Pengaruh Cemaran Pb-asetat dalam Air Minum ............................. Bintang Renaldi P. Fatah PENGARUH CEMARAN Pb-ASETAT DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT KERING DAN KADAR KOLESTEROL HATI PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) FASE GROWER THE EFFECT OF Pb-ACETATE CONTAMINANT IN DRINKING WATER TO DRY WEIGHT AND CHOLESTEROL IN LIVER OF GROWING QUAIL (Coturnixcoturnix japonica) Bintang Renaldi P. Fatah*, Kurnia A. Kamil, Andi Mushawwir Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363
*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015 e-mail :
[email protected] ABSTRAK Penelitian tentang pengaruh cemaran Pb-asetat dalam air minum terhadap berat kering dan kolesterol hati puyuh (Coturnix-coturnix japonica) fase grower telah dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2014 sampai 1 Januari 2015 di kandang Unggas Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran dan di analisis di Laboratorium Biokimia dan Fisiologi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh dan berapa tingkat kadar pemberian Pb dalam air minum yang mempengaruhi berat kering hati dan kolesterol hati puyuh fase grower. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental, rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yaitu P0 = 0 ppm (tanpa Pb asetat dalam air minum), P1 = 50 ppm (1,095 ppm Pb asetat dalam 12 liter air minum) dan P2 = 100 ppm (2,19 ppm Pb asetat dalam 12 liter air minum), dengan delapan ulangan. Kesimpulan menunjukkan bahwa pemberian cemaran Pbasetat dalam air minum sebesar 100 ppm memberikan pengaruh tertinggi terhadap penurunan berat kering hati yaitu sebesar 0,47 mg/g dan kadar kolesterol yaitu 73,16 mg/g dalam hati puyuh fase grower. Kata kunci : Pb-asetat, Hati, Kolesterol, Puyuh ABSTRACT Research on the effect of Pb-acetate contaminant in drinking water to dry weight and cholesterol in liver of growing quail (Coturnix-coturnix japonica) was conducted from 3rd December 2014 to 1st January 2015 at the Poultry House, Faculty of Animal Husbandary, Padjadjaran University and was analyzed in the Laboratory of Animal Physiology and Biochemistry, Faculty of Animal Husbandary, Padjadjaran University. This study was aimed to investigate the impact and concentration of Pb in drinking water affected the dry weight and cholesterol in liver of growing quail. The experimental methodology was applied and the design used was a Completely Randomized Design (CRD) with three treatments; P0 = 0 ppm (without Pb-acetate in drinking water), P1 = 50 ppm (1,095 ppm Pb-acetate in 12 liters of water) and P2 = 100 ppm (2,19 ppm Pb-acetate in 12 liters of water) and eight replications. It can be concluded that the highest effect of Pb-acetate contaminant of 100 ppm in drinking water decreased dry weight at 0,47 mg/g and cholesterol level at 73,16 mg/g in liver of growing quail. Keywords : Pb-acetate, Liver, Cholesterol, Quail
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 1
Pengaruh Cemaran Pb-asetat dalam Air Minum ............................. Bintang Renaldi P. Fatah PENDAHULUAN Logam timbal atau plumbum yang mempunyai lambang Pb diambil dari bahasa latin dengan nomor atom 82, bersifat sangat toksik dan berwarna hitam. Penggunaan Pb dapat menimbulkan banyak pencemaran lingkungan seperti air, udara dan tanah, sehingga pada dasarnya dalam kadar rendah Pb sudah beracun bagi makhluk hidup. Beberapa perantara seperti udara, tanah, maupun air yang telah terkontaminasi, logam Pb dapat terdistribusi ke bagian tubuh makhluk hidup dan sebagian akan terakumulasi pada bagian tubuh tertentu seperti hati, ginjal, jaringan lemak, kuku dan rambut atau bulu. Hasil akumulasi di dalam organ tubuh makhluk hidup seperti hati dan ginjal akan menyebabkan gangguan proses fisiologis dan apabila masuk ke dalam sistem metabolisme melebihi jumlah ambang batas akan sangat membahayakan gangguan fungsi organ tubuh yang terjadi diantaranya terganggunya fungsi organ seperti, hati, ginjal, sistem pencernaan, sistem saraf, tulang, darah dan daging. Air merupakan komponen utama dalam dunia peternakan yang tidak bisa dipisahkan. Air yang telah tercemar Pb akan diserap oleh tubuh dan di distribusikan ke organ-organ lain. Masuknya logam berat Pb ke dalam tubuh tidak hanya melalui air minum, namun dapat melalui makanan dan terakumulasi di dalam darah serta terjadi peningkatan asam lambung yang dapat meningkatkan absorbsi usus sehingga absorbsi Pb akan meningkat (Riyadina, 1997). Logam berat yang masuk ke dalam tubuh ternak akan didetoksifikasi pada hati, namun hati mempunyai ambang batas dalam penyaringan racun tersebut. Sebagian logam berat yang tidak tersaring akan mengendap dalam hati dan pada jangka waktu yang panjang akan mengakibatkan kerusakan fungsi hati (Antoine dkk., 2008). Apabila hati rusak salah satunya akan terjadi penumpukan kolesterol di dalam darah. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Ternak yang diamati dalam penelitian ini adalah puyuh betina berumur 2 minggu (fase starter) dengan rata-rata bobot badan puyuh 26,68 g. Puyuh ditempatkan secara acak ke dalam kandang, dengan 3 perlakuan dan 8 kali pengulangan yang masing-masing perlakuan berisikan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 2
Pengaruh Cemaran Pb-asetat dalam Air Minum ............................. Bintang Renaldi P. Fatah
5 ekor unit percobaan setiap kandang, dengan 24 unit kandang sehingga total puyuh keseluruhan sebanyak 120 ekor, dengan koefisien variasi bobot badan puyuh < 10% dimana selama 1 minggu untuk adaptasi dan 3 minggu pemberian perlakuan. Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan adalah Pb-asetat yang dicampurkan ke dalam air minum dengan dosis yang telah ditetapkan, kemudian diberikan secara ad-libitum. Perlakuan konsetrasi Pb-asetat yang dicampurkan dalam air minum diberikan sebagai berikut: Po : Tanpa pemberian Pb-asetat. P1 : Pemberian Pb-asetat dengan kadar 50 ppm. P2 : Pemberian Pb-asetat dengan kadar 100 ppm. Kandang dan Perlengkapan Kandang yang digunakan dalam penelitian adalah kandang cage dengan kerangka kandang terbuat dari ram kawat (alas, sisi dan penyekat). Ukuran kandang adalah 30 x 30 x 30 cm, untuk bagian bawah kandang menggunakan papan yang terbuat dari kayu untuk penanganan dari kotoran puyuh dan setiap kandang diberi nomor sesuai dengan perlakuan. Tempat pakan berbentuk persegi panjang yang mudah dijangkau, dibawah tempat pakan diberi ram kawat, karena puyuh cendrung memilih pakan yang berbentuk butiran dan mengacak pakan, sedangkan untuk tempat minum diletakan dibagian luar kandang agar memudahkan dalam penanganan. Tiap kandang di beri nomor sesuai dengan perlakuan. Metode Penelitian 1) Tahap Persiapan Dimulai dengan persiapan alat bahan serta kandang penelitian. Kandang penelitian dilakukan sanitasi dan fumigasi yang diantaranya pengapuran dinding, lantai dan kandang puyuh serta penyemprotan desinfektan. 2) Tahap Penelitian Puyuh diadaptasi selama seminggu pada kandang penelitian. Pb-asetat yang dicampurkan pada air minum sesuai dengan kadar Pb-asetat yang telah ditentukan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 3
Pengaruh Cemaran Pb-asetat dalam Air Minum ............................. Bintang Renaldi P. Fatah
diberikan setiap hari secara ad-libitum dan dilakukan selama 3 minggu selama fase grower. 3) Tahap Pengambilan Sampel Sampel diambil secara acak dari puyuh yang telah diberikan 3 perlakuan, puyuh disembelih dan dibedah untuk memperoleh hati yang akan dianalisis berat kering dan kadar kolesterol hati. 4) Tahap analisis Sampel Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Fisiologi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah berat kering dan kadar kolesterol hati puyuh. Adapun pengamatan yang dilakukan yaitu sebagai berikut: 1) Berat kering hati Analisa pengukuran berat kering hati dilakukan dengan cara perhitungan sebagai berikut: Berat kering = A - B Keterangan : A = Berat cawan alumunium + sampel hati kering B = Berat cawan alumunium 2) Kolesterol Analisa kadar kolesterol dilakukan dengan cara perhitungan sebagai berikut: A sampel
Kolesterol hati = A standar x 0,4 x Keterangan : Kolesterol hati A sampel A standar 0,4
100 0,2
= Kadar kolesterol (mg/dL) = Absorban sampel = Absorban standar = Konsentrasi standar
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 4
Pengaruh Cemaran Pb-asetat dalam Air Minum ............................. Bintang Renaldi P. Fatah
Hasil dan Pembahasan Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Kering Hati Puyuh. Nilai rataan kadar berat kering hati puyuh dari tiap perlakuan pemberian Pb-asetat dalam air minum dengan konsentrasi yang telah ditentukan, dari hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan Berat Kering Hati Puyuh pada Berbagai Perlakuan Pb-asetat dalam Air Minum.
Ulangan
P0
Kadar Berat Kering Hati P1 (mg/g) 0,57 0,56 0,58 0,54 0,56 0,55 0,56 0,57 4,49 0,56 ±0,01
1 0,65 2 0,66 3 0,59 4 0,61 5 0,63 6 0,66 7 0,66 8 0,65 5,11 Total 0,64 Rata-Rata ±0,03 Standar Deviasi Keterangan : P0 = 0 ppm Pb-asetat dalam air minum. P1 = 50 ppm Pb-asetat dalam air minum. P2 = 100 ppm Pb-asetat dalam air minum.
P2 0,46 0,45 0,42 0,48 0,51 0,49 0,48 0,47 3,76 0,47 ±0,03
Berdasarkan Tabel 1 rataan kadar berat kering hati puyuh pada setiap perlakuan berkisar antara 0,47 mg/g sampai dengan 0,64 mg/g. Rataan berat kering hati puyuh yang tertinggi diperoleh pada perlakuan P1 yaitu sebesar 0,64 mg/g, sedangkan yang terendah diperoleh pada perlakuan P3 yaitu 0,64 mg/g. Data tersebut selanjutnya diuji dengan analisis ragam, hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian Pb-asetat dalam air minum dengan konsentrasi Pbasetat dalam air minum dengan perlakuan yang berbeda yaitu 0 ppm, 50 ppm, dan 100 ppm memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap berat kering hati puyuh menunjukkan perbedaan nyata dengan semakin besar konsentrasi Pb-asetat yang diberikan maka semakin menurunnya berat kering hati puyuh.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 5
Pengaruh Cemaran Pb-asetat dalam Air Minum ............................. Bintang Renaldi P. Fatah
Agar mengetahui perbedaan pengaruh dari tiap perlakuan, maka dilakukan uji Polinomial Orthogonal. Hasil perhitungan dari uji tersebut pemberian Pb-asetat dalam air minum terhadap berat kering hati puyuh menunjukkan bahwa pada regresi linier dengan persamaan Y = -0,00168X + 0,641 memperlihatkan perbedaan yang nyata (P<0,05), begitupula untuk kuadratik. Persamaan tersebut digunakan untuk mengetahui pendugaan respon berat kering hati puyuh sebagai akibat dari pemberian Pb-asetat dalam air minum yang diilustrasikan dalam sebuah grafik yang tampak seperti pada Ilustrasi 1.
Berat Kering Hati (mg/g)
0,70 0,60 0,50
y = -0,0017x + 0,641
0,40 0,30 0,20 0,10 0,00
0
20
40
60
80
100
120
Pb dalam Air Minum
Ilustrasi 1.
Grafik Persentase Berat Kering Hati Puyuh
Tabel 1 dan Ilustrasi 1 menjelaskan bahwa pada perlakuan P0 = 0 ppm (tanpa Pb-asetat dalam air minum) berat kering hati puyuh didapat sebesar 0,64 mg/g. Data yang didapat berdasarkan hasil analisa tersebut menyatakan hati dalam keadaan normal dan tanpa adanya Pb-asetat di dalam hati puyuh pada fase grower. Hasil analisa pada perlakuan P1 = 50 ppm (1,095 gram Pb-asetat dalam 10 L air minum) menunjukkan adanya penurunan berat kering hati yaitu sebesar 0,56 mg/g. Perlakuan P2 = 100 ppm (2,19 gram Pb-asetat dalam 10 L air minum) berat kering hati puyuh yang didapat sebesar 0,47 mg/g yang menunjukkan adanya penurunan berat kering hati puyuh dari perlakuan sebelumnya yaitu P0 dan P1. Semakin besar pemberian konsentrasi Pb-asetat pada air minum menunjukan semakin menurun berat kering hati yang di dapat. Bahan kering merupakan jumlah bahan-bahan organik (molekul karbohidrat, protein, lipid serta vitamin) dan anorganik (mineral-mineral). Penurunan kadar berat kering menunjukan penurunan biomolekul baik protein, karbohidrat maupun lipid pada jaringan hati. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 6
Pengaruh Cemaran Pb-asetat dalam Air Minum ............................. Bintang Renaldi P. Fatah
Penurunan komponen molekul-molekul tersebut menunjukan dampak negatif sebagai penghambatan Pb terhadap metabolisme protein, karbohidarat maupun lipid. Beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai dampak Pb terhadap biologi ternak telah banyak dilaporkan. Berdasarkan hasil penelitian Yuan dkk. (2013), menunjukan bahwa pemberian pakan yang ditambahkan dengan Pb menyebabkan penurunan enzim spesifik glutamik oksaloasetat transabinase (SGOT). Gupta (2011) dan Trampel dkk. (2003), melaporkan penurunan laju anabolisme protein didalam hati sebagai dampak pemberian Pb. Lebih lanjut dikemukkan bahwa paparan Pb menyebabkan penurunan enzim yang berperan dalam pemindahan atau trasfer gugus amien dalam metabolisme protein. Kondisi ini menyebabkan pembentukan protein sebagai komponen jaringan hati akan mengalami penurunan. Penelitian terdahulu juga menunjukan hasil yang sama, bahwa suplementasi didalam pakan secara signifikan menurunkan konsentrasi protein albumin dan total protein didalam jaringan hati (Rahman dan Joshi, 2009). Selain penurunan komponen organik protein, pemberian Pb juga menyebabkan katabolisme atau perombakan lipid didalam hati menjadi meningkat. Hasil penelitian yang telah dilaporkan oleh Patra dkk. (2000), menunjukan bahwa ekspos Pb didalam pakan meningkatkan level peroksidasi lipid hingga 140%. Diketahui bahwa peningkatan peroksidasi lipid merupakan mekanisme yang distimulan oleh radikal bebas. Rehman (1984), telah melaporkan bahwa Pb merupakan logam yang bersifat radikal dan sekaligus mampu meningkatkan radikal bebas endogen (dalam tubuh) apabila terpapar di dalam makanan atau air minum. Terkait dengan hasil-hasil penelitian tersebut maka dapat dikemukakan bahwa seiring dengan peningkatan level Pb yang terpapar pada air minum maupun pakan maka secara signifikan mampu meningkatkan peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid sesungguhnya merupakan katabolisme atau penguraian asam-asam lemak yang berantai panjang menjadi molekul atau senyawa baru yang dikenal dengan malodialdehida (MDA). Kejadian ini menyebabkan jumlah lipid sebagai komponen didalam hati menjadi berkurang. Pb yang terkonsumsi hingga terabsorpsi masuk ke dalam sel-sel hati, yang juga menstimulan radikal bebas endogen menyebabkan peningkatan kematian sel-sel hati (baik apoptosis maupun nekrosis). Gurel dkk. (1998), telah melaporkan peningkatan kegagalan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 7
Pengaruh Cemaran Pb-asetat dalam Air Minum ............................. Bintang Renaldi P. Fatah
sintesis protein didalam sel-sel yang berakibat terhadap meningkatanya kematian sel sebagai dampak eskpos Pb yang berlebihan. Diketahui bahwa sebuah jaringan merupakan kumpulan dari sejumlah sel-sel. Ini dapat dipastikan bahwa kematian sel sebagai dampak pemberian Pb pada gilirannya akan menurunkan berat jaringan hati.
Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Kolesterol Hati Puyuh. Hasil penelitian menujukkan data nilai rataaan kadar kolesterol hati puyuh dari tiap perlakuan pemberian logam berat plumbum dalam air minum dengan konsentrasi yang telah ditentukan, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan Kadar Kolesterol Hati Puyuh pada Berbagai Perlakuan Logam Berat Plumbum dalam Air Minum. Ulangan
P0
Kadar Kolesterol Hati Puyuh P1 (mg/g) 73,92 73,94 74,13 74,21 74,29 74,01 73,98 74,05 592,53 74,07 ±0,13
1 75,56 2 75,67 3 76,03 4 75,89 5 76,02 6 76,08 7 75,78 8 75,89 Total 606,92 Rata-rata 75,87 Standar Deviasi ±0,20 Keterangan : P0 = 0 ppm Pb-asetat dalam air minum. P1 = 50 ppm Pb-asetat dalam air minum. P2 = 100 ppm Pb-asetat dalam air minum.
P2 73,17 73,32 73,26 73,04 73,12 73,21 73,08 73,11 585,31 73,16 ±0,09
Berdasarkan data pada Tabel 2 nilai rataan kadar kolesterol hati puyuh pada setiap perlakuan berkisar antara 73,16 mg/g sampai dengan 75,87 mg/g. Rataan kadar kolesterol hati puyuh yang tertinggi diperoleh pada perlakuan P1 yaitu sebesar 75,87 mg/g sedangkan yang terendah diperoleh pada perlakuan P3 yaitu 73,16 mg/g. Konsentrasi Pb-asetat dalam air minum dengan perlakuan yang berbeda yaitu 0 ppm, 50 ppm, dan 100 ppm menunjukkan perbedaan nyata dengan semakin besar konsentrasi Pb-asetat yang diberikan, maka semakin menurunnya kadar kolesterol hati puyuh. Perbedaan pengaruh dari tiap perlakuan tersebut, dapat diketahui melalui uji Polinomial Orthogonal. Hasil perhitungan dari uji tersebut pemberian Pb-asetat Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 8
Pengaruh Cemaran Pb-asetat dalam Air Minum ............................. Bintang Renaldi P. Fatah
dalam air minum terhadap kadar kolesterol hati puyuh, memperlihatkan perbedaan yang nyata (P<0,05), begitupula untuk kuadratik. Persamaan tersebut digunakan untuk mengetahui pendugaan respon kadar kolesterol hati puyuh sebagai akibat dari pemberian Pb-asetat dalam air minum yang diilustrasikan dalam sebuah grafik yang tampak seperti pada Ilustrasi 2. 76,50
Kadar Kolesterol (mg/g)
76,00 75,50 75,00 74,50 74,00 73,50 y = -0,027x + 75,716
73,00 72,50 0
20
40
60
80
100
120
Pb dalam Air Minum
Ilustrasi 2. Grafik Persentase Kadar Kolesterol Hati Puyuh Dari Tabel 2 dan Ilustrasi 2 menjelaskan bahwa pada perlakuan P0 = 0 ppm (tanpa Pbasetat dalam air minum) kadar kolesterol hati puyuh didapat sebesar 75,87 mg/g. Data yang didapat berdasarkan hasil analisa tersebut menyatakan kadar kolesterol hati dalam keadaan normal dan tanpa adanya Pb-asetat di dalam hati puyuh pada fase grower. Hasil analisa pada perlakuan P1 = 50 ppm (1,095 gram Pb-asetat dalam 10 L air minum) menunjukkan adanya penurunan kadar kolesterol hati yaitu sebesar 74,07 mg/g. Perlakuan P2 = 100 ppm (2,19 gram Pb-asetat dalam 10 L air minum) kadar kolesterol hati puyuh yang didapat sebesar 73,16 mg/g yang menunjukkan adanya penurunan kadar kolesterol hati puyuh dari perlakuan sebelumnya yaitu P0 dan P1. Tidak jauh berbeda dengan berat kering hati, semakin besar pemberian konsentrasi Pb-asetat pada air minum menunjukkan semakin menurun kadar kolesterol hati yang di dapat. Sintesis kolesterol didalam hati bagi ternak unggas sangat penting terutama bagi terjaganya laju fitelogenesis untuk kepentingan biosintesis telur. Yalcin dkk. (2007) mengemukakan bahwa, enzim hepatik 3-hyidoksi-3-metilglutariyl-CoA (HMG KoA) Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 9
Pengaruh Cemaran Pb-asetat dalam Air Minum ............................. Bintang Renaldi P. Fatah
reduktase dan enzim kolesterol 7 α hidroksilase, merupakan enzim-enzim yang terogolong dalam grup thiol yang bertanggung jawab dalam sintesis kolesterol. Hasil penelitian yang telah dilaporkan oleh Patra dkk. (2000) menunjukkan bahwa total konsentrasi grup thiol didalam jaringan hati mengalami penurunan hingga 72% bagi ternak maupun tikus yang mendapatkan paparan Pb didalam ransumnya hingga 1 mg/bobot badan. Bedasarkan publikasi atau laporan-laporan terdahulu tersebut maka dapat dikemukakan bahwa salah satu penyebab utama menurunnya kadar kolesterol hati puyuh seiring dengan peningkatan kadar Pb dalam ransumnya adalah menurunnya konsetrasi protein yang tergolong dalam grup thiol (antara lain enzim-enzim yang bertanggung jawab dalam sintesis kolesterol yaitu 3-hyidoksi-3-metilglutariyl-CoA (HMG KoA) reduktase dan enzim kolesterol 7 α hidroksilase). Ini berarti laju sintesis kolesterol mengalami penurunan secara signifikan sebagai dampak penurunan konsetrasi enzim-enzim yang berperan dalam sintesis kolesterol. Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa terdapat hubungan yang kuat antara peningkatan kadar Pb dan kadar MDA. MDA merupakan dialdehid tiga karbon yang sangat reaktif yang juga dapat diperoleh dari hidrolisis pentosa, deoksiribosa, heksosa, beberapa asam amino dan DNA (Hansen dkk., 2006). MDA merupakan radikal bebas yang dapat meningkatkan kadar LDL (Low Density Lipoprotein), yang menjadi penyebab penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah, akibatnya akan timbul atherosklerosis (Bottje dkk., 1995). Penimbunan-penimbunan kolesterol di dinding pembulu darah akan mengurangi konsetrasi kolesterol di jaringan hati. Hal ini juga menjadi penyebab penurunan kadar kolesterol didalam hati.
Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) Pengaruh cemaran Pb-asetat dalam air minum puyuh memberikan pengaruh nyata terhadap penurunan berat kering dan kadar kolesterol hati puyuh fase grower. 2) Pemberian cemaran Pb-asetat dalam air minum sebesar 100 ppm memberikan pengaruh tertinggi pada penurunan berat kering yaitu sebesar 0,47 mg/g dan kadar kolesterol hati yaitu 73,16 mg/g. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 10
Pengaruh Cemaran Pb-asetat dalam Air Minum ............................. Bintang Renaldi P. Fatah Daftar Pustaka Antoine, D.J., D.P. Williams and B.K. Park. 2008. Understanding The Role of Reactive Metabolites in Drug-Induced Hepatotoxicity: State of The Science. Expert Opin Drug. Metab Toxicol (4): 1415-1427. Bottje, W., B. Enkvetchakul and R. Moore. 1995. Effect of α-tocopherols on Antioxidants, Lipid Peroxidation, and The Incidence of Pulmonary Hypertensio Syndrome (Ascites) in Broilers. Poult. Sci. 74: 1356-1369. Gurer, H., H. Ozgunes, R. Neal, D. R. Spitzand and N. Erical. 1998. Antioxidant Effects of Nacetyle Cytein and Succimer in Red Blood Cells from Lead Exposed Rats. Toxicol. 128:181-189. Hansen, B. H., S. Rømma, Ø. A. Garmo, P. A. Olsvik and R. A. Anderson. 2006. Antioxidative Stress Proteins and Their Gene Expression in Brown Trout (Salmo Trutta) from Three Rivers With Different Heavy Metal Levels. Comp. Biochem. Physiol. C 143:263-274. Patra, R. C., D, Swarup and S. K. Dwivedi. 2000. Antioxidant Defense and Lipid Peroxide Level in Liver an Kidneys of Lead Exposed Rats. Asian-Aus. J. Anim. Sci. 2000. Vol. 13, no. 10:1433-1439. Rahman, S., and M. V. Joshi. 2009. Effect of Lead Toxicity on Growth an Performance of Broilers. Tamilnadu J.Vet. Anim. Sci. 5:59-62. Rehman, S. U. 1984. Lead Induced Regional Lipid Peroxidation in Brain. Toxicol. Letter. 21:2395-2407. Riyadina, W. 1997. Pengaruh Pencemaran Plumbum Terhadap Kesehatan. Media Litbangkes Balitbang Dep. Kes RI Jakarta. Trampel, D. W, P. M. Imerman, T. L. Carson, J. A. Kinker and S. M. Ensley. 2003. Lead Contamination of Chicken Eggs and Tissues from a Small Farm Flock. J. Vet. Diagn. Invest. 15:418-422. Yalçın, S., İlyas Onbaşılar, Adnan Şehu and Suzan Yalçın. 2007. The Effects of Dietary Garlic Powder on the Performance, Egg Traits and Blood Serum Cholesterol of Laying Quails. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 20:944-947. Yuan, C., H. H. Song, Y. J. Jiang, M. M. M. Azzam, S. Zhu and X. T. Zou. 2013. Effects of Lead Contamination in Feed on laying Performance, Lead Retention of Organs and Eggs, Protein Metabolism, and Hormone Levels of Laying Hens. J. Appl. Poult. Res. 22:878-884.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 11