PENGANTAR REDAKSI
Pembaca yang budiman, pertama-tama kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar besarnya terutama karena keterlambatan penerbitan Jurnal Ilmiah SOLUSI ini dikarenakan satu dan lain hal secara teknis mengalami hambatan terutuama dari proses editing dan sumber tulisan yang memang masih belum banyak yang masuk dimeja redaksi. Ucapan terimakasih sepatutnya kami sampaikan kepada para pembaca majalah ilmiah yang senantiasa tetap setia mengikuti perkembangan karya tulis ilmiah dan informasi terkini yang kami sajikan, mudah-mudahan ini bisa memberikan tambahan pengetahuan dan manfaat bagi seluruh masyarakat. Jurnal ilmiah SOLUSI kali ini menyajikan beberapa karya tulis dari Dosen Unsika dan karya tulis ini dikumpulkan selama tiga bulan terakhir baik dari hasil penelitian dosen, karya ilmiah serta kajian pustaka, seperti edisi sebelumnya kami menyampaikan beberapa artikel yang membahas beberapa topik menarik yang layak untuk anda baca. Kami berharap semoga Jurnal Ilmiah SOLUSI ini dapat memberikan manfaat sebagai tambahan informasi dan pengetahuan khususnya bagi para pembaca yang budiman dan umumnya bagi masyarakat luas. Redaksi akan selalu berupaya memberikan yang terbaik bagi para pembaca setia Jurnal Ilmiah SOLUSI.
Salam Kami, REDAKSI
DAFTAR ISI
PENGARUH PUNGUTAN PAJAK DAERAH TERHADAP KEPUTUSAN BERINVESTASI (SURVEI PADA INDUSTRI RESTORAN DAN HIBURAN DI KABUPATEN KARAWANG) Kosasih, Eva Maria S, Abdul Yusuf
1-6
PENGEMBANGAN SISTEM OPERASI BERBASIS OPEN SOURCE DALAM PEMILIHAN PAKET DISTRIBUSI UNTUK MENUNJANG KEGIATAN AKADEMIK DILINGKUNGAN UNSIKA Ade Andri Hendriadi, S.Si., M.Kom, Nono Heryana, S.Kom
7-15
PENGGUNAAN ALGORITMA BACKPROPAGATION LEVENBERG MARQUARDT DAN TEKNIK PENGOLAHAN CITRA DIGITAL UNTUK IDENTIFIKASI NOMINAL UANG KERTAS Hanny Hikmayanti Handayani M.Kom., Oman Komarudin S.Si, M.Kom
16-33
PARADIGMA PENDIDIKAN KAUM MARGINAL ANDREA HIRATA DALAM KARYA-KARYANYA (KAJIAN STRUKTURALISME GENETIK) Sutri, S.Pd., M.Pd.
34-44
ANALISA PENGARUH PROSES PEMANASAN DAN PENARIKAN MENGGUNAKAN MESIN RIETER SCRAGG SDS 1200 TERHADAP KEKUATAN BENANG DTY 150D/48F DI PT.X Iwan Nugraha Gusniar, ST., MT.
45-55
EFEKTIFITAS SENAM DISMENORE DALAM MENGURANGI DISMENEORE PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN KARAWANG TAHUN 2013” Maria Alia Rahayu, S.SiT, Lilis Suryani, SST, Rina Marlina, S.SiT
56-61
ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA ANGKATAN TAHUN 2013 TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH DI UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG Oon Sopiah, S.Si.T, Maria Alia Rahayu, S.SiT
62-71
PENGUNAAN AZOLLA UNTUK PERTANIAN BERKELANJUTAN Briljan Sudjana
72-81
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIOSINTESIS IAA OLEH AZOSPIRILLUM Nana Danapriatna
82-88
PEMBELAJARAN KURSUS BAHASA INGGRIS DI SD NEGERI PINAYUNGAN III KECAMATAN TELUKJAMBE TIMUR KABUPATEN KARAWANG Darmaji
89-96
Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No. 2 April-Juni 2014: 1-6
PENGARUH PUNGUTAN PAJAK DAERAH TERHADAP KEPUTUSAN BERINVESTASI (SURVEI PADA INDUSTRI RESTORAN DAN HIBURAN DI KABUPATEN KARAWANG) Kosasih, Eva Maria S, Abdul Yusuf Abstrak Dewasa ini banyak bisnis yang tumbuh dari berbagai sektor dan skala baik dari investor asing ataupun domestik, investasi dilakukan di daerah ibukota ataupun ibukota propinsi dan kabupaten/kota. Dalam penelitian ini penulis mencoba merumuskan masalah penelitian mengenai analisis pelaksanaan kebijakan pajak kabupaten karawang terhadap keputusan investasi terhadap industri kuliner dan hiburan di kabupaten Karawang. Variabel independen (X) adalah pelaksanaan kebijakan pajak kabupaten, yang diwakili indikator equality, certainty, convenience, dan economics. Keputusan investasi sebagai variabel dependen (Y), diwakili lima indikator, meliuti pemilihan produk, pemilihan pemasok, jumlah pembelian, persyaratan pelayanan, pembayaran. A. Latar Belakang Pajak memiliki peranan penting dalam tata kelola negara, untuk sebagian negara termasuk Indonesia menggantungkan penerimaannya kepada pajak. Agar tercapainya tujuan negara harus ada keseimbangan fungsi pajak yaitu antara fungsi budgetair dan fungsi regulerend, sementara itu dengan adanya fungsi regulerend pemerintah dapat mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan pajak. Melalui fungsi mengatur pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan yang lebih ditujukan kepada sektor swasta, contoh dalam rangka mendorong penanaman modal baik dalam negeri ataupun asing diberikan berbagai keringanan fasilitas pajak, ada beberapa alasan mengapa kebijakan pajak perlu dilakukan selain menjaga stabilitas ekonomi adalah untuk mendorong investasi yang optimal secara sosial dan untuk meningkatkan kesempatan kerja. Salah satu upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah dengan menerbitkan Instruksi Presiden No.3 Tahun 2006 tentang Paket kebijakan Perbaikan Iklim investasi. Dalam paket perbaikan iklim investasi tersebut salah satu kebijakan penting adalah memberikan insentif pajak bagi penanaman modal asing maupun lokal. Selain itu perbaikan terhadap Undang-undang Penanaman Modal dan Undang-undang pajak juga merupakan salah satu isi paket kebijakan tersebut. Dalam bidang perpajakan, selain pemberian insentif, pelaksanaan modernisasi dalam pelayanan pajak juga ditekankan sebagai upaya perbaikan iklim investasi. Kebijakan tentang pemberian insentif pajak bagi penanaman modal di Indonesia diharapkan akan memberi pengaruh positif bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. B. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Pajak Menurut UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) No. 28 Tahun 2007, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
1
Kosasih dkk, Pengaruh Pungutan Pajak.......
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang – undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat. (Abdul, 2010). Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan maka pemungutan pajak harus memenuhi beberapa syarat. Di dalam negara yang berdasarkan atas hukum, tentunya mempunyai tujuan yang hendak ditegakkan dalam melaksanakan kegiatan pemerintahnya yang berdasarkan hukum tersebut. Tujuan hukum tersebut menurut Aristoteles adalah membuat adanya keadilan. a. Asas Equality Dari keterangan yang telah disebutkan di atas, dapat dilihat bahwa keadilan merupakan tujuan dari hukum pajak. Contohnya: 1. Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak 2. Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak 3. Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat ringannya pelanggaran b. Asas Certainty Seperti halnya asas keadilan yang telah diuraikan di atas, maka pada asas yuridis ini juga berasal dari asas-asas yang dikemukakan oleh Adam Smith, yaitu asas certainty yang menekankan pentingnya kepastian mengenai pemungutan pajak, yaitu kepastian mengenai subyek pajak dan obyek pajak serta kepastian mengenai tata cara pemungutannya. Dalam asas ini seperti juga halnya asas certainty, pemungutan pajaknya juga harus terdapat jaminan hukum yang memberikan perlindungan terhadap keadilan secara tegas, baik untuk warga maupun untuk negaranya. Salah satu bentuk jaminan tersebut adalah dengan menetapkan undang-undang untuk mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pajak. Sebagai contoh dapat kita lihat dalam Pasal 23 huruf A Undang-Undang Dasar 1945 yang menegaskan, bahwa pemungutan pajak untuk keperluan negara harus dilaksanakan berdasarkan undang-undang. Sehingga dengan adanya jaminan dalam bentuk undang-undang untuk mengatur setiap orang tidak merasa dirinya ragu untuk menjalankan kewajibannya untuk membayar pajak karena segala sesuatunya telah diatur secara jelas. Apabila si wajib pajak merasa berkeberatan atas jumlah pajak yang harus ia bayar, maka oleh Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, Pasal 25 dimungkinkan dilakukannya pengaduan ketidak puasan tersebut kepada pihak atasan yang berwenang mengenai penetapan pajaknya yang dirasakan kurang adil. c. Asas Convinience Dalam pemungutan pajak selain mernpunyai fungsi budgeter, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian. Untuk itu
2
Kosasih dkk, Pengaruh Pungutan Pajak.......
dalam pelaksanaannya diharapkan tidak mengganggu kehidupan ekonomis dari wajib pajak. d. Asas Economics Pada asas terakhir ini dimaksudkan bahwa dalam pemungutan dan pengenaan pajak diusahakan menggunakan biaya-biaya yang sekecil dan sehemat mungkin dan mencukupi untuk pengeluaran negara. Artinya bahwa untuk pengeluaran dan pemungutan harus sebanding dengan penerimaan yang negara terima. Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak. 2. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dasar hukum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah adalah Undang Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Derah dan Retribusi Daerah. (Mardiasmo, 2011). Beberapa pengertian yang terkait dengan pajak daerah dan retribusi daerah : 1.
Daerah Otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Inonesia.
2.
Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat.
3.
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
3. Pengertian Keputusan Berinvestasi Keputusan berinvestasi merupakan tahapan dari proses keputusan dimana konsumen, dalam hal ini investor, secara aktual melakukan pembelian produk, dalam hal ini berinvestasi pada usaha kuliner dan hiburan (diadopsi dari konsep keputusan pembelian yang dikemukakan Kotler dan Keller, 2009:184). Berkaitan dengan keputusan pembelian, Bilson Simamora (2008:15) mengatakan bahwa suatu proses keputusan membeli bukan sekedar mengetahui berbagai faktor yang akan mempengaruhi pembeli, tetapi berdasarkan peranan dalam pembelian dan keputusan untuk membeli.
3
Kosasih dkk, Pengaruh Pungutan Pajak.......
C. Metode Penelitian Adapun penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif verifikatif. Istijanto (2007:13) mengatakan bahwa riset deskriptif merupakan jenis riset yang bertujuan menggambarkan sesuatu. Dalam riset deskriptif, peneliti diasumsikan telah memiliki pemahaman tentang masalah riset dan telah mengetahui jenis informasi yang akan dicari. Prioritas untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah pengusaha kuliner dan hiburan yang ada di kabupaten karawang yang pendiriannya masih tergolong baru dan dalam hal ini peneliti membatasi hanya untuk usaha yang pendiriannya kurang dari 3 tahun. Hal tersebut didasari karena peneliti ingin mendapatkan data atas keputusan yang masih baru dilakukan agar sesuai dengan dinamika yang ada saat ini. Sehubungan dengan penelitian ini, penulis menggunakan model analisis regresi dan korelasi sederhana. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Sir Francis Galton pada yahun 1886, analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas / penjelas) dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau memprediksi rata rata populasi atau nilai rata rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati dalam Ghozali, 2011). D. Analisis Data dan Pembahasan Gambaran kebijakan pajak di Kabupaten Karawang terlihat dari kemampuan para investor untuk melakukan mekanisme perpajakannya ttentu saja hal ini disadari oleh investor bahwa pajak merupakan hal penting dalam dunia bisnis yang imbasnya adalah untuk pembangunan nasional. Implementasi yang baik akan terlaksana karena pemungutan pajak sesuai dengan syarat yang sudah ditentukan seperti yang terdapat dalam pembahasan teori yaitu equality, certainty,convenience dan economic. Dalam uraian analisis data diatas dan dengan berbagai metode yang dijelaskan dalam bab 3 dapat diketahui bahwa investor sudah mempunyai pengetahuan tentang pungutan pajak yang ada di Kabupaten Karawang bahwa untuk industry kuliner dan hiburan merupakan objek pajak bagi daerah kabupaten yang sesuai dengan peraturan dalam Undang Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Gambaran kebijakan pajak kuliner dan hiburan di Kabupaten Karawang
ANOVAa Model Regression 1
Sum of Squares 366.040
Df 1
Mean Square 366.040
Residual
345.389
61
5.662
Total
711.429
62
a. Dependent Variable: VAR00002 b. Predictors: (Constant), VAR00001
4
F 64.647
Sig. .000b
Kosasih dkk, Pengaruh Pungutan Pajak.......
Coefficientsa Model
1
Unstandardized Coefficients
(Constant)
B
Std. Error
12.801
2.930
VAR00001 .726 a. Dependent Variable: VAR00002
Standardized Coefficients Beta
.090
.717
t
Sig.
4.368
.000
8.040
.000
Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.507
2.37952
1 .717a .515 a. Predictors: (Constant), VAR00001
E. Kesimpulan dan Saran 1.
Kesimpulan Kebijakan pajak Kabupaten Karawang benar berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan Investasi pada usaha kulineer dan hiburan, hal ini dapat terlihat dari masing masing output secara statistic terlihat signifikansi 0.000 atau probabilitas jauh dibawah 0.05. Fungsi regulerend adalah fungsi untuk mengatur yang digunakan pemerintah dibidang ekonomi, moneter, sosial, budaya maupun politik agar tercapai tujuan yaitu memperoleh dana-dana yang akan digunakan untuk investasi publik sehingga secara tidak langsung dapat menyalurkan penghasilan swasta (private saving) ke arah sektor-sektor yang produktif maupun digunakan untuk mencegah pengeluaran-pengeluaran yang menghambat pembangunan. Jadi fungsi regulerend adalah fungsi pajak untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pemerintah Gambaran mengenai kebijakan pajak untuk industry kuliner dan hiburan tidak dirasa sulit pelaksanaannya untuk para investor yang berkecimpung dalam bisnis kulineer dan hiburan. Ini berarti cara ataupun media yang di pakai pemerintah dalam hal pungutan pajak kuliner dan hiburan sudah cukup efektif.
2.
Saran Mengenai insentif pajak dan daya saing investasi, para investor sudah lama merindukan paket kebjakan insentif dari pemerintah. Isinya, paket kebijakan yang bersifat memberi kemudahan baik dalam soal perizinan, pajak, kepabeanan, suku bunga dan lain-lain. Hal tersebut diharapkan dapat menurunkan biaya produksi, biaya modal dan meningkatkan daya saing. Pemikiran tersebut realistis, mengingat jika investasi berjalan baik, industri berkembang, menyerap tenaga kerja, daya beli rakyat meningkat, dan dari mereka akan mengalir pembayaran pajak. Secara tidak langsung penduduk miskin dapat dikurangi, melalui pemanfaatan pajak oleh berbagai institusi/ departemen lain Problem daya saing investasi (penanaman modal) memang tidak dapat lagi dianggap remeh sebab ada beragam keterkaitan yang melingkupinya,
5
Kosasih dkk, Pengaruh Pungutan Pajak.......
termasuk sektor perpajakan dan adanya tuntutan koordinasi pusat-daerah dalam hal membuat regulasi. Terus melakukan reformasi di bidang perpajakan secara berkesinambungan DAFTAR PUSTAKA Juanda, B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis Edisi Kedua. IPB Press, Bogor. Mardiasmo, 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Andi, Yogyakarta Lubis,I.2009. Manajemen dan Analisis Memudahkan Urusan Pajak Bagi Perorangan, Suami – Istri, Usaha dan Yayasan. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Suandy, E.2011. Hukum Pajak Edisi 5. Salemba Empat, Jakarta. Hamongan Simanjuntak, T dan Mukhlis, I. 2012. Dimensi Ekonomi Perpajakan Dalam Pembangunan Ekonomi. Raih Asa Sukses, Jakarta. Santoso, S. 2001. SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Purworini, D.2008. Penelitian Pelaksanaan Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Atas Hibah Wasiat di Jakarta Barat. Universitas Dipenogoro, Semarang. Ilyas, W dan Burton,R. 2004. Hukum Pajak Edisi Revisi. Salemba Empat, Jakarta. Rahman, A. 2010. Panduan Pelaksanaan Administrasi Perpajakan. Nuansa Cendikia, Bandung. Resmi, S. 2008. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 4. Salemba Empat, Jakarta. Arikunto, S. 2005 Manajemen Penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta Sugiyono,2009. Metode Penelitan Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabetis, Bandung Abdul, 2001. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah, UPP AMP YKPN, Jogjakarta Gonadi, djoned, 2010, Administrasi Perpajakan, BKPAP, Jakarta Yus Taufik, 2012 ,Radar Karawang, karawang Moleong J L, 2004, Metode Penelitian Kualitatif, , PT Remaja Rosdakarya, Bandung Moleong J L, 2008, Metode Penelitian Kualitatif, ed. Revisi , PT Remaja Rosdakarya, Bandung Nasution, 2003, Komunikasi Pembangunan, PT Rajawali, Jakarta Mulyana, 2011, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, cet. 9 , PT Remaja Rosdakarya, Bandung Bugin, Burhan, 2007, Penelitian kualitatif : komunikasi, ekonomi,kebijakan publik dan ilmu sosial lainnya, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta. Undang Undang Peraturan Daerah No 4 Tahun 2011 UU No 28 Tahun 2009 Tentang BPHTB Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 186/PMK.07/2010 dan Nomor 53 Tahun 2010 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.07/2010 Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2010 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.07/2010
6
Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No. 2 April-Juni 2014: 7-15
PENGEMBANGAN SISTEM OPERASI BERBASIS OPEN SOURCE DALAM PEMILIHAN PAKET DISTRIBUSI UNTUK MENUNJANG KEGIATAN AKADEMIK DILINGKUNGAN UNSIKA Ade Andri Hendriadi, S.Si., M.Kom, Nono Heryana, S.Kom Universitas Singaperbangsa Karawang Abstrak Sebuah distribusi Linux, yang umum disebut dengan “distro”, adalah sebuah proyek yang bertujuan untuk mengatur sebuah kumpulan perangkat lunak berbasis Linux dan memfasilitasi instalasi dari sebuah sistem operasi Linux. Distribusi-distribusi Linux ditangani oleh individu, tim, organisasi sukarelawan dan entitas komersial. Penelitian ini membahas pengembangan distro Linux Unsika dengan teknik remastering. Linux Unsika dikembangkan dari Ubuntu Linux. Sehingga setelah distro tersebut terinstal di dalam komputer dapat langsung dijalankan tanpa harus menginstal aplikasi-aplikasi tambahan dari repository yang ada Linux Unsika dikembangkan dengan menyesuaikan dari kebutuhan tiap Fakultas yang berada di Uniska sesuai dengan kajian dan kompetensi keilmuan masing-masing. Keywords— Distro, Linux, Remastering. I. PENDAHULUAN Sistem operasi Linux memiliki istilah sangat khas distro yang belum umum berlaku pada sistem operasi lain. Distro Linux adalah kumpulan paket program yang dapat dijalankan, dikumpulkan, dan disebarluaskan bersama dengan sistem operasi Linux. Banyak jenis distro Linux, sehingga dapat membingungkan calon pengguna untuk menentukan pilihan. Seperti distro untuk desktop, distro untuk multimedia, distro untuk server, distro untuk pendidikan, distro untuk game, distro untuk jaringan dan lainnya. Bagi seorang pemula yang baru kenal dengan sistem operasi Linux, pasti akan ragu-ragu untuk menginstal Linux ke komputer atau laptop miliknya. Berkembangnya distro Linux ini membantu pengguna pemula untuk mencoba dan mencari sistem operasi Linux yang sesuai dengan kebutuhannya. Setiap distro Linux memiliki kelebishan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan dan kekurangan sebuah distro bagi seorang pengguna belum tentu menjadi kelebihan dan kekurangan bagi pengguna lainnya. Untuk membantu pengguna dalam memilih distro, maka dilakukan proses remaster distro Linux. Remaster distro Linux ini adalah proses pemilihan paketpaket software yang di kemas ulang sesuai dengan kebutuhan. Media yang digunakan untuk hasil dari remaster ini bisa berupa CD, DVD, bahkan USB Flashdisk. Hasil dari remaster distro Linux dinamakan LiveCD, LiveDVD, dan USBLive. Bagi pengguna yang memiliki komputer, laptop, bahkan netbook yang tidak memiliki CD/DVD Rom, USBLive menjadi media alternatif yang dapat digunakan. Selain untuk mencoba sistem operasi Linux, dapat juga digunakan untuk membackup data dari sistem operasi yang ada di harddisk selain Linux. Kemudian pengguna juga bisa menginstalkan Linux yang
7
Ade Andri Hendriadi dkk, Pengembangan Sistem Operasi ....... ada di LiveUSB tersebut ke netbook yang digunakan. Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) merupakan perguruan tinggi swasta di Karawang yang sampai saat ini masih menggunakan software-software NonOSS sebagai media pelayanan untuk seluruh civitas akademik Unsika. Linux memiliki banyak sekali jenis distribusi yang biasanya disebut dengan distro linux. Distro linux adalah kumpulan paket program yang dapat dijalankan, dikumpulkan, dan disebarluaskan bersama dengan sistem operasi Linux. Setiap distro ada ciri khasnya tersendiri sesuai dengan paket yang dimasukkan kedalam distro tersebut, seperti penetration test, multimedia, edukasi dan lain-lain. Pada saat ini pertanggal 4 September 2013 ada sekitar 301 distro linux yang terdaftar di situs http://distrowatch.com. II. TINJAUAN PUSTAKA 21. Sistem Operasi Sistem Operasi Sistem operasi adalah sekumpulan rutin perangkat lunak yang berada diantara program aplikasi dan perangka keras. Semua perangkat lunak berjalan dibawah kendali sistem operasi, mengakses perangkat keras lewat sistem operasi, dan mengikuti aturan-aturan yang dijalankan oleh sistem operasi (Hariyanto, 2009:25). fungsi sistem operasi secara umum adalah: 1. Manajemen proses, 2. Manajemen memori utama, 3. Manajemen berkas, 4. Manajemen penympanan sekunder, 5. Manajemen sistem I/O sistem proteksi jaringan, dan 6. Command-interpreter system. Program-program aplikasi berjalan di level tertinggi dari sistem operasi, sehingga program ini tidak perlu mengetahui seluk beluk perangkat keras komputer. Selain itu, beberapa sistem operasi didesain untuk keperluan spesifik seperti aplikasi embedded OS sehingga kustomasi software benar-benar merupakan faktor terpenting. Menurut Tanenbaum (Hariyanto, 2009:31). , sistem operasi mengalami perkembangan yang sangat pesat, yang dapat dibagi kedalam empat generasi: 2.2 Linux Linux merupakan software yang bersifat free/opensource sehingga untuk memperolehnya dapat diunduh secara gratis. Pada awalnya linux merupakan system operasi yang cocok untuk jaringan tapi sekarang linux sudah berubah menjadi system operasi yang tidak hanya handal dari segi jaringan dan server tapi juga sudah menjelma menjadi sistem operasi yang enak dipakai di lingkungan desktop baik untuk keperluan pribadi atau bahkan untuk perkantoran. Linux sendiri adalah sebuah kernel yang dikembangkan oleh Linus B. Torvalds karena terinspirasi oleh kernel MINIX buatan Andy Tanenbaum. Salah satu hal penting yang patut untuk dicatat pada Linux adalah pengembangan arsitektur komponen dasar yang menitik beratkan pada fasilitas sharing resource untuk aplikasi-aplikasi yang berjalan di atas GNU/Linux. Misalnya Desktop Manager GNOME, menggunakan Bonobo (Built on top of the international CORBA standard) untuk sharing resource
8
Ade Andri Hendriadi dkk, Pengembangan Sistem Operasi ....... arsitektur komponen-komponen softwarenya. Sampai saat ini ada banyak sekali Distribusi-distribusi linux atau lebih dikenal dengan sebutan distro beredar di seluruh dunia. Dari sekian banyak distro yang sebenarnya ada beberapa saja distro yang paling terkenal, diantaranya ubuntu, debian, linuxmint, fedora, opensuse, slackware dan redhat. Sampai saat ini Indonesia sudah memiliki beberapa distro yang dikembangkan oleh Komunitas Linux yang tersebar diseluruh Indonesia, diantaranya adalah 1. BlankOn Linux, 2. Igos Nusantara, 3. Zencafe, 4. Linux Biasawae, 5. Garuda, 6. Xnuxer. 7. X-code dan lain-lain. Dari sekian banyak Linux yang dikembangkan di Indonesia, BlankOn merupakan linux yang mampu masuk kedalam urutan 100 besar distro linux yang ada didunia menurut distrowatch.com pertanggal 13 februari 2012 dengan menduduki posisi ke-83. BlankOn merupakan distro linux yang dikembangkan oleh Yayasan Penggerak Linux Indonesia (YPLI) dan tim Pengembang BlankON. 2.3 Distro Linux Istilah distribusi Linux sendiri memiliki pengertian adanya sekelompok orang yang menggabungkan paket-paket yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem Linux secara keseluruhan menjadi satu. Saat ini istilah distribusi tidak hanya sekedar membuat sebuah paket Linux, akan tetapi lebih lengkap dengan adanya penambahan fitur, seperti tool- tool instalasi baik yang berbasis grafis atau teks, dukungan dokumentasi, uji coba, mengintegrasikan paket-paket seperti RedHat Package Manager (RPM), tentu saja untuk tujuan komersil atau sosial. Membangun distribusi sendiri mungkin lebih menguntungkan, karena pembuat bisa melakukan kostumasi lebih mendalam terhadap sistem. Salah satu kelebihan Linux adalah banyaknya pilihan distro yang tersedia. Namun terkadang kelebihan ini justru menjadi kendala, terutama bagi pemula Linux yang mungkin menjadi bingung dengan banyaknya pilihan yang tersedia. Distro Linux sebenarnya terbagi atas 3 keluarga besar linux berdasarkan manajemen paketnya (MDGR, 2008), yaitu: 2.3.1 Distro Linux Berbasis RPM Distro linux berbasis RPM merupakan distro linux yang diturunkan dari Redhat. contohnya Suse+Open Suse, Astaro, Novell SLE, RedHat+Fedora, TurboLinux, Red Flag, Linpus, K12, Vixta, Berry, CentOS, WhiteBox, Nusantara Mandrake/Mandriva, PCLinuxOS, SamLinux, TinyMe, 3D OS, CHIPLux Moblin, ScientificLinux, YellowDog, LinuxXP, ClarkConnect. 2.3.2 Distro Linux Berbasis DEB Distro linux berbasis DEB merupakan distro linux yang merupakan turunan dari
9
Ade Andri Hendriadi dkk, Pengembangan Sistem Operasi ....... Debian, tapi untuk distro linux berbasis DEB yang paling terkenal adalah (K/X)Ubuntu yang menjadi induk dari distro-distro lain karena paket softwarenya lengkap dan stabil, biasanya banyak dipakai oleh pemula atau user yang baru memakai linux, contoh (K/X)Ubuntu, LinuxMint, Mepis, DamnSmall, CrunchBang, Elive, gOS, Knoppix, EasyPeasy, Sidux, BackTrack, DreamLinux, PC/OS, CloneZilla, Xandros, 64Studio, Nexenta, Parsix, Freespire. 2.3.3 Distro Linux Berbasis TAR Distro linux berbasis TAR merupakan distro linux yang tidak ramah untuk pemula, karena dalam penginstalasian masih menggunakan kompilasi secara manual dari source code. contohnya Slackware, Gentoo, Sabayon, Vector, Slax, ZenWalk, Austrumi, FrugalWare, DeliLinux, GoblinX, Wolfix, Crux, AbsoluteLinux. 2.4
Metode Pemaketan Linux
Ada beberapa cara untuk melakukan remastering linux (anom,2010), yaitu 1. Linux From Scratch (LFS), merupakan metode pengembangan linux dari nol, butuh usaha untuk mengembangkan dan mendistribusikannya lagi, karena distro ini tidak cocok digunakan untuk personal atau pribadi yang merupakan pemakai atau end user, 2. Mengambangkan dan memodifikasi distro besar yang sudah ada III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menggunakan metodologi Rekayasa dengan pendekatan metode Remastering, karena perawatan paket tidak terlalu sulit juga didukung penuh oleh distro yang dijadikan basis, sehingga pengembangan bisa fokus pada tujuan distro itu dibuat. untuk metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah reengineering dan metode yang digunakan adalah remastering. Dengan rekayasa ulang atau reengineering, berarti penulis melakukan modifikasi dan pengembangan dari aplikasi atau perangkat lunak yang sudah ada sehingga perangkat lunak tersebut memiliki peningkatan fungsi sehingga dapat meningkatkan usability dari perangkat lunak sistem operasi yang dikembangkan. Alur penelitian dari pengembangan disrto linux Unsika ialah: untuk tahapan penelitiannya berdasarkan tahapan metode Remastering adalah: 1. Rumusan Masalah, Dalam tahapan ini penulis melakukan perumusan terhadap masalah yang akan diangkat dalam penelitian. 2. Studi Pustaka, Pada tahapan ini peneliti melakukan pengkajian terhadap sumber-sumber yang akan dijadikan referensi dalam mengembangkan distro linux, memahami langkahlangkah penelitian serta mempelajari distro-distro yang sudah ada. 3. Analisis, Dalam tahapan ini penulis melakukan analisis terhadap kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak dan melakukan analisis terhadap kriteria-kriteria dalam pengembangan sebuah distro dari awal sampai akhir. 4. Perancangan, Pada tahap ini penulis merancang spesifikasi pengembangan distro linux Unsika
10
Ade Andri Hendriadi dkk, Pengembangan Sistem Operasi .......
5.
6.
agar sesuai dengan tujuan awal dari pengembangan distro linux Unsika yang meliputi penambahan paket-paket yang akan ditambahkan, modifikasi tampilan GUI, dan modifikasi sistem. Implementasi, Pada tahapan ini penulis melakukan implementasi terhadap rancangan yang telah dibuat sehingga menghasilkan produk yang siap pakai. Pengujian. Pada tahap ini penulis melakukan pengujian terhadap distro linux yang dihasilkan.
IV. HASIL DAN PEMBAHSAN 4.1Hasil Penelitian Hasil Penelitian yang didapat dari pengembangan distro linux Unsika adalah sebuah sistem operasi open source yang sesuai dengan kebutuhan yang ada di Unsika dan tujuan utamanya bisa untuk menunjang kegiatan akademik di Unsika. Penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan mengenai pemanfaatan perangkat lunak Free/Open Source Software di universitas Singaperbangsa Karawang. Dengan adanya penelitian ini diharapkan kedepannya Unsika dapat mengimplementasikan penggunaan perangkat lunak Free/Open Source Software di dalam kegiatan akademik dan kegiatan kegiatan lainnya. 1) 4.2 Analisis Dalam penelitian ini hasil yang diharapkan adalah penggunaan sistem operasi dan software-software open source di lingkungan Unsika. Dengan berjalannya waktu dan rencana release-release distro linux Unsika hasil remastering yang selanjutnya, maka pengembang distro akan selalu menambah fitur dan memperbaiki bug yang ada pada release-release selanjutnya agar pengguna merasa nyaman dalam menggunakan distro linux yang dikembangkan. 1. 2. 3. 4. 5.
Secara umum kebutuhann akan distro yang dihasilkan adalah: Distro yang dihasilkan stabil, Sesedikit mungkin terdapat bug pada distro yang dihasilkan, Dukungan perangkat keras (hardware) Kompatabilitas dengan perangkat lunak lain, Memiliki dukungan komunitas yang cukup kuat.
4.3 Software Basis Distro Sebelum melakukan proses remastering terhadap paket-paket perangkat lunak yang akan dipaketkan, yang terpenting yang harus penulis siapkan adalah basis distro linux yang akan dikembangkan yaitu Ubuntu. untuk rilis distro yang penulis gunakan untuk mengembangkan distro linux Unsika adalah Ubuntu 12.04, untuk Ubuntu itu sendiri, dapat diperoleh dari link-link mirror berikut: 1. http://www.ubuntu.com/download/desktop, atau mirror lokal, 2. http://kambing.ui.ac.id/iso/ubuntu/releases/precise/ubuntu-12.04-desktop-i386.iso.
11
Ade Andri Hendriadi dkk, Pengembangan Sistem Operasi ....... 4. 4 Software berdasarkan user Dari sisi kebutuhan software, user atau pengguna membutuhkan perangkat lunak standar sebuah komputer atau PC yaitu perangkat lunak untuk perkantoran (office), software multimedia, dan utility software. Selain perangkat lunak standar user juga biasanya menggunakan sistem operasi yang umum dipakai di Indonesia terlepas dari legal atau tidaknya software yang mereka gunakan dalam kegiatannya baik untuk bekerja maupun hiburan. Untuk itu melalui penelitian ini penulis ingin mengubah paradigma pengguna software untuk beralih ke software yang sifatnya Free/Open Source Software. Sesuai dengan tujuan utama penelitian ini adalah pengembangan distro linux Unsika sebagai alternatif dari sistem operasi berlisensi atau berbayar. Untuk paket software yang akan di remastering berdasarkan data hasil wawancara yang akan didapat dari para responden di Universitas Singaperbangsa Karawang, wawancara disini dimaksudkan untuk mengetahui software apa saja yang terpasang di komputer para responden, untuk kemudian penulis akan mencarikan software alternatif perangkat lunak yang cocok versi Free/Open Source Software untuk dipaketkan dalam distro linux yang dikembangkan. untuk spesifikasi secara garis besar sebagai berikut: 1. Paket Software Office, meliputi paket aplikasi office open source, 2. Paket Software Multimedia, merupakan paket sofware aplikasi multimedia, baik audio, video, maupun codecnya. 3. Paket Software Pendidikan/Edukasi, untuk software pendidikan yang akan dipaketkan meliputi sooftware edukasi untuk anak-anak, matematika, geografi, dan astronomi 4. Paket Software Programming, merupakan paket software untuk mengembangkan perangkat lunak sebagai alternatif IDE yang berlisensi. 5. Paket Software Akuntansi, merupakan paket software yang digunakan untuk keperluan akuntansi dan pelaporan keuangan. 6. Paket Software Religi, merupakan paket software yang berisi software untuk pengingat waktu sholat dan al qur'an. 7. Paket Software Teknik, merupakan software software yang digunakan untuk mendesain gambar teknik. 8. Paket Software Design Grafis, merupakan software-software untuk kebutuhan desain grafis. 4.5 Pengguna Software Berdasarkan objek penelitian yang penulis ambil dalam pengembangan distro linux target utama dari pengembangan distro linux Unsika ini adalah seluruh civitas akademik Unsika. Pengguna perangkat lunak dalam penelitian ini adalah civitas akademik Unsika, diharapkan dengan adanya penelitian ini seluruh civitas akademik untuk akan beralih menggunakan perangkat lunak open source. Langkah-langkah yang dipakai dalam pengembangan distro linux unsika.
12
Ade Andri Hendriadi dkk, Pengembangan Sistem Operasi ....... 1. Pemahaman konsep pengembangan distro, dengan memahami konsep pengembangan distro linux, penulis bisa mengetahui tata cara dalam mengembangkan distro linux sesuai dengan yang dibutuhkan untuk kegiatan akademis Unsika. 2. Pemilihan release distro induk, dalam memilih release distro induk, penulis memilih release distro ubuntu terbaru yaitu ubuntu 12.04, karena release terbaru biasanya sistemnya lebih stabil dan perangkat lunak yang ada di repository lebih lengkap dan up to date. 4.6 Pengelompokan Perangkat Lunak pada sistem operasi Linux Unsika
Gambar 4.1 pembagian Kelompok software 4.7 Instalasi Paket Software Dalam pengembangan distro linux unsika, dibutuhkan paket-paket software sesuai dengan masing-masing tiap fakultas sehingga proses instalasi paket-paket yang dibutuhkan: 1. Instalasi Ubuntu Restricted Extras Untuk memainkan file-file multimedia di linux, perlu adanya codec-codec multimedia yang harus di install, karena codec tersebut sifatnya nonfree maka secara default tidak di sertakan di Ubuntu. Untuk instalasinya adalah # apt-get install ubuntu-restricted-extras 2. Instalasi perangkat lunak Multimedia # apt-get install audacious vlc 3. Instalasi perangkat lunak edukasi/pendidikan
13
Ade Andri Hendriadi dkk, Pengembangan Sistem Operasi ....... # apt-get install gcompris ezgo-education 4. Instalasi perangkat lunak Programming # apt-get install eclipse netbeans gambas3 codeblokcs bluefish kompozer 5. Instalasi perangkat lunak Akuntansi # apt-get install gnucah economize homebank wxbanker 6. Instalasi perangkat lunak keagamaan # apt-get install zekr monajat thawab 7. Instalasi perangkat lunak teknik # apt-get install librecad freecad 8. Instalasi perangkat lunak desain grafis # apt-get inkscape gimp blender 9. Instalasi perangkat lunak statistik # apt-get install pspp rkward 10. Instalasi Remastersys Untuk instalasi yang terakhir ialah instalasi perangkat lunak untuk remastering, untuk melakukan instalasi remastersys ialah sebagai berikut: a. terlebih dahulu kita tambahkan repository remastersys, caranya kita edit file source.list. b. lalu tambahkan repository remastersys, deb http://www.remastersys.com/ubuntu precise main c. setelah itu update repository, d. setelah update repository maka ketik: # apt-get install remastersys V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini membahas tentang Teknik Remastering Linux untuk digunakan di lingkungan civitas akademik Unsika, pokok utama yang dibahas dalam penelitian ini adalah Proses pengembangan distro, implementasi, pengujian sampai dengan evaluasi. Berikut beberapa kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini: 1. Penyusunan paket-paket linux yang pada Linusk (Linux Unsika) lebih sesuai dengan kebutuhan tiap Fakultas di Universitas Singaperbangsa Karawang 2. Sistem operasi berbasis open source sudah sesuai dengan kebutuhan pengguna di lingkungan Universitas Singaperbangsa Karawang, 5.2 Saran Beberapa saran untuk pengembangan distro linux Unsika sebagai berikut: 1. Dalam pengembangan lebih lanjut distro linux Unsika diharapkan memiliki tim pengembang sendiri. 2. Perlu adanya dukungan secara langsung dari pihak lembaga khususnya Unsika, dalam pemakaian perangkat lunak open source. 3. Diperlukan adanya lab khusus untuk riset dan pengembangan dengan akses internet stabil 24 jam sehinga dapat memperluas akses dan ke dunia luar karena perkembangan dunia open source sangat cepat sekali.
14
Ade Andri Hendriadi dkk, Pengembangan Sistem Operasi ....... VI. DAFTAR PUSTAKA 1 Askari, Azikin. 2004-2007. “Debian GNU/Linux 2nd Edition”. http://www.debianindonesia.org. 2 Badan Standar Nasional. 2011. SK No. 41/KEP/BSN/4/2011 tentang “Format Dokumen Terbuka untuk Aplikasi Perkantoran v1.0”. 3 Budi, Santosa.(22 mei 2010).”Remastering Distro Ubuntu untuk menunjang Pembelajaran Informatika”.Seminar Nasional Informatika 2010. 4 Bambang, Hariyanto. 2009. Sistem Operasi. Bandung:Informatika. 5 Daniel, Fiandita Krisnadi, dkk. 2011. Membangun Sistem Operasi mandiri Berbasis Open Source Dengan Metode Remaster. Yogyakarta: STMIK AMIKOM Yogyakarta. 6 Janner, Simarmata. 2010. Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta: ANDI Publisher. 7 Kun, Maryati. 2006. SOSIOLOGI : - Jilid 3. Jakarta: Esis (Penerbit Gramedia). 8 Muhammad, Asef Yusriadi. 2010. Mandriva 2010 Remaster Power Pack Flash for Distrolinux Desktop. Jakarta: Gunadarma University. 9 Russel, Rusty, Daniel Quinlan, Christopher Yeoh. 2004. Filesystem Hierarchy Standard (FHS). http://www.pathname.com/fhs/. Diakses pukul 03.47, tanggal 03 Februari 2012. 10 Urip, Santsoso. 2008. Kegiatan Akademik di Perguruan Tinggi. http://uripsantoso.wordpress.com/2008/08/18/kegiatan-akademik-di-perguruantinggi/. Diakses pukul 11.23, tanggal 04 Mei 2012. 11 Ustijanto. 2005. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 12 Yudha, Yogasara Ibnu Sudrajat. 2008. Teknik Pembuatan Distro Atunez-Me Berbasi PCLinuxOS. Universitas Gunadarma, Depok.
15
Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No. 2 April-Juni 2014: 16-33
PENGGUNAAN ALGORITMA BACKPROPAGATION LEVENBERG MARQUARDT DAN TEKNIK PENGOLAHAN CITRA DIGITAL UNTUK IDENTIFIKASI NOMINAL UANG KERTAS Hanny Hikmayanti Handayani M.Kom Oman Komarudin S.Si, M.Kom Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Singaperbangsa Karawang
[email protected] [email protected] Abstrak Pendeteksian citra adalah masalah klasik untuk pengolahan citra. Kegiatan pendeteksian citra ini terkait dengan kondisi data citra yang didapat berdasarkan obyek, fitur dan aktifitas. Mendeteksi atau Identifikasi nominal uang kertas merupakan salah satu kegiatan pendeteksian citra, kegiatan ini biasanya dapat diselesaikan tanpa kesulitan oleh manusia tetapi masih belum dapat diselesaikan dengan baik oleh komputer . Tujuan dari penelitian ini adalah membangun algoritma aplikasi pengolahan citra yang dapat mendeteksi nominal uang kertas dan melakukan proses pelatihan jaringan saraf tiruan backpropagation dengan menggunakan algoritma LevenbergMarquardt. Software Matlab digunakan untuk membangun aplikasi pengolahan citra tersebut. Hasil analisis dari penelitian pengolahan citra dan jaringan syaraf tiruan tersebut didapatkan bahwa tingkat keakuratan Algoritma Levenberg Marquardt untuk mendeteksi uang kertas adalah 50 %. Kata Kunci : Jaringan saraf tiruan, Levenberg-Marquardt, deteksi uang kertas, backpropagation. I. PENDAHULUAN Teknologi saat ini sangat mempengaruhi kondisi gaya hidup manusia diantaranya makin seringnya manusia berinteraksi dengan mesin secara langsung . Salah satu contoh interaksi secara langsung tersebut adalah pada mesin penjualan makanan kecil. Dimana untuk proses pembayarannya menggunakan koin khusus yang harus ditukarkan terlebih dahulu, sehingga proses interaksi secara langsungnya menjadi sangat tidak praktis karena pelanggan harus terlebih dahulu menukarkan uangnya dengan koin yang sesuai dengan harga makanan yang hendak dibeli.[Nur 2008] Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan suatu sistem yang dapat mengenali/mengidentifikasi nilai nominal uang kertas. Dimana untuk bisa mengidentifikasi uang kertas tersebut adalah dengan melihat corak atau gambar dipermukaannya. Pengidentifikasian adalah masalah klasik dalam komputer untuk pengolahan citra. Kegiatan pengidentifikasian gambar ini terkait dengan kondisi data gambar yang didapat berdasarkan obyek, fitur atau aktifitas. Kegiatan ini biasanya dapat diselesaikan tanpa kesulitan oleh manusia tetapi masih belum dapat diselesaikan dengan baik oleh komputer pada obyek tertentu dan kondisi tertentu [Johan 2011]. Dalam proses pembacaan uang kertas tersebut banyak terdapat kondisi yang harus dihadapi antara lain uang kertas dengan kondisi yang masih baik dimana tampilannya akan tampak
16
Hanny Hikmayanti Handayani, Penggunaan Algoritma Backpropagation .......
serupa sehingga memiliki variasi yang sedikit dan uang kertas dalam kondisi yang kusut atau kotor sehingga akan menunjukkan variasi yang lebih banyak. [Susanti 2008] Oleh karena itu diperlukan suatu cara atau metode yang sesuai untuk mendeteksi nominal uang kertas dengan berbagai macam kondisi dan tingkatan variasi . Ada berbagai macam cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi nilai nominal mata uang tersebut diantaranya dengan teknik membaca citra digital dari lembaran uang kertas tersebut dan juga algoritma untuk mengenali nilai nominal uang kertas tersebut. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengambil tema yang berkaitan dengan Citra Digital dan Jaringan Saraf Tiruan dengan judul “Penggunaan Algoritma Backpropagation Levenberg Marquardt dan Teknik Pengolahan Citra Digital untuk Identifikasi Nominal Uang Kertas”. II. METODE EXTREME PROGRAMMING Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Extreme Programming. Extreme Programming atau XP adalah sebuah pendekatan atau model pengembangan perangkat lunak yang mencoba menyederhanakan berbagai tahapan dalam proses pengembangan tersebut sehingga menjadi lebih adaptif dan fleksibel. Walaupun menggunakan kata programming, XP bukan hanya berfokus pada coding tetapi meliputi seluruh area pengembangan perangkat lunak. Aspek dasar XP terdiri dari berbagai teknik atau metode yang diterapkan [Beck 1999] pada C3 Project. Teknik-teknik tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1. Aspek dasar Extreme Programming 1. The Planning Game Pendekatan XP dalam perencanaan sangat mirip dengan metode yang diterapkan pada RAD (Rapid Application Development). Proses pendek dan cepat, mengutamakan aspek teknik, memisahkan unsur bisnis dengan unsur teknis dan pertemuan intensif antara klien dengan developer. Pada XP proses ini menggunakan terminologi “game” karena Beck menyarankan untuk menggunakan teknik score
17
Hanny Hikmayanti Handayani, Penggunaan Algoritma Backpropagation .......
card dalam menentukan requirements. Semakin sulit aspek teknis yang dibutuhkan semakin tinggi pula skor pada kartu rencana tersebut. 2. Small Releases Setiap release dilakukan dalam lingkup sekecil mungkin pada XP. Setiap developer menyelesaikan sebuah unit atau bagian dari perangkat lunak maka hasil tersebut harus segera dipresentasikan dan didiskusikan dengan klien. Jika memungkinkan untuk menerapkan unit tersebut pada perusahaan, hal itu juga dapat dilakukan sekaligus sebagai tes awal dari penerapan keseluruhan sistem. Kendati demikian hal ini tidak selalu perlu dilakukan karena harus dihitung terlebih dahulu sumberdaya yang dibutuhkan. Apakah lebih menguntungkan langsung melakukan tes terhadap unit tersebut atau melakukan tes setelah unit tersebut terintegrasi secara sempurna pada sistem. 3. Metaphor Metaphor pada dasarnya sama dengan arsitektur perangkat lunak. Keduanya menggambarkan visi yang luas terhadap tujuan dari pengembangan perangkat lunak. Beck sendiri seperti para penandatangan Agile Manifesto lainnya bercita-cita menyederhanakan proses pengembangan perangkat lunak yang saat ini sudah dianggap terlalu rumit. Arsitektur yang saat ini banyak berisi diagram dan kode semacam UML dianggap terlalu rumit untuk dimengerti, terutama oleh klien. Metaphor, walaupun mirip dengan arsitektur lebih bersifat naratif dan deskriptif. Dengan demikian diharapkan komunikasi antara klien dengan developer akan berlangsung lebih baik dan lancar dengan penggunaan metaphor. 4. Simple Design Sebagai salah seorang penandatangan Agile Manifesto, Beck adalah seorang yang tidak menyukai desain yang rumit dalam sebuah pengembangan perangkat lunak. Tidak heran jika dia memasukkan Simple Design sebagai salah satu unsur XP. Pada XP desain dibuat dalam lingkup kecil dan sederhana. Tidak perlu jmelakukan antisipasi terhadap berbagai perubahan di kemudian hari. Dengan desain yang simpel apabila terjadi perubahan maka membuat desain baru untuk mengatasi perubahan tersebut dapat dengan mudah dilakukan dan resiko kegagalan desain dapat diperkecil. 5. Refactoring Refactoring adalah salah satu aspek paling khas dari XP. Refactoring seperti didefinisikan oleh Martin Fowler adalah ”Melakukan perubahan pada kode program dari perangkat lunak dengan tujuan meningkatkan kualitas dari struktur program tersebut tanpa mengubah cara program tersebut bekerja”. Refactoring sendiri sangat sesuai untuk menjadi bagian XP karena Refactoring mengusung konsep penyederhanaan dari proses desain maupun struktur baris kode program. Dengan Refactoring tim pengembang dapat melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas program tanpa kembali mengulang-ulang proses desain. Fowler adalah salah satu kolega dekat dari Kent Beck karena itu tidak mengherankan bahwa cara berpikir mereka terhadap proses pengembangan perangkat lunak sangat mirip satu dengan lainnya.
18
Hanny Hikmayanti Handayani, Penggunaan Algoritma Backpropagation .......
6. Testing XP menganut paradigma berbeda dalam hal tes dengan model pengembangan perangkat lunak lainnya. Jika pada pengembangan perangkat lunak lainnya tes baru dikembangkan setelah perangkat lunak selesai menjalani proses coding maka pada XP tim pengembang harus membuat terlebih dahulu tes yang hendak dijalani oleh perangkat lunak. Berbagai model tes yang mengantisipasi penerapan perangkat lunak pada sistem dikembangkan terlebih dahulu. Saat proses coding selesai dilakukan maka perangkat lunak diuji dengan model tes yang telah dibuat tersebut. Pengetesan akan jauh lebih baik apabila dilakukan pada setiap unit perangkat lunak dalam lingkup sekecil mungkin daripada menunggu sampai seluruh perangkat lunak selesai dibuat. Dengan memahami tahap ini kita dapat melihat bahwa siklus pada XP adalah requirement analysis, test, code, dan design. Sekilas terlihat hal ini tidak mungkin dilakukan tetapi pada kenyataannya memang gambaran inilah yang paling dapat menjelaskan tentang XP. 7. Pair Programming Pair programming adalah melakukan proses menulis program dengan berpasangan. Dua orang programer saling bekerjasama di komputer yang sama untuk menyelesaikan sebuah unit. Dengan melakukan ini maka keduanya selalu dapat berdiskusi dan saling melakukan koreksi apabila ada kesalahan dalam penulisan program. Aspek ini mungkin akan sulit dijalankan oleh para programer yang memiliki ego tinggi dan sering tidak nyaman untuk berbagi komputer bersama rekannnya. 8. Collective Ownership Tidak ada satupun baris kode program yang hanya dipahami oleh satu orang programer. XP menuntut para programer untuk berbagi pengetahuan untuk tiap baris program bahkan beserta hak untuk mengubahnya. Dengan pemahaman yang sama terhadap keseluruhan program, ketergantungan pada programer tertentu ataupun berbagai hambatan akibat perbedaan gaya menulis program dapat diperkecil. Pada level yang lebih tinggi bahkan dimungkinkan para programer dapat bertukar unit yang dibangunnya. 9. Coding Standards Pair programming dan collective ownership hanya akan dapat berjalan dengan baik apabila para programer memiliki pemahaman yang sama terhadap penulisan kode program. Dengan adanya coding standards yang telah disepakati terlebih dahulu maka pemahaman terhadap program akan menjadi mudah untuk semua programer dalam tim. Hal ini dapat diterapkan sebagai contoh pada penamaan variabel dan penggunaan tipe data yang sama untuk tiap elemen semua record atau array pada program. 10. Continous Integration Melakukan build setiap hari kerja menjadi sebuah model yang disukai oleh berbagai tim pengembang perangkat lunak. Hal ini terutama didorong oleh keberhasilan penerapan sistem ini oleh Microsoft dan telah sering dipublikasikan. Dengan melakukan build sesering mungkin berbagai kesalahan pada program dapat dideteksi dan diperbaiki secepat mungkin. Apabila banyak tim pengembang
19
Hanny Hikmayanti Handayani, Penggunaan Algoritma Backpropagation .......
perangkat lunak meyakini bahwa build sekali sehari adalah minimum maka pada XP hal tersebut adalah maksimum. Pada XP tim disarankan untuk melakukan build sesering mungkin misalnya setiap 4 jam atau bahkan lebih cepat lagi. 11. 40-hours Week Beck berpendapat bekerja 8 jam sehari dan 5 hari seminggu adalah maksimal untuk tiap programer. Lebih dari itu programer akan cenderung membuat berbagai error pada baris-baris kode programnya karena kelelahan. 12. On-Site Customer Sebuah pendekatan klasik, di mana XP menganjurkan bahwa ada anggota dari klien yang terlibat pada proses pengembangan perangkat lunak. Yang lebih penting lagi ia harus ada di tempat pemrogaman dan turut serta dalam proses build dan test yang dilakukan. Apabila ada kesalahan dalam pengembangan diharapkan klien dapat segera memberikan masukan untuk koreksinya. III. DESAIN PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Rekayasa, dimana peneliti membuat suatu aplikasi yang didalamnya terdapat algoritma yang akan digunakan untuk mengetahui mana algoritma yang efektif untuk mendeteksi nominal uang kertas. Untuk tahapan dalam penelitian ini penulis menggunakan model Extreme Programming. Extreme Programming atau XP adalah sebuah pendekatan atau model pengembangan perangkat lunak yang mencoba menyederhanakan berbagai tahapan dalam proses pengembangan tersebut sehingga menjadi lebih adaptif dan fleksibel. Walaupun menggunakan kata programming, XP bukan hanya berfokus pada coding tetapi meliputi seluruh area pengembangan perangkat lunak. 3.2 Metode Pemilihan Sampel Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Sampling Purposive yaitu untuk sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu. Berupa uang kertas dengan nominal tertentu dan kondisi fisik nya yang masih baik dan tidak ada cacat. Dimana teknik pengambilan sampelnya adalah Nonprobability sampling. 3.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data citra digital dari uang kertas adalah dengan menggunakan kamera digital. Hasilnya adalah berupa gambar digital RGB berformat jpeg dengan ukuran citra bervariasi. Dimana data yang berhasil didapatkan akan digunakan untuk pelatihan data dan untuk pengujian citra.
20
Hanny Hikmayanti Handayani, Penggunaan Algoritma Backpropagation .......
Gambar 3.1. Skema pengumpulan data 3.4 Instrumentasi Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Kamera Digital Software Prosesor Memory
: Samsung Digital , Resolusi 12,2 mega pixels : MatLab v2010b : AMD Dual-Core E-450 APU (1,65 GHz) : 2 GB.
3.5 Teknik Analisis Data Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode pelatihan backpropagation dengan algoritma Levenberg-Marquardt dimana hasil dari proses analisis data dari algoritma tersebut digunakan untuk mengetahui keefektifan pendeteksian nominal uang kertas. 3.6 Langkah-langkah Penelitian Langkah – langkah penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini, adalah: Start
Study Pendahuluan
Menyiapkan data set
Pembuatan Aplikasi
Pengujian
Penulisan Laporan
End
Gambar 3.2 Diagram Langkah-langkah penelitian 1. Tahap Study Pendahuluan, mempelajari berbagai referensi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Topik-topik yang dikaji anatara lain meliputi : pengenalan pola, pengolahan citra digital, pendeteksian obyek dan jaringan saraf tiruan metode backpropagation. 2. Tahap Menyiapkan data set, mempersiapkan data yang akan digunakan untuk proses pelatihan dan proses pengidentifikasian dari Sistem Pendeteksian nominal uang
21
Hanny Hikmayanti Handayani, Penggunaan Algoritma Backpropagation .......
kertas. 3. Tahap Pembuatan Aplikasi. Tahapan ini adalah membuat aplikasi pendeteksi nominal uang kertas dengan jaringan syaraf tiruan menggunakan dua algoritma pelatihan Levenberg-Marquardt. Aplikasi ini dibuat dengan menggunakan Software Matlab. 4. Tahap Pengujian adalah melakukan pelatihan pada sistem dan melakukan proses identifikasi menggunakan data set yang sudah dipersiapkan sebelumnya. 5. Tahap Penulisan Laporan adalah melakukan analisis terhadap proses pelatihan dan proses identifikasi yang telah dilakukan dan menuliskan dalam bentuk laporan penulisan. IV.
ANALISIS INTERPRETASI DAN IMPLIKASI PENELITIAN
4.1 Analisis dan Implementasi Sistem Sistem Deteksi yang digunakan untuk teknik Pengolahan citra dan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation untuk mendeteksi nominal uang kertas dapat digambarkan sebagai berikut : Start
Pemotretan Citra Uang Kertas Nominal 10.000, 20.000, 50.000, 100.000
Akuisisi Data
Tahapan Pra Proses 1. Pemotongan / Cropping 2. Perubahan citra Uang RGB menjadi Greyscale 3. Proses Reshape 4. Proses Binerisasi
Pra Proses
Y Pembentukan JST Backpropagation
T Pelatihan ? Pengujian JST Backpropagation untuk Deteksi Nominal Uang Kertas
Algoritma Levenberg Marquardt
Nilai Bobot Levenberg Marquardt
Deteksi
Evaluasi
End
Gambar 4.1. Kerangka Pengembangan Model 1. Akuisisi Data Berfungsi untuk mengambil data sebagai bahan baku penelitian dengan cara pemotretan citra uang kertas nominal Rp.10.000, Rp. 20.000, Rp.50.000, Rp.100.000 2. Tahapan Pra Proses Pra proses merupakan tahapan selanjutnya dimana hasil citra dari uang yang sudah difoto kemudian diproses pada perangkat lunak praproses. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan ciri dari citra uang yang akan digunakan dalam proses pembentukan jaringan maupun pelatihan.
22
Hanny Hikmayanti Handayani, Penggunaan Algoritma Backpropagation .......
3. Pembentukan JST Backpropagation Setelah melalui tahapan praproses, data pelatihan digunakan untuk membentuk Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation. 4. Algoritma Levenberg Marquardt Pada saat pelatihan backpropagation menggunakan algoritma Levenberg Marquardt 5. Akan didapatkan nilai bobot dari Algoritma Levenberg Marquardt 6. Lakukan pengujian untuk mendeteksi nominal uang kertas 7. Evaluasi hasil deteksi yang sudah dilakukan untuk mengetahui tingkat keakuratan dari algoritma Levenberg Marquardt. 4.1.1 Pengumpulan Data Pada penelitian ini data yang diolah, digunakan oleh sistem untuk mendeteksi nominal uang kertas. Tahapan pengumpulan data merupakan tahapan pra proses di dalam penelitian ini. Data-data yang didapat akan menjadi masukan yang menggunakan format file bergambar digital RGB yang berekstensi jpg ( Joint Photograpich Expert). Penulis memilih format JPG karena kamera yang dipergunakan menggunakan ekstension .jpg dengan type warna true color, dengan ukuran citra 1024 x 758. Hasil pengambilan foto uang kertas dengan menggunakan kamera digital dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.2 Hasil foto uang Rp.10.000 dan Rp. 20.000 Sebelum melalui tahapan pra proses, citra yang didapat harus di inputkan terlebih dahulu. Proses input citra dalam Matlab dapat diberikan syntax sebagai berikut : function pushbutton1_Callback(hObject, eventdata, handles) proyek=guidata(gcbo); [namafile,direktori]=uigetfile({'*.jpg';'*.bmp';'*.png';'*.tif'},'Akuisisi Citra Digital') if isequal(namafile,0) return; end eval(['cd ''' direktori ''';']); IHan=imread(namafile);; %wait_Callback(hObject, eventdata, handles) %waitbar set(proyek.figure1,'CurrentAxes',proyek.axes1); set(imshow(IHan)); info=imfinfo(namafile); set(proyek.figure1,'Userdata',IHan); set(proyek.axes1,'Userdata',IHan); Setelah melalui tahapan input citra, sistem baru masuk ke tahapan pra proses.
23
Hanny Hikmayanti Handayani, Penggunaan Algoritma Backpropagation .......
Tahapan pra proses merupakan suatu kegiatan yang terdiri atas proses pemotongan citra uang kertas, perubahan tipe citra dan perubahan ukuran citra. Tahap pra proses ini dipergunakan untuk memudahkan tahap selanjutnya. Berikut ini merupakan penjelasan proses yang dilakukan dalam tahap pra proses. 1. Proses Pemotongan (Cropping) Citra Uang Kertas. Pemotongan (Cropping) citra uang kertas adalah proses awal yang dilakukan dalam tahap pra proses. Pemotongan ini berfungsi untuk mengambil bagian / area uang kertas agar dapat diproses ke tahap selanjutnya dan membuat citra uang kertas menjadi lebih simetris. Bagian/area dari uang kertas yang akan dipotong adalah berupa angka nominal di bagian sudut kiri atas dari sisi gambar pahlawan. Kemudian hasil pemotongan dibentuk ulang menjadi matrik berukuran 14 x 6 pixel.
Gambar 4.3 Area Pemotongan Syntax program yang digunakan adalah : IHanT=imcrop(IHan, [45 100 274 114]); IHanC=imresize(IHanT,0.05); Instruksi yang digunakan di dalam tahapan ini adalah function pushbutton2_Callback(hObject, eventdata, handles) proyek=guidata(gcbo); IHan=get(proyek.axes1,'Userdata'); IHanT=imcrop(IHan, [45 100 274 114]); IHanC=imresize(IHanT,0.05); set(proyek.figure1,'CurrentAxes',proyek.axes2); set(imshow(IHanC)); set(proyek.figure1,'Userdata',IHanC); set(proyek.axes2,'Userdata',IHanC); INam=get(proyek.edit2,'String'); path='C:\PhotoUang\Crop' Ix=['\' INam '.jpg']; namafile=[path Ix]; imwrite(IHanC,namafile); Dan hasil pemotongan adalah bagian nominal dengan ukuran matrik 14 x 6 pixel adalah :
24
Hanny Hikmayanti Handayani, Penggunaan Algoritma Backpropagation .......
Gambar 4.4 Hasil Cropping 2. Proses Perubahan citra uang kertas RGB menjadi citra uang Grayscale Pada tahap praproses kedua yang dilakukan adalah merubah citra uang RGB yang telah melalui proses pemotongan menjadi citra uang Grayscale, agar citra dapat diproses pada proses selanjutnya. Syntax program yang digunakan adalah : Igray = rgb2gray(IHan); Instruksi yang digunakan dalam tahapan ini adalah : function pushbutton3_Callback(hObject, eventdata, handles) proyek=guidata(gcbo); IHan=get(proyek.axes2,'Userdata'); Igray = rgb2gray(IHan); set(proyek.figure1,'CurrentAxes',proyek.axes3); set(imshow(Igray)); set(proyek.figure1,'Userdata',Igray); set(proyek.axes3,'Userdata',Igray); INam=get(proyek.edit2,'String'); path='C:\PhotoUang\Gray' Ix=['\' INam '.jpg']; namafile=[path Ix]; imwrite(Igray,namafile); Hasil perubahan dari RGB menjadi Grayscale adalah :
Gambar 4.5 Citra Grayscale 3. Proses Perubahan citra uang kertas Grayscale menjadi citra biner Proses ini merubah dari citra keabuan menjadi citra biner dimana citra biner hanya mempunyai dua nilai tingkat keabuan yaitu hitam dan putih. Syntax program yang yang digunakan adalah thresh=graythresh(IHan); imbw=im2bw(IHan,thresh); Instruksi yang digunakan di dalam tahapan ini adalah function pushbutton4_Callback(hObject, eventdata, handles) proyek=guidata(gcbo); IHan=get(proyek.axes3,'Userdata'); thresh=graythresh(IHan);
25
Hanny Hikmayanti Handayani, Penggunaan Algoritma Backpropagation .......
imbw=im2bw(IHan,thresh); set(proyek.figure1,'CurrentAxes',proyek.axes4); set(imshow(imbw)); set(proyek.figure1,'Userdata',imbw); set(proyek.axes4,'Userdata',imbw); INam=get(proyek.edit2,'String'); path='C:\PhotoUang\Biner' Ix=['\' INam '.jpg']; namafile=[path Ix]; imwrite(imbw,namafile); Hasil citra biner yang dihasilkan adalah :
Gambar 4.6 Citra biner 4. Merubah ukuran citra dari matrik citra biner (X) yang berukuran 14 x 6 menjadi matrik citra biner (Y) yang berukuran 84 x 1. Syntax program yang dipergunakan adalah: Ishap=reshape(IHan,84,1); Instruksi yang digunakan dalam tahapan ini adalah : function pushbutton5_Callback(hObject, eventdata, handles) proyek=guidata(gcbo); IHan=get(proyek.axes4,'Userdata'); Ishap=reshape(IHan,84,1); set(proyek.figure1,'CurrentAxes',proyek.axes5); set(imshow(Ishap)); set(proyek.figure1,'Userdata',Ishap); set(proyek.axes4,'Userdata',Ishap); INam=get(proyek.edit2,'String'); path='C:\PhotoUang\Reshape' Ix=['\' INam '.jpg']; namafile=[path Ix]; imwrite(Ishap,namafile); 4.1.2 Pembentukan JST Backpropagation Tahap awal yang harus dilakukan untuk menjalankan sistem ini adalah membentuk terlebih dahulu Jaringan Syaraf Tiruan. Syntax program yang digunakan adalah : nntool Untuk lebih jelasnya berikut adalah parameter-parameter yang digunakan dalam membentuk jaringan syaraf tiruan backpropagation : 1. Lapisan Masukan
: 84 unit neuron (matriks 84 x 1)
26
Hanny Hikmayanti Handayani, Penggunaan Algoritma Backpropagation .......
2. Lapisan tersembunyi 3. Bobot Jaringan
: 1 Lapisan tersembunyi dengan 10 unit neuron. : (matriks 10 x 84) bobot jaringan pada 10 unit neu ron lapisan tersembunyi. : terdapat 2 bobot bias yakni pada lapisan tersembunyi (matriks 10 x 1) dan pada lapisan output (matriks 1 x 1 ) : terdapat 1 lapisan keluaran dengan 4 unit neuron keluaran (matriks 4 x 1) yang menunjukkan 4 klasifikasi pecahan uang rupiah seperti berikut ini . Rp.100.000,- ( 1 0 0 0); Rp. 50.000,- (0 1 0 0); Rp. 20.000,- (0 0 1 0 ); Rp.10.000,- (0 0 0 1).
4. Bobot bias 5. Lapisan keluaran
Rp.100.000 .....Rp.10.000 1 0 0 0
0 1 0 0
0 0 1 0
0 0 0 1
Gambar 4.7 Matrik Lapisan Keluaran
Fungsi Aktivasi lapisan tersembunyi Logsid, fungsi aktivasi lapisan keluaran (purelin) 6. Pelatihan dilakukan dengan metode optimasi yang digunakan adalah Levenberg Marquardt. 4.1.3 Pelatihan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Pelatihan Jaringan Syaraf Tiruan bertujuan untuk mengambil ciri dari masing-masing citra yang akan digunakan untuk membentuk model jaringan. Pada tahap pelatihan ini dilakukan masukkan beberapa macam citra uang kertas yang dilatih untuk membentuk model jaringan. Empat Citra uang kertas yang dilatih akan dibagi menjadi 4 kelompok bagian yaitu kelompok nominal Seratus Ribu, Lima Puluh Ribu, Dua Puluh Ribu dan Sepuluh Ribu yang nantinya akan dipergunakan pada tahap pengujian. Pada awal pelatihan akan dimasukkan 4 citra uang kertas yang terdiri atas 1 citra uang seratus ribu rupiah, 1 citra uang lima puluh ribu rupiah, 1 citra uang dua puluh ribu rupiah dan 1 citra uang sepuluh ribu rupiah. Algoritma JST yang digunakan adalah backpropagation. Jaringan ini terdiri dari satu lapisan masukan dengan 84 unit neuron, satu lapisan tersembunyi dengan 10 unit neuron dan satu lapisan keluaran dengan 4 unit keluaran. Pelatihan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pelatihan supervised learning dengan cara memasangkan data (masukan atau input dengan data target keluaran) yang dipakai untuk melatih jaringan hingga diperoleh bobot yang diinginkan. Kita harus membuat data target sesuai dengan data input yang ada. Jumlah data input = jumlah data target. Tahapan proses yang terjadi pada pelatihan JST backpropagation adalah : 1. Memasukkan 84 x 4 nilai rata-rata matriks dari tiap citra dengan target yang dituju. 2. Menentukan target jaringan
27
Hanny Hikmayanti Handayani, Penggunaan Algoritma Backpropagation .......
3. Membangun jaringan dengan menentukan beberapa parameter yakni rentang nilai masukan, banyaknya neuron pada hidden layer dan menentukan banyaknya keluaran serta menentukan fungsi aktivasi. 4. Menentukan tingkat keluaran jaringan yang diperbolehkan 5. Menentukan jumlah iterasi maksimal. 6. Melakukan pelatihan JST metode Levenberg Marquardt, untuk mengubah bobotbobot koneksi pada jaringan. 7. Pembelajaran berhenti apabila kesalahan pelatihan telah mencapai nilai minimum yang diinginkan atau jumlah itersi telah melewati batas maksimal. 8. Menyimpan data jaringan (bobot jaringan dan bobot bobot bias) ke dalam suatu file untuk digunakan pada saat identifikasi. 9. Pada tahap simulasi, aliran data feed forward dilakukan berdasarkan bobot akhir hasil pelatihan. Berikut adalah tahapan proses pembentukan Jaringan Syaraf Tiruan 1. Memasukkan data input dan target yang akan digunakan dalam pembentukan jaringan syaraf tiruan. Proses nya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.8 Pembentukan Jaringan Syaraf Tiruan
2. Melakukan training terhadap jaringan dengan menentukan terlebih dahulu data training yang dibutuhkan.
Gambar 4.9 Proses Training Levenberg Marquardt
28
Hanny Hikmayanti Handayani, Penggunaan Algoritma Backpropagation .......
2. Hasil Test Performance dari Training
4.10 Test Performance Levenberg Marquardt 3. Hasil Training State
Gambar 4.11 Training State Levenberg Marquardt 4. Hasil Regression, Epoch & Validation stop
Gambar 4.12 Regression, Epoch & Validation Stop evenbergMarquardt Berikut ditampilkan hasil proses training Levenberg Marquardt Tabel 4.1 Training Levenberg Marquardt Training
Levenberg Marquardt
Jumlah
Waktu
Epoch
( detik )
7
44
Performance
Gradient
Validation Check
1.13e-06
29
8.44e-06
1.00e-10
Hanny Hikmayanti Handayani, Penggunaan Algoritma Backpropagation .......
4.1.4 Prototype GUI Matlab
Gambar 4.13 Tampilan Aplikasi Pengenalan Uang Kertas 4.2 Pengujian Data Menggunakan Prototype Setelah Proses Training dilakukan maka tahapan selanjutnya adalah melakukan tahapan identifikasi atau pengenalan mata uang yang akan di uji. Disini data set yang akan dilakukan pengujian adalah 10 citra nonimal Rp.100.000, 10 citra nominal Rp.50.000, 10 citra nominal Rp.20.000 dan 10 citra nominal Rp.10.000. Tahapan identifikasi untuk masing-masing data set dilakukan dengan menggunakan JST Levenberg Marquardt. Berikut ditampilkan table hasil identifikasi antara Levenberg Marquardt. No
Tabel 4.2 Hasil identifikasi uang kertas Nominal Hasil yang Teridentifikasi Levenberg Marquardt
1
100.000
100%
2
50.000
0%
3
20.000
0%
4
10.000
100%
4.3 Interpretasi Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, didapatkan berbagai temuantemuan yang berkaitan dengan deteksi nominal uang kertas dengan menggunakan algoritma backpropagation Levenberg Marquardt. Dimana hasil identifikasi untuk masing-masing nominal uang kertas dengan menggunakan algoritma Levenberg Marquardt nominal Rp.50.000 dan nominal Rp. 20.000 tidak berhasil teridentifikasi, untuk nominal Rp.10.000 dan Rp.100.000 dapat terindentifikasi seluruhnya, sehingga dari 40 data set yang diidentifikasi dengan menggunakan algoritma Levenberg Marquardt yang teridentifikasi secara tepat adalah sebanyak 20 data set, maka tingkat akurasi Algorima Levenberg Marquardt untuk mengidentifikasi nominal uang kertas dalam penelitian ini adalah 50 %.
30
Hanny Hikmayanti Handayani, Penggunaan Algoritma Backpropagation .......
4.4 Implikasi Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk pengembangan perangkat lunak pendeteksi nominal uang kertas dalam menentukan algoritma yang sesuai. Untuk penelitian selanjutnya perlu dikaji beberapa metode pengolahan citra digital dan variasi model jaringan syaraf tiruan untuk bisa didapatkan hasil yang lebih baik. 4.4.1 Implikasi Aspek Sistem Agar dapat mendukung hasil analisis penelitian, diperlukan adanya suatu implementasi terhadap prototype tersebut. Sistem yang digunakan harus mendukung untuk memberikan hasil yang terbaik. Oleh karena itu, perlu dibuat suatu perancangan implementasi kebutuhan sumber daya teknologi. Sumber daya teknologi tersebut meliputi kebutuhan akan software dan hardware agar sistem pendeteksian nominal uang kertas dapat berjalan dengan baik. Berikut ini merupakan tabel mengenai kebutuhan software dan spesifikasi minimum software untuk mendukung implementasi Sistem Deteksi Nominal uang kertas. Tabel 4.3 Kebutuhan Software Software Sistem Operasi Matlab
Minimum Requirements Windows XP Profesional Matlab v2010b
Adapun spesifikasi minimum hardware yang dibutuhkan untuk mendukung sistem data mining dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.4 Kebutuhan Hardware Hardware
Minimum Requirements
Processor
Intel Pentium III
Memori
256 MB DDR 1
Graphic Card
64 MB
Harddisk
10 GB
Network Adapter
Any Network adapter
4.4.2 Implikasi Aspek Penelitian Lanjut Penelitian ini dirasakan masih banyak kekurangan. Hal ini karena adanya beberapa kendala yang dihadapi pada saat penelitian dan pengujian. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melengkapi kekurangan yang ada terutama demi kesempurnaan model pendeteksian nominal uang kertas yang telah dibuat dan dapat diperolehnya tingkat keakuratan pendeteksian yang optimal . Oleh karena itu, untuk bisa didapatkan tingkat akurasi yang optimal akan lebih baik lagi jika algoritma Levenberg-Marquardt dibandingkan atau dikomparasi dengan model algoritma lain. 4.5 Rencana Implementasi
31
Hanny Hikmayanti Handayani, Penggunaan Algoritma Backpropagation .......
Model Pendeteksi Nominal Uang kertas ini dapat diimplementasikan dalam Perangkat / Mesin penjualan barang otomatis. Fungsi dari mesin ini adalah menggantikan transaksi manual dalam penjualan barang atau makanan atau minuman ke mesin otomatis. Alat ini dapat melayani konsumen secara cepat, efisien dan terutama mampu mengenali alat pembayaran yang berlaku sesuai dengan harga yang tertera. Dalam mesin ini terdapat suatu alat yang akan mengidentifikasi uang kertas yang dibayarkan oleh konsumen. Dimana model yang didesain ini dapat diterapkan. Mesin ini sangat menguntungkan bagi penggunanya dari sisi kepraktisan. V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Dapat dibangunnya suatu model pengidentifikasi nominal uang kertas dengan menggunakan pengolahan citra yang dapat mendeteksi nominal uang kertas Rupiah nominal Rp.10.000, Rp. 20.000, Rp. 50.000 dan Rp. 100.000,’ 2. Dari pengukuran kinerja algoritma yang digunakan dalam model berdasarkan jumlah data identifikasi didapatkan bahwa algoritma Levenberg Marquardt memiliki kinerja dengan hasil identikasi pembacaan nominal uang kertas mencapai 50 %. 5.2 Saran 1. Pengukuran kinerja sebuah algoritma Jaringan Syaraf Tiruan dapat dilakukan berdasarkan beberapa kriteria antara lain seperti keakuratan prediksi, kecepatan/ efisiensi, kehandalan, skalabilitas dan interpretabilitas. Oleh karena itu, untuk melihat tingkat akurasi dari algoritma, akan lebih baik lagi algoritma Levenberg Marquardt dibandingkan atau dikomparasi dengan model algoritma lain. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk pengembangan perangkat lunak pendeteksi nominal uang kertas dalam menentukan algoritma yang sesuai dan dpat diimplementasikan dalam suatu alat atau mesin pembaca uang otomatis. 2. Untuk pengembangan lebih lanjut, Model yang dibuat selain dapat mengidentifikasi nominal uang kertas juga dapat mengidentifikasi uang kertas Asli / Palsu. DAFTAR PUSTAKA 1. [Al-Haik 2003] Al-Haik, M.S, Garmestani,H. and Navon, I.M, “Truncated –Newton Training Algorithm for neurocomputational Viscoplastic Model”, Comput. Methods Appl. Mech.Engrg., No.192,p.2249-2267, 2003. 2. [Bishop 1995] Bishop, Christopher,M., “Neural Network for Pattern Recognition”, Oxford University Press, New York, 1995. 3. [Chatfield 1998] Chatfield,C. and Faraway, J, “Time Series Forecasting with Neural Network : Comparative study using the airline data”, Applied statistics, 1998. 4. [Chen 2012] Chen, HaiYan & L. Hui., “The Image Process Technology in Fingerprint Identification”, Advanced Material Research vols : 433-440 pp 3247-3251, 2012. 5. [Fausett 1994] Fausett, Laurene., “Fundamentals of neural Networks. Architectures Algorithms and Applications”, Prentice hall Inc,hal 3-15, USA
32
Hanny Hikmayanti Handayani, Penggunaan Algoritma Backpropagation ....... 6. [Ginting 2012] Ginting, ED., “Deteksi Tepi menggunakan metode canny dengan Matlab untuk membedakan uang asli dan uang palsu”, diakses tanggal 18 Juli 2012 pada : www.gunadarma.ac.id/library/articles/.../Artikel_50404934.pdf 7. [Haryono 2004] Haryono, Mohammad., “Model Identifikasi Peta Secara Otomatis Menggunakan Konsep Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation”, Media Informatika Vol 2 No 1 : 39-46, 2004. 8. [Hermawan 2006] Hermawan, Arief, “Jaringan Saraf Tiruan : Teori dan Aplikasi”, Andi Offset, Yogyakarta, 2006. 9. [Hidayatno 2008] Hidayatno, Achmad., Rizal Isnanto & Dian Kurnia, “Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Perambatan-Balik (Backpropagation)”, Jurnal Teknologi Vol 1 No 2 : 100 – 106, 2008. 10. [Islam 2006] Islam, A., A. Akhter & T.Mursalin, “Automated Textile Defect Recognition System using Computer Vision and Artificial Neural Networks”, World Academy of Science, Engineering and Technology, 2006. 11. [Johan 2011] Johan, T. & A. Prabuwono, “Recognition of Bolt and Nut using Artificial Neural Network”, International Conference on Pattern Analysis and Intelligent Robotics, hal. 166-170, 2011. 12. [Siang 2009] Siang, Jong Jek, “Jaringan Syaraf Tiruan dan Pemrogramannya Menggunakan MATLAB”, Andi Offset, Yogyakarta, 2009. 13. [Kusumadewi 2004] Kusumadewi, Sri, “Membangun Jaringan syaraf tiruan menggunakan Matlab dan Excellink”, Graha Ilmu, hal 50-51, Yogyakarta, 2004. 14. [Marques 2011] Marques, Oge, “Practical Image video using Matlab”, John Wiley & Sons Inc, Hoboken, New Jersey, 2011. 15. [McAndrew 2004] McAndrew,Alasdair, “An introduction to Digital Image Processing with MATLAB”, Victoria University of Technology Press, 2004. 16. [Nugroho 2005] Nugroho, S. & A, Harjoko, “Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Mendeteksi Posisi Wajah Manusia Pada Citra Digital”, SNATI : 1-6, 2005. 17. [Nur 2008] Nur, Ahmad A, “Rancang Bangun Container Dan Conveyor Rokok Pada Mesin Vending Rokok type Conveyor-Elevator”, Skripsi, Semarang : Universitas Muhammadiyah Semarang, 2008. 18. [Prasojo 2011] Prasojo, Andi, “Pengenalan Karakter Alfabet Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan”, Skripsi, Semarang : Universitas Diponegoro, 2011. 19. [Puspitaningrum 2006] Puspitaningrum, Diyah, “Pengantar Jaringan Saraf Tiruan”, Penerbit Andi, Yogyakarta. 2006. 20. [Samsuryadi 2009] Samsuryadi, “Pengidentifikasian Pembuatan Tulisan Tangan dengan Pengenalan Pola Biomimetik”, Jurnal Generic, Vol 4 No.2 : 31- 33, Palembang, 2009. 21. [Siregar2009] Siregar,Ivan, CG2 Neural Network Algorithm, diakses tanggal 25 Agustus 2012 pada http://ivan.siregar.biz/courseware/CG2_NeuralNetwork_Algorithm.pdf. 22. [Suharto 2010] Suharto, Andika, Peramalan Time Series Trafik Jaringan Internet Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik, diakses tanggal 25 Agustus 2012 pada http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=727:mod el-propagasi-balik&catid=6:internet&Itemid=14 23. [Susanti 2008] Susanti, Roza. November, “Deteksi Nilai Pixel Uang Seratus Ribu Rupiah Berdasarkan Warna dengan Pengolahan Citra”, Percikan, Vol. 94 : 55-59, Padang, 2008. 24. [Warsito 2007] Warsito,Budi.,S.Sumiyati,“Prediksi Curah Hujan Kota Semarang dengan Feedforward Neural Network Menggunakan Algoritma Quasi Newton BFGS dan Levenberg Marquardt”, Jurnal Presipitasi, Vol 3 No.2 : 46-52, 2007.
33
Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No. 2 April-Juni 2014: 34-44
PARADIGMA PENDIDIKAN KAUM MARGINAL ANDREA HIRATA DALAM KARYA-KARYANYA (KAJIAN STRUKTURALISME GENETIK) Oleh: Sutri, S.Pd., M.Pd. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Singaperbangsa Karawang Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mendeskripsikan dan menjelaskan kehidupan sosial pengarang (dimensi pendidikan kaum marginal) Andrea Hirata yang berhubungan dengan karya-karyanya (2) Mendeskripsikan dan menjelaskan latar belakang sosial masyarakat (dimensi pendidikan kaum marginal) yang mengkondisikan lahirnya karya-karya Andrea Hirata (3) Mendeskripsikan dan menjelaskan pandangan Andrea Hirata dalam karya-karyanya. Bentuk Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, sedangkan pendekatan penelitian adalah pendekatan stukturalisme genetik yang menekankan teks sebagai objek kajian. Data dalam penelitian ini berupa kata, frasa, klausa, kalimat, wacana yang terdapat dalam TetralogiLaskar Pelangi. Sumber data penelitian ini adalah TetralogiLaskar Pelangiberupa Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Endensor dan Maryamah Karpov. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik pustaka, simak, dan catat. Teknik analisis data yang digunakan adalah model dialektik yang dikemukakan oleh Lucien Goldmann dan model interaktif. Hasil Penelitian ini adalah: (1) Kehidupan sosial Andrea Hirata yang berhubungan dengan TetralogiLaskar Pelangi mencakup latar belakang sejarah atau peristiwa sosial budaya masyarakat Indonesia yang melahirkan TetralogiLaskar Pelangi; dimensi pendidikan kaum marginal ada dua ciri orang termarginalkan (tertindas). Pertama, alienasi dari diri dan lingkungannya. Kedua, self-depreciation, merasa bodoh, tidak mengetahui apa-apa. (2) Pendidikan kaum marginal dalam Laskar Pelangi terdapat pemetaan tipologi kesadaran manusia dalam empat kategori; kesadaran magis (magic conscousness), kesadaran naif (naival consciousness); kesadaran kritis (critical consciousness) dan kesadarannya kesadaran (transformation consciousness). (3) Pandangan dunia (vision du monde) Andrea Hirata sebagai pengarang terhadap novel Laskar Pelangi mencakup problematika ketidakberpihakan sistem pendidikan pada kaum marginal; problematika kemiskinan (sosial ekonomi) dalam novel Laskar Pelangi; dan kesenjangan sosial antara kaum elite dan kaum marginal Kata kunci : Dimensi pendidikan, kaum marginal, strukturalisme genetik A. PENDAHULUAN Novelis Andrea Hirata menorehkan buah karya yang mencengangkan. Sebagai karya pertama yang ditulis seseorang yang tidak berasal dari lingkungan sastra, dan tidak tunduk pada selera pasar. Kelebihan dari karya Andrea dalah ceritanya diangkat dari kehidupan nyata. Novel-novel sekarang biasanya hanya menceritakan tentang percintaan dan ekspose seksualitas tetapi tidak pada karyanya. Andrea Hirata mengisahkan anak-anak kampung di Pulau Belitong, Sumatera Selatan. Kelebihan yang dimiliki pengarang (Andrea Hirata) dalam karya-karyanya dari segi stilistik yang menarik, mengungkapkan setiap kejadian secara sistematis,
34
Sutri, Paradigma Pendidikan Kaum Marginal.........
terarah dan kronologis, sehingga peneliti tertarik untuk mengkaji masalah-masalah yang terdapat di dalam karya-karyanya meliputi Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Endensor dan Maryamah Karpov. Dimensi pendidikan kaum marginal menjadi tema dalam karya-karyanya, termarginalkan secara ekonomi dan termarginalkan secara politik. Sebagai kaum marginal mereka tetap berjuang memperoleh pendidikan untuk mengubah kehidupan mereka. Mereka bersekolah tanpa alas kaki, baju tanpa kancing, atap sekolah bocor jika hujan, dan papan tulis berlubang sehingga terpaksa ditambal dengan poster Rhoma Irama. Mereka mengesampingkan anggapan bahwa orang miskin dilarang sekolah. Munculnya stigma masyarakat marginal bahwa orang miskin dilarang sekolah karena tidak adanya keberpihakan sekolah pada mereka. Sistem pendidikan yang diterapkan penentu kebijakan yang tidak memihak kaum marginal dan kemiskinan menjadikan sekolah sebagai barang mewah. Sebagaimana diungkapkan Prasetyo (2009: 26) bahwa bukan hanya kebijakan pendidikan yang payah, kebijakan pemerintah yang lain juga menyebabkan rakyat semakin sulit untuk mendapatkan pendidikan, kebijakan peperintah itu secara tidak langsung adalah pelarangan orang miskin dilarang sekolah. Prasetyo (2009: 21; 25) menyatakan bahwa jika biaya pendidikan mahal maka pendidikan bisa manjadi biang utama proses pemiskinan. Pemiskinan menjadi proses yang terus berjalan seperti mesin penggiling, orang tua berhadapan dengan situasi darurat tanpa mampu mengambil pertimbangan. Biaya pendidikan sama besarnya dengan biaya kesehatan. Keduanya ditempatkan sebagai kebutuhan Primer. Orang tua tidak segan-segan meminjam uang untuk memenuhi kebutuhan biaya sekolah. Kebutuhan untuk sekolah sama seperti keperluan untuk makan dan minum. Andrea Hirata dalam karyanya tampak menyajikan konsep sekolah yang berpihak pada kaum marginal, pemenuhan kebutuhan publik dalam pendidikan dan wujud protes pendidikan bukan hanya dimiliki oleh segelintir orang dengan kelas sosial tertentu. Konsep pembelajaran variatif yang ditekankan pada budi pekerti dominan ditampilkan Andrea Hirata dalam karyanya. Andrea Hirata juga menyajikan konsep pembelajaran variatif yang diterapkan oleh guru-gurunya. Pembelajaran tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas. Siswa mengalami secara langsung dan menerapkan dalam hidup bermasyarakat. Dirunut lebih jauh tampak bahwa pendidik dalam karya-karyanya menerapkan sistem pendidikan alternatif dengan memanfaatkan lingkungan sekitar, terbatasnya sarana prasarana tidak menghalangi mereka untuk memenuhi hak anak dalam memperoleh pendidikan. Penerapan pembelajaran demikian tampak bahwa pendidik tidak menggunakan konsep pendidikan ‘gaya bank’ seperti yang diungkapkan Paulo Freire. Pendidikan ‘gaya bank’ menurut Freire (1985: 50) anak didik tidak dilihat sebagai subjek dinamis dan punya kreasi tetapi dilihat sebagai benda yang seperti wadah untuk menampung sejumlah rumusan atau dalil pengetahuan. Semakin banyak isi yang dimasukkan oleh gurunya dalam “wadah” itu, maka semakin baiklah gurunya dan semakin patuh wadah itu semakin baiklah ia. Anak didik hanya menghafal semua yang disampaikan oleh gurunya tanpa mengerti. Anak didik adalah objek bukan
35
Sutri, Paradigma Pendidikan Kaum Marginal.........
subjek sebab dalam proses belajar mengajar guru tidak memberikan pengertian kepada anak didik, tetapi memindahkan sejumlah dalil atau rumusan kepada siswa untuk disimpan yang kemudian akan dikeluarkan dalam bentuk yang sama jika diperlukan. Anak didik adalah pengumpul dan penyimpan sejumlah pengetahuan, tetapi pada akhirnya anak didik itu sendiri yang “disimpan” sebab miskinnya daya cipta. Karena itu pendidikan gaya bank menguntungkan kaum penindas dalam melestarikan penindasan terhadap sesamanya manusia (Freire, 1985: 50-51). Pemikiran Paulo Freire tentang pendidikan lahir dari pergumulannya selama bekerja bertahun-tahun di tengah-tengah masyarakat desa yang miskin dan tidak berpendidikan. Masyarakat feodal (hirarkis) adalah struktur masyarakat yang umum berpengaruh di Amerika Latin pada saat itu dan menghadirkan perbedaan mencolok antara strata masyarakat atas dengan strata masyarakat bawah. Golongan atas menjadi penindas masyarakat bawah melalui kekuasaan politik dan akumulasi kekayaan karena itu menyebabkan golongan masyarakat bawah menjadi semakin miskin sekaligus semakin menguatkan ketergantungan kaum tertindas kepada para penindas. Kehidupan masyarakat yang sangat kontras melahirlah suatu kebudayaan yang disebut Freire dengan kebudayaan bisu (Manggeng, 2005: 41). Kaum marginal sama halnya dengan kaum tertindas. Adanya kaum tertindas berarti ada pula kaum penindas. Kaum penindas menggunakan konsep pendidikan gaya bank bekerjasama dengan aparat-aparat masyarakat paternalistik, di mana kaum tertindas kemudian memperoleh sebutan yang diperhalus sebagai “kaum penerima santunan” (Freire, 1985: 53). Hal ini tampak dalam karya-karya Andrea Hirata, ada pengelompokkan pendidikan berdasarkan status ekonomi. Tertindas dari sisi politik dan ekonomi yang berdampak pada pendidikan sangat kental dalam novel ini. Karya-karya Andrea Hirata menarik karena beberapa hal. Pertama, ia menceritakan kehidupan suatu daerah yang hampir tidak pernah masuk dalam pengetahuan sastra Indonesia, yakni Pulau Belitong. Pulau timah ini hanya dikenal dalam pembicaraan ekonomi dari pertambangannya oleh pemerintah, tetapi tidak dikenal perikehidupan penduduk pribuminya. Karya Andrea ini memberikan informasi tangan pertama tentang kehidupan masyarakat Belitong yang termarginalkan tersebut. Kedua, Andrea mengangkat suatu tema yang menarik tentang pendidikan kaum marginal, baik secara ekonomi maupun secara politik, bagaimana seorang anak yang dilahirkan dan hidup dalam kemiskinan serta perekonomian keluarga yang tak menentu dan termarginalkan akhirnya mencapai status terpandang dengan melanjutkan studinya ke Eropa. Ketiga, Andrea menghadirkan kritik pada pelaku pendidikan terkait dengan sistem pendidikan dan sistem pengajaran yang tidak memihak kaum marginal, Andrea mencoba mematahkan stigma masyarakat marginal mengenai orang miskin dilarang sekolah. Karya sastra bukan hanya untuk dinikmati tapi juga dimengerti, untuk itulah diperlukan kajian atau penelitian dan analisis mendalam mengenai karya sastra. Chamamah (dalam Jabrohim, 2003: 9) mengemukakan bahwa Penelitian sastra merupakan kegiatan yang diperlukan untuk menghidupkan, mengembangkan, dan mempertajam suatu ilmu. Kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan ilmu
36
Sutri, Paradigma Pendidikan Kaum Marginal.........
memerlukan metode yang memadai adalah metode ilmiah. Keilmiahan karya sastra ditentukan oleh karakteristik kesastraannya. Widati (dalam Jabrohim, 2003: 31) menjelaskan bahwa penelitian adalah proses pencarian sesuatu hal secara sistematik dalam waktu yang lama (tidak hanya selintas) dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku agar penelitiannya maksimal dan dapat dipahami oleh masyarakat luas. Dibutuhkannya pemahaman masyarakat terhadap karya sastra yang dihasilkan pengarang maka penelitian ini menggunakan pendekatan strukturalisme genetik. Teori strukturalisme genetik menekankan hubungan antara karya dengan lingkungan sosialnya. Manusia berhadapan dengan norma dan nilai dalam lingkungan masyarakat, karya sastra juga mencerminkan norma serta nilai yang secara sadar difokuskan dan diusahakan untuk dilaksanakan dalam masyarakat. Sastra mencerminkan kecemasan, harapan dan aspirasi manusia. Oleh karena itu kemungkinan karya sastra dapat menjadi ukuran sosiologis paling efektif untuk mengukur tanggapan manusia terhadap kekuatan sosial. Strukturalisme genetik merupakan pendekatan yang tidak meninggalkan faktor genetik atau asal-usul penciptaan sebuah karya berupa unsur sosial. Pada prinsipnya teori strukturalisme genetik memandang karya sastra tidak hanya struktur yang statis dan lahir dengan sendirinya tetapi merupakan hasil strukturasi pemikiran subjek penciptanya yang timbul akibat interaksi antara subjek dengan situasi sosial tertentu (Goldmann, 1970: 584). Struktur karya dalam pandangan Goldmann merupakan struktur dinamis yang lahir dari dinamika pemikiran manusia. Hubungan manusia dengan lingkungannya menurut Goldmann termanifestasi dalam tiga ciri utama perilaku manusia: pertama adanya tendensi manusia untuk beradaptasi dengan lingkungannya agar hubungan lebih bermakna. Kedua, adanya tendensi ke arah konsistensi menyeluruh dan penciptaan bentuk-bentuk struktural. Ketiga, adanya tendensi mengubah dan mengembangkan struktur tersebut sebagai bukti sifat-sifat dinamik (Goldmann, 1970: 118-119). Penelitian dengan pendekatan strukturalisme genetik mempunyai kelebihan karena teks sastra diperlakukan sebagai sasaran utama penelitian dan dianggap sebagai suatu totalitas yang tidak sekadar terdiri dari unsur-unsur yang lepas-lepas (Sapardi Djoko Damono, 1979: 46). Teks sastra sebagai hasil proses sejarah manusia akan bermakna jika dipahami secara menyeluruh dalam hubungan antarbagian teks dan sejarah masyarakat pengarang. Keunggulan strukturalisme genetik tidak hanya berorientasi pada teks, tetapi juga pada pengarang dan latar belakang sejarah yang mengkondisikan kelahiran karya sastra. Prinsip dasar strukturalisme genetik adalah mempertimbangkan hal-hal yang melatarbelakangi lahirnya karya sastra. Peneliti dalam menganalisis karya sastra yang diteliti dapat dikaitkan dengan menghubungkannya dengan hal-hal di luar teks. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa karya sastra lahir karena kegelisahan pengarang melihat realitas. Karya sastra kemudian dapat diteliti dari hubungannya dengan sejarah zaman yang melahirkannya.
37
Sutri, Paradigma Pendidikan Kaum Marginal.........
Berdasarkan paparan di atas, maka karya-karya Andrea Hirata dianalisis dengan pendekatan strukturalisme genetik untuk mendeskripsikan paradigma pendidikan kaum marginal. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah kehidupan sosial pengarang (paradigma pendidikan kaum marginal) Andrea Hirata yang berhubungan dengan karya-karyanya? (2) Bagaimanakah kehidupan sosial masyarakat (paradigma pendidikan kaum marginal) Andrea Hirata yang mengkondisikan lahirnya karya-karyanya? (3) Bagaimana pandangan dunia Andrea Hirata dalam karya-karyanya? Tujuan dalam penelitian ini (1) Mendeskripsikan dan menjelaskan kehidupan sosial pengarang (dimensi pendidikan kaum marginal) Andrea Hirata yang berhubungan dengan karya-karyanya (2) Mendeskripsikan dan menjelaskan latar belakang sosial masyarakat (dimensi pendidikan kaum marginal) yang mengkondisikan lahirnya karya-karya Andrea Hirata (3) Mendeskripsikan dan menjelaskan pandangan Andrea Hirata dalam karya-karyanya. B. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Hal ini disesuaikan dengan rumusan masalah penelitian yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini informasi yang bersifat kualitatif dideskripsikan secara teliti dan analitis. Penelitian kualitatif menurut Moleong (2004: 4) yang mengutip pendapat Bogdan dan Taylor adalah sebagai berikut: ”metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati”. Penelitian ini menggunakan deskripsi berupa katakata tertulis dengan pendekatan strukturalisme genetik. Pendeskripsian meliputi pandangan dunia pengarang (Andrea Hirata) dan paradigma pendidikan kaum marginal. Pendekatan ini digunakan dalam rangka pemberian makna yang mendalam terhadap karya sastra yang diteliti dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Dilihat dari sisi pengarang, pengarang juga merupakan bagian komunitas masyarakat yang sadar atau tidak pola kehidupannjya akan terpengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Data atau informasi penting yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini berupa data kualitatif. Data penelitian ini diperoleh melalui membaca.Sumber data penelitian ini adalah karya-karya Andrea Hirata meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Novel Laskar Pelangi. Novel Sang Pemimpi. Novel Endensor. Novel Maryamah Karpov. Biografi penulis. Komentar-komentar para sastrawan tentang karya Andrea Hirata. Artikel-artikel yang terkait dengan karya-karya Andrea Hirata.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan berbagai cara sesuai jenis penelitian kualitatif yang dipilih. Menurut Gotz dan Le Comte, dalam Sutopo (2006: 66), berbagai strategi pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum dapat dikelompokkan ke dalam 2 cara, yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat
38
Sutri, Paradigma Pendidikan Kaum Marginal.........
interaktif dan noninteraktif. Teknik yang bersifat interaktif, berarti ada kemungkinan terjadinya saling mempengaruhi antara peneliti dengan sumber datanya, karena sumber data berupa benda atau sumber datanya manusia atau yang lain, tidak mengetahui bila sedang diamati atau dikaji. Teknik interaktif meliputi wawancara mendalam, observasi berperan, dan focus group discussion. Teknik noninteraktif meliputi kuesioner, mencatat dokumen atau arsip (content analysis), dan observasi tak berperan. Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti menyadari bahwa posisi dan peran utamanya adalah sebagai alat pengumpul data (human instrument). Sehingga kualita data yang diperoleh akan bergantung dari kualitas penelitian. Dalam telaah karya-karya Andrea Hirata dengan pendekatan strukturalisme genetik memadukan teknik pengumpulan data dialektik dan nonimperatif dengan melakukan pembacaan secara intensif terhadap novel, melakukan pencatatan secara aktif dengan metode content analysis berdasarkan teori sastra yang telah dibahas di depan. Mengukur validitas tentang pandangan dunia pengaruh dalam karya-karya Andrea Hirata dan latar belakang sosial budaya yang ada, peneliti membaca bukubuku dan rubrik yang berkaitan dengan pengarang dan hasil karyanya lewat internet. Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis karya-karya Andrea Hirata guna mendapatkan gambaran konkrit, analisis dilakukan dengan menggunakan metode dialektik Goldmann. Goldmann mengembangkan sebuah metode yang disebutnya sebagai metode dialektik dengan dua pasang konsep; keseluruhan-bagian dan pemahaman-penjelasan (Goldmann, 1977: 7). Menurut Goldmann metode dialektik merupakan metode yang khas dan berbeda dari metode positivis, metode intuitif dan metode biografis yang psikologis (Goldmann, 1977: 8). Sudut pandang dialektik mengukuhkan perihal tidak adanya titik awal yang mutlak, tidak adanya persoalan yang secara final dan pasti terpecahkan karena dalam pandangan pikiran tidak pernah bergerak seperti garis lurus. Setiap fakta atau gagasan individu hanya mempunyai arti jika ditempatkan dalam keseluruhannya. Sebaliknya, keseluruhan hanya dapat dipahami dengan pengetahuan tentang faktafakta parsial yang membangun keseluruhan itu, karena keseluruhan tidak dapat dipahami tanpa bagian dan bagian tidak dapat dipahami tanpa keseluruhan, proses pencapaian pengetahuan dengan metode dialektik menjadi semacam gerak yang melingkar terus-menerus tanpa diketahui titik yang menjadi pangkal dan ujungnya (Goldmann, 1977: 5). Metode dialektik Goldmann bekerja secara timbal balik dari bagian ke keseluruhan, dari teks sastra ke masyarakat, ke pandangan dunia dan sebaliknya. Ia dapat dimulai dari mana saja dan berlangsung terus-menerus sampai ditemukan koherensi total antara struktur karya yang dihadapi dengan struktur sosial yang melatari. Teknik analisis data dalam strukturalisme genetik adalah metode dialektik dalam hal ini hubungan timbal balik antara struktur karya sastra dengan materialisme historis dan subjek yang melahirkan karya sastra (Sangidu, 2004: 29). Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data adalah sebagai berikut.
39
Sutri, Paradigma Pendidikan Kaum Marginal.........
1. 2.
3. 4.
Menganalisis latar belakang sejarah atau peristiwa sosial masyarakat Indonesia yang menjadi latar belakang lahirnya karya-karya Andrea Hirata. Menganalisis latar belakang sosial budaya karya sastra terkait dengan proses penciptaan karya sastra oleh pengarang (Andrea Hirata) dilakukan dengan membaca dan memahami kembali data yang diperoleh selanjutnya mengelompokkan teks-teks yang mengandung fakta-fakta pendidikan kaum marginal (Paulo Freire) yang ada dalam karya-karya Andrea Hirata dengan yang ada di luar karyanya dan memberikan solusi berupa konsep pendidikan alternatif yang tepat bagi kaum marginal. Analisis pandangan dunia pengarang (vision du monde) Andrea Hirata sebagai pengarang. Teknik analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamasama yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Teknik analisisnya menggunakan model analisis interaktif dan berupa kegiatan yang bergerak terus pada ketiga alur kegiatan proses penelitian. Kegiatan analisis interaktif dapat digambarkan sebagai berikut:
C. HASIL PENELITIAN Pendidikan di Indonesia mengalami proses “dehumanisasi”. Dikatakan demikian karena pendidikan mengalami proses kemunduran dengan terkikisnya nilai-nilai kemanusiaan yang dikandungnya. Reformasi pendidikan perlu untuk segera dan secara massif diupayakan, yaitu gagasan dan langkah untuk menuju pendidikan yang berorientasi kemanusiaan sebagaimana yang digambarkan Andrea Hirata dalam Tetralogi Laskar Pelangi. Mencetak calon pemimpin bangsa tidak bisa lepas dari peran dan fungsi pendidikan. Pendidikan bukan hanya berupa transfer ilmu (pengetahuan) dari satu orang ke satu (beberapa) orang lain, tapi juga mentrasformasikan nilai-nilai (bukan nilai hitam di atas kertas putih) ke dalam jiwa, kepribadiaan, dan struktur kesadaran manusia itu. Hasil cetak kepribadian manusia adalah hasil dari proses transformasi pengetahuan dan pendidikan yang dilakukan secara humanis, tetapi, selama ini kita hanya melihat pendidikan hanya sebagai momen “ritualisasi”. Pendidikan kita sangat miskin dari sarat keilmuan yang meniscayakan jaminan atas perbaikan kondisi sosial yang ada. Pendidikan hanya menjadi “barang dagangan” yang dibeli oleh siapa saja yang sanggup memperolehnya. Akhirnya, pendidikan belum menjadi bagian utuh dan integral yang menyatu dalam pikiran masyarakat keseluruhan. Ivan Illich (1982), kritikus pendidikan yang banyak melakukan gugatan atas konsep sekolah dan kapitalisasi pendidikan, mengatakan bahwa kita harus mengenali keterasingan manusia dari belajarnya sendiri ketika pengetahuan menjadi produk sebuah profesi jasa (guru) dan murid menjadi konsumennya. Kapitalisme pengetahuan pada sejumlah besar konsumen pengetahuan, yakni orang-orang yang membeli banyak persediaan pengetahuan dari sekolah akan mampu menikmati keistimewaan hidup, punya penghasilan tinggi, dan punya akses ke alat-alat produksi yang hebat. Pendidikan kemudian dikomersialkan. Sehingga tidak ada kepedulian seluruh elemen pendidikan untuk lebih memperhatikan nasib pendidikan bagi kaum tertindas.
40
Sutri, Paradigma Pendidikan Kaum Marginal.........
Implikasi atas kapitalisasi pendidikan itu maka masyarakat kita akan susah mendapatkan akses yang lebih luas untuk memperoleh pengetahuan. Yang mampu mengakses adalah mereka yang memang mempunyai banyak uang karena pendidikan adalah barang dagangan yang mewah. Hal ini nampak dalam kondisi pendidikan bangsa kita. Akhirnya, kita semua terpaksa harus membayar mahal demi memperoleh pendidikan. Padahal, belum tentu kualitas yang dihasilkannya akan menjamin atas pembentukan kepribadian yang memiliki kesadaran atas kemanusiaan. Di saat bangsa kita sedang mengalami devaluasi nilai dan moralitas maka sangat diperlukan wacana mengenai pendidikan yang memberdayakan. Nilai-nilai kemanusiaan perlu dimasukkan ke dalam karakter pendidikan sehingga akan menghasilkan kualitas manusia yang berwawasan dan berorientasi kemanusiaan. Pendidikanadalah media kulturaluntukmembentuk “manusia”.Kaitan antara pendidikan dan manusia sangat erat sekali, tidak bisa dipisahkan. Jalan yang ditempuh tentu menggunakan massifikasi jalur kultural. Tidak boleh ada model “kapitalisasi pendidikan” atau “politisasi pendidikan”. Karena, pendidikan secara murni berupaya membentuk insan akademis yang berwawasan dan berkepribadian kemanusiaan. Paulo Freire dikenal dengan gagasan “penyadaran (conscientizacao)”-nya. Beliau merefleksikan kembali gagasan Antonio Gramsci yang pernah menyatakan bahwa kesenjangan struktural manusia perlu diperiksa secara kritis dengan menggunakan teori penyadaran, yaitu pembacaan secara mendalam dan kritis terhadap “realitas akal sehat”. Lebih lanjut, dimaknai bahwa pendidikan kritis yang disertai adanya kedudukan wilayah-wilayah pedagogis dalam bentuk universitas, sekolah negeri, museum, galeri seni, atau tempat-tempat lain, maka ia harus memiliki visi dengan tidak hanya berisi individu-individu yang adaptif terhadap dunia hubungan sosial yang menindas, tapi juga didedikasikan untuk mentransformasikan kondisi semacam itu. Artinya, pendidikan tidak berhenti pada bagaimana produk yang akan dihasilkannya untuk mencetak individu-individu yang hanya diam manakala mereka harus berhubungan dengan sistem sosial yang menindas. Harus ada kesadaran untuk melakukan pembebasan. Pendidikan adalah momen kesadaran kritis kita terhadap berbagai problem sosial yang ada dalam masyarakat. Pendidikan pembebasan akan dicapai dengan menumbangkan realitas penindasan, yaitu dengan mengisi konsep pedagogis yang memberikan kekuatan pembebasan yang baru. Di sinilah kita perlu memperbincangkan soal kurikulum pendidikan yang membebaskan. Tapi, terlebih dahulu kita perlu mengkritik konsep pengetahuan selama ini. Menggugat pendidikan gaya bank Freire mengurai secara jelas permasalahan pengetahuan yang dipolakan dari sistem pendidikan yang “menindas” dan kontrapembebasan. Freire menegaskan bahwa pola pendidikan yang selama ini terjadi bahwa hubungan antara guru dan murid dengan menggunakan model “watak bercerita” (narratif): seorang subjek yang bercerita (guru) dan objek-objek yang patuh dan mendengarkan (siswa).
41
Sutri, Paradigma Pendidikan Kaum Marginal.........
D. PEMBAHASAN 1. Kehidupan Sosial Andrea Hirata yang Berhubungan dengan Novel Laskar Pelangi Andrea adalah korban dari keberadaan perusahaan negara tambang timah yang telah menghasilkan devisa negara sejak zaman kolonial sampai kemerdekaan. Kehidupan pertambangan digambarkan berbandingterbalik dengan masyarakat di lingkungannya. Sikap Andrea membuat karyanya dipenuhi antusiasme dan optimisme yang membuat karya-karyanya digemari pembaca. Semua kemiskinan, kesulitan dan ketidakberdayaan dilihat dalam perspektif kesuksesan demi kesuksesan. Impian, tekad dan cita-cita melambung tersebut penting dalam hidup. 2. Latar Belakang Sosial TetralogiLaskar Pelangi.
Masyarakat
Indonesia
yang
Melahirkan
Latar belakang sosial budaya dari seorang pengarang, sangat berpengaruh dalam penciptaan karya sastra. Pengaruh tersebut dapat dirinci sebagai berikut. a. Teknik penulisan Andrea menempuh sebuah pemaparan yang tidak biasa, yaitu merekonstruksi karakter dan perwatakan tokoh-tokohnya secara menarik, dengan mempermainkan tautan pikiran pembaca pada hal-hal yang sudah dikenal. b. Dimensi pendidikan kaum marginal tampak pada perjuangan tokoh-tokoh dalam TetralogiLaskar Pelangi untuk mewujudkan mimpi masa depan di tengah kondisi kemiskinan yang melilit mereka. c. Tetralogi Laskar Pelangi memuat masalah-masalah sosial yang kompleks, salah satunya adalan pendidikan kaum marginal. 3. Dimensi Pendidikan Kaum Marginal dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. Tetralogi Lasar Pelangi menunjukkan bahwa peran guru sejalan dengan pandangan Freire, tidak hanya menjadi tenaga pengajar yang memberi instruksi kepada anak didik, tetapi juga memerankan dirinya sebagai pekerja kultural (cultural workers). Bu Muslimah dan pak Harfan sadar, pendidikan mempunyai dua kekuatan sekaligus: sebagai aksi kultural untuk pembebasan atau sebagai aksi kultural untuk dominasi dan hegemoni; sebagai medium untuk memproduksi sistem sosial yang baru atau sebagai medium untuk mereproduksi status quo. Dalam TetralogiLaskar Pelangi terdapat pemetaan tipologi kesadaran manusia dalam empat kategori; Pertama, Magic Conscousness, Kedua Naival Consciousness; Ketiga Critical Consciousness dan Keempat, atau yang paling puncak adalah Transformation Consciousness. a. PandanganDunia Andrea Hirata tentangMasyarakat Indonesia dalam Novel LaskarPelangi. Pada hakikatnya pandangan dunia pengarang Andrea Hirata yang tercermin dalam novel Laskar Pelangi berupa persoalan budaya, perekonomian, kemiskinan, dan pendidikan yang berkaitan dengan kehidupan. Latar belakang sosial Andrea Hirata merupakan seorang yang tumbuh di daerah kaya penghasil timah terbesar di Indonesia tetapi masyarakatnya miskin, hal ini membawa dampak kesenjangan
42
Sutri, Paradigma Pendidikan Kaum Marginal.........
dalam berbagai hal di antaranya kesenjangan perekonomian dan kemiskinan yang berdampak pada pendidikan masyarakatnya. Andrea Hirata dalam novel Laskar Pelangi mengungkapkan pandangannya mencakup tiga hal yaitu mengenai problematika, kemiskinan yang menjerat masyarakat, kesenjangan, dan memperjuangkan pendidikan. Novel Laskar Pelangi mempunyai implikasi dalam dunia pendidikan. Laskar Pelangi merupakan gambaran realita pendidikan di Indonesia. Kekuatan cerita ada pada penggambaran realita dan inspirasi yang dijabarkan secara cerdas. Kondisi pendidikani kaum marginal dengan latar belakang Pulau Belitong banyak ditemui di daerah lain. Di tengah kondisi termarginalkan secara ekonomi dan politik berakibat sikap apatisme dan ketiadaan motivasi untuk meningkatkan kualitas diri dalam lingkungan masyarakatnya. Keberanian dan semangat anak-anak Laskar Pelangi untuk memperoleh pendidikan di tengah kondisi yang termarginalkan merupakan bentuk inspirasi yang berpengaruh secara luas dan mereka dapat mencapai cita-cita yang diimpikan. Tetralogi Laskar Pelangi memberikan implikasi dalam memaknai hakikat pendidikan, meskipun kaum marginal yang terpinggirkan. Tampak dalam Laskar Pelangi bagaimana memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, pribadi teguh, cerdas, akhlak mulia dan keterampilan. Sangat dibutuhkan dalam menggapai impian di tengah kondisi yang termarginalkan. Implikasi dimensi pendidikan kaum marginal mempunyai pengaruh positif, mempengaruhi guru sebagai pendidik. Siswa sebagai peserta didik dan sekolah sebagai institusi pendidikan yang menyelenggarakan proses mendidik anak bangsa. Harapannya implikasi tersebut berimbas/terjadi pula pada pengambil kebijakan pendidikan yakni pemerintah. Pengaruh bagi pendidik secara umum adalah mewujudkan pendidik yang mendidik dengan hati, mengedepankan pendidikan humanis, dan meninggalkan konsep pendidikan dehumanisasi. Siswa tidak lagi diperankan sebagai objek tetapi subjek dalam pendidikan. Hadirnya Laskar Pelangi memberikan contoh bagaimana menyelenggarakan pendidikan dengan menanggalkan pendidikan gaya bank, siswa hanya menyimpan pengetahuannya tanpa ditindaklanjuti dan didasari praktik. E. PENUTUP 1.
Pada aspek pendidikan, pendidikan bahasa dan sastra sebaiknya melakukan pengajaran dengan sistematika yang runtut dan detail agar mudah memahami dan menginterpretasi makna novel yang mendalam.
2.
Siswa sebaiknya melakukan pengalaman belajar sastra yang lebih intens karena hal ini terkait dengan pencapaian prestasi siswa tidak hanya pada akademis, tetapi juga perubahan (behavior).
3.
Penelitian terhadap kajian sastra sebaiknya senantiasa melakukan peningkatan kompetensi dan kualitas pengkajian sastra.
4.
Masyarakat pembaca sebaiknya melakukan implementasi yang positif sebagai hasil interaksinya dengan sastra sehingga menjadi fakta yang dapat menjadi pengaruh luas terhadap perwujudan efek-efek potensial di masyarakat.
43
Sutri, Paradigma Pendidikan Kaum Marginal.........
DAFTAR PUSTAKA Agus
Nuryanto, M. 2005. “Refleksi Pendidikan Bersama Paulo Freire”. http://wwwkompas.cetak, diunduh 21 Januari 2013. Bestor, Arthur. 1999. “Dasar-dasar Pendidikan” dalam Omi Intan Naomi (ed). MenggugatPendidikan Fundamentalis, Konservatif, Liberal, Anarkis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistimologi, Model Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: FB Universitas Negeri Yogyakarta. Fiske, Edward. B. 1998. Desentralisasi Pengajaran Politik dan Konsensus (diterjemahkan oleh Basilius Bengoteku). Jakarta: Grasindo. Freire, Paulo. 1985. Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3ES. ___________.1999. “Pendidikan yang Membebaskan, Pendidikan yang Memanusiakan”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ___________. 2007. Politik Pendidikan: Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Giddens, Anthony. 2010. Metode Sosiologi: Kaidah-kaidah Baru (diterjemahkan Eka Adinugraha&Wahmuji). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Goldmann, Lucian. 1977. Towards a Sociology of the Novel. Translated from the French byAlan Sheridan.London: Tavistock Publication. ______________. 1977. The Hidden God: A Study of Tragic Vision in the Pensees of Pascaand the Tragedies of Racine.Translated Philip Thody. London and Hanley: Routledge and Kegan Paul. Jabrohim (ed). 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya. Manggeng,Marthen. 2005.”Pendidikan yang Membebaskan Menurut Paulo Freire danRelevansinya dalam Konteks Indonesia”. Intim-Jurnal Teologi Kontekstual. Edisi No.8. 41-44. Milles, MB& Bubberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Cecep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia. Moleong, JLexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda. Mu’arif. 2010. “Pendidikan Visi Kerakyatan”. www.sekolahindonesia.com, diunduh 21 Januari 2013. Prasetyo, Eko. 2009. Orang Miskin Dilarang Sekolah. Yogyakarta: Resist Book. Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Sangidu. 2004. Penelitian Sastra, Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan Kiat. Yogyakarta.Unit Penerbitan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Sutopo, H. B. 2002. Metode Penelitian Sastra: Epistimologi Model Teori dan Aplikasi.Yogyakarta: Pustaka Widyatama
44
Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No. 2 April-Juni 2014: 45-55
ANALISA PENGARUH PROSES PEMANASAN DAN PENARIKAN MENGGUNAKAN MESIN RIETER SCRAGG SDS 1200 TERHADAP KEKUATAN BENANG DTY 150D/48F DI PT.X Iwan Nugraha Gusniar, ST., MT. Dosen Tetap Program Studi Teknik Mesin S1, Fakultas Teknik Universitas Singaperbangsa Karawang.
Abstrak Semua industri harus bisa memberi pelayanan dari mutu produk yang diproduksi untuk bisa diterima pasar, begitu juga perusahaan yang bergerak dibidang textil khususnya benang polyester, yaitu : POY (Partially Oriented Yarn) dan DTY (Draw Textured Yarn), dalam proses pembuatan benang tidak lepas dari kualitas sebagai sasaran utamanya. Dengan pertimbangan tersebut maka dilakukan penelitian pada penarikan (Draw Ratio) dan proses pemanasan (Temperatur Heater) karena keduanya merupakan faktor yang menentukan kualitas benang texture, sedangkan benang yang akan diteliti yaitu DTY (Draw Textured Yarn). Dalam studi penelitian ini hanya membatasi permasalahan mengenai pengaruh Draw Ratio dan Temperatur Heater pada proses pembuatan benang texture terhadap aspek mutu benang diantaranya faktor kekuatan, sehingga dapat dihasilkan benang sesuai dengan yang diharapkan untuk keperluan bahan textil. Dalam menyelesaikan masalah kekuatan benang tersebut peneliti menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok ( RAK ) yang dianggap dapat menyelesaikan masalah secara optimal. Kata kunci : Benang Polyester, Kekuatan DTY dan Metode RAK. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat mengakibatkan pengusaha textil harus bisa memberi pelayanan dari mutu produksi untuk bisa diterima dipasar dunia, maupun melalui proses lanjutannya yaitu dalam pembuatan benang serat sintesis dalam bentuk filamen, telah dikembangkan teknik baru yang mengubah struktur fisiknya menjadi lebih mengembang dan lebih penuh penampilan ( fuller in oppearance ) tanpa memotongnya menjadi lebih kecil ( staple Proses ini mempunyai efek mengubah karakteristik dan struktur filamen benang menjadi lebih mengembang ( bulk ) dan elastis. Proses yang menyebabkan lebih mengembang disebut pertexturan. Permasalahan yang timbul dari proses texture itu sendiri tidaklah sedikit yang harus dipecahkan seperti dalam hal ini yang dihadapi peneliti dalam penelitian. Mengenai mutu benang texture ditentukan oleh beberapa faktor yaitu kelembutan dan kekuatan benang, hal tersebut berdasar keinginan konsumen.Masalah yang sering terjadi antara lain kekuatan benang tidak sesuai yang diharapkan pelanggan, sehingga benang cenderung putus pada saat proses pertenunan maupun perajutan. Masalah tersebut perlu diteliti faktor – faktor yang menyebabkan putus benang tinggi pada saat proses pembuatan benang texture. Dengan pertimbangan tersebut maka dilakukan penelitian pada penarikan (Draw Ratio) dan proses pemanasan ( Temperatur Heater ) karena keduanya merupakan faktor yang menentukan kekuatan benang texture. LANDASAN TEORI Percobaan Percobaan yang dimaksud di sini adalah penyelidikan yang direncanakan untuk memperoleh fakta yang baru atau untuk mendukung hasil percobaan yang telah dilakukan
45
Iwan Nugraha Gusniar, Analisa Pengaruh Proses Pemanasan.......
oleh peneliti lain. Suatu percobaan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu percobaan pendahuluan, percobaan yang sebenarnya, dan percobaan untuk demonstrasi. Perencanaan Percobaan Suatu percobaan ilmiah muncul dalam rangka untuk memecahkan suatu masalah. Perumusan masalah secara rinci akan mempermudah untuk memperoleh alternatif pemecahan masalah secara teoritis. Untuk menentukan apakah hipotesis yang telah ditentukan dapat diterima atau ditolak, perlu dilakukan suatu percobaan. Langkah-langkah yang perlu ditentukan dalam perencanaan percobaan adalah : 1. Pemilihan perlakuan. 2. Pemilihan unit observasi, jumlah ulangan, sampel (rancangan percobaan). 3. Pemilihan perubah yang akan diukur. 4. Usaha – usaha yang perlu dilakukan agar antar unit perlakuan tidak terjadi. 5. Saling mempengaruhi dan menghindarkan keragaman selain perlakuan masuk kedalam percobaan. 6. Penentuan tabel pengamatan yang akan dibuat dan garis besar cara analisisnya. 7. Penemuan alat, materi untuk percobaan. Keberhasilan suatu percobaan tergantung pada hal tersebut. Juga pemilihan rancangan yang tepat akan mempengaruhi tingkat kecepatan percobaan, dalam setiap percobaan, setiap perlakuan harus dicobakan lebih dari satu kali. Rancangan Acak Kelompok Rancangan Acak Kelompok (RAK) adalah suatu rancangan dasar yang menggunakan pengawasan setempat dengan pembatas pengacakan. Pada RAK materi percobaan dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan homogenitas materi percobaan, dan masing – masing kelompok merupakan ulangan. Secara umum dapat dikatakan bahwa RAK, digunakan bila materi percobaan tidak homogen atau ada satu faktor lain selain perlakuan yang dapat menyebabkan terjadinya ragam. Keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan RAK adalah: 1. Untuk banyak tipe percobaan, dengan pengelompokan akan diperoleh hasil yang lebih tepat dari pada rancangan acak lengkap (RAL) karena dengan mengeluarkan jumlah kuadrat kelompok dari jumlah kuadrat galat akan menyebabkan kuadrat tengah galat lebih kecil. 2. Jumlah perlakuan dan ulangan tidak dibatasi. 3. Analisis data relatif mudah. Apabila ada data untuk perlakuan tertentu hilang, telah tersedia cara menghitung nilai dugaan untuk data tersebut. Ragam galat untuk pembandingan perlakuan tertentu dapat diisolasi, terutama bila ragam antar perlakuan tidak homogen. Rancangan Acak Kelompok juga mempunyai kelemahan, yaitu bila perlakuannya banyak maka luas kelompok percobaannya juga bertambah besar, sehingga ragam dalam kelompok lebih besar, ragam galat menjadi besar dan uji F menjadi kurang peka. Pemakaian RAK Didalam penelitian, pemakaian Rancangan Acak Kelompok biasanya untuk mendapatkan sesuatu yang baru sehingga dapat dibandingkan dengan yang ada atau yang standar. Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini yaitu untuk memahami lebih jelas kebenaran teori-teori dan memahami konsep-konsep dasar, selanjutnya dapat mengetahui lebih nyata
46
Iwan Nugraha Gusniar, Analisa Pengaruh Proses Pemanasan.......
permasalahan sebenarnya yang ada didunia industri. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meneliti sejauh mana pengaruh Draw Ratio dan Temperatur Heater terhadap kekuatan benang polyester sehingga mendapatkan variasi tegangan benang dan temperatur yang optimal pada proses pembuatan benang texture polyester 150D / 48F, pada mesin Draw Texture Yarn (DTY). FLOW CHART
Perumusan Masalah Pengumpulan Data Perancangan Penataan Data Dengan Metode RAK Tidak Perancangan Tepat Setting Kondisi Mesin Tidak Setting Tepat Ya
A Pengambilan Sampel
Tes Laboratorium -
Pengukuran Kekuatan Benang
Perhitungan Rancangan Sesuai Metode RAK Analisa dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran
47
Iwan Nugraha Gusniar, Analisa Pengaruh Proses Pemanasan.......
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Data Umum Proses Benang texture ialah benang filamen dari serat sintesis yang bersifat non selulosa (thermoplastis) yang mengalami pengerjaan lanjut, dengan sedemikian rupa sehingga sifat fisika dan sifat permukaannya berubah sehingga menjadi keriting (Crimp). Bahan baku pembuatan benang texture adalah POY ( Partially Oiented Yarn ) yaitu benang span yang sifat mulurnya 30 s/d 70 % dan dibuat pada high speed spinning (3000 s/d 4500 m/m). Prinsip kerja dari pembuatan benang dengan metode fals twist adalah penarikan atau peregangan sekaligus dilakukan pemanasan kemudian memberikan pemuntiran (twisting) dan selanjutnya dilakukan penstabilan twist tersebut, sehingga didapat mutu benang yang optimal. Didalam proses tersebut bahan baku POY disuapkan oleh roll I ( feed roll) kemudian dilewatkan kedalam pemanas ( heater I ), selanjutnya benang tersebut dilewatkan kedalam pin spindel yang berputar dengan kecepatan tinggi lalu ditarik oleh roll pengantar ( feed roll II ), setelah melewati roll pengantar benang mengalami pemanasan kedua (heater II ) yang kemudian ditarik kembali oleh roll pengantar ( feed roll III ) yang seterusnya melewati oli (met oil) dan akhirnya diteruskan pada penggulung benang yang digerakkan oleh roll penggulung sehingga dihasilkan benang texturizing atau dikenal dengan istilah DTY. ( Draw Texture Yarn ).
Gambar: Prinsip kerja pembuatan benang DTY Makin tinggi derajat orientasi serat akibat dari penarikan akan mengakibatkan: kekuatan serat tinggi, mulur saat putus rendah dan benang bersifat rapuh. Draw Ratio dan Temperatur Heater Draw Ratio berfungsi untuk menarik benang yang akan dibuat dari material ( POY ) yang akan diproses. Temperatur Heater yaitu proses pemanasan yang dapat mempengaruhi crimp, disamping berpengaruh terhadap kekuatan tarik benang. Kekuatan Benang Kekuatan serat dapat didefinisikan sebagai kemampuan serat menahan tarikan, dengan satuan gram per denir ( Jumaeri : 1997 ). Serat yang kuat terdiri dari lantai molekul yang panjang (Derajat Polimerisasi). Makin tinggi peregagan yang diberikan, maka makin tinggi kekuatan dan makin rendah mulurnya (Kroshwiz : 199) Standarisasi kekuatan benang texture DTY 150D / 48F itu sendiri pada pasaran atau yang sering diminta oleh pangsa pasar yaitu ≥ 4.0 gr / dnr.
48
Iwan Nugraha Gusniar, Analisa Pengaruh Proses Pemanasan.......
SDS 1200 Heater II
Heater I Positorq
Gambar: Aliran proses kerja mesin Rieter Scragg SDS 1200 Bahan Penelitian Bahan Baku Dalam pelaksanaan penelitian ini bahan baku yang digunakan adalah Partially Oriented Yarn ( POY ) Polyester 250D / 48F.
49
Iwan Nugraha Gusniar, Analisa Pengaruh Proses Pemanasan.......
Gambar: Benang Partially Oriented Yarn ( POY ) Mesin Mesin yang digunakan Draw Texture Yarn ( DTY ) merek Rieter Scragg Super Draw Speed 1200. Seperti gambar berikut :
Gambar: Mesin merek Rieter Scragg Super Draw Speed 1200 Benang Penelitian Benang yang digunakan pada penelitian ini yaitu: Draw Texture Yarn ( DTY ).
Gambar: Benang Draw Texture Yarn ( DTY )
50
Iwan Nugraha Gusniar, Analisa Pengaruh Proses Pemanasan.......
Rancangan Pengumpulan Data Observasi Langsung Dalam melakukan penelitian penulis langsung terjun kelapangan untuk mengadakan percobaan dan pengamatan secara langsung pada mesin Draw Texture Yarn sekaligus mengambil data Draw Ratio dan Temperatur Heater, sehingga didapat data yang akurat, data tersebut merupakan data sekunder. Observasi Laboratorium Setelah melakukan percobaan dilapangan secara langsung,maka hasilnya dibawa ke laboratorium untuk melakukan tes sehingga diketahui berapa kekuatan benang tersebut dengan menggunakan mesin Statimat Me ( Alat pengetes kekuatan benang ), dalam observasi laboratorium data yang diambil adalah data primer. Rancangan Penelitian Penelitian yang penulis lakukan adalah dengan experimen untuk meningkatkan mutu benang texture polyester, yaitu kekuatan benang (tenacity) dengan menggunakan rancangan percobaan bantuk faktorial L1 x L2 = 3 x 3 dalam bentuk Rancangan Acak Kelompok ( RAK ) dengan tiga kali pengulangan yaitu : L1 : faktor Draw Ratio ( notasi A ) yang terdiri dari tiga taraf faktor (a1, a2, a3). L2 : faktor Temperatur Heater ( notasi B ) yang terdiri dari tiga taraf faktor.(b1, b2, b3). Kombinasi perlakuan yang dapat terbentuk adalah sembilan perlakuan dan ini merupakan satu kali pengulangan, sedangkan dalam percobaan dilakukan dengan tiga kali perulangan yang diatur dalam bentuk Rancangan Acak Kelompok (RAK). Teknik Pelaksanaan Percobaan Mesin dalam keadaan normal untuk proses benang 150D / 48F (POY) kemudian baru merubah kecepatan pada roll peregangan dimesin DTY dan merubah temperatur heater sesuai urutan percobaan atau level yang sudah ditentukan. Dalam penelitian besarnya Draw Ratio ada 3 level yaitu: Level a1 besarnya
= 1.664
Level a2 besarnya
= 1.667
Level a3 besarnya
= 1.672
Ada 3 Level pada perubahan setting temperatur heater, yaitu : Level b1 besarnya
= 160 º c
Level b2 besarnya
= 170 º c
Level b3 besarnya
= 180 º c
Proses Persiapan Percobaan Untuk dapat memberikan kesempatan yang sama terhadap setiap kombinasi perlakuan yang terbentuk, maka pengaturannya disusun menurut sistem Rancangan Acak Kelompok ( RAK ) yang dalam pelaksanaannya dapat dilihat pada tabel berikut :
51
Iwan Nugraha Gusniar, Analisa Pengaruh Proses Pemanasan.......
Kombinasi
Hasil Ukuran
Perlakuan
Draw Ratio
a1b1
1.664
160˚C
a1b2
1.664
170˚C
a1b3
1.644
180˚C
a2b1
1.667
160˚C
a2b2
1.667
170˚C
a2b3
1.667
180˚C
a3b1
1.672
160˚C
a3b2
1.672
170˚C
a3b3
1.672
180˚C
Temperatur Heater
Tabel: Nilai Kombinasi Perlakuan ab Pengolahan Data Penataan Hasil Percobaan Penataan Rancangan Acak Kelompok dengan menggunakan tiga ulangan tentang pengaruh kombinasi perlakuan Draw Ratio dan temperatur heater pada proses pembuatan benang texture polyester terhadap karakteristik mutu benang yang meliputi kekuatan benang. Perhitungan Jumlah Kuadrat Faktor Koreksi ( FK ) ( 91.78 ) ² FK = 3x3x3 8423.57 =
= 311.96 27
a). JK Total = ( 4.19 ² + 4.56 ² + 4.28 ² + . . . . . + 4.33 ² ) – FK = ( 10.1761 + 12.6736 + 10.7584 + . . . . + 11.0889 ) – FK = 0.3823 b). JK Blok = 1
(30.63 ² + 30.56 ² + 30.59 ² ) – FK = 0.00023
52
Iwan Nugraha Gusniar, Analisa Pengaruh Proses Pemanasan.......
3x3 c). JK Perlakuan 1 = ( 9.70 ² + 10.56 ² + . . . + 9.97 ² ) – FK = 0.36357 3 d). JK A 1 = ( 29.99 ² + 31.49 ² + 30.31 ² ) – FK = 0.1384 3x3 e). JK B 1 = ( 29.99 ² + 31.59 ² + 30.20 ² ) – FK = 0.1682 3x3 f). JK AB = JK Perlakuan – JK A – JK B = 0.36357 – 0.1384 – 0.1682 = 0.0570 g). JK Galat = JK Total – JK Blok – JK Perlakuan = 0.3823 – 0.00023 – 0.36357 = 0.0185 Analisa Pengujian Tenacity Faktor A ( Draw Ratio ) Didalam pengujian dapat kita lihat bahwa faktor A ( Draw Ratio ) memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap Tenacity yang menunjukkan grafik hubungan Draw Ratio dengan nilai tenacity benang texture, dengan temperatur heater yang sama dan draw ratio yang berbeda yaitu 1.664, 1.667, dan 1.672 menghasilkan tenacity benang texture 4.33 gr/den, 4.50 gr/den dan 4.37 gr/den. Disini terlihat adanya penurunan tenacity benang texture setelah terlebih dahulu mengalami kenaikan nilai tenacity.
T
4.6 4.50
e n
4.5
a c
4.4
4.33
3.37
i t
4.3
y
4.2
0
1.664
1.667
1.672
Draw Ratio
Gambar: Hubungan Draw Ratio dengan Tenacity
53
Iwan Nugraha Gusniar, Analisa Pengaruh Proses Pemanasan.......
Faktor B ( Temperatur Heater ) Faktor B memberi pengaruh perbedaan yang sangat nyata terhadap nilai tenacity. Hasil pengujian tenacity dengan draw ratio yang sama dan temperatur heater yang berbeda yaitu 160 º C, 170 º C dan 180 º C menghasilkan tenacity 4.33 gr/den, 4.51 gr/den dan 4.36 gr/den. Disini terlihat adanya penurunan tenacity setelah sebelumnya mengalami kenaikan tenacity. 4.51 T
4.4 4.33
e n
4.36
4.3
a c
4.2
i t
4.1
y
4.0
0
160
170
180
Temperatur Heater
Gambar: Hubungan Temperatur Heater dengan Tenacity Faktor AB ( Draw Ratio & Temperatur Heater ) Hubungan perbedaan yang dihasilkan antara nilai rata–rata tenacity yang tertinggi (4.51 gr/den) dengan yang terendah (4.33 gr/den). Hal ini disebabkan karena faktor A (Draw Ratio) yang diberikan pada benang texture akan mengakibatkan molekul– molekul serat semakin terorientasi sejajar dengan sumbu serat dan derajat kristalisasi bertambah. Sedangkan pada faktor B (Temperatur Heater) panas yang diberikan mengubah molekul – molekul serat pada benang sehingga proses pemanasan tersebut dilakukan pada saat benang texture dalam keadaan tegang ( proses peregangan ), sehingga dapat disimpulkan perubahan struktur serat terjadi pada proses penarikan dan pada saat proses pemanasan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil dari analisa data yang telah terkumpul dengan menggunakan metode RAK, maka untuk benang texture 150D / 48F dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Draw Ratio dengan tiga taraf level, memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tenacity benang texture yaitu pada level 1,667 yang nilai tenacity lebih tinggi dari pada taraf level 1.664 dan 1.672. 2. Temperatur Heater dengan tiga taraf level, memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap Tenacity benang texture yaitu pada level 170 º yang nilai Tenacity lebih tinggi dari pada taraf level 160 º dan 180º.
54
Iwan Nugraha Gusniar, Analisa Pengaruh Proses Pemanasan.......
3. Draw Ratio dan Temperatur Heater dalam bentuk perlakuan kombinasi ternyata menghasilkan kekuatan benang texture yang maksimal yaitu pada perlakuan kombinasi a1b2 ( 4.52 ), a2b2 ( 4.53 ) dan a2b3 ( 4.50 ). Saran Untuk bisa mendapatkan kualitas benang texture yang optimum maka perlu diperhatikan hal–hal yang dapat mempengaruhi mutu benang secara langsung seperti spesifikasi mesin dan material. DAFTAR PUSTAKA 1. Chalidin, U. 1998, “Analisis Pengendalian Mutu Produksi Benang Polyester Filamen 150D dengan menggunakan Peta Kendali X-R terhadap Variasi Draw Ratio pada Mesin Draw Texture Yarn”, Tangerang, ITS. 2. E.Sugandi, 1993, “Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasinya, Jogjakarta”, CV Andi Offset. 3. Gaspersz, Vincent, 2003, “Metode Analisis Untuk Peningkatan Kulitas”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 4. Goswami B. C.et all,1997,”Textile Yarn Tecnology, Structure and Application”, John Willey & Sons Inc, New York. 5. Helmon Hoesien,Mpd,Smi,1996 ,” Experimen Desain”, Jakarta, Veteran. 6. Hitariyat Susyami, 1992,”Karakteristik Filamen Polyester POY yang diproses Kostisasi dan Pemantapan Panas”, Jurnal Balai Besar Textil. 7. Jumaeri, 1997, “Pengetahuan Barang-Barang Textile”, Bandung,ITT. 8. Moncrieff,RW, 1983,“Struktur dan Sifat-Sifat Serat”, Jakarta, Djambatan. 9. N. Sugiarto, 1979, “Teknologi Textile”, Jakarta, Pradnya Paramita. 10. Ronald E Walpole and Raimond H Myers, 1995,”Ilmu Peluang dan Statistik Untuk Insinyur dan ilmuan”, edisi Ke-4, ITB, Bandung. 11. Salura, 1986, “Teori Draf dan Ketidakrataan Benang”, Bandung, ITT. 12. www.rieterscragg.com 13. www.polyester.com
55
Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No. 2 April-Juni 2014: 56-61
“EFEKTIFITAS SENAM DISMENORE DALAM MENGURANGI DISMENEORE PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN KARAWANG TAHUN 2013” Maria Alia Rahayu, S.SiT Lilis Suryani, SST Rina Marlina, S.SiT ABSTRAK Dismenore merupakan nyeri ketika menstruasi, dismenore disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah, prostaglandin dan faktor stress/psikologi mengakibatkan terjadinya dismenor pada beberapa wanita. Nyeri haid sering dialami oleh sebagian besar wanita. Dari data yang didapat, dismenor ini mengganggu setidaknya 53 % pada usia remaja. Untuk mengatasi hal tersebut sebagian wanita lebih memilih sujud, tidur terlentang, tidak melakukan aktifitas apapun,bahkan sampai dengan menggunakan obat yang berfungsi secara kuratif. Dalam penelitian ini akan memberikan alternatif terapi yang sederhana, mudah dilakukan dan bersifat preventif.
Kata Kunci : Dismenore, senam dismenore Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial (F.J Monks, Koers,Haditomo,2002). Perubahan paling awal muncul yaitu perkembangan secara biologis. Salah satu tanda keremajaan secara biologi yaitu mulainya remaja mengalami menstruasi. Menstruasi dimulai saat pubertas dan kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak atau masa reproduksi. Menstruasi biasanya dimulai antara usia 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Walaupun begitu, pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami masalah menstruasi, diantaranya nyeri haid/dismenore (Sumudarsono,1998). Nyeri haid/dismenore adalah ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan rasa nyeri timbul, faktor psikologis juga ikut berperan terjadinya dismenore pada beberapa wanita. Wanita pernah mengalami dismenore sebanyak 90%. Masalah ini setidaknya mengganggu 50% wanita masa reproduksi dan 60-85% pada usia remaja, yang mengakibatkan banyaknya absensi pada sekolah maupun kantor. Pada umumnya 50-60% wanita diantaranya memerlukan obat-obatan analgesik untuk mengatasi masalah dismenore ini (Annathayakheisha,2009). Latihan-latihan olahraga yang ringan sangat dianjurkan untuk mengurangi dismenore. Olahraga/senam merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Hal ini disebabkan saat melakukan olahraga/senam tubuh akan menghasilkan endorphin. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak sehingga menimbulkan rasa nyaman (Harry,2007). Dari hasil penelitian ternyata dismenore lebih sedikit terjadi pada olahragawati dibandingkan wanita yang tidak melakukan olahraga/senam (Sumudarsono,1998). Dari uraian diatas dan mengingat sering timbulnya masalah dismenore pada remaja yang dapat mengganggu aktivitas belajar mengajar maka perlu adanya penelitian untuk mencari alternative terapi yang mudah dilakukan dan tidak memerlukan biaya untuk mencegah dan mengatasi masalah dismenore tersebut dengan senam dismenore dalam mengurangi maupun mengatasi masalah nyeri haid ini.
56
Maria Alia Rahayu dkk, Efektifitas Senam Dismenore.......
Landasan Teori Dismenore didefinisikan oleh Stenchever (2002) dalam Chudnoff (2005) sebagai sensasi nyeri yang seperti kram pada abdomen bawah sering bersamaan dengan gejala lain seperti keringat, takikardia, sakit kepala, mual, muntah, diare dan tremor. Dismenore dapat mendahului menstruasi beberapa hari atau dapat bersamaan dengan menstruasi, dan biasanya menghilang dengan berhentinya menstruasi (Latthe P, Mignini L, Gray R, Hills R, Khan K, 2006). Prevalensi dismenore paling tinggi terdapat pada remaja wanita, dengan perkiraan antara 20-90%, tergantung pada metode pengukuran yang digunakan. Sekitar 15% remaja wanita dilaporkan menderita dismenore berat. Dismenore merupakan penyebab tersering ketidakhadiran jangka pendek yang berulang pada remaja wanita di Amerika Serikat. Sebuah studi longitudinal secara kohort pada wanita Swedia ditemukan prevalensi dismenore adalah 90% pada wanita usia 19 tahun dan 67% pada wanita usia 24 tahun. Sepuluh persen dari wanita usia 24 tahun yang dilaporkan tersebut mengalami nyeri yang sampai mengganggu kegiatan sehari hari (French, 2005), dan 75-85% wanita yang mengalami disemnore ringan (Abbaspour, 2005). Pada suatu penelitian ditemukan bahwa 51% wanita tidak hadir di sekolah ataupun pekerjaan paling tidak sekali dan 8% wanita tidak hadir di sekolah atau kerja setiap kali mengalami menstruasi. Lebih lanjut, wanita dengan dismenore mendapatkan nilai lebih rendah di sekolah dan lebih susah beradaptasi dengan lingkungan sekolah daripada wanita tanpa dismenore (Abbaspour, 2005). Penyebab nyeri haid bisa bermacam-macam, bisa karena suatu proses penyakit (misalnya nyeri radang panggul), endometriosis, tumor atau kelainan uterus, selaput dara atau vagina tidak berlubang, dan stress atau kecemasan berlebihan. Akan tetapi, penyebab yang tersering nyeri haid diduga karena terjadinya ketidakseimbangan hormonal dan tidak ada hubungannya dengan organ reproduksi. Pada suatu studi ditemukan bahwa merokok, menarke awal (<12 tahun), siklus menstruasi yang panjang, jumlah darah menstruasi yang berlebihan (Widjanarko, 2006), usia kurang dari 30 tahun, BMI yang rendah, nulliparitas, sindroma premenstrual, sterilisasi, secara klinis diduga adanya pelvic inflammatory disease (PID), penyimpangan seksual dan gejala psikologis berhubungan dengan dismenore (Latthe P, Mignini L, Gray R, Hills R, Khan K, 2006 dan Veronika, 2008). Menurut French (2005), faktor resiko untuk dismenore diantaranya usia dibawah 20 tahun, nulliparitas, perdarahan menstruasi yang berat, usaha untuk menurunkan berat badan, merokok dan depresi atau ansietas, dan gangguan jaringan sosial. Sedangkan menurut Edmundson (2006), faktor resiko dismenore yang lain diantaranya obesitas dan riwayat keluarga positif untuk dismenore, endometriosis, adenomyosis, leiomyomata (fibroids), intrauterine device (IUD), karsinoma endometrium, kista ovarium, malformasi pelvik kongenital dan stenosis serviks. Calis, Popat, Devra dan Kalantaridou (2009) menyatakan bahwa obesitas dan konsumsi alkohol ditemukan berhubungan dengan dismenore pada beberapa tetapi tidak semua penelitian mengenai dismenore. Disamping itu menurut Calis, Popat, Devra dan Kalantaridou (2009), aktivitas fisik dan durasi dari siklus menstruasi tidak berhubungan dengan peningkatan nyeri menstruasi. Prostaglandin dikeluarkan selama menstruasi, karena luruhnya dinding endo metrium beserta isinya (Lethaby A, Augood C, Duckitt K, Farquhar C, 2007). Menurut French (2005), dismenore diduga akibat pengeluaran prostaglandin di cairan menstruasi, yang mengakibatkan kontraksi uterus dan nyeri. Kadar prostaglandin endometrium yang meningkat selama fase luteal dan menstruasi menyebabkan kontraksi uterus (Chandran, 2008). Selama periode menstruasi, kadar prostaglandin meningkat, kemudian pada
57
Maria Alia Rahayu dkk, Efektifitas Senam Dismenore.......
permulaan periode, kadar prostaglandin tetap tinggi, Universitas Sumatera Utaradengan berlanjutnya masa menstruasi, kadar prostaglandin menurun, hal ini menjelaskan mengapa nyeri cenderung berkurang setelah beberapa hari pertama periode menstruasi (ACOG, 2006). Vasopressin juga berperan pada peningkatan kontraktilitas uterus dan menyebabkan nyeri iskemik sebagai akibat dari vasokonstriksi. Adanya peningkatan kadar vasopressin telah dilaporkan terjadi pada wanita dengan dismenore primer (Chandran, 2008 dan Edmundson, 2006).Teori lain yang menyebabkan dismenore primer yaitu dari faktor kejiwaan, faktor konstitusi dan faktor alergi. Dari faktor kejiwaan dinyatakan bahwa gadis remaja yang secara emosional belum stabil jika tidak mendapat penjelasan yang baik dan benar tentang menstruasi mudah untuk timbul dismenore. Sedangkan dari faktor konstitusi dinyatakan bahwa faktor ini dapat menurunkan ketahanan terhadap nyeri, seperti kondisi fisik lemah, anemia, penyakit menahun dan lain sebagainya (Wiknjosastro, 2005). Teori dari faktor alergi dikemukakan setelah adanya hubungan antara dismenore dengan urtikaria, migren atau asma bronkiale (Warianto, 2008). Menurut Wiknjosastro (2005), teori lain penyebab dismenore selain teori kejiwaan, konstitusi, alergi dan endokrin (PGF2α) adalah teori obstruksi kanalis servikalis, yang merupakan salah satu teori paling tua untuk menjelaskan terjadinya dismenore primer yaitu karena terjadinya stenosis servikalis. Hubungan antara dismenore dengan endometriosis masih tidak jelas. Endometriosis mungkin asimtomatik, atau mungkin bersamaan dengan nyeri pelvik yang tidak terbatas pada masa menstruasi dan pada bagian pelvik anterior bawah. Pada suatu studi dari wanita yang mengalami sterilisasi efektif, tidak terdapat perbedaan antara wanita dengan maupun wanita tanpa endometriosis. Meskipun begitu, suatu studi observasional pada wanita yang dilakukan laparoskopi untuk infertilitas mendukung adanya hubungan antara dismenore dan keparahan dari endometriosis (French, 2005). Perumusan Masalah Beberapa teori mengatakan latihan-latihan olahraga yang ringan sangat dianjurkan untuk mengurangi dismenore. Olahraga/senam merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Hal ini disebabkan saat melakukan olahraga/senam tubuh akan menghasilkan endorphin. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak sehingga menimbulkan rasa nyaman (Harry,2007). Dari hasil penelitian ternyata dismenore lebih sedikit terjadi pada olahragawati dibandingkan wanita yang tidak melakukan olahraga/senam (Sumudarsono,1998). Dari uraian diatas dan mengingat sering timbulnya masalah dismenore pada remaja yang dapat mengganggu aktivitas belajar mengajar maka perlu adanya penelitian untuk mencari alternative terapi yang mudah dilakukan dan tidak memerlukan biaya untuk mencegah dan mengatasi masalah dismenore tersebut dengan senam dismenore dalam mengurangi maupun mengatasi masalah nyeri haid ini. Maka rumusan msalah dalam penelitian ini adalah :“ Seberapa efektifkah senam dismenore dalam mengurangi dismenore pada mahasiswa prodi D III Kebidanan Unsika Karawang Tahun 2013?” Metode Penelitian Berdasarkan tujuannya penelitian ini termasuk dalam disain penelitian eksperimen. Populasinya adalah seluruh mahasiswi aktif yang ada di Prodi D III Kebidanan Unsika dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang mahasiswi. Sampling dilakukan secara
58
Maria Alia Rahayu dkk, Efektifitas Senam Dismenore.......
purposive sampling. Variabel yang diteliti meliputi aspek nyeri dismenor sebelum dan sesudah perlakukan (melakukan senam dismenor), dan senam dismenor. Dengan mengobservasi sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah diberikan perlakuan kemudian data diambil menggunakan kuesioner dan diolah menggunakan analisis uji t. Hasil Penelitian dan Pembahasan Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Menarche Di Prodi Kebidanan Unsika Tahun 2013 Kelompok Menarche Anak Remaja Awal Remaja Menengah Remaja Lanjut Total
Frekuensi 1 42 14 3 60
Persentase 1.7 70.0 23.3 5.0 100.0
Dari table 4. 1 diatas dapat diketahui bahwa dari 60 responden yang mengalami dismenore didominasi oleh responden yang mengalami mens pertama kali ketika usianya antara 10-13 th (remaja awal) yaitu sebanyak 42 responden (70.0%). b. Derajat Dismenore Sebelum Intervensi Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Derajat Dismenore Di Prodi Kebidanan Unsika Tahun 2013 Derajat Dismenore Nyeri ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Total
Frekuensi 28 15 17 60
Persentase 46.7 25.0 28.3 100.0
Dari table 4.2 diatas dapat diketahui bahwa dari 60 responden, 28 responden (46.7%) mengalami dismenore ringan lebih banyak bila dibandingkan dengan responden yang mengalami dismenore sedang yaitu 15 responden (25.0%) dan responden yang mengalami dismenor berat yaitu sebanyak 17 responden (28.3%). c. Derajat Dismenore Setelah Intervensi Tabel. 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Derajat Dismenore Di Prodi Kebidanan Unsika Tahun 2013 Derajat Dismenore Tidak Dismenore Dismenore ringan Dismenore sedang Dismenore Berat Total
Frekuensi 1 41 10 8 60
Persentase 1.7 68.3 16.7 13.3 100.0
Dari table 4.3 diatas dapat diketahui bahwa dari 60 responden ada 41 orang (68.3%) yang mengalami dismenore ringan, lebih banyak dari responden yang mengalami dismenore sedang yaitu 10 orang (16.7%) dan dismenore berat yaitu8 orang (13.3%).
59
Maria Alia Rahayu dkk, Efektifitas Senam Dismenore.......
2. Analisis Bivariat (Uji t) Tabel 4.4 Distribusi Derajat Dismenore Responden Menurut Sebelum Dan Sesudah Senam Dismenore di Prodi Kebidanan Unsika Tahun 2013 Variabel Derajat Dismenore 1
N
Mean Rank 21.50
60
P Value 0.0001
Derajat Dismenore 2
23.23
Dari hasil penelitian yaitu pada table 4.4 didapatkan bahwa mean rank responden sebelum senam dismenore adalah 21.50, sedangkan setelah responden melakukan senam dismenore mean ranknya adalah 23.23. Hasil uji statistic didapatkan nilai p = 0.0001, berarti <α (0.05) terlihat ada perbedaan signifikan derajat dismenore responden antara sebelum senam dismenore dengan sesudah senam dismenore. Pembahasan Dismenore atau nyeri haid adalah normal, namun dapat berlebihan apabila dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis seperti stress serta pengaruh dari hormon prostaglandin dan progesteron. Selama dismenore, terjadi kontraksi otot rahim akibat peningkatan prostaglandin sehingga menyebabkan vasospasme dari arteriol uterin yang menyebabkan terjadinya iskemia dan kram pada abdomen bagian bawah yang akan merangsang rasa nyeri di saat datang bulan (Robert dan David, 2004). Pengeluaran prostaglandin F2alfa dipengaruhi oleh hormon progesteron selama fase luteal dari siklus menstruasi dan mencapai puncaknya pada saat menstruasi (Wiknjosastro,1999). Responden yang mengalami dismenore menyatakan mereka minum obat atau jamu untuk mengatasi nyeri saat haid/dismenore, terkadang melakukan sujud atau hanya sebatas tiduran (tidak melakukan aktifitas apapun). Untuk itu perlu adanya alternatif lain yang bersifat preventif untuk mengatasi dismenore. Setelah melakukan senam dismenore beberapa responden melaporkan adanya perubahan dalam rasa nyeri yang mereka rasakan. Olahraga atau senam dismenore ini merupakan salah satu teknik relaksasi. Olahraga atau latihan fisik dapat menghasilkan hormon endorphin. Endorphin adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada saat relaks/tenang. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang melahirkan rasa nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi. Olahraga terbukti dapat meningkatkan kadar b-endorphin empat sampai lima kali di dalam darah. Sehingga, semakin banyak melakukan senam/olahraga maka akan semakin tinggi pula kadar b-endorphin. Ketika seseorang melakukan olahraga/senam, maka b-endorphin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor di dalam hipothalamus dan sistem limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi. Peningkatan b-endorphin terbukti berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan, kemampuan seksual, tekanan darah dan pernafasan (Harry,2007). Sehingga olahraga atau senam akan efektif dalam mengurangi masalah nyeri terutama nyeri dismenore. Tubuh bereaksi saat mengalami stress. Faktor stress ini dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Tanda pertama yang menunjukan keadaan stress adalah
60
Maria Alia Rahayu dkk, Efektifitas Senam Dismenore.......
adanya reaksi yang muncul yaitu menegangnya otot tubuh individu dipenuhi oleh hormon stress yang menyebabkan tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan pernafasan meningkat. Disisi lain saat stress, tubuh akan memproduksi hormon adrenalin, estrogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan. Estrogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan, sedangkan progesteron bersifat menghambat kontraksi. Peningkatan kontraksi secara berlebihan ini menyebabkan rasa nyeri. Selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga menyebabkan otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan dapat menjadikan nyeri ketika haid (Handrawan,2008). Kesimpulan Secara prosentase hasil penelitian tersebut terdapat perubahan derajat nyeri bisa terlihat dari 60 responden yang diteliti, terdapat 28.3% yang mengalami dismeneor berat sebelum melakukan senam dismenore, ketika setelah melakukan senam dismenore terdapat penurunun jumlah responden yang mengalami dismenore berat sebesar 15 %, selain dari itu terdapat 1 responden yang ketika belum diberikan perlakuan mengalami dismenore tingkat ringan, tetapi setelah diberikan perlakukan rasa nyeri tersebut menghilang (tidak lagi mengalami dismenore). Dari hasil uji t tersebut didapat nilai p = 0.0001, dimana nilai p lebih kecil dari nilai α, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara derajat dismenor sebelum senam dan sesudah senam. Saran Prodi Kebidanan Unsika Setalah didapati hasil penelitian tentang efektifitas senam dismenor dan hasilnya terbukti efektif, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk dimasukan praktkum ke dalam mata kuliah kesehatan reproduksi, karena didalam mata kuliah kesehatan reproduksi tersebut belum terdapat praktikum senam dismenore. Unsika Diharapkan senam dismenor ini dapat di aplikasikan tidak hanya untuk mahasiswa prodi kebidanan tetapi juga dapat bermanfaat bagi mahasiswi unsika lainnya atau staf/dosen unsika yang mengalami dismenor, dengan cara prodi kebidanan dapat bekerja sama dengan LPPM dalam program pusat studi gender. Daftar Pustaka Wiknjosastro.H . 1999. Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan bina pustaka. Harry. Mekanisme endorphin dalam tubuh. 2007. Available at Http:/klikharry.files.wordpress.com/2007/02/1.doc + endorphin + dalam +tubuh. Dibuka tanggal 16 Nopember 2012. Kristiono. Perkembangan psikologi remaja. 2007. Available at Http :// Kristiono.wordpress.com/2008/04/23/perkembangan-psikologi-remaja/. April 23,2008. Dibuka tanggal 17 Nopember 2012.
61
Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No. 2 April-Juni 2014: 62-71
“ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA ANGKATAN TAHUN 2013 TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH DI UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG” Oon Sopiah, S.Si.T Maria Alia Rahayu, S.SiT Abstrak Pada zaman sekarang kehidupan remaja terutama mahasiswa berbeda dengan jaman 90’an. Dimulai tahun 2000 hingga saat ini mahasiswa dalam berprilaku sosial berbeda dalam mencari kebebasan. Dari hasil survei kesehatan reproduksi remaja, remaja Indonesia pertama kali pacaran pada usia 12 tahun. Perilaku pacaran remaja juga semakin permisif yakni sebanyak 92% remaja berpegangan tangan saat pacaran, 82% berciuman, 63% rabaan petting. Perilaku – perilaku tersebut memicu remaja melakukan hubungan seksual. Latar Belakang Dilihat dari literatur sejarah, perilaku seks bebas sudah pernah menjadi tradisi dalam masyarakat zaman jahiliyah dulu. Zaman dimana kondisi masyarakat Arab praIslam yang sangat tenggelam dalam “tanah lumpur” kebodohan dan keterbelakangan. Pada zaman itulah berlaku tradisi perkawinan model seks bebas. Sebuah hadist yang diceritakan melaui istri Nabi Muhammad SAW, Aisyah ra, bahwa pada zaman jahiliyah dikenal 4 cara pernikahan. Pertama gonta ganti pasangan. Seorang suami memerintahkan istrinya untuk berhubungan badan dengan laki – laki lain guna mendapatkan keturunan. Kedua model keroyokan. Sekelompok laki – laki kurang dari 10 orang semuanya menggauli seorang wanita. Jika hamil dan melahirkan maka ditunjuklah salah satu laki – laki yang menggaulinya untuk dinisbahkan sebagai bapak bayi tersebut. Ketiga wanita tunasusila memasang tanda di pintu – pintu rumahnya untuk melakukan hubungan seksual dengan siapapun yang disukai, dan keempat melaui pinangan, membayar mahar dan menikah. Jika menyimak 3 model dalam perkawinan zaman jahiliyah ternyata ada kesamaan budaya dengan prilaku seks bebas, prostitusi dan hamil di luar nikah yang kian marak di zaman sekarang. Jika hal tersebut terjadi saat ini, maka orang – orang yang berprilaku seks pranikah adalah orang – orang yang kembali ke zaman jahiliyah. Mahasiswa merupakan individu yang memasuki masa kuliah. Masa mahasiswa tergolong ke dalam kelompok remaja yang meliputi rentang umur 18/19 tahunsampai 24/25 tahun (Winkle, 2004). Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa, akan menjadi pemimpin – pemimpin bangsa dan tentunya harus menjadi pribadi yang dapat menjadi contoh dan suritauladan. Pada zaman sekarang kehidupan remaja terutama mahasiswa berbeda dengan jaman 90’an. Dimulai tahun 2000 hingga saat ini mahasiswa dalam berprilaku sosial berbeda dalam mencari kebebasan. Kematangan seksual remaja mengalami banyak perubahan sekaligus pergeseran yang signifikan dibandingkan dengan remaja generasi 90’an. Dari semua golongan usia yang terlibat aktivitas seksual aktif, yang paling menarik untuk dibicarakan adalah mahasiswa yang berada dalam golongan remaja akhir dan dewasa awal, yaitu sebagai usia dimana kematangan seks sudah memasuki masa – masa puncak. Dengan adanya dorongan seksual yang menggebu tersebut disertai adanya tuntutan untuk menyelesaikan kuliah terlebih dahulu sebelum menikah, maka apabila
62
Oon Sopiah dkk, Analisis Persepsi Mahasiswa.......
tidak dapat mengendalikan nafsu dan dorongan seksualnya, masa tenggang ini sangat rentan bagi mereka untuk melakukan hubungan seks pranikah. Kasus tersebut saat ini semakin merebak, yang mengakibatkan generasi muda yang diharapkan bangsa menjadi kehilangan arah. Menurut Ajen (2006) pendidikan seks kebanyakan dipersepsikan hanya diketahui dari penjelasan teman yang belum tentu benar, membaca buku – buku porno, melihat gambar – gambar porno, dari buku maupun internet dan bisa juga dari penjelasan orang tua yang belum lengkap. Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya dibandingkan tidak tahu sama sekali, kendati dalam hal ini ketidaktahuan bukan berarti tidak berbahaya (Selamiharja & Yudana, 1997). Banyak remaja yang melakukan aktivitas seks tanpa informasi yang akurat tentang kesehatan reproduksi. Beberapa studi menunjukkan bahwa pendidikan seks dapat membantu penundaan hubungan seks yang pertama kali pada remaja. Dari hasil survei kesehatan reproduksi remaja, remaja Indonesia pertama kali pacaran pada usia 12 tahun. Perilaku pacaran remaja juga semakin permisif yakni sebanyak 92% remaja berpegangan tangan saat pacaran, 82% berciuman, 63% rabaan petting. Perilaku – perilaku tersebut memicu remaja melakukan hubungan seksual (KPAI, 2012). Adanya persepsi yang berbeda-beda mengenai seks akan menyebabkan sikap yang berbeda-beda terhadap seks itu sendiri, yang selanjutnya mempengaruhi perilaku seksualnya. Dampak negatif seks pranikah tidak dapat dilepaskan dari persepsi individu tersebut terhadap seks pranikah. Universitas Singaperbangsa Karawang berada di Wilayah Kabupaen Karawang dimana mahasiswanya bearasal dari dalam ataupun luar daerah. Banyak mahasiswa yang tempat tinggalnya jauh sehingga harus tinggal di kost ataupun rumah keluarga. Jauhnya mahasiswa dengan orangtua menyebabkan lemahnya pengawasan. Lingkungan sekitar UNSIKA yang dekat dengan keramaian kota dan banyaknya tempat – tempat hiburan, mudahnya akses internet memberikan peluang besar bagi mahasiswa untuk bebas bergaul dan berteman. UNSIKA menerapkan etika dan tatakrama sebagai norma yang berlaku didalam kehidupan kampus yang tertuang dalam Peraturan Kemahasiswaan dan Misi UNSIKA butir pertama yaitu menyiapkan sumber daya manusia yang ahli di bidangnya dan berakhlak mulia. Tetapi karena jumlah mahasiswa yang cukup banyak, sehingga tidak seluruh mahasiswa dapat terpantau dalam pergaulannya. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan jduul “Analisis Persepsi Mahasiswa Angkatan Tahun 2013 Terhadap Perilaku Seks Pranikah di Universitas Singaperbangsa Karawang” Landasan Teori Kata persepsi menurut menurut Kamus Lengkap Psikologi artinya proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan indera (Chaplin, 1981). Branca (dalam Walgito, 1992) menyatakan persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan dimana suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Namun proses tersebut tidak terhenti begitu saja, stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Menurut Davidof (1992) stimulus diterima alat indera yaitu dengan penginderaanstimulus menjadi sesuatu yang berarti setelah
63
Oon Sopiah dkk, Analisis Persepsi Mahasiswa.......
diorganisasi dan diinterpretasi, dengan persepsi individu akan menyadari tentang keadaan disekitarnya dan jugakeadaan dia sendiri. Persepsi adalah proses bagaimana kita mengintegrasikan sensasi ke dalam percept obyek, dan bagaimana kita selanjutnya menggunakan persepsi itu untuk mengenali dunia (Atkinson, 1999). Selain itu, Sarwono (2002) menyatakan persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami dan alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan yang meliputi penglihatan, pendengaran, peraba dan seterusnya.Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan cara seseorang dalam memaknai suatu peristiwa atau objek tertentu yang diawali oleh proses penginderaan dimana suatu stimulus diterima oleh alatindera dan dilanjutkn dengan proses berpikir dan diakhiri dengan penginterpretasian makna. Dengan persepsi seseorang dapat menyadari danmengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya (suatu peristiwa atauobjek) dan tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Menurut Walgito (1992) seperti telah dipaparkan di atas bahwa dalam persepsi individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus yangditerimanya, sehingga stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus yangmerupakan salah satu faktor±faktor berperan dalam persepsi dapat dikemukakanadanya beberapa faktor, yaitu :a. Obyek yang dipersepsi b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf c. PerhatianDalam persepsi terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi hasil persepsidari seseorang. Shaleh dan Wahab (2004) menjelaskan faktor-faktor yangmempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut :1) Perhatian yang selektif 2) Ciri-ciri rangsang. Perilaku seks pranikah Merupakan perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum meupunagama dan kepercayaan masing-masing individu.Perilaku seks pranikah yang biasanya dilakukan oleh mahasiswa yang pertama mulai dari berpegangan tangan, mencium pipi dan kening, mencium bibir, mencium leher, meraba payudara ( petting ) dan kelamin (intercourse). Akibat yang ditimbulkan dari Perilaku Seks Pranikah Menurut Martopo (2003) ada beberapa akibat yang akan dirasakan mahasiswa yang melakukan hubungan seks pranikah, antara lain:a. Kejiwaan atau Psikologis b. Agama dan Sosial c. Kesehatan sarat dengan kaidah moral, sekarang seks telah merambah ke segala penjurukehidupan sebagai gaya hidup yang nihil moralitas. Perilaku seks yang padamulanya diidentikkan dengan cinta dan pernikahan, sekarang lebih diasosiasikandengan suka dan kencan belaka. Salah satu ruang kehidupan yang telah dimasukioleh perilaku seks adalah berpacaran. Seks bukan lagi pergumulan yang harusdilawan dan dimenangkan pada masa berpacaran, namun seks telah menjadiagenda dalam berpacaran, sama seperti budaya mencium yang kita kenal selamadua dasawarsa yang lalu. Dewasa ini, perilaku seks telah menggantikan tempat berpegangan tangan dan berciuman dalam berpacaran (Gunadi, 2007).Kita dapat memperluas pandangan tentang persepsi sebagai mekanismemelalui stimuli lingkungan (termasuk di dalamnya upayaupaya komunikasi),hingga dicapai kesimpulan bahwa persepsi teramat penting bagi pemahaman danterbentuknya perilaku. Seseorang individu tidak bereaksi atau
64
Oon Sopiah dkk, Analisis Persepsi Mahasiswa.......
berperilaku dengancara tertentu, karena situasi yang terdapat disekitarnya, melainkan karena apa tangterlihat olehnya atau apa yang diyakini olehnya tentang situasi tersebut.Persepsi terhadap seksualitas adalah proses dimana kita mengorganisasidan menafsir pola stimulus dalam lingkungan,interpretasi (pemberian makna)yangdilakukan individu terhadap fenomena sekusualitas yang terjadi dalam bentuk premartial sexual intercourse, bila dilakukan oleh orang-orang yang tidak terikatdalam suatu pernikahan, bisa pula extramartial sexual intercourse, yaitu biladilakukan oleh seseorang yang sebenarnya telah memiliki ikatan pernikahan,namun dilakukan hubungan seksual dengan orang lain yang bukan pasanganlegalnya.Kajian tentang hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku telah banyak dilakukan. Hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku telahdilihatkan oleh Fishbein & Ajzen (1993) dengan teori Reasoned Action.Perilaku seksual pranikah didasarkan pada pemahaman tentangseksualitas. Pemahaman akan membentuk persepsi terhadap seksualitas. Persepsi berkaitan dengan cara individu memandang suatu obyek yang dipengarui oleh pengetahuan. Pengetahuan yang benar cenderung diikut oleh persepsi yang tepat. Dengan demikian pengetahuan yang benar tentang seksualitas cenderung diikuti persepsi yang tepat tentang seksualitas. Perumusan Masalah “Bagaimana Persepsi Mahasiswa tahun angkatan 2013 Terhadap Perilaku seksual pranikah di Lingkungan Universitas Singaperbangsa Karawang”. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional atau rancangan dengan pendekatan cross sectional. Yang menjadi populasi nya adalah sdalah seluruh mahasiswa aktif yang ada di Unsika T.A 2013 dengan jumlah sampel sebanyak 399 orang mahasiswa (Isaac dan michael dalam Sugiyono :2007:98). Sampling dlikakukan secara stratified pada fakultas dan program studi. Dimensi yang diteliti meliputi aspek persepsi beberapa perilaku seks pranikah (berpegang tangan,bercumbu, berpelukan sampai dengan berhubungan badan) serta karakteristik responden Data diambil menggunakan kuesioner dan diolah berdasarkan frekuensi jawaban responden untuk mendeskripsikan persepsi seks pranikah. Hasil Penelitian dan Pembahasan KarakteristikResponden No Variabel
Keterangan
A
Karakteristik Mahasiswa
1
Status Marital
Sudah menikah 7.8%, belum menikah 89%, missing system 2.2%
2
Kelompok Umur
≤24 th 90.9%, >24 th 2,75%, missing system 6,26
3
Tingkat Pendidikan Orang Tua
Rendah 26.5%, tinggi 70.2%, missing system 3.8%
4
Diskusi dengan orang tua kaitan Iya 48.4%, tidak 49.4%, missing system dengan seks pranikah 2.2%
65
Oon Sopiah dkk, Analisis Persepsi Mahasiswa.......
5
Mendapatkan pendidikan agama dari Mendapatkan 96.2%, tidak mendapatkan orang tua 2.5%, missing system 1.3%
6
Pesantren
Iya 19.3%, tidak 72.4%, missing system 8.3%
7
Diberi batasan aturan dari keluarga
Iya 81.2%, tidak 12.8%, missing system 6.0%
8
Pacar diketahui orang tua
Iya 72.1%, tidak 22.3%, missing system 5.5%
9
Perilaku pernah menonton blue film
Iya pernah menonton 58.9%, tidak pernah 33.6%, missing system 7.5%
10
Perilaku pernah membaca komik/buku Iya pernah 29.3%, tidak pernah 63.&%, porno missing system 7.0%
11
Perilaku menonton video porno
Iya pernah 44.1%, tidak pernah 48.4%, missing system 7.5%
12
Batasan umur untuk boleh pacaran
< 20 th 67.2%, ≥ 20 th 14.8%, missing system 18.0%
B
Persepesi Perilaku seks pranikah
1
Pegangan tangan
Iya termasuk kedalam seks pranikah 37.0%, tidak termasuk 61.0%, missing system 2.0%
2
Ciuman
Iya termasuk kedalam seks pranikah 76.0%, tidak termasuk 22.5%, missing system 1.5%
3
Pelukan
Iya termasuk kedalam seks pranikah 60.1%, tidak termasuk 38.1%, missing system 1.8%
4
Hubngan badan
Iya termasuk kedalam seks pranikah 84.4%,tidak termasuk 13.1%, missing system 2.5%
5
Boleh tidaknya berprilaku seks Boleh dilakukan 26.6%, tidak pranikah ketika berpacaran (pegangan 71.7%,missing system 1.7% tangan, cium pipi, leher dll)
Sumber : Data penelitian, Unsika, 2013
66
boleh
Oon Sopiah dkk, Analisis Persepsi Mahasiswa.......
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis persepsi mahasiswa terhadap perilaku seks pranikah pada mahasiswa UNSIKA adalah sebagai berikut. 1) Status marital Responden yang belum menikah (89%) lebih mendominasi dibandingkan dengan yang belum menikah (7.8%) dengan missing system (2.2%). Penundaan pernikahan dilakukan karena ingin menyelesaikan pendidikan dengan baik tanpa gangguan/persoalan rumah tangga. 2) Kelompok Umur Responden umur ≤24 th (90.9%), lebih mendominasi dibandingkan responden umur > 24 tahun (2.75%). Jumlah remaja pada kelompok umur ≤24 tahun memiliki semangat tinggi untuk mendapatkan pengetahuan secara formal di bangku kuliah, sedangkan kelompok umur >24 tahun banyak mendapatkan kendala berupa berbagai tuntutan untuk bekerja ataupun menikah. 3) Tingkat Pendidikan Orang Tua Responden yang tingkat pendidikan orang tua tinggi (70.2%) lebih mendominasi dibandingkan dengan tingkat pendidikan orang tua rendah (26%) dengan missing system (3.8%). Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi memiliki persepsi baik tentang pentingnya menyekolahkan anak – anaknya ke jenjang perkuliahan. 4) Sering Tidaknya Diskusi dengan Orang Tua Responden yang tidak diskusi dengan orang tua (49.4%) lebih mendominasi dibandingkan dengan yang sering diskusi dengan oran tua (48.4%) dengan missing system (2.2%). Banyak hal yang menyebabkan remaja tidak melakukan diskusi/bertukar fikiran dengan orang tuanya untuk membahas berbagai masalah kehidupan, masa depan apalagi tentang masalah pribadi dan seksual. Hal ini disebabkan banyak faktor seperti rasa sungkan/malu, kedekatan, kesibukan orang tua, kurangnya kasih sayang orang tua, tempat perkuliahan dan lainnya Menurut Hawari dalam Alfiah (2007) kondisi keharmonisan keluarga dapat membantu terbentuknya sifat negatif pada remaja terhadap seks pranikah. Kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua dan remaja dalam masalah seksual dapat memperkuat munculnya perilaku seksual. Adanya kontrol dan perhatian dari orang tua akan menunda perilaku seks pranikah. 5) Persepsi Mahasiswa Tentang Pegangan Tangan Responden yang memiliki persepsi bahwa pegangan tangan tidak termasuk seks pranikah (61%) lebih mendominasi dibandingk an dengan responden yang memiliki persepsi pegangan tangan termasuk seks pranikah (37%) dengan missing system (2.0%). Sudah tidak ada rasa malu dan khawatir mendapatkan teguran ataupun larangan tentang pegangan tangan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mutiara, dkk (2010) di Jatinangor – Sumedang memperlihatkan bentuk dari perilaku berpegangan tangan yang dilakukan oleh 100 orang (100%) mahasiswa kost di Jatinangor yang belum menikah berupa menggenggam tangan dan menggandeng tangan pasangannya.
67
Oon Sopiah dkk, Analisis Persepsi Mahasiswa.......
6) Persepsi Mahasiswa Tentang Ciuman Responden yang memiliki persepsi bahwa ciuman termasuk seks pranikah (76%) lebih mendominasi dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi ciuman tidak termasuk seks pranikah (22.5%) dengan missing system (1.5%). Masih adanya persepsi responden bahwa ciuman tidak termasuk seks pranikah menunjukkan bahwa hal tersebut sepertinya menjadi hal yang biasa di jaman sekarang. Remaja tidak menyadari bahwa awal dari prilaku seks ciuman tersebut akan mengakibatkan perilaku yang lebih jauh lagi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mutiara, dkk (2010) di Jatinangor – Sumedang memperlihatkan bentuk perilaku necking yang dilakukan 82 orang mahasiswa kost di Jatinangor dari 100 orang mahasiswa yang belum menikah berupa mencium kening, mencium pipi, mencium bibir, mencium leher, dan mencium buah dada/dada. 7) Persepsi Mahasiswa Tentang Pelukan Responden yang memiliki persepsi bahwa pelukan termasuk seks pranikah (60.1%) lebih mendominasi dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi pelukan tidak termasuk seks pranikah (38.1%) dengan missing system (1.8%). Persepsi responden bahwa pelukan tidak termasuk seks pranikah, kemungkinan perilaku tersebut dianggap wajar dan menjadi suatu kebutuhan. Mungkin dengan berpelukan responden merasa aman, nyaman dan tenang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mutiara, dkk (2010) di Jatinangor – Sumedang memperlihatkan bentuk perilaku pelukan yang dilakukan 90 orang mahasiswa kost di Jatinangor dari 100 orang mahasiswa yang belum menikah berupa memeluk dan merangkul pasanagnnya. 8) Persepsi Mahasiswa Tentang Hubungan Badan Responden yang memiliki persepsi bahwa hubungan badan termasuk seks pranikah (84.4%) lebih mendominasi dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi hubungan badan tidak termasuk seks pranikah (13.1%) dengan missing system (2.5%). Masih adanya persepsi responden bahwa hubungan badan tidak termasuk seks pranikah menunjukkan bahwa responden tersebut mungkin merasa perilaku tersebut wajar dan hal lumrah di jaman sekarang/trend bahkan membudidaya. Responden tidak menyadari dampak negatif yang akan terjadi. Menurut laporan Fadilah (2004) wartawan Majalah Gemari dari “Kota Pelajar” Yogyakarta dan Jakarta, berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks (www.solusisehat.net). Pernnyataan ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh peneliti terhadap mahasiswa di Jatinangor yang melakukan sexual intercours/hubungan seks sebanyak 34%. 9) Persepsi Boleh Tidaknya Berprilaku Seks Ketika Berpacaran (pegangan tangan, cium pipi, cium leher dll) Responden yang memiliki persepsi bahwa ketika berpacaran tidak boleh berprilaku seks (pegangan tangan, cium pipi, cium leher, dll) (71.7%) lebih mendominasi dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi bahwa ketika berpacaran tidak boleh berprilaku seks (pegangan tangan, cium pipi, cium leher, dll) (26.6%) dengan missing system (1.7%).
68
Oon Sopiah dkk, Analisis Persepsi Mahasiswa.......
Masih adanya persepsi responden bahwa ketika berpacaran boleh berprilaku seks (pegangan tangan, cium pipi, cium leher, dll) menunjukkan bahwa gaya pacaran mereka sudah tidak sesuai dengan norma, dan adat istiadat. Larangan secara agama, sikap orang tua yang membatasi tidak cukup kuat dalam mengendalikannya. 10) Mendapat Pendidikan Agama Dari Orang Tua Responden yang mendapat pendidikan agama dari orang tua (96.2%) lebih mendominasi dibandingkan dengan yang tidak mendapat pendidikan agama dari orang tua (2.5%) dengan missing system (1.3%). Dasar – dasar agama yang kurang menjdi pendorong terhadap maraknya prilaku seks pranikah karena tidak dekat dengan Tuhan. Hal ini terkadang tidak terlalu diperhatikan orang tua yang sibuk dengan segala usaha dan kegiatan mereka dan juga oleh pihak dari orang tua karena tua terlalu sibuk dengan segala usaha dan kegiatan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mustofa (2013), menunjukkan bahwa responden yang lebih permisif terhadap seksualitas dimiliki oleh responden dengan tingkat ketekunan beribadah hampir seimbang antara yang kurang tekun (50,8%) dan yang lebih tekun (49,2%), walaupun fungsi agama memegang peranan penting, namun keputusan seksual pada akhirnya diserahkan pada individu. 11) Pesantren Responden yang tidak pernah mengikuti pesantren (72.4%) lebih mendominasi dibandingkan dengan yang pernah mengikuti pesantren (19.3%) dengan missing system (8.3%). Dasar agama yang kuat terbentuk sejak dini dan berkesinambungan melaui pesantren akan menjadi penopang hidup remaja untuk tidak melakukan seks pranikah. 12) Batasan Dari Keluarga Responden yang diberi batasan dari keluarga (81.2%) lebih mendominasi dibandingkan dengan yang tidak diberi batasan dari keluarga (12.8%) dengan missing system (6.0%). Berbagai macam faktor yang berpengaruh pada kenakalan remaja, yaitu faktor keluarga (seperti kedekatan hubungan orang tua-anak, gaya pengasuhan orang tua, pola disiplin orang tua, serta pola komunikasi dalam keluarga). (Gunarsa, 1995) 13) Pacar Diketahui Orang Tua Responden yang memiliki pacar diketahui orang tua (72.2%) lebih mendominasi dibandingkan dengan yang tidak diketahui orang tua (22.3%) dengan missing system (5.5%). Pergaulan/hubungan pertemanan yang diketahui orang tua akan lebih mudah terpantau sehingga terhindar dari perilaku seks pranikah. 14) Prilaku Pernah Nonton Blue Film Responden yang berprilaku pernah nonton blue film (58.9%) lebih mendominasi dibandingkan dengan tidak pernah nonton blue film (33.6%) dengan missing system (7.5%). Rangsangan kuat dari luar seperti film–film seks (blue film), sinetron, buku– buku bacaan dan majalah–majalah bergambar seksi, godaan dan rangsangan dari kaum pria, serta pengamatan secara langsung terhadap perbuatan seksual tidak hanya mengakibatkan memuncaknya atau semakin panasnya reaksi–reaksi seksual tetapi
69
Oon Sopiah dkk, Analisis Persepsi Mahasiswa.......
juga mengakibatkan kematangan seksual yang lebih cepat pada diri anak (Kartono, 2003) Survei juga mencatat bahwa 40% remaja mengaku pernah berhubungan seks sebelum nikah. Menurut remaja laki-laki yang sudah pernah berhubungan seks, salah satu faktor yang menyebabkan mereka melakukannya adalah karena pengaruh menonton film porno (BKKBN, 2004). 15) Perilaku Membaca Komik/Buku Porno Responden yang tidak berprilaku membaca komik/buku porno (63.7%) lebih mendominasi dibandingkan dengan yang berprilaku membaca komik/buku (29.3%) dengan missing system (7.0%). Menurut Gunarsa (1995) faktor lain yang mempengaruhi seks pranikah di luar keluarga (seperti hubungan dengan kelompok bermain ‘peer group’, ketersediaan berbagai sarana seperti gedung bioskop, diskotek, tempat – tempat hiburan, TV, VCD, internet, akses kepada obat – obat terlarang dan buku – buku porno serta minuman beralkohol). Raviqoh (2002) pada remaja di salah satu SMU Negeri di Jakarta juga menunjukkan bahwa usia terpapar pornografi pertama kali adalah pada usia di atas 13 tahun sebesar 44%. Remaja yang mempunyai pengalaman pernah membaca buku porno sebanyak 92,7%, menonton film porno sebanyak 86,2%, melalui video porno 89,1% , dan melalui internet 87,1 %. Hasil penelitian Yayasan Kusuma Buana dan BKKBN tahun 1993 mengenai kesehatan reproduksi di 12 Kota di Indonesia mendapatkan bahwa remaja mencari sendiri informasi seks melalui bacaan dan film porno. Dari 3954 responden sekitar 59% remaja laki–laki dan 28% remaja perempuan mengatakan pernah membaca buku porno. Bahan bacaan porno juga merupakan sumber informasi seks bagi 49% remaja laki–laki dan 16% remaja perempuan (BKKBN 2004). Menurut Wolak (2007, dalam Pontianak City of Building Lights, 2007) penayangan pornografi bisa memberi persepsi yang salah pada anak-anak tentang hubungan seksual yang sehat dan perlu studi lebih lanjut mengenai dampak pornografi pada anak. Penelitian lain yang dilakukan oleh BKKBN di 4 (empat) kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2002 menunjukkan hasil bahwa remaja usia 15-19 tahun hampir 60% diantaranya pernah melihat film porno dan 18,4% remaja putri mengaku pernah membaca buku porno. 16) Perilaku Menonton Video Porno Responden yang tidak berprilaku menonton video porno (48.4%) lebih mendominasi dibandingkan dengan prilaku menonton video porno (44.1%) dengan missing system (7.5%). Dampak menonton film yang bersifat pornografi di VCD terhadap perilaku remaja adalah terjadinya peniruan yang memprihatinkan. Peristiwa dalam film memotivasi dan merangsang kaum remaja untuk meniru atau mempraktikkan hal yang dilihatnya, akibatnya remaja menjadi semakin permisif terhadap perilaku dan norma yang ada (Rosadi, 2001). Roviqoh (2002) melaporkan bahwa responden yang terangsang setelah menonton tayangan porno sebesar 84,4% dan sebanyak 2,2% berakhir dengan melakukan hubungan seksual dan 31,5% melakukan onani/masturbasi. Dari 92 responden yang terangsang oleh pornografi sebesar 90,2 % terangsang karena adegan
70
Oon Sopiah dkk, Analisis Persepsi Mahasiswa.......
seks dalam film. Pornografi menyebabkan dorongan seksual tinggi pada responden remaja laki-laki sebesar 50,9% dan pada perempuan sebesar 5,1 %. 17) Perilaku Batasan Umur Untuk Pacaran Responden yang batasan umur pacarannya < 20 tahun (67.2%) lebih mendominasi dibandingkan dengan yang batasan umur pacaran ≥ (14.8%) dengan missing system (18%). Masa remaja yang ingin serba mencoba dan tahu, kematangan organ reproduksi yang lebih cepat karena pengaruh gizi saat ini akan mempercepat hasrat remaja untuk mengenal lebih dekat teman lawan jenisnya dalam bentuk pacaran. Kesimpulan Masih terdapat Responden berpersepsi tidak tepat mengenai perilaku seks pranikah (pegangan tangan, ciuman, pelukan dan hubungan badan). Factor-faktor yang menyebabkan munculnya perilaku seks pranikah dikalangan mahasiswa UNSIKA dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang seks pranikah dan dampak negatifnya serta kurang terkendalinya pergaulan dalam keseharian mahasiswa. Faktor tersebut diantaranya agama, batasan umur pacaran, blue film, komik/buku porno, pesantren Beberapa faktor yang mampu meminimalisir perilaku seks pranikah dikalangan mahasiswa UNSIKA diantaranya adalah meluruskan persepsi, dilakukannya diskusi, meningkatkan pendidikan agama, kegiatan pesantren, menghindari komik/buku/video/VCD porno dan lainnya. Saran Perlu adanaya penyuluhan – penyuluhan tentang bahaya seks pranikah Perlu adanya komitmen di seluruh fakultas yang ada di UNSIKA untuk menerapkan peraturan kemahasiswaan yang mengatur etika,perilaku dan norma.
Daftar Pustaka Mutiara, dkk. (2010). Gambaran Prilaku Seksual Dengan Orientasi Heteroseksual Mahasiswa Kos di Kecamatan Jatinangor – Sumedang. at : http://pustakaunpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/05/gabaran-perilaku-pada-mahasiswa-kosdi jatinangor. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Kesehatan RI dan BPS, Situasi Perilaku Beresiko Tertular HIV di Indonesia: Hasil SSP 2002-2003, Jakarta, 2003.
71
Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No. 2 April-Juni 2014: 72-81
PENGUNAAN AZOLLA UNTUK PERTANIAN BERKELANJUTAN Oleh : Briljan Sudjana Agroteknologi Fakultas Pertanian Unsika Email :
[email protected] Abstrak Azolla merupakan salah satu jenis tanaman ganggang yang dapat digunakan sebagai pupuk organik khususnya untuk kegiatan budidaya tanaman padi. Azolla dapat digunakan sebagai pupuk organik yang mampu memenuhi kebutuhan hara terutama N bagi tanaman. Kemampuan Azolla menyediakan N bagi tanaman adalah karena pada Azolla terdapat Cyanobacteria yang kemudian kedunya melakukan simbiosis mutualisme. Simbiosis keduanya kemudian di namakan Anabaena azollae. Anabaena azollae dapat memfiksasi N2 bebas diudara sehingga dapat meyumbang kebutuhan N bagi tanaman didalam tanah. Kata Kunci : Azolla, Cyanobacteria, Anabaena azollae, pupuk N 1. Pendahuluan Upaya pengembangan pertanian berbasis sistem pertanian berkelanjutan saat ini semakin marak dilakukan. Tujuan peningkatan hasil dan pelestarian lingkungan menjadi dasar dari pelaksanaan pertanian berkelanjutan. Dewasa ini sistem pertanian yang dilakukan oleh petani hanya berorientasi pada hasil, terkadang upaya yang dilakukan oleh petani justru berdampak pada penurunan hasil bahkan kerusakan lingkungan, khususnya sekitar area perakaran. Pengolahan tanah yang selama ini dilakukan oleh petani konvensional merupakan sistem tradisi leluhur yang telah turun temurun dilakukan. Penggunaan bibit yang dengan jumlah yang banyak dalam satu lubang tanaman dan pengenang merupakan ciri dari sistem pertanian ini. Kemajuan teknologi yang semakin berkembang telah banyak membawa inovasi-inovasi di dunia pertanian. Penggunaan pupuk anorganik merupakan salah satu temuan dibidang pertanian yang cukup menggembirakan, karena dapat memberikan dampak kenaikan hasil yang signifikan pada saat itu. Fenomena yang terjadi saat ini adalah hal sebaliknya, pengunaan pupuk anorganik dengan dosis yang diluar anjuran dan dilakukan selama terus menerus dalam jangka waktu yang panjang telah memberikan dampak yang buruk terhadap lahan dan hasil tanaman. Selain itu penggunaan pupuk anorganik selama ini telah memakan banyak biaya produksi yang semestinya dapat dikendalikan dan hal tersebut tentunya berdampak pada penurunan laba hasil produksi. Perbaikan lingkungan perakaran khususnya untuk lingkungan sawah sedang gencar dilakukan. Penggunaan sistem tanam konvensional (penggenangan) yang telah berlangsung lama telah banyak memberikan pengaruh buruk bagi kelestarian hayati tanah. Penggunaan pupuk anorganik dan pestisida telah banyak meninggalkan residu dalam tanah. Teknik-teknik pengolahan tanah yang berlangsung di sawah cenderung telah mengakibatkan pemadatan tanah terutama penggunaan alat berat. Secara langsung kegiatan tersebut telah mengganggu ekosistem mikroba dalam tanah. Oleh sebab itulah focus perbaikan tidak hanya tertuju pada kandungan hara saja, melainkan juga terhadap sifat fisik dan biologi tanah.
72
Briljan Sudjana, Pengunaan Azolla Untuk Pertanian .......
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka perbaikan kualitas sifat fisik, kimia dan biologi tanah adalah dengan cara penggunaan pupuk organik. Pupuk organik tidak seperti halnya pupuk anorganik yang dapat menyediakan kebutuhan hara tanaman secara cepat. Pupuk organik memerlukan waktu untuk dapat memenuhi kandungan hara dalam tanah. Waktu yang diperlukan oleh bahan organik sehingga menjadi pupuk organik yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman dikarenakan diperlukan waktu oleh mikroba untuk melakukan proses dekomposisi bahan organik. Banyak bahan organik yang tersedia dialam yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik, setiap sisa-sisa tubuh makhluk hidup dapat dimanfaatkan untuk bahan pembuatan pupuk organik. Bahan organik yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik adalah Azolla. Azolla sering ditemukan di lingkungan lahan pertanian terutama npada sawahsawah yang biasa digenangi. Pertumbuhan Azolla dilahan sawah pada masa produksi tanaman padi lebih dianggap sebagai tanaman pengganggu (gulma), sehingga penanganan Azolla dilakukan sebagaimana terhadap gulma lainnya. Pengendalian Azolla di lahan sawah biasanya dilakukan dengan cara teknis mekanik, yaitu mengeluarkan Azolla dari dalam lahan secara mekanik baik dengan menggunakan alat ataupun secara manual.
Gambar 1. Penanganan Azolla pinnata di lahan padi sawah secara mekanik 2. Azolla pinnata Bahan organik yang telah mengalami proses dekomposisi dapat digunakan sebagai pupuk. Pupuk yang terbuat dari bahan organik disebut pupuk organik atau kompos. Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan kompos adalah Azolla pinnata. Ganggang dari kelompok ini dapat berfungsi sebagai salah satu sumber N alternatif bagi tambuhan. Azolla merupakan tanaman jenis paku air yang hidupnya bersimbiosis dengan Cyanobacteria yang dapat memfiksasi N2. Tanaman ini secara tidak langsung mampu mengikat nitrogen bebas yang ada di udara dan dengan bantuan mikroorganisme Anabaena azollae, nitrogen bebas yang diikat dari udara akan diubah menjadi bentuk yang tersedia bagi tumbuhan. Simbiosis ini menyebabkan Azolla mempunyai kualitas nutrisi yang baik. Spesies ini relatif banyak pada areal persawahan di Indonesia. Dengan memanfaatkan Azolla sebagai pupuk organik yang memiliki kemampuan untuk menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman, khususnya kebutuhan akan unsur N, maka kebutuhan N bagi tanaman dapat terpenuhi tidak hanya dari pupuk anorganik dan pada akhirnya diharapkan dapat mengurangi konsumsi terhadap pupuk anorganik. Penggunaan Azolla sebagai bahan pembuatan pupuk organik telah 73
Briljan Sudjana, Pengunaan Azolla Untuk Pertanian .......
dilakukan untuk budi daya tanaman padi di Vietnam utara. Kelebihan dari pembuatan pupuk organik ini adalah bahwa tanaman ini cepat berkembangbiak dan memberikan hasil panen kompos hijau yang lebih tinggi (200-300 t ha/tahun) dibandingkan tanaman pupuk hijau seperti Sesbania, Crotalaria, dan Tephrosia yang diketahui menghasilkan 30-50 t ha/tahun (Rao, 2007)
Gambar 2. Proses Nitrifikasi N2 di udara a. Morfologi dan klasifikasi Azolla pinnata Azolla pinnata merupakan tumbuhan dengan ukuran yang relative kecil, memiliki panjang 1,5–2,5 cm. Tipe akar yang dimiliki yaitu akar lateral dimana bentuk akar adalah runcing atau tajam terlihat seperti rambut atau bulu di atas air. Bentuk daun kecil dengan ukuran panjang sekitar 1–2 mm dengan posisi daun yang saling menindih. Permukaan atas daun berwarna hijau, coklat atau kemerah-merahan dan permukaan bawah berwarna coklat transparan. Daun sering menampakkan warna merah marun dan air tampak tertutup olehnya. Ketika tumbuh di bawah sinar matahari penuh, terutama di akhir musim panas dan musim semi, Azolla dapat memproduksi antosianin kemerahmerahan di dalam daunnya (Dewi, 2007). Para ahli taksonomi menggolongkan Azolla pinnata sebagai berikut : Regnum Divisio Classis Ordo Familia Genus Species
: Plantae : Pteridophyta : Pteridopsida : Salviniales : Salviniaceae : Azolla : Azolla pinnata
Gambar 3. Azolla pinnata b. Fisiologi Pada kelangsungan hidupnya, Azolla bersimbiosis dengan endofitik Cyanobacteria yang dikenal dengan nama Anabaena azollae, simbiosis tersebut terdapat di dalam rongga daun Azolla. Di dalam rongga daun Azolla terdapat rambut-rambut epidermal
74
Briljan Sudjana, Pengunaan Azolla Untuk Pertanian .......
yang berperan dalam kegiatan metabolisme Azolla dengan Anabaena azollae. Anabaena berada pada posisi ventral lobus dorsal setiap daun vegetatif. Endofit mengfiksasi nitrogen atmosfer dan terdapat disebelah dalam jaringan dari paku air tersebut. Anabaena azollae mempunyai dua macam sel, yaitu sel vegetatif dan heterosis. Di dalam sel heterosis yang mengandung enzim nitrogenase Anabaena azollae akan memfiksasi N2 udara melalui ATP yang berasal dari peredaran fosforilasi, dengan enzim ini maka Anabaena azollae dapat mengubah nitrogen menjadi ammonia (NH4+) yang selanjutnya diangkut ke inang (Azolla). Inang menginkorporasikan hasil fiksasi N2 menjadi asam-asam amino. Jika pada daun Azolla tidak terdapat Anabaena maka unsur N yang diserap dari air sawah bersama fosfat tidak bisa diubah menjadi ammonia, sehingga dalam tubuh Azolla terjadi penumpukan N. Apabila terjadi akumulasi N dalam tubuh Azolla yang melewati batas kemampuan daya tampung N dalam tubuhnya, maka sel-sel tubuh Azolla akan mengalami lisis akibat keracunan N, dengan adanya simbiosis antara Anabaena dengan Azolla sehingga akan menghasilkan Anabaena azolla yang mampunyai enzim nitrogenase sehingga mampu mengubah N2 dari udara bebas menjadi ammonia. (Suarsana, 2011)
Gambar 4. Laju nitrifikasi N2 diudara oleh Anabaena azollae Anabaena azollae Hubungan yang terjadi antara Azolla dengan Anabaena telah menciptakan suatu simbiosis yang bersifat mutualisme. Simbiosis yang terjadi antara Azolla dan Anabaena dapat memberikan keuntungan, yakni dapat melakukan fiksasi N2 di udara. Pada asosiasi Azolla-Anabaena, proses fiksasi N2 terjadi pada simbion Anabaena azollae, dengan sebagian besar energi berasal dari Azolla pinnata. Nitrogen diikat oleh mikrosimbion dan diberikan kepada tanaman inang, selanjutnya tanaman inang mengubah N tersebut dalam bentuk asam amino, hal tersebut diduga sebagian asam amino tersebut dimanfaatkan kembali oleh simbionnya (Maftuchah dan Winaya, 2000) Manfaat dari terjadinya simbiosis mutualisme antara Azolla dengan Anabaena tidak hanya memberikan keuntungan terhadap kedunya. Menurut Arifin (1985) bentuk simbiosis antara Anabaena dengan Azolla mempunyai beberapa keunggulan, yaitu: (1) Distribusi Azolla yang luas terutama pada daerah tropis dan sedang (2) Waktu untuk tumbuh yang relatif singkat (3) Beradaptasi baik dengan keadaan sawah dan dapat tumbuh bersamaan dengan padi (4) Cara dan waktu perkembangbiakan yang relatif mudah dan cepat (5) Hanya memerlukan energy yang sedikit (lebih efisien)
75
Briljan Sudjana, Pengunaan Azolla Untuk Pertanian .......
Anabaena azollae dikelompokan berdasarkan sistem klasifikasinya. Menurut para ahli taksonomi, Anabaena azollae diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Filum Classis Ordo Familia Subfamilia Genus Species
: Monera : Cyanobacteria : Cyanophyceae : Nostocales : Curculionoidea : Anabaenoideae : Anabaena : Anabaena azollae
Sumber nitrogen utama bagi kehidupan sebagian besar tanaman berasal dari gas N2 yang terkandung dalam jumlah besar di atmosfer. Agar nitrogen dapat dipergunakan secara langsung oleh tumbuhan harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa nitrat maupun amonium (NH4+). Penambatan N2 udara secara biologi dapat dilakukan secara simbiosis antara alga hijau biru (Anabaena) dengan tumbuhan paku air (Azolla). Kemampuan simbiosis Azolla-Anabaena dalam mereduksi N dari atmosfer menjadi ammonia melalui enzim nitrogenase lebih efektif dibandingkan dengan simbiosis lain pada kadar N lingkungan perairan yang rendah (Maftuchah dan Winaya, 2000)
Gambar 5. Penampakan Anabaena azollae di bawah mikroskop Fiksasi Nitrogen oleh Anabaena azolae Mekanisme proses fiksasi N2 yang terjadi akibat simbiosis Anabaena dengan Azolla berbeda seperti yang dilakukan bakteri pada akar tanaman legume. Pada simbiosis mutualisme antara Anabaena dan Azolla tidak terjadi interaksi dengan tanaman dalam rangka fiksasi N2. Anabaena masuk ke dalam jaringan sel Azolla melalui ujung titik tumbuh. Fiksasi nitrogen berlangsung dalam sel khusus yang bernama heterocysts. Sel penetrasi Anabaena sangat kecil hal tersebut karena heterocysts tidak akan berkembang sebelum Anabaena melakukan kolonisasi dalam jaringan Azolla dan mendiami sistern intraseluler (Hill, 1977). Simbiosis antara Anabaena yang bersifat free living dengan Azolla juga dipengaruhi oleh jumlah oksigen disekitarnya. Anabaena bersifat anaerob namun demikian Azolla justru memerlukan lingkungan air untuk media tumbunya. Proses metabolisme fiksasi N2 diawai dengan proses pengambilan surplus oksigen yang ada disekitar Azolla melalui heterocysts yang telah dikelilingi Anabaena. Berbeda dengan sel vegetatif, heterocysts aktif tertutup oleh lapisan polisakarida yang dapat menyediakan nutrisi bagi Anabaena. Aktivitas metabolisme Anabaena yaitu mengkonsumsi oksigen yang berada di heterocysts, hingga taraf terendah oksigen disekitar heterocysts. Didalam kondisi yang terbatas, sel vegetatif berdiferensiasi menjadi heterocysts. Heterocysts merupakan sel yang berada di bagian ujung (terminal) yang memiliki fungsi
76
Briljan Sudjana, Pengunaan Azolla Untuk Pertanian .......
khusus dalam proses fikasi nitrogen. Penyusun dari sel ini berupa mikrooxic sebagai akibat dari peningkatan respirasi dan tidak aktifnya pembentukan O2 dalam proses fotosintesis, hal tersebut menyebabkan terjadinya penebalan diluar dinding sel. Nitrogenase mengubah dinitrogen menjadi ammonium pada pengeluaran ATP dan keduanya merupakan reduktan yang dihasilkan melalui metabolisme karbohidrat sebagai produk samping dalam pemanfaatan cahaya melalui aktivitas fotosinteis. Sebagai gantinya, nitrogen difiksasi dalam heterocysts bergerak ke dalam sel vegetative yang merupakan rangkaian akhir dalam pambentukan asam amino.
Gambar 6. Filamentous cyanobacteria (Anabaena azollae) dari rongga dalam daun paku air ubiquitous (Azolla filiculoides). Sel berbentuk oval adalah heterocysts (panah merah) yang merupakan tempat/lokasi fiksasi nitrogen dimana nitrogen atmosfer (N2) dikonversi ke dalam ammonia (NH3). Nodula yang berhubungan dengan kutub (nodula polar) dapat dilihat dalam beberapa heterocysts. Azolla bermanfaat bagi Anabaena karena dapat berperan sebagai inang melalui suplai oksigen dan nitrogen yang dapat digunakan. . Fiksasi nitrogen yang dilakukan oleh Anabaena azollae adalah gas nitogen atmosfer (N2) diubah kedalam bentuk ammonia (NH3). Proses penting ini mendekati proses nitrifikasi (pembentukan amonia dari pemecahan protein) menjadikan nitrogen tersedia untuk tanaman dan bermanfaat bagi ekosistem. Meskipun Azolla dapat menyerap nitrat dari air, Azolla juga dapat memanfaatkan ammonia yang dikeluarkan Anabaena dalam lubang/rongga daun Azolla. Studi terkini menunjukkan tempat sebenarnya terjadi fiksasi nitrogen dalam dinding tebal heterocysts. Setelah heterocysts dewasa, membran fotosintetik (membran thylakoid) mengalami perubahan bentuk atau reticulate dengan sel fotosintetik dari Anabaena kemudian menjadi non fotosintetik (tidak memproduksi oksigen). Hal tersebut menjadi penting terutama fiksasi nitrogen memerlukan enzim esensial nitrogenase, dan aktivitas nitrogenase menghambat kehadiran oksigen. 3. Anabaena Azollae sebagai pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah Peranan dan fungsi mikroba dalam tanah dapat menentukan keberhasilan kegiatan budidaya tanaman padi disawah. Mikroba dalam tanah sangat memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan hara untuk tanaman. Mikroba berperan dalam kesuburan tanah, kesehatan tanah dan perbaikan area perakaran sehingga dapat digunakan sebagai upaya pelaksanaan sistem pertanian berkelanjutan (Kennedy dan Pependick, 1995). Mikroba penyubur tanah beasosiasi dengan akar tanaman sehingga 77
Briljan Sudjana, Pengunaan Azolla Untuk Pertanian .......
dapat memenuuhi kebutuhan hara, sebagai pengontrol kesedian hara, memacu pertumbuhan dengan pembentukan ZPT, mengontrol pathogen tanah melalui pembentukan fitohormon, antimikroba, toksin dan enzim yang dihasilkan. Pada tanah sawah yang umumnya mengalami penggenangan, hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kehidupan mikroba tanah. Genangan air merupakan habitat yang cocok bagi komunitas perairan seperti eukaryotic, gulma air, mikroflora heterofik dan fauna. Genangan air berpengaruh terhadap kegiatan metabolisme mikroba, tanaman padi (akar) dan rhizosfer merupakan tempat hidup mikroba. Aktivitas mikroba dalam tanah telah menyebabkan perubahan fungsi biokimia dalam tanah seperti pelarutan (solubilitas), pengikatan (fiksasi), mineralisasi, imobilisasi, oksidasi dan reduksi hal tersebut menyebabkan banyak mikroba yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik tanah dan kesuburan tanah melalui perombakan bahan organik untuk pemenuhan hara tanaman. Pertanian padi saeah sangat tergantung pada ketersediaan unsur hara N dalam tanah. Sepanjang periode pertumbuhan tanaman padi membutuhkan N, periode yang paling membutuhkan banyak N adalah masa awal pertumbuhan hingga memasuki pembentukan malai. Kebutuhan suplai nitrogen pada masa generative diperuntukan menjaga kekuatan daun agar tidak gugur sehingga dapat menjadi keberlangsungan proses fotosintesis dan meningkatkan kadar protein dalam biji (Dobermann dan Fairhurst, 2000) Kebutuhan unsur N untuk padi sawah biasanya dipenuhi melalui proses pemupukan anorganik, potensi kandungan N tanah itu sendiri dan air irigasi. Penggunaan urea sebagai upaya pemenuhan kebutuhan hara tanaman hanya 29 – 45 % yang ditemukan kembali ke tanaman, sedangkan sekitar 50-70 % yang diberikan hilang yang disebabkan oleh pencucian (leaching) dan aliran permukaan, denitrifikasi dan volatilisasi ammonia yang kemudia menghasilkan NO2, fiksasi oleh mineral sehingga tidak termnfaatkan oleh tanaman (Stoltzfus, 1997) hal tersebut memperlihatkan bahwa rendahnya tingkat efisiensi pemupukan yang selama ini telah berjalan. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk menutupi kebutuhan N dan menurunkan ketergantungan pada pupuk anorganik adalah peningkatan efisiensi N yang terkandung dalam tanah melalui penambatan N2, baik secara langsung maupun interaksi dengan bakteri penambat N2. Pemanfaatan bakteri penambat N2 baik yang secara langsung diaplikasikan pada tanah maupun penyemprotan pada tanaman dapat meningkatkan efisiensi pemupukan N (Reddy et al, 1997). Dalam rangka penyampaian strategi pertanian jangka panjang, penggunaan bakteri penambat N2 berpotensi meningkatkan hasil produksi tanaman padi dan pendapatan usaha tani. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang telah dipublikasikan, telah banyak yang menyatakan bahwa bakteri penambat N2 dapat berdampak potif terhadap hasil pertanian. Menurut Quispel (1974) jumlah total N yang ditambat pada lahan sawah sedunia bisa mencapai 4 jt ton/tahun yang mana 30 kg/ha merupakan hasil dari penambatan N 2 yang kurang lebih setara dengan 11% dari pupuk N yang diaplikasikan setiap tahunnya pada budidaya pertanian pada saat itu. Berdasarkan penelitian analisa N pada permukaan tanah, penambatan N2 pada lahan sawah mencapai 25-35% kg N per hektar/tahun (Ono dan Koga, 1984) sedangkan menurut Ito (1977) study kesetimbangan N selama lebih dari 70 tahundiperoleh pengkayaan N pada permukaan tanah rata-rata 38,5 kg N per hektar/tahun pada plot tanpa pemupukan dan 39,6% kg N per hektar/tahun pada plot yang dilakukan pengapuran didalamnya. Rogger dan Ladha (1992) mengemukakan bahwa kandungan N pada lahan sawah irigasi 80-110% kg N per hektar yang diperoleh dari penambatan N2, air irigasi dan presipitasi, sedangkan sisanya sekitar 10-20 kg N per hektar tertinggal di akar, biji dan jerami. 78
Briljan Sudjana, Pengunaan Azolla Untuk Pertanian .......
Upaya penambatan N2 diudara bergantung pada bakteri penambat N, salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan cara penggunaan pupuk organik sebagai inang bagi bakteri penambat N2 salah satunya adalah dari jenis gangganng yaitu Azolla pinnata yang merupakan penyumbang N tertinggi pada lahan padi sawah (Ladha dan Reddy, 1995). Teknologi pengelolaan sawah dengan menggunaan Azolla Pinnata dilakukan dengan 3 tahapan, yaitu (1) mempertahankan tersedianya inoculum diantara dua musim tanam, (2) penanaman untuk memperoleh jumlah yang diharapkan dilapangan (3) penggunaan agronimis sebagai pupuk organik. Ketiga tahap tersebut tentunya telah melewati tahap seleksi terhadap tanaman Azolla itu sendiri. Terdapat 3 sistem cara bertaman Azolla, yaitu: 1. Penanaman secara tunggal yang kemudian dibenamkan kedalam sawah sebelum taam. Variasi dari metode ini adalah menanam Azolla kemudian membenamkannya dalam kondisi kering. Metode ini kurang memberikan dampak yang maksimal karena proses mineralisasi berjalan lambat dan input N hanya setengah dari Azolla segar 2. Penanaman Azolla sebagai tanaman penutup tanah, pada proses ini Azolla dibiarkan mati dan membusuk dengan sendirinya. 3. Kombinasi antara system monocroping dan intercropping, dengan sistem ini ketersediaan N dalam tanah untuk tanaman padi akan senantiasa terjaga. Kelemahan pada system ini adalah membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Laju pembusukan Azolla dapat secara nyata memperngaruhi tanaman padi. Ketebalan dari Azolla harus dipertimbangkan karena berkaitan dengan suhu dan C/N ratio dalam tanah. Waktu dan metode aplikasi pembenaman Azolla kedalam tanah berpengaruh terhadap efektifitas Azolla sebagai pupuk organik. Pemeliharaan Azolla diantara musim tanaman merupakan masalah yang penting bagi petani, sehingga biasanya dilakukan pembibitan dikolam atau bak-bak terlebih dahulu. Azolla segar yang dipelihara tergantung pada musim dan sistem bertanam petani setempat. Masalah yang dihadapi untuk tetap memelihara Azolla sebagai bibit dalam bentuk vegetative dapat teratasi bila jumlah spora dapat dihasilkan. Perkecambahan spora Azolla terhitung lambat dan hal ini berkaitan dengan jadwal waktu tanam. Pada umumnya untuk mempercepat pertumbuhan Azolla diperlukan tambahan hara P. pemeliharaan Azolla memerlukan pengeloalaan yang terkoordinasi untuk memperoleh inoculum yang cepat di tanah sawah. Kerapatan yang rendah dapat merangsung tumbunya tanaman pengganggu. Jumlah inoculum yang diperlukan bervariasi mulai dari 300-500 kg per ha sampai 2-5 ton per ha berat basah. Di China perkecambahan dan pematangan spora memerlukan waktu sedikitnya 1 bulan sedangkan di Philiphina spora yang ditingal dilapangan memerlukan waktu 40-40 hari untuk dapat bertunas (Rogger dan Ladha, 1992). Di Vietnam petani mengunakan metode half saturation dimana Azolla ditanaman pada satu areal yang terbagi atas beberapa bagian, bila satu bagian telah tertutupi penuh oleh Azolla, maka setengah dari biomassa tersebut akan dipindahkan ke bagian lain yang baru. Proses tersebut terus diulangulang hinggi seluruh area tertutupi oleh Azolla. Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara membenamkan setengah dari Azolla yang dipanen (Rogger dan Ladha, 1992). Jumlah Azolla segar sebanyak 20 ton/ha yang dibenamkan setara dengan pemberian 60 kg N dari pupuk urea (Prihatin et al, 1980). Jumlah 20 ton/ha Azolla yang diperlukan untuk budidaya tanaman padi tentunya memberatkan petani hal tersebut dikarenakan keterbatasan lahan dan waktu yang dimiliki, oleh sebab itu cara yang lebih mudah adalah dengan menanam Azolla bersamaan dengan penanaman padi di sawah. Azolla yang dihasilkan dengan cara ini bisa mencapai 1,25
79
Briljan Sudjana, Pengunaan Azolla Untuk Pertanian .......
ton/ha. Azolla dapat mensubstitusi sebagian besar kebutuhan N tanaman, meningkatkan KTK dan kandungan bahan organik tanah (table 1). Tabel 1. Pengaruh Azolla pinnata sp terhadap hasil tanaman padi, KTK dan kandungan bahan organik pada tanah inseptisol Jawa Barat (Prihatin dan Komariah, 1988) Perlakuan
Hasil Tan Padi
KTK Me Tanah
C Organik
Ton/ha
(100 gr-1)
(%)
N Ure (150 kg/ha)
4,3
13,3
2,8
Azolla microphylla
3
27,3
5,6
Azolla pinnata
3,8
24,4
5,7
Azolla microphylla + Azolla pinnata
3,3
22,5
5,5
4. Simpulan Azolla merupakan salah satu jenis tanaman ganggang yang dapat digunakan sebagai pupuk organik khususnya untuk kegiatan budidaya tanaman padi. Azolla dapat digunakan sebagai pupuk organik yang mampu memenuhi kebutuhan hara terutama N bagi tanaman. Kemampuan Azolla menyediakan N bagi tanaman adalah karena pada Azolla terdapat Cyanobacteria yang kemudian kedunya melakukan simbiosis mutualisme. Simbiosis keduanya kemudian di namakan Anabaena azollae. Anabaena azollae dapat memfiksasi N2 bebas diudara sehingga dapat meyumbang kebutuhan N bagi tanaman didalam tanah. Pertimbangan Azolla sebagai bahan pupuk organik sedianya dipersiapkan secara matang. Kebutuhan hara P sangat menentukan keberhasilan pemanfaatan Azolla. Perlu juga pertimbangan tenaga kerja dan antisipasi serangan hama penyakit. Lahan sawah yang memiliki kandungan hara P dalam jumlah yang cukup dapat dijadikan tempat yang kondusif untuk pemanfaatan Azolla sebagai sumber N. Perhitungan secara ekonomis perlu dipertimbagkan terhadap keuntungan jangka panjang penggunaan Azolla sebagai pupuk organik mengingat seiring dengan manfaat dari bahan organik dan kesuburan tanah jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik. Penggunaan Azolla sebagai pupuk organik dapat memberikan banyak keuntungan dari berbagai sudut. Dengan mengguankan Azolla, kebutuhan hara N yang selama ini disuplai oleh urea dapat dikurangi, hal tersebut dapat berdampak pada penurunan biaya produksi padi sehingga dapat meningkatkan keuntungan. Dari segi perbaikan kualitas lahan pertanian, pupuk organik dapat memberikan efek positif terhadap sifat fisik, kima dan biologi tanah. Efek negative terhadap tanah akibat dari penggunaan pupuk anorganik dapat berkurang. Dengan perbaikan area rhizosfer tanah sawah, maka di harapkan system pertanian berkelanjutan yang merupakan target dunia pertanian dapat tercapai. Para peneliti di China, Thailand, Philiphina telah menemukan jenis hibrida yang baru serta memahami proses induksi pembentukan spora. Inovasi baru diperlukan untuk memperoleh varietas baru yang lebih toleran terhadap cekaman, baik untuk tanaman Azolla sebagai inangnya maupun Anabaena sebagai simbion (Rogger dan Ladha, 1992)
80
Briljan Sudjana, Pengunaan Azolla Untuk Pertanian ....... DAFTAR PUSTAKA Ali, A. 2005. Mikrobiologi Dasar Jilid II. Badan Penerbit UNM. Makassar. Arifin, Z. 1985. Keefisienan Nitrogen dari Azolla pinnata dan Urea Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi (Oryza sativa) Varietas IR-36. Fakultas Tanah IPB. .Bastian F., Colum, D. Piccoli, V. Lunas, R. Baraldi, Bottini. 1998. Production of Indole-3-acetic Acid and Giberrelines A1 and A3 by Azotobacter diaztrophicus and Herbaspirillum seropedicae in Chemically Defined Culture Media. Plant Grow Regulation. 24:7-11. Dewi, A. I. R. 2007. Fiksasi N Biologis Pada Ekosistem Tropis. Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran Bandung. Hlm 37-38. Dobereiner., J and F.O. Pedrosa. 1987. Nitrogen-Fixing Bacteria in Leguminous Crop Plant. Spirenger. Berlin. 168 pp. Dobermenn., A and P. F. White. 1999. Strategic for Nutrient Management for Irrigation and Rainfed Lowland Rice System. Nutr. Cycl. Agroecosyst. 18. S Ito., J. 1977. Behavior and Fixation of Nitrogen in Paddy Field. Niigata Agronomy. 13: 51-61. Kennedy, A.C. and R.I Pependick. 1995. Microbial Character of Soil Quality. J. Soil Water Conservation. 50: 243-248. Kyuma, Kazutake. 2004. Paddy Soil Science. Kyoto University. Press and Trans Pacific Press. Ladha, J.K, F.J de Bruijn and K.A Malik. 1997. Introduction Assesing Oportunitiesfor Nitrogen Fixation in Rice: In Frontier Project. Plant and Soil. 194:1-10. Ladha, J.K., A. Tirol-Padre, C.K. Reddy. And W. Ventura. 1993. Prospect and Problem of Biologycal Nitrogen. In Rice Production: a critical assasment. In Pallacios. R., Mora J., Newton W.E editors. New Horizon in Nitrogen Fixation. Dordrecht (Netherlands): Kluwer Academic Publisher. p.677-682 Ladha, J.K and P.M. Reddy. 1995. Extention of Nitrogen Fixation of Rice: Necessity and Posibilities. Geojurnal. 35:363-372 Maftuchah dan Winaya, A. 2000. Komposisi Media Tumbuh Untuk Asosiasi Azolla-Anabaena azollae. Vol.7, No.1, Hal 1-5. Pusat Bioteknologi Pertanian, Universitas Muhammadiyah Malang. Okon, J., Sarig, S., and Blum A. 1989. Promotor of Roots Growth on Sorgum bicolor Inoculated with Azospirilum braziliens. P. 196-200. Prihatin T., S. Brotonegoro., S. Abdulkadir, dan Harmastini. 1980. Pengaruh Pemberian Azolla pinnata Terhadap Produksi Tanaman Padi IR-36 Pada Tanah Latosol Cibinong. hal 75-82. dalam Pross. No.1/pen. Tanah Cipayung 7-10 Oktober, Pusat Penelitian Tanah. Bogor. Prihatin, T dan S. Komariah. 1988. Pemanfaatan Azolla spp. dalam budidaya Padi Sawah. hlm 217227 dalam Prossiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah. Pusat Penelitian Tanah dan Agrokloimat. Bogor. Quispel, A. 1974. General Introduction. pp. 1-8 in The Biology of Nitrogen Fixation, Nort-Holland. Res, Monographs. Vol. 33 (Cited from Kawaguci. K. ED). 1987. Paddy Soil Science. Kodansha. Tokyo in Japaness. Rao, S. 2007. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Roger, P.A and S.A. Kulasaooriya. 1980. Blue-Green Algae and Rice. International Research Rice od Institute. Los Banos. Roger, P.A and I. Watanabe. 1986. Technologies for Utilizing Biological Nitrogen Fixation in Wetland Rice: potentialities, current usage, & limiting factors.Fertilizer Research.9:39-77. Roger, P.A and J.K Ladha. 1992. Biological N2 Fixation in Wetland Rice Field: estimation and contribution to Nitrogen Balance. Plant Soil 141: 41-55. Suarsana, M. 2011. Habitat dan Niche Paku Air Tawar (Azolla pinnata Linn.) (Suatu Kajian Komponen Penyusun Ekosistem). Vol.11, No. 2. Fakultas Pertanian UNIPAS Singaraja. Medan.
81
Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No. 2 April-Juni 2014: 82-88
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIOSINTESIS IAA OLEH AZOSPIRILLUM Nana Danapriatna Fakutas Pertanian Universitas Islam ”45” Bekasi, Jl. Cut Mutiah 83 Bekasi 17113 korespondensi :
[email protected]
Abstrak Auxin is a growth hormone that can be produced by bacteria, including Azospirillum. Pyruvate indole 3 acetic acid (IAA) is one form of auxin which can be produced by Azospirillum. The main precursor in the formation of IAA by Azospirilum is tryptophan. IAA biosynthesis by Azospirillum consists of the major pathway Indole 3 pyruvate and minor pathway through Tryptamine. Production of IAA by Azospirilum influenced by genetic factors and environmental factors. Genes involved in the production process of IAA by Azospirillum is ipdC gene that determines the formation of pyruvate decarboxylase enzyme indole 3. Environmental factors that influence the IAA biosynthesis is the availability of carbon, medium pH, oxygen and nitrogen. Production of IAA by Azospirillum increased under conditions of limited availability of carbon and low pH of medium. Provision of nitrogen can increase the production of IAA. Aerobic environmental conditions resulted in the production of IAA by Azospirillum be lower compared to anaerobic conditions (oxygen limited). This paper describes the biosynthesis of IAA by Azospirillum through pathways involving tryptophan as the precursor and the factors that influence it. Key Words : Azospirilum, IAA, Tryptophan, Indole-3-pyruvate, Tryptamine PENDAHULUAN Auksin adalah hormon yang pertama ditemukan pada tanaman dan salah satu dari agen pemberian isyarat kimia yang mengatur perkembangan tanaman. Umumnya auksin secara alami terdapat dalam bentuk asam indole-3-acetic (IAA). Salah satu peran terpenting dari IAA pada tanaman adalah sebagai hormon kunci dari berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Aryantha et.al., 2004). Pada taraf yang rendah IAA merangsang pemanjangan akar, sedangkan pada taraf yang tinggi IAA menghambat pemanjangan akar, namun demikian taraf IAA yang tinggi dapat merangsang peningkatkan pembentukan akar lateral dan adventif (Patten dan Glick, 2002; Silva dan Davies, 2007). Regulasi pertumbuhan tanaman diantaranya tergantung pada keberadaan sejumlah auksin bebas di sel, jaringan, dan organ tanaman. Pemenuhan kebutuhan auksin terjadi dengan cara tanaman memproduksi pada ujung apikal dan ditransportasikan sampai ke akar. Selain itu, beberapa penelitian terakhir memperlihatkan bahwa auksin juga disintesis oleh beberapa mikroorganisme tanah (Husen, 2003; Spaepen et. al. 2007a). Salah Azospirillum Azospirillum dan daerah
satu mikroorganisme yang mampu mensinstesis auksin adalah (Crozier et.al, 1988; Sommer et.al., 2005; Akbari et.al., 2007). Genus terdiri dari bakteri diazotrophic gram-negatif yang hidup di rhizosphere interselular akar dari beberapa spesies tanaman (Steenhoudt dan 82
Nana Danapriatna, Faktor Yang Mempengaruhi .......
Vanderleyden, 2000). Beberapa laporan penelitian memperlihatkan terjadinya peningkatan pertumbuhan tanaman dan hasil panen akibat inokulasi Azospirillum pada akar tanaman. Respon tanaman akibat inokulasi Azospirillum adalah berkaitan dengan produksi IAA oleh bakteri tersebut (Akbari et.al. 2007; Lestari et.al., 2007). IAA adalah bentuk alami yang utama dari auksin dan mempengaruhi banyak aspek dari pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Ona et. al. 2005). IAA yang dihasilkan oleh Azospirillum dapat merangsang perkembangan perakaran gandum (Akbari et.al,. 2007), perbaikan perakaran padi (Lestari, et.al., 2007) dan merangsang pertubuhan mikroalga Chorella vulgari (de-Bashan et.al., 2008). Biosintesis IAA oleh bakteri termasuk Azospirillum telah mulai banyak diungkap. Biosintesis IAA oleh bakteri berlangsung melalui beberapa jalur reaksi dan dipengaruh oleh berbagai faktor lingkungan dan genetik dari bakteri tersebut (Spaepen et. al., 2007a,b; Zakharova, et. al., 1999). Untuk lebih memahami proses pembentukan IAA maka pada tulisan ini akan dirangkum dari sejumlah tulisan mengenai biosisntesis IAA dan faktor yang mempengaruhinya. Biosintesis IAA oleh Azospirillum Azospirilum selain sebagai bakteri penambat nitrogen, berdasarkan beberapa hasil penelitian dapat memproduksi hormon tumbuh diantaranya auksin (IAA). Kemampuan Azospirillum dalam menghasilkan IAA telah banyak diungkap, salah satunya hasil penelitian Crozier et.al. (1988) menunjukkan bahwa Azospirillum barasilense dan Azopsirillum lipoferum dengan berbagai strain mampu menghasilkan IAA. Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Lestari et.al. (2007) menunjukkan bahwa beberapa isolat Azospirillum indigen Indonesia yang digunakan mampu mensekresikan IAA dan juga terlihat bahwa semakin lama inkubasi terjadi penurunan produki IAA (Tabel 1.). Tabel 1. Pengaruh inokulasi Azospirillum terhadap produksi IAA pada tanaman padi varietas IR64 (Lestari et.al., 2007)
Inokulasi 7 hari
12 hari
Tanpa inokulasi
1.07b
0.81c
Azospirillum Az15
2.94a
1.48b
Azospirillum Az44
3.26a
1.42b
Azospirillum Az7
3.16a
1.97a
Angka-angka pada lajur sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% menurut uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Biosisntesis IAA oleh bakteri menurut beberapa peneliti terjadi dengan tryptophan yang diidentifikasi sebagai senyawa prekursor utama dalam beberapa jalur yaitu : (1) indole-3-pyruvate, (2) indole-3-acetonitrile (IAN), (3) tryptamine, dan (4) indole-3-acetamide (Lee, et.al., 1988; Normanly, et.al., 1995; Spaepen, et.al., 2007a). 83
Nana Danapriatna, Faktor Yang Mempengaruhi .......
Gambar 1. Biosisntesis IAA oleh bakteri; tulisan dengan huruf miring merupakan enzim yang mengkatalis reaksi. Trp (Tryptophan), ipdC (indole-3-pyruvate decarboxylase) ( (Normanly, et.al, 1995, dimodifikasi) Proses biosisntesis IAA dari keempat jalur dijelaskan oleh Spaepen, et.al., (2007 ) dan Normanly, et.al., (1999) sebagai berikut : a
1. Jalur Indole-3-acetamide (IAM) adalah ciri jalur terbaik dari bakteri. Jalur ini terdiri dari dua tahap, pertama tryptophan dikonversikan menjadi IAM oleh enzim tryptophan-2-monooxygenase (IaaM), di-encode oleh gen iaaM. Tahap kedua adalah mengkonversi IAM menjadi IAA dengan bantuan enzim IAM hydrolase (IaaH), diencode oleh gen iaaH. 2. Jalur Indole-3-pyruvate (IPyA) adalah jalur utama untuk biosintesis IAA dalam tanaman. Produksi IAA melalui jalur IPyA terjadi pula secara meluas pada bakteri. Tahap pertama dalam jalur ini adalah konversi dari tryptophan menjadi IPyA oleh aminotransferase (transamination). Dalam tahap berikutnya, IPyA mengalami dekarboksilasi menjadi indole-3-acetaldehyde (IAAld) oleh indole-3-pyruvate decarboxylase (ipdC). Langkah terakhir adalah IAAld dioksidasi menadi IAA. 3. Jalur Tryptamine pada bakteri dimulai dengan proses dekrboksilasi tryptophan menjadi tryptamine (TAM). Langkah terakhir adalah TAM secara langsung dikonversi menjadi IAA oleh amine oxidase. 4. Tahap terakhir dalam jalur Indole-3-acetonitrile adalah konversi dari IAN menjadi IAA. Pada bakteri, nitrilase dideteksi dengan jelas untuk pembentukan indole-3acetonitrile. Aktivitas nitrile hydratase dan amidase yang teridentifikasi pada bakteri menandakan terjadinya konversi dari IAN ke IAA melalui IAM. Tryptophan (Trp) secara umum dipertimbangkan sebagai prekursor dalam pembentukan IAA. Hal ini karena penambahan Trp pada kultur bakteri pengahsil IAA merangsang terjadinya peningkatan sintesis IAA. Sejumlah fakta dimana jalur pembentukan IAA oleh bakteri melalui Trp telah ditunjukkan oleh sebagian besar peneliti. Bakteri Azospirillum dalam memproduksi IAA menggunakan tryptophan sebagai prekursor. Hasil penelitian Zakharova et.al. (1999) menunjukkan bahwa kultur dari Azospirillum brailense yang diberi tryptophan (Trp) sebagai prekursor menghasilkan IAA (Gambar 2.). Pembentukan IAA selama masa inkubasi dari kultur Azospirillum 84
Nana Danapriatna, Faktor Yang Mempengaruhi .......
brasilense 8, 24, 48 dan 72 jam setelah pemberian Trp berturut-turut adalah 0.3, 1.3, 12 dan 15 mg L-1.
Gambar 2. Pembentukan IAA oleh Azospirillum brasilense yang ditumbuhkan pada media dengan Trp. berdasarkan waktu inkubasi (Zakharova et.al., 1999) Azospirillum dalam mensintesis IAA dengan prekursor Trp menurut beberapa peneliti melalui jalur indole-3-pyrupate (IPyA) dan Tryptamine (TAM) (Normanly et.al., 1995; Spaepen et.al., 2007a). Hasil penelitian Lee et.al. (1988) dengan menggunakan Azospirillum lipoferum memperlihatkan bahwa jalur utama pada pembentukan IAA adalah jalur indole-3-pyruvate dan sedikit terjadi melalui jalur kedua yaitu jalur tryptamine. Hal ini ditunjukkan dengan terdeteksinya aktivitas trytophan decarboxylase dan tryptamine oxidase pada Azospirillum lipoferum SK16 dalam memproduksi IAA melalui pemberian senyawa intermediet dari IAA (Tabel 2.). Terlihat bahwa hanya pada pemberian senyawa intermediet dua jalur saja yaitu indole-3-pyruvate dan tryptamine yang terbentuk IAA, sedangkan pada senyawa intermediet untuk jalur indole-3-acetamide tidak terbentuk IAA. Tabel 2. Deteksi tryptophan decarboxylase dan tryptamine oxidase dalam Azospirillum lipoferum SK16. (Lee et.al., 1988)
Senyawa IAA ditambahkan
intermedietd
a yang Produksi IAA
30 menit
60 menit
Indole-3-pyruvate
+
++
Tryptamine
-
tr
tr
Indole-3-acetamide
-
-
-
Senyawa IAA ditambahkan
intermedietd
yang Produksi IAAb
Indole-3-pyruvate
+++
Tryptamine
+
Indole-3-acetamide
-
Keterangan :
85
90 menit
Nana Danapriatna, Faktor Yang Mempengaruhi ....... a
Tiga puluh ekstrak sel A. lipoferum SK16, kemudian direaksikan selama 90 menit pada suhu 370C. Produksi IAA ditentukn oleh TLC : -, tidak terdeteksi : tr, kurang dari 05 mm diameter spot : +, 1.5 mm : + +, 3 mm : + + +. b
media kultur pada fase stasioner awal untuk menginduksi sintesis enzim yang terlibat dalam jalur pembentukan IAA, kemudian dikuturkan selama 6 hari pada suhu 370C. Hasil penelitian lainya dari Zakharova et.al. (1999) pada Azospirillum brasilense strain Sp245, memperlihatkan bahwa dalam sintesis IAA oleh bakteri tersebut menggunakan prekursor utama Trp dan melalui jalur indole-3-pyruvate. Kombinasi konsentrasi inokulan Azospirillum dan konsentrasi tryptophan berpengaruh nyata terhadap nitrogen total dan produksi auksin. Produksi auksin tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi inokulan 15 % dengan pemberian -1 (131,1 mg kg-1), sedangkan terendah terdapat pada perlakuan -1 (88,6 mg kg-1) (Danapriatna et al., 2010). Menurut Ona et al. (2005) bahwa tryptophan adalah prekursor sintesis auksin oleh Azospirillum brasiliensis, yang pada penelitian ini juga berperan meningkatkan produksi auksin. Faktor yang mempengaruhi biosintesis IAA oleh Azospirillum Kemampuan Azospirillum dalam biosintesis IAA dicirikan dengan adanya gen ipdC dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Broek et.al, 2005; Somers et.al., 2005; Spaepen et.al., 2007b). Menurut Spaepen, et.al. (2007a) beberapa peneliti mengungkapkan bahwa Azospirillum yang mempunyai gen ipdC dalam melakukan sintesis IAA akan meningkat hasil produksinya jika berada dalam kondisi karbon terbatas dan pH yang rendah (masam). Hasil penelitian Ona, et.al. (2005) memperlihatkan bahwa status karbon berpengaruh terhadap produksi IAA oleh Azospirillum brasilense. Status karbon (konsentrasi malat) yang tinggi menurunkan produksi IAA oleh Azospirillum brasilense (Tabel 3.). Tabel 3. Pengaruh status karbon terhadap konsentrasi IAA yang dihasilkan oleh Azospirillum brasilense (Ona et.al., 2005) Kultur Parameter A (kontrol)
B
2.5
5.0
1.609 ± 0.06a
2.045 ± 0.05*
)
3.731 ±0.06a
1.849 ± 0.05*
Maksimum ekspresi ipdC (Miller unit)
443 ± 0.40a
250 ± 0.30*
ND
ND
Konsentrasi awal L-malat (g l-1) Maksimum OD600 -1
Residual L-malat (g l-1) Keterangan : ND : tidak terdeteksi a
: nilai untuk fermentasi A sebagai kontrol
*
: p < 0.05 dibandingkan dengan control
86
Nana Danapriatna, Faktor Yang Mempengaruhi ....... Penelitian Lestari, et.al. (2007) memperlihatkan bahwa pemberian nitrogen meningkatkan produksi IAA oleh Azospirillum pada umur 7 HST sedangkan pada umur 12 HST pemberian nitrogen tidak berpengaruh nyata terhadap produksi IAA (Tabel 4.) Tabel 4. Pengaruh pemberian nitrogen terhadap produksi IAA pada tanaman padi varietas IR64 yang diinokulasi Azospirillum (Lestari, et.al., 2007) -1
)
Taraf nitrogen (%)
*
7 hari
12 hari
0
1.53c
1.93a
25
2.06bc
1.33b
50
2.25bc
1.30b
75
3.26ab
1.46b
100
3.92a
1.09b
Keterangan : * : 100 % nitrogen = 1 mM NH4NO3. Angka-angka pada lajur sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% menurut uji beda nyata terkecil . Faktor lain yang berpengaruh terhadap proses sintesis IAA oleh Azospirillum adalah kondisi oksigen pada media bakteri. Hasil penelitian Ona, et.al. (2005) memperlihatkan bahwa kondisi aerobik (ketersedian oksigen banyak) memberikan produksi IAA yang lebih rendah dibandingkan pada kondisi mikroaerob (Gambar 3.)
Gambar 3. Produksi IAA (bar) dan ekspresi ipdC (simbol) dibawah kondisi mikroaerobik (bar terbuka, kotak hitam) dan kondisi aerobik (bar tertutup, lingkaran hitam) (Ona, et.al., 2005). KESIMPULAN Azospirillum dapat memproduksi IAA dengan tryptophan sebagai prekursor melalui jalur Indole-3-pyruvate dan Tryptamine. Sintesis IAA oleh Azospirillum melibatkan gen ipdC dan produksi IAA meningkat dalam kondisi ketersediaan karbon terbatas dan pH media yang rendah. Pemberian nitrogen dapat meningkatkan produksi IAA. Kondisi lingkungan aerobik mengakibatkan produksi IAA oleh Azospirillum menjadi lebih rendah dibandingkan dengan kondisi anaerobik.
87
Nana Danapriatna, Faktor Yang Mempengaruhi .......
DAFTAR PUSTAKA Akbari, G.A., S.M. Arab, H.A. Alikhani, I. Allahdadi and M.H. Arzanesh. 2007. Isolation and selection of indigenous Azospirillum spp. and the IAA of superior strains effect on wheat roots. World J. Agric. Sci. 3 : 523 – 529. Aryantha, I.N.P., D.P Lestar dan N.P.D. Pangesti. 2004. Potensi isolat bakteri penghasil IAA dalam peningkatan pertumbuhan kecambah kacang hjau pada kondisi hidroponik. J.Mikrobiol.Indones. 9 : 43 – 46. Broek, A.V., P. Gysegom, O. Ona, N. Hendrickx, E. Prinsen, J.V. Impe and J. Vanderleyden. 2005. Transcriptional analysis of the Azospirillum brasilense indole-3-pyruvate decarboxylase gene and identification of a cis-acting sequence involved in auxin responsive expression. MPMI 18 : 311 – 323. Crozier, A., P. Aruda, J.M. Jamin, A.M. Monteiro and G. Sandberg. 1988. Analyss of indole-3acetic acid and related indoles in culture medium from Azospirillum lipoferum and Azospirillum brasilense. Appl. Environ. Microbiol. 54 : 2833 - 2837. de-Bashan, L.E., H. Antoun and Y. Bashan. 2008. Involvement of indole-3-acetic acid produced by the growth-promoting bacterium Azospirillum spp. in promoting growth of Chorella vulgaris. J.Phycol. 44 : 983 – 947. Danapriatna, N., R. Hindersah, dan Y. Sastro. 2010. Pengembangan pupuk hayati Azotobacter dan Azospirillum untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi penggunaan pupuk N di atas 15% pada tanaman padi. Laporan penelitian KKP3T No SPKPP : 1148/LB.602/I.1/4/2010. LPPM Universitas Islam “45” Bekasi Bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Husen, E. 2003. Screening of soil bacteria for plant growth promotion activities in vitro. Indones. J. Agric. Sci. 4 : 27 - 31 Lee, W.K, J.Y. Lee, K.Y. Kang and M.J. Cho. 1988. Synthetic pathway of indole acetic acid in Azospirillum lipoferum. Korean Biochem. J. 21 : 519 – 524. Lestari, P., D.N. Susilowati dan E.I. Riyanti. 2007. Pengaruh hormon asam indol asetat yang dihasilkan Azospirillum sp. terhadap perkembangan akar. Jurnal Agro Biogen 3 : 66 – 72. Normanly, J., J.P. Slovin and J.D. Cohen. 1995. Rethinking auxin biosynthesis and metabolism. Plant Physiol. 107 : 323 – 329. Ona, O., J.V. Impe, E. Prinsen and J. Vanderleyden. 2005. Growth and indole-3acetic acid biosynthesis of Azospirillum brasilense Sp245 is environmentally controlled. FEMS Microbiology Letters 246 : 125 – 132. Patten, C.L. and B.R. Glick. 2002. Role of Pseudomonas putida indole acetic acid in development of the host plant root system. Appl. Environ. Microbiol. 68 : 3795 – 3801. Silva, T. and P.J. Davies. 2007. Elongation rates and endogenous indoleacetic acid levels in roots of pea mutants differing in internode length. Physiol. Plant. 129 : 804 -812 Somers, E., D. Ptacek, P. Gysegom, M Srinivansan and J. Vanderleyden. 2005. Azospirillum brasilense produces the auxin-like phenylacetic acid by using the key enzime for indole-3acetic acid biosynthesis. Appl. Environ. Microbiol. 71 : 1803 – 1810. Spaepen, S. J. Vanderleyden and R. Remans. 2007a. Indole-3-acetic acid in microbial and microorganism-plant signaling. FEMS Microbiol. Rev.: 1 – 24. Spaepen, S., W. Versees, D. Gocke, M. Pohl, J. Steyaert and J. Vanderleyden. 2007b. Characterization of phenylpyruvate decarboxylase, involved in auxin production of Azospirillum brasilense. J. Bacteriol. 189 : 7626 – 7633. Steenhoudt, O. and J. Vanderleyden. 2000. Azospirillum, a free-living nitrogen fixing bacterium closely associated with grasses : genetic, biochemical and ecological aspects. FEMS Microbiol. Rev. 24 : 487 - 506. Zakharova, E.A., A.A. Shcherbakov, V.V. Brudnik, N.G. Skripko, N.S.Bulkhin and V.V. Ignatov. 1999. Biosynthesis of indole-3-acetic acid in Azospirillum brasilense. Insight from quantum chemistry. Eur. J. Biohem. 259 : 572 – 576.
88
Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No. 2 April-Juni 2014: 89-96
PEMBELAJARAN KURSUS BAHASA INGGRIS DI SD NEGERI PINAYUNGAN III KECAMATAN TELUKJAMBE TIMUR KABUPATEN KARAWANG Darmaji Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Universitas Singaperbangsa Karawang Abstrak Tujuan penelitian dirumuskan dengan maksud untuk mengarahkan dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam pencapaian tujuan penelitian, tujuan penelitiannya adalah, untuk mengungkapkan data tentang proses pembelajaran kursus Bahasa Inggris dan untuk mengungkapkan data tentang hasil yang telah diperoleh siswa-siswi SD Negeri Pinayungan III pada proses pembelajaran Kursus Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III Desa Pinayungan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah partisipatif dengan menggunakan metode studi kasus yaitu utuk mencari informasi tentang prosedur pelaksanaan program kursus yang meliputi, analisis kebutuhan pembelajaran, penentuan tujuan pembelajaran, dan cara penyampaian materi. Dalam penelitian ini subyek yang akan diteliti terdiri dari dua bagian, pertama, sebagai sumber informasdan sumber informan. Penggunaan purposive sampling adalah untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan tujuan peneliti. Subjek yang sesuai dengan tujuan penelitian adalah empat orang warga belajar dan peneliti mengadakan triangulasi dengan salah seorang pengurus, dan seorang tutor yang memberikan materi pembelajaran kursus Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III, dengan demikian jumlah subyek penelitian adalah 6 orang. Hasil yang telah dicapai oleh warga belajar dalam kursus Bahasa Inggris, telah menunjukkan hasil yang cukup baik. peserta yang telah mengikuti kursus telah memiliki pengetahuan dan sikap serta keterampilan dalam bidang bahasa inggris setingkat sekolah dasar, terutama dalam pelajaran bahasa Inggris untuk menunjang kompetensi siswa dalam kemampuan berbahasa innggris dengan baik. Tujuan dari kursus Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III adalah untuk mendidik warga belajar sebagai siswa di Sekolah Dasar agar cerdas dan terampil serta memperoleh kemampuan dasar bahasa Inggris yang menjadi tuntutan kurikulum saat ini. Untuk mencapai tujuan tersebut hendakanya penyelenggara, tutor serta warga belajar harus menunjukan sinergitas yang baik, baik dari segi persiapan, pelaksanaan, serta tindak lanjut setelah pembelajaran tersebut selesai.
Kata Kunci : Pembelajaran Kursus Bahasa Inggeris PENDAHULUAN
Sumber daya manusia yang berkualitas, yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, merupakan modal dasar keberhasilan pembangunan nasional. Negara Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang besar, bila kualitas dan pendayagunaannya dikembangkan dan ditingkatkan, maka dalam waktu relatif singkat perekonomian yang sedang mengalami krisis ini, akan bertambah mantap dan memberikan tingkat pendapatan nasional yang relatif tinggi. Oleh karena itu, tantangan
82
Darmaji, Pembelajaran Kursus Bahasa Inggris.......
yang kita hadapi sekarang dan untuk masa yang akan datang adalah mempersiapkan sumber daya manusia pembangunan yang berkualitas, terampil, memiliki inovasi dan kreativitas yang tinggi, memiliki daya analisis dan pandangan jauh ke depan untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Pengembangan sumber daya manusia yang semakin meningkat kualitasnya merupakan sarana pendukung pembangunan nasional di ekonomi melalui peningkatan produktivitas pendapatan nasional yang makin merata bagi seluruh masyarakat. Salah satu upaya untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilakukan melalui pendidikan. Melalui pendidikan kualitas sumber daya manusia menjadi meningkat. Sumber daya manusia yang berkualitas inilah yang paling besar memiliki kesempatan untuk mengisi pembangunan. Setiap orang dipacu untuk bersaing dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas kehidupannya. Hal ini sudah barang tentu akan memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapat nasional. Dengan demikian program pendidikan nasional dapat dijadikan sebagai salah satu alat, sarana, dan kunci utama untuk mewujudkan tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera lahir dan batin. Dalam penyelenggaraannya, program pendidikan nonformal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional saja, akan tetapi oleh departemen-departemen lainnya, lembaga-lembaga swasta, organisasi-organisasi kemasyarakatan maupun secara perorangan. Pendidikan nonformal, termasuk pendidikan yang bersifat kemasyarakatan seperti kepramukaan, berbagai kursus dan pelatihan keterampilan, ditingkatkan kualitasnya dan diperluas dalam rangka mengembangkan sikap mental, minat, bakat, keterampilan dan kemampuan anggota masyarakat serta memberi bekal kepada siswa-siswi agar mampu bekerja dan berwirausaha serta meningkatkan martabat dan kualitas kehidupannya. Dengan melaksanakan pendidikan nasional melalui jalur pendidikan nonformal, maka seseorang diharapkan dapat mengembangkan sikap mental, minat, bakat, keterampilan serta kemampuannya, sehingga dia mempunyai bekal untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Pendidikan nonformal dilaksanakan dengan menekankan pada keterampilan yang bersifat praktis. Pelaksanaan program pendidikan nonformal pada umumnya memiliki struktur waktu, tempat serta susunan siswa-siswi yang beragam. Siswa-siswi terarahkan untuk memilih dan mengikuti program pendidikan nonformal yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya, sesuai dengan tingkat pengetahuan dan tingkat pemahaman terhadap isi materi pelajaran yang diberikan. Dengan mengikuti pendidikan nonformal, maka diharapkan siswa-siswi memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan praktis yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Berkaitan dengan tuntutan perubahan seperti yang telah dikemukakan di atas, maka pemerintah maupun pihak swasta senantiasa mengadakan berbagai upaya demi tercapainya tujuan pembangunan nasional. Dalam hal ini SD Negeri Pinayungan III yang berlokasi di Kecamatan Telukjambe Timur Kabupaten Karawang sebagai lembaga yang memberikan kesempatan kepada siswa-siswi untuk dapat menyerap dan memiliki keahlian di bidang bahasa Inggris. Melalui kegiatan kursus bahasa Inggris tersebut, diharapkan siswa-siswi memiliki pengetahuan dan keterampilan berbahasa Inggris.
90
Darmaji, Pembelajaran Kursus Bahasa Inggris.......
Dengan keterampilan di bidang bahasa Inggris tersebut, diharapkan siswa-siswi dapat berbahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Berdasarkan pada studi penjajagan yang dilakukan penulis untuk mengadakan penelitian sebagai bahan penyusunan karya tulis ilmiah ini, maka gejala yang nampak dalam pelaksanaan kursus Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III telah memperoleh hasil yang cukup baik. Siswa-siswi yang telah mengikuti kursus bahasa Inggris pada umumnya dapat mempraktekkan hasil belajarnya untuk berbahasa dalam upaya meningkatkan kemampuan berbahasa internasional. Dengan demikian hal ini tentunya menjadi salah satu bentuk pemecahan masalah pendidikan sekolah yang terlalu teoritis memberikan pelajaran bahasa Inggris kepada siswa-siswinya. Melalui kegiatan kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III setidak-tidaknya sudah memberikan kontribusi yang positif dalam mengatasi keterbatasan waktu siswa belajar bahsa Inggris di sekolah. Dari pengamatan penjajagan tersebut nampak adanya berbagai faktor yang mendukung kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III. Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diungkapkan di atas dan hasil studi penjajagan yang telah dilakukan penulis, maka penulis mencoba mengadakan penelitian tentang : “Pembelajaran Kursus Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III Kecamatan Telukjambe Timur Kabupaten Karawang. Berkaitan dengan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas tentang keberhasilan pelaksanaan kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimanakah proses pembelajaran kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III Kecamatan Telukjambe Timur Kabupaten Karawang?”. Agar lebih terarah dan tidak terlalu luas dalam penelitian ini, mengingat kemampuan yang dimiliki, penulis membatasi pokok permasalahan penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. 2.
Bagaimana proses pembelajaran kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III ? Bagaimana hasil pembelajaran kursus Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III ?
Tujuan diadakannya penelitian mengenai kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III ini adalah sebagai berikut: 1. 2.
Untuk mengetahui tentang proses pembelajaran kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III. Untuk mengetahui tentang hasil pembelajaran kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III.
METODE PENELITIAN Untuk mencapai tujuan penelitian tentang pembelajaran kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III Kecamatan Telukjambe Timur Kabupaten Karawang ini digunakan pendekatan kualtitatif dengan metode studi kasus. Dalam penelitian ini, peneliti berupaya untuk mencari dan mendeskripsikan data dari kasus yang terjadi di lapangan secara alami berkaitan dengan pembelajaran kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III. Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini pada dasarnya adalah pendekatan yang digunakan untuk mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya tentang pembelajaran kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan
91
Darmaji, Pembelajaran Kursus Bahasa Inggris.......
III. Dengan demikian dalam penelitian ini, peneliti harus turun ke lapangan untuk mengamati tentang pembelajaran kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III. Selanjutnya dengan metode studi kasus ini peneliti melibatkan dalam penyelidikan yang lebih mendalam dan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap tingkah laku seseorang individu. Kita akan memperhatikan juga bagaimana tingkah laku tersebut berubah ketika individu itu menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap lingkungannya. Dalam hal ini peneliti akan menemukan dan mengidentifikasi semua variabel penting yang berkaitan dengan pembelajaran kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III. B. Subyek Penelitian Subyek penelitian merupakan sekumpulan atau keseluruhan obyek penelitian yang memiliki karakteristik tertentu yang akan dijadikan sumber data penelitian. Subyek penelitian merupakan sumber informasi yang diperlukan untuk mengungkapkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Pengambilan subyek dalam penelitian ini dilakukan dengan cara “purposif sampling” (sesuai dengan tujuan). Cara pengambilan subyek penelitian ini sesuai dengan pendapat Nasution (1988 : 11) yang menyatakan bahwa “metode naturalistik tidak menggunakan sampling random atau acak, dan tidak pula menggunakan populasi atau sampel yang banyak”. Subyek penelitian biasanya sedikit dan dipilih berdasarkan tujuan (purposive) penelitian. Dengan demikian pendekatan penelitian kualitatif tidak membutuhkan populasi dan sampel yang banyak. Populasi tergantung kepada konsep yang digunakan terbatas pada unit penelitiannya. Dalam penelitian tentang pembelajaran kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III ini subyek penelitian terdiri satu orang pengurus, satu orang tutor dan 4 orang siswa-siswi SD Negeri Pinayungan III. Dengan demikian seluruh subyek penelitian berjumlah enam orang. C. Instrumen Penelitian Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain observasi, wawancara mendalam (indepth interview), analisis dokumentasi sebagai sumber data triangulasi yang dapat dipertanggungjawabkan keakuratannya. 1. Teknik Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena-fenomena yang sedang diselidiki. Teknik pengumpulan data melalui observasi merupakan studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dari gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Lebih lanjut Kartini Kartono (1996 : 157) mengemukakan bahwa : “observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan”. Teknik observasi ini digunakan oleh peneliti pada saat melalukan penelitian. Pada saat kegiatan penelitian, peneliti langsung mengamati ke lapangan. Dengan kata lain peran peneliti adalah sebagai observer as participant (observer sebagai partisipan) yang turut aktif di lapangan mengikuti secara penuh aktivitas dalam kelompok guna memperoleh data melalui pengamatan mengenai pembelajaran kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III. Alat yang digunakan dalam observasi ini adalah panduan observasi, alat rekam suara, kamera foto, catatan sebagai dokumentasi.
92
Darmaji, Pembelajaran Kursus Bahasa Inggris.......
2. Teknik Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan data melalui komunikasi langsung antara peneliti dengan obyek penelitian atau sampel penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Kartini Kartono (1996 : 187) bahwa : “wawancara adalah suatu percakapan, tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu. Wawancara adalah percakapan dengan bertatap muka dengan tujuan memperoleh informasi faktual, untuk menaksir dan menilai kepribadian individu atau untuk tujuan-tujuan konseling/penyuluhan, atau tujuan terapeutis”. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung pendapat berupa pernyataan pengetahuan, perasaan, pengalaman, yang mencerminkan respons positif atau negatif pada saat pembelajaran diberikan yang tidak dapat dipantau akan tetapi dapat dirasakan setelah dilakukan wawancara, serta wawancara mendalam kepada responden yang berkaitan dengan pembelajaran kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III.
3. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi ini diperlukan sebagai data sekunder untuk pengayaan data penelitian yang memiliki hubungan dengan tujuan penelitian, dan interpretasi sekunder terhadap kejadian-kejadian. Data-data yang dikumpulkan adalah catatan nonstatistik mengenai profil lembaga, visi dan misi lembaga dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III.
D. Tahap-Tahap Penelitian Dalam menganalisis data yang berkaitan dengan penelitian ini, peneliti berpedoman kepada pendapat Nasution (1991 : 129) yang mengemukakan bahwa “tahap penelitian kualitatif meliputi tiga tahapan, yaitu : 1. Tahap Orientasi Tahap orientasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap mengenai masalah yang akan diteliti, yang meliputi: a. Studi pendahuluan dan penjajagan ke di SD Negeri Pinayungan III untuk mengidentifikasi permasalahan atau fokus penelitian. b. Persiapan sumber referensi berupa buku dan referensi lainnya yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. c. Penyusunan pra-desain penelitian tentang pembelajaran kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III. d. Penyusunan instrumen, kisi-kisi penelitian dan pedoman wawancara. e. Pengurusan berbagai perizinan untuk mengadakan penelitian. 2. Tahap Eksplorasi Tahap eksplorasi merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menggali informasi dan pengumpulannya sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. Pada tahap ini dilakukan : a. kunjungan kepada penyelenggara untuk memperoleh penjelasan tentang pembelajaran kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III.
93
Darmaji, Pembelajaran Kursus Bahasa Inggris.......
b. wawancara dengan subyek penelitian untuk memperoleh informasi tentang pembelajaran kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III. c. pencatatan kasar hasil data yang terkumpul dari subyek penelitian. d. pemilihan, penyusunan, dan pengklasifikasian data sesuai jenis aspekaspek penelitian. e. Menyempurnakan fokus permasalahan penelitian. 3. Tahap Member Check Tahap member cheek ini dilakukan untuk mengecek kebenaran dari informasi hasil wawancara yang telah terkumpul sehingga peneliti percaya terhadap akurasi data yang telah dikumpulkan. Pengecekan informasi dan data ini dilakukan dengan cara : a. Melakukan wawancara sesuai dengan item-item pertanyaan penelitian. Kemudian data hasil wawancara tersebut dikonfirmasikan dengan semua nara sumber agar tidak ada kesalahan interpretasi dalam mendeskripsikan Meminta koreksi hasil yang telah dicatat dari observasi dan wawancara kepada nara sumber. b. Melakukan rechek data untuk memperoleh validitas dan reliabilitas data. Kegiatan ini dilakukan dengan triangulasi akan kebenaran informasi dari penyelenggara, tutor dan siswa-siswi yang mengikuti pembelajaran kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III. E. Teknik Analisis Data
Untuk menganilis data hasil penelitian dilakukan sesuai dengan model analisis Miles dan Huberman (1992 : 20), yaitu model analisis interaktif. Langkah-langkah analisis tersebut meliputi : 1) koleksi data (data collection), 2) penyederhanaan data (data reductionaI), 3) penyajian data (data display) dan 4) pengambilan kesimpulan, serta verifikasi (conclusion: drawing verying) (Nasution S., (1993 : 129). 1. Koleksi data. Dalam mengoleksi data, peneliti melakukan observasi, wawancara yang mendalam dengan subyek penelitian dan sumber infomasi, serta mencari dokumentasi hasil penyuluhan kesehatan lingkungan. Hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dengan segera dituangkan peneliti dalam bentuk tulisan dan dianalisis. 2. Reduksi data. Reduksi data dilakukan dengan menelaah kembali seluruh catatan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Dengan demikian pada tahap ini akan diperoleh hal-hal pokok yang berkaitan dengan fokus penelitian tentang pembelajaran kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III. 3. Display data. Display data merupakan penyajian data untuk melihat gambaran keseluruhan pokok permasalahan penelitian agar mudah diambil kesimpulannya. 4. Kesimpulan dan verifikasi. Tahap ini merupakan upaya untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan dan memantapkan kesimpulan dengan cara member cheek atau triangulasi yang dilakukan selama dan sesudah data dikumpulkan. Dengan demikian proses verifikasi merupakan upaya mencari makna dari data yang telah dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul dan lain sebagainya.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Proses Pembelajaran Pembelajaran kursus Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III merupakan proses interaksi edukatif antara warga belajar dengan komponen-komponen pembelajaran lainnya, seperti masukan sarana, masukan lingkungan, dan masukan lain. Pembelajaran
94
Darmaji, Pembelajaran Kursus Bahasa Inggris.......
kursus Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan warga belajar mengenai tata bahasa dan percakapan bahasa Inggris. Untuk menunjang proses pembelajaran kursus Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III, media yang digunakan antara lain adalah buku-buku sumber bahasa Inggris, gambar dan alat peraga. Media tersebut digunakan untuk memperlancar proses pembelajaran kursus Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III. Proses pembelajaran kursus Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III dilaksanakan dalam satu paket selama 3 hari dalam seminggu (Senin dan Kamis). Dalam setiap session akan berlangsung selama 1,5 Jam (90 Menit) yang terdiri dari 30% teori dan 70% Praktek. Urutan langkah pelaksanaan pembelajaran kursus Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III dimulai dengan memberikan teori, setelah itu dilanjutkan dengan praktek. Kegiatan ini dilakukan rutin setiap hari pertemuan. Penilaian pembelajaran program pembelajaran kursus Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III dilaksanakan oleh masing-masing tutor di akhir pemberian materi pembelajaran baik teori maupun praktek. Penilaian tersebut dipadukan dan dipantau oleh penyelenggara melalui lembar observasi. Evaluasi secara menyeluruh setelah warga belajar mengikuti pembelajaran kursus Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III dilakukan oleh pihak penyelenggara. Selanjutnya penilaian program pembelajaran kursus Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III difokuskan pada proses pembelajaran selama kegiatan berlangsung, meliputi kemampuan tutor dalam menyampaikan materi, kemampuan warga belajar menerima pengetahuan dan kemampuan keterampilan mempraktekkan materi pembelajaran kursus Bahasa Inggris. Dengan demikian aspek yang dievaluasi dalam pembelajaran program pembelajaran kursus Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III meliputi : 1) penilaian kognitif, 2) afektif dan 3) psikomotor yang berkaitan dengan penguasaan tata bahasa dan percakapan. 2. Hasil Pembelajaran Kursus Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan 2 Warga belajar yang mengikuti program pembelajaran kursus Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III mereka telah memiliki pengetahuan tentang tata bahasa dan percakapan Bahasa Inggris. Warga belajar telah mampu menyusun kalimat yang mengungkapkan kejadian pada masa sekarang dalam Present Tense seperti : I am a student atau I go to school. Warga belajar mampu menyusun kalimat yang mengungkapkan kejadian yang sedang terjadi pada masa sekarang : Present Continuous seperti : I am playing badminton. Warga belajar telah mampu menyusun kalimat yang terjadi pada masa lampau Past Tense seperti : I was be home yesterday atau I went to the library yesterday. Warga belajar yang telah mengikuti kursus Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III telah terampil melakukan percakapan Bahasa Inggris seperti : X : What are you doing ? Y : I am studying English KESIMPULAN 1. Proses Pembelajaran Proses pembelajaran Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III dilaksanakan dalam satu paket pembelajaran selama 3 hari dalam seminggu. Dalam setiap session akan
95
Darmaji, Pembelajaran Kursus Bahasa Inggris.......
berlangsung selama 1,5 Jam (90 Menit) yang terdiri dari 30% teori dan 70% Praktek. Urutan langkah pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III dimulai dengan memberikan teori, setelah itu dilanjutkan dengan praktek. Kegiatan ini dilakukan rutin setiap hari pertemuan. Penilaian pembelajaran program pembelajaran Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III dilaksanakan oleh masing-masing tutor di akhir pemberian materi pembelajaran baik teori maupun praktek. Penilaian tersebut dipadukan dan dipantau oleh penyelenggara melalui lembar observasi. Evaluasi secara menyeluruh setelah warga belajar mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III dilakukan oleh pihak penyelenggara. Aspek yang dievaluasi dalam pembelajaran program pembelajaran Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan 2 meliputi : 1) penilaian kognitif, 2) afektif dan 3) psikomotor yang berkaitan dengan penguasaan tata bahasa dan percakapan bahasa Inggris. Kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode demostrasi pada pembelajaran Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III tersedia cukup memadai. Sarana dalam pengertian segala macam fasilitas yang dapat menunjang, dan melengkapi terselenggaranya pembelajaran Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dapat dikatakan cukup memadai. Sarana yang berfungsi sebagai fasilitas atau alat belajar dan sumber belajar pada pembelajaran Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan III cukup lengkap dan memadai. 2. Hasil Pembelajaran Warga belajar yang mengikuti program pembelajaran Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan 2 mereka telah memiliki pengetahuan tentang tata bahasa dan percakapan Bahasa Inggris. Warga belajar telah mampu menyusun kalimat yang mengungkapkan kejadian pada masa sekarang dalam bentuk Present Tense dan Present Continuous. Warga belajar yang telah mengikuti kursus Bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan 2 telah terampil melakukan percakapan Bahasa Inggris seperti percakapan sehari-hari di rumah, di sekolah, di pasar dan tempat-tempat umum lainnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembelajaran kursus bahasa Inggris di SD Negeri Pinayungan 2 telah memperoleh hasil yang cukup baik. DAFTAR PUSTAKA Bogdan, R. dan Taylor, S. J. (1993). Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional. Bungin, B. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sudjana, D. (2004), Pendidikan Luar Sekolah (Sejarah Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung, Asas. Bandung, Nusantara Press. Sudjana, D. (2004), Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif Pendidikan Luar Sekolah, Bandung, Nusantara Press. Margono, S, (2004), Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta. Moleong Lexi J. (1988). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Nasution. (1992). Metode Research. Bandung: Jemmars. _______. (1988). Metode Penelitian Naturalistik. Bandung: Tarsito Artasasmita, R. (1985), Pengantar Kursus dan Latihan, Bandung, FIP IKIP Bandung. Hamijoyo, S. (1973), Pendidikan Nonformal, Bandung, IKIP. ______________, (1981), Pendidikan Luar Sekolah, Surabaya, Usaha Nasional. Arikunto, S. (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta. Trisnamansyah, S. (1987), Pendidikan Kemasyarakatan (Pendidikan Luar Sekolah), Bandung, IKIP.
96