94
UJI KESEIMBANGAN HARA DAN VARIASI JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum var. HAWAII) Oleh: Natsir Sandiah1), Yulius B. Pasolon2) dan La Ode Sabaruddin2)
ABSTRACT The Effect of Nutrient Balance and Planting Space on Growth, Production and Quality of Pennisetum purpureum var. Hawaii. The experiment was conducted from April 12 until December 3th 2006 in the experimental field of Faculty of Agriculture Haluoleo University Kendari. The experiment was carried out as Completed Randomized Block Design with two factors and three replications. The first factor was nutrition balance which consist of five levels: K1 (MOF-821, N and P2O5) 0,000 : 0,045 : 0,030 kg plot-1, K2 (MOF-821, N and P2O5) 1,80 : 0,0283 : 0,0212 kg plot-1, K3 (MOF-821, N and P2O5) 3,60 : 0,009 : 0,0126 kg plot-1, K4 (MOF-821, N and P2O5) 5,40 : 0,000 : 0,0063 kg plot-1 and K5 (MOF821, N and P2O5) 7,20 : 0,000 : 0,000 kg plot-1. The second factor was planting space (J) consist of two, distances J1 (100 cm x 80 cm) and J2 (100 cm x 50 cm). The results fresh weight biomass production at the best when the plant growing was extended to 205 DAP, the production e.g. 2,179 g plot-1 was resulted from K5 nutrient with planting space J1. Based on the above result it could be concluded that used of organic fertilizer (MOF-821) as single fertilizer with the level of K5 (6 ton ha-1) was more batter then the other treatments since the plant growing was extended to 205 DAP respectively. Key words : Planting space, growth, production and quality
PENDAHULUAN Rumput gajah (P. purpureum) merupakan salah satu hijauan pakan ternak yang hingga saat ini banyak diusahakan secara intensif dalam usaha peternakan sapi perah, penggemukan dan pembibitan. Hal ini cukup beralasan karena rumput gajah memiliki manfaat sebagai hijauan pakan ternak unggul yang dapat berproduksi tinggi, kualitasnya baik disusul dengan palatabilitas yang tinggi dan daya adaptasinya cukup luas. Disamping itu juga bermanfaat sebagai tanaman penutup tanah dan akarnya dapat menggemburkan tanah. Sebagai hijauan pakan ternak, rumput gajah mengandung nilai gizi yang cukup tinggi sehingga rumput gajah memenuhi syarat untuk dijadikan pakan ternak yang baik. Upaya untuk meningkatkan produktivitas rumput gajah dapat ditempuh dengan alternatif pendekatan teknologi pemupukan dan budidaya secara intensif. Budidaya tanaman yang terbatas pada 1
penggunaan pupuk N, P dan K tanpa diimbangi dengan pemberian unsur hara lainnya, dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan hara tanah dan rendahnya produktivirtas tanaman. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut maka keseimbangan unsur hara dalam tanah perlu diperhatikan, karena lahan pertanian di Indonesia pada umumnya rendah bahan organiknya (Karti, 1999). Penggunaan hara yang seimbang yang disertai dengan pengaturan jarak tanam dalam pembudidayaan hijauan makanan ternak memungkinkan produktivitas hijauan lebih optimal sehingga ketersediaan pakan baik dari segi kualitas dan kuantitasnya dapat tercukupi dan tersedia sepanjang tahun. Kondisi ini dapat memaksimalkan tingkat produktivitas ternak, khususnya ternak ruminansia yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat utamanya petani peternak. Namun masalahnya bagaimana pengaruh interaksi keseimbangan hara dengan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman rumput
) Staf Pengajar Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari. AGRIPLUS, Volume Nomor : 02 Mei 2011,Kendari ISSN 0854-0128 ) Staf Pengajar Jurusan Agroteknologi Fakultas21 Pertanian Universitas Haluoleo,
2
94
95
gajah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian hara yang seimbang dan jarak tanam yang sesuai serta interaksi antara keduanya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman rumput gajah. Dengan mengetahui informasi tersebut, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi petani peternak dalam upaya meningkatkan produktivitas rumput gajah yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas ternak ruminansia. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari. Penelitian berlangsung selama 8 (delapan) bulan yaitu mulai 12 April sampai dengan 3 Desember 2006 dengan tiga kali panen. Materi yang digunakan yaitu stek rumput gajah varietas Hawaii, pupuk kompos jenis MOF-821 (Multi Organic Fermented), pupuk anorganik (Urea dan SP-36), air, kertas label, pacul, sekop, sabit, parang, meteran, ember, timbangan ohaus dan alat tulis menuli. Adapun equivalensi rata-rata kandungan MOF821 dan kebutuhan hara per petak dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1.
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Equivalensi MOF-821
rata-rata
Jenis unsur hara Bahan organik Total N setara urea P tersedia setara SP36 K setara KCl Ca-Mg (Dolomit)
kandungan
Kandungan mineral/1.000 kg MOF 370 kg 22 kg 20 kg 36 kg 126 kg
Sumber : Patunduk 2004
Prosedur Penelitian Sebelum pengolahan tanah dilakukan analisa tanah sebanyak tiga sampel dengan kedalaman tanah 25 cm (Tabel 3) yang bertujuan untuk mengetahui jenis dan unsur hara yang tersedia didalam tanah bagi tanaman. Dengan analisa tanah dapat ditentukan jenis dan
jumlah pupuk yang harus diberikan pada tanah untuk dapat mencukupi kebutuhan tanaman yang tumbuh di atasnya. Tanah diolah sebanyak dua kali. Pengolahan tanah diawali dengan pembersihan lahan dari gulma dan sisa-sisa tanaman dari pertanaman sebelumnya. Pengolahan tanah kedua yaitu penggemburan tanah dan pembentukan petak perlakuan yang berukuran 3 m x 4 m, jarak antar kelompok 1,5 m dan jarak perlakuan dalam kelompok adalah 0,5 m. Pengapuran dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah kedua, dengan takaran 11 kg petak-1 atau 9,17 ton ha-1. Kapur ditabur di atas permukaan tanah pada masing-maisng petakan dan campur hingga merata dengan menggunakan pacul dan garukan. Lubang tanam dibuat dengan menggunakan tugal dengan jarak tanam sesuai perlakuan, kemudian benih stek rumput gajah ditanam sebanyak 1 stek per lubang tanam dengan kedalaman kurang lebih 5 cm, dalam posisi tanam tegak lurus. Panjang stek 30 cm atau yang terdiri dari 2 mata tunas dan mempunyai mata tunas yang baru. Pupuk kompos MOF-821 diberikan 3 (tiga) hari sebelum tanam, sedangkan untuk pupuk SP-36 diberikan bersamaan dengan waktu tanam, dan untuk urea diberikan pada saat tanaman berumur 14 hari. Pemberian pupuk dilakukan degan cara larikan dengan dosis pupuk yang diberikan berdasarkan kebutuhan tanaman dengan komposisi dapat dilihat pada Tabel 2. Pemeliharaan meliputi penyiangan dan penyiraman, penyiangan dilakukan terhadap gulma yang tumbuh disetiap unit percobaan. Penyiraman dilakukan dua kali sehari apabila tidak ada hujan. Adapun variabel yang diamati meliputi : a. Tinggi tanaman (cm), diukur dari pangkal batang sampai bagian tanaman tertinggi, diukur setiap 2 minggu. b. Jumlah daun (helai), dihitung semua daun yang berbentuk sempurna, dihitung setiap 2 minggu. c. Jumlah anakan tiap rumpun dihitung setiap 2 minggu. Pada tanaman telah mempunyai anakan jika telah mempunyai daun, artinya telah membuka dengan sempurna. Data
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 02 Mei 2011, ISSN 0854-0128
96
yang digunakan adalah dara rataan pertambahan jumlah anakan tanaman yang diambil datanya selama penelitian. d. Indeks luas daun: (Sitompul dan Guritno, 1995): ILD =
Luas Daun Total Luas Lahan Tegakan
Luas daun total = Panjang x Lebar x Konstanta (0,78). e. Produksi bobot segar tanaman ditimbang pada saat panen. f. Produksi bobot kering tanaman (PBKT) merupakan bentuk bahan kering oven. Rancangan Percobaan dan Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dalam pola faktorial, yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama adalah keseimbangan hara (K) yang terdiri atas 5 taraf yaitu K1, K2, K3, K4 dan K5 dengan komposisi dosis hara yakni MOF-821, N dan P2O5 ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah kebutuhan hara per petak Faktor K1 K2 K3 K4 K5
Takaran pupuk MOF-821 N (kg) (g) 45 0 : : : 28,35 : 1,80 : 9 3,60 : : 0 5,40 : : 0 7,20 :
P2O5 (g) 30,00 21,24 12,60 6,30 0
Faktor kedua adalah jarak tanam (J) yang terdiri dari dua taraf yaitu 100 cm x 80 cm (J1), 100 cm x 50 cm (J2) maka terdapat 10 kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi dibuat dalam tiga kelompok sekaligus sebagai ulangan sehingga terdapat 30 unit percobaan. Untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan diuji dengan sidik ragam (ANOVA), sedangkan perbedaan antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95%.
Tabel 3. Hasil analisis tanah Parameter pH (1 : 2,5) C–Organik (%) N–Total (%) KTK (me. 100-1-) K–dd (me. 100-1-) P–tersedia (ppm) Al–dd (me. 100-1-) Tekstur % Liat % Debu % Pasir Klas tekstur
I 4,26 SM 2,29 S 0,166 SR 4,06 SR 0,196 R 2,103 SR 2,850
II 3,80 SM 2,854 S 0,165 SR 4,72 SR 0,091 R 1,864 SR 2,910
19,30 44,77 35,93 LOAM
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Interaksi Keseimbangan Hara dan Variasi Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Rumput Gajah Interaksi antara keseimbangan hara dan variasi jarak tanam terhadap pertumbuhan tanaman rumput gajah memberikan efek terhadap peningkatan jumlah daun tanaman rumput gajah baik pada umur 60 hari (panen pertama) dan umur 100 hari (panen kedua) serta jumlah anakan tanman rumput gajah pada umur 205 hari (panen ketiga) maupun produksi bobot segar tanaman rumput gajah pada umur 205 hari (panen ketiga). Pada pertumbuhan tanaman rumput gajah pada umur 60 hari (panen pertama), kombinasi antara keseimbangan hara (MOF821, N dan P2O5) 0,000 : 0,0045 : 0,030 kg plot1 dan variasi jarak tanam 100 cm x 80 cm (K1J1) memberikan pengaruh interaksi terbaik terhadap jumlah daun tanaman rumput gajah begitu pula pertumbuhan tanaman rumput gajah pada umur 100 hari (panen kedua) kombinasi perlakuan terbaik terhadap jumlah daun diperoleh pada perlakuan K1J1. Pada pertumbuhan tanaman rumput gajah disamping memperoleh unsur hara yang diberikan juga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara dalam tanah serta ruang tumbuh yang cukup bagi tanaman. Kondisi lingkungan tanaman yang
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 02 Mei 2011, ISSN 0854-0128
97
tersedia unsur hara dan ruang tumbuh akan lebih memungkinkan proses fisiologi tanaman berlangsung lebih baik, khususnya fotosintesis sehingga perkembangan jumlah daun pun akan lebih baik. Ketersediaan unsur hara dalam tanah terutama NPK dengan penggunaan N dan P2O5 yang tertinggi dapat mensuplai kebutuhan tanaman rumput gajah akan unsur hara dalam jumlah yang cukup bagi kebutuhan pertumbuhannya. Hal ini didukung oleh analisis pH, kandungan unsur hara, C organik dan kapasitas tukar kation (KTK) sampel tanah (Tabel 3) yang memperlihatkan ketersediaan unsur hara tanah (NPK), pH, C organik dan KTK sebelum diberikan hara. Kondisi ini disebabkan oleh kandungan unsur hara yang diberikan dapat mensuplai kebutuhan nutrisi akan pertumbuhan tanaman rumput gajah terutama untuk pertumbuhan daun tanaman rumput gajah, karena pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh unsur hara terutama NPK berguna untuk memproduksi karbohidrat dan inti sel tanaman. Tisdale dkk. (1985) menyatakan bahwa pada fase vegetatif, karbohidrat hasil fotosintesis diangkut kebagian tanaman untuk perkembangan akar, batang dan daun yang menggunakan karbohidrat yang terbentuk pada fase vegetatif. Selain itu pemberian hara kompos (MOF-821) pada periode ini belum terurai sehingga belum digunakan secara maksimal oleh tanaman rumput gajah, akibatnya suplai unsur hara tanaman rumput gajah diperoleh dari hara anorganik (N dan P2O5) yang lebih cepat termanfaatkan oleh tanaman rumput gajah. Disamping itu pemberian N dan P2O5 yang tinggi akan mensuplai unsur hara terutama nitrogen dan phosphor secara cepat karena kompos (MOF-821) yang diberikan pada periode ini belum terurai sempurna sehingga belum digunakan secara maksimal oleh tanaman rumput gajah, akibatnya suplai unsur hara terutama nitrogen dan phosphor diperoleh dari hara anorganik yang lebih cepat termanfaatkan oleh tanaman rumput gajah yang berperan dalam metabolisme COH, perkembangan akan dan daun serta pertumbuhan vegetatif tanaman
rumput gajah sehingga memberikan pertambahan jumlah daun yang lebih tinggi. Buckman dan Brady (1982), menyatakan bahwa peningkatan nitrogen tanah berarti peningkatan kesuburan vagetatif tanaman (akar, batang dan daun). Selain itu unsur phosphor juga sangat penting diperhatikan karena dibutuhkan dalam proses fotosintesis, transfer energi dalam tanaman untuk sintesa dan pemecahan karbohidrat (Woodhaose dan Griffith, 1973). Interaksi antara keseimbangan hara dan variasi jarak tanam terhadap pertumbuhan tanaman rumput gajah terutama terhadap produksi bobot segar dan jumlah anakan menunjukkan bahwa produksi bobot segar tanaman rumput gajah terbaik diperoleh pada keseimbangan hara K5 (MOF-821, N dan P2O5) 7,20 : 0,000 : 0,000 kg plot-1 dan variasi jarak tanam 100 cm x 80 cm (K5J1) begitu pula dengan jumlah anakan tanaman rumput gajah. put gajah. Pada umur 205 hari (panen ketiga) jumlah anakan tanaman rumput gajah semakin tinggi terutama pada perlakuan keseimbangan hara K4 (MOF-821, N dan P2O5) 5,40 : 0,000 : 0,0063 kg plot-1 dan K5 (MOF-821, N dan P2O5) 7,20 : 0,000 : 0,000 kg plot-1. Keadaan ini disebabkan karena hara kompos (MOF-821) yang diberikan telah terurai sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman rumput gajah secara maksimal terutama dalam pertumbuhan anakan begitu pula terhadap produksi bobot segar tertinggi diperoleh pada perlakuan keseimbangan hara K5 (MOF-821, N dan P2O5) 7,20 : 0,000 : 0,000 kg plot-1 pada jarak tanam J1 (100 cm x 80 cm). Fenomena tersebut disebabkan karena unsur hara NPK dari kompos tersedia dalam jumlah yang cukup tinggi bagi tanaman disamping itu pula dapat memaksimalkan pertumbuhannya dalam ruang tumbuh yang renggang. Sebagaimana Setyamidjaja (1986), menyatakan bahwa kandungan NPK pada pupuk mempunyai peranan dalam merangsang pertumbuhan jaringan tanaman. Whiteman (1974) dalam Nugroho (2002), menyatakan bahwa nitrogen penting bagi biokimia tanaman,
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 02 Mei 2011, ISSN 0854-0128
98
berpengaruh pada sintesa protein dan pertumbuhan. Pasaribu dan Suprapto (1993), bahwa phosphor berpengaruh nyata bagi pertumbuhan tanaman dan hasil produksi yang diperoleh, perlakuan pemberian phosphor mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong dan menaikkan jumlah bintil akar. Disamping itu Soepardi (1985) menyatakan bahwa kecuali nitrogen, tidak ada unsur hara lain yang lebih kritis bagi pertumbuhan tanaman selai phosphor, karena kekurangan phosphor mengakibatkan tanaman tidak mampu menyerap unsur hara lain. Sebagaimana Sastroutomo (1990) menjelaskan bahwa pada tumbuhan dengan tingkat kepadatan yang rendah tekanan baru akan timbul setelah tanaman yang berada di sekelilingnya membesar karena jarak satu sama lainnya masih cukup jauh. Kondisi ruang tumbuh yang renggang ini memungkinkan pertumbuhan anakan tanaman rumput gajah bertumbuh dengan baik. Pengaruh Mandiri Keseimbangan Hara Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Rumput Gajah Keseimbangan hara memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman rumput gajah terutama tinggi tanaman pada umur 60 hari (panen pertama) dan 100 hari (panen kedua) serta indeks luas daun (ILD) tanaman rumput gajah pada umur 60 hari (panen pertama) dan 100 hari (panen kedua). Pada awal pertumbuhan tanaman rumput gajah, kebutuhan unsur hara selain diperoleh dari kandungan unsur hara yang tersedia dalam tanah juga diperoleh dari hara yang diberikan. Sebagaimana telah diketahui bahwa pemberian hara organik terurai agak lambat bila dibandingkan dengan hara anorganik sehingga pemberian hara kompos (MOF-821) belum terurai secara sempurna sehingga belum terserap secara maksimal oleh tanaman. Kondisi tersebut menyebabkan pemberian hara P2O5 (hara anorganik) yang terserap lebih mudah memberikan sumbangan ketersediaan unsur hara yang cukup dan dapat dimanfaatkan secara baik bagi pertumbuhan tanaman. Sebagaimana Pasaribu dan Suprapto
(1993), bahwa phosphor berpengaruh nyata bagi pertumbuhan tanaman dan hasil produksi yang diperoleh, perlakuan pemberian phosphor mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong dan menaikkan jumlah bintil akar. Lebih lanjut Soepardi (1985) menyatakan bahwa defisiensi phosphor bagi tanaman akan mengakibatkan tanaman menjadi kerdil, pembentukan batang tidak sempurna dan beberapa daun sebelah bawah mati dan berwarna coklat, sedangkan daun bagian atas sempit atau kecil, menggulung dan tegak serta berubah menjadi hijau gelap atau keunguan. Pada umur 100 hari (panen kedua), ketersediaan kandungan unsur hara dalam tanah dengan suplai dari bahan anorganik sudah berkurang sehingga dengan penambahan bahan organik (MOF-821) 5,40 kg plot-1 dapat mensuplai dan memperbaiki kandungan unsur hara tanah yang dapat dimanfaatkan dengan baik bagi pertumbuhan tanaman, terutama unsur hara tanah yang dapat dimanfaatkan dengan baik bagi pertumbuhan tanaman, terutama untuk proses fotosintesis karena pada hasil dari proses ini ditransalokasikan kebagian tanaman yang sedang bertumbuh setelah proses defoliasi seperti pucuk yang efeknya dapat terlihat pada tinggi tanaman rumput gajah yang dihasilkan. Pada umur 60 hari (panen pertama), indeks luas daun (ILD) tanaman rumput gajah tertinggi diperoleh pada keseimbangan hara (MOF-821, N dan P2O5) 1,80 : 0,0283 : 0,0212 kg plot-1 (K2) sedangkan pada umur 100 hari (panen kedua) indeks luas daun (ILD) tanaman rumput gajah tertinggi diperoleh pada keseimbangan hara (MOF-821, N dan P2O5) 3,60 : 0,009 : 0,0126 kg plot-1 (K3). Meningkatnya ILD tanaman rumput gajah pada umur 100 hari (panen kedua) dengan penggunaan keseimbangan hara (MOF-821, N dan P2O5) 3,60 : 0,009 : 0,0126 kg plot-1 (K3) menunjukkan bahwa unsur hara dari (MOF-821) yang diberikan mulai terurai sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman rumput gajah dalam proses fotosintesis. Sebagaimana Setyamidjaja (1986), menyatakan bahwa kandungan NPK pada pupuk mempunyai peranan dalam merangsang pertumbuhan jaringan tanaman.
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 02 Mei 2011, ISSN 0854-0128
99
Kondisi ini berhubungan erat dengan proses fotosintesis yang dilakuan oleh tanaman, dengan demikian pemberian MOF-821 yang menyumbangkan unsur NPK sangat dibutuhkan oleh tanaman rumput gajah dalam proses fotosintesis. Buckman dan Brady (1982), menyatakan bahwa peningkatan nitrogen tanah berarti peningkatan kesuburan vegetatif tanaman (akar, batang dan daun). Sedangkan unsur phosphor juga sangat penting diperhatikan karena dibutuhkan dalam proses fotosintesis, transfer energi dalam tanaman untuk sintesa dan pemecahan karbohidrat (Woodhaose dan Griffith, 1973). Begitu pula unsur K yang berfungsi dalam proses metabolisme seperti fotosintesis dan respirasi (Novizan, 2002). Pengaruh Mandiri Variasi Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Rumput Gajah Perbedaan jarak tanam memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman rumput gajah terutama jumlah anakan tanaman rumput gajah pada umur 60 hari (panen pertama) dan umur 100 hari (panen kedua), indeks luas daun tanaman rumput gajah pada umur 100 hari (panen kedua), serta produksi bobot segar tanaman rumput gajah pada umur 60 hari (panen pertama) dan umur 100 hari (panen kedua) serta bahan kering tanaman rumput gajah pada umur 60 hari (panen pertama). Pertumbuhan tanaman rumput gajah pada umur 60 hari (panen pertama), jarak tanam 100 cm x 80 cm (J1) memberikan pengaruh terhadap tingginya jumlah anakan tanaman rumput gajah, kecenderungan yang sama juga ditunjukkan jumlah anakan tanaman rumput gajah pada umur 100 hari (panen kedua) dimana jarak tanaman 100 cm x 80 cm (J1) memberikan hasil yang terbaik. Diduga, jarak tanam yang renggng menyebabkan kompetisi antara tanaman akan unsur hara lebih kecil disamping itu memberikan ruang tumbuh yang lebih baik sehingga proses fotosintesis berlangsung secara optimal dan ditransalokasikan kebagian-bagian tanaman terutama untuk membentuk tunas baru lebih tinggi. Sebagaimana Sastroutomo (1990) menjelaskan bahwa pada tumbuhan dengan
tingkat kepadatan yang rendah tekanan baru akan timbul setelah tanaman yang berada di sekelilingnya membesar karena jarak satu sama lainnya masih cukup jauh. Kondisi ruang tumbuh yang renggang ini memungkinkan pertumbuhan tunas tanaman rumput gajah bertumbuh dengan baik. Fenomena yang berbeda dari proses pertumbuhan tanaman rumput gajah pada umur 100 hari (panen kedua), indeks luas daun (ILD) tertinggi diperoleh pada jarak tanam 100 cm x 50 cm (J2). Hal ini disebabkan pada jarak tanam tersebut kompetisi tanaman cukup tinggi dalam memperoleh faktor-faktor tumbuh sehingga lebih memaksimalkan kemampuan tanaman dalam melakukan fotosintesis dengan ruang tumbuh yang lebih rapat. Sebagaiman Humphrey (1987), menyatakan bahwa jarak tanam akan menentukan kepadatan tanaman dalam satu areal. Kepadatan tanaman dapat mempengaruhi tinggi rendahnya hasil tanaman. Peningkatan kepadatan tanaman mula-mula diikuti oleh meningkatnya hasil persatuan luas, kemudian setelah titik maksimum tercapai, hasil akan turun. Hal ini terjadi karena adanya kompetisi diantara tanaman untuk memperebutkan faktor pertumbuhan. Selain itu, variasi jarak tanam berpengaruh terhadap produksi bobot segar tanaman rumput gajah. Jarak tanam 100 cm x 80 cm (J1) pada umur 60 hari (panen pertama) serta umur 100 hari (panen kedua) menghasilkan produksi bobot segar tertinggi. Hal ini diduga bahwa pertumbuhan tanaman rumput gajah pada ruang tumbuh yang renggang lebih optimal sehingga akumulasi dari proses fotosintesis dapat ditransalokasikan ke bagian-bagian vegetatif seperti daun, batang dan akar berlangsung lebih baik. Akumulasi tersebut dapat dilihat dari produksi bobot segar yang dihasilkan pun lebih tinggi. Sebagaimana Sastroutomo (1990) menjelaskan bahwa, reproduksi vegetatif tanaman akan berhenti tumbuh jika ruang yang ditempatinya telah dikuasai oleh jenis-jenis lain yang ada disekelilingnya. Tanaman dengan tingkat kepadatan yang tinggi akan cepat mengalami tekanan yang ditimbulkan oleh tanaman yang berada
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 02 Mei 2011, ISSN 0854-0128
100
disekelilingnya karena berada dalam jarak yang dekat, sedangkan pada tumbuhan dengan tingkat kepadatan yang rendah tekanan baru akan timbul setelah tanaman yang berada disekelilingnya membesar karena jarak satu sama lainnya masih cukup jauh. Produksi bobot segar tanaman rumput gajah yang diperoleh juga berkorelasi positif terhadap produksi bahan kering tanaman rumput gajah. KESIMPULAN DAN SARAN Penggunaan pupuk organik (MOF-821) mampu memperbaiki kandungan unsur hara dalam tanah dan mensuplai kebutuhan hara bagi tanaman setelah 100 hari (panen kedua) serta mampu memaksimalkan produksi hijauan makanan ternak terutama rumput gajah hal ini terlihat produksi bobot segar tanaman rumput gajah terbaik diperoleh pada pemupukan K5 (MOF-821, N dan P2O5) 7,20 : 0,000: 0,000 kg plot-1 dengan jarak tanam 100 cm x 80 cm, yakni sebesar 2.178,767 g rumpun-1 atau 27,235 ton ha-1. DAFTAR PUSTAKA Buckman, H.D and N.C Brady, 1982 Terjemahan Soegiman. Ilmu tanah. baharata Karya Aksara, Jakarta. DEPTAN, 1986. Mengenai Beberapa Jenis Hijauan Makanan Ternak Daerah Tropis. Departemen Pertanian. Jakarta. Humphreys, L.R. 1987. Tropical Pasture and Crop 2nd. Ed. John Wily and Sons. Intermediate Trop. Agri. Series Lougman Scientific and Technical. New York. Karti, P.D.M.H. 1999. Budidaya Hijauan dan Teknologi Pakan. Universitas Terbuka. McIlroy, R.J. 1977. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Terjemahan Pradnya Paramita. Jakarta.
Novizan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pupuk Organik Berkualitas. Agromedia Pustaka. Jakarta. Nugroho, A.W. 2002. Pengaruh jarak tanaman dan level pemupukan nitrogen terhadap serangan gulma di padang rumput coronival (Bracharia humidicola). Skripsi. Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas peternakan. Insitut Pertanian Bogor. Nyakapa, M.Y., H.M. Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amran, A.S. Munawar, B. Hong dan H Nyakpa. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Pasaribu dan Suprapto. 1993. Pemupukan NPK dalam Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor. Bogor. Patunduk, N. 2004. Uji pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L) pada tanah podzolik. Program Pascasarjana. Universitas Haluoleo. Setyamidjaja, D 1986. Pupuk dan Pemupukan. Cetakan Pertama. C.V. Simplex, Jakarta Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sitompul dan Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Soepardi, 1985. Bercocok Tanam Kedelai secara Intensif Lembaga Pusat Penelitian Pertanian. Bogor. Suprapto, H.S. 1992. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta. Tisdale, S. L. and W. L. Nelson. 1985. Soil Fertility and Fertilizer. The Macmillan Company. Collier-Macmillan Limited, London. Woodhouse, J.R. and W.K. Griffith. 1973. Soil Fertilyty and fertilization of Forage, 3 Ed. The Iowa State University Press. Iwoa-USA.
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 02 Mei 2011, ISSN 0854-0128
