PENGAJARAN AGAMA ISLAM BAGI NARAPIDANA WANITA DI RUMAH TAHANAN NEGARA (RUTAN) KELAS II A PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Oleh : Dian Hayati 1110011000073
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
LEMBAR
PEN GESAHAN SI(RIPS
I
PENGAJARAN AGAMA ISLAN{ BAGI NARAPIDANA \YANITA DI RUNTAH TAHANAN NEGARA (RUTAN) KELAS
II A PONDOK BANIBU
JAKARTA TIMUR Skripsi ini Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Serjana Pendidikan (S.pd.l) Oleh:
Dian Hayati
NIM: 1110011000073
Menyetujui, Fembimbing
NIP.
1
307 199803
tA02
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
JAKARTA 2015
LEMBAR PENGBSAHAN Skripsi berjudul 'oPengajaran Agama Islam Bagi Narapidana Wanita Di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur " disusun oleh Dian Hayati Nomor Induk Mahasiswa 1110011000073, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan I(eguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 26 Januari 2015 di hadapan dewan pengrrji. I(arena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agarra Islam. Jakarta, 9 Februari 2015
Panitia Ujian Munaqasah I(etua Panitia (I(etua Jurusan PAI)
Tanggal
Dr.H.Abd@
,*r,,
NIP. 19580707 198703
S
ekretaris
(S
| 005
ekretarisJurusan,PAI)
t'l Marhamah Saleh. Lc. MA NiP. 197203i3 200801 2 0t0
A gltlo,,U-
Penguji I
Dr.H. M. Suparta. MA NIP. 19540107 t98402 Penguji
m tl,rC/ )
| 001
II
t4lq I eo i Heni Narendrani Hidayati. M. Pd NIP. 19710512 t99603 2 002
NrP. 195504
s 4r,,1 -14f2
I
SURAT PERNYATAAN KARYA
ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
Dian Hayati
NIM
11
Jurusan
Pendidikan Agama Islam
Alamat
Kayu Tinggi RT 003/011 NO 110 Cakung Timur, JakartaTimur
1001 1000073
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul Pengajaran Agama rslam Bagi Narapidana Wanita Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: Nama
Pembimbing : Bahrissalim M.Ag
NIP
: 19680307 199803 I002
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, 16 Januari 2015 Yang Menyatakan
ABSTRAK Dian Hayati (NIM: 1110011000073). Pengajaran Agama Islam Bagi Narapidana Wanita Di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur.
Meningkatnya angka kriminalitas yang terjadi di Indonesia, maka mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengajaran agama Islam bagi orang yang melakukan tindak kriminal. Penelitian ini dilakukan di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur untuk mengetahui bagaimana pengajaran agama Islam yang akan diberikan untuk narapidana wanita dan bagaimana program pengajaran agama Islam di RUTAN. Dalam penelitian ini peneliti mengamati upaya RUTAN memberikan pengajaran agama Islam bagi narapidana yang terdiri dari pengajar, materi dan pelaksanaannya. Dari hasil pengamatan/ observasi dapat diketahui bahwa pelaksanaan pengajaran agama Islam bagi narapidana wanita di RUTAN diberikan oleh tim pengajar, dan segala bentuk pelaksanaanya ditentukan oleh masing-masing tim pengajar. RUTAN hanya memberikan sarana dan prasarana serta mengawasi selama pelaksanaannya yaitu oleh Staf Bimker Kerohanian Islam. pelaksanaan pengajaran agama Islam terlaksana dengan baik. Meskipun dari masing-masing tim pengajar berbeda materi dan strategi dinilai banyak memberikan kesadaran beragama bagi narapidana dan meningkatkan keimanannya untuk tobat. Dari hasil pelaksanaan pengajaran agama Islam dilihat dari perubahan akhlak narapidana yang berubah, baik melaksanakan peribadatan di RUTAN dan keseriusan untuk mengikuti pengajaran agama Islam.selain dari observasi peneliti juga melakukan wawancara kepada narapidana wanita tentang presepsi tim pengajar dalam melakukan proses pengajaran agama Islam, baik dalam materinya dan pelaksanaannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi tim pengajar dalam pelaksanaan pengajaran agama Islam terhadap narapidana wanita adalah baik.
i
ABSTRACT Dian Hayati (NIM: 1110011000073). Teaching Islam For Women In Prison Inmates State (Rutan) Class II A Pondok Bambu, East Jakarta.
Rising crime that occurred in Indonesia, it encourages researchers to conduct research on the teaching of Islam for people who commit crimes. This research was conducted at the State Prison (Rutan) Class II A Pondok Bambu, East Jakarta to find out how Islamic religious instruction to be given to female inmates and how to program the teaching of Islam in the crease. In this study, researchers looked at the efforts crease provide Islamic religious instruction for inmates which consists of teachers, materials and execution. From the observation / observation can be seen that the implementation of the teaching of Islam for women inmates at the detention center by the teaching team, and all forms of implementation are determined by each teaching team. Rutan only provide infrastructure and supervise over its implementation, namely by staff Bimker Islamic Spirituality. implementation of Islamic teachings performing well. Although from each team is different teaching materials and strategies assessed much give religious awareness for prisoners and increase the faith to repent. From the results of the implementation of Islamic teaching visits of inmates has changed character change, either carry out worship in the crease and seriousness to follow religious instruction Islam.selain of observations researchers also conducted interviews to female inmates about the perception of the teaching team in the process of teaching the Islamic religion, both in material and implementation. It can be concluded that the perception of the teaching team in the implementation of Islamic teachings against female inmates is good
ii
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah memberikan beribu-ribu nikmat kehidupan, yang menjadi satu-satunya tempat bersandar bagi hamba penghapus segala lara dan penyempurna kebahagiaan. Ya Allah.. hamba bersujud kepada Mu telah menghantarkan nikmat perjalanan kuliah ini sampai akhir kuliah ini, sungguh takkan pernah terjadi jika tanpa izin dan keridhoan yang Engkau berikan. Shalawat serta salam kepada sang revolusioner yang memberikan banyak perubahan sebagai panutan untuk selalu menghidupkan kehidupan ini dengan perjuangan yang tak kenal kata lelah yaitu Baginda Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman. Selama penulisan skripsi yang berjudul “Pengajaran Agama Islam Bagi Narapidana Wanita Di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur” peneliti sangat menyadari tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang terjadi, semua dilaksanakan harus dengan perjuangan yang selalu dimotivasikan dengan kata-kata keep fighting by fighter dan militansi tanpa batas dan perjalanan skripsi ini tidak akan terjadi tanpa keridhoan Allah SWT, do`a Orang tua, orang tercinta, para sahabat, dan keikhlasan para dosen khususnya dosen pembimbing dan obyek penelitian skripsi ini. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua tercinta Drs. H. Madroji dan Dra Hj Hasnawati yang tak pernah putus mendo`akan – siang dan malam, keridhoannya dan keikhlasannya membesarkan putrinya dan memberikan arti kehidupan. ya Allah berikanlah kebahagiaan dunia dan akhirat untuk keduanya, sayangilah mereka yang menyangiku sepanjang masa. 2. Prof. Dr. Dede Rosada, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iii
3. Nurlena Rifa`I, MA, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Drs. H. Abdul Majid Khon. M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agma Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Marhamah Saleh Lc. MA. Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bahrissalim. MA. Dosen pembimbing yang penuh keikhlasan dalam membimbing, membagi waktu, pikiran, dan tenaga. Kesabaran dalam mengarahkan proses skripsi ini dengan sebaik-baiknya dan saya sangat berterima kasih beliau selalu tepat waktu dan komitmen 7. Sri Sulastri, Bc. I. P., S.H., M. Si. Kepala Rutan Kelas II A Jakarta Timur yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian di RUTAN. 8. Muhammad Solihin selaku koordinator kerohanian Islam di RUTAN yang selama proses penelitian selalu membimbing pelaksanaan penelitian ini dan membantu proses penelitian skripsi peneliti. 9. Staf Bimker kerohanian Islam dan tim pengajar kerohanian Islam yang sangat terbuka kepada peneliti selama proses penelitian ini. 10. Para Narapidana wanita yang memberikan banyak motivasi untuk selalu belajar dan sabar, dan keterbukaan sebagai obyek observasi dan wawancara. 11. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Umum UIN Jakarta dan Perpustakaan Tarbiyah dan Keguruan serta Perpustakaan Universitas Terbuka yang telah memberikan fasilitas berupa kemudahan meminjam buku referensi skripsi. 12. Laki-lakiku motivator skripsi ini Rifki Arsilan yang memperjuangkan menghalalkan wanitanya dan totalitas perjuangan judul, permohanan izin skripsi, wawasan, dan fasilitas wawancara serta waktu yang telah diberikan, semoga selalu diberikan kesabaran dan kebahagiaan di bahtera keluarga kita. 13. Helena Marin, kakak kamar yang telah ikhlas memberikan sarana skripsi peneliti, dan banyak memberikan motivasi skripsi peniliti.
iv
14. Sahabat-sahabatku “WP” khususnya Serli, Winda, Ade, dan Untung terima kasih atas kebersamaan yang telah diberikan, semangat, dan dukungannya. 15. Keluarga KM UIN Jakarta yang memberikan banyak arti segala perjuangan kehidupan menjadi mahasiswa “berani punya cita-cita berani menderita”. 16. Sahabat-sahabat pejuangan PAI B, terima kasih atas kebersamaan, dukungan, bantuan dan motivasi. Semua akan jadi kenangan indah. 17. Kahfi Motivator School yang memberikan motivasi-motivasi kehidupan dan ilmu yang bermanfaat. 18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan yang sangat bermanfaat selama saya menjadi mahasiswi dan skripsi ini. Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali “Jazakumullah Ahsanal Jazaa”. Semoga Allah melimpahkan pahala dan amal baiknya diterima oleh Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat membawa manfaar bagi pembaca/ pengkaji dan bagi penulis sendiri. Amiin Ya Rabbal `Alamin.
v
DAFTAR ISI ABSTRAK ................................................................................................................i KATA PENGANTAR .............................................................................................iii DAFTAR ISI ……….. ..............................................................................................vi BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah .........................................................................1 B. Identifikasi Masalah ...............................................................................6 C. Pembatasan Masalah ...............................................................................6 D. Perumusan Masalah ................................................................................7 E. Tujuan Penelitian ....................................................................................7 F. Manfaat Penelitian ..................................................................................8
BAB II KAJIAN TEORI .......................................................................................9 A. Deskripsi Teoritik ....................................................................................9 1. Pengajaran Agama Islam ...................................................................9 a. Pengertian Pengajaran ...................................................................9 b. Pengertian Agama Islam ................................................................11 c. Tujuan Pengajaran Agama Islam ...................................................13 d. Strategi Pengajaran .......................................................................14 e. Ruang Lingkup Pengajaran Agama ..............................................15 f. Evaluasi Pengajaran ......................................................................20 2. Agama Bagi Manusia ........................................................................20 a. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama .........................................20 b. Peran dan Fungsi Agama ..............................................................21 c. Unsur – Unsur Keagamaan ...........................................................22 3. Narapidana .........................................................................................23 a. Pengertian Narapidana ..................................................................23 vi
b. Hukum Pidana ..............................................................................23 c. Jenis Sanksi Pidana ......................................................................25 d. Pidana Menurut Agama Islam ......................................................27 e. Hak dan Kewajiban Narapidana ...................................................28 f. Efektivitas Pidana Penjara ............................................................29 B. Hasil Penelitian yang Relevan.................................................................29 C. Kerangka Berpikir ...................................................................................30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................33 A. Latar Penelitian ......................................................................................33 B. Metode Penelitian ....................................................................................33 C. Unit Analisis............................................................................................34 D. Instrumen Penelitian ...............................................................................35 E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................37 F. Teknik Analisis Data ...............................................................................38
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................39 A. Temuan Penelitian.. .................................................................................39 B. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian ...............................................52
BAB V KESIMPUAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..............................................64 A. Kesimpulan …………….........................................................................64 B. Implikasai ...............................................................................................65 C. Saran ........................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. LAMPIRAN
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam lingkungan sosial pada zaman modern era globalisasi kemajuan teknologi sangat bertumbuh pesat, kemajuan teknologi itu memberikan sisi positif yang menjadikan kemajuan hidup lebih efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan, namun memberikan sisi negatif yang memberikan efek yang berkepanjangan bagi masyarakat. Salah satu dampaknya adalah angka kriminalitas meningkat dengan keberagaman aksi kekerasan di dalamnya baik dari perbuatan individu maupun perbuatan kelompok yang mengakibatkan kerugian untuk orang lain. Angka kriminalitas yang meningkat, menyebabkan Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan Negara sangat harus produktif dalam membina para narapidana. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Hukum dan HAM merubah pemaknaan narapidana sebagai warga binaan. Perubahan istilah warga binaan tersebut dilakukan guna mensejajarkan hak setiap warga Negara Indonesia baik yang hidup diluar lingkungan penjara maupun didalam wilayah binaan/penjara, khususnya hak untuk memperoleh pendidikan dan ketrampilan dengan harapan para pelaku kriminalitas itu dapat berinteraksi dengan masyarakat serta merubah perilaku negatif setelah usai menjalani masa hukuman di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) atau Rumah Tahanan Negara (RUTAN). Mungkin, tidak pernah dalam benak kita terlintas mengenai hiruk pikuknya kehidupan di suatu lembaga pemasyrakatan atau rumah tahanan, bahkan tidak terlintas dalam benak kita untuk memikirkan dan membayangkannya. Termasuk bukan suatu kesalahan dengan ketidaktahuan masyarakat bahwa adanya pendidikan di dalam Penjara atau Rumah Tahanan Negara, dan bagaimana pelaksanaan pengajarannya dalam membina narapidana. Karena banyak opini masyarakat yang mengatakan
narapidana adalah orang-orang yang jauh dari
agama yang mengakibatkan dirinya menjadi narapidana dengan kasus yang 1
diperbuatnya, seperti koruptor, pencemaran nama baik, penipuan, pelecehan seksual dan sebagainya. Tingginya angka kriminalitas itulah yang menyebabkan Penjara atau Rumah Tahanan Negara diberbagai wilayah mengalami peningkatan jumlah narapidana (napi). Seperti yang terjadi di Rumah Tahanan Pondok Bambu melebihi kapasitas hunian 619 orang menjadi 1011 orang pada data tanggal 14/11/2014. Saat melihat keadaan Narapidana di RUTAN dan mengetahui keadaan Narapidana dari bincangan awal penelitian dengan Koordinator Kerohanian Islam menurut peneliti, dari beberapa kasus kriminalitas tersebut tidak hanya diakibatkan karena kondisi kemiskinan dari aspek struktural, namun aspek kultural mempunyai pengaruh jauh lebih tinggi. Rendahnya pengetahuan dan pemahaman tentang agama (aspek kultural) mempunyai andil besar dalam memicu tingginya kriminalitas. 1 Dengan sendirinya, sebagai sebuah lembaga pembinaan yang dikonstruksi secara sosial, penjara memiliki tanggung jawab yang tidak ringan dalam menormalisasi
kehidupan
narapidana.
Melalui
penerapan
mekanisme
pendisiplinan, Penjara atau Rumah dapat merubah narapidana menjadi manusia (tubuh) patuh dan berguna. Sebab itu, disamping program pembinaan yang mengarah pada pendisiplinan dan ketrampilan. Program pembinaan agama `mau tidak mau` perlu diperhatikan, bahkan harus diutamakan. Pembinaan agama yang dimaksud adalah program pemberian pemahaman agama yang dapat membentuk pribadi narapidana sebagai manusia yang lebih baik dan berkualitas, serta mampu mengimplementasikan nilai-nilai agama pada kehidupan pasca penjara. Pembentukan agama untuk narapidana menjadi pondasi yang memberikan mental dalam bermasyarakat agar narapidana dapat beradaptasi dengan masyarakat setelah keluar dari penjara dengan akhlak yang lebih baik dari sebelumnya. Bagi ajaran agama Islam masalah akhlak merupakan masalah yang
1
Wawancara dengan Koordinator Kerohanian Islam (Bapak Solihin) Jum`at 23 Agustus 2014, pukul 09:30, di Masjid Al-Ikhlas RUTAN.
2
penting setiap individu membutuhkan bekal pengajaran agama Islam yang menjadikannya berakhalakul karimah. Pengajaran agama Islam dilihat dari segi penanaman suatu pelajaran, sebenarnya agama Islam bukan suatu mata pelajaran. Islam itu adalah suatu agama diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW yang berisi ajaran agama tentang tata hidup dan pedoman pokok yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (Allah SWT) dengan dirinya sendiri, dengan manusia sesamanya, dengan makhluk bernyawa yang lain, dengan benda mati dan alam semesta lainnya. Dengan demikian ruang lingkup pengajaran agama Islam itu luas sekali meliputi seluruh aspek kehidupan.2 Tidak keterbatasan ruang lingkup termasuk di Rumah Tahanan. Pengajaran agama Islam memberikan kontribusi yang sangat besar untuk memberikan motivasi hidup lebih baik dengan akhlakul karimah. Karena secara arti pada hakikinya manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang sempurna, yang mempunyai akal pikiran untuk selalu bergerak dinamis dalam menjalani proses setiap perjalanan hidupnya di dunia demi mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan hakiki di akhirat, sehingga menjadikan manusia bersifat sosial. Manusia sosial yang baik dimiliki yaitu bermanfaat bagi manusia lainnya dengan potensinya agar bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya. Untuk mencapai kebutuhan itu semua dapat diwujudkan dalam bentuk pengajaran yang menekankan pada penguasaan wawasan agama pada penanaman jiwa atau sikap keagamaan sehingga banyak tentang agama diketahui dan dipahami yang mewarnai tingkah lakunya. Pencapaian kebutuhan tersebut tidak hanya diwujudkan dengan pengajaran tetapi juga dengan pendidikan, pendidikanpun
tidak mempunyai persyaratan
tertentu dan tidak ada keterbatasan umur, usia pendidikan adalah seumur hidup manusia. Pendidikan moral yang terpenting menjadikan manusia itu sendiri menjadi beretika dalam hidupnya. Dalam pelaksanaan pendidikannya pun tidak 2
Zakiyah Darajat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. 4, hlm 59.
3
mempunyai keterbatasan ruang lingkup. Seperti, pelaksanaan pendidikan berlangsung dalam keluarga sebagai pendidikan informal, di sekolah sebagai pendidikan formal, dan dimasyarakat sebagai pendidikan nonformal serta berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses memanusiakan manusia secara manusiawi3. Dan pendidikan juga sebagai bentuk pengajaran di lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara yang mengajarkan tentang segala prilaku keagamaan, nilai kehidupan, dan mengajarkan kematangan mental narapidana. Oleh karena itu pendidikan di Rumah Tahanan Negara sangat tidak bisa dipisahkan dengan masalah akhlak, kondisi tersebut menjadi Persoalan terpenting yang harus dilihat oleh para pengajar sebagai mentransfer ilmu adalah prinsip bahwa penggunaan metode dalam proses kependidikan Islam harus mampu membimbing, mengarahkan dan membina anak didik menjadi manusia yang matang atau dewasa dalam sikap dan kepribadiaanya, sehingga tergambar dalam dirinya tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai Islam4. Pemicu pendidikan agama Islam mempunyai tuntutan bagi narapidana di dalamnya. Untuk efektif dan efisen dalam pelaksanaan pengajarannya dibutuhkan pengajar yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikan yang bermoral kearah tujuan yang di cita-citakannya. Pendidikan pengajaran agama Islam itu tidak akan berarti apa-apa manakala tidak memiliki cara yang tepat untuk mentransformasikannya kepada yang diajarkan. Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat membuang waktu dan tenaga secara percuma5. Upaya pengajaran agama Islam di Rumah Tahanan Negara bagi Narapidana untuk membina narapidan menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya dan dapat diterima kembali oleh masyarakat pasca penjara yaitu bukan hanya 3
Ary H. Gunawan, kebijakan-kebijakan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta:Bina Aksara,1986),
hal 1. 4
Al-Rasyidin, Samsul Nizar, Filsafar Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Ciputat Press, 2005), Cet.2, hlm 71. 5 Ibid, hlm 65.
4
pemberian hukuman, penanaman bakat dan ketrampilan, tetapi juga terdapat pembinaan moral dan pengajaran kerohanian berupa pembinaan kesadaran beragama guna menunjang jiwa keagamaan narapidana. Kegiatan pengajaran agama para narapidana misalnya, kegiatan pengajian setiap harinya selalu membaca Al-Qur`an yang dibimbing oleh pengajar yaitu beberapa ustad dan ustadzah, serta diberikan tausiah-tausiah keagamaan yang berguna dan beberapa program keagamaan yang berguna untuk menambah pengetahuan ilmu agama dan memahaminya, setiap bulannya terdapat program-program keagamaan seperti, khataman Al-Qur`an, hafalan Qur`an, pengajian kitab, dan sebagainya. Pengajaran agama tersebut menjadi kontrol agama dalam dirinya yang berperan dalam setiap tindakannya setelah selesai masa hukumannya, karena upaya pengajaran agama di Rumah Tahanan sangat mengharapkan narapidana dapat memahami berbagai teori ibadah dan tata cara pelaksanaanya. Dengan teori tersebut narapidana secara sadar mampu melaksanakan ibadah secara baik, benar, dan bagus, serta beretika dalam bermasyarakat. Walaupun terkadang masih ada saja narapidana yang telah mendapatkan pengajaran agama Islam di Rumah Tahanan Negara ketika bebas hukuman dan kembali di masyarakat, tidak melaksanakan kewajiban agamanya seperti yang biasa dilakukan di rumah tahanan Negara sebelumnya. Maka dari itu, pengajaran agama yang telah didapat menjadi kontrolnya. Seperti yang telah dipaparkan diatas, penulis menilai bahwa pengajaran agama Islam sangat penting untuk diterapkan sebagai basis penguatan moralitas individu setiap manusia baik dalam pendidikan formal maupun non-formal, terlebih pada menggaris bawahi esensi dari diterapkannya hukuman bagi masyarakat yang melanggar peraturan perundang-undangan untuk mengurangi angka kriminalitas di Indonesia. Sebagai bentuk pengajaran agama Islam yang dilakukan bagi narapidana di Rumah Tahanan Negara adalah dengan memberikan pengajaran
keagamaan bagi narapidana. Karena walaupun narapidana adalah
pelanggar hukum, narapidana tetap mendapatkan haknya seperti yang ada di UU No.12 Thn 1995-Pemasyarakatan Pasal (14) pada point (a), (b), dan (c) yaitu :
5
Narapidana Berhak: a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya, b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani, c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.6 Dengan pengajaran agama tersebut, diharapkan para narapidana sadar akan perbuatannya dan bertobat sehingga kembali pada jalan yang benar dan tegar dalam menjalani kehidupan pasca penjara. Ada beberapa hal yang mendorong mengapa wanita yang diteliti dalam hal ini, bahwa yang menarik perhatian peneliti adalah kenyataan yang tak dapat dipungkiri yaitu terdapat perbedaan antara wanita dan kaum laki-laki yang nyata adalah secara bentuk fisik maupun dalam hal lemah lembut(sensistif). Namun dalam kenyataan bahwa kejahatan yang dilakukan wanita sering terjadi walaupun lebih besar kriminalitas dilakukan oleh laki-laki. Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur. Rumah Tahanan Negara ini memiliki peranan yang sama seperti lembaga – lembaga pemasyarakatan atau Rumah Tahanan Negara lainnya yang ada di Indonesia, yang berkaitan dengan pengajaran agama Islam bagi narapidana wanita di Rumah Tahanan Negara. Maka penulis mengambil judul skripsi sebagai berikut “Pengajaran Agama Islam Bagi Narapidana Wanita di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur” B. Identifikasi Masalah Sejalan dengan judul penelitian ini berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis menyajikan permasalahan yang muncul sehingga dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Tindak kejahatan sering terjadi di masyarakat..
6
Undang – Undang Pemasyarakatan. (Bandung: Fokusindo Mandiri, 2014), h. 9
6
2. Pelaksanaan pengajaran agama Islam pada masyarakat dipertanyakan karena meningkatnya angka kriminalitas. 3. Kurang memahami teori keagamaan dan menanamkan nilai-nilai agama sehingga melakukan tindak pidana yang mengakibatkan
menjadi
narapidana. 4. Efektifitas Rumah Tahanan kelas IIA Pondok Bambu Jakarta Timur meningkatkan pengajaran agama Islam sehingga berpengaruh bagi narapidana wanita dalam kesadaran beragama.
C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan dan untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka penulis membatasi masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Pengajaran agama Islam yang dimaksud adalah materi agama Islam untuk menanamkan nilai-nilai agama Islam bagi Narapidana Wanita yang ada di Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur. 2. Pengajaran agama Islam bagi narapidana wanita yang dimaksud adalah presentase pengajaran agama Islam memberikan efek jera bagi narapidana wanita dan menjadi controlling untuk masyarakat yang dapat mengurangi kriminalitas, dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya. 3. Narapidana wanita yang dimaksud adalah narapidana wanita yang mengikuti pengajaran agama Islam di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) kelas IIA Pondok Bambu Jakarta Timur yang berjumlah 1011 narapidana wanita, sedang yang menjadi subyek penelitian berjumlah 3 narapidana karena rekomendasi yang diizinkan diteliti oleh Sub.Sie Keamanan dan narapidana yang dipilih sebagai subyek penelitian oleh Koordinator Kerohanian Islam D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
7
1. Bagaimana materi pengajaran agama Islam bagi narapidana wanita di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) kelas IIA Pondok Bambu Jakarta Timur?. 2. Bagaimana pelaksanaan pengajaran agama Islam bagi narapidana wanita di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) kelas IIA Pondok Bambu Jakarta Timur?.
E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana program pengajaran agama Islam di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) kelas IIA Pondok Bambu Jakarta Timur. 2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengajaran agama Islam bagi Narapidana Wanita di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur
F. Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis, sebagai berikut : 1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam menambah ilmu pengetahuan tentang program pengajaran agama Islam di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur. 2. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengajaran agama Islam bagi narapidana wanita di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur. 3. Manfaat penelitian ini secara teoritis adalah untuk mengembangkan ilmu pengajaran agama Islam terutama pada kesadaran beragama untuk masyarakat dan narapidana.
8
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritik 1. Pengajaran Agama Islam a. Pengertian Pengajaran Dalam bahasa Indonesia, kata pendidikan berasal dari kata didik yang mendapatkan awal pen dan akhiran an. Kata tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik. Pengertian ini memberi kesan bahwa kata pendidikan dalam bahasa Indonesia terdapat pula kata pengajaran. Kata ini sebagaimana dijelaskan Poerwardaminta adalah cara (perbuatan dan sebagainya) mengajar atau mengajarkan. Kata yang lain serumpun dengan kata tersebut adalah mengajar yang berarti memberi pengatahuan atau pelajaran. Jika pengertian secara semantik, (kebahasaan) dari kata pendidikan, pengajaran (education atau teaching) sebagaimana disebutkan diatas diperhatikan secara seksama nampak bahwa kata – kata tersebut menunjukan pada suatu kegiatan atau proses yang berhubungan dengan pembinaan yang dilakukan seseorang kepada orang lain. Pengertian tersebut menunjukkan adanya program, sistem, dan metode yang lazimnya digunakan dalam melakukan pendidikan atau pengajaran.1 Pengertian kata pengajaran selanjutnya adalah suatu aktivitas (proses) belajar mengajar. Yang merupakan pepaduan dua aktivitas, yaitu : aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Di dalamnya ada dua subjek yaitu guru dan peserta didik. Aktivitas
mengajar
menyangkut
peranan
seorang
guru
dalam
konteks
mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara mengajar itu sendiri dengan belajar. Jalinan komunikasi yang harmonis inilah menjadi indikator suatu aktivitas atau proses pengajaran itu akan berjalan baik.2
1
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam Edisi Baru, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 4-5. 2 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran,(Jakarta: PT Rineka Cipta Jakarta, 2004), h. 1 dan 4.
9
Pengajaran sering diartikan dengan kegiatan mengajar. Dalam arti yang lain pengajaran diartikan telah terjadinya interaksi belajar mengajar antara komponen – komponen pengajaran khususnya antara guru dengan siswa antara siswa dengan siswa, dan antara guru dan siswa dengan komponen lainnya. Oleh karena itu pengajaran juga sering diartikan sama dengan kegiatan pendidikan. Suatu pengajaran akan disebut berjalan dan berhasil secara baik, manakala ia mampu mengubah peserta didik dalam arti luas serta mampu menumbuh kembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar, sehingga pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia terlibat di dalam proses pengajaran itu, dapat dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangannya. 3 Selain itu ukuran keberhasilan pengajaran adalah tercapainya komunikasi yang harmonis antara guru dengan siswa. Indikator keberhasilan pengajaran lainnya adalah terjadinya perubahan prilaku pada diri siswa, serta tertanamnya dalam diri siswa tentang kebutuhan akan belajar serta manfaat belajar. 4 Berdasarkan pengertian diatas, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan, dan pengarahan. Dalam pandangan Islam, hakikat ilmu berasal dari Allah. Sedangkan proses memperolehnya dilakukan melalui belajar kepada guru. Karena ilmu dari Allah, maka membawa konsekuensi perlunya anak didik mendekatkan diri kepada Allah atau menghiasi diri dengan akhlak yang mulia yang disukai Allah, dan sedapat mungkin menjauhi perbuatan yang tidak disukai Allah. Dalam hubungan ini. Munculah aturan normatif tentang perlunya kesucian jiwa bagi seseorang yang sedang menuntut ilmu, karena ia sedang mengharapkan ilmu yang merupakan anugerah Allah. Hal ini dapat dipahami dari ucapan Imam Syafi`I sebagai berikut:
3
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran,(Jakarta: PT Rineka Cipta Jakarta, 2004), h. 4. Darwyn Syah, dkk., Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan agama Islam,(Jakarta: Gaung Pesada Press,2007), h. 19. 4
10
Aku mengadukan masalah kepada guruku bernama Waki`, karena kesulitan dalam mendapatkan Ilmu (sulit menghafal). Guruku menasehatiku agar menjauhi perbuatan maksiat. Ia lebih lanjut mengatakan bahwa ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah itu tidak akan diberikan kepada orang yang maksiat.5
b. Pengertian Agama Islam Agama Islam adalah agama yang bersifat universal dan menjadi rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil`alamin). Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga memberikan tuntutan bagaimana manusia behubungan dengan sesamanya, dan bagaimana kedudukan manusia di tengah – tengah alam semesta (QS 3:112).6
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. Mereka mendapat murka dari Allah dan (selalu) diliputi kesengsaraan. Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat – ayat Allah dan membunuh para Nabi, tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampui batas. (QS. Al – Imran: 112)7 Agama Islam adalah satu – satunya agama yang diturunkan Allah kepada umat manusia. Allah Berfirman:
5
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam Edisi Baru, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 132. 6 Kaelany HD, Islam Agama Universal, (Jakarta: Midada Rahmah Press, 2006), h. 37. 7 Departemen Agama RI, Mushaf Al-Quran Terjemah, (Jakarta: Pena, 2008), Cet.3, h. 64.
11
“Sesungguhnya agama disisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang – orang yang telah diberi kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian diantara mereka. Barang siapa ingkar terhadap ayat – ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhintungan –Nya” (QS. Al – Imran: 19)8
“Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal apa yang di langit dan di bumi berserah diri kepada – Nya (baik) dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada – Nya mereka dikembalikan (83). Katakanlah (Muhammad), “kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya`kub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda – bedakan seorangun diantara mereka dan hanya kepada – Nya kami berserah diri” (84). Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi (85). (QS: Al – Imran 83 – 85)9 Secara estafet melalui para Nabi dan Rasul – Nya sehingga sampai kepada Nabi
terakhir,
Muhammad
SAW
sebagai
penyempurna
ajaran
Islam
10
sebelumnya . Seperti yang di dalam firman Allah:
8
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Quran Terjemah, (Jakarta: Pena, 2008), Cet.3, h. 52. Ibid.,h 61. 10 Kaelany HD, Islam Agama Universal, (Jakarta: Midada Rahmah Press, 2006), h. 41. 9
12
“Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang diantara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para Nabi. Dan Allah mengetahui segala sesuatu” (QS Al – Ahzab: 40).11 Dari beberapa pengertian pengajaran dan agama Islam tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa pengajaran agama Islam adalah suatu kegiatan, proses, dan interaksi yang dibekali pengetahuan atau ilmu serta pembekalan akhlak mulia yang secara sadar diberikan oleh pendidik kepada peserta didik guna menjadi menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia, menjadi kekuatan spiritual keagamaan, dan bermanfaat dengan ketrampilan yang berguna bagi Nusa dan Bangsa.
c.
Tujuan Pengajaran Agama Islam Sebenarnya tujuan cakupannya amat luas. Di dalam tujuan tercakup berbagai
masalah, yaitu mencakup keinginan, proses, ramalan, dan maksud. Dengan terbinanya seluruh potensi manusia secara sempurna diharapkan dapat melaksanakan fungsi dan pengabdiannya sebagai khalifah di muka bumi. Quraish Sihab berpendapat bahwa kita dapat berkata bahwa tujuan pendidikan Al-Qur`an (Islam) adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjelaskan fungsinya sebagai hamba dan khalifah – Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah, atau dengan kata yang lebih singkat dan sering digunakan oleh Al – Qur`an, untuk bertaqwa kepada – Nya.12
11
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Quran Terjemah, (Jakarta: Pena, 2008), Cet.3, h. 423. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam Edisi Baru, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 104. 12
13
Tujuan tersebut memiliki ciri – ciri sebagai berikut: 1) Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi dengan sebaik – baiknya, yaitu melaksanakan tugas – tugas memakmurkan dan mengolah bumi sesuai dengan kehendak Tuhan. 2) Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahannya di muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah, sehingga tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan, 3) Mengarahkan
manusia
agar
berakhlak
mulia,
sehinggga
ia
tidak
menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya. 4) Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa, dan jasmaninya, sehingga ia memiliki ilmu, akhlak, dan ketrampilan semua ini dapat digunakan guna mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya. 5) Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Ciri – ciri diatas secara umum adalah manusia yang baik. Atas dasar ini, dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya sependapat bahwa tujuan umumnya ialah terbentuknya manusia yang baik, yaitu manusia yang beribadah kepada Allah dalam rangka pelaksanaan fungsi kekhalifahannya di muka bumi.13
d. Strategi Pengajaran Strategi pengajaran merupakan penerjamahan filsafat atau teori mengajar menjadi rumusan tentang cara mengajar yang harus ditempuh dalam situasi – situasi khusus atau dalam keadaan tertentu yang spesifik. Secara teoritik, ada juga pandangan mengenai proses belajar mengajar, yang saling bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya. 1) Belajar penerimaan (reception learning). Pendukung utama pandangan itu adalah Ausabel dan beberapa penganut behavioristik lainnya.
13
Ibid., h. 106.
14
2) Belajar penemuan (discovery learning). Pendukung utama pendekatan itu adalah Piaget dan Bruner dan para penganut psikologi kognitif dan humanistik lainnya.14 Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan dan yang membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia adalah merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja dan dan dimana saja15, sehingga menjadi sebuah kewajiban seperti yang ada di dalam kitab Ta`lim Muta`lim tentang kewajiban belajar yaitu:
Ketahuilah, bahwa tidak diharuskan bagi setiap muslim menuntut segala ilmu, tetapi yang diharuskan adalah menuntut ilmu Hal, sebagaimana dinyatakan “ilmu paling utama adalah ilmu Hal”, dan perbuatan paling utama adalah memelihara al -Hal”16
e.
Ruang Lingkup Pengajaran Agama Dilihat dari sudut ruang lingkup pembahasan pengajaran agama Islam yang
umum dilaksanakan sudah menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri, pembahasan dan pengelompokannya menjadi bidang – bidang studi yang mungkin semakin banyak. Tetapi prinsip pokok dan sumber tidak akan mengalami perubahan, karena wahyu dan sabda Rasulullah tidak akan bertambah
14
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), cet ke4, h. 183. 15 Ibid., h. 154. 16 Ilmul-hal (= ilmu tingkah laku, ilmu keadaan / kondisi ) yang dimaksud disini adalah ilmu pengetahuan yang selalu diperlukan dalam melaksanakan agama, yaitu ilmu Ushuluddin dan ilmu Fiqih. Dua macam ilmu inilah tidak dapat diabaikan oleh setiap muslim/muslimah, karena ilmu yang pertama akan membimbing kehidupan iman dan ruhaninya, sedang yang kedua akan membimbing perbuatan jasmani dalam menunaikan tugas amanat agamanya (syaikh Ibrahim bin Ismail, Syarah Ta`lim Muta`allim, hal4)
15
lagi. Pengajaran agama Islam yang umum dilaksanakan terdiri dari sejumlah mata pelajaran; dua belas diantaranya akan dikemukakan berikut ini: 1) Pengajaran Keimanan Iman berarti peracaya. Pengajaran keimanan berarti proses belajar – mengajar tentang berbagai aspek kepercayaan. Ilmu tentang keimanan ini disebut juga “Tauhid” (tauhid = keesaan). Dalam ilmu ini dibicarakan aqidah Islam, maka ilmu ini disebut juga “Ilmu Aqidah” atau “Aqaid” (aqidah, jamaknya aqaid). Karena yang dibicarakan dalam ilmu ini ialah masalah kepercayaan, keimanan kepada wujud dan keesaan Allah, para ulama menganggap bahwa yang dibicarakan itu merupakan prinsip agama – agama Islam. Tanpa beriman, orang tidak dapat dianggap beragama. Karena itu, ilmu ini disebut juga “Ilmu Ushuluddin” (Ushuluddin = pokok agama)17. 2) Pengajaran Akhlak Pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang bentuk seseorang yang kelihatan pada tindak-tanduknya (tingkah lakunya). Dalam pelaksanannya, pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar berakhlak baik. Artinya orang atau anak yang diajar itu memiliki bentuk batin yang baik menurut ukuran nilai ajaran agama Islam; dan bentuk batin ini hendaknya kelihatan dalam tindak-tanduknya sehari – hari. Dalam bentuk yang sederhana dapat dikatakan: supaya orang atau anak berakhlak baik atau terpuji menurut ajaran agama Islam. Dengan demikian bidang studi ini dinamai studi“Aqidah–Akhlak”18. 3) Pengajaran Ibadat Dalam pengajaran ibadat, ibadat pokok yang merupakan rukun Islam Tadilah yang harus diajarkan. Pengajaran ibadat ini termasuk salah satu bagian dari pelajaran Fiqih. Dibicarakan berbagai aspek ibadat itu, seperti bentuknya, macamnya, caranya, waktunya, hukumnya, fadhilah atau hukumnya, dan sebagainya. Dalam ruang lingkup pengajaran agama merupakan inti agama dan
17
Zakiyah Darajat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet4, h. 64 – 65. 18 Ibid., h. 70 dan 73.
16
diantaranya yang wajib dikerjakan setiap hari. Pekerjaan harian ini merupakan cermin dari rasa keagamaan seseorang19. 4) Pengajaran Fiqih Dilihat dari segi pengamalan ajaran Islam, yang jelas pengajaran Fiqih ini adalah pengajaran yang bersifat amaliah, harus mengandung unsur teori dan praktek. Belajar Fiqih untuk diamalkan, bila berisi suruhan atau perintah, harus dilaksanakan, bila berisi larangan, harus dapat ditinggalkan atau dijauhi. Bukan sekedar teori yang berarti ilmu untuk ilmu. Lebih ekstrim lagi dikatakan ilmu Fiqih untul diketahui, diamalkan dan sekaligus menjadi pedoman atau pegangan hidup. Untuk itu, tentu saja materi yang praktis diamlkan sehari-hari didahulukan dalam pelaksanaannya, mulai dari pengajaran rendah20. 5) Pengajaran Ushul Fiqih Ushul Fiqih itu ialah suatu ilmu yang sangat berguna dalam pengembangan syari`at (ajaran) Islam. Dengan mempelajari Ushul Fiqih, orang mengetahui bagaimana hukum Fiqih diformulasikan dari sumbernya. Dengan itu, orang juga dapat memahami apa formulasi itu masih dapat dipertahankan dalam mengikuti perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan sekarang, atau apakah ada kemungkinan untuk direformulasika. Dengan demikian orang juga dapat merumuskan hukum atau penilaian terhadap kenyataan yang ditemuinya seharihari dengan ajaran Islam yang bersifat universal itu. 21 6) Pengajaran Qiraat Qur`an Yang paling penting dalam pengajaran Qiraat Al-Qur`an ini ialah keterampilan membaca Al Qur`an dengan baik sesuai dengan kaidah yang disusun dalam Ilmu Tajwid. Untuk dapat membaca dengan baik, tentu harus dapat memahami bermacam irama yang dibicarakan dalam Ilmu Nagham. Sebelum itu hendaknya sudah memahami dan dapat menggunakan berbagai tanda-tanda baca, disamping sudah dapat membunyikan simbol-simbol huruf dan kata sesuai dengan
19
Ibid., h,74 dan 77. Zakiyah Darajat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet4, h.85 21 Ibid., h.88. 20
17
bunyi yang diucapkan oleh orang Arab. Kita mencontoh bunyi yang diucapkan oleh orang Arab karena bahasa Al Qur`an itu adalah bahasa mereka. 7) Pengajaran Tafsir Pengajaran tafsir ini bukan bukan berarti pengajaran “bagaimana menafsir” tetapi apa dan bagaimana tafsirnya. Karena itu pengajaran ini bahannya ialah kitab-kitab tafsir, atau buku-buku tafsir yang ditulis oleh pengarang yang bermacam-macam yang disesuaikan dengan keperluan atau kurikulum suatu sekolah. Pengajaran Tafsir ini seharusnya berisi tafsir dari keseluruhan ayat Al Qur`an. Tetapi karaena banyaknya bahan, meliputi keseluruhan dari ayat Al Qur`an, mulai dari surat Al Qur`an, mulai dari surat Al Fatihah sampai dengan surat An Naas menurut urutan Mushhaf Utsmani, sulit untuk diajarkan dalam satu tingkatan sekolah. Apalagi kalau mengikuti tafsir yang ditulis oleh para mufassirin besar, ada yang sampai lebih dari 30 jilid, dalam bahasa Arab lagi, sulit untuk diajarkan dalam satu tingkatan sekolah.22 8) Pengajaran Ilmu Tafsir Pengajaran Ilmu Tafsir berarti proses kegiataan belajar-mengajar yang berisi bahan Ilmu Tafsir. Dalam pengajaran ini dibicarakan sejumlah teori atau ilmu yang berhubungan dengan berbagai petunjuk dan ketentuan untuk menafsirkan Al Qur`an. Dengan memahami pengetahuan ini diharapkan agar orang dapat menafsir Al Qur`an, sekurang-kurangnya mengerti akan cara para mufassirin menafsirkan akan Al Qur`an setelah membaca buku-buku tafsir yang ada. Bahan atau alat apa saja yang digunakan oleh para mufassirin dalam menafsirkan Al Qur`an, dapat difahami.23 9) Pengajaran Hadis Ruang l;ingkup pengajaran hadis ini sebenarnya bergantung pada tujuan pengajarannya pada suatu tingkat perguruan yang dimuat. Yang jelas, semuanya adalah pelajaran tentang teks dan pengertiannya, baik teks itu berasal dari ucapan Nabi, atau ucapan para sahabat tentang Nabi. Isinya tentu ucapan Nabi, kehidupan
22
Zakiyah Darajat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet4, h.94. 23 . Ibid., h 97.
18
Nabi Muhammad SAW. Sejauh mana teks itu dibicarakan atau dibahs, bergantung tentang tujuan pengajaran dan tingkatan perguruannya.24
10) Pengajaran Ilmu Hadis Ilmu Hadis ialah sekelompok teori (ilmu) yang dapat digunakan untuk mempelajari Hadis, baik dari segi wurudnya, dari segi matan dan maknanya, dari segi riwayat dan riyahnya, dari segi sejarah dan tokoh-tokohnya, dari segi dapat dianggap menjadi dalil atau tidaknya, dan dari istilah-istilah yang digunakan dalam menilainya, ataupun dari segi syarat-syarat dan berbagai ketentuan dalam memahaminya.25 Pengajaran ilmu Hadis artinya proses belajar-mengajar yang materinya beriisi bagaimana menilai sesuatu teks Hadis untuk dijadikan sember hukum dalam ajaran Islam. Apakah Hadis ini kuat dan memunahi syarat syarat untuk dijadikan hujjah, baik dari segi matannya, maknanya, wurudnya, dalalahnya, atau tidak dapak dijadikan hujja, baik karena lemahnya atau palsunya. 26 11) Pengajaran Tarikh Islam Tarikh Islam disebut juga Sejarah Islam. Pengajaran Tarikh islam sebenarnya pengajaran sejarah, yaitu sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan umat Islam. Sejarah ini merupakan salah satu aspek dari agama Islam. Islam lahir dan terus berkembang melalui garis lintas sejarah. Islam hadir dalam kehidupan di gelanggang sejarah sejak orang pertama mulai menganut ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Dilihat dari segi kenyataannya, setiap peristiwa yang terjadi, tidak mungkin peristiwa itu terpisah dari lingkungan yang melatarbelakanginya, tentu saja termasuk peristiwa sejarah.27 12) Pengajaran Tarikh Tasyri`
24
Ibid., h. 103. Zakiyah Darajat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet4, h.. 104. 26 Ibid., h. 107. 27 Ibid., h 109. 25
19
Ruang lingkup Tarikh Tasyri` itu meliputi pemunculan dan pengukuhan berlakunya ajaran (hukum) Islam dalam masyarakat. Dengan kata lain, sejarah membentuk, mengembangkan dan memasyarakatkan ajaran Islam. Masanya dimulai sejak Al Qur`an pertama kali diturunkan di Gua Hira`, sampai saat ini. Tujuannya ialah agar setelah mempelajarinya, orang mengerti, memahami asalusul Syaria`at Islam, bagaimana perkembangannya, sejauh mana pasang surutnya, mengapa sampai umat Islam itu terpecah menjadi golongan-golongan politik, aliran-aliran mazhab yang fanatik. Kapan Ilmu Agama Islam itu disusun dan untuk apa kaidah-kaidah ilmu agama itu disusun.28
f.
Evaluasi Pengajaran Program pengajaran agama dapat dipandang sebagai suatu usaha mengubah
tingkah laku dengan menggunakan pengajaran agama. Tingkah laku yang diharapkan itu terjadi setelah mempelajari pelajaran agama dan dinamakan hasil belajar dalam bidang pengajaran agama. Hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan meliputi tiga aspek, yaitu: pertama, aspek kognitif, meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan dan perkembangan
ketrampilan
atau
kemampuan
yang
diuperlukan
untuk
menggunakan pengetahuan tersebut. Kedua, aspek afetif, meliputi bahan perubahan-perubahan dalam segi sikap mental, perasaan dan kesadaran. Ketiga, aspek psikomotor, meliputi perubahan-perubahan dalam bentuk-bentuk tindakan motorik.29 Jadi dari pengajaran Agama Islam bagi Narapidana memberikan hasil belajar yaitu perubahan tingkah laku dari sebelumnya, bertambahnya ilmu agama sehingga memberikan mental yang baik, kesadaran agama yang baik sehingga menjadikan Narapidana berakhlakul karimah setelah keluar dari Rumah Tahanan Negara (RUTAN).
28
Zakiyah Darajat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet4, h 116. 29 . Ibid., h.196-197
20
2. Agama Bagi Manusia a. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama Agama sebagai sumber nilai, sumber etika, dan pandangan hidup yang dapat diperankan dalam kehidupan bermasyrakat dan berbangsa. Pemikiran ini didasarkan pada alasan karena agama mengandung beberapa faktor, yaitu: 1) Faktor kreatif, yaitu ajaran agama dapat mendorong manusia melakukan kerja produktif. 2) Faktor inovatif, yaitu ajaran agama dapat melandasi cita-cita dan amal perbuatan manusia dalam seluruh aspek kehidupan. 3) Faktor sublimatif, yaitu ajaran agama dapat meningkatkan dan mengkuduskan fenomena kegiatan manusia, tidak hanya hal keagamaan, tapi juga berdimensi keduniaan. 4) Faktor integratif, yaitu ajaran agama dapat mempersatukan sikap dan pandangan manusia serta aktivitasnya baik secara individual maupun kolektif dalam berbagai tantangan hidup. Manusia butuh terhadap agama, selain karena agama menyediakan berbagai faktor tersebut, juga karena keyakinan keagamaan menyebabkan pengaruhpengaruh positif yang luar biasa dipandang dari kemampuannya, mampu menciptakan kebahagiaan atau memperbaiki hubungan-hubungan sosial atau mengurangi, bahkan menghapuskan sama sekali kesulitan-kesulitan yang sebelumnya tak terhindarkan di dalam sistem dunia ini. 30
b. Peran dan Fungsi Agama Kebutuhan manusia terhadap agama semakin diperlukan dalam menjalani kehidupan , mana kala manusia tersebut menghadapi masalah, kehilangan jati diri dan dan arahan kehidupan, mendewakan materi yang tidak bisa sepenuhnya dapat diatasainya seperti: kemerosotan moral, konflik sosial, stress, cemas, gelisah gangguan keamanan, dan berbagai gejala penyakit sosial dan kejiwaan yang akan
30
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), cet 2, h, 37-38.
21
mempengaruhi pikiran dan perasaannya. Jelas tidak dapat diatasi dengan materi, melainkan dengan kembali ke ajaran agama . Peran dan fungsi agama, sebagaimana tersebut diatas, dijumpai pada semua agama, baik agama yang diturunkan oleh Allah SWT. (agama samawi) maupun agama – agama yang tergolong agama hasil renungan intiuisi manusia biasanya disebut agama wadh`I (agama budaya). Dalam Islam, misalnya, agama berperan sebagai hudan yakni pebimbing dan pemberi petunjuk; li yukhrijakum min al – dzulumat ila al-nur (mengeluarkan manusia dari kegelapan jiwa kepada pencerahan dan ketenangan jiwa) syifa (sebagai obat penawar jiwa yang tegang, gelisah, dan cemas); rahmat (sebagai kasih sayang Tuhan atas keterbatasan manusia); al-burhan (sebagai bukti kekuasaan Tuhan); basyiran (pemberi kabar gembira), nadzira (sebagai pemberi peringatan), darn al-furqan memisahkan antara yang hak dan yang bathil), dan masih banyak lagi.
(yang
31
Dengan demikian, semakin jelas bahwa peran dan fungsi agama terkait erat dengan peran dan fungsi memberikan landasan normatif (norma erat hubungannya dengan akhlak, yaitu serangkaian perbuatan yang dinilai baik dan buruk oleh Tuhan yang kemudian mempengaruhi tingkah laku manusia32). Sehingga kita sudah mengetahui bagaimana peran dan fungsi agama yang menjadi rambu-rambu kehidupan manusia seperti bagaimana menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya dan itu membentuk bagaimana hubungan dengan TuhanNya, prilaku kepada sesamanya dan kepada makhluk lainNya. Semua itu akan menjadi tanggung jawab apa yang diperbuat dan akan dinilai oleh Tuhan yang menciptakan manusia. c. Unsur – Unsur Keagamaan Dalam proses pencarian ajaran untuk dianut manusia yang berkembang menjadi suatu kepercayaan atau agama. Ada yang timbul dan dianut oleh sejumlah besar manusia, tetapi ada pula yang muncul dalam masa tertentu lalu lenyap tanpa penganut. 31 32
Ibid., h, 39- 40. Ibid., h, 41.
22
Contoh : pencarian Tuhan oleh manusia yang digambarkan pada kisah Nabi Ibrahim As. mulanya ia melihat bintang-bintang dan mengira Tuhan adalah bintang, kemudian bulan karena ia lihat lebih besar dan dahsyat (QS 6:74-79) tetapi dengan kecerdasannya Ibrahim menyanggah pikirannya sendiri (QS 6:78). Akhirnya ia berucap:
“sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan Yang Menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benara, dan aku bukanlah termasuk orang – orang yang mempersukutukan Tuhan” (QS Al – An`am :79). Dalam proses pencarian itu kita perhatiakan segala keperacayaan itu selalu mengandung unsur-unsur antara lain: 1) Adanya kepercayaan bahwa di luar kekuatan manusia ada kekuatan yang lebih perkasa yaitu kekuatan ghaib. Manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan ghaib itu sebagai tempat memohon pertolongan. Manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan Ghaib tersebut dengan mematuhi perintah – Nya dan menjauhi laranganNya. 2) Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia dan kebahagiaan hidupnya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan Ghaib tersebut. Tanpa adanya hubungan baik itu, manusia akan sengsara hidupnya di dunia dan di akhirat. 3) Adanya respon yang bersifat emosional dari manusia, baik dalam bentuk perasaan takut atau perasaan cinta. Selanjutnya respon itu mengambil bentuk pemujaan atau penyembahan dan tatacara hidup tertentu bagi masyrakat yang bersangkutan. 4) Paham adanya kudus (the sacred) dan suci, seperti Tuhan, Nabi, kitab suci, tempat – tempat suci, tempat ibadah dan sebagainya. 33
33
Kaelany HD, Islam Agama Universal, (Jakarta: Midada Rahmah Press, 2006), h, 34-36.
23
3. Narapidana a. Pengertian Narapidana Istilah narapidana secara terminologi berarti orang yang sedang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan34. Arti dari pidana itu sendiri secara terminologi adalah hukuman yang dijatuhkan terhadap orang yang terbukti bersalah melakukan delik berdasarkan putusan yang berkekuatan hukum yang tetap35. Dan pidana penjara (KUHP, 10) yaitu pidana yang berupa hilang kemerdekaan seumur hidup atau sementara waktu yang harus dijalani narapidana di lembaga pemasyarakatan.36
b. Hukum Pidana Hukum pidana ialah peraturan-peraturan hukum yang berisi tentang kejahatan dan pelanggaran yang digantungkan pada kepentingan umum . tujuan hukum pidana ialah: 1) Untuk menakut-nakuti setiap orang agar mereka tidak melakukan tindak pidana (delict) baik berupa kejahatan maupun pelanggaran. Fungsi ini disebut fungsi preventif (pencegahan). 2) Untuk mendidik orang yang telah melakukan tindak pidana (delict) baik berupa kejahatan maupun pelanggaran, agar setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan, dia menjadi orang yang baik berguna bagi masyarakat dan Negara. Fungsi ini disebut fungsi represif (perbaikan).37 Tindak pidana pada hakikatnya adalah perbuatan yang melawan hukum, baik secara formal maupun secara material. Untuk lebih jelas, berikut ini dikutipkan beberapa ketentuan di dalam konsep (edisi Maret 1993) Pasal 14: Tindak Pidana ialah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan perundang – undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana.
34
Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), cet 2, h, 107. Ibid., 119. 36 Ibid., h, 121. 37 Hasanuddin AF, Pengantar Ilmu Hukum, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2003), h, 272. 35
24
Pasal 15: Perbuatan yang dituduhkan harus merupakan perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh suatu peraturan perundangan – perundangan. Agar perbuatan tersebut dapat dijatuhi pidana, perbuatan harus juga bertentangan dengan hukum. Pasal 16: Setiap tindak pidana dianggap selalu bertentangan dengan hukum, kecuali ada alasan pembenar yang dijatuhkan oleh pembuat. Pasal 17: Hakim harus selalu mengkaji apakah perbuatan yang dituduhkan itu bertentangan dengan hukum dalam arti kesadaran hukum rakyat. Hasil pengkajiannya
harus
dikemukakan
sebagai
bahan
pertimbangan
dalam
putusannya. Pasal 14 s/d 17 Konsep 1993 itu, dalam konsep 2004-2008 dirangkum dalam pasal 11 sebagai berikut: (1) Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan perundang – undang dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana. (2) Untuk dinyatakan sebagai tindak pidana, selain perbuatan tersebut dilarang dan diancam pidana oleh peraturan perundang – undangan, harus juga bersifat melawan hukum – hukum yang hidup dalam masyarakat. (3) Setiap tindak pidana selalu dipandang bersifat melawan hukum, kecuali ada alasan pembenar. 38
c. Jenis Sanksi Pidana Jenis sanksi yang digunakan dalam konsep KUHP, terdiri dari jenis “pidana” dan “tindakan”. Masing-masing jenis sanksi ini terdiri dari: 1) Pidana: a) Pidana Pokok (1) Pidana penjara. (2) Pidana tutupan. (3) Pidana pengawasan. 38
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), (Jakarta: Kencana, 2011), cet, 3, h. 83-84.
25
(4) Pidana denda. (5) Pidana Kerja sosial. b) Pidana Tambahan (1) Pencabutan hak – hak tertentu. (2) Perampasan barang – barang tertentu dan tagihan. (3) Pengumuman putusan hakim. (4) Pembayaran ganti kerugian. (5) Pemenuhan kewajiban ada. 2) Tindakan: a) Untuk orang yang tidak atau kurang mampu bertanggung jawab (“tindakan” dijatuhkan tanpa pidana) : (1) Perawatan di rumah sakit jiwa. (2) Penyerahan kepada pemerintah. (3) Penyerahan kepada seseorang. b) Untuk orang pada umumnya yang mampu bertanggung jawab (dijatuhkan bersama-sama dengan pidana) : (1) Pencabutan surat izin mengemudi. (2) Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana. (3) Perbaikan akibat – akibat tindak pidana. (4) Latihan kerja. (5) Rehabilitasi. (6) Perawatan di dalam suatu lembaga. 39 Menurut konsep hanya ada tiga kategori pengelompokan tindak pidana, yaitu: a) Yang hanya diancam pidana denda (untuk delik yang bobotnya dinilai kurang dari 1 tahun penjara). b) Yang diancam pidana penjara atau denda secara alternatif (untuk delik yang diancam dengan pidana penjara 1 – 7 tahun). c) Yang hanya diancam dengan pidana penjara (untuk delik yang diancam dengan pidana penjara lebih dari 7 tahun).
39
Ibid., h. 152 – 153.
26
No.
BOBOT DELIK
JENIS
KETERANGAN
PIDANA 1.
Sangat Ringan
Denda
- Perumusan tunggal - Denda ringan (kategori 1 atau 2).
2.
Berat
Penjaran dan Denda
-Perumusan alternative - Penjara berkisar 1 s/d 7 tahun -Denda lebih berat (Kategori III – IV )
3.
Sangat Serius
Namun
demikian
-Penjara saja
-Perumusan tunggal atau alternatif.
-mati/penjara
-Dapat dikumulasikan dengan denda.
perlu
dicatat,
bahwa
tetap
dimungkinkan
ada
“penyimpanan” dari pola tersebut, antara lain: 1) Untuk beberapa tindak pidana yang dipandang meresahkan masyrakat ancaman pidananya akan ditingkatkan secara khusus dan sebaliknya dengan alasan khusus dapat diturunkan ancaman pidananya. 2) Untuk beberapa tindak pidana yang dipandang dapat menimbulkan keuntungan ekonomis / keuangan yang cukup tinggi, pidana penjara yang diancamkan dapat dialternatifkan dan dikumulasikan dengan pidana denda. 3) Untuk beberapa tindak pidana yang dipandang dapat menimbulkan “disparitas pidana” dan “meresahkan masyarakat” akan diancam dengan pidana minimum khusus.40
d. Pidana Menurut Agama Islam Pengertian pidana menurut agama Islam yaitu larangan-larangan agama yang diancam dengan hukuman – hukuman had (yang telah ditentukan hukumannya). 40
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), (Jakarta: Kencana, 2011), cet, 3, h. 155-156.
27
Adapun larangan-larangan adakalanya mengerjakan sesuatu perbuatan yang dilarang atau meninggalkan perbuatan yang diperintahkan agama. Suatu hukuman yang diancamkan kepada seorang pembuat pidana ialah agar supaya orang banyak tidak melakukan sesuatu tindak pidana (jarimah), sebab larangan atau perintah-perintah semata – mata tidak akan cukup. Meskipun hukuman itu sendiri bukanlah merupakan suatu kebaikan, bahkan suatu pengrusakan bagi sipembuat pidana itu sendiri, akan tetapi meskipun demikian hukuman tersebut sangat diperlukan, oleh karena hal itu dapat membawa keuntungan bagi masyarakat. Disamping itu agama Islam menentukan pula bagi perbuatan – perbuatan pidana suatu hukuman dunia, sehingga oleh karenanya diharapkan oleh agama Islam kedua macam hukuman itu dapatlah hendaknya saling bekerja sama dalam menumpas dan mencegah terjadinya suatu kejahatan atau pelanggaran ; dengan cara menggunakan pencegahan secara agama dan kekuasaan, yakni dengan ancaman dan hukuman.41
e. Hak dan Kewajiban Narapidana Dalam Undang-Undang (UU) No.12 Tahun 1995 – Pemasyarakatan BAB III (Warga Binaan Pemasyarakatan – Narapidana) Pasal 14 dan Pasal 15 , berbunyi: Pasal 14 – Narapidana Berhak: 1) Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya; 2) Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani; 3) Mendapatkan pendidikan dan pengajaran; 4) Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak; 5) Menyampaikan keluhan; 6) Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang; 7) Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan;
41
Badan Pembina Hukum Nasional (J.C.T Simorangkir, SH). Simposium Pengaruh Kebudayaan / Agama Terhadap Hukum Pidana, (Bali: Binacipta, 1975), h. 60-61.
28
8) Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu lainnya; 9) Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi); 10) Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga; 11) Mendapatkan pembebasan bersyarat; 12) Mendapatkan cuti menjelang bebas; 13) Mendapatkan hak – hak lain sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Pasal 15 – Narapidana Wajib : (1) Narapidana wakib mengikuti secara tertib program pembinaan dan kegiatan tertentu. (2) Ketentuan mengenai program pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. 42 f. Efektivitas Pidana Penjara Efektivitas pidana penjara dilihat dari aspek perlindungan masyarakat dlihat dari aspek perlindungan / kepentingan masyrakat, maka suatu pidana dikatakan efektif apabila pidana itu sejauh mungkin dapat mencegah atau mengurangi kejahatan. Jadi, kriteria efektivitas dilihat dari seberapa jauh frekuensi kejahatan dapat ditekan. Dengan kata lain, kriterianya terletak pada seberapa jauh efek “pencegahan umum” (general prevention) dari pidana penjara dalam mencegah warga masyarakat pada umumnya untuk tidak melakukan kejahatan43.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan 1. Berdasarkan penelitian yang ditulis oleh Sri Hesti Hardiyati dengan judul “Peranan Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina Akhlakul Karimah Di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta”, menyimpulkan bahwa tugas pembing dalam membina akhlakul karimah remaja di Panti Sosial Bina Remaja yaitu memberikan contoh dan teladan kepada anak bimbing, memberikan 42
Undang – Undang Pemasyarakatan (Bandung: Fokusindo Mandiri, 2014), h. 9 – 10. Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), (Jakarta: Kencana, 2011), cet, 3, h.. 214. 43
29
pencerahan, pembimbing bertindak sebagai orang tua asuh yang mengawasi anak – anak selama ada dalam panti, sebagai pendidik dan pengajr, serta menjadi tempat bertanya dan pemberi nasihat. Harapan masyrakat pada pembinaan akhlakul karimah ini agar bisa menjadi orang yang berakhlakul karimah, mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam kehidupan sehari-harinya. Harapan masyarakat di sekitar Panti Sosial Bina Remaja tentang tugas pembimbing rohani Islam dalam membina akhlakul karimah remaja sesuai dengan tugas pembimbing rohani yang ada di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta menurut masyrakat di sekitar Panti Sosial Bina Remaja. Persamaan dalam penelitian peneliti adalah bimbingan rohani kepada warga binaan agar menjadi berakhlakul karimah yang membedakan adalah prosesnya jika di penjara sebagai bentuk hukuman tindakan yang dilakukan untuk menyadarkan warga binaan untuk kembali ke jalan yang benar dan diterima oleh masyrakat sebagai pribadi yang berakhlak mulia. 2. Berdasarkan penelitian yang ditulis oleh Novalian Kusumasari dengan judul penelitian “Pengaruh Pembinaan Kerohanian Islam Terhadap Kesadaran Beragama Narapidana (studi kasus di lembaga pemasyarakatan kelas II A wanita, Tanggerang)” yaitu pelaksanaan pembinaan kerohanian Islam Tanggerang terbentuk program pengajaran, pelatihan, dan pembinaan. Terdapat pengaruh yang sangat signitifkan antara pembinaan kerohanian Islam terhadap kesadaran beragama dikarenakan adanya pengaruh positif pembinaan kerohanian Islam terhadap kesadaran beragama Narapidana, materi sudah baik dan struktur sudah jelas. Namun yang perlu ditingkatkan adalah penyadaran keagamaan bukan hanya sekedar pemberian materi, tetapi demi meningkatkan kesadaran beragama Narapidana dalam melaksanakan tugasnya sebagi hamba, maka perlu ditingkatkan dengan memberi kesempatan Narapidana berbagi pengalaman spritualnya ataupun memberikan kesempatan untuk memimpin sebuah pengajian.
30
Persamaan pada penelitian ini memberikan kerohanian islam untuk kesadaran beragama narapidana dan memberi materi yang memberikan pengaruh positif pada narapidana dengan program pengajaran, pelatihan dan pembinaan.
C. Kerangka Berfikir Uraian diatas memberikan penjelasan bahwa pengajaran agama Islam sangat berperan penting dalam kehidupan manusia untuk menjalani proses semasa hidupanya, sebagai pembekalan hidup menjadi manusia yang selalu mengingat bahwa dunia hanya sementara. Sehingga mengawasi koneksi antara hubungannya dengan Tuhannya, hubungan sesamanya, serta kepada makhluk lainnya. Semua itu karena agama Islam yang diberikan Allah SWT, yang didalamnya talah tertata rapi ajaran yang beriisikan aturan – aturan dalam menjalani kehidupan. Sehingga mengarahkan manusia yang menjalani sesuai agama akan menjadi manusia yang berakhlak mulia dan sebaliknya, manusia yang tidak menjalani sesuai ajaran agama Islam maka dia akan terjerat hukuman, baik di dunia dan di akhirat. Sebagaimana hukuman yang ada di dunia yaitu hukum pidana bagi orang – orang yang melanggar norma – norma yang berlaku di dunia dan tidak kasat mata seperti korupsi, narkoba, menipu, dan sebagainya akan ditindak lanjuti sebagai narapidana. Itu menunjukan adanya hukuman yang berlaku didunia, sedangkan yang kasat mata hubungan dengan Tuhannya seperti tidak beriman, munafik, dan tidak menjalani ibadah, maka hukuman tersebut akan didapatkan di akhirat sesuai ganjarannya di yaumul kiyamah. Hukuman tersebut sangat menekankan pada proses pengajaran agama Islam yang mengarahkan selalu tertanam untuk bertaubat, kembali menjalankan kewajiban sebagai makhluk ciptaan Tuhan, serta menjadi suri tauladan seperti Nabi Muhammad SAW. Proses kemudian itulah menjadikan patokan pembinaan bagi yang melanggar aturan – aturan di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) atau Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS). Yang di dalamnya harus memberikan pengajaran agama Islam bagi narapidananya dengan memberikan ilmu yang positif supaya binaan menyadarkan kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya agar selalu bertakwa, sehingga dapat meningkatkan kesadaran beragama bagi
31
narapidana, dan tak mengulangi kesalahan yang sama sehingga kembali kejalan yang benar. Oleh karena itu pengajaran agama Islam sangat menjadi ujung tombak untuk kesadaran beragama, yang seharusnya menurunkan angka kriminalitas, minimnya perbuatan buruk, serta mengkaji pedoman – pedoman kehidupan seperti Al – Qur`an dan hadist sehingga akan menjadi pembiasaan ummat beragama dan bertakwa. Namun masih banyak yang manusia yang terperangkap akan bujukan syaithan, sehingga kita harus selalu membenahi diri untuk selalu menjadi pribadi yang baik. Maka dari itu Pengajaran agama Islam bagi narapidana sangat penting sebagai pembekalan hidupnya agar diterima masyarakat setelah dari binaannya.
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Latar Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat peneliti ini dilaksanakan di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur, Jl Pondok Bambu Duri 1, Kelurahan: Pondok Bambu, Kecamata: Duren Sawit, Kota Jakarta Timur 13430. Merupakan salah satu fasilitas penahanan kota atau Negara bagian bagi mereka yang salah. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dimulai sejak bulan Juli sampai bulan Agustus 2014 melakukan penyerahan surat penelitian dari KEMENHUMHAM dan persutujuan kepala RUTAN mahasiswa penelitian skripsi, panjajakan lapangan, serta mentor untuk peneliti. Bulan selanjutnya merupakan waktu peneliti melakukan penelitian lanjutan, yaitu menggali data dan mengenai program yang diangkat. B. Metode Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Yaitu, penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau wilayah tertentu. Data yang terkumpul diklasifikasikan atau dikelompok-kelompokkan menurut jenis, sifat, atau kondisinya. Sesudah datanya lengkap, kemudian dibuat kesimpulan.1 Penelitian ini tentang pengajaran agama Islam bagi Narapidana di Rumah Tahanan Negara kelas IIA Pondok Bambu Jakarta Timur, oleh peneliti dipaparkan luar daerah, keadaan geografis, banyaknya pegawai, banyaknya narapidana dan kegiatan narapidana, tim pengajar kerohanian Islam, dan materi kerohanian Islam. Semua data dipaparkan secara lugas-apa adanya, selanjutnya disusun laporan penelitiannya. Dari laporan tersebut, ada koordinator
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), cet15, h.3.
33
kerohanian Islam, Sub.Sie bimbingan kegiatan, dan tim pengajar kerohanian Islam yang telah membuat sesuatu dalam pengajaran agama Islam bagi Narapidana dalam rangka meningkatkan akhlakul karimah. Penelitian deskriptif ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya.2 Secara teknis, penulisan yang dipakai untuk menyusun skripsi ini merujuk pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Jakarta 2013. C. Unit Analisis Nonprobability Sampling Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel.3 Subyek yang diteliti adalah narapidana yang berjumlah 3 orang narapidana, dan obyek yang diteliti kegiatan pengajaran agama Islam. Sedangkan yang dijadikan informan dalam penelitian adalah koordinator kerohanian Islam Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II APondok Bambu Jakarta Timur dan tim pengajar agama Islam untuk mendapatkan informasi.
D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode. Secara minimal alat bantu tersebut berupa ancer-ancer pertanyaan yang akan ditanyakan sebagai catatan, serta alat tulis untuk menuliskan jawaban yang diterima, ini disebut pedoman wawancara. 4Berikut ini pedoman observasi dan pedoman wawancara penelitian pengajaran agama Islam bagi Narapidana di Rumah Tahanan Negara kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur.
2
Suharisimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, h. 4. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Alfabeta, 2011), cet ke12, h. 120 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), cet15, h.192. 3
34
Pedoman Observasi No
Obyek Observasi
1.
Keadaan lingkungan Rumah Tahanan Negara
2.
Fasilitas Rumah Tahanan Negara
3.
Struktur Organisasi
4.
Keadaan para Narapidana wanita di Rumah Tahanan Negara
5.
Jenis – Jenis Kegiatan Narapidana
Pedoman Wawancara NO
Obyek Wawancara
Indikator Wawancara
1.
Kasubsi
1. Bagaimana sejarah RUTAN kelas II A? 2. Bagaimana struktur organisasi di RUTAN? 3. Apa saja sarana prasarana dan fasilitas yang dimiliki RUTAN Kelas II A? 4. Bagaimana keadaan narapidana wanita di RUTAN? 5. Apa saja bentuk kegiatan yang diberikan bagi narapidana di RUTAN?
2.
Koordinator
1. Mengapa RUTAN memberikan pengajaran agama Islam
Kerohanian
bagi narapidana wanita? Apa tujuan dan manfaatnya
Islam
bagi narapida wanita? 2. Siapa saja yang berwenang memberikan pengajaran agama Islam di RUTAN?
35
3. Apa saja sarana dan prasarana yang tersedia dalam menunjang pengajaran agama Islam di RUTAN? 4. Apa Saja Program Pengajaran Agama Islam yang Diberikan? 5. Apa Kesulitan dalam Pelaksanaan Program Pengajaran Agama Islam? Bagaimana cara mengatasinya?
3.
Pengajar Agama Islam
1. Apa saja materi yang diberikan dalam pengajaran agama Islam di RUTAN? Mengapa materi itu diberikan? 2. Apa saja aspek yang ditekankan dalam pengajaran agama Islam di RUTAN? 3. Bagaimana pelaksanaan pengajaran agama Islam di RUTAN? 4. Pendekatan apa yang dipakai ketika proses pengajaran berlangsung? Mengapa pendekatan tersebut digunakan? 5. Bagaimana interaksi antara pengajar dan narapidana selama proses belajar mengajar berlangsung? 6. Apa saja kesulitan dan dalam pengajaran agama Islam? mengapa hal tersebut muncul? 7. Bagaimana cara yang ditempuh dalam mengatasi kesulitan dan hambatan tersebut?
1.
Narapidana
1. Mengapa anda mengikuti pengajaran agama Islam? 2. Bagaimana menurut pendapat anda terhadap pengajaran agama Islam yang diberikan oleh pengajar?
36
3. Bagaimana pendapat anda tentang materi yang diberikan oleh pengajar? 4. Materi apa yang paling anda mengerti (faham) dan apa yang paling anda sukai? Mengapa materi itu yang anda fahami dan yang anda sukai? 5. Apa saja yang anda rasakan sebelum dan sesudah mendapatkan pengajaran Agama Islam di RUTAN?
E. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara dengan dua macam pedoman wawancara yaitu: 1. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang ditanyakan. 2. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Peneliti menggunakan wawancara dengan bentu “semi structured” dengan mengawali pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam lebih lanjut. Sehingga jawaban diperoleh lebih lengkap dan mendalam. 5Wawancara ini dilakukan dengan pihak yang telah ditentukan seperti Sub.Sie Pengelolaan, Sub.Sie Kegiatan, Koordinator kerohanian Islam, tim pengajar agama Islam, dan Narapidana
.
5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), cet15, h.270.
37
F. Teknis Analisis Data Data hasil wawancara yang peneliti peroleh akan dianalisis dengan data deskriptif, yaitu mengungkapkan keadaan atau karakteristik data sampel secara sistematis, actual dan akurat mengenai fakta-fakta yang diteliti yang bersifat eksploratif dan mengambil kesimpulan. 6
6
Suharsimi Arikunto…, h. 282.
38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1. Gambaran Umum Obyek Penelitan a. Sejarah Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Jakarta Timur Rutan Jakarta Timur berlokasi di Jalan Pahlawan Revolusi No. 38. Pondok Bambu Jakarta Timur. Rumah Tahanan ini didirikan pada tahun 1974 oleh Pemerintah Daerah (PEMDA) DKI Jakarta. Pada awal didirikannya Rumah Tahanan ini ditujukan bagi para pelanggar Peraturan Daerah (PERDA) seperti tuna susila, tuna wisma, gelandangan, dan pengemis. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.04.PR.07.03 tahun 1985 tanggal 20 September 1985 bangunan tersebut dialih fungsikan sebagai Rumah Tahanan Negara Klas IIA yang fungsinya adalah rumah tahanan negara yang diperuntukkan untuk tahanan yang diduga melakukan pelanggaran hukum. Pada awal berdirinya Rutan Jakarta Timur memiliki kapasitas penghuni berkisar kurang lebih 504 orang.
b. Struktur Organisasi Rumah Tahanan Negara kelas II A Jakarta Timur
Struktur Organisasi RUTAN Kelas IIA Jakarta Timur KEP. MEN. 10.M.04.PR.07.03 Tahun 1985
1) Kepala RUTAN Sri Susularti, Bc.I.P, SH.M.Si NIP. 196807241991032001
2) Kesatuan Pengamanan Rutan Yuliana. Amd.IP,SH NIP. 197907072000122001
39
3) Sub Sie. Pelayanan Tahanan Ari Budiningsih, Amd.IP,SH NIP. 197501221997032001
4) Sub Sie. Bimbingan Kegiatan Yeyen, Amd.IP,SH.MH NIP. 197701211999022001
5) Sub.Sie Pengelolaan Sigiyati, SH.M.Si. NIP. 196409301991032001
PETUGAS PENGAMANAN Regu : A Regu : B Regu : C Regu : D
Sesuai dengan surat Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan, Rutan Klas IIA Jakarta Timur mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan dibidang penahanan untuk kepentingan penyidikan dan pemeriksaan di sidang Pengadilan. 1) Ruang Lingkup : a) Penerimaan, Pendaftaran dan Penempatan b) Perawatan Kesejahteraan c) Bantuan Hukum dan Penyuluhan d) Bimbingan Kegiatan e) Kamtib
40
Rumah Tahanan Klas IIA Jakarta Timur dipimpin oleh seorang Kepala Rutan yang membawahi sebagai beberapa Sub.Sie yaitu : 2) Sub.Sie Pengelolaan, terdiri dari : a) Unit Kepegawaian b) Unit Keuangan c) Unit Perlengkapan d) Unit Bangunan 3) Sub.Sie Keamanan, terdiri dari : a) Keamanan b) P2U c) Regu Jaga 4) Sub.Sie Pelayanan Tahanan, terdiri dari : a) Unit Registrasi b) Poliklinik c) Bantuan Hukum d) Perawatan Makanan atau Dapur 5) Sub.Sie Bimbingan Kerja, terdiri dari : a) Unit Bimbingan Rohani b) Unit Bimbingan Jasmani c) Kegiatan Keterampilan d) Perpustakaan
KEADAAN PEGAWAI Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin NO 1 2 3 4 5
PENDIDIKAN S2 S1 D3 SLTA SLTP JUMLAH
JENIS KELAMIN LAKI-LAKI PEREMPUAN 1 5 19 29 0 6 63 83 1 0 84 123
41
JUMLAH 6 48 6 146 1 207
Berdasarkan Golongan Ruang NO 1 2 3 4
GOLONGAN IV III II I JUMLAH
JENIS KELAMIN LAKI-LAKI PEREMPUAN 0 2 46 68 38 53 0 2 84 125
JUMLAH 2 114 91 0 207
Berdasarkan Pembagian Tugas Pegawai NO 11. 22. 33. 44. 55.
BIDANG USAHA
JUMLAH
TATA USAHA SUB SEKSI PENGELOLAAN SUB SEKSI BIMBINGAN KEGIATAN SUB SEKSI PELAYANAN TAHANAN KESATUAN PENGAMANAN RUTAN JUMLAH
3 28 25 38 113 207
c. Sarana dan Prasarana Rumah Tahanan Negara Kelas II A Jakarta Timur Rumah Tahanan Negara Klas IIA Jakarta Timur memiliki sarana dan prasarana pendukung dalam melaksanakan tugas-tugas baik tugas perkantoran maupun tugas pelayanan
dan
pembinaan
baik
kepada
pemasyarakatan. Rumah Tahanan Klas IIA
masyarakat
dan
2) Paviliun hunian 3) Bangunan tempat ibadah 4) Bangunan poliklinik 5) Bangunan dapur 6) Pos Menara 7) Halaman parkir
42
binaan
Jakarta Timur memiliki bangunan
dengan tingkat pengamanan ,Maksimum security di antaranya : 1) Bangunan Perkantoran
warga
Rutan Klas IIA Jakarta Timur berdiri di atas tanah seluas ± 14.586 m2 yang berstatus hak pinjam pakai dari Pemerintah Daerah DKI Jakarta yang terdiri dari Gedung perkantoran, perumahan dinas, garasi kendaraan, 5 (lima) paviliun hunian, 1 (satu) Paviliun Karantina, dan 1 (satu) paviliun isolasi. Paviliun hunian terdiri dari : a) Paviliun Anggrek : merupakan paviliun bagi penghuni wanita dengan kasus pidana kriminal. Dengan luas bangunan 794 m2 (1 lantai) dengan kapasitas 18 kamar dan tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 8 (delapan) orang. b) Paviliun Bogenvile : merupakan paviliun bagi penghuni warga binaan yang berusia lanjut dan warga binaan yang dipilih untuk membantu pekerjaan kantor Rutan ( Tamping). c) Paviliun Cendana dan Dahlia : Paviliun Cendana, merupakan paviliun bagi penghuni Narkotika/Psikotropika dan paviliun Dahlia merupakan paviliun bagi penghuni kriminal umum dengan luas bangunan 508 m2 (2 lantai) dengan kapasitas paviliun Cendana sebanyak 13 ( tiga belas ) kamar dan kapasitas paviliun Dahlia sebanyak 15 (lima belas) kamar. Kamar 1 s/d kamar 12 tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 10 (sepuluh) orang dan kamar 13 s/d 15 tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 2 (dua) orang. d) Paviliun Edelweis : merupakan paviliun bagi penghuni kasus pidana khusus (Narkotika/psikotropika). luas bangunan 439 m2 (2 lantai) dengan kapasitas kamar 27 (dua puluh tujuh) kamar, tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 10 (sepuluh) orang. e) Paviliun Kenanga, merupakan paviliun bagi penghuni warga binaan yang dipilih untuk membantu pekerjaan kantor Rutan (tamping) . Luas bangunan 100 m2 (1 lantai) dan memiliki 4 (empat) kamar. Tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 6 (enam) orang. f) Paviliun Isolasi, diperuntukan bagi penghuni yang melakukan pelanggaran tata tertib dengan luas 36 m2 (1 lantai) memiliki 5 (lima) kamar. Tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 3 (tiga) orang. Rutan Jakarta Timur sedang melakukakan pembangunan baik gedung perkantoran maupun gedung hunian yang dilaksanakan dengan bekerjasama dengan
43
Pemerintah Daerah DKI Jakarta yang direncanakan
akan selesai pada tahun
2007/2008. Akan tetapi proyek tersebut tidak dapat dilanjutkan/dihentikan dengan adanya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah pasal 155 ayat (1) dan Ayat (2) yang menegaskan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban APBD dan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah di daerah didanai dari dan atas beban APBN. “Berdasarkan hasil wawancara dengan Sub. Sie Pengelolaan Pak Sugianto Sarana Prasarana ada perkantoran dan warga binaan pidanaan. Kalau kantor meliputi meja, kursi, komputer, ATK. Sedangkan warga binaan yaitu blok, kamar mandi, tv, kipas angin, pembuangan air (wc), matras. Dan jika ada yang rusak RUTAN yang menangani sendiri. Sarana semua rata tidak ada kelas-kelas kamar mandi hanya 1 disetiap kamar, kalau yang ada diberitakan itu terlalu berlebih-lebihan mengatakan ada yang berbeda kamarnya. Kalau untuk sarana prasarana kantor ada barang milik Negara yang harus dilaporkan setiap semester atau tahun. Barang habis pakai seperti persediaan kantor, sabun, sapu itu ada di kantor dan WBP disediakan. Bahkan kalau belum ada anggaran kita sisihkan untuk WBP yang perlu odol dan sabun, seragam yang khusussnya dipekerjakan disini yaitu para tamping diberikan seragam dan perlengkapan sendiri. Semua ini dibawah tugas pengelolaan.” 1
1
Wawancara dengan Unit Perlengkapan (Bapak Sugianto), Jum`at, 14 November 2014, pukul 10:13 di Kantor Sub. Sie Pengelolaan
44
d. Keadaan Narapidana Wanita di Rumah Tahanan Negara Kelas II Jakarta Timur
Hari / Tanggal
: Jumat, 14/11/2014
Kapasitas Hunian
: 619 Orang
Jumlah Isi
: 1011 Orang
NARAPIDANA
TAHANAN
LAIN-LAIN
TAHANAN/NAPI WILAYAH
B I: 570 Orang
B IIA: 310 Orang
B IIB: 0 Orang
A I: 37 Orang
A II: 94 Orang
A III: 254 Orang
Anak Negara: 0
Jakarta Barat: 299
Orang
Orang
Anak Sipil: 0
Jakarta Pusat: 265
Orang
Orang
C: 0 orang
Jakarta Selatan: 139 Orang
B III: 1 Orang
Hukuman Mati : 0
A IV: 13 Orang
Anak Bawaan:
Jakarta Timur: 87
11 Orang
Orang
A V: 8 Orang
Jakarta Utara: 119
Orang
Orang
Hukuman Seumur
Tahanan Militer :
Hidup: 2 Orang
1 Orang
Lain-lain :102 Orang
Tahanan Anak: 1 Orang Anak Didik Pemasyarakatan: 0 Orang Jumlah: 604 Orang
Jumlah: 407
Jumlah: 11
Orang
Orang
45
Jumlah: 1011 Orang
JENIS
NARAPIDANA TAHANANAN
MUTASI
KEJAHATAN Mata Uang
3 Orang
6 Orang
Tahananan
/ 0 Orang
Napi baru Perjudian
4 Orang
20 Orang
Pindah
ke 0 Orang
Lapas lain Pembunuhan
3 Orang
3 Orang
Bebas
Demi 0 Orang
Hukum Pencurian
17 Orang
36 Orang
Bebas
dari 0 Orang
Tuntutan Perampokan
1 Orang
1 Orang
Bebas Biasa
0 Orang
Penipuan
31 Orang
41 Orang
Cuti
1 Orang
Bersyarat Narkotika
459 Orang
230 Orang
Penetapan
0 Orang
Hakim Korupsi
6 Orang
15 Orang
Penangguhan
76 Orang
Penahanan Kepabeanan
1 Orang
0 orang
Penahanan Rumah
27 Orang /
Kota KUHP/ Pidana/ 0 Orang
0 Orang
Kriminal
Dipinjam dari 0 Orang Instansi lain
(Umum) Teroris
0 Orang
0 Orang
RS
di
luar 4 Orang
LAPAS Perlindungan
5 Orang
4 Orang
Anak Kehutanan
Pembebasan
0 Orang
Bersyarat 0 Orang
0 Orang
Cuti Menjelang Bebas
46
0 Orang
Hak Cipta
0 Orang
0 Orang
Asimilasi
1 Orang
Kekerasan
2 Orang
1 Orang
Meninggal
0 Orang
dalam Rumah
Dunia
Tangga Senjata Tajam/
0 Orang
0 Orang
Senjata Api/
Diri
Bahan Peledak Subversi
0 Orang
0 Orang
Migas
0 Orang
0 Orang
Senjata Tajam/
0 Orang
0 Orang
5 Orang
6 Orang
0 Orang
0 Orang
Dalam Jabatan
0 Orang
0 Orang
Penggelapan
49 Orang
28 Orang
Penadahan
0 Orang
2 Orang
Psikotropika
1 Orang
0 Orang
Pembalakan
1 Orang
0 Orang
Penggandaan
0 Orang
0 Orang
Keimigrasian
0 Orang
0 Orang
Pelanggaran
0 Orang
0 Orang
0 Orang
0 Orang
Perbankan
1 Orang
0 Orang
Kenakalan
0 Orang
0 Orang
Senjata Api/ Bahan Peledak Hunman Traficking Perlindungan Konsumen
Liar
Lalu Lintas Memeras /
Melarikan
Mengancam
47
0 Orang
Kekerasan
0 Orang
0 Orang
Perikanan
0 Orang
0 Orang
Pencucian
1 Orang
0 Orang
Kesehatan
1 Orang
0 Orang
Cukai
4 Orang
0 Orang
Lain- lain
9 Orang
14 Orang
Terhadap Wanita dan Anak
Uang
KEWARGANEGARAAN
JENIS KELAMIN
JENIS UMUR
WNI
995 Orang
Laki-Laki
0 Orang
Anak-Anak
6 Orang
WNA
15 Orang
Perempuan
1010
Dewasa
994 Orang
Lansia
10 Orang
e. Jenis Kegiatan Narapidana Wanita di Rumah Tahanan Negara Kelas II A Jakarta Timur Kegiatan Narapidana wanita dibawah tanggung jawab oleh Sub. Sie Bimbingan Kegiatan. Yaitu: 1) Pembinaan Kepribadian Pembinaan kerohanian yang terdiri dari : a) Agama Islam b) Agama Kristen c) Agama Budha 2) Pembinaan Pendidikan dan Perpustakaan Yang terdiri dari: a) Latihan Bahasa Inggris b) Olah Raga c) Senam rutin yang diadakan setiap hari Senin, Rabu dan Jumat d) Senam BL yang diadakan setiap hari Senin sampai hari Kamis 48
e) Bulu Tangkis f) Bola Volley g) Tenis Meja h) Kesenian i) Vocal Group j) Tarian 3) Pembinaan Kemandirian Yang terdiri dari: a) Mote b) Salon c) Melukis kaca d) Kreasi tas “ Berdasarkan hasil wawancara dengan Sub.Sie Bimbingan Bu Yeyen, Kegiatan Pembinaan kepribadian menyangkut mengenai pendidikan warga binaan yang ada di RUTAN tapi di sini sangat fokus pada pembinaan kerohanian yaitu pembinaan kepribadian. Pendidikan saat ini, dulu ada anak – anak dirutan tapi sudah di pindahkan ke LAPAS Salemba. Jadi, sementara ini kita isi hanya membaca buku-buku yang ada di perpustakaan jadi dialahkan kesana, lalu ada penyuluhan, pelatihan-pelatihan dan bekerja sama dengan pihak luar. Jadi masalah pendidikan, diarahkan ke kegiatan disana. Pelatihan kerja yang diharapkan warga binaan saat keluar bisa mandiri tidak kembali kemasa lalunya dan punya keahliaan sehingga saat keluara bisa dipraktekkan dan usaha buat yang bersangkutan. Pembinaan kemandirian ini lebih ke arah produksi Seperti: salon, mute, jahit, dan kerajinan tangan.”2
2
Wawancara dengan Ketua Sub. Sie. Bimbingan Kegiatan (Ibu Yeyen), Jum`at 14 November 2014, pukul 10:48, di Kantor Sub. Sie Bimbingan Kegiatan.
49
2. Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Dalam Memberikan Pengajaran Agama Islam Bagi Narapidana Wanita Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Jakarta Timur
memberikan
pengajaran agama Islam itu karena sudah ada program dari RUTAN. Program pengajaran RUTAN Pondok Bambu itupun sudah diketahui dari mulai Dirjen, Dirokrat Pemasyarakatan, dan Kantor Wilayah artinya bahwa setiap narapidana berhak mendapatkan suatu pengajaran diantaranya adalah kerohanian Islam. dan kegiatan Pengajaran Agama Islam di RUTAN diberikan pada setiap hari senin – jum`at yang dimulai dari pukul 9:20- 11:30 kemudian shalat dzuhur dan dilanjutkan 13:30-15:00. a. Tujuan dan manfaat Bagi Narapidana Wanita Tujuan pengajaran agama Islam yaitu terbinanya seluruh potensi manusia secara sempurna diharapkan dapat melaksanakan fungsi dan pengabdiannya sebagai khalifah di muka bumi. RUTAN memberikan pengajaran agama Islam untuk menumbuhkan kembali ketakwaan kepada Allah SWT, meningkatkan keimanan dan serta menjadikan berakhlakuk karimah agar kelak dapat diterima dimasyarakat dan bermanfaat. “Pernyataan diatas berdasarkan hasil wawancara oleh Koordinator Kerohanian Islam Bapak Solihin: adanya kerohanian Islam ini mereka akan segera sadar dan tidak akan mengulangi perbuatan yang di masa lalu. Tujuan dan manfaatnya yaitu yang tadinya mungkin diluar yang ibadahnya mungkin tidak sepenuhnya (full) sekarang lebih konsentrasi dan mereka lebih banyak mendekatkan diri dengan Maha Pencipta jadi diharapkan demikian mereka tidak menimbulkan rasa suatu tekanan bathin di RUTAN. Lalu Kalau orang yang beragama mereka akan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta yaitu Allah SWT.”3 b. Pengajar Agama Islam di RUTAN Kegiatan pengajaran agama Islam di RUTAN diberikan oleh pengajar yang tidak bisa diajarkan oleh pengajar yang tidak berdasarkan prosedur, sampai saat ini
3
Wawancara dengan Koordinator Kerohanian Islam (Bapak Solihin), Jum`at, 21 November 2014, 11:14, di Masjid Al-Ikhlas RUTAN.
50
sudah ada Sembilan pengajar yang sudah terpercaya dan berpengalaman dalam pengajaran agama Islam dan pembinaan bagi narapidana. Pernyataan diatas berdasarkan peneliti melakukan observasi dengan mengikuti pengajian setiap hari senin dan jum`at. Serta berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Solihin sebagai Koordinator Kerohanian Islam: Secara prosedurnya bukan kita yang meminta walaupun ada peraturan setiap narapidana berhak mendapatkan ketrampilan, pengajaran agama contohnya dari KEMENAG atau yayasan lain. Mereka mempunyai program dari kesatuannya untuk memberikan pengajaran Agama Islam. Jadi mereka datang ke RUTAN dan membawa proposal serta tujuan dari kegiatan mereka yang akan diberikan untuk narapidana yaitu tentang pengajaran agama Islam. sekarang sudah ada 9 (Sembilan tim) yaitu: Kementrian Agama (KEMENAG) RI, Korps Dakwah Islam (KODI), ESQ, Masjid Al-Azhar, Istiqlal, Dewan Muklimat Dakwah, Thoifah, Nurul Iman, dan Asiyah Jakarta.”4
c. Sarana dan Prasarana Pengajaran Agama Islam di RUTAN Sarana dan Prasarana bisa menunjang saat berlangsung kegiatan pengajaran agama Islam, di RUTAN ini sarana prasarana yang diberikan untuk kerohanian agama Islam yaitu Masjid. Kegiatan yang menyangkut ajaran agama Islam selalu diaksanakan di Masjid.
d. Program Pengajaran Agama Islam Bagi Narapidana Wanita Program dalam pelaksanaan pengajaran agama Islam sangat memberikan pelaksanaan pengajaran agama lebih efektif dan efisien. Dan meningkatkan inovasi pengajaran agama Islam sehingga di RUTAN pun sangat memberikan manfaat pengajaran agama Islam bagi narapidana yang sangat membutuhkan bimbingan ajaran agama Islam untuk mengarahkan mereka ke jalan yang lebih baik. Dan ini program-program pengajaran agama Islam berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kordinator korihanian agama Islam Bapak Sholihin
4
Wawancara dengan Koordinator Kerohanian Islam (Bapak Solihin), Jum`at, 21 November 2014, 11:18, di Masjid Al-Ikhlas RUTAN
51
1) Rutinitasnya programnya yaitu pada hari senin sampai jumat yang dimulai dari jam 9.20 – 11.30 dan dilanjutkan 13:20 – 15:00. Setiap hari kamis malam jum`at ada Yasinan dan Tahlil dan penceramah dari luar RUTAN. 2) Acara santunan anak yatim sudah 2x dalam 2 priode pimpinan KA RUTAN dengan sponsor dari yayasan dan para petugas-petugas RUTAN. 3) Pada bulan Ramadhan yaitu lomba Asmaul Husna yang diselenggarakan oleh Tim Pengajar ESQ. 4) Pesantren Kilat serta pelatihan ilmu Fiqih (tata cara mengurusi mayat) yang diselenggarakan oleh Kementrian Agama (KEMENAG) .- Pengajian privat masing-masing oleh pengajar. Karena tidak semua mempunyai dasar cara baca Al-Qur`an dengan baik, pendidikan agama yang baik. Jadi dikategorikan oleh tim pengajar mempunyai catatan sendiri, dan WBP membaca Iqra` kepada WBP yang menjadi tamping dengan tujuan bisa efektif.”
B. Pembahasan Pelaksanaan Pengajaran Agama Islam bagi Narapidana Wanita Pelaksanaan pengajaran agama Islam merupakan kewajiban yang harus diberikan oleh Rumah Tahanan Negara atau Lembaga Pemasyarakatan kepada narapidana yang ada di dalamnya karena itu adalah hak narapidana seperti yang ada di pasal 14 poin C “Narapidana berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran”, selain itu pengajaran agama Islam juga menanamkan nilai – nilai agama Islam yang menjadi pedoman hidupnya sehingga dapat mengurangi angka kriminalitas serta efek jera. Pada bagian ini, peneliti menjelaskan dan menjawab apa yang sudah peneliti temukan dengan data yang telah diperoleh baik dari wawancara, observasi dan dokumentasi yang peneliti lakukan. Peneliti menemukan bahwa pengajaran agama Islam di RUTAN untuk narapidana sangat ditentukan oleh tim pengajar. Seperti materi dan tujuan materi itu diberikan, pelaksanaan pengajaran dan pendekatan, serta program pengajaran agama
52
Islam. karena RUTAN-pun sangat terbuka dengan tim pengajar, sehingga tim pengajar sangat berperan penting untuk tercapainya tujuan pengajaran agama Islam di RUTAN. Tim pengajar juga berperan aktif dalam memberikan pengajarannya, pelaksanaan pengajaran agama Islam yang dilakukan oleh tim pengajar dilakukan atas pengabdian dan tanpa dibayar sepeserpun. seperti yang dikatakan koordinator kerohanian Islam Bapak Solihin saat wawancara yaitu “Kami sangat terbuka kepada tim pengajar untuk kepentingan narapidana agar mereka keluar dari sini dapat diterima oleh masyrakat dan menjadi orang yang baik. Mereka pengajar atas pengabdian tidak dipungut biaya sepeserpun untuk RUTAN, bahkan mereka suka menyumbang buka bacaan keagamaan dan halhal lain yang bersifat untuk membantu, mempermudah mereka mengajar pengajaran kepada Narapidana”5 Selain itu, bentuk kontribusi tim pengajar lainnya yaitu membuat strategi program pengajaran untuk meningkatkan ajaran agama Islam dan dapat meningkat keimanan Narapidana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pemaparan data dibawah ini: 1. Materi Pengajaran Agama Islam Bagi Narapidana Pengajaran agama Islam yang umum dilaksanakan pada setiap pembahasan dan pengelompokkannya menjadi bidang-bidang studi yang mungkin semakin banyak. Tetapi pada prinsip pokok dan sumber tidak akan mengalami perubahan, karena wahyu dan sabda Rasulullah tidak akan bertambah lagi. Materi pengajaran agama Islam umumnya dari sejumlah mata pelajaran terdiri dua belas, diantaranya: a. Pengajaran Keimanan b. Pengajaran Akhlak c. Pengajraran Ibadat d. Pengajaran Fiqih e. Pengajaran Ushul Fiqih f. Pengajaran Qiraat Qur`an g. Pengajaran Tafsir h. Pengajaran Ilmu Tafsir 5
Wawancara dengan Koordinator Kerohanian Islam (Bapak Solihin), Jum`at, 21 November 2014, 11:14, di Masjid Al-Ikhlas RUTAN
53
i. Pengajaran Hadist j. Pengajaran Ilmu Hadist k. Pengajaran Tarikh Islam l. Pengajaran Tarikh Tasyri` Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan dengan mengikuti pengajaran agama Islam di Masjid RUTAN setiap hari senin dan hari jum`at, yaitu masing – masing tim pengajar berbeda-beda dalam memberikan materi pengajaran, jadi beda tim pengajar maka beda pula materinya, dan tidak menggunakan silabus sebagai rencana pembelajaran pada suatu kelompok materi. Biasanya pengajar melakukan koordinasi dengan tim kesatuannya lalu memberikan materi secara flexible. Dalam pembuatan silabus juga menjadi kesulitan atau hambatan tim pengajar dari Kementrian Agama (KEMENAG) karena RUTAN hanya menjadi transit para narapidana saja, bukan tempat yang bisa dibuat materi dengan silabus dan rincikan secara level tertentu. Penelitian obeservasi ini juga diperkuat dengan hasil wawancara pada tanggal 24 November 2014 dengan tim pengajar KEMENAG bapak Ruspendi Effendi “Kesulitan yang kita alami yaitu karena ini RUTAN, para tahanannya sifatnya sementara saja di RUTAN. Jadi jika dibuat materi secara utuh persemester apalagi 1 (satu) tahun, itu peserta didiknya bisa ganti-ganti berbeda dengan yang ada di LAPAS mereka sudah divonis dan paling minimal 1(satu) tahun jadi membuat perencanaannya lebih leluasa diprogramkan beberapa level kedepan jadi mendapatkan target belajarnya yang dicapai, kalau disini hanya transit saja jadi ketika membuat perencanaan pembelajaran tidak bisa dibuat materi dalam beberapa level pengajaran”.6 Dari yang materi yang rinci oleh tim pengajar KEMENAG yaitu: 1) Akidah dan Akhlak 2) Fiqih 3) Sejarah para nabi
6
Wawancara dengan Ketua Kelompok Kerja Penyuluhan Agama Jakarta Timur (Bapak Ruspendi Effendi), Senin, 24 November 2014, Pukul 11:08, di Masjid Al-Ikhlas RUTAN.
54
4) Al-Qur`an (bagi yang belum bisa membaca Iqra` dilakukan secara private dan klasikal secara bersama-sama membaca Al-Qur`an). Penjelasan dalam wawancara tersebut, alasannya kenapa diberikan materi tersebut, karena Aqidah tentu masalah pokok keyakinan jadi untuk menguatkan mereka dalam hal berkeyakinan kepada Allah SWT. Terkait dengan ketetapan Allah salah satunya kenapa mereka ada di sini, sehingga mereka harus meyakini bahwa itu ketentuan Allah kemudian mereka mengambil hikmahnya dari ketetapan Allah untuk menyadarkan mereka bahwa ketentuan Allah itu kelihatannya tidak enak tapi boleh jadi sesuatu yang tidak enak itu baik. Hanya kadang-kadang kita tidak tahu hikmah dibalik itu. Sehingga aspek yang sangat ditekankan bagi narapidana yang diberikan tim pengajar KEMENAG yaitu adanya perubahan akhlak dan mental untuk selalu meyakini adanya ketetapan Allah, sehingga menambah keimanannya. Dari hal ini pula tim KEMENAG sangat mengharapkan setelah bebas dari RUTAN atau dipindahkan ketempat lain, narapidana bisa selalu untuk sadar bahwa ternyata hidup ini bukan hanya materi (Harta) saja yang dicari tapi ada sesuatu yang lebih berharga dari pada materi. Walaupun nanti mereka keluar tetap berusaha mendapatkan materi itu tapi dia meyakini ada sesuatu lagi yang lebih dari padanya, yakni kepuasan hati, bathin dan itu diperoleh dari keyakinan agama, keyakinan kepada Allah SWT. Begitulah kesimpulan pemaparan dari bapak Rusfendi selaku tim pengajar KEMENAG. Sedangkan tim pengajar ESQ (Emotional Spritual Quetient) dalam memberikan materi pengajaran, ada satu materi yang sangat diutamakan yaitu dzikir Asmaul – Husna. Menurut Ibu Eva sebagai Tim Pengajar ESQ materi ini diberikan karena “kembali lagi segala permasalahan hidup kita ini bertopangnya kepada Allah SWT. Sedangkan diAsmaul Husna adalah nama-nama Allah yang Maha Segalanya jadi dari kitapun minta tolong kepada Allah ada “ ”, Maha Kasih ada “
”, Maha Sayang ada “
55
”. Semua
sudah tertumpu nama-nama indah Allah ada didalamnya. Jadi kita kembali lagi untuk menenangkan hati mereka. Kita sangat menganjurkan agar selalu berdzikir Asmaul Husna. InsyaAllah dengan menyebut nama Allah yang Maha Segalanya, yang Maha Indah tersebut apa yang kita inginkan atau hajat kita InsyaAllah lancar.”7 Rincian materi yang diberikan setiap minggu sebagai berikut: Minggu pertama : tentang ESQ yang dipadukan dengan Al-Qur`an yang dipondasikan dengan Islam, Iman dan Ihsan. Minggu kedua : berkaitan dengan masalah kesehatan Minggu ketiga : berkaitan dengan Fiqih, Akhlak, dan Tauhid. Dan aspek yang ditekankan untuk pengajaran agama Islam ini bagi narapidana adalah dzikir Asmaul Husna. Berdasarkan pemaparan diatas, maka tim pengajar sebagai badan pemberi kerohanian Islam yang paling utama dan ujung tombak pengajaran agama Islam di RUTAN sangat memilki arti, bahwa tim pengajar dipandang sebagai tim inti pengajaran agama Islam yang dapat menumbuhkan kesadaran beragama sehingga tim pengajar harus pula mengupayakan untuk merumuskan tujuan dan sasaran materi yang akan dicapai oleh narapidana, sampai dengan menetapkan cara atau strategi yang akan ditempuh untuk mencapainya yang berupa materi, program dan pelaksanaanya akan dirasakan manfaatnya oleh narapidana. Pada kesempatan yang sama, peneliti mewawancarai tiga narapidana untuk memberikan pendapat materi yang paling dimengerti
(difahami) sebagai hasil
pengajaran yang diberikan oleh tim pengajar: a) Eka Fridayanti (47 tahun) = Materi yang sangat saya fahami dan saya sukai yaitu prinsip dasar Islam tapi yang ummnya saja yang dipakai pemerintah seperti NU, karena bingung banyak perbedaan-perbedaan tentang Islamnya. Menurut saya prinsip dasar Islam sangat bagus dan bermanfaat sekali, saya jadi tahu mengapa Islam memerintahkan untuk menutup aurat bagi perempuan, saya
7
Wawancara dengan Pengajar dari ESQ KORDA JAKTIM (Ibu Eva Fachriani), Jum`at, 21 November 2014, pukul 10:52, di Masjid Al-Ikhlas RUTAN.
56
juga sangat senang pada hari jum`at yaitu materi yang diberikan ESQ banyak sekali motivasi-motivasi yang diberikan. b) Puja (37 tahun) = saya mualaf baru 1 tahun sebelum masuk ke RUTAN, disini materi yang menurut saya untuk menambah ilmu tentang Islam, saya sangat suka belajr dari tim pengajar KEMENAG cara membaca Al-Qur`an sekarang sudah Iqra 6. Motivasi-motivasi yang saya sangat sukai bersyukur dalam menerima yang diberikan oleh Allah SWT. Kadang-kadang saya juga bingung dalam pemberian materinya suka berbeda-beda mengajarkan shalat atau tata cara Islam. c) Ibu Imelda (48 Tahun) = Materi yang saya sangat fahami dan saya sukai adalah tentang akidah seperti sabar dan taubat, saya senang sekali mendapatkan materi ini karena seperti charger untuk kehidupan saya. Karena saya WNA dahulunya jadi banyak menambah ilmu yang bermanfaat bagi saya baik disini maupun saat saya sudah keluar nanti.8 Dalam wawancara narapidana tersebut, peneliti menemukan masalah dalam tim pengajar yaitu ketika memberikan materi, tim pengajar memberikan faham-faham yang dianutnya dan didalam materi tersebut diberikan, dan yang diajarkan membuat narapidana bingung karena yang diajarkan tidak pada umumnya. Hal tersebut peneliti mewawancari permasalahan pemberian materi kepada koordinator kerohanian Islam RUTAN yaitu bapak Solihin, beliau memberikan keterangan tersebut : “Memang hal ini pernah terjadi, karena itu kami membicarakan kepada tim pengajar bahwa
kita sama-sama memberikan arahan bukan memberikan
banyak faham-faham yang membuat mereka menjadi bingung. Kita hanya meluruskan dalam ibadahnya, lalu kita mengolah kembali jangan hal tersebut membuat bingung. Hal ini kita lakukan agar narapidana juga tidak menyalahi tim pengajar dan tim pengajar pun kita berikan masukan kalau disini hanya punya tugas membina bukan membuat bingung.”
8
Wawancara dengan Narapidana, Jum`at, 21 November 2014, pukul 11:35, di Masjid Al-Ikhlas RUTAN.
57
Jadi hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, menyatakan keberadaan tim pengajar ini sangat berarti sekali bagi RUTAN dalam kegiatan pengajaran agama Islam, materi-materi yang akan disampaikan oleh tim pengajar juga harus dikonsultasikan serta dikontrol oleh koordinator kerohanian Islam, agar dapat memberikan materi sesuai kebutuhan narapidana sehingga mereka dapat memahami dengan baik dan mengamalkan apa yang telah dipelajarinya sehingga dapat menumbuhkan kesadaran beragama dan keimanannya.
2. Strategi Pengajaran Agama Islam Dalam pengajaran agama Islam ini sangat dibutuhkan strategi yaitu bagaimana tentang cara mengajar yang harus ditempuh dalam situasi-situasi khusus atau dalam keadaan tertentu yang spesfik. Dan ini sangat dibutuhkan karena pengajaran agama Islam di RUTAN yang dimana peserta didiknya mempunyai masalah sehingga harus belajar didalam RUTAN, keadaan psikologisnya sangat rentan. Dan hal tersebut situasi-situasi yang harus dilakukan banyak pendekatan dari tim pengajar dan para narapidana agar mereka dapat menerima pengajaran tersebut. Oleh karena itu tim pengajar
kerohanian Islam banyak strategi yang dilakukan untuk
pendekatan kepada narapidana. Pada observasi kehadiran peniliti saat pengajaran agama Islam, peneliti melihat strategi yang digunakan kebanyakan menguunakan metode ceramah, tartil AlQur`an dan shalawat bersama sebelum memulai pengajaran tersebut. Setelah itu sebelum tutup pengajaran biasanya pengajar menggunakan untuk tanya jawab dengan narapidana. Dalam hasil wawancara dengan tim pengajar KEMENAG Bapak Rusfendi menjelaskan pendekatan yang dipakai ketika proses pengajaran berlangsung yang menjadi interaksi antara pengajar dan narapidana selama proses belajar mengajar belangsung “Kami lebih terbuka kepada WBP sampai ada yang kalau sedang mengaji private ada yang sharing masalah pribadinya, sehingga kita menyampiakannya secara private juga. Kalau dikelas kami melakukan metode ceramah kelas (klasikal) memang pendekatannya sentuhan-sentuhan hati saja, walaupun yang
58
disampaikan adalah materi fiqih, kita kemas agar tidak hanya teori saja tetapi betul-betul fahami dan dilaksanakan, direnungkan seperti perintah shalat (memahami sebagai perintah syariat) syarat dan rukunnya juga meyakini bahwa perintah Allah itu adalah Maha Agung. kita lebih melakukan pendekatan kesana, sehingga faham shalat dengan perintah dari Maha Agung diharapkan melakukankannya dengan niat sendiri bukan karena pakasaan. Karena mereka sudah faham perintah shalat bukan sembarang perintah. Jadi pendekatan hanya lebih upaya penyadaran perintah Allah bukan beban semata tetapi itu kebutuhan rohani kita Selama interaksinya kita melakukan forum tanya jawab tetapi lebih banyak satu arah tapi jika masalah tertentu yang perlu dipertanyakan ada juga. Kita memberikan tanya jawab yang terbuka, bahkan menawarkan yang diluar bahasan jika ada yang harus disampaikan, kita beri kesempatan untuk bertanya. Ada juga yang mereka tidak faham mereka langsung bertanya.”9 Dan yang dilakukan oleh tim pengajar ESQ tidak jauh beda yang dilakukan dengan tim pengajar KEMENAG dalam pemaparannya saat wawancara yaitu “kami Melakukan sharing dengan WBP, kita tidak pernah menjudge WBP orang yang bersalah tetapi mereka sedang berusaha di dalam pesantren disini. Kita datang kesini ini untuk memberikan ketenangan, ketentraman, serta tidak menjudge mereka. Jadi lebih mendekatkan dengan kekeluargaan, terbuka menerima sharing dari mereka. Kita tidak ingin membedakan mereka orang yang tidak merdeka, tidak pernah ada perbedaan karena kita sama dengan mereka satu Iman.” Pendekatan yang dilakukan oleh ESQ menurutnya banyak didapatkan feed back dari narapidana, sehingga setiap hari jum`at narapidana lebih banyak mengikuti kegiatan pengajaran agama Islam dibandingkan saat hari yang lain, Seperti pemaparannya saat wawancara: “Mereka lebih aktif mengikuti pengajaran agama Islam. Boleh jadi hari jum`at mereka banyak yang mengaji dan penuh masjidnya kadang juga sampai 250 WBP, menurut saya itu adalah feed back dari mereka seperti itu. Karena 9
Wawancara dengan Ketua Kelompok Kerja Penyuluhan Agama Jakarta Timur (Bapak Ruspendi Effendi), Senin, 24 November 2014, Pukul 11:08, di Masjid Al-Ikhlas RUTAN.
59
mereka merasa mendapatkan sesuatu saat datang dihari jum`at, seperti mendapatkan ketenangan karena dzikir Asmaul Husna lebih dekat lagi.”10 Peneliti melakukan wawancara kepada 3 narapidana untuk memberikan opini bagaimana tentang pendekatan pengajaran agama yang diberikan oleh tim pengajar a. Eka Fridayanti (47 Tahun) = Kalau dalam pemberian materi itu saya tidak pernah bosan, walaupun ceramah, karena bermanfaat menghilangkan jenuh dari pada diam saja di keong (sel) b. Puja (37 Tahun) = Saya suka mengambil inti sarinya kalau lagi dijelaskan karena ceramahnya banyak hikmahnya dan jadi banyak pengetahuan tentang Islam, sehingga saya tidak merasa bosan. c. Imelda (48 Tahun) = Saya paling nyaman saat mengikuti pengajian karena bagus, tidak membuat bosan tapi kalau didalam keong saya pasti merasa bosan dan tidak ada manfaatnya jadi saya hampir setiap hari pasti mengikuti pengajian, dalam ceramahnya juga bagus-bagus, apalagi shalawatan itu membuat saya nyaman berada disini11. Jadi observasi dan wawancara peneliti lakukan, strategi pengajaran sangat menentukan penyampaian materi pengajar kepada narapidana, sehingga itu jadi membuat para narapidana juga rajin untuk mengikuti pengajaran agama Islam, karena menurut peneliti barisan narapidana tidak selalu sama, ada saatnya para narapidana itu banyak sekali yang datang tetapi juga hanya 2 barisan saja. Alasannya ada yang lebih nyaman dengan pengajar nya atau sedang tidak shalat jadi tidak kemasjid. 3. Evaluasi Pengajaran Agama Islam Pengajaran agama Islam dipandang sebagai suatu usaha mengubah tingkah laku, yang diharapkan setelah mempelajari pelajaran agama Islam adanya perubahan tingkah laku yang diharapkan meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Begitu pula yang pengajaran agama Islam sangat berharap sekali pengajaran agama Islam memberikan perubahan yang lebih baik 10
Wawancara dengan Pengajar dari ESQ KORDA JAKTIM (Ibu Eva Fachriani), Jum`at, 21 November 2014, pukul 10:52, di Masjid Al-Ikhlas RUTAN. 11 Wawancara dengan Narapidana, Jum`at, 21 November 2014, pukul 11:35, di Masjid AlIkhlas RUTAN.
60
kepada narapidana, yang dapat dilihat bagaimana sikap narapidana saat pertama kali mempunyai masalah tersebut dan jauh dari agama sampai bisa mengikuti pengajaran agama Islam di RUTAN sehingga menumbuhkan kembali nilai-nilai Islam didalam dirinya dan terus mengikuti pengajaran agama Islam untuk memotivasi agar selalu lebih baik dan bermanfaat, sehingga saat keluar dari RUTAN bisa kembali diterima dimasyarakat dan mengamalkan apa yang sudah diajarkan ajaran Islam di RUTAN. Data untuk mengetahui bahwa ada perubahan dari naripadana peneliti melihat narapidana ada yang sudah bisa membaca Al-Qur`an yang awalnya narapidana tersebut tidak mengaji, lalu ada narapidana yang sharing saat pertama kali masuk RUTAN selalu menangis dan tidak bisa menerima keputusan untuk mendapatkan hukuman didalam RUTAN sampai akhirnya sudah bisa menerima keadaannya sekarang dan itu merupakan motivasi-motivasi yang dilakukan. Data ini peneliti dapatkan dengan saksi teman sejawat peneliti yaitu Serli widya wati. Lalu peneliti melakukan wawancara ke 3 narapidana mengenai perubahan sebelum dan sesudah mendapatkan pengajaran agama Islam sebagai berikut: a. Eka Fridiyanti (47 Tahun) = Dahulu saya adalah pecandu narkoba dari umur 28 tahun yang sama sekali tidak tahu bagaimana ajaran agama Islam dan jauh dari agama, ini adalah teguran dari Alhamdulillah ini hukuman ada di Dunia dan membuat saya tobat, banyak yang saya dapatkan dimasjid ini sehingga banyak perubahan yang saya rasakan seperti saya sudah termotivasi untuk puasa sunnah, selalu shalat lima waktu, mengaji huruf hijaiyah dan Alhamdulillah saya sudah mengaji Al-Qur`an pada awalnya saya tidak bisa dan belajar Iqra saya sangat bersyukur. b. Puja (37 Tahun) = Saya merasakan sekarang ini sudah lebih tenang di sini karena sebelumnya saya tidak terima karena saya disini terjebak dibisnis karena katanya saya ini banyak hutang saham dan saya tidak mengerti, kenapa tidak bos saya yang terkena kasus ini. Tapi mungkin ini adalah rencana Allah, saya mendapatkan motivasi untuk lebih sabar atas kasus saya, dan menganggap disini adalah Pondok Pesantrenjadi saya berfikir seperti itu saja sehingga lebih tenang keadaan saya dan menerima semuanya. Saya juga sudah Iqra 6 yang tadi
61
nya saya non muslim, saya bersyukur sekarang bisa mengaji. Nanti saat keluar bisa saya ajarkan ke anak-anak saya. Rencana Allah Itu lebih Indah. c. Imelda (48 Tahun) = Saat pertama kali masuk ke RUTAN ini saya selalu mengamuk dan sangat tidak terima karena kasus yang saya alami adalah hutang bisnis dengan orang luar Negara 20milyar,saya sudah membayar 17milyar sisa 3 milyar, tapi orang tersebut tetap memasukan saya kesini. Saya diberikan pengarahan oleh jaksa untuk menerima saja. Akhirnya saya menangis-nangis selalu disini dan rasanya ingin kabur dari sini, tapi setelah sering mengikuti pengajian di Masjid saya merasa lebih tenang, saya rutinitas setiap hari selalu mengaji ibaratnya masjid dan ajara-ajaran agama Islam seperti bengkel hati saya, saya rusak harus dibetulkan didalam sini, saya harus lebih sabar dan sadar ini adalah ketetapan Allah SWT. 12
4. Kesulitan dalam Pengajaran Agama Islam di RUTAN Setiap proses pengajaran agama Islam tidak pernah terlepas dari kesulitan baik itu materi, strategi atau pelaksanaannya. Berikut ini adalah pemaparan hasil wawancara dengan tim pengajar mengenai kesulitan dan bagaimana cara mengatasi hal tersebut pengajar dari KEMENAG bapak Rusfendi: “Kesulitan yang kita alami yaitu karena ini RUTAN, para tahanannya sifatnya sementara saja di RUTAN. Jadi jika dibuat materi secara utuh persemester apalagi 1 (satu) tahun, itu peserta didiknya bisa ganti-ganti berbeda dengan yang ada di Lapas mereka sudah divonis dan paling minimal 1(satu) tahun jadi membuat perencanaannya lebih leluasa diprogramkan beberapa level kedepan jadi mendapatkan target belajarnya yang dicapai, kalau disini hanya transit saja jadi ketika membuat perencanaan pembelajaran tidak bisa yang dalam materi tidak bisa dibuat bebera level pengajaran sehingga kita melakukan pengajaran secara flexible atau model instant. Dalam mengatasi maslah tersebut akhirnya kita membuat materi yang lebih bersifat memberikan motivasi saja selama disini supaya memanfaatkan 12
Ikhlas
Wawancara dengan Narapidana, Jum`at, 21 November 2014, pukul 11:35, di Masjid AlRUTAN.
62
waktu luang mereka sehingga bersifat motivasi ini walaupun ada materi yang disampat tapi kita usahakan pada saat pindah dari sini kalau sudah termotivasi pasti akan mencari karena sudah termotivasi untuk belajar jadi lebih banyak motivasi untuk mereka ibadah, belajar. Tidak hanya disini apa nanti akan dipindah ke Lapas Tanggerang ata bebas dari sini mereka tetap mau belajar.” 13 Berbeda lagi dengan tim pengajar dari ESQ, berikut ini pemaparan dari Ibu Eva selaku pengajar dari ESQ “Kesulitan atau hambatan muncul karena disini kita sosial, kadang-kadang kita ingin memberikan ilmu dengan bungkus yang beda tapi terbentur dengan masalah dana karena kita selama ini berjalan sendiri. Tidak ada sepeser dari RUTAN atau pun ESQnya, kita kesini karena Lilahi Ta`ala, seperti foto copy itu dari uang sendiri. karena ini bidang sosial pengajarnya pun yang datang itu Lillahi Taala banyak upah dari Allah, Agar ilmu kita bermanfaat. Masalah dana saat kita ingin mengadakan lomba kita juga mengumpulkan dana sosial sendiri. Kalau masalah pemberian materi kita harus sering melakukan review materi yang minggu lalu agar WBP yang baru masuk mendapatkan ilmunya. Jadi itu bisa teratasi. Inovasi ini agar mereka bisa menghafal dzikir-dzikir, do`a dan shalawat, jadi kita mengatasi hal ini dengan berlapang dada dan ikhlas langkah kita kesini hanya bisa berbagi. Karena ini titipan Allah SWT. Semoga ilmu ini menjadi bermanfaat dan memberikan inovasi”14 Jadi dari hasil wawancara, peneliti menyimpulkan setiap permasalahan pengajaran ini harus lebih diperhatikan untuk menimalisir kesulitan pengajaran agama Islam. Dan harus diberikan dukungan untuk tim pengajar sebagai inti pemberi materi pengajaran agama Islam.
13
Wawancara dengan Ketua Kelompok Kerja Penyuluhan Agama Jakarta Timur (Bapak Ruspendi Effendi), Senin, 24 November 2014, Pukul 11:08, di Masjid Al-Ikhlas RUTAN. 14 Wawancara dengan Pengajar dari ESQ KORDA JAKTIM (Ibu Eva Fachriani), Jum`at, 21 November 2014, pukul 10:52, di Masjid Al-Ikhlas RUTAN.
63
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan 1.
Program pelaksanaan pengajaran agama Islam bagi narapidana wanita di
Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Pondok Bambu Kelas II A Jakarta Timur mendapatakan pengajaran agama Islam dalam kegiatan kerohanian Islam selama menjalani masa hukuman. Tim pengajar sangat berperan penting adanya program pengajaran agama Islam di RUTAN yang memberikan kebutuhan pribadi narapidana, sehingga secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian dan kecerdasan akhlak mulia yang akan bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Jadi, narapidana yang tinggal di balik jeruji besi tak hanya diam dan sekedar menghitung hariharinya disana. Tetapi, narapidana diberi bekal untuk mempersiapkan kehidupan selepas keluar dari rumah tahanan Negara. Mereka dididik dan diberi kesempatan untuk menyalurkan kemampuan dan bakat masing-masing, serta narapidana dibekali pengajaran agama Islam guna menumbuhkan kesadaran beragama dan motivasi-motivasi untuk selalu hidup yang bermanfaat. Pengajaran agama Islam juga membuat narapidana bersyukur dan menerima ketetapan dari Allah SWT atas yang mereka alami untuk didalamnya.
2.
Pelaksanaan pengajaran agama Islam bagi narapidana wanita di Rumah
Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur yaitu diberikan setiap hari senin-jumat dimulai pukul 09:20 – 11:30 kemudian shalat dzuhur berjamaah dan dilanjutkan 13:30 – 15:00. Semua kegiatan yang di RUTAN sudah diatur oleh struktur organisasi dalam RUTAN termasuk pengajaran agama Islam diatur oleh Sub. Sie Bimbingan Kegiatan, dan selama kegiatan berlangsung selalu diawasi oleh Koordinator kerohanian Islam, serta pemberi materi didalamnya adalah tim pengajar yang sudah berpengalaman dan profesional. Pelaksanaan pengajaran agama Islam dilakukan di Masjid. Semua kegiatan agama Islam tergantung tim pengajar. Sehingga tim pengajar yang paling utama dalam pelaksanaan pengajaran agama Islam di RUTAN.
64
B. Implikasi Seperti dalam kesimpulan peneliti menyingung masalah kegiatan kerohanian Islam bagi narapidana, yang sangat berpengaruh dari tim pengajar yang akan memberikan materi tersebut, sangat disayangkan jika ada tim pengajar yang tidak memberikan sesuai kebutuhan beragama. Karena bagi narapidana pengajaran agama Islam di dalam RUTAN memberikan manfaat yang banyak untuknya, baik itu menambah kegiatan di dalam RUTAN mereka juga menambah pengetahuan agama Islam dan menanamkan nilai-nilai agama pada dirinya sehingga perlu adanya sistematik pengajaran agama Islam misalnya rapat antar tim pengajar supaya tidak ada faham-faham agama Islam yang berbeda-beda, dan memberikan materi yang sesuai ruang lingkup pengajaran agama Islam secara umumnya. Tim pengajar juga harus banyak memberikan inovasi dalam strategi pengajaran agama Islam. menjadikan narapidana tidak hanya selalu dengan ceramah tapi bisa dengan diskusi kelompok, dan dalam BTQ (Baca Tulis AlQur`an) narapidana tidak hanya bisa membaca Al-Qur`an tapi juga diberikan pengetahuan menulis bahasa Arab, meningkatkan cara membaca Al-Qur`an dengan tajwid cara membaca Al-Quran yang baik dan benar. Maka implikasinya harus ditanamkan pengajaran agama Islam bagi narapidana dengan baik dan benar sesuai kebutuhan beragama mereka dan tersistematik dalam memberikan materi pengajaran agama Islam. Perlu adanya kordinasi antar tim pengajar untuk mengatur strategi pengajaran agama Islam dan materi yang diberikan untuk narapidana.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi diatas, maka peneliti memberikan saran antara lain: 1. Kepada Koordinator kerohanian Islam dan Unit kegiatan narapidana sudah sangat bagus untuk memberikan pengajaran agama Islam sebagai membentuk keperibadian narapidana yang perlu ditekankan adalah pengawasan saat memberikan materi yang diberikan, dan narapidana yang tidak mengikuti
65
pengajian. Tidak hanya ramai dihari tertentu saja tapi diusahakan setiap hari bisa mengikuti pengajaran agama Islam 2.
Kepada tim Pengajar bagi narapidana di RUTAN sudah baik yang perlu
tingkatkan kembali adalah materi yang diberikan dan strategi yang digunakan. Perlunya
kordinasi antar tim pengajar agar sistematik dalam memberikan
pengajaran agama Islam serta bisa menambah program agama Islam untuk narapidana. 3.
Kepada narapidana wanita di Rumah Tahanan Negara kelas II Jakarta Timur
agar senantiasa meningkatkan keaktifan mengikuti pengajaran agama Islam yang telah dijadwalkan. Karena dengan kegiatan pengajaran agama Islam dalam memberikan banyak manfaat dan membantu untuk kesadaran agama sehingga menjadikan kita manusia yang berakhlakul karimah. 4.
Kepada Masyarakat pada umumnya, tidak menganggap penghuni RUTAN
atau LAPAS adalah orang yang pasti jahat dan tidak akan berubah. Jangan pernah menjauhi orang yang menjadi narapidana. Mereka hanya kehilangan kemerdekaan di dalam RUTAN dan sudah diberikan kegiatan kerohanian Islam untuk menanamkan nilai – nilai agama. Setelah pasca dari RUTAN terimalah dengan baik dan tidak memandang sebelah mata.
66
DAFTAR PUSTAKA
Af, Hasanudin. Pengantar Ilmu Hukum. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2003. Al-Rasyidin. dan Syamsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press. Cet. 2, 2005. Arif, Barda Nawawi. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Penyusunan Konsep KUHP Baru). Jakarta: Kencana. Cet. 3., 2011. Badan Pembina Hukum Nasional (JT Simorangkir S.H). Simposium Pengaruh Kebudayaan Agama Terhadap Hukum Pidana. Bali: Bina Cipta, 1975. Darajat, Zakiyah. Metodik Khusus Pengajaran Agma Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. 4, 2008. Departemen Agama RI. Mushaf Al-Qur`an Tarjamah. Jakarta: Pena, 2008 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN JKT. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta, 2013. Gunawan, Ary H. Kebijakan –Kebijakan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bina Aksara, 1986. Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. 4, 2005. Hamzah, Andy. Terminologi Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika. Cet. 2, 2009. HD, Kaelany. Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahmah Press, 2006. Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam Edisi Baru. Jakarta: Gaya Medika Pratama, 2005. . Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multi Displiner. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cet. 2, 2010. Noo, Juliansyah. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kenacana Prenada Media Group. Cet. 1, 2011. Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Reneka Cipta Jakarta, 2004. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Alfabeta. Cet.12, 2011.
67
Syah, Darwyn. Perencanaan Sistem Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Gedung Persada Press, 2007. Undang-Undang Pemasyarakatan. Bandung: Fokusinda Mandiri, 2014.
68
Lembar Ujian Referensi
Nama
: Dian Hayati
NIN{
:1110011000073
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi
: Pengajaran
Agama Islam Bagi Narapidana wanita
Tahanan Negara (RUTAN) Kelas
Di
Rurnah
Ii A Pondok Bambu Jakana
Timur
Judul Buku / Referensi
NO.
BAB
Halaman
Paraf Pembirnbing
I
Ary H. Gunalan, Kebil akan-Kebij akan 1.
Pendidikan Di Indonesia, (lakarta: Bina
Aksara, 1986), h.
1.
7^k y 2.
Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
___l
Aksala, 2008). Cet.4, h. 59.
I
P endidikan Is I am, (Jaka.rta:
Ciputat Press,
2005). Cet2,h.7l. Undang-Undang
P
emasYrakatan.
(Bandung: Fokusindo Mandiri, 2014), h. 9.
BAB
II
@aidikanlslam 5.
Edisi Baru, (Jakarta: GaYa Medika
9
Pratama, 2005), h, 4-5.
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengaj aran, 6.
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h' 1 dan
9
4. '7.
Ibid., h. 4.
10
I
8.
9.
10.
Danvyn Syah, dkk., Perencanaan Sistem P engaj aran P endi dikan agama Is I am,(J akarta: pGaung Pesada Press,2007), h. 19. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam Edisi Baru, (Jakarta: Gaya Medika Pratama, 2005), h.132. Kaelany HD, Islam Agama Universal, (Jakarta: Ivlidada Rahmah Press, 2006), h.
10
11
ll
37. 11.
Departemen A gama Rl, llus h af Al - Qur an Terjemah, (jakarta: Pena, 2008), Cet.3, h. 64.
lt
t2.
Ibid., h. 52.
l2
t3
Ibid.,h 61.
14.
15.
16.
Kaelany HD, Islam Agama Universal, (Jakarta: Midada Rahmah Press, 2006), h. 41. Departemen Agatna P.I, Mushaf Al-Quran Terjemah, (Jakarta: Pena, 2008), Cet.3, h. 423.
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam Edisi Baru, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 104.
12
12 i
t3
l3
17.
ibid., h. 106.
14
18.
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengaj aran Berdasarkan Pendekntan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), cet ke4. h. 183"
15
19.
Ibid., h. 154
15
20.
Zakiyah Darajat, D\
l6
21.
Ibid., h. 70 dan73.
16
22.
Ibid., h,74 dan7l.
16
23.
Ibid., h.85
t7
24.
ibid., h.88.
t7
25
Ibid., h. 94 -103.
18
26.
Ibid., h. 104-109.
19
21.
Ibid., h. 116.
20
28.
Ibid., h. 196-197.
20
/
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam 29.
30.
31.
32.
Dengan Pendekatan Multidisipliner,
21
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), cet 2. h. 37-38. 22
Ibid., h, 39-41
Kaelany HD, Islam Agama Universal, (Jakarta: Midada Rahmah Press, 2006), h, 34-36. Ancii Hamzah, Terminologi Hukwn Piduru, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), cet
23
23
\
l I I I
2.h.101-tzl 33.
Hasanuddin AF, Pengantar llmu Hukum lCiputat: UIN Jakarta Ptess,2003), h,272.
Barda Nawawi Arief, Bunga 34.
Kebij akan Hukutr, Pidana
Penyusunan
(P
.A L+
RamPai
erkembangan
Konsep KUHP
I
25
Bart), I
(Jakarta: Kencana, 2011), cet, 3, h. 83-84
-
26
35
Ibid., h.
36
Ibid., h. 155-156.
3t.
Badan Pembina Hukum Nasional (J.C.T Simorangkir, SH). Simposium Penganit Kebudayaan i Agama TerhadaP Hukum Pidana, (Bali: Binaeipta, l9l5), h.60-61.
152
Undang 39.
153
Undang
27
PemasYarakatan
(Bandung: Fokusindo Mandiri, 2011), h-
-
I
!
29
I !
RamPai
Kebij akan Hukum Pidana (Perkembangan
KUI{P Bant), (Jakarta: Kencana, 2011), cet, 3. h..214.
Penyusunan Konsep
I
29
BAB III
4r. 42.
I
10.
Barda Nawawi Arief, Bunga 40.
28
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), cet1, h.34.
Ibtd, tr:3J4
I
]J
34
43.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Alfabeta, 2011), cet ke12, h. 308309
34
45.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN JKT, Pedoman Perutlisan Skripsi. (Jakarta, 2013). h. 67 . Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Alfabeta, 2011), cet ke12, h. 134.
46.
Ibid., h.317
35
47.
Ibid., h. 22,24, dan 28.
36
.18.
Ibid., h. 329.33A, dan 368.
49.
Ibid., h. 396,370-3'71, dan 373.
J6
50.
Ibid., h, 373
- 374
39
5i.
Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN JKT, Pedoman Penulisan Skriltsi.
44.
34
35
I
39
Jakarta.2013. 52
Ibid., h. 377,374 -378,337 dan 338.
40
53.
Ibid., h. 341 dan345.
41
l(>
Transkip Wawancara Obyek wawancara: Nama
: Pak Sugianto
Bagian
: Unit Perlengkapan
1. Bagaimana sejarah RUTAN Kelas II A? Sejarah singkatnya Dahulu disini adalah tempat penampungan tuna susila. Karena ini bangunan punya Pemerintahan Daerah (PEMDA) DKI, beberapa tahun kemudian diserahkan ke KEMENHUMHAM di Pondok Bambu pada tahun 1974 maka jadilah Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Pondok Bambu. Sudah lama sekali sampai sekarangpun tanah gedung punya PEMDA DKI. Untuk Rutan Sendiri bernama RUTAN kelas II A Jakarta Timur. 2. Bagaimana struktur organisasi di RUTAN Kelas II A? Strukturnya Kepala RUTAN selon IV membawahi 3 Ka. Sub. Sie. Satu diantaranya adalah Ka. Sub. Sie Pengelolaan. Sementara ini dijabat oleh Ibu Sigiyati. Bagian pengelolaan menmbawahi unit perlengkapan, keuangan, dan kepegawaian kemudian dari Sub. Sie pengelolaan yaitu 1. Sub. Sie bimbingan kegiatan yang diketuai oleh Ibu Yeyen. Bimbingan kegiatan terbagi beberapa unit yaitu, unit kerohanian, unit kependidikan, unit perpustakaan dan laporan, ketrampilan (menyalon, menjahit, mute, olahraga, dan kesehatan). 2. Sub Sie Pelayanan Tahanan yang diketuai oleh Ibu Ari. Yang meliputi unit perawatan, bantuan hukum, pelayanan register, pelayanan admin, dan klinik. 3. Kesatuan Pengamanan RUTAN yang diketuai oleh Ibu Yuli. Ada penjagaan 4 regu (A,B,C,D) . keamanan 2 regu. Masing-masiang ada keamanan dan tandanya. P2U (Portir) tali kurnya merah (petugas pintu)
4. Pengelolaan yang diketuai oleh Ibu Sigiyati. Yaitu unit perlengkapan rumah tangga RUTAN, melayani sarana dan prasaran (SAPRAS), keuangan mengurusi keuangan pegawai seperti gaji, tunjangan, dsb, dan
Urusan Pegawaian (UP) seperta
mengurusi kantor, karyawan baik naik pangkat, cuti, dsb. 3. Apa saja sarana prasaran dan fasilitas yang dimiliki RUTAN kelas II A? Sarana Prasarana ada perkantoran dan warga binaan pidanaan. Kalau kantor meliputi meja, kursi, komputer, ATK. Sedangkan warga binaan yaitu blok, kamar mandi, tv, kipas angin, pembuangan air (wc), matras. Dan jika ada yang rusak RUTAN yang menangani sendiri. Sarana semua rata tidak ada kelas-kelas kamar mandi 1, kalau yang ada diberitakan itu terlalu berlebih-lebihan mengatakan ada yang berbeda kamarnya. Kalau untuk sarana prasarana kantor ada barang milik Negara yang harus dilaporkan setiap semester atau tahun. Barang habis pakai seperti persediaan kantor, sabun, sapu itu ada di kantor dan WBP disediakan. Bahkan kalau belum ada anggaran kita sisihkan untuk WBP yang perlu odol dan sabun, seragam yang khusussnya dipekerjakan disini yaitu para tamping diberikan seragam dan perlengkapan sendiri. Semua ini dibawah tugas pengelolaan. Dan sarana prasarana lainnya adalah: - Bangunan Perkantoran - Paviliun hunian - Bangunan tempat ibadah - Bangunan poliklinik - Bangunan dapur - Pos Menara - Halaman parkir.
Transkip Wawancara Obyek wawancara: Nama
: Ibu Eva Fachriani
Bagian
: Pengajar dari ESQ KORDA JAK-TIM
1. Apa Saja Materi yang diberikan Dalam pengajaran Agama Islam Bagi Narapidana? Mengapa Materi itu diberikan? Materi yang paling diutamakan adalah dzikir, yaitu dzikir Asmaul Husna yang paling ditekankan. Materi ini diberikan karena kembali lagi segala permasalahan hidup kita ini bertopangnya kepada Allah SWT. Sedangkan diAsmaul Husna adalah nama-nama Allah yang Maha Segalanya jadi dari kitapun minta tolongpun ada “Allahu Shomad”, Maha Kasih ada “ARRohman”, Maha Sayang ada “ARRahiim”. Semua sudah tertumpu nama-nama indah Allah ada didalamnya. Jadi kita kembali lagi untuk menenangkan hati mereka. Kita sangat menganjurkan agar selalu berdzikir Asmaul Husna. InsyaAllah dengan menyebut nama Allah yang Maha Segalanya, yang Maha Indah tersebut apa yang kita inginkan atau hajat kita InsyaAllah lancar. Ada juga materi bidang kesehatan, materi tersebut yang berkaitan dengan Al Qur`an. Misalnya penciptaan manusia, dalam tubuh kita mengalir darah kemudian jantung kita semua itu ada kaitannya didalam AlQur`an jadi selalu memberikan materi segala hal yang berhubungan dengan kesehatan yang ada kaitannya dengan Al-Qur`an. Ada juga materi fiqih seperti tatacara shalat, tentang ibadah dan lain-lain. Hari ini juga ada penjelasan tentang Tauhid. Jadi kita masing-masing setiap minggunya materi diberikan tergantung pengajar (penceramah).
Rincian materinya: Minggu pertama : tentang ESQ yang dipadukan dengan Al-Qur`an dan tidak akan keluar dari jalur Islam, Iman dan Ihsan. Ini adalah pondasinya. Minggu kedua : berkaitan dengan masalah kesehatan Minggu ketiga : berkaitan dengan Fiqih, Akhlak, dan Tauhid. Tapi semua materi ini menekankan dzikir Asmaul Husna. Jadi itulah pokok materinya. 2. Apa Saja Aspek yang ditekankan dalam Pengajaran Agama Islam bagi Narapidana di RUTAN? Aspek yang kami tekankan adalah Dzikir Asmaul Husna yang telah kami paparkan pada pertanyaan awal. 3. Bagaimana pelaksanaan pengajaran agama Islam di RUTAN? Selain dalam setiap minggu kami mengajar dengan metode ceramah, kami mengadakan pelaksanaan Training ESQ, yaitu training motivasi dan ini salah satu program ESQ yang dinamakan peduli RUTAN. Kami laksanakan ini dengan gratis tidak dipungut biaya dan mendapatkan membernya. 4. Pendekatan apa yang dipakai ketika proses pengajaran agama Islam berlangsung? Mengapa pendekatan tersebut digunakan? Melakukan sharing dengan WBP, kita tidak pernah menjudge WBP orang yang bersalah tetapi mereka sedang berusaha di dalam pesantren disini. Kita datang kesini ini untuk memberikan ketenangan, ketentraman, serta tidak menjudge mereka. Jadi lebih mendekatkan dengan kekeluargaan, terbuka menerima sharing dari mereka. Kita tidak ingin membedakan mereka orang yang tidak merdeka, tidak pernah ada perbedaan karena kita sama dengan mereka satu Iman.
5. Bagaimana interaksi antara pengajar dan narapidana selama proses belajar mengajar berlangsung? Mereka lebih aktif. Boleh jadi hari jum`at mereka banyak yang mengaji dan penuh masjidnya kadang juga sampai 250 WBP, menurut saya itu adalah feed back dari mereka seperti itu. Karena mereka merasa mendapatkan sesuatu saat datang dihari jum`at, seperti mendapatkan ketenangan karena dzikir Asmaul Husna lebih dekat lagi. 6. Apa saja kesulitan dalam pengajaran agama Islam? Mengapa hal tersebut muncul? Kesulitan atau hambatan muncul karena disini kita sosial, kadang-kadang kita ingin memberikan ilmu dengan bungkus yang beda tapi terbentur dengan masalah dana karena kita selama ini berjalan sendiri. Tidak ada sepeser dari RUTAN atau pun ESQnya kita kesini karena Lilahi Ta`ala, seperti foto copy itu dari uang sendiri. karena ini bidang sosial pengajarnya pun yang datang itu Lillahi Taala banyak upah dari Allah, Agar ilmu kita bermanfaat. Masalah dana saat kita ingin mengadakan lomba kita juga mengumpulkan dana sosial sendiri. Kalau masalah pemberian materi kita harus sering melakukan review materi yang minggu lalu agar WBP yang baru masuk mendapatkan ilmunya. Jadi itu bisa teratasi. 7. Bagaimana cara yang ditempuh dalam mengatasi kesulitan dan hambatan tersebut? Inovasi ini agar mereka bisa menghafal dzikir-dzikir, do`a dan shalawat, jadi kita berlapang dada dan ikhlas langkah kita kesini hanya bisa berbagi. Karena ini titipan Allah SWT. Semoga ilmu ini menjadi bermanfaat dan memberikan inovasi.
Transkip Wawancara Obyek wawancara: Nama
: Bapak Rusfendi Effendi
Bagian
: Ketua Kelompok Kerja Penyuluh Agama Jakarta Timur
1. Apa saja materi yang diberikan dalam pengajaran agama Islam bagi Narapidana di RUTAN? Mengapa materi itu diberikan? Beberapa materi yang diberikan yaitu: -
Akidah dan Akhlak
-
Fiqih
-
Sejarah para nabi
-
Al-Qur`an (bagi yang belum bisa membaca Iqra` dilakukan secara private dan klasikal secara bersama-sama membaca Al-Qur`an)
Alasannya kenapa diberikan materi tersebut, karena Aqidah tentu masalah pokok keyakinan jadi untuk menguatkan mereka dalam hal berkeyakinan kepada Allah SWT. Terkait dengan ketetapan Allah salah satunya kenapa mereka ada di sini, sehingga mereka harus meyakini bahwa itu ketentuan Allah kemudian mereka mengambil hikmahnya dari ketetapan Allah untuk menyadarkan mereka bahwa ketentuan Allah itu kelihatannya tidak enak tapi boleh jadi sesuatu yang tidak enak itu baik. Hanya kadang-kadang kita tidak tahu hikmah dibalik itu. 2. Apa saja aspek yang ditekankan dalam pengajaran agama Islam bagi narapidana di RUTAN? Adanya perubahan mental atau akhlak dari sesuatu mereka dulunya nge-blank terhadap agama karena banyak diluar sebelum masuk RUTAN mereka masa
bodoh dengan agama, jadi kita sangat menekankan adanya perubahan akhlak. Minimal selesai dari sini ada kesadaran bahwa ternyata hidup ini bukan hanya materi saja yang dicari tapi ada sesuatu yang lebih berharga dari pada materi, itu yang kita tekankan. Walaupun nanti mereka keluar tetap berusaha mendapatkan materi itu tapi dia meyakini ada sesuatu lagi yang lebih dari padanya, yakni kepuasan hati, bathinm dan itu diperoleh dari keyakinan agama, keyakinan kepada Allah SWT. Jadi sehingga lebih banyak konseling para WBP-nya dalam hal ini. 3. Bagaimana pelaksanaan pengajaran agama Islam di RUTAN? Jadwal yang diberikan pada hari senin sampai kamis, kami ada tim kerja penyuluh jadi masing-masing dihari tugas dalam hari dan materi walaupun belum ada bakunya dan tertata rapi materinya dari manajemen pengajaran sangat kurang, sehingga masih banyak yang harus diperbaiki kedepannya. Apa lagi latar belakangnya banyak dari dakwah untuk pembekalan pengajaran banyak yang harus diperbaiki. 4. Pendekatan apa yang dipakai ketika proses pengajaran agama Islam berlangsung? Mengapa pendekatan tersebut digunakan? Kami lebih terbuka kepada WBP sampai ada yang kalau sedang mengaji private ada yang sharing masalah pribadinya, sehingga kita menyampiakannya secara private juga. Kalau dikelas kami melakukan metode ceramah kelas (klasikal) memang pendekatannya sentuhan-sentuhan hati saja, walaupun yang disampaikan adalah materi fiqih, kita kemas agar tidak hanya teori saja tetapi betul-betul fahami dan dilaksanakan, direnungkan seperti perintah shalat (memahami sebagai perintah syariat) syarat dan rukunnya juga meyakini bahwa perintah Allah itu adalah Maha Agung. kita lebih melakukan pendekatan kesana, sehingga faham shalat dengan perintah dari Maha Agung diharapkan melakukankannya dengan niat sendiri bukan karena pakasaan. Karena mereka sudah faham perintah shalat bukan sembarang perintah. Jadi pendekatan hanya lebih upaya penyadaran perintah Allah bukan beban semata tetapi itu kebutuhan rohani kita.
5. Bagaimana interaksi perintah antara pengajar dan narapidana selama proses belajar mengajar berlangsung? Selama interaksinya kita melakukan forum tanya jawab tetapi lebih banyak satu arah tapi jika masalah tertentu yang perlu dipertanyakan ada juga. Kita memberikan tanya jawab yang terbuka, bahkan menawarkan yang diluar bahasan jika ada yang harus disampaikan, kita beri kesempatan untuk bertanya. Ada juga yang mereka tidak faham mereka langsung bertanya. 6. Apa saja kesulitan dalam pengajaran agama Islam? mengapa hal tersebut muncul? Kesulitan yang kita alami yaitu karena ini RUTAN, para tahanannya sifatnya sementara saja di RUTAN. Jadi jika dibuat materi secara utuh persemester apalagi 1 (satu) tahun, itu peserta didiknya bisa ganti-ganti berbeda dengan yang ada di Lapas mereka sudah divonis dan paling minimal 1(satu) tahun jadi membuat perencanaannya lebih leluasa diprogramkan beberapa level kedepan jadi mendapatkan target belajarnya yang dicapai, kalau disini hanya transit saja jadi ketika membuat perencanaan pembelajaran tidak bisa yang dalam materi tidak bisa dibuat bebera level pengajaran sehingga kita melakukan pengajaran secara flexible atau model instant. 7. Bagaimana cara yang ditempuh dalam mengatasi kesulitan dan hambatan tersebut? Dalam mengatasi maslah tersebut akhirnya kita membuat materi yang lebih bersifat memberikan motivasi saja selama disini supaya memanfaatkan waktu luang mereka sehingga bersifat motivasi ini walaupun ada materi yang disampat tapi kita usahakan pada saat pindah dari sini kalau sudah termotivasi pasti akan mencari karena sudah termotivasi untuk belajar jadi lebih banyak motivasi untuk mereka ibadah, belajar. Tidak hanya disini apa nanti akan dipindah ke Lapas Tanggerang ata bebas dari sini mereka tetap mau belajar.
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI KANTOR WILAYAH DKI JAKARTA RUTAN KELAS II A JAKARTA TIMUR JL. PAHLAWAN REVOLUSI PONDOK BAMBU JAK-TIM 13430 Telp (021) 8612004 Fax (021) 8615061 Hari/Tanggal : Jumat, 14/11/2014 Kapasitas Hunian: 619 orang Jumlah Isi : 1011 orang
NARAPIDANA
TAHANAN
BI
:
B II A
:
B II B
570 orang 31 orang
37 orang 94 orang 254 orang 13 orang 8 orang
AI
:
A II
:
: 0 orang
A III
:
B III
: 1 orang
A IV
:
Hukuman Mati Hukuman Seumur Hidup
: 0 orang
AV : Tahanan : 1 orang Militer Tahanan : 0 orang Anak
: 2 orang
Anak Didik : 0 orang Pemasyarakatan 604 Jumlah : orang
Jumlah :
LAIN-LAIN Anak : 0 orang Negara Anak : 0 orang Sipil C
Anak : Bawaan
407 orang
JENIS KEJAHATAN Narapidana Mata Uang : 3 Orang Perjudian : 4 Orang Pembunuhan : 3 Orang Pencurian : 17 Orang Perampokan : 1 Orang Penipuan : 31 Orang Narkotika : 459 Orang Korupsi : 6 Orang Kepabeanan : 1 Orang KUHP/ Pidana/ Kriminal (umum) : 0 Orang Teroris : 0 Orang Perlindungan Anak : 5 Orang Kehutanan : 0 Orang Hak Cipta : 0 Orang Kekerasan dalam Rumah : 2 Orang Tangga Senjata Tajam/ Senjata Api/ : 0 Orang Bahan Peledak Subversi : 0 Orang Migas : 0 Orang Senjata Tajam/ Senjata Api/ : 0 Orang Bahan Peledak Human Traficking : 5 Orang Perlindungan Konsumen : 0 Orang Dalam Jabatan : 0 Orang Penggelapan : 49 Orang Penadahan : 0 Orang Psikotropika : 1 Orang Pembalakan Liar : 1 Orang
: 0 orang
Jumlah :
11 orang
TAHANAN/NAPI WILAYAH Jakarta Barat
: 299 orang
Jakarta Pusat
: 265 orang
Jakarta Selatan
: 139 orang
Jakarta Timur
: 87 orang
Jakarta Utara
: 119 orang
Lain-lain
: 102 orang
11 orang
Jumlah :
1011 orang
Tahanan : 6 Orang : 20 Orang : 3 Orang : 36 Orang : 1 Orang : 41 Orang : 230 Orang : 15 Orang : 0 Orang : 0 Orang : 0 Orang : 4 Orang : 0 Orang : 0 Orang
MUTASI Tahanan / napi baru Pindah ke Lapas lain Bebas Demi Hukum Bebas dari tuntutan Bebas Biasa Cuti Bersyarat Penetapan Hakim Penangguhan Penahanan Penahanan Rumah/Kota Dipinjam dari Instansi lain RS di luar LAPAS Pembebasan Bersyarat Cuti Menjelang Bebas Asimilasi
: 0 orang : 0 orang : 0 orang : 0 orang : 0 orang : 1 orang : 0 orang : 76 orang : 27 orang : 0 orang : 4 orang : 0 orang : 0 orang : 1 orang
: 1 Orang
Meninggal Dunia
: 0 orang
: 0 Orang
Melarikan Diri
: 0 orang
: 0 Orang : 0 Orang : 0 Orang : : : : : : :
6 Orang 0 Orang 0 Orang 28 Orang 2 Orang 0 Orang 0 Orang
Penggandaan Keimigrasian Pelanggaran Lalu Lintas Memeras / Mengancam Perbankan Kenakalan Kekerasan terhadap Wanita & Anak Perikanan Pencucian Uang Kesehatan Cukai KUHP/ Pidana/ Kriminal (umum) Lain-lain
: 0 Orang : 0 Orang : 0 Orang : 0 Orang : 1 Orang : 0 Orang
: : : : : :
0 Orang 0 Orang 0 Orang 0 Orang 0 Orang 0 Orang
: 0 Orang
: 0 Orang
: 0 Orang : 1 Orang : 1 Orang : 4 Orang : 0 Orang : 9 Orang
: : : : : :
0 Orang 0 Orang 0 Orang 0 Orang 0 Orang 14 Orang
KEWARGANEGARAAN
JENIS KELAMIN
WNI
:
995 orang
LAKI-LAKI
:
0 orang
WNA
:
15 orang
PEREMPUAN
:
1010 orang
(SRI SUSILARTI, Bc. IP, SH, M.Si) NIP. 196807241991032001
JENIS UMUR ANAK: ANAK
6 orang
DEWASA
: 994 orang
LANSIA
: 10 orang
SELAYANG PANDANG RUTAN KLAS IIA JAKARTA TIMUR
A.
Sejarah Singkat Rutan Jakarta Timur berlokasi di Jalan Pahlawan Revolusi No. 38. Pondok Bambu Jakarta Timur. Rumah Tahanan ini didirikan pada tahun 1974 oleh Pemerintah Daerah (PEMDA) DKI Jakarta. Pada awal didirikannya Rumah Tahanan ini ditujukan bagi para pelanggar Peraturan Daerah (PERDA) seperti tuna susila, tuna wisma, gelandangan, dan pengemis.
B.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.04.PR.07.03 tahun 1985 tanggal 20 September 1985 bangunan tersebut dialih fungsikan sebagai Rumah Tahanan Negara Klas IIA yang fungsinya adalah rumah tahanan negara yang diperuntukkan untuk tahanan yang diduga melakukan pelanggaran hukum. Pada awal berdirinya Rutan Jakarta Timur memiliki kapasitas penghuni berkisar kurang lebih 504 orang Gambaran Keadaan Sekarang Rutan Klas IIA Jakarta Timur berdiri di atas tanah seluas ± 14.586 m2 yang berstatus hak pinjam pakai dari Pemerintah Daerah DKI Jakarta yang terdiri dari Gedung perkantoran, perumahan dinas, garasi kendaraan, 5 (lima) paviliun hunian, 1 (satu) Paviliun Karantina, dan 1 (satu) paviliun isolasi. Paviliun hunian terdiri dari : •Paviliun Anggrek : merupakan paviliun bagi penghuni wanita dengan kasus pidana kriminal. Dengan luas bangunan 794 m2 (1 lantai) dengan kapasitas 18 kamar dan tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 8 (delapan) orang. • Paviliun Bogenvile : merupakan paviliun bagi penghuni warga binaan yang berusia lanjut dan warga binaan yang dipilih untuk membantu pekerjaan kantor Rutan ( Tamping). • Paviliun Cendana dan Dahlia : Paviliun Cendana, merupakan paviliun bagi penghuni Narkotika/Psikotropika dan paviliun Dahlia merupakan paviliun bagi penghuni kriminal umum dengan luas bangunan 508 m2 (2 lantai) dengan kapasitas paviliun Cendana sebanyak 13 ( tiga belas ) kamar dan kapasitas paviliun Dahlia sebanyak 15 (lima belas) kamar. Kamar 1 s/d kamar 12 tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 10 (sepuluh) orang dan kamar 13 s/d 15 tiap-tiap kamar memiliki
kapasitas 2 (dua) orang. • Paviliun Edelweis : merupakan paviliun bagi penghuni kasus pidana khusus (Narkotika/psikotropika). luas bangunan 439 m2 (2 lantai) dengan kapasitas kamar 27 (dua puluh tujuh) kamar, tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 10 (sepuluh) orang.
• Paviliun Kenanga, merupakan paviliun bagi penghuni warga binaan yang dipilih untuk membantu pekerjaan kantor Rutan (tamping) . Luas bangunan 100 m2 (1 lantai) dan memiliki 4 (empat) kamar. Tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 6 (enam) orang. • Paviliun Isolasi, diperuntukan bagi penghuni yang melakukan pelanggaran tata tertib dengan luas 36 m2 (1 lantai) memiliki 5 (lima) kamar. Tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 3 (tiga) orang. Rutan Jakarta Timur sedang melakukakan pembangunan baik gedung perkantoran maupun gedung hunian yang dilaksanakan dengan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah DKI Jakarta yang direncanakan akan selesai pada tahun 2007/2008. Akan tetapi proyek tersebut tidak dapat dilanjutkan/dihentikan dengan adanya UndangUndang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah pasal 155 ayat (1) dan Ayat (2) yang menegaskan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban APBD dan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah di daerah didanai dari dan atas beban APBN.
STRUKTUR ORGANISASI RUTAN KLAS IIA JAKARTA TIMUR KEP. MEN. 10.M.04.PR.07.03 Tahun 1985 KEPALA RUTAN Sri Susularti, Bc.I.P, SH.M.Si NIP. 196807241991032001
Kesatuan Pengamanan Rutan Yuliana. Amd.IP,SH NIP. 197907072000122001
Sub Sie. Pelayanan Tahanan Ari Budiningsih, Amd.IP,SH NIP. 197501221997032001
Sub Sie. Bimbingan Kegiatan Yeyen, Amd.IP,SH.MH NIP. 197701211999022001
PETUGAS PENGAMANAN Regu : A Regu : B Regu : C Regu : D
Sub.Sie Pengelolaan Sigiyati, SH.M.Si. NIP. 196409301991032001
Sesuai dengan surat Keputusan Menteri Kehakoman RI Nomor : 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan, Rutan Klas IIA Jakarta Tomur mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan dibidang penahanan untuk kepentingan penyidikan dan pemeriksaan di sidang Pengadilan. Ruang Lingkup : • • •
Penerimaan, Pendaftaran dam Penempatan Perawatan Kesejahteraan Bantuan Hukum dan Pemyuluhan
• •
Bimbingan Kegiatan Kamtib
Rumah Tahanan Klas IIA Jakarta Timur dipimpin oleh seorang Kepala Rutan yang membawahi sebagai beberapa Sub.Sie yaitu : •
Sub.Sie Pengelolaan, terdiri dari : • Unit Kepegawaian • Unit Keuangan • Unit Perlengkapan • Unit Bangunan
•
Sub.Sie Keamanan, terdiri dari : • Keamanan • P2U • Regu Jaga
•
Sub.Sie Pelayanan Tahanan, terdiri dari : • Unit Registrasi • Poliklinik • Bantuan Hukum • Perawatan Makanan atau Dapur
•
Sub.Sie Bimbingan Kerja, terdiri dari : • Unit Bimbingan Rohani • Unit Bimbingan Jasmani • Kegiatan Keterampilan • Perpustakaan
Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian dalam struktur organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
•
Kepala Rutan • Tugas : Mengkoordinasikan pembinaan kegiatan kerja, administrasi keamanan dan tata tertib serta pengelolaan meliputi urusan kepegawaian, keuangan dan rumah tangga Rutan sesuai
peraturan yang berlaku. •
Fungsi ; • Pembinaan warga binaan • Pemberian bimbingan perawatan kesehatan bagi warga binaan • Pembinaan bimbingan kegiatan kerja pengelolaan hasil kerja dan sarana kerja bagi warga binaan • Pemeliharaan keamanan dan ketertiban Rutan Klas IIA Jakarta Timur • Pengurusan tata usaha dan rumah tangga Rutan Klas IIA Jakarta Timur
•
Uraian Tugas : • Menyusun rencana kerja Rutan • Melakukan pembinaan bagi warga binaan dengan mengkoordinasikan tugas bimbingan kegiatan kerja dan administrasi keamanan dan tata tertib Rutan Klas IIA Jakarta Timur. • Melakukan pengawasan terhadap setiap kegiatan Rutan Klas IIA Jakarta Timur. • Menilai dan mengesahkan DP3 seluruh pegawai Rutan Klas IIA Jakarta Timur • Melakukan pengawasan melekat (Waskat) gedung pada Rutan sesuai dengan peraturan yang berlaku • Menetapkan administrasi pembebasan WBP • Menetapkan usulan mutasi WBP • Mengkoordinasikan pengelolaan anggaran perawatan gedung pada Rutan sesuai dengan peraturan yang berlaku • Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kantor Wilayah • Membantu pembentukan Pokja dengan Instansi terkait • Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala Kantor Wilayah • Menerima, meneliti dan menempatkan calon pegawai sesuai dengan pormasi pegawai • Menyiapkan, Mengkoordinasikan dan menyampaikan laporan bulanan dan laporan triwulan Rutan Klas IIA Jakarta Timur.
•
Kepala Sub.Sie. Pengelolaan • Mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengurus masalah kepegawaian, keuangan,perlengkapan dan pemeliharaan gedung dan kantor, administrasi Rutan Klas IIA Jakarta Timur.
•
•
Uraian Tugas : • Menyusun rencana kegiatan tahunan Rutan Klas IIA Jakarta Timur • Melaksanakan, mengkoordinasikan dengan para sub.Sie di lingkungan Rutan Klas IIA Jakarta Timur. • Menindaklanjuti disposisi surat dari Kepala Rutan Klas IIA Jakarta Timur • Menyiapkan kebutuhan ATK untuk keperluan administrasi dan rumah tangga Rutan Klas iIIA Jakarta Timur. • Membuat laporan dan melaksanakan tugas bulanan, Triwulan dan Tahunan Rutan Klas IIA Jakarta Timur. • Menetapkan usulan RKKL • Melaksanakan konsultasi dengan Kepala Rutan Klas IIA Jakarta Timur • Melaksanakan teknis pendistribusian tunjangan kerja pegawai Rutan Klas IIA Jakarta Timur • Melaksanakan penertiban absensi pegawai Rutan Klas IIA Jakarta Timur
Kepala Sub.Sie Keamanan • Tugas : Mengatur keamanan dan ketertiban Rutan Klas IIA Jakarta Timur. • Mengatur rencana Sub.Sek.Sie Keamanan • Mengatur pelayanan kunjungan di ruatan Klas IIA Jakarta Timur • Mengatur Jadwal Tugas Penjagaan • Melakukan pengawasan dan pengurusan surat perlengkapan keamanan • Meminta instruksi dari Kepala Rutan tentang ada atau tidak perubahan tugas penjagaan • Menyusun laporan meliputi laporan bulanan persediaan
• • • • • • • •
senjata api dan alat-alat keamanan Ritan Mengawasi penerimaan, penempatan, dan pengeluaran warga binaan Mengkoordinasikan pemeliharaan keamanan dan ketertiban di rutan Mengawasi penggeledahan barang-barang bawaan warga binaan Rutan Melakukan pemeriksaan pelanggaran keamanan dan ketertiban Rutan Mengajukan berita acara pemeriksaan kepada kepala Rutan untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut Melaksanakan tindak lanjut pelanggaran keamanan dan ketertiban warga binaan sesuai petunjuk kepala Rutan Melakukan pembinaan pegawai bawahan Menyusun laporan kesatuan pengamanan dan menyampaikan laporan kepada atasan.
Selain pejabat struktural, pelaksanaan tugas kepala keamanan di bantuoleh : • Petugas pintu gerbang portir (P2U) • Petugas pos penjaga menara • Petugas regu jaga • Petugas pelayanan kunjungan • Petugas satgas kamtib keamanan •
Kepala Sub.Sie Pelayanan Tahanan Tugas : Melakukan pendataan, menyusun dan membuat statistic dan dokumentasi dan dokumentasi warga binaan pemasyarakatan Rumah Tahanan Negara Klas iIA Jakarta Timur sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangga kelancaran pelaksanaan tugas.
•
Uraian Tugas : • Menyusun rencana kerja Sub.Sie Pelayanan tahanann • Menjelaskan rencana kerja Sub.Sie pelayanan tahanan kepad aKepala Rutan
•
Meneliti dan mencocokan sah tidaknya surat perintah/penetapan penahanan (dari penyidik, penuntut umum atau hakim ) tentang : • Nomor dan tanggal penahanan • Nama dan tanda tangan pihak yang menahan • Cap instansi yang menahan. • Menyerahkan tahanan baru kepada Bagian Poliklinik untuk dilakukan pemeriksaan secara fisik sebagai salah satu syarat pemerimaan tahanan baru. • Semua hasil penelitian dan pencocokan dituangkan dalam berita acara penerimaan tahanan, dan setelah ditanda tangani oleh petugas penerimaan tahanan baru atas nama Kepala Rutan serta pengawal , selanjutnya lembar pertma diserahkan kepada pengawal dan diberitahukan bahwa pengawal dapat meninggalkan Rutan • Memerintahkan kepada anggota staff pendaftaran registrasi untuk : • Mencatat data surat perintah/penetapan penahanan pada daftar (buku pendaftaran) sesuai dengan golongan tahanan yang bersangkutan • Mengolah data tahanan berbasis system database pemasyarakatan (SDP), meliputi : • Pencatatan surat perintah/penetapan penahanan • Pengambilan 10 (sepulu) sidik jari tangan • Pengambilan foto • Membuat usulan remisi,PB,CB, CMB bagi narapidana sesuai dengan ketentuan yang berlaku. • Mengoreksi dan memparaf surat lepas rangkap 2 (dua) untuk diberikan kepada narapidana yang bebas dan sebagai arsip registrasi
•
• •
Melaksanakan pencatatan narapidana dan tahanan yang akan dibebaskan, mencata ke dalam registraasi D dalam hal pengeluaran uang, barang berharga, dan perhiasana milik tahanan maupun tahanan dengan tanda bukti penerimaan titipan. Memberikan penilaian pelaksanaan pekerjaan bawahan. Menyusun laporan kerja Sub.Sie yang dilaporkan kepada Kepala Rutan.
LAYANAN PERAWATAN KESEHATAN • • •
•
• • • • • •
•
• • • •
Pelayanan kesehatan terhadap penghuni yang dilaksanakan oleh pelayanan kesehatan (Yankes) Rutan Klas IIA Jakarta Timur. Memberikan pelayanan pengobatan setiap hari bagi WBP Tim Yankes secara periodic melaksanakan pemeriksaan kesehatan ke kamar hunian (blok), untuk menghindari adanya wwarga binaan yang sakit dan enggan berobat karena alasan tertentu. Memberikan penyuluhan kesehatan dasar, penyuluhan HIV dan AIDS, TB, IMS, bahaya penyalahgunaan narkoba, serta universal precaution (Kewaspadaan universal) bagi warga binaan. Memberikan pelayanan kesehatan yang lebih insentif terhadap penyakit yang berkaitan dengan HIV/AIDS dan TB serta IMS. Melaksanakan program dukungan sebaya bagi ODHA Melaksanakan konseling dan terapi psikologis bagi warga binaan yang terkait kasus narkoba. Melaksanakan program PTRM bagi pengguna Narkoba jenis opiate. Melaksanakan program rehabilitasi berupa TC, konseling adiksi bagi warga binaan berlatar belakang narkoba. Meningkatkan pemenuhan fasilitas kesehatan dan mempertahankan kebersihan dan kenyamanan poliklinik sebagai ruang pengobatan. Meningkatkan pelayanan dengan menjalin kerjasama dengan Kemenkes, Sudinkes Jakarta Timur, Dinas Kesehatan. RS Pemerintah (RSKO, RS. POLRI, RSCM, RS. Pengayoman), Yayasan KELIMA, Yayasan PARTISAN, KPA, Yayasan KHARISMA) Melaksanakan pelayanan kesehatan 1 x 24 jam Menyediakan obat-abatan di klinik Memberikan jadwal berobat setiap harinya bagi WBP Melaksanakan pelayanan VCT, PITC, dan PMTCT bagi WBP yang terindikasi HIV/AIDS.
LAYANAN BANTUAN HUKUM Kegiatan penyuluhan hukum meliputi : •
• • • •
• • • • • • • •
•
Mengadakan kerjasama dengan lembaga hukum yang mengadakan penyuluhan hukum antara lain dengan pihak : • LBH • Mawar Saron • BNN • Davidson Mendata WBP yang akan mengikuti penyuluhan hukun Mengadakan penyuluhan hukum secara berkala untuk WBP Membuat daftar hadir peserta penyuluhan Menerima WBP yang akan konsultasi tentang hukum, baik hukum yang sedang dijalani maupun meminta untuk ganti/dicarikan pengacara Membuat pledoi, pembelaan kasasi bagi WBP yang membutuhkan Menerima pengacara/penyidik/jaksa/pihak Bapas yang akan menemui kliennya Menerima uang hasil sidakan dari pelayanan tahanan (letter D) Untuk dimasukkan ke dalam buku kas tabungan Mengeluarkan uang tidak sesuai tagihan pembelanjaan WBP di kantin kepada pengurus kantin Membukukan setiap WBP yang uangnya tersidak ke dalam buku kas tabungan Membuat jadwal kegiatan/penyuluhan Membuat rencana anggaran penyuluhan dan membuat laporan penggunaan anggaran Kepala Sub.Sie. Bimbingan Kegiatan • Tugas Memberikan bimbingan latihan kerja dan mengelola hasil kerja sesuai prosedur yang berlaku dalam rangka pembinaan keterampilan narapidana/tahanan dalam lingkungan Rumah Tahanan Negara Klas IIA Jakarta Timur. •
Uraian Tugas • Menyusun rencana kerja sub seksi bimbingan kegiatan dan
•
•
•
•
•
•
• •
•
•
•
pengelolaan hasil kerja warga binaan pemasyarakatan dan mengajukan kepada atasan. Melaksanakan instruksi atasan dan memberikan bimbingan kerja kepada warga binaan pemasyarakatan rumah tahanan nr\egara Klas IIA Jakarta Timur. Melaksanakan bimbingan kegiatan sesuai dengan tugas pokok yaitu : Pembinaan kepribadian yang terdiri dari pembinaan rohani dan mental, pendidikan dan perpustakan juga olah raga /kesenian. Pembinaan kemandirian yang terdiri dari keterampilan hasil karya dari mote, salon, melukis kaca, pembuatan tas dan sandal. Menugaskan kepada petugas untuk menyiapkan peralatan dan bahan produksi untuk hasil karya warga binaan pemasyarakatan Mengawasi pelaksanaan bimbingan kegiatan warga binaan pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Klas IIA Jakarta Timur. Menampung dan menginvetarisir hasil kerja karya warga binaan pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Klas IIA Jakarta Timur. Memasarkan hasil kerja karya warga binaan pemasyarakatan dan menerima pesanan. Membuat penjualan dengan pembelian barang hasil karya warga binaan Menyetorkan hasil penjualan karya warga binaan pemasyarakatan kepada bendaharawan dengan menerima tanda bukti setoran. Memberikan upah hasil kerja warga binaan pemasyarakatan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang ada, serta mencatatnya dalam buku daftar upah hasil karya warga binaan pemasyarakatan . Mengawasi dan mengevaluasi seluruh bimbingan kegiantan dalam hal pembuatan hasil karya warga binaan permasyarakatan. Menyeleksi dengan cermat bagi warga binaan pemasyarakatan yang memiliki bakat serta minat keterampilan untuk dijadikan sebagai instruksi atau pelatih buat warga binaan lainnya dalam hal pembuatan hasil karya di Rumah Tahanan Negara Klas IIA Jakarta Timur.
•
•
• •
• • •
• •
• •
•
Memberikan penilaian terhadap hasil pekerjaan jabatan fungsional umum atau staff bimbingan kegiatan berupa DP3 dan menandatanganinya. Memberikan tanggapan keberatan yang diajukan oleh fungsional umum atau staf bimbingan kegiatan terhadap penilaian DP3. Menyampaikan DP3 kepada atasan untuk mendapatkan pengesahan Memberikan petunjuk dan arahan yang sesuai dengan tugas pokok dari sub seksi bimbingan kegiatan terhadap pekerjaan jabatan fungsional umum atau staff bimbingan kegiatan. Menegakkan disiplin dalam lingkungan sub seksi bi,bingan kegiatan Mengusulkan punishment dan reward bagi jabatan fungsional umum atau staf bimbingan kegiatan Mengusulkan promosi jabatan dalam rangka pengembangan karier jabatan fungsional umum atau staff bimbingan kegiatan agar lebih maju lagi Memberikan semangat untuk meningkatkan mutu pengetahuan, keterampilan dalam rangka kelancaran tugas Melaksanakan pencatatan surat masuk dan keluar, serta mengarsipkan segala surat dan dokumentasi yang terkait dengan sub seksi bi,bingan kegiatan Membuat konsep surat sesuai dengan arahan dari atasan yaitu kepala Rumah Tahanan Klas IIA Jakarta Timur Menyampaikan laporan mengenai hasil kegiatan pada sub seksi bimbingan kegiatan kepada atasan yaitu kepala Rumah Tahanana Klas IIA Jakarta Timur
KEGIATAN PADA SUB SIE BIMBINGAN KEGIATAN • Pembinaan kepribadian • Pembinaan kerohanian yang terdiri dari : • Agama Islam • Agama Kristen • Agama Budha • Pembinaan Pendidikan dan Perpustakaan •Latihan Bahasa Inggris • Olah Raga
•
• Senam rutin yang diadakan setiap hari Senin, Rabu dan Jumat • Senam BL yang diadakan setiap hari Senin sampai hari Kamis • Bulu Tangkis • Bola Volley • Tenis Meja • Kesenian • Vocal Group • Tarian Pembinaan kemandirian • Mote • Salon • Melukis kaca • Kreasi tas
KEADAAN PEGAWAI Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin NO 1 2 3 4 5
PENDIDIKAN S2 S1 D3 SLTA SLTP JUMLAH
JENIS KELAMIN LAKI-LAKI PEREMPUAN 1 5 19 29 0 6 63 83 1 0 84 123
JUMLAH 6 48 6 146 1 207
Berdasarkan Golongan Ruang NO
GOLONGAN
JENIS KELAMIN LAKI-LAKI PEREMPUAN
JUMLAH
1 2 3 4
IV III II I JUMLAH
0 46 38 0 84
2 68 53 2 123
2 114 91 0 207
Berdasarkan Pembagian Tugas Pegawai
NO 1 2 3 4 5
BIDANG USAHA TATA USAHA SUB SEKSI PENGELOLAAN SUB SEKSI BIMBINGAN KEGIATAN SUB SEKSI PELAYANAN TAHANAN KESATUAN PENGAMANAN RUTAN
JUMLAH 3 28 25 38 113 207
SARANA DAN PRASARANA Rumah Tahanan Negara Klas IIA Jakarta Timur memiliki sarana dan prasarana pendukung dalam melaksanakan tugas-tugas baik tugas perkantoran maupun tugas pelayanan dan pembinaan baik kepada masyarakat dan warga binaan pemasyarakatan. Dengan luar lahan kurang lebih 2.077 m2 Rumah Tahanan Klas IIA Jakarta Timur memiliki bangunan dengan tingkat pengamanan ,Maksimum security di antaranya :
• • • • • • •
Bangunan Perkantoran Paviliun hunian Bangunan tempat ibadah Bangunan poliklinik Bangunan dapur Pos Menara Halaman parkir
Rencana perbaikan/Renovasi Pihak Rutan berencana akan mengadakan renovasi di semua blok hunian yang ada, karena beberapa bagian dari blok hunian, sarana dan prasarana telah mengalami kerusakan yang cukup parah, karena keterbatasan dana yang ada di Rutan Klas IIA Jakarta Timur, maka dana untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan tersebut didapat
atau berasal dari bantuan Yayasan yang ingin menyumbang dalam bentuk hibah, yaitu berbentuk material.
KENDALA YANG DIHADAPI Rumah Tahanan Negara Klas IIA Jakarta Timur dalam melaksanakan program baik dalam perkantoran maupun pembinaan WBP mengalami kendala-kendala yang dihadapi diantaranya adalah : • • • • • • • • •
Over kapasitas Kekurangan pegawai/Sumber daya manusia (SDM) Minimnya Anggaran Masih belum memilik lahan sendiri (lahan Pemda) Listrik selalu naik turun dikarenakan daya listrik yang tidak memadai Akibat dari arus listrik yang tidak stabil, pompa – pompa yang berada di semua blok hunian dan perkantoran selalu mengalami kerusakan Kondisi air di dalam blok hunian dan perkantoran yang tidak sehat (tidak layak untuk keperluan mandi) Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai Belum adanya tempat penyimpanan barang – barang Milik Negara yang sudah rusak /tidak layak pakai LANGKAH-LANGKAH YANG DILAKUKAN DAN USULAN UNTUK MENGOPTIMALKAN KINERJA YANG AKAN DATANG
• • •
•
• • •
Penanggulangan over kapasitas, melalui mutasi narapidana ke Lapas wanita di luar Jakarta sesuai dengan persetujuan Direktorat Jenderal Peningkatan pemberian program remisi dan program pembinaan CMB, PB dan CB Penanggulangan pegawai pada tahun 2013 melalui koordinasi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta Rumah Tahanan Negara Klas IIA mendapatkan bantuan Pegawai sebanyak 12 (dua belas) orang, untuk menambah kekuatan di bidang keamanan. Penanggulangan anggaran pihak Rutan telah melakukan revisi anggaran yang ada dalam rangka melakukan kegiatan yang ada dapat berjalan dengan baik. Mengusulkan kepemilikan tanah dan gedung kepada Pimpinan Pusat untuk menjadi hak milik Rutan Klas IIA Jakarta Timur Mengusulkan anggaran untuk menambah daya listrik Mengusulkan pengadaan stabilizer listrik
• • •
Mengusulkan pengadaan filter air Menambah atau memperbaiki sarana dan prasarana yang ada Menyediakan tempat penyimpanan barang-barang Milik Negara yang sudah rusak/tidak layak pakai.
Foto di depan gerbang RUTAN saat observasi
Foto saat kegiatan pengajaran Agama Islam di Masjid Al-Ikhlas RUTAN
Foto Saat Kegiata Program Pemberdayaan Warga Binaan Narapidana Wanita
Training of Trainer “Batik Girl”
Narapidana berkreatifitas
Hasil Karya Narapidana
Foto Observasi dan Wawancara
sedang
Saat Observasi dengan Sub Sie Pelayanan Tahanan (Ibu Ari Budiningsih, Amd. IP, SH
Saat Observasi dan Wawancara dengan Pak Aginto (Unit Pengelolaan)
Observasi dan Wawancara dengan Sub. Sie Bimbingan Kegiatan Yeyen, Amd. IP, SH.MH) Sa
(Ibu
Wawancara dengan Koordinator Kerohanian Islam (Bapak Solihin)
Wawancara dengan Tim Pengajar ESQ (Ibu Eva)
Wawancara dengan Tim Pengajar Kementrian Agama (Bapak Rusfendi)