kering pada perlakuan R3
eceng gondok terjadi peningkatan nutrient
dibanding perlakuan R2 dan R4 diduga
eceng gondok secara kualitatif seperti
disebabkan
konsumsi
peningkatan protein serta penurunan serat
ransum pada perlakuan tersebut. Selain itu,
kasar. Perubahan nilai dan kualitas nutrien
disebabkan oleh perubahan kualitas nutrisi
ini menyebabkan lebih meningkatnya nilai
pakan
fermentasi.
guna eceng gondok dalam alat penernaan
Banyaknya kandungan bahan kering yang
ternak itik.Hal ini didukung oleh pendapat
dicerna berhubungan dengan banyaknya
dari
kandungan nutrien yang terserap. Hal ini
mengemukakan
menunjukkan bahwa penggunaan eceng
mempengaruhi kecernaan bahan organik
gondok pada level 30% dalam ransum
adalah
tidak
ransum.
lebih
karena
tingginya
proses
berpengaruh
negatif
terhadap
kecernaan bahan kering
30%
positif
dalam terhadap
al.
(1989)
yang
bahwa
faktor
yang
kandungan
zat
nutrisi
dalam
Kisaran kecernaan bahan organik
kecernaan
penelitian
ini
lebih
tinggi
dibandingkan hasil penelitian kecernaan
Kecernaan Bahan Organik nilai
level
berpengaruh
Tillman,et
dalam
Rataan
sampai
gondok
bahan
bahan organik oleh Mangisah, dkk. (2009)
organik ransum yang menggunakan eceng
yang
gondok fermentasi (Eichhornia crassipes)
Kecernaan bahan organik dipengaruhi oleh
dalam
antara
kecernaan dari komponen bahan organik,
hasil
yaitu protein, karbohidrat (BETN dan serat
analisis keragaman, penggunaan eceng
kasar) dan lemak (Mangisah,dkk., 2006).
gondok fermentasi dalam ransum itik
Guna mencapai daya cerna bahan organik
memberikan
nyata
yang optimal, nilai nutrien dari komponen
(P<0.05) terhadap nilai kecernaan bahan
bahan organik harus disesuaikan dengan
organik. Hasil uji BNJ menunjukkan
kebutuhan ternak itik itu sendiri.
penelitian
74,131%–76,266%.
ini
berkisar
Berdasarkan
pengaruh
berbeda
berkisar
antara
52,81%-72,41%.
perlakuan R3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan R0, R1, dan R2, namun nyata
KESIMPULAN
lebih tinggi dibandingkan R4, sedangkan
Berdasarkan nilai kecernaan bahan
antara perlakuan R0, R1, R2, dan R4 tidak
kering
berbeda nyata.
disimpulkan 377
dan
bahan bahwa
organik, eceng
dapat gondok
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 2 : 372-378 (Juli 2016)
(Eichhornia crassipes)terfermentasi dapat
ISSN 0852 -2626
Rasyaf, M. 2002. Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Cetakan Kesembilan. Kanisius.Yogyakarta.
digunakan dalam pakan itik sampai level 30% menggantikan dedak halus.
Sumiyati dan A. Nurhaya.2003.Kecernaan Bahan kering, serat kasar, selulosa, dan hemiselulosa Kayambang (Salvina molesta) pada Itik Lokal (Salvina molesta Digestibility in Local Duck).J. Indon. Trop. Anim. Agric., Special Edition: 204-209.
DAFTAR PUSTAKA Bates, R.P.and J.F. Hentges Jr. 1976. Aquatic weeds - Eradicate or Cultivate? Economic Botany, Vol. 30(1):39-50. Cahyadi, R., U.Atmomarsono, E. Suprijatna. 2014. Kecernaan ransum, kadarSerum aminotransferase dan Aktivitas alkalin Fosfatase Itik Local yang diberi pakan mengandung Eceng Gondok (Eichornia Crassipes)terfermentasi. Agromedia, 32(1): 12-24.
Sohrah.2001. Pengaruh Penggunaan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) yang Difermentasikan dengan Thrichoderma Viridae Terhadap Kecernaan Protein, Energi dan Serat Kasar Ransum Broiler.Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Mangisah, I., Tristiarti, W. Murningsih, M.H. Nasoetion, E.S. Jayanti dan Y. Astuti. 2006. kecernaan nutrien Eceng Gondok yang Difermentasi dengan Aspergillus niger pada Ayam Broiler. J. Indon. Trop. Anim. Agric., 31(2):124-128.
Steel, R. G. D. and J. H. Torrie, 1991.Prinsip dan Prosedur Statistika (Suatu Pendekatan Biometrik).PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Tanjung, M. 2001. Pengaruh Penggunaan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) yang Difermentasikan dengan Thrichoderma viridae Terhadap Efisiensi Penggunaan Makanan, Persentase Karkas, dan Persentase Lemak Abdomen Broiler.Skripsi.Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi. Manado
Mangisah, I., B. Sukamto dan M. H. Nasution. 2009. Implementasi Daun Eceng Gondok Fermentasi dalam Ransum Itik. J. Indon. Trop. Anim. Agric., 34(2):127-132. Mangisah, I., H.I. Wahyuni, Tristiarti, S. Surmarshi and S. Setyaningrum.2010.Nutritive value of fermented water hyacinth (Eichhornia crassipes) leaf with Aspergilus nigerin Tegal duck.J. Anim. Prod., 12(2): 100-104.
Tillman., A. D. H. Hartadi., S Reksohardiprojo., P. Soeharto dan L. Soekamto. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
378